• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KELAS GURU IPS DI SMP SWASTA SE KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN KELAS GURU IPS DI SMP SWASTA SE KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 2013"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

SE-KECAMATAN BERGAS KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2012/2013

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Vita Nandiasari

3201409044

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

ii

panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jum‟at Tanggal : 12 Juli 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd. NIP. 19620904 198901 1 001 NIP. 19770708 200604 1 001

Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 25 Juli 2013

Penguji Utama

Drs. Sriyono, M.Si.

NIP. 19631217 198803 1 002

Penguji I Penguji II

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd.

NIP. 19620904 198901 1 001 NIP. 19770708 200604 1 001

Mengetahui:

Dekan,

Dr. Subagyo, M.Pd.

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis ini benar-benar hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 12 Juli 2013

Vita Nandiasari

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar (HR. Imam

Bukhari).

 Kekayaan itu adalah kekayaan hati dan kemiskinan adalah kemiskinan hati

(HR. An-Nasai).

PERSEMBAHAN:

1. Ayah dan Ibuku, (Supandi dan Siti

Basariah) yang memberikan doa,

dukungan dan segalanya

2. Adikku, Sindi Saputra

3. Sahabat-sahabatku “KFC”

4. Seseorang yang selalu memberikan

perhatian dan dukungannya

5. Teman-teman Pendidikan Geografi 2009

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan RahmatNya

sehingga skripsi dengan judul ”Pengelolaan Kelas Guru IPS di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 (satu) guna meraih

gelar Sarjana Pendidikan. Berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi FIS UNNES sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan kemudahan

administrasi dalam penyusunan skripsi serta memberikan bimbingan dan

arahan.

4. Muh. Sholeh, S.Pd., M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan.

5. Drs. Sriyono, M.Si., Dosen penguji utama yang telah memberikan bimbingan

dan mengarahkan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

6. Kepala di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang telah

memberikan ijin dan membantu dalam penelitian ini.

7. Guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang telah

(7)

vii

8. Siswa-siswi kelas VII di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten

Semarang tahun ajaran 2012/2013 yang telah membantu dalam penelitian.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas bantuan dan amal

baiknya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis

pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Juli 2013

(8)

viii

SARI

Nandiasari, Vita. 2013. Pengelolaan Kelas Guru IPS Di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013. Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Pembimbing II: Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci: Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan kegiatan guru yang meliputi menata lingkungan fisik kelas, mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif dapat menciptakan proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 2) Bagaimana pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 3) Bagaimana pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 97 siswa dan 3 guru. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Variabel penelitian yaitu pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan organisasional. Metode pengumpulan data adalah observasi dan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriptif persentase.

Berdasarkan hasil penelitian, besarnya rata-rata pengeloaan fisik kelas guru IPS adalah 77% termasuk kriteria baik. Besarnya rata-rata pengelolaan sosio-emosional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (87%). Besarnya rata-rata pengelolaan organisasional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (83%). Hal ini disebabkan pada saat sebelum diadakan penelitian, guru belum memaksimalkan pengelolaan kelas (pengelolaan fisik kelas, sosio-emosional dan organisasional) yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan setelah penelitian, guru memahami indikator-indikator apa saja yang menyangkut pengelolaan kelas dan melaksanakannya dengan optimal.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

1.5.Penegasan Istilah ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengelolaan Kelas ... 7

2.2. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 9

2.3. Prinsip Pengelolaan Kelas ... 11

2.4. Pendekatan Pengelolaan Kelas ... 12

2.5. Aspek-Aspek Pengelolaan Kelas ... 16

2.5.1. Pengelolaan Fisik ... 16

2.5.2. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 18

(10)

x

2.6. Hambatan Pengelolaan Kelas ... 22

2.7. Kerangka Berpikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Populasi ... 29

3.2.Sampel ... 29

3.3.Variabel Penelitian ... 30

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1. Metode Angket ... 31

3.4.2. Metode Observasi ... 32

3.5.Analisis Instrumen ... 32

3.5.1.Instrumen Angket ... 32

3.5.1.1. Uji Validitas ... 33

3.5.1.2. Uji Realibilitas ... 34

3.5.2.Instrumen Observasi ... 35

3.6.Metode Analisis Data ... 36

3.7.Alur Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ... 41

4.1.1.Deskripsi Umum Daerah Penelitian ... 41

4.1.2. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 41

4.1.3.Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 45

4.1.3.1. Pengelolaan Fisik Kelas ... 45

4.1.3.2. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 50

4.1.3.3. Pengelolaan Organisasional ... 54

4.1.4.Hasil Observasi Kemampuan Guru IPS ... 58

4.1.4.1. Pengelolaan Fisik Kelas ... 58

4.1.4.2. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 59

(11)

xi

4.2.Pembahasan ... 59

4.2.1.Pengelolaan Fisik Kelas ... 59

4.2.2.Pengelolaan Sosio-Emosional ... 61

4.2.3.Pengelolaan Organisasional ... 63

BAB V PENUTUP 5.1Simpulan ... 66

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Populasi Siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan

Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 ... 29

3.2. Hasil Uji Validitas Angket ... 34

3.3. Tingkat Skor Butir Pertanyaan ... 36

3.4. Kriteria Deskriptif Persentase ... 37

4.1. Profil Guru IPS ... 45

4.2. Pengelolaan Fisik Kelas ... 46

4.3. Ruangan Tempat Berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar ... 47

4.4. Pengaturan Tempat Duduk ... 48

4.5. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya ... 49

4.6. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang ... 50

4.7. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 51

4.8. Tipe Kepemimpinan ... 52

4.9. Sikap Guru ... 53

4.10. Suara Guru ... 53

4.11. Pembinaan Hubungan Baik ... 54

4.12.Pengelolaan Organisasional ... 55

4.13. Penggantian Pelajaran ... 56

4.14. Kehadiran Guru ... 56

4.15 Masalah Antarsiswa ... 57

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Berpikir ... 28

3.1. Diagram Alur Penelitian ... 40

4.1. SMP PGRI Bergas ... 42

4.2. SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas ... 43

4.3. SMP Kanisius Girisonta Bergas ... 44

4.4. Kegiatan Belajar Mengajar ... 50

(14)

xiv

4. Daftar Nama Responden SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas 75

5. Daftar Nama Responden SMP Kanisius Girisonta Bergas Kelas

VIIA ... 76

6. Daftar Nama Responden SMP Kanisius Girisonta bergas Kelas VIIB

... 77

7. Kisi-Kisi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam

Pengelolaan Kelas ... 78

8. Rubrik Penskoran Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas . 79

9. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan

Kelas ... 82

10. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan

Kelas SMP PGRI Bergas ... 83

11. Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam

Pengelolaan Kelas SMP PGRI Bergas ... 86

12. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan

Kelas SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas ... 88

13. Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam

Pengelolaan Kelas SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas ... 91

14. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan

Kelas SMP Kanisius Girisonta Bergas ... 93

15. Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam

Pengelolaan Kelas SMP Kanisius Girisonta Bergas ... 96

16. Rekapitulasi Rata-Rata Pengelolaan Kelas Guru IPS Di SMP Swasta

(15)

xv

17. Kisi-Kisi Instrumen Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan

Kelas guru IPS ... 99

Lampiran Halaman 18. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Kelas guru IPS ... 100

19. Uji Validitas dan Realibilitas Angket ... 106

20. Data Hasil Penelitian ... 110

(16)

1

1.1.Latar Belakang

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Siswoyo (2008:25) menjelaskan bahwa peranan pendidikan dalam drama

kehidupan kemajuan umat manusia semakin penting. Ini berkaitan dengan

semakin perlunya bagi manusia pada umumnya dan pendidik khususnya untuk

senantiasa mengembangkan pemahaman yang terus mengenal pendidikan.

Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan untuk

mengemban fungsi reproduksi, penyadaran, dan mediasi secara simultan.

Fungsi-fungsi sekolah itu diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran sebagai

inti bisnisnya (Danim, 2008:1).

Pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru atau kompetensi guru sangat

menentukan proses pembelajaran di kelas dan pendidikan di sekolah. Kompetensi

guru akan menentukan mutu lulusan suatu pendidikan, karena murid belajar

(17)

Widodo (2012:67) menyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu dan

kualitas serta kuantitas kegiatan belajar mengajar, banyak upaya yang dapat

dilakukan guru, seperti keterampilan mengelola kelas. Peranan guru dalam

pengelolaan kelas adalah usaha untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang

baik agar tujuan pengajaran tercapai secara optimal. Dengan demikian

pengelolaan kelas harus ditangani secara serius karena erat kaitannya dengan

keberhasilan belajar mengajar.

Arikunto (1990:195) mengemukakan bahwa pengelolaan kelas adalah

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memaksimalkan pemanfaatan

sarana, menjaga keterlibatan siswa dan memberikan layanan agar tercipta situasi

kelas yang kondusif untuk terjadinya proses pengajaran yang efektif. Rusydie

(2011:24) menjelaskan bahwa manajemen kelas adalah segala usaha yang

dilakukan untuk mewujudkan terciptanya suasana belajar-mengajar yang efektif

dan menyenangkan, serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik

sesuai kemampuan mereka.

Menurut Sardiman (dalam Suryosobroto, 2002:49) kegiatan mengelola

kelas menyangkut dua hal. Pertama mengatur tata ruang kelas, misalnya mengatur

meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, dan yang kedua, menciptakan

iklim belajar mengajar yang serasi, artinya guru harus mampu menangani dan

mengarahkan tingkah laku anak didik agar tidak merusak suasana kelas.

Yamin (2009:40) menjelaskan bahwa kelas adalah ruang belajar (lingkungan

fisik) dan rombongan belajar (lingkungan emosional). Lingkungan fisik meliputi

(18)

pengajaran, ventilasi. Sedangkan sosio emosional meliputi tipe kepemimpinan guru,

sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan yang baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat penting

karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi menata lingkungan fisik,

mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan

mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi

belajar yang kondusif dapat menciptakan proses belajar mengajar yang berlangsung

secara efektif.

Pembelajaran IPS pada hakikatnya adalah pembelajaran untuk

mengembangkan kemampuan siswa mengenali dan memahami gejala sosial dan

kehidupan untuk menghadapi permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya

pengaruh lingkungan. Satu hal yang seharusnya disadari ketika seorang guru

mengembangkan pembelajaran IPS adalah IPS lebih dari sekedar kumpulan fakta

atau konsep, karena dalam IPS juga terdapat kumpulan proses yang dapat

diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata.

SMP di Kecamatan Bergas terdiri dari satu sekolah negeri yaitu SMP

Negeri 1 Bergas dan tiga sekolah swasta yaitu SMP PGRI Bergas, SMP Islam

Terpadu Cahaya Ummat Bergas, dan SMP Kanisius Girisonta Bergas. Jumlah

sekolah swasta lebih banyak daripada sekolah negeri menjadi bukti bahwa pihak

swasta turut berperan aktif dalam pembangunan dunia pendidikan di Kecamatan

Bergas sehingga pengelolaan kelas, terutama pengelolaan kelas oleh guru IPS

(19)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengambil judul:

“Pengelolaan Kelas Guru IPS di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas

Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dirumuskan permasalahan sebagai

berikut.

1. Bagaimana pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta

se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?

2. Bagaimana pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP

Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?

3. Bagaimana pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP

Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dirumuskan

tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Mengetahui pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta

se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.

2. Mengetahui pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP

Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.

3. Mengetahui pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP

(20)

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih

lanjut tentang kemampuan pengelolaan kelas seorang guru, khususnya

kemampuan pengelolaan kelas guru IPS.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi kepala sekolah

Memberikan masukan terhadap kemampuan mengelola kelas yang dimiliki

oleh seorang guru IPS sehingga lebih ditingkatkan lagi pembinaan serta

pengawasan terhadap kinerja guru tersebut.

1.4.2.2. Bagi guru

Memberikan umpan balik terhadap kemampuan mengelola kelas yang

dimilikinya agar lebih ditingkatkan lagi kemampuan tersebut untuk proses

pembelajaran yang berorientasi pada siswa.

1.4.2.3. Bagi penulis

Memberikan wawasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, terutama

wawasan mengenai pengelolaan kelas.

1.5.Penegasan Istilah

Guna menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka

(21)

1.5.1. Pengelolaan Kelas

Mulyasa (2008:91) menyatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan

keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan

mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Pengertian

pengelolaan kelas dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan seorang

guru IPS berdasarkan pengelolaan fisik, pengelolaan sosio-emosional dan

pengelolaan organisasional dengan tujuan menciptakan situasi pembelajaran ke

arah yang lebih baik.

1.5.3. SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas

SMP Swasta yang terdapat di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang

berjumlah tiga sekolah, yaitu SMP PGRI Bergas, SMP Islam Terpadu Cahaya

Ummat Bergas dan SMP Kansius Girisonta Bergas. Seluruh guru IPS dan siswa

kelas VII semester II tahun ajaran 2012/2013 diketiga sekolah tersebut merupakan

objek penelitian yang dijadikan populasi. Peneliti hanya mengambil sampel kelas

VII karena siswa kelas VII merupakan siswa yang baru lulusan SD, sehingga

kemampuan guru dalam pengelolaan kelas sangat penting untuk dioptimalkan

(22)

7

2.1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Arikunto (dalam Mudasir, 2011:15) berpendapat bahwa pengelolaan kelas

adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran

atau membantu maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat

melaksanakan kegiatan belajar seperti diharapkan. Djamarah (2005:173)

menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan

potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi

edukatif mencapai tujuan pembelajaran.

Pengelolaan kelas yang baik akan memberikan motivasi dan semangat

belajar kepada peserta didik, sehingga keinginan peserta didik untuk

bermain-main disaat belajar, membolos saat jam belajar, dan melakukan perbuatan yang

tidak diharapkan tidak akan terjadi, tentu hal ini dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik. Maka, manajemen kelas merupakan persyaratan penting yang

menentukan terciptanya pembelajaran yang efektif. Secara logika bahwa

manajemen kelas yang efektif adalah suatu segi penting dari proses belajar

mengajar (Widayati, 2011:29).

Surjana (2002:67) menyatakan bahwa pengelolaan kelas didefinisikan

sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan

kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan

(23)

kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara

guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan

perencanaan/persiapan mengajar.

Kegiatan pengelolaan kelas merupakan usaha sengaja yang dilakukan

(terencana), adanya pengorganisasian alat dan waktu, adanya fungsionalisasi

sumber daya kelas yang ada, dan terciptanya efektifitas dan efisiensi belajar untuk

mencapai tujuan (Jamil, 2009:51). Pengelolaan kelas atau manajemen kelas

(classroom management) merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan

mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan

atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara

optimal (Sugianto, 2008:117).

Mato (2010:12) mengemukakan pengelolaan kelas dapat dipandang

sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh

seorang guru dalam berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum

dan perkembangan siswa. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian

kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan yang kreatif dan terarah.

Berdasarkan uraian di atas, maka konsep dasar pengelolaan kelas sangat

perlu dan penting dipahami oleh seorang pendidik karena berperan penting dalam

menciptakan suasana kelas yang konduksif. Pengelolaan kelas menjadi sederhana

untuk dilakukan apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan guru

mengetahui bahwa gaya kepemimpinan situasional sangat bermanfaat bagi guru

(24)

2.2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Secara umum, tujuan pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan mutu

pembelajaran. Mutu pembelajaran akan tercapai jika tercapainya tujuan

pembelajaran. Karakter kelas yang dihasilkan karena adanya proses pengelolaan

kelas yang baik akan memiliki sekurang-kurangnya tiga ciri, yaitu:

1. Speed, artinya anak dapat belajar dalam percepatan proses dan progress

sehingga membutuhkan waktu yang relatif singkat.

2. Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna

dan situasi kelas kondusif.

3. Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau

menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi

(Fathurrohman, 2009:104).

Arikunto (dalam Mudasir, 2011:18) menjelaskan bahwa tujuan

pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib

sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Rusydie

(2011:29) menjelaskan bahwa secara umum, manajemen kelas bertujuan untuk

menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk tempat berlangsungnya proses

belajar-mengajar. Dengan demikian, proses tersebut akan dapat berjalan dengan

efektif dan terarah, sehingga cita-cita pendidikan dapat tercapai demi

terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.

Djamarah (2005:147-148) berpendapat bahwa semua komponen

keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan yang baik untuk anak didik

(25)

1. Anak didik

a. Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu

terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.

b. Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata

tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu

peringatan dan bukan kemarahan.

c. Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas

dan pada kegiatan yang diadakan.

2. Guru

a. Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan

pembukaan yang lancer dan kecepatan yang tepat.

b. Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam

memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik.

c. Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku

anak didik yang mengganggu.

d. Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan

dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul

di dalam kelas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan

pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan

belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.

(26)

sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, emosional dan sikap pada

siswa.

2.3. Prinsip Pengelolaan Kelas

Usman (2009:97) menjelaskan bahwa dalam melakukan pengelolaan kelas,

untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa senang,

nyaman dan menantang bagi peserta didik, maka perlu diperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim

kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan

belajar-mengajar yang optimal.

2. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan

meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan

munculnya tingkah laku yang menyimpang.

3. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar-mengajar yang

bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan

menghindari kejenuhan.

4. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat

mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim

(27)

5. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya, didalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan

hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal

yang negatif.

6. Penanaman disiplin diri

Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari

pengelolaan kelas. Untuk itu, guru harus selalu mendorong siswa untuk

melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh

atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.

Djamarah (dalam Partono, 2009:95) menyatakan bahwa untuk menunjang

dalam keberhasilan dalam mengajar, seorang guru juga harus dapat mengelola

kelas dengan baik, adapun indikator dalam pengelolaan kelas meliputi: (1) hangat

dan antusias, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) keluwesan, dan (5) penekanan pada

hal-hal yang positif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua prinsip

pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan hal penting bagi guru dalam rangka

memperkecil masalah atau gangguan yang dihadapi guru dalam melakukan

pengelolaan kelas.

2.4. Pendekatan Pengelolaan Kelas

Terdapat beberapa pendekatan pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh

(28)

1. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses mengontrol tingkah laku

anak didik. Peranan guru disini menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin

dalam kelas. Kedisplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk

menaatinya.

2. Pendekatan Ancaman

Pendekatan ancaman ini berarti bahwa pengelolaan kelas diartikan sebagai

suatu proses mengontrol tingkah laku anak didik. Pelaksanaannya dengan cara

memberi ancaman, misalnya melarang, mengejek, menyindir dan memaksa.

3. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses membantu anak didik

untuk merasa bebas mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan

guru adalah mengusahakan semakin mungkin kebebasan anak didik.

4. Pendekatan Resep (Cookbook)

Pendekatan ini dilakukan dengan mendaftar apa yang harus dan apa yang

tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang

terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap yang harus

dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk sesuai yang

tertulis dalam resep.

5. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa perencanaan dan

pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan

(29)

menganjurkan tingkat guru dalam mengajar dapat mencegah atau menghentikan

tingkah laku anak didik yang kurang baik.

6. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku

Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas disini diartikan sebagai suatu

proses mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan

tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.

7. Pendekatan Sosioemosional

Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses

menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas. Sosioemosional yang

positif artinya adanya hubungan positif antara antara guru dengan didik.

8. Pendekatan Proses Kelompok

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses menciptakan kelas

sebagai suatu sitem sosial dan proses kelompok merupakan yang paling utama.

Peranan guru adalah mengusahakan agar pengembangan dan pelaksanaan proses

kelompok itu efektif.

9. Pendekatan Pluralistik

Pengelolaan kelas berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan

yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu

kondisi yang memungkinkan proses interaksi edukatif berjalan dengan efektif dan

efisien. Disini bebas memilih pendekatan yang sesuai dan dapat dilaksanakan.

Dumiyati (2010:3-5) berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan

yang umumnya dilakukan oleh para guru dalam melakukan pengelolaan kelas

(30)

1. Behavior - Modification Approach (Behaviorism Approach)

Asumsi yang mendasari penggunaanpendekatan ini adalah bahwa perilaku

“baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi

perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive

reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement

(untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan

reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak

tepatmalah hanya akan menimbulkan masalahbaru.

2. Socio – Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses

belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang

baik antara peserta didik-guru dan atau peserta didik-peserta didik dan guru

menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim, sosio-emosional yang baik.

3. Group Process Approach

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa

pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru

adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua prinsip

pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan hal yang penting bagi guru. Hal ini

berpengaruh terhadap kemampuan seorang guru dalam rangka memperkecil

(31)

2.5. Aspek-Aspek Pengelolaan Kelas

2.5.1. Pengelolaan Fisik Kelas

Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah

lingkungan. Sejak dulu pengaruh lingkungan terhadap pendidikan telah disadari.

Sekalipun lingkungan itu mempunyai makna yang luas, tetapi lingkungan fisik

menjadi salah satu dari sekian banyak masalah yang berhubungan dengan

penciptaan lingkungan yang baik, yang mampu menciptakan suasana kelas yang

mampu mendorong siswa belajar dengan baik.

Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu

perkembangan pendidikan subyek didiknya (siswa). Dengan teknik motivasi yang

akurat, guru dapat menciptakan kontribusi iklim kelas yang sehat. Lingkungan ini

hendaknya mencerminkan kepribadian guru dan perhatian serta penghargaan atas

usaha siswanya. Siswa harus dibuat secara terus menerus memberikan reaksi pada

lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi sesuai dengan kondisi yang

diinginkan. Pengelolaan fisik kelas yang menjadi faktor penunjang terciptanya

pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas yaitu:

2.5.1.1. Ruangan Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar

Ruangan tempat belajar di kelas harus memungkinkan semua siswa dapat

bergerak secara leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara

satu siswa dengan siswa yang lainnya pada saat pembelajaran. Besarnya ruangan

kelas sangat tergantung pada berbagai macam faktor, diantaranya adalah jenis

kegiatan dan jumlah siswa. Sebagaimana dinyatakan Rohani (2004:128) bahwa

(32)

kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas ataukah bekerja di

ruang praktikum dan (2) jumlah siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama

secara klasikal atau kelompok.

2.5.1.2. Pengaturan Tempat Duduk

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan tempat duduk adalah

memungkinkan terjadinya tatap muka secara tepat, yang artinya guru dapat

mengontrol tingkah laku peserta didik pada saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung di kelas. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran

pengaturan proses belajar mengajar (Rohani, 2004:128).

Djamarah (2005:175) menyatakan bahwa tempat duduk mempengaruhi

anak didik dalam belajar. Apabila pengaturan tempat duduk sesuai dengan postur

tubuh anak didik, maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang. Apabila

pada saat proses pembelajaran akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka

formasi tempat duduk sebaiknya berbentuk melingkar. Sedangkan apabila

pembelajaran ditempuh dengan metode ceramah, tempat duduk sebaiknya

berderet memanjang ke belakang. Selain kedua pengaturan tempat duduk

tersebut,, masih ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan

sesuai kebutuhan guru dalam menyampaikan materi di dalam kelas.

2.5.1.3. Ventilasi Dan Pengaturan Cahaya

Suhu, ventilasi, dan cahaya merupakan salah satu faktor yang perlu

menjadi perhatian oleh seorang guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar

yang berlangsung dengan nyaman. Jendela harus cukup besar sehingga

(33)

menghasilkan udara sehat sehingga semua siswa dalam kelas dapat menghirup

udara segar yang cukup mengandung oksigen.

Pengaturan cahaya perlu diperhatikan agar siswa dapat melihat tulisan

yang ada di papan tulis maupun pada buku bacaan dengan jelas . Kapur tulis yang

digunakan sebaiknya kapur yang bebas dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus

datang dari sebelah kiri, cukup terang tetapi tidak menyilaukan. Hal ini

disebabkan agar pada saat siswa menulis atau mengerjakan sesuatu tidak

terhalangi oleh bayangan yang dihasilkan apabila cahaya dating dari sebelah

kanan.

2.5.1.4. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang

Barang-barang pendukung proses pembelajaran hendaknya disimpan pada

tempat khusus yang mudah dicapai apabila segera diperlukan dan akan

dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang karena nilai

praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti absensi, buku

pelajaran, atlas, peta, pedoman kurikulum dan sebagainya hendaknya ditempatkan

sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa.

Yamin (dalam Arpan, 2010:64) mengemukakan bahwa kegiatan

mengelola kelas menyangkut kegiatan menata ruang belajar (lingkungan fisik)

meliputi: ruangan, keindahan kelas, kebersihan kelas, kerapian kelas, pengaturan

tempat duduk, pengaturan sarana dan tempat pengajaran, ventilasi dan jendela.

2.5.2. Pengelolaan Sosio-Emosional

Pengelolaan sosio-emosional dalam kelas yang terjalin dengan baik akan

(34)

motivasi siswa dalam belajar merupakan efektivitas tercapainya tujuan

pengajaran. Rohani (2004:130) menyatakan bahwa pengelolaan sosio-emosional

meliputi tipe kepemimpinan, sikap guru, suara guru, dan pembinaan hubungan

baik. Secara lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

2.5.2.1. Tipe Kepemimpinan

Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana

emosional di dalam kelas. Apabila guru memiliki tipe kepemimpinan yang

otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis tetapi dipihak

lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif.

Tipe kepemimpinan guru yang cenderung laissez-faire biasanya tidak

produktif walaupun ada pemimpin. Apabila guru di dalam kelas, siswa lebih

banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan, bukan kegiatan

positif yang sifatnya aktif dalam pembelajaran.

Tipe kepemimpinan guru yang paling baik digunakan oleh seorang guru

agar dapat mengelola kelas dengan baik adalah tipe kepemimpinan yang bersifat

demokratis. Tipe kepemimpinan ini lebih memungkinkan terjadinya jalinan yang

hangat antara guru dan siswa dengan dasar saling memahami, mempercayai dan

menghargai sehingga sikap ini dapat membantu menciptakan suasana yang

menguntungkan antara guru dan siswa dalam terciptanya kondisi proses belajar

mengajar yang optimal dan mencapai tujuan.

2.5.2.2. Sikap Guru

Sikap seorang guru di dalam kelas terhadap siswa yang memiliki motivasi

(35)

pengelolaan kelas dengan tepat. Guru tersebut akan menaruh perhatian bagi siswa

dan kelasnya. Guru akan melakukan yang terbaik bagi siswa. Dalam mentransfer

materi pelajaran pada siswa, guru akan mempelajari dan mengatur kelas

sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan proses belajar

mengajar dengan baik. Guru akan mencermati kemampuan para siswa satu per

satu, sehingga guru mengetahui kemampuan siswa pada tingkatan rendah, sedang

atau tinggi. Dengan demikian, guru akan menentukan siswa-siswa yang mana,

yang perlu mendapat bimbingan yang banyak guru dapat menentukan metoda

mengajar atau media pembelajaran yang harus digunakan.

2.5.2.3. Suara Guru

Suara guru yang terlalu keras ataupun terlalu pelan dapat merubah minat

siswa untuk mendengarkan materi yang akan disampaikan. Suara guru ketika

kegiatan pembelajaran berlangsung hendaknya bervariasi sehingga tidak

membosankan siswa yang mendengarnya dan terdorong untuk memperhatikan

penjelasan guru secara maksimal sehingga kelas berada dalam kondisi yang

kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat terccapai dengan optimal.

2.5.2.4. Pembinaan Hubungan Baik

Terciptanya pembinaan hubungan baik atau komunikasi yang terjalin

antara siswa dengan guru diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi

siswa seperti perasaan gembira, penuh gairah dan semangat dalam kegiatan

belajar yang sedang dilakukannya. Komunikasi yang kurang baik dapat

(36)

2.5.3. Pengelolaan Organisasional

Rohani (2004:132) menyatakan bahwa kegiatan rutin yang secara

organisasional dilakukan baik ditingkat kelas maupun ditingkat sekolah akan

dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur

secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua peserta didik secara terbuka

sehingga jelas pula bagi mereka akan menyebabkan tertanam pada diri siswa

kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku. Beberapa hal yang menjadi

kegiatan organisasi kelas, yaitu:

2.5.3.1. Penggantian Pelajaran

Beberapa mata pelajaran mungkin ada baiknya siswa berada dalam satu

ruangan dan guru yang datang. Akan tetapi, untuk pelajaran-pelajaran tertentu,

seperti belajar di laboratorium, olah raga, dan kesenian, siswa diharuskan untuk

berpindah ruangan. Hal semacam ini hendaknya diatur secara tertib dan berada di

bawah pengawasan guru.

2.5.3.2. Guru Berhalangan Hadir

Apabila suatu saat guru berhalangan hadir karena ada sesuatu hal, maka

siswa sudah tahu cara mengatasinya, yaitu dengan cara melapor kepada guru piket

dan guru piketlah yang akan mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan

guru tersebut.

2.5.3.3. Masalah Antarsiswa

Apabila terjadi masalah antarsiswa yang tidak dapat diselesaikan oleh

(37)

memecahkan dan mengatasi masalah tersebut serta mendapatkan petunjuk

kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut.

Djamarah (2005:179) mengemukakan untuk melatih dan menciptakan

ketertiban kelas, perlu dibentuk organisasi anak didik di kelas. Pembentukan

organisasi kelas merupakan langkah awal melatih dan membina anak didik dalam

hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggungjawab atas tugas yang

dipercayakan. Organisasi anak didik dapat membantu guru dalam menyediakan

sarana pengajaran, seperti menyediakan spidol, alat peraga, buku paket, mengisi

presensi siswa atau guru dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua faktor

pengelolaan kelas sangat penting dilakukan oleh seorang guru dalam penyediaan

kondisi yang optimal agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

Faktor-faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

guru dalam melakukan pengelolaan kelas.

2.6. Hambatan Pengelolaan Kelas

Rohani (2004:155) menyatakan bahwa hambatan dalam pengelolaan kelas

dapat muncul dari berbagai macam hal, yaitu:

2.5.4.1 Faktor Guru

Guru dapat menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan

suasana yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Faktor penghambat

(38)

1. Tipe Kepemimpinan Guru

Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar yang

otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap pasif atau agresif siswa.

Kedua sikap siswa ini merupakan sumber masalah pengelolaan kelas karena

berpengaruh terhadap komunikasi yang terjalin antara guru dengan siswa di kelas.

2. Format Kegiatatan Belajar Mengajar yang Monoton

Format kegiatan belajar mengajar yang monoton menimbulkan kebosanan

bagi siswa. Format kegiatan belajar mengajar yang tidak bervariasi dapat

menyebabkan siswa bosan, frustasi/kecewa dan hal ini merupakan sumber

pelanggaran disiplin.

3. Kepribadian Guru

Seorang guru yang berhasil dituntut untuk bersikap hangat, adil, objektif,

dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam

kegiatan belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut

akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas.

4. Pengetahuan Guru

Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah dan pendekatan

pengelolaan kelas, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis dapat

menimbulkan hambatan dalam pengelolaan kelas. Mendiskusikan masalah ini

dengan teman sejawat akan membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan

(39)

5. Pemahaman Guru tentang Peserta Didik

Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik

dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk

dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya. Kemungkinan

karena tidak mengetahui caranya ataupun karena beban mengajar guru yang di

luar batas kemampuannya sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk

mengajar.

2.5.4.2. Faktor Siswa

Siswa dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu

masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai

bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu akan

kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman

sekelasnya.

Siswa harus sadar bahwa jika mereka mengganggu temannya yang sedang

belajar, berarti ia tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota masyarakat

kelas dan tidak menghormati hak siswa lain untuk mendapatkan manfaat dari

kegiatan belajar mengajar. Kurang sadarnya siswa dalam memenuhi tugas dan

haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat menjadi faktor utama

penyebab masalah pengelolaan kelas. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam

bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan

siswa (dengan penuh kesadaran) akan membawa peserta didik kea rah yang lebih

(40)

2.5.4.3. Faktor Keluarga

Tingkah laku siswa di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan

keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku siswa yang

agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada siswa pengganggu dan

pembuat rebut. Mereka itu biasanya berasal dari keluarga yang tidak utuh (broken

home).

Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib,

tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan, ataupun terlalu dikekang

merupakan latar belakang yang menyebabkan siswa melanggar disiplin kelas

sehingga terlihat jelas bahwa tuntutan di kelas berbeda dengan kondisi keluarga

yang menimbulkan kesukaran bagi siswa untuk menyesuaikan diri. Salah

penyesuaian (maladjusted) siswa terhadap situasi kelas merupakan masalah dalam

pengelolaan kelas. Disinilah pentingnya kerja sama yang seimbang antara sekolah

dengan rumah agar terjadi keselarasan antara situasi dan tuntutan di kelas atau

sekolah.

2.5.4.4. Faktor Fasilitas

Faktor fasilitas merupakan salah satu penghambat dalam pengelolaan

kelas. Faktor tersebut diantaranya yaitu:

1. Jumlah Siswa dalam Kelas

Kelas yang jumlah siswanya banyak merupakan masalah tersendiri dalam

pengelolaan kelas. Hal ini karena banyaknya siswa tersebut menyebabkan sulit

(41)

2. Besar Ruangan Kelas

Ruangan kelas yang kecil dibandingkan dengan jumlah siswa dan

kebutuhan siswa untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi

pengelolaan kelas. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang

disbanding dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan

memerlukan penanganan tersendiri.

3. Ketersediaan Alat

Jumlah buku yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah

siswa yang membutuhkannya akan menimbulkan masalah dalam pengelolaan

kelas.

Berdasarkan uraian di atas, yaitu mengenai faktor guru, siswa, lingkungan

keluarga, dan fasilitas merupakan faktor yang senantiasa harus diperhitungkan dan

dipertimbangkan dalam masalah pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam

pengelolaan kelas merupakan suatu cara untuk mengkondisikan kelasm sehingga

proses belajar mengajar dapat berjalan secara optimal.

2.7. Kerangka Berpikir

Masyarakat pada umumnya, siswa dan guru pada khususnya selalu

menginginkan hasil belajar yang baik. Namun, untuk mencapai hasil belajar yang

baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kemampuan guru

dalam melakukan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai

prasyarat terjadinya kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan

(42)

dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu pengelolaan fisik, pengelolaan sosio-emosional,

dan pengelolaan organisasional. Aspek-aspek ini merupakan bagian dari

pengelolaan kelas yang saling berkaitan dan perlu dilakukan guru secara merata,

menyeluruh, dan terintegrasi.

Pengelolaan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap

hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi

syarat mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar siswa dan

mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.

Pengelolaan sosio-emosional dalam kelas mempunyai pengaruh yang

cukup besar terhadap hasil belajar. Siswa sebagai salah satu objek pendidikan di

dalam kelas, tidak lepas dari hal-hal yang dapat mempengaruhi belajarnya.

Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan dengan baik dapat

mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas

dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa menyebabkan kebiasaan yang

baik dan keteraturan tingkah laku.

Pencapaian aspek-aspek di atas oleh seorang guru diharapkan dapat

mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal,

menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, dan guru lebih mampu

mengelola kelasnya dengan baik sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat

optimal. Kerangka berpikir dalam penelitian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada

(43)
(44)

29

3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan guru IPS di SMP

Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Populasi Siswa Kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2012/2013

No. Nama Sekolah Jumlah guru IPS Jumlah Siswa Kelas VII

1 SMP PGRI Bergas 1 15

2 SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas

1 25

3 SMP Kanisius Girisonta Bergas

1 57

Jumlah 3 97

Sumber: Data Sekunder 2013

3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006:131). Teknik sampling yang digunakan untuk memilih sampel adalah teknik

total sampling, karena jumlah seluruh guru IPS dan siswa kelas VII di SMP

Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang adalah 3 guru dan 97 siswa,

yang berarti jumlahnya kurang dari 100 orang, maka semuanya dijadikan sebagai

sampel. Arikunto (2002:120) menyatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100,

lebih baik diambil semua sehingga merupakan sampel populasi atau semua

(45)

3.3. Variabel Penelitian

Arikunto (2006:118) mengemukakan bahwa variabel adalah objek

penelitian, atau apa yang menjadikan titik perhatian suatu penelitian. Variabel

dalam penelitian ini adalah pengelolaan kelas yang terdiri dari sub variabel yang

meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan

organisasional.

Definisi operasional dari masing-masing sub variabel dapat diuraikan

sebagai berikut.

1. Pengelolaan Fisik Kelas

Indikator:

a. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

b. Pengaturan tempat duduk

c. Ventilasi dan pengaturan cahaya

d. Pengaturan penyimpanan barang-barang

2. Pengelolaan Sosio-Emosional

Indikator:

a. Tipe kepemimpinan

b. Sikap guru

c. Suara guru

d. Pembinaan hubungan baik

3. Pengelolaan Organisasional

Indikator:

(46)

b. Guru berhalangan hadir

c. Masalah antarsiswa

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Metode angket/kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:151). Angket dalam penelitian ini

digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pengelolaan kelas

(pengelolaan fisik, sosio-emosional dan organisasional) yang dilakukan oleh guru

IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013

yang diperoleh dengan menggunakan lembar angket. Lembar angket yang

digunakan adalah jenis angket yang tertutup (close from questioner), yaitu angket

yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban yang lengkap, sehingga

pengisi atau responden hanya memberikan jawaban silang pada jawaban yang

telah disediakan. Pemberian skor untuk angket adalah:

a. Skor 4 untuk jawaban a

b. Skor 3 untuk jawaban b

c. Skor 2 untuk jawaban c

(47)

3.4.2. Metode observasi/pengamatan

Arikunto (2006:156) menjelaskan bahwa di dalam pengertian psikologik,

observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan

perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Metode

observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan guru IPS kelas VII dalam

melakukan pengelolaan kelas (pengelolaan fisik, sosio-emosional dan

organisasional). Metode ini dilakukan dengan cara menggunakan lembar

observasi yang dilakukan oleh seorang observer (peneliti) yang duduk di belakang

kelas dan terus mengamati jalannya pembelajaran selama tiga kali pertemuan.

Observer mengamati jalannya pembelajaran dengan Standar Kompetensi:

Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa

Kolonial Eropa dengan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perkembangan

masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa.

3.5. Analisis Instrumen

3.5.1. Instrumen Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Kelas

Guru IPS

Instrumen angket yang telah disusun kemudian diuji coba kepada sejumlah

sampel diluar sampel penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui mutu angket

yang dibuat. Sasaran uji coba instrument angket ini adalah siswa kelas VIII SMP

PGRI Bergas. Analisis instrumen angket ini meliputi uji validitas dan reliabilitas

(48)

3.5.1.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Sebelum angket yang

sesungguhnya disebar, terlebih dahulu perlu dilakukan uji coba instrumen pada

beberapa responden sebagai sampel. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan

butir pernyataan yang tidak relevan, mengevaluasi apakah pertanyaan yang

diajukan dalam angket mudah dimengerti oleh responden atau tidak, dan untuk

mengetahui lamanya pengisian angket. Pengujian validitas instrumen dilakukan

dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment-Pearson (Arikunto,

2002:72) sebagai berikut.

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi

X : skor butir soal

Y : skor total

N : jumlah subyek

Hasil perhitungan rxy dihitung kemudian dikonsultasikan dengan rtabel

dengan taraf signifikan 5%. Jika didapatkan harga rxy > rtabel, maka butir

instrument dapat dikatakan valid, akan tetapi jika harga rxy < rtabel, maka

dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak valid. Hasil uji validitas Angket

(49)

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Angket Tanggapan Siswa tentang Pengelolaan

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen tanggapan siswa tentang

pengelolaan kelas guru IPS pada Tabel 3.2 diketahui bahwa dari 30 item

pertanyaan yang telah diujicobakan pada 29 siswa dan dianalisis menggunakan

kevaliditasan, 25 pertanyaan diantaranya termasuk dalam kriteria valid karena

pertanyaan tersebut mempunyai rxy lebih besar dari rtabel sedangkan 5 pertanyaan

lainnya tidak valid karena rxy lebih kecil dari rtabel. Butir item yang tidak valid

kemudian dihapus dan tidak digunakan dalam penelitian.

3.5.1.2. Uji Realibilitas

Realibilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Pengukuran realibilitas

instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2006:196),

(50)

Keterangan:

: reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ : jumlah varians butir

: varians total

Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel r product moment

dengan taraf signifikan 5%, dimana suatu instrumen dikatakan reliabel apabila

harga r11 lebih besar dari rtabel.

Hasil perhitungan reliabilitas (Lampiran 19) dari 29 responden diperoleh

nilai r11 = 0,90 sedangkan rtabel = 0,367. Karena r11 > rtabel maka dapat disimpulkan

bahwa instrumen penelitian reliabel, sehingga angket tersebut dapat digunakan

sebagai alat penelitian.

3.5.2. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS dalam Pengelolaan Kelas

Untuk menganalisis instrumen kemampuan guru dalam pengelolaan kelas

dilakukan analisis instrumen lembar observasi kemampuan guru IPS dalam

pengelolaan kelas dengan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam

menganalisis instrumen lembar observasi kemampuan guru IPS dalam

pengelolaan kelas ini dilakukan uji validitas instrumen.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Pengujian

(51)

kelas ini menggunakan pengujian validitas konstruk. Untuk menguji validitas

konstruk, dalam penelitian ini digunakan pendapat ahli (judgment experts). Dalam

hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur

dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli

(Sugiyono, 2008:352). Dalam penelitian ini ahli yang dimaksud adalah dosen

pembimbing skripsi. Instrumen lembar observasi yang telah dikonsultasikan dan

disetujui oleh para ahli tersebut dapat dikatakan valid.

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Metode analisis

data yang digunakan untuk mengetahui pengelolaan kelas guru IPS di SMP

Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 yaitu

deskriptif persentase.

Analisis deskriptif persentase adalah metode yang digunakan untuk

mendeskripsikan masing-masing sub variabel terhadap hasil belajar IPS kelas VII

di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.

Langkah-langkah analisis data deskriptif persentase adalah:

a. Mengkuantitatifkan jawaban butir pertanyaan dengan memberikan

tingkat-tingkat skor untuk masing-masing jawaban yaitu:

Tabel 3.3. Tingkat Skor Butir Pertanyaan

No. Pilihan Skor

1. A 4

2. B 3

3. C 2

4. D 1

(52)

Sumber: Analisis Data Tahun 2013

b. Mendeskripsikan Sub Variabel yang ada dalam penelitian dengan cara sebagai

berikut.

1) Menentukan jumlah item soal variabel.

2) Menghitung skor maksimal, dengan menggunakan rumus:

Skor maksimal = ∑ item soal x skor tertinggi

3) Menghitung skor minimal dengan menggunakan rumus:

Skor minimal = ∑ item soal variabel x skor tertinggi

4) Menentukan range dengan rumus:

Range = skor maksimal – skor minimal 5) Menentukan interval dengan rumus:

Interval =

6) Membuat kriteria

Kriteria dibagi menjadi empat, yaitu sangat baik, baik, cukup baik,

dan kurang baik. Kriteria penilaian variabel pengelolaan kelas diperoleh

melalui perhitungan sebagai berikut.

Skor maksimal : 100%

Skor minimal : 20%

Range : 100% - 20% = 80%

Interval : 80% : 4 = 20%

Tabel 3.4. Kriteria Deskripsi Persentase

No. Interval Persentase Kriteria Persentase

1 81% - 100% Sangat Baik

2 61% - 80% Baik

3 41% - 60% Cukup Baik

(53)

7) Menghitung frekuensi untuk tiap kriteria

8) Jumlah yang diperoleh kemudian dipersentasekan dengan rumus:

Keterangan:

p = angka persentase

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = (Numb of Cases) jumlah frekuensi/banyaknya individu

9) Mendeskripsikan hasil persentase yang diperoleh kemudian ditarik

kesimpulan.

3.7. Alur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa langkah. Adapun

langkah-langkahnya adalah:

3.8.1. Pra Lapangan

Tahap ini ada beberapa langkah yang ditempuh yakni yang pertama adalah

penentuan lokasi penelitian, dan observasi lapangan. Langkah selanjutnya adalah

penentuan populasi dan sampel sebelum menyusun rancangan penelitian yang

dalam hal ini adalah pembuatan proposal penelitian yang dikonsultasikan kepada

dosen pembimbing. Berikutnya adalah pembuatan surat ijin penelitian dan

penyusunan perlengkapan penelitian, yakni instrumen penelitian seperti lembar

observasi dan lembar angket.

(54)

3.8.2. Lapangan

Pada tahap lapangan ini, yang pertama adalah uji coba instrumen yang

meliputi uji coba angket kepada subjek yang bukan populasi penelitian, dalam hal

ini subjek adalah dari siswa kelas VIII dari salah satu sekolah yang diambil secara

acak, yaitu SMP PGRI Bergas.

Langkah selanjutnya peneliti memberikan perlakuan yang sama antara

SMP PGRI Bergas, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas dan SMP

Kanisius Girisonta Bergas yaitu guru melaksanakan proses pembelajaran seperti

biasa dengan observer berada di belakang untuk mengobservasi kemampuan guru

IPS dalam pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan

sosio-emosional dan pengelolaan organisasional. Hal ini dilakukan selama tiga

kali pertemuan pada materi dengan Standar Kompetensi: Memahami

perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa

dengan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perkembangan masyarakat,

kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa.

Pada pertemuan terakhir, siswa diberikan lembar angket untuk mengetahui

pengelolaan kelas yang telah dilakukan oleh guru IPS pada pelaksanaan

pembelajaran.

3.8.3. Pasca Lapangan

Tahap pasca lapangan ini data yang telah diperoleh di lapangan kemudian

dianalisis dan selanjutnya hasil data-data tersebut disajikan dalam bentuk laporan.

(55)

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian

Lapangan

Uji coba instrumen Penentuan lokasi

penelitian

Observasi lapangan

Penyusunan rancangan penelitian

Pembuatan surat ijin

Penyusunan perlengkapan penelitian Penentuan populasi

dan sampel

Angket

Melakukan observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas (pengelolaaan fisik kelas, sosio-emosional dan organisasional) selama proses pembelajaran

Pasca Lapangan

Analisis dan Pengujian Hipotesis

SMP IT Cahaya Ummat Bergas SMP Kanisius Girisonta Bergas SMP PGRI Bergas

(56)

41

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Bergas adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Semarang,

Jawa Tengah. Kecamatan ini terdiri dari 12 desa yaitu desa Gebugan, Munding,

Wujil, Pagersari, Bergas Kidul, Bergas Lor, Karangjati, Diwak, Jatijajar,

Ngempon, Wringinputih dan Gondoriyo. Lebih jelasnya tentang lokasi penelitian

dapat dilihat pada Lampiran 1.

Batas-batas Kecamatan Bergas secara adminstratif yaitu:

Sebelah Utara : Kecamatan Ungaran Timur

Sebelah Timur : Kecamatan Pringapus

Sebelah Barat : Kecamatan Bandungan

Sebelah Selatan : Kecamatan Bawen

4.1.2. Deskripsi Umum Objek Penelitian

SMP di Kecamatan Bergas terdiri dari satu sekolah negeri dan tiga sekolah

swasta. Jumlah sekolah swasta lebih banyak daripada sekolah negeri menjadi

bukti bahwa pihak swasta turut berperan aktif dalam pembangunan dunia

pendidikan di Kecamatan Bergas. Ketiga SMP Swasta yang menjadi objek

(57)

Sumber: Dokumentasi Peneliti

a. SMP PGRI Bergas

Letak astronomis : 7°10‟42” LS, 110°25‟36” BT

Alamat Sekolah : Jl. PTP-Ngobo, Bergas, Kab. Semarang

Telepon : (0298) 525083

Akreditasi : B

Visi: Membentuk siswa yang bertaqwa, berbudi, berdisiplin, trampil dan

berprestasi.

Misi:

1. Membiasakan siswa taat beribadah menurut kepercayaan masing-masing.

2. Membiasakan siswa berbakti pada orang tua, masyarakat, dan negara.

3. Membiasakan siswa memiliki kepribadian yang baik.

4. Membiasakan ketertiban di sekolah, rumah dan masyarakat.

5. Mengusahakan lingkungan belajar yang kondusif.

6. Meningkatkan prestasi siswa dalam berbagai disiplin ilmu.

(58)

Sumber: Dokumentasi Peneliti

b. SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas

Letak astronomis : 7°12‟40” LS, 110°25‟40” BT

Alamat Sekolah : Jl. Kalinjaro Karangjati Bergas, Kab. Semarang

Telepon : (024) 70771295

Akreditasi : B

Visi: Menjadi lembaga pendidikan Islam yang efektif, modern, dan berkualitas

dalam rangka melahirkan generasi muslim yang kokoh dalam ilmu, iman

dan amal

Misi:

1. Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan Islami.

2. Mengembangkan model pembelajaran yang kondusif dan efektif.

3. Menerapkan sistem pendidikan Islam terpadu dalam rangka membentuk

kepribadian peserta didik agar cerdas, intelektual, emosional, dan spiritual.

4. Mengoptimalkan peran serta orang tua, masyarakat dan pemerintah.

5. Menjadi sekolah rujukan bagi sekolah negeri maupun swasta di Kabupaten

Semarang dan sekitarnya.

Gambar

Tabel
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Tabel 3.1. Populasi Siswa Kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Angket Tanggapan Siswa tentang Pengelolaan  Kelas Guru IPS
+7

Referensi

Dokumen terkait

dalam Pendidikan Anak Usia Dini bahwa kecerdasan emosional. guru mempunyai hubungan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan kelas dan kompetensi guru terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa kelas X SMK Swasta Teladan Sumatera Utara

“Pengelolaan KKG Ahmad Yani telah mengikuti standar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, tetapi kadang terjadi ketidaksinkronan antara pengurus,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) tingkat kemampuan guru dalam meningkatkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran guru mata pelajaran IPS kelas

Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi siswa mengenai keterampilan guru dalam menciptakan iklim kelas kolaboratif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) tingkat kemampuan guru dalam meningkatkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran guru mata pelajaran IPS kelas

Dari uraian-uraian di atas, disimpulkan bahwa Pendekatan Sosio- Emosioanal dipergwnakan untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, dapat menciptakan hubungan yang

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mendeskripsikan:  (1)  Bagaimana  pengelolaan  kelas  yang  dilakukan  oleh  guru  mata  pelajaran  UN  di  SMP  Negeri