SE-KECAMATAN BERGAS KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2012/2013
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Vita Nandiasari
3201409044
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ii
panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Jum‟at Tanggal : 12 Juli 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd. NIP. 19620904 198901 1 001 NIP. 19770708 200604 1 001
Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 25 Juli 2013
Penguji Utama
Drs. Sriyono, M.Si.
NIP. 19631217 198803 1 002
Penguji I Penguji II
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd.
NIP. 19620904 198901 1 001 NIP. 19770708 200604 1 001
Mengetahui:
Dekan,
Dr. Subagyo, M.Pd.
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 12 Juli 2013
Vita Nandiasari
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar (HR. Imam
Bukhari).
Kekayaan itu adalah kekayaan hati dan kemiskinan adalah kemiskinan hati
(HR. An-Nasai).
PERSEMBAHAN:
1. Ayah dan Ibuku, (Supandi dan Siti
Basariah) yang memberikan doa,
dukungan dan segalanya
2. Adikku, Sindi Saputra
3. Sahabat-sahabatku “KFC”
4. Seseorang yang selalu memberikan
perhatian dan dukungannya
5. Teman-teman Pendidikan Geografi 2009
vi PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan RahmatNya
sehingga skripsi dengan judul ”Pengelolaan Kelas Guru IPS di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013” dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 (satu) guna meraih
gelar Sarjana Pendidikan. Berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Subagyo M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi FIS UNNES sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan kemudahan
administrasi dalam penyusunan skripsi serta memberikan bimbingan dan
arahan.
4. Muh. Sholeh, S.Pd., M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan.
5. Drs. Sriyono, M.Si., Dosen penguji utama yang telah memberikan bimbingan
dan mengarahkan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
6. Kepala di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang telah
memberikan ijin dan membantu dalam penelitian ini.
7. Guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang telah
vii
8. Siswa-siswi kelas VII di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang tahun ajaran 2012/2013 yang telah membantu dalam penelitian.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas bantuan dan amal
baiknya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Juli 2013
viii
SARI
Nandiasari, Vita. 2013. Pengelolaan Kelas Guru IPS Di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013. Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Pembimbing II: Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd.
Kata Kunci: Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan kegiatan guru yang meliputi menata lingkungan fisik kelas, mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif dapat menciptakan proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 2) Bagaimana pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 3) Bagaimana pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 97 siswa dan 3 guru. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Variabel penelitian yaitu pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan organisasional. Metode pengumpulan data adalah observasi dan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriptif persentase.
Berdasarkan hasil penelitian, besarnya rata-rata pengeloaan fisik kelas guru IPS adalah 77% termasuk kriteria baik. Besarnya rata-rata pengelolaan sosio-emosional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (87%). Besarnya rata-rata pengelolaan organisasional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (83%). Hal ini disebabkan pada saat sebelum diadakan penelitian, guru belum memaksimalkan pengelolaan kelas (pengelolaan fisik kelas, sosio-emosional dan organisasional) yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan setelah penelitian, guru memahami indikator-indikator apa saja yang menyangkut pengelolaan kelas dan melaksanakannya dengan optimal.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan Penelitian ... 4
1.4.Manfaat Penelitian ... 5
1.5.Penegasan Istilah ... 5
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengelolaan Kelas ... 7
2.2. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 9
2.3. Prinsip Pengelolaan Kelas ... 11
2.4. Pendekatan Pengelolaan Kelas ... 12
2.5. Aspek-Aspek Pengelolaan Kelas ... 16
2.5.1. Pengelolaan Fisik ... 16
2.5.2. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 18
x
2.6. Hambatan Pengelolaan Kelas ... 22
2.7. Kerangka Berpikir ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Populasi ... 29
3.2.Sampel ... 29
3.3.Variabel Penelitian ... 30
3.4.Metode Pengumpulan Data ... 31
3.4.1. Metode Angket ... 31
3.4.2. Metode Observasi ... 32
3.5.Analisis Instrumen ... 32
3.5.1.Instrumen Angket ... 32
3.5.1.1. Uji Validitas ... 33
3.5.1.2. Uji Realibilitas ... 34
3.5.2.Instrumen Observasi ... 35
3.6.Metode Analisis Data ... 36
3.7.Alur Penelitian ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ... 41
4.1.1.Deskripsi Umum Daerah Penelitian ... 41
4.1.2. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 41
4.1.3.Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 45
4.1.3.1. Pengelolaan Fisik Kelas ... 45
4.1.3.2. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 50
4.1.3.3. Pengelolaan Organisasional ... 54
4.1.4.Hasil Observasi Kemampuan Guru IPS ... 58
4.1.4.1. Pengelolaan Fisik Kelas ... 58
4.1.4.2. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 59
xi
4.2.Pembahasan ... 59
4.2.1.Pengelolaan Fisik Kelas ... 59
4.2.2.Pengelolaan Sosio-Emosional ... 61
4.2.3.Pengelolaan Organisasional ... 63
BAB V PENUTUP 5.1Simpulan ... 66
5.2. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Populasi Siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 ... 29
3.2. Hasil Uji Validitas Angket ... 34
3.3. Tingkat Skor Butir Pertanyaan ... 36
3.4. Kriteria Deskriptif Persentase ... 37
4.1. Profil Guru IPS ... 45
4.2. Pengelolaan Fisik Kelas ... 46
4.3. Ruangan Tempat Berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar ... 47
4.4. Pengaturan Tempat Duduk ... 48
4.5. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya ... 49
4.6. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang ... 50
4.7. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 51
4.8. Tipe Kepemimpinan ... 52
4.9. Sikap Guru ... 53
4.10. Suara Guru ... 53
4.11. Pembinaan Hubungan Baik ... 54
4.12.Pengelolaan Organisasional ... 55
4.13. Penggantian Pelajaran ... 56
4.14. Kehadiran Guru ... 56
4.15 Masalah Antarsiswa ... 57
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Berpikir ... 28
3.1. Diagram Alur Penelitian ... 40
4.1. SMP PGRI Bergas ... 42
4.2. SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas ... 43
4.3. SMP Kanisius Girisonta Bergas ... 44
4.4. Kegiatan Belajar Mengajar ... 50
xiv
4. Daftar Nama Responden SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas 75
5. Daftar Nama Responden SMP Kanisius Girisonta Bergas Kelas
VIIA ... 76
6. Daftar Nama Responden SMP Kanisius Girisonta bergas Kelas VIIB
... 77
7. Kisi-Kisi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam
Pengelolaan Kelas ... 78
8. Rubrik Penskoran Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas . 79
9. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan
Kelas ... 82
10. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan
Kelas SMP PGRI Bergas ... 83
11. Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam
Pengelolaan Kelas SMP PGRI Bergas ... 86
12. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan
Kelas SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas ... 88
13. Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam
Pengelolaan Kelas SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas ... 91
14. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan
Kelas SMP Kanisius Girisonta Bergas ... 93
15. Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam
Pengelolaan Kelas SMP Kanisius Girisonta Bergas ... 96
16. Rekapitulasi Rata-Rata Pengelolaan Kelas Guru IPS Di SMP Swasta
xv
17. Kisi-Kisi Instrumen Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan
Kelas guru IPS ... 99
Lampiran Halaman 18. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Kelas guru IPS ... 100
19. Uji Validitas dan Realibilitas Angket ... 106
20. Data Hasil Penelitian ... 110
1
1.1.Latar Belakang
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Siswoyo (2008:25) menjelaskan bahwa peranan pendidikan dalam drama
kehidupan kemajuan umat manusia semakin penting. Ini berkaitan dengan
semakin perlunya bagi manusia pada umumnya dan pendidik khususnya untuk
senantiasa mengembangkan pemahaman yang terus mengenal pendidikan.
Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan untuk
mengemban fungsi reproduksi, penyadaran, dan mediasi secara simultan.
Fungsi-fungsi sekolah itu diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran sebagai
inti bisnisnya (Danim, 2008:1).
Pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru atau kompetensi guru sangat
menentukan proses pembelajaran di kelas dan pendidikan di sekolah. Kompetensi
guru akan menentukan mutu lulusan suatu pendidikan, karena murid belajar
Widodo (2012:67) menyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu dan
kualitas serta kuantitas kegiatan belajar mengajar, banyak upaya yang dapat
dilakukan guru, seperti keterampilan mengelola kelas. Peranan guru dalam
pengelolaan kelas adalah usaha untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang
baik agar tujuan pengajaran tercapai secara optimal. Dengan demikian
pengelolaan kelas harus ditangani secara serius karena erat kaitannya dengan
keberhasilan belajar mengajar.
Arikunto (1990:195) mengemukakan bahwa pengelolaan kelas adalah
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memaksimalkan pemanfaatan
sarana, menjaga keterlibatan siswa dan memberikan layanan agar tercipta situasi
kelas yang kondusif untuk terjadinya proses pengajaran yang efektif. Rusydie
(2011:24) menjelaskan bahwa manajemen kelas adalah segala usaha yang
dilakukan untuk mewujudkan terciptanya suasana belajar-mengajar yang efektif
dan menyenangkan, serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik
sesuai kemampuan mereka.
Menurut Sardiman (dalam Suryosobroto, 2002:49) kegiatan mengelola
kelas menyangkut dua hal. Pertama mengatur tata ruang kelas, misalnya mengatur
meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, dan yang kedua, menciptakan
iklim belajar mengajar yang serasi, artinya guru harus mampu menangani dan
mengarahkan tingkah laku anak didik agar tidak merusak suasana kelas.
Yamin (2009:40) menjelaskan bahwa kelas adalah ruang belajar (lingkungan
fisik) dan rombongan belajar (lingkungan emosional). Lingkungan fisik meliputi
pengajaran, ventilasi. Sedangkan sosio emosional meliputi tipe kepemimpinan guru,
sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat penting
karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi menata lingkungan fisik,
mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan
mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi
belajar yang kondusif dapat menciptakan proses belajar mengajar yang berlangsung
secara efektif.
Pembelajaran IPS pada hakikatnya adalah pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan siswa mengenali dan memahami gejala sosial dan
kehidupan untuk menghadapi permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya
pengaruh lingkungan. Satu hal yang seharusnya disadari ketika seorang guru
mengembangkan pembelajaran IPS adalah IPS lebih dari sekedar kumpulan fakta
atau konsep, karena dalam IPS juga terdapat kumpulan proses yang dapat
diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata.
SMP di Kecamatan Bergas terdiri dari satu sekolah negeri yaitu SMP
Negeri 1 Bergas dan tiga sekolah swasta yaitu SMP PGRI Bergas, SMP Islam
Terpadu Cahaya Ummat Bergas, dan SMP Kanisius Girisonta Bergas. Jumlah
sekolah swasta lebih banyak daripada sekolah negeri menjadi bukti bahwa pihak
swasta turut berperan aktif dalam pembangunan dunia pendidikan di Kecamatan
Bergas sehingga pengelolaan kelas, terutama pengelolaan kelas oleh guru IPS
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengambil judul:
“Pengelolaan Kelas Guru IPS di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
1. Bagaimana pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta
se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?
2. Bagaimana pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP
Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?
3. Bagaimana pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP
Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dirumuskan
tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Mengetahui pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta
se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.
2. Mengetahui pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP
Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.
3. Mengetahui pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih
lanjut tentang kemampuan pengelolaan kelas seorang guru, khususnya
kemampuan pengelolaan kelas guru IPS.
1.4.2. Manfaat Praktis
1.4.2.1. Bagi kepala sekolah
Memberikan masukan terhadap kemampuan mengelola kelas yang dimiliki
oleh seorang guru IPS sehingga lebih ditingkatkan lagi pembinaan serta
pengawasan terhadap kinerja guru tersebut.
1.4.2.2. Bagi guru
Memberikan umpan balik terhadap kemampuan mengelola kelas yang
dimilikinya agar lebih ditingkatkan lagi kemampuan tersebut untuk proses
pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
1.4.2.3. Bagi penulis
Memberikan wawasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, terutama
wawasan mengenai pengelolaan kelas.
1.5.Penegasan Istilah
Guna menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka
1.5.1. Pengelolaan Kelas
Mulyasa (2008:91) menyatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Pengertian
pengelolaan kelas dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan seorang
guru IPS berdasarkan pengelolaan fisik, pengelolaan sosio-emosional dan
pengelolaan organisasional dengan tujuan menciptakan situasi pembelajaran ke
arah yang lebih baik.
1.5.3. SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas
SMP Swasta yang terdapat di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
berjumlah tiga sekolah, yaitu SMP PGRI Bergas, SMP Islam Terpadu Cahaya
Ummat Bergas dan SMP Kansius Girisonta Bergas. Seluruh guru IPS dan siswa
kelas VII semester II tahun ajaran 2012/2013 diketiga sekolah tersebut merupakan
objek penelitian yang dijadikan populasi. Peneliti hanya mengambil sampel kelas
VII karena siswa kelas VII merupakan siswa yang baru lulusan SD, sehingga
kemampuan guru dalam pengelolaan kelas sangat penting untuk dioptimalkan
7
2.1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Arikunto (dalam Mudasir, 2011:15) berpendapat bahwa pengelolaan kelas
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran
atau membantu maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat
melaksanakan kegiatan belajar seperti diharapkan. Djamarah (2005:173)
menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan
potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi
edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
Pengelolaan kelas yang baik akan memberikan motivasi dan semangat
belajar kepada peserta didik, sehingga keinginan peserta didik untuk
bermain-main disaat belajar, membolos saat jam belajar, dan melakukan perbuatan yang
tidak diharapkan tidak akan terjadi, tentu hal ini dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Maka, manajemen kelas merupakan persyaratan penting yang
menentukan terciptanya pembelajaran yang efektif. Secara logika bahwa
manajemen kelas yang efektif adalah suatu segi penting dari proses belajar
mengajar (Widayati, 2011:29).
Surjana (2002:67) menyatakan bahwa pengelolaan kelas didefinisikan
sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan
kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan
kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara
guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan
perencanaan/persiapan mengajar.
Kegiatan pengelolaan kelas merupakan usaha sengaja yang dilakukan
(terencana), adanya pengorganisasian alat dan waktu, adanya fungsionalisasi
sumber daya kelas yang ada, dan terciptanya efektifitas dan efisiensi belajar untuk
mencapai tujuan (Jamil, 2009:51). Pengelolaan kelas atau manajemen kelas
(classroom management) merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan
mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan
atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara
optimal (Sugianto, 2008:117).
Mato (2010:12) mengemukakan pengelolaan kelas dapat dipandang
sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh
seorang guru dalam berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum
dan perkembangan siswa. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian
kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan yang kreatif dan terarah.
Berdasarkan uraian di atas, maka konsep dasar pengelolaan kelas sangat
perlu dan penting dipahami oleh seorang pendidik karena berperan penting dalam
menciptakan suasana kelas yang konduksif. Pengelolaan kelas menjadi sederhana
untuk dilakukan apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan guru
mengetahui bahwa gaya kepemimpinan situasional sangat bermanfaat bagi guru
2.2. Tujuan Pengelolaan Kelas
Secara umum, tujuan pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Mutu pembelajaran akan tercapai jika tercapainya tujuan
pembelajaran. Karakter kelas yang dihasilkan karena adanya proses pengelolaan
kelas yang baik akan memiliki sekurang-kurangnya tiga ciri, yaitu:
1. Speed, artinya anak dapat belajar dalam percepatan proses dan progress
sehingga membutuhkan waktu yang relatif singkat.
2. Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna
dan situasi kelas kondusif.
3. Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau
menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi
(Fathurrohman, 2009:104).
Arikunto (dalam Mudasir, 2011:18) menjelaskan bahwa tujuan
pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib
sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Rusydie
(2011:29) menjelaskan bahwa secara umum, manajemen kelas bertujuan untuk
menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk tempat berlangsungnya proses
belajar-mengajar. Dengan demikian, proses tersebut akan dapat berjalan dengan
efektif dan terarah, sehingga cita-cita pendidikan dapat tercapai demi
terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.
Djamarah (2005:147-148) berpendapat bahwa semua komponen
keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan yang baik untuk anak didik
1. Anak didik
a. Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu
terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b. Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata
tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu
peringatan dan bukan kemarahan.
c. Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas
dan pada kegiatan yang diadakan.
2. Guru
a. Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan
pembukaan yang lancer dan kecepatan yang tepat.
b. Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam
memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik.
c. Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku
anak didik yang mengganggu.
d. Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan
dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul
di dalam kelas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan
pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, emosional dan sikap pada
siswa.
2.3. Prinsip Pengelolaan Kelas
Usman (2009:97) menjelaskan bahwa dalam melakukan pengelolaan kelas,
untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa senang,
nyaman dan menantang bagi peserta didik, maka perlu diperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim
kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan
belajar-mengajar yang optimal.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar-mengajar yang
bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, didalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan
hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal
yang negatif.
6. Penanaman disiplin diri
Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari
pengelolaan kelas. Untuk itu, guru harus selalu mendorong siswa untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh
atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
Djamarah (dalam Partono, 2009:95) menyatakan bahwa untuk menunjang
dalam keberhasilan dalam mengajar, seorang guru juga harus dapat mengelola
kelas dengan baik, adapun indikator dalam pengelolaan kelas meliputi: (1) hangat
dan antusias, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) keluwesan, dan (5) penekanan pada
hal-hal yang positif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua prinsip
pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan hal penting bagi guru dalam rangka
memperkecil masalah atau gangguan yang dihadapi guru dalam melakukan
pengelolaan kelas.
2.4. Pendekatan Pengelolaan Kelas
Terdapat beberapa pendekatan pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh
1. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses mengontrol tingkah laku
anak didik. Peranan guru disini menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
menaatinya.
2. Pendekatan Ancaman
Pendekatan ancaman ini berarti bahwa pengelolaan kelas diartikan sebagai
suatu proses mengontrol tingkah laku anak didik. Pelaksanaannya dengan cara
memberi ancaman, misalnya melarang, mengejek, menyindir dan memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses membantu anak didik
untuk merasa bebas mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan
guru adalah mengusahakan semakin mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan Resep (Cookbook)
Pendekatan ini dilakukan dengan mendaftar apa yang harus dan apa yang
tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang
terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap yang harus
dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk sesuai yang
tertulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan
menganjurkan tingkat guru dalam mengajar dapat mencegah atau menghentikan
tingkah laku anak didik yang kurang baik.
6. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas disini diartikan sebagai suatu
proses mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan
tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
7. Pendekatan Sosioemosional
Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses
menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas. Sosioemosional yang
positif artinya adanya hubungan positif antara antara guru dengan didik.
8. Pendekatan Proses Kelompok
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses menciptakan kelas
sebagai suatu sitem sosial dan proses kelompok merupakan yang paling utama.
Peranan guru adalah mengusahakan agar pengembangan dan pelaksanaan proses
kelompok itu efektif.
9. Pendekatan Pluralistik
Pengelolaan kelas berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan
yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu
kondisi yang memungkinkan proses interaksi edukatif berjalan dengan efektif dan
efisien. Disini bebas memilih pendekatan yang sesuai dan dapat dilaksanakan.
Dumiyati (2010:3-5) berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan
yang umumnya dilakukan oleh para guru dalam melakukan pengelolaan kelas
1. Behavior - Modification Approach (Behaviorism Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaanpendekatan ini adalah bahwa perilaku
“baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi
perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive
reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement
(untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan
reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak
tepatmalah hanya akan menimbulkan masalahbaru.
2. Socio – Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses
belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang
baik antara peserta didik-guru dan atau peserta didik-peserta didik dan guru
menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim, sosio-emosional yang baik.
3. Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru
adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua prinsip
pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan hal yang penting bagi guru. Hal ini
berpengaruh terhadap kemampuan seorang guru dalam rangka memperkecil
2.5. Aspek-Aspek Pengelolaan Kelas
2.5.1. Pengelolaan Fisik Kelas
Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah
lingkungan. Sejak dulu pengaruh lingkungan terhadap pendidikan telah disadari.
Sekalipun lingkungan itu mempunyai makna yang luas, tetapi lingkungan fisik
menjadi salah satu dari sekian banyak masalah yang berhubungan dengan
penciptaan lingkungan yang baik, yang mampu menciptakan suasana kelas yang
mampu mendorong siswa belajar dengan baik.
Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu
perkembangan pendidikan subyek didiknya (siswa). Dengan teknik motivasi yang
akurat, guru dapat menciptakan kontribusi iklim kelas yang sehat. Lingkungan ini
hendaknya mencerminkan kepribadian guru dan perhatian serta penghargaan atas
usaha siswanya. Siswa harus dibuat secara terus menerus memberikan reaksi pada
lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi sesuai dengan kondisi yang
diinginkan. Pengelolaan fisik kelas yang menjadi faktor penunjang terciptanya
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas yaitu:
2.5.1.1. Ruangan Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar
Ruangan tempat belajar di kelas harus memungkinkan semua siswa dapat
bergerak secara leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara
satu siswa dengan siswa yang lainnya pada saat pembelajaran. Besarnya ruangan
kelas sangat tergantung pada berbagai macam faktor, diantaranya adalah jenis
kegiatan dan jumlah siswa. Sebagaimana dinyatakan Rohani (2004:128) bahwa
kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas ataukah bekerja di
ruang praktikum dan (2) jumlah siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama
secara klasikal atau kelompok.
2.5.1.2. Pengaturan Tempat Duduk
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan tempat duduk adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka secara tepat, yang artinya guru dapat
mengontrol tingkah laku peserta didik pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung di kelas. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran
pengaturan proses belajar mengajar (Rohani, 2004:128).
Djamarah (2005:175) menyatakan bahwa tempat duduk mempengaruhi
anak didik dalam belajar. Apabila pengaturan tempat duduk sesuai dengan postur
tubuh anak didik, maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang. Apabila
pada saat proses pembelajaran akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka
formasi tempat duduk sebaiknya berbentuk melingkar. Sedangkan apabila
pembelajaran ditempuh dengan metode ceramah, tempat duduk sebaiknya
berderet memanjang ke belakang. Selain kedua pengaturan tempat duduk
tersebut,, masih ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan
sesuai kebutuhan guru dalam menyampaikan materi di dalam kelas.
2.5.1.3. Ventilasi Dan Pengaturan Cahaya
Suhu, ventilasi, dan cahaya merupakan salah satu faktor yang perlu
menjadi perhatian oleh seorang guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar
yang berlangsung dengan nyaman. Jendela harus cukup besar sehingga
menghasilkan udara sehat sehingga semua siswa dalam kelas dapat menghirup
udara segar yang cukup mengandung oksigen.
Pengaturan cahaya perlu diperhatikan agar siswa dapat melihat tulisan
yang ada di papan tulis maupun pada buku bacaan dengan jelas . Kapur tulis yang
digunakan sebaiknya kapur yang bebas dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus
datang dari sebelah kiri, cukup terang tetapi tidak menyilaukan. Hal ini
disebabkan agar pada saat siswa menulis atau mengerjakan sesuatu tidak
terhalangi oleh bayangan yang dihasilkan apabila cahaya dating dari sebelah
kanan.
2.5.1.4. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang
Barang-barang pendukung proses pembelajaran hendaknya disimpan pada
tempat khusus yang mudah dicapai apabila segera diperlukan dan akan
dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang karena nilai
praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti absensi, buku
pelajaran, atlas, peta, pedoman kurikulum dan sebagainya hendaknya ditempatkan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa.
Yamin (dalam Arpan, 2010:64) mengemukakan bahwa kegiatan
mengelola kelas menyangkut kegiatan menata ruang belajar (lingkungan fisik)
meliputi: ruangan, keindahan kelas, kebersihan kelas, kerapian kelas, pengaturan
tempat duduk, pengaturan sarana dan tempat pengajaran, ventilasi dan jendela.
2.5.2. Pengelolaan Sosio-Emosional
Pengelolaan sosio-emosional dalam kelas yang terjalin dengan baik akan
motivasi siswa dalam belajar merupakan efektivitas tercapainya tujuan
pengajaran. Rohani (2004:130) menyatakan bahwa pengelolaan sosio-emosional
meliputi tipe kepemimpinan, sikap guru, suara guru, dan pembinaan hubungan
baik. Secara lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
2.5.2.1. Tipe Kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana
emosional di dalam kelas. Apabila guru memiliki tipe kepemimpinan yang
otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis tetapi dipihak
lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif.
Tipe kepemimpinan guru yang cenderung laissez-faire biasanya tidak
produktif walaupun ada pemimpin. Apabila guru di dalam kelas, siswa lebih
banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan, bukan kegiatan
positif yang sifatnya aktif dalam pembelajaran.
Tipe kepemimpinan guru yang paling baik digunakan oleh seorang guru
agar dapat mengelola kelas dengan baik adalah tipe kepemimpinan yang bersifat
demokratis. Tipe kepemimpinan ini lebih memungkinkan terjadinya jalinan yang
hangat antara guru dan siswa dengan dasar saling memahami, mempercayai dan
menghargai sehingga sikap ini dapat membantu menciptakan suasana yang
menguntungkan antara guru dan siswa dalam terciptanya kondisi proses belajar
mengajar yang optimal dan mencapai tujuan.
2.5.2.2. Sikap Guru
Sikap seorang guru di dalam kelas terhadap siswa yang memiliki motivasi
pengelolaan kelas dengan tepat. Guru tersebut akan menaruh perhatian bagi siswa
dan kelasnya. Guru akan melakukan yang terbaik bagi siswa. Dalam mentransfer
materi pelajaran pada siswa, guru akan mempelajari dan mengatur kelas
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan proses belajar
mengajar dengan baik. Guru akan mencermati kemampuan para siswa satu per
satu, sehingga guru mengetahui kemampuan siswa pada tingkatan rendah, sedang
atau tinggi. Dengan demikian, guru akan menentukan siswa-siswa yang mana,
yang perlu mendapat bimbingan yang banyak guru dapat menentukan metoda
mengajar atau media pembelajaran yang harus digunakan.
2.5.2.3. Suara Guru
Suara guru yang terlalu keras ataupun terlalu pelan dapat merubah minat
siswa untuk mendengarkan materi yang akan disampaikan. Suara guru ketika
kegiatan pembelajaran berlangsung hendaknya bervariasi sehingga tidak
membosankan siswa yang mendengarnya dan terdorong untuk memperhatikan
penjelasan guru secara maksimal sehingga kelas berada dalam kondisi yang
kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat terccapai dengan optimal.
2.5.2.4. Pembinaan Hubungan Baik
Terciptanya pembinaan hubungan baik atau komunikasi yang terjalin
antara siswa dengan guru diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi
siswa seperti perasaan gembira, penuh gairah dan semangat dalam kegiatan
belajar yang sedang dilakukannya. Komunikasi yang kurang baik dapat
2.5.3. Pengelolaan Organisasional
Rohani (2004:132) menyatakan bahwa kegiatan rutin yang secara
organisasional dilakukan baik ditingkat kelas maupun ditingkat sekolah akan
dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur
secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua peserta didik secara terbuka
sehingga jelas pula bagi mereka akan menyebabkan tertanam pada diri siswa
kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku. Beberapa hal yang menjadi
kegiatan organisasi kelas, yaitu:
2.5.3.1. Penggantian Pelajaran
Beberapa mata pelajaran mungkin ada baiknya siswa berada dalam satu
ruangan dan guru yang datang. Akan tetapi, untuk pelajaran-pelajaran tertentu,
seperti belajar di laboratorium, olah raga, dan kesenian, siswa diharuskan untuk
berpindah ruangan. Hal semacam ini hendaknya diatur secara tertib dan berada di
bawah pengawasan guru.
2.5.3.2. Guru Berhalangan Hadir
Apabila suatu saat guru berhalangan hadir karena ada sesuatu hal, maka
siswa sudah tahu cara mengatasinya, yaitu dengan cara melapor kepada guru piket
dan guru piketlah yang akan mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan
guru tersebut.
2.5.3.3. Masalah Antarsiswa
Apabila terjadi masalah antarsiswa yang tidak dapat diselesaikan oleh
memecahkan dan mengatasi masalah tersebut serta mendapatkan petunjuk
kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut.
Djamarah (2005:179) mengemukakan untuk melatih dan menciptakan
ketertiban kelas, perlu dibentuk organisasi anak didik di kelas. Pembentukan
organisasi kelas merupakan langkah awal melatih dan membina anak didik dalam
hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggungjawab atas tugas yang
dipercayakan. Organisasi anak didik dapat membantu guru dalam menyediakan
sarana pengajaran, seperti menyediakan spidol, alat peraga, buku paket, mengisi
presensi siswa atau guru dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua faktor
pengelolaan kelas sangat penting dilakukan oleh seorang guru dalam penyediaan
kondisi yang optimal agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Faktor-faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
guru dalam melakukan pengelolaan kelas.
2.6. Hambatan Pengelolaan Kelas
Rohani (2004:155) menyatakan bahwa hambatan dalam pengelolaan kelas
dapat muncul dari berbagai macam hal, yaitu:
2.5.4.1 Faktor Guru
Guru dapat menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan
suasana yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Faktor penghambat
1. Tipe Kepemimpinan Guru
Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar yang
otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap pasif atau agresif siswa.
Kedua sikap siswa ini merupakan sumber masalah pengelolaan kelas karena
berpengaruh terhadap komunikasi yang terjalin antara guru dengan siswa di kelas.
2. Format Kegiatatan Belajar Mengajar yang Monoton
Format kegiatan belajar mengajar yang monoton menimbulkan kebosanan
bagi siswa. Format kegiatan belajar mengajar yang tidak bervariasi dapat
menyebabkan siswa bosan, frustasi/kecewa dan hal ini merupakan sumber
pelanggaran disiplin.
3. Kepribadian Guru
Seorang guru yang berhasil dituntut untuk bersikap hangat, adil, objektif,
dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam
kegiatan belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut
akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas.
4. Pengetahuan Guru
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah dan pendekatan
pengelolaan kelas, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis dapat
menimbulkan hambatan dalam pengelolaan kelas. Mendiskusikan masalah ini
dengan teman sejawat akan membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan
5. Pemahaman Guru tentang Peserta Didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik
dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk
dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya. Kemungkinan
karena tidak mengetahui caranya ataupun karena beban mengajar guru yang di
luar batas kemampuannya sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk
mengajar.
2.5.4.2. Faktor Siswa
Siswa dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu
masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai
bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu akan
kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman
sekelasnya.
Siswa harus sadar bahwa jika mereka mengganggu temannya yang sedang
belajar, berarti ia tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota masyarakat
kelas dan tidak menghormati hak siswa lain untuk mendapatkan manfaat dari
kegiatan belajar mengajar. Kurang sadarnya siswa dalam memenuhi tugas dan
haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat menjadi faktor utama
penyebab masalah pengelolaan kelas. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam
bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan
siswa (dengan penuh kesadaran) akan membawa peserta didik kea rah yang lebih
2.5.4.3. Faktor Keluarga
Tingkah laku siswa di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan
keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku siswa yang
agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada siswa pengganggu dan
pembuat rebut. Mereka itu biasanya berasal dari keluarga yang tidak utuh (broken
home).
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib,
tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan, ataupun terlalu dikekang
merupakan latar belakang yang menyebabkan siswa melanggar disiplin kelas
sehingga terlihat jelas bahwa tuntutan di kelas berbeda dengan kondisi keluarga
yang menimbulkan kesukaran bagi siswa untuk menyesuaikan diri. Salah
penyesuaian (maladjusted) siswa terhadap situasi kelas merupakan masalah dalam
pengelolaan kelas. Disinilah pentingnya kerja sama yang seimbang antara sekolah
dengan rumah agar terjadi keselarasan antara situasi dan tuntutan di kelas atau
sekolah.
2.5.4.4. Faktor Fasilitas
Faktor fasilitas merupakan salah satu penghambat dalam pengelolaan
kelas. Faktor tersebut diantaranya yaitu:
1. Jumlah Siswa dalam Kelas
Kelas yang jumlah siswanya banyak merupakan masalah tersendiri dalam
pengelolaan kelas. Hal ini karena banyaknya siswa tersebut menyebabkan sulit
2. Besar Ruangan Kelas
Ruangan kelas yang kecil dibandingkan dengan jumlah siswa dan
kebutuhan siswa untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi
pengelolaan kelas. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang
disbanding dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan
memerlukan penanganan tersendiri.
3. Ketersediaan Alat
Jumlah buku yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah
siswa yang membutuhkannya akan menimbulkan masalah dalam pengelolaan
kelas.
Berdasarkan uraian di atas, yaitu mengenai faktor guru, siswa, lingkungan
keluarga, dan fasilitas merupakan faktor yang senantiasa harus diperhitungkan dan
dipertimbangkan dalam masalah pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas merupakan suatu cara untuk mengkondisikan kelasm sehingga
proses belajar mengajar dapat berjalan secara optimal.
2.7. Kerangka Berpikir
Masyarakat pada umumnya, siswa dan guru pada khususnya selalu
menginginkan hasil belajar yang baik. Namun, untuk mencapai hasil belajar yang
baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kemampuan guru
dalam melakukan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai
prasyarat terjadinya kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan
dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu pengelolaan fisik, pengelolaan sosio-emosional,
dan pengelolaan organisasional. Aspek-aspek ini merupakan bagian dari
pengelolaan kelas yang saling berkaitan dan perlu dilakukan guru secara merata,
menyeluruh, dan terintegrasi.
Pengelolaan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap
hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi
syarat mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar siswa dan
mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
Pengelolaan sosio-emosional dalam kelas mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap hasil belajar. Siswa sebagai salah satu objek pendidikan di
dalam kelas, tidak lepas dari hal-hal yang dapat mempengaruhi belajarnya.
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan dengan baik dapat
mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas
dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa menyebabkan kebiasaan yang
baik dan keteraturan tingkah laku.
Pencapaian aspek-aspek di atas oleh seorang guru diharapkan dapat
mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal,
menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, dan guru lebih mampu
mengelola kelasnya dengan baik sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
optimal. Kerangka berpikir dalam penelitian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada
29
3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan guru IPS di SMP
Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Populasi Siswa Kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2012/2013
No. Nama Sekolah Jumlah guru IPS Jumlah Siswa Kelas VII
1 SMP PGRI Bergas 1 15
2 SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas
1 25
3 SMP Kanisius Girisonta Bergas
1 57
Jumlah 3 97
Sumber: Data Sekunder 2013
3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131). Teknik sampling yang digunakan untuk memilih sampel adalah teknik
total sampling, karena jumlah seluruh guru IPS dan siswa kelas VII di SMP
Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang adalah 3 guru dan 97 siswa,
yang berarti jumlahnya kurang dari 100 orang, maka semuanya dijadikan sebagai
sampel. Arikunto (2002:120) menyatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga merupakan sampel populasi atau semua
3.3. Variabel Penelitian
Arikunto (2006:118) mengemukakan bahwa variabel adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadikan titik perhatian suatu penelitian. Variabel
dalam penelitian ini adalah pengelolaan kelas yang terdiri dari sub variabel yang
meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan
organisasional.
Definisi operasional dari masing-masing sub variabel dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Pengelolaan Fisik Kelas
Indikator:
a. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b. Pengaturan tempat duduk
c. Ventilasi dan pengaturan cahaya
d. Pengaturan penyimpanan barang-barang
2. Pengelolaan Sosio-Emosional
Indikator:
a. Tipe kepemimpinan
b. Sikap guru
c. Suara guru
d. Pembinaan hubungan baik
3. Pengelolaan Organisasional
Indikator:
b. Guru berhalangan hadir
c. Masalah antarsiswa
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Metode angket/kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:151). Angket dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pengelolaan kelas
(pengelolaan fisik, sosio-emosional dan organisasional) yang dilakukan oleh guru
IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013
yang diperoleh dengan menggunakan lembar angket. Lembar angket yang
digunakan adalah jenis angket yang tertutup (close from questioner), yaitu angket
yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban yang lengkap, sehingga
pengisi atau responden hanya memberikan jawaban silang pada jawaban yang
telah disediakan. Pemberian skor untuk angket adalah:
a. Skor 4 untuk jawaban a
b. Skor 3 untuk jawaban b
c. Skor 2 untuk jawaban c
3.4.2. Metode observasi/pengamatan
Arikunto (2006:156) menjelaskan bahwa di dalam pengertian psikologik,
observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Metode
observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan guru IPS kelas VII dalam
melakukan pengelolaan kelas (pengelolaan fisik, sosio-emosional dan
organisasional). Metode ini dilakukan dengan cara menggunakan lembar
observasi yang dilakukan oleh seorang observer (peneliti) yang duduk di belakang
kelas dan terus mengamati jalannya pembelajaran selama tiga kali pertemuan.
Observer mengamati jalannya pembelajaran dengan Standar Kompetensi:
Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa
Kolonial Eropa dengan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perkembangan
masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa.
3.5. Analisis Instrumen
3.5.1. Instrumen Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Kelas
Guru IPS
Instrumen angket yang telah disusun kemudian diuji coba kepada sejumlah
sampel diluar sampel penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui mutu angket
yang dibuat. Sasaran uji coba instrument angket ini adalah siswa kelas VIII SMP
PGRI Bergas. Analisis instrumen angket ini meliputi uji validitas dan reliabilitas
3.5.1.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Sebelum angket yang
sesungguhnya disebar, terlebih dahulu perlu dilakukan uji coba instrumen pada
beberapa responden sebagai sampel. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan
butir pernyataan yang tidak relevan, mengevaluasi apakah pertanyaan yang
diajukan dalam angket mudah dimengerti oleh responden atau tidak, dan untuk
mengetahui lamanya pengisian angket. Pengujian validitas instrumen dilakukan
dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment-Pearson (Arikunto,
2002:72) sebagai berikut.
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi
X : skor butir soal
Y : skor total
N : jumlah subyek
Hasil perhitungan rxy dihitung kemudian dikonsultasikan dengan rtabel
dengan taraf signifikan 5%. Jika didapatkan harga rxy > rtabel, maka butir
instrument dapat dikatakan valid, akan tetapi jika harga rxy < rtabel, maka
dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak valid. Hasil uji validitas Angket
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Angket Tanggapan Siswa tentang Pengelolaan
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen tanggapan siswa tentang
pengelolaan kelas guru IPS pada Tabel 3.2 diketahui bahwa dari 30 item
pertanyaan yang telah diujicobakan pada 29 siswa dan dianalisis menggunakan
kevaliditasan, 25 pertanyaan diantaranya termasuk dalam kriteria valid karena
pertanyaan tersebut mempunyai rxy lebih besar dari rtabel sedangkan 5 pertanyaan
lainnya tidak valid karena rxy lebih kecil dari rtabel. Butir item yang tidak valid
kemudian dihapus dan tidak digunakan dalam penelitian.
3.5.1.2. Uji Realibilitas
Realibilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Pengukuran realibilitas
instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2006:196),
Keterangan:
: reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ : jumlah varians butir
: varians total
Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel r product moment
dengan taraf signifikan 5%, dimana suatu instrumen dikatakan reliabel apabila
harga r11 lebih besar dari rtabel.
Hasil perhitungan reliabilitas (Lampiran 19) dari 29 responden diperoleh
nilai r11 = 0,90 sedangkan rtabel = 0,367. Karena r11 > rtabel maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen penelitian reliabel, sehingga angket tersebut dapat digunakan
sebagai alat penelitian.
3.5.2. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS dalam Pengelolaan Kelas
Untuk menganalisis instrumen kemampuan guru dalam pengelolaan kelas
dilakukan analisis instrumen lembar observasi kemampuan guru IPS dalam
pengelolaan kelas dengan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
menganalisis instrumen lembar observasi kemampuan guru IPS dalam
pengelolaan kelas ini dilakukan uji validitas instrumen.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Pengujian
kelas ini menggunakan pengujian validitas konstruk. Untuk menguji validitas
konstruk, dalam penelitian ini digunakan pendapat ahli (judgment experts). Dalam
hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur
dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli
(Sugiyono, 2008:352). Dalam penelitian ini ahli yang dimaksud adalah dosen
pembimbing skripsi. Instrumen lembar observasi yang telah dikonsultasikan dan
disetujui oleh para ahli tersebut dapat dikatakan valid.
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Metode analisis
data yang digunakan untuk mengetahui pengelolaan kelas guru IPS di SMP
Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 yaitu
deskriptif persentase.
Analisis deskriptif persentase adalah metode yang digunakan untuk
mendeskripsikan masing-masing sub variabel terhadap hasil belajar IPS kelas VII
di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.
Langkah-langkah analisis data deskriptif persentase adalah:
a. Mengkuantitatifkan jawaban butir pertanyaan dengan memberikan
tingkat-tingkat skor untuk masing-masing jawaban yaitu:
Tabel 3.3. Tingkat Skor Butir Pertanyaan
No. Pilihan Skor
1. A 4
2. B 3
3. C 2
4. D 1
Sumber: Analisis Data Tahun 2013
b. Mendeskripsikan Sub Variabel yang ada dalam penelitian dengan cara sebagai
berikut.
1) Menentukan jumlah item soal variabel.
2) Menghitung skor maksimal, dengan menggunakan rumus:
Skor maksimal = ∑ item soal x skor tertinggi
3) Menghitung skor minimal dengan menggunakan rumus:
Skor minimal = ∑ item soal variabel x skor tertinggi
4) Menentukan range dengan rumus:
Range = skor maksimal – skor minimal 5) Menentukan interval dengan rumus:
Interval =
6) Membuat kriteria
Kriteria dibagi menjadi empat, yaitu sangat baik, baik, cukup baik,
dan kurang baik. Kriteria penilaian variabel pengelolaan kelas diperoleh
melalui perhitungan sebagai berikut.
Skor maksimal : 100%
Skor minimal : 20%
Range : 100% - 20% = 80%
Interval : 80% : 4 = 20%
Tabel 3.4. Kriteria Deskripsi Persentase
No. Interval Persentase Kriteria Persentase
1 81% - 100% Sangat Baik
2 61% - 80% Baik
3 41% - 60% Cukup Baik
7) Menghitung frekuensi untuk tiap kriteria
8) Jumlah yang diperoleh kemudian dipersentasekan dengan rumus:
Keterangan:
p = angka persentase
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = (Numb of Cases) jumlah frekuensi/banyaknya individu
9) Mendeskripsikan hasil persentase yang diperoleh kemudian ditarik
kesimpulan.
3.7. Alur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa langkah. Adapun
langkah-langkahnya adalah:
3.8.1. Pra Lapangan
Tahap ini ada beberapa langkah yang ditempuh yakni yang pertama adalah
penentuan lokasi penelitian, dan observasi lapangan. Langkah selanjutnya adalah
penentuan populasi dan sampel sebelum menyusun rancangan penelitian yang
dalam hal ini adalah pembuatan proposal penelitian yang dikonsultasikan kepada
dosen pembimbing. Berikutnya adalah pembuatan surat ijin penelitian dan
penyusunan perlengkapan penelitian, yakni instrumen penelitian seperti lembar
observasi dan lembar angket.
3.8.2. Lapangan
Pada tahap lapangan ini, yang pertama adalah uji coba instrumen yang
meliputi uji coba angket kepada subjek yang bukan populasi penelitian, dalam hal
ini subjek adalah dari siswa kelas VIII dari salah satu sekolah yang diambil secara
acak, yaitu SMP PGRI Bergas.
Langkah selanjutnya peneliti memberikan perlakuan yang sama antara
SMP PGRI Bergas, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas dan SMP
Kanisius Girisonta Bergas yaitu guru melaksanakan proses pembelajaran seperti
biasa dengan observer berada di belakang untuk mengobservasi kemampuan guru
IPS dalam pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan
sosio-emosional dan pengelolaan organisasional. Hal ini dilakukan selama tiga
kali pertemuan pada materi dengan Standar Kompetensi: Memahami
perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa
dengan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perkembangan masyarakat,
kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa.
Pada pertemuan terakhir, siswa diberikan lembar angket untuk mengetahui
pengelolaan kelas yang telah dilakukan oleh guru IPS pada pelaksanaan
pembelajaran.
3.8.3. Pasca Lapangan
Tahap pasca lapangan ini data yang telah diperoleh di lapangan kemudian
dianalisis dan selanjutnya hasil data-data tersebut disajikan dalam bentuk laporan.
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian
Lapangan
Uji coba instrumen Penentuan lokasi
penelitian
Observasi lapangan
Penyusunan rancangan penelitian
Pembuatan surat ijin
Penyusunan perlengkapan penelitian Penentuan populasi
dan sampel
Angket
Melakukan observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas (pengelolaaan fisik kelas, sosio-emosional dan organisasional) selama proses pembelajaran
Pasca Lapangan
Analisis dan Pengujian Hipotesis
SMP IT Cahaya Ummat Bergas SMP Kanisius Girisonta Bergas SMP PGRI Bergas
41
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Bergas adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah. Kecamatan ini terdiri dari 12 desa yaitu desa Gebugan, Munding,
Wujil, Pagersari, Bergas Kidul, Bergas Lor, Karangjati, Diwak, Jatijajar,
Ngempon, Wringinputih dan Gondoriyo. Lebih jelasnya tentang lokasi penelitian
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Batas-batas Kecamatan Bergas secara adminstratif yaitu:
Sebelah Utara : Kecamatan Ungaran Timur
Sebelah Timur : Kecamatan Pringapus
Sebelah Barat : Kecamatan Bandungan
Sebelah Selatan : Kecamatan Bawen
4.1.2. Deskripsi Umum Objek Penelitian
SMP di Kecamatan Bergas terdiri dari satu sekolah negeri dan tiga sekolah
swasta. Jumlah sekolah swasta lebih banyak daripada sekolah negeri menjadi
bukti bahwa pihak swasta turut berperan aktif dalam pembangunan dunia
pendidikan di Kecamatan Bergas. Ketiga SMP Swasta yang menjadi objek
Sumber: Dokumentasi Peneliti
a. SMP PGRI Bergas
Letak astronomis : 7°10‟42” LS, 110°25‟36” BT
Alamat Sekolah : Jl. PTP-Ngobo, Bergas, Kab. Semarang
Telepon : (0298) 525083
Akreditasi : B
Visi: Membentuk siswa yang bertaqwa, berbudi, berdisiplin, trampil dan
berprestasi.
Misi:
1. Membiasakan siswa taat beribadah menurut kepercayaan masing-masing.
2. Membiasakan siswa berbakti pada orang tua, masyarakat, dan negara.
3. Membiasakan siswa memiliki kepribadian yang baik.
4. Membiasakan ketertiban di sekolah, rumah dan masyarakat.
5. Mengusahakan lingkungan belajar yang kondusif.
6. Meningkatkan prestasi siswa dalam berbagai disiplin ilmu.
Sumber: Dokumentasi Peneliti
b. SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas
Letak astronomis : 7°12‟40” LS, 110°25‟40” BT
Alamat Sekolah : Jl. Kalinjaro Karangjati Bergas, Kab. Semarang
Telepon : (024) 70771295
Akreditasi : B
Visi: Menjadi lembaga pendidikan Islam yang efektif, modern, dan berkualitas
dalam rangka melahirkan generasi muslim yang kokoh dalam ilmu, iman
dan amal
Misi:
1. Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan Islami.
2. Mengembangkan model pembelajaran yang kondusif dan efektif.
3. Menerapkan sistem pendidikan Islam terpadu dalam rangka membentuk
kepribadian peserta didik agar cerdas, intelektual, emosional, dan spiritual.
4. Mengoptimalkan peran serta orang tua, masyarakat dan pemerintah.
5. Menjadi sekolah rujukan bagi sekolah negeri maupun swasta di Kabupaten
Semarang dan sekitarnya.