• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

NOMINALISASI DALAM BAHASA MELAYU DELI

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan oleh:

HARIATI SIMANULLANG

100702005

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Judul skripsi ini “ Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli”. Bab I : Pendahuluan, Bab II : Tinjauan Pustaka, Bab III : Metode Penelitian, Bab IV : Pembahasan, Bab V : Kesimpulan dan Saran.

Judul ini dipilih karena penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang Nominalisasi dalam Bahasa Melayu Deli. Terwujud skripsi ini bukanlah semata-mata jerih payah penulis sendiri, tetapi tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan maupun kelemahan yang ada dalam skripsi ini. Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Februari 2015 Penulis,

(4)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan berkah untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga selesai. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran, dukungan, bimbingan, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Bapak Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, Pembantu Dekan III, serta seluruh staff dan pegawai dijajaran Fakultas Ilmu Budaya.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta seluruh staff dan jajaran pegawai yang di Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum, selaku Sekretaris jurusan Departemen Sastra Daerah, Dosen Pembimbing Akademik dan sekaligus Dosen Pembimbing skripsi II yang telah membimbing penuh kesabaran, kebaikan, dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Ibu Drs. Rozana Mulyani, M. Hum dan Ibu Drs. Asriati Purba, M. Hum selaku Dosen penguji yang telah menguji dan telah memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Yang teristimewa kepada Ayahanda Sondi Simanullang dan Ibunda tercinta Kemseria Hasugian, yang telah banyak berkorban baik dalam materi, tenaga dan pikiran. Serta telah banyak melimpahkan kasih sayang dan doa kepada penulis sedari kecil sampai dengan sekarang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Saudara-saudaraku Yessi Simanullang, Edy Sandro Simanullang, Sucipto Karso Wanry Simanullang, S.SI dan Royani lisma Simanullang, S.SI, yang penuh dengan kesabaran dan kasih sayang selalu memberikan dorongan,

semangat, dan serta do‟a.

8. Kepada Masyarakat Desa Klambir Lima Kampung dan Bapak Kepala Desa yang telah memberikan respon yang baik kepada penulis dalam pengumpulan data di lapangan hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman Mahasiswa/I stambuk 2010 seperjuangan Desi Junita Simanjuntak, Friska Tamba, Fani Sihombing, Elvy Ria Uli Saragih, Cherly, dan yang tidak bisa kusebut satu persatu dan seluruh anak IMSAD terima kasih penulis ucapkan atas bantuan dan dorongan serta doa yang diberikan kepada penulis.

(6)

11.Sahabatku Laura Angelita Sebayang, terimakasih telah membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.

12.Kepada Adinda Mia Stambuk 2013 terimakasih telah membantu menemani diwaktu penelitian.

Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan pada kesempatan ini, yang telah membantu penulisan dan proses studi. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis. Penulis menyadari akan keterbatasan penulis, maka hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak diharapkan penulis guna penyempurnaannya. Semoga penulisan ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Februari 2015 Penulis,

(7)

ABSTRAK

Hariati, 2014. Judul Skripsi : Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli

Objek penelitian ini adalah mengkaji proses pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli. Selain itu, pembahasan tentang nomina fungsi dan makna yang terbentuk dari proses nominalisasi tersebut juga dianalisis dalam penelitian ini. Tujuan penulisan ialah mengetahui bentuk-bentuk nomina, fungsi dan makna dalam kajian morfologi berdasarkan bahasa Melayu Deli. Metode yang digunakan dalam menganalisis data yaitu hasil data dari informan dan bahan yang berkaitan dengan bahan yang diteliti. Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek/subyek penelitian ( seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Teori yang digunakan adalah teori nominalisasi berdasarkan kajian morfologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nominalisasi dalam kajian morfologi yang melalui proses-proses pembentukan nomina dengan afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembentukan nomina melalui afiksasi, redupilikasi, dan komposisi.

(8)

ABSTRAK

Hariati, 2014. Judul Skripsi : Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli

Objek penelitian ni adalah mengkaji proses pembentuke nomina dalam bahase Melayu Deli. Selain nun, pembahasan tentang nomina fungsi dan makne yang terbentuk dari proses nominalisasi tersebut juge dianalisis dalam penelitian ni. Tujuan penulisan ialah mengetahui bentuk-bentuk nomina, fungsi dan makne dalam kajian morfologi berdasarke bahasa Melayu Deli. Metode yang digunake dalam menganalisis date yaitu hasil date dari informan dan bahan yang berkaitan dengan bahan yang diteliti. Metode dasar yang digunake dalam skripsi ni adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartike sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarke/melukiske keadean obyek/subyek penelitian ( seuhang, lembage, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarke fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanye. Teori yang digunake adalah teori nominalisasi berdasarke kajian morfologi. Hasil penelitian menunjuke bahwe nominalisasi dalam kajian morfologi yang melalui proses-proses pembentuke nomina dengan afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

Simpulan penelitian ni menunjuke bahwe proses pembentuke nomina melalui afiksasi, reduplikasi, dan komposisi .

(9)
(10)
(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN ...

KATA PENGANTAR………... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

ABSTRAK……….. v

DAFTAR ISI………. ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kepustakaan yang Relevan ... 5

2.1.1 Pengertian Morfologi... . 5

2.1.2 Proses Morfologi ... 7

2.1.3 Macam-macam Proses Morfologi………... 12

2.1.4 Pengertian Nomina... .. 20

2.1.5 Nominalisasi... . 22

2.2 Teori yang Digunakan... 26

2.2.1 Nominalisasi... 27

2.2.2 Pengertian Fungsi... 31

(12)

BAB III METODE PENELITIAN………... 33

3.1 Metode Dasar ... 33

3.2 Lokasi Sumber Data Penelitian ... 34

3.3 Instrumen Penelitian... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5 Metode Analisis Data ... 35

BAB lV PEMBAHASAN... 36

4.1 Proses Pembentukan Nomina Secara (Nominalisasi) ... 36

4.1.1 Proses Pembentukan Nomina dengan Afiksasi ... 36

4.1.2 Proses Pembentukan Nomina dengan Reduplikasi ... 42

4.1.3 Proses Pembentukan Nomina dengan Komposisi ... 43

4.2 Fungsi Nomina ... 44

4.3 Makna Nomina ... 48

4.3.1 Makna Nomina dengan Afiksasi ... 48

4.3.2 Makna Nomina dengan Reduplikasi ... 51

4.3.3 Makna Nomina dengan Komposisi ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1 Kesimpulan ... 53

5.3 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Informan

(13)

ABSTRAK

Hariati, 2014. Judul Skripsi : Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli

Objek penelitian ini adalah mengkaji proses pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli. Selain itu, pembahasan tentang nomina fungsi dan makna yang terbentuk dari proses nominalisasi tersebut juga dianalisis dalam penelitian ini. Tujuan penulisan ialah mengetahui bentuk-bentuk nomina, fungsi dan makna dalam kajian morfologi berdasarkan bahasa Melayu Deli. Metode yang digunakan dalam menganalisis data yaitu hasil data dari informan dan bahan yang berkaitan dengan bahan yang diteliti. Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek/subyek penelitian ( seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Teori yang digunakan adalah teori nominalisasi berdasarkan kajian morfologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nominalisasi dalam kajian morfologi yang melalui proses-proses pembentukan nomina dengan afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembentukan nomina melalui afiksasi, redupilikasi, dan komposisi.

(14)

ABSTRAK

Hariati, 2014. Judul Skripsi : Nominalisasi Dalam Bahasa Melayu Deli

Objek penelitian ni adalah mengkaji proses pembentuke nomina dalam bahase Melayu Deli. Selain nun, pembahasan tentang nomina fungsi dan makne yang terbentuk dari proses nominalisasi tersebut juge dianalisis dalam penelitian ni. Tujuan penulisan ialah mengetahui bentuk-bentuk nomina, fungsi dan makne dalam kajian morfologi berdasarke bahasa Melayu Deli. Metode yang digunake dalam menganalisis date yaitu hasil date dari informan dan bahan yang berkaitan dengan bahan yang diteliti. Metode dasar yang digunake dalam skripsi ni adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartike sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarke/melukiske keadean obyek/subyek penelitian ( seuhang, lembage, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarke fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanye. Teori yang digunake adalah teori nominalisasi berdasarke kajian morfologi. Hasil penelitian menunjuke bahwe nominalisasi dalam kajian morfologi yang melalui proses-proses pembentuke nomina dengan afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

Simpulan penelitian ni menunjuke bahwe proses pembentuke nomina melalui afiksasi, reduplikasi, dan komposisi .

(15)
(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia sebagai alat untuk memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia, Bahasa Indonesia memungkinkankan berbagai-bagai suku bangsa itu dapat mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan adanya bahasa Indonesia, kita dapat berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga kesalahpahaman dapat dihindarkan misalnya, bepergian kepelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam menyebarluaskan pemakaian bahasa Indonesia di dalam fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah (Kridalaksana 1974:2).

(17)

bagian dari kebudayaannya masing-masing. Salah satu bahasa daerah yang dilindungi itu adalah bahasa Melayu .

Salah satu bahasa daerah yang terdapat di Indonesia adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu terdiri dari beberapa dialek, misalnya Pesisir timur Sumatera seperti wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Deli Serdang menggunakan bahasa Melayu Dialek "e" dan di Kabupaten Langkat juga masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya.

Seperti bahasa-bahasa daerah lainnya, bahasa Melayu juga sering dikaji oleh para ilmu bahasa, baik dibidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, sosiolinguistik, dan lain sebagainya. Namun pada kesempatan ini, penulis ingin mencoba mengkaji dalam bidang morfologi khususnya dalam hal nominalisasi. Adapun tulisan mengenai nominalisasi yang pernah ditemukan oleh penulis diantaranya:

1. “ Nominalisasi Bahasa Batak Toba Berdasarkan Kajian Transformasi

Generatif ” oleh Enency Pasaribu ; menyimpulkan bahwa nominalisasi Bahasa Batak Toba yang terfokus pada kajian Transformasi Generatif

yaitu transformasi nominalisasi ‟hasil‟, transformasi nominalisasi

„pelaku‟, dan transformasi nominalisasi „proses‟.

2. Tesis “Nominalisasi Agen Berimbuhan {-er}, {-ist}, {ian} dalam

bahasa Inggris dan Padanannya dalam bahasa Indonesia” oleh Karlina

(18)

Inggris terdiri dari proses afiksasi yang mencakup prefiksasi dan sufiksasi dan proses komposisi. Sebagian besar padanan bahasa Indonesia untuk sufiks {-er} dalam bahasa inggris mencakup prefiksasi berkata dasar verba dan komposisi nomina + nomina. Sebagian besar padanan bahasa Indonesia untuk sufiks {-ist}, dan {ian} dalam bahasa inggris mencakup prefiksasi berkata dasar verba, sufiksasi asing –is, dan komposisi nomina + nomina.

Berdasarkan tulisan-tulisan diatas, penulis merasa tergugah melihat bagaimana nominalisasi, terutama tentang Nominalisasi dalam bahasa Melayu Deli masih perlu dilakukan untuk menambah keragaman penelitian tentang kajian morfologi.

Adapun alasan penulis memilih nominalisasi menjadi pokok dalam skripsi ini karena ingin mengetahui bagaimana pembentukan nomina dalam Bahasa Melayu Deli. Selain itu, sepengetahuan penulis belum ada tulisan mengenai Nominalisasi dalam Bahasa Melayu Deli. Hal ini membangkitkan penulis dalam

mengangkat judul “Nominalisasi dalam Bahasa Melayu Deli”.

1.2Rumusan Masalah

Masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembentukan nomina secara morfologis dalam bahasa Melayu Deli ?

(19)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pembentukan nomina berdasarkan morfolo gis dalam bahasa Melayu Deli.

2. Untuk mengetahui fungsi dan makna nomina berdasarkan morfologis dalam bahasa Melayu Deli.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan dan pemahaman yang menyeluruh tentang nomina sehingga mempermudah pelajar ataupun mahasiswa untuk memahami nominalisasi serta dapat menggunakan dalam membentuk nomina dengan baik dan benar.

b. Manfaat Praktis

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kepustakaan yang Relevan

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini. Hasil penelitian ini akan dipertanggung jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang akurat dan yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti.

2.1.1 Pengertian Morfologi

Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, terlebih dahulu penulis menguraikan beberapa defenisi tentang morfologi sebagai berikut.

Chaer (2008 : 25) menyatakan, “Morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk melalui afiksasi, reduplikasi, dan komposisi”.

Kridalaksana (1984:129) menyatakan, “ Morfologi adalah bagian dari ilmu

bahasa yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya serta bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dari bagian-bagian kata yakni morfem”.

Keraf (1975:60) mengatakan, “Morfologi ialah bagian dari tata bahasa yang membicarakan bentuk kata”.

Hockett (1958:177) mengatakan, “Morfologi adalah merupakan kumpulan dari morfem-morfem, dan bentuk ragam kata dari morfem-morfem tersebut‟‟.

(21)

Ramlan (2009:19) mengatakan, „„Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta perubahan bentuk kata serta perubahan bentuk kata terhadap arti dan golongan kata‟‟.

Berdasarkan beberapa pendapat sarjana tersebut maka penulis dapat membuat kesimpulan bahwa morfologi itu adalah suatu cabang ilmu bahasa yang membicarakan tentang morfem-morfem bebas, atau morfem terikat dan morfem itu dapat disusun membentuk kata . Atau dengan kata lain, suatu bidang ilmu bahasa yang membicarakan tentang seluk beluk bentuk kata.

Bentuk kata yaitu :

1. Kata dasar Contoh: sepeda 2. Kata berimbuhan

Contoh: bersepeda 3. Kata majemuk

Contoh: sapu tangan 4. Kata ulang

Contoh: berbondong-bondong

(22)

yang memiliki roda dua yang dijalankan. Serta bersepeda artinya kegiatan dengan menggunakan sepeda (Ramlan, 1978) .

Jadi arti kata hanya mengertikan kata tersebut. Juga bisa dilihat dari sepeda dan bersepeda dengan diberi imbuhan maka kata sepeda dan bersepeda pun menjadi beda. Morfologis (proses), yaitu morfemis adalah proses perubahan dari golongan kata yang satu lalu berubah menjadi golongan kata yang lain akan tetapi dengan kata dasar yang sama. Misalnya sepeda menjadi bersepeda hanya untuk kata dasar sepeda, maka untuk menunjukkan arti-arti imbuhan gramatikal, contohnya bersepeda (Parera 1994).

2.1.2 Proses morfologi

Proses morfologi merupakan proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya, terdapat tiga proses morfologis, yaitu proses afiksasi, proses pengulangan ( reduplikasi), dan proses pemajemukan (komposisi).

1. Proses Afiksasi

Pembentukan nomina melalui proses afiksasi, yaitu prefiks, infiks, konfiks dan sufiks.

a. Prefiks pe-, dan prefiks ke-

Prefiks pe- , dan prefiks ke- dalam bahasa Melayu Deli dapat membentuk nomina dari kata dasar verba, dan adjektiva.

(23)

pe + mabok „mabuk‟ pemabok „pemabuk‟ pe + tumbuk „tinju‟ petumbuk „petinju‟

pe + lari „lari‟ pelari „pelari‟ pe + lukis „lukis‟ pelukis „pelukis‟ pe + rawat „rawat‟ perawat „perawat‟

Prefiks ke- yang dapat membentuk nomina dari kata dasar adjektiva. Contoh:

ke + kaseh „kasih‟ kekaseh „kekasih‟

ke + tua „tua‟ ketua „ketua‟

b. Infiks el-, dan er-

Infiks el-, dan er- dalam bahasa Melayu Deli hanya ditemukan pada nomina.

Contoh :

-el- + tapak „tapak‟ telapak „telapak‟ -er- + gigi „gigi‟ gerigi „gerigi‟ -er- + suling „suling‟ seruling „seruling‟

-el- + tunjuk „tunjuk‟ telunjuk „telunjuk‟

c. Sufiks -an

Sufiks –an dapat membentuk nomina dari kata dasar verba. Contoh:

jaet + -an „jahit‟ jaetan „jahitan‟

bace + -an „baca‟ bacean „bacaan‟ jual + -an „jual‟ jualan „jualan‟

(24)

minum + -an „minum‟ minuman „minuman‟

makan + -an „makan‟ makanan „makanan‟

tanak + -an „masak‟ tanakan „masakan‟

main + -an „main‟ mainan „mainan‟

tanam + -an „tanam‟ tanaman „tanaman‟

bungkus +-an „bungkus‟ bungkusan „bungkusan‟

Sufiks –an dapat membentuk nomina dari kata dasar adjektiva. Contoh :

tua + -an „tua‟ tuaan „lebih dari tua‟

puteh + -an „putih‟ putehan „lebih putih‟

merah + -an „merah‟ merahan „lebih merah‟

kuning +-an „kuning‟ kuningan „kuningan‟

asin + -an „asin‟ asinan „asinan‟

murah +-an „murah murahan „murahan‟

manis + -an „manis‟ manisan „manisan‟

mude + -an „muda‟ mudean „mudaan‟

Sufiks –an dapat membentuk nomina dari kata dasar bilangan. Contoh :

due puluh + -an „due puluh‟ due puluhan „due puluhan‟ tige puluh + -an „tiga puluh‟ tige puluhan „tiga puluhan‟ ratus + -an „ratus‟ ratusan „ratusan‟ ribu + -an „ribu‟ ribuan „ribuan‟

(25)

d. Konfiks peN- + an

Konfiks peN- an dapat membentuk nomina dari kata dasar verba. Contoh :

peN- an + ambe „ambil‟ pengambelan „pengambilan‟ peN- an + ajar „ajar‟ pengajaran „pengajaran‟ peN- an + curi „curi‟ pencurian „pencurian‟ peN- an + tangkap „tangkap‟ penangkapan „penangkapan‟

Konfiks peN- an dapat membentuk nomina dari kata dasar adjektiva. Contoh :

peN- an + hijau „hijau‟ penghijauan „penghijauan‟

peN- an + saket „sakit‟ penyaket „penyakit‟

peN- an + keci „kecil‟ pengecilan „pengecilan‟

2. Proses Reduplikasi

Reduplikasi pembentuk nomina dalam bahasa Melayu Deli ialah reduplikasi seluruh bentuk dasar, reduplikasi sebagian bentuk dasar, dan dengan reduplikasi proses morfologis.

a. Reduplikasi seluruh bentuk dasar

Contoh:

rumah-rumah „rumah-rumah‟

atap-atap „atap-atap‟

(26)

andung-andung „nenek-nenek‟

emak-emak „ibu-ibu‟

abah-abah „bapak-bapak‟

uhang-uhang „orang-orang‟

kerete-kerete „kereta-kereta‟

anak-anak „anak-anak‟

b. Reduplikasi sebahagian bentuk dasar

Contoh :

makan-makanan „makan-makanan‟

tidor-tidoran „tidur-tiduran‟ „

minum-minuman „minum-minuman‟

main-mainan „main-mainan‟

c. Reduplikasi dengan proses morfologis

Contoh :

kekanak-kanakan „orang yang mempunyai sifat kekanak-kanakan‟.

(27)

3. Proses Pemajemukan

Pemajemukan atau disebut komposisi dalam bahasa Melayu Deli dengan berstruktur nomina dengan kata keadaan.

Contoh :

baju + hitam „baju hitam‟

baju + puteh „baju putih‟

baju + merah „baju merah‟

hitam+ pekat „hitam pekat‟

2.1.3 Macam-macam Proses Morfologi a. Proses pembubuhan afiksasi

Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut sebagai morfem bebas. Penulis disini membicarakan beberapa bentuk terikat dalam bahasa Melayu Deli. Berikut ini beberapa bentuk terikat :

1) Bentuk Terikat Awalan a. Bentuk Terikat me-

(28)

Contoh :

pinjam „meminjam‟ pakai „memakai‟ potong „memotong‟ panjang „memanjang‟

2. Bentuk terikat me- bila diletakkan pada kata yang fonem awalnya konsonan /d/, maka me- berubah menjadi /men/.

Contoh :

dengar „mendengar‟ derita „menderita‟ dendam „mendendam‟ darat „mendarat‟ dengki „mendengki‟ dapat „mendapat‟

3. Bentuk terikat me- bila dilekatkan pada kata yang berfonem awal konsonan /g/, maka me- berubah menjadi /meng/.

Contoh:

(29)

1. Bentuk terikat be-, bila dikatakan dengan kata yang fonem awalnya vocal, maka

be- berubah menjadi ber- . Contoh:

adat „beradat‟

adik „beradik‟

arus „berarus‟

alas „beralas‟

main „bermain‟ iman „beriman‟ c. Bentuk terikat

pe-Bentuk terikat pe- bila dilekatkan pada kata yang fonem awalnya konsonan /b/, maka pe- akan berubah menjadi pem.

Contoh :

beli „pembeli‟

buka „pembuka‟

baca „pembaca‟

bual „pembual‟

balut „pembalut‟ bohong „pembohong‟ d. Bentuk terikat te-

Bentuk terikat te- bila dilekatkan pada kata yang fonem awalnya vokal, berubah

ter- .

(30)

ukur „terukur‟ olah „terolah‟ ungkit „terungkit‟

2) Bentuk Terikat Akhiran a. Bentuk terikat -i

Bentuk terikat -i dapat dilekatkan pada : 1.nomina : sendok „sendoki‟

ludah „ludahi‟ 2. verba : duduk „duduki‟

tampar „tampari‟ tulis „tulisi‟ 3. kata keadaan : merah „merahi‟

putih „putihi‟ sakit „sakiti‟ b. Bentuk terikat -an

Bentuk terikat -an pada umumnya sejalan dengan bentuk terikat -an

didalam bahasa Indonesia. Bentuk terikat -an dapat mengubah kata kerja , kata keadaan, dan kata bilangan menjadi nomina.

Contoh :

(31)

bakar „bakaran‟ dapat „dapatan‟ jahit „jahitan‟ minun „minuman‟ potong „potongan‟ 2. kata keadaan > nomina

kuning „kuningan‟ 3. kata bilangan > nomina

satu „satuan‟ puluh „puluhan‟ ratus „ratusan‟ ribu „ribuan‟

b. Proses Pengulangan (Reduplikasi)

Pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan merupakan bentuk dasar. Misalnya, rumah-rumah, dan rumah.

Setiap kata ulang sudah pasti memiliki bentuk dasar seperti, sia-sia, mondar-mandir dll. Dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata tersebut. atau komparatif, mungkin kata-kata itu dapat dimasukkan golongan kata-kata ulang. Pengulangan tidak merubah golongan kata nomina.

Contoh : Berkata-kata dari bentuk dasar berkata.

(32)

Reduplikasi pembentuk nomina dalam bahasa Melayu Deli ialah reduplikasi seluruh bentuk dasar, reduplikasi sebagian bentuk dasar, dan dengan reduplikasi proses morfologis.

a. Reduplikasi seluruh bentuk dasar Contoh :

rumah –rumah „rumah-rumah‟

atap-atap „atap-atap‟

abah-abah „bapak-bapak‟

mak- mak „ibu-ibu‟

gubuk-gubuk „gubuk-gubuk‟

andung-andung „nenek-nenek‟

anak-anak „anak-anak‟

dinding-dinding „dinding-dinding‟ b. Reduplikasi sebahagian bentuk dasar Contoh :

makan-makanan „makan-makanan‟

tidor-tidoran „tidur-tiduran‟

main-mainan „main-mainan‟

minum-minuman „minum‟minuman‟

c. Redupikasi dengan proses morfologis Contoh :

kanak-kanakan „orang yang mempunyai sifat kekanak-kanakan‟

(33)

c. Proses kompositum atau pemajemukan

Kompositum adalah proses kata pemajemukan, kata majemuk adalah kata gabungan kata dasar yang telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru (Alisjahbana,1953).

Contoh :

kamar + mandi kamar mandi „kamar mandi‟ mata + pelajaran mate pelajaran „mata pelajaran‟

kumis + kucing kumis kucing „kumis kucing‟ anjing + laut anjing laut „anjing laut‟

ayam + jantan ayam agam „ayam jantan‟

ayam + betina ayam puan „ayam betina‟

Kumis kucing dalam arti „sejenis tanaman „ adalah kata majemuk, tetapi kumis kucing dalam arti „kumis dari seekor kucing‟ bukanlah kata majemuk.

Pokok kata (tidak bisa diartikan jika sendiri), tetapi setelah bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan.

Ciri-ciri majemuk.

Jika kursi malas merupakan klausa, tentu kata kursi dapat diikuti kata „itu‟ menjadi „kursi itu malas‟, kata malas dapat didahului kata tidak, sangat, atau

agak, menjadi :

„kursi itu tidak malas‟, „kursi itu sangat malas‟, „kursi itu agak malas‟,

(34)

„ Adik itu malas‟ „Adik itu sangat malas‟ „Adik itu agak malas‟

Jika kursi malas itu merupakan frase, tentu dapat disela dengan kata menjadi kursi yang malas seperti halnya adik malas yang diantara unsurnya dapat ditambahkan kata yang menjadi adik yang malas.

Kalau dipisahkan dengan kata (itu, yang, dll) tidak memberi benar. Contoh:

„kursi itu malas‟ kata majemuk

„Adik itu malas‟ frase

Jadi, dapat disimpulkan bahwa „kursi itu malas‟ maka majemuk karena

merupakan kata yang tidak benar. „Adik itu malas‟ merupakan kata yang benar

dan jelasnya.

Berdasarkan ciri-ciri diatas, dapat disimpulkan bahwa kursi malas tidak merupakan klausa, dan juga tidak merupakan frase, melainkan merupakan kata majemuk. Dengan melihat ciri-ciri kata mejemuk tersebut dapat ditentukan satuan mana yang merupakan kata majemuk dan satuan mana yang tidak merupakan kata majemuk, ciri-ciri itu sebagai berikut.

Contoh:

pasukan tempur pasukan + tempur

Karena kata tempur merupakan pokok kata, jadi pasukan tempur merupakan kata majemuk.

(35)

Karena kata lomba merupakan pokok kata, jadi lomba lari merupakan kata majemuk.

2.1.4 Pengertian Nomina

Kridalaksana (1990:66) mengatakan, „„Kata benda adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk (1) bergabung dengan partikel

tidak (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari”.

Burton (1997:67) mengatakan, „„Nomina adalah kata yang mengaju pada manusia, binatang, benda, konsep, dan pengertian. Kalimat yang predikatnya kata kerja, maka nomina ini cenderung menduduki fungsi subjek, objek dan pelengkap. Nomina ini umumnya juga dapat diikuti oleh kata sifat”.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nomina adalah salah satu bentuk atau wujud mungkin berupa kata dasar dan mungkin pula kata jadian yang mempunyai sifat sama dan menyatakan benda atau yang dibendakan.

Dalam membicarakan nomina, penulis mengemukakan pendapat beberapa sarjana bahasa Indonesia yaitu:

C. A. Mess (1951 : 46) mengatakan, „„Adapun nomina sebagian terdiri dari

kata dasar dan sebagian lagi terdiri dari kata keturunan. Kedua dari golongan itu selain dari bentuknya mempunyai sifat-sifat yang sama, sehingga pada tempatnya pula dimasukkan kepada satu jenis perkataan. Pada umumnya kata dasar mengucapkan nama benda-benda yang dapat diperiksa ( kongkrit) seperti : nama alat, nama benda, nama jenis, nama diri, sedang kata benda yang diturunkan itu kadang-kadang dinyatakan hal-hal yang tak dapat diperiksa (abstrak) misalnya nama sifat keadaan, atau perbuatan. Tetapi kata benda yang diturunkan, sebegitu banyak juga memakai pengertian yang kongkrit, sehingga pembedaan itupun tidak

berguna‟‟.

S. Mulyono (1957 : 50) mengatakan, „„ Kata benda yang nyata adalah kata benda yang dapat dicapai dengan panca indra ( dapat dilihat, diraba, dapat didengar, dirasai dan sebagainya) yang diangan-angan sebagai berwujud, jadi

(36)

Dari uraian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian nomina itu adalah salah satu bentuk atau wujud mungkin berupa kata dasar dan mungkin pula kata jadian yang mempunyai sifat sama dan menyatakan benda atau yang dibendakan. Atau dengan kata lain, kata benda itu adalah semua kata yang merupakan nama diri, nama benda atau yang dibendakan dan bentuknya ada yang bentuk dasar, dan berbentuk turunan. Serta dilihat dari wujud benda atau kata benda itu ada yang berwujud nyata ( kongkrit) dan ada yang tidak berwujud (abstrak).

Demikian juga dalam bahasa Melayu Deli, kata benda itu terdiri dari bentuk dasar atau berupa bentuk tunggal dan bentuk turunan atau kompleks. Serta wujud dari benda yang dimaksud ada yang nyata (kongkrit) dan ada yang tidak berwujud (abstrak).

Nomina dapat merupakan kata nama dari sesuatu nomina atau sesuatu yang dibendakan yang berfungsi sebagai nomina, nama orang, kata ganti benda orang yang sering muncul dalam frasa nomina. Nomina itu dapat dilihat dalam bentuk berikut.

Contoh :

gunung „gunung‟

lembah „lembah‟

padang „ladang‟

laot „laut‟

kampung „kampung‟

istana „istana‟

(37)

tangge „tangga‟

cangkir „cangkir‟

seluwar „celana‟

rumah „rumah‟

kepale „kepala‟

2.1.5 Nominalisasi

Menurut Kridalaksana (1990) mengatakan, “Nominalisasi itu adalah proses pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau kelas kata yang lain.

a. afiksasi

Berdasarkan pada kemungkinan kombinasinya, nomina turunan dapat dibagi atas bentuk yang berafiks dengan:

1) nominalisasi dengan prefiks ke-, pe- (peN-) dan

per-Prefiks ke- dan per- sebagai pembentuk kata tidak lagi produktif. Hanya ada tiga kata yang dibentuk dengan ke- dan satu dengan per-: ketua, kekasih, kehendak

dan pertapa.

Sebaliknya prefiks pe-/peN- yang membentuk nomina lewat prefiks me- sangat produktif, karena dapat ditempatkan pada berbagai dasar dan memiliki makna:

a. Orang yang pekerjaannya melakukan sesuatu (verba) :

(38)

pe + nyanyi „nyanyi‟ penyanyi „penyanyi‟

pe + latih „latih‟ pelatih „pelatih‟

pe + tumbuk „pukul‟ pemukul „pemukul‟

pe + buke „buka‟ pembuke „pembuka‟

b. Orang yang (ajektiva):

Contoh :

pe + malas „malas‟ pemalas „pemalas‟

pe + mude „muda‟ pemude „pemuda‟

pe + puteh „putih‟ pemuteh „pemutih‟

c. Orang yang menjadi (ajektiva):

Contoh ;

pe + marah „marah‟ pemarah „pemarah‟

pe + benci „benci‟ pembenci „pembenci‟

2) Nominalisasi dengan sufiks an

Sufik –an dapat membentuk nomina dengan makna sebagai berikut:

(39)

Contoh :

tulis + -an „tulis‟ tulisan „tulisan‟

bace + -an „baca‟ bacean „bacaan‟

b. Barang yang (ajektiva):

Contoh :

manis + -an „manis‟ manisan „manisan‟

asin + -an „asin‟ asinan „asinan‟

3) Nominalisasi dengan konfiks ke-an

Konfiks ke-an dapat membentuk nomina langsung dari kata dasar. Makna yang terbentuk:

a. Hasil dari (verba):

Contoh :

ke – an + menang „menang‟ kemenangan „kemenangan‟

ke– an + pergi „pergi‟ kepergian „kepergian‟

ke – an + datang „datang‟ kedatangan „kedatangan‟

b. Dalam keadaan:

(40)

ke - an + bimbang „bimbang‟ kebimbangan „kebimbangan‟

ke - an + berani „berani‟ keberanian „keberanian‟

ke- an + cepat „cepat‟ kecepatan „kecepatan‟

4) Nominalisasi dengan konfiks pe-an

Proses nominalisasi dengan pe-an sangat produktif. Proses ini diturunkan melalui prefiks me- dan memberi makna:

a. Melakukan perbuatan (verba ):

Contoh ;

pe – an + pukul „pukul‟ pemukulan „pemukulan‟

pe – an + rawat „rawat‟ perawatan „perawatan‟

pe – an + bace „baca‟ pembacean „pembacaan‟

Nomina di atas berhubungan dengan verba meN- dengan atau tanpa akhiran –kan atau –i. Verba yang berhubungan dengan kelima nomina di atas ialah masing-masing: memeriksa, memberontak, mengumumkan, menyelesaikan, menghargai.

5) Nominalisasi dengan konfiks per-an

Proses ini berlangsung melalui prefiks ber-. Morfem seperti juang, coba dan

(41)

percobaan, persetujuan. Tidak mengenal bentuk-bentuk menjuang, penjuang.

Kata perjuangan berasal dari kata berjuang, dan persetujuan dari bersetuju (yang sudah tidak lazim digunakan di Indonesia), sedangkan percobaan berasal dari kata

bercoba yang tidak lazim lagi. Makna penurunan ini ialah:

a. Hasil dari (verba):

Contoh :

per- an + tanya „tanya‟ pertanyaan „pertanyaan‟

per- an + minta „minta‟ permintaan „permintaan‟

b. Melakukan (verba): perlawanan, pergerakan

Contoh :

per –an + lawan „lawan‟ perlawanan „perlawan‟

pe –an + gerak „gerak pergerakan „pergerakan‟

2.2 Teori yang Digunakan

(42)

2.2.1 Nominalisasi

Menurut Chaer (2008:25) mengatakan, “ Nominalisasi adalah Proses pembentukan kata dari sebuah bentuk melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), dan penggabungan (dalam proses komposisi atau pemajemukan).

Menurut Kridalaksana (1984:123) mengatakan, “Nominalisasi itu adalah

proses hasil membentuk nomina dari kelas kata lain dengan mempergunakan afiks

tertentu”.

Samsuri (1981:50) mengatakan „„Nominalisasi adalah proses atau hasil perubahan bentuk kata menjadi bentuk-bentuk baru yang mempunyai distribusi

seperti nomina dibentuk nominalisasi‟‟.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Nominalisasi adalah proses pembentukan nomina dapat dilakukan melalui beberapa proses yaitu :

a. Afiksasi

Dalam proses afiksasi sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata, misalnya pada dasar baca diimbuhkan afiks

me-sehingga menghasilkan kata membaca yaitu sebuah verba transitif aktif, pada dasar juang diimbuhkan afiks ber- sehingga menghasilkan verba intransitive

berjuang.

(43)

sufiksasi yaitu proses pembubuhan sufiks dan infiksasi yakni proses pembubuhan infiks.

1. Prefiks pe-

Prefiks pe- pada kelas kata verba yang dapat membentuk nomina. Contoh :

pe + rawat „rawat‟ perawat „perawat‟

pe + tumbuk „tinju‟ petumbuk „petinju‟

pe + mabok „mabuk‟ pemabok „pemabuk‟

Prefiks pe- pada kelas kata adjektiva yang dapat membentuk nomina. Contoh :

pe + mude „muda‟ pemude „pemuda‟

pe + puteh „putih‟ pemuteh „pemutih‟

pe + malu „malu‟ pemalu „pemalu‟

2. Konfiks per-an

Konfiks per- an pada kelas kata verba yang dapat membentuk nomina. Contoh :

per - an + buat „buat‟ perbuatan „pembuatan‟

per - an + selingkuh „selingkuh‟ perselingkuhan „perselingkuhan‟

3. Konfiks pe-an

Konfiks pe – an pada kelas kata verba yang dapat membentuk nomina. Contoh :

pe – an + mina „bina‟ peminaan „pembinaan‟

(44)

Konfiks pe –an pada kelas kata adjektiva yang dapat membentuk nomina. Contoh :

pe - an + manis „manis‟ pemanisan „pemanisan‟

pe - an + puteh „putih‟ pemutihan „pemutihan‟

4. Sufiks -an

Sufiks –an pada kelas kata verba yang dapat membentuk nomina Contoh :

makan + an „makan‟ makanan „makanan‟

minum + an „minum‟ minuman „minuman‟

masak + an „masak‟ masakan „masakan‟

5. Infiks -el- dan -er-

Infiks –el- dan –er- pada kelas kata nomina yang dapat membentuk nomina.

Contoh :

-el- + tapak „tapak‟ telapak „telapak‟ -el- + tunjuk „tunjuk‟ telunjuk „telunjuk‟

-er- + gigi „gigi‟ gerigi „gerigi‟

b. Reduplikasi

(45)

1. pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu.

Contoh :

meja-meja (bentuk dasar meja) makan-makan ( bentuk dasar makan) sungguh-sungguh ( bentuk dasar sungguh)

2. pengulangan dengan pengubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya.

Contoh : bolak-balik ramah-tamah sayur-mayur

3. pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku katanya saja ( dalam hal ini suku awal kata) disertai dengan “pelemahan” bunyi.

Contoh :

leluhur ( bentuk dasar luhur) tetangga (bentuk dasar tangga) jejari (bentuk dasar jari) lelaki (bentuk dasar laki)

(46)

Penggabungan sebuah bentuk pada bentuk dasar yang ada dalam proses komposisi. Penggabungan ini juga merupakan alat yang banyak digunakan dalam pembentukan kata karena banyaknya konsep yang belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata.

Contoh :

1. warna merah, maka dibentuk gabungan kata seperti merah jambu, merah darah, merah tua, dan merah bata.

2. rumah, maka dibentuk gabungan kata seperti rumah gadai, rumah sakit, dan rumah makan.

2.1.6 Pengertian Fungsi

Menurut Kridalaksana (2008 : 67 ) mengatakan, “Fungsi adalah (1) beban makna suatu kesatuan bahasa, (2) hubungan antara satu-satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satu-satuan, (3) penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu, (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain, (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek”.

Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa contoh dalam perubahan kelas kata menjadi pembentuk nomina.

(47)

Prefiks ke- dalam bahasa Melayu Deli hanya terdapat pada kata „tua‟ dan

„kasih‟. Maka prefiks ke- berfungsi mengubah kelas kata adjektiva menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

ke + tua „tua‟ ketua ketua‟ ke + kaseh „kasih‟ kekaseh „kekasih‟

Prefiks pe- dalam bahasa Melayu Deli berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

pe + nidik „didik‟ penidik „pendidik‟

pe + tari „tari‟ penari „penari‟ pe + tulis „tulis‟ penulis „penulis‟

2.1.6 Pengertian Makna

Menurut Kridalaksana (1984 : 120 ) mengatakan, “Makna adalah maksud

pembicara, yang menyatakan ujaran dan semua hal yang ditunjukkan, misalnya makna „sekolah‟ yang berarti gedung atau tempat belajar.

Prefiks pe- pada kelas kata verba membentuk nomina yang menyatakan makna :

Contoh :

pe + gali „gali‟ penggali „penggali‟ „alat untuk menggali‟

(48)

BAB lll

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sebagaimana menurut Nazir (2009: 54) bahwa metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif. Secara harafiah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar berkala. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sudaryono ( 1963: 62) metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan fakta kebahasaan yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya.

(49)

3.2 Lokasi Sumber Data Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Klambir Lima Kampung, Kecamatan Hamparan perak, Kabupaten Deli Serdang. Penulis memilih Lokasi ini karena merupakan daerah mayoritas penutur asli bahasa Melayu Deli. Penyusun skripsi ini penulis memperoleh data dari lapangan (File Research) dan kepustakaan (Library Research). Sumber data tersebut berbentuk lisan dan tulisan. Data lisan diperoleh dari penutur bahasa Melayu Deli, Sedangkan data tulisan diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan bahasa Melayu Deli.

Sumber data yang diperoleh dalam pendeskripsian ini adalah kutipan dari buku-buku yang ada relevansinya dengan skripsi ini. Sebagai sumber data penulis adalah dari informan. Artinya, jika penelitian menggunakan metode wawancara dengan pengumpulan datanya, maka subjeknya responden dan apabila menggunakan metode observasi dalam pengumpulan datanya, maka subjeknya berupa benda atau tempat.

3.3 Instrumen Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mempersiapkan instrumen atau alat bantu penelitian. Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. buku-buku : untuk mencatat semua dari hasil rekaman.

2. Pulpen : untuk menulis yang terpenting dari hasil wawancara narasumber,dan

(50)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Usaha pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu: 1. Metode Observasi

Metode observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke daerah objek penelitian terutama mengenai bahasanya dengan turun ke lapangan. 2. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan lebih lanjut dan terperinci mengenai nominalisasi bahasa Melayu Deli. Melakukan wawancara kepada penutur yang dianggap memenuhi syarat sebagai informan.

3. Metode Kepustakaan

Metode ini digunakan untuk mendapatkan keterangan tentang penelitian yang pernah dilakukan terhadap bahasa-bahasa daerah, mengumpulkan bahan yang berkaitan dengan bahan yang sedang diteliti, serta mencari buku-buku yang berhubungan dengan bahasa Melayu Deli.

1.5 Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data, Adapun langkah-langkah dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ini adalah sebagai berikut :

1. Reduksi data, yaitu melakukan identifikasi nomina, pada tahap ini peneliti memutar ulang hasil rekaman dan dilakukan transkip data hasil rekaman. 2. Data diklasifikasikan sesuai dengan objek pengkajian.

(51)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proses Pembentukan Nomina (Nominalisasi)

Seperti yang telah dikemukakan oleh Chaer pada Bab sebelumnya, nominalisasi yang dibentuk melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabunggan (dalam proses komposisi atau pemajemukan) , berikut ini akan dipaparkan satu persatu.

4.1.1. Proses Pembentukan Nomina dengan Afiksasi

Kata-kata berkelas nomina, selain berbentuk akar , banyak pula yang terbentuk melalui proses afiksasi. Pembentukan dari afiksasi ini ada yang dibentuk langsung dari akar, tetapi sebagian besar di bentuk dari akar melalui kelas verba dari akar itu. Yang dibentuk langsung dari akar adalah nomina turunan berkonfiks

ke-an, seperti kepandaian yang bermakna „hal pandai‟ dan kepartaian yang

bermakna‟ hal partai‟. Sedangkan contoh yang dibentuk dari akar melalui verba dari akar itu adalah pembaca yang bermakna gramatikal „yang membaca‟, pembacaan yang bermakna gramatikal „proses membaca‟ dan bacaan yang bermakna gramatikal „hasil membaca‟ atau „yang dibaca‟ (Chaer, 2008:144).

Ada beberapa afiks yang dapat digunakan dalam nomina yaitu : a. Prefiks ke-

(52)

c. Prefiks ter-

d. Konfiks peN…-an e. Konfiks pe-an f. Konfiks per-an g. Sufiks –an

a. Nomina Berprefiks ke-

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan Prefiks ke- pada kelas kata adjektiva. Dalam bahasa Melayu Deli hanya

dua kata yang ditemukan yaitu „tua‟ dan „kasih‟.

Contoh :

ke + kaseh „kasih‟ kekaseh „kekasih‟

ke + tua „tua‟ ketua ketua‟

b. Nomina Prefiks pe-

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan prefiks pe- pada kelas kata verba.

Contoh :

pe + bine „bina‟ pembine „pembina‟

pe + rakit „rakit‟ perakit „perakit‟ pe + lintas „lntas‟ pelintas „pelintas‟

pe + ngamen „ngamen‟ pengamen „pengamen‟

pe + potong „potong‟ pemotong „pemotong‟

(53)

pe + buke „buka‟ pembuke „pembuka‟

pe + mina „bina‟ pemina „pembina‟ pe + copet „copet‟ pencopet „pencopet‟

pe + tulis „tulis‟ penulis „penulis‟

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan prefiks pe- pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

pe + mude „muda‟ pemude „pemuda‟

pe + puteh „putih‟ pemuteh „pemutih‟

pe + maaf „maaf‟ pemaaf „pemaaf‟

pe + murah „murah‟ pemurah „pemurah‟

c. Nomina Berprefiks ter-

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilekatkan prefiks ter- pada kelas kata verba. Namun, kelas kata verba yang hanya dilakukan dalam bidang hukum untuk membentuk nomina.

Contoh :

ter- + sangke „sangka‟ tersangke „tersangka‟

ter- + perikse „periksa‟ terperikse „terperiksa‟

ter- + dakwa „dakwa‟ terdakwa „terdakwa‟

ter- + tuduh „tuduh‟ tertuduh „tertuduh‟

(54)

d. Nomina Konfiks peN- an

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan konfiks peN- an pada kelas kata verba .

Contoh :

peN- an + ambil „ambil‟ pengambilan „pengambilan‟ peN- an + ajar „ajar‟ penganjaran „pengajaran‟ peN- an + tulis „tulis‟ penulisan „penulisan‟

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan konfiks peN- an pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

peN- an + hijau „hijau‟ penghijauan „penghijauan‟ peN- an + sakit „sakit‟ penyakitan „penyakitan‟

peN- an + keci „kecil‟ pengecian „pengecilan‟

e. Konfiks pe- an

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan konfiks pe- an pada kelas kata verba .

Contoh :

pe- an + bace „baca‟ pembacean „pembacaan‟

pe- an + kerja „kerja‟ pekerjaan „pekerjaan‟

pe- an + lari „lari‟ pelarian „pelarian‟

pe- an + rampas „rampas‟ perampasan „perampasan‟ pe- an + tulis „tulis‟ penulisan „penulisan‟

(55)

pe- an + rawat „rawat‟ perawatan „perawatan‟

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan konfiks pe- an pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

pe- an + lezat(sedap) „lezat‟ pelezatan „pelezatan‟

pe- an + manis „manis‟ pemanisan „pemanisan‟

f. Nomina Berkonfiks per-an

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan konfiks pe- an pada kelas kata verba.

Contoh :

pe- an + kerja „kerja‟ pekerjaan „pekerjaan‟

per- an + buat „buat‟ perbuatan „perbuatan‟

per- an + selingkuh „selingkuh‟ perselingkuhan „perselingkuhan‟

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan konfiks pe- an pada kelas kata bilangan.

Contoh :

per- an + satu „satu‟ persatuan „persatuan‟

per an + sepuluh „sepuluh‟ persepuluhan „persepuluhan‟

g. Nomina Bersufiks –an

(56)

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan sufiks -an pada kelas kata verba.

Contoh :

minum + -an „minum‟ minuman „minuman‟

tanak + -an „masak‟ tanakan „masakan‟

main + -an „main‟ mainan „mainan‟

bungkus + -an „bungkus‟ bungkusan „bungkusan‟

kukus + -an „kukus‟ kukusan „kukusan‟

Pembentukan nomina dalam bahasa Melayu Deli dapat dilakukan dengan pelekatan sufiks –an pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

tua + -an „tua‟ tuaan „lebih dari tua‟

keci + -an „kecil‟ kecian „lebih kecil‟ tinggi + -an „tinggi‟ tinggian „lebih tinggi‟ puteh + -an „putih‟ putehan „lebih putih‟

merah + -an „merah‟ merahan „lebih merah‟

kuning + -an „kuning‟ kuningan „kuningan‟

asin + -an „asin‟ asinan „asinan‟

murah + -an „murah murahan „murahan‟

mani + -an „manis‟ manisan „manisan‟

mude + -an „muda‟ mudean „mudaan‟

3. Sufiks –an dapat membentuk nomina dari kata dasar bilangan. Contoh :

(57)

tige puluh + -an „tiga puluh‟ tige puluhan „tiga puluhan‟ ratus + -an „ratus‟ ratusan „ratusan‟ ribu + -an „ribu‟ ribuan „ribuan‟

meter + -an „meter‟ meteran „meteran‟

4.1.2. Proses Pembentukan Nomina dengan Reduplikasi

Reduplikasi yang dijumpai pada bahasa Melayu Deli terdapat bermacam-macam bentuk. Reduplikasi yang secara nyata masih hidup dan tetap dipakai masyarakat penutur adalah sebagai berikut :

1. Reduplikasi murni

Reduplikasi murni adalah perulangan atas bentuk dasar yang berupa kata dasar.

Contoh :

andung-andung „nenek-nenek‟

dudok-dudok „duduk-duduk‟

rumah-rumah „rumah-rumah‟

anak-anak „anak-anak‟

dinding-dinding „dinding-dinding‟

sakit-sakit „sakit-sakit‟

betanak-betanak „memasak-memasak‟ 2. Reduplikasi berimbuhan

(58)

1) Reduplikasi berimbuhan dengan yang dilekati sufiks –an

kapal „kapal‟ kapal-kapalan „kapal-kapalan‟

kude „kuda‟ kude-kudean „kuda-kudaan‟

kerete „kereta‟ kerete-keretean „kereta-keretaan‟ 2) Reduplikasi berimbuhan dengan yang dilekati konfiks ke-...-an :

jantan „jantan‟ kejantan-jantanan „kejantan-jantanan‟

puan „betina kepuan-puanan „kebetina-betinaan‟

mak „ibu‟ kemak-makan „keibu-ibuan‟

batak „batak‟ kebatak-batakan „kebatak-batakan‟

Dalam reduplikasi banyak yang ditemukan bentuk nomina tetapi ada sebagian dari verba, misalnya : main-mainan, dan minum-minuman.

4.1.3. Proses Pembentukan Nomina dengan Komposisi

Yang dimaksud dengan pemajemukan atau komposisi adalah paduan dua nomina bebas atau lebih yang mengandung satu pengertian baru. Bahasa Melayu Deli banyak dijumpai kata majemuk yang kadang-kadang strukturnya itu sebenarnya tidak dapat dipisahkan atau antara unsur-unsur kata majemuk itu tidak mungkin disisipi unsur lain yang menyebabkan terpisahnya unsur kata majemuk itu . Misalnya disisipi /yang/, /itu/, /ny/, /dan/, /akan/ dan lain-lain. Jika ada penambahan bubuhan pada unsur kata mejemuk itu , maka bubuhan itu berhubungan dengan semua unsur-unsur kata majemuk itu, maka bubuhan itu berhubungan dengan semua unsur-unsur.

(59)

1) Pemajemukan unsur nomina dengan adjektiva. Contoh :

jambu + merah jambu merah „jambu yang berwarna merah‟

jari + manis jari manis „jari tangan yang paling kecil‟

puan + mude puan mude „bini muda‟

2) Pemajemukan unsur nomina dengan verba. Contoh :

becak + dayung becak dayung becak dayung‟

beras + giling beras giling „beras giling‟

batu + tulis batu tulis „batu tulis‟

3) Pemajemukan unsur verba dengan nomina.

cuci + penuri cuci penuri „cuci tangan‟

ikat + pinggang ikat pinggan „ikat pinggan‟

jatuh + hati jatuh hati „jatuh hati‟

goyang + pinggul goyang pinggul „goyang pinggul‟

4.2 Fungsi Nomina a. Prefiks ke-

Bila prefiks ke- melekat pada kata „tua‟ (adjektiva) dan „kasih‟ (adjektiva) dalam bahasa Melayu Deli , maka prefiks ke- berfungsi mengubah kelas kata adjektiva menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

(60)

b. Prefiks pe-

Bila prefiks pe- melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu Deli, maka prefiks pe- berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

pe + nidik „didik‟ penidik „pendidik‟ pe + rawat „rawa‟ perawat „perawat‟

pe + nyanyi „nyanyi‟ penyanyi „penyanyi‟

Bila prefiks pe- melekat pada kelas kata adjektiva dalam bahasa Melayu Deli, maka prefiks pe- berfungsi mengubah kelas kata adjektiva menjadi kelas kata nomina.

pe + takut „takut‟ penakut „orang yang penakut‟

pe + malu „malu‟ pemalu „orang yang pemalu‟

pe + mude „muda‟ pemude „pemuda‟

c. Prefiks ter –

Bila prefiks ter- melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu Deli, maka prefiks ter- berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas kata nomina. Prefiks ter- pada kelas kata verba hanya dilakukan dalam bidang hukum untuk mengubah kelas kata verba menjadi nomina.

Contoh :

ter- + sangke „sangka‟ tersangke „tersangka‟

ter- + perikse „periksa‟ terperikse „terperiksa‟

ter- + dakwa „dakwa‟ terdakwa „terdakwa‟

(61)

d. Konfiks peN – an

Bila konfiks peN- an melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu Deli, maka konfiks peN-an berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

peN- an + ketik „ketik‟ pengetikan „pengetikan‟ peN- an + tulis „tulis‟ penulisan „penulisan‟

Bila konfiks peN- an melekat pada kelas kata adjektiva dalam bahasa Melayu Deli, maka konfiks peN- an berfungsi mengubah kelas kata adjektiva menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

peN- an + hijau „hijau‟ penghijauan „penghijauan‟ peN- an + sakit „sakit‟ penyakitan „penyak itan‟ peN- an + keci „kecil‟ pengecian „pengecilan‟ e. Konfiks pe- an

Bila konfiks pe- an melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu Deli, maka konfiks pe- an berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

(62)

Bila konfiks pe- an melekat pada kelas kata adjektiva dalam bahasa Melayu Deli, maka konfiks pe- an berfungsi mengubah kelas kata adjektiva menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

pe- an + lezat(sedap) „lezat‟ pelezatan „pelezatan‟

pe- an + manis „manis‟ pemanisan „pemanisan‟

f. Konfiks per- an

Bila konfiks per- an melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu Deli, maka konfiks per- an berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

Per- an + ukir „ukir‟ perukiran „perukiran‟

Per- an + dagang „dagang‟ perdagangan „perdagangan‟

Per- an + cetak „cetak‟ percetakan „percetakan‟

g. Sufiks –an

Bila sufiks- an melekat pada kelas kata verba dalam bahasa Melayu Deli, maka sufiks –an berfungsi mengubah kelas kata verba menjadi kelas kata nomina.

Contoh :

ayak + -an „ayak‟ ayakan „ayakan‟

tanam + -an „tanam‟ tanaman „tanaman‟

(63)

4.3 Makna Nomina

Afiksasi yaitu pengimbuhan afiks pada bentuk dasar, perulangan dan pemajemukan jelas mengakibatkan perubahan makna. Perubahan seperti ini timbul akibat proses tata bahasa yang lazim disebut makna gramatikal (Muchtar 2002 :167).

4.3.1.Makna Nomina dengan Afiksasi

Setiap afiks dalam pembentukan nomina bahasa Melayu Deli, mempunyai makna :

a). Prefiks pe-

Prefiks pe- yang melekat pada kelas kata verba membentuk nomina yang mempunyai makna menyatakan :

(1) orang yang mengerjakan sesuatu; Contoh :

pe + buat „buat‟ pembuat „pembuat‟ „orang yang membuat‟ pe + tari „tari‟ penari „penari‟ „orang yang kerjaannya menari‟ (2) alat dan kegemaran.

Contoh :

pe + gali „gali‟ penggali „penggali‟

„alat untuk me

(64)

pe + sulam „sulam‟penyulam „penyulam‟ „orang yang gemar menyulam‟

pe + lukis „lukis‟ pelukis „pelukis‟

„orang yang gemar melukis'

(5) orang yang biasa bekerja di sesuatu tempat. Contoh :

pe + laot „laut‟ pelaot „pelaut‟ „orang yang biasa kerja di laut‟

pe + padang „ladang‟ pepadang peladang „orang yang biasa bekerja di

ladang‟

b). Prefiks ke-

Prefiks ke- yang melekat pada adjektiva membentuk nomina yang mempunyai makna menyatakan yang di...

Contoh :

ke + tua „tua‟ ketua „ketua‟ „yang dituakan‟ ke + kaseh „kasih‟ kekaseh „kekasih‟ „yang dikasihi‟ c). Prefiks ter-

Prefiks ter yang melekat pada kelas kata verba membentuk nomina yang mempunyai makna yang menyatakan:

Contoh :

(65)

ter + tuduh „tuduh‟ tertuduh „tertuduh‟ „orang yang dituduh‟ ter + hukum „hukum‟ terhukum „terhukum‟ „orang yang dihukum‟

d). Konfiks peN-an

Konfiks peN- an yang melekat pada kelas kata adjektiva membentuk nomina yang mempunyai makna yang menyatakan :

Contoh :

PeN- an + saket „sakit‟ penyaketan „keadaan tubuh yang sakit‟ PeN- an + hijau „hijau‟ penghijauan „kegiatan penghijauan‟ e). Konfiks pe-an

Konfiks pe-an yang melekat pada kelas kata verba membentuk nomina yang mempunyai makna yang menyatakan :

Contoh :

pe- an + kerja „kerja‟ pekerjaan „orang yang bekerja sesuatu‟ pe- an + tulis „tulis‟ penulisan „hasil yang ditulis‟

f). Konfiks per-an

Konfiks per-an yang melekat pada kelas kata verba membentuk nomina yang mempunyai makna yang menyatakan :

Contoh :

(66)

pe- an + selingkuh „selingkuh‟ perselingkuhan

„orang yang berselin

gkuh‟

g). Sufiks –an

Sufiks -an yang melekat pada kelas kata verba membentuk nomina yang mempunyai makna yang menyatakan :

Contoh :

saring + -an „saring‟ saringan „alat penyaring‟ timbun + -an „timbun‟ timbunan „tempat menimbun‟ jalan + -an „jalan‟ jalanan „tempat berjalan‟

4.3.2 Makna Nomina dengan Reduplikasi

Didalam makna nomina pada reduplikasi pembentukan verba sangat sedikit.

Contoh :

main-mainan main-mainan „alat mainan‟

tanak- tanakan masak-masakan „alat mainan yang berbentuk alat masak‟

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian ke dalam lima metode linear programming menampilkan jumlah iterasi (N), nilai dari masing-masing variabel, nilai optimum (NO), elapsed time

Jadi oleh sebab timbulnya perubahan tahanan akibat adanya medan luar, maka sistem tersebut bisa diaplikasikan sebagai sensor magnet tanpa menggunakan arus seperti pada metoda

anggota baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah

Perbedaan Tekanan Darah antara Penambahan Klonidin 75 µgr dan 150 µgr pada Blok Subarakhnoid Dengan Lidokain 5% 100 mg Hiperbarik.. Resta Farits Pradana * , Johan Arifin

Untuk kronologis menurut pendapat kami, peneliti sudah menjelaskan secara terperinci, hal tersebut dapat dilihat dari: Penjabaran peristiwa dilematis antara

Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya suatu perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen dapat

JIKA KITA PINDAHKAN GARIS ANGGARAN MELALUI SEMUA TINGKAT PENGHASILAN YG MUNGKIN DAN KEMUDIAN MENGHUBUNGKAN SEMUA TTK EKUILIBRIUMNYA, MAKA KITA MEMPEROLEH “KURVA

1) Disiplin kerja berpengaruh signifikan kearah positif terhadap kepuasan kerja pada karyawan Indomobil Nissan-Datsun Solobaru. 2) Stres kerja berpengaruh signifikan kearah