• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI NYADRAN DALAM MENJELANG BULAN RAMADHAN DI DESA TRIHARJO KECAMATAN MERBAU MATARAM KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI NYADRAN DALAM MENJELANG BULAN RAMADHAN DI DESA TRIHARJO KECAMATAN MERBAU MATARAM KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI NYADRAN DALAM MENJELANG BULAN RAMADHAN DI DESA TRIHARJO KECAMATAN MERBAU MATARAM

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh: Mita Astria

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

TRADISI NYADRAN DALAM MENJELANG BULAN RAMADHAN DI DESA TRIHARJO KECAMATAN MERBAU MATARAM

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

MITA ASTRIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai tujuan diadakannya tradisi nyadran yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan di Desa Triharjo dengan melakukan peninjauan langsung pada masyarakat dan menggunakan sampel 106 jiwa. Pengambilan sampel ini dilakukan menggunakan random sampling. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif menggunakan data angket(koesioner).

Hasil penelitian menunjukan bahwa tujuan tradisi nyadran dapat dilihat dari tiga aspek yaitu sosial ekonomi, religius dan sosial budaya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tradisi nyadran dari segi sosial ekonomi pelaksanaan tradisi nyadran tidak memandang status ekonomi dan golongan serta menjalin silaturohmi antar warga, dari segi religius tradisi nyadran

merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah, mengingatkan akan kematian dan mendoakan arwah leluhur atau keluarga. Tujuan pelaksanaan tradisi nyadran dari segi sosial budaya merupakan bentuk pelestarian budaya Jawa yaitu tradisi

(3)
(4)
(5)
(6)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Analisis Masalah ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah. ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. ... 6

1. Tujuan Penelitian. ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 6

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Konsep Tradisi Nyadran. ... 8

1.1Pengertian Tradisi Nyadran... 8

1.2Sejarah Tradisi Nyadran... 9

1.3Pelaksanaan Tradisi Nyadran... 11

1.4Tujuan Aktifitas Budaya... 12

2. Konsep Masyarakat Jawa ... 12

B. Kerangka Pikir ... 15

C. Paradigma ... 16

III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan ... 19

B. Variabel Penelitian... 19

C. Populasi dan sempel ... 20

1. Populasi ... 20

(7)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 23

1. Angket ( Kuesioner ) ... 23

2. Dokumentasi ... 23

E. Teknik Analisis Data ... 24

1. Reduksi Data ... 25

2. Penyajian Data ... . 25

3. Pengambilan Kesimpulan dan Verivikasi ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Letak Desa Triharjo ... 28

2. Keadaan Alam ... 26

3. Sejarah Singkat Desa Triharjo ... 26

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 27

5. Keadaan Penduduk Menurut Agama ... 28

6. Keadaan penduduk Menurut Pendidikan. ... 29

7. Keadaan Pembangunan Masyarakat Desa Triharjo ... 30

8. Tujuan Tradisi Nyadran...34

8.1 Aspek Religi ... 34

8.2 Aspek Sosial Ekonomi ... 38

8.3 Aspek Sosial Budaya ... 39

B. Pembahasan 1. Tujuan Tradisi Nyadran...51

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

(8)

xv

DAFTAR TABEL

1. Data kepala keluarga perdusun Desa Triharjo ... 18

2. Jumlah sampel penelitian per. dusun Desa Triharjo ... 19

3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian ... 28

4. Jumlah penduduk menurut penganut agama ... 29

5. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ... 30

6. Pemahaman responden tentang tradisi nyadran ... 31

7. Pengetahuan responden tentang keberadaan nyadran ... 34

8. Pengetahuan responden tentang waktu pelaksanaan nyadran ... 34

9. Kehadiran responden dalam mengikuti pelaksanaan nyadran ... 35

10. Responden mengikuti pelaksanaan nyadran karena pengaruh Lingkungan .. 36

11. Responden mengikuti nyadran sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan ... 36

12. Responden mengikuti nyadran sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan karena diberi kesehatan ... 37

13. Responden mengikuti nyadran sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan karena diberi rezeki cukup ... 38

14. Responden mengikuti nyadran sebagai salah satu cara mengingatkan adanya kematian ... 38

15. Responden mengikuti nyadran membawa kue apem, ketan dan kolak ... 39

16. Responden mengikuti nyadran membawa tumpeng ... 39

17. Responden meyakini bahwa kue apem,ketan, kolak dan tumpeng mempunyai makna...43

18. Responden mengikuti nyadran untuk mendoakan arwah leluhur ... 44

19. Responden mengikuti nyadran untuk mendoakan keluarga ... 44

20. Responden mengikuti nyadran dalam rangka menjalin Silahturohmi ... 45

21. Responden mengikuti nyadran dalam rangka menambah teman ... 46

22. Responden mengikuti nyadran dalam rangka menjalin Silahturohmi antar warga ... 47

23. Satus sosial responden dalam nyadran ... 47

24. Perbedaan pelaksanaan nyadran dari kondisi ekonomi ... 48

25. Perbedaan pelaksanaan nyadran dari golongan ... 49

26. Pelestarian tradisi nyadran ... 49

27. Pelaksanaan nyadran karena pelestarian kebudayaan suku jawa ... 50

(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Peta Wilayah Desa Triharjo

2. Tempat pelaksanaan tradisi nyadran

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun lingkungan sosial artinyahubungan antara manusia dengan lingkungan dihubungkan dengan tradisi masyarakat lokal. Terbentuknya kebudayaan berawal dari timbal balik terhadap keadaan kondisi sosial, ekonomi dan lainnya. Unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal yang ada di dunia yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup serta teknologi dan peralatan.1

Negara Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang dipisahkan dengan selat dan laut. Pulau-pulau di Indonesia memiliki berbagai suku bangsa yang beraneka ragam. Suku bangsa akan menghasilkan kebudayaan karena Negara Indonesia memiliki suku bangsa yang beraneka ragam maka setiap suku bangsa akan menghasilkan kebudayaan yang berbeda-beda dan mempunyai ciri khas masing-masing.

1

(11)

Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam dan berbeda-beda namun setiap kebudayaan memiliki tujuan dan makna yang berlaku umum pada semua kebudayaan dimanapun.

Pulau Jawa memiliki keanekaragaman kebudayaan sesuai dengan beragamnya kepercayaan nenek moyang Masyarakat Jawa disetiap wilayah. Tradisi-tradisi tersebut mengandung unsur campuran yaitu ajaran Agama Islam dan tradisi Jawa yang berasal dari nenek moyang. Salah satu tradisi yang masih dilaksanakan adalah nyadran.

Nyadran dengan ziarah kubur merupakan dua ekspresi kultural keagamaan yang memiliki kesamaan dalam ritual dan objeknya.2 Perbedaannya hanya terletak pada proses pelaksanaanya. Nyadran biasanya ditentukan waktunya oleh pihak yang memiliki otoritas di daerah, dan pelaksanaanya dilakukan secara bersama-sama.

Nyadran dalam tradisi Jawa biasanya dilakukan pada bulan Syaban atau Ruwah menjelang bulan Ramadhan.

Secara sosio-kultural pelaksanaan dari ritual nyadran tidak hanya sebatas membersihkan makam-makam leluhur, selamatan membuat kue apem, ketan, dan kolak sebagai unsur sesaji sekaligus landasan ritual doa. Nyadran juga menjadi media silahturohmi keluarga dan sekaligus menjadi transformasi sosial, budaya serta keagamaan.3

2

Anonim.http://De-Kill.Blogspot.Com/2009/04/Tradisi-Nyadran-Masyarakat-Jawa-html. diakses 21 Februari 2013 jam 20.13 WIB.

3

(12)

3

Masyarakat desa Triharjo mayoritas beragama Islam tetapi pola kehidupannya berpedoman dengan berbagai mitos yang hidup dalam masyarakat dan dapat dilihat dari tradisi nyadran, dimana masyarakat berkumpul disuatu tempat (Aula), bahkan di jalan menuju makam dan lahan disekitarnya didirikan tenda karena banyak masyarakat yang mengikuti tradisi nyadran.

Prosesi nyadran diawali dengan musyawarah pembentukan panitia nyadran

setelah terbentuknya panitia, ketua pelaksana menggerakkan warga desa Triharjo untuk membersihkan makam dan sekitarnya secara gotong royong tidak hanya oleh orang dewasa tetapi juga remaja bahkan anak-anak.

Pada pelaksanaan tradisi nyadran banyak masyarakat yang datang bahkan juga warga yang hidup diperantauan sengaja pulang untuk mengikuti pelaksanaan tradisi nyadran. Masyarakat membawa makanan tradisional seperti apem, kolak, ketan, tumpeng, ingkung dan jajanan pasar. Masyarakat yakin bahwa setiap makanan yang mereka bawa mempunyai makna dalam setiap jenisnya.

(13)

Selesai berdoa masyarakat yang hadir mencicipi makanan yang disajikan atau dihidangkan pada saat pelaksanaan tradisi nyadran. Pada saat prosesi tersebut ada masyarakat yang tukar menukar makanan dan asyik mengobral karena sebagian warga pulang dari perantauan dan hadir dalam pelaksanaan nyadran. Bahkan masyarakat yang tidak hadir dan warga miskin diberi gadhulan (bawaan) yang berisi nasi, kue dan lauk-pauk kemudian dikirim oleh panitia ke rumah mereka.

Nyadran merupakan sesuatu yang istimewa bagi masyarakat Triharjo karena menyimpan banyak makna bukan hanya sekedar ritual menyambut datangnya bulan Ramadhan.Namun mengandung makna sosial salah satunya adalah relasi sosial yang terbentuk melalui tradisi nyadran, karena pertemuan pada saat pelaksanaan tradisi nyadran memberi kesempatan bagi setiap individu untuk lebih saling mengenal dan mempererat hubungan di antara masyarakat.

Pelaksanaan tradisi nyadran di Desa Triharjo masih dilaksanakan sampai saat ini, karena masyarakat Jawa di Desa Triharjo menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur walaupun mereka tidak tinggal di jawa. Dari uraian di atas penulis ingin mengetahui apakah tujuan masyarakat desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan dengan mengikuti pelaksanaan tradisi nyadran.

B. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

(14)

5

1. Pelaksanaan tradisi nyadran di Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

2. Tujuan tradisi nyadran di Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

3. Makna tradisi nyadran di Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada tujuan tradisi nyadran masyarakat desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah tujuan dari tradisi nyadran di desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yakni untuk mengetahui tujuan tradisi

(15)

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi peneliti, menambah wawasan, ilmu pengetahuan, pengalaman dan informasi mengenai pelaksanaan tradisi nyadran oleh masyarakat Jawa di desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

D. Ruang Lingkup Penelitian

a. Subjek Penelitian : Tradisi nyadran

b. Objek Penelitian : Masyarakat Jawa di desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

c. Tempat Penelitian : Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

(16)

7

REFERENSI

Anonim.http://De-Kill.Blogspot.Com/2009/04/Tradisi-Nyadran-Masyarakat-Jawa-html. diakses 21 Februari 2013 jam 20.13 WIB.

Jacobus Ranjabar. 2006. Sistem sosial Budaya Indonesia. Ghalia Indonesia. Bogor. Hlm 149.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

1. Konsep Tradisi Nyadran

1.1. Pengertian Tradisi Nyadran

Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama.4Dalam Kamus Bahasa Indonesia tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.5Jadi tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat dan akan diwariskan secara turun-temurun.

Nyadran berasal dari kata sodrun yang artinya dada atau hati. Makna

nyadran dalam hal ini adalah bahwa masyarakat membersihkan hati mereka menjelang bulan Ramadhan. Makna lainnya nyadran adalah sadran yaitu

sadran berasal dari kata sudra sehingga nyadran berarti menyudra menjadi

sudra atau berkumpul dengan orang-orang awam. Ini mencerminkan nilai-nilai bahwa pada hakekatnya manusia adalah sama.6

4

Soerjono Soekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali. Jakarta. Hlm 13.

5

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Hlm 1208.

6

(18)

9

Sementara Purwadi menyampaikan dalam bukunya bahwa kata nyadran atau

sadranan berasal dari bahasa sansekerta artinya tradisi mengunjungi makam leluhur atau sanak saudara menjelang datangnya bulan Ramadhan.7 Karena lidah orang Jawa maka kata sadra kemudian berubah menjadi kata nyadran yang memiliki arti ziarah kubur, tradisi nyadran merupakan sebuah ritual yang berupa penghormatan kepada arwah nenek moyang dan memanjatkan doa selamatan.8 Dari pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud tradisi nyadran adalah kebiasaan masyarakat berupa penghormatan kepada arwah nenek moyang dengan memanjatkan do’a selamat melalui ziarah kubur yang dilakukan menjelang bulan Ramadhan dengan tujuan untuk membersihkan hati.

1.2. Sejarah Tradisi Nyadran

Tradisi nyadran sudah ada pada masa Hindu-Budha sebelum agama Islam masuk di Indonesia. Zaman kerajaan Majapahit tahun 1284 ada pelaksanaan seperti tradisi nyadran yaitu tradisi craddha.9 Kesamaan dari tradisi tersebut pada kegiatan manusia dengan leluhur yang sudah meninggal seperti sesaji dan ritual sesembahan untuk penghormatan terhadap leluhur yang telah meninggal.10 Tradisi

nyadran merupakan sebuah ritual yang berupa penghormatan kepada arwah nenek moyang dan memanjatkan doa selamatan.

7

Purwadi. 2006. Jejak Para Wali Ziarah Spiritual.Buku Kompas. Jakarta. Hlm 12.

8

Anonim.http://Nurmalita Sari.Blogspot.com/2012/12/Makna-dan-Objek-Tradisi-Jawa-html. Diakses 18 Februari 2013 jam 17.15 WIB.

9

Anonim.http://NovianaWijayati.Blogspot.Com/2011/04/tradisi-Nyadran-sebagai-Transformasi-Agama-soaial-dan-Budaya-html. diakses 22 Februari 2013 jam 20.47 WIB.

10

(19)

Agama Islam masuk ke pulau Jawa pada abad ke 13.11Masuknya agama Islam di Jawa pada abad ke 13 membuat tradisi nyadran mengalami akulturasi dalam pelaksanaannya dengan nilai-nilai Islam. Akulturasi semakin kuat ketika walisongo menyebarkan agama Islam dengan mengakultutasikan budaya masyarakat Jawa dengan nilai-nilai Islam supaya mudah diterima oleh masyarakat dan masuk Islam.

Pelaksanaan tradisi nyadran pada masa Hindu-Budha menggunakan puji-pujian dan sesaji sebagai perlengkapan ritualnya sedangkan oleh walisongo diakulturasikan dengan doa-doa dari Al-Quran. Masyarakat Jawa kuno meyakini bahwa leluhur yang sudah meninggal sejatinya masih ada dan mempengaruhi kehidupan anak cucu atau keturunannya.Karena pengaruh agama islam pula makna nyadran mengalami pergeseran dari sekedar berdoa kepada Tuhan menjadi ritual pelaporan dan wujud penghargaan kepada bulan Sya’ban atau nifsu Sya’ban. Ajaran agama Islam meyakini bahwa bulan Sya’ban yang datang menjelang Ramadhan merupakan bulan pelaporan atas amal perbuatan manusia. Oleh karena itu pelaksanaan ziarah kubur juga dimaksud sebagai sarana intropeksi atau perenungan terhadap segala daya dan upaya yang telah dilakukan selama satu tahun.

Menurut keyakinan masyarakat makanan dalam pelaksanaan tradisi nyadran memiliki makna. Ketan berasal dari bahasa Arab yakni khatha-an yang artinya menghindari perbuatan yang tidak terpuji, kata kolak berasal dari kata qola artinya

11

(20)

11

mengucapkan dan apem berasal dari kata afwan artinya permintaan maaf.12 Tumpeng adalah nasi kerucut dengan sejumlah lauk-pauk disisinya yang bermakna untuk memohon keselamatan kepada Tuhan.13

1.3. Pelaksanaan Tradisi Nyadran

Pelaksanaan tradisi nyadran pada umumnya dengan membaca doa dan ayat-ayat yang ada di Al-Quran.14 Tahap pertama pelaksanaan tradisi nyadran dimulai dengan membaca ayat suci Al-Quran kemudian dilanjutkan dengan sambutan sesupuh desa dan kepala desa. Acara ini yaitu tahlillan yang ditengah lingkaran terdapat kenduri dan sesajinya. Tahap terakhir tabur bunga dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan makan bersama.

Pada acara makan bersama masyarakat ada yang tukar-menukar makanan, bersenda gurau dan ada anak kecil yang bermain-main sambil mencari makanan yang mereka inginkan. Setelah selesai acara ada yang tidak hadir dan panitia pelaksana membawakan kenduri yang masih ada untuk warga yang tidak hadir dan warga miskin. Tata cara pelaksanaan tradisi nyadran tidak hanya sekedar ziarah ke makam leluhur tetapi juga ada nilai-nilai sosial budaya seperti gotong royong, pengorbanan, ekonomi, menjalin silahturohmi dan ada warga mengajak saudara untuk merantau dan mengadu nasib ke kota pada saat pelaksanaan tradisi

nyadran.

12

Murdijati dan Lily. 2010. Serba-Serbi Tumpeng Kehidupan Masyarakat Jawa. Gramedia. jakarta. Hlm 96.

13

Remy Sylado. 2008. Novel Pangeran Diponegoro Menuju Sosok Khalifah. Tiga Serangkai. Solo. Hlm 80.

14

(21)

1.4 Tujuan Aktifitas Budaya

Kebudayaan dapat dianggab sebagai peraturan-peraturan yang berlaku di dalam masyarakat. Peraturan dipelajari dan tidak diperoleh dari warisan biologis, karena peraturan menentukan petunjuk untuk prilaku sehari-hari kelompok masyarakat. Prilaku manusia yang dilakukan terus menerus dan dilakukan oleh manusia disebut prilaku kebudayaan. Menurut C. Wissler tujuan tindakan kebudayaan adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar.15 Menurut Koentjaraningrat tujuan kebudayaan untuk mengetahui integrasi dari beberapa ilmu yang masing-masing mempelajari suatu masalah khusus mengenai mahluk manusia.16 Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari aktifitas kebudayaan adalah untuk mengetahui pola-pola kehidupa masyarakat.

2. Konsep Masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa banyak melahirkan tradisi yang masih dilaksanakan sampai saat ini, sebelumnya lebih baik mengerti akan konsep masyarakat terlebih dahulu. Menurut Werner, masyarakat adalah suatu kelompok perorangan yang berinteraksi timbal balik, dimana konsekuensinya adalah jika hubungan manapun dari konfigurasi sosial tertentu dirangsang, maka akan mempengaruhi semua bagian lain dan sebaliknya akan dipengaruhi oleh bagian-bagian.17Menurut Soerjono Soekanto masyarakat adalah jalinan hubungan sosial dam masyarakat selalu berubah.18

15

koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Universitas Lampung. Jakarta. Hlm 1.

16

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu antropologi. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 180.

17

Ida Bagus Darmika. 1982. Psikologi Persepsi Masyarakat. Jakarta. Hlm 116.

18

(22)

13

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bertempat tinggal di wilayah yang sama dan sifatnya selalu berubah-ubah.Masyarakat sangat berkaitan dengan kebudayaan karena tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat. Masyarakat dan kebudayaan merupakan dwitunggal yakni keduanya tidak bisa terpisahkan saling berkaitan.19 Koentjaraningrat menggolongkan tiga wujud kebudayaan yaitu :

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.20

Menurut sarjana Inggris E.B. Tylor, kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hukum, adat istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.21

Pulau Jawa banyak menghasilkan kebudayaan, budaya masyarakat Jawa yang sudah melekat erat menjadikan masyarakat sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Tujuan tradisi ini mengandung unsur-unsur ajaran agama Islam dengan campuran tradisi Jawa.

19

Bouman, P.J. 1957. Ilmu Masyarakat Umum, terjemah Sujono, Jakarta: PT Pembangunan. Hlm 31.

20

Soerjono Soekanto. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Grafindo Persado. jakarta. Hlm 153.

21

(23)

Kebudayaan yang paling banyak ditemukan yaitu kebudayaan Jawa, di pulau Jawa agama yang dianut oleh masyarakatnya yaitu Animisme dan Dinamisme kemudian masuk agama Hindu-Budha. Banyak kerajaan di Jawa yang beraliran Hindu-Budha yang berjaya pada masa itu.

Jawa merupakan sebuah pulau yang berada dalam kawasan negara Indonesia. Jawa berasal dari bahasa Sanskrit Yava, yang berarti gandum karena Jawa juga terkenal dengan ladang gandum.22 Masyarakat Jawa merupakan orang pribumi yang mempunyai sifat tenang, sedikit berpetualang, cenderung tidak melakukan usaha keluar daerahnya, dan tidak mudah terpancing untuk melakukan kekerasan atau pertumpahan darah. Di setiap wilayah Indonesia pasti akan menemukan masyarakat bersuku Jawa, walaupun hanya minoritas pasti disetiap wilayah Indonesi ditemukan masyarakat bersuku Jawa.

Lingkungan masyarakat Jawa adat istiadat sangat kental terasa, setiap kehidupan masyarakat Jawa menggunakan adat istiadat.Orang Jawa mempunyai konsep hidup dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, adapun konsep hidup orang Jawa adalahnarimo ing padun, gotong royong, dan ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono.23Arti dari konsep kehidupan orang Jawa di atas adalah narimo ing padun maksudnya setiap kehidupan pasti sudah ada yang mengatur, pola hidup orang Jawa yang pasrah dengan segala keputusan yang telah ditentukan oleh Tuhan.

22

Thomas Stamford Raffles. 2008. The History of Java. Narasi. Yogyakarta. Hlm 24.

23

(24)

15

Orang Jawa meyakini setiap yang terjadi dalam kehidupan ini merupakan kehendak Tuhan yang tidak dapat ditentang begitu saja. Gotong royong atau tolong menolong sudah ada sejak nenek moyang orang Jawa dan dapat ditemukan pola hidup kerja sama masyarakat Jawa. Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono maksudya adalah harga diri orang Jawa dari perkataannya sehingga orang Jawa sangat hati-hati dalam perkataannya.

Orang Jawa memiliki filosofi tiga nga yakni ngalah, ngalih, ngamuk.24 masyarakat Jawa memiliki estetika dalam bertutur kata dan sikap, pribadi orang Jawa halus, sopan, tertutup dan bisa menyembunyikan perasaan. Mengetahui kepribadian masyarakat Jawa dapat dilihat dari karakter pewayangan yang merupakan kesenian masyarakat Jawa.

B.Kerangka Pikir

Kebudayaan masyarakat Jawa sangat beraneka ragam, masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi tradisi yang diwariskan oleh leluhur. Akibatnya sampai saat ini tradisi masyarakat Jawa masih tetap dilaksanakan dan terus diwariskan secara terus-menerus.

Tradisi yang masih dilaksanakan salah satunya adalah tradisi ziarah kubur yang disebut tradisi nyadran. Meskipun masyarakat suku Jawa bertempat tinggal di wilayah pulau Sumatera mereka masih tetap melaksanakan tradisi nyadran.

24

(25)

Hal tersebut merupakan bentuk pelestaraian kebudayaan. Masyarakat Jawa yang bertempat tinggal di Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan mayoritas beragama Islam dan masih melaksanakan tradisi

nyadran sampai saat ini.

Meskipun sekarang zaman modern masyarakat masih melaksanakan tradisi

nyadran. Masyarakat melaksanakan tradisi nyadran mempunyai tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan dari tradisi nyadran dari berbagai aspek yaitu aspek sosial, agama dan budaya. Pelaksanaan tradisi nyadran sebelum bulan Ramadhan pada bulan Sya’ban.

(26)

17

C.Paradigma

Keterangan :

: Garis Pelaksana

: Garis Akibat Kebudayaan Masyarakat Suku Jawa

Tradisi Nyadran

(27)

REFERENSI

Anonim.http://MujiburRohman.Blogspot.com/2010/06/Nyadran-Agung-JogjaTrip-html. Diakses 25 februari 2013 jam 17.24 WIB.

Anonim.http://NovianaWijayati.Blogspot.Com/2011/04/tradisi-Nyadran-sebagai-Transformasi-Agama-soaial-dan-Budaya-html. diakses 22 Februari 2013 jam 20.47 WIB.

Anonim.http://Nurmalita Sari.Blogspot.com/2012/12/Makna-dan-Objek-Tradisi-Jawa-html. Diakses 18 Februari 2013 jam 17.15 WIB.

Anonim.http://pamomongs.blogspot.com/2012/04/karakter-khas-suku-jawa-dengan-tradisi.html. diakses 24 Februari 2013 jam: 20.39 WIB.

Bouman, P.J. 1957. Ilmu Masyarakat Umum, terjemah Sujono, Jakarta: PT Pembangunan. Hlm 31.

Ida BagusDarmika,. 1982. Psikologi Persepsi Masyarakat. Jakarta. Hlm 116. Jacobus Ranjabar. 2006. Sistem sosial Budaya Indonesia. Ghalia Indonesia.

Bogor. Hlm 148.

koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Universitas Lampung. Jakarta. Hlm 1.

. 1990. Pengantar Ilmu antropologi. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 180.

Muhammad Solikin. 2010. Ritual Kematian Islam Jawa. Narasi. Yogyakarta. Hlm 140.

Murdijati dan Lily. 2010. Serba-Serbi Tumpeng Kehidupan Masyarakat Jawa. Gramedia. jakarta. Hlm 96.

Purwadi. 2006. Jejak Para Wali Ziarah Spiritual.Buku Kompas. Jakarta. Hlm 12. . 2009. Sejarah Walisanga. Ragam Media. Yogyakarta. Hlm 2.

(28)

19

Remy Sylado. 2008. Novel Pangeran Diponegoro Menuju Sosok Khalifah. Tiga Serangkai. Solo. Hlm 80.

Thomas Stamford Raffles. 2008. The History of Java. Narasi. Yogyakarta. Hlm 24.

Soedjipto Abimanyu. 2013. Babad Tanah Jawi. Laksana. Yogyakarta. Hlm 27. SoerjonoSoekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali. Jakarta. Hlm

13.

. 1990. Budaya dan Pengetahuan. Jakarta. Hlm 154.

. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Grafindo Persado. jakarta. Hlm 153.

(29)

III. METODE PENELITIAN

A.Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Definisi metode deskriptif adalah bertugas untuk melakukan representasi objektif mengenai gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah penelitian.22 Dengan demikian maka metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menjelaskan fakta-fakta dengan akurat, terpercaya dan sistematis untuk memecahkan masalah di wilayah yang diteliti.

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatau tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan untuk memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuannya serta dari situasi. Karena pengertian dari metode deskriptif adalah pengertian yang luas, yang biasanya perlu dijelaskan lebih ekspilisit di dalam setiap penyelidikan.23

B.Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian tersebut.24 Menurut Koentjaraningrat variabel adalah ciri atau aspek dari fakta -

22

Nawawi Martini. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada university Press. Yogyakarta. Hlm 74.

23

Winarno. 1982. Pengantar Penyelidikan Ilmiah. Tarsito. Bandung. Hlm 131.

24

(30)

20

yang mempunyai lebih dari satu nilai.25 Jadi, variabel adalah sesuatu yang akan dijadikan suatu objek penelitian yang akan diamati dan diambil datanya. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yakni masyarakat Jawa di Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

C.Populasi dan Sempel 1. Populasi

Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.26 Di Desa Triharjo terdapat 1067 kepala keluarga. Sesuai dengan judul penelitian ini mengenai Tradisi nyadran di Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataran Kabupaten Lampung Selatan maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Jawa yang beragama Islam di desa Triharjo Kecamatan Merbau Martaram Kabupaten Lampung selatan, terdiri dari 8 dusun dengan jumlah kepala keluarga keseluruhan 1067 kepala keluarga.

25

Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta. Hlm 33.

26

(31)
[image:31.595.113.356.109.394.2]

Tabel 1 Data Kepala Keluarga Perdusunan Desa Triharjo

No Nama dusun Jumlah KK

1 Hargo Mulyo 187KK

2 Giri Jaya I 164 KK

3 Giri Jaya II 128 KK

4 Panglong I 103 KK

5 Panglong II 112 KK

6 Batu Ampar 133 KK

7 Purwodadi 119 KK

8 Tempel Rejo 121 KK

Jumlah 1067 KK

Sumber : Monografi Desa Triharjo Tahun 2013

2. Sampel

Sampel adalah obyek yang jumlahnya dapat mewakili dari populasi.27 Menurut Suharsimi Arikunto untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, selanjutnya subyek lebih besar dari 100 maka dapatt diambil sampel antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.28

27

Winarno Surachmad. 1982. Dasar-dasar Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah. Tarsito. Bandung. Hlm 58.

28

(32)

22

[image:32.595.117.478.321.601.2]

Dari pendapat tersebut maka sempel dalam penelitian ini adalah 36 kepala keluarga yang merupakan 10% dari seluruh kepala keluarga di desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sehingga setiap populasi mempunyai kesempatan untuk menjadi sampel, metode yang digunakan ini dengan cara undian, angka kelipatan atau tabel.

Tabel 2 Jumlah Sampel Penelitian Per Dusun. Desa Triharjo

No Nama dusun Jumlah populasi 10% Sampel

1 Hargo Mulyo 187KK 18,7% 19

2 Giri Jaya I 164 KK 16,4% 16

3 Giri Jaya II 128 KK 12.8% 13

4 Panglong I 103 KK 10,3% 10

5 Panglong II 112 KK 11,2% 11

6 Batu Ampar 133 KK 13,3% 13

7 Purwodadi 119 KK 11,9% 12

8 Tempel Rejo 121 KK 12,1% 12

Jumlah 1067 KK 106,7% 106

(33)

D.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang diteliti, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Angket ( Kuesioner )

Menurut Jako Subagyo angket ( kuesioner) adalah pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun secara kronologis dari yang umum mengarah pada khusus untuk diberikan kepada responden atau informan.29 Angket ( kuesioner) adalah hal yang pokok untuk pengumpulan data.30 Penelitian ini yang akan diberi angket (kuesioner) adalah informan dan responden yang sudah masuk dalam kriteria. Kriteria-kriteria informan adalah:

1. Informan adalah tetua adat dan merupakan penduduk setempat.

2. Informan mempunyai pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti.

3. Informan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasahan yang diteliti.

4. Informan yang diwawancarai sehat jasmani dan rohani.31

Angket ( kuesioner ) dalam penelitian ini menggunakan angket ( kuesioner ) tertup yang tidak memberikan kesempatan kepada informan dan responden untuk menjawab selain jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti.

29 Joko

Subagyo. 1997. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 55.

30

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. PT Pustaka. Jakarta.

Hlm 175.

31

(34)

24

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi yakni pengambilan data dari informan, buku-buku, dokumen-dokumen dan foto-foto yang bersangkuntan dengan masalah yang- diteliti. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, genda dan sebagainya.32

E.Teknik Analisis Data

Menurut Sayuti proses analisis data adalah usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan dan pelajaran-pelajaran atau hal-hal yang kita peroleh dalam proyek penelitian.33 Setelah data diperoleh dan berhasil dikumpulkan selanjutnya data dianalisis untuk membuktikan kebenaran data yang telah dirumuskan. Data tersebut dianalisis sesuai dengan referensi yang ada dan data yang telah dikumpulkan yaitu dengan memahami pelaksanaan tradisi

nyadran di desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung selatan.

Pada penelitian ini setelah data diolah kemudian ditarik kesimpulan induktif yaitu didasarkan fakta-fakta yang ada dan ditulis dalam bentuk tulisan yang mudah dimengerti.

32

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Bina Aksara . Jakarta.

Hlm 236.

33

(35)

Pada dasarnya kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesa. Analisis data dibedakan menjadi dua jenis yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis kualitatif karena penelitian ini menganalisis data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa kemudian dikaitkan kejelasannya data tersebut, apakah benar atau sebaliknya sehingga mendapatkan kejelasan data.

Langkah-langkah dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah :

1. Reduksi Data

Data-data yang sudat diperoleh dilapangan kemudian disusun dalam bentuk laporan kemudian mengubah data rekaman-rekaman disusun secara sistematis. Fungsi dari reduksi ini adalah menyeleksi data yang penting dan berguna untuk penelitian serta membantu pembuatan laporan. Data yang sudah direduksi akan membantu peneliti dalam memberikan hasil pengamatan berupa laporan dan mempermudahkan peneliti untuk mencari informasi kembali jika data ada yang kurang mendukung penelitian.

2. Penyajian Data

(36)

26

diteliti yaitu kondisi Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan dan pelaksanaan Tradisi nyadran.

Tahap terakhir dalam penyajian data setelah data direduksi selanjutnya data dipresentasekan dengan rumus. P = f

N× 100% .

Keterangan : P = Presentase

f = Frekuensi pada klasifikasi / katagori variabel yang bersangkutan N = Jumlah frekuensi 34

3. Pengambilan Kesimpulan dan Verivikasi

Setelah data direduksi dan penyajiannya dibuat deskriptif naratif kemudian langkah selanjutnya mencari kejelasan alur sebab akibat melalui menambahkan data-data yang relevan dari berbagai sumber buku. Selanjutnya menyeleksi data yang sudah diperoleh dari lapangan dan langkah terakhir menarik sebuah kesimpulan dalam bentuk tulisan yang lengkap, jelas dan dimengerti.

34

(37)

REFERENSI

Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta. Hlm 33.

Ibid. 55.

Martini Nawawi. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada university Press. Yogyakarta. Hlm 74.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. PT Pustaka. Jakarta. Hlm 175.

Joko Subagyo. 1997. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 39.

ibid. 55.

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. UI Pres. Jakarta. 1986. Hlm 168.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara. Jakarta. Hlm 107.

Ibid. 236.

Sumadi Suryabrata. 1994. Metodologi Penelitian. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hlm 72.

Hadi Sutrisno, 1990. Metedologi research. Yogyakarta. Gramedia. Hlm 220. Husin Sayuti. 1989. Pengantar metode riset. Fajar Agung. Jakarta. Hlm 32. Winarno. 1982. Pengantar Penyelidikan Ilmiah. Tarsito. Bandung. Hlm 131. Winarno Surachmad. 1982. Dasar-dasar Teknik Research Pengantar Metodologi

Ilmiah. Tarsito. Bandung. Hlm 58.

(38)

53

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Analisis data dari pembahasan dapat disimpulkan tujuan tradisi nyadran dapat dilihat dari segi religius, sosial ekonomi, soaial budaya. Masyarakat Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar mengikuti tradisi nyadran dengan tujuan melestarikan kebudayaan Jawa jika dilihat darri sosial budaya. Tujuan tradisi nyadran dari segi religius masyarakat mengunjungi makam leluhur dan keluarga yang sudah meninggal. Dilihat dari segi sosial ekonomi masyarakat umumnya melaksanakan nyadran dengan membawa makanan tradisional dan jajanan pasar. Masyarakat berkeyakinan bahwa setiap makanan yang mereka bawa mempunyai makna tertentu.

(39)

B.Saran

1. Tradisi nyadran yang dilaksanakan di Desa Triharjo Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan seharunya diadakan sosialisasi tentang tujuan dari tradisi nyadran ke pada masyarakat suku Jawa yang tinggal di desa lainnya sehingga tradisi nyadran tidak terkikis oleh zaman modern saat ini. 2. Rasa syukur masyarakat Desa Triharjo kepada Allah sebaiknya tidak hanya

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soedjipto. 2013. Babad Tanah Jawi. Laksana. Yogyakarta. 560 Hlm.

Anonim.http://De-Kill.Blogspot.Com/2009/04/Tradisi-Nyadran-Masyarakat-Jawa-html. diakses 21 Februari 2013 jam 20.13 WIB.

Anonim.http://MujiburRohman.Blogspot.com/2010/06/Nyadran-Agung-JogjaTrip-html. Diakses 25 februari 2013 jam 17.24 WIB.

Anonim.http://NovianaWijayati.Blogspot.Com/2011/04/tradisi-Nyadran-sebagai-Transformasi-Agama-soaial-dan-Budaya-html. diakses 22 Februari 2013 jam 20.47 WIB.

Anonim.http://NurmalitaSari.Blogspot.com/2012/12/Makna-dan-Objek-Tradisi-Jawa-html. Diakses 18 Februari 2013 jam 17.15 WIB.

Anonim.http://pamomongs.blogspot.com/2012/04/karakter-khas-suku-jawa-dengan-tradisi.html. diakses 24 Februari 2013 jam: 20.39 WIB.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara. Jakarta. 500 Hlm.

Darmika, Ida Bagus. 1982. Psikologi Persepsi Masyarakat. Jakarta. 322 Hlm. Joko, Tri Prasetya. 1991. Ilmu Budaya Dasar. Rineka Cipta: Jakarta. 285 Hlm. Koentjaraningrat. 1948. Kamus Istilah Antropologi. Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa. 454 Hlm.

.1997. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta. 218 Hlm.

. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Universitas Lampung. Jakarta. 272 Hlm.

(41)

Lilly dan Murdijati. 2010. Serba-Serbi Tumpeng Kehidupan Masyarakat Jawa. Gramedia. Jakarta. 103 Hlm.

Monografi Desa Triharjo 2013, 8 Mei 2013.

Nawawi., Martini. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada university Press. Yogyakarta. 271 Hlm.

Purwadi. 2006. Jejak Para Wali Ziarah Spiritual. Buku Kompas. Jakarta. 138 Hlm.

. 2009. Sejarah Walisang., Ragam Media. Yogyakarta. 269 Hlm. Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History of Java. Narasi. Yogyakarta. 904

Hlm.

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Ghalia Indonesia. Bogor. 251 Hlm.

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metode Riset. Fajar Agung. Jakarta. 108 Hlm. Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali. Jakarta. 358

Hlm.

, 1990. Budaya dan Pengetahuan. Jakarta. 412 Hlm.

, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Utara, 456 Hlm.

. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Grafindo Persado. jakarta. 404 Hlm.

Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Rineka Cipta. Jakarta. 134 Hlm.

Sofian., Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. PT Pustaka. Jakarta. 336 Hlm. Suryabrata Sumadi. 1994. Metodologi Penelitian. PT RajaGrafindo Persada.

Jakarta. 101 Hlm.

(42)

Solikin Muhammad. 2010. Ritual Kematian Islam Jawa. Narasi. Yogyakarta. 296 Hlm.

Sutrisno, Hadi, 1990. Metedologi research. Yogyakarta. Gramedia. 436 Hlm. Suyitno. 2001. Mengenal Upacara Tradisional Masyarakat suku Tengger. Satu

Buku. Tengger. 134 Hlm.

Sylado Remy. 2008. Novel Pangeran Diponegoro Menuju Sosok Khalifah. Tiga Serangkai. Solo. 438 Hlm.

Vredenbregt, Jacob. 1978. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Gramedia. 318 Hlm.

Winarno. 1982. Pengantar Penyelidikan Ilmiah. Tarsito. Bandung. 400 Hlm.

Sumber Wawancara

Hasil wawancara dengan Bapak Suparman yakni salah satu tokoh Adat pada hari Kamis, 17 Januari 2013 pukul 13.15 di rumah kediaman Bapak Suparman. Hasil wawancara dengan Bapak Dwi Riyanto yakni salah satu tokoh penceramah

pada tradisi nyadran pada hari Sabtu, 19 Januari 2013 pukul 09.23 di rumah kediaman Bapak Dwi Riyanto.

Gambar

Tabel 1 Data Kepala Keluarga Perdusunan Desa Triharjo
Tabel 2 Jumlah Sampel Penelitian Per Dusun. Desa Triharjo

Referensi

Dokumen terkait

(2) Sejumlah 52,38% atau sebanyak 33 kepala keluarga muda memiliki pemahaman kurang mengerti dan kurang memahami terhadap tujuan tradisi nyadran.(3) Sejumlah 49,20% atau

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Sekretaris Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dalam tertib administrasi desa, terdiri dari: (1) Sekretaris Desa

Kajian Pengaruh Pengembangan Tambak Udang terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus di Desa Durian dan Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

Penelitian ini dilaksanakan di desa karang anyar kecamatan jati agung kabupaten lampung selatan, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Fokus penelitian

Hal ini menunjukkan bahwa anggota masyarakat pelatihan program Desa Tangguh Bencana di Desa Sukaraja Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan kurang siap dalam

Berkaitan dengan potensi dari Desa Tanjung Agung Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, Ibu Anggun yang merupakan salah satu anggota ibu-ibu PKK

Hasni, 2019. Eksistensi Tradisi Royong di Desa Salajangki Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

DAFTAR PESERTA SELEKSI AKTIF PENDAMPING LOKAL DESA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN PROVINSI LAMPUNG..