ABSTRAK
PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI DESA TULUNG
PASIK KECAMATAN MATARAM BARU KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR
0leh
IRVAN ALVERO
Wacana penghapusan program beras miskin dari program bantuan sosial menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Program beras untuk rumah tangga miskin berdasarkan pada UU RI No. 18 Tahun 2012 Tentang Ketahanan Pangan difokuskan untuk menanggulangi rawan pangan dan menurunnya ekonomi masyarakat. Tujuannya agar masyarakat tarhindar dari kelaparan.
Permasalah di dalam penelitian ini adalah bagaimana pendistribusian beras miskin di Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur dan apakah faktor-faktor penghambat pendistribusian beras miskin di Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah melalui pendekatan yuridis empiris dengan data primer dan sekunder, masing-masing data diperoleh dari penelitian lapangan dan kepustakaan. Analisis data yang dideskripsikan dalam bentuk uraian kalimat yang kemudian berdasarkan fakta fakta yang bersifat khusus dapat ditarik kesimpulan.
IRVAN ALVERO Tata cara dalam pendistribusian beras miskin yaitu kabupaten lampung timur terlebih dahulu harus disepakati antara pemerintah kabupaten lampung timur dengan Subdrive Perum BULOG.
Faktor penghambat dalam pelaksanaan pendistribusian beras miskin di Desa tulung Pasik yaitu, tidak tersedianya bantuan biaya distribusi dari titik distribusi ke penerima manfaat, minimnya tempat penyimpanan beras di kelurahan/desa dan kurangnya sosialisasi terhadap penerima beras miskin serta tidak dilakukannya pencatatan administrasi penerima beras miskin.
Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya koordinasi intensif, sosialisasi untuk mempercepat penetapan pagu raskin, pembuatan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis raskin agar tidak terjadi penyimpangan pendistribusian raskin, perlunya dukungan APBD dan Pemda setempat untuk biaya oprasional dan menyediakan tempat penyimpanan beras.
PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI DESA
TULUNG PASIK KECAMATAN MATARAM
BARU KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
IRVAN ALVERO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI DESA TULUNG
PASIK KECAMATAN MATARAM BARU
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
IRVAN ALVERO
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
2.1. Negara Hukum dan Kesejahteraan Masyarakat ... 72.1.1. Pengertian Negara Hukum ... 7
2.1.2. Kesejahteraan Masyarakat ... 8
2.2. Pemerintah Daerah dan Kewenangan ... 10
2.2.1. Pengertian Pemerintah Daerah ... 10
2.2.2. Pengertian Kewenangan ... 13
2.3. Pengertian Program Bantuan Sosisal dan Raskin ... 15
2.3.1. Pengertian Program Bantuan Sosial ... 15
2.3.2. Keriterian Pemberian Bantuan Sosial ... 19
2.3.3. Bentuk dan Besaran Belanja Bantuan Sosial ... 20
2.3.4. Tujuan Bantuan Sosial ... 20
III. METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Masalah ... 31
3.2. Sumber dan Jenis Data ... 31
3.3. Prosedur Pengumpulan Data ... 33
3.4. Prosedur Pengelolaan Data ... 34
3.5. Analisis Data ... 34
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perum BULOG ... 36
4.1.1. Sejarah Pembentukan Perum BULOG ... 36
4.1.2. Visi dan Misi Perum BULOG ... 38
4.1.3. Fungsi dan Kewenangan Perum BULOG ... 38
4.1.4. Struktur Organisasi Perum BULOG ... 40
4.2. Pendistribusian Beras Miskin Di Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur ... 39
4.2.1. Perencanaan Pendistribusian Beras Miskin Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur ... 41
4.2.2. Tata Cara Pendistribusian Beras Miskin Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur ... 44
4.2.3. Tugas Kelompok Kerja Dalam Pendistribusian Raskin Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur ... 46
4.2.4. Pengawasan Pendistribusian Beras Miskin di Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur ... 49
4.3. Faktor Penghambat Pendistribusian Beras Miskin di Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur ... 52
V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 54
5.2. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA
MOTO
“Tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan,
Selama bisa menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya”
(Alexander Pope)
“Ditangan manusia terletak masa epan bumi yang tidak
terhingga, dan kita bias lebih dan akan senantiasa semakin
memahami kenyataan ini apabila kita meningkatkan pengetahuan
dan cinta kita”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kupanjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam untuk
setiap nafas yang kuhirup, detak jantung yang berdegup serta darah yang
mengalir dalam hidupku ini. Karena karunia-Mu dengan segala kerendahan
hati
kupersembahkan karya ini untuk
Kedua orang tuaku papa Irwansyah dan mama Samsinar
yang telah melahirkan, merawat, dan memperjuangkan diriku menghadapi
dunia ini dengan tetesan keringat yang tidak dapat kubalas dengan apapun
yang ada di dunia ini. Sertamemberikan do’a, dukungan, semangat, cinta
dan kasih sayang setiap hari untuk ku, sehingga bisa menyelesaikan skripsi
ini semata-mata untuk bisa membanggakan kalian, dan adik ku tercinta
Annisa Elvaretta Insani yang selalu memberikan dukungan serta do’a nya.
Serta
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mataram Baru Lampung Timur pada
tanggal 27 september 1993 Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Irwansyah dan Ibu
Samsinar
Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-Kanak TK Al Huda
Srimenanti Lampung Timur pada tahun 1999, melanjutkan ke Sekolah Dasar
Negeri SDN Srimenanti Lampung Timur dan tamat pada tahun 2005, Sekolah
Menengah Pertama Negeri SMPN 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur dan
tamat tahun 2008, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri
SMAN 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur dan tamat pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis di terima sebagai mahasiwa Fakultas Hukum Universitas
Lampung, dan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi
Negara (HIMA HAN) pada tahun 2013 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Rejo Binangun Kecamatan Simpang Pematang Kabupaten Mesuji
SANWACANA
Puji syukur Penulis kehadirat Allah SWT dan nabi Muhammad SAW yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ Pendistribusian Beras Miskin di Desa Tulung Pasik
Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur”, Penulis juga
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan,
dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dalam kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi
Negara yang telah memberikan arahan kepada Penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis selama
5. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.
6. Bapak Agus Triono, S.H., M.H. selaku Pembahas II yang juga telah
banyak memberi saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.
7. Bapak Dita Febrianto, S.H, M.H. selaku pembimbing akademik.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi Penulis.
9. Segenap Pimpinan, Karyawan/Staff dan Keluarga Besar Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
10. Papa dan Mama sebagai orang tua terbaik yang ini telah memberikando’a,
dukungan, semangat, cinta dan kasih sayang setiap hari.
11. Adik tercinta Annisa Elvaretta Insani dan seluruh Keluarga Besar.
12. Sahabat yang sudah seperti keluarga : Adnan, Bery Hermawan,
Andriawan, Fajar, Alsan, Lady usa simpati, Cindy Gadensa.
13. Sahabat – sahabat ku : Sofi, Bery iklas, Arsah, yayang, Andika
Ramandhanta, Agung, Endar, Revan.
14. Sahabat – sahabat : Hindiana, Gasela, Ayu, Dhana, Suzan, Nunik, Mia
respani.
15. Wanita yang memberikan semangat nya Elvita Sofianti
16. Abang–abang yang selalu memberi motivasi bang Kiki dan Fandu.
17. HIMA HAN dan Seluruh Angkatan 2011 Fakultas Hukum Universitas
Lampung yang telah bersama sama melalui masa perkuliahan yang tidak
dapat di sebut satu persatu.
Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, Penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas kekurangsempurnaan skripsi ini. Namun demikian, Penulis berharap
semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu hukum pada khususnya dan khalayak pada umumnya.
Bandar Lampung, 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mayoritas penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani, hal tersebut
dijadikan parameter bahwa Indonesia adalah negara agraris. Sebagai Negara
agraris beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia. Nasi merupakan makanan pokok masyarakat, sehingga
masyarakat beranggapan bahwa belum dikatakan makan kalau belum makan nasi.
Berdasarkan data statisktik, konsumsi nasional beras mencapai 139,5
kg/kapita/tahun. Hal tersebut memperlihatkan bahwa begitu tergantungnya
masyarakat Indonesia pada beras. Alternatif pangan kemudian dibuat dalam upaya
mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia. Program
diversifikasi pangan belum dapat berhasil sepenuhnya karena keterikatan
masyarakat yang sangat kuat dengan konsumsi beras.1
Penyaluran beras untuk rumah tangga miskin yang selanjutnya disingkat (Raskin)
dimulai sejak tahun 1998. Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun
1998 merupakan awal pelaksanaan Raskin yang bertujuan untuk memperkuat
ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Pada awalnya
disebut program Operasi Pasar Khusus yang selanjutnya disingkat (OPK),
kemudian diubah menjadi Raskin mulai tahun 2002, Raskin diperluas fungsinya
1
2
tidak lagi menjadi program darurat sosial, melainkan sebagai bagian dari program
perlindungan sosial masyarakat.
Pengelolaan dan pengorganisasian beras untuk rumah tangga miskin memiliki
prinsip nilai-nilai dasar yang menjadi landasan atau acuan setiap pengambilan
keputusan dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan yang diyakini mampu
mendorong terwujudnya tujuan program raskin. Adapun prinsip-prinsip tersebut
adalah keberpihakan kepada rumah tangga sasaran penerima manfaat raskin,
transartasi, partisipatif dan akuntabilitas.2
Dalam rangka pelaksanaan program Raskin perlu dibentuk organisasi pelaksana
program Raskin. Untuk mengefektifkan pelaksanaan program dan pertanggung
jawabannya, dibentuk tim koordinasi raskin di tingkat pusat sampai dengan
kecamatandan pelaksana distribusi Raskin di tingkat desa/kelurahan serta tim
lainnya sesuai kebutuhan yang diatur dan ditetapkan melalui keputusan pejabat
yang berwenang. Penanggung jawab pelaksanaan program Raskin di Pusat adalah
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, di Provinsi adalah Gubernur,
di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota, di Kecamatan adalah Camat dan di
Desa/Kelurahan adalah Kepala Desa/Lurah.3
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik tahun 2014,
menempatkan Provinsi Lampung pada peringkat kedua sebagai provinsi termiskin
di Sumatera setelah Nanggroe Aceh Darussalam. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Provinsi Lampung, jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung
2
Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, Pedoman Umum Raskin, Jakarta, 2010. hlm. 10
3
3
mencapai lebih dari 1,7 juta jiwa. Data tersebut berdasarkan jumlah Rumah
Tangga Miskin yang selanjutnya disebut (RTM) yang mencapai 554 ribu keluarga
dengan asumsi setiap keluarga beranggotakan 4 orang.
Berdasarkan data penyandang masalah kesejahteraan sosial atau PMKS di
Provinsi Lampung, Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah terbanyak yang
menyumbangkan jumlah penduduk miskin. Sedikitnya 332.000 jiwa penduduk
miskin berasal dari Tulang Bawang. Sedangkan Lampung Barat menduduki
peringkat kedua dengan 305.000 jiwa penduduk miskin. Sementara itu Kota
Bandar Lampung dengan populasi penduduk 902.885 jiwa berdasarkan sensus
penduduk pada tahun 2012 dengan kepadatan penduduk sekitar 5.304 jiwa/km²
dan jumlah masyarakat miskin di kota Bandar Lampung diperkirakan mencapai
3.600 jiwa.4
Berdasarkan analisis situasi secara nasional Provinsi Lampung menduduki
peringkat ke delapan sebagai daerah termiskin. Data tersebut menjadi gambaran
bahwa jumlah masyarakat miskin di Provinsi Lampung akan terus meningkat,
khususnya di Kota Bandar Lampung. Oleh sebab itu program beras untuk rumah
tangga miskin yang dicanangkan pemerintah akan sangat bermanfaat bagi
masyarakat miskin di Provinsi Lampung, khususnya di Kabupaten Lampung
Timur.
Namun demikian, dilapangan perlu mendapat pengawasan dari berbagai pihak,
baik perangkat pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun pihak masyarakat
4
4
itu sendiri. Penentuan kriteria penerima manfaat RASKIN seringkali menjadi
persoalan yang rumit. Dinamika data kemiskinan memerlukan adanya kebijakan
lokal melalui musyawarah Desa/Kelurahan. Musyawarah ini menjadi kekuatan
utama program untuk memberikan keadilan bagi sesama rumah tangga miskin.
Program beras untuk rumah tangga miskin (Raskin) tidak akan berjalan sempurna
tanpa ada partisipasi atau peran pemerintah daerah. Pemerintah daerah harus ikut
menyosialisasi dan membantu pendistribusian kebijakan beras untuk rumah
tangga miskin. Sesuai tugas dan fungsi pembantuan Pemerintah Daerah yang
tercantum dalam UU Nomor 23 Tahun 2014. Sebab, jika salah sasaran maka
program beras untuk rumah tangga miskin (Raskin) tidak akan bermanfaat.
Dari uraian latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengangkat
peristiwa hukum di Desa Tulung Pasik Kabupaten Lampung Timur dalam satu
penelitian dengan judul :
“Pendistribusian Beras Miskin Di Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru
Kabupaten Lampung Timur”.
1.2. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup
1.2.1. Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pendistribusian beras miskin di Desa Tulung Pasik Kecamatan
5
2. Apakah faktor penghambat dalam melaksanakan pendistribusian beras miskin
di Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur ?
1.2.2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Ruang lingkup dalam permasalahan ini hanya terbatas dalam Pendistribusian
Beras Miskin (Program Pemerintah dalam perlindungan sosial masyarakat) di
Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten lampung Timur dan
faktor penghambat dalam pendistribusian beras miskin di Desa Tulung Pasik
Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur.
2. Penelitian ini mengambil lokasi di Perum BULOG dan Desa Tulung Pasik
Kabupaten Lampung Timur.
1.3.Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pendistribusian Beras Miskin di
Desa Tulung Pasik Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat terhadap Pendistribusian Beras Miskin
6
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini mencakup teoritis dan kegunaan praktis yaitu:
1. Kegunaan teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan di bidang
Hukum Administrasi Negara, khususnya mengenai Hukum dan
membandingkannya dengan praktek di lapangan.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan perbendaharaan
literatur dan menambah khasanah dunia kepustakaan, sehingga dapat menjadi
bahan acuan untuk mengadakan kajian dan penelitian selanjutnya dengan
pokok bahasan yang berkaitan satu sama lainnya.
2. Kegunaan Praktis
1. Sebagai tambahan informasi bagi instansi dan pihak-pihak terkait mengenai
pendistribusian bantuan raskin bagi masyaraktat miskin.
2. Sebagai masukan dan informasi bagi masyarakat luas tentang pengaturan
terhadap Perndistribusian Bantuan Raskin bagi masyaraktat miskin.
3. Sebagai rumusan rekomendasi strategis bagi pemerintah daerah untuk di
jadikan pedoman dalam Perndistribusian Bantuan Raskin bagi masyaraktat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Negara Hukum dan Kesejahteraan Masyarkat.
2.1.1. Pengertian Negara Hukum.
Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera pada Pasal 1
ayat (3) UUD RI 1945 amandemen ketiga, negara Indonesia adalah Negara
Hukum.1 Konsep negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan
demokratis, dan terlindungi hak asasi manusia, serta kesejahteraan yang
berkeadilan. Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara hukum
Indonesia dalam arti material, yaitu pada Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34 UUD RI
1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab atas perekonomian negara
dan kesejahteraan rakyat. Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis,
esensinya adalah hukum nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan
progresif.
Hukum yang bersifat akomodatif artinya mampu menyerap, menampung
keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti ini menggambarkan
fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu
menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang.
Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna
hukum seperti ini menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil
dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat
1
8
menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat. Dimana
pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak asasi manusia
dan menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis. Keberadaan suatu
negara hukum menjadi prasyarat bagi terselenggaranya hak asasi manusia dan
kehidupan demokratis.
Dasar filosofi perlunya perlindungan hukum terhadap hak asasi manusia adalah
bahwa hak asasi manusia adalah hak dasar kodrati setiap orang yang
keberadaannya sejak berada dalam kandungan dan ada sebagai pemberian Tuhan,
negara wajib melindunginya. Perlindungan hak asasi manusia di Indonesia secara
yuridis didasarkan pada UUD RI 1945. Berdasarkan hal tersebut, maka telah
mencerminkan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung
tinggi hak asasi manusia dan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
2.1.2. Kesejahteraan Masyarakat.
Kebijakan program beras untuk rumah tangga miskin (Raskin) di Indonesia
menjadi sangat penting, sebagaimana dituangkan dalam pembukaan UUD RI
1945 yang mengamanatkan bahwa negara berkewajiban untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan sosial dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Banyak orang yang
salah paham mengenai kebijakan Raskin.
Ketidak tepatan waktu bukanlah alasan untuk menafikan kebutuhan akan
kebijakan pengurangan subsidi barang yang boros dan pemihakan kepada
9
kebanyakan orang lupa bahwa pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan rakyat
merupakan kewajiban pemerintah secara yuridis yang didasarkan pada UUD RI
1945 tentang perlindungan hak asasi manusia.2
Bantuan pemberian beras untuk rumah tangga miskin ini juga diberikan oleh
pemerintah untuk mempertahankan kesejahteraan masyarakat yang rentan
terhadap kemiskinan, bila terjadi kenaikan harga BBM. Karena itulah pemerintah
menyiapkan kompensasi sebagai mitigasi atau pencegahan. Salah satunya adalah
program Raskin.
Raskin adalah hak bagi masyarakat, bukanlah kebaikan hati atau politik uang dari
pemerintah kepada masyarakat, tapi tanggungjawab pemerintah (Pasal 4),
mengenai kewajiban pemerintah untuk melakukan Catur Program Kesejahteraan
Sosial, yakni rehabilitasi, pemberdayaan, perlindungan dan jaminan sosial (Pasal
6). Dalam Pasal 14 ayat 1 ditegaskan, perlindungan sosial dimaksudkan untuk
mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat
dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.3
Guncangan yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat 1 bisa berupa bencana alam,
konflik sosial yang meluas, atau kebijakan pemerintah yang berdampak
menyeluruh. Kita sering menyaksikan bencana besar seperti tsunami di Aceh
tahun 2004, gempa bumi di Sumatera Barat tahun 2009 atau erupsi gunung
Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2010 yang menyebabkan korban
jiwa dan kerugian besar, sekaligus menurunkan kualitas hidup masyarakat. Selain
2
Undang-Undang No. 11 Tahun 2009
3
10
itu, ada pula konflik komunal di Maluku dan Maluku Utara tahun 1999, Poso
tahun 2000 atau Sampit tahun 2001, yang dampaknya masih dirasakan hingga
sekarang.
Bila ada kebijakan pemerintah yang berdampak menyeluruh, seperti pengurangan
subsidi, maka pemerintah wajib melakukan perlindungan sosial, terutama bagi
masyarakat miskin dan kelompok rentan. Kenaikan harga BBM yang memicu
inflasi, kenaikan harga barang dan jasa yang berdampak pada berkurangnya daya
beli masyarakat wajib dilakukan perlindungan sosial. Oleh sebab itu kebijakan
Raskin yang dicanangkan pemerintah akan sangat berguna bagi masyarakat
sebagai mitigasi atau pencegahan kemiskinan. Apabila Pemerintah tidak
melakukan tindakan apapun pasca kenaikan harga BBM, maka masyarakat bisa
menggugat, class action atau legal standing untuk menuntut haknya.
2.2. Pemerintahan Daerah dan Kewenangan
2.2.1. Pengertian Pemerintahan Daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah
provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah
provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah
yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
11
Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Susunan dan
tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.4
Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya.
Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.
Kewenangan yang berhubungan dengan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras.
Hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan
kewilayahan antar susunan pemerintahan baik pusat maupun daerah.
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal
apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan dilaksanakan dengan mengacu
kepada undang-undang yang mengatur perimbangan antara kewenangan yang
dimiliki oleh pemerintah pusat dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah daerah, dimana besarnya kewenangan harus disesuaikan dan
diselaraskan dengan Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan
kerja sama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan
4
12
efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan. Kerja sama
tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang
diatur dengan keputusan bersama. Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah
dapat bekerja sama dengan pihak ketiga. Kerja sama yang membebani masyarakat
dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD.5
Pelaksanaan pemerintahan daerah didalam prakteknya haruslah sesuai dengan
asas legalitas. Pemerintah daerah harus bertindak sesuai kewenangan yang
berlaku. Pemerintah daerah tidak boleh bertindak dengan menyalahgunakan
wewenang dan melampaui wewenang, atau tanpa wewenang, sehingga dengan
demikian dapat mewujudkan negara sejahtera.6 Berdasarkan asas tersebut,
pemerintah daerah memiliki kewajiban dalam membantu pemerintah
menyukseskan setiap program-program yang dicanagkan oleh pemerintah pusat.
Pemerintah daerah harus turut serta dalam mensosialisasikan, pendistribusian
program Raskin.
2.2.2. Pengertian Kewenangan.
Pengertian kewenangan itu sendiri adalah apa yang disebut dengan kekuasaan
formal, kekuasaan yang berasal atau diberikan oleh undang-undang, sedangkan
wewenang hanya mengenai suatu onderdeel (bagian tertentu) saja dari
5
Dwiyanto, Agus. 1995. Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik. Yogyakarta : Fisipol UGM hlm. 35
6
13
kewenangan.7 Wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu
tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan untuk bertindak
yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan
hubungan-hubungan hukum.8
Pengertian kewenangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
kekuasaan dalam membuat suatu keputusan memerintah dan melimpahkan
tanggungjawab kepada orang lain. Secara pengertian bebas, kewenangan adalah
hak seorang individu untuk melakukan sesuatu tindakan dengan batas-batas
tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu kelompok tertentu.9 Wewenang
merupakan hak jabatan yang sah untuk memerintahkan orang lain untuk bertindak
dan untuk memaksa pelaksanaannya.
Dengan wewenang, seseorang dapat mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku
perorangan, grup atau kelompok. Wewenang merupakan suatu hak yang
didasarkan pada suatu pengaturan sosial, yang berfungsi untuk menetapkan
kebijakan, keputusan dan permasalahan penting dalam suatu kehidupan
masyarakat.
Soerjono Soekanto menyatakan, bila orang-orang membicarakan tentang
wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang. Max weber menyatakan, wewenang adalah sebagai kekuasaan
7
Syafrudin, Ateng.2000. Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV.Bandung. hlm. 22
8
Marbun SF,2011, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia, FH UII Press, Yogyakarta.hlm.33
9
14
yang sah.10 Kewenangan sebagai hak untuk menjalankan satu atau lebih fungsi
manajemen yang meliputi regulasion dan standarisation (pengaturan dan dasar),
administrasion (pengurusan) dan supervisior (pengawasan) atau suatu urusan tertentu.11
Unsur-unsur kewenagan adalah :
1. Pengaruh adalah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk
mengendalikan perilaku subyek hukum.
2. Dasar hukum, bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk dasar
hukumnya, dan
3. Konformitas hukum mengandung makna adanya standard wewenang,
yaitu standard umum (semua jenis wewenang) dan standard khusus
(untuk jenis wewenang tertentu).
Setiap tindakan pemerintahan dan/atau pejabat umum harus bertumpu pada
kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui 3 sumber:
1. Atribusi adalah wewenang yang diberikan atau ditetapkan untuk jabatan
tertentu. Dengan demikian wewenang atribusi merupakan wewenang
yang melekat pada suatu jabatan.
2. Delegasi adalah wewenang yang bersumber dari pelimpahan suatu organ
pemerintahan kepada organ lain dengan dasar peraturan
perundang-undangan
10
Abbella Lihat http://www.slideshare.net/abd3llah/kekuasaan-dan-wewenang, dikutip pada hari, Minggu Tanggal 15 Desember 2013, pukul 10.07 WIB
11
15
3. Mandat adalah wewenang yang bersumber dari proses atau prosedur
pelimpahan dari pejabat atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat
yang lebih rendah (atasan kepada bawahan).
2.3. Pengertian Program Bantuan Sosial dan Raskin
2.3.1. Pengertian Program Bantuan Sosial
Pada awalnya program bantuan sosial (bansos) diciptakan untuk menanggulangi
dampak krisis ekomonmi, rawan pangan, berkurangnya kesempatan kerja,
berkurangnya penyediaan fasilitas sosial bidang kesehatan dan pendidikan, dan
menurunnya ekonomi masyarakat. Belanja bantuan sosial adalah pengeluaran
berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh pemerintah
pusat/daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau
kesejahteraan masyarakat. Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementrian
Negara/Lembaga.12
Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah
daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya
tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
kemungkinan terjasinya resiko sosial.13 Bantuan sosial dapat diberikan secara
langsung kepada masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di
12
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 81/PMK.05/2012 Pasal 1 ayat 1
13
16
dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan
keagamaan, sifatnya tidak terus menerus dan selektif. Sifat bantuan sosial bisa
dengan syarat atau tanpa syarat. Dari segi durasinya, bantuan sosial dapat bersifat
sementara bagi korban bencana, atau bersifat tetap bagi penyandang cacat, dan
dapat berupa uang atau barang.14
Bantuan sosial kepada anggota/kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud
meliputi :
1. Individu, keluarga dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang
tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana
atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum,
dan
2. Lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang
lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok,
dan/masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Pemanfaatan bantuan sosial berdasarkan dana APBN dikelompokan menjadi
empat bidang, yaitu:
1. Bidang pendidikan meliputi Program BOS dan Bea Siswa Pendidikan
Siswa/Mahasiwa Miskin;
2. Bidang kesehatan meliputi Program Jamkesmas di Puskesmas dan
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Kelas III;
3. Bidang Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Perdesaan mencakup
Kecamatan PPK, P2KP, PNPM Perkotaan, PNPM Infrastruktur
14
17
Perdesaan/PPIP, PNPM Daerah Tertinggal/ PDT, PNPM infrastruktur
Sosial Ekonomi Wilayah/PISEW; dan
4. Bidang Perlindungan Sosial, meliputi Program Keluarga Harapan/PKH,
beras untuk rumah tangga miskin dan Bantuan Langsung Tunai/BLT atau
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).15
Untuk memberikan keabsahan sistem perlindungan sosial di Indonesia,
pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial, untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan
kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar
kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
Adapun definisi perlindungan sosial yang terdapat pada rencana pembangunan
nasional diartikan sebagai suatu langkah kebijakan yang dilakukan umtuk
memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat miskin, terutama
kelompok masyarakat the poorest (yang paling miskin) dan (the poor) kelompok masyarakat miskin16.
Sebagai landasan hukum yang digunakan dalam mengawal pelaksanaan
perlindungan sosial mengacu kepada :
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Fakir Miskin;
18
4. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
6. Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Negara RI;
7. Peraturan Presiden RI Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan;
8. Keputusan Presiden RI Nomor 187/M tahun 2004 tentang pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana diubah dengan Keputusan
Presiden RI Nomor 8/M tahun 2005;
9. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementrian Sosial RI;
10. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 38/HUK/2011 tentang Tim
Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH);
11. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 4/HUK/2011 tentang Penunjukan
Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat pembuat Komitmen, Pejabat
Penandatangan SPM. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
di Lingkungan Kementrian Sosial RI tahun 2011.
12. Kebijakan perlindungan sosial dikelompokan pada kegiatan Bantuan
Langsung Tunai (BLT) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
19
Pemberian bantuan sosial harus memiliki krtiteria agar tidak terjadi kesalahan
dalam pemberian bantuan sosial tersebut. Adapun kriteria pemberian bantuan
sosial adalah sebagai berikut :
1. Pemberian bantuan sosial memenuhi kriteria paling sedikit, diartikan
bahwa bantuan sosial hanya diberikan kepada calon penerima yang
ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan resiko sosial.
2. Selektif, tidak semua masyarakat dapat menerima bantuan sosial, hanya
yang benar-benar pantas yang dapat menerima bantuan.
3. Memenuhi persyaratan penerima bantuan, kriteria memenuhi persyaratan
penerima bantuan sebagaimana dimaksud meliputi :
a. Memiliki identitas yang jelas; dan
b. Berdomisili dalam wilayah Kabupaten/ Kota tetap.
4. Bersifat sementara dan tidak menerus, kecuai dalam keadaan tertentu
dapat berkelanjutan, kriteria bersifat sementara dan tidak terus menerus
sebagaimana dimaksud diartikan bahwa pemberian bantuan sosial tidak
wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran. Keadaan tertentu
dapat berkelanjutan sebagaimana dimaksud diartikan bahwa bantuan
sosial dapat diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan
telah lepas dari resiko sosial.
5. Sesuai tujuan penggunaan, kriteria sesuai tujuan penggunaan
sebagaimana dimaksud bahwa tujuan pemberian bantuan sosial meliputi :
a. Rehabilitasi sosial;
b. Perlindungan sosial;
20
d. Jaminan sosial;
e. Penanggulangan kemiskinan, dan
f. Penanggulangan bencana.
2.3.3. Bentuk dan Besaran Belanja Bantuan Sosial
Bantuan sosial dapat dalam bentuk uang maupun barang. Adapun bantuan sosial
dalam bentuk barang dapat berupa peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
dan asset tetap lainnya sesuai Peraturan Perundang-undangan. Besaran bantuan
sosial dibatasi tidak melebihi batas toleransi untuk penunjukan langsung sesuai
dengan peraturan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.
2.3.4. Tujuan Bantuan Sosial
Bantuan sosial harus memiliki tujuan yang jelas, tujuannya harus digunakan untuk
perlindungan sosial. Adapun tujuan bantuan sosial adalah sebagai berikut :
1. Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud, ditujukan untuk memulihkan
dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi
sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
2. Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud, ditujukan untuk mencegah
dan menangani resiko sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat
agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan
dasar minimal.
3. Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud dalam, ditujukan untuk
21
masalah sosial sehingga mempunyai daya yang selanjutnya mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Jaminan sosial sebagaimana dimaksud, merupakan skema yang
melembaga untuk menjamin penerima bantuan agar dapat mememnuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
5. Penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud, merupakan
kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang,
keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai
sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang
layak bagi kemanusiaan.
6. Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud, merupakan
serangkaian upaya yang ditujukan untuk rehabilitasi.
7. Jenis Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud akan diatur lebih lanjut
dengan keputusan Bupati.
2.4.Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin).
Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN) sudah dimulai sejak
1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan RASKIN yang
bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah
tangga miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK),
kemudian diubah menjadi RASKIN mulai tahun 2002, RASKIN diperluas
fungsinya tidak lagi menjadi program darurat/social safetynet melainkan sebagai
22
ilmiah, penamaan Raskin menjadi nama program diharapkan akan menjadi lebih
tepat sasaran dan mencapai tujuan Raskin.
Raskin merupakan subsidi pangan dalam bentuk beras yang diperuntukkan bagi
rumah tangga berpenghasilan rendah sebagai upayadari pemerintah untuk
meningkatkan ketahananpangan dan memberikan perlindungan sosial padarumah
tangga sasaran. Keberhasilan Program Raskin diukur berdasarkan tingkat
pencapaian indikator 6 T, yaitu:
1. Tepat Sasaran,
2. Tepat Jumlah,
3. Tepat Harga,
4. Tepat Waktu,
5. Tepat Kualitas, dan
6. Tepat Administrasi.
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga
Sasaran (RTS) melaluipemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok
dalambentuk beras dan mencegah penurunan konsumsi energi dan protein. Selain
itu raskin bertujuan untuk meningkatkan akses pangan keluarga melalui penjualan
beras kepada keluarga penerimamanfaat dengan jumlah yang telah ditentukan.
1. Program Raskin
Program Raskin adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan dan
perlindungan sosial di bidang pangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
23
rendah (rumah tangga miskin dan rentan miskin). Program Raskin adalah program
nasional lintas sektoral baik vertikal (Pemerintah Pusat sampai dengan Pemerintah
Daerah) maupun horizontal (lintas Kementerian/Lembaga), sehingga semua pihak
yang terkait bertanggung jawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing untuk kelancaran pelaksanaan dan pencapaian tujuan Program Raskin.
2. Tujuan Program Raskin
Program Raskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga
sasaran dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Lebih
jauh, program raskin bertujuan untuk membantu kelompok miskindan rentan
miskin mendapat cukup pangan dan nutrisi karbohidrat tanpa kendala. Efektivitas
Raskin sebagai perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan sangat
bergantung pada kecupan nilai transfer pendapatan dan ketepatan sasaran kepada
kelompok miskin dan rentan.
3. Masyarakat Yang Berhak Menerima Raskin
Rumah tangga yang berhak menerima beras Raskin, atau juga disebut Rumah
Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Program Raskin, adalah rumah
tangga yang terdapat dalam data yang diterbitkan dari Basis Data Terpadu hasil
PPLS 2013 yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) dan disahkan oleh Kemenko Kesra RI. Tahun 2014,
Program Raskin menyediakan beras bersubsidi kepada 17,5juta RTS-PM dengan
24
miskin). Sedangkan untuk tahun 2013, Program Raskin menyediakan beras
bersubsidi kepada 15,5 juta RTS-PM. Jumlah RTS-PM Program Raskin nasional
tahun 2014 adalah sebanyak 15.530.897 rumah tangga (tidak mengalami
perubahan dari tahun 2013), yaitu rumah tangga yang menerima Kartu
Perlindungan Sosial (KPS) sebagai penanda kepesertaannya, atau Surat
Keterangan Rumah Tangga Miskin (SKRTM) untuk rumah tangga pengganti hasil
musyawarah desa/kelurahan (musdes/muskel).
Jumlah RTS-PM Program Raskin 2014 tersebut meliputi sekitar 25 persen
penduduk dengan peringkat kesejahteraan terendah secara nasional, yang
mencakup rumah tangga miskin dan hampir miskin.
4. Penetapan Daftar Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Program Raskin
a. Penetapan RTS-PM Program Raskin, didasarkan pada Basis Data Terpadu
untuk Program Perlindungan Sosial.
b. Basis Data Terpadu berisikan sekitar jumlah rumah tangga dengan kondisi
sosial ekonomi terendah dirinci menurut nama dan alamat. Sumber utama
Basis Data Terpadu adalah Pendataan Program Perlindungan Sosial yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan diserahterimakan kepada
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
c. Semua rumah tangga yang masuk dalam Basis Data Terpadu diperingkat
berdasarkan status kesejahteraannya dengan menggunakan metode indeks
25
d. Sesuai dengan pagu nasional Raskin yang telah ditetapkan, TNP2K
mengidentifikasi jumlah rumah tangga yang paling rendah tingkat
kesejahteraannya dari Basis Data Terpadu. Dengan demikian mereka yang
didata pada tidak serta merta menjadi RTS-PM.
e. Pagu Raskin per provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan
mengacu pada sebaran jumlah RTS-PM yang termasuk dalam rumah tangga
yang paling rendah tingkat kesejahteraannya dari Basis Data Terpadu
sebagaimana dijelaskan di atas.
f. TNP2K menyerahkan data pagu daerah beserta nama dan alamat RTS-PM
Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat.
g. Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan Perumahan
Rakyat selaku Ketua Pelaksana Tim Koordinasi Raskin Pusat menetapkan pagu
26
5. Pagu Raskin di Beberapa Daerah Berbeda
a. Pagu Raskin Juni–Desember 2012 di beberapa daerah yang telah ditetapkan
dapat berbeda (lebih kecil atau lebih besar) dengan pagu sebelumnya karena
pagu Raskin Juni–Desember 2012 didasarkan pada hasil PPLS 2011 yang
merupakan pemutakhiran dari hasil PPLS 2008 yang menjadi dasar penentuan
pagu sebelumnya.
b. Pagu Raskin Juni–Desember 2012 menunjukkan perubahan kondisi
karakteristik rumah-tangga yang berbeda dari data PPLS 2008 dan PPLS 2011.
c. Faktor lain yang juga dapat menyebabkan perbedaan pagu antara lain
pemekaran wilayah, perubahan tingkat kemiskinan, dinamika perekonomian
daerah, atau perubahan jumlah penduduk misalnya migrasi, lahir atau mati.
6. Penggantian RTS-PM Yang Sudah Terdaftar Dalam Daftar Penerima Manfaat
Penggantian RTS-PM dapat dilakukan untk mengakomodasi adanya dinamika
RTS di desa/kelurahan. Dalam hal ini, Tim Koordinasi Raskin perlu mengadakan
musyawarah desa (mudes)/musyawarah kelurahan (muskel)yang melibatkan
aparat desa/kelurahan, kelompok masyarakat desa/kelurahan, dan perwakilan
RTS-PM Raskin dari setiap Satuan Lingkungan Setempat (SLS) setingkat dusun
atau RW untuk menetapkan kebijakan lokal, yaitu:
a. Verifikasi dan pemutakhiran RTS-PM yang terdapat dalam DPM.
b. RTS-PM yang kepala rumah tangganya sudah meninggal dapat digantikan oleh
salah satu anggota rumah tangganya. Untuk RTS-PM tunggalyang sudah
27
sebagai penerima Raskin, maka digantikan oleh rumah tangga lainnya yang
dinilai layak.
c. Rumah tangga yang dinilai layak untuk menggantikan RTS-PM pada butir di
atas adalah diprioritaskan kepada rumah tangga miskin yang memiliki anggota
rumah tangga lebih besar, terdiri dari: balita dan anak usia sekolah, kepala
rumah tangganya perempuan, kondisi fisik rumahnya tidak layak huni,
berpenghasilan paling rendah dan tidak tetap.
d. Pelaksanaan musyawarah dapat dilakukan sepanjang tahun berjalan sesuai
dengan kebutuhan.
e. Apabila setelah dilakukan verifikasi dan pemutakhiran daftar RTS-PM di
desa/kelurahan terdapat perubahan pagu RTS-PM di dua desa/kelurahan atau
lebih di dalam satu kecamatan yang sama, makadilakukan musyawarah
kecamatan (muscam) yang bertujuan untuk koordinasi penyesuaian pagu
antardesa/kelurahan dengan tidak mengubah jumlah pagu kecamatan tersebut.
f. Hasil mudes/muskel dan muscam dimasukkan dalam Form Rekap Pengganti
(FRP) RTS-PM dan dilaporkan secara berjenjang kepada TNP2K.
7. Mekanisme Penetapan Pagu Raskin
a. Pagu Raskin nasional merupakan hasil kesepakatan pembahasan antara
Pemerintah dan DPR yang dituangkan dalam Undang-Undang APBN.
b. Pagu provinsi ditetapkan oleh Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi
Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat selaku Ketua Pelaksana Tim
Koordinasi Raskin Pusat
28
d. Penentuan nama dan alamat serta sebaran Rumah Tangga Sasaran Penerima
Manfaat (RTS-PM) menggunakan data Basis Data Terpadu yang dibangun
berdasarkan hasil PPLS.
8. Jumlah Raskin Yang Diperoleh RTS-PM
PM Raskin berhak untuk menebus beras Raskin sebanyak 15 kg per
RTS-PM per bulan.
9. Harga Tebus Raskin dan sistem pembayarannya
Pembayaran HTR dari RTS-PM kepada Pelaksana Distribusi Raskin dilakukan
secara tunai sebesar Rp 1.600 per kg netto di Titik Distribusi (TD).
10. Mekanisme Penyaluran Raskin
a. Perum BULOG bersama Tim Koordinasi Raskin menyusun rencana
penyaluran bulanan yang dituangkan dalam Surat Permintaan Alokasi (SPA).
b. Beras Raskin disalurkan oleh Perum BULOG ke Titik Distribusi (TD) yaitu
lokasi yang ditentukan dan disepakati oleh Perum BULOG dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
c. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab mendistribusikan Raskin dari
TD ke Titik Bagi (TB) yaitu lokasi tempat penyerahan beras Raskin kepada
para RTS-PM, untuk selanjutnya dibagikan kepada RTS-PM Raskin.
29
Untuk pelaksanaan Program Raskin, Tim Koordinasi Raskin Pusat telah mencetak
daftar nama dan alamat RTS-PM dan mengirimkan ke setiap desa/kelurahan untuk
ditempelkan di kantor desa/kelurahan. Dengan cara ini, RTS-PM dan masyarakat
umum dapat mengetahui rumah tangga mana saja di desa/kelurahan tersebut yang
berhak menerima beras Raskin.
12. Informasi Pengaduan Tentang Program Raskin
Kebijakan umum yang mengatur pelaksanaan Program Raskin dapat dibaca dalam
Pedoman Umum (Pedum) Raskin yang diterbitkan setiap tahunnya. Pedoman ini
merupakan acuan makro dalam pelaksanaan Program Raskin secara nasional,
belum mengakomodasi dan mengantisipasi hal-hal yang bersifat spesifik lokasi.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan lokal, adanya kearifan lokal, serta
kebijakan lokal maka pelaksanaan Raskin di tingkat Provinsi diatur melalui
Petunjuk Pelaksanaan Program Raskin (Juklak Raskin) dan di tingkat
Kabupaten/Kota diatur melalui Petunjuk Teknis Program Raskin (Juknis Raskin).
Juklak dan Juknis Raskin dimaksudkan untuk mempertajam Pedum Raskin dan
masih berada dalam batasan-batasan atau bertentangan dengan Pedum Raskin.
Pertanyaan dan pengaduan mengenai Program Raskin dapat disampaikan baik
oleh anggota masyarakat maupun Pemerintah Daerah. Sesuai dengan materinya,
pertanyaan dan pengaduan tentang pelaksanaan Program Raskin dapat
disampaikan secara langsung kepada instansi berikut:
a. Unit Pengaduan sebagai bagian dari Tim Koordinasi Raskin Pusat (TKRP)
berada di bawah koordinasi Kementerian Dalam Negeri terhadap pengaduan
30
dan Kabupaten/Kota, di bawah koordinasi badan yang membidangi
pemberdayaan masyarakat.
b. Pengaduan dan pertanyaan terhadap hal yang berkaitan dengan data RTS-PM
dapat disampaikan kepada TNP2K. Pertanyaan dan pengaduan yang berkaitan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Masalah
Peneliti menggunakan pendekatan masalah dengan cara normatif empiris. Suatu
penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakkukan berdasarkan bahan
hukum utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas
hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan
sistem hukum.1
Penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan
ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secra in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.2
Penggunaan kedua macam pendekatan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran dan pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian guna penulisan skripsi ini.
3.2. Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang di pergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
1
Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. Citra Aditya Bakti hlm.135
2
32
Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil studi dan penelitian di
lokasi penelitian. Data primer ini didapat dari Perum BULOG . Data primer ini
diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak Perum BULOG serta wakil dari
masyarakat miskin di Desa Tulung Pasik Kabupaten Lampung Timur penerima
beras raskin, untuk mencari masukan-masukan, saran-saran dan tanggapan atas
pendistribusian bantuan raskin bagi masyaraktat di Desa Tulung Pasik Kabupaten
Lampung Timur.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka, terdiri dari :
Bahan Hukum Primer, adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa
peraturan perundang-undangan antara lain :
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Masyarakat.
3. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996, tentang Pangan.
4. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
5. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah.
6. Undang-Undang No. 22 Tahun 2011, tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2012.
7. Undang-Undang No. 18 Tahun 1986, tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 8 Tahun 1985.
8. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan.
9. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003, tentang Pendirian Perusahaan Umum (Perum) BULOG.
33
11. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
12. Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
13. Peraturan Presiden RI No. 29 Tahun 2011, tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012.
14. Inpres No. 7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan.
15. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam
16. Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
17. Kepmenko Kesra No. 35 Tahun 2008 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat.
3.3. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
untuk memperoleh data sekunder, penulis lakukan dengan cara membaca,
mencatat atau menguti dari perundang-undangan yang berlaku serta
literatur-literatur dalam dokumen-dokumen yang berkaitan dengan putusan tersebut.
2. Studi Lapangan
Untuk memperoleh data primer, studi lapangan ditempuh dengan cara melakukan
wawancara dengan memberikan pertanyaan (question) kepada responden di Desa Tulung Pasik Kabupaten Lampung Timur untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang permasalahan yang penulis kaji, yaitu tentang Pendistribusian
Bantuan Raskin bagi masyaraktat miskin di Desa Tulung Pasik Kabupaten
34
3.4. Prosedur Pengolahan Data
Setelah data yang dikehendaki terkumpul baik dari studi kepustakaan maupun dari
lapangan, maka data diperoses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Seleksi Data
Seleksi data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperlukan sudah
mencakup atau belum dan data tersebut berhubungan atau tidak berhubungan
dengan pokok permasalahan yang dibahas.
2. Klasifikasi Data
Klasifikasi data yang telah diperoleh disusun melalui klasifikasi yang telah
ditentukan.
3. Penyusunan Data
Penyusunan data dimaksudkan untuk mendapatkan data dalam susunan yang
sistematis dan logis serta berdasarkan kerangka pikir. Dalam tiap tahap ini data
dapat dimasukan ke dalam tabel apabila diperlukan.
3.5. Analisis Data
Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif
dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dihasilkan dari
penelitian dilapangan kedalam bentuk penjelasan berupa uraian kalimat dengan
cara sistematis sehingga memiliki arti.3
3
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Memberikan perlindungan sosial kepada masyarakat miskin merupakan kewajiban
pemerintah yang secara yuridis didasarkan pada UUD RI 1945 tentang
perlindungan hak asasi manusia dan UU Pangan No. 18 Tahun 2012 tentang
Ketahanan Pangan, sehingga program raskin adalah hak bagi masyarakat,
bukanlah kebaikan hati atau politik uang dari pemerintah kepada masyarakat.
1. Pendistribuisan program beras raskin di Desa Tulung Pasik Kecamatan
Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur dilaksanakan oleh Pokja
(Kelompok Kerja) yang ditunjuk dan bertanggung jawab kepada Kepala Dusun
yang diatur dalam Pedoman Teknis dan Satuan Kerja (Satker) raskin yang
diangkat denagan Surat Perintah (SP) Kasubdivre
2. Dari sisi masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar pelayanan
publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa pelayanan yang menjadi
haknya, siapa yang bisa mendapatkannya, apa persyaratannnya, juga
bagaimana bentuk layanan itu. Hal ini akan mengikat negara (pemerintah)
55
5.2. Saran
Sebaiknya pendistribusian program raskin menjadi solusi dalam menanggulangi
permasalahan rawan pangan yang sedang terjadi. Berdasarkan kesimpulan yang
dikemukakan diatas, maka ada beberapa hal yang kiranya dapat merupakan saran
bagi pihak-pihak terkait, yaitu :
1. Koordinasi intensif Tim Raskin Provinsi dan Kabupaten, guna mempercepat
penetapan pagu raskin dan sosialisasi/pendampingan oleh Tim Koordinasi
untuk pembuatan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis raskin agar tidak
terjadi penyimpangan pendistribusian raskin, sehingga program raskin dapat
bermanfaat bagi RTS-PM.
2. Perlunya dukungan APBD untuk biaya oprasional dari titik distribusi ke
RTS-PM dan perlunya dukungan Pemda setempat, menyediakan/membangun tempat
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Agus 1995. Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik.
Yogyakarta : Fisipol UGM.
Ganjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2007.
Keban, Yeremias T. 1995. Indikator Kinerja Pemerintah Daerah, Pendekatan
Manejemen Dan Kebijakan,Yogyakarta : Fisip USM
Lestari Rahayu, Sri. 2012.Bantuan Sosial di Indonesia Sekarang Dan Ke Depan. Bandung : Fokusmedia.
Marbun SF. 2011, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di
Indonesia, FH UII Press, Yogyakarta.
Muhammad, Abdulkadir. 2004.Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Syafrudin, Ateng. Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih
dan Bertanggung Jawab, Bandung, Universitas Parahyangan, 2000
Wikanji, Ardo dan Tim Saujana Media. 2012.Kamus Bahasa Indonesia. Yogyakarta : PT. Pustaka Widyatama.
World Bank, 2007. Spending For Development :Making theMost of Indonesia’s
New Opportunities. Indonesia Public Expenditure Review 2007,Jakarta, World Bank.
Yudoyono, Bambang. 2001.Otonomi Daerah. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Undang-Undang Dasar NKRI 1945.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2009.
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
Peraturan Presiden RI Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 81/PMK.05/2012 Pasal 1 ayat 1.
Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Sosial RI.
Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 4/HUK/2011 tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat pembuat Komitmen, Pejabat Penandatangan SPM.