• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlibatan siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan memanfaatkan program GeoGebra untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan teorema pythagoras di kelas VIII A SMP BOPKRI 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterlibatan siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan memanfaatkan program GeoGebra untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan teorema pythagoras di kelas VIII A SMP BOPKRI 1"

Copied!
274
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Antonius Herman Priyanto. 2013. Keterlibatan Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Memanfaatkan Program GeoGebra untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras di Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), tingkat keterlibatan dan hasil belajar siswa. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dibantu dengan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dengan pokok bahasan teorema Pythagoras. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 22 siswa.

Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan instrumen pengumpulan data berupa non tes meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keterlibatan siswa, wawancara, dan tes meliputi Tes Kemampuan Awal (TKA), kuis, Tes Evaluasi (TE). Sebelum digunakan, semua instrumen telah divalidasi baik dengan uji pakar maupun uji butir. Setelah melalui tahap validasi, dinyatakan bahwa semua instrumen memenuhi syarat yang ditetapkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) telah dan dapat berjalan dengan baik dengan persentase rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 95,45%. (2) Tingkat keterlibatan siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Divisions (STAD) tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari persentase hasil keterlibatan siswa dalam kelompok, sebesar 27,28% kelompok memiliki tingkat keterlibatan Tinggi Sekali (TS), 22,72% kelompok tingkat keterlibatannya Tinggi (T), 27,28% kelompok tingkat keterlibatannya Rendah (R) dan 22,72% kelompok tingkat keterlibatannya Rendah Sekali (RS).(3) Hasil belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai Tes Kemampuan Awal (TKA) yaitu 57,45 dan rata-rata-rata-rata nilai Tes Evaluasi (TE) yaitu 76,77 menunjukkan bahwa terdapat kenaikan 19,32. Serta Tes Evaluasi (TE) terbesar terdapat pada kriteria Tinggi Sekali (TS) yaitu sebesar 45,45%, kriteria Tinggi (T) sebesar 22,72%, kriteria Sedang (S) sebesar 18,18%, sedangkan pada kriteria Rendah (R) sebesar 4,55% dan kriteria Rendah Sekali (RS) sebesar 9,1%.

(2)

ABSTRACT

Antonius Herman Priyanto, 2013. Students Involvement in Application of Cooperative Learning Model Type Student Teams Achievement Divisions (STAD) by Utilizing GeoGebra Program to Improve Learning Result of Students in main subject: Pythagorean Theorem in Class VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is aimed to know the learning process, the involvement level of students in the cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD), student’s involvement and learning result in learning process. This research is classified into descriptive-qualitative research with quantitative assisted. This research had been done on the first semester of the academic year 2013/2014 with the main subject: Pythagorean theorem. The subjects of this research are the students of Class A of the grade VIII in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta and there are 22 students in the class.

Instruments in this research include a learning instruments such as the learning lesson plan and the student worksheet and data collection instrument such as non test include the realization of lesson planning observation sheets, students involvement observation sheet, interviews, and test intruments include the beginning competency test, quizzes, evaluation test. Prior to the use in the research, all instruments are well validated by expert test and test items and then all intruments are considered passing the required condition.

The result of this research show that (1) The application of cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) has been and can be done well with the overall percentage of the realization of the lesson planning is about 95,45%. (2) The student’s involvement level in cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) is consider high. It can be seen from the percentage of the students involvement in the group is about 27,28% group has a very high involvement level, 22,72% group has a high involvement level, 27,28% group has low involvement level, and 22,72% group has very low involvement level. (3) The student`s learning results in cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) increases. It can be seen from the results of the average value of the beginning competency test is 57,45 and the average evaluation test is 76,77 indicates that there is an increase 19,32. The greatest evaluation test in very high criteria of 45,45%, high criteria of 22,72%, the medium criteria of 18,18%, while low criteria (R) of 4,55% and very low criteria of 9,1%.

(3)

KETERLIBATAN SISWA DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MEMANFAATKAN

PROGRAM GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS DI

KELAS VIII A SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Matematika

Disusun oleh :

ANTONIUS HERMAN PRIYANTO NIM : 091414001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

KETERLIBATAN SISWA DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MEMANFAATKAN

PROGRAM GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS DI

KELAS VIII A SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Matematika

Disusun oleh :

ANTONIUS HERMAN PRIYANTO NIM : 091414001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan Penuh Syukur Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria.

Keluargaku tersayang: Bapak, Ibu, Tina, dan

saudara-saudaraku lainnya.

Sahabat terdekatku Ana Easti yang selalu mendukungku.

Teman-teman seperjuangan PMAT 09 yang saling

mendukung dan bekerja sama.

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 November 2013

Penulis

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Antonius Herman Priyanto

Nomor Mahasiswa : 091414001

Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya Ilmiah saya yang berjudul:

“Keterlibatan Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Memanfaatkan

Program GeoGebra untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras di Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun membayar royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 7 November 2013

Yang menyatakan,

(10)

vii

ABSTRAK

Antonius Herman Priyanto. 2013. Keterlibatan Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Memanfaatkan Program GeoGebra untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras di Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), tingkat keterlibatan dan hasil belajar siswa. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dibantu dengan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dengan pokok bahasan teorema Pythagoras. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 22 siswa.

Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan instrumen pengumpulan data berupa non tes meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keterlibatan siswa, wawancara, dan tes meliputi Tes Kemampuan Awal (TKA), kuis, Tes Evaluasi (TE). Sebelum digunakan, semua instrumen telah divalidasi baik dengan uji pakar maupun uji butir. Setelah melalui tahap validasi, dinyatakan bahwa semua instrumen memenuhi syarat yang ditetapkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) telah dan dapat berjalan dengan baik dengan persentase rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 95,45%. (2) Tingkat keterlibatan siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Divisions (STAD) tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari persentase hasil keterlibatan siswa dalam kelompok, sebesar 27,28% kelompok memiliki tingkat keterlibatan Tinggi Sekali (TS), 22,72% kelompok tingkat keterlibatannya Tinggi (T), 27,28% kelompok tingkat keterlibatannya Rendah (R) dan 22,72% kelompok tingkat keterlibatannya Rendah Sekali (RS).(3) Hasil belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai Tes Kemampuan Awal (TKA) yaitu 57,45 dan rata-rata-rata-rata nilai Tes Evaluasi (TE) yaitu 76,77 menunjukkan bahwa terdapat kenaikan 19,32. Serta Tes Evaluasi (TE) terbesar terdapat pada kriteria Tinggi Sekali (TS) yaitu sebesar 45,45%, kriteria Tinggi (T) sebesar 22,72%, kriteria Sedang (S) sebesar 18,18%, sedangkan pada kriteria Rendah (R) sebesar 4,55% dan kriteria Rendah Sekali (RS) sebesar 9,1%.

(11)

viii

ABSTRACT

Antonius Herman Priyanto, 2013. Students Involvement in Application of Cooperative Learning Model Type Student Teams Achievement Divisions (STAD) by Utilizing GeoGebra Program to Improve Learning Result of Students in main subject: Pythagorean Theorem in Class VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is aimed to know the learning process, the involvement level of students in the cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD), student‟s involvement and learning result in learning process. This research is classified into descriptive-qualitative research with quantitative assisted. This research had been done on the first semester of the academic year 2013/2014 with the main subject: Pythagorean theorem. The subjects of this research are the students of Class A of the grade VIII in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta and there are 22 students in the class.

Instruments in this research include a learning instruments such as the learning lesson plan and the student worksheet and data collection instrument such as non test include the realization of lesson planning observation sheets, students involvement observation sheet, interviews, and test intruments include the beginning competency test, quizzes, evaluation test. Prior to the use in the research, all instruments are well validated by expert test and test items and then all intruments are considered passing the required condition.

The result of this research show that (1) The application of cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) has been and can be done well with the overall percentage of the realization of the lesson planning is about 95,45%. (2) The student‟s involvement level in cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) is consider high. It can be seen from the percentage of the students involvement in the group is about 27,28% group has a very high involvement level, 22,72% group has a high involvement level, 27,28% group has low involvement level, and 22,72% group has very low involvement level. (3) The student`s learning results in cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) increases. It can be seen from the results of the average value of the beginning competency test is 57,45 and the average evaluation test is 76,77 indicates that there is an increase 19,32. The greatest evaluation test in very high criteria of 45,45%, high criteria of 22,72%, the medium criteria of 18,18%, while low criteria (R) of 4,55% and very low criteria of 9,1%.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak kendala akan tetapi

berkat bantuan, dukungan, doa, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu, diantaranya:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan;

2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku Kepala Jurusan Pendidikan

Matematika dan IPA;

3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Matematika;

4. Bapak D. Arif Budi Prasetyo, S.Si.,M.Si. selaku dosen pembimbing

akademik;

5. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dengan

penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini;

6. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma, yang

telah membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar di

(13)

x

7. Ibu Dra. Sukami, selaku Kepala SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran

2013/2014, yang telah memberikan kesempatan serta izin untuk

mengadakan observasi sebelum memulai penelitian;

8. Bapak Ariyanto selaku guru matematika di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta,

yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan bantuan selama proses

penelitian;

9. Siswa-siswi kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran

2013/2014, yang telah membantu penulis selama penulis melakukan

penelitian;

10.Kedua orang tuaku, Adikku Tina, atas dukungan, doa, semangat, dan cinta

kasih yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini;

11.Sahabatku yang dengan rela membantuku dalam pelaksanaan penelitian;

12.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2009 dan Teman kos

Wisma Santi yang telah banyak membantu penulis selama penulis

menyelesaikan skripsi ini;

13.Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 30 September 2013

Penulis

(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… vi

ABSTRAK ………... vii

ABSTRACT ……….. viii

KATA PENGANTAR ………... ix

DAFTAR ISI ……….. xi

DAFTAR TABEL ……….. xv

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ……….……….. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xviii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A.Latar Belakang ……….. 1

B.Identifikasi Masalah ……….. 4

C.Pembatasan Masalah ………. 5

D.Rumusan Masalah ………... 5

E.Tujuan Penelitian ………... 5

F. Batasan Istilah ………... 6

(15)

xii

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ……….

E. Instrumen Penelitian ………...

1. Instrumen Tes ………...

2. Data Tes Kemampuan Awal (TKA), Kuis, dan Tes Evaluasi (TE)..

3. Wawancara ………... 55

55

55

(16)

xiii

G. Validitas dan Reliabilitas Tes ………...

1. Validitas Tes ………...

1. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……

2. Analisis Data Keterlibatan Siswa ………

3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ………...

4. Analisis Korelasi Keterlibatan dan Hasil Belajar Siswa ………….

5. Analisis Hasil Wawancara ………..

59

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN

PEMBAHASAN PEMBAHASAN ……….

64

A. Pelaksanaan Penelitian ………... 64

B. Penyajian Data ………...

1. Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………

2. Data Keterlibatan Siswa ………..

3. Data Tes Kemampuan Awal (TKA) ………

4. Data Kuis Individu ………...

5. Data Tes Evaluasi ………

6. Data Penghargaan Kelompok ………..

7. Data Wawancara ……….

1. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) ………

2. Analisis Data Keterlibatan Siswa ………

3. Analisis Hasil belajar dalam model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Divisions (STAD) ………..

4. Analisis Data Penghargaan Kelompok ………

5. Analisis Korelasi antara Keterlibatan Siswa dan Hasil Belajar

Siswa ………

6. Analisis Hasil Wawancara ………..

(17)

xiv

D. Keterbatasan Penelitian ………... 109

BAB V PENUTUP ………... 110

A. Kesimpulan ………... 110

B. Saran ………... 111

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ……… 22

Tabel 2.2 Menentukan Teorema Pythagoras ……….. 38

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal (TKA) ……… 45

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Evaluasi (TE) ……… 47

Tabel 3.3 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP ………. 49

Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa dalam Kelompok …... 52

Tabel 3.5 Kriteria Poin ………..……...………... 61

Tabel 4.1 Pembagian Kelompok Heterogen ………..……... 66

Tabel 4.2 Kriteria Penghargaan Kelompok ……… 74

Tabel 4.3 Data Mentah Keterlaksanaan RPP ……… 76

Tabel 4.4 Data Mentah Pengamatan Tingkat Keterlibatan Siswa Kelompok Merah ……… 76

Tabel 4.5 Data Mentah Pengamatan Tingkat Keterlibatan Siswa Kelompok Hijau ……….. 77

Tabel 4.6 Data Mentah Pengamatan Tingkat Keterlibatan Siswa Kelompok Biru ……… 77

Tabel 4.7 Data Mentah Pengamatan Tingkat Keterlibatan Siswa Kelompok Kuning ………... 78

Tabel 4.8 Perhitungan Jumlah Masing-masing Jenis Keterlibatan ... 78

Tabel 4.9 Data Mentah Hasil Tes Kemampuan Awal ... 79

(19)

xvi

Tabel 4.11 Data Mentah Hasil Tes Evaluasi (TE) VIII A ... 81

Tabel 4.12 Skor peningkatan Siswa ... 82

Tabel 4.13 Persentase Keterlaksanaan RPP ... 86

Tabel 4.14 Data Keterlibatan Kelompok Secara Keseluruhan ... 87

Tabel 4.15 Kriteria Tingkat Keterlibatan Kelompok ... 88

Tabel 4.16 Persentase Tingkat Keterlibatan Kelompok ... 88

Tabel 4.17 Tingkat Keterlibatan Masing-masing Siswa ... 89

Tabel 4.18 Persentase Tingkat Keterlibatan Masing-masing Siswa ... 90

Tabel 4.19 Jumlah Masing-masing Jenis Keterlibatan Siswa dalam Kelompok ... 91

Tabel 4.20 Nilai TKA dan TE VIII A ... 92

Tabel 4.21 Kriteria Hasil Belajar Siswa ... 96

Tabel 4.22 Persentase Hasil Belajar Siswa ... 96

Tabel 4.23 Peningkatan Kelompok Merah ... 98

Tabel 4.24 Peningkatan Kelompok Hijau ... 98

Tabel 4.25 Peningkatan Kelompok Biru ... 99

Tabel 4.26 Peningkatan Kelompok Kuning ... 99

Tabel 4.27 Penghargaan Kelompok ... 99

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 2.1 Area Kerja GeoGebra ... 34

Gambar 2.2 Menu Bar, Toolbar, dan Input GeoGebra ... 35

Gambar 2.3 ToolbarGeoGebra ... 36

Gambar 2.4 Tool yang sedang aktif ... 37

Gambar 2.5 Mengenal Teorema Pythagoras ... 37

Gambar 2.6 Menghitung Panjang Sisi Segitiga Siku-Siku Jika Dua Sisi Lain Diketahui ... 38

Gambar 2.7 Mengenal Kebalikan Teorema Pythagoras ... 39

Gambar 2.8 Perbandingan sisi-sisi segitiga khusus sudut 300 dan 600 pada segitiga siku-siku ... 40

Gambar 2.9 Perbandingan sisi-sisi segitiga khusus sudut 450 ... 41

Grafik 4.1 Tingkat Keterlibatan Siswa dalam Kelompok ... 88

Grafik 4.2 Tingkat Keterlibatan Masing-masing Siswa ... 90

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Kunci Jawaban ...

3. Instrumen Observasi/ Pengamatan ...

L.1

L.16

L.37

LAMPIRAN B

1. Soal Tes Kemampuan Awal (TKA) dan Kunci Jawaban ...

2. Soal Kuis dan Kunci Jawaban ...

3. Soal Tes Uji Coba ...

4. Soal Tes Evaluasi (TE) dan Kunci Jawaban ...

L.42

L.45

L.49

L.51

LAMPIRAN C

1. Validitas dan Reliabilitas Soal Tes Evaluasi (TE) ...

2. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ...

L.55

L.66

LAMPIRAN D

1. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas VIII A ...

2. Daftar Nilai Kuis 1 dan Kuis 2 Kelas VIII A ...

3. Daftar Nilai Tes Evaluasi Kelas VIII A ...

4. Perhitungan Skor Penghargaan Kelompok ...

L.69

L.69

L.71

L.72

LAMPIRAN E

1. Hasil Pengamatan Keterlaksanaan RPP ...

2. Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa ...

3. Transkrip Wawancara...

L.74

L.82

(22)

xix

LAMPIRAN F

1. Contoh Hasil Kerja LKS ...

2. Contoh Hasil Kerja TKA ...

3. Contoh Hasil Kerja Kuis ...

4. Contoh Hasil Kerja TE ...

5. Foto-foto Pelaksanaan Pembelajaran ...

L.104

L.118

L.121

L.127

L.130

LAMPIRAN G

1. Surat Ijin Penelitian ...

2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ...

L.131

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada kehidupan yang semakin modern ini, pembelajaran matematika

memiliki fungsi sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kritis, logis, kreatif, dan bekerja sama yang diperlukan siswa untuk

mengarungi persaingan globalisasi di masa yang akan datang. Kompetensi

tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup

pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Oleh karena

itu pembelajaran matematika memiliki sumbangan yang penting untuk

perkembangan kemampuan berpikir kreatif dalam diri setiap individu siswa

agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Matematika merupakan ilmu yang bagi sebagian orang dipandang

sebagai ilmu yang sulit. Karena itu, diperlukan keterampilan dari guru untuk

dapat mengembangkan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan

membuat siswa merasa senang dan tertarik untuk belajar matematika.

Keberhasilan tujuan pembelajaran tentunya tidak terlepas dari peran guru.

Guru harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar

mengajar sehingga dengan persiapan yang matang maka kemungkinan besar

tujuan pembelajaran akan tercapai. Guru harus dapat menciptakan situasi,

(24)

mengajar sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Guru juga harus bisa

memilih metode dan model pembelajaran serta media pembelajaran yang

tepat agar dapat menarik minat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan

peluang tercapainya tujuan pembelajaran.

Menurut Anita Lie (2002: 8), salah satu model pembelajaran yang dapat

mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif

menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada berbagai macam model

pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok

kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar

belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam

mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan

dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk

mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan

dalam pemahaman masing-masing. Tujuan dari pembelajaran kooperatif

adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1995). Model

pembelajaran kooperatif ini ada berbagai tipe, salah satunya tipe Student

Teams-Achievement Division (STAD), STAD merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat

digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pendekatan

pembelajaran kooperatif.

Hasil observasi pembelajaran matematika yang telah dilakukan peneliti

(25)

menerima apa yang guru berikan, sehingga pembelajaran dirasa kurang

efektif karena siswa terlalu pasif dan hanya guru yang terlihat aktif. Dalam

pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi.

Sekali-kali guru mengambil waktu tanya jawab untuk mencari tahu apakah jelas

atau tidak kaitan antara ide-ide siswa dan konten yang sedang dibahas.

Metode yang digunakan guru cukup bagus karena guru menjelaskan dengan

baik, siswa memperhatikan saat guru menerangkan, menanggapi saat guru

bertanya dan berani bertanya jika ada penjelasan yang kurang dimengerti.

Respon siswa juga cukup baik, hal ini terlihat dari siswa ikut terlibat aktif

dalam proses pembelajaran, siswa berani bertanya jika ada kesulitan dan ada

yang kurang jelas dari penjelasan guru, dan siswa menjawab pertanyaan

guru. Namun disisi lain ada juga siswa yang tidak memperhatikan guru ketika

mengajar dan hanya sibuk sendiri, melamun dan mengobrol dengan temannya

di luar materi yang bicarakan. Di akhir proses pembelajaran guru memberi

pekerjaan rumah (PR) untuk latihan siswa di rumah dan pertemuan

selanjutnya guru membahas PR tersebut guna memberikan umpan balik

terhadap apa yang dikerjakan siswa.

Lingkungan sekolah dan kondisi kelas juga mendukung berlangsungnya

pembelajaran yang kondusif dengan jumlah 22 siswa perkelas cukup ideal

dalam kegiatan belajar mengajar sarana dan prasarananya pun sudah cukup

lengkap dengan papan tulis whiteboard, buku paket, dan lcd viewer yang

(26)

mengoptimalkan sarana dan prasarananya untuk dapat mencapai tujuan

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Divisions (STAD) dengan memanfaatkan program GeoGebra pokok bahasan

teorema Pythagoras untuk mengetahui keterlibatan siswa dan pengaruhnya

terhadap hasil belajar siswa-siswi kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

1. Perlunya metode atau model yang tepat untuk digunakan pada saat proses

pembelajaran matematika di kela sehingga dapat menarik minat siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Perlunya media pembelajaran untuk menunjang pembelajaran dan untuk

membantu pemahaman konsep siswa.

3. Kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang disebabkan

minat siswa terhadap pelajaran matematika masih rendah.

4. Kurangnya kemauan siswa untuk bertanya kepada guru maupun

temannya sehingga membuat siswa kurang memahami materi.

5. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, beberapa

siswa aktif mengikuti proses pembelajaran dan yang lainnya belum fokus

terhadap pembelajaran.

6. Siswa kurang memanfaatkan sumber belajar lainnya selain catatan yang

(27)

C. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyaknya masalah yang telah diidentifikasi, karena

keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Divisions (STAD) dengan memanfaatkan program GeoGebra pokok bahasan

teorema Pythagoras untuk mengetahui keterlibatan siswa dan pengaruhnya

terhadap hasil belajar siswa-siswi kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Bagaimana tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe

STAD?

3. Bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil

belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan alat peraga

(28)

2. Tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada pokok bahasan teorema Pythagoras.

3. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar

siswa pada pokok bahasan teorema Pythagoras.

F. Batasan Istilah

1. Belajar

Menurut Gagne (1984) di dalam buku karangan Suprijono (2012: 2)

belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi

berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

2. Pembelajaran

Proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar (pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003

tentang Sisdiknas dalam Udin S. Winatapura, dkk, 2008).

3. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya

pada tingkat operasional di kelas. (Suprijono, 2009: 41).

4. Pembelajaran Kooperatif

Roger, dkk. (1992) dalam buku karangan Miftahul Huda (2012),

menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran

kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus

(29)

kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung

jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan

pembelajaran anggota-anggota yang lain.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Divisions (STAD)

Pembelajaran kooperatif STAD merupakan tipe pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa yang heterogen. Diawali

dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan

kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

6. Keterlibatan Siswa

Keterlibatan adalah tingkat dimana siswa secara aktif berpartisipasi

didalam kegiatan pembelajaran, menghasilkan pembelajaran dan minat

yang kian meningkat (Lutz, Guthrie, & Davies, 2006).

7. Hasil belajar

Menurut Bloom (Suprijana, 2012), hasil belajar kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

8. GeoGebra

GeoGebra merupakan program komputer yang dikembangkan oleh

(30)

program komputer untuk membelajarkan matematika khususnya

geometri dan aljabar. Program ini dapat diunduh dari

www.geogebra.com. Komputer harus terlebih dahulu diinstal program

Java Runtime Environtment (JRE) untuk menjalankannya.

9. Teorema Pythagoras

Teorema Pythagoras adalah salah satu pokok bahasan yang dipelajari

siswa-siswi kelas VIII semester gasal tahun ajaran 2013/2014 SMP

BOPKRI 1 Yogyakarta.

G. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Merupakan wahana untuk belajar membuat karangan ilmiah dan

belajar berpikir secara sistematis.

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan variasi

dalam proses pembelajaran. Jika model pembelajaran kooperatif ini tepat

guna, maka model ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

merancang kegiatan pembelajaran selanjutnya. Sehingga pembelajaran

akan lebih bervariasi.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini dapat digunakan sebagai khazanah ilmu pengetahuan

dan sebagai tambahan wawasan bagi para pembaca khususnya

(31)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengertian, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap

(Winkel, 1995:53). Menurut Gagne (Suprijono, 2012: 2) belajar adalah

perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui

aktivitas. Sedangkan belajar menurut Slavin (2008) adalah perubahan dalam

diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.

Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental

dari seorang individu yang berlangsung dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat

relatif konstan.

2. Teori-teori Belajar

Beberapa teori-teori belajar, antara lain:

a. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Suyono dan Hariyanto, 2011)

Menurut Piaget, setiap anak mengembangkan kemampuan berpikir

menurut tahapan yang teratur. Proses berpikir anak merupakan suatu

(32)

menuju abstrak. Pada suatu tahap dari perkembangan tertentu akan

muncul skema atau struktur kognitif tertentu yang keberhasilannya pada

suatu tahap amat bergantung kepada pencapaian tahap sebelumnya.

Secara garis besar tahapan-tahapan perkembangan kognitif Piaget

sebagai berikut:

1) Tahap Sensori Motor (berlangsung sejak lahir sampai usia 2

tahun)

Dalam dua tahun pertama kehidupannya, bayi dapat

memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba,

memegang, mengecap, mencium, mendengarkan dan

menggerakan anggota tubuh. Dengan kata lain, pengalaman

diperoleh melalui perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan

sensori (koordinasi alat indra).

2) Tahap Pra-operasional (sekitar usia 2-7 tahun)

Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol

untuk menyatakan objek-objek dunia. Dengan adanya

perkembangan bahasa dan ingatan, anak pun mampu mengingat

banyak hal tentang lingkungannya tetapi intelektual anak

dibatasi oleh egosentrisnya yaitu bahwa ia tidak menyadari jika

orang lain dapat berpandangan berbeda dengannya tentang

(33)

3) Tahap Operasional Konkret (berlangsung sekitar 7-11 tahun)

Pada kurun waktu ini pikiran logis anak mulai berkembang.

Anak sudah mampu berpikir secara operasi konkret dan dalam

pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

Anak seringkali dapat mengikuti logika dan penalaran, dan anak

telah dapat melakukan klasifikasi, pengelompokan, dan

pengaturan masalah.

4) Tahap Operasional Formal (mulai usia 11 tahun dan seterusnya)

Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu

berpikir mengenai ide, mereka sudah mampu memikirkan

beberapa alternatif pemecahan masalah. Penalaran yang terjadi

dengan struktur kognitifnya telah mampu menggunakan

simbol-simbol, ide-ide, abstraksi, dan generalisasi. Anak sudah dapat

bekerja secara efektif dan sistematis, secara proposional, serta

menarik generalisasi secara mendasar.

b. Teori Belajar Penemuan Jerome S. Bruner (Suyono dan Hariyanto, 2011: 88)

Menurut Bruner, anak harus berperan secara aktif saat belajar di

kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan (discovery

learning), siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya

dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan

berpikir anak. Menurut Bruner seiring dengan terjadinya pertumbuhan

(34)

Ketiga tahapan perkembangan intelektual itu menutut Bruner

meliputi:

1) Enaktif

Seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi-aksi

terhadap suatu objek. Dalam memahami dunia sekitar anak

menggunakan ketrampilan motorik seperti meraba, memegang,

menyentuh dan sebagainya. Anak-anak harus diberi kesempatan

bermain dengan berbagai bahan/alat pembelajaran tertentu agar

dapat memahami bagaimana bahan/alat itu bekerja.

2) Ikonik

Pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan

gambar-gambar serta visualisasi verbal. Anak-anak mencoba

memahami dunia sekitarnya melalui bentuk-bentuk perbandingan

(komparasi) dan perumpamaan (tamsil) dan tidak lagi

memerlukan manipulasi objek-objek pembelajaran secara

langsung.

3) Simbolik

Pembelajaran dimana anak sudah mampu menggambarkan

kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang abstrak. Dalam

memahami dunia sekitarnya anak-anak belajar melalui

simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Komunikasi

(35)

Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah siswa kelas VIII

SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang rata-rata berumur 13 tahun. Menurut

teori perkembangan kognitif Jean Piaget anak berada dalam tahap

operasial formal (mulai usia 11 tahun dan seterusnya). Pada tahap ini,

kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga memasuki tahap

pemikiran operasional formal, yaitu anak sudah mampu berfikir secara

abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi

yang sudah tersedia dan ia mampu berfikir apa yang terjadi atau apa

yang akan terjadi.

Menurut Jerome S. Bruner, dalam memahami dunia sekitarnya

anak-anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika

dan sebagainya. Mereka sudah mampu berpikir masa akan datang dan

mampu menggunakan simbol untuk sesuatu benda yang belum

diketahui.

B. Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk

mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan

kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian intern

yang berlangsung dialami siswa (Winkel, 1991). Sementara Gagne (1985),

mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama

dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna.

Pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh Miarso (1993),

(36)

dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.

Dari pengertian pembelajaran menurut beberapa para ahli maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan

secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan

terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya

terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.

C. Model Pembelajaran

Mills di dalam buku karangan Suprijono (2012) berpendapat bahwa

model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang

memungkinkan seseorang atau kelompok mencoba bertindak berdasarkan

model itu. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran

hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya

pada tingkat operasional di kelas.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,

termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

ialah pedoman bagi guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran di

(37)

Menurut Kardi dan Nur (2009) dalam buku karangan Trianto (2011:23),

istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak

dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain:

1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta dan

pengembangnya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

Berikut ini adalah beberapa macam model pembelajaran:

1. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung mengacu pada gaya mengajar di

mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada

peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh

kelas (Suprijono, 2012: 46).

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Artz dan Newman (1990) di dalam buku karangan Miftahul

(2011) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai kelompok

kecil siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi

suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai tujuan

(38)

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada kecakapan

siswa memproses informasi. Pemrosesan masalah mengacu pada

cara orang-orang menangani stimuli dari lingkungan,

mengorganisasi data, melihat masalah, melihat masalah,

mengembangkan konsep dan memecahkan masalah (Bruner dalam

Suprijono, 2012).

D. Pembelajaran Kooperatif

Roger, dkk. (1992) di dalam buku karangan Miftahul (2011)

menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran

kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus

didasarkan pada perubahan informasi secara rasional di antara

kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung

jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan

pembelajaran anggota-anggota yang lain. Artz dan Newman (1990) di

dalam buku karangan Miftahul (2011) mendefinisikan pembelajaran

kooperatif sebagai kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama

dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas,

atau mencapai tujuan bersama-sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif memengacu pada metode pembelajaran di mana

siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam

belajar untuk mengatasi suatu masalah atau menyelesaikan sebuah tugas

(39)

Ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif

lebih produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan

individual. Menurut Slavin (Miftahul, 2011) elemen-elemen tersebut antara

lain:

1. Interpedensi/ketergantungan positif

Interpedensi positif muncul ketika siswa merasa bahwa mereka

terhubung dengan semua anggota kelompoknya, bahwa mereka tidak

akan sukses mengerjakan tugas tertentu jika ada anggota lain tidak

berhasil mengerjakannya (begitu pula sebaliknya). Siswa merasa

bahwa meraka saling membutuhkan satu sama lain, dan setiap

anggota kelompok bergantung dan bertanggung jawab terhadap

anggota yang lainnya dalam kelompok itu.

2. Interaksi promotif

Interaksi promotif dapat didefinisikan sebagai suatu interaksi

dalam kelompok di mana setiap anggota kelompok saling

mendorong, menyelesaikan, dan menghasilkan sesuatu untuk tujuan

bersama.

Interaksi promotif muncul ketika anggota-anggota kelompok

saling memberikan bantuan yang efektif dan efisien bagi

anggota-anggota lain yang membutuhkan, seperti saling berbagi-tukar dan

memproses informasi/ pengetahuan baru dengan efektif dan efisien,

saling memberikan refleksi untuk mengimprovisasi performa

(40)

menjaga emosi antar anggota kelompok sehingga terhindar dari

konflik internal.

3. Akuntabilitas individu

Dalam kelompok kooperatif, akuntabilitas ini muncul ketika

performa setiap anggota dinilai dan hasilnya diberikan kembali

kepada mereka dan kelompoknya. Hasil ini didasarkan atas rata-rata

hasil belajar semua anggotanya, dari hasil inilah setiap anggota bisa

berefleksi kembali untuk meningkatkan performanya agar mampu

memberikan sumbangan secara maksimal demi kemajuan kelompok.

4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil

Untuk mengoordinasi setiap usaha demi mencapai tujuan

kelompok, siswa harus memiliki keterampilan sosial seperti saling

mengerti dan percaya satu sama lain, berkomunikasi dengan jelas

dan tidak ambigu sehingga tidak terjadi miskonsepsi, saling

menerima dan mendukung satu sama lain, dan mendamaikan

perdebatan yang sekiranya menghasilkan konflik (Johnson & F.

Johnson, 1991).

5. Pemrosesan kelompok

Dalam pembelajaran kooperatif, pemrosesan kelompok dapat

didefinisikan sebagai refleksi kelompok dalam mendeskripsikan

tindakan apa saja yang membantu dan tidak terlalu membantu dalam

kegiatan berkelompok, dan membuat keputusan tentang tindakan apa

(41)

kelompok adalah mengklarifikasi dan meningkatkan efektivitas kerja

sama antaranggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok.

Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model

pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,

konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa

menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.

Pembelajaran kooperatif dipandang sebagai sarana untuk memotivasi

pembelajaran dan memberikan pengaruh positif terhadap iklim ruang kelas

yang pada saatnya akan turut mendorong pencapaian yang lebih besar,

meningkatkan sikap-sikap positif dan harga diri yang lebih dalam,

mengembangkan skill-skill kolaboratif yang lebih baik, dan mendorong

motivasi sosial yang lebih besar kepada orang lain yang membutuhkan

(Ministry of Education, 1997).

Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat

pembelajaran kooperatif. Menurut mereka, selain meningkatkan

keterampilan kognitif dan afekatif siswa, pembelajaran kooperatif juga

memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.

1. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif

akan memperoleh hasil yang lebih tinggi.

2. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan

memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih

(42)

3. Siswa menjadi peduli dengan teman-temannya, di antara mereka

akan terbangun rasa ketergantungan positif untuk proses belajar

mereka.

4. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa

terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan

etnik yang berbeda-beda.

Slavin (Miftahul, 2011: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama terkait

dengan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Free Rider (pengendara bebas)

Free Rider (pengendara bebas) adalah beberapa siswa yang

tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya.

Jadi mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh

teman-teman satu kelompok yang lain dan tidak memberi

sumbangan atau kontribusi apapun.

2. Diffusion of Responsibility (penyebaran tanggung jawab)

Diffusion of Responsibility (penyebaran tanggung jawab) yang

dimaksudkan disini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota

yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota lain

yang lebih mampu.

3. Learning a Part of Task Specialization

Dalam beberapa metode tertentu, seperti Jigsaw, Group

Investigation, dan metode lai yang terkait, setiap kelompok

(43)

yang berbeda satu sama lain. Pembagian macam ini semacam ini

sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi yang

menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi yang lain

yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak diperhatikan,

padahal semua materi tersebut berkaitan satu sama lain.

Menurut Gulley dalam Jack R Gibb (1960) model pembelajaran

kooperatif mempunyai banyak keuntungan diantaranya:

1. Anggota-anggota kelompok mempunyai lebih banyak sumber

belajar daripada individual

2. Anggota kelompok sering terstimulus oleh anggota yang lain.

3. Kelompok lebih mungkin menghasilkan keputusan yang lebih

baik.

4. Komitmen anggota kelompok mungkin merasa lebih kuat.

5. Partisipasi dapat meningkatkan pemahaman personal dan sosial.

Sementara itu kelemahan dari model pembelajaran kooperatif ini

adalah:

1. Diskusi dapat memakan banyak waktu.

2. Diskusi dapat menekan keyakinan.

3. Diskusi dapat sia-sia.

Guru yang ingin menggunakan model kooperatif ini untuk materi

pembelajarannya harus benar-benar menguasai langkah-langkah umum

penerapan pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2011)

(44)

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Indikator Perilaku Guru

Fase 1 Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua

tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut

dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi

kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan

bacaan.

Fase 3 Mengorganisasikan siswa

ke dalam kelompok

Fase 4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing

kelompok-kelompok belajar pada saat

siswa mengerjakan tugas.

Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil

belajar tentang materi yang

telah dipelajari atau

masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil

kerjanya.

Fase 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu

kelompok.

(45)

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat

beberapa variasi model tersebut (Trianto, 2011), diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Student Team Achievement Divisions (STAD)

Pembelajaran kooperatif STAD merupakan tipe pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa yang heterogen.

Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian

materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD

siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang

merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan

suku.

2. Tim Ahli (Jigsaw)

Dalam tipe jigsaw, siswa dibagi atas beberapa kelompok dengan

beranggotakan 5-6 orang. Materi pelajaran diberikan kepada siswa

dalam teks yang sudah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab. Siswa

bekerja dalam satu kelompok yaitu ada kelompok asal dan kelompok

ahli, dan setiap kelompok asal anggotanya heterogen. Setiap siswa

dalam kelompok asal, anggotanya diberi tugas untuk menjadi tim

ahli pada suatu topik atau materi pembelajaran. Setelah mempelajari

(46)

asal untuk menyampaikan/ menjelaskan materi yang telah mereka

pelajari dalam kelompok ahli.

3. Investigasi Kelompok (GroupInvestigation)

Dalam implementasi tipe investigasi kelompok, guru membagi

kelas menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan 5-6 orang

yang heterogen. Kelompok di sini dapat dibentuk dengan

mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama

dalam topic tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk

diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam terhadap

topik yang dipilih, selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan

laporannya kepada seluruh kelas.

4. Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir

bersama merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang

untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa

terhadap isi pelajaran tersebut. Diawali dengan penomoran, guru

membagi siswa kedalam kelompok dengan beranggotakan 3-5 dan

kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5. Guru

mengajukan pertanyaan/ persoalan, kemudian siswa berpikir

bersama menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu.

(47)

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

5. Team Games Tournament (TGT)

TGT dikembangkan oleh Vries, Edwards, dan Slavin

(1987,1995). Tipe TGT pada prinsipnya hampir sama dengan STAD,

yang berbeda hanyalah cara mengetahui kemampuan pemahaman

siswanya saja. Kalau STAD diakhiri dengan pemberian penghargaan

kelompok berdasarkan skor peningkatan kuis individu, sedangkan

TGT diakhiri dengan permainan atau turnamen yang pesertanya

merupakan perwakilan dari masing-masing kelompok yang tingkat

kemampuannya setara..

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Divisions (STAD)

Pembelajaran kooperatif STAD merupakan tipe pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa yang heterogen. Diawali dengan

penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan

kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru

menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka dan

(48)

Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes

mereka tidak boleh saling membantu.

Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.

Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Uraian secara

rinci kelebihan model ini ialah:

1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi

yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok

adalah setara. (Allport, 1954 dalam Slavin, 2005:103).

2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama

anggota kelompok menjadi lebih baik (Slavin, 2005:105).

3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas

rasial yang lebih banyak (Slavin, 2005:105)

4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di

samping kecakapan kognitif (Isjoni, 2010:72).

5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai

fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62).

6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab

belajar, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama

anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2011: 203).

7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya

atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih

(49)

8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang

terjadi di kelas menjadi lebih hidup.

9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua

anggota kelompok.

10.Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih

termotivasi.

11.Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena

nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara

individu.

12.Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi

untuk aktif dalam pembelajaran.

13.Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah

memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak

rendah supaya nilai kelompok baik.

14.Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau

pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif

daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204).

15.Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. Belakangan

ini, siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap

tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman

sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri,

(50)

Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan.

Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat

yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini.

Namun, terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model

tersebut tidak menutup kemungkinan terbukanya sebuah kelemahan, seperti

yang dipaparkan di bawah ini.

1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru),

pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang

relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang

menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok

dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat

sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa

(LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien.

Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai

kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran

dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak

ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan

penataan ruang kelas.

2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut

sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni,

2010:62). Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi

(51)

yang dapat di jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh

pemerintah seperti mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang

bersifat wajib dan tidak membebankan biaya kepada guru serta

melakukan pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru

sendiri perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya

tentang pembelajaran.

F. Keterlibatan Siswa

Keterlibatan adalah tingkat dimana siswa secara aktif berpartisipasi

didalam kegiatan pembelajaran, menghasilkan pembelajaran dan minat yang

kian meningkat (Lutz, Guthrie, & Davies, 2006). Keterlibatan siswa bisa

diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses

belajar mengajar. Menurut Herman (1991), keterlibatan adalah suatu proses

yang mengikutsertakan setiap siswa secara serempak dalam proses belajar

mengajar. Dalam proses belajar, siswa harus terlibat aktif dalam

membangun pemahaman konsep/ prinsip matematika. Oleh karena itu,

dalam proses belajar siswa harus diberi waktu yang memadahi untuk

membangun makna dan pemahaman, sekaligus membangun keterampilan

dari pengetahuan yang telah diperolehnya.

Berdasarkan uraian diatas, keterlibatan siswa dalam pembelajaran

matematika adalah suatu proses seseorang ikut berperan secara aktif dan

serempak dalam suatu kegiatan belajar mengajar demi membangun

pemahaman konsep/ prinsip matematika dan juga keterlibatan siswa dilihat

(52)

menjawab pertanyaan, berdiskusi dalam kelompok, memberikan tanggapan,

menanggapi pendapat, dan membantu teman.

G. Hasil belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Dalam penelitian ini

peneliti ingin mengetahui hasil belajar siswa dari aspek kognitifnya.

Merujuk pemikiran Gagne di dalam buku karangan Suprijono (2012), hasil

belajar kognitif berupa:

1. Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelektual yaitu kemampuan

memprensentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual

terdiri dari kemampuan mengkategori, kemampuan analitis-sintesis

fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

Keterampilan intelektual merupakan melakukan aktifitas kognitif

bersifat khas.

2. Strategi Kognitif

Strategi kognitif adalah kecakapan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

Menurut Bloom (Suprijana, 2012), hasil belajar kemampuan kognitif

adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

(53)

Dari pendapat beberapa ahli mengenai pengertian hasil belajar dapat

ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja.

H. GeoGebra

GeoGebra merupakan program komputer yang dikembangkan oleh

Markus Hohenwarter. Menurut Hohenwarter (2008), GeoGebra adalah

program komputer untuk membelajarkan matematika khususnya geometri

dan aljabar. Program ini dapat dimanfaatkan secara bebas yang dapat

diunduh dari www.geogebra.com. GeoGebra merupakan salah satu aplikasi

yang berjalan pada Java Runtime sehingga sebelum melakukan instalasi

GeoGebra, komputer harus terlebih dahulu diinstal program Java Runtime

Environtment (JRE). JRE dapat diunduh dari situs http://java.com. Berkas dapat disimpan dalam format “.ggb” atau halaman web dinamis.

Menurut Hohenwarter (2008), program GeoGebra sangat bermanfaat

bagi guru maupun siswa. Bagi guru, GeoGebra menawarkan kesempatan

yang efektif untuk mengkreasi lingkungan belajar online interaktif yang

memungkinkan siswa mengeksplorasi berbagai konsep-konsep matematis.

Program komputer yang bersifat dinamis dan interaktif untuk

mendukung pembelajaran dan penyelesaian persoalan matematika

khususnya geometri, aljabar, dan kalkulus. Sebagai sistem geometri

dinamik, konstruksi pada GeoGebra dapat dilakukan dengan titik, vektor,

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Grafik
Gambar 2.2 Menu Bar, Toolbar, dan Input GeoGebra
Gambar 2.3 Toolbar GeoGebra
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Metode Model Construction Untuk Meningkatkan Kemampuan Cognitive Mapping Pada Anak Tunanetra.. Universitas Pendidikan Indonesia |

ke lapangan (Gudang Produsen/Distributor) terhadap ketersedian barang yang ditawarkan dengan Jadwal Pelaksanaan yang akan ditentukan kemudian, jiika saudara tidak

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi HRS-Base dalam kawasan Perumahan RSS Oesapa dan

[r]

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 ILMU KOMUNIKASI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT

Dakwah islam Masyarakat kaum muslim merupakan satu state(negara) dibawah bimbingan nabi muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Bagi para pengusaha kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan dalam modal usaha untuk promosi dan menjual produk dapat memanfaatkan teknologi e-Commece ini, karena tidak