• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI TUMBUHAN SUMBER PAKAN LEBAH MADU DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INVENTARISASI TUMBUHAN SUMBER PAKAN LEBAH MADU DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI TUMBUHAN SUMBER PAKAN LEBAH

MADU DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN

BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh Teguh Priyono

FULKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Sketsa penempatan petak contoh di dalam lokasi penelitian ... 17

2. Bentuk petak contoh lingkaran terpusat ... 18

3. Grafik jumlah jenis tumbuhan dalam setiap habitus ... 36

4. Histogram kerapatan jenis tumbuhan berdasarkan habitus pohon . ... 37

5. Histogram kerapatan jenis tumbuhan berdasarkan habitus perdu ... 38

6. Histogram kerapatan jenis tumbuhan berdasarkan habitus herba/terna ... 38

7. Histogram kerapatan jenis tumbuhan berdasarkan habitus liana .. 39

8. Babandotan ... 65

9. Jeruk manis ... 65

10.Pepaya ... 66

11.Putri malu ... 66

12.Jati ... 67

13.Kotak lebah ... 67

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... .. vii

DAFTAR GAMBAR ... .. xii

I. PENDAHULUAN ... .. 1

A. Latar Belakang ... .. 1

B.Tujuan Penelitian ... .. 3

C.Manfaat Penelitian ... .. 3

D.Kerangka Penelitian ... .. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... .. 5

A.Lebah Madu ... .. 5

B.Jenis–jenis Lebah ... .. 6

C.Koloni Lebah Madu ... .. 7

D.Pakan Lebah Madu ... .. 9

E. Jenis Produk dari Perlebahan . ... .. 10

F. Manfaat Sosial Ekonomi Lebah Madu . ... .. 12

G.Manfaat Ekologis Lebah Madu . ... .. 13

III. METODE PENELITIAN ... .. 15

A.Lokasi dan Waktu ... .. 15

B.Objek dan Alat ... .. 15

C.Batasan Penelitian ... .. 15

D.Jenis Data ... .. 16

E. Metode Pengumpulan data ... .. 16

(4)

B. Keadaan Sosial Ekonomi .... ... .. 23

C. Kondisi Umum Kecamatan Batanghari .. ... .. 25

D. Kondisi Umum Desa Buana Sakti ... .. 26

E. Kelompok Tani Lebah Madu ―Karya Tani Sejahtera‖ ... .. 27

F. Keadaan Umum Masyarakat Sekitar Hutan Desa Buana Sakti ... .. 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... .. 32

A. Hasil ... 32

1. Tanaman Sumber Pakan Lebah Madu ... 32

2. Kerapatan, Frekuensi dan INP ... 34

3. Keanekaragaman Berdasarkan Habitus ... 35

4. Musim Berbunga Tanaman Pakan Lebah Madu ... 40

B. Pembahasan ... 42

1. Tanaman Sumber Pakan Lebah Madu (Apis cerana)... 42

2. Kerapatan, Frekuensi dan INP ... 43

3. Keanekaragaman Berdasarkan Habitus ... 46

4. Kalender Pembungaan... 47

5. Polusi Udara dan Penggunaan Peptisida oleh Petani ... 50

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A.Kesimpulan ... 52

B.Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(5)

ABSTRAC

PLANT INVENTORY OF HONEY BEE FOOD SOURCE AT BUANA SAKTI VILLAGE BATANGHARI SUB

DISTRICT EAST LAMPUNG

By Teguh Priyono

Beekeeping is a business used to improve community’s economic welfare. One of the development centers and honey bee production is located at Buana Sakti village. East Lampung regency bordered by regiter 40 Rawa Cabang protected forest. At this time, Buana Sakti agricultural condition is dominated by

agrycultural crops. The objective of the research is to determine the types of plants, the density, the frequency, the importans value index and plants diversity of honey bee food source based on its habitat at Buana Sakti. The research was conducted at Buana Sakti village, Batanghari sub District East Lampung Regency on September—December 2011. Research method used by the researcher was centrally circle that put sistematically. The collected data were plant species, plant density, the frequency, the important value index, plant habitus and

flowering time. Based on the result of the research there are 43 species of plants revealed, 37 species of which are the food source of honey bee consisting of plantation crops, ornamental plants, forest plant and grasses. The habitats of the 43 plants are diverse, consist of 22 species of trees, 6 species of shrubs, 2 species of lianas, and 13 species of herbs. Corn (Zea mays) is the plant that has the greatest density of 225 individuals/ha, while the greatest the frequency value belongs to a shrub (Mimosa pudica) that is 0,562. The highest level of the species mastery of plant used as honey bee food source (Apis cerana) is owned by acacia (acacia auriculiformis) with the importance value index of 57,3 %.

(6)

ABSTRAK

INVENTARISASI TUMBUHAN SUMBER PAKAN LEBAH MADU DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh Teguh Priyono

Budidaya lebah madu merupakan usaha ekonomis yang dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Salah satu sentra pengembangan dan produksi lebah madu di Kabupaten Lampung Timur terletak di Desa Buana Sakti yang berbatasan dengan kawasan hutan lindung register 40 Rawa Cabang. Pada saat ini kondisi lahan pertanian di Desa Buana Sakti merupakan kebun campuran yang digarap oleh masyarakat sebagai areal perladangan yang didominasi oleh tanaman budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis–jenis tumbuhan, kerapatan, frekuensi, indeks nilai penting, dan keanekaragaman tumbuhan sumber pakan lebah madu berdasarkan habitusnya di Desa Buana Sakti. Penelitian ini dilakukan di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada bulan September -- Desember 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode lingkaran terpusat yang diletakkan secara sistematik. Data yang dihimpun meliputi jenis tumbuhan, kerapatan, frekuensi, indeks nilai penting, habitus, dan masa berbunga. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 43 jenis tumbuhan, 37 jenis di antaranya merupakan sumber pakan lebah madu yang terdiri dari tanaman perkebunan, tanaman pertanian, tanaman hias, tumbuhan kehutanan, dan rerumputan. Habitus dari 43 jenis tumbuhan tersebut bermacam–macam, yang terdiri dari 22 jenis pohon, 6 jenis perdu, 2 jenis liana, dan 13 jenis herba. Jagung (Zea mays) merupakan jenis tanaman yang memiliki kerapatan terbesar yakni 225 individu/ha, sedangkan nilai frekuensi terbesar dimiliki oleh jenis tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) sebesar 0,562. Tingkat penguasaan spesies tertinggi untuk jenis tumbuhan sumber pakan lebah madu (Apis cerana) dimiliki oleh akasia (Accacia auriculiformis) dengan INP sebesar 57,3 %.

(7)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena memiliki kekayaan sumberdaya alam hayati yang memberikan banyak manfaat bagi manusia. Potensi hutan Indonesia yang sangat luas memberikan manfaat bukan hanya hasil hutan kayu, tetapi juga hasil hutan bukan kayu (HHBK). Salah satu sektor produk HHBK yang menjadi primadona di pasar nasional maupun internasional adalah perlebahan. Produk utama dari perlebahan adalah berupa madu, royal jelli, dan bee pollen.

(8)

sebagai sumber pakan bagi lebah madu. Pada umumnya semua tumbuhan berbunga merupakan sumber pakan lebah madu karena menghasilkan nektar dan pollen(Rusfidra, 2006). Tepung sari (pollen) dan nektar (nectar) merupakan bahan pakan lebah yang cukup penting.

Salah satu daerah yang menjadi tempat usaha budidaya lebah madu yaitu Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Lampung Timur. Desa Buana Sakti merupakan sentra pengembangan lebah madu di Lampung Timur. Usaha budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti dikelola oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera. Tempat pembudidayaan lebah madu ini berlokasi di hutan lindung Register 40 Rawa Cabang yang dikelola oleh masyarakat Desa Buana Sakti. Luas total hutan yang dikelola oleh masyarakat Desa Buana Sakti adalah 26 ha. Desa Buana Sakti berbatasan langsung dengan Hutan Rawa Cabang Way Seputih Way Sekampung yang merupakan bagian dari tempat sumber mata air Daerah Aliran Sungai Way Seputih Sub Way Kandis dengan luas hutan sekitar 13.982,80 ha.

Desa Buana Sakti sangat cocok untuk pembudidayaan lebah madu karena barbatasan langsung dengan hutan lindung register 40 Rawa Cabang yang

memiliki jenis–jenis tumbuhan yang cukup potensial sebagai pakan lebah madu.

Belum adanya data mengenai jenis–jenis tumbuhan yang menjadi pakan lebah

(9)

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Mengetahui jenis–jenis tumbuhan sebagai sumber pakan lebah madu di Desa Buana Sakti.

2. Mengetahui besarnya kerapatan, frekuensi, dan indeks nilai penting setiap jenis tumbuhan sumber pakan lebah madu di Desa Buana Sakti.

3. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan sumber pakan lebah madu berdasarkan habitusnya di Desa Buana Sakti.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut.

1. Memberi informasi tentang jeni–jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pakan lebah madu yang ada di daerah sekitar pembudidayaan lebah madu di Desa Buana Sakti.

2. Memberi informasi tentang peluang pengembangan pembudidayaan lebah madu di sekitar Desa Buana Sakti.

D. Kerangka Penelitian

(10)

Bunga dari jenis–jenis tumbuhan tersebut mengandung nektar dan pollen yang sangat berpengaruh dalam produksi madu.

Desa Buana Sakti merupakan sentra pengembangan lebah madu di Lampung Timur. Tempat pembudidayaan lebah madu ini berlokasi di hutan lindung Register 40 Rawa Cabang yang di kelola oleh masyarakat Desa Buana Sakti. Usaha budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti dikelola oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera. Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera di Desa Buana Sakti memelihara lebih kurang 162 koloni lebah lokal (Apis cerana) dengan produksi rata–rata per tahun 67,44 liter dari hasil produk madu dan 12 liter dari bee pollen (Anggraini, 2009). Dengan fakta tersebut menunjukkan bahwa di Desa Buana Sakti terdapat jenis–jenis tumbuhan sumber pakan lebah madu. Sehubungan dengan masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang inventarisasi tumbuhan sumber pakan lebah madu di daerah sekitar pembudidayaan lebah madu di Desa Buana Sakti. Penelitian ini menggunakan metode analisis vegetasi yaitu dengan pembuatan petak–petak contoh di sekitar lokasi pembudidayaan lebah madu di Desa Buana Sakti. Hasil

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lebah Madu

Lebah madu termasuk hewan serangga bersayap, sebagai penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Tubuh lebah madu beruas-ruas dan ruas tersebut saling berhubungan disebut segmen, pada kepala terdapat alat mulut sedang kakinya dan dua pasang sayapnya terletak pada lehernya. Anatomi lebah madu dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala atau caput, bagian leher atau thorax, dan bagian perut atau abdomen (Hadiwiyoto, 1980).

Menurut Singh (1960) klasifikasi lebah madu sebagai berikut. Kingdom : Animal

Phylum : Arthropoda

Class : Hexapoda / Insecta Ordo : Hymenoptera Family : Apidae Genus : Apis

Species : Apis andreniformis, Apis cerana, Apis dosarta, Apis florea, Apis koschevnikovi, dan Apis mellifera.

(12)

B. Jenis-Jenis Lebah

Jenis-jenis lebah madu yang terdapat di Indonesia diuraikan satu demi satu sebagai berikut (Apiari Pramuka, 2007).

1. Lebah Merah (Apis koschevnikovi)

Lebah Apis koschevnikovi sedikit lebih besar dari Lebah Apis cerana dengan warna bulu yang kemerahan, hingga kini belum diusahakan secara komersial. Lebah Apis koschevnikovi persebarannya terdapat di Pulau Kalimantan dan Sumatra bagian Barat.

2. Lebah Lokal (Apis cerana)

Apis cerena merupakan lebah madu asli Asia yamg menyebar dari Afganistan, Cina sampai Jepang. Apis cerana telah berabad-abad

dipelihara di berbagai wilayah di Asia,termasuk Indonesia. Di Indonesia, Apis cerana memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi iklim setempat sehingga lebah ini mendapat banyak perhatian.

3. Lebah Hutan (Apis dorsata)

Lebah Apis dorsata merupakan jenis yang belum dapat dibudidayakan. Menurut Sumoprastowo dan Suprapto (1993), lebah madu Apis dorsata masih liar dan belum pernah berhasil diternakkan di dalam stup. Umumnya hidup secara alami di hutan Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian, dan pulau-pulau Nusa Tenggara Barat (NTB) serta Nusa Tenggara Timur (NTT).

4. Lebah Kecil/Kerdil (Apis andreniformis)

(13)

menggantungkannya di tempat–tempat terbuka pada cabang pohon atau bukit batu yang terjal. Lebah madu ini dapat ditemukan didaerah permukiman dan hutan-hutan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl). Sampai sekarang lebah ini belum dapat dibudidayakan. 5. Lebah Kecil (Apis florea)

Ukuran lebah Apis florea paling kecil di antara lebah madu yang lain. keberadaan lebah ini menjadi perdebatan ilmiah karena hanya ditemukan spesimennya di museum Kalimantan.

6. Lebah Coklat (Apis mellifera)

Apis mellifera merupakan lebah yang banyak dikenal dan sangat luas penyebarannya, lebah ini dapat menghasilkan madu lebih besar dari pada Apis cerana. Apis mellifera dapat menghasilkan 25--30 kg madu per Koloni. Ukuran lebah Apis mellifera lebih kurang 1 ¼ kali lebih besar dari pada lebah madu Apis cerana. Lebah Apis mellifera banyak terdapat di Eropa seperti Yunani, Spanyol dan Yugoslavia.

C. Koloni Lebah Madu

(14)

1. Lebah Ratu

Tugasnya bertelur untuk mengembangbiakan lebah–lebah baru. Dalam tiap sarang jumlah induk lebah hanya terdapat satu. Berukuran lebih besar 2,8 kali dari bobot lebah pekerja. Dapat menyengat berkali–kali tanpa mengalami kerusakan bagian tubuh. Oleh karena itu, induk lebah apabila menyengat tidak akan mati. Lebah ratu dapat bertelur hingga umur 3--5 tahun, tetapi masa produksinya sampai umur 2 tahun.

2. Lebah Jantan

Lebah jantan berwarna kehitam-hitaman tetapi tidak bersengat sehingga tidak dapat menyengat. Ukuran lebah jantan lebih kecil dari pada lebah ratu, tetapi lebih besar dari lebah pekerja. Umur lebah jantan hanya 3 bulan. Lebah jantan adalah penghuni yang malas bekerja karena tugasnya hanya ringan yaitu mengawini lebah ratu.

3. Lebah Pekerja

(15)

antara 4--6 minggu terhitung sejak telur dewasa atau 8--10 minggu terhitung sejak telur menetas menjadi larva.

D. Pakan Lebah Madu

Sama halnya dengan ternak yang lain, lebah juga membutuhkan pakan yang cukup untuk kebutuhan hidup, pertumbuhan koloni, produksi madu dan aktivitas reproduksi lebah. Pakan lebah yang penting adalah nektar dan polen yang dihasilkan tumbuhan. Nektar adalah cairan manis yang terdapat di dalam bunga tumbuhan. Hampir semua tumbuhan berbunga adalah penghasil nektar. Selain nektar, lebah juga memerlukan polen dan air untuk

kelangsungan hidup anggota koloni. Nektar pada umumnya dihasilkan oleh bunga tanaman pangan, tumbuhan kehutanan, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura (buah dan sayuran), tanaman hias, rumput dan semak belukar. Ketersediaan pakan lebah secara berkesinambungan merupakan salah satu syarat pendukung perkembangan koloni lebah dan produksi madu.

Menurut Sarwono (2001) tanaman berbunga yang baik untuk sumber pakan lebah harus memenuhi beberapa persyaratan berikut.

1. Bunga yang mengandung nektar dan polen mudah diambil oleh lebah. 2. Tanaman itu tersedia dalam jangkauan lebah dari sarang, lebih kurang

700 m bagi Apis cerana, 2--3 km bagi Apis mellifera.

(16)

dipilih sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan antara lain (Apiari Pramuka, 2007).

1. Kaya tanaman pakan lebah yang mengandung nectar dan pollen, 2. Terdapat sumber air bersih,

3. Tidak ada angin kencang,

4. Terhindar dari polusi udara dan suara, serta jauh dari keramaian.

Beberapa jenis pohon yang dapat dijadikan pakan lebah madu antara lain sebagai berikut (Sumoprastowo dan Suprapto, 1993).

1. Sengon (Paraserianthes falcataria) 2. Petai (Parkia speciosa)

3. Berbagai jenis kopi (Coffea spp.) 4. Jati (Tectona grandis)

5. Rambutan (Nephelium lappaceum) 6. dan lain-lain.

E. Jenis Produk Dari Perlebahan

Produk lebah madu yang dihasilkan dari usaha budidaya lebah madu ada beberapa macam, yaitu sebagai berikut (Hadiwiyoto, 1980).

1. Madu

(17)

2. Royal Jelly

Royal jeli atau biasa disebut susu ratu merupakan makanan larva-larva calon ratu atau makanan ratu seumur hidupnya. Bahan ini dihasilkan dari tepung sari tanaman oleh tawon pekerja dan diolah dengan bantuan

kelenjar pharyngen atau kelenjar salivary yang terletak pada lebah pekerja yang masih muda. Royal jeli mengandung gizi yang lebih lengkap dan mengandung zat antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan jamur dan mikroorganisme.

3. Malam/Lilin

Malam atau lilin merupakan hasil sampingan dari pemanenan madu. Bekas-bekas sisiran sarang lebah yang dikumpulkan dan tidak ada lagi madunya merupakan malam atau lilin.

4. Pollen

Merupakan alat kelamin jantan tanaman. Bentuknya dapat bermacam-macam seperti bulat telur, bulat bundar, bersudut, dan lain-lain. Kadang-kadang tampak seperti tampak seperti tepung yang sangat halus, kering, dan ringan. Pollen merupakan sumber protein yang penting bagi lebah madu. Kandungan protein kasar pollen bervariasi antara 8--40 % selain itu pollen juga mengandung sedikit karbohidrat, lemak, dan mineral.

(18)

5. Perekat (propolis)

Zat perekat yang dihasilkan lebah madu mengandung beberapa senyawa organik di antaranya yang terbanyak adalah resin. Bahan ini dikumpulkan oleh tawon pekerja dari tunas-tunas, cabang atau daun tanaman. Perekat ini digunakan oleh lebah untuk menutup celah–celah rumahnya atau melekatkan sisiran sarangnya pada tempat–tempat mereka bersarang. 6. Racun Lebah

Racun lebah diperoleh dari sengatan lebah, yang berguna untuk

pengobatan. Penyakit yang biasanya diobati dengan racun lebah adalah rematik, asma, hipertonik, dan beberapa penyakit lainnya.

F. Manfaat Sosial Ekonomi Lebah Madu

Suatu budidaya yang baik harus dapat memberikan peningkatan sosial ekonomi terhadap masyarakat sekitarnya. Sejak dahulu telah diketahui bahwa memelihara lebah madu mempunyai keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Keuntungan tersebut dirasakan secara langsung karena dapat manambah tingkat pendapatan yang diterima dari usaha lebah madu yang menghasilkan banyak produk seperti madu, lilin, pollen, larva, royal jelly, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman semakin disadari kegunaan hasil–hasil tersebut bagi dunia kedokteran, industri, penambahan gizi, dan lain-lain. Maka dari itu peternakan madu mempunyai arti sosial ekonomis yang besar (Hadiwiyoto, 1980).

(19)

oleh masyarakat Desa Buana Sakti karena cara pembudidayaan cukup mudah dan masih sederhana serta biaya yang dikeluarkan untuk perawatan tidak mahal. Untuk rata-rata per tahun produksi lebah madu dari hasil perolehan petani di Desa Buana Sakti sebanyak 64,44 liter dari hasil produk madu dan 12 liter dari bee pollen. Harga jual madu yaitu Rp. 50.000,00/botol besar dan Rp. 25.000,00/botol kecil, sedangkan harga jual untuk bee pollen relatif sama dengan harga jual madu.

Usaha budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti memberikan kontribusi sebesar 20 % dari keseluruhan pendapatan total rumah tangga setiap petani dan merupakan usaha sampingan yang memberikan kontribusi paling besar (Anggraini, 2009).

G. Manfaaat Ekologis Lebah Madu

Secara ekologis, usaha perlebahan menunjukkan prospek yang baik untuk mendukung program perbaikan lingkungan melalui penanaman pohon-pohon yang menjadi sumber pakan lebah dan sarang lebah madu di hutan. Selain itu usaha perlebahan dapat meningkatkan produktivitas tanaman buah-buahan dan biji-bijian, hampir 80% penyerbukan tanaman secara alami dilaksanakan oleh lebah madu (Hadiwiyoto, 1980).

(20)

tercemar yang disebabkan oleh alat transportasi ( kendaraan roda dua atau roda empat ) dan pabrik akan menyebabkan lebah mati.

(21)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buana Sakti dan sekitarnya pada bulan November -- Desember 2011.

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek pengamatan dalam penelitian ini adalah komunitas tumbuhan di sekitar tempat budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat tulis, kalkulator, kompas, GPS, tally sheet, roll meter, dan kamera.

C. Batasan Penelitian

a. Pakan lebah madu adalah nektar dan polen yang dihasilkan oleh tumbuhan berbunga.

(22)

D. Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.

1. Data primer

Data primer yang diambil dalam penelitian ini adalah potensi tanaman pakan lebah madu (jenis tumbuhan, jumlah, dan kerapatan), dan musim berbunga tumbuhan ( kehutanan, tanaman pertanian, tanaman perkebunan, dan tanaman lainya). Pengambilan data dilakukan dengan inventarisasi jenis dan jumlah setiap jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

2. Data Sekunder

Sedangkan untuk data sekunder didapatkan dari studi pustaka yang terkait dengan penelitian. Data sekuder yang diperlukan adalah data tentang kondisi umum lokasi penelitian antara lain berupa letak, keadaan fisik lingkungan, keadaan sosial ekonomi masyarakat.

E. Metode Pengambilan Data

1. Pembuatan Petak Contoh

(23)

kotak lebah yang telah dipilih dari beberapa kotak lebah yang ada. Dalam kawasan tersebut dibuat petak–petak contoh dengan pengambilan contoh secara sistematik. Petak contoh dibuat dalam bentuk lingkaran seluas 0.05 ha dengan jari-jari 12.6 meter. Intensitas sampling yang digunakan adalah 0.52 %, sehingga luas contoh yang diamati adalah 0.8 ha yang kemudian dibagi menjadi 16 petak contoh. Jarak antar petak contoh dalam jalur yaitu 300 meter.

Penentuan petak contoh di lapangan dapat dilihat pada Gambar 1 dan desain petak ukur di lapangan dapat dilihat pada Gambar 2. Koordinat ditentukan dengan memproyeksikan peta ke dalam millimeter blok kemudian dihitung menggunakan rumus interpolasi, sehingga diketahui koordinat petak ukur yang dapat dilihat pada Tabel 1 (Yuwono, 2004). Garis lintang (X) = batas bawah + {(jarak terhadap batas bawah/jarak

total)(batas atas – batas bawah)}

Garis bujur (Y) = batas bawah + {(jarak terhadap batas bawah/jarak total)(batas atas – batas bawah)}

(24)

Tabel 1. Koordinat petak contoh

Gambar 2. Bentuk petak contoh lingkaran terpusat.

Keterangan : A = lingkaran terkecil dengan jari-jari 2,82 m (luas lingkaran lebih kurang 25 m2) yang digunakan untuk pengamatan fase semai dan pancang.

B = lingkaran sedang dengan jari-jari 6,64 m (luas lingkaran lebih kurang 100 m2) yang digunakan untuk

pengamatan fase tiang.

(25)

2. Inventarisasi Tumbuhan di dalam Petak Contoh

Inventarisasi tumbuhan dilakukan dengan mencatat jenis tumbuhan, jumlah tumbuhan dan kerapatan tumbuhan dari setiap petak contoh. Perhitungan jumlah tumbuhan hanya dilakukan pada pohon saja,

sedangkan untuk tumbuhan bawah hanya dilakukan identifikasi jenis dan tidak dilakukan penghitungan jumlah tumbuhan. Inventarisasi ini

bertujuan mengetahui jenis tumbuhan yang ada di dalam petak contoh. 3. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan kepada petani lebah madu di Desa Buana Sakti. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang musim berbunga tumbuhan di sekitar budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti. 4. Studi Pustaka

Penetapan jenis tumbuhan sumber pakan lebah melalui studi pustaka. Penetapan jenis tumbuhan ini hanya dilakukan pada jenis–jenis tumbuhan yang menurut pustaka merupakan tumbuhan sumber pakan lebah.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif, agar diperoleh gambaran menyeluruh tentang potensi sumber pakan lebah madu.

Parameter yang diamati meliputi : 1. Kerapatan Tumbuhan

(26)

(2006) untuk menghitung kerapatan tumbuhan digunakan rumus analisis

Keterangan : K = kerapatan jenis tumbuhan 2. Penyebaran Jenis Pohon

Frekuensi (F) merupakan besarnya intensitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem (Indriyanto, 2006). Frekuensi dipakai sebagai parameter yang menunjukkan distribusi atau sebaran jenis atau

memperlihatkan pola distribusi tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan. Frekuensi dapat dihitung dengan rumus berikut

Jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies F =

Jumlah seluruh petak contoh 3. Kalender Pembungaan

Masa berbunga tumbuhan pakan lebah perlu diketahui karena

(27)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur

Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang−Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan pusat

pemerintahan di Kota Sukadana yang meliputi 10 Kecamatan definitif dan 13 Kecamatan pembantu.

Kondisi fisik Kabupaten Lampung Timur secara umum meliputi sebagai berikut (Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, 2010).

1. Letak Geogrrafis

Secara geografis Kabupaten Lampung Timur terletak pada 105˚15’--106˚20’

BT dan 4˚37’--5˚37’LS. Kabupaten Lampung Timur memiliki luas wilayah

kurang lebih 5.325,03 km atau sekitar 15% dari total wilayah Provinsi Lampung.

Secara administratif batas Kabupaten Lampung Timur adalah :

(28)

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang, Kecamatan Ketibung, Kecamatan Palas, dan Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul dan Kecamatan Metro Raya, Kota Metro, dan Kecamatan Punggur serta Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

d. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa dan Propivinsi Banten.

2. Kondisi Topografi

Dari segi topografi, Kabupaten Lampung Timur dapat dibagi menjadi 5 daerah meliputi sebagai berikut.

a. Daerah berbukit sampai bergunung, terdapat di Kecamatan Jabung Sukadana, Sekampung Udik, dan Labuhan Maringgai.

b. Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit–bukit sempit, dengan kemiringan antara 8% hingga 15% dan ketinggian antara 50 meter sampai 200 meter dpl.

c. Daerah dataran alluvial, mencakup kawasan yang cukup luas meliputi kawasan pantai pada bagian timur Kabupaten Lampung Timur dan daerah–daerah yang sepanjang sungai juga merupakan hilir dari Way seputih dan Way Pengubuan. Ketinggian dari kawasan tersebut berkisar antara 25 hingga 75 meter dpl dengan kemiringan 0% hingga 3%. d. Daerah rawa pasang surut di sepanjang pantai timur dengan ketinggian

0,5 hingga 1 meter dpl.

(29)

3. Kondisi iklim

Kabupaten Lampung Timur berdasarkan Schmidt dan Fergusson termasuk dalam kategori B, yang dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan yaitu pada bulan Desember--Juni dengan temperatur rata–rata 24--34˚C. Curah hujan merata tahunan 2000--2500 mm. Jenis tanah di Kabupaten Lampung Timur umumnya didominasi oleh tanah jenis Podsolid Merah Kuning, Podsolid Kekuning–kuningan, Latosol Coklat Kemerahan, Latosol Merah, Hidromorf, Regosol Coklat Kekuningan, Latosol Merah Kekuningan, Alluvial Coklat Kelabu, dan Latosol Merah.

B. Kondisi Sosial Ekonomi

1. Keadaan Penduduk

Penduduk Kabupaten Lampung Timur merupakan masyarakat yang heterogen yang terdiri dari banyak suku bangsa diantaranya adalah Lampung, Jawa, Sunda, Batak, Banten, dan lain–lain. Keadaan tersebut menyebabkan keadaan sosial budaya setiap daerah menjadi sangat majemuk.

Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 2008 jumlah penduduk

(30)

Marga Tiga dengan kepadatan penduduk 178 jiwa/km2. Penduduk menurut lapangan usaha banyak yang menggantungkan pekerjaan dibidang

pertanian sebesar 55,85%, dibidang pertambangan sebesar 0,87%, bidang industri sebesar 8,07%, bidang transportasi dan komunikasi sebesar 3,67%, bidang perdagangan sebesar 18,95%, dan jasa sebesar 7,97%.

2. Secara umum kinerja pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lampung Timur selama tahun 2007 berdasarkan data dari penanganan desa tertinggal oleh Dinas Koperindag Kabupaten Lampung Timur jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 mencapai 76.849 jiwa, jumlah tersebut menurun pada tahun 2008 menjadi 6.818 jiwa. Adapun penurunan tingkat

kemiskinan ini dapat dilihat dari jumlah desa tertinggal pada tahun 2007 yang berjumlah 24 desa perkecamatan dan pada tahun 2008 jumlah desa yang tertinggal sekitar 14 desa yang perlu ditanggulangi tingkat kemiskinan oleh pemerintah Kabupaten lampung Timur.

3. Sosial Buadaya dan Lingkunganya

Sosial budaya masyarakat Lampung Timur menunjukan kekhasan dalam lima prinsip antara lain sebagai berikut.

a. Pesenggiri, diartikan sebagai segala sesuatu yang menyangkut harga diri, perilaku, sikap yang menjaga, menegakan nama baik, dan martabat secara pribadi maupun kelompok.

(31)

c. Nemui Nyimah,bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua orang dan terhadap siapa saja yang berhubungan dengan mereka.

d. Bejuluk Biadek,tata ketentuan pokok yang selalu diikuti (titi gemetti) Termasuk menghendaki agar seseorang selain diberi nama juga diberi gelar.

C. Kondisi Umum Kecamatan Batanghari

Kondisi umum Kecamatan Batanghari meliputi sebagai berikut (Badan Pusat Statistik, 2008).

1. Letak dan Luas

Kecamatan Batanghari terletak di sebelah selatan Sukadana pusat kota dari Kabupaten Lampung Timur, secara geografis terletak pada posisi 4˚38’ LS dan 104˚55’ BT, yang memiliki luas wilayah 75,56 km2.

Secara administratif batas Kecamatan Batanghari adalah : a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pekalongan,

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Metro Kibang dan Kabupaten Lampung Selatan,

c. Sebelah barat berbatasan dengan Metro Kibang dan Metro, d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sekampung dan

Kecamatan Bumi Agung. 2. Keadaan Topografi

(32)

3. Kondisi Iklim

Wilayah Kecamatan Batanghari termasuk dalam kategori iklim B menurut Schmidt–Fergusson yang ditandai dengan bulan basah selama 6 bulan pada bulan Desember--Juni, dengan suhu rata–rata sebesar 24--34˚ C.

D. Kondisi Umum Desa Buana Sakti

Kondisi umum Desa Buana Sakti meliputi sebagai berikut (Monografi Desa, 1996).

1. Letak dan Luas

Desa Buana Sakti berdiri pada tahun 1972 berdasarkan peraturan daerah Nomor 01 tahun 2001 dan Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor 13 Tahun 2001 tentang pembentukan 11 kecamatan di wilayah Kabupaten Lampung Timur yang terdiri dari 24 kecamatan definitif dan 246 desa. Desa Buana Sakti memiliki luas wilayah kurang lebih 959,18 km.

Secara administratif batas Desa Buana Sakti adalah : a. Sebelah utara berbatasan dengan Way sekampung,

b. Sebelah selatan berbatasab dengan Desa Purwodadi Mekar atau Way Kandis,

c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Margototo (Kecamatan Metro Kibang),

(33)

2. Kondisi Topografi

Dari segi topografi, Desa Buana Sakti termasuk ke dalam tipe daerah aliran Sungai, yaitu Way Seputih, Way Sekampung, dan Way Jepara, dengan ketinggian 100--126 meter dpl.

3. Kondisi Iklim

Desa Buana Sakti termasuk daerah beriklim tropis basah. Suhu udara maksimum rata–rata 36˚C, jumlah bulan basah yaitu sebanyak 4 bulan dalam setahun dengan curah hujan yang tinggi kurang lebih 40 mm/bulan. 4. Potensi Sumber Daya Alam

Desa Buana Sakti memiliki cukup banyak sumber potensi alam yang bisa di manfaatkan oleh penduduk sekitar, yaitu sawah sebanyak 100 ha, tanah kering/perladangan sebanyak 410,18 ha, tanah rawa sebanyak 20 ha, tanah perkebunan sebanyak 137,5 ha, dan fasilitas umum sebanyak 10,5 ha. Desa Buana Sakti memperoleh hasil tambahan dari budidaya lebah madu

sebanyak 50 liter/tahun yang cukup membantu masyarakat desa menambah sumber pendapatan mereka. Untuk sarana dan prasarana desa sudah cukup berkembang karena hampir semua jalan desa sudah diaspal dan sudah ada jembatan yang menghubungkan antarsungai yang akan dilewati serta transportasi umum dapat melewati desa dengan mudah.

E. Kelompok Tani Lebah Madu “KaryaTani Sejahtera”

Kelompok Tani “Karya Tani Sejahtera” merupakan kelompok tani yang

(34)

2006 yang berusaha mengembangkan lebah madu sehingga merupakan sentra lebah madu di kabupaten Lampung Timur. Kelompok tani ini merupakan hasil binaan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Lampung Timur. Kelompok tani ini dibentuk dengan tujuan untuk mengatasi masalah yang sering dilakukan manusia seperti banyak masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan bukan kayu untuk pemenuhan kebutuhan sehari–hari, karena pengambilan yang tidak bijaksana dapat memberikan dampak negatif bagi ekosistem lain. Maka untuk mengatasi masalah tersebut dilaksanakan hutan kerakyatan dimana hutan dikelola oleh masyarakat. Masyarakat dapat umengambil hasilnya tapi tidak merusak ekosistem. Pembinaan dari instasi terkait khususnya dinas kehutanan setempat yaitu melakukan pengembangan ternak lebah madu yang juga

berguna untuk meningkatkan perekonomian keluarga petani di sekitar hutan Desa Buana Sakti (Badan Penyuluhan Pelaksanaan Pertanian Perikanan dan Kehutanan, 2010).

F. Keadaan Umum Masyarakat Sekitar Hutan Desa Buana Sakti

Keadaan umum masyarakat sekitar hutan Desa Buana Sakti diperlukan untuk mengetahui pengaruh kondisi masyarakat terhadap kinerja mereka dalam hasil penelitian, adapun secara terperinci keadaan umum masyarakat tersebut sebagai berikut.

1. Umur

(35)

b. Umur 15--64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif, c. Umur 64 tahun ke atas dinamakan usia tua /usia tidak produktif/usia

jompo.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, umur yang didapat dari setiap objek penelitian baik petani lebah madu dan bukan petani lebah madu masuk ke dalam kelas umur berkisar 15--64 tahun. Hal ini

merupakan hal yang wajar dikarenakan pada usia ini termasuk ke dalam usia yang produktif manusia untuk bekerja, sedangkan lebih dari 65 tahun ke atas manusia tidak produktif lagi untuk bekerja dikarenakan beberapa faktor seperti kondisi tubuh yang tidak kuat lagi.

2. Tingkat Pendidikan

Data tingkat pendidikan digunakan untuk mengetahui tolok ukur mata pencaharian masyarakat Desa Buana Sakti. Data tingkat pendidikan secara terinci dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengelompokan tingkat pendidikan di Desa Buana Sakti.

No Profesi Tingkat

Pendidikan Jumlah Responden

Presentase

Sumber : Anggraini (2009)

(36)

penelitian masih tergolong rendah atau rata–rata hanya menyelesaikan program pendidikan wajib belajar 9 tahun atau menyelesaikan sampai tingkat SMP yaitu sebesar 34% dari keseluruhan objek yang diteliti. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih tergolong rendah, faktor ekonomi yang kurang mencukupi dan fasilitas sekolah yang ada di Desa Buana Sakti masih sedikit yaitu hanya terdapat 3 Sekolah dasar. Untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (SMP dan SMA) terdekat mereka harus pergi ke luar daerah yang jaraknya sekitar 7 km.

3. Jumlah Tanggungan

Data jumlah anggota keluarga yang terdiri dari istri, anak dan anggota keluarga lainya diperlukan untuk menghitung banyaknya biaya

pengeluaran pertahunnya yang harus dikeluarkan setiap anggota keluarga agar sesuai dengan biaya penerimaan dari hasil pendapatan. Adapun data tentang jumlah tanggungan keluarga untuk objek penelitian yang telah diteliti, dijelaskan secara terperinci sebagai berikut.

Tabel 3. Pengelompokan jumlah tanggungan di Desa Buana Sakti.

No Jumlah tanggungan

Jumlah Responden Petani Madu

Jumlah Responden

Bukan Petani Madu Presentase

1 1 Orang 0 0 0

(37)
(38)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Jenis tumbuhan yang ditemukan di daerah sekitar pembudidayaan lebah madu di Desa Buana Sakti sebanyak 43 jenis tumbuhan, 37 jenis

diantaranya adalah tanaman sumber pakan lebah yang terdiri dari tanaman pertanian, tanaman perkebunan, tanaman hias, tanaman kehutanan dan rerumputan.

2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui jagung (Zea mays) merupakan tanaman sumber pakan lebah madu yang memiliki kerapatan terbesar yakni 225 individu/ha, sedangkan nilai frekuensi terbesar dimiliki oleh jenis tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) sebesar 0,562. Tingkat penguasaan spesies tertinggi untuk jenis tumbuhan sumber pakan lebah madu (Apis cerana) dimiliki oleh akasia (Acacia auriculiformis) dengan INP sebesar 57,3 %.

(39)

sebanyak 22 jenis, liana sebanyak 2 jenis, perdu sebanyak 6 jenis, herba sebanyak 13 jenis, dan epifit tidak ada.

4. Pakan lebah madu di Daerah sekitar pembudidayaan lebah madu di Desa Buana Sakti relatif tersedia sepanjang tahun, walaupun secara kuantitas bervariasi dari bulan ke bulan.

B.Saran

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Amir M, Pudjiastuti LE, Sudarman HK. 1986. Pengaruh Bentuk dan Warna Bunga terhadap Daya Tarik Lebah Madu. di dalam: Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Prosiding

Lokakarya; Sukabumi. Perum Perhutani. Jakarta. P. 65-70.

Anggraini, M. 2009. Manfaat Sosial Ekonomi Lebah Madu bagi Masyarakat Sekitar Hutan (Study Kasus di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Lampung Timur). Skripsi. Fakultas Pertanian. Unila. Bandar Lampung. 62 p.

Apiari Pramuka. 2007. Lebah Madu Cara Beternak dan Pemanfaatannya. Penebar Swadaya. Jakarta. 125 p.

Badan Perencanaan Daerah. 2010. Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Kabupaten Lampung Timur. 21 p.

Badan Pusat Statistik. 2008. Lampung Timur dalam Angka. Kabupaten Lampung Timur. 251 p.

Badan Penyuluhan Pelaksanaan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K). 2010. Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu. Kabupaten Lampung Timur. Tidak dipublikasikan.

Hadiwiyoto, S. 1980. Pedoman Pemeliharaan Tawon Madu. Pradnya Paramita. Jakarta. 125 p.

Halim, N.A, Suharno. 2001. Teknik Mencangkok Royal Jelly. Kanisius. Yogyakarta. 90 p.

Hariyono, B. 2005. Potensi Bunga Wijen (Sesamum indicum L.) sebagai Sumber Pakan Lebah Madu.

httpbalittas.litbang.deptan.go.idindimageswijen07potensi%20bunga%20wi jen.pdf. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011. 5 p.

Husaeni, E.A. 1986. Potensi Produksi Nektar dari Tegakan Kaliandra Bunga Merah (Calliandra calothyrsus Meissn). di dalam Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Prosiding

(41)

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 1,2,3,4. Diterjemahkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. 2521 p.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Cetakan pertama. Bumi Aksara. Jakarta. 210 p. Indriyanto. 2007. Penuntun praktikum Ekologi Hutan. Universitas lampung.

Bandar Lampung. 74 p.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit IPB. Bogor. 55 p. Monografi Desa. 1996. Monografi Desa 1996. Desa Buana Sakti. 32 p.

Percival, M.S. 1969. Types of Nectars in Angiospermae. New Phytol. P. 235-281. Rusfidra, A. 2006. Tanaman Pakan Lebah Madu. http://www.bunghatta.

info/content.php.article.141.2. Diakses pada tanggal 23 Mei 2011. 4 p. Sarwono, B. 2001. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. Agro

Media Pustaka. Jakarta. 95 p.

Setyolaksono, P. 2011. Serangga dengan berbagai manfaatnya. http://www.index

php. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011. 3 p.

Shahabuddin. 2003. Pemanfaatan Serangga sebagai Bioindikator Kesehatan Hutan.

Hhtp://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Riwu9 QoKCsYAAFnAVWQ1/pemanfaatan%20serangga%20bioindikator%20k esehatan%20hutan.pdf?key=atoxsmd:jurnal:23&nmid=44125854. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011. 6 p.

Singh, S. 1960. Beekeeping in India. India Council of Agricultur Research. New Delhi. 214 p.

Steenis, C.G.G.J.Van.1992. Flora (Untuk Sekolah di Indonesia). Pradnya Paramitha. Jakarta. 485 p.

Sulaksono S, Yati S, Baum S, Nismah, Hidayat S. 1986. Biologis Apis cerana dengan Tekanan pada Kegiatan Mencari Makan. di dalam

Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. ProsidingLokakarya; Sukabumi.

Perum Perhutani. Jakarta. P. 49-64.

Sulistyorini, CA. Inventarisasi Tanaman Pakan Lebah Madu (Apis cerana) di Perkebunan Teh Gunung Mas.

(42)

Sumoprastowo dan Suprapto. 1993. Beternak Lebah Madu Modern. Bhrata Karya Aksara. Jakarta. 217 p.

Ubaidillah, R. dan M. Amir. 1986. Pengaruh Penggunaan Peptisida terhadap Lebah Madu. ProsidingLokakarya; Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Perum Perhutani. Jakarta. P. 77– 80.

Yati, W. 2003. Inventarisasi Jenis Tumbuhan Sumber Pakan Lebah Madu dan Kesesuaian Kondisi Lingkungan di Kawasan Hutan Register 19 Gunung Betung dan di Kampung Citiis Kelurahan Batu Putu Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung.Skripsi. Fakultas Pertanian. Unila. Bandar Lampung. 43 p.

(43)

INVENTARISASI TUMBUHAN SUMBER PAKAN LEBAH

MADU DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN

BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh Teguh Priyono

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(44)

Judul Skripsi : Inventarisasi Tumbuhan Sumber Pakan Lebah Madu di Desa Buana Sakti Kecamatan

Batanghari Kabupaten Lampung Timur Nama Mahasiswa : Teguh Priyono

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614081059

Jurusan : Kehutanan

Fakultas : Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Ir. Indriyanto, M.P. Drs. Afif Bintoro, M.P. NIP 196211271986031003 NIP 196006171987031007

Ketua Jurusan Kehutanan

(45)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Indriyanto, M.P. .

Sekretaris : Drs. Afif Bintoro, M.P.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(46)

RIWAYAT HIDUP

Saya dilahirkan di Telogorejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 8 Agustus 1987, sebagai anak ke dua dari empat bersaudara. Ayah kandung saya bernama Sukisno dan ibu kandung bernama Legiyem.

Saya menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Telogorejo Kecamatan Batanghari pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP N 1 Batanghari pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas di SMA N 4 Metro pada tahun 2006. Pada tahun 2006 saya diterima sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Unila melalui jalur SPMB. Saya melakukan Praktek Umum di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, BKPH Sindang Barang pada tahun 2009.

Selama menjadi mahasiswa pada Jurusan Kehutanan, saya menjadi anggota

(47)

SANWACANA

Assalamualaikum war. wab.

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya saya

dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Inventarisasi Tumbuhan Sumber Pakan

Lebah Madu di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Shalawat dan salam saya sampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW dengan harapan di hari akhir akan mendapatkan syafaatnya.

Ucapan terima kasih saya tujukan kepada berbagai pihak sebagai berikut. 1. Bapak Ir. Indriyanto, M.P. selaku dosen pembimbing ke-1 atas bimbingan,

arahan, dan motivasi yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P. selaku pembimbing ke-2 atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan hingga saya menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir Agus Setiawan, M.Si. selaku dosen penguji dan selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran dan kritik yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

(48)

6. Kedua orang tua saya, yaitu Bapak Sukisno dan Ibu Legiyem serta kakakku Apriani dan adik-adikku Trio dan Tika atas doa dan kasih sayangnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan.

8. Bapak Purwadi selaku kepala kelompok tani lebah madu “Karya Tani Sejahtera”, beserta anggotanya yang telah memberikan banyak bantuan kepada saya selama penelitian.

9. Sahabat saya Erwin, Sofyan, Agung, Riyanto, Edi, dan Anshori yang telah yang menemani dalam pengambilan data.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu saya selama menyelesaikan penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada saya. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum war. wab.

Bandar Lampung, September 2012

Gambar

Tabel 8--12 ..........................................................................................
Gambar 1.  Sketsa penempatan petak contoh di lokasi penelitian
Tabel 1.  Koordinat petak contoh
Tabel 2.  Pengelompokan tingkat pendidikan di Desa Buana Sakti.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Logam berat dianalisa dengan metode Nyala Udara Asitelen pada Serapan Atom Absorpsi sedang untuk analisa kandungan mikroba digunakan metode Angka Lempeng Total.Hasil

dalam serum kelinci dapat dilacak menggunakan teknik DBIA yang ditandai dengan noktah berwarna coklat seperti yang terpapar pada Gambar 1,. Warna tersebut merupakan hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar Periode Januari - Maret Tahun 2019 terhadap 925 responden di ruang bersalin yang telah

Hasil uji simultan menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel jumlah kepadatan penduduk, kemiskinan, petugas keamanan, penduduk pendatang dan tingkat pendidikan tinggi

Pada Gambar.5 merupakan grafik yang memprediksi PM10 sebagai variabel respon yang diprediksi menggunakan variabel bebas konstanta X dengan menggunakan data yang

Analisis efektivitas Program UPPKS dilakukan dengan membandingkan realisasi jumlah rata-rata efektivitas dari seluruh indikator variabel baik input, proses dan

[r]