• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PEASAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PEASAWARAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN

KABUPATEN PEASAWARAN

Oleh

Wahyu Hadi Sasongko 1, R. Hanung Ismono 2, Teguh Endaryanto 2

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui kelayakan usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. (2) Mengetahui tingkat sensitivitas dan perubahan biaya produksi terhadap NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka. (3) Mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Desa Sungai Langka.

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner dan wawancara langsung kepada petani. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dan beberapa instansi yang terkait. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2010. Analisis yang dilakukan meliputi kelayakan usahatani dari perhitungan NPV, IRR, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period, dan Sensitivitas, analisis titik impas untuk mengetahui posisi break event point usahatani Kakao, analisis efisiensi pemasaran, serta analisis elastisitas transmisi harga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Usahatani kakao layak untuk dikembangkan secara finansial, karena nilai NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 20 tahun. (2) Sensitif/kepekaan usahatani kakao terjadi pada penurunan produksi dan pada penurunan harga jual kakao. Dimana usahatani kakao tidak layak bila terjadi kondisi tersebut. (3) Sistem pemasaran kakao di Desa Sungai Langka belum efisien, karena : (a) Struktur pasar yang terbentuk adalah oligopsoni. (b) Perilaku pasar petani, yaitu sistem pembayaran dilakukan secara tunai dan melalui proses tawar-menawar. (c) Keragaan pasar, yaitu terdapat tiga saluran pemasaran kakao, marjin pemasaran dan Ratio Profit Margin (RPM) penyebarannya tidak merata, serta elastisitas transmisi harga (Et) bernilai > 1 yang menunjukkan bahwa pasar yang terjadi adalah tidak bersaing sempurna.

Kata kunci: kelayakan finansial, pemasaran, kakao

1. Sarjana Pertanian Universitas Lampung

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS FINANCIAL FEASIBILITY AND CACAO MARKETING IN SUNGAI LANGKA VILLAGE, GEDONG TATAAN SUBDISTRICT

PESAWARAN REGENCY By

Wahyu Hadi Sasongko 1, R. Hanung Ismono 2, Teguh Endaryanto 2 The objectives of this study were: ( 1) to know feasibility of cacao plantation in Sungai Langka Village, Gedong Tataan Sub district Pesawaran Regency. ( 2) to know the sensitivity level and changing of production cost cacao plantation on NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, and Payback Period in Sungai Langka Village. (3) to know the efficiency of cacao marketing in Sungai Langka Village.

The location was choose purposively. Data used in this study were primary data and secondary data. Primary data was obtained from direct interview to farmer. Secondary data was obtained from various literatures and some interrelated institution. The data was taking in May to April 2010. The analysis used in this study were farming system

feasibility such as NPV, IRR, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period, and Sensitivity, break event point, farming profit analysis, marketing efficiency analysis, and also price transmission elasticity analysis.

The results of this study were: ( 1) cacao farming system was feasible financially to developed, because value NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > rate of interest level, and the capital return less than 20 years. ( 2) Sensitivity became of the degradation produce and the degradation selling cacao price, so cacao farming system improper. ( 3) cacao marketing system in Sungai Langka Village was inefficient, because : ( a) the market Structure is oligopsonistic. ( b) the market behavior, that is payment method is cash and through bargaining process. ( c) There are three cacao marketing channels, margin and Ratio Profit Margin marketing (RPM) was not distributed evenly, and also the price transmission elasticity (Et = 1,05) indicating that the existing market was inperfect competition.

(3)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa, serta menyediakan kesempatan kerja dan bahan baku bagi industri. Untuk itu pembangunan di sektor pertanian menjadi syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi dan nasional.

Kebijakan dasar pembangunan pertanian di era reformasi dan lingkungan yang serba global sekarang, memiliki misi untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralisasi, berperan dalam: (1)

meningkatkan pendapatan dan taraf hidup, (2) mengembangkan aktivitas ekonomi pedesaan, (3) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada pangan, kelembagaan dan pakan lokal, serta, (4) meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha secara adil. Pencapaian misi ini memberikan sumbangan besar bagi

pembangunan nasional dan sektor pertanian diharapkan mampu sebagai sektor utama penggerak roda perekonomian. Fokus utama pembangunan pertanian adalah

(4)

Tujuan pembangunan pertanian adalah menghasilkan produk-produk unggulan berdaya saing tinggi, menyediakan bahan baku bagi keperluan industri secara saling menguntungkan, memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha yang berbasis agroekosistem menuju terwujudnya agroindustri dan agribisnis yang tangguh. Pembangunan perkebunan merupakan salah satu sektor pendukung pembangunan pertanian yang perlu ditingkatkan mengingat perkebunan berperan penting dalam memberikan sumbangan devisa negara melalui komoditas ekspornya seperti kopi, lada, kakao, dan lain-lain.

Perkebunan merupakan subsektor pertanian yang sangat penting, mengingat ada 10 juta rakyat Indonesia menggantungkan penghasilannya dari sub sektor ini.

Perkebunan menjadi perhatian pemerintah terutama dengan digalakkannya program ”Revitalisasi Perkebunan” sebagai upaya untuk menghidupkan kembali perkebunan

Indonesia, karena salah satu pilar perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak.

(5)

Kakao merupakan komoditas strategis yang belum berperan secara maksimal dalam subsektor perkebunannya di Propinsi Lampung. Dari 48.902 ha perkebunan kakao di Lampung, tercatat 4.266 ha adalah perkebunan kakao rakyat yang ditanam

[image:5.612.127.490.444.546.2]

monokultur dengan buahan tanaman yang beragam tanaman kelapa sebagai tanaman pelindung tetap dan tanaman pelindung lain seperti gamal dan lamtoro. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan kemungkinan terjadinya serangan hama dan patogen karena tanaman monokultur merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan populasi serangga hama. Tanaman kakao cukup banyak ditanam di Propinsi Lampung dan menurut Dinas Perkebunan (2009), persentase pertumbuhan luas areal tanam dan produksi kakao cenderung meningkat dari tahun ke tahun, di mana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Propinsi Lampung dari tahun 2006-2009

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) 2005

2006 2007 2008 2009

29.566 36.718 36.597 35.807 35.457

18.200 18.947 21.548 21.364 21.662 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, 2009

(6)
[image:6.612.109.489.112.310.2]

Tabel 2. Luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan kakao rakyat di setiap Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung Tahun 2009

Kabupaten/Kota Luas Panen(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Bandar Lampung 837 14.078 3.305 6.642 2.837 1.557 1.084 714 4.247 156 290 7.169 1.779 5.835 1.750 960 572 416 2.799 92 0,34 0,51 0,54 0,88 0,62 0,62 0,53 0,58 0,66 0,59

Jumlah 35.457 21.662 0,61

Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, 2009

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Pesawaran mempunyai potensi yang cukup besar dangan mengembangkan komoditas kakao. Hal ini terbukti dengan luas areal, produksi, dan produktivitas kakao pada Kabupaten Pesawaran mempunyai angka relatif tinggi.

Produktivitas kakao di Kecamatan Gedong Tataan paling tinggi dibanding 6

kecamatan lainnya di Kabupaten Pesawaran. Oleh karena itu peningkatan produksi kakao di Kecamatan Gedong Tataan harus terus dikembangkan.

Sekitar tahun 1999 – 2002 terjadi konversi lahan secara besar – besaran yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Gedong Tataan dari komoditi kopi menjadi kakao. Konversi lahan tersebut ditunjukan pada Tabel 3.

(7)

Tahun Luas Areal (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha) 1999

2000 2001 2002

364 496 2.342 2.342

158 517 2.191 2.143

0,43 1,04 0,94 0,92 Sumber : BPS Propinsi Lampung, 1999-2002, data diolah.

Pada Tabel. 3 menunjukkan konversi lahan yang terjadi pada tahun 2000 – 2001 di Kecamatan Gedong Tataan. Sebelum konversi pada tahun 2000 luas areal lahan perkebunan kakao seluas 496 ha, dan setelah konversi pada tahun 2001 luas areal perkebunan kakao menjadi 2.342 ha. Alih fungsi lahan pada Kecamatan Gedong Tataan secara otomatis meningkatkan jumlah produksi kakao di daerah tersebut. Sejak saat itu Kecamatan Gedong Tataan menjadi sentra produksi kakao.

Desa Sungai Langka merupakan salah satu desa dari 19 desa di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang menjadi sasaran pembangunan perkebunan dewasa ini dan memiliki potensi yang cukup baik dalam pengembangan usaha

perkebunan khususnya kakao. Hal ini terbukti dengan jumlah areal lahan kakao seluas 950 ha, produksi sebesar 925 ton, dan produktivitas sebesar 974 kg/ha pada Desa Sungai Langka (BPS, 2009). Desa tersebut mempunyai angka tertinggi dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Gedong Tataan. Desa Sungai Langka mempunyai potensi luas usahatani kakao yang besar dan didukung oleh keadaan tanah dan iklim yang tepat untuk usahatani kakao. Oleh karena itu, jika usahatani yang dilakukan oleh petani belum efisien maka hasil produksi akan rendah.

(8)

besar usaha tersebut memberikan keuntungan, serta dalam jangka panjang apakah usaha tersebut layak untuk diteruskan. Hal tersebut terkait dengan jumlah modal yang akan dikeluarkan oleh para petani serta peluang pasar komoditas, karena para pemilik modal akan memasuki lapangan usaha baru atau mengembangkan usahanya apabila lapangan usaha tersebut dapat memberikan keuntungan yang layak. Selama ini belum diketahui berapa besar usahatani kakao ini dapat memberikan manfaat, maka perlu diadakan penelitian tentang kelayakan usahatani kakao secara finansial di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Kegiatan produksi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemasaran.

Pemasaran/tataniaga sama pentingnya dengan kegiatan produksi, karena tanpa bantuan sistem tataniaga, petani akan merugi akibat barang-barang hasil produksinya tidak dapat dijual (Nurasa dan Supriatna, 2005). Setelah memetik hasil panen, para petani penghasil kakao di Desa Sungai Langka melakukan fungsi pemasaran, diantaranya penjualan, transportasi, dan penyimpanan.

Dalam jalur pemasaran produksi kakao yang berasal dari perkebunan rakyat, sering dijumpai beberapa pelaku pemasaran kakao dari petani produsen ke pabrik pengolah kakao dan eksportir luar negeri. Pelaku pemasaran yang dimaksud adalah pedagang pengumpul di desa, pedagang perantara/pengumpul di kecamatan, pedagang

(9)

Pentingnya kakao sebagai salah satu komoditi ekspor yang merupakan salah satu penghasil devisa dan Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran sebagai salah satu daerah sentra penghasil kakao, maka selain aspek finansial perlu juga dianalisis mengenai sistem pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Hal ini mencakup analisis mengenai saluran pemasaran, proses pemasaran, penentuan harga, dan biaya

pemasaran pelaku pasar, sehingga dapat diketahui efisieni pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Berdasarkan uraian tersebut, berkaitan dengan usaha perkebunan dan pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

(1) Apakah usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran merupakan suatu usaha yang layak secara finansial untuk dilaksanakan?

(2) Bagaimana tingkat sensitivitas dan pengaruh perubahan biaya produksi, harga jual kakao, dan jumlah produksi terhadap NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan

Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran?

(10)

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ingin dijawab melalui penelitian ini, yaitu :

(1) Mengetahui kelayakan usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran secara finansial.

(2) Mengetahui tingkat sensitivitas dan perubahan biaya produksi, harga jual kakao, dan jumlah produksi terhadap NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

(3) Mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :

1. Informasi dan bahan pertimbangan bagi pengusaha maupun petani dalam melakukan investasi.

2. Bahan masukan bagi instansi terkait dalam pengambilan kebijakan pengembangan usaha perkebunan kakao rakyat.

(11)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Usahatani kakao layak untuk dikembangkan secara finansial, karena nilai NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 20 tahun.

2. Sensitif/kepekaan usahatani kakao terjadi pada penurunan produksi dan pada penurunan harga jual kakao. Dimana usahatani kakao tidak layak bila terjadi kondisi tersebut.

3. Sistem pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran belum efisien, karena :

a. Struktur pasar (market structure) yang terbentuk adalah oligopsoni.

b. Perilaku pasar (market conduct) petani, yaitu sistem pembayaran dilalukan secara tunai dan melalui proses tawar-menawar.

(12)

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi petani, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani kakao layak dan menguntungkan, sehingga petani diharapkan dapat mempertahankan produksi agar tidak terjadi penurunan produksi. Petani harus meningkatkan kualitas biji kakao sehingga dapat menghindari terjadinya penurunan harga jual kakao sebesar 25% yang dapat membuat usahatani kakao tidak layak dan tidak menguntungkan. Untuk pemasaran, petani kakao disarankan memilih saluran pemasaran III, yaitu menjual kakao kepada pedagang pengumpul I (PP I) yang menjual kakao

langsung ke pedagang besar (PB) sehingga petani lebih diuntungkan karena harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan saluran pemasaran I dan II.

Gambar

Tabel 1.  Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Propinsi Lampung dari tahun 2006-2009
Tabel 2.  Luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan kakao rakyat di setiap Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Pada algoritma Knapsack akan terjadi penambahan ukuran file teks, hal ini dapat dilihat pada contoh kasus yang mana ukuran plainteks (pesan asli) adalah 9

Pemangkasan pucuk dan sisa buah setelah penjarangan tidak menunjukan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun, hal ini diduga karena pada perlakuan tanpa

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan material alternatif pada pembuatan proyektil peluru frangible yang ramah lingkungan dengan menggunakan metode kompaksi yang

[r]

produktivitas lini kerja yang Anda kelola setiap hari.. Anda mampu mengidentifikasi

Untuk mendapatkan karyawan yang berprestasi dalam bekerja, perusahaan harus lebih memperhatikan rekrutmen dan penempatan karyawan secara baik dan benar, sesuai dengan

Telepon ke sesama pengguna dalam satu operator lebih murah, karena Telkom Flexi memiliki keunggulan biaya yang lebih murah terhadap sesama produk Telkom Flexi dengan biaya per