PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PADA IBU MENETEKI
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
DALAM PEMBERIAN ASI
( DI PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN PONOROGO )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program
Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Diajukan oleh :
SUPRAPTI
NIM : S 540809127
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PADA IBU MENETEKI
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM
PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS PONOROGO UTARA
KABUPATEN PONOROGO
Disusun Oleh :
SUPRAPTI
NIM : S540809127
Telah disetujui Oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal 20 Desember 2010
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I
Prof. Dr. Sri Anitah, MPd
NIP :130345741
...
Pembimbing II
Pancrasia Murdani K. dr, MHPEd
NIP :1948051219799032001
...
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN PADA IBU MENETEKI
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM
PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS PONOROGO UTARA
KABUPATEN PONOROGO
Disusun oleh :
SUPRAPTI
NIM : S540809127
Telah disetujui Tim Penguji
Pada Tanggal : 13 Januari 2011
Dewan Penguji
Nama
Tanda Tangan
Ketua Tim Penguji: Prof.Dr.Didik Tamtomo, dr. MM.M.Kes.PAK ...
NIP : 19480313 197610 1001
Sekretaris : Dr.Nunuk Suryani, M.Pd.
...
NIP :
Pembimbing I : Prof. Dr. Sri Anitah, MPd
NIP :130345741
Pembimbing II Pancrasia Murdani K. dr, MHPEd
NIP :1948051219799032001
Mengetahui :
Direktur PPs UNS,
Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga,
Prof. Drs. Suranto,MSc.,PhD
Prof.Dr. Didik Tamtomo, dr.,MM.,M.Kes.,PAK
commit to user
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya
Nama
:
Suprapti
NIM
:
S540809127
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul PENGARUH PEMBERIAN
PENYULUHAN PADA IBU MENETEKI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
DALAM PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN
PONOROGO adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan situnjukkan dalam daftar pustaka tersebut.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis
tersebut.
Surakarta, Pebruari 2010
Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, taufik serta inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Proposal Tesis dengan judul “ Pengaruh Pemberian Penyuluhan Pada Ibu
Meneteki Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Dalam Pemberian ASI di Puskesmas
Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Proposal Tesis ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
derajat Magister di Program Studi Kedokteran Keluarga Minat utama Pendidikan Profesi
Kesehatan Unversitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Proposal Tesis ini
banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Prof. Dr. H. Muh. Syamsulhadi, dr, SpKJ(K), selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh
Pendidikan Pascasarjana (S-2).
2.
Prof. Drs. Suranto, MSc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi
commit to user
3.
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, MKes, PAK, selaku Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga yang telah memberikan kesempatan dan dorongan
kepada penulis untuk menyelesaikan Proposal Tesis.
4.
Pancrasia Murdani K, dr, MHPEd, selaku Koordinator Minat Utama Pendidikan
Profesi Kesehatan dan selaku Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan dan
dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal tesis serta yang telah
memberikan bimbingan secara optimal kepada penulis.
5.
Prof. Dr. Sri Anitah, MPd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
secara optimal kepada penulis.
6.
Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama
Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga.
7.
Semua pihak yang telah membantu terselesainya penulisan Proposal Tesis ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan
kesempatan, dukungan, bantuan, dan bimbingan dalam menyelesaikan Proposal Tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Proposal Tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan dalam
perbaikan penyusunan Proposal Tesis ini.
Surakarta, Pebruari 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DALAM ...
i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ...
x
DAFTAR LAMPIRAN ...
ABSTRAK ...
ABSTRACT ...
xi
xviii
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Rumusan Masalah ...
C. Tujuan Penelitian ...
D. Manfaat Penelitian ...
1
6
6
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...
1. Penyuluhan ...
8
commit to user
2. Pengetahuan ...
3. Sikap
(Attitude)
...
4. ASI (Air Susu Ibu ) ...
5. Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( MP-ASI ) ...
6. Gizi Seimbang ...
B. Penelitian Yang Relevan ...
C. Kerangka Berfikir ...
D. Hipotesis Penelitian ...
12
15
21
27
32
41
45
46
BAB III
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...
B. Metode Penelitian ...
C. Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan
Sampel ...
D. Kerangka Penelitian ...
E. Variabel Penelitain dan Definisi Operasional ...
F. Instrumen Penelitian ...
G. Teknik Pengumpulan Data ...
H. Teknik Analisa Data ...
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Analisis ...
1.
Data Umum ...
2.
Data Khusus ...
B.
Pembahasan ...
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan / Hasil ...
B.
Implikasi ...
C.
Saran ...
69
69
70
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Proses Perubahan Sikap ... 18
Gambar 2.
Kerangka Berfikir ... 45
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Komposisi gizi MP-ASI dalam 100 gr. ...
30
Tabel 2.
Definisi Operasional pengetahuan dan sikap Ibu meneteki dalam
pemberian ASI ...
51
Tabel 3.
Distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu meneteki. ...
54
Tabel 4.
Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu
Meneteki ...
55
Tabel 5.
Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu Meneteki ...
55
Tabel 6.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan
dalam pemberian ASI sebelum diberi penyuluhan. ...
56
Tabel 7.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan
dalam pemberian ASI sesudah diberi penyuluhan. ...
57
Tabel 8.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan
pengetahuan dalam pemberian ASI sebelum dan sesudah
diberi penyuluhan pada ibu meneteki...
57
Tabel 9.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap dalam
pemberian ASI sebelum diberi penyuluhan. ...
58
Tabel 10. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap dalam
commit to user
Tabel 11. Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan
sikap dalam pemberian ASI sebelum dan sesudah diberi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Surat Keterangan Ijin Penelitian Dari Puskesmas
Ponorogo Utara ...
73
Lampiran 2.
Surat Keterangan Ijin Penelitian dari Kesbanglinmas ...
74
Lampiran 3.
Permuhonan Menjadi Responden ...
75
Lampiran 4.
Lembar Persetujuan Menjadi Responden ...
76
Lampiran 5.
Kisi-kisi Pengetahuan Ibu Meneteki dalam Pemberian ASI
...
77
Lampiran 6.
Kisi-kisi Sikap dalam Pemberian ASI ...
78
Lampiran 7.
Data Demografi / Data Umum ...
79
Lampiran 8.
Kuesioner Pengetahuan Ibu ...
80
Lampiran 9.
Kuesioner Sikap Ibu ...
82
Lampiran 10.
Leaflet Air Susu Ibu ...
85
Lampiran 11.
Leaflet Ibu Yang Menyusui Banyinya adalah ibu yang
bijaksana ...
87
Lampiran 12.
Leaflet manfaat ASI dan ASI Ekslusif ...
89
Lampiran 13.
Leaflet perawatan payudara ...
91
Lampiran 14.
Data Pengetahuan Sebelum Penyuluhan ...
93
Lampiran 15.
Data Pengetahuan Sesudah Penyuluhan ...
94
commit to user
Lampiran 17.
Data Sikap Sesudah Penyuluhan ...
96
Lampiran 18.
Output
SPSS Frequencies ...
97
Lampiran 19.
Uji Validitas Pengetahuan Sebelum Penyuluhan ...
98
Lampiran 20.
Uji Validitas Pengetahuan Sesudah Penyuluhan ...
100
Lampiran 21.
Uji Validitas Sikap Sebelum Penyuluhan ...
101
Lampiran 22.
Uji Validitas Sikap Sesudah Penyuluhan ...
108
Lampiran 23.
Uji Reliabilitas Pengetahuan Sebelum Penyuluhan ...
114
Lampiran 24.
Uji Reliabilitas Pengetahuan Sesudah Penyuluhan ...
115
Lampiran 25.
Uji Reliabilitas Sikap Sebelum Penyuluhan ...
116
Lampiran 26.
Uji Reliabilitas Sikap Sesudah Penyuluhan ...
117
Lampiran 27.
Output SPSS Crosstabs Pengetahuan ...
118
Lampiran 28.
Output SPSS Crosstabs Sikap ...
119
Lampiran 29.
Uji Chi-Square Sikap ...
120
Lampiran 30.
Uji T-Test...
122
ABSTRAK
Suprapti, S540809127. 2010.
Pengaruh Pemberian Penyuluhan pada Ibu Meneteki
terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam Pemberian ASI
. Tesis. Surakarta: Program
Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Latar Belakang
: Pengetahuan dalam pemberian ASI adalah tindakan seseorang ibu
dalam memberikan ASI. Sedangkan sikap dalam pemberian ASI adalah reaksi atau
respon seseorang ibu dalam memberikan ASI. Pengetahuan dan kesadaran ibu dalam
pemberian ASI masih kurang sehingga cakupan ibu meneteki masih rendah.
Tujuan
: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis adakah pengaruh pemberian
penyuluhan pada ibu meneteki terhadap pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI
Metode
: Metode penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif. Populasi
penelitian ini adalah ibu meneteki yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ponorogo
Utara Kabupaten Ponorogo. Sampel penelitian adalah 30 orang dan diambil
menggunakan teknik
purposive sampling
. Data penelitian dikumpulkan menggunakan
kuesioner. Kemudian data ditabulasi dan diuji secara statistik menggunakan formula
Uji
T (T-Test)
dengan taraf signifikansi 0,05. Validitas dan reliabilitas data diuji
menggunakan formula Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS 15.0.
Hasil
: Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pengetahuan dalam pemberian ASI
sebelum penyuluhan adalah positif 30%, dan negatif 70%. Sesudah penyuluhan,
pengetahuan dalam pemberian ASI adalah positif 90% dan negatif 10%. Selanjutnya,
sikap dalam pemberian ASI sebelum penyuluhan adalah sebagai berikut: sangat setuju
13,3%; setuju 20%; ragu-ragu 20%; tidak setuju 43,3%; dan sangat tidak setuju 3,4%.
Sesudah penyuluhan. sikap dalam pemberian ASI adalah sebagai berikut: sangat setuju
23,3%; setuju 63,3%; ragu-ragu 13,4%; tidak setuju 0%; dan sangat tidak setuju 0%.
Hasil uji statistik untuk pengetahuan dengan nilai t = -5,899 (p 0,000 < 0,05), untuk sikap
dengan nilai t = -4,743 (p 0,000 < 0,05). Jadi baik untuk pengetahuan maupun sikap
artinya h
oditolak dan h
aditerima.
Simpulan
: Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
positif dan signifikan pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap pengetahuan
dan sikap dalam pemberian ASI. Untuk itu diharapkan agar ibu meneteki lebih
meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang pemberian ASI
commit to user
ABSTRACT
Suprapti, S540809127.
The Effect of the Extension Administration to Breastfeeding
Mothers on their Knowledge and Attitude on Breast milk Administration
Thesis:
The Graduate Program in Family Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta 2010.
Background
: The knowledge of breast milk administration is an action done by
breastfeeding mothers in breast milk administration. The attitude on breast milk
administration is a reaction or a response of breastfeeding mothers in breast milk
administration. The knowledge and the awareness of breastfeeding mothers in breast milk
administration are still so low that the coverage of the breastfeeding mothers is low too.
Objective
: The objective of the research is to analyze whether there is an effect of the
extension to breastfeeding mothers on their knowledge and attitude on breast milk
administration.
Method
: This research used an analytical comparative research method. The population
of the research was all of the breastfeeding mothers residing in the working area of
Ponorogo Utara Community Health Center of Ponorogo regency. The samples of the
research were 30 breastfeeding mothers and were taken by using a purposive sampling
technique. The data of the research were gathered through questionnaire. The data were
then tabulated and statistically tested by using formula T-test at the significance level
of 0.05. The validity and the reliability of the data were tested by using Alpha
Cronbach formula aided with the computer program of SPSS 15.0.
Result
: The results of the research are as follows: The knowledge of the breast milk
administration prior to the extension according to the stipulated criteria is as follows:
positive 30% and negative 70%. Following the extension the knowledge of the breast
milk administration becomes as follows: positive 90% and negative 10%. Furthermore,
the attitude of breast milk administration prior to the extension according to the stipulated
criteria is as follows: strongly agree 13.3%; agree 20%; hesitate 20%; disagree 43.3%;
and strongly disagree 3.4%. Following the extension, the attitude of the breast milk
administration becomes as follows: strongly agree 23.3%; agree 63.3%; hesitate 13.4%;
disagree 0%; and strongly disagree 0%. Statistic test result for knowledge with value t = -
5,899 ( p 0,000 < 0,05), for position with value t = - 4,743 ( p 0,000 < 0,05). To be well
for knowledge and also position mean ho refused and ha is received.
Conclusion
: Based on the results of the analysis, a conclusion is drawn that there is a
positive and significant effect of the extension to breastfeeding mothers on their
knowledge and attitude on breast milk administration. Thus, the breastfeeding mothers
are expected to improve their knowledge and attitude on the breast milk administration.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bayi dan anak membutuhkan perhatian khusus dari ibu, ayah serta orang
yang dipercaya untuk merawat, terutama pada masa pertumbuhan tiga tahun
pertama untuk mengembangkan potensi maksimal pada bayi masa kini (Roesli,
2004 : vii). Sesuatu yang terbaik tidak harus mahal bahkan bisa sebaliknya,
terbaik dan termurah. Air Susu Ibu ( ASI ) eksklusif terbaik untuk bayi karena
tidak hanya membuat anak lebih sehat tetapi juga lebih cerdas dan lebih
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. ASI juga murah karena memang
gratis dari ibu (Roesli, 2004 : viii). ASI eksklusif dianjurkan pada 0-6 bulan
pertama kehidupan bayi. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa
makanan dan minuman lain. (Depkes RI, 2002 : 5). Untuk mencapai tumbuh
kembang optimal, didalam
Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding
, WHO/UNICEP merekomendasikan empat hal penting yang harus
dilakukan yaitu: pertama memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30
menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja atau pemberian
ASI secara eksklusip sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga
memberikan makanan pendamping ASI ( MP ASI ) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak
berusia 24 bulan. ( Depkes RI, 2006 : 2 ). Pemberian ASI sangat dianjurkan,
commit to user
dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan makanan padat. ( Buku Kesehatan,
2010 : 16 ).
Pemberian makanan dan minuman selain ASI pada bayi umur 0-6 bulan
dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu mencerna makanan
selain ASI. Apabila pada periode ini bayi dipaksa menerima makanan selain
ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, alergi, dan
bahaya lain yang fatal (Depkes RI, 2003 : 32). Balita yang mengalami
kekurangan gizi atau yang tinggal dalam sanitasi yang tidak memadai akan
mempercepat kondisi lebih jelek seperti menurunnya daya imun sehingga
balita akan mudah terserang penyakit dan tumbuh kembang balita akan
terganggu (IPANI, 2006).
Di Indonesia maupun banyak negara yang sedang berkembang terjadi
lonjakan jumlah bayi dengan penderita gizi buruk dan gizi kurang. Salah satu
yang menjadi penyebab terjadinya adalah pemberian ASI yang kurang dari
kebutuhan bayi. Hasil penelitian di Bogor tahun 2001 menunjukkan bahwa
anak yang di beri ASI eksklusif sampai usia 6 bulan tidak ada yang menderita
gizi buruk ketika mereka berusia 5 bulan (Depkes RI, 2002 : 2).
Hampir 90% kematian anak balita terjadi di negara berkembang dari jumlah
itu 40% kematian disebabkan karena diare dan ISPA. Penyakit tersebut dapat
dicegah
dengan
pemberian
ASI
eksklusif
(
Http://www.bkkbn.go.id
),
sedangkan menurut survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) hanya 48%
Menurut Dinas Kesehatan kabupaten Ponorogo tahun 2009 dari 12.700
bayi, hanya terdapat 5.449 (42,91%) yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal ini
menunjukkan rendahnya kesadaran ibu dalam memberikan ASI eksklusif di
Kabupaten Ponorogo. Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif paling
sedikit yang pertama yaitu di wilayah Puskesmas Ponorogo Utara sebanyak 51
bayi atau 11,26%, yang kedua yaitu wilayah Puskesmas Badegan sebanyak 52
bayi yaitu 11.35 % dan yang ketiga di wilayah Puskesmas Ngrayun sebanyak
61 bayi atau 12.21%.
Berdasarkan data maka Puskesmas Ponorogo Utara merupakan wilayah
yang menduduki rangking terendah, sehingga penelitian ini akan dilakukan di
wilayah tersebut. Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif
pada bayi 0-6 bulan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
kurangnya pengetahuan tentang cara pemberian ASI eksklusif yang
sebenarnya sangat sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada
payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa
nyeri, dan masih banyak lagi masalah yang lain (Soetjiningsih,1997:84).
Ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan dalam pemberian ASI
eksklusif kepada bayi. Rendahnya pendidikan ibu juga menyebabkan berbagai
keterbatasan dalam menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga serta
anaknya (Notoatmojo, 2003). ASI dan menyusui umumnya dianggap suatu hal
biasa yang tidak perlu dipelajari lagi. Padahal ASI khususnya ASI eksklusif
adalah suatu ilmu yang relative baru sehingga masih perlu dipelajari. Di lain
commit to user
terdapat iklan yang menyesatkan. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi rasa
percaya diri ibu yang ingin memberikan ASI pada bayinya (Roesli, 2004 : ix).
Kurangnya pengertian dan keterampilan petugas kesehatan tentang
keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan mereka mudah
terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagi
pengganti air susu ibu (PASI), sehingga dewasa ini semakin banyak ibu
bersalin memberikan susu botol yang sebenarnya merugikan mereka (Depkes
RI, 2002 : 1).
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat dipengaruhi oleh makanan
yang diberikan, dimana makanan bayi usia 0-6 bulan adalah terdiri dari ASI.
ASI mengandung zat gizi yang berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi atau anak, ASI juga
mengandung protein yang tinggi (Depkes RI, 2002 ). ASI mempunyai
kelebihan yang meliputi 3 aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek
kejiwaan berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan
mental dan kecerdasan anak. Pemberian ASI eksklusif disertai makanan lain
dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim
untuk mencerna makanan selain ASI (Depkes RI, 2003: 33), namun pada
kenyataannya masih banyak ibu rumah tangga yang memberikan makanan
selain ASI pada usia kurang dari 6 bulan. Hal ini dapat menurunkan konsumsi
ASI dan dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau diare. Kegagalan
otak bayi sebanyak 15-20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan
bayi pada tahap selanjutnya (Depkes RI, 2003 : 34).
Dalam rangka menanggulangi dampak krisis ekonomi terhadap status
kesehatan dan gizi pada keluarga miskin, berbagai langkah dan upaya terus
menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu upayanya
adalah peningkatan pengetahuan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif
pada bayi 0-6 bulan melalui penyuluhan kesehatan, sehingga diharapkan
dengan adanya peningkatan pengetahuan ibu maka terjadi peningkatan tumbuh
kembang secara optimal. Untuk itu diperlukan peran serta kader dan tenaga
kesehatan lainnya untuk memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI
eksklusif yang baik dan benar pada masyarakat tersebut.
Berdasarkan masalah diatas peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian
penyuluhan pada ibu meneteki terhadap pengetahuan dan sikap dalam
pemberian ASI di Puskesmas Ponorogo Utara kabupaten Ponorogo.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Adakah pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap
pengetahuan dalam pemberian ASI?
2.
Adakah pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap sikap
commit to user
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki
terhadap pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki
terhadap pengetahuan dalam pemberian ASI.
b.
Mengidentifikasi pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu meneteki
terhadap sikap dalam pemberian ASI.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Untuk menilai seberapa jauh pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu
meneteki terhadap pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI di Puskesmas
Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
strategi peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya
peningkatan sikap ibu meneteki dalam pemberian ASI melalui suatu
pengarahan, penyuluhan atau seminar sebagai upaya peningkatan pemberian
b.
Bagi Responden
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu
tentang pemberian ASI yang baik dan benar.
c.
Bagi Peneliti
Dengan hasil penelitian ini peneliti dapat mengetahui adakah pengaruh
pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap pengetahuan dan sikap
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Kajian Teori
1.Penyuluhan
a.Pengertian
Penyuluhan adalah suatu kegiatan yang meliputi upaya – upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif) untuk
mengembalikan serta merubah kembali perilaku individu, keluarga
dan kelompok masyarakat. Pelayanan kesehatan ini diberikan dengan
lebih menekankan kepada upaya promotif dan preventif dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Penyuluhan kesehatan
adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar,
tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan (Effendy, 1998 : 17).
b.Tujuan Penyuluhan
Menurut WHO dalam Notoatmojo (1997) tujuan dari
penyuluhan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau
masyarakat di bidang kesehatan.
c.Manfaat Penyuluhan
1). Sebagai sumber informasi
2). Sebagai sumber pengetahuan.
d.Metode Penyuluhan
1).Metode Didaktif
Metode ini yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan
kesehatan sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan
kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapat dan pertanyaan.
Proses penyuluhan ini bersifat satu arah (
one way method
), yang
termasuk dalam metode ini adalah secara langsung (ceramah), secara
tidak langsung : poster, media cetak, media elektronik.
2).Metode Sokratik
Sasaran diberikan kesempatan mengemukakan pendapat, sehingga
mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar (metode dua arah).
Yang termasuk dalam metode ini adalah secara langsung (diskusi,
curah pendapat, simulasi), secara tidak langsung : via telepon, satelit
komunikasi.
( Notoatmodjo, 2005 )
e.Sumber Belajar dan Waktu Yang dibutuhkan
1).Sumber Belajar yang dibutuhkan
a).Materi penyuluhan
b).
Leaf leat
commit to user
Waktu yang dibutuhkan adalah
±
60 menit
a).Penyajian materi
±
30 menit
b).Sesion tanya jawab
±
30 menit
f.Faktor Yang Mempengaruhi keberhasilan Penyuluhan
Menurut Effendi, N (1998), faktor yang mempengaruhi penyuluhan
antara lain:
1).Faktor Penyuluh
a).Kurang kesiapan
b).Kurang penguasaan materi
c).Penampilan kurang menyakinkan
d).Bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran,
banyak menggunakan istilah asing.
e).Intonasi suara terlalu kecil.
f).Penyampaian materi penyuluhan monoton.
2).Sasaran
a).Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima
pesan yang disampaikan.
b).Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak
begitu memperhatikan pesan yang disampaikan.
c).Kepercayaan dan adat istiadat yang sudah tertanam
sehingga sulit dirubah.
1).Penyuluhan perorangan dengan tatap muka.
2).Penyuluhan kelompok
3).Penyuluhan disertai peragaan.
h.Komponen Penyuluhan
1).Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan
:
a).Penyuluhan kesehatan masyarakat.
b).Peningkatan Gizi.
c).Pemeliharaan kesehatan perseorangan.
2).Preventif
Upaya preventif ditujuan untuk mencegah terjadinya penyakit
dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, melalui kegiatan :
a).Imunisasi masal terhadap bayi dan anak balita serta ibu
hamil.
b).Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah.
c).Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu,
puskesmas ataupun di rumah.
d).Pemeriksaan
dan
pemeliharaan
kehamilan,
nifas
dan
commit to user
3).Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota
keluarga, kelompok yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan melalui kegiatan
4).Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang
dirawat di rumah maupun terhadap kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama.
2.Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi
melalui
pancaindra
manusia,
yakni
indera
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan merupakan fungsi dan sikap. Menurut fungsi ini manusia
mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan
untuk mengorganisaaikan pengalamanya. Unsur-unsur pengalaman yang
semula tidak konsisten dengan yang diketahui individu akan disusun,
ditata kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu
pengetahuan yang konsisten. Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu
diperoleh dari pendidikan yang direncanakandan tersusun secara baik,
maupun informasi yang tidak tersusun secara baik. Pendidikan yang
direncanakan diperoleh melalui pelatihan-pelatihan dan
pendidikan-pendidikan formal, sedangkan informasi yang tersusun secara baik melalui
membaca surat kabar, majalah, pembicaraan sehari-hari dengan teman dan
keluarga, mendengarkan radio, melihat televisi dan berdasarkan
pengalaman diri (Mantra, 1993). Kunci untuk menguji pengetahuan
melalui berbagai materi pertanyaan kepada responden sesuai dengan
pengetahuan yang akan diikuti dengan pernyataan-pernyataan tentang
bagaimana pengetahuan, penerapannya dan analisisnya (Simon-Morton
et
al
, 1995)
Tingkat Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yakni :
a.Tahu (
Know
)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (
recall
) terhadap sesuatu yang spesifik dari suatu
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang
dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya;
commit to user
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
benar
tentang
obyek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar;
c.Aplikasi (
application
)
Aplikasi yaitu sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi
real
(sebenarnya);
d.Analisis (
analysis
)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut masih ada kaitannya satu sama lain;
e.Sintesis (
syntesis
)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru atau suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi
yang ada;
f.Evaluasi (
evaluation
)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2005).
3.Sikap
(Attitude)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003 : 130).
Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu.
b.Komponen Pokok Sikap
1)
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2)
Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
objek.
3)
Kecenderungan untuk bertindak (
trend to behave).
c.Tingkatan Sikap
1).Menerima
(Receiving).
Menerima diartikan bahwa orang
(subyek) mau dan memperhatikan yang diberikan (obyek).
2).Merespons
(Responding)
. Memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan.
3).Menghargai
(Valuing)
. Mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4).Bertanggung jawab
(Responsible)
. Bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
commit to user
Untuk terwujudnya sikap agar menjadi sesuai perbuatan nyata
diperlukan faktor atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas.
Tingkat – tingkat praktik :
1)
Persepsi
(perception).
Mengenal dan memilih berbagai obyek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2)
Respon terpimpin
(Guided response).
Dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.
3)
Mekanisme
(Mecanism)
. Seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan.
4)
Adopsi
(Adaptation).
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan
yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2003 :
127-128).
e.Perubahan Sikap
1).Pengertian
Perubahan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Perubahan sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (
favorable)
maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (
unfavorable)
pada objek tersebut
(Azwar, 2005 : 5).
a)
Faktor Sumber : Keahlian, dapat dipercaya, disukai, status, ras,
agama
b)
Faktor Pesan : urutan argumentasi, satu sisi atau dua sisi, tipe
daya tarik, kesimpulan
c)
Faktor Subjek Penerima, kemudahan dibujuk, sikap semula,
harga diri, kepribadian.
3).Komponen Perubahan Sikap
d)
Adanya stimulus
e)
Adanya perhatian
f)
Adanya pemahaman
g)
Adanya penerimaan
h)
Respons
[image:33.595.153.435.244.496.2]4)
Proses Perubahan Sikap
Gambar 1.
: Proses Perubahan Sikap ( Azwar, 2005 ).
STIMULUS
Perhatian
Pemahaman
Penerimaan
commit to user
Bahwa perhatian dan pemahaman subjek terhadap komunikasi
atau pesan yang disampaikan akan menentukan apa yang akan
dipelajari oleh subjek mengenai isi pesan (stimulus), sedangkan
proses lain dianggap menentukan apakah isi yang dipelajari itu
akan diterima atau diadopsi oleh subjek atau tidak ( Azwar, 2005
).
f.Sikap dalam Pemberian ASI
Ibu adalah orang perempuan yang telah melahirkan seseorang atau
seorang perempuan yang sudah memiliki anak, ibu adalah sebutan
untuk wanita yang sudah bersuami (Daryanto, 1997 : 272). Meneteki
adalah menyusui bayi. Jadi pengertian ibu meneteki adalah seorang
perempuan yang telah melahirkan seseorang dan menyusuinya sejak
bayi itu lahir dari usia 0 bulan.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak ada
satu pun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI
mempunyai kelebihan yang meliputi 3 aspek yaitu aspek gizi, aspek
kekebalan dan aspek kejiwaan berupa jalinan kasih sayang yang
penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak (Depkes RI,
2003 : 33).
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,
walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Hubertin,
bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim
(Roesli, 2004 : 3). Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan
untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin
sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan ia harus mulai
diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli,
2004 : 3). Agar pemberian ASI ekslusif dapat berhasil selain tidak
memberikan susu formula perlu pula diperhatikan cara menyusui yang
baik dan benar yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin,
termasuk menyusui pada malam hari (Depkes RI, 2003:34).
g.Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
1).Pengaruh Kebiasaan Yang Kurang Baik
Pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan atau
minuman untuk menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada
hari – hari pertama setelah kelahiran. Jenis makanan tersebut
antara lain air tajin, air kelapa, madu yang dapat membahayakan
kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk
merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui isapan bayi pada
payudara ibu (Depkes RI, 2002 : 1).
commit to user
Tingkat
pengetahuan
ibu
sangat
mempengaruhi
dalam
pemberian ASI eksklusif. Ibu menyusui yang kurang mengerti
tentang fungsi dari kolostrum sehingga masih banyak dijumpai ibu
yang tidak memanfaatkan kolostrum (ASI yang keluar pada hari
pertama), karena dianggap tidak baik untuk makanan bayi, susu
basi.. Selanjutnya pemberian makanan pendamping ASI diberikan
tidak tepat waktu (terlalu dini atau terlalu lambat) serta tidak
mencukupi baik kuantitas maupun kualitasnya (Depkes RI, 2002 :
1-2).
3).Sikap Petugas Kesehatan
Sikap petugas kesehatan dari berbagai tingkat pelayanan petugas
kesehatan yang kurang mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
dan konsep baru tentang pemberian ASI serta hal yang
berhubungan dengan ibu hamil, menyusui dan bayi baru lahir.
Hasil penelitian di Bogor tahun 2001 menunjukkan bahwa 76%
dari ibu menyusui memakai susu formula karena dianjurkan oleh
petugas kesehatan, 21% ibu melihat iklan susu formula di Rumah
sakit, 19,5% di praktek klinik swasta dan 19,5% di Puskesmas
(Depkes RI, 2002:2).
4.ASI (Air Susu Ibu)
a.Kandungan ASI
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari – hari pertama
setelah kelahiran bayi, berwarna kekuningan dan lebih kental
karena mengandung banyak vitamin A yang tinggi karbohidrat
dan rendah lemak. Kolostrum juga mengandung protein dan zat
kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit
infeksi. Kolostrum juga mengandung vitamin A, E, K serta
beberapa mineral seperti natrium dan Zn. Kolostrum membantu
pengeluaran mekonium yaitu kotoran bayi yang berwarna hitam
kehijauan (Depkes RI, 2002 : 4-6).
ASI yang dikeluarkan pada 7 hari pertama setelah bayi lahir
disebut kolostrum. Kolostrum sangat baik diberikan pada bayi
baru lahir karena mengandung banyak anti bodi dan sel dara
putih, serta vitamin A yang diperlukan bayi karena dapat
memberikan perlindungan terhadap infeksidanalergi
(
pentingnya-peran-asi-bagi-bayi.html )
2).Taurin, DHA dan AA
Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam
ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin berfungsi sebagai
commit to user
Decosahexanoic (DHA)
dan
Arachidonic (AA)
adalah asam lemak tak
jenuh rantai panjang
(Polyunsaturated fatty-acids)
diperlukan untuk
pembentukkan sel – sel otak yang optimal. DHA dan AA yang terdapat
dalam ASI jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan
dan kecerdasan anak dikemudian hari. Disamping dapat diperoleh
secara langsung, DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk atau
disintesa dari substansi pembentuknya (
precursomnya)
yaitu masing –
masing dari Omega 3 (
Asam linolenat)
dan omega 6
(Asam linoleat)
3).Immunoglobulin
Terutama immunoglobin (Ig.A), kadarnya lebih tinggi dalam
kolostrum dibandingkan ASI.
a).Laktoferin
Sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan
dalam ASI yang meningkat zat besi (ferum) di saluran
pencernaan.
b).Sel Darah Putih
Selama 2 minggu pertama ASI mengandung lebih dari 4000
sel per mil.
c).Faktor Bifidus
Sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
keasaman flora usus bayi dan berrguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan. Kotoran bayi menjadi
bersifat asam yang berbeda dari kotoran bayi yang terdapat
dalam susu botol.
b.Manfaat ASI
1).Bagi Bayi, ASI :
a).Sebagai nutrisi
b).Meningkatkan kecerdasan.
c).Meningkatkan daya tahan tubuh.
d).Mudah dicerna.
e).Mengandung zat gizi berkualitas tinggi, berguna untuk
kecerdasan dan pertumbuhan.
f).Mengandung zat kekebalan, melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi.
g).Selalu aman dan bersih.
h).Tidak pernah basi.
i).Mempunyai suhu yang tepat, dapat langsung diminumkan.
j).Menghindarkan bayi dari alergi dan diare.
k).Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang.
2).Bagi Ibu
Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin
sehingga membantu involusi uterus dan membantu mengendalikan
commit to user
C.Alasan mengapa ibu tidak menyusui secara eksklusif
.
1).ASI Tidak Cukup
Alasan ini tampaknya merupakan alasan utama para ibu
untuk tidak memberikan ASI secara ekslusif. Walaupun banyak
ibu yang merasa ASInya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2
5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya
selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup
untuk bayinya.
2).Ibu Bekerja Dengan Cuti Hamil Tiga Bulan
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif,
karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah yang diperah
sehari sebelumnya.
3).Takut Ditinggal Suami
Dari sebuah survey yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 1995 terhadap ibu se
jabotabek,
diperoleh
data
bahwa
alasan
pertama
berhenti
memberikan ASI pada anaknya adalah takut ditinggal suami. Ini
semua karena mitos yang salah, yaitu menyusui akan mengubah
bentuk payudara menjadi jelek. Sebenarnya mengubah bentuk
payudara adalah kehamilan bukan menyusui.
Dengan diberi susu formula memang bayi dapat tumbuh besar,
bahkan mungkin berhasil “Jadi Orang”, namun kalau bayi ini diberi
ASI eksklusif akan lebih berhasil.
Bukan tanpa alasan kalau para ahli menamakan ASI sebagai
“darah putih”. Air susu ibu bukan sekedar makanan, ASI merupakan
cairan hidup yang lebih menyerupai darah. Cairan yang mengandung
sel darah putih, zat kekebalan, hormone, faktor pertumbuhan,
vitamin, air, protein, bahkan zat yang dapat membunuh bakteri dan
virus.
5).Bayi Akan Tumbuh Menjadi Anak Yang Tidak Mandiri Dan
Manja.
Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena
terlalu sering didekap dan dibelai, ternyata salah. Anak akan tumbuh
menjadi kurang mandiri, manja dan agresif karena kurang perhatian
bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang tua.
6).Susu Formula Lebih Praktis
Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula
diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus
steril dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru
dibuat. Sementara itu ASI yang siap pakai dengan suhu yang tepat
setiap saat serta tidak memerlukan api atau listrik dan perlengkapan
yang harus steril jauh lebih praktis daripada susu formula.
commit to user
Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat
badan adalah tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah
mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Didapatkan
bukti bahwa menyusui akan membantu ibu – ibu menurunkan berat
badan lebih cepat daripada ibu yang tidak menyusui secara eksklusif.
Timbunan lemak yang terjadi sewaktu hamil akan dipergunakan
untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan
lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini.
d.Dampak Yang Dialami Bayi Bila Tidak Di Beri ASI.
1).Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih besar
mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena
ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI (WHO dalam
Depkes RI 2002 : 2).
2).Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan berkurangnya
jumlah sel – sel otak bayi sebanyak 15-20%, dari yang seharusnya
sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap
selanjutnya (Depkes RI 2003 : 34).
3).Pemberian makanan dan minuman selain ASI pada bayi umur 0-6
bulan dapat membahayakan, karena bayi belum mampu mencerna
makanan selain ASI. Apabila pada periode ini bayi dipaksa menerima
makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi
5.Makanan Pendamping Air Sisu Ibu ( MP-ASI)
a.Definisi
Makanan bayi usia 6-11 bulan adalah terdiri dari Air Susu ibu
(ASI) dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan dan
minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi usia 6-11
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI,
2006)
MP-ASI adalah makanan bergizi yang diberikan disamping Air
Susu Ibu (ASI) kepada bayi 6-11 bulan untuk untuk memenuhi
kebutuhan gizinya (Depkes RI, 2003).
b.Jenis MP-ASI
1)
MP-ASI Lokal
Menurut Depkes RI (2006) MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang
diolah dirumah tangga atau diposyandu, terbuat dari bahan makanan
yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau
oleh masyarakat dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsums
sasaran.
Kandungan gizi adalah jumlah zat gizi terutama energi dan
protein yang harus ada di dalam MP-ASI lokal setiap hari yaitu
sebesar 250 kalori, 6-8 gram protein untuk bayi usia 6-12 bulan.
Beberapa persyaratan pembuatan MP-ASI adalah bahan makanan
commit to user
sasaran dengan baik, kandungan zat gizi memenuhi kecukupan gizi
sasaran, mutu protein dapat memacu pertumbuhan fisik (
protein
Eficiency
Ratio/PER lebih besar atau sama dengan 70% mutu
casein,
setara dengan >1,75).
Jenis MP-ASI disesuaikan dengan umur sasaran adalah bebas
dari kuman penyakit, pengawet, pewarna dan racun, memenuhi nilai
sosial, ekonomi, budaya dan agama.
Selain itu beberapa zat gizi yang terkait erat dengan tumbuh
kembang anak yang perlu diperhatikan adalah kepadatan energi
(Densitas)
, protein dan lemak.
2)
MP-ASI Instans
Menurut Depkes RI (2003) MP-ASI instans adalah makanan
bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi usia 6-11 bulan
untuk memenuhi kecukupan gizinya. MP-ASI dapat segera
dikonsumsi dengan cara menambahkan air matang.
Spesifikasi teknis MP-ASI untuk bayi 6-11 bulan :
a)
Bahan
MP-ASI terbuat dari campuran beras, kedelai, gula, minyak
nabati, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah
dengan penyedap rasa dan aroma
(flafour).
Bahan yang digunakan harus berkualitas baik, bebas dari
bahan-bahan asing dan bahan yang menggangu kesehatan,
b)
Komposisi gizi dalam 100 gram.
Tabel 1 : Komposisi gizi MP-ASI dalam 100 gram
NO
ZAT GIZI
KADAR
SATUAN
1
Energi
360-460
kkal
2
Protein
(kualitas
protein tidak kurang
dari 70% kasein
15-20
gram
3
Lemak
(kadar
asam
lenoleat
min.300mg/100kkal
10-15
gram
4
Karbohidrat
-Gula (sukrosa)
-Serat
10-15
Maks.5
gram
gram
5
Vitamin A
250-350
re
6
Vitamin D
7-10
ug
7
Vitamin E
3-4
mg
8
Vitamin K
7-10
mg
9
Thiamin
0.3-0.4
mg
10 Riboflavin
0.3-0.5
mg
11 Niasin
2.5-3.8
mg
12 Vitamin B12
0.06-0.1
ug
13 Asam folat
22-32
ug
14 Vitamin B6
0.4-0.6
mg
15 Asam pentotenat
1.5-2.1
mg
16 Vitamin C
25-35
mg
17 Besi
10-12
mg
18 Kalsium
300-400
mg
19 Natrium
240-400
mg
20 Seng
5-6
mg
21 Iodium
50-70
ug
22 Fosfor
200-250
mg
23 Selenium
13-15
ug
24 Air
Maks.4
gram
c)
Karakteristik Produk
Bentuk MP-ASI berbentuk serbuk dengan distribusi partikel
95% lolos uji penyaringan 600 micrometer, dan 100% lolos uji
commit to user
Konsistensi MP-ASI bila dicampur dengan air akan
menghasilkan bubur halus tanpa gumpalan dengan kekentalan
yang memungkinkan pemberian dengan sendok.
Rasa MP-ASI mempunyai rasa yang sesuai misalnya: rasa
pisang, madu dan vanilla.
Kadaluwarsa MP-ASI aman dikonsumsi dalam waktu 12
bulan setelah tanggal produksi.
d)
Pengolahan
Pengolahan MP-ASI harus sesuai dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor :
02665/B/SK/VII/91 tentang cara Produksi Makanan Bayi dan
Anak.
Proses pengolahan menggunakan teknologi tinggi guna
memperoleh MP-ASI berkualitas.
e)
Keamanan
Bebas dari mikro organisme patogen, bebas dari cemaran
logam, bebas dari bahaya toksin.
f)
Kemasan dan Label
Jenis kemasan MP-ASI :
metalized plastic,
berat bersih tiap
kemasan 200 gram atau 100 gram, setiap 24 kemasan atau 28
kemasan 100 gram dikemas lagi dalam satu kotak karton,
pelabelan harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.69
g)
Pengujian
Pengujian yang dimaksud disini adalah untuk keperluan
penawaran harga. Pengujian dilakukan terhadap komposisi gizi
minimal energi, lemak, mutu protein, air, vitamin A, zat besi,
iodium, seng, asam folat, dan terhadap keamanan produk antara
lain
Total plate Count
(TPC) dan
Caliform.
Pengujian dilakukan
juga terhadap
indeks urease
(tidak lebih dari 0.2 pH unit) dan
trypsin inhibitor activity
(tidak lebih 8.0 ppm).
6.Gizi Seimbang
a.Konsep Dasar Gizi Seimbang
Gizi berasal dari bahasa arab “Al Gizzali” yang artinya makanan
dan manfaatnya untuk kesehatan. Al Gizzali juga dapat di artikan sari
makanan yang manfaatnya untuk kesehatan. Ilmu gizi adalah ilmu
yang mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya
agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal.
Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan
kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis
kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil,
menyusui.
Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang
memerlukan 5 kelompok gizi dalam jumlah cukup, tidak berlebihan
commit to user
1)
Karbohidrat
2)
Protein
3)
Lemak
4)
Vitamin
5)
Mineral
Di samping itu manusia, manusia memerlukan air dan serat untuk
memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila kelompok
zat gizi tersebut diuraikan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45
jenis zat gizi.
Peranan berbagai kelompok bahan makanan secara jelas tergambar
dalam logo seimbang yang berbentuk kerucut (Tumpeng). Dalam logo
tersebut bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat
gizi yang dalam ilmu gizi dipopulerkan dengan istilah “Tri Guna
Makanan”.
1)
Sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta
tepung-tepungan yang digambarkan di dasar kerucut.
2)
Sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buahan digambarkan
pada bagian tengah kerucut.
3)
Sumber zat pembangun yaitu kacang-kacangan, makanan hewani,
dan hasil olahan, digambarkan pada bagian atas kerucut.
b.Ada 13 Pesan Gizi Seimbang
Untuk menanggulangi masalah gizi ganda, yakni “gizi kurang”
dengan susunan zat gizi yang seimbang. Untuk maksud tersebut, ada
13 Pesan Dasar Gizi Seimbang:
1)
Makanlah Aneka Ragam Makanan
Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi,
yang mampu membuat seseorang tumbuh untuk hidup sehat,
tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu
mengonsumsi aneka ragam makanan; kecuali bayi umur 0-6 bulan
yang cukup hanya mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja.
2)
Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup
mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan
sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolahraga, berekreasi,
kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat
dipenuhi dengan mengonsumsi sumber karbohidrat, protein dan
lemak. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh
berat badan yang normal.
3)
Makanlah
Makanan
Sumber
Karbohidrat
Setengah
dari
Kebutuhan Energi
Terdapat dua kelompok karbohidrat, yaitu
Karbohidrat
kompleks
dan
karbohidrat
sederhana.
Makanan
sumber
karbohidrat kompleks adalah padi-padian(beras, jagung, gandum);
Umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang); dan makanan lainya
commit to user
karbohidrat sederhana, tidak mengandung zat gizi lain. Konsumsi
gula yang berlebih dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi
lain.
4)
Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak Sampai Seperempat dari
Kecukupan Energi
Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna
untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan
vitamin-vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya
makanan.
Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3
golongan, yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh
ganda yang mudah dicerna, lemak yang mengandung lemak tak
jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung
asam lemak jenuh yang sulit dicerna.
Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan
tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali
minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya
berasal dari hewani.
Konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10% dari
kebutuhan energi seyogyanya menggunakan lemak dan minyak
nabati, karena minyak nabati mudah dicerna oleh tubuh.
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan
KIO3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm.
Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994, semua garam yang beredar
di Indionesia harus menggandung yodium. Kebijaksanaan ini
berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia. GAKI merupakan
masalah gizio yang serius, karena dapat menyebabkan penyakit
gondok dan kretin. Kekurangan yodium dalam makanan
sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.
Indonesia saat ini diperkirakan kehilangan 140 juta I.Q point
akibat GAKY.
6)
Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses
pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh
dari makanan. Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari
secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau
yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah.
Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh
wanita hamil, wanita menyusui, dan wanita usia subur pada
umumnya, karena fungsi kodrati.
Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan
kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan
commit to user
zat besi di dalam tubuh, terutama sumber zat besi nabati hanya
diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan zat besi makanan asal
hewani dapat mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa zat besi Fe
pangan asal hewani (haeme) lebih mudah diserap daripada zat besi
pangan asal nabati (non haeme).
7)
Berikan ASI Saja Pada Bayi Sampai Umur 6 Bulan dan
Tambahkan MP-ASI Sesudahnya
Air Susu Ibu (ASI) adalah Makanan terbaik untuk bayi. Tidak
ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena
ASI mempunyai kelebihan yang meliputi 3 aspek, yaitu : aspek
gizi, aspek kekebalan, dan aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih
sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan
anak.
8)
Biasakan Makan Pagi
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang.
Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik,
mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan
produktivitas kerja. Bagi anak sekolahan, makan pagi dapat
meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap
pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.
Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan
bebas kuman. Untuk mendapatkanya, air minum harus di didihkan
terlebih dahulu.
Fungsi air dalam tubuh adalah :
a)
Melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh
b)
Mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh
c)
Mengatur suhu tubuh
d)
Melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil
Untuk memenuhi fungsi tersebut diatas, cairan yang
dikonsumsi orang dewasa,