LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Perbedaan Self-Esteem Proses Penuaan Pada Lansia Pria Dan Wanita
Terhadap Citra Tubuh Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak
Balita Binjai
Oleh :
Sela Haryanti
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Kesarjanaan S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan
self-esteem proses penuaan pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuhnya.
Saya mengharapkan tanggapan/jawaban yang saudara berikan sesuai dengan pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasian pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan murni digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.
Partisipasi dalam penelitian ini bersifat bebas sukarela. Saudara berhak untuk ikut atau tidak ikut dalam penelitian ini tanpa berpengaruh kepeda pelayanan yang akan diberikan nantinya. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan saudara menandatangani kolom dibawah ini:
INSTRUMEN PENELITIAN
Perbedaan Self-Esteem Proses Penuaan Pada Lansia Pria Dan Wanita
Terhadap Citra Tubuh Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak
Balita Binjai
Petunjuk Umum Pengisian :
Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) pada setiap tempat yang disediakan.
A. Data Demografi
1. Nama / inisial :
2. Umur : ...tahun
3. Suku : Jawa Batak
Melayu Lain-lain, sebutkan ...
4. Jenis Kelamin : Pria Wanita
5. Agama : Islam Non-Islam
6. Pendidikan : Tidak/putus Sekolah SD
SMP SMA
7. Status Perkawainan : Menikah Tidak Menikah
Perbedaan Self-esteem proses penuaan pada lansia pria dan wanita terhadap
citra tubuh di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang ada disebelah kanan pada masing -masing butir pernyataan sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu.
Kode : Selalu (SL) Sering (SR)
Kadang-kadang (KK) Tidak Pernah (TP)
A. SELF-ESTEEM
NO PERNYATAAN JAWABAN
SL SR KK TP
1. Saya tidak dihargai oleh orang-orang dipanti
2. Saya merasa orang lain menghormati saya
3. Saya merasa diri saya tidak berguna lagi bagi orang lain
4. Saya dapat bergaul dengan orang-orang yang ada di panti ini
5. Saya mengambil sikap postif pada diri sendiri
6. Saya merasa bahwa tidak ada yang bisa dibanggakan pada diri saya
7. Saya merasa tidak menarik
8. Saya senang dengan penampilan saya yang sekarang
kegiatan kelompok di panti
10. Saya puas dengan tingkat keberhasilan yang saya alami sejauh ini dalam hidup saya
11. Saya sering merasa rendah diri karena dianggap tidak berguna
12. Saya merasa kecewa dengan diri sendiri sehingga saya tidak percaya diri
13. Saya merasa yakin dan percaya diri dengan kemampuan saya yang sekarang 14. Meskipun saya tidak sempurna tapi saya
menghargai dan mencintai diri saya sendiri
B. CITRA TUBUH
NO PERNYATAAN JAWABAN
SL SR KK TP
1. Saya dapat menerima perubahan kulit saya yang semakin keriput 2. Saya merasa fungsi penglihatan
saya semakin kabur
3. Saya tidak menerima rambut saya yang sudah memutih
4. Saya merasa terganggu pada saat melakukan aktivitas terhadap anggota gerak
semakin berkurang saat berjalan 7. Walaupun usia saya bertambah
namun saya merasa masih muda 8. Saya mampu melakukan aktivitas
sehari-hari
9. Saya senang ketika melihat wajah saya di cermin
RELIABILITY
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.851 24
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PERNYATAAN NO.1 3.33 .884 30
PERNYATAAN NO.2 3.30 .651 30
PERNYATAAN NO.3 3.33 .661 30
PERNYATAAN NO.5 3.07 .868 30
PERNYATAAN NO.6 2.90 1.094 30
PERNYATAAN NO.7 3.47 .629 30
PERNYATAAN NO.8 3.07 .785 30
PERNYATAAN NO.9 3.63 .669 30
PERNYATAAN NO.10 2.83 .913 30
PERNYATAAN NO.11 3.47 .629 30
PERNYATAAN NO.12 3.40 .621 30
PERNYATAAN NO.13 3.43 .728 30
PERNYATAAN NO.14 3.73 .521 30
PERNYATAAN NO.15 3.90 .305 30
PERNYATAAN NO.16 2.37 .964 30
PERNYATAAN NO.17 3.33 .922 30
PERNYATAAN NO.18 3.03 .928 30
PERNYATAAN NO.19 2.80 1.095 30
PERNYATAAN NO.20 2.63 .999 30
PERNYATAAN NO.21 2.17 .913 30
PERNYATAAN NO.22 3.17 .699 30
PERNYATAAN NO.23 3.33 .711 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Item-PERNYATAAN NO.17 73.87 72.395 .384 .847
PERNYATAAN NO.18 74.17 67.799 .694 .834
PERNYATAAN NO.19 74.40 71.972 .328 .851
PERNYATAAN NO.20 74.57 67.909 .629 .836
PERNYATAAN NO.21 75.03 80.171 -.106 .866
PERNYATAAN NO.22 74.03 70.378 .716 .836
PERNYATAAN NO.23 73.87 72.189 .544 .842
PERNYATAAN NO.24 73.57 75.289 .440 .846
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
DATA DEMOGRAFI
Frequencies
Statistics
JENIS KELAMIN RESPONDEN
N Valid 114
Missing 0
Mean 1.50
Median 1.50
USIA RESPONDEN
N Valid 114
Missing 0
Mean 65.53
Median 66.00
Mode 61a
Std. Deviation 3.602
Minimum 60
Statistics
JENIS KELAMIN RESPONDEN
USIA RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 60 5 4.4 4.4 4.4
61 17 14.9 14.9 19.3
62 10 8.8 8.8 28.1
63 8 7.0 7.0 35.1
64 8 7.0 7.0 42.1
65 4 3.5 3.5 45.6
66 17 14.9 14.9 60.5
67 9 7.9 7.9 68.4
68 7 6.1 6.1 74.6
69 17 14.9 14.9 89.5
71 5 4.4 4.4 93.9
72 3 2.6 2.6 96.5
73 4 3.5 3.5 100.0
AGAMA RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid ISLAM 100 87.7 87.7 87.7
Non-Islam 14 12.3 12.3 100.0
Total 114 100.0 100.0
PENDIDIKAN RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 32 28.1 28.1 28.1
SMP 38 33.3 33.3 61.4
SMA 38 33.3 33.3 94.7
TIDAK SEKOLAH /
PUTUS SEKOLAH 6 5.3 5.3 100.0
Total 114 100.0 100.0
STATUS PERKAWINAN RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid DUDA / JANDA 90 78.9 78.9 78.9
TIDAK
MENIKAH 4 3.5 3.5 100.0
Total 114 100.0 100.0
SUKU RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BATAK 43 37.7 37.7 37.7
MELAYU 16 14.0 14.0 51.8
JAWA 36 31.6 31.6 83.3
DAN
LAIN-LAIN 19 16.7 16.7 100.0
Total 114 100.0 100.0
KATEGORI SELF-ESTEEM RENDAH DAN TINGGI
Statistics
SELF-ESTEEM PADA LANSIA PRIA
SELF-ESTEEM PADA LANSIA WANITA
N Valid 57 57
Missing 57 57
Mean 73.47 65.60
Median 75.00 59.00
Std. Deviation 6.928 13.845
Minimum 57 47
Maximum 83 89
Frequency Table
SELF-ESTEEM PADA LANSIA PRIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 57 1 .9 1.8 1.8
58 2 1.8 3.5 5.3
60 1 .9 1.8 7.0
61 2 1.8 3.5 10.5
62 1 .9 1.8 12.3
63 2 1.8 3.5 15.8
64 1 .9 1.8 17.5
67 1 .9 1.8 19.3
68 1 .9 1.8 21.1
69 1 .9 1.8 22.8
70 1 .9 1.8 24.6
71 2 1.8 3.5 28.1
73 5 4.4 8.8 36.8
74 3 2.6 5.3 42.1
76 4 3.5 7.0 57.9
77 6 5.3 10.5 68.4
78 6 5.3 10.5 78.9
79 2 1.8 3.5 82.5
80 3 2.6 5.3 87.7
81 4 3.5 7.0 94.7
82 2 1.8 3.5 98.2
83 1 .9 1.8 100.0
Total 57 50.0 100.0
Missing System 57 50.0
Total 114 100.0
SELF-ESTEEM PADA LANSIA WANITA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 47 1 .9 1.8 1.8
49 1 .9 1.8 3.5
50 3 2.6 5.3 8.8
51 1 .9 1.8 10.5
52 4 3.5 7.0 17.5
53 4 3.5 7.0 24.6
55 3 2.6 5.3 33.3
56 2 1.8 3.5 36.8
57 2 1.8 3.5 40.4
58 2 1.8 3.5 43.9
59 5 4.4 8.8 52.6
60 1 .9 1.8 54.4
61 1 .9 1.8 56.1
63 2 1.8 3.5 59.6
68 1 .9 1.8 61.4
69 2 1.8 3.5 64.9
71 1 .9 1.8 66.7
77 1 .9 1.8 68.4
79 2 1.8 3.5 71.9
80 3 2.6 5.3 77.2
82 1 .9 1.8 78.9
83 4 3.5 7.0 86.0
86 3 2.6 5.3 91.2
87 2 1.8 3.5 94.7
89 3 2.6 5.3 100.0
Total 57 50.0 100.0
Missing System 57 50.0
Descriptives
Statistic Std. Error SELF-ESTEEM PADA
LANSIA PRIA
Mean 73.47 .918
95% Confidence Interval for Mean
Interquartile Range 8
Skewness -.978 .316
Kurtosis -.019 .623
SELF-ESTEEM PADA LANSIA WANITA
Mean 65.60 1.834
Median 59.00
Variance 191.674
Std. Deviation 13.845
Minimum 47
Maximum 89
Range 42
Interquartile Range 26
Skewness .479 .316
Kurtosis -1.401 .623
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. SELF-ESTEEM PADA
LANSIA PRIA .192 57 .000 .887 57 .000
SELF-ESTEEM PADA
Perbedaan Self-Esteem Pada Lansia Pria Dan Wanita Terhadap Citra Tubuhnya
Test Statisticsa
SELF-ESTEEM RESPONDEN
Mann-Whitney U 1106.500
Wilcoxon W 2759.500
Z -2.938
Frequencies
Frequency Table
PERNYATAAN NO.1
Frequency Percent Valid Percent
PERNYATAAN NO.2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KK 32 28.1 28.1 28.1
SR 52 45.6 45.6 73.7
SL 30 26.3 26.3 100.0
Total 114 100.0 100.0
PERNYATAAN NO.3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SR 37 32.5 32.5 32.5
KK 53 46.5 46.5 78.9
TP 24 21.1 21.1 100.0
PERNYATAAN NO.4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KK 20 17.5 17.5 17.5
SR 40 35.1 35.1 52.6
SL 54 47.4 47.4 100.0
Total 114 100.0 100.0
PERNYATAAN NO.5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KK 29 25.4 25.4 25.4
SR 52 45.6 45.6 71.1
SL 33 28.9 28.9 100.0
PERNYATAAN NO.6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SR 23 20.2 20.2 20.2
KK 64 56.1 56.1 76.3
TP 27 23.7 23.7 100.0
Total 114 100.0 100.0
PERNYATAAN NO.7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SL 1 .9 .9 .9
SR 37 32.5 32.5 33.3
KK 45 39.5 39.5 72.8
TP 31 27.2 27.2 100.0
PERNYATAAN NO.8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KK 42 36.8 36.8 36.8
SR 54 47.4 47.4 84.2
SL 18 15.8 15.8 100.0
Total 114 100.0 100.0
PERNYATAAN NO.9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KK 16 14.0 14.0 14.0
SR 49 43.0 43.0 57.0
SL 49 43.0 43.0 100.0
PERNYATAAN NO.10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KK 39 34.2 34.2 34.2
SR 53 46.5 46.5 80.7
SL 22 19.3 19.3 100.0
Total 114 100.0 100.0
PERNYATAAN NO.11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SR 28 24.6 24.6 24.6
KK 56 49.1 49.1 73.7
TP 30 26.3 26.3 100.0
PERNYATAAN NO.12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SR 34 29.8 29.8 29.8
KK 61 53.5 53.5 83.3
TP 19 16.7 16.7 100.0
Total 114 100.0 100.0
PERNYATAAN NO.13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KK 34 29.8 29.8 29.8
SR 52 45.6 45.6 75.4
SL 28 24.6 24.6 100.0
PERNYATAAN NO.14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KK 31 27.2 27.2 27.2
SR 50 43.9 43.9 71.1
SL 33 28.9 28.9 100.0
Frequencies
Frequency Percent Valid Percent
PERNYATAAN NO.2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SR 49 43.0 43.0 43.0
KK 48 42.1 42.1 85.1
TP 17 14.9 14.9 100.0
Total 114 100.0 100.0
PERNYATAAN NO.3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SR 30 26.3 26.3 26.3
KK 49 43.0 43.0 69.3
TP 35 30.7 30.7 100.0
PERNYATAAN NO.4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SL 28 24.6 24.6 24.6
SR 34 29.8 29.8 54.4
KK 36 31.6 31.6 86.0
TP 16 14.0 14.0 100.0
Total 114 100.0 100.0
PERNYATAAN NO.5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid TP 1 .9 .9 .9
KK 37 32.5 32.5 33.3
SR 48 42.1 42.1 75.4
SL 28 24.6 24.6 100.0
PERNYATAAN NO.6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SL 16 14.0 14.0 14.0
SR 55 48.2 48.2 62.3
KK 37 32.5 32.5 94.7
TP 6 5.3 5.3 100.0
Total 114 100.0 100.0
PERNYATAAN NO.7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SL 3 2.6 2.6 2.6
SR 57 50.0 50.0 52.6
KK 45 39.5 39.5 92.1
TP 9 7.9 7.9 100.0
PERNYATAAN NO.8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid TP 2 1.8 1.8 1.8
KK 38 33.3 33.3 35.1
SR 62 54.4 54.4 89.5
SL 12 10.5 10.5 100.0
Total 114 100.0 100.0
PERNYATAAN NO.9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KK 32 28.1 28.1 28.1
SR 59 51.8 51.8 79.8
SL 23 20.2 20.2 100.0
PERNYATAAN NO.10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KK 26 22.8 22.8 22.8
SR 57 50.0 50.0 72.8
SL 31 27.2 27.2 100.0
TAKSASI DANA
1. Persiapan Proposal
a. Biaya kertas dan tinta printer : Rp. 100.000,- b. Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka : Rp. 100.000,-
c. Perbanyak proposal : Rp. 100.000,-
d. Biaya internet : Rp. 200.000,-
e. Sidang proposal : Rp. 100.000,-
2. Pengumpulan Data
a. Izin penelitian UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia : Rp. 100.000,-
b. Transportasi : Rp. 100.000,-
c. Penggandaan Kuisioner : Rp. 150.000,-
d. Cendera Mata : Rp. 350.000,-
3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Penelitian
a. Biaya kertas dan tinta printer : Rp. 150.000,-
b. Penjilidan : Rp. 100.000,-
c. Penggandaan laporan penelitian : Rp. 150.000,-
4. Biaya Tak Terduga : Rp. 100.000,-
Jadwal Penelitian
Kegiatan Sept’ 12 Okt’ 12 Nov’12 Des’ 12 Jan’ 13 Feb ‘13 Mar ‘13 Apr ‘13 Mei’ 13 Jun’13 Jul’13
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengajukan Judul
Menetapkan Judul
Menyiapkan Sidang Proposal
Sidang Proposal
Revisi Proposal
Uji Validitas dan Realibilitas
Pengumpulan Data Penelitian
Analisa Data
Penyusunan laporan Skripsi
Ujian Skripsi
Revisi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sela haryanti
NIM
: 091101010
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/22 Oktober 1991
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Komp. Vetpurn ABRI blok A No. 14 Medan
Riwayat Pendidikan
:
1.
1996-1997
: TK Islam Kasuma Medan
2.
1997-2003
: SD Swasta Taman Harapan Medan
3.
2003-2006
: SMP N 37 Medan
4.
2006-2009
: SMA N 8 Medan
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2003). Sikap Manusia dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar. BPS. (2010). Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia 2010 Hasil Sensus
Penduduk 2010. Indonesia: Badan Pusat Statistik. Di unduh pada tanggal
12 November 2012 dari
BPS. (2010). Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi SumateraUtara 2010 Hasil
Sensus Penduduk 2010. Sumatera Utara: Badan Pusat Statistik. Di unduh
pada tanggal 12 November 2012 dari
Darmojo & Boedhi, R. (2006). Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut (cet. Ke-1). Jakarta: FK-UI.
Daryanto, M.T. (2008). Hubungan karakteristik Demografi dengan Harga Diri
Lanjut Usia di Rw 02kel. Wijaya pura-jambi. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari jambi Vol.8. Diunduh pada 23 November 2012 dari http://
isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/83084652.pdf.
Dempsey, P.A., & Dempsey, A.D. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar dan
Latihan. Jakarta: EGC.
Effendi, F & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Guindon, M.H. (2010). Self-esteem Across The lifespan. NewYork: Routledge Taylor & Francis Group.
Gunarsa, S.D. (2004). Dari Anak Sampai usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi
Anak. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Halimah, L., & Elcamila, F.N. (2010). Self-esteem dan Relasi Interpersonal
Penyandang Tuna Rungu di Lembaga Deaf’N Dumb. Bandung:
Universitas Islam Bandung. Diunduh pada 10 November 2012 dari
Hidayat, A. A. A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis
data. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
Judith, M.W. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan denagna Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Lee and Shchan. (2008). Famly relation and the self esteem of older persons. Di unduh pada tanggal 6 juli 2013 dari
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Hartini, T., Suryati, E.S., & Noorkasiani. (2010).
Buku Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: Trans Info Media.
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosdiawati., Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older adult: Theory & practice. Philadephia: J.B. Lippincott. Co.
Mubarak, W.I., Chayatin, N., & Santoso, B.A. (2009). Ilmu Keperawatan
Komunitas: Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik (cet. Ke-1). Jakarta: EGC.
Nursalam. (2009). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan: pedoman skripsi, tesis dan instmen penelitian keperawtan.
Jakarta: Salemba Medika.
Polit, D.F, Beck C.T., & Hungler B.P. (2001). Essensialsof nursing research:
methodes, appraisal, and utilization. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
williams & Wilkins.
Potter, P.A., & Perry, A.N. (2005). Buku Ajar Fundamental keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik (ed. Ke-4). Jakarta: EGC.
Rahmania, P.N., & Yuniar, I.C. (2012). Hubungan Antara Self-Esteem dengan
kecenderungan Body Dysmorphic Disorder pada Remaja Putri. Jurnal
Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Diunduh pada 14 November 2012 dari http://
journal.unair.ac.id/filerPDF/110810014_9v.pdf.
Respati, W.S., Yulianto, A., & Noryta, W. (2006). Perbedaan konsep diri antara
permasssive dan authoritative. Jurnal Psikologi Universitas Indonesia Esa Unggul.
Salbiah. (2003). Konsep Diri. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sitorus, R.R. (2011). Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Amputasi di Poliklinik
Bedah Orthopedi di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD DR. Pirngadi di Medan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Stanley & Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (Ed. Ke-2). Jakarta:
EGC.
Stuart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Ed. Ke-5). Jakarta: EGC. Stuart, G.W. (2009). Principles and of Psychiatric Nursing. 7th edition. St. Louis
Missouri: Mosby Inc., an affiliate of Elsevier Inc. Sudjana. (2001). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyanto. (2009). Pengaruh Self-esteem terhadap Penyesuaian Diri Pensiun
Pada lansia. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara; 2009.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan (cet. Ke-1). Jakarta: EGC.
Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan (Ed. Ke-4). Jakarta: Salemba Medika.
Wald., & Alvaro. (2004). Depression after Amputation: Prevalence and Risk
Factors A Literature Review. University of Washington Prosthetics &
Orthotics Senior. Diunduh pada 22 Desember 2012 dari http:// depressionafteramputationprevalenceandriskfactorsliteraturereviewgretche n&source.pdf.
Yenny., & Herwana, E. (2006). Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup
pada lanjut usia di Jakarta Selatan. Jakarta: Universitas Trisakti. Diunduh
pada 8 November 2012 dari
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Dari masalah penelitian dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dan dirumuskan perlu dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan digunakan (Notoadmojo, 2002). Dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai inputnya adalah lansia pria dan wanita di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai, prosesnya adalah mengidentifikasi perbedaan self-esteem proses penuaan pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuh, sedangkan keluarannya adalah karakteristik self-esteem pada lansia pria dan wanita tinggi dan rendah.
Skema 3.1 Kerangka penelitian tentang perbedaan self-esteem proses penuaan pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuh di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai
Keterangan : Variabel yang diteliti Lansia Pria
Lansia Pria
Self-Esteem Citra Tubuh
Self-Esteem Rendah
2. Definisi Konseptual
2.1 Lanjut usia
Indivdu yang berusia 60 tahun atau lebih ada umumnya mengalami tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Nugroho, 2008).
2.2 Self-Esteem
Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai periku dirinya dengan ideal diri (Stuart, 2007).
2.3 Citra Tubuh
3. Definisi Operasional
Tabel 3.3 Definisi operasional
No Variabel Definisi
Operasional Cara Ukur
4. Hipotesa Penelitian
Sebelum penelitian, peneliti ingin membuktikan Hipotesa nol (H0)
ditplak, setelah dilakukan penelitian terdapat bahwa adanya perbedaan antara
self-esteem lansia pria dan wanita terhadap citra tubuhnya di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usian dan Anak Balita Binjai, dengan nilai p=0,003 (<0,05). ini menunjukkan bahwa Hipotesa nol (H0) ditolak dan Hipotesa Alternatif (Ha) gagal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif komparatif yaitu penelitian yang menggunakan metode studi perbandingan yang digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang perbedaan self-esteem proses penuaan pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuh di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai.
2. Populasi dan Sampel
2.1 Populasi
Menurut Notoatmodjo (2010) populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang berumur 60 tahun atau lebih dan penghuni UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai. Jumlah populasi lanjut usia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai pada saat ini adalah 160 orang yang terdiri dari lanjut usia pria 73 orang dan lanjut usia wanita 87 orang.
2.2 Sampel
random sampling yang dilakukan dengan mengambil responden secara acak.
Besar sampel yang diambil dihitung berdasarkan rumus :
� = �
1 +� (�2)
Keterangan : N : jumlah populasi n : jumlah sampel d : tingkat kesalahan
Dengan tingkat kesalahan yang dipilih adalah d : 0,05 (dikutip dari Zainuddin M, 2000). Dari populasi 160 orang sehingga di dapatkan dengan mempergunakan rumus tersebut besar sampel penelitian adalah 114 orang dengan lansia pria 57 orang dan lansia wanita 57 orang.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena merupakan salah satu panti werdha milik pemerintah dibawah koordinasi Dinas Sosial dengan kapasitas tinggal lansia yang relatif banyak sehingga memudahkan dalam mendapatkan sampel.
4. Pertimbangan Etik
mulai dari izin dari pihak UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai. Karena peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakekatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tanpa ada sanksi apapun dan responden tidak mengalami kerugian, peneliti harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta bertanggung-jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden.
Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk melanjutkan menjadi subjek penelitian. Kerahasiaan data responden dijaga, untuk itu perlu adanya Informed concent (meminta kesediaan responden untuk menjadi responden) , anonymity (tanpa nama) dan confidentiality (rahasia), lembar tersebut hanya diberi nomor dan kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti dan data-data yang diperoleh dari responden mutlak digunakan untuk keperluan penelitian tidak untuk keperluan yang lain.
5. Instrumen Penelitian
data demografi, dan kuisioner self-esteem dan citra tubuh. Lembar persetujuan berisi tentang kesedian untuk menjadi responden yang meliputi: tanda tangan, tanggal, dan no. responden. Kuisioner data demografi meliputi: jenis kelamin, usia, agama, suku bangsa, pendidikan, status perkawinan. Jenis kuisioner esteem dan citra tubuh yaitu dengan skala likert. Kuisioner
self-esteem terdri dari 14 pernyataan dengan 6 pernyataan negatif dan 8
pernyataan positif. Pernyataan positif (no. 1, 4, 5, 8, 9, 10, 13, 14) dan pernyaataan negatif (no. 2, 3, 6, 7, 11, 12). Kuisioner citra tubuh terdiri dari 10 pernyataan. Pernyataan positif terdiri dari 5 (no. 1, 5, 8, 9, 10) dan pernyataan negatif terdiri dari 5 (no. 2, 3, 4, 6, 7). Untuk pernyataan positif jika dijawab tidak pernah diberi nilai 1, kadang-kadang diberi nilai 2, sering diberi nilai 3, selalu diberi nilai 4, sedangkan untuk pernyataan negatif jika dijawab tidak pernah diberi nilai 4, kadang-kadang diberi nilai 3, sering diberi nilai 2, selalu diberi nlai 1.
Pada lansia pria nilai tertinggi yang diperoleh adalah 83 dan terendah 57, menggunakan rumus Sudjana (2001) :
P = �������
������ �����
Dimana rentang (nilai tertinggi – nilai terendah) sebesar 26 dan banyak kelas ada 2 (tinggi dan rendah) maka didapat kelas sebesar 13.
Menggunakan panjang kelas sebesar 13dan nilai terendah 57 maka
self-esteem lansia dapat dikategorikan sebagai berikut :
Pada lansia wanita nilai tertinggi yang diperoleh adalah 89 dan terendah 47, dimana rentang kelas sebesar 42 dan banyak kelas ada 2 maka didapat kelas sebesar 21.
Menggunakan panjang kelas sebesar 13dan nilai terendah 57 maka
self-esteem lansia dapat dikategorikan sebagai berikut :
47-67 dikategorikan sebagai self-esteem lansia rendah 68-89 dikategorikan sebagai self-esteem lansia tinggi
5.1 Validitas dan Reliabilitas
Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen di katakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dengan mengungkap variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yakni sejauh mana instrumen tersebut dapat mewakili faktor yang diteliti (Dempsey dan Dempsey, 2002). Instrument pada penelitian ini sudah dilakukan uji validitas. Uji validitas berupa validitas isi pada tanggal 22 April 2013 sampai 23 April 2013 oleh salah seorang staf pengajar yang ahli dalam bidang keperawatan gerontik fakultas keperawatan USU.
memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (azwar 2003). Uji reliabel di ujikan kepada lanjut usia pria dan wanita di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai tetapi orang yang berbeda dengan responden atau sampel penelitian sebanyak 30 orang. Polit dan Beck (2003) menjelaskan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas 0,70. Uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha dengan cara memasukkan data untuk mengetahui reliabel dari suatu data untuk melakukan penelitian dengan menggunakan SPSS 16, diperoleh hasil data 0,851 yang menjelaskan bahwa data yang diperoleh reliabel.
6. Pengumpulan Data
yaitu membacakan semua isi pertanyaan kuisioner dikarenakan kondisi lansia yang telah mengalami proses penuaan.
Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data dengan melakukan pendekatan kepada calon responden dengan memperkenalkan diri untuk menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan selama ±10 menit. Kemudian calon responden tersebut diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Bila responden bersedia mengikuti penelitian maka responden dipersilahkan untuk menjawab kuisioner yang dibacakan peneliti dan pengumpulan data dimulai.
Setelah responden selesai menjawab semua pernyataan, peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban responden dan memberikan kode nomor kuisioner setiap responden dan mulai menganalisis data yang diperoleh sama penelitian dalam jangka waktu ± 1 minggu.
7. Analisa Data
Analisa data yang dilakukan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.
7.1 Analisa Univariat
Analisa univariat menggunakan analisa desktiptif, yaitu analisa yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian dan karakteristik demografi responden. Dianalisa dengan mean, median, standar deviasi, minimal dan maksimal dengan 95% confident
interval mean serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
pada data numerik dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Data dinyatakan terdistribusi normal, jika nilai p value > 0.05. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data numerik terdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan analisa bivariat.
7.2 Analisa Bivariat
Analisa data bivariat bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diteliti. Analisa bivariat dimaksudkan untuk menguji hipotesis Di dalam penelitian ini analisis bivariat untuk mengetahui perbedaan self-esteem proses penuaan pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuh di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Binjai. Analisa dilakukan secara komputerisasi untuk melihat perbedaan self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuhnya di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai dengan menguji hipotesa (H0) ditolak. Uji yang digunakan adalah uji
nonparametric yaitu uji Mann-whitney. Jika p< 0,05 maka adanya perbedaan yang signifikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil penelitian Hipotesa nol (H0) ditolak dan Hipotesa peneltian (Ha) gagal
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilakukan sejak 28 Juni 2013 sampai 04 Juli 2013 di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi self-esteem proses penuaan pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuh. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik responden dan perbedaan self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuhnya.
1.1 Analisa Univariat
Analisa univariat menggambarkan distribusi frekuensi dari kategori variable yang menjadi perhatian dalam penelitian ini.
1.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi (n=114)
Karateristik Frekuensi Persentase (%)
Usia 60 5 4.4
61 17 14.9
62 10 8.8
63 8 7.0
64 8 7.0
65 4 3.5
66 17 14.9
67 9 7.9
68 7 6.1
69 17 14.9
71 5 4.4
72 3 2.6
73 4 3.5
Mean = 65.53; SD = 3.602 Jenis Kelamin
Pria 57 50
Wanita 57 50
Agama Islam 100 87.7
Non-Islam 14 12.3
Pendidikan Tidak/putus Sekolah 6 5.3
SD 32 28.1
SMP 38 33.3
Status Perkawinan
Duda / Janda 90 78.9
Menikah 20 17.5
Tidak menikah 4 3.5
Suku Batak 43 37.7
Melayu 16 14.0
Jawa 36 31.6
Dan lain-lain 19 16.7
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa gambaran usia responden bervariasi namun yang mayoritas berusia 61 tahun, 66 tahun, dan 69 tahun berjumlah 17 orang (14.9%) dengan usia rata-rata 65.53 tahun. Jenis kelamin responden seimbang antara pria dan wanita berjumlah 57 orang (50%). Mayoritas responden beragama islam berjumlah 100 orang (87.7%), memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP dan SMA berjumlah 38 orang(33.3%). Mayoritas status perkawinan yaitu duda atau janda berjumlah 90 orang (78.9%) dan mayoritas bersuku Batak berjumlah 43 orang (37.7%).
1.1.2 Distribusi Self-Esteem
Tabel 5.1.1.2.1 Distribusi self-esteem pada lansia pria dan wanita
Mean Median Std. Deviasi Min Max
Self-Esteem pria 73.47 75 6.982 57 83
Self-esteem wanita 65.60 59 13.845 47 89
Berdasarkan tabel diatas hasil dari penelitian seluruh responden yang berjumlah 114 orang dapat dilihat bahwa self-esteem lansia pria memiliki nilai rata-rata 73.47 dengan nilai terendah 57 dan nilai tertinggi 83. Pada self-esteem lansia wanita memiliki nilai rata-rata 65.60 dengan nilai terendah 47 dan tertinggi 89.
Tabel 5.1.1.2.2 Kategori self-esteem pada lansia pia dan wanita
Lansia Pria Lansia Wanita
Self-esteem Rendah 57-69 47-67
Self-esteem Tinggi 70-83 68-89
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lansia pria memiliki range nilai esteem rendah dari 57-69 dan lansia wanita memiliki nilai range
self-esteem rendah dari 47-67. Range nilai self-self-esteem tinggi pada lansia pria dari
1.1.3 Uji Normalitas
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistic parametrik (statistik inferensial). Cara yang biasa dipakai dalam uji normalitas adalah dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov.
Lazimnya uji ini digunakan untuk kenormalan data. Bila p (signifikansi) >0.05 maka distribusi tersebut normal. Namun, kebalikannya bila p <0.05 maka distribusi tersebut tidak normal. (Wahyuni, Arlinda S, 2010).
Tabel 5.1.1.3 Uji normalitas berdasarkan Uji Kolmogorov Smirnov
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
SELF-ESTEEM PADA
LANSIA PRIA .192 57 .000 .887 57 .000
SELF-ESTEEM PADA
LANSIA WANITA .209 57 .000 .864 57 .000
1.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan signikan
self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuh.
1.2.1 Perbedaan Self-Esteem Pada Lansia Pria dan Wanita terhadap Citra
tubuh
Berdasarkan hasil penelitian perbedaan self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuhnya responden menggunakan uji statistik
Mann-Whitney.
Tabel 5.1.2.1 Hasil uji statistik Mann-Whitney self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuh
SELF-ESTEEM RESPONDEN
Mann-Whitney U 1106.500
Wilcoxon W 2759.500
Z -2.938
Asymp. Sig.
(2-tailed) .003
Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan tes signifikansi tes
Mann-Whitney, diperoleh angka significancy 0.003. Karena p < 0.05, dapat disimpulkan
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang perbedaan self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuh di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak balita Binjai.
2.1 Karateristik demografi dengan self-esteem
Berdasarkan dari hasil peneltian diatas bahwa mayoritas usia responden pada kelompok usia 65-69 tahun yang berjumlah 54 orang. Usia ini disebut Dewasa tua. Menurut Nasir & Muhith (2011), usia tersebut termasuk tergolong usia young-old (65-74 tahun) dimana salah satu tugas perkembangannya adalah beradaptasi dengan perubahan fisik. Hal tersebut sejalan dengan self-esteem yang tinggi sekitar 53.70% pada usia 65-69 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diatas, dari 12 orang responden berusia >70 tahun, terdapat 11 orang yang memiliki
self-esteem tinggi (91,67%). Hal tersebut mendukung penelitian ini bahwasannya pada
usia tersebut mereka telah memiliki self-esteem yang tinggi untuk beradptasi terhadap citra tubuhnya yang mengalami penurunan.
Berdasarkan penelitian diatas, terdapat 100 orang yang beragama Islam memiliki self-esteem dominan pada level tinggi sebanyak 67 orang (63%). Mayoritas yang beragama non-Islam ada 12 orang dengan mendominasi
self-esteem pada level rendah sekitar 78.57%. Semua agama memiliki pandangan
termasuk nikmat kesehatan. Untuk itu manusia perlu mendakatkan diri kepada Tuhan dan menerima kenyataan tersebut serta terus berupaya agar selama hayat masih dapat mengupayakan agar hidup ini biar bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Sehingga di masa usia senjanya hidup tetap bermanfaat bagi orang lain (Yenny & Herwana, 2006). Agama dapat memenuhi kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya dalam kehidupan, dan menerima peranan penting pada lansia (Gunarsa, 2004) Penelitian ini sejalan dengan penelitian Daryanto, M. Thaib (2008) yang dalam hasil penelitian menyimpulkan bahwa agama non-Islam berpeluang mengalami self-esteem rendah sebesar 5.0 kali dibanding yang beragama Islam. Hal tersebut dikarenakan UPT Pelayanan Sosial di Binjai kurang memfasilitasi kegiatan keagamaan yang non-Islam sehingga responden yang termasuk lansia dengan kondisi fisik yang sudah melemah harus berjalan jauh untuk melakukan kegiatan keagamaan. Bukan karena faktor dari segi agamanya, melainkan dari segi fasilitas kegiatan keagamaan yang tidak dapat dijangkau oleh lansia dan tidak difasilitasi oleh pihak UPT Pelayanan Sosial Binjai. Hal ini didukung oleh penelitian Rahmat (2003) bahwasannya lanjut usia pada saat stres akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Pemanfaatan dan penggunaan kegiatan beragama dengan baik sebagai perilaku koping berkaitan dengan harga diri yang lebih tinggi.
rendah yang tersebar pda setiap tingkatan pendidikan. Yakni, pada tingkat SD sebanyak 33 orang dengan self-esteem rendah (42.42%) dan self-esteem tinggi (57.58%) serta pada responden yang tidak sekolah atau putus sekolah sebanyak 6 orang dan 4 diantaranya memiliki self-esteem tinggi (66.67%). Hal ini berbeda dengan penelitian Reasoner, R. W (2007) dan Lee & Shehan (2008) self-esteem positif dipengaruhi oleh pendidikan. Artinya semakin tinggi pendidikan maka
self-esteem semakin tinggi. Perbedaan penelitian ini dimungkinkan karena adanya
perbedaan latar belakang sosial dan budaya masyarakat suatu bangsa.
Berdasarkan penelitian diatas, mayoritas status perkawinan responden yaitu duda atau janda sejumlah 90 orang. Pada pada status perkawinan menikah yang berjumlah 20 responden, total 100% berada pada level self-esteem tinggi. Sementara pada lansia yang tidak menikah yang berjumlah 4 responden, total 100% berada pada level self-esteem rendah. Penelitian ini sejalan dengan peneltian Daryanto, M. Thaib (2008) yang menyimpulkan bahwa kehadiran pasangan bagi lanjut usia sangat berarti sekali. Melalui pasangannya dapat mencurahkan perhatian dan kasih saying yang terlihat dalam keseharian dimana mereka saling memberikan pujian dan perhatian serta sikap saling menghargai serta saling membantu dalam menjalankan kehidupannya. Hal tersebut yang akan mempengaruhi perasaan berharga lansia.
juga pada suku jawa yang memiliki self-esteem tinggi sekitar 69.44% dari total jumlah responden suku jawa 36 orang. Sama halnya dengan suku lain-lain seperti Madura, Aceh, Minang juga berada pada level self-esteem tinggi (59.64%). Persentase kategori self-esteem rendah dan tinggi pada suku responden memiliki distribusi yang menyebar. Karakteristik responden terkait dengan suku tidak ada perlakuan khusus terhadap saah satu suku atau dibedakan antar suku minoritas dengan mayoritas. Sehingga perbedaan suku bukan menjadi factor utama yang berhubungan dengan self-esteem pada lanjut usia terhadap citra tubuhnya. Meskipun pada beberapa lansia yang mungkin berpengaruh tehdap cara berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Adat kebudayaan dipahami sebagai system pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Kebudayaan terdiri atas, sistem aturan-aturan, norma, nilai yang dimiliki oleh masyarakat. Semua masyarakat mengakui adanya sejumlah tingkatan hidup, dimana setiap manusia akan menjadi tua. Tetapi bagaimana pembatasannya akan berbeda-beda meurut kebudayaan. Masyarakat dan dan kebudayaannya akan menetukan pola kegiatan, sikap, larangan, dan kewajiban mereka. Kedudukan dan peranan orang lansia dalam masyarkat sangat dtentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat (Zakariya, 2009).
2.2 Self-esteem pada lansia Pria dan Wanita
beberapa faktor penting yang mempengaruhi kesehatan mental pada lansia, diantaranya adalah kondisi kesehatan fisik, kemampuan aktifitas fisik, kemampuan aktifitas mental, kemapuan aktifitas sosial, dan kekuatan dukungan sosial. Berdasarkan penelitian di atas bahwa lansia wanita memliki peluang mengalami self-esteem rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Daryanto, M. Thaib (2008) yang mengatakan dalam penelitiannya bahwa wanita mengalami keterbatasan fisik misalnya menopause dan sosial misalnya ada beberapa yang menggantungkan kehidupannya pada suami. Hal tersebut mengakibatkan lansia wanita mengalami self-esteem rendah. Menurut Nugroho, W. (2008), pada pria msih dapat memproduksi spermatozoa meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur. Sementara pada wanita akan mengalami menopause. Hal tersebut yang menimbulkan masalah psikologis pada lansia wanita yaitu merasa risau dan cenderung merasa tertekan dengan keadaan tersebut. Sementara pada lansia pria masalah psikologisnya terhadap masalah sosial dimana pada masa muda, mereka bekerja dan mencapai sukses, yang mendukung harga diri lansia menjadi tinggi, yang tidak akan terulang lagi sewaktu pada masa lanjut usia, yang cenderung lansia pria merasa tidak berharga karena tidak produktif dan memasuki masa pensiun.
2.3 Perbedaan self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra
tubuhnya
Self-esteem atau harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai
cenderung harga diri menjadi rendah (Tarwoto & wartonah, 2010). Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan. Keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih baik dibandingkan di Negara maju, antara lain cepat marah irritable pada lansia wanita memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan lansia pria. Jadi, dapat diasumsikan bahwa wanita cenderung lebih sensitif perasaan dibandingkan lansia pria, lansia pria juga lebih siap dalam menghadapi masalah dibandingkan lansia pria, karena lansia pria lebih mampu menghadapi masalah daripada lansia wanita secara emosional. (Tamher, 2009). Menurut Nugroho, W (2008), terkait masalah penurunan reproduksi pada usia lanjut usia yang dialami oleh lanisa pria dan wanita dimana lansia pria masih dapat memproduksi spermatozoa. Sehingga didapatkan penelitian yang menunjukkan lansia wanita lebih banyak hidup sendiri dibandingkan lansia pria. Selain itu, dilihat dari aspek psikososial lansia wanita lebih banyak menarik diri dari lingkungan dansering merasa tersinggung ,sangat mudah sensitif serta gelisah karena menghadapi proses penuuan. .Lansia pria diduga lebih mudahnya menikah ulang dibandingkan lansia wanita, lansia pria relatif mudah mencari penggantinya dibandingkan lansia wanita sehingga ini berkaitan dengan status perkawinan, dimana lansia yang menikah memiliki
self-esteem lebih tinggi (Yenny & Herwana, 2006). Penelitian ini sejalan dengan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk melihat adanya perbedaan
self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuhnya di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan data demografi yang diperoleh rata-rata responden berusia 65-69 tahun, beragama Islam, memliki tingkat pendidikan terakhir SMP dan SMA, status perkawianan rata-rata duda atau janda dan rat-rata bersuku batak.
2. Citra tubuh atau body image mecakup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaannya meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, femininitas dan maskulinitas, keremajaan, kesehatan, dan kekuatan. 3. Self-esteem atau harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai
dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami gagal cenderung harga diri menjadi rendah.
4. Self-esteem dibagi dua kategori yaitu : self-esteem tinggi yang ditandai
bersalah, mudah tersinggung dan marah, menarik diri secara sosial, pandangan hidup pesimis, perasaan khawatir.
5. Adanya perbedaan self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuhnya di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan anak Balita Binjai, yaitu esteem pada lansia pria lebih tinggi daripada
self-esteem lansia wanita.
2. Saran
Saran yang dapat dijadikan pertimbangan dari beberapa pihak : 1. Bagi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anaka Balita Binjai
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan untuk pihak UPT agar lebih memperhatikan kebutuhan psikologis lansia, khusunya lansia wanita untuk meningkatkan self-esteem.
2. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dalam meningkatkan self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuhnya.
3. Bagi peneliti keperawtan
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan agar peneliti selanjutnya : 1) Mengidentifikasi perbedaan self-esteem pada lansia yang tinggal di
2) Menganalisis faktor-faktor yang dapat meningkatkan self-esteem pada lansia pria dn wanita di UPT pelayanan sosial.
4. Bagi masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lansia
1.1 Definisi Lansia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Maryam, 2010).
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi & Makhfudli, 2009).
Lanjut usia adalah indivdu yang berusia 60 tahun atau lebih ada umumnya mengalami tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Nugroho, 2008).
1.2 Tahapan Perkembangan Pada Lansia
Berikut ini adalah tahapan perkembangan manusia pada dewasa tua (usia lanjut) menurut beberapa teori :
a. Menurut Nasir & Muhith (2011) tahap-tahap perkembangan pada dewasa tua yaitu :
2) Middle-old, 75-84 tahun: diperlukan adpatasi terhadap penurunan kecepatan dalam pergerakan dan kemampuan sensori, serta peningkatan ketergantungan terhadap oranglain.
3) Old-old, 85 tahun ke atas: terjadi peningkatan gangguan kesehatan fisik.
b. Teori tugas perkembangan (development task theory) menurut Robert Havinghurst pada usia lanjut yaitu :
1) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan 2) Menyesuaikan diri denngan situasi pensiun dan penghasilan yang
semakin berkurang
3) Menyesuaikan diri dengan keadaan kehilangan pasangan (suami/istri)
4) Membina hubungan dengan teman sesama uisa lanjut 5) Melakukan pertemuan-pertemuan sosial
6) Membangun kepuasaan kehidupan
7) Kesiapan menghadapi kematian (Potter & Perry, 2005)
bau, pelukan, dan juga stimulasi genital. Banyak terjadi pada krisis psikososial terakhir ini, kulaitas distonik “putus asa” yang menang. Orang dengan kebijaksanaan yang matang, tetap mempertahankan integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Pada tahap usia tua, ritualisasinya adalah integral, ungkapan kebijaksanaan dan pemahaman makna kehidupan. Interaksi yang tidak mementingkan keinginan dan kebutuhan duniawi.
1) Indikator positif : penerimaan kehidupan pribadi sebagai sesuatu yang berharga dan unik. Siap menerima kematian.
2) Indikator negatif : perasaan kehilangan, jijk terhadap orang lain. 3) Masa lansia dapat melihat ke belakang dengan rasa puas serta
penerimaan hidup dan kematian.
4) Resolusi (pencapaian) yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan, kekecewaan, dan kegagalan.
menyadari sebagai individu lansia dan menerima arti kehidupan dan kematian (Nasir & Muhith, 2011).
2. Proses Penuaan
2.1 Definisi Proses Penuaan
Proses menua (aging process) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain, menua bukanlah suatu penyakit tetapi, merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh (Miller, 2009).
Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Proses penuaan berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap cedera (Mubarak, 2009).
2.2 Perubahan Akibat Proses Penuaan
1. Sel
Menjadi Lebih sedikit jumlahnya, ukurannya lebih besar, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
2. Sistem persarafan
Menurunnya hubungan persarafan, berat otak menurun 10-20%, respon dan waktu untuk beraksi lambat khususnya terhada stres, defisit memori, mengecilnya saraf panca indera seperti penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran
Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, otosklerosis akibat membran timpani yang atrofi, terjadi pengumpulan serumen, fungsi pendengaran semakin menurun pada lansia yang mengalami ketegangan/stres.
4. Sistem penglihatan
kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, Hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya, menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskular
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding aorta menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun hal ini menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun.
7. Sistem pernafasan
8. Sistem Gastrointestinal.
Kehilangan gigi akibat Periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun dan kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit, Eosephagus melebar, Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, Daya absorbsi melemah.
9. Sistem Reproduksi
Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spematozoa meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur, kurang lebih 75% pria diatas 65 tahun mengalami pembesaran prostat. Pada wanita vagina mengalami kontraktur dan mengecil, menciutnya ovari dan uterus, atrofi payudara dan vulva, selaput lendir vagina menurun.
10. Sistem perkemihan
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11. Sistem Endokrin
pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron.
12. Sistem integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar dan bersisik karena kehilangan proses kreatinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis, timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda coklat, rambut dalam hidung dan telinga menebal, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu, berkurangnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras, rapuh, pudar dan kurang bercahaya, berkurangnya jumlah dan fungsi kelenjar keringat.
13. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan semakin rapuh, kifosis, gerakan pinggang, lutut, jari-jari pergelangan terbatas, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua, kekuatan dan stabilitas tulang menurun terutama vertebra, pergelangan, dan paha sehingga insiden osteoporosis dan fraktur meningkat, atrofi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram dan menjadi tremor. (Potter & Perry, 2005; Nugroho, 2008)
seseorang. Pada umumnya, saat dewasa, seseorang dianggap tampil paling cakap, rampan, atau paling cantik. Kemunduran fisik yang pada dirinya membuat yang bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka miliki mulai hilang. Baginya, hal ini berarti kehilangan daya tarik dirinya. Wanita biasanya lebih risau dan merasa tertekan karena keadaan tersebut. Biasanya wanita dipuja orang karena kecantikan dan keindahan fisiknya. Namun, tidak berarti pria pada masa ini tidak mengalami atau merasakan hal serupa. Pria yang sedang mengalami proses menua, tetap menginginkan dirinya menarik bagi lawan jenisnya (Nugroho, 2008).
3. Citra tubuh
3.1 Definisi citra tubuh
Citra tubuh atau body image mecakup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaannya meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, femininitas dan maskulinitas, keremajaan, kesehatan, dan kekuatan (Hidayat, 2009).
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).
3.2 Komponen Citra Tubuh
Citra tubuh tediri dari beberapa komponen, yaitu :
a. Afeksi ; berhubungan dengan perasaan individu terhadap penampilan tubuhnya yang mencakup kepuasan dan evaluasi terhadap penampilan fisik.
b. Kognitif ; berhubungan dengan keyakinan individu mengenai bentuk dan penampilan fisik.
c. Tingkah laku ; mencakup pada kegiatan yang dilakukan untuk memelihar atau mempertahankan penampilan tubuhnya (Rahmania & Yuniar, 2012)
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh
a. Persepsi
b. Pertumbuhan kogintif dan perkembangan fisik
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari dari konsep diri. Misalnya, penuaan mencakup penurunan ketajaman pendengaran, penglihatan dan mobilitas dapat mempengaruhi citra tubuh.
c. Sikap
Seseorang umumnya tidak mengadaptasi dengan cepat terhadap perubahan dalam fisik tubuh. Misalnya, lansia sering mengatakan bahwa mereka merasa tidak berbeda tetapi ketika mereka melihat diri mereka dalam cermin, mereka terkejut dengan kulit yang keriput dan rambut memutih (Potter & Perry, 2005).
3.4 Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini (Wald & Alvaro, 2004).
badannya. Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya. Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan (Sitorus, 2011).
4. Self-Esteem
4.1 Definisi Self-Esteem
Self-esteem atau harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang
Self-esteem atau harga diri adalah penilaian individu tentang nilai
personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai periku dirinya dengan ideal diri (Stuart, 2007).
Self-esteem atau harga diri adalah suatu evaluasi dimana seseorang
membuat atau mempertahankan diri (Potter & Perry, 2005).
4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem
Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :
1) Perkembangan individu
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orangtua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengakibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orangtua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggungjawab terhadap perilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.
2) Ideal diri tidak realistis
realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
3) Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluaraga merasa rendah diri.
4) Sistem keluarga yang tidak berfungsi
Orangtua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orangtua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.
5) Pengalaman traumatik yang berulang misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual
4.3 Karakteristik Self-esteem Tinggi dan Rendah
a. Karateristik self-esteem tinggi
Self-esteem atau harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga (Stuart, 2007).
Rosenberg dan Owens (dalam Guindon, 2010) menjabarkan lebih lanjut karakteristik individu dengan self-esteem tinggi dan rendah, seperti dibawah ini.
Karaktristik individu dengan self-esteem tinggi :
1. Merasa puas dengan dirinya sendiri 2. Bangga menjadi dirinya sendiri
3. Lebih sering mengalami rasa senang dan bahagia 4. Menanggapi pujian dan kritik sebagai masukan
5. Dapat menerima kegagalan dan bangkit dari kekecewaan akibat gagal 6. Memandang hidup secara positif dan dapat mengambil sisi positif dari
kejadian yang dialaminya
7. Menghargai tanggapan orang lain sebagai umpan balik untuk memeperbaiki diri
8. Menerima peristiwa negatif yang terjadi pada diri adan berusaha memperbaikinya
10. Berani mengambil resiko
11. Bersikap postif pada orang lain dengan dirinya 12. Optimis
13. Berpikir konstruktif (dapat mendorong diri sendiri)
b. Karateristik self-esteem rendah
Menurut Stuart (2009) beberapa perilaku yang berhubungan dengan self-esteem atau harga diri rendah antara lain ;
1. Mengkritik diri sendiri 2. Penurunan produktifitas
3. Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain 4. Perasaan tidak mampu
5. Perasaan bersalah
6. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan 7. Perasaan negatif mengenai dirinya sendiri 8. Pandangan hidup pesimis
9. Menarik diri secara sosial 10. Perasaan khawatir
Rosenberg dan Owens (dalam Guindon, 2010) menjabarkan lebih lanjut karakteristik individu dengan self-esteem tinggi dan rendah, seperti dibawah ini.