• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/22 Oktober

TINJAUAN PUSTAKA

1. Latar Belakang

Setiap individu memiliki tugas-tugas yang harus diselesaikan pada masa perkembangannya, begitu pula lansia. Menurut teori tugas Robert Havighurst (Nasir & Muhith, 2011) terdapat tujuh jenis tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh lansia, yaitu : menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, situasi pensiun dan penghasilan yang semakin berkurang, keadaan kehilangan pasangan (suami/istri), membina hubungan dengan teman sesama usia lanjut, melakukan pertemuan-pertemuan sosial, membangun kepuasaan kehidupan, kesiapan menghadapi kematian.

Banyak istilah yang dikenal masyarakat untuk menyebut orang lanjut usia, antara lain lansia yang merupakan singkatan dari lanjut usia. Istilah lain adalah manula yang merupakan singkatan dari manusia lanjut usia. Apapun istilah yang digunakan pada individu yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas tersebut tidak lebih penting dari realitas yang dihadapi oleh kebanyakan individu usia ini. Mereka harus menyesuaikan dengan berbagai perubahan baik yang bersifat fisik, mental, maupun sosial.

Menjadi tua adalah sesuatu yang pasti akan dialami semua orang di dunia jika berumur panjang. Jumlah penduduk lansia di dunia yang berusia 65 tahun atau lebih diperkirakan mengalami peningkatan dari 17% menjadi 82% pada 1996-2025. Jumlah penduduk lansia di dunia diperkirakan melebihi 1 milyar, di mana kebanyakan dari mereka hidup di negara-negara sedang berkembang pada

2025 (Yenny & Herwana, 2006). Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010, jumlah penduduk Lansia di Indonesia sebanyak 18,04 juta orang atau 7,59% dari keseluruhan penduduk, jumlah penduduk lansia perempuan 9,75 juta orang dan lansia laki-laki 8,29 juta orang. Jumlah penduduk lansia di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 765.822 orang atau 5,9% dari keseluruhan penduduk, jumlah penduduk lansia perempuan sekitar 433.717 orang dan jumlah penduduk lansia laki-laki 332.105 orang. Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 7 November 2012 di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai didapatkan data jumlah lansia sebanyak 160 orang yang terdiri dari 73 orang laki- laki dan 87 orang wanita.

Seseorang yang pada masa mudanya dianggap cantik atau tampan cenderung merasa kehilangan daya tariknya jika memasuki masa tua. Perubahan- perubahan dalam kehidupan yang harus dihadapi oleh individu usia lanjut khususnya berpotensi menjadi sumber tekanan dalam hidup karena stigma menjadi tua adalah sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan, ketidakberdayaan, dan munculnya penyakit-penyakit. Meningkatnya jumlah lansia tentu tidak lepas dari proses penuaan beserta masalah- masalahnya. Proses penuaan merupakan proses fisiologis yang pasti dialami individu dan proses ini akan diikuti oleh penurunan fungsi fisik, psikososial dan spiritual. Perubahan dari segi biologis pada wanita lansia identik dengan gejala menopause. Selain itu terdapat perubahan yang umum dialami lansia. Misalnya perubahan sistem imun yang cenderung menurun, perubahan sistem integumen yang menyebabkan kulit mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular yang dapat

memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal serta penurunan kemampuan penglihatan dan pendengaran (Maryam, 2008). Penurunan fungsi fisik tersebut ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat. Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan secara fisik sehingga mempengaruhi kesehatan, serta akan berdampak pada kesiapan diri lansia tersebut menerima hal tersebut. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh pasangannya dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas atau maskulinitas karena fungsi reproduksi yang menurun (Tamher, 2009). Lansia berangsur-angsur menarik diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan kehidupan sosialnya (Darmojo & Martono, 2006). Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perubahan fisik, lingkungan tempat tinggal dan hubungan sosial dengan masyarakat (Stanley & Beare, 2007).

Menurut Coopersmith menambahkan bahwa self-esteem merupakan proses evaluasi diri seseorang terhadap kualitas-kualitas dalam dirinya, terjadi terus menerus dalam diri manusia dan kebiasaan individu memandang dirinya, sikap menerima dan menolak, keberhargaan, kepercayaan indivdu terhadap kemampuannya, kesuksesannya. Self-esteem berkembang sesuai dengan kualitas interaksi individu dengan lingkungannya, baik itu yang meningkatkan harga diri maupun yang menurunkan harga diri (Halimah & Elcamila, 2010). Self-esteem yang tinggi ditandai dengan kepercayaan diri yang tinggi, rasa puas, memiliki

tujuan yang jelas, dan selalu berpikir positif, sedangkan self-esteem yang rendah ditandai dengan rasa takut, cemas, depresi, dan tidak percaya diri (Sugiyanto, 2009). Self-esteem memiliki pandangan yang berbeda antara laki-laki dan wanita mengenai penilaian diri. Menurut Crain (dalam Respati dkk, 2006) mengemukakan bahwa laki-laki akan memiliki self-esteem lebih tinggi bila memiliki fisik yang diinginkan, sedangkan wanita lebih kearah tingkah laku ataupun bersosialisasi akan meningkatkan nilai harga diri. Lanjut usia wanita lebih banyak yang harga diri rendah, berpeluang sebesar 1,5 kali dibandingkan lanjut usia laki-laki disebabkan karena pada wanita lebih banyak mengalami keterbatasan fisik dan sosial serta menggantngkan kehidupan pada suaminya (Daryanto, 2008).

Dari hasil wawancara langsung kepada 10 orang lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai bahwa beberapa lansia menyatakan adanya keluhan terhadap proses penuaan seperti tidak dapat melakukan aktivitas seperti sediakala sewaktu muda misalnya tidak bisa memakan makanan yang keras-keras, mencuci, memasak, cepat lelah jika berjalan terlalu jauh dikarenakan tonus otot yang semakin melemah. Dan beberapa lansia juga menyatakan bahwa mereka pasrah dan menerima semua proses penuaan tersebut, serta ada lansia yang mengatakan langsung bahwa beliau tidak puas dengan tingkat keberhasilan yang dicapainya selama ini.

Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan self-esteem proses penuaan pada lansia

pria dan wanita terhadap citra tubuh di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai.

Dokumen terkait