• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM PEMBERDAYAAN PEMUDA DI LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM PEMBERDAYAAN PEMUDA DI LAMPUNG TENGAH"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

PERFORMANCE OF THE DEPARTMENT OF YOUTH SPORTS CULTURE AND TOURISM IN CENTRAL LAMPUNG REGENCY IN YOUTH

EMPOWERMENT IN CENTRAL LAMPUNG By

MERARI DEFRI PRHAMATHANA

The lack of training of youth as well as the means provided by the Department of Youth, Sport, Culture and Tourism Central Lampung Regency make youth in Central Lampung do not have sufficient expertise to compete with the other youth who come from other regency in getting a job. Apart from the lack of special skills possessed by the youth in Central Lampung, drugs became one of the factors that make a lot of youth in Central Lampung involved in crime cases.

(2)

performance of the Department of Youth Sports Culture and Tourism Central Lampung regency in youth empowerment. The method used in this research is descriptive qualitative method. Data collecting techniques used were interviews and documentation. Source informants are employees of Department of Youth Sport Culture and Tourism of Central Lampung regency and member of the National Committee of Indonesian Youth Central Lampung Regency.

The performance of the Department of Youth Sports Culture and Tourism Central Lampung regency in youth empowerment when measured from the aspect productivity, responsiveness and accountability. Shows the performance of productivity has not been fullest, activities are not made in accordance with what is the youth need, and a form of accountability of activities that made have seen thus increasing the confidence of youth. Youth empowerment form of the Department of Youth, Sport, Culture and Tourism of Central Lampung regency includes training Paskibraka.

(3)

ABSTRAK

KINERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM

PEMBERDAYAAN PEMUDA DI LAMPUNG TENGAH Oleh

MERARI DEFRI PRHAMATHANA

Minimnya pelatihan-pelatihan kepemudaaan serta sarana yang disediakan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah membuat pemuda di Lampung Tengah tidak memiliki keahlian yang cukup untuk bersaing dengan pemuda-pemuda yang berasal dari kabupaten lain dalam mendapatkan pekerjaan. Selain karena minimnya keahlian-keahlian khusus yang dimiliki oleh pemuda di Lampung Tengah, narkoba menjadi salah satu faktor yang membuat banyak pemuda di Lampung Tengah terlibat kasus kriminalitas.

(4)

dari kabupaten/kota lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan pemuda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Sumber informan yaitu pegawai Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dan anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Lampung Tengah.

Kinerja dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan pemuda bila diukur dari aspek produktivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Memperlihatkan produktivitas kinerja yang belum maksimal, Kegiatan yang dibuat belum sesuai dengan apa yang dibutuhkan pemuda, dan bentuk pertanggung jawaban dari kegiatan yang dibuat sudah terlihat sehingga meningkatnya kepercayaan pemuda. Bentuk pemberdayaan pemuda dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah meliputi Pelatihan Paskibraka.

(5)

KINERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM

PEMBERDAYAAN PEMUDA DI LAMPUNG TENGAH

Oleh

MERARI DEFRI PRHAMATHANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

KINERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM

PEMBERDAYAAN PEMUDA DI LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

MERARI DEFRI PRHAMATHANA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(8)

DAFTAR ISI A. Tinjauan Tentang Kinerja ... 14

1. Pengertian Kinerja ... 14

2. Manajemen Kinerja ... 16

3. Indikator Kinerja ... 18

4. Penilaian Kinerja ... 24

B. Tinjauan Tentang Pemberdayaan ... 28

1. Pengertian Pemberdayaan ... 28 A. Tipe dan Jenis Penelitian ... 40

B. Fokus Penelitian ... 42

C. Lokasi Penelitian ... 43

D. Jenis Data ... 43

E. Teknik Penentuan Informan ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data... 46

G. Teknik Pengolahan Data ... 47

(9)

IV.GAMBARAN UMUM

A. Kabupaten Lampung Tengah ... 50

B. Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata ... 53

C. Bidang Pemuda dan Olahraga ... 54

D. Bidang Seni Budaya ... 55

E. Bidang Pariwisata ... 55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

1. Kualitas Pemuda dalam Keorganisasian dan Kewirausahaan ... 58

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... 4 2. Jumlah Kasus Kriminalitas di Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun

2012, 2013 dan 2014 ... 8 3. Jumlah Pelaku Kejahatan Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten

Lampung Tengah pada Tahun 2009, 2010 2011 dan 2012 ... 10 4. Data Rencana Kerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013, 2014 dan

(11)
(12)
(13)
(14)

MOTO

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali

tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita

telah berhasil melakukannya dengan baik.”

(Evelyn Underhill)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini

dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan

saat mereka menyerah.” (Thomas Alva

Edison)

“Berusahalah hingga titik terakhir, dan

yakinlah bawha usaha keras takkan pernah

(15)

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini kepada orang-orang yang saya sayangi dan menyayangiku.

Pama dan Mamaku yang tercinta Muhammad Hasan dan Farida yang sangat penting dalam hidupku tanpa kalian aku tidak akan pernah bisa seperti saat ini, kalian adalah harta yang sangat berharga dalam

kehidupan ku, dan tidak ternilai harganya. Terima kasih.

Adikku yang tersayang, Merari Ricky Dwiputra, terima kasih atas dukungan dan semangat selama ini.

Untuk seseorang yang selalu menemaniku, terimakasih untuk semangat, dukungan dan doanya hingga skripsi yang saya tulis selesai.

Yusnia Sari (Yunda), Terima Kasih. You are the best.

Teman, sahabat, saudara seperjuangan, terima kasih untuk semangatnya, terima kasih untuk semua tawa, semua obrolan sehatnya,

dan dukungannya yang tidak kalah hebat.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra pasangan Bapak Muhammad Hasan dan Ibu Farida.

Jenjang pendidikan penulis diawali pada tahun 1997, dimana penulis belajar dan bermain di TK Kesuma Bandar Lampung. Kemudian dilanjutkan dengan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Teluk Dalem yang diselesaikan pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Gunung Sugih dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar dan diselesaikan pada tahun 2010.

(17)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada

Allah SWT, Tuhan Maha Pencipta, Maha Menguasai Ilmu Pengetahuan, Maha Penyayang dan Maha Pemberi Nikmat yang luar biasa atas berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang sangat berarti ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, keluarga serta pengikutnya.

Penulisan skripsi yang berjudul “Kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam

Pemberdayaan Pemuda di Lampung Tengah” ini merupakan salah satu syarat

dalam rangka mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung. Segala kemampuan telah penulis curahkan untuk menyelesaikan skripsi ini, namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan, baik yang menyangkut isi maupun tulisan. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

(18)

akan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis dengan segala hormat mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang selalu memberikan motovasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Darmawan Purba, S.IP. M.IP selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Pembantu yang selalu bersedia membimbing dan memberikan semangat.

5. Bapak Budiharjo, S.Sos. M.IP selaku Dosen Pembahas penulis yang telah bersedia untuk membimbing dan memberikan arahan, masukan, serta saran kepada penulis.

6. Seluruh jajaran Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNILA, seluruh staff Tata Usaha dan pegawai di FISIP dan Jurusan Ilmu Pemerintahan. 7. Seluruh jajaran Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Lampung Tengah.

(19)

9. Papa dan Mama tercinta terimakasih atas segala perhatian, rasa cinta dan kasih sayang serta doa tulus yang tiada henti-hentinya selalu diberikan untukku. Kalian mengajarkanku bagaimana sangat pentingnya arti sebuah perjuangan dengan selalu mengingat Allah SWT, terimakasih atas tetesan keringat yang kalian curahkan untuk membuatku bisa sampai sejauh ini. 10. Adik Kandungku, Merari Ricky Dwiputra. Terima kasih atas semangat,

tawa, tangis dan pertengkaran kecil yang membuatku bersyukur dan bangga memiliki adik kandung sepertimu.

11. Seseorang Spesial, Yusnia Sari. Terima kasih atas dukungan, doa dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat The Predatorz, Agus Pratama.S, Ariken Saidina Ali Lubis, Dani Aji Nugraha, Devris Dwi Februaris, Mahmud Rianto, Rizal Syafi’i, Roni Aziz Syaifullah, Muhammad Ali Syamsudin dan Junior Prakoso. Terimakasih untuk 4 tahun bersama-sama dalam suka duka di bawah satu atap di perantauan.

13. Teman Sepermainan Ilmu Pemerintahan 2011, Dwiky Caprinara, Indra Rinaldi Silalahi, Marendra Ramadhani, Randy Mase Bustami, Redo Putra Ramadhan, Rinaldo Sinaga dan Yandi Darma Wijaya, selama empat tahun kita mengenal arti lain dari sebuah persahabatan.

14. Sahabat Skripsi, Genta Rizkiansyah, Pertiwi Agustina RA dan Yuyun Dyah Anggraeni, memberi semangat, saling menolong, dan mendoakan dengan cara yang berbeda.

(20)

Rizky, Santy, Shedy, Siti, Trio, Ulil, Wilanda, Winda, Wirda, Yuanita, Zakiyah dan semua teman-teman angkatan 2011.

16. All Crew The Jakmania Lampung, Adit, Agil, Andre, Ari (Kuncoro), Aryo, Bulloh, Dion, Fathur, Fery, Ion, Pepri, Rama, Ricky, Rizky (Gemblong), Romi, Uwiek dan Yogi, kita disatukan karena satu kecintaan yaitu Persija Jakarta.

17. Keluarga Ayam, Anita, Dera, Hidayat, Novi dan Riza, kalian telah membuktikan bahwa dengan waktu yang singkat saya dapat memiliki sahabat yang luar biasa.

Demikianlah kata pengantar ini disusun. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Mohon maaf atas semua kekurangannya dan semoga skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan oleh berbagai pihak, selamat membaca dan terimakasih.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,

(21)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

(22)

2

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah diperkuat dengan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung pada pasal 8 ayat 1 yang mengatur bahwa Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata memiliki tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Provinsi di bidang kepemudaan dan keolahragaan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung, dalam melaksanakan tugas yang telah ditentukan seperti yang dikemukakan di atas, maka Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata memiliki fungsi yaitu: (1) Perumusan kebijakan teknis operasional bidang kepemudaan dan keolahragaan, (2) Penyediaan bantuan atau dukungan pengadaan sarana dan prasarana kepemudaan dan keolahragaan, (3) Mendukung atau memfasilitasi organisasi kepemudaan dan keolahragaan, (4) Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi, dan (5) Pelayanan administratif.

(23)

3

Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, Serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. Selanjutnya dalam pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tersebut menjelaskan bahwa pengembangan kewirausahaan dan kepeloporan pemuda, serta penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Kemudian, dengan begitu pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dalam hal ini Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah memiliki tanggung jawab untuk dapat memfasilitasi pengembangan kewirausahaan dan kepeloporan pemuda dalam bentuk mengadakan program-program guna meningkatkan kapasitas pemuda serta menyediakan sarana dan prasarana kepemudaan di Kabupaten Lampung Tengah.

(24)

4

Lampung Tengah adalah kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Lampung dengan jumlah penduduk sebesar 1.214.720 jiwa. Diikuti oleh Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah penduduk sebesar 988.277 jiwa dan Kabupaten Lampung Selatan berada di urutan ketiga dengan jumlah penduduk sebesar 950.844 jiwa. Selanjutnya, pada tabel 1 berikut diperlihatkan secara rinci persebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah menurut jenis kelamin dan kelompok umur tahun 2013.

Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase

(1) (2) (3) (4) (5)

(25)

5

Jika mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, Serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan, mengenai batas usia yang masuk dalam kategori pemuda adalah masyarakat yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun, maka dapat dilihat pada tabel 1 tersebut pada kelompok usia 15-19, 20-24 dan 25-29 tahun di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2013 berjumlah 298.687 jiwa. Kemudian, dengan jumlah pemuda di Kabupaten Lampung Tengah yang sangat besar yang mencapai 24,59% dari jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah, tentu angka tersebut bukan angka yang kecil dan selayaknya hal ini menjadi perhatian khusus bagi Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah agar dapat melakukan pembinaan kepada pemuda dengan mengadakan program-program pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas para pemuda dan mengarahkan pemuda di Kabupaten Lampung Tengah kearah yang lebih positif.

(26)

Program-6

program pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dapat berbentuk pelatihan kepemimpinan dan organisasi serta pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang dapat meningkatkan kemampuan para pemuda di Lampung Tengah.

Selain minimnya pelatihan-pelatihan kepemimpinan dan kewirausahaan yang diadakan oleh Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah, jumlah sarana yang dapat menunjang pelatihan kepemudaan di Lampung Tengah juga masih sangat sedikit. Maka, dengan minimnya pelatihan-pelatihan kepemudaaan serta sarana yang disediakan oleh Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah membuat pemuda di Lampung Tengah tidak memiliki keahlian yang cukup untuk bersaing dengan pemuda-pemuda yang berasal dari kabupaten lain dalam mendapatkan pekerjaan. Minimnya keahlian khusus yang dimiliki pemuda di Kabupaten Lampung Tengah untuk mendapatkan pekerjaan, hal tersebut mendorong mereka untuk melakukan tindak kejahatan demi memenuhi kebutuhan.

Angka kriminalitas yang melibatkan kalangan pemuda di Lampung Tengah dalam kurun waktu tiga tahun terakhir cukup tinggi, tindak kriminalitas yang marak dilakukan oleh kalangan pemuda di Lampung Tengah adalah kasus pencurian kendaraan bermotor, pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan pemberatan, pemerasan, hingga kasus senjata api ilegal.

(27)

7

narkoba. Dalam ekspos yang digelar di halaman Mapolres Lampung Tengah, Senin (2/2/2015), Kasatreskrim Polres Lamteng AKP Harto Agung mengatakan enam tersangka pencuri diamankan dalam operasi gabungan Polres, Polsek Padangratu, Polsek Seputihbanyak, dan Polsek Seputihraman. Kasatreskrim Polres Lamteng AKP Harto Agung mengatakan enam tersangka pencuri diamankan dalam operasi gabungan Polres Lampung Tengah. Modus yang digunakan beberapa pelaku curanmor adalah melakukan pencurian di tempat hiburan, kata dia, adalah menunggu pemilik kendaraan lengah atau menunggu pemilik kendaraan melintas di tempat sepi. "Ada di antara mereka yang beroperasi dengan menggunakan senjata tajam," terangnya. Dia menambahkan para pelaku adalah Atem Prawoto (22 tahun), Ys (17 tahun), Sujarno (19 tahun), Suci Alvian (20 tahun), Sutrimo, dan Wagyman akan diancam pasal 363 KUHP dengan ancaman tujuh tahun, dan pasal 365 KUHP dengan ancaman 12 tahun penjara. Sebagai barang bukti, polisi mengamankan beberapa senjata tajam, dan tiga motor. (http://lampost.co/berita/polres-lamteng-tangkap-20-tersangka-kasus-begal-dan-narkoba- : diakses pada tanggal 10 Februari 2015 Pukul 13.35 WIB). Sedangkan dalam kasus yang berbeda, Selama periode operasi narkoba Januari 2015, Satnarkoba Polres Lampung Tengah (Lamteng), amankan 2,5 gram sabu-sabu dan10 paket kecil ganja kering. Menurut Kasatnarkoba AKP Talen Hapis, selain itu, pihaknya juga mengamankan barang bukti seperti timbangan elektrik, alat hisapnarkoba, sembilan amunisi aktif, 5 handpone, dan dua unit motor. "Untuk pelaku, kita amankan total 14 orang. Masing-masing 6 sebagai pelaku dan 8 sebagai bandar. Mereka kita tangkap di lokasi seperti Bandarjaya, Gunungsugih, dan Terusannunyai," ungkap Talen Hapis, Senin (2/2/2015).

(http://lampung.tribunnews.com/2015/02/02/10-paket-kecil-ganja-ini-berhasil-yang-diamankan-polres-bulan-lalu : diakses pada tanggal 11 Mei 2015 Pukul 14.06 WIB).

(28)

8

jumlah kasus kriminalitas di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2012, 2013 dan 2014.

Tabel 2. Jumlah kasus kriminalitas di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2012, 2013 dan 2014.

5 Pencurian Kendaraan Bermotor 130 100 166

6 Pemerkosaan 6 10 8

Sumber: Satuan Reserse dan Kriminal Polres Lampung Tengah tahun 2012, 2013 dan 2014.

(29)

9

dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Sedangkan jumlah pelaku kriminal dari kalangan pemuda dalam tiga tahun terakhir terdapat 221 kasus. Pada tahun 2012 terdapat 78 pelaku, tahun 2013 ada 68 pelaku, dan pada tahun 2014 terdapat 75 pelaku.

Pelaku tindak kriminal dari kalangan pemuda di Lampung Tengah cukup besar, yaitu 10.57% dari jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2012 hingga tahun 2014. Angka ini cukup mencengangkan dan menggugah rasa penasaran apa yang menyebabkan hal ini dapat terjadi. Maraknya tindak kriminal yang melibatkan pemuda tentu bukan hanya permasalahan kriminal murni, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan sehingga banyak pemuda di Kabupaten Lampung Tengah yang melakukan tindak kriminalitas.

(30)

10

pendidikan yang terjadi di Kabupaten Lampung Tengah selama tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012.

Tabel 3. Jumlah pelaku kejahatan berdasarkan pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2009, 2010 2011 dan 2012.

No Jenis Pendidikan 2009 2010 2011 2012 Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6)

1 SD ke bawah 114 129 186 276 705

2 Sekolah Menengah 78 116 156 397 747

3 Perguruan Tinggi 4 1 15 7 27

Jumlah

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Tengah, Tahun 2013

(31)

11

mandiri dan memiliki kemampuan khusus dalam menghadapi dunia kerja, serta dapat mengarahkan pemuda ke arah yang lebih positif.

Hal ini merupakan tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, terutama Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah agar dapat mengadakan program-program pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah karena maraknya tindak kejahatan yang terjadi di Kabupaten Lampung Tengah 10.57% dari jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2012 hingga tahun 2014 dilakukan oleh kelompok usia pemuda, sedangkan pemerintah pusat telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dapat melakukan pembinaan serta pemberdayaan terhadap pemuda di Lampung Tengah agar dapat mandiri serta memiliki keahlian kewirausahaan.

(32)

12

Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian skripsi dengan judul “Kinerja Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam Pemberdayaan Pemuda di Lampung Tengah”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Kinerja Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam Pemberdayaan Pemuda di Lampung Tengah?”

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis

(33)

13

kepemudaan serta memberikan sumbangsih baik sebagai literatur maupun referensi bagi peneliti lainnya yang tertarik pada penelitian ilmiah yang berhubungan dengan kinerja Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan kepemudaan. 2. Secara Praktis

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Sebagai wujud pelayanan publik, pemerintah memiliki fungsi pelayanan dan pemberdayaan kepada masyarakat yang ditunjukkan dalam bentuk kinerja. Prawirosentono mendefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Sinambela, 2012:5). Sedangkan LAN-RI merumuskan kinerja adalah gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi (Pasolong, 2014:175).

(35)

15

(1998) mengatakan, kinerja adalah prestasi kerja, yang ditentukan oleh faktor lingkungan dan perilaku manajemen. Hasil penelitian Timpe menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan begitu penting untuk mendorong tingkat kinerja pegawai yang paling efektif dan produktif dalam interaksi sosial organisasi akan senantiasa terjadi adanya harapan bawahan terhadap atasan dan sebaliknya (Pasolong, 2014:176).

Robbins and Coulter (2007) menjelaskan “Performance is the end result of an activity, managers are concerned with organizational performance the

accumulated end results of all the organization’s work activities” yang artinya kinerja adalah hasil akhir dari suatu kegiatan, manajer prihatin dengan hasil akhir kinerja organisasi akumulasi dari aktivitas kerja semua organisasi. Sedangkan Steers & Mowday sebagaimana dikutip oleh Jackofsky (1984) mengemukakan bahwa kinerja merupakan hal yang sangat relevan untuk dibahas karena (1) keseluruhan efektivitas organisasi tergantung daripadanya dan (2) individu itu sendiri, dalam hal agar dipekerjakan, dipertahankan dalam pekerjaannya, dan berbagai imbalan yang akan diterima terkait dengan kinerjanya (Christine, 2010:123).

(36)

16

Setelah paparan pendapat para ahli di atas maka penulis memilih konsep kinerja yang dirumuskan oleh LAN-RI menjadi konsep utama dalam penelitian ini, penulis menilai bahwa konsep kinerja yang dirumuskan oleh LAN-RI paling relevan untuk digunakan sebagai acuan mengenai definisi kinerja dalam penelitian ini. LAN-RI merumuskan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi (Pasolong, 2014:175). Berdasarkan pengertian kinerja di atas maka kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam melaksanakan kegiatan, program-program pemberdayaan pemuda dapat dilihat apakah sudah mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi atau belum.

2. Manajemen Kinerja

(37)

17

meningkatkan efektivitas organisasi untuk mencapai misi dan tujuan organisasi (M. Harahap, 2013:23).

Bacal (1999) menjelaskan bahwa, manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang harus diimplementasikan secara berkesinambungan dalam ruang kemitraan antara staf dengan staf dan antara staf dengan pimpinannya. Proses komunikasi dimaksudkan untuk membangun harapan serta pemahaman yang terkait dengan pekerjaan yang sedang dan akan dilakukan. Proses komunikasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari unit-unit yang saling terkait (link and match) dan setiap unit harus terlibat untuk meningkatkan nilai tambah bagi organisasi, pimpinan, manajer dan staf (Torang, 2014:189).

Pada sisi lain, Amstrong (2004) berpendapat bahwa manajemen kinerja adalah alat untuk mencapai kinerja yang lebih baik dalam organisasi dengan jalan memahami dan mengelola kinerja yang memiliki tujuan, standar, dan syarat atribut yang telah disepakati bersama. Costello (1994) juga mengatakan bahwa, manajemen kinerja merupakan dasar dan kekuatan terhadap semua keputusan organisasi, usaha kerja, dan alokasi sumber daya Amstrong dan Baron (1998) berpendapat bahwa manajemen kinerja adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan dalam organisasi dengan memperbaiki kinerja staf dengan mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor individu. Selain itu manajemen kinerja dimulai dengan menentukan visi dan misi organisasi, maksud dan tujuan organisasi (Torang, 2014:190).

(38)

18

utama dalam penelitian ini, penulis menilai bahwa konsep manajemen kinerja yang dikemukakan oleh Amstrong dan Baron (1998) paling relevan untuk digunakan sebagai acuan mengenai definisi manajemen kinerja dalam penelitian ini. Amstrong dan Baron (1998) berpendapat bahwa manajemen kinerja adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan dalam organisasi dengan memperbaiki kinerja staf dengan mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor individu. Selain itu manajemen kinerja dimulai dengan menentukan visi dan misi organisasi, maksud dan tujuan organisasi (Torang, 2014:189).

3. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah bagian yang terpenting dalam mengukur kinerja organisasi maupun individu. LAN-RI merumuskan bahwa indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator masukan (input) keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefits) dan dampak (impacts) (Pasolong, 2014:177).

(39)

19

segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Indikator hasil merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat (M. Harahap, 2013:43).

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan indikator kinerja, yaitu:

a. Spesifik dan jelas.

b. Dapat terukur secara objektif baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

c. Dapat menunjukkan pencapaian keluaran, hasil, manfaat dan dampak. d. Harus cukup fleksibel dan sensitif, terhadap perubahan.

e. Efektif, yaitu dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis datanya secara efisien dan efektif (Pasolong, 2014:178).

Holloway (2004), menyebutkan bahwa indikator kinerja dapat berupa akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, dan equity (keadilan). Dijelaskan lebih jauh bahwa ada juga indikator konvensional kinerja yang berupa tingkat profitabilitas, kepuasan stakeholder, dan kepuasan pelanggan. Wibawa (1992), menambahkan bahwa kinerja dapat dinilai dari volume pelayanan, kualitas pelayanan dan kemampuan memeroleh sumber daya bagi pelaksanaan program (Pasolong, 2014:181).

(40)

20

kinerja birokrasi publik yang mengacu pada prinsip-prinsip good governance, yaitu:

a. Produktivitas, yaitu tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai ratio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan salah satu indikator kinerja yang penting. Sedangkan yang dimaksud dengan produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional, adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini (harus) lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

(41)

21

murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi indikator untuk menilai kinerja birokrasi publik.

c. Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat. Secara singkat resposivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan birokrasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan birokrasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

d. Responsibilitas, yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan kebijaksanaan birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit, Lenvine (Dwiyanto, 2006:51). Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.

(42)

22

rakyat, dengan sendirinya akan memprioritaskan kepentingan publik. Selanjutnya, dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik itu konsisten dengan kehendak publik. Kinerja birokrasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh birokrasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dilihat dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Suatu kegiatan birokrasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat (Pasolong, 2014:178).

Kumoroto (1996), menggunakan beberapa indikator kinerja untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja birokrasi publik, antara lain:

a. Efisiensi, yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis.

b. Efektivitas, yaitu apakah tujuan yang didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan.

c. Keadilan, yaitu mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Kedua mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

(43)

23

Berdasarkan beberapa pendapat pakar mengenai indikator pengukuran kinerja di atas, maka penulis memilih untuk menggunakan indikator pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Dwiyanto (2006). Penulis memilih menggunakan indikator tersebut karena dipandang lebih tepat dan sesuai untuk mengukur kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah.

Indikator pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto dalam buku Harbani Pasolong yang berjudul Teori Administrasi Publik memiliki lima indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja, yaitu produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas (Pasolong, 2014:178). Merujuk dari kelima indikator yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto penulis memilih untuk menggunakan tiga indikator saja yaitu produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas. Ketiga indikator ini dipilih karena penulis berpendapat bahwa indikator-indikator tersebut telah mewakili beberapa indikator kinerja yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik.

(44)

24

Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat dari target dan realisasi kegiatan tentang pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah.

Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat (Pasolong, 2014:178). Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah mampu mendiagnosa apa saja yang dibutuhkan oleh pemuda di Lampung Tengah. Selanjutnya Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dapat menyusun agenda dan mengembangkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan pemuda.

Sedangkan konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik itu konsisten dengan kehendak publik. Kinerja birokrasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh birokrasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dilihat dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Pasolong, 2014:178).

4. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses dimana organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Penilaian kinerja dinilai kontribusi pegawai kepada organisasi selama periode waktu tertentu. Umpan balik kinerja (performance feedback) memungkinkan pegawai mengetahui seberapa baik

(45)

25

penilaian kinerja dilakukan secara benar, para pegawai akan lebih termotivasi untuk bekerja (Sinambela, 2012:47).

Dwiyanto mengatakan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk birokrasi publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh birokrasi itu memenuhi harapan dan memuaskan masyarakat (Pasolong, 2014:182).

Penilaian pekerjaan adalah suatu metode membandingkan berbagai pekerjaan dengan menggunakan prosedur-prosedur formal dan sistematis untuk menentukan suatu urutan tingkat pekerjaan-pekerjaan itu (yakni, menentukan kedudukan nisbi atau pekerjaan dibandingkan dengan pekerjaan yang lain), untuk dapat menentukan kinerja seseorang dengan demikian memberikan dasar untuk suatu sistem upah yang adil. Sementara itu, menurut T.V. Rao (1996:1) penilaian kinerja adalah sebuah mekanisme untuk memastikan bahwa orang-orang pada tiap tingkatan mengerjakan tugas-tugas menurut cara yang diinginkan oleh para majikan mereka. Oleh karena itu, para manajer di setiap tingkatan berusaha memperbaiki tingkat prestasi mereka dengan cara menilai kinerja para bawahan mereka dan dengan demikian mereka dapat mengendalikan perilaku mereka (Sinambela, 2012:47).

(46)

26

sangat penting karena untuk menilai kontribusi pegawai terhadap organisasi dalam pencapaian misi organisasi. Untuk birokrasi publik dapat mengetahui seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh birokrasi itu memenuhi harapan dan memuaskan masyarakat.

a. Tujuan Penilaian Kinerja

Locher dan Tell mengatakan bahwa penilaian kinerja bertujuan untuk menentukan kompetensi, perbaikan kinerja, umpan balik, dokumentasi, promosi, pelatihan, mutasi, pemecatan, pemberhentian, penelitian pegawai dan perencanaan tenaga kerja (Pasolong, 2014:185). Sedangkan Murphy and co menggambarkan tiga tujuan penilaian kinerja yang memengaruhi penilaian yaitu:

1. Tujuan penilaian dapat langsung memengaruhi penilaian.

2. Tujuan penilaian tidak langsung memengaruhi penilaian, melalui proses kognitif dasar, termasuk observasi, encoding dan pemanggilan. 3. Tujuan penilaian dapat memengaruhi dimana penilai memasukkan

informasi perilaku yang dinilai ketika membuat judgment (keputusan) tentang kinerjanya (Sinambela, 2012:59).

Donovan dan Jackson mengatakan bahwa ada beberapa tujuan penilaian yaitu:

1. Management development, yaitu memberikan suatu pengembangan pegawai di masa mendatang.

2. Pengukuran kinerja, yaitu memberikan informasi tentang nilai relatif dari kontribusi individu terhadap organisasi.

3. Perbaikan kerja, yaitu mendorong individu bekerja lebih efektif dan produktif.

4. Remunerasi dan benefit, yaitu membantu menemukan imbalan dan benefit yang setimpal berdasarkan sistem merit atau hasil.

5. Identifikasi potensi, yaitu membantu promosi.

6. Feedback, yaitu menggambarkan apa yang diharapkan dari individu. 7. Perencanaan sumber daya manusia, yaitu menilai kualitas SDM yang

(47)

27

8. Komunikasi, yaitu memberikan suatu format dialog antara atasan dan bawahan dan memperbaiki pemahaman tentang tujuan dan masalah-masalah yang dihadapi (Pasolong, 2014:185).

Selanjutnya, L. L. Cummings dan Donald P. Schwab berpendapat bahwa terdapat dua tujuan dari penilaian kinerja yang dinyatakan secara luas adalah untuk mencapai suatu kesimpulan yang evaluatif atau yang memberikan pertimbangan mengenai kinerja pegawai dan untuk pengembangan berbagai karya lewat program (Sinambela, 2012:61).

b. Sasaran Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) secara keseluruhan merupakan proses yang berbeda dari evaluasi pekerjaan (job evaluation). Penilaian kinerja berkenaan dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskan/diberikan. Evaluasi pekerjaan menentukan seberapa tinggi harga sebuah pekerjaan bagi organisasi, dan dengan demikian, pada kisaran berapa gaji sepatutnya diberikan kepada pekerjaan tersebut. Sementara penilaian kinerja mungkin menunjukkan bahwa seseorang adalah pembuat program komputer terbaik yang dimiliki organisasi, evaluasi pekerjaan digunakan untuk memastikan bahwa pembuat program tersebut menerima gaji maksimal untuk posisi programmer komputer sesuai dengan nilai posisi tersebut bagi organisasi (Sinambela, 2012:51).

(48)

28

B.Tinjauan Tentang Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah kontrol terhadap keadaan sosial serta untuk membantu mendorong serta memotivasi individu agar memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakannya. Istilah pemberdayaan terdengar, bergaung dan digunakan di mana-mana, bahkan untuk benda tidak hidup seringkali diletakkan kata pemberdayaan. Pemberdayaan, akar katanya berasal dari daya atau power. Pemikiran modern tentang power muncul pertama kali dalam tulisan Nicollo Machiavelli dalam The Prince, di awal abad ke-6, dan Thomas Hobbers dalam Leviathan pada pertengahan abad ke-17 (E. Sadan, 2007). Representasi adanya power tampak pada posisi, pengambilan keputusan, dan pengaruh. Dengan power yang dimiliki, seseorang atau sekelompok orang diharapkan dapat mendayagunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengakses informasi, teknologi, modal, mengembangkan keterampilan dalam menemukan solusi atas masalah kehidupan. Selanjutnya, dengan demikian, pemberdayaan berkaitan dengan upaya perubahan dalam struktur sosial masyarakat, karena ada proses sharing power, peningkatan kemampuan, dan penetapan kewenangan (Amanah, 2014:1).

(49)

29

kekuasaan, memberi wewenang, atau pengalihan kekuasaan kepada individu atau masyarakat sehingga mampu mengatur diri dan lingkungannya sesuai dengan keinginan, potensi, dan kemampuan yang dimilikinya (M.Anwas, 2014:49).

Menurut Rappaport (1987), pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik, dan hak-haknya menurut undang-undang. Mc Ardie (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya,

bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha

mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan (Sedarmayanti, 2012:116).

Onny S. Prijono dan A.M.W Pranaka mengatakan pemberdayaan adalah membantu klien untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki antara lain dengan transfer daya dari lingkungannya (Nugroho, 2012:9).

(50)

30

berdaya, paham, termotivasi, memiliki kesempatan, melihat dan memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu sebagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil risiko, mampu mencari dan menangkap informasi, serta mampu bertindak sesuai inisiatif (M.Anwas, 2014:49).

Kata pemberdayaan (empowerment) mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh. Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan yaitu: a. Kecenderungan primer, proses pemberdayaan yang menekankan pada

proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya (survival of the fittes). Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.

b. Kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong, atau memotivasi agar individu memiliki kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog (Sedarmayanti, 2012:117).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penulis berpendapat bahwa definisi pemberdayaan yang dikemukakan oleh Mc Ardie (1989) paling sesuai dengan penelitian ini. Mc Ardie (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan

“keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan

(51)

31

Kemudian, dalam penelitian ini Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah adalah pihak yang dapat mengambil keputusan mengenai pemberdayaan pemuda di Lampung Tengah dan berkonsekuen dalam melaksanakan keputusan tersebut. Pemberdayaan pemuda yang dilakukan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah merupakan sebuah keharusan dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sumber lainnya dalam mencapai tujuan pemuda yang lebih berdaya.

2. Tujuan Pemberdayaan

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh individu maupun organisasi pasti memiliki tujuan. Tujuan tersebut dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Demikian pula halnya dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat, ia memiliki tujuan antara lain:

1. Tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat hidup manusia, dengan kata lain secara sederhana untuk meningkatkan kualitas hidup. Perbaikan kualitas hidup tersebut bukan semata menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga fisik, mental, politik, keamanan dan sosial budaya.

2. Untuk mencapai tujuan yang bersifat umum tersebut maka terdapat beberapa tujuan atau sasaran antara lain yaitu:

a. Perbaikan kelembagaan. Hal ini dimaksudkan agar terjalin kerjasama dan kemitraan antar pemangku kepentingan. Melalui perbaikan kelembagaan berbagai inovasi sosial yang dilakukan secara kemitraan antar pemangku kepentingan dapat meningkatkan produktivitas masyarakat;

b. Perbaikan pendapatan, stabilitas ekonomi, keamanan dan politik yang mutlak diperlukan untuk terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan;

(52)

32

d. Perbaikan akses, baik berkenaan dengan akses inovasi teknologi, permodalan/kredit, sarana dan prasarana produksi,peralatan dan mesin serta energy listrik yang sangat diperlukan dalam proses produksi; e. Perbaikan tindakan. Melalui pendidikan, kualitas SDM dapat

ditingkatkan sehingga dari sana diharapkan akan berdampak pada perbaikan sikap dan tindakan yang lebih bermartabat;

f. Perbaikan usaha produktif. Melalui upaya pendidikan dan latihan dan perbaikan kelembagaan serta akses perkreditan, diharapkan usaha-usaha yang bersifat produktif dan lebih maju dan berdaya saing;

g. Perbaikan-perbaikan bidang lainnya, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat (Soleh, 2014:81).

3. Tahap-Tahap Pemberdayaan

Pemberdayaan memiliki beberapa tahapan. Menurut Sumodingningrat, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status, mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi (Nugroho, 2012:11).

Sebagaimana disampaikan oleh Ambar Teguh S, bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:

a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

(53)

33

Sedangkan Lippit mengemukakan tujuh kegiatan pokok dalam proses pemberdayaan yaitu:

a. Tahap Penyadaran. Pada tahap ini pihak pemberdaya melakukan serangkaian kegiatan untuk menyadarkan masyarakat tentang keberadaannya, baik sebagai individu dan anggota masyarakat maupun sebagai bagian dari lingkungan fisik dan sosial ekonomi dan budaya serta politik. Proses penyadaran dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan, pelatihan maupun penyuluhan;

b. Tahap Penunjukan Adanya Masalah. Orang yang tidak sadar, atau tidak mengerti ia tidak akan tahu apa yang terjadi di sekelilingnya. Ia tidak memahami masalah apa yang sebenarnya mereka hadapi dan juga tidak memahami bagaimana memecahkan masalah tersebut;

c. Tahap Membantu Pemecahan Masalah. Pada dasarnya pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemberdaya agar mereka yang menjadi sasaran pemberdayaan dapat memecahkan masalah mereka sendiri. Tugas fasilitator (pemberdaya) hanyalah membantu mereka agar mampu menganalisa kekuatan dan kelemahan mereka, mampu menganalisa peluang dan tantangan mereka, mampu merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah serta mampu memilih alternatif yang tepat untuk memecahkan masalah;

d. Tahap Menunjukkan akan Pentingnya Perubahan. Hidup adalah sebuah proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari kondisi tertentu ke kondisi yang lain. Direncanakan atau tidak secara alamiah akan terjadi perubahan. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita merencanakan suatu perubahan dari kondisi yang kurang baik menuju kondisi yang lebih baik yang merupakan hakekat pembangunan/pemberdayaan;

e. Tahap Pengujian dan Demonstrasi. Perubahan yang direncanakan memerlukan uji coba, untuk menjawab apakah perubahan yang direncanakan dan dipilih tersebut terbukti mampu menjawab permasalahan yang dihadapi atau tidak;

f. Tahap Memproduksi dan Publikasi Informasi. Hasil uji coba atas suatu inovasi yang berhasil merupakan informasi yang sangat penting untuk dipublikasikan kepada masyarakat sasaran pemberdayaan agar mereka tergugah untuk berani mencoba hasil inovasi tersebut;

(54)

34

Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas mengenai tahap-tahap pemberdayaan, maka penulis memilih untuk menggunakan tahap-tahap pemberdayaan yang dikemukakan oleh Ambar Teguh S dalam skripsi (Nugroho, 2012). Terdapat tiga tahapan pemberdayaan yang menurut penulis mampu mengukur proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah, yaitu tahap penyadaran, tahap transformasi, dan tahap peningkatan intelektual.

Tahap pertama adalah tahap penyadaran, menurut Ambar Teguh S (Nugroho, 2012) mengatakan bahwa tahap ini adalah tahapan awal dimana masyarakat dapat sadar dan peduli sehingga merasa perlu meningkatkan kapasitas diri. Tahap kedua adalah tahap transformasi, dimana tahap ini adalah tahapan transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. Sedangkan yang ketiga adalah tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk menghantarkan pada kemandirian (Nugroho, 2012:11).

4. Pemberdayaan Pemuda

(55)

lain-35

lain. Sedangkan pengembangkan hard skill dapat dilakukan melalui pelatihan kewirausahaan serta pelatihan keahlian khusus seperti mengelas, mekanik mesin dan lain-lain.

Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda, dimana pemuda itu memiliki beragam potensi yang dimiliki oleh individu pemuda itu sendiri. Oleh karena itu, pemuda identik sebagai sosok yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berfikir maju, memiliki moralitas, dan sebagainya. Kelemahan mencolok dari pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik perubahan kultural maupun perubahan sosial dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri (Nugroho, 2012:15).

Sedangkan Undang-Undang Republik Inonesia No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan mengatakan bahwa ada 5 bentuk pemberdayaan pemuda yaitu: 1. Melaksanakan penyadaran.

2. Melakukan pemberdayaan.

3. Pengembangan potensi kepemimpinan. 4. Kewirausahaan.

(56)

36

C.Kerangka Pikir

Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda. Pemuda memiliki beragam potensi yang dimiliki oleh individu pemuda itu sendiri. Pemuda identik sebagai sosok yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berfikir maju, memiliki moralitas, dan sebagainya. Kelemahan mencolok dari pemuda adalah control diri dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik perubahan kultural maupun perubahan sosial dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri (Nugroho, 2012:11).

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dapat melakukan pemberdayaan pemuda dengan melalui tiga tahapan pemberdayaan seperti yang dikemukakan oleh Ambar Teguh S (Nugroho, 2012:11), yaitu: tahap penyadaran, tahap transformasi, dan tahap peningkatan intelektual. Tahap peningkatan kapasitas pemuda dapat dibagi menjadi dua yaitu soft skill dan hard skill dimana pengembangan soft skill dapat dilakukan melalui

pelatihan-pelatihan kepemimpinan, pelatihan keorganisasian dan lain-lain. Sedangkan pengembangan hard skill dapat dilakukan melalui pelatihan kewirausahaan serta pelatihan keahlian khusus seperti mengelas, mekanik mesin dan lain-lain.

(57)

37

pemuda di Lampung Tengah. Hal tersebut membuat pemuda di Lampung Tengah masih belum sanggup bersaing dengan pemuda-pemuda yang berasal dari daerah lain yang berada di Provinsi Lampung. Padahal pemerintah pusat sudah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. Sangat minimnya keahlian yang mereka miliki membuat pemuda di Lampung Tengah cenderung untuk berbuat tindak kriminalitas seperti melakukan pencurian kendaraan bermotor, pencurian dengan pemberatan, bahkan hingga terlibat dalam peredaran senjata api ilegal.

Kemudian, dengan begitu perlunya kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah untuk memberdayakan pemuda-pemuda yang ada di Lampung Tengah. Selanjutnya dalam penyelenggaraan pemberdayaan pemuda tersebut dapat diukur dengan beberapa indikator yang dikemukakan oleh Dwiyanto (Pasolong, 2014:178) diantaranya adalah produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas.

Indikator kinerja yang dikemukakan oleh Dwiyanto (Pasolong, 2014:178) di atas adalah produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas. Ketiga indikator tersebut dapat diturunkan menjadi beberapa sub indikator yaitu:

1. Produktivitas

a. Banyaknya jumlah program pemberdayaan pemuda.

b. Program-program pemberdayaan terselenggara dengan baik.

(58)

38

2. Responsivitas

a. Program-program pemberdayaan yang diadakan sesuai dengan kebutuhan pemuda.

b. Menyediakan Sarana dan Prasarana Kepemudaan. 3. Akuntabilitas

a. Melakukan pembinaan dibidang pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata.

b. Program-program pemberdayaan yang diadakan memiliki dampak yang nyata bagi pemuda yang mengikuti program pemberdayaan.

(59)

39

Agar memudahkan penulis dalam melakukan penelitian, maka penulis membuat kerangka pikir. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan bagan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam Pemberdayaan

Pemuda di Lampung Tengah

Prinsip dan Implementasi

Indikator Kinerja: 1. Produktivitas 2. Responsivitas 3. Akuntabilitas

Tahap-Tahap Pemberdayaan 1. Tahap Penyadaran

2. Tahap Transformasi

3. Tahap Peningkatan Intelektual

Memahami Kinerja dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata

(60)

III. METODE PENELITIAN

A.Tipe dan Jenis Penelitian

Seperti yang dijelaskan dalam latar belakang, bahwa penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana Kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam Pemberdayaan Pemuda di

Lampung Tengah. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan tipe deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. Juliansyah Noor menjelaskan bahwa, penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Noor, 2011:34).

(61)

41

landasan untuk menentukan kriteria pengukuran terhadap gejala yang diamati dan akan diukur (Fathoni, 2011:97).

Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan manfaat berbagai metode alamiah (Herdiansyah, 2012:8).

Sedangkan Creswell mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti. (Herdiansyah, 2012:8).

(62)

42

Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah dalam Pemberdayaan Pemuda di Lampung Tengah.

B.Fokus Penelitian

Fokus penelitian bertujuan membatasi masalah yang dibahas dalam penelitian. Herdiansyah menjelaskan bahwa fokus penelitian dijelaskan sebagai central phenomenon yang menurut Creswell didefinisikan sebagai suatu konsep atau

suatu proses yang dieksplorasi secara mendalam dalam penelitian kualitatif. Central phenomenon inilah yang menjadi fokus kajian yang dipahami dan diteliti

secara mendalam, yang dapat berupa konsep tunggal atau jamak. Hal yang terpenting adalah bagaimana peneliti mampu memahami dengan saksama dan mendalam hingga sampai kepada inti konsep yang diangkat dan diteliti (Herdiansyah, 2012: 86).

Moleong dalam bukunya menjelaskan bahwa fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi penelitian kualitatif, sekaligus membatasi penelitian guna memilih data yang relevan sehingga tidak perlu dimasukkan dalam penelitian (Moleong, 2005:24). Fokus penelitian memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data sehingga dalam pembatasan ini penelitian akan fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian merajuk pada pendapat di atas.

(63)

43

akuntabilitas dalam melaksanakan program-program pemberdayaan pemuda yang memiliki tiga tahapan yaitu: tahap penyadaran, tahap dan tahap peningkatan intelektual.

C.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa lokasi yang diambil akan membantu peneliti untuk memahami masalah utama. Herdiansyah (2012: 56), menjelaskan bahwa lokasi penelitian merupakan tempat-tempat yang akan dijadikan dalam proses pengambilan data. Lokasi yang diambil dalam penelitian ditentukan dengan cara sengaja (purposive).

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah yang berada di Jl. H. Muchtar Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. Lokasi penelitian yang kedua dilakukan di Sekretariat Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Lampung Tengah yang berada di Jl. Proklamator Raya No.41 Seputih Jaya Lampung Tengah.

D.Jenis Data

Ada dua jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Data Primer

(64)

44

pertanyaan kepada informan dengan bertatap muka antar pewawancara dengan informan.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2005:59) data sekunder adalah data yang tidak langsung memeberikan data kepada pengumpul data. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan penelitian terdahulu. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan dan dokumentasi yang berasal dari literatur-literatur, peraturan, dokumen terkait dengan kinerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata serta pemberdayaan kepemudaan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, Serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan.

b. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

d. Data Kriminalitas Satuan Reserse dan Kriminal Polres Lampung Tengah Tahun 2012, 2013 dan 2014.

e. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah “Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah menurut jenis kelamin dan kelompok umur

(65)

45

f. Rencana Kerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2013, 2014 dan 2015.

E.Teknik Penentuan Informan

Data yang diperoleh dari informan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Sampel sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang

yang memiliki power dan otoritas pada situasi sosial atau obyek yang diteliti, sehingga mampu membuka pintu kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data (Sugiyono, 2005:63).

Informan yang telah diperoleh dari penggunaan teknik purposive sampling terdiri dari 2 orang dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah, 3 orang perwakilan dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Lampung Tengah dan 2 orang siswa SMA Negeri 1 Gunung Sugih. Adapun nama-nama dari informan yang telah diwawancarai adalah sebagai berikut:

1. Hj. Aini khodriana, S.Sos. M.M. (Sekretaris Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah)

2. Ahmad Nizar, S.IP. M.A. (Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Tengah) 3. Habibie Agung, S.H. (Ketua KNPI Kabupaten Lampung Tengah)

4. Wilanda Rizki (Wakil Sekretaris Bidang Pelatihan dan Keorganisasian KNPI Kabupaten Lampung Tengah)

(66)

46

6. Muhammad Rio Saputra (Siswa SMA Negeri 1 Gunung Sugih) 7. Natasha Ambarwati (Siswi SMA Negeri 1 Gunung Sugih)

F. Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data yang benar-benar akurat serta dapat menjawab permasalahan penelitian, maka ada beberapa teknik yang dipergunakan penulis dalam proses pengumpulan data yaitu:

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara pengambilan data di lapangan. Menurut Abdurrahmat Fathoni, wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai. Kedudukan dua pihak secara berbeda ini terus dipertanyakan selama proses tanya jawab berlangsung, berbeda dengan dialog yang kedudukan pihak-pihak terlibat bisa berubah dan bertukar fungsi setiap saat (Fathoni, 2011:105). Sedangkan Sukardi menjelaskan bahwa wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti dengan berhadapan muka secara langsung dengan informan atau subjek yang diteliti. Pewawancara menanyakan sesuatu yang telah direncanakan kepada informan, dan hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam penelitian (Sukardi, 2005:79).

2. Dokumentasi

(67)

47

yang ada pada informan atau tempat dimana informan bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya (Sukardi, 2005:81). Sementara itu Abdurrahmat Fathoni mendefinisikan dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi informan (Fathoni, 2011:112).

G.Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui penelitian, kemudian penulis melakukan pengolahan data tersebut sesuai dengan kebutuhan analisis yang akan dikerjakan (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2011:56). Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data ini adalah:

1. Editing

Wahyu Purhantara menjelaskan, pengeditan data adalah proses mengecek kebenaran data, menyesuaikan data untuk memudahkan proses seleksi data. Editing data akan mendeteksi kesalahan-kesalahan dan penghapusan, memperbaiki dan memastikan bahwa standar kualitas minimum dapat terpenuhi (Purhantara, 2010:99).

2. Intepretasi data

Gambar

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah menurut jenis kelamin               dan kelompok umur tahun 2013
Tabel 3. Jumlah pelaku kejahatan berdasarkan pendidikan di Kabupaten Lampung               Tengah pada tahun 2009, 2010 2011 dan 2012
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui strategi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga dalam pengembangan pariwisata Kabupaten

BAB IV:Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dalam Mempromosikan Pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah meliputi, visi dan misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan strategi di Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sragen dalam pengembangan Desa Wisata Betisrejo

Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kota Balikpapan saat ini terus menyusun strategi pengembangan pariwisata Kota Balikpapan yang tersusun dalam

Rencana Strategis Dinas Pendidikan, Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jembrana tahun 2011 – 2016 adalah merupakan dokumen perencanaan untuk

Renja yang disusun merupakan alat kendali dan tolok ukur bagi manajemen Dinas Pemuda dan Olahraga , Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan dalam

Dalam mensosialisasikan program promosi kepada masyarakat, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sambas melalui program event-event dalam hal ini tempat

kunjungan wisata tersebut Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Anambas juga seharusnya bekerja sama dengan beberapa pihak terkait