ANALISIS PENGARUH KEPUTUSAN PENETAPAN PRESIDEN RI KE-7 TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN JASA
SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
(Skripsi)
Oleh Sunu Lukito Aji
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH KEPUTUSAN PENETAPAN PRESIDEN RI KE-7 TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Oleh
Sunu Lukito Aji
Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Keputusan Penetapan Presiden RI ke-7 terhadap Return Saham pada Perusahaan Jasa Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara rata-rata abnormal return
sebelum dan sesudah keputusan penetapan presiden pada perusahaan jasa sektor
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pustaka dan metode penelitian lapangan serta menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif sebagai alat analisis.
Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan untuk membandingkan
abnormal return sebelum dan sesudah penetapan Presiden maka dapat disimpulkan; 1) Rata-rata harga saham perusahaan property dan real estate
sebelum penetapan Presiden lebih tinggi bila dibandingkan dengan sesudah penetapan Presiden, namun perbedaaan harga saham tersebut tidak nyata secara statistik, 2) Rata-rata return saham perusahaan property dan real estate sesudah penetapan Presiden lebih rendah dibandingkan dengan sebelum penetapan Presiden, dan perbedaan tersebut terlihat nyata dalam statistik dan signifikan, 3) Terdapat penurunan abnormal return sesudah penetapan Presiden dan penurunan itu nyata secara statistik dan signifikan, 4) Hasil analisis secara keseluruhan dengan menggunakan Market Adjusted Model untuk mendapatkan abnormal return selama periode jendela menunjukan terdapat perbedaan positif antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah penetapan Presiden pada perusahaan jasa sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dibuktikan dengan membandingkan t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel).
“
Sesungguhnya warisan Nabi yang mulia (ilmu) tidak boleh didapatkan
kecuali oleh orang yang mencintai warisan itu, orang yang hatinya terkait kepadanya,
orang yang mau bersusah payah demi mendapatkannya,
dan orang yang mau melangkah dijalannya, kemudian dia hidup dan beramal
dengannya. Barang siapa yang tau kemuliaan ilmu yang sedang ia cari,
maka berusaha keras akan terasa ringan bagi dirinya.”
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu, pada tanggal 1 Juli 1988 sebagai anak kedua
dari tiga bersaudara, pasangan dari Bapak Drs. H. Samijan Mh., M.M. dan Ibu
Dra. Hj. Samiyati, S.E.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Muhammadiyah
Pringsewu pada tahun 2000, pendidikan sekolah menengah pertama di SMP
Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2003, dan pendidikan sekolah menengah atas di
SMA Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2006.
Tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung, penulis berharap
dapat menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk mendapat gelar
S-2. Semoga usaha dan semangat yang telah penulis tanam dapat menghasilkan
kesuksesan dikemudian hari untuk membahagiakan kedua orangtua, kakak,
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, berkah, dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat
meyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis
Pengaruh Penetapan Presiden RI Ke-7 Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Jasa Sektor Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI)” sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak
mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan semangat dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai
berikut :
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Falkutas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak M. Syatibi Ch, S.E., selaku dosen Pembimbing I yang tulus ikhlas
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta perhatian dalam memberikan
dorongan, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prakarsa Panji Negara, S.E., M.Si., selaku dosen Pembimbing II yang
tulus ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta perhatian dalam
vii
5. Bapak Hidayat Wiweko, S.E., M.Si., selaku Penguji Utama skripsi yang
telah banyak membantu, memberikan masukan dan arahan demi perbaikan
skripsi ini.
6. Semua Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama
penulis mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
7. Seluruh Staf di lingkungan Universitas Lampung khususnya Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Mbak Is, Mas Nasir, Mbak Ina.
8. Veria Septianingtias, M.Hum., yang selalu sabar memberikan bantuan
tenaga, waktu, pikiran, dukungan moril, dan memberikan saran dalam
mengerjakan skripsi ini yang selalu ada dalam situasi apapun.
9. Sahabat-sahabatku Rizky, Yudi, Donny, Asep juga yang banyak membantu
dalam proses penulisan skripsi ini.
10. Untuk teman-teman Bang Obi, Shela, Ossy, Mega, Nisa, Rina, dkk. Dan
semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, baik yang terlibat
langsung maupun tidak atas terwujudnya skripsi ini, dengan ini penulis
mengucapkan terima kasih.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka
menerima segala kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu ekonomi dan bagi masyarakat pada umumnya.
Bandar Lampung, Desember 2014
DAFTAR ISI
2.1.1 Pengertian Investasi ... 12
2.1.2 Tujuan Investasi ... 13
2.1.3 Jenis-jenis Investasi ... 13
2.2 Pasar Modal ... 14
2.2.1 Pengertian Pasar Modal... 14
2.2.2 Tujuan Pasar Modal ... 15
2.3.1 Pengertian Saham ... 16
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham... 17
2.3.3 Jenis-jenis Saham ... 18
2.9 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25
Bab 3 METODELOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian ... 27
3.2 Definisi Operasional Variabel ... 27
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 27
4.2 Hasil Perhitungan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Penetapan Presiden Setiap Emiten Pada Periode Jendela ... 42
4.3 Hasil Perhitungan Return Saham Sebelum dan Sesudah Penetapan Presiden Setiap Emiten Pada Periode Jendela ... 43
4.4 Hasil Perhitungan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Penetapan Setiap Emiten Pada Periode Jendela ... 45
4.5 Perhitungan rata-rata Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Penetapan Setiap Emiten Pada Periode Jendela ... 48
4.7 Hasil Pengujian Abnormal Return Sebelum dan sesudah Penetapan
Presiden ... 50
4.8 Hasil Analisis Perbandingan Rata-rata Saham Sebelum dan sesudah
Penetapan Presiden di Periode Jendela ... 53
4.9 Hasil Analisis Perbandingan Rata-rata Return Saham Sebelum dan sesudah
Penetapan Presiden di Periode Jendela ... 54
4.10 Hasil Analisis Perbandingan Rata-rata Abnormal Return Saham
Sebelum dan sesudah Penetapan Presiden di Periode Jendela ... 56
Bab 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 58
5.2 Saran ... 59
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Nama Perusahaan ... 4
Tabel 2. Daftar Nama Perusahaan ... 35
Tabel 3. Rata-rata Harga Saham Sebelum dan Sesudah Penetapan Presiden 42
Tabel 4. Rata-rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Penetapan Presiden 44
Tabel 5. AbnormalReturn Sebelum Penetapan Presiden ... 46
Tabel 6. Abnormal Return Sesudah Penetapan Presiden ... 47
Tabel 7. Rata-rata Abnormnal Return Sebelum dan Sesudah Penetapan
Presiden ... 48
Tabel 8. Hasil Uji t dengan One SampleTest di Periode Jendela Sebelum
Penetapan Presiden ... 50
Tabel 9. Hasil Uji t dengan One SampleTest di Periode Jendela Sesudah
Penetapan Presiden ... 52
Tabel 10. Hasil Uji Beda Dua Rata-rata Harga Saham di Periode Jendela
Sebelum dan Sesudah Penetapan Presiden ... 54
Tabel 11. Hasil Uji Beda Dua Rata-rata Return Saham di Periode Jendela
Sebelum dan Sesudah Penetapan Presiden ... 55
Tabel 12. Hasil Uji Beda Dua Rata-rata Abnormal Return di Periode Jendela
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pikir ... 10
Gambar 2 Periode Estimasi dan Periode Jendela ... 29
58
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan untuk membandingkan abnormal
return sebelum dan sesudah penetapan Presiden maka dapat disimpulkan :
1. Rata-rata harga saham perusahaan property dan real estate sebelum
penetapan Presiden lebih tinggi bila dibandingkan dengan sesudah
penetapan Presiden, namun perbedaaan harga saham tersebut tidak nyata
secara statistik.
2. Rata-rata return saham perusahaan property dan real estate sesudah
penetapan Presiden lebih rendah dibandingkan dengan sebelum penetapan
Presiden, dan perbedaan tersebut terlihat nyata dalam statistik dan
signifikan.
3. Terdapat penurunan abnormal return sesudah penetapan Presiden dan
penurunan itu nyata secara statistik dan signifikan.
4. Hasil analisis secara keseluruhan dengan menggunakan Market
Adjusted Model untuk mendapatkan abnormal return selama periode
jendela menunjukan terdapat perbedaan positif antara rata-rata abnormal
return sebelum dan sesudah penetapan Presiden pada perusahaan jasa
sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Hal ini dibuktikan dengan membandingkan t-hitung lebih besar dari
59
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Bagi investor dan calon investor yang akan berinvestasi, peneliti
menyarankan untuk memilih saham-saham berfundamental bagus dengan
harga yang masih relative murah agar dapat memberikan keutungan sesuai
yang diharapkan dan investor perlu memiliki pemahaman yang benar
dalam berinvestasi dan tidak hanya mengikuti trend investasi bursa saham
di luar negeri.
2. Bagi penelitian selanjutnya akan lebih baik untuk mengambil sampel
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tahun 2014 adalah tahun yang bersejarah dalam perjalanan bangsa
Indonesia, dalam tahun ini rakyat Indonesia merayakan pesta demokrasi yaitu
Pemilihan Anggota Legislatif, Dewan Perwakilan Daerah, dan puncaknya adalah
pemilihan Presiden, dan Wakil Presiden. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat
berpengaruh terhadap perkembangan negara Indonesia 5 tahun ke depan, dengan
ekspektasi yang besar dari rakyat akan adanya perubahan, baik dalam bidang
ekonomi, budaya, dan politik yang semakin berkualitas dengan dipilihnya
wakil-wakil rakyat yang harus mementingkan kepentingan rakyat di atas segalanya.
Pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 merupakan salah satu
peristiwa politik yang diduga mengandung informasi yang dapat mempengaruhi
pasar saham, dan dengan terbentuknya koalisi yang sama-sama kuat dari 2 calon
presiden dan wakil presiden tentu saja akan menambah panas suhu politik di
Indonesia. Seiring dengan terlaksananya pemilihan presiden pada tanggal 9 Juli
2014 dan dengan kemajuan teknologi dan metode-motode penghitungan dan
pengumpulan data maka hasil pemilu dapat diperoleh dengan cepat. Model
pengumpulan data dengan perhitungan cepat (quick count) sudah dimulai sejak
1997 oleh LP3EI (lembaga pelatihan, penelitian, penerangan, ekonomi, dan
2
Berdasarkan hasil hitung cepat, terdapat perbedaan dari masing-masing
lembaga survei, hal tersebut membuat bingung rakyat dan menambah panas suhu
politik di Indonesia. Lembaga survey seperti Puskaptis, JSI, LSN dan IRC
memenangkan pasangan Prabowo-Hatta, sedangakan Populi Center, SMRC,
Cyrus-CSIS, LSI, RRI, Litbang Kompas, Indikator Politik Indonesia
memenangkan pasangan Joko WIdodo-Jusuf Kalla.
Pertarungan pemilihan presiden dan wakil presiden berlanjut ke Mahkamah
Konstitusi (MK), kedua kubu sama-sama meyakini bahwa pasangan mereka yang
memenangkan pemilihan presiden dan wakil presiden. Mahkamah Konstitusi
(MK) adalah jalan terakhir yang bisa ditempuh dan keputusan MK adalah
mengikat dan tidak bisa diubah, maka keputusan MK sangat ditunggu oleh
seluruh rakyat Indonesia agar tercipta pemerintahan yang kuat bersama rakyat dan
kuat secara hukum.
Dengan diputuskannya hasil dari sidang di MK pada tanggal 21 Agustus
2014 maka ditetapkanlah Bapak Ir. H. Joko Widodo dan Bapak Drs. H. Jusuf
Kalla sebagai pasangan presiden dan wakil presiden periode 2014-2019 dan pada
tanggal 20 Oktober 2014 telah dilantik secara resmi, tentu saja rakyat akan
menantikan program-program yang telah dijanjikan dalam masa kampaye. Begitu
pula para pelaku pasar modal yang akan menunggu bagaimana kebijakan
pemerintahan yang baru.
Pasar modal mempunyai hubungan pararel dengan perekonomian suatu
Negara, bahkan berbagai perubahan kebijakan di Negara maju atau gejolak yang
3
domestik sehingga dapat dikatakan bahwa naik turunnya pasar modal tergantung
dari kondisi perekonomian suatu Negara. Keadaan perekonomian Negara yang
stabil akan berpengaruh pada kestabilan pasar modal, sebaliknya apabila Negara
tidak stabil (krisis ekonomi) maka akan menyebabkan penurunan kegiatan pasar
modal. Hal ini terkait juga dengan semakin terintegrasikannya pasar modal dalam
proses ekonomi sehingga perilaku investasi dari investor menjadi semakin sensitif
terhadap informasi non-ekonomi.
Menurut Irene (2009), informasi non-ekonomi tersebut dapat berpengaruh
pada pasar modal bila memiliki syarat-syarat, yaitu :
1) Peristiwa tersebut berskala nasional,
2) Tersebar luas di media masa dan masyarakat, dan
3) Relevan dalam pengambilan keputusan manajemen.
Peristiwa Pemilihan Umum (PEMILU) dan proses perselisihan perhitungan suara
merupakan salah satu peristiwa non-ekonomi yang mendapat perhatian cukup
besar dari media masa, masyarakat luas, dunia internasional, kalangan dunia
usaha termasuk di dalamnya investor di pasar modal. Keyakinan investor pada
kandidat terpilih dalam membawa perubahan perekonomian bangsa ke arah yang
lebih baik dapat diketahui melalui perubahan harga dan volume perdagangan.
Perubahan tersebut merupakan penyesuaian terhadap informasi yang diperoleh
sehingga akan mencapai harga keseimbangan baru (Jogiyanto, 2000:80).
Untuk mencapai keseimbangan baru harus sesuai dengan hukum permintaan
dan penawaran. Bila informasi tersebut mengindikasikan kabar baik maka banyak
4
pasar modal, sehingga dengan semakin banyaknya permintaan maka harga saham
cenderung naik. Sebaliknya bila informasi tersebut mengindikasikan kabar buruk
maka banyak investor yang melakukan aksi jual yang pada akhirnya
meningkatkan penawaran dan harga cenderung turun.
Berikut ini adalah tabel perusahaan jasa sektor property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) :
Tabel 1. Daftar Nama Perusahaan
No
6 CTRA Ciputra Development Tbk
7 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
8 EMDE Megapolitan Development Tbk
9 LPCK Lippo Cikarang Tbk
10 SMRA Summarecon Agung Tbk
Sumber : www.finance.yahoo.com
Pergerakan harga saham perusahaan ditentukan oleh berbagai faktor baik
5
faktor ekonomi, faktor pasar, industri maupun faktor internal perusahaan
menyebabkan harga saham bergerak sejalan dengan transaksi perdagangan saham
yang dilakukan sepanjang waktu. Harga saham suatu perusahaan dipengaruhi baik
oleh internal perusahaan berupa kondisi dan kinerja perusahaan maupun kondisi
eksternal perusahaan. Faktor yang berasal dari kondisi internal perusahaan
biasanya didasarkan pada informasi keuangan perusahaan antara lain laba per
lembar saham, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan
terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian dividen. Berbagai faktor eksternal
perusahaan yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah kegiatan
perekonomian pada umumnya dan kondisi dari bursa saham. Dalam investasi
saham, investor sering dihadapkan pada beberapa pertanyaan yang terkait dengan
harga saham, misalnya faktor apa saja yang mempengaruhi harga saham dan
berapa harga yang wajar bagi suatu saham. Banyak faktor yang mempengaruhi
harga saham dan semua yang terkait dengan pasar saham dapat berpengaruh pada
harga saham. Adanya berbagai faktor tersebut menyebabkan analisis harga saham
menjadi tidak mudah untuk dilakukan.
Kesulitan dalam memprediksi harga saham menuntut dilakukannya analisis
tentang saham oleh para investor saham. Analisis saham diperlukan karena dalam
investasi saham investor selalu berhadapan dengan pasar. Dalam perdagangan
saham, ketika ekspektasi pasar dalam jangka panjang naik, ekspektasi atas suatu
saham dapat menurun. Hal ini perlu dipahami oleh investor saham karena
6
saham yang dibuat pasar adalah harga yang terjadi pada saat selama pasar
berlangsung.
Analisis saham dimaksudkan untuk memprediksi tren perkembangan harga
saham. Investor dapat mengkaji aspek fundamental dari saham tersebut, di
antaranya terkait dengan kinerja finansial perusahaan, termasuk di dalamnya
struktur pendapatan dan penjualan perusahaan. Di samping melakukan
pendekatan secara fundamental, investor juga bisa melakukan pendekatan secara
teknikal. Melakukan analisis harga saham berdasarkan pendekatan fundamental
dan teknikal ini merupakan teknik analisa yang banyak dilakukan oleh investor
untuk memprediksi harga saham, termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menurut Hartono (2005) investor di pasar saham adalah penerima harga
(price takers) yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak
dapat mempengaruhi harga suatu saham. Harga suatu saham ditentukan oleh
banyak investor yang menentukan demand dan supply. Hal seperti ini dapat terjadi
karena pelaku-pelaku pasar terdiri dari sejumlah besar institusi dan individu
rasional yang mampu mengartikan dan menginterpretasikan informasi dengan
baik untuk menganalisis, menilai, dan melakukan transaksi penjualan atau
pembelian saham. Kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar serta
kemampuan investor dalam melakukan analisis investasi saham merupakan salah
satu faktor yang berperan dalam pembentukan harga saham. Persepsi yang
berbeda dari masing-masing investor dapat mempengaruhi harga saham karena
7
Periode penelitian ini adalah 17 Juni 2014 sampai 30 Oktober 2014. Periode
ini menarik untuk diteliti karena dalam rentang waktu tersebut terjadi peristiwa
yang sangat bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia yaitu keputusan
penetapan presiden, peristiwa ini mendapat perhatian yang sangat besar dari
masyarakat luas karena menyangkut masa depan bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai reaksi pasar modal (Bursa Efek
Indonesia) terhadap peristiwa yang tidak terkait dengan ekonomi, yaitu peristiwa
keputusan penetapan presiden oleh MK dengan judul: “ANALISIS PENGARUH KEPUTUSAN PENETAPAN PRESIDEN RI KE-7 TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan
yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Apakah terdapat perbedaan antara rata-rata abnormal return pada
perusahan jasa sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sebelum dan sesudah adanya keputusan penetapan
8
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan utama yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara rata-rata abnormal return
sebelum dan sesudah keputusan penetapan presiden pada perusahaan jasa
sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1) Memberikan panduan bagi masyarakat awam yang tertarik untuk
berinvestasi di pasar modal khususnya dalam perusahaan jasa sektor
property dan real estate.
2) Memberikan sumbangan bagi pihak investor dalam keputusan berinvestasi
terkait pelantikan presiden pada masa yang akan datang.
3) Bagi akademisi dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan
penelitian yang sama di masa yang akan datang.
4) Dapat menjadi sumber referensi bagi pihak-pihak terkait.
1.5 Kerangka Pikir
Harga saham sangat sensitif terhadap faktor fundamental dan ekpekstasi para
investor. Berbagai kajian menunjukkan bahwa pasar modal dipengaruhi baik oleh
9
adalah kualitas manajemen, pendanaan, bentuk investasi, dan sebagainya,
sedangkan faktor eksternal antara lain adalah penetapan harga, kekacauan dan
peperangan, inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang, maupun kebijakan
pemerintah dan sebagainya. Sesuai dengan konsep model indeks tunggal, secara
umum harga saham individual bergerak searah dengan pergerakan pasar secara
keseluruhan (Amenc dan Sourd 2003). Oleh sebab itu, harga saham property dan
real estate seharusnya juga bergerak seiring pergerakan indeks pasar.
Besarnya dampak suatu peristiwa terhadap setiap jenis saham tidaklah sama.
Investor selalu menggunakan return sebagai tolak ukurnya (Samsul, 2006). Salah
satu peristiwa yang dapat menyebabkan adanya abnormal return adalah
keputusan penetapan Presiden. Hal ini tentunya dapat menyebabkan menurunnya
daya saing perusahaan property dan real estate, dan berdampak terhadap harga
saham yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan abnormal return sebelum dan
sesudah keputusan penetapan presiden, return saham diteliti dengan
menggunakan event study. Dalam penelitian ini, model yang digunakan model
Market adjusted model. Model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik
untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat
tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode
estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi
adalah sama dengan indeks pasar. Indeks pasar yang dapat dipilih untuk pasar BEI
10
harga saham gabungan) merupakan indeks yang dapat digunakan sebagai dasar
tingkat pengembalian pasar modal.
Dengan menggunakan analisis kumulatif didapat actual return dan expected
return. Abnormal return terjadi jika terdapat selisih antara actual return dan
expected return. Hasil perhitungan rata-rata abnormal return selama periode
tersebut diuji secara statistik yang akan menghasilkan suatu kesimpulan mengenai
ada tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata abnormal return
sebelum dan sesudah keputusan penetapan Presiden. Berikut ini bagan kerangka
pemikiran penulis :
Gambar 1. Kerangka Pikir
Penetapan Presiden
Harga saham
Expected Return
Menggunakan Market Adjusted Model
Abnormal Return AbRit = Rit – E (Rit)
Actual Return
Rata-rata abnormal return sebelum keputusan
Rata-rata abnormal return setelah keputusan
11
1.6 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan kerangka pemikiran, hipotesis
yang dirumuskan adalah :
“Diduga terdapat perbedaan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah
keputusan penetapan Presiden pada perusahaan jasa sektor property dan real
27
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan event study yang mengamati pengaruh suatu
peristiwa/peraturan atau kebijakan pemerintah pada suatu periode tertentu
terhadap return saham. Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan
rentang waktu selama 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah penetapan Presiden
dengan periode jendela selama 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah penetapan
Presiden.
3.2 Definisi Operasional Variabel
1) Abnormal return adalah kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi
terhadap return yang diharapkan investor, dengan kata lain abnormal
return adalah selisih dari actual return saham dengan expected return
saham (Hartono, 2003).
2) Return pasar diperoleh dari indeks sektoral sektor property dan real estate.
3) Return saham diperoleh dari perkembangan harga saham harian.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
didapat melalui internet untuk memperoleh dokumen berupa data harga saham
28
data yang didapat melalui pihak kedua, atau ketiga bahkan dari pihak-pihak
seterusnya, sehingga tidak langsung diperoleh dari pihak pertama. Data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data harga penutupan saham harian
dengan rentang waktu selama 30 hari sebelum dan sesudah penetapan presiden
periode jendela selama 7 hari sebelum dan sesudah penetapan presiden. Serta data
indeks sektoral property dan real estate selama periode pengamatan.
3.3 Metode Pengumpulan Data 1) Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka ini dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca dari
beberapa literatur, referensi dan jurnal keuangan baik dalam bentuk buku,
koran, majalah, maupun yang ada di internet serta mempelajari teori-teori
yang berhubungan dengan penelitian ini.
2) Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan dilakukan dengan mengunjungi pusat referensi pasar
modal, dalam hal ini peneliti mengunjungi kantor idx yang berada di
Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian lapangan ini
adalah metode dokumentasi, yaitu melakukan pengumpulan data dan
pencatatan data yang diperlukan dalam penulisan ini.
3.5 Pola Event Study
Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama 40 hari
29
15 hari sebelum dan 15 hari sesudah penetapan tersebut. Periode estimasi dan
periode jendela dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. Periode Estimasi dan Periode Jendela
H – 40 hari H – 15 hari H + 15 hari H + 40 hari
0
(Penetapan Presiden)
Periode estimasi periode pengamatan
Periode jendela
3.6 Alat Analisis
1) Analisis Kualilatif
Analisis kualilatif dilakukan dengan menggunakan pendekatan teori-teori
yang ada dan berkaitan dengan penelitian untuk menjelaskan dan
menyesuaikan permasalahan dengan data yang dimiliki.
2) Analisis Kuantitatif
Langkah-langkah dalam mencari abnormal return saham yaitu sebagai
30
a. Uji Asumsi Normalitas
Uji asumsi normalitas adalah untuk mengetahui apakah data sudah
tersebar secara normal. Untuk uji asumsi normalitas dapat dilihat
melalui uji normal Q-Q PLOT.
b. Menghitung return saham 40 hari sebelum dan 40 hari
sesudah penetapan presiden yakni menghitung Raw Performance
return (Rit) dengan asumsi dividen tidak diitung atau dianggap nol.
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut (Jogiyanto, 2000) :
Rit = (Pt – Pt-1) + Dt ... (1) Pt-1
Keterangan:
R = tingkat pengembalian (return) saham
Pt = harga saham pada periode t
Pt-1 = harga saham pada periode t-1 (sebelumnya)
D = deviden kas pada akhir periode t
c. Menghitung return pasar indeks harga saham sektoral yang
dihitung dengan asumsi dividen pasar tidak dihitung atau dianggap
nol.
31
Keterangan:
Rmt = return pasar
IHSSt = indeks harga pasar sekuritas ke-i pada periode ke-i
IHSSt-1 =harga pasar sekuritas ke-i pada periode ke-j sebelumnya
d. Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan investor
(expected return) yang dihitung dengan menggunakan maket adjusted
mode). Sehingga return pasar sama dengan expected return, maka
E(Rit) = Rmt.
Jogiyanto, 2000).
e. Menghitung Abnormal return saham
ARi = Ri – E(Ri) ... (3)
Keterangan:
ARi = abnormal return sekuritas ke-i pada periode kebijakan ke-t
Ri = total return yang terjadi untuk sekuritas ke-i periode
kebijakan ke-t
E(Ri) = expected return sekuritas ke-i pada periode kebijakan ke-t
f. Menghitung rata-rata abnormal return atau average abnormal
32
k
∑ ARi,t AARt = i=1
K Keterangan:
AARt = average abnormal return pada hari ke-t
ARi,t = abnormal return untuk sekuritas ke-i pada periode t
K = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman
peristiwa
g. Uji T
Pengujian statistik dilakukan untuk melihat signifikan si abnormal
return tersebut serta berfungsi untuk menghitung apakah terdapat
abnormal return sama dengan nol.
h. Uji Beda Dua Rata-rata
Dalam penelitian ini mengunakan uji beda 2 rata-rata dengan uji
paired-sample t-test yakni dengan membandingkan antara return
sebelum dan sesudah penetapan Presiden untuk mengetahui adanya
perbedaaan abnormal return akibat dari penetapan tersebut. Proses
pengujian beda dua rata-rata dalam penelitian ini yaitu menggunakan
program SPSS 17.0.
i. Menentukan wilayah penerimaan dan penolakan hipotesis nol
33
Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
3) Membandingkan t hitung dengan t tabel dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan. Penulis menggunakan
tingkat kepercayaan 95% atau α = 5%.
3.7 Pengujian Hipotesis
Langkah-langkah dalam melakukan pengujian hipotesis secara statistik :
1) Menyusun Formulasi hipotesis :
Hipotesis :
Ho = Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata abnormal
return sebelum dan sesudah penetapan Presiden di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014.
Ha = Terdapat perbedaan antara rata-rata abnormal
return sebelum dan sesudah penetapan Presiden di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014.
2) Menentukan pilihan uji statistik
a. Uji T
Pengujian statistik dilakukan untuk melihat signifikansi abnormal
return tersebut dan menghitung apakah terdapat abnormal return
sama dengan nol. Uji-t dilakukan dengan membandingkan t-hitung
dengan t-tabel sebagai berikut :
34
- Ho ditolak dan Ha diterima
- Hal tersebut menunjukan bahwa abnormal return signifikan
b) Jika t-hitung < t-tabel atau sig > 0,05 maka :
- Ho diterima dan Ha ditolak
- Hal tersebut menunjukan bahwa abnormal return tidak
signifikan.
b. Uji Beda Dua Rata-rata
Dalam penelitian ini menggunakan uji beda dua rata-rata dengan uji
paired-sample t-test yakni dengan membandingkan antara rata-rata
abnormal return sebelum dan susudah penetapan Presiden. Dengan
ketentuan sebagai berikut :
a) Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
b) Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dana Ha ditolak
Ditarik kesimpulan berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmadji, Tjiptono, Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Hartono. M, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edidi Ketiga. Yogyakarta: AMP YKPN.
Keow, Arthur J. Scott, David F. Martin, Jhon D. J. W. Petty. 1995. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Alih Bahasa Haris Munandar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Manurung, Adler Haymans Dr. dan Cahyanti Ira K. 2004. Pengaruh Peristiwa Politik (Pengumuman Hasil Pemilu Legislatif, Pengumuman Hasil Pemilihan Presiden, Pengumuman Susunan Kabinet, Reshuffle Kabinet) Terhadap Sektor-Sektor Industri di Bursa Efek Jakarta. Jurnal.
Nazir, Moh. Ph.D. 2002. Metode Penelitian. Darussalam: Ghalia Indonesia.
Revita, Lisa. 2010. Analisis January Effect pada Saham Perusahaan LQ45 Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2004-2009. Bandar Lampung: Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Lampung.
Suprapto, J. MA. 1992. Statistik Pasar Modal. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1998. Manajemen Keuangan. Jilid dua edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga.
_______________. 2014. www.idx.com/edukasi. Jakarta.
_______________. 2014. www.duniainvestasi.com/sektorsaham. Jakarta.
_______________. 2014. www.yahoofinance.com/Indeks Harga Saham Gabungan. Jakarta.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Investasi
2.1.1 Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menanamkan modal baik
dalam uang maupun benda pada suatu objek dengan tujuan memperoleh
keuntungan selama periode tertentu. Keputusan investasi adalah suatu keputusan
yang sangat penting dalam berinvestasi, dimana untuk memperoleh suatu
keuntungan kita harus berhadapan dengan risiko, oleh sebab itu investor harus
mengevaluasi hubungan antara tingkat pengembalian dan risiko.
Investasi dapat diartikan sebagai cara penanaman modal baik secara
langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat atau
keuntungan tertentu sebagai hasil penanaman modal tersebut. Untuk maksud
tersebut, sejumlah uang ditanamkan atau diinvestasikan dalam bidang usaha
tertentu yang dianggap investor akan dapat memberikan hasil. Satu hal yang harus
diingat, setiap investasi dapat memberikan keuntungan tetapi dapat pula
memberikan kerugian. Hal ini menunjukan bahwa investasi mengandung risiko,
seorang investor harus bersedia menanggung risiko karena mengharapkan
13
2.1.2 Tujuan Investasi
Menurut Reily dan Brown (2000), ada beberapa alasan orang melakukan
investasi, yaitu :
1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan
datang, seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana untuk
meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu.
2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam
perusahaan atau objek lain, seorang dapat menghindarkan diri agar
kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena inflasi.
3) Dorongan untuk menghemat pajak. Melalui fasilitas perpajakan di bidang
investasi tertentu mendorong orang untuk melakukan investasi.
2.1.3 Jenis-jenis Investasi
Pada dasarnya investasi dibedakan menjadi 3 kelompok (sharpe, 1997) :
1) Investasi dalam aktiva finansial (financial asset) dan aktiva riil (real
asset). Aktiva finansial adalah yang ditanamkan oleh investor dalam
bentuk tabungan atau surat berharga. Aktiva riil adalah bentuk investasi
yang ditanamkan oleh investor dalam bentuk kekayaan riil.
2) Investasi langsung dan tidak langsung. Investasi langsung adalah investasi
dimana investor langsung memperoleh atas surat berharga atau kekayaan.
Investasi tidak langsung adalah investasi yang dilakukan dalam suatu
14
3) Investasi jangka panjang dan jangka pendek. Investasi jangka panjang
adalah investasi dengan masa jatuh tempo lebih dari satu tahun atau tidak
mengenal adanya jatuh tempo. Investasi jangka pendek adalah investasi
dengan masa jatuh tempo kurang atau sama dengan satu tahun.
2.2 Pasar Modal
2.2.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar financial yang
menjalankan fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Husnan, 1994). Pasar modal
dalam menjalankan fungsi ekonomi yaitu dengan mengalokasikan dana secara
efisien dari pihak yang memiliki dana kepada pihak yang membutuhkan dana,
sedangkan fungsi keuangannya dapat ditunjukkan oleh adanya perolehan imbalan
bagi pihak yang memberi dana sesuai dengan karakteristik investasi yang mereka
pilih. Pasar modal menjadi salah satu pilihan bagi investor dalam menyalurkan
dana yang mereka miliki. Dalam hal ini informasi merupakan sesuatu hal yang
sangat penting, karena seorang investor sebelum menginvestasikan dananya di
pasar modal dengan cara membeli saham yang diperdagangkan dia harus
memahami dan mempercayai bahwa semua informasi tersedia dan mekanisme
perdagangan di pasar modal dapat dipercaya, tidak ada pihak tertentu yang
memanipulasi informasi dan perdagangan tersebut.
Keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari nilai perusahaan. Pada
15
saham mencerminkan nilai perusahaan bila pasar modal dalam keadaan efisien.
Pasar yang efisien dapat menunjukkan harga saham yang mencerminkan secara
penuh (fully reflect) informasi yang tersedia, informasi tersebut dapat berupa
laporan tahunan perusahaan, pembagian deviden, pemecahan saham, laporan para
analis pasar modal, dan sebagainya. Pasar modal yang efisien menjadikan harga
saham cenderung wajar dan benar-benar mencerminkan nilai saham (perusahaan)
yang bersangkutan hingga tidak ada harga saham yang overvalue atau undervalue.
Bila benar harga-harga saham di pasar modal di Indonesia overvalue atau
undervalue berarti pasar modal di Indonesia belumlah efisien, selain itu pasar
modal yang efisien dimana seluruh informasi yang relevan diterima oleh investor
dan informasinya telah diprediksikan ke dalam saham.
2.2.2 Tujuan Pasar Modal
Menurut Keputusan Presiden no. 52 tahun 1976, keberadaan pasar modal
bertujuan untuk :
1) Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam
kepemilikan saham-saham perusahaan swasta, guna menuju pemerataan
pendapatan masyarakat.
2) Untuk lebih menggairahkan partisipasi masyarakat dalam mengerahkan
dan menghimpun dana yang digunakan secara produktif dalam
16
2.3 Saham
2.3.1 Pengertian Saham
Di antara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham
adalah yang paling dikenal masyarakat dan di antara emiten (perusahaan yang
menerbitkan surat berharga) saham juga yang paling banyak digunakan untuk
menarik dana dari masyarakat, khususnya saham biasa (common stock). Secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut.
Pengertian saham menurut Jogiyanto (2000) adalah “tanda kepemilikan
perusahaan yang memiliki beberapa hak dalam perusahaan”. Menurut UU no. 8
tahun 1995 tentang pasar modal (1996), menyatakan bahwa saham adalah “tanda
penyertaan modal pada Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang”. Dapat disimpulkan pengertian saham adalah
surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbentuk perseroan (PT)
yang menyatakan bahwa pemegang saham adalah pemilik sebagian dari
perusahaan dan memilki andil dalam perusahaan tersebut. Jadi, saham merupakan
bukti kepemilikan bagian modal Perseroan Terbatas yang memberikan hak atas
17
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Alwi (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan
harga saham atau indeks harga saham, antara lain :
1) Faktor Internal (Lingkungan mikro), yaitu :
a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-broard of
director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur,
manajemen, dan struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian, laporan
divestasi dan lainnya.
e. Pengumumna investasi (invesment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset, dan penutupan usaha lainnya.
f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti
negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan, dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per
share (EPS) dan deviden per share (DPS) , price earning ratio, net
18
2) Faktor eksternal (Lingkungan makro), mencakup :
a. Pengumuman dari pemerintah yaitu perubahan kebijakan dan
peraturan seperti suku bunga tabungan, deposito, kurs valuta asing,
inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan
perusahaan terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcement), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham
perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara.
e. Berbagai isu baik dalam negeri maupun luar negeri.
2.3.3 Jenis-jenis Saham
Menurut Panji Anoraga (2001) saham dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1) Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak
terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif.
Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan
pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada
19
menerima laba dua kali. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang
saham preferen karena merekalah yang memasok dan ke perusahaan
sewaktu mengalami kesulitan keuangan.
2) Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan menerima
laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan
bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu.
Penghitungan indeks harga saham didasarkan pada harga saham biasa.
Hanya pemegang saham biasa yang mempunyai suara dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
2.4 Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi (Jogiyanto,
2000). Return saham dibagi menjadi dua macam yaitu return realisasi (realized
return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return
yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis, sedangkan return
ekspektasi adalah return yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa
yang akan datang. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis juga berguna sebagai dasar
penentuan return ekspektasi dimasa yang akan datang. Biasanya return realisasi
digunakan sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan.
Sumber-sumber return yaitu yield dan capital gain. Yield merupakan
20
secara periodik dari suatu investasi. Dividen (yield) merupakan pembagian
keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan
yang dihasilkan perusahaan, sedangkan capital gain adalah selisih antara harga
beli dengan harga jual. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada
waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga
sebelumnya, sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus
diestimasi. Return ekspektasi dapat dihitung menggunakan 3 model estimasi yakni
mean adjusted model, market model, dan market adjusted model (Jogiyanto,
2000).
1) Mean adjusted model
Model disesuaikan rata-rata (mean adjusted model) ini menganggap bahwa
return ekspektasi bernilai konstan yaitu sebesar nilai rata-rata return
realisasi sebelumnya periode estimasi (estimation period). Periode
estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode sebelum
periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan
periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window).
2) Market model
Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) ini
dilakukan dengan dua tahap yaitu :
a. Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi
selama periode estimasi.
b. Menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return
21
Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS
(Ordinary Least Square).
3) Market adjusted model
Model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut.
Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode
estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang
diestimasi adalah sama dengan indeks pasar. Indeks pasar yang dapat
dipilih untuk pasar BEI misalnya IHSG (indeks harga saham gabungan).
Di Indonesia, IHSG (indeks harga saham gabungan) merupakan indeks
yang dapat digunakan sebagai dasar tingkat pengembalian pasar modal.
Secara matematis tingkat pengembalian pasar dapat dihitung berdasarkan
rumus :
IHSG t
Rm = – 1
IHSG t-1
Keterangan:
Rm : Hasil pengembalian pasar
IHSG t : Indeks harga saham gabungan atau pasar periode t
22
2.5 Required Return
Sebelum berinvestasi investor harus bisa memprediksi tingkat pengembalian
yang diinginkan, biasanya tingkat bunga yang diinginkan itu melebihi tingkat
suku bunga bank yang berlaku. Salah satu cara mengetahuinya adalah dengan
menghitung required return. Required return adalah tingkat pengembalian yang
dibutuhkan oleh seorang investor yang menginvestasikan modalnya (Weston and
Copeland, 2001), dirumuskan :
Rj = Rf + Rp
Keterangan:
Rj : Required return on investment
Rf : Risk free rate (suku bunga bank pada suatu investasi yang tidak
mengandung resiko)
Rp : Risk premium on investment (tingkat bunga diatas risk free yang
diinginkan)
2.6 Abnormal Return
Abnormal return merupakan kelebihan return yang sesungguhnya terjadi
terhadap return normal (Jogiyanto, 2000). Abnormal return sering digunakan
sebagai dasar pengujian kandungan informasi dari suatu pengumuman peristiwa
dan akhirnya akan digunakan untuk menguji efisiensi pasar. Suatu pengumuman
yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan return yang tidak
23
dilakukan dengan mengurangi return sesungguhnya dengan return ekspektasi.
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang
merupakan selisih harga sekarang dikurangi harga sebelumnya, sedangkan untuk
return ekspektasi dapat diestimasi dengan model mean adjusted, model market
model dan market adjusted model.
2.7 Efisiensi Pasar
Secara umum, efisiensi pasar (market efficiency) didefinisikan oleh Beaver
(1989) sebagai hubunan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Bentuk
efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan informasinya saja atau dapat
dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi, tetapi juga dilihat dari
kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari
informasi yang tersedia. Pasar efisiensi yang ditinjau dari sudut informasi saja
disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market).
Sedang pasar efisiensi yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam
mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan
efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market).
Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara
harga sekuritas dengan informasi. Fama (1970) menyajikan tiga macam bentuk
utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu
informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan
24
1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisiensi dalam bentuk lemah jika harga-harga dari
sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu.
Informasi masa lalu ini adalah informasi yang telah terjadi. Bentuk
efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak
(random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak
berhubungan dengan nilai sekarang.
2) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form).
2.8 Studi Peristiwa (Event Study)
Penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi sering
disebut event study. Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang
mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk
menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan
dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar (Jogiyanto, 2003).
Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah
kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Jogiyanto (2003) menyatakan
bahwa pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari
suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information
content), maka diharapkan pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
25
dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return
sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika
menggunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman
yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada
pasar.
Pengujian kandungan informasinya hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi
tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan
kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan maka
pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi (informational
market) bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika
tidak ada investor yang memperoleh abnormal return dari informasi yang di
umumkan atau jika memang ada abnormal return, maka pasar harus bereaksi
dengan cepat (quickly ) untuk menyerap abnormal return untuk menuju harga
keseimbangan yang baru.
2.9 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagian besar penelitian event study yang dilakukan terdahulu menggunakan
berbagai event yang terkait dengan aktivitas ekonomi atau bisnis. Sebagian
penelitian tersebut dilakukan untuk menguji efisiensi suatu pasar modal. Namun
beberapa penelitian event study yang terbaru cenderung untuk mengamati reaksi
pasar modal dengan menggunakan berbagai event yang tidak terkait dengan
26
Dr. Adler Haymans Manarung dan Cahyanti Ira K (2004) dalam penelitian
event study yang dilakukan dengan judul Pengaruh Peristiwa Politik
(pengumuman hasil pemilu legeslatif, pengumuman hasil pemilihan presiden,
pengumuman kabinet, reshuffle kabinet) terhadap sektor-sektor industri di Bursa
Efek Indonesia menghasilkan abnormal retrun yang signifikan di BEI
dikarenakan informasi dari peristiwa-peristiwa tersebut.
Begitu pula dengan Dheaning Lukita (2009) dengan judul Pengaruh Pemilihan
Presiden 2009 terhadap retrun Saham Indeks LQ 45 menghasilkan abnormal
return yang signifikan di BEI. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
menunjukan bahwa sektor keuangan, sektor perdagangan, jasa, dan investasi, serta
sektor konstruksi, property dan real estate menunjukan reaksi setiap kali peristiwa
politik terjadi. Hal ini memberikan implikasi bahwa pada masa-masa
ketidakpastian politik selama beberapa hari di sekitar peristiwa politik, investasi
pada sektor-sektor yang terlalu reaktif terhadap peristiwa politik sebaiknya
dihindari jika ada indikasi bahwa informasi yang mucul tidak sesuai yang