• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Jati

Agung Lampung Selatan tahun pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh: SULIANA

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii ABSTRAK

KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP (Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Kabupaten

Lampung Selatan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh SULIANA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan kerjasama siswa menggunakan metode diskusi dengan media gambar pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.

Desain penelitian adalah deskriptif sederhana. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII b dan VIII e yang dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif yaitu

berupa kualitas kerjasama siswa yang diperoleh dari lembar observasi dan

wawancara pada beberapa siswa. Data yang diproleh kemudian dianalisis dengan statistik sederhana yakni dengan deskriptif persentatif.

(3)

iii

62,50% siswa berkriteria baik, sebanyak15,28% siswa berkriteria sangat baik, dan sebanyak 11,12% siswa berkriteria kurang baik. Sedangkan pada kelas VIII e dengan rata-rata sebanyak 56,95% siswa berkriteria baik, sebanyak 23,62% siswa berkriteria sangat baik, dan sebanyak 13,89% siswa berkriteria kurang baik Kemudian untuk pencapaian seluruh indikator pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua berkriteria baik. Jadi, kualitas kerjasama siswa berkriteria baik pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.

Kata kunci : Metode Diskusi, Kerjasama Siswa, Pertumbuhan dan Perkembagan Makhluk Hidup

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 17 Febuari 1990, yang merupakan anak ke-lima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Subilan dan Ibu Ratmini yang bertempat tinggal di Jalan Pulau Buton Gg. Bonsai No.13 RT/RW 001/002 Jagabaya 2 Kabupaten Bandar Lampung Kecamatan Sukabumi Kode Pos 35132 nomor telepon 089631040400.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 06 Penengahan Tanjung Karang yang diselesaikan pada tahun 2002, SMP

Muhammadiyah 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008.

(9)

ix

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, d

engan mengucap syukur kepada Alloh SWT, ku persembahkan

karya kecilku ini untuk :

Yang Tercinta Bapakku Subilan dan Ibuku Ratmini yang telah mendidik dan membesarkan

ku dengan doa, kesabaran dengan limpahan cinta yang tak terhingga, serta selalu menunggu

keberhasilanku. Curahan kasih sayang kalian yang menjadi pemicu semangatku untuk

menggapai cita-cita.

Kakak-kakakku tercinta Hartini, , Muniroh , Arifin, Syahroni, serta Kakak Iparku Leny

amalia, Supriadi Junaidi dan Keponakanku tersayang yang selalu memberikan keceriaan ,

perhatian dan kasih sayangnya dalam setiap langkahku.

Keluarga besar ku, atas doa dan kasih sayangnya.

Pendamping masa depanku kelak, yang akan menemaniku dalam menjalani kehidupanku.

Guru dan dosenku yang telah memberiku banyak ilmu.

(10)

x

MOTO

Kemenangan yang seindah - indahnya dan sesukar-sukarnya yang

boleh direbut oleh manusia ialah mrnundukkan diri sendiri

(Ibu Kartini)

Semakin orang tersebut gigih dan tidak putus asa ketika terjadi

salah atau jatuh, semakin besar kemungkinan orang tersebut untuk

lebih berhasil dalam hidupnya.

(Prof. Sukardi, M.S.Ph.D)

Sejarah bukan hanya rangkaian cerita, ada banyak pelajaran,

kebanggaan dan harta didalamnya.

(Mario Teguh)

Pendidikan merupakam perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

“Keberhasilan dan kesuksesan hanyalah untuk orang

-orang yang

pantang menyerah dan senantiasa berdo’a. Hasil yang terbaik

diperoleh melalui proses yang terbaik, percayalah ketika kita yakin

kita bisa maka semua akan menjadi mudah ”

(11)

xi

SANWACANA

Puji Syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP (Studi Kasus pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

sekaligus pembimbing II dan pembimbing akademik atas kesabaran, bimbingan, arahan, dan masukannya kepada penulis.

4. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed, selaku pembahas atas saran dan bimbingannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku pembimbing I atas kesediaannya memberikan

(12)

xii

6. Retno Widiyaningsih, S.Pd., yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIIB dan VIII E SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatanatas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung

7. Kakak-kakakku tercinta Hartini, Arifin, Muniroh, Syahroni, Leny amalia, Supriadi dan Junaidi, terimakasih atas motivasi, doa dan dukungannya. 8. Seseorang disana atas doa, semangat, bantuan serta cinta dan kasih

sayangnya.

9. Sahabat seperjuangan Pendidikan Biologi ‘08: Sri Rahayu Wulandari,Era Oktariani, Septina Usman, Ihda Febriana Sari dan Eko Budiyono, serta teman-teman 08 yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Rekan-rekan Pendidikan Biologi’09 dan’07, terima kasih banyak untuk pengertian, persaudaraan, semangat, motivasi, nasihat, dan kritikannya. 10. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 19 Desember 2014

(13)

xiii

E. Jenis dan Tekhnik Pengambilan Data 1. Jenis Data ... 33

2. Tekhnik Pengambilan Data. ... 33

F. Teknik Analisis data Analisis kualitas kerjasama siswa ... 34

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

(14)

xiv V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN 1. Silabus ... 55

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 57

3. Soal Pretest-Postest ... 77

4. Lembar Kerja Kelompok Siswa ... 93

5. Lembar Observasi Kualitas kerjasama Siswa ... 107

6. Rubrik Penilaian Kualitas Kerjasama Siswa ... 108

7. Pedoman wawancara ... 110

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar observasi Kerjasama siswa ... 34 2. Perhitungan deskriptif persentatif untuk kualitas kerjasama siswa ... 36 3. Tabulasi Kualitas Kerjasama Siswa Berdasarkan Kriteria ... 36 4. Persentase kualitas kerjasama siswa dilihat dari kriteria masing-masing

siswa kelas VIII B ... 37 5. Persentase kualitas kerjasama siswa dilihat dari kriteria masing-masing

siswa kelas VIII E ... 38 6. Persentase kualitas kerjasama siswa dilihat dari pencapaian masing-masing

indikator yang diamati kelas VIII B... 40 7. Persentase kualitas kerjasama siswa dilihat dari pencapaian masing-masing

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka pikir ... 12

2. Guru membimbing siswa mendiskusikan LKS. ... 112

3. Siswa sedang berdiskusi kelompok. ... 112

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembangunan bangsa. Berbagai kajian diberbagai negara menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa yakni pendidikan yang merata, bermutu dan relevan dengan kebutuhan yang meningkat. Di Indonesia pendidikan diharapkan mampu menghasilkan manusia dan masyarakat Indonesia yang demokratis, religius yang berjiwa mandiri, bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan keunggulan masyarakat diberbagai bidang sehingga tercapai kemajuan dan kemakmuran (Djunaedi, 2001: 2).

Berdasarkan hasil survei NACE (National Asociation of Colleges and

Employers) pada tahun 2002 kepada 457 pemimpin perusahaan tentang kualitas

terpenting seseorang, hasilnya barturut-turut adalah kemampuan

(18)

2

humoris, dan kemampuan berwirausaha (Irma dalam Widodo, 2007:1). Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa kemampuan dibidang akademik hanya menduduki urutan ke-17 pada indikator dan kemampuan yang mencerminkan kualitas seseorang. Faktor-faktor yang lain, misalnya kemampuan

berkomunikasi, kejujuran dan integritas, kemampuan bekerjasama, daya analitis, kepemimpinan, dan lain-lain memegang peranan penting dalam keberhasilan seseorang di tempat kerja.

Kelompok belajar sebagai suatu wadah atas proses belajar yang disokong oleh anggota-anggotanya sehingga ada ketergantungan antar sesama anggota untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama. Lebih lanjut Attayaya

menyatakan banyak manfaat belajar bersama yang bisa didapat jika kita membentuk kelompok belajar. Seperti adanya kebersamaan atau rasa persaudaraan, saling berbagi ilmu, dapat menyuarakan sesuatu hal secara bersama-sama, menambah pengalaman, lebih menjadi aktif dan proaktif, dapat meningkatkan rasa tanggung jawab, dan lain sebagainya. Selain itu juga dengan adanya komunikasi timbal balik dalam kelompok akan meningkatkan motivasi diri untuk menjadi lebih baik (Attayaya, 2010 : 1).

(19)

3

berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah (Rhudiyah, 2007 : 57).

Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat cenderung bersifat individualistis dan mementingkan diri sendiri serta mengesampingkan sifat-sifat kerjasama dan tanggung jawab. Permasalahan tersebut haruslah dihilangkan, agar terbentuk suatu bangsa yang mampu bekerjasama,

demokratis dan bertanggung jawab, yang merupakan salah satu kemampuan yang mencerminkan kualitas seseorang. Salah satu cara mewujudkan hal tersebut adalah dengan pendidikan. Didalam pendidikan terdapat proses pembelajaran, pelaksanaan proses tersebut tentu harus disiasati oleh guru agar berjalan dengan benar dan dapat menumbuhkan sifat-sifat tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi biologi di SMP Negeri 2 Jati Agung metode diskusi memang sudah berjalan, tetapi dalam proses pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok tersebut sangat terlihat bahwa siswa cenderung hanya ingin memperlihatkan

kemampuannya sendiri bukan kelompoknya dan seringkali hasil dari kelompok tersebut memang bagus tetapi bukan hasil dari kerjasama setiap anggota

(20)

4

seharusnya tidak boleh dikesampingkan. Dengan kerjasama hasil dari

kelompok siswa merupakan hasil kerja semua siswa, bukan dari satu atau dua anggota kelompok saja. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran maka harus ada kesesuaian antara metode pembelajaran dengan materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan kualitas kerjasama serta hasil belajar siswa, dan salah satu alternatif metode yang dapat digunakan adalah metode diskusi kelompok dengan materi pokok yaitu pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup karena diskusi yang baik bukan semata timbul dari peran guru. Akan tetapi lebih tepat apabila timbul dari murid setelah memahami masalah dan situasi yang dihadapinya. Tetapi dalam hal ini guru dapat pula memberikan arahan kepada peserta didik dalam memperoleh tema atau masalah yang tepat untuk didiskusikan, yang sebelumnya kepada peserta didik diberikan tugas untuk mempelajari, memahami dan menganalisis masalah yang dijadikan topik diskusi (Kasmadi, 1990:106).

Selama ini metode diskusi yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran hanya siswa yang pintar saja yang aktif terlibat dalam diskusi dan siswa yang lain hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting saja, sehingga diskusi hanya didominasi oleh beberapa siswa bahkan permasalahan diskusi meluas sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru belum memperhatikan

(21)

5

bekerjasama dalam kelompoknya. Kegiatan siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting saja, padahal menurut Sardiman (2007: 95), aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja tetapi lebih menitik beratkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran, misalnya menyatakan pendapat, bertanya, menggambar, memecahkan masalah, dapat menganalisis dan menggambil keputusan dan lain-lain. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar dalam suatu kelompok belajar.

Melihat permasalahan diatas, maka diperlukan suatu solusi untuk menghadapi kendala yang dihadapi oleh guru SMP Negeri 2 Jati Agung yaitu dengan menggunakan metode diskusi dengan media gambar. Metode Diskusi merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi

kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah (Suryosubroto, 2002 : 179).

(22)

6

Pengukuran kualitas kerjasama siswa didukung oleh penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Rudhia (2007: iii) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kerjasama serta hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan kualitas kerjasama siswa berkriteria baik dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada materi pokok Sistem Pencernaan Makanan, dengan sebagian besar indikator yang diukur berkriteria baik, dan lebih dari 50% siswa pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua berkriteria baik. Dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan kriteria sedang pada hasil individu maupun pada hasil kelompok.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian yang berjudul Kemampuan Kerjasama Siswa Menggunakan Metode Diskusi dengan Media

Gambar Pada Materi Pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan tahun pelajaran 2013/2014)’’

B.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

(23)

7

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui kemampuan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan media gambar pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup di SMP Negeri 2 Jati Agung tahun pelajaran 2013/2014.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Bagi Peneliti

Mengetahui tingkat keberhasilan dari pemanfaatan media gambar dengan metode diskusi sehingga memudahkan peneliti dalam penyampaian materi terutama pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada

makhluk hidup.

2. Bagi guru

a. Dapat mengoptimalkan kemampuan kerjasama serta hasil belajar siswa.

b. Menjadikan metode pembelajaran diskusi sebagai salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengukur kualitas kerjasama siswa dalam berdiskusi di kelas.

3. Bagi siswa

a. Membiasakan siswa untuk bekerjasama yang baik dalam kelompok. b. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan

(24)

8

c. Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui kualitas kerjasama siswa menggunakan metode pembelajaran diskusi.

4. Bagi Sekolah

Sebagai masukan untuk mengoptimalkan kerjasama dalam metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah pada khususnya dan mutu

pendidikan pada umumnya.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap penelitian ini, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran yang prosesnya melibatkan suatu kelompok untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah dengan kelompok lain sehingga didapatkan kesepakatan (Suryosubroto, 2002:179).

2. Menurut Suryosubroto (2002: 181-182), terdapat langkah-langkah penggunaan metode diskusi yaitu :

a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.

(25)

9

c. Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (Ketua, Sekretaris atau pencatat), mengatur tempat duduk, ruangan, saranan, dan sebagainya.

d. Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing,

sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain. e. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang

dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.

f. Para siswa mencatat hasil (hasil- hasil) diskusi, dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah

para siswa mencatatnya untuk “file” kelas.

3. Media gambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambar atau foto materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup yang pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat

membangkitkan minatnya pada pelajaran, membantu mereka dalam kemampuan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks lingkungan sekitar sekolah yang digunakan meliputi lingkungan (Rohani, 1997: 76-77).

(26)

10

namun dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi pada kerjasama tingkat awal, yakni berjumlah 10 indikator yaitu : (1) menggunakan kesempatan; (2) menggunakan kontribusi; (3) mengambil giliran dan berbagi tugas;(4) berada dalam kelompok;(5) berada dalam tugas;(6) mendorong partisipasi;(7) mengundang orang lain untuk berbicara;(8) menyelesaikan tugas pada waktunya;(9) menghormati perbedaan individu.

5. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Tahun Pelajaran 2013/2014.

6. Materi pokok ini adalah pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup. KD 1.1 Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa biologi merupakan pelajaran yang cukup sulit

(27)

11

Upaya meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup siswa didorong untuk aktif melakukan kegiatan agar dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dengan pola belajar seperti ini diharapkan aktivitas dan penguasaan materi siswa dapat meningkat. Keberhasilan belajar juga tidak terlepas dari faktor yang

mempengaruhinya, salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan.

Salah satu metode yang diduga dapat meningkatkan kemampuan ini adalah metode diskusi dengan media gambar diduga lebih efektif untuk

meningkatkan aktivitas belajar, karena dengan menggunakan metode dan media, siswa menjadi tidak bosan serta dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas untuk berpikir, berbicara serta berani berargumen. Metode diskusi, prosesnya melibatkan suatu kelompok untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah dengan kelompok lain sehingga didapatkan kesepakatan.

(28)

12

memang didesain untuk mengurangi hal-hal tersebut, yakni metode pembelajaran diskusi.

Keberhasilan metode diskusi kelompok ini tidak lepas dari proses yang terjadi di dalamnya, yaitu kerjasama yang dilakukan oleh setiap masing-masing anggota kelompok. Dengan kerjasama hasil dari kelompok siswa merupakan hasil kerja semua siswa, bukan dari satu atau dua anggota kelompok saja. Seringkali hasil dari kelompok tersebut memang bagus namun bukan hasil dari kerjasama setiap anggota kelompok, melainkan hasil dari beberapa anggota yang memang mempunyai intelektual yang lebih dari anggota yang lain. Hal tersebutlah yang menarik minat peneliti untuk meneliti kualitas kerjasama dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok ini agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Secara ringkas kerangka pikir kualitas kerjasama ini dapat dilihat pada bagan berikut:

(29)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu

masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

Menurut Suryosubroto (2002: 179) dan Djamarah dan Zain (2006: 87-88). Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar-mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Guru memberikan kesempatan kepada siswa

(kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah,

diantaranya yaitu saling tukar-menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja sehingga akan terjadi proses belajar dalam diskusi tersebut.

(30)

14

masalah peranan guru. Terlalu banyak “campur tangan dan “main perintah” dari guru niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak (Suryosubroto, 2002: 179-180).

Diskusi dapat dilakukan dalam bermacam-macam Menurut Suryosubroto (2002: 181-182) bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam tujuan. Berbagai bentuk diskusi yang terkenal sebagai berikut:

a. The social problema meeting

Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelasnya atau di sekolahnya dengan harapan setiap siswa akan merasa

”terpanggil” untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan

kaidah-kaidah yang berlaku, seperti dengan guru atau personel sekolah lainnnya, peraturan-peraturan di kelas atau sekolah, hak-hak dan kewajiban siswa dan sebagainya.

b. The open-ended meeting

Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari dengan kehidupan mereka di sekolah, dengan sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar mereka, dan sebagainya.

c. The educational-diagnosis meeting

(31)

15

Menurut Suryosubroto (2002: 180-181), teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendaknya:

1. memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para siswa. 2. memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan

kemampuannya masing-masing.

3. memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai.

4. membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktik lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.

5. membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).

6. membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai

masalah yang di “lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari

pelajaran sekolah.

7. mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Menurut Suryosubroto (2002: 181-182), terdapat langkah-langkah penggunaan metode diskusi hendaknya:

(32)

16

2. Pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris atau pencatat), mengatur tempat duduk, ruangan, saranan, dan sebagainya.

Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang:

a. Lebih memahami atau menguasai masalah yang akan didiskusikan. b. “berwibawa” dan disenangi oleh teman-temannya.

c. berbahasa baik dan lancar bicaranya. d. dapat bertindak tegas, adil dan demokratis.

Tugas pimpinan diskusi antara lain meliputi (a) pengatur dan pengarah acara diskusi, (b) pengatur “lalu lintas” percakapan, (c) penengah dan penyimpul berbagai pendapat.

3. Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain (kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak bicaranya sama.

4. Kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari

(33)

17

5. Akhirnya para siswa mencatat hasil (hasil- hasil) diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah

para siswa mencatatnya untuk “file” kelas.

Menurut Suryosubroto (2002: 185), beberapa keuntungan metode diskusi, meliputi (a) metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar, (b) setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing, (c) metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah, (d) dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan

(kemampuan) diri sendiri, (e) metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

Menurut Suryosubroto (2002: 186), beberapa kelemahan metode diskusi adalah sebagai berikut:

1. suatu diskusi tak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota- anggotanya.

2. suatu diskusi memerlukan keterampilan- keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

3. jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberpa siswa yang

“menonjol”.

(34)

18

5. diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.

6. apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya.

7. sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan pendapatnya.

8. jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut Djajadisastra (dalam Suryosubroto, 2002: 186-187), mengemukakan saran mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain adalah:

1. Murid-murid dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang kecil, misalnya lima orang murid setiap kelompok. Kelompok kecil ini harus terdiri dari murid-murid yang pandai dan kurang pandai, yang pandai bicara dan yang kurang pandai bicara, murid laki-laki dan murid perempuan. Hal ini harus diatur benar-benar oleh guru. Disamping itu, harus pula diperhatikan agar murid-murid yang sekelompok itu benar-benar dapat bekerja sama. Dalam setiap kelompok ditetapkan ketuanya.

(35)

anggota-19

anggota kelompok. Dengan demikian semua murid akan pernah

mengalami suasana bekerja bersama-sama dalam satu kelompok dan juga pernah mengalami bekerja sama dengan semua teman sekelasnya.

3. Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid, dari surat-surat kabar, dari kejadian sehari-hari di sekitar sekolah, dan kegiatan di masyarakat yang sedang menjadi pusat perhatian penduduk setempat.

4. Mengusahakan penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi. Membagi-bagi diskusi di dalam beberapa hari atau minggu berdasarkan pembagian topik ke dalam topik-topik yang lebih kecil lagi (sub topik). Keleluasaan berdiskusi dapat pula dilakukan dengan menyelenggarakan suatu pekan diskusi dimana seluruh pekan itu dipergunakan untuk mendiskusikan problema-problema yang telah dipersiapkan sebelumnya.

5. Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di luar sekolah.

Memperhatikan ketentuan-ketentuan tersebut kelemahan metode diskusi dapat dikurangi. Tentu saja, pada akhinya berhasil atau tidaknya

penggunaan metode diskusi ini banyak bergantung pada kecakapan guru di dalam membimbing murid-muridnya berdiskusi.

(36)

20

pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untukmengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif

pemecahan masalah. Hal ini diskusi merupakan jalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk

mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari

keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat. Metode ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa seperti menggali informasi lebih banyak, mengolah informasi secara cerdas, mengambil keputusan dengan tepat, dan memecahkan masalah dengan arif dan kreatif.

B. Media Gambar

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau penghantar. Menurut bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2007: 3).

Brigg (dalam Sadiman, 1986: 6), berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Gerlach dan Eli (dalam Arsyad, 2007: 3), mengatakan bahwa media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

(37)

21

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.

Solihatin (2007: 23), menyatakan bahwa manfaat media dalam proses pembelajaran adalah untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran lebih efektif dan efesien. Hamalik (dalam Arsyad, 2007: 15), menambahkan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginana dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Berdasarkan pendapat Sadiman (1986: 17-18), secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

1. memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:

a. Objek yang terlau besar bisa digantikan dengan gambar, film, atau model.

b. Objek yang kecil bisa dibantu dengan film, gambar, dan sebagainya. c. Gerak yang terlau lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan

timelapse.

d. Kejadian yang terjadi di masa lampau bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, dan foto.

(38)

22

a. Menimbulkan kegairahan belajar.

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

c. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Sudjana dan Ahmad (2005: 3), mengungkapkan bahwa ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis disebut juga media dua dimensi yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan lain-lain. Keempat, pengunaan lingkungan sekitar sebagai media

pendidikan.

(39)

23

tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan dan asosiasi peserta didik. Adapun manfaat media gambar dalam proses instruksional adalah penyampaian dan penjelasan mengenai informasi, pesan, ide dan sebagainya dengan tanpa banyak menggunakan bahasa-bahasa verbal, tetapi dapat lebih memberikan kesan (Rohani, 1997: 76-77).

(40)

24

yang salah sering menghasilkan pengertian yang tidak benar, (g) ukuran perbandingan penting pula (Hamzah, 1981: 27-28).

Diantara media pendidikan, gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai, gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dimana-mana. Oleh karena itu ada pepatah cina yang

mengatakan sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Bebarapa kelebihan media gambar antara lain:

1. Sifatnya konkrit: gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa di kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasinya.

3. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto. 4. Dapat memperjelas sutu masalah, dalam bidang apa saja, sehingga dapat

mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

5. Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Menurut Sadiman, dkk (1986: 29-31), menyatakan selain

(41)

25

1. Gambar atau foto hanya menekankan persepsi indra mata.

2. Gambar atau foto benda yang terlalau kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Menurut Hamzah (1981: 30) dan Sadiman, dkk (1986: 31-32), tekhnik dalam memilih gambar-gambar yang baik, pada lazimnya kriteria kriteria di bawah ini dapat dipergunakan:

a. Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan, misalnya gambar yang palsu dikatakan asli.

b. Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis.

c. Bentuk item. Pengamat dapat memperoleh tanggapan yang tepat tentang objek-objek dalam gambar.

d. Perbuatan. Gambar hendaknya menunjukkan hal yang sedang melakukan suatu perbuatan. Anak lebih tertarik pada gambar yang kelihatan hidup atau kelihatan bergerak.

(42)

26

C. Kemampuan kerjasama

Keterampilan bekerjasama merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan dewasa ini, karena hampir semua perilaku yang ada di masyarakat menunjukkan adanya kerjasama dari semua lapisan masya-rakat,tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, laki-laki dan

perempuan, serta golongan. Ketrampilan kerjasama akan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat, apabila semenjak usia dini siswa sudah mulai dilatih melalui proses belajar di sekolah (Apriono 2011: 159)

Keterampilan kerjasama haruslah difasilitasi oleh guru, seperti yang dijelaskan oleh Holubec (dalam Apriono 2011: 160), menyatakan bahwa sama seperti seorang guru harus mengajarkan keterampilan akademis, keterampilan kerjasama juga harus diberikan kepada siswa, karena tindakan ini akan bermanfaat bagi mereka untuk meningkatkan kerja kelompok, dan menentukan bagi keberhasilan hubungan sosial di masyarakat. Bordessa (dalam Apriono 2011: 160) juga menyatakan pentingnya seseorang siswa memiliki keterampilan kerjasama, dengan mengatakan bahwa siswa benar-benar harus belajar untuk bekerjasama menuju satu tujuan, yakni adanya pemahaman bahwa tidak ada satu orangpun yang memiliki semua jawaban yang tepat, kecuali dengan bekerjasama.

(43)

27

Sedangkan menurut Landsberger (2009:1) kerjasama atau belajar bersama adalah proses beregu (berkelompok) yang anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Ruang kelas suatu tempat yang sangat baik untuk membangun kemampuan kelompok (tim), yang Anda butuhkan kemudian di dalam kehidupan.

Kerjasama/belajar bersama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota tim, Anda seharusnya:

1. Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah

2. Sumbangkan pemahamanmu tentang permasalahan: pertanyaaan, wawasan, dan pemecahan

3. Tanggap terhadap, dan belajar memahami, pertanyaan lain, wawasan dan penyelesaian.

4. Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi, dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka.

5. Bertanggung jawab terhadap yang lain, dan mereka bertanggung jawab pada anggota.

6. Bergantung pada yang lain, dan mereka bergantung pada anggota.

Adapun indikator keterampilan kooperatif atau kerjasama tersebut menurut (Lundgren dalam Widodo 2007:16) antara lain:

(44)

28

menyelesaikan tugas pada waktunya, (i) menghormati perbedaan individu.

2. Keterampilan Kooperatif tingkat menengah, meliputi (a) menunjukkan penghargaan dan simpati, (b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, (c) mendengarkan dengan aktif, (d) bertanya, (e) membuat ringkasan, (f) menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, (f) menerima tanggung jawab, (g) mengurangi ketegangan.

(45)

29

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII semester ganjil bulan November tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan yang berjumlah 130 siswa dan terbagi menjadi

4 kelas. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster

random sampling, dan hasilnya kelas yang menjadi subyek penelitian ini

adalah kelas VIIIb dan VIIId. Cluster random sampling yang dimaksud yaitu populasi tidak terdiri dari individu- individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster (Margono, 2005: 127).

C. Desain Penelitian

(46)

30

yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik fakta dan

karakteristik objek yang diteliti tersebut secara tepat. Objek dalam penelitian ini adalah kualitas kerjasama siswa dalam proses pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran diskusi.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut, sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke FKIP UNILA untuk sekolah penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan subyek penelitian.

d. Membuat lembar penilaian untuk menilai kualitas kerjasama siswa

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan media gambar

(47)

31

dalam kelompoknya masing-masing, menggunakan rubrik atau lembar pengamatan kuantitas dan kualitas kerjasama siswa.

Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah: a. Kegiatan awal

1. Siswa mengerjakan pretest 2. Guru memberikan apersepsi:

Pertemuan I : “Siswa ditunjukkan tanaman kedelai yang sehat (berumur 1 minggu).” Siswa diberi pertanyaan oleh guru,

“Dari apa tanaman tersebut? Proses apa yang terjadi sehingga

dapat menjadi tanaman? Apakah tanaman ini termasuk tanaman

yang sehat?”. Kemudian guru menunjukkantanaman kedelai yang

kurang sehat (berumur 1 minggu), siswa diperintahkan guru untuk membandingkan kedua gambar tanaman tersebut” Pertemuan II : ):“Siswa ditunjukkan kepompong oleh guru”.

Siswa diberikan pertanyaan oleh guru “Dari apa kepompong

tersebut berasal?.” Guru mengarahkan siswa untuk menemukan

konsep metamorfosis. Guru memberikan motivasi:

Pertemuan I : ” Siswa diberikan penegasan bahwa kedelai yang tumbuh dan berkembang tersebut kemudian dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pembuatan bahan makanan oleh manusia. Untuk itu kita perlu mempelajari pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup agar dapat digali lagi tentang faktor-faktor yang

(48)

32

Pertemuan II : ”Siswa diberikan penegasan bahwa kepompong merupakan tahapan untuk menjadi kupu-kupu.” Kepompong dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk industri pakaian, namun tidak semua jenis kepompong hanya beberapa jenis kepompong saja. Oleh karena itu maka perlu dipelajari metagenesis dan

metamorfosis agar dapat digali lagi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhinya.”

b. Kegiatan inti

1. Guru menempatkan siswa ke dalam 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

2. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan sub materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (pertemuan I) dan pertumbuhan dan

perkembangan pada hewan(pertemuan II).

3. Guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan submateri pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (pertemuan I) dan pertumbuhan dan perkembangan hewan(pertemuan II). 4. Guru memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara

mengerjakan LKS.

5. Guru menunjuk/memanggil siswa mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian.

(49)

33

7. Dari alasan/dasar pemikiran tentang hasil diskusi dan gambartersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

8. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan/ rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. c. egiatan akhir

1. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.

2. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai konsep yang belum dipahami.

3. Melakukan evaluasi pada pertemuan II dengan memberikan soal postes yang sama dengan soal pretes.

4. Meminta siswa untuk mengulangi mempelajari konsep dan mengaitkannya dengan materi selanjutnya.

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis data

Data kualitatif

Data penelitian berupa kualitas kerjasama dalam proses pembelajaran melalui lembar observasi dan wawancara (menggunakankesempatan, menggunakan kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok,berada dalam tugas, mendorong partisipasi,

(50)

34

2. Teknik pengambilan data

Data diambil dengan menggunakan instrument penelitian berupa: lembar observasi kerjasama siswa.

a. Lembar observasi kerjasama siswa

Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi dengan mengamati masing-masing siswa selama proses pembelajaran pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, selain itu peneliti juga menggunakan teknik wawancara langsung kepada beberapa siswa untuk memastikan isi dari lembar observasi tersebut.

Tabel 1.Lembarobservasi kerjasama siswa No Nama

siswa

Aspek yang diamati Total A B C D E F G H I

1 2 Dst

Rata-Rata

Ket :A= menggunakan kesempatan; B=menggunakan kontribusi;

C=mengambil giliran dan berbagi tugas; D=berada dalam kelompok; E=berada dalam tugas; F=mendorong partisipasi; G=mengundang orang lain untuk berbicara; H=menyelesaikan tugas pada waktunya; I=menghormati perbedaan individu (Lundgren dalamWidodo 2007:16)

F. Teknik Analisis Data

Analisis kualitas kerjasama siswa

(51)

35

Langkah-langkah yang ditempuh, adalah:

a. membuat tabel distribusi penilaian kualitas kerjasama

b. menentukan skor penilaian responden dengan ketentuan skor yang telah ditetapkan.

c. menjumlahkan skor penilaian yang diperoleh.

d. langkah yang selanjutnya adalah menentukan skor tersebut kedalam rumus sebagaiberikut:

Keterangan: DP = Deskriptif persentase n = Nilai yang diperoleh

N = Jumlah seluruh nilai yang diharapkan Sudjana (2005:45)

b. Mengubah persen kuantitas kerjasama siswa menjadi kriteria kualitas kerjasama.

Setelah diperoleh data kuantitas kerjasama siswa, langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria kualitas kerjasamanya menggunakan perhitungan sebagai berikut:

1. Persentase skor maksimal = (36:36) x 100% = 100% 2. Persentase skor minimal = (9:36) x 100% = 25% 3. Rentang = 100% - 25% = 75%

4. Panjang kelas interval = 75% : 4 = 18,75% Keterangan :

Persentase skor maksimal = ( 36 : Skor kuantitas dan kualitas kerjasama siswa) x 100 %

Presentase skor minimal = ( Indikator kerjasama siswa : Skor kuantitas dan kualitas kerjasama siswa ) x 100%

(52)

36

Panjang Kelas Interval = Sudjana (2005:45)

Dengan panjang kelas interval 18,75% dan persentase skor minimal 25%, maka diperoleh kelas-kelas interval sebagai berikut:

Tabel 2. Perhitungan deskriptif persentatif untuk kualitas kerjasama siswa

No Persentase Kriteria

1 25% - 43.75% Buruk

2 43,76% - 62.50% Kurangbaik

3 62.51%- 81.25% Baik

4 81.26%-100% Sangatbaik

Sumber :Sudjana (2005:45)

c. Mengelompokkan data kualitas kerjasama siswa ke dalam tabel berikut sesuai dengan kriteria masing-masing.

Tabel 3. Tabulasi kualitas kerjasama siswa berdasarkan kriteria

No Kriteria Jumlah siswa Jumlah (%) 1 Sangat baik

2 Baik

3 Kurang baik 4 Buruk

(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

Kualitas kerjasama siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode diskusi pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup dengan nilai rata-rata 50 % siswa berkriteria baik. Kemudian untuk pencapaian seluruh indikator pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua berkriteria baik.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Saat pembelajaran menggunakanmetode diskusi melalui media gambar

berlangung, untuk lebih mempersiapkan segala sesuatunya terutama pada pemilihan dan pembekalan observer agar hasil yang diperoleh lebih valid dan dapat dipercaya.

2. Bagi peneliti yang akan menggunakan metode diskusi hendaknya pada saat diskusi kelompok berlangsung, harus dipantau dengan baik jalannya diskusi, sehingga kondisi kelas tetap kondusif.

(54)

52

(55)

53

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L., K. David., A. Peter., C. Kathleen., M. Ricard., P. Paul., R. James., dan W. Merlin. 2000. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Newyork: Longman.

Apriono, D. 2011. Meningkatkan kemampuan kerjasama.(Online)

http://www.apriono.net/2011/?q=indikator+generik+sains&ie=utf-8&oe. Html (28november 2012:10.30 PM)

Arsyad. 2007. Media Pengajaran. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Attayaya. 2010. Kelompok belajar bersama. (Online)

http://www.attayaya.net/2010/01/kelompok-belajar-bersama. Html ( 28 november 2012 : 10.15 PM)

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor.Depdiknas-Dikdasmen. Jakarta.

Djunaedi, A. 2001. Dasar-dasar Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Djarmarah dan Zain, 1996. Penguasaan Materi.PT. Rineka Cipta. Jakarta. . 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Hamzah. 1981. Media Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

(56)

54

Landsberger, J. 2009.Pedoman dan strategi belajar. (Online)

http://www.studygs.net/melayumanado/cooplearn.hpm.(tgl 29 november 2012)

Lundgren, L. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom. New York:Glencoe Macmillan/McGraw-Hill.

Margono,S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Rudhia, A. 2007. Kualitas Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sardiman, A. S., R. Raharjo., Haryono., dan Rardjito. 2007. Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sadiman. 1986. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Solihatin, E. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model PembelajaranIPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudjana, N. dan R. Ahmad. 2005. Metode Statistika Edisi Keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Suryosubroto. B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Sukardi. 2003. Metodologi penelitian pendidikan. Bumi aksara. Yogyakarta.

Widodo,W. 2007.Tinjauan tentang keterampilan generic.(Online)

Gambar

Gambar 1. Bagan kerangka pikir
Tabel 1.Lembarobservasi kerjasama siswa
Tabel 2. Perhitungan deskriptif persentatif untuk kualitas kerjasama siswa

Referensi

Dokumen terkait

A capstone course lead faculty member, the faculty steward for assurance of learning, and the assistant dean met to discuss measurement of student knowledge of the content of the

Siswa yang memiliki pemahaman yang baik terhadap bacaan, maka akan mudah dalam memahami masalah sehingga dapat menyelesaikan soal cerita dengan baik pula. Artinya jika

Berdasarkan kepada perbincangan yang telah dibuat dapat dinyatakan bahawa adalah penting bagi mengetahui hubungan di antara strategi dan struktur organisasi bagi mencapai prestasi

Mata Pelajaran Nilai

Hal ini disebabkan karena airtanah di daerah ini diperoleh dengan penggalian sedalam lebih dari 20 meter.Selain Mataair Umbulwadon, kedua desa tersebut juga memiliki

54 Pengadaan Pembangunan Poskesdes Desa Bumi Makmur Pemilihan Langsung 66 m2 Desa Bumi Makmur Rp 181.500.000 APBD Juni 55 Pengadaan Penambahan Bangunan Ruang Belakang Dinkes

Dengan menggunakan data dari Dow Jones Industrial Index (30 saham individual) Gibbons dan Hess (1981) juga menemukan adanya return negatif yang signifikan pada

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membahas konflik yang dapat ditemukan dalam novel karya Maxine Hong Kingston, The Woman Warrior, dan Frank Chin, Donald