ABSTRAK
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PESERTA DIDIK
KELAS IV SD NEGERI KARANG TARUNA WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh SUYATMI
Berdasarkan identifikasi masalah maka masalah dapat dirumuskan yaitu hasil belajar mata pelajaran matematika rendah. Adapun permasalahannya apakah hasil belajar matematika dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme pada peserta didik kelas IV SDN Karang Taruna.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika dapat ditingkatkan menggunaan pendekatan konstruktivisme pada mata pelajaran matematika di kelas IV SDN Karang Taruna. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu siklus I rata- rata hasil belajar 45,00 sedangkan rata- rata hasil belajar pada siklus II sebesar 71,20.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Hasil belajar matematika dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan/ metode konstruktivisme pada peserta didik kelas IV SDN Karang Taruna Kecamatan Kasui.
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat disarankan kepada guru agar menggunakan pendekatan konstrukvisme pada mata pelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan peserta didik yang mempunyai semangat yang tinggi untuk terus belajar seumur hidup, penuh rasa ingin tahu, dan keinginan menambah ilmu. Guru sebagai motivator pada semangat belajar peserta didik dituntut untuk memahami tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. Peran guru sebagai pendidik harus dapat mengamati tingkat perkembangan penguasaan dan tingkat kelemahan peserta didik terhadap pelajaran. Hal ini dipahami guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2
menunjukkan hasil belajar yang dapat diukur dengan penilaian, baik penilaian proses maupun penilaian akhir pelajaran.
Dalam usaha meningkatkan hasil belajar peserta didik seorang guru perlu melakukan penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan keberhasilan proses belajar mengajar. Penelitian yang dilakukan guru berupa “Penelitian Tindakan
Kelas”. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan untuk mengetahui kesiapan
belajar, interaksi antar peserta didik, interaksi peserta didik dan guru, tanggungjawab, dan pemahaman tugas.
Penelitian tindakan kelas dilakukan disamping untuk mengetahui masalah di kelas juga untuk mengetahui metode dan pendekatan yang cocok sebagai strategi pembelajaran di kelas. Salah satu keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh strategi pembelajaran.
Data hasil pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri Karang Taruna hanya 25% dari 20 peserta didik yang memperoleh nilai di atas 60. Data tersebut terdapat di dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.1 : Hasil rata-rata 3 (tiga) kali ulangan harian (post test) kelas IV SDN Karang Taruna.
No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
(%) Ketuntasan
1 90 – 10 2 10% Tuntas
2 80 – 89 0 0% -
3 70 – 79 1 5% Tuntas
4 60 – 69 2 10% Tuntas
5 60 - 59 15 75% Belum tuntas
Jumlah 20 100
Dari data di atas hanya 5 orang dari 20 peserta didik yang mencapai ketuntasan, sedangkan 15 orang peserta didik belum tuntas. Hal ini dapat dikatakan hasil belajar peserta didik masih rendah. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik penulis perlu memilih strategi pembelajaran yang cocok dengan kondisi setempat. Strategi pendekatan konstruktivisme diyakini oleh penulis dapat membantu untuk lebih memberdayakan peserta didik dalam belajar yaitu : dengan mengajak peserta didik untuk mengkonstruksi/membangun sendiri pemahaman dan konsep tentang materi yang diajarakan.
Menurut Nik Pa (Lapono, 2008: 25), pendekatan konstruktivisme adalah suatu komitmen terhadap pandangan bahwa manusia membina pengetahuan sendiri. Suatu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu adalah hasil dari aktivitas yang dilakukan individu tertsebut, dan bukan suatu maklumat atau pengajaran yang diterima secara pasif. Pengetahuan tidak boleh dipindahkan begitu saja dari pemikiran seorang individu kepada pemikiran individu yang lain. Setiap individu membentuk pengetahuan sendiri dengan menggunakan pengalamannya.
4
pengertian yang mendalam tentang dari mana didapat rumus-rumus tersebut, yang membuat peserta didik tidak hanya tahu, melainkan juga faham sehingga akan lebih mudah dalam penerapannya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang berkatian dengan kegiatan belajar mengajar di kelas IV di SDN Karang Taruna sebagai berikut :
1. Belum tuntasnya hasil belajar matematika peserta didik kelas IV.
2. Aktivitas belajar di kelas IV SDN Karang Taruna masih rendah khususnya pada pelajaran matematika.
3. Metode pembelajaran yang digunakan guru masih monoton sehingga peserta didik kelas IV kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran khususnya pelajaran matematika.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka masalah penelitian yaitu hasil belajar mata pelajaran matematika rendah. Adapun rumusan permasalahannya apakah hasil belajar matematika dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme pada peserta didik kelas IV SDN Karang Taruna.
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peserta didik
Dengan dilaksanakannya penelitian ini para peserta didik diharapkan untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal
2. Bagi Guru
Sebagai referensi bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika. Meningkatkan kemampuan kinerja secara professional.
3. Bagi Sekolah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendekatan Konstruktivisme 1. Pengertian
Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula (Abimanyu, 2008: 22).
2. Tujuan Konstruktivisme
Menurut Karfi, dkk (2002: 6) tujuan dilaksanakannya pembelajaran konstruktivisme yaitu (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkrit ataupun model artifisial, (2) memperhatikan konsepsi awal siswa guna menanamkan konsep yang benar, dan (3) sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan mungkin salah.
3. Langkah-Langkah Konstruktivisme
akan dibahas. Bila perlu, guru memancing dengan pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh peserta didik dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya, peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemhamannya tentang konsep tersebut.
Tahap kedua, peserta didik diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterprestasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang olehguru. Secara keseluruhan dalam hidup ini akan terpenuhi rasa keingintahuan peserta didik tentang fenomena dalam lingkungannya.
Tahap ketiga, peserta didik melakukan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi peserta didik, ditambah dengan penguatan guru. Selanjutnya peserta didik membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun pemunculan masalah-masalah yang berkatian dengan isu-isu dalam lingkungan peserta didik tersebut.
4. Keunggulan Pendekatan Konstruktivisme
8
teramati, dan teori belajar kognitivisme lebih memperhatikan tingkah laku belajar dalam memproses informasi atau pengetahuan yang sedang dipelajari peserta didik tanpa mempertimbangkan pengetahuan atau informasi yang telah dikuasai sebelumnya.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepada peserta didik. Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya, dengan kata lain peserta didik tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap di isi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru, dengan kata lain peserta didik lebih didorong untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi (Lapono, 2008: 28). Menurut Surahman (1986: 75) metode adalah cara yang fungsinya adalah alat untuk mencapai tujuan, makin baik metode makin baik pula pencapaian tujuan.
dan optimal. Oleh karena itu seorang guru dapat memiliki dan melaksanakan metode yang tepat dalam menyampaikan materi pengajaran sehingga suasana kelas akan hidup dan menimbulkan motivasi belajar pada siswa.
Dengan demikian proses pembelajaran mengacu kepada rencana yang telah direncanakan di dalam fungsinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Interaksi dalam proses belajar mengajar seorang guru berperan sebagai penggerak/pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses pembelajaran dapat menuntut siswa untuk belajar lebih aktif dan kreatif di dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan harus dapat mengurangi dominasi guru, untuk itu hendaknya seorang guru harus mampu menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga guru dapat melakukan proses pembelajaran berjalan dengan baik dan optimal apabila siswa aktif di dalam proses pembalajaran.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam tujuan intruksional umum maupun tujuan intruksional khusus, diperlukan penggunaan metode yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus menggunakan metode yang tepat agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus dapat memilih metode yang benar-benar sesuai dan mampu meningkatkan motivasi serta pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran dan menerima pelajaran.
10
baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
5. Penerapan Konstruktivisme di Kelas
Abimanyu, (2008) mengemukakan secara garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan konstruktivisme di dalam kelas adalah sebagai berikut : a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengalaman dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Citpakan “Masyarakat Belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok) e. Hadirkan “Model” sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, jika menerapkan tujuh komponen kontekstual dalam pembelajarannya, dan untuk melaksanakan dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimana keadaan.
memberikan kesempatan untuk merefleksi seluruh materi, dan ada penilaian authentik.
Jadi, pembelajaran ini berlandaskan teori belajar social, kognitif, dan konstruktif untuk memperoleh hasil belajar berupa keterampilan akademik, inquiry dan sosial. Jadi ciri model ini adalah kerja kelompok yang didasarkan pada penyelidikan dan penemuan melalui struktur tugas, ada ganjaran kelompok, dan penilaian yang otentik secara fleksibel, demonstrasi, dan berpusat pada siswa.
B. Aktivitas Belajar
Dalam kegiatan belajar, siswa melakukan aktivitas. Tanpa aktivitas belajar tidak mungkin berjalan dengan baik. Aktivitas memegang peranan penting dalam proses belajar karena dengan aktivitas belajar akan menghasilkan perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (1983: 48) yang menyatakan bahwa aktivitas belajar atau kegiatan belajar adalah “segala bentuk kegiatan belajar siswa yang
menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai”.
12
penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas merupakan rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya baik yang tampak maupun tidak tampak.
C. Hasil Belajar
Teori belajar kognitif menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan proses mental internal yang digunakan dalam usaha mereka membuat dunia ini dapat dimengerti. Atau perubahan dalam struktur mental seseorang yang menyediakan kapasitas bagi terwujudnya perubahan dalam tingkah laku. Struktur mental ini meliputi pengetahuan, keyakinan, keterampilan, harapan-harapan dan mekanisme lain dalam kepala si pelajar.
Menurut Morgan (Kurnia dkk, 2008: 63), “belajar merupakan perubahan
tingkah laku karena hasil pengalaman”. Hal ini memungkinkan seseorang menghadapi situasi selanjutnya dengan cara berbeda-beda. Sedangkan pandangan belajar menurut (Hanafiah, Suhana 2009: 67), dijelaskan bahwa “belajar tidak
hanya menghafal, akan tetapi mengalami dan harus mengkonstruksi pengetahuan”.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan tentang pengertian belajar yaitu dikatakan belajar kerena adanya perubahan dan perubahan yang terjadi karena adanya pengalaman ataupun latihan. Perubahan itu sangat banyak jenisnya, tetapi tidak semua perubahan adalah belajar.
Penilaian pembelajaran adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Penilaian yang dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar.
Menurut Poerwani dkk (2008: 74), “disamping dari proses belajar,
keberhasilan siswa juga dilihat dari hasil belajarnya”. Keberhasilan siswa setelah
mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui, apakah siswa telah memahami konsep, apakah siswa kita dapat melakukan sesuatu, apakah siswa kita memiliki keterampilan atau kemahiran tertentu. Keberhasilan-keberhasilan siswa sebagaimana disebutkan di atas merupakan Keberhasilan-keberhasilan hasil belajar.
Menurut Court (Pannen, 2001: 79), “hasil belajar dipengaruhi oleh
pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya”. Hasil belajar siswa
juga bergantung pada apa yang telah diketahui oleh siswa yang berupa konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi dengan dengan bahan yang dipelajari.
14
dengan peningkatan kemampuan siswa. Pengukuran terhadap kemampuan siswa sebagai hasil belajar antara lain dilakukan melalui evaluasi hasil belajar siswa. Dengan demikian salah satu indikator dari hasil siswa dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes atau evaluasi.
Pada kenyataan ada siswa yang tidak berprestasi. Tentunya hal itu ada yang menyebabkan. Apa yang menyebabkan siswa berprestasi kurang dalam belajar, menurut Kunandar (2004: 236) tiga tingkat karakteristik dasar pada anak berbakat berprestasi kurang ialah : “(a) tingkat primer, rasa harga diri yang rendah, (b) tingkat sekunder, perilaku yang menghindari tugas akademik yang mengancam (c) tingkat tersier, kebiasaan belajar dan disiplin yang buruk”.
Dari uraian di atas sebagai seorang guru harus dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa, menasehati pentingnya mengerjakan tugas yang diberikan nantinya akan bermanfaat bagi diri siswa sendiri dan juga harus menerapkan kebiasaan belajar dan disiplin yang tinggi pada siswa. Apabila hal tersebut dapat dilakukan dengan baik tentunya hasil belajar siswa akan meningkat.
D. Pembelajaran Matematika SD
matematika itu sendiri, misalnya, untuk mengeneralisasikan teori bagi beberapa sub-bidang, atau alat membantu untuk perhitungan biasa.
Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa (Suyitno, 2004: 1).
Tidak dipungkiri lagi bahwa matematika banyak memiliki kegunaan dan kegunaan matematika tidak hanya tertuju pada peningkatan kemampuan perhitungan campuran kuantitatif saja tetapi juga untuk penataan cara berfikir, khususnya dalam pembentukan kemampuan analisis, membuat sintesis dan evaluasi hingga mampu memecahkan masalah.
Kemampuan dasar yang ingin dikembangkan dalam matematika salah satunya adalah kemampuan untuk dapat berhitung, meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Kemampuan tersebut oleh masyarakat umum sering disebut “PIPA LANDA” (Ping, Para, lan sudha). Matematika lebih
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan melibatkan teman sejawat sebagai pengamat (observer), adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Karang Taruna Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan Tahun pelajaran 2011/2012.
1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas IV SDN Karang Taruna Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan dari tanggal 4 Januari sampai dengan tanggal 31 Maret 2012 pada mata pelajaran Matematika (selama tiga bulan).
2. Rancangan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dengan dua (2) siklus, sesuai dengan jadwal perbaikan pembelajaran berikut.
Jadwal Perbaikan Pembelajaran
No Hari, Tanggal Siklus Materi Waktu
1 Rabu,
4 Januari 2012 I
Benda-benda dan bangun
datar simetris 2 x 35 menit
2 Rabu,
7 Maret 2012 II
Hasil pencerminan suatu
Gambar Siklus Perbaikan Pembelajaran
B. Langkah-Langkah Penelitian
Melalui pengamatan yang dilakukan penulis yang dibantu oleh teman sejawat diketahui lemahnya pemahaman peserta didik kelas IV SDN Karang Taruna Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan terhadap pembelajaran matematika. Dari data yang diperoleh hanya 25% dari 20 peserta didik yang mencapai ketuntasan.
Melihat lemahnya pemahaman peserta didik, penulis dibantu teman sejawat dan kepala sekolah melakukan identifikasi masalah untuk melakukan perbaikan pembelajaran. Dari hasil diskusi beberapa karakter peserta didik yang mendasar :
1. Rendahnya tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran
2. Dalam pembelajaran peserta didik kurang aktif, peserta didik hanya menjawab bila ditunjuk.
3. Peserta didik tidak mau bertanya kepada guru, masih kurang memahami materi pelajaran.
4. Peserta didik mudah merasa bosan terhadap pembelajaran.
Kelemahan pemahaman peserta didik dapat dilihat dari hasil ulangan sebagaimana daftar nilai berikut ini :
18
Tabel 3.1 Daftar Nilai KKM Matematika
No Nama KKM Nilai Tuntas/
Tidak Tuntas 1. Riki Maulana 60 100 Tuntas
2. Aprianto 60 75 Tuntas
3. M. Syarizal 60 58 Tidak tuntas 4. Mitawahyu Apriani 60 50 Tidak tuntas
5. Tri Wahyuni 60 68 Tuntas
6. Vina Apriani 60 42 Tidak tuntas 7. Arum Cahyani 60 50 Tidak tuntas 8. Bagus Yoga 60 42 Tidak tuntas 9. Dwi Nanda 60 50 Tidak tuntas
10. Desmita 60 50 Tuntas
11. Nurmalina 60 68 Tuntas
12. Winda 60 50 Tidak tuntas
13. Abdul Aziz 60 50 Tidak tuntas
14. Riko 60 50 Tuntas
15. Diah Rianti 60 50 Tidak tuntas 16. Yoga Ramadan 60 92 Tuntas 17. Neli Sari 60 42 Tidak tuntas 18. Rahmawati 60 42 Tidak tuntas 19. M. Yasid 60 50 Tidak tuntas
1. Siklus I
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, langkah – langkah yang dilaksanakan yaitu : a. Merencanakan pembelajaran untuk setiap pembelajaran.
b. Menyiapkan materi atau bahan ajar untuk pembelajaran. c. Menyusun silabus.
d. Membuat RPP sesuai materi yang akan diajarkan. e. Menyiapkan lembar observasi.
f. Menyusun alat evaluasi.
2) Tahap Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, yaitu :
Langkah pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi dan motivasi semangat peserta didik dengan mengajukan permasalahan yang relevan dengan kehidupan peserta didik. Permasalahan tersebut harus diidentifikasi dan dijelaskan sehingga memudahkan peserta didik dalam mengaitkan dengan pengalaman yang telah dimilikinya.
20
dan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik kemudian ditulis di papan tulis agar dapat dilihat oleh semua peserta didik.
Langkah ketiga, guru mempersilahkan peserta didik untuk mengoreksi atas gagasan-gagasan mereka dengan cara mencarinya dalam buku Matematika kelas IV atau buku lain yang sesuai.
Langkah keempat, guru membantu peserta didik dalam kelompoknya untuk menemukan gagasan-gagasan baru yang ada di dalam buku. Pada tahap ini peran guru bukanlah sebagai orang yang paling tahu guru adalah teman peserta didik. Guru juga harus berusaha agar keadaan kelas tetap kondusif.
Langkah kelima, mengajak semua peserta didik untuk mengapresiasi antara gagasan semula yang terdapat di papan tulis dengan gagasan-gagasan yang baru saja ditemukan. Apakah perlu pernyempurnaan atas gagasan-gagasan yang pertama. Pada tahap ini diharapkan akan terjadi proses pengkonstruksian atas pengalaman dan pengetahuan peserta didik.
Langkah keenam, mengajak semua peserta didik agar dapat merespon secara baik atas gagasan-gagasan baru yang lebih sempurna dan menjadikannya sebagai pengalaman atas pengetahuan baru yang dapat diterima. Pada tahap ini guru harus berusaha agar tidak ada peserta didik yang putus asa atas gagasannya.
3) Tahap Pengamatan/Observasi
dan aktivitas yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses penelitian tindakan kelas.
4) Tahap Refleksi
Pada setiap akhir pertemuan, peneliti bersama-sama dengan observer membahas temuan data dan hasil observasi yang diperoleh dari pertemuan yang pertama. Tahap refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji kegiatan yang dilakukan peneliti dan aktivitas peserta didik selama pembelajaran sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada pertemuan berikutnya.
2. Siklus II
1) Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan, langkah-langkah yang dilaksanakan yaitu : a. Mengkaji hasil refleksi siklus I.
b. Menyiapkan materi atau bahan ajar untuk setiap pembelajaran. c. Menyusun silabus.
d. Membuat RPP sesuai materi yang akan diajarkan. e. Menyiapkan lembar observasi.
f. Menyusun alat evaluasi
2) Tahap Pelaksanaan
22
Langkah pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi dan memotivasi semangat peserta didik dengan memberikan contoh-contoh benda yang relevan dengan materi pembelajaran.
Langkah kedua, guru menampung dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk menyampaikan contoh-contoh benda yang berkaitan dengan materi. Guru harus menghargai atas beberapa contoh dari masing-masing peserta didik dan tidak memberi perlakuan dan sanksi yang berbeda terhadap peserta didik. Guru harus berusaha semaksimal mungkin agar semua peserta didik dapat memberikan contohnya tanpa ada rasa takut.
Langkah ketiga, guru mempersilahkan peserta didik untuk mengreksi atas contoh-contoh mereka dengan cara mencarinya dalam buku Matematika kelas IV atau buku lain yang sesuai.
Langkah keempat, guru membantu peserta didik untuk menemukan contoh-contoh baru yang ada di sekitarnya. Pada tahap ini peran guru bukanlah sebagai orang yang paling tahu tetapi guru adalah teman peserta didik. Guru juga harus berusaha agar keadaan kelas tetap kondusif.
Langkah kelima, mengajak semua peserta didik untuk mengapresiasi antara gagasan semula yang terdapat di papan tulis dengan gagasan-gagasan yang baru saja ditemukan. Apakah perlu pernyempurnaan atas gagasan-gagasan yang pertama. Pada tahap ini diharapkan akan terjadi proses pengkonstruksian atas pengalaman dan pengetahuan peserta didik.
diterima. Pada tahap ini guru harus berusaha agar tidak ada peserta didik yang putus asa atas gagasannya.
3) Tahap Pengamatan/Observasi
Untuk memudahkan pengamatan atau observasi, peneliti dibantu oleh seorang supervisor dengan menggunakan lembar observasi yang telah diselesaikan. Observasi ini dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas peneliti dan aktivitas yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses penelitian tindakan kelas.
4) Tahap Refleksi
Pada setiap akhir pertemuan, peneliti bersama-sama dengan observer membahas temuan data dan hasil observasi yang diperoleh dari pertemuan yang pertama. Tahap refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji kegiatan yang dilakukan peneliti dan aktivitas peserta didik selama pembelajaran sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada pertemuan berikutnya.
C. Instrumen
Selama mengadakan pengamatan dan wawancara digunakan beberapa perlengkapan instrumen yaitu :
1. Lembar pengamatan aktivitas peserta didik untuk mengumpulkan data tentang aktivitas kegiatan pembelajaran.
2. Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran berupa daftar cek.
24
Tabel 3.2. Jenis data dan Metode Pengumpulan Data
No Jenis Data Instrumen
1 Aktivitas peserta didik selama
kegiatan pembelajaran Lembar observasi
2 Aktivitas guru selama kegiatan
pembelajaran Lembar observasi
3 Penguasaan konsep peserta didik Tes akhir
D. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis digunakan untk menganalisis data tentang aktivitas belajar peserta didik, pola interaksi pembelajaran dan pendapat peserta didik tentang penggunaan metode konstruktivisme. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas hasil belajar peserta didik dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.
Data yang diperoleh penelitian ini akan dianalisis dengan teknik kualitatif deskriptif dengan tahapan-tahapan :
1. Pengelompokan data pendahuluan 2. Pengelompokan data akhir
3. Interprestasi
Data Kuantitatif
Table 3.3 Data penguasaan konsep peserta didik tiap siklus dengan KKM 60
No Rentang Nilai Siklus I Keterangan
Frekuensi Persentase
1. <60 15 75%
2. 60 – 69 2 10%
3. 70 – 79 1 5%
4. ≥80 2 10%
Jumlah 20 100%
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik kualitatif deskriptif dengan tahapan- tahapan :
1. Pengelompokan data pendahuluan 2. Pengelompokan data akhir
3. Interprestasi
4. Tindak lanjut ( aksi atau rekomendasi )
Data kuantitatif
Tabel 3.4 Data penguasaan konsep peserta didik tiap siklus dengan KKM 60
No Rentang Nilai Siklus II Keterangan
Frekuensi Persentase
1 < 60 4 20%
2 60 – 69 2 10%
3 70 – 79 5 25%
4 ≥ 80 9 45%
Jumlah 20 100%
Keterangan :
[image:26.595.121.503.510.636.2]26
berbentuk nilai-nilai hasil evaluasi tes tertulis. Data ini mencakup tentang persentase peserta didik mencapai ketuntasan belajar beserta kriteria keberhasilan tindakan.
E. Indikator Kinerja
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada Bab IV di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai rata- rata hasil belajar siswa pada siklus satu adalah 45,00. 2. Nilai rata- rata hasil belajar siswa pada siklus dua adalah 71,20. 3. Aktivitas belajar siswa pada siklus satu adalah 25%.
4. Aktivitas belajar siswa pada siklus dua adalah 80%.
Penggunaan metode konstruktivisme adalah salah satu metode yang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas IV Sekolah Dasar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan kepada : 1. Guru
45
2. Kepala Sekolah
Kepada kepala sekolah agar memberikan motivasi dan dukungan terhadap semua guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga hasil belajar siswa terus meningkat.
3. Peserta Didik
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli dkk. 2008. Strategi Belajar Mengajar : Tinjauan Pengantar Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan Jakarta.
Ahmad, Abu. 1997. Diktatik Metodik. CV. Toha Putra. Semarang
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Rieneka Cipta. Jakarta
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bumi Aksara. Jakarta
Hanafiah, Nanang. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung. 238 hlm
Karfi, Hilda. dkk. 2002. Model-Model Pembelajaran. Bina Media Informasi: Bandung. 6 hlm
Kurnia, Inggridwati. dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Dirjen Pedidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta. 227 hlm
Lapono, Nabisi. dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta. 106 hlm
Pannen, Paulina. Diana Mustafa. Mestika S. 2001. Konstruktivisme dalam
Pembelajaran. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta
Poerwanti, Endang. dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta. 379 hlm
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta Sudjana, Nana, 1998. Teori-teori dan Pembelajaran. Universitas
Indonesia. Jakarta
47
Suyitno, Amin. 2004. Hand Out Perkuliahan Mahasiswa S1 Program Studi
Pendidikan Matematika. FMIPA. UNNES.