• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA SWASTA METHODIST 12 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA SWASTA METHODIST 12 MEDAN."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Eriko Silaban. NIM. 8146122012. Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) untuk menghasilkan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan, (2) untuk mengetahui keefektifan pengembangan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific, (3) untuk mengetahui hasil belajar yang efektif terhadap video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan produk Borg and Gall yang dipadu dengan model desain pembelajaran dari Dick and Carey. Metode penelitian ini terdiri dari dua tahapan, yang mana pada tahap pertama merupakan tahap uji coba produk yang terdiri dari: (1) validasi ahli materi pelajaran, (2) validasi ahli desain pembelajaran, (3) validasi ahli media pembelajaran, (4) uji coba perorangan, (5) uji coba kelompok kecil, dan (6) uji coba lapangan terbatas; adapun pada tahap kedua merupakan uji efektifitas produk dengan cara: (1) menguji normalitas data penelitian, (2) menguji homogenitas data penelitian, (3) menguji hipotesis penelitian, dan (4) menghitung nilai efektifitas video yang dikembangkan.

Subjek uji coba produk dalam penelitian ini terdiri dari dua ahli materi pelajaran Biologi, dua ahli desain pembelajaran, dua ahli media pembelajaran, tiga orang peserta didik untuk uji coba perorangan, sembilan peserta didik untuk uji coba kelompok kecil, dan tiga puluh orang peserta didik untuk uji coba lapangan terbatas. Data-data tentang kualitas produk pengembangan ini dikumpulkan melalui angket dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) uji ahli materi berada pada kualifikasi sangat baik (94,11%), (2) uji ahli desain pembelajaran berada pada kualifikasi sangat baik (85,26%), (3) uji ahli media pembelajaran berada pada kualifikasi sangat baik (86 %), (4) uji coba perorangan berada pada kualifikasi sangat baik (82,74%), (5) uji coba kelompok kecil berada pada kualifikasi sangat baik (86,66%), dan (6) uji coba pada lapangan terbatas berada pada kualifikasi sangat baik (86,78%).

Produk akhir dari pengembangan video ini dilanjutkan dengan uji keefektifan produk. Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas XI SMA Swasta Methodist 12 Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Sampel penelitian sebanyak 60 peserta didik yang terdiri dari 30 peserta didik sebagai kelas eksperimen yang diajar menggunakan video, dan 30 peserta didik lainnya sebagai kelas kontrol yang diajarakan tanpa menggunakan media video.

(5)

ABSTRACT

Eriko Silaban. NIM. 8146122012. Development Of Video-Based Learning Media Scientific Approach in Biology For Class XI SMA Swasta Methodist 12 Medan. Thesis. Graduate Program, State University Of Medan. 2016.

This study aims to: (1) produce video media based learning scientific approach to the study of biology at Private High School Methodist 12 Medan based on criteria such as quality of learning proper media used, (2) determine the effectiveness of the development of video-based learning media scientific approach, (3) determine the learning outcomes that are effective against a video-based learning in the scientific approach in high school biology Private Methodist 12 Medan. This type of research is the development of research that uses product development model by Borg and Gall combined with instructional design model of Dick and Carey. This study method consisted of two phases, in which the first stage was the stage of product trials consisting of: (1) validation of subject matter experts, (2) validation of instructional design experts, (3) validation of learning media experts, (4) individual trial, (5) a small group trial, and (6) a limited field trial; while in the second stage was a test of the effectiveness of the product by means of: (1) examine the normality of research data, (2) test the homogeneity of research data, (3) test the hypotheses of the study, and (4) calculate the value of the effectiveness of video developed.

Subject test product in this study consisted of two biology subject matter experts, two wxperts of instructional design, two learning media experts, three students for individual testing, nine students for small group trial, and thirty students for field trial limited. The data about the quality of the product development was collected through questionnaires and analyzed using quantitative descriptive. The results showed: (1) the rating result of the material experts is at a very good qualifying (94,11%), (2) the rating of the instructional design experts is on excellent qualifications (85,26%), (3) the rating of the learning media experts is in excellent qualifications (86%), (4) individual testing is at a very good qualifying (82,74%), (5) the testing of small groups are at a very good qualifying (86,66%), and (6) limited field trials is the excellent qualifications (86,78%).

The final product of this development of video continued with the test of effectiveness of the product. The study was conducted in class XI SMA Swasta Methodist 12 Medan. The method used in this study was quasi-experimental method. The sample were 60 students consisting of 30 students as an experimental class taught by using video, and 30 other students as control class were taught by using the textbook no video.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan, Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Adapun judul tests ini adalah Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Effendi Napitupulu, M.Pd, selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar dan benar memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta meluangkan waktunya kepada penulis sejak awal kuliah hingga penyelesaian tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Medan Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Bapak

Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd., selaku Ketua Prodi Teknologi Pendidikan, dan Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M.Pd. selaku sekretaris Program Studi beserta staf.

(7)

3. Ibu Dra. Chaterine Sitorus, M.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak Drs. Tunggul Sitorus, M.Pd selaku Yayasan SMA Swasta Methodist 12 Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian pada Sekolah yang dipimpinnya. Bapak/Ibu Guru SMA Swasta Methodist 12 Medan dan peserta didik kelas XI Tahun Pelajaran 2015/2016 yang menjadi populasi serta sampel dalam penelitian ini.

4. Ayahanda Samuel Silaban dan Ibunda Dermi Hasugian sebagai orang tua yang selalu memberikan do'a restu dan selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk selalu menuntut ilmu kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Istri saya, serta seluruh keluarga tercinta dan kerabat yang memberikan dukungan moral kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Pendidikan Magister di Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

5. Rekan-rekan kuliah seperjuangan khususnya Prodi Teknologi Pendidikan kelas B-1 angkatan XXIV yang banyak membantu penulis dengan memberikan masukan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan menjadi kawan diskusi yang baik dan benar.

Hendaknya semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi amal kebajikan. Akhirnya penulis berharap, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia Teknologi Pendidikan pada umumnya di Indonesia.

Medan, Juli 2016 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....……… 1

B. Identifikasi Masalah....……… 19

C. Batasan Masalah ...……….. 19

D. Rumusan Masalah...……… 20

E. Tujuan Penelitian.……….... 20

F. Manfaat Penelitian ...………. 20

BAB II. KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ... ……… 22

1. Hakikat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific a. Hakikat Belajar... ... 22

b. Hakikat Hasil Belajar ... 24

2. Hakikat Pendekatan Pembelajaran ... 25

3. Hakikat Pendekatan Scientific... 26

a. Karakteristik Pendekatan Scientific... 28

(9)

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan

Pendekatan Scientific ... 29

d. Langkah-langkah Pendekatan Scientific... 30

e. Pendekatan Scentific pada Pembelajaran Biologi . 49 4. Teori yang Mendukung Pendekatan Scientific... 54

5. Hakikat Kurikulum... 56

6. Hakikat Strategi Pembelajaran... 65

7. Hakikat Teknologi Pembelajaran... 67

8. Hakikat Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... 72

a. Hakikat Media Pembelajaran... 72

b. Hakikat Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... ... 75

c. Hakikat Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan... 78

d. Prosedur Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... . 84

a. Karakter Video... 92

b. Fungsi Video dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... 93

c. Format Video Pembelajaran... 93

(10)

f. Pembelajaran dengan Media Komputer... 102

g. Penggunaan Program Software... 105

B. Penelitian yang Relevan...………. 108

C. Kerangka Berpikir……… ... 112

D. Hipotesis…...………... 113

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 114

B. Model Pengembangan... .... 114

C. Prosedur Pengembangan ... 117

D. Tahap Uji Coba Produk ... 119

E. Teknik Pengumpulan Data... ... 126

F. Teknik Analisis Data... 128

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan Produk... 130

1. Deskripsi Produk Awal... 130

2. Deskripsi Data Hasil Uji Coba Produk... 137

a. Data Hasil Validasi Ahli Materi... 137

b. Data Hasil Validasi Ahli Desain Pembelajaran... 139

c. Data Hasil Validasi Ahli Media Pembelajaran... 140

d. Data Hasil Uji Coba Perorangan... 142

e. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil... 145

f. Data Hasil Uji Coba Lapangan... 148

3. Analisis Data... 151

a. Analisis Data Penilaian Ahli Materi... 151

(11)

c. Analisis Data Penilaian Ahli Media... 154

d. Analisis Data Hasil Uji Coba Perorangan... 155

e. Analisis Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil... 155

f. Analisis Data Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas... 156

4. Revisi Produk... 157

B. Hasil Penelitian Uji Keefektifan Produk... 160

1. Deskripsi Data Penelitian... 160

a. Data Hasil Belajar Peserta Didik dengan Menggunakan Media video Pembelajaran... 160

b. Data Hasil Belajar Peserta Didik Tanpa Menggunakan Media Video Pembelajaran... 161

2. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 163

3. Pengujian Hipotesis... 164

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 166

1. Pembahasan Hasil Pengembangan Produk... 166

2. Pengembangan Hasil Penelitian Uji Coba Kelayakan Produk... 168

3. Pembahasan Hasil Penelitian Uji Keefektifan Produk... 169

D. Keterbatasan Masalah Penelitian... 170

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan... 171

B. Implikasi... 174

C. Saran... 176

DAFTAR PUSTAKA... 177

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Belajar... 6 Tabel 2.1 Langkah Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan

Scientific... 47 Tabel 2.2 Perbandingan Kegiatan Belajar dalam Setiap Langkah Pendekatan

Scientific Menurut Permendikbud... 50 Tabel 3.2 Pedoman dan Kriteria Penilaian... 123 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Penelitian Tentang Kualitas Materi

Pembelajaran Untuk Ahli Materi... 123 Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Validitas Penelitian tentang Kualitas Desain

Informasi, Desain Interaksi, dan Desain Persentase untuk Ahli

Desain Pembelajaran... 124 Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Validasi Penelitian Kualitas Video dan Desain

Grafis Untuk Ahli Media... 125 Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Validasi Penelitian Kualitas Materi

Pembelajaran dan Kualitas Tampilan untuk Pengajar... 125 Tabel 3.7 Format Observasi atau Pengamatan Pembelajaran Berbasis

Pendekatan Scientific... 127 Tabel 4.1 Data Analisis Kebutuhan Awal... 131 Tabel 4.3 Skor Penilaian dan Tanggapan Instrumen Validasi Penelitian

tentang Kualitas Materi Pembelajaran, Sistem Penyampaian,

dan Kualitas Strategi Pembelajaran Oleh Ahli Materi... 138 Tabel 4.4 Skor Penilaian dan tanggapan Instrumen Validasi Penelitian Tentang

Kualitas Desain Informasi, Desain Interaksi, dan Desain Presentasi

untuk Ahli Desain Pembelajaran... 148 Tabel 4.5 Skor Penialaian Instrumen Validasi Penelitian Kualitas Video dan

(13)

Tabel 4.6 Skor Hasil Uji Coba Perorangan Terhadap Video Pembelajaran

Berbasi Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi... 143

Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Kelompok Kecil Terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi SMA... 146

Tabel 4.8 Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi SMA... 149

Tabel 4.9 Persentase Rata-rata Hasil Penialaian Ahli Materi terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi SMA... 152

Tabel 4.10 Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Ahli Desain pembelajaran Terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi SMA... 153

Tabel 4.11 Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Ahli Media Pembelajaran terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi SMA... 154

Tabel 4.12 Persentase Skor Uji Coba Perorangan Terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific Pada Pelajaran Biologi Untuk SMA Kelas XI... 155

Tabel 4.13 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Kelompok Kecil Terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi untuk SMA Kelas XI... 156

Tabel 4.14 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Lapangan Terbatas terhadap Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi SMA Kelas XI... 157

Tabel 4.15 Data Hasil Revisi pada Topik oleh Ahli Materi... 158

Tabel 4.16 Data Hasil Revisi Oleh Ahli Desain Pembelajaran... 158

(14)

Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... 160 Tabel 4.19 Deskripsi Data Hasil Belajar Biologi pada Sistem Pertahanan

Tubuh yang diajarkan Tanpa Menggunakan Media Video

Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific... 161 Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Kelayakan Produk Berdasarkan Ahli Materi,

(15)

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.3 Diagram Rancangan Pembelajaran Pengembangan

Model Dick & Carey... 23 Tabel 2.4 Skema Prosedur Pengembangan Media Video Pembelajaran

Berbasis Pendekatan Scientific... 85 Tabel 2.5 Pengklasifikasian Media... 91 Tabel 2.6 Prosedur Produksi Program Video... 101 Tabel 3.1 Skema Prosedur Pengembangan Hasil Adaptasi dari Prosedur

Pengembangan Borg & Gall... 115 Tabel 4.2 Tahap-tahap Uji Coba Pengembangan Media Video Pembelajaran

Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi Di

SMA Swasta Methodist 12 Medan... 136 Tabel 4.19 Histogram Hasil Belajar Peserta Didik yang Dibelajarkan

Menggunakan Media Video Pembelajaran Berbasis

Pendekatan Scientific... 161 Tabel 4.21 Histogram Hasil Belajar Peserta Didik yang Dibelajarkan

Tanpa Menggunakan Media Video Pembelajaran

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pelajaran Biologi Kurikulum 2013 Kelas XI

Semester II SMA Swasta Methodist 12 Medan... 181

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013... 184

Lampiran 3. Angket Analisis Kebutuhan... 189

Lampiran 3. Angket Analisis Kebutuhan... 189

Lampiran 4. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Materi Pelajaran Biologi... 195

Lampiran 4. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Materi Pelajaran Biologi... 195

Lampiran 5. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Desain Pembelajaran.. 198

Lampiran 5. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Desain Pembelajaran... 198

Lampiran 6. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Media Pembelajaran.... 200

Lampiran 6. Angket Penilaian dan Tanggapan Ahli Media Pembelajaran.... 200

Lampiran 7. Angket Uji Coba Produk Perorangan untuk Peserta Didik SMA Swasta Methodist Kelas XI... 203

Lampiran 8. Angket Uji Coba Kelompok Kecil untuk Peserta Didik SMA Swasta Methodist Kelas XI... 207

Lampiran 9. Angket Uji Coba Lapangan Terbatas untuk Peserta Didik SMA Swasta Methodist Kelas XI... 210

Lampiran 10. Data Induk Penelitian Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 213

Lampiran 11. Uji Normalitas denga Uji Liliefors... 219

Lampiran 12. Uji Homogenitas Data... 221

Lampiran 13. Uji Hipotesis... 222

(17)

Lampiran 15. Tabel t... 225

Lampiran 16. Tabel Distribusi Normal Baku (Z)... 226

Lampiran 17. Flowcart... 227

Lampiran 18. Story Board... 228

Lampiran 19. Dokumentasi (DVD)... 243

Lampiran 20. Surat Keputusan Pembimbing Tesis Program Studi Teknologi Pendidikan... 246

Lampiran 21. Undangan Seminar Proposal... 247

Lampiran 22. Surat Ijin Melakukan Penelitian Lapangan dari Pascasarjana Universitas Negeri Medan... 248

Lampiran 23. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 249

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan

Dosen yang disahkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2005, telah mengangkat

jabatan guru menjadi profesi yang kedudukannya sejajar dengan profesi lainnya.

dengan dikeluarkannya Undang-Undang dimaksud yang dicatat dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia No. 157 tahun 2005, menciptakan reaksi positif di

masyarakat, sehingga minat masyarakat terhadap profesi guru dan dosen semakin

meningkat. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

mengemukakan seiring dengan perubahan paradigma pembelajaran, maka keberhasilan

kegiatan belajar mengajar di kelas tidak hanya ditentukan oleh faktor pendidik,

melainkan sangat dipengaruhi oleh keaktifan peserta didik dengan pendidik sebagai

sumber belajar pada lingkungan belajar. Dengan demikian, peserta didik seharunya

tidak belajar dari pendidik saja, tetapi dapat juga belajar dari berbagai sumber belajar

yang tersedia di lingkungannya.

Pendidikan merupakan suatu kegitan universal pada kehidupan manusia untuk

menjadikan manusia yang berkualitas. Salah satu upaya pembangunan pendidikan

untuk menciptakan manusia yang berkompeten adalah melalui peningkatan mutu

pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan menunjukkan pada upaya peningkatan

kualitas proses dari hasil pemebelajaran. Sistem pendidikan disebut bermutu dari segi

proses adalah jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan peserta didik

mengalami proses pembelajaran yang bermakna dan ditunjang oleh berbagai jenis

sumber belajar. Keefektifan pembelajaran digambarkan oleh prestasi belajar yang

(19)

Kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang begitu pesat,

menggugah para pendidik untuk dapat merangsang dan melaksanakan pendidikan yang

lebih terarah dan fokus terhadap hasil yang optimal agar dapat menunjang kegiatan

peserta didik sehari-hari dalam proses pembelajaran. Untuk kepentingan dan tantangan

masa depan Indonesia maka mutu pendidikan harus ditingkatkan. Pendidikan

merupakan rangkaian kompleks antara manusia yang berkaitan dengan upaya

pembinaan manusia, sehingga keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada unsur

manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan berhasilnya pendidikan adalah

pelaksana pendidikan yaitu guru. Gurulah ujung tombak pendidikan, sebab gurulah

secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan

peserta didik agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi, guru

dituntut memiliki kemampuan yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia harus

ditingkatkan. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains dan teknologi,

kreativitas sumber daya manusia (SDM) merupakan syarat mutlak yang perlu

ditingkatkan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia ini adalah

melalui pendidikan.

Kurikulum 2013 (K’13) mengindikasikan bahwa seorang peserta didik dapat

menjadikan dirinya sebagai sumber daya manusia yang handal dan mampu

berkompetisi secara global. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dan keterampilan yang

tinggi yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif serta mampu

bekerjasama secara efektif dan efisien. Inilah kompetensi dasar yang harus dimiliki

setiap individu peserta didik dimana merupakan pernyataan minimal tentang

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang terefleksi pada kebiasaan

(20)

diajarkan, paham dengan strategi pembelajaran yang digunakan serta terampil dalam

mengajarkannya. Cara mengajar guru tercermin dalam proses mengajar belajarnya.

Kenyataannya selama ini guru mendominasi dalam belajar sehingga peserta didik

dalam proses pembelajaran sangat kurang aktif.

Perubahan kurikulum di Indonesia sudah setua negeri ini yang selalu berubah,

walaupun itu dikatakan sebagai jawaban perubahan zaman dan perkembangan IPTEK.

Tak lebih lama dari dua tahun sejak kemerdekaan diproklamasikan, pemerintah

mengungkapkan yang pada waktu itu disebut sebagai Leer Plan (Rentjana Pelajaran)

1947. Sejak itu, sebelum sampai pada Kurikulum 2013, Indonesia telah melewati

beberapa penyempurnaan dan penggantian kurikulum. Ada Rentjana Pelajaran Terurai

1957, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984,

Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 alias Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),

Kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

dan Kurikulum 2013 (K’13). Berarti selama hampir 70 tahun kemerdekaan, pendidikan

di Indonesia telah mengalami puluhan jenis kurikulum. Tentu dengan tingkat

perubahan atau penyempurnaan yang berbeda-beda. Tercatat sepuluh kali perubahan

kurikulum sejak Indonesia merdeka. Yakni, kurikulum 1947, 1964, 1968 (pembaruan

1964), 1975, 1984, 1994, 1997 (revisi 1994), 2004 (KBK), 2006 (KTSP), dan 2013

(K13). Sepanjang sejarah perubahan kurikulum tersebut, yang paling heboh dan

kontroversial adalah perubahan K13 yang di-launching pada akhir periode

pemerintahan. (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan), Anies Baswedan melalui surat elektronik nomor:179342/MPK/KR/2014

memutuskan, sekolah yang baru menerapkan satu semester untuk kembali ke

(21)

menerapkan tiga semester tetap meneruskan K’13, hingga pada waktu yang ditentukan

akan menerapkan K’13 secara nasional.

Menurut Hasratuddin (2002) bahwa salah satu kelemahan metode maupun model

pembelajaran yang digunakan guru terlihat dari proses belajar mengajar yang

dilaksanakan guru di kelas adalah guru lebih aktif dalam memberikan ilmu dan

pengetahuan bagi peserta didik. Berarti dalam hal ini peserta didik bukan lagi sebagai

subjek melainkan sebagai objek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran berpusat pada

guru (teaching centered). Salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan itu adalah

proses mengajar belajar (PBM) yang lebih menekankan kepada keterlibatan peserta

didik secara optimal. Untuk meningkatkan SDM (sumber daya manusia) diperlukan

keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan. Faktor dominan yang perlu

diperhatikan dalam keberhasilan penyelenggaraan pendidikan adalah pembelajarannya.

Pembelajaran yang sesuai untuk materi yang diajarkan akan memberikan hasil belajar

yang optimal.

Di Indonesia, peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu prioritas utama

pogram pendidikan. Belajar merupakan satu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

terencana yang mengarah kepada pencapaian tujuan dan hasil dari kegiatan belajar

tersebut. Tercapainya tujuan belajar dalam bentuk pencapaian indikator merupakan

satu gambaran keberhasilan peserta didik dan keberhasilan guru mentransfer

pengetahuan kepada peserta didik. Oleh sebab itu, penetapan indikator keberhasilan

belajar sangat diperlukan kejelasan terminologi yang digunakan dalam tujuan

pembelajaran yang berfungsi untuk memberikan arah kepada penetapan pengalaman

belajar dan menentukan perilaku yang akan dimiliki dan dikuasai peserta didik sebagai

(22)

Proses pembelajaran selalu diorientasikan pada pencapaian

kompetensi-kompetensi tertentu, baik berkaitan dengan perkembangan kecerdasan spiritual

(spiritual intelligence), intelektual (intelectual intelligence), emosional (emotional

intelligence), sosial (social intelligence), maupun kreatifitas (creativity intelligence).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia harus

ditingkatkan. Dalam meningkatkan sumber daya manusia tersebut diperlukan

keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan, di mana faktor dominan yang perlu

diperhatikan dalam menyelenggarakan pendidikan adalah proses pembelajarannya.

Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari daya serap peserta

didik yang diketahui melalui evaluasi hasil belajar. Jika hasil evaluasi baik maka tujuan

belajar tercapai sebaliknya jika hasil evaluasi tidak baik maka tujuan belajar tidak

tercapai, tetapi pada kenyataannya masih banyak peserta didik belum dapat mencapai

hasil belajar yang diharapkan khususnya pembelajaran Biologi.

Gambaran umum memperlihatkan bahwa masih rendahnya hasil belajar peserta

didik SMA Swasta Methodist 12 Medan dalam bidang studi Biologi dikarenakan

kebanyakan guru mengajar dengan menggunakan satu metode saja, atau guru kurang

memvariasikan model-model pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Proses

pembelajaran seperti ini, guru yang mendominasi proses belajar mengajar, sehingga

komunikasi yang terjadi pada proses pembelajaran berlangsung satu arah saja, atau

peserta didik kurang diberdayakan dalam upaya memperoleh ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan. Ini dapat dilihat dari hasil perolehan peserta didik

dalam belajar melalui evaluasi akhir bahwa hasil belajar yang diperoleh peserta didik

masih relatif rendah untuk mencapai tujuan standart nasional yang ditentukan, seperti

(23)

Tabel 1.1 Hasil Belajar UAS Biologi SMA Swasta Methodist 12 Medan

Tahun Pelajaran Nilai Rata-rata Nilai Terendah Nilai Tertinggi

2012/2013 76 60 75

2013/2014 76 65 75

2014/2015 76 60 80

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMA Swasta Methodist 12 Medan

Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar Biologi masih

cenderung kurang memuaskan. Hal ini menyebabkan sebahagian masyarakat merasa

dan kurang puas dengan mutu pendidikan. Ketidakpuasan ini disebabkan masih adanya

prestasi peserta didik pada pelajaran tertentu yang nilainya masih jauh dari yang

diharapkan terutama pada pelajaran Biologi, dan yang paling mendapat sorotan

masyarakat tentang pekerjaan guru adalah mutu pendidikan, lebih khusus adalah mutu

lulusannya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada guru-guru di SMA Swasta

Methodist 12 Medan, dijelaskan kepada peneliti bahwa sekolah tersebut belum

menerapkan Kurikulum 2013, untuk itu perlu penambahan dan penguatan pemahaman

pengetahuan terkait implementasi Kurikulum 2013, khusus pada guru pada mata

pelajaran Biologi, penelitian pengembangan ini sangatlah didukung demi peningkatan

kualitas dan pencapaian tujuan standart pendidikan nasional.

Menurut Dahar (2001), sebab-sebab lulusan kurang bermutu atau belum

memenuhi harapan adalah : (1) input yang kurang baik kualitasnya, (2) guru dan

personal yang kurang tepat, (3) materi yang tidak atau kurang cocok, (4) metode

mengajar dan system evaluasi yang kurang memadai, (5) kurangnya sarana penunjang,

(24)

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya dan kurangnya pemahaman

peserta didik tentang konsep belajar, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran

yang digunakan oleh pengajar. Berkaitan dengan praktik pembelajaran Biologi di

sekolah, guru sangat berperan dalam menentukan berhasil tidaknya tujuan

pembelajaran. Idealnya dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru harus dapat

melatih peserta didik untuk bertanya, mengamati, menyelidiki, membaca, mencari, dan

menemukan jawaban atas pertanyaan baik yang diajukan oleh guru maupun yang

mereka ajukan sendiri. Pengetahuan yang disampaikan kepada peserta didik bukan

hanya dalam bentuk produk, tetapi juga dalam bentuk proses, artinya dalam proses

mengajar, pengenalan, pemahaman, pelatihan metode, dan penalaran peserta didik,

merupakan hal yang penting untuk diajarkan (Atmadi dkk, 2000).

Menurut Indrawati (2002) bahwa dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran

Biologi yang optimal, para praktisi pendidikan Bilogi telah banyak memperkenalkan

dan menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran Biologi. Dari beberapa strategi pembelajaran yang dikemukakan pakar

pendidikan Biologi, dapat di lihat bahwa pemilihan dan penerapan strategi yang

digunakan mengalami pergeseran dari yang mengutamakan pemberian informasi

(pemberian konsep-konsep Biologi) menuju kepada strategi pembelajaran yang

mengutamakan keterampilan-keterampilan berpikir yang digunakan untuk memperoleh

dan menggunakan konsep-konsep Biologi. Adanya pergeseran pemilihan strategi

pembelajaran ini otomatis peran guru di kelas berubah, yaitu dari peran yang hanya

sebagai penyampai bahan pelajaran (transformator) ke peran sebagai fasilitator atau

dari “teacher centered” ke “student centered”. Pergeseran penekanan peran

(25)

harus memperhatikan aspek-aspek pendidikan, yaitu diantaranya meningkatkan

perkembangan kepribadian peserta didik secara keseluruhan.

Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan Scientific yang meliputi

mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta

untuk semua mata pelajaran (Sudarwan, 2013), dalam hal ini dalam rangka

implementasi Kurikulum 2013 di lapangan guru salah satunya harus menggunakan

pendekatan ilmiah (scientific), karena pendekatan lebih efektif hasilnya dibandingkan

pendekatan tradisional dan merupakan tolak ukur dalam implementasi K13.

Sejalan dengan penerapan Kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau

scientific aproach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang

menarik perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Yang menjadi latar belakang

pentingnya materi ini karena produk pendidikan dasar dan menengah belum

menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan

anak-anak bangsa lain. Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam

memfasilitasi peserta didik agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah.

Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario untuk memacu keterampilan guru

menerapakan strategi ini di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang, namun

hingga saat ini harapan baik ini belum terwujudkan juga secara nasional.

Balitbang Depdiknas sejak tahun 1979 telah merintis pengembangan program

prestisius ini dalam proyek supervisi dan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di Cianjur,

Jawa Barat. Hasil-hasil proyek ini kemudian direplikasi di sejumlah daerah dan

dikembangkan melalui penataran guru ke seluruh Indonesia. Upaya yang dimulai pada

tingkat sekolah didasari ini kemudian mendorong penerapan pendekatan belajar aktif di

(26)

diintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984, kurikulum 1994, dan kurikulum berbasis

kompetensi tahun 2004, yang dilanjutkan dengan standar isi yang lebih dikenal dengan

istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.

Dalam perencanaan kurikulum baru, Kemendikbud masih menggunakan latar

belakang pemikiran yang menyatakan bahwa secara faktual guru-guru belum

melaksanakan cara belajar peserta didik aktif. Kondisi ideal yang diharapkan masih

lebih sering menjadi slogan dari pada fakta dalam kelas. Produktifitas pembelajaran

untuk menghasilkan peserta didik yang terampil berpikir pada level tinggi dalam

kondisi madek atau kolep. Deskripsi ini merujuk pada hasil tes anak bangsa kita yang

dikompetisikan secara nasional pada tingkat internasional tidak berkembang sejak

tujuh tahun lalu, memang ini kondisi yang sangat memprihatinkan.

Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sesuai

dengan yang seharusnya, yakni sebagai kriteria mengenai kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Acuan dan prinsip

penyusunan kurikulum 2013 mengacu pada Pasal 36 Undang-Undang No. 20 tahun

2003, yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum harus memperhatikan

peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi,

kecerdasan, dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan,

tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni, agama, dinamika perkembangan global, dan

persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Tujuan pembelajaran disesuaikan

dengan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan pada Pasal 3 UU No. 20 tahun

2003, yakni: berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

(27)

Berlandaskan pada landasan yuridis tersebut, dapat dikategorikan hasil belajar yang

harus dicapai oleh peserta didik, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan

keterampilan.

Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang

membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas, mulai dari masalah

peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas, proses

belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam

dunia pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang

dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan

pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat

dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang

diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya

banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan

tetapi mereka miskin aplikasi.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa pendidikan

Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggaung

jawab . (UU Sisdiknas, 2003). Menyikapi hal demikian pemerintah yakin dengan

menciptakan kurikulum K13 dengan pendekatan scientificnya masalah pendidikan

yang begitu kompleks akan teratasi.

Pendidikan menjadi ukuran utama suatu bangsa dikatakan sebagai bangsa yang

(28)

dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan yang memiliki kualitas

akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya manusia yang

berkualitas akan mampu menghadapi tantangan kehidupan dan berkemampuan secara

proaktif untuk penyesuaian diri pada perubahan zaman. Dalam meningkatkan kualitas

pendidikan pemerintah Indonesia banyak melakukan perubahan baik itu berupa sistem

pendidikan, yang menyangkut struktur kurikulum dan pola pembelajaran yang

dilaksanakan. sebagaimana amanah yang tercantum dalam rencana pembangunan

jangka menengah nasional 2010-2014 dalam bidang pendidikan yang menyatakan

bahwa salah satu substansi inti program bidang pendidikan adalah penataan ulang

kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan hasil pendidikan yang

mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia untuk mendukung pertumbuhan

nasional dan daerah.

Namun dalam kenyataannya renstra kerja 2010-2014 dalam pendidikan tidak

berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil survai yang dilakukan Edication For All

(EFA) bahwa terjadi proses dormansi bahkan penurunan, dalam sistem pendidikan,

dimana Indonesia memiliki pringkat 65 dari 128 negara pada tahun 2010 dengan index

pengembangan pendidikan sebesar 0,947, sedangkan pada tahun 2011 peringkat

Indonesia turun ke peringkat 69 dari 127 Negara yang disurvei dengan nilai indeks

pengembangan pendidikan sebesar 0,934 (EFA, 2011). Sedangkan hasil riset OECD,

menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan sains pada peringkat 60 dengan

nilai 383 (OECD, 2012). Berdasarkan hasil survai dan hasil riset diatas menunjukkan

bahwa, di Indonesia pendidikan mengalami penurunan terutama dalam pembelajaran

sains. Padahal pembelajaran sains memiliki peranan yang sangat strategis dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga mampu menghadapi globalisasi

(29)

pembelajaran sains merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara

sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,

proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

Pembelajaran sains yang dimana pembelajaran yang berfungsi untuk setiap

individu bisa mempelajari dirinya sendiri dengan menganalisa, mengamati diri sendiri

dan lingkungan sehingga mampu membuat formulasi untuk mengembangkan

kehidupan yang akan dihadapi, hal tersebut berdasarkan hakikat dari sains. Hakikat

sains menurut Suastra (2009) mengatakan bahwa hakikat sains memiliki tiga

komponen yaitu komponen produk, proses, dan sikap. Sains sebagai produk memiliki

arti sebagai sekumpulan fakta-fakta, konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam.

Sains sebagai proses merupakan suatu rangkaian terstruktur dan sistematis yang

dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip, hukum dan gejala alam. Sedangkan sains

sebagai sikap diharapkan mampu membentuk karakter.

Berdasarkan hakikat sains ini tersirat jelas bahwa yang diinginkan dalam

pembelajaran adalah bagaimana peserta didik mampu bersikap serta mampu

menunjukkan karakter yang dimiliki. Hal yang sama juga terjadi pada pembelajaran

biologi, yang dimana biologi merupakan bagian dari sains, yang terdiri dari produk dan

proses, dimana pembelajaran biologi idealnya harus mampu mengeluarkan out put

yang memiliki karakter, dikarenakan biologi sebagai produk terdiri dari konsep, fakta,

teori, hukum yang berkaitan tentang mahluk hidup, sedangkan biologi sebagai proses

terdiri dari kelompok keterampilan proses yang meliputi, mengamati, membuat

pertanyaan, mengunakan alat, menggolongkan atau mengelompokkan, menerapkan

konsep dan melakukan percobaan. pembelajaran biologi pada dasarnya harus mampu

membekali peserta didik bagaimana cara mengetahui konsep, fakta secara mendalam,

(30)

kemampuan berpikir. Karena kemampuan berpikir ini akan berimplikasi terhadap

pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), keterampilan (pisikomotor), tiga komponen

tersebut merupakan out put atau hasil yang harus diperoleh setelah belajar sains biologi

yang disebut dengan hasil belajar.

Namun kenyataan di lapangan bahwa pembelajaran sains pada umumnya dan

khususnya biologi tidak diberlakukan atau diajarkan sesuai dengan hakikat yang

dimiliki, tetapi lebih kepada bagaimana mentransfer pengetahuan saja. Hal ini yang

menyebabkan terjadinya kesenjangan ataupun ketimpangan yang terjadi dalam

pendidikan sains, sehingga hasil yang diinginkan sesuai harapan, yang dimana hasil

dari pembelajaran sains menghasilkan pendidikan sains yang kurang memuaskan

bahkan memiliki nilai yang menurun, sehingga tingkat sumber daya manusia menjadi

menurun. Karena pembelajaran sains tidak dibelajarkan sesuai hakikat sains maka hasil

belajar menjadi tidak maksimal.

Djamarah (2002) hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu

berinteraksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotorik. Adapun hasil belajar dalam bentuk afektif dan psikomotorik salah

satunya adalah kemampuan keterampilan proses sains, hal ini disebabkan karena sains

biologi memiliki komponen proses. Kemampuan keterampilan proses sains merupakan

keseluruhan keterampilan yang terarah (baik kognitif dan psikomotor) yang dapat

digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan

konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap

adanya penemuan.

Indrawati 2003 dalam (Trianto, 2008). Untuk memperoleh hasil belajar dan

(31)

hasil belajar dan keterampilan proses sains itu rendah, adapun beberapa hal yang

menyebabkan terjadinya hasil belajar rendah adalah, (1) peserta didik kurang bersiap

dalam menerima pelajaran, (2) kurangnya pengetahuan guru tentang pembelajaran

yang inovatif, (3) guru masih mengajar dengan menggunakan pembelajaran

konvensional.

Menurut Margaret (2001) yang menyebutkan bahwa (1) dalam pembelajaran

peserta didik berusaha sendiri untuk menemukan pemecahan masalah, sehingga

menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna, (2) Guru lebih mementingkan

hasil dari pada proses pembelajaran. Akibatnya, belajar menjadi tidak bermakna,

peserta didik akan kesulitan dalam memecahkan masalah yang lebih luas dan di

kehidupan sehari-hari, 3) Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih

didominasi oleh metode ceramah, latihan dan penugasan-penugasan mengerjakan

soal-soal yang sifatnya pengetahuan saja.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Swasta Methodist 12

Medan ditemukan fenomena tidak jauh berbeda dengan yang diatas dimana pelajaran

biologi tidak diajarkan sesuai dengan hakikat biologi, dimana pengajar hanya mengajar

dengan metode ceramah atau konvensional hal ini yang mengakibatkan hasil belajar

peserta didik tidak memuaskan. Sedangkan hasil wawancara dengan kepala sekolah

SMA Swasta Methodist 12 Medan, mengatakan bahwa guru masih menggunakan

paradigma lama dalam mengajar peserta didik sehinga perkembangan kemampuan

berpikir tidak bisa diasah, sekolaha masih menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan) sehingga memungkinkan berakibat terhadap hasil belajar. Lebih

lanjut dikatakan, di sekolah rata rata guru lebih banyak mengunakan metode

konvensional bahkan ada yang kurang paham tentang inovasi-inovasi pembelajaran

(32)

Pembelajaran konvensional sudah tidak begitu efektif lagi digunakan dalam

pembelajaran sekarang, terlihat dari sebagian peserta didik tidak memahami materi

sehingga target yang diinginkan sekolah tidak tercapai. Permasalahan yang sama juga

ditemukan pada keterampilan yang dimiliki peserta didik khususnya kemampuan

keterampilan proses sains, yaitu ketika guru meminta peserta didik melakukan

pengamatan dan membuat prediksi, peserta didik masih tidak mengerti tentang apa

yang diinginkan guru dan cara menyampaikan hasil laporan. Berdasarkan uraian

permasalahan di atas menunjukkan bahwa tidak adanya balancing antara teori

pembelajaran sains biologi dengan kenyataan atau praktik pengajaran yang dilakukan,

sehingga menimbulkan persoalan dalam meningkatkan hasil belajar, baik yang bersifat

kognitif, afektif dan pisikomotor. Untuk mengatasi persoalan tersebut maka perlu

adanya metode serta pendekatan pembelajaran yang mampu membangkitkan hasil

belajar. Agar hasil belajar dan keterampilan proses sains tercapai secara optimal, perlu

dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perubahan

paradigma dari mengajarkan peserta didik menjadi membelajarkan peserta didik, serta

menekankan pada proses belajar peserta. Dalam mengajarkan biologi sehingga dapat

menigkatkan hasil belajar maka diperlukan pendekatan pembelajaran yang mendekati

dari hakikat sains biologi, maka pendekatan yang dapat meningkatkan hasil belajar dan

keterampilan proses sains yang sesuai dengan hakikat sains biologi adalah

pembelajaran berpendekatan scientific.

Nurul (2013) menyebutkan pembelajaran berpendekatan scientific merupakan

pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana peserta didik

berperan secara langsung baik secara individu maupun kelompok untuk menggali

konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran, sedangkan tugas guru adalah

(33)

terhadap konsep dan prinsip yang didapatkan peserta didik. Dari pengertian

pembelajaran berpendekatan scientific, maka biologi sebagai produk dan proses, sangat

cocok untuk diajarkan menggunakan pembelajaran berpendekatan scientific,

pendekatan scientific memiliki hubungan erat dengan pembelajaran sains biologi

karena pendekatan pembelajaran ini menekankan pada keaktifan peserta didik dalam

belajar, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun konsep

dalam pengetahuannya secara mandiri, membiasakan peserta didik dalam merumuskan,

menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemukan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka pembelajaran berpendekatan scientific

mampu meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan poses sains, disebabkan

karena pendekatan ini memberikan keterlibatan langsung peserta didik dalam menggali

dan menemukan konsep berdasarkan fakta yang mereka temukan.

Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan

ilmiah, di mana peserta didik berperan secara langsung baik secara individu maupun

kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran.

Pendekatan scientific memiliki hubungan erat dengan pembelajaran sains biologi

karena pendekatan pembelajaran ini menekankan pada keaktifan peserta didik dalam

belajar, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun konsep

dalam pengetahuannya secara mandiri, membiasakan peserta didik dalam merumuskan,

menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemukan, pembelajaran sains

biologi merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis untuk

menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan,

dan memiliki sikap ilmiah.

Secara tidak langsung dengan penerapan pendekatan scientific ini guru telah

(34)

karakteristik mata pelajaran Biologi dapat diperoleh lewat penerapan pembelajaran

pendekatan scientific. Dengan demikian, melalui penerapan pembelajaran pendekatan

scientific, diharapkan akan membangkitkan minat dan motivasi serta hasil peserta didik

dalam mempelajari ilmu biologi sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

pencapaian hasil belajar Biologi peserta didik yang optimal.

Untuk menghasilkan media yang menarik maka video pembelajaran dapat

dikemas secara multimedia, yang mana menurut Handoyo (2003) “multimedia

merupakan penyajian informasi yang berupa teks, gambar dan suara secara bersamaan

(integrated) sehingga menjadi efektif dan efesien”.

Multimedia dapat merangsang indra manusia juga dapat fleksibel menyesuaikan

kemampuan kecepatan belajar seseorang, selain itu multimedia dapat mempermudah

pembelajar untuk menyerap pesan yang akan disampaikan dan pesan tersebut sampai

maknanya dengan jelas.

Mukhtar (2006) menjelaskan bahwa “semakin banyak indra yang terlibat dalam

proses belajar, maka proses belajar tersebut akan menjadi lebih efektif”. Oleh karena

itu dengan pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran cenderung meningkatkan

hasil belajar. Pernyataan lain juga dikemukakan oleh Munir (2008) yang menyatakan

bahwa kurang lebih 90 % hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang,

5 % diperoleh melalui indera dengar, dan 5 % lagi diperoleh indera lainnya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa multimedia sangat

bermanfaat sebagai referensi pembelajaran. Multimedia memiliki sifat yang sederhana,

jelas dan mudah dimengerti sehingga materi yang disampaikan dapat cepat diserap

melalui indera penglihatan, pendengaran, dan melalui visualisasi gambar dapat

merangsang pembelajar untuk bersemangat menerapkan pendekatan scientific pada

(35)

Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti melihat bahwa pengembangan media

video untuk pembelajaran implementasi kurikulum K13 melalui pembelajaran berbasis

pendekatan scientific merupakan alternatif yang tepat dalam proses belajar mengajar

yang dapat menjadi acuan bagi guru terutama guru biologi SMA Swasta Methodist 12

Medan kelas XI, mengingat keterbatasan pendidikan dan pelatihan-pelatihan serta

sosialisasi dari pemerintah Kemendikbud atau instansi yang terkait. Pemanfaatan

teknologi informasi dalam bentuk video yang dilengkapi fitur-fitur gambar yang

menarik, iringan lagu yang indah, serta seluruh unsur model yang kompeten, dapat

membuat suasana pembelajaran berlangsung dengan menarik sehingga tercipta hasil

dari proses pembelajaran, juga tercipta proses pembelajaran yang tidak berkesan

monoton hanya menonton dan membosankan, serta mudah dipahami. Selain itu juga

dapat membantu daya tangkap peserta didik, para guru biologi terhadap materi yang

akan disampaikan, dan tentu saja dapat diaplikasikan langsung tanpa harus menunggu

pelatihan maupun sosialisasi dari pemerintah dinas pendidikan atau dari instansi yang

terkait. Dengan demikian para guru biologi yang belum paham dan yang perlu

penguatan bagaimana penerapan pendekatan scientifik pada kurikulum K13 dapat

belajar dan beraktifitas secara mandiri.

Dengan demikian, berdasarkan pemikiran di atas peneliti bermaksud melakukan

Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada

(36)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dipahami bahwa masalah-masalah

yang essensial adalah sebagai berikut :

1. Apakah materi pada pendekatan scientific yang disajikan dengan menggunakan

media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific dapat meningkatkan

pemahaman pada guru mata pelajaran biologi?

2. Apakah guru biologi banyak mengalami kesulitan dalam mempelajarai dan

menerapkan pembelajaran berbasis pendekatan scientific?

3. Apakah hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan

pendekatan scientific lebih efektif ?

4. Apakah strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini terlalu

monoton sehingga suasana pembelajaran terlihat membosankan dan tidak

menarik?

5. Apakah dengan implementasi pendekatan scienticnya lebih efektif

pembelajarannya?

C. Batasan Masalah

Ditinjau dari identifikasi masalah yang muncul, maka pengembangan media

video pembelajaran berbasis pendekatan scientific dibatasi dalam ruang lingkup

penelitian sebagai berikut :

1. Media pembelajaran yang dikembangkan berupa bentuk jenis video

pembelajaran yang akan dibuat merupakan jenis pembelajaran berbasis

pendekatan scientific, yaitu penyajian penerapan materi pembelajaran dalam

bentuk step by step secara runtun sebagai panduan dalam menerapkan

(37)

2. Pemahaman peserta didik yang diajarkan melalui pendekatan scientific pada

mata pelajaran biologi dibatasi hanya pada respon peserta didik pada mata

pelajaran biologi saja.

3. Analisis kebutuhan hanya dilakukan di SMA Swasta Methodist 12 Medan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dan batasan masalah di atas, maka masalah

penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran biologi

di SMA Swasta Methodist 12 Medan efektif dibelajarkan pada peserta didik

Kelas XI SMA Swasta Methodist 12 Medan ?

2. Apakah video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran biologi

di SMA Swasta Methodist 12 Medan layak digunakan untuk peserta didik kelas

XI SMA Swasta Methodist 12 Medan ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah :

1. Menghasilkan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada

pelajaran biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan berdasarkan kriteria

kualitas media pembelajaran yang layak digunakan.

2. Untuk mengetahui keefektifan pengembangan media video pembelajaran

berbasis pendekatan scientific.

3. Untuk mengetahui hasil belajar yang efektif terhadap video pembelajaran

berbasis pendekatan scientific pada pelajaran Biologi di SMA Swasta Methodist

12 Medan.

F. Manfaat Penelitian

(38)

1. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pengembangan produk

media video pembelajaran terutama pada mata pelajaran Biologi SMA.

2. Membangkitkan minat penelitian lanjutan untuk mengkaji pengembangan

media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

3. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti untuk mendesain dan mengembangkan

media pembelajaran guna memecahkan masalah sesuai bidang tuntutan ilmu

yang dimiliki yakni ranah kawasan teknologi pendidikan.

Secara praktis manfaat pengembangan ini adalah :

1. Produk video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada pelajaran

biologi dapat direkomendasikan menjadi media dan alternatif bagi guru

dalam menerapkan pendekatan scientific pada mata pelajaran biologi.

2. memberikan gambaran bagi guru bologi serta para peneliti lainnya tentang

efektivitas model pembelajaran dengan pendekatan scientific untuk

memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

3. membantu guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui

pemanfaatan media video pembelajaran dengan pendekatan scientific yang

sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta

tuntutan kementerian pendididkan nasional untuk menggunakan kurikulum

K’13 secara nasional sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat lebih

(39)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pengembangan media video pembelajaran yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

(40)

(1) aspek kelayakan isi desain pembelajaran dinilai sangat baik dengan persentase rata-rata sebesar 90%, (2) aspek penyajian kualitas desain pembelajaran dinilai sangat baik dengan persentase rata-rata sebesar 85,45%, (3) pada aspek kegrafikan dinilai baik dengan persentase rata-rata sebesar 80%, dengan demikian hasil validasi ahli desain pembelajaran tersebut disimpulkan dalam criteria sangat baik (85.26%). Hasil validasi media video pembelajaran terhadap media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang dikembangkan menunjukkan bahwa : (1) pada aspek kelayakan isi media video pembelajaran dinilai sangat baik dengan persentase sebesar 87,50%, (2) pada aspek kegrafikan video pembelajaran dinilai sangat baik dengan persentase sebesar 84,28%. Berdasarkan hasil validasi tersebut disimpulkan bahwa media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang dikembangkan dalam criteria sangat baik (86%), sehingga dapat diterima dan layak digunakan dalam proses pembelajaran.

(41)

persentase 82,74%, sehingga layak digunakan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran

3. Menurut tanggapan peserta didik SMA Swasta Methodist 12 Medan pada uji coba kelompok kecil dinyatakan bahwa media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang dikembangan dengan program Pinecel, xillsoft termasuk dalam kategori sangat baik dimana aspek kelayakan tampilan 92.44%, aspek penyajian materi pembelajaran sebesar 91,11% dalam kategori sangat baik dan aspek kemanfaatan media sebesar 90,55% dalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil tersebut disimpulkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan termasuk dalam criteria sangat baik (86,66%).

4. Menurut tanggapan SMA Swasta Methodist 12 Medan pada uji coba lapangan dinyatakan bahwa media video pembelajaran yang dikembangan dengan program Pinecel, xillsoft termasuk dalam kategori sangat baik dimana aspek kelayakan tampilan 91,33%, aspek penyajian materi pembelajaran sebesar 92,38% dan aspek kemanfaatan media sebesar 93%. Berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas tersebut disimpulkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan termasuk dalam criteria sangat baik (86,78%).

(42)

6. Media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific memiliki keefektifan sebesar (87,33%) lebih tinggi dari keefektifan tanpa menggunakan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific 73,13%.

B. Implikasi

Untuk mendapatkan sebuah produk pengembangan media yang baik maka hal pertama yang perlu dilakukan analisis terhadap beberapa aspek, yaitu analisis referensi pengembangan. Pendapat yang direkomendasikan oleh ahli saat proses validasi dipadukan untuk memperbaiki dan melengkapi media yang diproduksi. Berdasarkan hasil validasi dan uji coba terhadap media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific pada mata pelajaran biologi di SMA Swasta Methodist 12 Medan yang dikembangkan terdapat beberapa kondisi lingkungan belajar yang dapat mendukung pencapaian hasil belajar yang baik dengan dukungan media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yaitu hasil memiliki sarana dan fasilitas yang mendukung pengoperasian media seperti : listrik, computer, perangkat sound system, LCD, dan ruangan yang proporsional, media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific hanya dapat digunakan dengan baik dan lancar jika guru dan peserta didik telah memiliki kemampuan untuk mengoperasikan perangkat elektronik.

(43)

pembelajaran di dalam kelas agar media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang digunakan dapat bermakna bagi peserta didik.

Peserta didik perlu dilibatkan untuk membantu guru dalam mengefektifkan waktu pembelajaran serta memberi kesempatan untuk terlibat secara harmoni dalam proses pembelajaran. Hal ini juga ditujukan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk menangkap pesan sehingga peserta didik dapat beraktifitas dan memecahkan masalah dalam pembelajaran melalui media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific.

Media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific ini sangat memberikan sumbangan positif dan praktis terutama dalam pelaksanan proses pembelajaran bagi guru dan peserta didik dimana media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific dapat membuat ketertarikan peserta didik pada mata pelajaran ini sehingga dapat menggali daya kreaktifitas dan inovasi peserta didik.

Pesan yang terkandung dalam media video pembelajaran berbasis pendekatan scientific mencerminkan pengalaman konseptual peserta didik. Pesan yang berupa

(44)

C. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada kesimpulan dan impilkasi hasil penelitian, berikut ini diajukan beberapa saran yaitu:

1. Pembelajaran berbasis pendekatan Scientific merupakan syarat salah satu yang harus dikuasai seorang guru dalam mengimplementasi kurikulum 2013 sesuai yang dianjurkan pemerintah, maka sebaiknya para guru terutama guru di sumatera utara supaya mendalami pembelajaran berbasis pendekatan scientific serta pada setiap mata pelajaran agar melengkapi keperluan fasilitas seperti ruang praktek yang memadai, perlengkapan dan peralatan praktek serta sumber-sumber yang diperlukan sehingga dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik.

2. Media video pembelajaran ini adalah salah satu alat untuk membantu dalam proses penyampaian pembelajaran, keberadaan guru serta kemampuan guru dalam menggunakan media video pembelajaran sangat diperlukan sebagai fasilitator sehingga peserta didik dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

3. Agar hasil produk lebih maksimal dan layak digunakan lebih jauh lagi, maka diperlukan hal-hal yang mendukung pengembangan produk yang terdiri dari : ahli pembelajaran, ahli bidang studi dan ahli materi professional, ahli media video, dukungan dan prasarana serta waktu yang tersedia.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2014. Design Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT. Refika Aditama.

AECT. 1977. The Defenition of Education Technology. Washington: Association for Educational Communication and Technology.

Anderson & David. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Anderson, R. H. 1983. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka dan Pusat antar Universitas Universitas Terbuka.

Ansyar, Muhammad. 1988. Dasar-dasar Pengembangan, bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Yogyakarta:

Bumi Aksara

Arsyard, Azhar. 2011 . Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada.

Borg, W . R .& Gall , M .D. 1983 .Education Research : an instrucduction . New york : longman Tnc.

Arends, R.I. 2012. Learning To Teach Ninth Edition. New York: The McGraw Hill Companies.

Bretz, Rudi. A. 1971. Taxonomy of Communication Media, Educational Technology Publications. Englewood, New Jersey.

Borg, W.R & M.D. Gall. 1983. Educational Research: An Introduction, New York: Longman, Inc.

Bertran Russel. 1974. History of Western Philoshopy. George Allen & Ulwin. 1974

Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Kesebelas. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.

Costa, A.L. 1985. Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Chambers, J.A. dan Sprecher, J.W. 1983. Komputer Assisted Instruction It’s Use in The Classroom. Inc, New Jersey, Prentice Hall.

Dick, W & Carey, L. 2005. Systematic Design of Instructional (5 th ed). New York: Addison-Wesley Educational Publisher Educational Technology Publicational, Inc.

(46)

Dick, Walter, etc.2001. The Systematic Design of Instruction. Fifth Edition. Wesley Educational Publishers Inc..

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dhakaa, Armita. 2012. Biological Science Inquiry Model and Biology Teaching. Bookman International Journal of Accounts, Economics & Business Management.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama

Djamarah & Syaiful B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarata: Rineka Cipta.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E, Hyun, H.H. How To Design And Evaluate Research In Education Eighth Edition. New York: The McGraw hill Companies.

Fajar, Malik A. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung. Srililis. 2008. Pengembangan Inovasi Pembelajaran Mandiri. Bandung : P2PNFI.

Gerlach Vernon. S, Elly Donald P. 1980. Teaching & Media a System Approach. New Jersey: Prentice Hall.

Gagne, E.D. 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company Light, G.

Hujair AH. Sanaky. 2009. Media Pemebelajaran. Yogyakarta: Safiria Insani Pres. Hamalic, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung : Alumni.

Hakim, Lukmanul, dan Uus Musalini. 2004. Cara Cerdas Menguasai Layout, Desain dan Aplikasi Web. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Scientific dan Kontekstual dalam Pembelajaran abad 21 : Jakarta: Ghalia Indonesia

Hamalik, O. 2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran Edisi Kedelapan). Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2003. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Kemp, J.E., G.R. Morrison, dan S.M. Ross. 1994. Designing Effective Instruction, New York: Macmillan College Publishing Company.

Gambar

Tabel 4.6 Skor Hasil Uji Coba Perorangan Terhadap Video Pembelajaran
Tabel 4.19
Tabel 2.3 Diagram Rancangan Pembelajaran Pengembangan
Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar Biologi masih

Referensi

Dokumen terkait

Melihat hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir, yang diwakili oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan lompat tali memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap tingkat kesegaran jasmani siswa kelas XI putra MA

Selanjutnya dalam Pasal 59 ayat (2) juga telah menyebutkan, setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 59 ayat (1), Kurator harus menuntut

a) Davidson, Stickney dan Weil (1987) dalam Sulistyanto (2008: 48) mendefinisikan bahwa manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam

b. Guru telah berusaha mengamati tingkah laku peserta didik dalam situasi sehari-hari, balk di sekolah maupun di luar jam sekolah, hal ini dilakukan dengan tidak

Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi dan besaran daya analgetik ekstrak etanol daun kerehau (Callicarpa longifolia Lamk.) dengan beberapa tingkatan dosis yang telah

Sebenarnya terdapat beberapa pantai bertelur penyu di Bali, tetapi kebanyakan dari pantai-pantai tersebut sudah tercemar oleh kegiatan- kegiatan manusia yang

Kendala yang mempengaruhi partisipasi pemilih dalam pemilihan Gubernur di Kota Pekanbaru Tahun 2013 berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang