• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. PERANCANGAN TAPAK. 9 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. PERANCANGAN TAPAK. 9 Universitas Kristen Petra"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

2. PERANCANGAN TAPAK

Dari hal-hal yang sebelumnya telah dijelaskan diatas, pemilihan lokasi dan perancangan tapak akan sangat berpengaruh pada berhasil tidaknya proyek wisata dan konservasi penyu di Bali. Adapun kriteria yang akan dijelaskan dalam bab perancangan tapak sebagai berikut :

2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Proyek ini merupakan fasilitas umum yang berfungsi sebagai pusat hiburan, edukasi, yang menitik beratkan sebagai saranana konservasi penyu. Sehingga dibutuhkan kriteria-kriteria tapak sebagai berikut:

1. Terletak pada wilayah konservasi sumberdaya alam hayati

2. Lokasi berada disepanjang pantai untuk memudahkan pelepasan tukik dan sirkulasi air laut

3. Lokasi yang masih memiliki populasi penyu yang bertelur secara alami di sepanjang pantai

4. Kondisi lahan yang memiliki banyak potensi dan keindahan alam untuk dapat menarik wisatawan

5. Kondisi lahan yang tenang dan jauh dari keributan kota agar kegiatan konservasi tidak terganggu oleh kegiatan manusia yang lain

2.2 Lokasi Tapak

Dari kriteria-kriteria yang telah di jabarkan dalam pembahasan sebelumnya, maka tapak yang paling sesuai adalah tapak yang terletak pada area pinggiran kota, dengan tujuan untuk memaksimalkan kegiatan konservasi penyu yang tidak dapat diganggu oleh kegiatan perkotaan. Oleh karena itu, pantai yang dipilih adalah pantai yang terletak di sebelah barat Pulau Bali yang masih terisolasi dari daerah perkotaan, dapat dilihat pada Gambar 2.1. Tapak tersebut tidak hanya mendukung kegiatan konservasi tetapi juga mendukung kegiatan wisata berbasis ekologi karena keindahan dan keadaan alam yang masih natural.

(2)

Pantai di depan tapak merupakan pantai berpasir putih halus yang menjadi rumah bagi tiga jenis penyu yang terdapat di dunia, yaitu Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dan Penyu Hijau (Celonia mydas). Sebenarnya terdapat beberapa pantai bertelur penyu di Bali, tetapi kebanyakan dari pantai-pantai tersebut sudah tercemar oleh kegiatan-kegiatan manusia yang merugikan untuk populasi dan habitat penyu itu sendiri, seperti Pantai Kuta yang berada di tengah keramaian kota, dan Pantai Benoa yang kini digunakan untuk berbagai macam kegiatan water sport dan pelabuhan kapal laut, sehingga lama-kelamaan penyu yang bertelur dipantai-pantai tersebut akan terus berkurang karena merasa terganggu. Untuk itu, perlu adanya perhatian khusus dalam mendesain bangunan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap populasi dan ekosistem penyu yang terdapat di lokasi tersebut.

Tapak berada pada sisi barat Pulau Bali, tepatnya berada pada wilayah Taman Nasional Bali Barat (TNBB) yang digunakan sebagai wilayah konservasi atau perlindungan terhadap sumberdaya alam hayati berupa hutan lindung dan area bahari. TNBB menggunakan sistem zonasi dalam pengelolaannya, yaitu:

1. Zona Inti

Merupakan zona yang mutlak dilindungi, tidak diperbolehkan adanya perubahan dalam bentuk apapun yang diakibatkan oleh aktifitas manusia kecuali berhubungan dengan kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan. 2. Zona Rimba

Gambar 0.1. Lokasi Tapak Sumber : Google Earth 2010

(3)

Merupakan zona penyangga dari zona inti, dapat dilakukan kegiatan seperti zona inti dan kegiatan wisata alam terbatas.

3. Zona Pemanfaatan Intensif

Merupakan zona yang memiliki kegiatan seperti kedua zona yang telah disebutkan diatas, tetapi dapat diijinkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam dan rekreasi atau penggunaan lain yang menunjang fungsi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

4. Zona Pemanfaatan Budaya

Zona ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan terbatas untuk kepentingan budaya dan religi, seperti pembangunan sarana ibadah umat hindu (Gambar 2.2).

Dari penggolongan zona diatas, tapak berada dalam zona pemanfaatan intensif, yang merupakan zona pariwisata dan rekreasi, dimana kegiatan di luar dan di dalam bangunan akan saling menjunjang satu sama lainnya untuk menciptakan suatu lingkungan baru yang memiliki simbiosis mutualisme.

Tapak ini memiliki keunikan dalam keindahan alamnya yang masih murni dan belum tersentuh manusia karena letaknya yang terisolasi dari jalur kendaraan umum dari perkotaan. Suasana pedesaan masih terasa sangat kental dengan kepadatan penduduk yang rendah pada daerah sekitar. Pada akhirnya, tapak dipilih bukan hanya karena keadaan alamnya, tetapi juga untuk melindungi keberadaan pantai tersebut agar dapat tetap menjadi pantai bertelur penyu tanpa tercemar kegiatan manusia yang merugikan dan mampu mempertahankan dan meningkatkan populasi penyu di wilayah tersebut.

Gambar 0.2. Zona Pemanfaatan Budaya Sumber : Survei Lapangan 2010

(4)

2.3 Data Tapak

Gambar 0.3. Tapak Sumber : Google Earth 2010

2.3.1 Batas Tapak

Batas-batas geografis dari lokasi pilihan di sepanjang Taman Nasional Bali Barat meliputi wilayah-wilayah sebagai berikut:

Utara : Waka Shorea Resort Barat : Taman Nasional Bali Barat Timur : Selat Menjangan Selatan : Taman Nasional Bali Barat

2.3.2 Data Tata Guna Lahan

Letak Geografis : 8°3'40" - 8°50'48" Lintang Selatan, dan 114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur

(5)

Kabupaten : Buleleng

Kecamatan : Gerokgak

Wiayah : Tanjung Kotal

Luas tapak : ± 3.4 ha

KDB : 40 %

KLB : 4 x KDB

GSB : 0 m

GSP : 30-50 m

Tinggi bangunan maksimal : 15 m

Tata guna lahan : Zona Pemanfaatan intensif

2.4 Data Kontur

Tapak berapa pada daerah kaki bukit sehingga memiliki kemiringan yang cukup curam, sekitar 0-8% diatas permukaan laut (Gambar 2.4).

2.5 Kondisi Eksisting

Keadaan lingkungan sekitar masih sangat alami karena termasuk dalam wilayah TNBB yang memiliki peraturan ketat mengenai pembangunan dalam kawasan. Berikut merupakan pembahasan mengenai potensi dan kendala yang dimiliki tapak :

(6)

2.5.1 Potensi tapak

1. Tapak belum memiliki akses kendaraan umum secara bebas sehingga asap kendaraan, kebisingan dan keramaian aktifitas manusia dapat diminalisasi 2. Tapak berada dalam daerah kepadatan penduduk rendah sehingga suasana di

sekitar tapak sunyi

3. Pantai di depan tapak merupakan pantai berpasir putih halus yang merupakan tempat ideal bagi penyu untuk bertelur (Gambar 2.5)

4. Terumbu karang hidup terbentang luas disepanjang laut (Gambar 2.6)

5. Dekat dengan Pulau Menjangan yang merupakan tempat wisata diving sehingga banyak wisatawan yang datang untuk berekreasi (Gambar 2.7) 6. Berada dekat dengan Waka Shorea Resort sehingga menambah jumlah

wisatawan yang akan berkunjung (Gambar 2.8)

7. Air laut masih bersih dan belum tercemar limbah manusia karena dikelola dan dikontrol oleh TNBB (Gambar 2.9)

8. Terdapat lebih dari 100 jenis ikan hias yang berdiam di sekitar terumbu karang

9. Sudah tersedia pelabuhan perahu milik pemerintah, yaitu pelabuhan Labuan Lalang (Gambar 2.10), dan dermaga perahu di dekat tapak (Gambar 2.11). 10. Memiliki view yang sangat indah

(7)

Gambar 0.6. Terumbu Karang

Gambar 0.7. Aktivitas Menyelam Sumber : Anvil, 2008, chap. 1

(8)

Gambar 0.9. Perairan Laut yang Jernih dan Belum Tercemar Limbah Sumber : Anvil, 2008, chap. 1

Gambar 0.10. Pelabuhan Labuan Lalang

(9)

2.5.2 Kedala Tapak

1. Akses masuk kendaraan umum kedalam site terbatas

2. Tidak terdapat saluran PDAM sehingga air bersih susah untuk didapat

3. Keadaan kontur cukup curam sehigga perlu pertimbangan dalam desain bangunan

2.6 Perancangan Disain Tapak 2.6.1. Pencapaian ke Lokasi

Karena akses masuk kendaraan umum terbatas, maka pencapaian pengunjung ke tapak dialihkan melalui jalur laut, yaitu dari Pelabuhan Lalang kemudian menuju ke dermaga perahu di dekat tapak. Gambar 2.12 menunjukkan jalur pencapaian pengunjung.

Keterangan :

Jalan Utama Laut

Sirkulasi Kapal

Gambar 0.12. Skema Pencapaian ke Lokasi Sumber : Bootsnall, 2005, chap. 3

(10)

2.6.2. Pencapaian Tapak

Dibelakang tapak terdapat jalan kecil yang digunakan oleh pengelola Taman Nasional Bali Barat. Jalan tersebut dapat digunakan sebagai akses masuk ke dalam tapak. Untuk pencapaian pada tapak dibedakan berdasarkan pengguna pintu masuk tersebut, fasilitas ini dibagi berdasarkan 2 pintu masuk berdasarkan pengguna dan sifat tiap zona yang ada.

1. Pintu Masuk Utama

Pengunjung yang telah sampai pada dermaga perahu akan di jemput menggunakan shuttle bus, kemudian akan langsung diantarkan ke dalam tapak. Pintu masuk utama di pilih berdasarkan kontur yang terlandai untuk mengurangi cut and fill pada tanah. Disediakan 6 buah shuttle bus untuk melayani antar-jemput pengunjung. Skema Pintu masuk utama dapat dilihat pada Gambar 2.13.

2. Jalan Masuk Servis

Untuk sirkulasi servis memiliki satu zona tersendiri yang letaknya didesain agar tidak menarik perhatian pengunjung. Area parkir yang ada di khusukan hanya untuk parkir servis dan karyawan karena seluruh pengunjung

(11)

datang dengan menggunakan perahu boat dan kemudian dijemput dengan shuttle bus dari dermaga sehingga tidak memerlukan area parkir pengunjung lagi.

2.6.3. Sirkulasi

Sistem sirkulasi pada tapak di bedakan menjadi 4, yaitu : 1. Sirkulasi Kendaraan

Sirkulasi ini lebih ditujukan untuk shuttle bus yang beroperasi pada tapak, dan disediakan 6 tempat parkir untuk bus tersebut. Tempat parkir lainnya ditujukan bagi karyawan yang menggunakan kendaraan untuk datang ke site. Sirkulasi kendaraan, khususnya shuttle bus, di atur agar pengunjung dapat diturunkan dan dijemput kembali langsung di area dropping zone. Jalur pedestrian tetap tersedia bagi pengunjung yang ingin langsung berjalan menuju parkir shuttle bus. Kendaraan tidak banyak berlalu-lintas di dalam site karena desain bangunan di atur agar pengunjung dapat berjalan kaki sembari melihat pemandangan alam tanpa di halangi oleh lalu lintas kendaraan bermotor.

2. Sirkulasi Pengunjung

(12)

Pengunjung pertama kali akan turun di dropping zone kemudian akan diarahkan ke plaza kecil yang kemudian menuju ke lobby. dari lobby, pengunjung akan disebar ke zona-zona lainnya, yaitu plaza utama, kantor pengelola, fasilitas wisata, fasilitas edukasi, dan fasilitas konservasi penyu. Skema Jalur sirkulasi pengunjung dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Sirkulasi pengunjung diatur menyerupai jalur tour yang memiliki sebuah sequence, sehingga pengunjung dapat melakukan semua aktifitas secara runtun mengingat aktifitas yang dilakukan di dalam bangunan tidak hanya berupa wisata rekreasi melainkan wisata edukasi. Rute ini didesain agar tidak menggagu jalannya aktifitas konservasi, yang mana merupakan aktifitas utama Fasilitas Wisata dan Konservasi Penyu ini.

3. Sirkulasi Pengelola

Terdapat dua bagian dari sirkulasi pengelola, yaitu, sirkulasi orang dan sirkulasi kendaraan. Untuk sirkulasi orang, jalur karyawan diatur agar sebisa mungkin tidak terlihat oleh pengunjung. Beberapa cara yang diterapkan adalah dengan menggunakan lantai split level dan membuat jalur sirkulasi karyawan tertutup dari pandangan pengunjung. Diharapkan dengan adanya pemisahan jalus sirkulasi tersebut dapat menimbulkan kesan lebih eksklusif pada fasilitas-fasilitas utama yang terdapat dalam bangunan.

(13)

Sirkulasi kendaraan servis diletakkan di kedua tepi batas site, tujuannya adalah untuk efisiensi loading barang dan kegiatan servis lainnya agar perjalananya tidak terlalu jauh. Jalur servis pada sisi kanan site melingkupi untuk kebutuhann servis pada fasilitas wisata, edukasi dan sebagian fasilitas konservasi. Sedangkan jalur pada sisi kiri langsung berhubungan dengan zona pengelola dimana ruang genset, pln, bahan bakar, dan gudang dapat langsung diakses, jalur ini juga melingkupi sebagian fasilitas konservasi. Skema dapat dilihat pada Gambar 2.16.

4. Sirkulasi Darurat

Sirkulasi darurat, seperti sirkulasi pemadam kebakaran diletakkan pada sisi-sisi tepi site karena dapat mencakup daerah lebih luas dari pada jika diletakkan di tempat lain. Jalan masuk jalur ini sama dengan sirkulasi servis, tujuannya adalah untuk efisiensi lahan.

(14)

2.6.4. Lansekap

Perancangan lansekap pada fasilitas ini menggunakan tumbuhan lokal yang banyak berupa tumbuhan bercabang banyak dan berdaun rindang. Tumbuhan ini diletakkan pada titik-titik tertentu sebagai peneduh area outdoor dan juga sebagai alat pembayangan pada beberapa bagian bangunan. Beberapa jenis tanaman perdu juga ditambahkan untuk membentuk jalur sirkulasi dan menambah suasana alam (lihat Gambar 0.17).

Gambar

Gambar 0.1. Lokasi Tapak  Sumber : Google Earth 2010
Gambar 0.2. Zona Pemanfaatan Budaya  Sumber : Survei Lapangan 2010
Gambar 0.3. Tapak  Sumber : Google Earth 2010
Gambar 0.4. Kemiringan Kontur (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik karkas yang diamati pada kelinci adalah bobot potong, bobot karkas, bobot kulit bulu, hati, jantung, paru-paru, ginjal, bobot daging total, bobot

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan yang tepat untuk formulasi sediaan sampo jelly anti ketombe dari ekstrak kangkung (ipomoea aquatia forssk) terhadap

Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1983 tentang Pakaian Dinas dan Tanda Jabat­ an Kepala Desa/Kepala Kelurahan, perlu dituangkan dalam Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I

Penelitian ini bertujuan untuk I) menganalisa ada atau tidaknya hubungan antara pajak daerah, retribusi daerah, Jaba BUMD I hasil kekayaan daerah yang

Dari hasil analisis daya klasifikasi ini menunjukkan bahwa model dalam penelitian ini merupakan model prediksi yang tepat untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial

Hasil dari pemodelan dengan dan tanpa menggunakan algoritma PSO menghasilkan pola grafik yang tidak jauh berbeda antara hasil simulasi dengan data eksperimen

Apabila imej terhadap pajak adalah negatif maka upaya menghidupkan kesadaran membayar pajak menjadi semakin sulit dan akan terperangkap dalam dunia hukum yang semakin