• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Pada Pt. Telkom Indonesia Divisi Enterprise Service Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Pada Pt. Telkom Indonesia Divisi Enterprise Service Medan"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KONFLIK TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN PADA PT. TELKOM INDONESIA

DIVISI ENTERPRISE SERVICE MEDAN

OLEH

ROSLENA ELISABETH SITANGGANG NIM: 100521160

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KONFLIK TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN PADA PT TELKOM INDONESIA

DIVISI ENTERPRISE SERVICE MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja karyawan pada PT Telkom Indonesia Divisi Enterprise Service Medan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi, yaitu penelitian yang melihat pengaruh antarvariabel. Data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada karyawan PT Telkom Indonesia Divisi Enterprise Service Medan, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi yang didapat dari berbagai informasi yang dimiliki oleh PT Telkom Medan. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan analisis Regresi Linear Berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Telkom Divisi Enterprise Service yang berjumlah 70 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 orang.

Hasil penelitian berdasarkan uji-F diperoleh hasil F hitung 7.930 > F tabel 3.11 menunjukkan bahwa varibel bebas (kepemimpinan dan konflik) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (stres kerja karyawan). Secara parsial (uji-t) dengan tingkat signifikansi (α) = 5%. menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap stres kerja karyawan, sedangkan variabel konflik berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan. Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja merupakan hubungan yang cukup erat. Melalui Pengujian Koefisien Determinasi diperoleh adjusted R Square (R2) 16,7% variabel stres kerja dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan dan varibael konflik sedangkan 83,3% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Konflik merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi stres kerja karyawan Pada PT Telkom Indonesia Divisi Enterprise Service Medan.

(3)

ABSTRACT

INFLUENCE OF LEADERSHIP AND CONFLICT TO WARD THE EMPLOYEE’S WORK STRESS AT PT. TELKOM INDONESIA DIVISION

ENTERPRISE SERVICE MEDAN

The objective of the study was to find out the influence of leadership and conflict to ward employee’s work stress at the PT Telkom Indonesia Division Enterprise Service Medan.

This research was type explanation research, that was to watched the influence of variables. The data used were the primary and secondary ones. The primary data were collected through disseminate questionnaires. The secondary data were collected through documentation study of official document issued by PT Telkom Division Enterprise Service Medan. Methods of data analysis was using descriptive method and quantitative methode that was multiple linear regresion analysis. The population in this research amounted to 70 peoples in PT Telkom Indonesia Division Enterprise Service Medan and the number of samples was 70 peoples. Based of F test was had F

result 7,930 > F table

The result of Partial (t-test)

3,11 indicated the independent variables (leadership and conflict) together have a positive and significant influence on the dependent variable (employee’s work stress).

with a significance level (α) = 5%, indicated that the leadership have a negative influence and not significant to ward the employee’s work stress while the variable conflict have a positive influence and significant to ward the employee’s work stress. Through testing the correlation cofficient (R) obtained the level of correlation or relationship between leadership and conflict to ward employee’s work stress is tight connection. Trough testing the determination coefficient obtained adjust R Square (R2) that 16,7% work stress was explained by leadership and conflict then 83,3% was explained by uncheck other variables in this research. Conflict is factor dominantest influence employee’s work stress at PT Telkom Indonesia Division Enterprise Service Medan.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa, atas berkat

dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen

Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penulis ingin

mengucapkan terimakasih teristimewa kepada kedua orangtua tercinta yaitu

Ayahanda Sumilla Sitanggang dan Ibunda Thresia Purba yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan, serta kasih sayang yang selalu menyertai

perjalanan hidup penulis.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Kepemimpinan dan Konflik Terhadap Stres

Kerja Karyawan pada PT. Telkom Indonesia Divisi Enterprise Service Medan”.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai

pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM, Ak, selaku Pelaksana tugas Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME, selaku Ketua Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, SE, M.Si, selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Magdalena Linda Leonita Sibarani, SE, M.Si, selaku Dosen

Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan saran sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Dr. Sitti Raha Agus Salim, M.Sc, selaku Dosen Pembaca Penilai yang

telah banyak memberikan masukan dan arahan agar skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Manajemen yang

telah memberikan pelajaran yang berharga selama masa perkuliahan.

8. Seluruh rekan mahasiswa angkatan 2010 Ekstensi yang selalu menemani

selama dalam masa perkuliahan.

9. Serta masih banyak lagi pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis

menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi

penyempurnaan skripsi ini.

Medan, April 2013 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan ... 10

2.1.1 Pengertian kepemimpian ... 10

2.1.2 Sifat-Sifat Kepemimpinan ... 11

2.1.3 Ciri-Ciri Kepemimpinan ... 13

2.1.4 Prinsip Kepemimpinan ... 15

2.2 Konflik ... 17

2.2.1 Pengertian Konflik ... 17

2.2.2 Keberadaan Konflik ... 17

2.2.3 Penyebab Terjadinya Konflik ... 18

2.2.4 Konflik dalam Organisasi ... 20

2.3 Stres ... 21

2.3.1 Pengertian Stres ... 21

2.3.2 Pengertian Stres Kerja ... 22

2.3.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres ... 22

2.3.4 Gejala Stres di Tempat Kerja ... 23

2.3.5 Dampak Stres Kerja Terhadap Karyawan ... 25

2.4 Penelitian Terdahulu ... 26

2.5 Kerangka Konseptual ... 27

2.5.1 Hubungan Kepemimpinan dan Stres ... 29

2.5.2 Hubungan Konflik dan Stres ... 29

2.6 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Batasan Operasional ... 31

(7)

3.5 Skala Pengukuran Data ... 34

3.6 Populasi dan Sampel ... 34

3.7 Jenis Data ... 35

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

3.9.1 Uji Validitas ... 36

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 41

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Telkom ... 41

4.1.2 Visi dan Misi PT. Telkom ... 42

4.1.2.1 Visi PT. Telkom ... 42

4.1.2.2 Misi PT. Telkom ... 42

4.1.3 Struktur Organisasi ... 43

4.2 Analisis Deskriptif ... 45

4.2.1 Deskriptif Responden ... 45

4.2.2 Deskriptif Variabel ... 48

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 56

4.3.1 Uji Normalitas Data ... 56

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 59

4.3.3 Uji Multikolinearitas ... 61

4.3.4 Analisis Regresi Linear Berganda ... 62

4.4 Pengujian Hipotesis ... 64

4.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 64

4.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 66

4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2 4.5 Pembahasan ... 68

) ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 33

3.2 Instrumen SkaLa Likert ... 34

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 46

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 46

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 47

4.5 Data Variabel Kepemimpinan ... 48

4.6 Data Variabel Konflik ... 51

4.7 Data Variabel Stres Kerja ... 54

4.8 Hasil Uji Normalitas Pendekatan Kolmogorv-Smirnov ... 59

4.9 Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas ... 61

4.10 Uji Nilai Tolerance dan VIF ... 62

4.11 Analisis Regresi Linear Berganda ... 63

4.12 Hasil Uji-F ... 65

4.13 Hasil Uji-t ... 66

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Grafik Jumlah Pelanggan dan Jumlah Gangguan Sirkit

Pelanggan UNER 1Sumatera ... 2

2.1 Kerangka Konseptual ... 28

4.2 Histrogram Uji Normalitas ... 57

4.3 Normal. P-P Plot ... 58

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

(11)

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KONFLIK TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN PADA PT TELKOM INDONESIA

DIVISI ENTERPRISE SERVICE MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja karyawan pada PT Telkom Indonesia Divisi Enterprise Service Medan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi, yaitu penelitian yang melihat pengaruh antarvariabel. Data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada karyawan PT Telkom Indonesia Divisi Enterprise Service Medan, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi yang didapat dari berbagai informasi yang dimiliki oleh PT Telkom Medan. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan analisis Regresi Linear Berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Telkom Divisi Enterprise Service yang berjumlah 70 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 orang.

Hasil penelitian berdasarkan uji-F diperoleh hasil F hitung 7.930 > F tabel 3.11 menunjukkan bahwa varibel bebas (kepemimpinan dan konflik) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (stres kerja karyawan). Secara parsial (uji-t) dengan tingkat signifikansi (α) = 5%. menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap stres kerja karyawan, sedangkan variabel konflik berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan. Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja merupakan hubungan yang cukup erat. Melalui Pengujian Koefisien Determinasi diperoleh adjusted R Square (R2) 16,7% variabel stres kerja dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan dan varibael konflik sedangkan 83,3% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Konflik merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi stres kerja karyawan Pada PT Telkom Indonesia Divisi Enterprise Service Medan.

(12)

ABSTRACT

INFLUENCE OF LEADERSHIP AND CONFLICT TO WARD THE EMPLOYEE’S WORK STRESS AT PT. TELKOM INDONESIA DIVISION

ENTERPRISE SERVICE MEDAN

The objective of the study was to find out the influence of leadership and conflict to ward employee’s work stress at the PT Telkom Indonesia Division Enterprise Service Medan.

This research was type explanation research, that was to watched the influence of variables. The data used were the primary and secondary ones. The primary data were collected through disseminate questionnaires. The secondary data were collected through documentation study of official document issued by PT Telkom Division Enterprise Service Medan. Methods of data analysis was using descriptive method and quantitative methode that was multiple linear regresion analysis. The population in this research amounted to 70 peoples in PT Telkom Indonesia Division Enterprise Service Medan and the number of samples was 70 peoples. Based of F test was had F

result 7,930 > F table

The result of Partial (t-test)

3,11 indicated the independent variables (leadership and conflict) together have a positive and significant influence on the dependent variable (employee’s work stress).

with a significance level (α) = 5%, indicated that the leadership have a negative influence and not significant to ward the employee’s work stress while the variable conflict have a positive influence and significant to ward the employee’s work stress. Through testing the correlation cofficient (R) obtained the level of correlation or relationship between leadership and conflict to ward employee’s work stress is tight connection. Trough testing the determination coefficient obtained adjust R Square (R2) that 16,7% work stress was explained by leadership and conflict then 83,3% was explained by uncheck other variables in this research. Conflict is factor dominantest influence employee’s work stress at PT Telkom Indonesia Division Enterprise Service Medan.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi khususnya di era modern dan globalisasi

sekarang ini tidak dapat dielakkan lagi. Pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi di lingkungan organisasi sudah menjadi kebutuhan bagi tiap

organisasi untuk mencapai efisiensi dan efektifitas organisasi. Untuk dapat

bertahan di dunia bisnis, suatu perusahaan harus mengikuti trend yang sedang

terjadi sehingga tidak tertinggal oleh pesaing. Perusahaan yang dapat bertahan

adalah perusahaan yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Perkembangan dunia telekomunikasi sekarang ini menjadi tantangan bagi

sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat.

Setiap organisasi memiliki sumber daya manusia yang merupakan asset paling

penting bagi perusahaan, dimana sumber daya tersebut sangat menentukan

keberhasilan perusahaan untuk jangka panjang. Sumber daya manusia di

perusahaan perlu dikelola dengan baik agar terwujud keseimbangan antara

kebutuhan karyawan dengan tuntutan dan kemampuan suatu organisasi.

Ketatnya persaingan antar perusahaan dan organisasi dewasa ini

menyebabkan kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi semakin

meningkat. Perusahaan yang telah menggunakan teknologi informasi akan

menemukan kemudahan-kemudahan dalam menjalankan bisnisnya.

(14)

penyampaian dan penyimpanan serta pengolahan informasi dapat dilaksanakan

dengan lebih efektif dan efisien, baik dalam hal sumber daya, waktu dan tenaga

yang digunakan.

TELKOM sebagai salah satu penyedia jasa informasi dan komunikasi

(information – communication), memiliki sebuah divisi yang khusus menangani pelanggan perusahaan (Corporate Customer), yaitu Divisi Enterprise Service (DIVES) yang telah berdiri sejak tahun 2004. Divisi Enterprise Service khusus

mengelola layanan informasi dan komunikasi bagi pelanggan perusahaan, baik

untuk jasa telepon, komunikasi bergerak maupun komunikasi data. Pada awal

tahun 2007, jumlah gangguan terhadap sirkit pelanggan tidak ada gangguan yang

disampaikan pelanggan. Namun sejak semester kedua tahun 2008 gangguan mulai

meningkat, menembus angka 100 gangguan setiap bulannya dan di tahun 2011

gangguan sudah melebihi angka 500 gangguan pada bulan Mei 2011. Hal ini

dapat kita lihat pada gambar 1.1 yang menunjukkan grafik jumlah pelanggan dan

jumlah gangguan dari Tahun 2007 sampai Tahun 2011.

Gambar 1.1 Grafik Jumlah Pelanggan dan Jumlah Gangguan Sirkit Pelanggan UNER 1 Sumatera

Gangguan sirkit komunikasi data meningkat setiap tahunnya, seiring

(15)

Keluhan gangguan komunikasi data pelanggan maupun permintaan pasang baru

disampaikan melalui unit Corporate Customer Care Center (C4) yang merupakan

sub unit di bawah unit Corporate Customer Care (C2Care) Area 1 Sumatera.

Seluruh gangguan diproses melalui aplikasi monitoring gangguan Trouble Ticket

Tools Online (T3 Online), dimana oleh petugas yang ada di unit C4 setiap

gangguan ditelusuri dan diteruskan kepada petugas di lapangan.

Melalui pengamatan langsung terhadap kondisi perusahaan diketahui

bahwa karyawan dituntut untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan

organisasi secara menyeluruh. Kesuksesan dan kegagalan suatu organisasi selalu

berkaitan dengan kepemimpinan. Keberadaan seorang pemimpin dalam organisasi

sangat dibutuhkan untuk membawa organisasi kepada tujuan yang telah

ditetapkan. Karyawan diharapkan mampu bersaing di dalam lingkungan

organisasi dan mampu mewujudkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan.

Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, seorang karyawan akan

dihadapkan kepada banyak masalah baik secara pribadi maupun dalam kelompok

kerjanya. Berbagai masalah tersebut dapat berdampak secara psikologis atau

phisik, hal ini tergantung apa penyebab terjadinya masalah tersebut. Robbins dan

Judge (2008:368) memberikan defenisi stres sebagai suatu keadaan dinamis yang

dihadapi seseorang ketika terpaksa menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan

yang berkaitan dengan apa yang dikehendakinya yang pada saat bersamaan

hasilnya dianggap tidak pasti tetapi sangat penting. Menurut Rivai (2009:1008)

(16)

ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,

dan kondisi seorang karyawan.

Melalui pengamatan langsung terhadap karyawan diperoleh keterangan

bahwa stres kerja berupa turunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi,

kebosanan, komunikasi tidak lancar, kemangkiran kerja, suka menunda-nunda

pekerjaan, tidak mampu membuat prioritas dan mengambil keputusan, mereka

mengerjakan tugas atau pekerjaan dengan tidak yakin dan banyak membuat

kesalahan. Sebenarnya stres merupakan keadaan yang wajar karena terbentuk

pada diri manusia sebagai respon dan merupakan bagian dari kehidupan

sehari-hari dari diri manusia terlebih menghadapi zaman kemajuan dalam segala bidang

yang dihadapi dengan kegiatan dan kesibukan yang harus dilakukan. Beban stres

yang berlebihan dapat mengganggu kondisi tubuh seperti sakit kepala, tekanan

darah tinggi dan lain-lain.

Stres yang dihadapi karyawan PT. Telkom di dalam bekerja akan sangat

mempengaruhi kualitas pelayanan kepada pelanggan. Banyaknya jumlah laporan

gangguan yang diterima seharusnya membutuhkan perhatian khusus dari

pimpinan PT. Telkom. Namun kenyataannya pimpinan kurang memperhatikan

kondisi tersebut. Kondisi lingkungan kerja yang kurang memenuhi seperti alat

kerja yang kurang baik, suhu ruangan, yang hal tersebut dapat menimbulkan stres

kerja bagi karyawan.

Peran dari kepemimpinan bukan saja menjembatani antara atasan dengan

bawahan, akan tetapi juga mampu mengarahkan semua atribut dalam organisasi

(17)

kepemimpinan yang kuat agar apa yang diharapkan dapat diwujudkan secara

bersama dengan karyawanya dan bukan menyebabkan stres kerja bagi

karyawannya. Adapun perilaku kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan PT.

Telkom Medan yaitu dengan melakukan pengawasan kerja terhadap setiap agent

C4 dalam berkoordinasi dengan pelanggan dan petugas di lapangan, melakukan

penilaian hasil kerja melalui evaluasi kerja, memberikan motivasi kepada seluruh

karyawan, memberikan pelatihan kepada seluruh karyawannya terutama dalam hal

penanganan gangguan layanan pelanggan.

Pimpinan memang sudah memberikan pelatihan kepada karyawan, namun

masih ada karyawan yang mengalami kesulitan dalam menangani gangguan

layanan pelanggan. Pimpinan PT. Telkom juga ikut serta berkoordinasi dengan

petugas di lapangan maupun rekan-rekan yang terkait dalam penanganan

gangguan jika gangguan tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan. Seiring dengan peningkatan jumlah gangguan sirkit

komunikasi data pelanggan maka diperlukan keefektifan dan efisiensi kerja

karyawan dalam penanganan gangguan tersebut. Pada kenyataannya karyawan

sering mengalami beberapa kondisi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan

dalam ruang lingkup pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena adanya serangkaian

tuntutan yang berkaitan dengan pekerjaan, adanya konflik, hubungan yang kurang

harmonis dengan rekan kerja dan hal-hal lain yang dapat membuat seseorang

merasa tertekan.

Tekanan-tekanan pekerjaan yang dialami karyawan mungkin disebabkan

(18)

sebagai sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa

pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan mempengaruhi secara

negatif, sesuatu yang menjadi perhatian dan kepentingan pihak pertama. Hasil dari

konflik yang terjadi diantara pihak-pihak yang terlibat bisa bersifat fungsional

yang dapat meningkatkan kinerja organisasi. Namun, konflik juga dapat bersifat

disfungsional yang sebaliknya justru menghalangi/menurunkan kinerja kelompok

Adapun konflik yang sering terjadi di dalam divisi Enterprise Service

Telkom Medan adalah terutama dalam masalah koordinasi untuk penanganan

gangguan. Agent Corporate Customer Care Center (C4) menerima keluhan

pelanggan baik melalui telepon maupun email. Agent C4 menganalisis gangguan

awal melalui sistem analisis yang disediakan seperti network monitoring system. Kemudian agent C4 meminta bantuan pengecekan lebih lanjut dari rekan-rekan

yang terkait dalam penanganan gangguan tersebut. Dalam koordinasi penanganan

gangguan tersebut konflik sering terjadi antara Agent C4 dengan petugas di

lapangan maupun dengan pelanggan. Hal ini disebabkan karena banyaknya

jumlah lapora gangguan layanan pelanggan, komunikasi yang tidak baik ataupun

adanya kesalahan komunikasi seperti informasi gangguan yang diterima oleh

petugas di lapangan tidak jelas sehingga menyulitkan petugas dalam melakukan

tindakan perbaikan, ataupun sebaliknya, informasi yang disampaikan petugas dari

hasil investigasi di lapangan tidak jelas, data pelangggan tidak lengkap.

Konflik juga terjadi karena adanya ketergantungan tugas dalam menangani

gangguan tersebut yakni petugas di lapangan membutuhkan bantuan pengecekan

(19)

petugas yang dapat membantu menangani gangguan tersebut karena alasan

berbagai hal seperti petugas yang menerima gangguan sedang menangani

gangguan lain, tidak ada kendaraan yang dapat digunakan oleh petugas untuk

pengecekan ke lapangan, cuaca buruk di lapangan, tidak ada material maupun

gangguan operator lain yang dapat menghambat dalam proses perbaikan

gangguan.

Agent C4 dituntut untuk dapat memberikan informasi secara berkala

kepada pelanggan, sementara waktu proses perbaikan tidak dapat ditentukan oleh

petugas di lapangan akibat dari kendala-kendala tersebut. Hal ini menjadi suatu

wacana terhadap kemampuan sumber daya manusia yang berada dalam

lingkungan organisasi PT. TELKOM Medan. Karyawan dituntut untuk dapat

memenuhi tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Perusahaan dituntut untuk

mampu berkomitmen, melakukan sesuatu tidak hanya untuk masa kini tetapi juga

untuk masa mendatang dan selalu mengutamakan pelanggan terlebih dahulu.

Oleh karena itu masalah stres kerja karyawan perlu mendapat perhatian

yang cukup serius dari pihak perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan memilih

judul “Pengaruh Kepemimpinan dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan PT.

(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kepemimpinan dan konflik berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap stres kerja karyawan pada PT. Telkom Medan?

2. Apakah kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres

kerja karyawan pada PT. Telkom Medan?

3. Apakah konflik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja

karyawan pada PT. Telkom Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada

pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja karyawan pada PT.

Telkom Indonesia Devisi Enterprise Service Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi PT. Telkom Indonesia Devisi Enterprise Service Medan

Sebagai sarana informasi dan masukan bagi pimpinan/manajemen

perusahaan dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan yang lebih baik.

2. Bagi Peneliti

Suatu kesempatan yang baik bagi peneliti untuk dapat menerapkan ilmu yang

telah diperoleh selama proses perkuliahan dan memperluas cara berpikir

(21)

3. Bagi Pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi

peneliti selanjutnya sehingga dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai suatu sikap seorang pimpinan

yang memiliki kemampuan dalam mengadakan koordinasi, membuat konsep

sekaligus menjabarkan tujuan – tujuan umum yang jelas, bersikap adil dan tidak

berat sebelah, sanggup membawa kelompok kepada tujuan yang pasti dan

menguntungkan, dan membawa pengikutnya kepada kesejahteraan

(Kartono,2005:41). Menurut Matondang (2008:5), kepemimpinan adalah suatu

proses dalam mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu yang

diinginkan, dengan menjalin suatu hubungan interaksi antara pengikut

(follower) dan pemimpin dalam mencapai tujuan bersama.

Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,

atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok

(Thoha, 2009:9). Kepemimpinan tidak hanya dibatasi oleh aturan – aturan atau

tata krama birokrasi, tidak harus diikat dalam organisasi tertentu, melainkan dapat

terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya

mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.

Menurut Dharma (2003:136) kepemimpinan adalah proses kerjasama

diantara manusia untuk mencapai tujuan, sebagai suatu bentuk energi yang

memotori setiap usaha bersama, yang memberikan model untuk diteladani, yang

memotivasi, yang menimbulkan semangat kerja, dan yang mempercayai bawahan

(23)

2.1.2 Sifat – Sifat Kepemimpinan

Menurut Kartono (2005:47) sifat – sifat kepemimpinan terdiri dari :

1. Kekuatan

Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi pemimpin

yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak

teratur, dan ditengah-tengah situasi yang sering tidak menentu.

2. Stabilitas Emosi

Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil, artinya seorang pimpinan

tidak mudah, tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak secara

emosional.

3. Pengetahuan tentang relasi insani

Seorang pemimpin harus memajukan dan mengembangkan semua bakat serta

potensi anggotanya, untuk dapat bersama-sama maju dan merasakan

kesejahteraan.

4. Kejujuran

Pemimpin yang baik harus memiliki kejujuran yang tinggi, yaitu jujur pada

diri sendiri dan pada orang lain (terutama bawahannya).

5. Objektif

Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya

objektif (tidak subjektif, berdasarkan prasangka sendiri).

(24)

Keinginan dan kesesuaian untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari

dalam hati dan sanubari sendiri. Dukungan dari luar akan memperkuat hasrat

sendiri untuk memberikan pelayanan dan pengabdian diri kepada kepentingan

orang banyak.

7. Keterampilan berkomunikasi

Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap

maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar dan mudah

memahami maksud para anggotanya. Juga pandai mengkoordinasikan

macam-macam sumber tenaga manusia, dan mahir mengintegrasikan berbagai opini

serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan.

8. Kemampuan Mengajar

Pemimpin yang baik diharapkan dapat menjadi guru yang baik bagi

bawahannya, mengajar secara sistematis dan intensional pada sasaran tertentu,

guna mengembangkan pengetahuan, keterampilan/kemahiran tekhnis tertentu,

dan menambah pengalaman mereka. Hal ini dimaksudkan agar para

pengikutnya dapat memberikan loyalitas dan partisipasinya.

9. Keterampilan sosial

Seorang pemimpin harus dapat bersikap ramah, terbuka, dan mudah menjalin

persahabatan berdasarkan rasa saling percaya, dan mudah menjalin

persahabatan berdasarkan rasa saling percaya-mempercayai. Seorang

pemimpin menghargai pendapat orang lain, untuk dapat memupuk kerja sama

yang baik dalam suasana rukun dan damai.

(25)

Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran tekhnis tertentu,

juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana, mengelola,

menganalisis keadaan, membuat keputusan, mengarahkan, mengontrol, dan

memperbaiki situasi yang tidak aman.

Ada 4 syarat kepemimpinan menurut Moeljono (2003:44) antara lain :

1. Adanya pengikut

2. Pemimpin yang efektif bukanlah selalu seseorang yang dipuja atau dicintai,

namun mereka adalah individu yang menjadikan para pengikutnya berbuat

benar. Kepemimpinan identik dengan pencapaian hasil.

3. Pemimpin adalah mereka yang memberi contoh

4. Kepemimpinan bukanlah kedudukan, jabatan, atau uang. Kepemimpian adalah

tanggung jawab.

2.1.3 Ciri-ciri Kepemimpinan

Ada enam ciri khusus kepemimpinan menurut Lensufiie (2010:19) yaitu sebagai

berikut:

1. Bersedia mengambil risiko

2. Selalu menginginkan pembaharuan

3. Bersedia mengurus atau mengatur

4. Punya harapan yang tinggi

5. Menjaga sikap positif

6. Selalu berada di muka

(26)

1. Jujur

Kejujuran berkaitan erat dengan nilai-nilai dan etika, yang bersikukuh pada

prinsip-prinsip utama.

2. Berorientasi ke depan

Kemampuan berorientasi ke depan bukan berarti orang harus memiliki

kekuatan penglihatan magis untuk melihat sesuatu hal yang ada dimasa depan.

Realitanya jauh lebih sederhana, yaitu :kemampuan menentukan atau memilih

tujuan yang diinginkan, ke arah mana perusahaan, atau komunitas akan

dibawa.

3. Kompeten

Kompetensi kepimpinan mengacu pada catatan prestasi si pemimpin dan

kemampuannya untuk menyelesaikan pekerjaan. Hal ini tidak mengacu

secara spesifik kepada kemampuan pemimpin dibidang tekhnologi dalam

kegiatan operasional saja, tetapi tergantung dari posisi pemimpin dan kondisi

organisasi. Seorang pemimpin harus mampu memberi contoh, inspirasi,

tantangan, memungkinkan orang bertindak, dan memberi semangat pada

bawahannya.

4. Membangkitkan semangat

Kepemimpinan yang membangkitkan semangat dapat memenuhi kebutuhan

para bawahannya akan arti dan tujuan dalam hidup, artinya menjadikan

anggotanya lebih bersemangat, positif dan optimis mengenai masa depan

yang memberikan harapan pada orang lain.

(27)

Ada 7 (tujuh) prinsip kepemimpinan yang dapat meningkatkan pengaruh dan

kekuasaan seorang pemimpin didalam suatu organisasi, (Matondang, 2008:14)

antara lain :

1. Keramahan yang rasional

2. Setiakawan

3. Memiliki kebaikan timbal balik

4. Mengembangkan

5. Kelompok

6. Permohonan langsung

7. Memiliki kewenangan formal

Tindakan kepemimpinan tergantung pada pembentukan hubungan sosial

yang efektif dan mencapai masa depan yang diinginkan melalui perjanjian serta

kerjasama. Para pemimpin yang bermoral menggunakan kekuasaan untuk

mencapai tujuan organisasi, menghormati hak, individu dan kelompok, dan adil

dalam berhubungan dengan orang lain.

Menurut Stephen R. Coney (sumber:

prinsip sebagai berikut :

1. Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.

Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar,

mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

(28)

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin

dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam

memberi pelayanan, pemimpin seharusn ya lebih berprinsip pada pelayanan

yang baik.

3. Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang

positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang

lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.

Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama

dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat

menunjukkan energi yang positif, seperti ;

a. Percaya pada orang lain

b. Keseimbangan dalam kehidupanat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan

d. Sinergi

e. Latihan mengembangkan diri sendiri

2.2 Konflik

2.2.1 Pengertian Konflik

Menurut Mangkunegara (2008:21) konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi

antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi

dengan kenyataan apa yang diharapkannya. Sedangkan menurut Handoko, T. H

dalam Wahyudi (2006:36) mengemukakan bahwa konflik muncul karena adanya

(29)

organisasi yang terbatas, bertambahnya beban kerja, aliran tugas kurang

dimengerti bawahan, kesalahan komunikasi, dan adanya perbedaan status, tujuan

atau persepsi.

2.2.2 Keberadaan Konflik

Menurut Stoner dan Freeman dalam Wahyudi (2006:17) berpendapat bahwa

konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya

yang langka atau perselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi atau kepribadian.

Keberadaan konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan, dengan kata

lain bahwa konflik selalu hadir dan tidak dapat dielakkan. Menurut Stoner. dan

Freeman dalam Wahyudi (2006:35) konflik sering muncul karena kesalahan

dalam mengkomunikasikan keinginan dan adanya kebutuhan dan nilai-nilai

kepada orang lain. Kegagalan komunikasi dikarenakan proses komunikasi tidak

dapat berlangsung secara baik, pesan sulit dipahami oleh karyawan karena

perbedan pengetahuan, kebutuhan, dan nilai-nilai yang diyakini pimpinan.

1.

Menurut Mangkunegara (2008:24) sumber konflik yang terjadi antara

kelompok-kelompok, antara perorangan-perorangan dalam organisasi meliputi:

2.

Bersama-sama menggunakan sumber-sember daya organisasi yang sama.

3.

Perbedaan dalam tujuan antara bagian-bagian/kelompok-kelompok dalam

organisasi.

4.

Saling ketergantungan pekerjaan dalam organisasi.

5.

Perbedaan nilai-nilai atau persepsi dimiliki/dianut oleh masing-masing

bagian-bagian organisasi.

Sumber-sumber lain seperti gaya perorangan, kekaburan organisasi dan

(30)

2.2.3 Penyebab Terjadinya Konflik

Konflik biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil adanya

masalah-masalah komunikasi, hubungan pribadi atau struktur organisasi. Secara ringkas

penyebab munculnya konflik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Komunikasi

Konflik yang timbul dalam komunikasi merupakan salah pengertian yang

berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti atau informasi yang

mendua dan tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisten.

2. Struktur

Konflik yang diakibatkan oleh struktur yakni adanya pertarungan kekuasaan

antar departemen dengan kepentingankepentingan, persaingan untuk

memperebutkan sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua

atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.

3. Pribadi

Konflik yang diakibatkan oleh pribadi yakni adanya ketidaksesuaian tujuan,

tidak tahu nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan perilaku yang

diperankan pada jabatan mereka dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi

(Supardi, 2002:97).

Menurut Wirawan (2010:8) faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya

konflik adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan Sumber

2. Tujuan yang berbeda

3. Interdependensi tugas

(31)

5. Diferensiasi organisasi

6. Ambiguitas yurisdiksi

7. Pribadi orang

8. Sistem imbalan yang tidak layak

9. Komunikasi yang tidak baik

10.Perilaku tidak manusiawi

2.2.4 Konflik dalam Organisasi

Sebagai kumpulan atas beberapa orang, maka organisasi tidak lepas dari interaksi

antar anggotanya. Dalam memahami peran dan bergaul satu sama lain itulah

konflik kerap muncul baik dalam koridor aktivitas formal maupun informal.

Mengacu pada Usman (2004: 223) secara alamiah ada lima bentuk konflik yang

didasarkan atas pelaku konflik:

1. Konflik dengan diri sendiri

Setiap manusia mempunyai perbedaan dalam hal kecerdasan, kemampuan,

sikap, bakat, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, minat maupun kebutuhan.

Perbedaan ini dapat menimbulkan pertentangan jika tidak diarahkan dan

dikelola dengan secara baik

2. Konflik diri sendiri dengan seseorang lainnya

Setiap individu mempunyai keinginan, cita-cita dan harapan, namun tidak

semua keinginan dan cita-cita dapat dipenuhi sehingga menimbulkan

kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Kepentingan individu

(32)

tidak terganggu maka setiap anggota harus berusaha menyesuaikan diri

dengan tujuan dan kebutuhan organisasi.

3. Konflik diri sendiri dengan kelompok

Perbedaan dapat menjadi sumber konflik apabila masing-masing

mempertahankan kepentingan anggota maupun kepentingan yang lebih

sempit.

4. Konflik kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam organisasi

yaitu berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk

keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka, individu diberi

sanksi oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.

Konflik muncul dapat disebabkan oleh kegagalan individu dalam menjalankan

fungsi yang ditetapkan kelompok.

5. Konflik antar organisasi

Hal ini dapat terjadi karena persaingan dan pertentangan kepentingan

antarkelompok. Kelompok berjuang untuk meningkatkan prestasi maksimal

sehingga terjadi perebutan sumber-sumber organisasi. Kelompok yang

mendapat tekanan dari luar, hubungan anggota semakin padu (kohesif), rasa

solidaritas antaranggota (in group feeling) semakin tinggi.

2.3 Stres

2.3.1 Pengertian Stres

Stres yang dialami oleh karyawan merupakan masalah bagi perusahaan

yang perlu diperhatikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

(33)

Menurut Baron & Greenberg (dalam Rivai, 2003:308) stres adalah

reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu

mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya.

Menurut Rivai dan Sagala (2009:1008) stres adalah suatu kondisi

ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang

mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan.

2.3.2 Pengertian Stres Kerja

Menurut Rivai dan Deddy (2010:308), stres kerja adalah

ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga

menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya.. Sedangkan menurut Hasibuan

(2009:204) stres kerja adalah kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,

proses berpikir dan kondisi seseorang. Orang orang yang mengalami stres menjadi

nervous dan merasakan kekuatiran kronis.

Pengertian stres kerja menurut Mangkunegara (2008:157) adalah perasaan

tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini

tampak dari sindrom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka

menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang,

gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan.

2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Stres

Copper dan Davidson (dalam Rivai & Deddy, 2003:313) membagi penyebab

stress dalam pekerjaan menjadi dua, yakni:

(34)

karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya

dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan.

2. Individual stressor, adalah penyebab stress yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, control personal dan tingkat

kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam

menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.

Luthans (dalam Rivai & Deddy, 2003:313) menyebutkan bahwa penyebab stres

(stressor) terdiri atas empat hal utama, yakni:

1. Extra organizational stressors, yakni terdiri dari perubahan social teknologi,

keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan

komunitas/tempat tinggal.

2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur

organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam

organisasi.

3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan

intergroup

4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy dan daya tahan psikologis

2.3.4 Gejala Stres di Tempat Kerja

Gejala stres ditempat kerja menurut Rivai & Dedy (2003:309) ada 7, yaitu;

(35)

2. Kinerja yang menurun

3. Semangat dan energy menjadi hilang

4. Komunikasi tidak lancar

5. Pengambilan keputusan jelek

6. Kreativitas dan inovasi kurang

7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif

Menurut Robbins dan Judge (2008:375), gejala-gejala stres dapat dikelompokkan

menjadi tiga kategori umum yaitu :

1. Gejala Fisiologis

Gejala fisiologis merupakan gejala awal yang bisa diamati, terutama pada

penelitian medis dan ilmu kesehatan. Stres cenderung berakibat pada

perubahan metabolisme tubuh, meningkatnya detak jantung dan pernafasan,

peningkatan tekanan darah, timbulnya sakit kepala, serta yang lebih berat lagi

terjadinya serangan jantung.

2. Gejala Psikologis

Dari segi psikologis, stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Hal itu

merupakan efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas. Namun

bisa saja muncul keadaan psikologis lainnya, misalnya ketegangan,

kecemasan, mudah marah, kebosanan, suka menunda-nunda. Bukti

menunjukkan bahwa ketika orang ditempatkan dalam pekerjaan dengan

tuntutan yang banyak dan saling bertentangan atau dimana ada ketidakjelasan

tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemegang jabatan , maka stres

(36)

3. Gejala Perilaku

Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam

tingkat produktivitas, absensi, kemangkiran, dan tingkat keluarnya

karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, merokok dan konsumsi

alkohol, bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur.

2.3.5 Dampak Stres Kerja Terhadap Karyawan

Menurut Robbins dan Judge (2008:376), dampak stres secara psikologis

dapat menurunkan kepuasan kerja karyawan. Selain itu, stres dapat menyebabkan

ketidakpuasan. Stres yang dikaitkan dengan pekerjaan menimbulkan

ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan dan memang itulah efek

psikologis yang paling sederhana dan paling jelas dari stres itu. Lebih jauh lagi

dampak dari stres terhadap kepuasan adalah secara langsung.

Menurut Rivai (2010:316), pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan

maupun merugikan bagi perusahaan. Namun, pada taraf tertentu pengaruh yang

menguntungkan perusahaan diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Stres kerja lebih banyak

merugikan diri karyawan maupun perusahaan, konsekuensi tersebut dapat berupa

turunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustasi dan sebagainya.

Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja

saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain diluar pekerjaan, seperti tidak dapat tidur

dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan

sebagainya. Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak

(37)

dan secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan

teralienasi, hingga turnover.

2.4 Penelitian terdahulu

Harefa (2011) melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh

Kepemimpinan dan Konflik terhadap Stres Kerja Karyawan pada PT. Bibit Baru

Medan. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemimpinan

dan konflik terhadap stres kerja karyawan pada PT. Bibit Baru Medan. Jumlah

responden dalam penelitian ini adalah 121 karyawan. Kepemimpinan dan konflik

secara bersama-sama berpengaruh terhadap stres kerja karyawan pada PT. Bibit

Baru Medan. Berdasarkan Uji-t variabel kepemimpinan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap stres kerja karyawan. Variabel konflik berpengaruh dan

signifikan terhadap stres kerja karyawan. Hasil pengujian koefisien determinasi

adalah sebesar 0.435 (43.5%) berarti varibel dependen (stres kerja karyawan)

dapat dijelaskan oleh kepemimpinan dan konflik sebesar 43.5% sedangkan

sisanya sebesar 56.6% dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini

Wiranata (2011) melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh

Kepemimpinan terhadap Kinerja dan Stres Karyawan pada CV.

Mertanadi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan

terhadap kinerja dan stres karyawan pada CV. Mertanadi. Jumlah responden

dalam penelitian ini sebanyak 30 karyawan. Hasil perhitungan korelasi diperoleh

nilai korelasi sebesar 0,47 yang berarti terdapat hubungan antara kepemimpinan

(38)

menunjukkan bahwa hubungan antara pengaruh kepemimpinan terhadap stres

karyawan sebesar 22,09%, dan 77,81% stres karyawan disebabkan oleh faktor

lain. Dari analisis t test hubungan antara kepemimpinan terhadap stres karyawan

menunjukkan nilaisignifikansi sebesar 2,81 > 2,048 maka dapat disimpulkan

terdapat hubungan antara pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja dan stres

karyawan.

2.5 Kerangka Konseptual

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan

organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi

untuk memperbaiki kelompok dan budayanya (Rivai 2004:2). Kepemimpinan

terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi

orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat sarana atau proses untuk membujuk

orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela.

Menurut Wirawan (2010:157), orang yang menghadapi konflik terutama

orang yang belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menghadapi konflik

bisa mengalami stres yang buruk. Ketika menghadapi situasi konflik, pihak yang

terlibat konflik mengevaluasi stressor yang dihadapinya. Proses dan hasil

evaluasinya dipengaruhi oleh karakteristik pihak yang terlibat konflik. Dalam

mengevaluasi stressor, pihak yang terlibat konflik yang berpendidikan tinggi,

berpengalaman menghadapi konflik dan mempunyai kekuasaan akan berbeda

dengan yang berpendidikan rendah, tidak berpengalaman dan tidak mempunyai

kekuasaan. Hasil evaluasi stressor bisa menghasilkan stres dari tingkat yang

(39)

yang berkali-kali mengenai konflik yang dihadapinya, berkepribadian tenang serta

memiliki kecerdasan emosional, sosial dan spriritual tinggi maka konflik

menimbulkan stres tingkat rendah. Sebaliknya apabila pihak yang terlibat konflik

tidak mempunyai karakteristik tersebut maka konflik dapat menimbulkan stres

tingkat sedang sampai tinggi.

Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,

proses berpikir dan kondisi seseorang. Menurut Anoraga (2001:108), stres kerja

adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap

suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan

dirinya terancam.

Adapun kerangka pemikiran tersebut dapat diperlihatkan pada gambar

[image:39.595.148.477.474.573.2]

berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Konflik (X2 )

Kepemimpinan (X1)

Stress Kerja (Y)

(40)

2.5.1 Hubungan Kepemimpinan dan Stres

Menurut Robbins (2003) kepemimpinan merupakan salah satu pemicu

arah dalam perkembangan perusahaan atau organisasi dimana gaya kepemimpinan

seseorang dalam mengelola organisasi mempunyai pengaruh terhadap stres kerja.

Pemimpin yang menuntut karyawan untuk melakukan tugas dalam waktu yang

singkat, pengawasan yang ketat dan tekanan yang kurang realistis dapat

menimbulkan stres kerja.

2.5.2 Hubungan Konflik dan Stres

Konflik bisa menimbulkan stres terhadap pihak yang terlibat konflik

sehingga mempengaruhi interaksi konflik. Menurut Luthans (dalam Rivai &

Deddy, 2003:313) salah satu penyebab stres adalah individual stressors yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu

seperti pola kepribadian, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy dan

daya tahan psikologis. Jika dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk

minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau

pada tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang

sangat dekat hubungannya dengan stres.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

2 Kepemimpinan dan konflik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

(41)

3 Kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja

karyawan.

4 Konflik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

survei eksplanasi, dimana penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatnya yang

didasarkan kepada tujuan objeknya. Pada tingkat eksplanasi penelitian termasuk

ke dalam asosiatif, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih

untuk melihat pengaruh antara variabel yang terumus pada hipotesis penelitian,

yaitu variabel (X) yang terdiri dari variabel kepemimpinan (X1), konflik (X2)

terhadap variabel stres kerja karyawan (Y)

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Telkom yang berlokasi di Jalan Puteri Hijau

Medan. Waktu penelitian dilaksanakan penulis mulai dari bulan Januari 2013

sampai Maret 2013

3.3 Batasan Operasional

1. Variabel Independen (Variabel X) terdiri dari kepemimpinan (X1) dan

Konflik (X2

2. Variabel Dependen (Variabel Y) adalah stres kerja pada karyawan PT.

Telkom Medan.

(43)

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini

variabel yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependen variable). Defenisi operasional untuk masing – masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan (X1

Kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi perilaku karyawan

PT. Telkom baik perorangan maupun kelompok dalam tujuan yang pasti untuk

mencapai tujuan bersama. )

2. Konflik (X2

Adanya perselisihan, pertentangan, yang terjadi antara apa yang diharapkan

oleh karyawan PT. Telkom terhadap dirinya, orang lain dan organisasi dengan

kenyataan apa yang diharapkannya. )

3. Stres Kerja (Y)

Suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik

dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi karyawan

(44)

Tab el 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi variable Dimensi Variabel

Indikator Skala

Kepemimpinan

(X1)

Suatu proses dalam mempengaruhi perilaku karyawan PT. Telkom baik perorangan maupun kelompok dalam tujuan yang pasti untuk mencapai tujuan bersama

Sikap pemimpin Kemampuan dalam memimpin 1. Jujur 2. Objektif 3. Memotivasi karyawan 4. Mengarahkan karyawan 5. Terampil Berkomunikasi 6. Pengambilan Keputusan likert Konflik

(X2)

Adanya perselisihan, pertentangan, yang terjadi antara apa yang

diharapkan oleh karyawan PT. Telkom

terhadap dirinya, orang lain dan organisasi dengan kenyataan apa yang diharapkannya. Struktur pekerjaan Komunikasi yang tidak baik Hubungan dengan rekan kerja 1. Pembagian tugas 2. Ketergantungan dalam tugas

3. Bahasa sulit dimengerti

4. Kepribadian

Likert

Stres Kerja (Y) Suatu kondisi ketegangan

yang menciptakan adanya

ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi karyawan PT. Telkom. Kondisi pekerjaan Situasi di dalam perusahaan

1. Beban Kerja 2. Waktu kerja

3. Hubungan diantara rekan kerja 4. Hubungan dengan pimpinan Likert

[image:44.595.103.545.118.647.2]
(45)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Menurut Sugiyono (2008:131), skala pengukuran merupakan kesepakatan

yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval

yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam

pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini,

maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan

dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien, dan komunikatif. Skala

likert menggunakan 5 (lima) tingkatan jawaban yang dapat dilihat dari tabel 3.2

[image:45.595.170.434.376.505.2]

berikut ini:

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3 4 Tidak Setuju (TS) 2 5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber : Sugiyono (2008)

3.6 Populasi dan Sampel

1.Populasi

Menurut Sugiyono (2008:72), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Telkom

(46)

2. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh.

Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 70

responden

3.7 Jenis Data

Peneliti menggunakan dua jenis data dalam melakukan penelitian untuk

membantu memecahkan masalah, yaitu :

3 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung di

lokasi peneliti melalui kuesioner dan wawancara mengenai variabel yang

diteliti.

4 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berisikan informasi dan teori-teori yang

digunakan untuk mendukung penelitian. Peneliti memperoleh data

sekunder dari literatur, buku dan internet.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara berikut :

1. Angket/kuesioner

Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada

responden untuk dijawab, kemudian dari jawaban itu ditentukan skornya

(47)

2. Wawancara

Wawancara dengan para karyawan dilakukan untuk memperoleh informasi

tentang berbagai hal yang berkaitan dengan variabel yang ditetiti.

3. Dokumen

Dokumentasi adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan photo dan

penyimpanan photo. Pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan informasi

dalam bidang pengetahuan. Kumpulan bahan atau dokumen yang dapat

digunakan sebagai asas bagi sesuatu kejadian, penghasilan sesuatu terbitan.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2008:172), bahwa valid berarti instrument tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Instrumen penelitian yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk

mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas

dilakukan untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrumen

penelitian atau tidak.

3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur data yang telah didapat

setelah penelitian yang merupakan data yang valid dengan alat ukur yang

digunakan yaitu kuesioner. Valid artinya data yang diperoleh melalui kuesioner

dapat menjawab tujuan penelitian. Pengujian validitas dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17.0 for windows, dengan kriteria sebagai berikut:

a) Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan tersebut valid.

(48)

Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan pada karyawan

PT Telkom Indonesia di luar sampel Divisi Enterprise Service Medan yang

berjumlah 30 orang.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrumen penelitian. Instrumen

yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali untuk

mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,

2006:110). Uji reliabilitas akan dapat menunjukkan konsistensi dari

jawaban-jawaban responden yang terdapat pada kuesioner. Uji ini dilakukan setelah uji

validitas dan yang diuji merupakan pertanyaan yang sudah valid. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for windows dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika ralpha positif atau > rtabel

b. Jika r

, maka pertanyaan reliabel

alpha negatif atau < rtabel, maka pertanyaan tidak reliabel

3.10 Teknis Analisis 3.10.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data

mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan

bentuk lonceng. data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti

distribusi normal, yakni data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke

kanan. Dengan adanya tes normalitas maka hasil penelitian kita bisa

(49)

2. Uji Heteroskedastisitas

Analisis regresi bertujuan untuk melihat seberapa besar peranan variabel

bebas terhadap variabel terikat. Dalam setiap persamaan regresi pasti

memunculkan residu, yaitu variable-variabel lain yang terlibat akan tetapi

tidak termuat di dalam model sehingga residu adalah variable tidak diketahui

sehingga diasumsikan bersifat acak. (Situmorang et al, 2011:107). 3. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas variabel independen yang satu dengan yang lain dalam

model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau

mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas

dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS.

Tolerance mengukur variabelitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umumnya yang biasa dipakai adalah nilai

Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas

(Situmorang et al, 2011: 133)

3.10.2. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode regresi linier berganda digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh

variabel bebas yaitu kepemimpinan dan konflik terhadap variabel terikat yaitu

stres kerja yang dapat dilihat sebagai berikut :

(50)

Dimana :

Y = Stres Kerja

a = Konstanta

b1,b2

X

= Koefisien regresi berganda

1

X

= Kepemimpinan

2

e = Standar Error = Konflik

3.10.3 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan

data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan,

penyusunan, dan penganalisisan data sehingga dapat diketahui gambaran data

penelitian yang sedang diteliti.

3.10.4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis berdasarkan model regresi yang sudah memenuhi syarat

asumsi klasik, kemudian dianalisis dengan cara sebagai berikut:

1. Uji Signifikansi Simultan (uji-F)

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel terikat.

H0 : b1,b2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan dari variabel bebas (X1,X2) yaitu berupa

kepemimpinan, konflik terhadap stres kerja karyawan sebagai variabel terikat

(51)

H1 : b1,b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1,X2

Kriteria pengambilan keputusan:

) yaitu kepemimpinan, konflik

terhadap stres kerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel

H

pada α = 5%

1 diterima jika Fhitung > Ftabel

2. Signifikansi Parsial (Uji-t)

pada α = 5%

Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel secara individual

terhadap variabel terikat.

H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif

dan signifikan dari variabel bebas (X1,X2

H

) yaitu berupa kepemimpinan,

konflik terhadap stress kerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).

0 : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1,X2

Kriteria pengambilan keputusan:

) yaitu berupa kepemimpinan, konflik

terhadap stres karyawan sebagai variabel terikat (Y).

H0 diterima jika thitung < ttabel

H

pada α = 5%

a diterima jika thitung > ttabel

3. Koefisien Determinasi (R²)

pada α = 5%

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa kemampuan

model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R² semakin besar (mendekati

satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2) adalah

(52)

semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti

terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R² semakin kecil (mendekati nol)

maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2) terhadap

variabel terikat (Y) semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Telkom

Pemerintah kolonial Belanda mendirikan sebuah perusahaan swasta yang

bergerak dalam bidang pelayanan jasa ekspedisi surat-menyurat dan telegrap

internasional pada tahun 1984. Jasa telepon mulai ada pada tahun 1882, dan

perusahaan swasta mendapat lisensi/izin selama 25 tahun dari pemerintah kolonial

Belanda sebagai penyelenggara jasa Pos dan Telekomunikasi hingga 1906.

Selanjutnya pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1906 membentuk

departemen untuk mengawasi seluruh kegiatan jasa Pos dan Telekomunikasi di

Indonesia.

Pada tahun 1961, perusahaan yang menyelenggarakan jasa Pos dan

Telekomunikasi untuk wilayah Sumatera didirikan oleh pemerintah dalam bentuk

perusahaan pemerintah pertama. Pemerintah kemudian memisahkan jasa Pos dan

Telekomunikasi pada tahun 1965 menjadi dua perusahaan milik Negara, yaitu

Perusahaan Negara (PN) Pos & Giro dan Perusahaan Negara (PN)

Telekomunikasi. Sejalan dengan perkembangan bisnis telekomunikasi di

Indonesia, pada tahun 1974 PN Telekomunikasi dbagi menjadi dua oleh

Pemerintah yakni Perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) dan PT.

(54)

Pada tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional dipisahkan dari

PERUMTEL, dan selanjutnya diselenggarakan oleh PT. Indonesia Satelit

(INDOSAT) yang juga berbentuk perusahaan milik Negara. Untuk dapat bergerak

lebih lincah, PERUMTEL berubah bentuk menjadi persero PT. Telekomunikasi

Indonesia dengan akte notaries Imas Fatimah, SH Nomor 128 di Jakarta, tanggal

24 September 1991. Perseroan mendapatkan persetujuan dari menteri Kehakiman

dengan Nomor : C2-6870.HT.01.01.TH91, tanggal 19 November1991. Demikian

secara singkat berdirinya perushaan PT. Telekomunikasi Indonesia yang saat ini

sudah menjadi perusaan yang sudah go public, dengan penawaran saham perdana

(initial public offering) pada 14 November 1995.

4.1.2 Visi dan Misi PT. Telkom 4.1.2.1 Visi PT.Telkom

Visi PT TELKOM adalah “To become a leading Telecomunication, Information, Media, Edutainment, Service (TIMES) player in the region”.

Dengan visi ini diharapkan TELKOM menjadi perusahaan yang unggul di

kawasan regional dalam bisnis informasi dan komunikasi, yaitu melalui

performansi operasi dan financial yang tinggi. “Region” yang dimaksudkan di

sini adalah kawasan Asia, dan dilanjutkan ke kawasan Asia Pasifik.

4.1.2.2 Misi PT. Telkom

Misi PT TELKOM adalah:

(55)

Dengan misi tersebut ditetapkan arah dalam melakukan pengelolaan perusahaan

dengan prinsip sebagai berikut :

a. Proses bisnis diarahkan untuk mendukung penyediaan layanan satu pintu bagi

setiap segmen customer.

b. Kualitas layanan dan pelayanan dikembangkan berdasarkan TELKOM quality

System yang berbasis standar internasional.

c. Berbagai produk, sevice maupun paket bundling/solusi dirancang khusus

untuk memberikan value paling optimal dengan pricing yang kompetitif bagi

setiap segmen pelanggan.

d. Telkom melakukan pengelolaan bisnis dengan menggunakan metoda dan alat

bantu terbaik yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia

sehingga diharapka dapat menjadi perusahaan terbaik di Indonesia dan

menjadi role model bagi perusahaan lainnya.

4.1.3 Struktur Organisasi

Dalam pengelolaan bisnis untuk pelanggan Corporate Customer, PT

TELKOM memiliki struktur organisasi yang dinamakan Divisi Enterprise Service

Adapun organisasi dari Divisi Enterprise terdiri atas :

1. Pimpinan D

Gambar

Gambar 1.1 Grafik Jumlah Pelanggan dan Jumlah Gangguan Sirkit Pelanggan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti telah disampaikan di latar belakang, tesis ini akan menerapkan kedua metode yang dilakukan oleh Damayanti (2015) dan Siagian (2014) untuk mengelompokkan

Dalam rangka mencapai visi dan misi serta sesuai dengan fungsi dan tugas pokok, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015 melaksanakan

Tokoh utama dalam novel Sayang, Tanah Ini Cinta Kita karya Ismail Maimun adalah Nova karena tokoh tersebutlah yang mendominasi cerita dari awal hingga akhir serta

Bila klien yakin bahwa pengajuan keluhan pada perusahaan merupakan perangkat untuk mencapai konsekuensi yang diinginkan dan dirasakan bisa memberikan nilai yang

Dengan memanfaatkan CRM, perusahaan akan mengetahui apa yang diharapkan dan diperlukan pelanggannya sehingga akan tercipta ikatan emosional yang mampu menciptakan hubungan

Kedua, Dalam pengajaran tentang topik eskatologi kepada siswa di sekolah, hendaknya guru PAK benar-benar menekankan: nasihat untuk berjaga-jaga; bekerja dengan setia;

KARAKTERISTIK ARSITEKTUR VERNAKULAR RUMAH GADANG DAN PERUBAHANNYA AKIBAT PENGARUH NILAI DAN BUDAYA (Nagari Seribu Rumah Gadang , Solok ” sebagai syarat untuk memperoleh

masih berusia remaja. Bonek yang masih remaja tersebut cenderung mudah terprovokasi. Untuk memperbaiki atau merestorasi stigma Bonek ada beberapa hal yang dapat