• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MODEL PERSONAL SYSTEM FOR INSTRUCTION DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA DAN KETERAMPILAN BERMAIN FUTSAL DALAM AKTIVITAS PEMBELAJARAN FUTSAL : Studi eksperimen di Sekolah Menengah Pertama Negeri 41 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN MODEL PERSONAL SYSTEM FOR INSTRUCTION DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA DAN KETERAMPILAN BERMAIN FUTSAL DALAM AKTIVITAS PEMBELAJARAN FUTSAL : Studi eksperimen di Sekolah Menengah Pertama Negeri 41 Bandung."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi eksperimen di Sekolah Menengah Pertama Negeri 41 Bandung) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh ASEP SAPUTRA

0901893

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

KEPERCAYAAN DIRI SISWA DAN

KETERAMPILAN BERMAIN FUTSAL DALAM

AKTIVITAS PEMBELAJARAN FUTSAL

(Studi eksperimen di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 41 Bandung)

Oleh Asep Saputra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Asep Saputra 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

ASEP SAPUTRA.Perbandingan Model Personal System For

Instruction dengan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kepercayaan Diri

dan Keterampilan Bermain Futsal dalam aktivitas pembelajaran Futsal.(2014).Skripsi.Bandung: Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh minimnya pengetahuan guru tentang model pembelajaran Penjas. Oleh karena itu masalah penelitian yang akan dipecahkan adalah apakah Model Personal System for Instruction dengan Model Pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dan keterampilan bermain futsal. Sesuai dengan latar belakang dan masalah penelitian tersebut maka, penelitian ini bertujuan untuk menguji Perbandingan Model Personal System for Instruction dengan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap kepercayaan diri siswa dan keterampilan bermain futsal. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan desain One Group Pretest Posttest Design. Sampel pada penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 41 Bandung sebanyak 40 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu 20 siswa ke dalam kelompok Model Personal System for Instruction, serta 20 siswa pada kelompok Model Pembelajaran Inkuiri. Hasil penghitungan uji multivariat menggunakan Wilk’s Lambda Test didapat nilai F tes sebesar 3,643 dan signifikan pada P = 0,031. Karena nilai P = 0,031 ≤ 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara Model Personal System for Instruction dengan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap kepercayaan diri siswa dan keterampilan bermain futsal. Kemudian pada tests of between-subjects effects didapat nilai F untuk kepercayaan diri sebesar 5,205 dan signifikan pada P = 0,025 artinya terdapat perbedaan kepercayaan diri siswa antara kelompok Model Personal System for Instruction dengan Model Pembelajaran Inkuiri. Sedangkan pada keterampilan bermain didapat nilai F sebesar 6,151 dan signifikan pada nilai P = 0,015, ini berarti terdapat perbedaan keterampilan bermain siswa antara kelompok Model Personal System for Instruction dengan Model Pembelajaran Inkuiri. Berdasarkan hasil uji estimasi terbukti menunjukkan Model personal System for Instruction memberikan pengaruh lebih besar terhadap kepercayaan diri dan keterampilan bermain futsal siswa dari pada Model Pembelajaran Inkuiri.

(5)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ASEP SAPUTRA

The comparison of Personal Model System for Instruction with Inquiry Learning Model to self-confidence and playing skills of Futsal in Futsal learning activities

(2014). Final Paper/Paper

Program of Study Health Physical of Education and Recreation Faculty of Physical Education and Health. Indonesia University of Education.

ABSTRACT

The background of this study research causes by the lack of teacher’s knowledge about learning model of physical education. Therefore, the research problem to be solved is whether the Personal Model (System for Instruction) with Inquiry Learning Model can improve students’ self-confidence and futsal playing skills. According to the background and the research problem so, this research aims to examine the comparison of Personal Model (System for Instruction) with Inquiry Learning Model to students’ self-confidence and playing skills of futsal. The (One Group Pretest Posttest Design) methodology was used in this research. The sample in this research is 40 students of Bandung 41 Junior High School. The technique of sampling was used (Simple Random Sampling) which is divided into two groups of 20 students in a group Personal Model (System for Instruction) and 20 students in a group Inquiry Learning Model. The results of the multivariate test are used (Wilk’s Lambda Test) obtained F values of 3,643 and significant of P values = 0,031. Because P values 0,031 ≤ 0,05 then there is a significant differences between Personal Model (System for Instruction) with Inquiry Learning Model to students’ self -confidence and futsal playing skills. Then the test of between subjects effects there is F value for self-confidence of 5,205 and significant of P values = 0,025 it means there is a differences of self-confidences between group Personal Model (System for Instruction) with group Inquiry Learning Model. While in the playing skills obtained F values of 6,151 and significant of P values = 0,015 it means there is a differences of playing skills between Personal Model (System for Instruction) with Inquiry Learning Model. Based on the results of estimation test shows that Personal Model (System for Instruction) given a bigger impact on self-confidence and futsal playing skills than Inquiry Learning Model.

(6)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI A.Latar Belakang Masalah ...1

B.Identifikasi Masalah ...7

C.Rumusan Masalah ...8

D.Tujuan Penelitian ...8

E. Manfaat Penelitian ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A.Kajian Pustaka ...10

1. Pendidikan Jasmani ...10

2. Belajar dan Pembelajaran ...13

3. Model Pembelajaran ...14

4. Model Personal System for Instruction (PSI) ...22

5. Model Pembelajaran Inkuiri ...34

6. Kepercayaan Diri ...41

B.Lokasi dan Subjek Penelitian ...64

C.Populasi dan Sampel ...65

D.Desain Penelitian ...66

E. Instrumen Penelitian ...70

F. Proses Pengembangan Instrumen ...77

(7)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Data ...84

B.Pengujian Persyaratan Analisis ...85

C.Pengujian Hipotesis ...87

D.Pembahasan Hasil Penelitian...90

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN A.Kesimpulan ...101

B.Saran ...102

DAFTAR PUSTAKA ...103

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik individu maupun kelompok, baik jasmani,

rohani, spiritual, maupun kematangan dalam berpikir. Pendidikan dilihat dari sudut pandang tertentu akan berbeda pengertiannya akan tetapi maksudnya tertuju pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, proses pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat mendukung pada tercapainya

tujuan pendidikan nasional. Melalui proses pendidikan formal seperti sekolah siswa dididik, dibina dan didorong agar kemampuan serta potensi yang

dimilikinya berkembang, memiliki kualitas diri, sehat jasmani maupun rohani serta memiliki watak dan karakter yang mandiri.

(9)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.

Meskipun Penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan bahwa Penjas di sekolah semata-mata bertujuan agar anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah Penjas di sekolah hanya dijadikan program selingan, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang mendidik. Penjas merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan

bagi anak untuk mempelajari hal-hal penting, oleh karena itu pelajaran Penjas tidak kalah penting dengan pelajaran lainnya seperti; Matematika, Bahasa, IPA, IPS, dan lain-lain.

Selain menanamkaan untuk hidup aktif, Penjas di sekolah hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional (Mahendra, 2009:3). Penjas merupakan kegiatan yang tidak hanya mengembangkan aspek psikomotor saja tetapi dapat mengembangkan aspek kognitif dan afektif juga. Menurut pendapat Graham (Mahendra, 2009:32) dijelaskan bahwa, „Melalui Penjas kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)

akan berkembang‟. Seperti dijelaskan Mahendra (2009:32) bahwa:

Secara umum citra diri diartikan sebagai cara menilai diri kita sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian anak, dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia. Siswa mau dan mampu mengambil resiko, berani berkomunikasi dengan teman dan orang lain, serta mampu menanggulangi stress.

(10)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

membuktikannya. Hal yang demikian akan memperkuat kepercayaan bahwa dirinya memang memiliki kemampuan, sehingga terbentuk kepercayaan diri yang kuat. Karena itu penting bagi guru Penjas untuk menyajikan tugas-tugas belajar yang bisa menyediakan pengalaman sukses dan menimbulkan perasaan berhasil

(feeling of succes) pada setiap anak.

Penanaman sikap untuk hidup aktif dapat dilakukan sejak dini melalui lembaga pendidikan, salah satunya sekolah yang didalamnya ada mata pelajaran Penjas Olahraga dan Kesehatan. Saat ini olahraga Futsal merupakan salah satu

cabang olahraga yang sangat populer di kalangan pelajar saat ini. Tidak jarang siswa yang sangat menyenangi olahraga ini. Keinginan siswa mengikuti olahraga ini sangat beragam. Mulai dari ingin populer di sekolahnya, sampai yang memang betul-betul ingin mendalami olahraga ini. Tidak jarang juga guru Penjas menggunakannya sebagai alat untuk pembelajaran Penjas, tetapi sangat disayangkan ketika dalam pengajaran Penjas yang menggunakan model pembelajaran tak ubahnya seperti melatih suatu cabang olahraga yang hanya menekankan pada keterampilan teknik saja. Karena teknik dianggap sesuatu yang sangat penting dalam bermain futsal, akan tetapi keterampilan teknik dasar futsal saja tidak cukup untuk menciptakan sebuah permainan yang cantik dan menarik. Keterampilan bermain juga sangat diperlukan dalam olahraga ini. Karena, jika mengandalkan keterampilan teknik dasar futsal saja belum tentu suatu tim futsal dapat bermain dengan baik. Harus dibarengi dengan kerja sama tim yang kuat, kepercayaan diri dan juga keterampilan bermain yang baik. Selain itu futsal merupakan olahraga permainan yang membutuhkan kemampuan individu disamping kerja sama tim. Untuk itu, seorang pemain futsal harus mampu menguasai teknik dasar, keterampilan bermain, serta mampu menumbuhkan rasa kepercayaan diri saat bermain. Dalam permainan futsal terdapat beberapa macam

(11)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut paling dominan yang digunakan pemain untuk dapat menguasai permainan dan tentunya untuk mencetak gol.

Dengan aktivitas Penjas di sekolah, siswa dapat mengembangkan kepercayaan diri, kemampuan keterampilan bermain serta keterampilan teknik dasar bermain, akan tetapi pada kenyataanya terlihat bahwa kepercayaan diri siswa saat pembelajaran penjas masih kurang nampak, terlihatnya ketidakaktifan siswa dalam melakukan suatu gerakan dalam aktivitas penjas serta saat memecahkan suatu masalah yang ada sehingga timbul kegiatan belajar mengajar

yang monoton. Untuk mencapai tujuan Penjas yang berkaitan dengan kepercayaan diri siswa serta kemampuan keterampilan bermain yang efektif diperlukan sebuah kurikulum yang baik. Kurikulum ditinjau dari aspek perencanaan dan penerapan, merupakan sebuah program jangka panjang yang berisi berbagai pengalaman belajar, seperti halnya model pembelajaran yang digunakan. Melalui program ini diharapkan tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.

Namun pada kenyataannya untuk mencapai tujuan tersebut banyak kendala yang dihadapi, antara lain jumlah dan heterogenitas siswa dalam setiap kelas, baik kemampuan dan keterampilannya, kendala yang lainnya ialah pemahaman dan kurang cermatnya guru dalam menerapkan model pembelajaran saat aktivitas Penjas sedang berlangsung. Kaitannya dengan penerapan model pembelajaran Penjas di sekolah, guru Penjas senantiasa menerapkan model pembelajaran konvensional, dimana model tersebut guru yang lebih dominan saat pembelajaran berlangsung. Untuk mengatasi masalah tersebut guru Penjas harus paham dan cermat dalam menerapkan model pembelajaran, banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memunculkan dan meningkatkan kreativitas dan rasa kepercayaan diri siswa saat melakukan keterampilan gerak dengan percaya diri. Kaitannya dengan hal tersebut, Juliantine dkk (2011:79), menjelaskan bahwa:

(12)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sudah didasarkan pada pemecahan masalah dan juga diarahkan untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa, sehingga kepercayaan diri siswa serta kreativitas siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan.” Kita pahami bahwa keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa secara bersungguh-sungguh telah berupaya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai guru. Masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar, dan sesudah belajar.

Masalah belajar yang terjadi selama proses belajar salah satunya berhubungan dengan rasa percaya diri. Rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologi seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkannya. Dari dimensi perkembangan, rasa percaya diri dapat tumbuh dengan sehat bilamana ada pengakuan dari lingkungan. Itulah sebabnya, di dalam proses pendidikan dan pembelajaran baik lingkungan rumah tangga maupun di sekolah, orang tua atau guru hendaknya menerapkan prinsip-prinsip pedagogis secara tepat terhadap anak. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam proses pembelajaran. Dalam menjelaskan bahwa pmbelajaran Penjas terdapat macam-macam model pembelajaran yang fokus pada aktivitas Penjas, diantara model-model tersebut ada

(13)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Juliantine, dkk. (2011:142) menjelaskan bahwa, “Model Personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri.” Model yang memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingkungannya”.

Salah satu hal yang diharapkan dari hasil pengajaran Penjas adalah bagaimana menyediakan instruksi bagi setiap siswa dalam suatu kelas. Kelas yang besar, waktu yang terbatas, sarana dan prasarana yang minim dan beragamnya

kemampuan setiap siswa membuat guru harus membuat perencanaan dan mengimplementasikan program pembelajaran bagi setiap individu bagi siswa. Model Personalized System for Instruction atau PSI. Model ini disebut juga dengan model Keller Plan yang dikembangkan oleh Fred Keller (Metzler, 2000). PSI merupakan satu-satunya model yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar tanpa batas waktu dan tidak dibatasi oleh periode kelas. PSI merupakan model yang menitikberatkan pada penguasaan dan perolehan siswa. Yang dimaksud dengan penguasaan adalah bahwa siswa harus menguasai terlebih

dahulu tugas yang diberikan kemudian diberikan tugas berikutnya. Perolehan mengandung maksud bahwa fokus outcome yang diharapkan melalui penampilannya, salah satu dari aspek kognitif atau psikomotor.

(14)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengajar agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Inkuiri ini mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya karena siswa dapat merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data serta dapat menarik kesimpulan. Inkuiri sebagai model mengajar dalam dunia pendidikan yang dapat dilakukan secara kelompok, agar siswa dapat bekerjasama dengan temannya dan saling bertukar pendapat dalam memecahkan suatu masalah dan merumuskan sendiri dengan kreatif.

Dari pemaparan di atas peneliti tertarik menerapkan model pembelajaran PSI dan Inkuiri untuk melakukan penelitian, karena dua model tersebut dapat menumbuhkan konsep diri siswa serta memberikan kesempatan untuk menampilkan suatu tugas gerak dalam aktivitas bermain yang diberikan oleh guru, artinya model yang dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa serta meningkatkan keterampilan bermain. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi adalah hal yang dibutuhkan siswa untuk dapat meraih sebuah kesuksesan selain juga rasa optimis dan usaha yang tidak kenal pantang menyerah. Menurut pendapat Hornby (Husdarta, 2010) menjelaskan secara sederhana bahwa percaya diri berarti rasa percaya terhadap kemampuan atau kesanggupan diri untuk mencapai prestasi tertentu, orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu orang tersebut sering menutup diri. Kaitannya dengan masalah yang akan dikaji oleh peneliti nantinya adalah terkait dengan aspek kepercayaan diri siswa dan aspek keterampilan bermain futsal, dengan demikian peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan adanya bukti empiris agar hasilnya nanti dapat diterima atau dapat digunakan oleh kalangan guru Penjas di sekolah. Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

(15)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bermain Futsal dalam aktivitas pembelajaran Futsal di SMPN 41 Bandung”. Penelitian ini penulis anggap memiliki nilai penting dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas terdapat beberapa permasalahan yang ditemui oleh peniliti saat di lapangan diantaranya yaitu :

1. Minimnya pengetahuan guru Penjas mengenai model pembelajaran 2. Jarang ditemukan guru penjas yang menggunakan model pembelajaran

personal dan inkuiri.

3. Kurang aktifnya siswa, sehingga suasana belajar yang monoton 4. Terlihat siswa tidak percaya diri ketika melakukan tugas gerak 5. Keterampilan bermain futsal yang kurang baik saat pembelajaran 6. Kurangnya aktivitas gerak siswa saat pembelajaran penjas berangsung

Dari keenam permasalahan yang muncul di atas, selanjutnya penulis mengemukakan masalah yang teridentifikasi yaitu: Model Apakah yang digunakan guru Penjas saat proses pembelajaran Penjas berlangsung? Bagaimana pemahaman Guru Penjas tentang model-model pembelajaran Penjas? Bagaimana tingkat kepercayaan diri siswa saat pembelajaran Penjas ? Model apakah yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri siswa dalam mengikuti pembelajaran Penjas ? Model pembelajaran apa yang digunakan oleh mayoritas guru dalam pembelajaran Penjas ? Model pembelajaran apa yang dapat memberikan pengaruh dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa dan keterampilan bermain futsal ?

(16)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka peneliti mencoba menjabarkan kembali permasalahan yang timbul sehingga peneliti betul-betul merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Dengan ini peneliti merumuskan masalah penelitian ini ke dalam pertanyaan berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran Futsal antara Model Personal System for Instruction dengan Model

Pembelajaran Inkuiri?

2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan bermain siswa dalam pembelajaran futsal antara Model Personal System for Instruction dengan Model Pembelajaran Inkuiri?

3. Apakah terdapat perbedaan kepercayaan diri siswa dan keterampilan bermain dalam pembelajaran futsal antara Model Personal System for Instruction

dengan Model Pembelajaran Inkuiri?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sesuatu hal yang ingin dicapai oleh peneliti setelah penelitian ini selesai. Menurut pendapat Arikunto (1998:52) mengemukakan bahwa “Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang

menunjukan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran Futsal antara Model Personal System for Instruction dengan Model Pembelajaran Inkuiri.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan keterampilan bermain siswa dalam pembelajaran futsal antara Model Personal System for Instruction

(17)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kepercayaan diri siswa dan keterampilan bermain dalam pembelajaran futsal antara Model Personal

System for Instruction dengan Model Pembelajaran Inkuiri.

E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan bahan

pemikiran untuk kajian pendidikan jasmani maupun pelatihan mengenai pentingnya pemilihan model pembelajaran yang cocok dalam menunjang peningkatan kepercayaan diri siswa dan keterampilan bermain futsal. b. Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut bagi

pengembangan belajar mengajar.

2. Secara Praktis

(18)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan sebagai cara ilmiah, mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian sangat penting dalam sebuah penelitian, tanpa metode penelitian sebuah penelitian akan

berantakan. Metode penelitian mencakup lokasi, sampel dan populasi, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dll. Metode penelitian menjelaskan metode apa yang akan dipakai untuk sebuah penelitian, bagaimana teknik pengambilan populasi dan sampel, bagaimana desain penelitian yang dipakai, instrumen penelitiannya menggunakan apa, bagaimana teknik pengumpulan datanya, dan sebagainya. Pemilihan metode penelitian yang tepat akan mempengaruhi hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu menguji perbandingan pengaruh Model PSI dengan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap kepercayaan diri dan keterampilan bermain futsal, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Sugiyono (2012:106) menyatakan bahwa, “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap hal yang lain dalam kondisi yang terkendali. Sesuai dengan masalah yang dikaji oleh peneliti maka dari itu peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen sebagai metodenya.”

B. Lokasi dan SubjekPenelitian 1. Lokasi Penelitian

(19)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dimaksudkan untuk memperkuat serta memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 41 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek atau subjek yang akan diteliti, sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2012:119) bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan.” Pendapat serupa dikemukakan oleh Arikunto (1998:115) yang mengatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitinya merupakan penelitian populasi.”

Sesuai dengan kedua pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa populasi bukan hanya manusia sebagai makhluk hidup melainkan dapat juga berupa benda-benda mati yang ada di alam dunia ini, dan populasi bukan hanya sekedar objek atau subjek saja, tetapi meliputi seluruh karakteristik sifat, perilaku, keadaan dan lain-lain yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut. Dalam penelitian ini populasi yang diteliti adalah siswa SMP Negeri 41 Bandung.

(20)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

serta sumber daya manusia. Maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu dengan catatan sampel tersebut harus bersifat benar-benar mewakili dari populasi tersebut.

Sampel untuk penelitian ditentukan menggunakan teknik simple random sampling (sampel acak). Adapun penjelasan mengenai simple random sampling

(sampel acak) menurut Sugiyono (2012:120) adalah “dikatakan simple karena sederhana, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.” Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian siswa putra kelas VIII G dan VIII H di SMP Negeri 41 Bandung.

Jumlah sampel sendiri penulis menetapkan siswa putra yang dijadikan sampel dikarenakan peneliti melihat untuk bermain futsal siswa putra lebih aktif dan mudah dikondisikan saat penelitian, jumlah siswa putra yang digunakan adalah 40 siswa putra yang kemudian dibagi menjadi 20 orang untuk kelompok Model Personal dan 20 orang untuk kelompok Model Inkuiri.

D. Desain Penelitian

(21)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain tersebut disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan. Arikunto (2002:79) menjelaskan dalam pola sebagai berikut :

Tabel. 3.1 Desain Penelitian

Sampel Variabel bebas Variabel terikat

A Model Pembelajaran PSI (A1)

Kepercayaan Diri (Y1)

Keterampilan bermain (Y2)

B Model Pembelajaran Inkuiri (B1)

Kepercayaan Diri (Y1)

Keterampilan bermain (Y2)

Adapun langkah-langkah penelitiannya penulis deskripsikan dalam bentuk gambar 3.2 berikut :

Kepercayaan Diri Keterampilan Bermain

Futsal Tes Awal

Pengolahan dan Analisis Data

Model PSI Model Pembelajaran Inkuiri

Siswa SMP Negeri 49 Bandung

Siswa Kelompok A Siswa Kelompok

B

Kepercayaan Diri Keterampilan Bermain

(22)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar. 3.1 Langkah-langkah Penelitian

Dari setiap desain penelitian yang digunakan tentunya pasti ada kelemahan dan keuntungan dari. Terkait dengan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti mengutip tabel validitas internal dan eksternal dari Campbell dan Stanley (1966:8), adapun tabel validity internal dan eksternal dari desain one group pretest posttest adalah sebagai berikut:

(23)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut tabel 3.2 di atas menunjukkan kelemahan dan keuntungan dari One group pretest-posttest desain yang dikemukakan oleh Campbell dan Stanley (1966) ialah sebagai berikut:

1. Validitas Internal a. Kelemahan

Kelemahan dari desain dalam penelitian adalah tidak ada jaminan bahwa X adalah satu-satunya faktor atau balikan faktor utama yang menimbulkan

perbedaan antara O1 dan O2. Selain hal tersebut ada beberapa hipotesis tandingan

yang mungkin diajukan (problem error) :

(1) History (Pengaruh Sejarah): Selama mengikuti aktivitas latihan atau belajar, sampel tidak diperbolehkan mengikuti aktivitas latihan diluar jadwal eksperimen. Hal ini dilakukan agar kualitas penelitian ini tetap terjaga hingga waktu yang telah ditentukan.

(2) Maturation (Dewasa): Untuk menghindari adanya proses pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan, perlakuan diberikan dalam waktu tidak terlalu lama, yaitu selama 12 pertemuan.

(3) Testing Effect: Dikontrol dengan penempatan subjek yang memiliki kemampuan yang kurang lebih sama, subjek dibagi dua kelompok eksperimen dengan Simple Random Sampling terhadap kedua kelompok eksperimen.

(4) Changing Effect of Instrument: Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, harus tetap, tidak ada perubahan sedikit pun di dalam pelaksanaannya, artinya setiap tester mendapat hak yang sama dalam setiap tes yang dilakukannya. Yakni tes ini menggunakan observasi (Lembar pengamatan keterampilan bermain futsal), dan Kuesioner

(24)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

serta tingkat kepercayaan dirinya, apabila sudah menguasai penelitiannya segera dihentikan.

Dari keempat hal di atas peneliti menambahkan perhatian jika ada pengaruh kehilangan peserta instrument, maka adanya pengontrolan dengan terus-menerus memotivasi dan memonitor kehadiran sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak dari awal sampai akhir eksperimen,

b. Keuntungan

Pretest itu memberi alasan untuk membuat komparasi prestasi subjek yang

sama sebelum dan sesudah dikenai X (experimental treatment). Rancangan ini juga memungkinkan untuk mengontrol selection variable and mortality variable, jika subjek yang sama mengambil O1 dan O2 kedua-duanya.

1. Validitas External a. Kelemahan

(1) Interaksi Testing: Efek-efek tiruan yang dibuat dengan menguji responden akan mengurangi generalisasi pada situasi dimana tidak ada pengujian pada responden.

(2) Interaksi Seleksi: Efek dimana tipe-tipe responden yang mempengaruhi hasil-hasil studi dapat membatasi generalitasnya.

E. Instrumen Penelitian

(25)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.” Guna tercapainya keberhasilan penelitian, maka diperlukan suatu teknik dan alat pengumpulan data yang tepat atau sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Sedangkan menurut Arikunto (2007:121) “Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu metode.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis bisa menyimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk megukur fenomena alam maupun sosial yang diamati ataupun merupakan suatu alat ukur yang

digunakan untuk mengukur suatu tes dan bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam proses penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan bermain futsal dan skala kepercayaan diri, Adapun instrumen yang digunakan penulis untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Instrumen Kepercayaan Diri

Untuk memperoleh data tentang tingkat kepercayaan diri digunakan kuesioner yang disusun oleh penulis. Menurut Sugiyono (2012:192) menjelaskan bahwa, “Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.” Sedangkan menurut Arikunto (2007:151) menyatakan bahwa “Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang kepribadiannya atau hal-hal yang dia ketahui.” Angket

(26)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jenis angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup. Angket tersebut telah tersusun atas pertanyaan dan pernyataan yang tegas, teratur, kongkrit, lengkap dan tidak menuntut jawaban, hanya sesuai dengan alternatif jawaban. Ini sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (2007:152) yang menyebutkan “angket tertutup atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.”

Instrumen yang dibuat oleh penulis dikembangkan dalam bentuk kuesioner

dengan pola jawaban berskala likert. Proses penyusunan kuesioner diawali menyusun dan menentukan indikator-indikator kepercayaan diri, pembuatan kisi-kisi kemudian dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan beserta taraf skalanya. Penyusunan butir-butir instrumen mengacu pada dimensi konstrak yang didasarkan pada konsep teoritis mengenai kepercayaan diri yang dikembangkan oleh Vealey (Hidayat, 2011:95), terdiri atas tiga dimensi yaitu (1) efisiensi kognitif (cognitive efficiency), (2) Latihan dan keterampilan fisik (physical skill and training), dan (3) Resiliensi (resilience).

a. Definisi Konseptual dan Operasional

Kepercayaan diri atau rasa percaya diri adalah keyakinan individu tentang kemampuan baik secara pasif maupun aktif untuk berhasil dalam melakukan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimilikinya (Hidayat, 2011:192). Sedangkan secara operasional kepercayaan diri diartikan sebagai tingkat keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk berhasil dalam melakukan keterampilan bermain futsal yang diukur melalui skor item-item efisiensi kognitif, latihan dan keterampilan fisik, serta relisiensi. Semakin tinggi skor yang dicapai maka semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki siswa/atlet tersebut, sebaliknya semakin rendah skor yang dicapai maka semakin rendah kepercayaan

(27)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b. Kisi-kisi Instrumen Kepercayaan Diri

Berdasarkan komponen kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Vealey (Hidayat, 2012:99) di atas kemudian disusun indikator-indikator untuk mempermudah membuat butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Adapun kisi-kisi butir pertanyaan dan pernyataan untuk mengukur tingkat kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

a. KD memfokuskan perhatian 6 1,17,33 9,25,41

b. KD membuat keputusan yang tepat 6 26,34,42 2,10,18 c. KD mengelola pikiran untuk mencapai

keberhasilan 6 19,27,35 3,11,43

2. Penguasaan Keterampilan fisik dan teknik

a. KD menguasai keterampilan fisik 6 4,36,44 12,20,28 b. KD menguasai keterampilan teknik 6 13,21,45 5,29,37

3. Resiliensi

a. KD memperbaiki kesalahan 6 14,30,46 6,22,38

b. KD mengatasi keraguan 6 7,15,39 15,23,47

c. KD menampilkan penampilan terbaik 6 8,32,40 16,24,48

JUMLAH 48 24 24

Sumber : Proposal Disertasi, Hidayat ( dalam skripsi Sugandi, B., 2013)

c. Kriteria pemberian Skor Pertanyaan atau Pernyataan

(28)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tentang fenomena sosial.” Skala Likert merupakan salah satu macam dari Skala Sikap yang penulis anggap paling cocok digunakan dalam penelitian ini. Agar tanggapan responden pada angket dapat diukur, penulis menggunakan skala pengukuran. Skala pengukuran bertujuan agar instrumen dapat diukur sesuai dengan apa yang akan diukur dan bisa dipercaya serta konsisten (reliabel) terhadap permasalahan instrumen penelitian. Riduwan (2011:83) menyatakan bahwa “Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya”.

Untuk secara teknisnya nanti angket disebarkan kepada siswa yang telah ditentukan sebagai sampel (responden), angket tersebut berisi pernyataan-pernyataan mengenai kepercayaan diri siswa. Siswa hanya diminta untuk memberikan tanda checklist () pada kolom yang telah tersedia yaitu kolom Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS).

Terdapat skor di masing-masing alternatif jawaban pada angket, yaitu dari skor lima sampai dengan satu. Angka lima menunjukan bahwa pernyataan yang ada pada angket melekat dalam diri responden, semakin rendah skor yang dipilih oleh responden maka semakin jauh dari diri responden. Terdapat pernyataan positif dan negatif dalam angket tersebut. Untuk skor pada pernyataan positif adalah sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif adalah sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 4, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 5.

(29)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk keterampilan bermain, instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi. Sehubungan dengan observasi, Sugiyono (2012:203) mengemukakan bahwa “Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara atau kuesioner”. Sedangkan menurut pendapat Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2012) mengemukakan bahwa, „Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan‟. Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

a. Kisi-kisi Instrumen bermain Futsal

Berdasarkan keterampilan dasar bermain futsal serta keempat momentum cara bermain futsal yang dikemukakan oleh Lhaksana (2011:57) kemudian disusun indikator-indikator untuk mempermudah membuat butir-butir tes keterampilan bermain. Adapun kisi-kisi butir tes keterampilan bermain futsal dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Bermain Futsal

No. Indikator Sub Indikator

(30)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Transisi

Sumber : Taktik dan Strategi Futsal Modern (Lhaksana, 2011)

b. Kriteria pemberian Skor butir penilaian keterampilan bermain futsal Berdasarkan Tabel 3.4 di atas, apabila siswa mempunyai keterampilan yang baik maka akan mendapat skor 3; sedangkan apabila siswa mempunyai keterampilan sedang maka mendapat skor 2; dan apabila siswa mempunyai keterampilan kurang maka siswa mendapat skor 1, berikut ini merupakan kriteria dari setiap keterampilan:

1) Keterampilan Passing

(a) Nilai baik (3), apabila siswa melakukan passing akurat, dengan bola yang meluncur sejajar dengan tumit pemain.

(b) Nilai sedang (2), apabila siswa melakukan passing cukup akurat, dengan bola yang meluncur cukup sejajar dengan tumit pemain.

(c) Nilai kurang (1), apabila siswa melakukan passing kurang akurat, dengan bola yang meluncur kurang sejajar dengan tumit pemain.

2) Keterampilan Shooting

(a) Nilai baik (3), apabila siswa melakukan shooting dengan menggunakan punggung kaki dan ujung kaki dengan hasil tendangan mengarah ke gawang dan dapat mencetak gol.

(b) Nilai sedang (2), apabila siswa melakukan shooting dengan menggunakan punggung kaki dan ujung kaki dengan hasil tendangan mengarah ke gawang namun dapat tertahan oleh penjaga gawang atau tiang serta mistar gawang.

(c) Nilai kurang (1), apabila siswa melakukan shooting dengan teknik yang kurang benar dan hasil tendangan tidak mengarah ke gawang.

(31)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(a) Nilai baik (3), apabila siswa melakukan dribbling dengan posisi badan seimbang dan dapat menjaga jarak dengan lawan tanpa terebut oleh lawan sampai dapat melewati lawan.

(b) Nilai sedang (2), apabila siswa melakukan dribbling dengan posisi badan seimbang dan dapat menjaga jarak dari lawan dengan cukup baik.

(c) Nilai kurang (1), apabila siswa melakukan dribbling dengan posisi badan tidak seimbang dan tidak dapat menjaga jarak dengan lawan sehingga terebut oleh lawan

4) Keterampilan Controlling

(a) Nilai baik (3), apabila siswa melakukan controlling dengan posisi bola dekat dengan kaki dan posisi badan seimbang serta berdiri di belakang bola

(b) Nilai sedang (2), apabila siswa melakukan controlling dengan gerakan yang cukup baik.

(c) Nilai kurang (1), apabila siswa melakukan controlling dengan posisi bola jauh dengan kaki dan posisi badan tidak seimbang serta mudah terebut oleh lawan.

5) Bertahan

(a) Nilai baik (3), apabila posisi siswa menjaga lawan dekat, dapat menghadang serangan lawan agar tidak masuk terlalu jauh ke daerah pertahanan serta dapat merebut bola dari lawan dengan baik.

(b) Nilai sedang (2), apabila posisi siswa menjaga lawan cukup dekat, dapat menghadang serangan lawan agar tidak masuk terlalu jauh ke daerah pertahanan serta dapat merebut bola dari lawan dengan cukup baik.

(c) Nilai kurang (1), apabila posisi siswa menjaga lawan jauh, tidak dapat menghadang serangan lawan sehingga lawan masuk ke daerah pertahanan

(32)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(a) Nilai baik (3), apabila siswa dapat membuka ruang mencari posisi yang tepat sehingga dapat melakukan serangan, melewati lawan, serta dapat memberikan peluang terciptanya gol atau dapat menciptakan gol.

(b) Nilai sedang (2), apabila siswa dapat membuka ruang mencari posisi yang tepat sehingga dapat melakukan serangan, melewati lawan dengan cukup baik.

(c) Nilai kurang (1), apabila siswa sulit membuka ruang mencari posisi yang tepat sehingga tidak dapat melakukan serangan, dan melewati melewati

lawan, dengan demikian tidak dapat memberikan peluang terciptanya goal atau dapat menciptakan gol.

7) Transisi

Kriteria penilain dalam transisi ada dua yaitu penilaian transisi ketika menyerang dan bertahan adapun pemberian skor dalam posisi transisi adalah sbagai berikut:

(a) Nilai baik (3), apabila siswa saat menghadapi serangan lawan dapat memotong passing lawan, melakukan blocking, serta dapat melakukan pertahanan zona pada saat lawan lebih dari kita sehingga tidak terciptanya gol serta apabila siswa dapat merebut bola dari lawan lalu mengambil keputusan untuk melakukan serangan balik kepada lawan dengan membuka ruang gerak, sehingga memberikan peluang terciptanya gol atau menghasilkan gol.

(b) Nilai sedang (2), apabila siswa dapat menghadapi serangan lawan dengan memotong serangan lawan dengan cukup baik, dan apabila siswa dapat merebut bola dari lawan lalu memberikan keputusan yang cukup baik dalam melakukan serangan balik.

(c) Nilai kurang (1), apabila siswa saat menghadapi serangan lawan tidak

(33)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

merebut bola dari lawan lalu dapat direbut kembali oleh lawannya sehingga menimbulkan lawan menyerang ke arah pertahanannya.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan dari tiap butir soal, uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas internal butir dengan mengkorelasikan antara skor butir soal dengan skor total responden, sedangkan untuk uji reliabilitas instrumen penulis menggunakan rumus korelasi product moment.

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Untuk menguji validitas konstruk dapat dipergunakan pendapat para ahli (judgement expert) seperti dikemukakan Masrun (Sugiyono, 2012:188) bahwa : ”Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan”. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun (Sugiyono,2012:188) menyatakan “Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (Skor Total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.” Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r kritis = 0,3. Jadi kalau korelasi di atas 0,3 maka item pernyataan dinyatakan valid, bila korelasinya dibawah 0,3 maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Item pernyataan yang tidak valid nantinya dibuang.

(34)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.2 Rumus Korelasi Product Moment Keterangan :

r = Korelasi Product Moment

∑X1 = Jumlah Skor Suatu Item

∑X1tol = Jumalah Total Skor Jawaban

∑X12 = Jumlah Kuadrat Skor Jawaban Suatu Item Jawaban

∑X1tot 2 = Jumalah Kuadrat Total Skor Jawaban

Ketentuan yang berlaku adalah apabila kedua kelompok tersebut diatas 0,30

maka dianggap instrumen memilki validitas kontruksi yang baik. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa korelasi 48 (empat puluh delapan) butir instrumen dengan skor total ditunjukkan pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Konstruk Instrumen Kepercayaan Diri

No r hitung r kritis Keputusan

r1y 0,60 0,30 Valid

r2y 0.08 0,30 Tidak Valid

r3y 0,70 0,30 Valid

r4y 0,60 0,30 Valid

r5y 0,70 0,30 Valid

r6y 0,40 0,30 Valid

r7y -0,10 0,30 Tidak Valid

r8y 0,10 0,30 Tidak Valid

r9y 0,80 0,30 Valid

(35)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

r11y 0,65 0,30 Valid

r12y 0,40 0,30 Valid

r13y 0,58 0,30 Valid

r14y 0,20 0,30 Tidak Valid

r15y -0,10 0,30 Tidak Valid

r16y 0,56 0,30 Valid

r17y 0,60 0,30 Valid

r18y -0,10 0,30 Tidak Valid

r19y 0,55 0,30 Valid

r20y 0,60 0,30 Valid

r21y 0,75 0,30 Valid

r22y 0,60 0,30 Valid

r23y 0,50 0,30 Valid

r24y 0,70 0,30 Valid

r25y 0,70 0,30 Valid

r26y 0,50 0,30 Valid

r27y 0,70 0,30 Valid

No r hitung r kritis Keputusan

r28y 0,40 0,30 Valid

r29y 0,40 0,30 Valid

r30y 0,70 0,30 Valid

r31y 0,40 0,30 Valid

r32y 0,70 0,30 Valid

r33y 0,50 0,30 Valid

r34y 0,40 0,30 Valid

r35y 0,60 0,30 Valid

r36y 0,40 0,30 Valid

(36)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

r38y 0,40 0,30 Valid

r39y 0,33 0,30 Valid

r40y 0,47 0,30 Valid

r41y 0,50 0,30 Valid

r42y 0,20 0,30 Tidak Valid

r43y 0,20 0,30 Tidak Valid

r44y 0,80 0,30 Valid

r45y 0,70 0,30 Valid

r46y 0,27 0,30 Tidak Valid

r47y 0,40 0,30 Valid

r48y 0,10 0,30 Tidak Valid

Sumber : Peneliti

Berdasarkan tabel 3.5 di atas dari jumlah angket yang diambil untuk penelitian nantinya sebanyak 37 soal sedangkan jumlah angket yang dibuang sebanyak 11 soal. Sedangkan untuk hasil perhitungan uji instrumen keterampilan bermain futsal, ditunjukkan pada tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Konstruk Instrumen Keterampilan Bermain Futsal

No Sub

Indikator r hitung r kritis Keputusan R1y Keterampilan

(37)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu R2y Keterampilan

Shooting 0,66 0,30 Valid

R3y Keterampilan

Dribbling 0,69 0,30 Valid

R4y Keterampilan

Controlling 0,77 0,30 Valid

R5y Bertahan 0,66 0,30 Valid

R6y Menyerang 0,66 0,30 Valid

R7y Transisi 0,71 0,30 Valid

Sumber : Peneliti

Sebagaimana dari tabel di atas merupakan tes validitas instrumen yang hasilnya instrumen tersebut valid sebagaimana yang diungkapakan Sugiyono (2012:126) menyatakan bahwa “bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besaranya 0,300 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat. Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.”

Berdasarkan pendapat Sugiyono tersebut maka hasil dari penghitungan pada tabel di atas menjelaskan bahwa instrumen keterampilan bermain futsal yang di dalamnya terdapat keterampilan passing, dribbling, shooting, controllling, bertahan, menyerang, serta transisi dapat dinyatakan valid. Karena masing-masing item keterampilannya setelah dikorelasikan dengan jumlah total menghasilkan koefesien korelasi di atas atau sama dengan 0,300 yang berarti instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

(38)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Menurut sugiyono (2012:131) menjelaskan bahwa:

Pengujian reliabilitas dengan internalconsistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.

Berdasarkan penjelasan di atas maka pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan secara internalconsistency dengan reliabilitas instrumen dapat di uji dengan menganalisa konsitensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (split half) dengan rumus sebagai berikut:

Gambar 3.3 Rumus Spearman Brown (Split Half)

Keterangan :

r1 = reliabilitas Internal seluruhinstrumen

rb = korelasi product moment antarabelahanpertamadenganbelahan

kedua

Peneliti memilih pengujian reliabilitas secara internal dengan menggunakan teknik belah dua dari spearman brown (split half) dengan rumus Spearman Brown seperti yang tertera di atas karena pengujian ini dilakukan dengan cara mengujikan instrumen sekali saja kemudian dianalisis dengan membelah dua bagian. Artinya membagi kelompok pernyataan yang bernomor ganjil dan genap untuk instrumen kepercayaan diri dan menbagi kelompok ganjil dan genap untuk instrumen keterampilan bermain futsal. Lalu jumlah dari masing-masing

(39)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kelompok tersebut dikorelasikan kembali menggunakan rumus korelasi product moment, sehingga diperoleh koefisien korelasi dan dimasukan ke dalam rumus Spearman Brown.

Berdasarkan kelompok data ganjil dan genap tersebut selanjutnya skor total kelompok ganjil dan genap tersebut dikorelasikan. Setelah dihitung untuk instrumen kepercayaan diri didapat koefisien korelasi 0,84 Koefisien korelasi ini selanjutnya dimasukan ke dalam rumus Spearman Brown. Jadi setelah dihitung reliabilitas instrumen kepercayaan diri adalah 0,91, sedangkan untuk instrumen

keterampilan bermain futsal koefisien korelasi yang didapat adalah 0,34 selanjutnya dimasukan ke dalam rumus Spearman Brown dan dihitung maka reliabilitas untuk keterampilan bermain futsal adalah 0,50. Berdasarkan uji coba instrumen dinyatakan sudah valid dan reliabel, maka instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.

G. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data penelitian yang sudah terkumpul adalah teknik analisis uji perbedaan dua rata-rata. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran personal dengan model pembelajaran inkuiri terhadap kepercayaan diri dan keterampilan bermain futsal.

Proses analisis dilakukan dengan program SPSS versi 20. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Deskriptif statistik dengan menggunakan penghitungan mean dan standar deviasi atau simpangan baku.

(40)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam proses pembelajarannyapelajaran penjas memberikan pengaruh yang sangat kompleks terhadap siswa karena dalam pembelajaran penjas ada tiga ranah

(41)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Terdapat perbedaan kepercayaan diri dalam bermain futsal antara model pembelajaran personal dengan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran personal lebih besar pengaruhnya terhadap kepercayaan diri siswa dibandingkan model pembelajaran inkuiri.

2. Terdapat perbedaan keterampilan bermain futsal antara model pembelajaran personal dengan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran personal lebih besar pengaruhnya terhadap keterampilan bermain futsal dibandingkan model pembelajaran inkuiri.

3. Terdapat perbedaan kepercayaan diri siswa dan keterampilan bermain futsal antara model pembelajaran personal dengan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran personal lebih besar pengaruhnya terhadap kepercayaan diri siswa dan keterampilan bermain futsal dibandingkan model pembelajaran inkuiri.

B. Saran

Saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru atau pelatih

Bagi para guru pendidikan jasmani, pembina ekstrakurikuler dan pelatih futsal agar dapat menerapkan permainan untuk pemahaman yang terdapat dalam konsep pembelajaran, untuk menambah pemahaman siswa maupun atlet dalam bermain futsal. Agar dapat menampilkan keterampilan bermain yang baik dalam bermain futsal.

2. Bagi Mahasiswa

(42)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

audio visual agar siswa lebih paham dan lebih jelas dalam memahami taktik dalam bermain futsal.

3. Bagi Peneliti dan Pembaca

(43)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizki Press.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rienika Cipta.

_ _ _ _ _ _ _. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rienika Cipta.

Campbell dan Stanley. (1966). Experimental and Quasi-Experimental Designs

For Research. Houghton Mifflin Company Boston.

de Angelis, B. (2003). Self Confident: Percaya Diri Sumber Kesuksesan Dan Kemandirian. Jakarta.: Gramedia Pustaka.

Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.

FIFA. (2012). Futsal Laws Of The Game. Tidak diterbitkan

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program. IBM SPSS 19. Universitas Diponegoro.

Hidayat, Y. (2009). Psikologi Olahraga. Bandung: Bintang WarliArtika.

_ _ _ _ _ . (2011). Model Konseptual Kepercayaan diri dalam aktivitas olahraga. Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 5(2).90-104

Husdarta. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung : Alfabeta

(44)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Juliantine, T. (2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Joyce, B and Weil. (2009). Model-Model Pengajaran (Edisi Delapan).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komarudin. (2013). Psikologi Olahraga Latihan Mental dalam Olahraga Kompetitif. Bandung: Rosda.

Lhaksana, J. (2011). Taktik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: BeChampion

Mahendra, A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

_ _ _ _ _ _ _. (2009).Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung : FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Metzler. (2000). Instructional Models For Physical Education. Georgia. University

Mielke, D. (2007). Dasar-Dasar Bermain Sepak Bola. Bandung: Pakar Raya

Murhananto. (2006). Dasar-dasar bermain futsal. Jakarta: Pustaka Timur

Nasution. (2004). Metode Research. Bandung : PT. Jemar

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Muda. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(45)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Sumber dari Skripsi dan Disertasi:

Hidayat, Y. (2012). Proposal Disertasi. Program Doktor Psikologi.

UGM.Yogyakarta

Rosita. (2010). Hubungan Antara perilaku Asertif dengan Kepercayaan Diri pada Mahasiswa. Skripsi. Universitas Gunadarma. Jakarta: Tidak diterbitkan

Sugandi, B. (2013). Pengaruh Intervensi Metode latihan Imajeri Motivasional terhadap penguasaan keterampilan teknik dasar lob bertahan dan

kepercayaan diri atlet bulu tangkis pemula usia 10-12 tahun. Skripsi FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sumber dari Internet:

Ramliyana. (2013). Model Pembelajaran Personal-Humanistik. [Online] Tersedia: http://ramliyana-fisika.blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran-personal-humanistik.html. [10 November 2013]

(46)

Asep Saputra, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dinamika Edukasi Dasar. (2012). Model Pembelajaran Inkuiri.[Online]. Tersedia: http://dinamikaedukasidasar.org/model-pembelajaran-inkuiri/#.UmitzVf-Eo0. [15 November 2013]

Gambar

gambar 3.2 berikut :
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
+4

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh hasil hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit lslam Kendal menghasilkan t = 0,225 yang artinya hubungan

dengan baik sesuai dengan standar mutu dari tepung gandum yang telah

Rully siswi yang imut-imut dan menyenangkan di sekolahnya, menurut teman dekatnya Nita sikap Rully dirumah dan gadis remaja yang selalu menyenangkan keluarga dan orang lain. Nita

Kanada yang keras banyak mengandung gluten ( protein ), sedang kadar gluten pada gandum inggris yang lunak sangat rendah.. Istilah “ keras” dan “lunak”

Baby Sister Fifi held that title the longest, though Sandi, with her good looks and many. opportunities, gave her some

Komposisi Kimia dan Sifat Fungsional Pati Jagung Dalam Berbagai Varietas yang Diekstrak dengan Pelarut Natrium Bikarbonat.. Mikrobiologi Terapan.Universitas Muhammadiyah

APABILA SELAMA INI ORANG MENGENAL BATIK DENGAN KAIN SEBAGAI MEDIANYA, MEMBATIK DENGAN MEDIA KAYU TENTULAH MENJADI HAL YANG CUKUP UNIK.// BEGITULAH KEHIDUPAN PENDUDUK BOBUNG

Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas