• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spesies diversity and habitat characteristic of Anopheles in Datar Luas Village, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Aceh Province

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Spesies diversity and habitat characteristic of Anopheles in Datar Luas Village, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Aceh Province"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT

ANOPHELES

DI DESA DATAR LUAS, KRUENG SABEE,

ACEH JAYA, PROVINSI ACEH

RISKI MUHAMMAD

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keragaman Jenis dan Karakteristik Habitat Anopheles Di Desa Datar Luas, Krueng Sabe, Aceh Jaya, Provinsi Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(3)
(4)

RINGKASAN

RISKI MUHAMMAD. Keragaman jenis dan karakteristik habitat Anopheles di Desa Datar Luas, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan UPIK KESUMAWATI HADI.

Desa Datar Luas merupakan satu diantara desa di Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya yang menjadi wilayah endemis malaria. Kasus malaria di desa ini masih tinggi. Kecamatan Krueng Sabee memiliki API dari tahun 2010-2011 sebesar 62,79 ‰ dan 7,85 ‰, sedangkan Desa Datar Luas memiliki API dari tahun 2010-2011 yaitu 127,1 ‰, dan 2,27 ‰. Informasi tentang perilaku dan karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp sangat penting dipelajari untuk menentukan strategi pengendalian malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman kepadatan dan perilaku nyamuk Anopheles spp, menganalisis pemetaan dan karakteristik habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp, serta mempelajari pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat setempat terhadap risiko penyakit malaria.

Penelitian dilakukan di Desa Datar Luas, Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh selama empat bulan (Oktober 2012-Januari 2013). Penangkapan nyamuk dewasa dilakukan selama empat malam setiap bulan dengan frekuensi satu minggu sekali dari pukul 18.00-06.00 WIB. Larva dikoleksi menggunakan cidukan plastik dengan volume 300 ml pada setiap habitat potensial. Karakteristik habitat potensial yang diamati meliputi jenis habitat perkembangbiakan, suhu air, salinitas air, pH air, kekeruhan air, arus air, luas habitat, kedalaman habitat, dasar habitat, tanaman air, predator larva dan pengambilan titik koordinat untuk pemetaan jenis habitat larva Anopheles spp dengan menggunakan alat GPS Garmin 60. Selain itu, dilakukan survei terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dengan menggunakan kuesioner dan wawancara

Terdapat tiga belas spesies Anopheles yang ditemukan. Koleksi Anopheles dengan metode human landing and resting collection diperoleh An. kochi, An. barbirostris, An. maculatus, An. letifer, An. tesselatus,An. sinensis, An. vagus, An. separatus, An. sundaicus, An. minimus, dan An. subpictus, sedangkan An. aconitus dan An. barumbrosus ditemukan dari habitat perkembangbiakan larva. Spesies yang paling dominan adalah An. kochi yang ditemukan mengisap darah di luar rumah (eksofagik) serta memiliki perilaku mencari tempat istirahat juga di luar rumah (eksofilik). Kelimpahan nisbi nyamuk jenis ini mencapai 45,9% yang merupakan kelimpahan nisbi tertinggi.

An. kochi merupakan jenis yang sering berkontak dengan orang dengan total Man Hour Density (MHD) 0,22 nyamuk/orang/jam. Aktivitas mengisap darah An. kochi menunjukkan fluktuasi yang tidak begitu teratur, dengan puncak aktivitas terjadi pada pukul 00.00-01.00 WIB disaat orang melakukan aktivitas di luar rumah.

(5)

air hujan dengan kepadatan 0,20 larva/cidukan, An. kochi, An. aconitus, dan An. vagus yang ditemukan di rawa-rawa dengan kepadatan 0,20 larva/cidukan, serta An. separatus yang ditemukan di sumur tua dengan kepadatan 0,10 larva/cidukan. Sebaran tingkat pekerjaan penduduk di Desa Datar luas didominasi oleh pendulang emas 81,2%, disusul pekerja lepas 12,5%, dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS/ABRI 3,1%. Pekerjaan masyarakat yang didominansi sebagai pendulang emas yang lebih banyak beraktivitas di luar rumah pada tengah malam meningkatkan risiko terpapar malaria.

(6)

SUMMARY

RISKI MUHAMMAD. Spesies diversity and habitat characteristic of Anopheles in Datar Luas Village, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Aceh Province. Under direction of SUSI SOVIANA and UPIK KESUMAWATI HADI.

Datar Luas village was one of villages in Krueng Sabee subdistrict at Aceh Jaya Regency known as malaria endemic area. This village has API (Annual Parasite Incidence) value on 2010- 2011 were 127,1% and 2.27%. The aims of this research are to study the diversity, density and behaviour of Anopheles as malaria vector, mapping its larvae habitat, and to measure the knowledge, attitudes and practices of the community at Datar Luas Village.

This research was conducted from October 2012 to January 2013. Mosquitoes trapping was done by human landing and resting collection technique inside and outside the house from 06.00 p.m to 06.00 a.m WIB. In addition, larvae were collected and the coordinates of potential larva habitats were marked. Characteristic of habitats potential breeding, observed covering of habitats this water temperature, salinity water, pH water, water turbidity, water flow, broad habitats, the depth of habitats, basic of habitats, aquatic plant, predatory larvae and select the coordinate point for mapping a kind of habitats of an Anopheles larvae spp with by using a Garmin GPS 60. Furthermore, it was also conducted a survey of knowledge, attitudes and practices of the community by using questionnaire.

There were thirteen spesies of Anopheles, which were An. kochi, An. barbirostris, An. minimus, An. maculatus, An. letifer, An. teselatus, An. sinensis, An. vagus, An. separatus, An. sundaicus, An. subpictus, and 2 spesies (An. aconitus and An. barumbrosus) were found in their larvae habitat. An. kochi was found biting outdoor (eksofagik) as well as having resting behavior outdoor (eksofilik). This mosquito species was 45,9% as the highest relative abundance.

An. kochi that often come into contact with people with a total man hour density (MHD) 0,22 (mosquito/people/hours). The highest blood feed activity of An. kochi happened on 00.00-01.00 a.m WIB.

A habitat of potential of an Anopheles larvae spp was found total of 22 habitats are comprised of six types that was in the pond, rain puddle, marshes, moats, old well, and former tire tread. Anopheles larvae were found on four types of habitat comprised which An. letifer was found in pond with a density of 0.10 larvae/dipper, An. barumbrosus and An. kochi were in rain puddles with a density of 0.20 larvae/dipper, An. kochi, An. aconitus, An. vagus were in the marshes with a density of 0.20 larvae/dipper, and An. separatus was in old well with a density of 0.10 larvae/dipper.

Distribution of the population employment in the rural of Datar Luas village was dominated by 81,2% gold miners, followed by 12,5% freelancers, and small portion (3,1%) as official goverment. People which work in dominance as gold miners have activities outdoor in the middle of the night increases the risk of exposure to malaria.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan

KERAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT

ANOPHELES

DI DESA DATAR LUAS, KRUENG SABEE,

ACEH JAYA, PROVINSI ACEH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(10)
(11)
(12)

Judul Tesis : Keragaman Jenis dan Karakteristik Habitat Anopheles Di Desa Datar Luas, Krueng Sabee, Aceh Jaya Provinsi Aceh

Nama : Riski Muhammad NIM : B252110011

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. drh. Susi Soviana, MSi Ketua

Diketahui oleh

Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS Anggota

Ketua ProgramStudi/Mayor Parasitologi dan Entomologi Kesehatan

Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 8 Juli 2013

(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 sampai dengan Januari 2013 ini ialah “Keragaman Jenis dan Karakteristik Habitat Anopheles Di Desa Datar Luas, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Provinsi Aceh”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. drh. Susi Soviana, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu DR. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS sebagai anggota komisi pembimbing atas masukan, saran dan bimbingan, serta Ibu Dr. drh. Dwi Jayanti Gunandini, M.Si atas kesediaannya menguji dalam sidang tesis penulis.

Ucapan yang sama penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar di Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan selama penulis menuntut ilmu di Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan IPB, dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh staf dan pegawai Laboratorium Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan di FKH IPB.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa Pascasarjana Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan angkatan 2011 (Supriyono, Resa Pratomo, Nissa, Siti, Zahara, dan Dewi Djungu) yang telah memberikan dukungan, kehangatan dan kebahagiaan pertemanan.

Tulisan ini Penulis persembahkan khusus kepada Ayahanda H. Saiful Bahri dan Ibunda Hj. Mardiana, serta keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tidak pernah ada akhirnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juli 2013

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xv

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Nyamuk Anopheles spp . 3

Morfologi Anopheles spp 3

Keragaman Anopheles spp 4

Perilaku Anopheles spp 5

Nyamuk Anopheles spp. Sebagai Vektor Malaria 6 Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp 6 Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp. 6 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku 12

3 METODE 13

Lokasi Penelitian . 13 Waktu Penelitian 14 Metode Penelitian 14

Penangkapan Nyamuk Anopheles spp 14

Identifikasi Nyamuk Anopheles spp. 15

Pengumpulan Larva dan Karakteristik Habitat 15

Pengumpulan Larva 15

Pengukuran Karakteristik Habitat Anopheles spp 16

Pemetaan Habitat Larva Anopheles spp 17

Wawancara dan Observasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku Masyarakat

(PSP) 17

Pengumpulan Data Pendukung 17

Analisis Data 18 Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Anopheles spp 18

Kelimpahan Nisbi 18

Frekuensi Nyamuk Tertangkap 18

(15)

Karakteristik Habitat Larva Anopheles spp. 19 Titik Koordinat Habitat Larva Anopheles spp. 19 Hubungan MBR Anopheles spp dengan Kasus Malaria 19 Hubungan MBR Anopheles spp dengan Curah Hujan 19 Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) 19

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Keragaman Nyamuk Anopheles spp 20

Perilaku Mengisap Darah Nyamuk Anopheles spp 25

Hubungan MBR Anopheles spp. dengan Kasus Malaria 28

Hubungan MBR Anopheles spp. Dengan ICH 30

Karakteristik Habitat Larva Anopheles spp 32

Jenis Habitat Potensial 32 Pengukuran Karakteristik Fisik, Kimia dan Biologi Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva Anopheles spp. 37 Pemetaan Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva Anopheles spp 40 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku 41

Pengetahuan 43 Sikap 45 Perilaku 45 5 SIMPULAN DAN SARAN 48 Simpulan 48

Saran 48

Daftar Pustaka 49

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Keragaman jenis Anopheles yang tertangkap periode Oktober

2012 - Januari 2013 di Desa Datar Luas 23

2 Kelimpahan nisbi, frekuensi dan dominansi Anopheles yang tertangkap dengan landing collection di dalam dan di luar

rumah di Desa Datar Luas, Oktober 2012-Januari 2013 25 3 Total kepadatan Anopheles yang mengisap darah

(nyamuk/orang/jam)bulanan di Desa Datar Luas, Oktober

2012-Januari 2013 25

4 Rata-rata kepadatan Anopheles yang tertangkap (nyamuk/orang/jam) di Desa Datar Luas pada bulan Oktober

2012-Januari 2013 27

5 Data kasus penyakit malaria di Desa Datar Luas, Kecamatan

Krueng Sabee Oktober 2012-Januari 2013 29

6 Rata-rata kepadatan Anopheles yang mengisap darah orang per malam (Man Biting Rate) di Desa Datar Luas, Oktober

2012-Januari 2013 29

7 Jenis habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp di Desa Datar, Kecamatan Krueng Sabee, Oktober

2012-Januari 2013 32

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 a) Telur Anopheles spp, b) Larva Anopheles spp, c) Morfologi

Anopheles spp 4

2 Lokasi penelitian di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee 13 3 Metode penangkapan nyamuk dengan landing dan resting

collection di Desa Datar Luas, Kecamatan Krueng Sabee,

Oktober 2012-Januari 2013 14

4 Identifikasi Anopheles di bawah mikroskop 15

5 Pengumpulan larva Anopheles 15

6 Keragaman jenis Anopheles di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari

2013 21

7 Kepadatan Anopheles (nyamuk/orang/jam) yang mengisap

darah di Desa Datar Luas, Oktober 2012-Januari 2013 26 8 Aktivitas Anopheles mengisap darah (nyamuk/orang/jam) di

Desa Datar Luas dari Oktober 2012-Januari 2013 27 9 Hubungan angka kesakitan malaria bulanan (MoPI) dengan

(17)

Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari

2013 29

10 Hubungan indeks curah hujan (mm/bulan) dengan kepadatan Anopheles (MBR) di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng

Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2013- Januari 2013 31 11 Berbagai tipe kolam sebagai habitat perkembangbiakan An.

letifer di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober

2012-Januari 2013 33

12 Berbagai tipe rawa-rawa sebagai habitat perkembangbiakan An. kochi, An. aconitus dan An. vagus di Desa Datar Luas

Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012-Januari 2013 34 13 Tipe sumur sebagai habitat perkembangbiakan An. separatus di

Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober

2012-Januari 2013 34

14 Berbagai tipe genangan air hujan sebagai habitat perkembangbiakan An. barumbrosus, dan An. kochi di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012 -Januari

2013 35

15 Berbagai tipe parit sebagai habitat potensial perkembangbiakan Anopheles di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee,

Oktober 2012-Januari 2013 36

16 Tipe bekas tapak ban sebagai habitat potensial perkembangbiakan Anopheles spp di Desa Datar Luas

Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012-Januari 2013 36 17 Titik koordinat habitat potensial perkembangbiakan larva

Anopheles spp di Desa Datar Luas, Kecamatan Krueng Sabee,

Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari 2013 41 18 Persentase tingkat pendidikan responden di Desa Datar Luas,

Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012-Januari 2013 42 19 Persentase pekerjaan penduduk Desa Datar Luas, Kecamatan

Krueng Sabee, Oktober 2012-Januari 2013 42 20 Persentase pengetahuan responden tentang Anopheles spp di

Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober

2012-Januari 2013 43

21 Persentase pengetahuan responden tentang waktu Anopheles mengisap darah di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee,

Oktober 2012- Januari 2013 44

22 Persentase pengetahuan penduduk tentang habitat Anopheles di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober

2012-Januari 2013 44

23 Persentase perilaku penduduk untuk mencari pengobatan penyakit malaria di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee,

Oktober 2012 -Januari 2013 46

24 Persentase perilaku penduduk menghindari gigitan Anopheles di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober

(18)

25 Persentase perilaku penduduk untuk mengurangi populasi Anopheles di sekitar lingkungan di Desa Datar Luas

Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012-Januari 2013 47

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Kuesioner penelitian tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee

Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari 2013 53 2 Hasil uji korelasi antara kepadatan An. kochi (MBR) dengan

angka kesakitan malaria bulanan (MoPI) di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, Oktober

2012-Januari 2013 58

3 Hasil uji korelasi antara indeks curah hujan (ICH) dengan kepadatan An. kochi (MBR) di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari

2013 58

4 Karakteristik habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee,

(19)
(20)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Malaria merupakan satu penyakit tular vektor yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hampir 50% penduduk berisiko terjangkit penyakit malaria, dengan insiden malaria pada ibu hamil berkisar 7-24% tergantung pada tingkat endemisitas suatu daerah. Risiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu dengan malaria meningkat dua kali lipat dibandingkan terhadap ibu hamil tanpa malaria. Penyakit malaria juga mengenai semua usia mulai dari bayi, balita, anak-anak, usia remaja bahkan pada usia produktif. Selain itu, penyakit malaria juga berdampak pada sektor ekonomi seperti kehilangan waktu bekerja, biaya pengobatan sampai terjadinya penurunan kecerdasan dan produktivitas kerja (Kemenkes RI 2011).

Nyamuk merupakan kelompok serangga yang paling banyak menimbulkan masalah kesehatan masyarakat. Kondisi ini disebabkan oleh keragaman, distribusi, populasi dan banyaknya spesies yang berperan sebagai pengganggu dan vektor penyakit (Becker et al. 2003). Setiap jenis nyamuk juga mempunyai jarak terbang yang paling efektif antara tempat perkembangbiakan dan sumber makanan darah. Nyamuk sangat tertarik kepada cahaya, pakaian berwarna gelap, manusia dan hewan, terutama CO2

Berdasarkan nilai API (Annual Parasite Incidence) di Aceh Jaya tahun 2007 yaitu sebesar 5,976 ‰, tahun 2008 API 10,78 ‰ dan tahun 2009 turun menjadi 4,040 ‰. Pada tahun 2010 API kembali mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 13,24 ‰. Akan tetapi pada tahun 2011 kembali turun menjadi 1,370 ‰. Dilihat dari angka API di Aceh Jaya yang masih diatas 1‰ dan beberapa asam amino, lokasi dan suhu hangat serta kelembaban. Beberapa spesies nyamuk bersifat antropofilik, zoofilik atau ornitofilik (Hadi & Soviana 2010).

Faktor-faktor yang bertanggung jawab terhadap naik turunnya insiden malaria dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu aktivitas pengendalian vektor malaria, intervensi medis, dan perubahan lingkungan (Henley 2001). Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Pengendalian dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan mengendalikan nyamuk Anopheles spp yang menjadi vektor penyakit. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk adalah dengan menggunakan pakaian lengkap (tangan dan kaki tertutup), tidur menggunakan kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan menghindari lokasi-lokasi yang rawan malaria.

(21)

2

menunjukkan angka penularan setempat masih tinggi. Selain itu masih ditemui anak yang berumur di bawah 9 tahun yang terpapar malaria. Hal ini menunjukkan masih terdapat nyamuk vektor malaria di wilayah tersebut (Dinkes. Prov. Aceh 2011).

Desa Datar Luas merupakan satu di antara desa di Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya yang merupakan wilayah endemis malaria. Kasus malaria di desa ini masih tinggi. Kecamatan Krueng Sabee memiliki API dari tahun 2010-2011 sebesar 62,79 ‰ dan 7,85 ‰, sedangkan Desa Datar luas memiliki API dari tahun 2010-2011 yaitu 127,1 ‰, dan 2,27 ‰ (Dinkes. Prov. Aceh 2011).

Pengendalian penyakit malaria membutuhkan informasi yang memadai tentang faktor-faktor risiko kejadian penyakit, biologi dan perilaku nyamuk vektor, tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk yang potensial dan hubungan antara suatu spesies vektor dengan lingkungannya.

Sehubungan dengan insiden malaria yang tinggi di Desa Datar Luas dan ditemukannya tempat-tempat perkembangbiakan yang potensial bagi nyamuk vektor serta belum pernah dilakukan penelitian yang berhubungan dengan bioekologi nyamuk vektor di wilayah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Keragaman Jenis dan Karakteristik Habitat Anopheles Di Desa Datar Luas, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Provinsi Aceh”.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari keragaman nyamuk, kepadatan dan perilaku nyamuk Anopheles spp.; menganalisis pemetaan dan karakteristik habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp.; serta mempelajari pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap risiko penyakit malaria

Manfaat Penelitian

(22)

3

2

TINJAUAN PUSTAKA

Nyamuk Anopheles spp

Nyamuk merupakan bagian dari kelompok serangga dari phylum Arthropoda, kelas Insecta (Hexapoda), ordo Diptera, famili Culicidae, yang paling banyak menimbulkan masalah kesehatan. Nyamuk tersebar luas di seluruh dunia mulai dari daerah kutub sampai daerah tropika. Di seluruh dunia terdapat 457 jenis spesies yang menjadi vektor utama, di antaranya yaitu 80 spesies Anopheles, 82 spesies Culex, 125 spesies Aedes, dan 8 spesies Mansonia. Sisanya merupakan anggota dari genera yang tidak penting dalam penularan suatu penyakit (Hadi & Soviana 2010).

Nyamuk merupakan serangga terbang yang bertubuh kecil. Tahap pradewasa hidup di akuatik, di sumber air yang tidak mengalir pada setiap biogeografi di dunia. Nyamuk betina dewasa memiliki kebiasaan untuk mengisap darah hewan vertebrata, termasuk manusia, dan kebiasaan ini mengakibatkan kelompok serangga ini menjadi penting dalam ekonomi dan kesehatan bagi masyarakat (Becker 2003).

Keberadaan nyamuk Anopheles spp yang memiliki ketertarikan dengan manusia dan akhirnya diketahui sebagai vektor malaria ada sekitar 60 spesies. Selain itu nyamuk Anopheles spp juga bisa menjadi vektor penyakit filariasis dan viral (Rozendal 1997).

Morfologi Anopheles spp

Nyamuk Anopheles spp memiliki ciri yang sangat terlihat yaitu pada posisi tubuh saat istirahat di dinding atau di objek lainnya dengan posisi toraks dan abdomen yang sejajar atau dapat dikatakan dengan istilah menungging (Becker et al. 2003).

Anopheles spp memiliki tubuh yang kecil dan ramping dengan kaki yang panjang dan ramping. Warnanya bervariasi dari abu-abu, coklat, kehitaman sampai putih pucat. Ciri khas yang dapat dilihat secara langsung yaitu pada saat istirahat nyamuk ini memiliki posisi tubuh dengan kepala dan abdomen yang berorientasi pada satu garis lurus. Anopheles spp memiliki palpus maksila yang sama panjang pada kedua jenis kelamin (jantan dan betina), probosis pada jantan membulat pada bagian ujungnya. klipeus biasanya lebih panjang dan besar dan berbentuk triangular. Oksiput diselimuti oleh sisik-sisik berbentuk garpu, abdomennya terlihat sejajar dengan toraks, dan memiliki ujung yang membulat. Sersi pada nyamuk betina pendek, membulat dan tidak menonjol dan hanya memiliki satu spermateka. Hipopigidium pada jantan dilengkapi dengan conical gonocoxite, biasanya tidak dilengkapi dengan lobus apikal dan lobus basal (Becker et al. 2003).

(23)

4

a. b.

c.

Gambar 1 a) Telur Anopheles spp (Sumber:

b) Larva Anopheles spp (Sumber:

c) Morfologi Anopheles spp (Sumber:http://www. enchanted learning.com)

Keragaman Anopheles spp

Nyamuk Anopheles spp sering disebut nyamuk malaria karena banyak dari jenis nyamuk ini dapat menularkan penyakit malaria. Spesies Anopheles spp yang berbeda sering menunjukkan tingkah laku yang berbeda dan kemampuan menularkan penyakit yang berbeda. Jenis nyamuk Anopheles spp yang menularkan penyakit di suatu daerah sering berbeda dengan Anopheles spp yang menularkan penyakit malaria di daerah yang lain.

Provinsi Sumatera Selatan mempunyai keragaman Anopheles spp yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Udin (2005) bahwa di Desa Segara Kembang Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogankomering Ulu Sumatera Selatan terdapat 8 jenis nyamuk Anopheles, yaitu An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. scuefneri, An. umbrosus, dan An. vagus. Suwito (2010) menyatakan di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ditemukan 10 spesies Anopheles yaitu An. sundaicus, An. subpictus. An. vagus, An. kochi, An. annularis, An. aconitus, An. barbirostris, An. tesselatus, An. minimus, dan An. indefinitus.

(24)

5 Keragaman Anopheles spp di berbagai daerah lainnya di Indonesia antara lain A. kochi, An. letifer, An. nigerrimus, An. barbirostris, An. umbrosus, An. flavirostris, An. peditaeniatus, An. sinensis, An. vagus, An. aconitus yang ditemukan di Desa Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan (Salam 2005). Berikutnya Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara terdapat An. barbumbrosis, An. farauti, An. hackeri, An. indefinitus, An. kochi, An. koliensis, An. punctulatus, An. subpictus, An. tesselatus, dan An. vagus (Amirullah 2012).

Shinta (2003) menemukan 7 spesies Anopheles di Daerah Pantai Banyuwangi Jawa Timur yaitu An. sundaicus, An. vagus, An. subpictus, An. flavirostris, An. barbirostris, An. annularis dan An. indefinitus. Selanjutnya Mardiana et al. (2007) menyatakan di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang ditemukan 7 spesies yaitu An. annularis, An. aconitus, An. barbirostris, An. kochi, An. sundaicus, An. tesselatus dan An. vagus. Munif et al. (2008) menyatakan di Kabupaten Sukabumi terdapat An. aconitus, An. annularis, An. baezai, An. barbirostris, An. indefinitus, An. kochi, An. maculatus, An. sundaicus dan An. vagus.

Perilaku Anopheles spp

Perilaku serangga akan berubah apabila ada rangsangan atau pengaruh dari luar seperti terjadi perubahan pada lingkungan baik perubahan oleh alam ataupun perubahan oleh manusia. Nyamuk memerlukan tiga macam tempat untuk meneruskan kelangsungan hidupnya, yaitu adanya tempat untuk beristirahat, adanya tempat untuk berkembang-biak, dan tempat untuk mencari darah.

Nyamuk Anopheles spp pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malam hari. Perilaku mengisap darah dimulai dari senja hingga tengah malam, dan ada pula yang mulai tengah malam hingga menjelang pagi. Kebiasaan mengisap darah dari nyamuk dewasa ada yang eksofagik (mencari mangsa di luar rumah) dan ada pula yang endofagik (mencari mangsa di dalam rumah). Kesukaan mengisap darah dari nyamuk juga ada yang bersifat antropofilik (menyukai darah manusia), dan ada pula yang bersifat zoofilik (menyukai darah hewan). Sedangkan untuk perilaku istirahat nyamuk Anopheles spp mempunyai dua cara untuk beristirahat yaitu istirahat yang sebenarnya untuk proses perkembangan telur dan istirahat sementara pada waktu sebelum dan sesudah mencari darah. Dalam siklus hidupnya, nyamuk Anopheles spp mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva (jentik), pupa dan dewasa. Untuk jarak terbangnya, Anopheles spp mempunyai jarak terbang maksimum 1-3 mil (Hadi & Koesharto 2006).

Nyamuk Anopheles spp di setiap daerah memiliki perilaku yang berbeda-beda. Mardiana et al. (2007) di Kabupaten Pandeglang menemukan An. annularis, An. sundaicus, dan An. vagus bersifat eksofagik dan ditemukan di sekitar kandang ternak, sedangkan Suwardi (2011) menyatakan di wilayah Bangka Belitung nyamuk An. letifer cenderung bersifat eksofagik dan eksofilik, sedangkan nyamuk An. barbirostris bersifat endofagik. Hal ini berbeda pula dengan yang ditemukan di Desa Lengkong Sukabumi, An. barbirostris bersifat eksofagik (Munif et al. 2007).

(25)

6

sekitar kandang sapi, di dalam rumah dan di luar rumah. Sedangkan pada An. aconitus cenderung bersifat eksofagik dan eksofilik (Barodji et al. 1992).

Nyamuk Anopheles spp. Sebagai Vektor Malaria

Nyamuk penular malaria adalah berbagai jenis Anopheles spp. Jenis-jenis nyamuk ini antara lain An. maculatus, An. sundaicus, An. aconitus, An. barbirostris, An. vagus, An. balabacencis. Habitatnya juga bervariasi tergantung spesies, mulai dari lingkungan pegunungan sampai pantai (Hadi & Koesharto 2006).

Di Indonesia konfirmasi vektor telah dilakukan sejak tahun 1991 sampai dengan tahun 2009, dan selama periode tersebut terdapat 25 spesies ditemukan positif membawa parasit malaria. Jenis nyamuk yang termasuk vektor malaria di Indonesia adalah An. aconitus, An. balabacensis, An. bancrofti, An. barbirostris, An. farauti, An. tesselatus, An. annularis, An. flavirostris, An. koliensis, An. letifer, An. leucosphyrus, An. karwari, An. parangensis, An. ludlowi, An. maculatus, An. minimus, An. nigerrimus, An. punctulatus, An. kochi, An. sinensis, An. subpictus, An. sundaicus, An. vagus, An. umbrosus (Depkes RI 2009).

Hadi & Soviana (2010) menyatakan bahwa vektor malaria di Aceh terdiri atas empat spesies Anopheles yaitu An. nigerrimus, An. balabacensis, An. sundaicus, An. sinensis. Di daerah Sumatera utara vektor malaria terdiri atas An. sundaicus, An. letifer, An. maculatus, An. nigerrimus, dan An. umbrosus. Daerah Sumatera Barat terdapat lima spesies yaitu An. sundaicus, An. maculatus, An. nigerrimus, An. sinensis, An. umbrosus. Daerah Jambi terdapat enam spesies yaitu An. sundaicus, An. letifer, An. maculatus, An. nigerrimus, An. balabacensis, An. sinensis. Daerah Bengkulu terdapat An. sundaicus, An. maculatus, An. nigerrimus, An. subpictus, An. sinensis, An. umbrosus. Selain itu, nyamuk An. barbirostris menjadi vektor malaria di daerah NTB, NTT, Sultra, Sulut, Sulteng, Sulsel. Sedangkan An. farauti, An. bancrofti, An. punctulatus, An. koliensis menjadi vektor malaria di daerah Maluku dan Papua (Irian Jaya).

Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.

Nyamuk Anopheles spp ada yang senang hidup di dalam rumah dan ada yang aktif di luar rumah. Anopheles spp dapat berkembang biak dalam kolam-kolam air tawar yang bersih, air kotor, air payau, maupun air-air yang tergenang di pinggiran laut. Pemilihan tempat peletakan telur yang kemudian akan menetas menjadi jentik dilakukan oleh nyamuk betina dewasa. Pemilihan tempat yang disenangi dari berbagai macam tempat perkembangbiakan hampir dilakukan secara turun-temurun oleh seleksi alam (Depkes RI 1987).

(26)

7 ludlowi, An. minimus, An. punctulatus, An. parangensis, An. sundaicus, dan An. subpictus (Kemenkes RI 2011).

Karakteristik habitat Anopheles spp berbeda-beda tergantung dari jenis nyamuknya, air itu tidak boleh tercemar atau terpolusi dan harus selalu berhubungan dengan tanah. Tempat perkembangbiakan nyamuk juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar garam, kejernihan dan flora. Tempat perkembangbiakan di air payau yang terdapat di muara-muara sungai yang tertutup hubungannya ke laut dan rawa-rawa adalah tempat yang cocok untuk tempat perkembangbiakan An. sundaicus dan An. subpictus. Tempat perkembangbiakan air tawar berupa sawah, mata air, kanal, terusan, genangan tepi sungai, bekas jejak kaki, bekas roda kendaraan dan bekas lobang galian adalah cocok untuk tempat berkembangbiak An. aconitus, An. maculatus, dan An. balabacensis (Depkes RI 1999).

Tempat atau lokasi terjadinya penularan suatu penyakit dipengaruhi oleh vektor ditentukan oleh kekhususan topografi tempat, adanya vektor dengan lingkungan yang cocok serta tingkat cara hidup masyarakatnya (Depkes RI 1987). Selain itu, beberapa parameter fisik dan biologis yang mempengaruhi perkembangan larva nyamuk adalah suhu, pH, salinitas, arus air, luas habitat, kedalaman habitat, kekeruhan, jenis predator, tanaman air, dan dasar habitat, diuraikan sebagai berikut ;

Suhu

Suhu air pada habitat nyamuk mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kelangsungan dan pertumbuhan untuk telur, larva dan pupa. Larva tidak dapat hidup pada suhu yang terlalu tinggi, dan pertumbuhannya larva akan lebih cepat pada air yang hangat bila dibandingkan dengan air yang lebih dingin. Suhu yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan plankton dan terdapat lebih banyak makanan bagi larva dibandingkan dengan suhu yang rendah. Muirhead Thomson (1965) dalam Rao (1981) menunjukkan bahwa pada suhu kritis terdapat beberapa spesies yang berbeda, seperti An. minimus 41.0 ºC, An. vagus 44.5 ºC, An. culicifacies 44.0 ºC, An nigerrimus 43.0 ºC sampai 43.5 ºC, An. barbirostris 43.5 ºC.

Kondisi suhu di lingkungan perairan, pada umumnya lebih stabil dari pada lingkungan udara. Namun, kondisi ini tidak berlaku pada stadium larva karena larva yang terdapat pada air yang jumlahnya sedikit menunjukkan perubahan suhu berkaitan dengan perubahan suhu udara, sedangkan pada air yang jumlahnya banyak yang terdapat larva di permukaan air perubahan suhu dapat berubah secara tiba-tiba (Bates 1970).

(27)

8

Derajat keasaman (pH) air

Derajat keasaman (pH) air mempunyai peranan penting dalam proses biologis di tempat perkembangbiakan nyamuk. Hopkins (1936) dalam Bates (1970) menekankan adanya faktor pH yang mempengaruhi tempat perkembangbiakan nyamuk dan jumlah akumulasi air yang dapat membuat nyamuk tidak dapat berkembang biak.

Beberapa jenis larva nyamuk Anopheles spp mampu hidup dengan konsentrasi alkali yang tinggi dan kondisi air yang asam. Larva nyamuk An. plumbeus mampu hidup pada kisaran pH 4,4 – 9,3, dan larva An. culicifacies hidup pada kisaran pH 5,4 – 9,8 (Clement 1992). Sementara itu, Suwardi (2011) di Desa Riau Silip Kabupaten Bangka larva Anopheles spp ditemukan pada air dengan kisaran pH mencapai 6,0-6,1.

Santoso (2002) menyatakan rata-rata pH air yang terdapat di sungai Desa Hargotirto Kabupaten Kulonprogo berkisar antara 6.78 – 7.12, sedangkan pH air yang ada di mata air berkisar antara 6.70 – 7.24. Puncak kepadatan tertinggi baik An. maculatus maupun An. balabacensis adalah pada bulan Agustus dengan pH di sungai 7.12 dan pH di mata air 7.24.

Salinitas air

Kesukaan nyamuk untuk berkembangbiak berbeda-beda, ada yang menyukai berkembangbiak di air tawar dan ada pula nyamuk yang suka berkembang biak di air payau (Depkes RI 1987). Beberapa spesies seperti An. stephensi, An. subpictus dan An. annularis dapat mentoleransi tingkat NaCl yang tinggi. An. stephensi dan An. varuna berkembangbiak di sumur yang dalam, beberapa yang lain ada di aliran air yang deras, namun tingkat salinitas mungkin tidak dipengaruhi oleh natrium klorida tetapi dipengaruhi oleh mineral garam lainnya (Rao 1981).

Di Desa Senggigi Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat larva An. sundaicus dapat ditemukan pada air dengan tingkat salinitas mencapai 0,00-2,00‰ (Sulistio 2010). Ernamaiyanti et al. (2009) menyatakan bahwa salinitas perairan di Kabupaten Siak Provinsi Riau yaitu di selokan mengalir, selokan tenang dan rawa adalah 0 ‰. Larva An. sundaicus mempunyai sifat yang lebih toleran terhadap salinitas yang lebih tinggi karena memiliki mekanisme yang dapat menetralisir tekanan osmotik di dalam hemofile.

Arus aliran air

Jenis-jenis nyamuk tertentu senang berkembangbiak pada air yang mengalir perlahan-lahan seperti An. karwari, serta ada pula yang senang pada genangan air yang mengalir agak kuat seperti An. minimus, sedangkan pada Ae. aegypti dan Ae. albopictus lebih senang hidup pada air yang tidak mengalir (Depkes RI 1987).

(28)

9 tergenang. Amirullah (2012) menyatakan di Kabupaten Halmahera Selatan An. farauti lebih memilih tipe habitat yang airnya tidak mengalir dan jernih.

Luas habitat

Kepadatan populasi Anopheles spp sangat dipengaruhi oleh luas habitat perkembangbiakan. Semakin luas suatu habitat perkembangbiakan maka semakin tinggi kepadatan populasinya. Larva Anopheles spp dapat berkembang biak di habitat dengan luasan yang besar maupun luasan kecil.

Ariati et al. (2007) menyatakan luas habitat perkembangbiakan Anopheles spp di Kepulauan Seribu yang terdapat di kolam perendaman rumput laut yaitu 4 m², dan di sumur dengan luas habitat 1 m². Shinta (2012) juga melaporkan di Kecamatan Belakang Padang, Batam Kepulauan Riau, larva Anopheles spp ditemukan pada parit dengan luas habitat 2,5 x 50 m, sumur tua 50 x 50 cm, kobakan air tawar 4 x 6 m, kobakan air payau 1 x 20 m, dan kobakan rawa-rawa dengan luas berkisar 1 m² hingga 24 m².

Kedalaman habitat

Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp adalah genangan-genangan air, baik air tawar maupun air payau tergantung dari jenis spesies nyamuknya dan air tidak boleh tercemar atau terpolusi serta harus selalu berhubungan dengan tanah. Tempat perkembangbiakan air payau terdapat di muara-muara sungai dan rawa-rawa yang tertutup hubungannya dengan laut cocok untuk tempat perkembangbiakan An. sundaicus dan An. subpictus (Harijanto 2000 dalam Kazwani 2006).

Kedalaman air secara tidak langsung berpengaruh terhadap produksi sumber makanan larva Anopheles spp dari intensitas cahaya. Larva nyamuk sebagian besar ditemukan diperairan dangkal. Perairan yang dangkal akan menyebabkan besarnya produktivitas makhluk air dan tumbuhan air. Hal ini erat kaitannya dengan beberapa cara makan ataupun frekuensi pernapasan dari larva tersebut, dan hal ini sangat penting dengan kedalaman suatu perairan tempat larva berkembang biak (Modeong 2012).

Di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang di temukan kobakan bekas kubangan kerbau yang telah lama tidak digunakan, sehingga terlantar bila musim hujan dan digenangi oleh air, di sekitar kobakan ditumbuhi tanaman semak belukar dengan kedalaman air 10 cm dan positif ditemukan larva An. kochi dan An. vagus (Mardiana et al. 2007). Suwardi (2011) menyatakan di Desa Riau Silip Kabupaten Bangka An. letifer ditemukan pada habitat tipe dangkal dan tidak permanen karena air habitat akan kering bila tidak turun hujan selama satu minggu, sedangkan Setyaningrum et al. (2008) melaporkan di Desa Way Muli, Lampung Selatan larva Anopheles spp ditemukan pada kedalaman 15 cm pada habitat selokan air mengalir, 100 cm pada rawa-rawa, dan 25 cm pada selokan air tergenang.

Kekeruhan

(29)

10

tanaman yang berkantung yang dapat menampung air atau dalam kontainer-kontainer bekas.

Larva Anopheles spp di Desa Doro Kabupaten Halmahera Selatan Maluku utara di temukan di air jernih walaupun beberapa spesies seperti An. farauti, An. punctulatus, An. vagus, dan An. kochi juga dapat menyesuaikan diri terhadap air yang keruh (Mulyadi 2010). Adapun Santoso (2002) menyatakan di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta rata-rata tingkat kekeruhan air di sungai antara 5,31-7,82 Natelson Turbidity units (NTU), di mata air 5,30-7,82 NTU. Puncak kepadatan tertinggi nyamuk An. maculatus dan An. balabacensis di sungai dengan tingkat kekeruhan 5,31 NTU, dan yang terdapat pada mata air 5,11 NTU.

Santoso (2002) menyatakan di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo hasil pengukuran rata-rata kekeruhan air pada habitat yang terdapat di sungai antara 5,31-7,02 NTU, sedangkan kekeruhan di mata iar antara 5,30-7,82 NTU. Puncak kepadatan tertinggi ditemukan An. maculatus maupun An. balabacensis adalah pada kekeruhan 5, 11-5,31 NTU.

Predator

Predator adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk. Predator memiliki peranan yang penting untuk menurunkan kepadatan jentik vektor, sehingga kepadatan vektor dewasa dapat ditekan dan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama (Depkes RI 1999).

Beberapa ikan pemakan jentik nyamuk yang telah lama digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah sejenis ikan guppy, poecilia reticulate yang bersifat lebih toleran terhadap perairan yang tercemar polutan organik, dan ikan kepala timah (panchax panchax). Selain itu ada juga jenis ikan yang menjadi predator larva yaitu ikan mas, ikan mujahir, ikan nila di persawahan, dan ada pula larva nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites (Hadi & Koesharto 2006).

Larva Dytiscidae dan Hydrophilidae (coleoptera) merupakan musuh jentik nyamuk. Larva capung juga memakan jentik nyamuk tetapi kurang efisien dibandingkan dengan coleoptera air. Jentik Culex trigripes, Culex halifaxii, dan Aedes juga memangsa jentik nyamuk Anopheles spp. Kanibalisme juga bisa terjadi apabila di suatu tempat perkembangbiakan jentik Anopheles spp terlalu padat, jentik stadium IV bisa memakan jentik dari jenis lain yang sama atau jentik Anopheles spp lain yang lebih muda (Depkes RI 1987).

Ernamiyanti et al. (2009) menyatakan di Kabupaten Siak Provinsi Riau pada selokan mengalir dan rawa terdapat ikan cereh (gambusia afficinis). Mulyadi (2010) menemukan di Desa Doro Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara yaitu ikan kecil, udang, nimfa capung dan berudu. Jenis predator yang ditemukan tergantung pada jenis habitat tempat perkembangbiakan. Sementara itu, di Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang larva An. barbirostris dan An. subpictus hidup bersamaan dengan ikan bandeng dan ikan mujahir (Rahmawati 2010).

Flora

(30)

11 berlindung dan tempat hinggap istirahat nyamuk dewasa selama menunggu siklus gonotropik. Selain itu adanya suatu jenis tumbuhan atau berbagai jenis tumbuhan pada suatu tempat dapat pula dipakai sebagai indikator memperkirakan adanya jenis-jenis nyamuk tertentu.

Genangan air di dasar sungai seringkali ditumbuhi berbagai macam organisme dari jenis plankton seperti Chlorella, Chlamydomonas, Volvox, dan Euglena. Keberadaan ganggang biru hijau di tempat perkembangbiakan dapat menurunkan keberadaan larva An. culicifacies, sedangkan An. ramsay dan An. nigerrimus lebih suka hidup dekat dengan tumbuhan air seperti Pistia stratiotes (Rao 1981).

Penyebaran jentik nyamuk Anopheles spp biasanya disekitar tumbuh-tumbuhan yang ada di air. Perkiraan jenis-jenis nyamuk yang ada di flora yang berbeda yaitu sawah dengan pohon padi diperkirakan ada An. aconitus, tambak dengan rumput-rumputan dan lumut diperkirakan ada An. subpictus, lagun dengan lumut sutera dan lumut perut ayam diperkirakan ada An. sundaicus, rawa dengan rumput-rumputan tinggi diperkirakan ada An. hyrcanus group, rawa sagu di Irian Jaya diperkirakan ada An. koliensis, dan rawa dengan hutan lebat di Kalimantan diperkirakan ada An. umbrosus (Depkes RI 1987).

Mulyadi (2010) menyatakan di daerah Desa Doro Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara larva Anopheles spp ditemukan pada perairan yang terdapat tanaman air seperti ganggang, tanaman permukaan air dan tanaman bakau didaerah rawa-rawa, sedangkan Sulistio (2010) di Desa Senggigi Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat menyatakan bahwa penyebaran larva nyamuk di habitatnya tidak merata di permukaan air, larva nyamuk berkumpul pada tempat yang tertutup tanaman air yang mengapung seperti ganggang, sampah yang terapung dan pinggiran habitat yang berumput. Hasil observasi pada ketiga habitat dijumpai adanya ganggang Enteromorpha spp serta sampah yang mengapung berupa plastik, daun dan ranting.

Dasar habitat

Dasar habitat juga merupakan pilihan bagi nyamuk-nyamuk dewasa untuk meletakkan telur-telurnya. Nyamuk Ae. aegypti lebih menyukai genangan air dengan dasar tempat air yang bukan tanah tetapi lebih menyukai genangan air pada tempat-tempat penampungan air (kontainer), sedangkan An. aconitus lebih menyukai genangan air dengan dasar tanah. An. farauti lebih menyukai genangan air dengan dasar habitat berpasir dan An. punctulatus lebih menyukai genangan air dengan dasar habitat lumpur ( Depkes RI 1987).

(31)

12

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Perilaku merupakan suatu faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Perilaku adalah tindakan aktivitas manusia itu sendiri yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar. Selain itu, perilaku individu juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang dapat membentuk tindakan seseorang sehingga dapat mengambil suatu tindakan terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu (Notoatmodjo 2007).

Berbagai teori atau konsep yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat diperlukan dalam menganalisis, menjelaskan dan memprediksi fenomena yang terjadi dimasyarakat sehingga lebih memudahkan dalam pemecahan masalah penyebaran suatu penyakit.

Sukowati et al. (2003) menyatakan masyarakat di Lombok Timur mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) yang kurang mendukung terhadap pemberantasan malaria. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dan sosial-ekonomi yang rendah. Pada malam hari mereka mempunyai kebiasaan beraktivitas di luar rumah, seperti menginap di ladang dan tidak terlindung dari gigitan nyamuk, sedangkan menurut Manalu & Sukowati (2011) tingkat pengetahuan masyarakat tentang malaria di Kota Batam sudah cukup baik, namun peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian malaria belum menunjukkan hal yang positif, karena sebesar 97,6% penduduk bersikap ragu-ragu untuk membersihkan lingkungan. Kebiasaan masyarakat untuk menginap di luar rumah dengan kondisi tempat terbuka memberi peluang akan terpapar gigitan nyamuk tentu memberi peluang besar menderita malaria.

(32)

13

3

METODE

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Datar Luas, Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh (Gambar 2). Desa Datar Luas termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, dan terdiri atas tiga dusun, yaitu Dusun Subur, Dusun Damai, dan Dusun Makmur Jaya. Luas wilayah Desa Datar Luas mencapai 8 km² dengan batasan wilayah Desa sebagai berikut :

Sebelah barat : Desa Kabong Sebelah timur : Desa Monmata

Sebelah selatan : Desa Paya Seumantok Sebelah Utara : Desa Krueng Sabee

Penduduk Desa Datar Luas berjumlah 1.240 jiwa dengan 384 KK. Sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai buruh tambang emas, pedagang, dan sebagian kecil sebagai pegawai negeri sipil. Letak desa ini sekitar 10 km dari ibukota kabupaten, dan termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Krueng Sabee. Menurut data Puskesmas Krueng Sabee tahun 2010 dan 2011, Desa Datar Luas merupakan daerah endemis malaria.

(33)

14

Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 4 bulan sejak dari bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013. Penangkapan nyamuk dewasa dilakukan sebanyak empat malam setiap bulan dengan frekuensi satu minggu sekali. Pengamatan larva dan pengukuran karakteristik habitat dilakukan sebulan sekali dan hanya sekali pengukuran untuk setiap habitat, mengingat lokasinya yang berjauhan.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei eksploratif, yang terdiri atas beberapa kegiatan yaitu: 1) Penangkapan nyamuk Anopheles, 2) Pengamatan larva nyamuk, 3) Pengukuran karakteristik habitat, 4) Penandaan koordinat habitat, 5) Identifikasi Anopheles, 6) Wawancara dan observasi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat (kuesioner), 7) Pengumpulan data pendukung.

Penangkapan Nyamuk Anopheles spp

Penangkapan nyamuk dilakukan dengan metode human landing dan resting collection. Sebanyak tiga buah rumah dipilih dengan kriteria terdapat penghuni rumah positif parasit, atau dekat dengan habitat potensial larva Anopheles. Jumlah kolektor terdiri atas 6 orang, pada masing-masing rumah ditempatkan dua orang, satu orang di dalam rumah dan satu orang lainnya di halaman rumah. Penangkapan dimulai dari pukul 18.00 - 06.00 WIB dan dilakukan setiap jam dengan lama penangkapan 40 menit, serta 10 menit sisanya digunakan menangkap nyamuk yang istirahat (Gambar 3). Penangkapan nyamuk dilakukan dengan cara kolektor yang sekaligus sebagai umpan duduk dengan celana digulung sampai lutut. Apabila ada nyamuk hinggap segera ditangkap dengan menggunakan aspirator. Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam gelas kertas (paper cup) dan dibedakan menurut jam penangkapan dan untuk selanjutnya diidentifikasi (WHO 1995).

(34)

15

Identifikasi Nyamuk Anopheles spp.

Gambar 4 Identifikasi nyamuk Anopheles di bawah mikroskop

Nyamuk dewasa yang berhasil ditangkap dengan metode human landing dan resting collection serta larva yang dikumpulkan dari setiap tempat perkembangbiakan yang telah di pelihara hingga dewasa, dimatikan dengan kloroform, kemudian diidentifikasi di bawah mikroskop stereo. Identifikasi berdasarkan panduan buku Kunci Bergambar Nyamuk Anopheles Dewasa di Sumatera-Kalimantan (Depkes 2000) (Gambar 4) .

Pengumpulan Larva dan Karakteristik Habitat

Survei larva terdiri atas pengumpulan larva, pengukuran karakteristik dan penandaan titik koordinat habitat potensial larva Anopheles spp.

Pengumpulan larva

Larva dikumpulkan dengan menggunakan cidukan plastik bervolume 300 cc. Pencidukan dilakukan dengan frekuensi sepuluh kali untuk setiap habitat (Gambar 5). Larva yang didapatkan kemudian dimasukkan dalam kantong plastik, dan diberi label sesuai dengan habitatnya. Larva yang terkumpul kemudian dipindahkan ke dalam kandang nyamuk untuk dipelihara hingga menjadi dewasa agar mudah dilakukan identifikasi.

(35)

16

Pengukuran karakteristik habitat Anopheles spp

Karakteristik habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap jenis habitat, suhu air, salinitas air, pH air, kekeruhan air, arus air, luas habitat, kedalaman habitat, dasar habitat, keberadaan tanaman air dan predator larva.

1) Jenis habitat perkembangbiakan

Jenis habitat potensial perkembangbiakan Anopheles spp dibedakan berdasarkan tipe perairan yang ditemukan pada saat survei, yaitu bekas galian (kubangan), kolam, sumur, parit, rawa-rawa, dan kobakan pada permukaan tanah.

2) Suhu air

Suhu air diukur dengan menggunakan termometer air berbentuk batang dengan skala 0ºC-100ºC dengan cara dicelupkan ke dalam air habitat kurang lebih dua menit kemudian dibaca skalanya.

3) Salinitas air

Pengukuran salinitas menggunakan salinometer, dilakukan dengan cara melemparkan kabel pendeteksi ke badan air dan nilainya akan terbaca pada skala yang ada.

4) pH air

pH air diukur dengan menggunakan pH meter digital dengan kisaran pH 0-14. Alat ini dicelupkan pada sampel air kemudian akan terbaca hasilnya.

5) Kekeruhan air

Tingkat kekeruhan diketahui berdasarkan pengamatan secara visual berdasarkan klasifikasi jernih atau keruh.

6) Arus air

Arus air diketahui melalui pengamatan secara visual pada gerakan aliran air apakah mengalir atau tidak

7) Luas habitat

Luas habitat diukur dengan memperkirakan panjang, lebar, dan kelilingnya kemudian dihitung perkiraan luasnya (dalam m²)

8) Kedalaman habitat

Kedalaman air diukur dengan mencelupkan kayu, kemudian diukur bagian basahnya (cm) menggunakan alat meteran. Pengukuran dilakukan pada bagian tengah habitat, tetapi pada habitat yang luas dan dalam hanya dilakukan di bagian pinggirnya saja.

9) Dasar habitat

Dasar habitat diukur dengan mengambil contoh dasar air dengan menggunakan cidukan atau melalui pengamatan visual bila genangan air jernih kemudian diklasifikasikan menjadi dasar air berupa lumpur, pasir, kerikil, dan lain-lain.

10)Tanaman air

(36)

17 11)Predator larva

Keberadaan predator larva pada habitat Anopheles spp. diketahui melalui pengamatan visual. Predator larva dicatat dan dibedakan jenisnya yakni: 1) ikan, 2) berudu, 3) larva capung, 4) tidak ada predator.

Pemetaan habitat larva Anopheles spp

Penandaan titik koordinat larva nyamuk Anopheles spp menggunakan alat GPS (geographical positioning system) Garmin 60. Titik koordinat larva Anopheles spp diambil berdasarkan keberadaan larva pada habitat perkembangbiakan. Titik-titik koordinat tersebut kemudian ditransformasikan dalam peta digital lokasi penelitian.

Wawancara dan Observasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku Masyarakat (PSP)

Perhitungan nilai untuk menghitung pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) pada masyarakat di lokasi penelitian diperoleh melalui kuosioner (Lampiran 1). Kerangka sampel yang digunakan dalam penelitian adalah jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Datar Luas yang memiliki penderita malaria di rumahnya. Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

� = �1−∝�2

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

d² = Tingkat Kepercayaan yang diinginkan (0,05)

P = Proporsi jumlah penduduk yang terserang malaria (2,27%) Z1-α/2

Pengumpulan Data Pendukung

= Standar skor yang dikaitkan dengan taraf nyata yang diinginkan 1,96 (tabel distribusi normal)

Dari perhitungan tersebut diperoleh sampel sebanyak 32 KK yang menjadi responden, dan diambil secara acak. Pada waktu wawancara, jika KK tidak ada maka anggota keluarga yang berumur diatas 15 tahun bisa dijadikan sebagai responden. Metode pengacakan menggunakan program computer Microsoft excel.

(37)

18

Analisis Data Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Anopheles spp

Kepadatan nyamuk mengisap darah orang dinyatakan dalam satuan jumlah nyamuk yang tertangkap per orang per jam yang dikenal sebagai man hour density (MHD). Nilai MHD dirumuskan sebagai berikut :

���=

�����ℎ��������������������������������� ���������������������������������������

40

60� 12 ���������������

Kepadatan nyamuk Anopheles spp yang hinggap di badan per orang per malam dihitung berdasarkan nilai man biting rate (MBR). Nilai MBR dihitung berdasarkan jumlah nyamuk yang hinggap di badan per malam dibagi jumlah penangkap dikali waktu penangkapan (Depkes RI 1999).

���=

�����ℎ��������������������������������� �����������������

������������������

Keterangan :

MHD = Man hour density (Jumlah Anopheles hinggap di badan per orang per jam)

MBR = Man biting rate (Jumlah Anopheles hinggap di badan per orang per malam)

Flukt uasi MHD ditampilkan dalam bentuk grafik selama 12 jam (18.00-06.00 WIB). Nilai rata-rata MBR setiap bulan ditampilkan dalam bentuk tabel.

Kelimpahan Nisbi

Kelimpahan nisbi adalah perbandingan jumlah individu nyamuk Anopheles spesies tertentu terhadap total jumlah spesies nyamuk yang diperoleh, dan dinyatakan dalam persen.

�������ℎ�������=�������������������ℎ�������������������

����������ℎ�������������������������ℎ � 100%

Frekuensi Nyamuk Tertangkap

Frekuensi nyamuk tertangkap dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah penangkapan diperolehnya Anopheles spesies tertentu terhadap jumlah total penangkapan.

(38)

19

Dominansi Spesies (%)

Angka dominansi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan.

����������������=�������ℎ���������������������������

Karakteristik Habitat Larva Anopheles spp.

Data karakteristik habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik. Pengukuran kepadatan larva Anopheles spp dalam setiap jenis habitat dihitung dengan cara menjumlahkan larva Anopheles spp dibagi banyaknya cidukan.

�������������� (����������������ℎ������) =∑ ���������ℎ��������������� ∑ �������

Titik Koordinat Habitat Larva Anopheles spp.

Data titik koordinat habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp dianalisis dengan program computer Arcgis versi 9,1. Peta dasar yang digunakan adalah peta lokasi penelitian dari kantor BAPPEDA Aceh Jaya dan Peta dari situs Google Earth.

Hubungan MBR Anopheles spp dengan Kasus Malaria

Fluktuasi data kasus malaria ditampilkan selama 4 bulan dalam bentuk grafik, kemudian data tersebut dihubungkan dengan nilai MBR setiap bulan. Hubungan kedua variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi.

Hubungan MBR Anopheles spp dengan Curah Hujan

Data Indeks Curah Hujan (ICH) selama empat bulan (Oktober 2012-Desember 2013) dalam bentuk grafik, kemudian dihubungkan dengan kepadatan nyamuk (MBR). Hubungan kedua variable ini diuji dengan uji korelasi menggunakan program computer SPSS versi 13.0. Indeks Curah Hujan (ICH) dihitung berdasarkan rumus matematik :

���= ∑ ����ℎℎ���� (��)��������� ∑ ℎ���ℎ������������ ∑ ℎ��� (��������������)

Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP)

(39)

20

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman Nyamuk Anopheles spp.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis Anopheles di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee yang ditemukan dengan metode human landing dan resting collection serta dari habitat perkembangbiakan larva, terdiri atas tiga belas spesies, yaitu An. kochi (Gambar 6a), An. barbirostris (Gambar 6b), An. maculatus (Gambar 6c), An. letifer (Gambar 6d), An. teselatus (Gambar 6e), An. sinensis (Gambar 6f), An. vagus (Gambar 6g), An. separatus (Gambar 6h), An. sundaicus (Gambar 6i), An. minimus (Gambar 6j), An. subpictus (Gambar 6k), serta An. aconitus (Gambar 6l) dan An. barumbrosus (Gambar 6m). Dua spesies terakhir ditemukan dari habitat perkembangbiakan larva. Berdasarkan pengelompokkan Subgenus, Anopheles yang ditemukan lebih banyak termasuk ke dalam Subgenus Cellia dari pada Anopheles. An. kochi, An. maculatus, An. tesselatus, An. vagus, An. sundaicus, An. minimus, An. subpictus, dan An. aconitus merupakan Subgenus Cellia, sedangkan nyamuk dari Subgenus Anopheles adalah An. barbirostris dan An. barumbrosus (An. barbirostis grup), An. letifer dan An. separatus (An. umbrosus grup), An. sinensis (An. hyrcanus grup). Di antara tiga belas spesies tersebut terdapat An. barbirostris, An. maculatus, An. sinensis, An. subpictus, dan An. sundaicus yang telah dikonfirmasi sebagai vektor utama penyakit malaria di Provinsi Aceh (Dinkes. Prov. Aceh 2010).

a. An. kochi b. An. barbirostris c. An. maculatus

(40)

21

g. An. vagus h. An. separatus i. An. sundaicus

j. An. minimus k. An. subpictus l. An. aconitus

m. An. barumbrosus

Gambar 6 Keragaman jenis Anopheles di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari 2013

Keterangan: tanda panah merupakan ciri khas spesies Anopheles

An. kochi mempunyai ciri khas pada sternit abdomen ke dua sampai ke tujuh terdapat sikat-sikat yang terdiri dari sisik gelap, dan gelang-gelang pucat pada tarsi kaki belakang yang lebar, ada 4 gelang pucat pada palpi, femur dan tibia berbercak bintik-bintik pucat (Gambar 6a).

(41)

22

tiga atau kurang noda-noda pucat (Gambar 6b). An. maculatus mempunyai ciri khas palpi dengan gelang pucat yang lebar dan gelang pucat sempit, probosis seluruhnya gelap, sambungan tarsal 2, 3, dan 4 dengan gelang-gelang pucat lebar (Gambar 6c).

An. letifer mempunyai ciri khas palpi tanpa gelang-gelang pucat, bagian sternit ketujuh tanpa sikat dan mempunyai sisik gelap, tarsi kaki belakang dengan gelang pucat pada bagian pangkalnya (Gambar 6d), dan An. tesselatus mempunyai ciri khas sekurang-kurangnya ada 4 gelang pucat pada palpi, pada sternit abdomen yang ke dua sampai ke tujuh tidak terdapat sikat-sikat yang terdiri dari sisik gelap, gelang-gelang pucat pada tarsi kaki belakang sempit (Gambar 6e). Selain itu, An. sinensis juga mempunyai ciri khas palpi dengan gelang-gelang pucat, pada sternit abdomen ke tujuh terdiri atas sisik gelap, tarsi kaki belakang dengan gelang pucat yang sempit (Gambar 6f).

An. vagus mempunyai ciri khas ujung probosis terdapat sedikit bagian yang pucat, gelang pucat di ujung palpus panjangnya sekurang-kurangnya tiga kali panjang gelang gelap di bawahnya (Gambar 6g).

An. separatus mempunyai ciri khas costa dan urat I ada tiga atau kurang noda-noda pucat, palpi dengan gelang-gelang pucat, pada sternit abdomen ke tujuh tanpa sikat, dan segmen pada ujung palpi biasanya seluruhnya pucat (Gambar 6h). An. sundaicus mempunyai ciri khas palpi dengan tiga gelang pucat, kaki belakang dengan bercak-bercak pucat, dan pada urat I terdapat 2 bagian yang gelap, dibawahnya bagian yang gelap ditengah costa (Gambar 6i).

An. minimus mempunyai ciri khas probosis seluruhnya gelap, tarsi kaki depan tidak bergelang atau dengan gelang-gelang sempit, femur dan tibia tidak berbercak (Gambar 6j). An. subpictus mempunyai ciri khas probosis gelap seluruhnya, gelang pucat di ujung palpi kira-kira sama panjangnya dengan gelang gelap subapical, tarsi kaki depan dengan gelang lebar serta femur dan tibia tidak berbercak (Gambar 6k).

An. aconitus mempunyai ciri khas setengah dari ujung probosis pucat, femur dan tibia tidak berbercak, tarsus ke 5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap, pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat (Gambar 6l). An. barumbrosus mempunyai ciri pada bagian ventral dari sternit-sternit dari abdomen tanpa sisik putih, sternit abdomen segmen VII dengan sikat yang terdiri dari sisik gelap, serta palpi tanpa gelang-gelang pucat (Gambar 6m).

An. kochi merupakan jenis yang terbanyak jumlahnya, dan ditemukan secara teratur selama bulan November, Desember dan Januari, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. An. barbirostris dan An. minimus yang banyak ditemukan di luar rumah. Sedangkan An. sundaicus dan An. subpictus merupakan spesies yang paling sedikit ditemukan (Tabel 1).

(42)

23 Tabel 1 Keragaman jenis Anopheles yang tertangkap periode Oktober 2012-

Januari 2013 di Desa Datar Luas

Spesies Keterangan : DL= Dalam rumah , LR = Luar rumah

Jika dikaitkan dengan beberapa penemuan vektor Anopheles di daerah lain yang juga merupakan daerah endemis malaria terdapat beberapa spesies Anopheles yang sama. Barodjie et al. (2007) mendapatkan tujuh spesies Anopheles di Kabupaten Pekalongan yaitu An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. maculatus, dan An. vagus. Noor (2002) di Desa Sedayu Kabupaten Purworejo menemukan sepuluh spesies Anopheles yaitu An. aconitus, An. annularis, An. balabacensis, An. barbirostris, An. flavirostris, An. kochi, An. maculatus, An. minimus, An. subpictus dan An. vagus. Penangkapan nyamuk di Lampung Selatan dilaporkan menemukan sepuluh spesies Anopheles yaitu An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. indefinitus, An. kochi, An. minimus, An. subpictus, An. sundaicus, An. tesselatus, dan An. vagus, sedangkan di Purworejo ditemukan delapan spesies yaitu An. aconitus, An. annularis, An. balabacensis, An. barbirostris, An. flavirostris, An. maculatus, An. tesselatus, dan An. vagus (Syafruddin et al. 2010). Sumatri (2005) juga melaporkan di Pelabuhan Ratu terdapat enam spesies Anopheles yaitu An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris,An. maculatus, An. sundaicus, dan An. vagus.

Berdasarkan hasil penangkapan nyamuk selama empat bulan di Desa Datar Luas, nyamuk Anopheles paling banyak tertangkap di luar rumah dari pada di dalam rumah. Hal ini menunjukkan bahwa nyamuk Anopheles yang ada di desa ini lebih banyak mengisap darah manusia yang berada di luar rumah (eksofagik) dari pada di dalam rumah (endofagik).

(43)

24

menyukai tempat perkembangbiakan yang terlindung tanaman dan tidak terkena sinar matahari langsung. Kondisi ini juga ditemukan pada habitat perkembangbiakan An. kochi di Desa Datar Luas dikarenakan di daerah ini banyak sekali ditemukan areal perkebunan karet dan semak-semak, sehingga mendukung banyaknya An. kochi yang ditemukan. Idram et al. (2002) juga melaporkan di Mandailing Sumatera Utara An. kochi mempunyai sifat eksofagik dan telah terbukti menjadi vektor malaria.

Kelimpahan nisbi, frekuensi dan dominansi nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan landing collection di dalam rumah dan di luar rumah dapat dilihat pada Tabel 2. Dominansi Anopheles yang tertinggi adalah An. kochi (25,70) dengan frekuensi 0,56. An. barbirostris dan An. minimus mempunyai nilai dominansi yang sama yaitu 1,46 dengan frekuensi 0,18.

Amirullah (2012) melaporkan di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara bahwa An. kochi merupakan spesies yang memiliki dominansi tertinggi (93,86) dan paling banyak menyebar di ekosistem perkebunan. Tingginya dominansi spesies tersebut menunjukkan kemampuan An. kochi untuk beradaptasi yang spesifik terhadap lingkungan tempatnya untuk berkembangbiak.

Idram et al. (2002) melaporkan bahwa spesies Anopheles di Mandailing Natal Sumatera Utara adalah An. nigerrimus, An. sundaicus, dan An. kochi yang merupakan spesies yang paling dominan, sedangkan An. sinensis, An. umbrosus, An. separatus, An. lestiparaliae, An. barbirostris, An. tesselatus dan An. maculatus merupakan spesies yang tidak dominan. Sementara itu Noor (2002) menyatakan di Desa Sedayu Kabupaten Purworejo ditemukan An. aconitus, An. flavirostris, An. balabacensis, An. barbirostris, dan An. kochi merupakan spesies yang paling dominan. Hal ini berbeda dengan Anopheles di Desa Riau Silip Kabupaten Bangka yaitu An. letifer merupakan spesies yang dominan yang disusul oleh An. barbirostris (Suwardi 2012).

Keragaman Anopheles yang tertangkap di Desa Datar Luas memiliki keragaman yang tidak jauh berbeda dengan nyamuk Anopheles yang tertangkap di Kabupaten Jepara Jawa Tengah yaitu An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. indefinitus, An. kochi, An. maculatus, An. minimus, An. subpictus, An. tesselatus dan An. vagus dengan nilai dominansi tertinggi dimiliki oleh An. aconitus yang mengisap darah orang baik di dalam maupun di luar rumah, sedangkan An. maculatus dan An. subpictus tidak ditemukan mengisap darah. (Barodji et al. 1992). Di Desa Pinamula Kecamatan Momunu Kabupaten Buol Sulawesi Tengah Chadijah et al. (2010) menyatakan nyamuk An. barbirostris merupakan spesies yang paling dominan, kemudian diikuti An. tesselatus, An. vagus, An. peditaeniatus, An. kochi, An. sinensis dan An. montanus.

Gambar

Tabel
Gambar 2  Lokasi penelitian di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee   Sumber : Google Eart
Gambar 5  Pengumpulan larva Anopheles
Gambar 6  Keragaman jenis Anopheles di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Jum at Tanggal Dua Puluh Enam Bulan Juli Tahun Dua Ribu Tiga Belas , kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan tahun 2013

Hasil uji paired t-test pada masing-masing kelompok uji dan kontrol menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi (p=0,001 dan

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis saya yang berjudul “Pengaruh Kesiapan Berubah terhadap Semangat Kerja pada Pekerja Perkebunan”

RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo adalah Instalasi Pemerintah Mojokerto yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan yang berdiri dan diresmikan pada Desember

Nomor 9/6/PBI/2007 Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/6/PBI/2007 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umpamanya di inggris digunakan masa ulang 2 tahun untuk sebagian besar saluran drainase, masa ulang 5 tahun diterapkan pada daerah yang mudah diserang banjir dan masa ulang 10

H6:Teknologi layanan mandiri yang terdiri dari dimensi kemudahan penggunaan, keandalan, efisiensi, kenyamanan, keamanan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap

LAR, APB dan FBIR secara parsial memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa. BOPO secara parsial