• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Interoperabilitas Berbasis Open Archive Initiative Protocol For Metadata Harvesting: Studi Kasus Pada Perpustakaan Institut Pertanian Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kelayakan Interoperabilitas Berbasis Open Archive Initiative Protocol For Metadata Harvesting: Studi Kasus Pada Perpustakaan Institut Pertanian Bogor"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN INTEROPERABILITAS BERBASIS

OPEN ARCHIVE INITIATIVE PROTOCOL FOR METADATA

HARVESTING: STUDI KASUS PADA PERPUSTAKAAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MUHAMMAD FADHLI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul Studi Kelayakan Interoperabilitas Berbasis Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting: Studi Kasus Pada Perpustakaan Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)

RINGKASAN

MUHAMMAD FADHLI. Studi Kelayakan Interoperabilitas Berbasis Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting: Studi Kasus pada Perpustakaan Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan HERU SUKOCO dan ABDUL RAHMAN SALEH.

Mengatasi masalah kelangkaan sumber data dan informasi sejumlah insitusi kemudian mengadakan kerjasama dalam bentuk pertukaran koleksi baik berupa metadata maupun resources dari informasi itu sendiri. Salah satu bentuk kerjasama tersebut adalah Garba Rujukan Digital (GARUDA).

Interoperabilitas merupakan kemampuan dua atau lebih sistem untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dan informasi dengan efektif dengan menggunakan suatu metode tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut OAI-PMH merupakan salah satu dari sekian protokol yang banyak diterapkan oleh perpustakaan dan institusi lainnya sehubungan kegiatan pertukaran data dan informasi.

Masalah utama dalam mengembangkan interopabilitas sistem informasi perpustakaan digital adalah standarisasi. Standarisasi bertujuan untuk meminimalisir berbagai kendala terkait dengan pelaksanaan interopabilitas antar perpustakaan digital, seperti format permintaan dan respon protokol, format metadata yang digunakan dan, format dokumen XML. Setidaknya perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem informasi Perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB) terutama dalam hal kekonsistenan Perpustakaan IPB dalam menyelenggarakan protokol OAI-PMH. Diharapkan hasil evaluasi studi kelayakan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan sistem informasi perpustakaan digital yang handal.

Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2013 hingga Januari 2014 yang berlokasi di Perpustakaan IPB. Pemilihan Perpustakaan IPB sebagai lokasi penelitian didasarkan atas IPB merupakan salah satu universitas riset dengan kompetensi utama dalam bidang tropika dan biosains yang seharusnya dapat menjadi pusat rujukan dalam pengembangan bidang tropika dan biosains di Indonesia.

(4)

pengembangan interoperabilitas sistem informasi perpustakaan digital berbasis standar protokol OAI-PMH.

Pada proses pengumpulan data awal didapatkan informasi bahwa Perpustakaan IPB secara teknis telah menerapkan protokol OAI-PMH dimana protokol tersebut dikembangkan oleh DIDSI dan bukan oleh perpustakaan. Selain hal tersebut Perpustakaan IPB hingga kini belum pernah melakukan kegiatan metadata harvesting meskipun sebenarnya secara infrastruktur perpustakaan IPB telah sangat siap dan juga protokol OAI-PMH sendiri telah berjalan.

Hasil penelitian terhadap tiga indikator utama penilaian yaitu, standar protokol repositori umum mendapat penilaian 60%, namun untuk standar protokol repositori statis dan aspek legal belum diterapkan pada Perpustakaan IPB.

Hasil penilaian tersebut membuktikan bahwa perpustakaan IPB telah layak dalam mengembangkan interoperabilitas sistem informasi perpustakaan digital berbasis standar protokol OAI-PMH dan merekomendasikan untuk segera melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada seperti, membuat kebijakan pengelolaan perpustakaan digital dan pengelolaan protokol OAI-PMH yang didalamnya termasuk pada pengelolaan konten, manajemen organisasi, format metadata, SOP, anggaran, infrastruktur, meningkatkan kualitas SDM, dan promosi layanan harvesting sehingga pelayanan data dan informasi kepada pengguna semakin maksimal.

(5)

SUMMARY

MUHAMMAD FADHLI. Feasibility Study based on Interoperability Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting: Case Study at Bogor Agricultural University Library. Supervised by HERU SUKOCO and ABDUL RAHMAN SALEH

To overcome the scarcity of data and information resources, several institutions held a cooperative event on metadata format and the information exchange. One example of the collaboration is Garba Rujukan Digital (GARUDA). GARUDA is a portal which provides access to information to counter plagiarism and to encourage research collaborations, increasing the quality of research.

Interoperability is the ability of more than two systems to communicate and exchange data effectively, using a particular method. OAI-PMH is one of several protocols on data and information exchange processes that can be applied in most libraries and other institutions.

The major problem in developing the interoperability of digital library information systems is standardization. Standardization aims to minimize several constraints in the interoperability implementation within digital libraries such as requested formats and protocol response, standard metadata formats and XML document. Therefore, the information system in the Bogor Agricultural University Library (IPB Library) should be evaluated specifically for its consistency in applying the OAI-PMH protocol. Evaluation and feasibility studies can develop a reliable digital library information system.

The research was conducted from July 2013 to January 2014 in the IPB Library. The IPB Library was chosen because IPB of its research in Tropical and Bioscience subjects, and can serve as a reference centre in developing Tropical and Bioscience in Indonesia.

Data collection consisted of unstructured interviews with the librarian, Directorate of Integration of Data and Information Systems (DIDSI) staff, as well as observation of the related documents in the digital library, analysing the digital repository of IPB Library and OAI-PMH protocol of IPB Library. Data analysis was conducted by comparing three standard elements of OAI-PMH protocol and ten supporting elements of the standard condition of IPB Library. Collected data was analyzed and used to determine the level of feasibility and formulate recommendations to develop the interoperability digital library information system based on OAI-PMH protocol standard.

Early data collected found that the IPB Library already applies OAI-PMH protocol which was developed by DIDSI, not by the library. Until now, the IPB Library has never conducted metadata harvesting, although the IPB Library is more than ready to start harvesting and OAI-PMH protocol is already running.

(6)

static repository and legal aspect, therefore they got 0% assessment compare to OAI-PMH protocol standard.

The assessment proved that the IPB Library is already eligible to develop the interoperability digital library information system based on OAI-PMH protocol standard and is recommended to complete the shortages such as creating the policy of digital library and OAI-PMH.

(7)

©

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)

STUDI KELAYAKAN INTEROPERABILITAS BERBASIS

OPEN ARCHIVE INITIATIVE PROTOCOL FOR METADATA

HARVESTING: STUDI KASUS PADA PERPUSTAKAAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MUHAMMAD FADHLI

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Adapun tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai Januari 2014 ini ialah interoperabilitas, dengan judul Studi Kelayakan Interoperabilitas Berbasis Open Archive Initiative Protocol For Metadata Harvesting: Studi Kasus Pada Perpustakaan Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Heru Sukoco, SSi MT dan Bapak Ir Abdul Rahman Saleh, MSc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Setyo Edi dari Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, Bapak Firman Ardiansyah, SKom MSi selaku penguji luar komisi pembimbing, ketua program studi Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan Bapak Aziz Kustiyo, SSi MKom, serta seluruh staf Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, yang telah banyak membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, Ayah, serta seluruh keluarga,

atas do’a dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S2 ini.

Bogor, Februari 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang Masalah 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Repositori Digital 6

Interoperabilitas 6

OAI-PMH (Open Archives Initiative Protocol for Metadata Harvesting) 7

Format Metadata 9

MARC 11

Dublin Core 12

Perpustakaan Institut Pertanian Bogor 14

Penelitian Terdahulu 16

3 METODE PENELITIAN 19

Kerangka Pemikiran 19

Pendekatan 20

Kerangka Penelitian 20

Responden 20

Teknik Pengumpulan Data 21

Instrumen Penelitian 21

Pengumpulan Data Awal 23

Teknik Analisis Data 24

Waktu dan Lokasi Penelitian 24

4HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Pengumpulan Data Awal 25

(13)

Indikator Kondisi Ideal Elemen Perpustakaan Digital Berbasis Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting 26

Indikator kondisi Ideal Dokumen XML 27

Indikator Kondisi Ideal Elemen Format Metadata Dublin Core 28 Indikator Kondisi Ideal Visibilitas Layanan Harvesting Repositori

Perpustakaan IPB 29

Indikator Kondisi Ideal Anggaran Perpustakaan 29 Indikator Kondisi Ideal Infrastruktur Perpustakaan 30 Indikator Kondisi Ideal Koleksi Digital Perpustakaan 31 Indikator Kondisi Ideal Format Metadata 32 Indikator Kondisi Ideal Sumber Daya Manusia (SDM) Perpustakaan 33 Indikator Kondisi Ideal Kebijakan Perpustakaan Terhadap Protokol

OAI-PMH 33

Instrumen Penelitian 34

Wawancara dan Analisis Hasil Wawancara Kondisi Objektif Elemen Dasar Interopabilitas Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Standar Protokol

OAI-PMH 34

Kondisi Objektif Protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB 35 Kondisi Objektif Protokol OAI-PMH Repositori Statis Perpustakaan

IPB 39

Kondisi Objektif Aspek Legal Protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB 40 Kondisi Objektif Format Metadata Dublin Core Perpustakaan IPB 43 Kondisi Objektif Koleksi Digital Perpustakaan IPB 44 Kondisi Objektif Visibilitas Layanan Harvesting Repositori IPB 45 Kondisi Objektif Anggaran Perpustakaan IPB 46 Kondisi Objektif Infrastruktur Perpustakaan IPB 47 Kondisi Objektif Format Metadata Perpustakaan IPB 49 Kondisi Objektif Sumber Daya Manusia (SDM) Perpustakaan IPB 49 Kondisi Objektif Kebijakan Perpustakaan IPB Terhadap

Protokol OAI-PMH 50

Rekapitulasi Rekapitulasi Kondisi Objektif Standar Kelayakan

Interoperabilitas Perpustakaan IPB 51

5 SIMPULAN DAN SARAN 55

(14)

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 61

(15)

DAFTAR TABEL

1 Enam request protokol OAI-PMH 9

2 Struktur format IndoMARC dan cantumannya 11 3 Pemetaan metadata antara MARC dan Dublin Core Unqualified 13

(16)

DAFTAR GAMBAR

1 Proses validasi dokumen XML 14

2 Tahapan penelitian 23

3 Rekapitulasi kondisi objektif standar kelayakan

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil penilaian kondisi objektif protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB 61 2 Hasil penilaian kondisi objektif protokol OAI-PMH repositori

statis Perpustakaan IPB 68

3 Hasil penilaian kondisi objektif aspek legal

protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB 71

4 Kondisi objektif SOP Perpustakaan IPB 73

5 Kondisi objektif format metadata Dublin Core Perpustakaan IPB 74 6 Kondisi objektif visibilitas layanan Harvesting Perpustakaan IPB 75 7 Kondisi objektif anggaran Perpustakaan IPB 76 8 Kondisi objektif infrastruktur Perpustakaan IPB 77 9 Kondisi objektif koleksi digital Perpustakaan IPB 78 10 Kondisi objektif format berkas koleksi digital Perpustakaan IPB 79 11 Kondisi objektif jumlah koleksi Perpustakaan IPB tahun 2013 80 12 Kondisi objektif format metadata Perpustakaan IPB 81

13 Kondisi objektif SDM Perpustakaan IPB 82

14 Kondisi objektif kebijakan Perpustakaan IPB

terhadap protokol OAI-PMH 83

15 SOP digitalisasi bahan pustaka pustaka digital Perpustakaan IPB 84 16 SOP penanganan dokumen digital Perpustakaan IPB dan

alur kerja penanganan dokumen digital 88

17 Daftar responden penelitian 90

18 Surat keterangan unggah karya ilmiah Universitas Kristen Satya Wacana 91 19 Contoh deskripsi record protokol OAI-PMH 92

20 Contoh selective harvesting 94

21 Contoh metode GET dan POST 95

22 Contoh format respon XML 96

(18)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Repositori digital merupakan salah satu konsep dalam era digital yang dapat berfungsi sebagai media penyimpanan, pengelolaan, serta pendistribusian informasi, baik dalam bentuk metadata record maupun sumber asli informasi itu sendiri. Pemanfaatan repositori digital sendiri merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh institusi akademik dalam memenuhi kebutuhan sumber informasi pengguna. Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya aktivitas akademik, menyebabkan suatu institusi kesulitan untuk dapat menyediakan data dan informasi yang relevan dengan kebutuhan informasi pengguna saat itu juga.

Mengatasi hal tersebut maka sejumlah institusi akademik yang diwakili oleh perpustakaan kemudian menjalin kerja sama dalam bentuk pertukaran informasi berupa metadata record dan bentuk asli dari informasi itu sendiri (resource) dengan memanfaatkan teknologi informasi. Salah satu bentuk kerjasama tersebut adalah Garba Rujukan Digital (GARUDA). GARUDA merupakan portal yang mempunyai fungsi dan tujuan yaitu menyediakan akses informasi kepada pengguna umum, mencegah terjadinya plagiarisme, mendorong kolaborasi penelitian demi meningkatkan kualitas hasil penelitian, sebagai suatu metode dalam mendistribusikan data dan informasi secara efektif dan efisien. Menurut Purwoko (2011) sebagai suatu portal GARUDA mempunyai beberapa tujuan yang berkaitan dengan interoperabilitas. GARUDA sendiri dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DEPDIKNAS DP2M) bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah–Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI) sebagian besar dari anggotanya merupakan perpustakaan perguruan tinggi, BPS (Badan Pusat Statistik), Badan Standardisasi Nasional (BSN), Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DIRJEN HAKI) dan, PDII-LIPI. Anggota dari portal GARUDA berfungsi sebagai kontributor konten yang dapat diakses oleh anggota lainnya dengan menggunakan fungsi dari protokol Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH). GARUDA sendiri memiliki dua mekanisme penyerahan metadata (garuda.dikti.go.id), di antaranya:

1. Menggunakan protokol OAI-PMH.

2. Menggunakan file Microsoft Excel yang berisi cantuman dari masing-masing perpustakaan yang bersangkutan.

(19)

menggunakan format metadata Dublin Core yang berfungsi untuk mendeskripsikan koleksi dari masing-masing anggota. Pada tingkat internasional Perpustakaan IPB juga tergabung dalam beberapa komunitas perpustakaan/repositori digital seperti, Registry of Open Access Repositories (ROAR) yang beralamatkan pada http://roar.eprints.org/, Directory of Open Access Repositories (OpenDOAR) yang beralamatkan pada http://www.opendoar.org/, dimana dari dua komunitas tersebut juga menggunakan protokol OAI-PMH dalam menghimpun data/informasi dari dan ke suatu server.

Secara teknis untuk dapat saling bekerja sama setidaknya dibutuhkan suatu standar protokol yang telah disepakati secara bersama sehingga antara perpustakaan satu dengan yang lainnya dapat melakukan pertukaran cantuman metadata dan publikasi digital (resource). Bentuk kerja sama tersebut lazim diistilahkan sebagai interoperabilitas sistem informasi perpustakaan digital. Sehubungan dengan hal tersebut OAI-PMH merupakan protokol yang populer dan banyak diterapkan oleh sejumlah perpustakaan digital (Wibowo dan Lim 2011). Protokol OAI-PMH sendiri hadir dalam rangka untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan bertukar data dan informasi antar sistem informasi perpustakaan digital. Walaupun pada dasarnya pertukaran data dan informasi dapat dilakukan dengan cara mengekstrak metadata kedalam suatu file semisal Microsoft Excel namun, dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga dan efektifitas pelyanan informasi kepada pengguna sebagai akibat dari ledakan informasi maka setidaknya saat ini suatu perpustakaan perlu menerapkan protokol OAI-PMH.

Berbagai masalah dihadapi dalam upaya mengembangkan interopabilitas sistem informasi perpustakaan digital seperti, belum adanya komitmen, kebijakan dan peraturan tertulis pada level stakeholders dalam mengembangkan kerjasama antar dua sistem informasi perpustakaan digital, sebagian besar dari tingakatan manajerial belum secara pasti mengetahui konsep aplikasi teknologi informasi pada perpustakaan digital sehingga berakibat pada rendahnya penerapan dan penggunaan teknologi informasi dalam mendukung kerjasama antara dua sistem informasi, duplikasi data, lemahnya kepercayaan antar satuan kerja dan antar instansi, data yang masih tersebar, sistem informasi perpustakaan digital yang dikembangkan saat ini umumnya belum mengacu kepada standar terbuka sehingga mengakibatkan antara sistem informasi perpustakaan satu dengan yang lainnya saling berjalan sendiri-sendiri yang juga mengakibatkan ketidakcocokan beberapa perangkat teknologi informasi pada sistem informasi perpustakaan digital sehingga tidak memungkinkan suatu sumber daya dapat digunakan secara bersama.

Di antara sekian masalah yang telah disebutkan sebelumnya, masalah utama dalam mengembangkan interopabilitas sistem informasi perpustakaan digital adalah masalah standarisasi. Standarisasi bertujuan untuk meminimalisir berbagai kendala terkait dengan pelaksanaan interoperabilitas antar perpustakaan digital, seperti format permintaan dan respon protokol, format metadata apa yang akan digunakan, format dokumen XML. Standarisasi tersebut bertujuan untuk memastikan seluruh komponen telah diterapkan, baik yang bersifat optional (dapat memilih) maupun yang bersifat mandatory (wajib) sehingga, kegiatan kerjasama pertukaran data dan informasi antar perpustakaan digital dapat berjalan dengan lancar.

(20)

akademika, peneliti serta, masyarakat umum. Pelayanan informasi yang dilakukan oleh Perpustakaan IPB merupakan salah satu bentuk dukungan dalam rangka mewujudkan IPB menjadi universitas riset kelas dunia dengan kompetensi utama pada bidang pertanian tropika dan biosains serta berkarakter kewirausahaan. Kehadiran Perpustakaan IPB juga ditujukan untuk mengembangkan sistem kearsipan dalam rangka mewujudkan terbentuknya pusat arsip sehingga segala data dan informasi mengenai IPB dapat terkelola dengan baik sehingga dikemudian hari dapat ditemukan kembali dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Berangkat dari beberapa masalah dalam mengembangkan interoperabilitas sistem perpustakaan digital maka setidaknya perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem informasi pada Perpustakaan IPB terutama terhadap kekonsistenan Perpustakaan IPB dalam menyelenggarakan protokol OAI-PMH. Diharapkan dengan adanya evaluasi studi kelayakan tersebut hasilnya dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengembangkan sistem informasi perpustakaan digital yang handal sehingga, pertukaran informasi antar perpustakaan digital dapat berlangsung dengan tanpa hambatan serta kebutuhan informasi pengguna di masa depan dapat terpenuhi dalam rangka meningkatkan daya saing pelayanan jasa dan memberdayakan sumber daya yang ada.

Perumusan Masalah

(21)

TujuanPenelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Menganalisis penerapan protokol OAI-PMH, seperti standar operasional baku, dan manfaat protokol OAI-PMH bagi Perpustakaan IPB

2. Menganalisis kondisi interoperabilitas Perpustakaan IPB terhadap sistem informasi perpustakaan digital lain sesuai dengan standar yang ada

3. Menghasilkan saran dan rekomendasi kepada Perpustakaan IPB sehubungan dengan penerapan protokol OAI-PMH.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan pengembangan interoperabilitas sistem informasi Perpustakaan IPB dalam skala nasional maupun internasional sesuai dengan standar OAI-PMH, dan juga sebagai bahan pertimbangan terhadap strategi untuk meningkatkan jumlah sumber informasi baik dalam bentuk metadata maupun bentuk asli dari data dan informasi tersebut sehingga sumber informasi bagi pengguna perpustakaan dapat terpenuhi.

Manfaat akademik

Penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan perpustakaan digital yaitu dalam hal interopabilitas/kerjasama sistem informasi perpustakaan digital baik secara teknis maupun non-teknis.

Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pengembangan perpustakaan digital terutama dalam hal segi interopabilitas/kerjasama sistem informasi perpustakaan digital baik secara teknis maupun non-teknis. Selain hal tersebut penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan pengembangan interoperabilitas sistem informasi Perpustakaan IPB dalam skala nasional maupun internasional sesuai dengan standar OAI-PMH serta, sebagai bahan pertimbangan terhadap strategi untuk meningkatkan jumlah sumber informasi baik dalam bentuk metadata maupun

(22)

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aspek yang akan dianalisis adalah komponen protokol OAI-PMH yang meliputi standar protokol OAI-PMH repositori umum, standar protokol OAI-PMH repositori statis, aspek legal protokol OAI-PMH serta, untuk mendukung terhadap tiga indikator utama tersebut maka pada penelitian ini menyertakan sepuluh indikator lain yang akan turut dinilai untuk memperkuat hasil penelitian. 2. Studi kelayakan dilakukan dengan cara membandingkan kondisi objektif

protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB kepada standar protokol OAI-PMH. 3. Studi kelayakan dilakukan terhadap tata kelola penyelenggaraan protokol

(23)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Repositori Digital

Menurut Wibowo dan Lim (2011) repositori digital (digital repository) merupakan suatu gudang penyimpanan file-file digital yang kemudian dibagikan kepada pengguna lokal, maupun pengguna umum yang diakses melalui jaringan internet. Lazimnya pada perpustakaan perguruan tinggi terdapat suatu simpanan kelembagaan atau yang lebih umum dikenal sebagai repositori institusi (institutional repository) yang merupakan suatu tempat atau wadah yang berfungsi sebagai media penyimpanan, pengelolaan dan, pengaksesan berbagai jenis karya yang diperoleh dari menghimpun dengan tujuan untuk melestarikan hasil karya intelektual suatu organisasi tersebut yang lazimnya merupakan output dari institusi tersebut yang dapat terdiri dari disertasi, tesis, skripsi, karya ilmiah, jurnal, hasil penelitian, makalah, buletin, majalah, prosiding digital. Keberadaan repositori digital begitu sangat penting untuk dimiliki oleh suatu universitas yang lazimnya dikelola oleh perpustakaan Sebagian para ahli berpendapat bahwa repositori digital merupakan jantung utama dari sebuah perpustakaan digital itu sendiri.

Mengetahui fungsi dan manfaat dari repositori digital bagi kegiatan institusi maka pemilihan sistem repositori digital merupakan suatu proses yang terstruktur dengan mempertimbangkan kebijakan institusional, karakteristik pengguna, jenis koleksi, infrastruktur teknologi, jenis perangkat lunak, sumber daya manusia serta kebermanfaatannya bagi institusi dan juga pengguna dimasa sekarang ataupun dimasa yang akan datang (Rieger 2007). Menurut Westell (2006) terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk menilai kualitas suatu repositori digital seperti, mandat/kebijakan, integrasi dengan perencanaan, model pendanaan, hubungan dengan lembaga induk, interoperabilitas, promosi, strategi pelestarian serta, evaluasi/audit.

Interoperabilitas

Menurut Taylor dalam Chan dan Zeng (2006), interoperabilitas didefinisikan sebagai “the compatibility of two or more systems such that they can exchange

information and data and can use the exchanged information and data without any special manipulation." Sedangkan menurut Johnson dalam Bhat (2010),

interoperability is the ability of the repository system to provide access to its content through multiple search engines and other data discovery tools.”

(24)

organisasi. Menurut Pendit dalam Lukman et al (2011) terdapat beberapa kategori interoperabilitas, di antaranya adalah:

1. Technical interoperability: Penggunaan standar komunikasi, pemindaian, penyimpanan, dan penyajian data digital

2. Semantic interoperability: Standar penggunaan istilah dalam pengindeksan dan temu kembali informasi

3. Political/human interoperability: Keputusan untuk berbagi dan bekerja sama 4. Intercommunity interoperability: Kesepakatan untuk berhimpun antar institusi

dan beragam disiplin ilmu

5. Legal interoperability: Peraturan dan perundangan tentang akses ke koleksi digital, termasuk segala hal menyangkut hak intelektual

6. International interoperability: Standar yang memungkinkan kerjasama internasional

Protokol jaringan secara resmi didefinisikan sebagai seperangkat aturan, konvensi dan struktur data yang digunakan oleh perangkat jaringan untuk dapat berkomunikasi antara satu sama lain. Penggunaan protokol dalam jaringan itu dimaksudkan untuk memberikan keamanan, kecepatan transfer, dan menghindari kesalahan dalam pengiriman paket data antara dua perangkat komunikasi. Protokol juga dapat diimplementasikan pada hardware, firmware, software atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Mauri 2009).

Open Archives Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH)

(25)

Menurut PMH (2008), terdapat 2 komponen utama dalam protokol OAI-PMH, yaitu:

1. Data provider (Penyedia data) dan, 2. Service provider (Penyedia layanan).

Data provider merupakan pihak yang berperan dalam menyediakan data yang dimilikinya agar dapat diakses oleh service provider, selanjutnya service provider

merupakan pihak yang kemudian mengambil data pada data provider secara reguler dan kemudian disimpan pada repositori lokal. OAI-PMH sendiri menggunakan model arsitektur distributed (terbagi) dan harvest (panen). Arsitektur terdistribusi bermakna bahwa setiap perpustakaan yang terhubung dalam suatu jaringan saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Menggunakan model terdistribusi, beban kerja pencarian tidak dipusatkan dan dapat meminimalisasi bottleneck di salah satu titik sehingga, dengan menggunakan model ini setiap perpustakaan memiliki hak penuh terhadap data yang dimilikinya dan, berhak menentukan sendiri data apa saja yang akan diberikan kepada pihak lain (Aji dan Wibowo 2008). Menurut Mustafa (2011) model terdistribusi/terbagi bermakna bahwa metadata dan konten tetap disimpan di repositori masing-masing secara terpisah, dan pengguna akhir yang mencari informasi melalui portal pusat dapat berintegrasi secara langsung dengan repositori yang terpisah-pisah tersebut sedangkan model memanen didefinisikan sebagai metadata dan berkas, dikumpulkan ke pusat oleh

service provider secara berkala melalui mekanisme ditarik (pull mechanism). Menurut Mustafa dan Raharjo (2011), pengguna akhir yang menelusur informasi memerlukan informasi lebih detail dapat dilanjutkan kepada repositori sumber dari informasi tersebut berada.

Verb atau perintah dasar pada protokol OAI-PMH digunakan oleh service provider untuk mengambil data dari data provider. Verb yang umum digunakan dalam pengambilan data seperti ListRecord dan GetRecord. ListRecord digunakan untuk mengambil sejumlah dokumen sesuai parameter yang diberikan, sementara

GetRecord digunakan untuk mengambil dokumen tunggal sesuai dengan identifier

yang diminta (Aji dan Wibowo 2008).

Terdapat enam request protokol OAI-PMH yang dapat digunakan oleh

service provider untuk memanen data dari data provider tersaji pada Tabel 1 Menurut Muharto (2002) proses harvesting metadata terjadi ketika protokol

request GetRecords atau ListRecords dikirim. Hasil dari request tersebut akan mengembalikan record yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Header, terdiri dari dua bagian:

a. Sebuah identifier unik: Merupakan serangkaian key yang digunakan untuk mengekstrak metadata dari provider

b. Datestamp: Waktu ketika sebuah data diciptakan, dihapus, atau dimodifikasi 2. Metadata, yang berisikan elemen-elemen Dublin Core tanpa kualifikasi. Bagian

elemen root-nya memiliki 3 atribut

(26)

c. XSI: SchemaLocation : Gabungan dari namespace URI dan skema XML URL yang berfungsi sebagai validasi metadata

3. Optional yang berisikan ketentuan atau kebijakan dalam menggunakan bagian metadata dari suatu record.

Tabel 1 Enam request protokol OAI-PMH

Protocol Requests Protocol Responses

Identify Memberi informasi tentang data provider, termasuk

administrasi, kebijakan, Administrator server dan lain-lain.

ListMetadataFormats Memberi informasi tentang format metadata yang

didukung oleh suatu data provider.

ListIdentfiers Memberi informasi tentang identifier-identifier

metadata yang dapat dipanen melalui perintah

GetRecords.

GetRecords Proses harvest metadata

Meminta metadata yang diinginkan oleh service provider berdasarkan identifier-nya.

Identifier metadata bersifat unik yang berfungsi sebagai key (kunci) pengekstrak record di data provider.

ListRecords Proses harvest metadata

Meminta seluruh metadata berdasarkan datestamp

(penanggalan data) dan set (pengelompokan data).

ListSets Memberi Informasi mengenai pengelompokan data

(set).

Format Metadata

Menurut Taylor dan Joudrey dalam Saleh (2013) metadata adalah “data about data” (data mengenai data). Lebih lanjut Saleh (2013), menyebutkan bahwa

metadata mengandung informasi mengenai isi dari suatu data yang dipakai untuk keperluan manajemen file/data itu nantinya dalam suatu database. Jika data tersebut dalam bentuk teks, metadatanya biasanya berupa keterangan mengenai nama ruas (field), panjang ruas, dan tipe ruas: integer, character, date. Pada koleksi/dokumen berupa gambar (image), metadata mengandung informasi mengenai creator, kapan pemotretannya, konfigurasi kamera pada saat dilakukan kegiatan pemotretan tersebut, metadatanya adalah nama-nama file, tipe file, dan nama pengelola (administrator) dari file-file tersebut.

Munculnya internet menyebabkan media pertukaran informasi tidak terbatas pada bentuk fisik/tercetak saja melainkan telah berkembang pesat menuju format digital sehingga dengan mengaplikasikan berbagai format metatada antara database

(27)

proses temu kembali informasi, hal ini tidak lepas dari peran metadata sebagai deskriptor terhadap suatu dokumen dan metadata juga berfungsi dalam kegiatan perawatan dan distribusi. Sulistyo-Basuki (2000), mengungkapkan bahwa metadata memungkinkan pemakai untuk menentukan:

1. Ketersediaan informasi, seperti eksistensi objek informasi, ketersediannya, lokasi dan kesamaan informasi tersebut.

2. Kegunaan informasi, seperti keaslian serta kualitas informasi tersebut.

Menurut Pendit dalam Husna (2011) setiap skema metadata pada dasarnya berisi kesepakatan tentang cara mengelola data, dan didalam tata cara ini terdapat 3 komponen utama, yaitu:

1. Metadata deskriptif

Merupakan tata cara untuk menggambarkan sebuah entitas berupa dokumen atau objek digital sedemikian rupa sehingga deskripsi ini mewakili entitas yang bersangkutan dalam sebuah sistem penyimpanan dan penemuan kembali. Umumnya tata cara pembuatan dan pengisian metadata deskriptif mengikuti atau mengembangkan tata cara yang sudah lama sekali digunakan dibidang perpustakaan untuk deskripsi bibliografi misalnya, tata cara dalam hal informasi tentang pengarang, judul, tahun terbit, tajuk subjek atau kata kunci dan informasi lain yang lazimnya dicatat dalam proses pengatalogan tradisional

2. Metadata administratif

Metadata administratif menyangkut pengelolaan data sebagai bagian dari kepemilikan atau koleksi sebuah institusi informasi. Metadata administratif berkaitan dengan pengelolaan sumber daya informasi dalam konteks penciptaan, pemeliharaan, kepemilikan, dan hak akses serta hak pemakaiannya. Metadata ini juga sangat penting dalam pengelolaan objek digital untuk keperluan penyimpanan jangka panjang serta pengarsipan.

3. Metadata struktural

Suatu dokumen atau sumber daya informasi digital memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari yang konvensional, walaupun kandungan informasi di kedua format berbeda ini memiliki struktur penyajian yang sama. Metadata struktural adalah metadata yang dapat digunakan untuk mencatat dan merekam karakteristik suatu objek digital sedemikian rupa sehingga secara teknis objek tersebut dapat digunakan dengan urut.

Terdapat beberapa macam standar metadata yang ada pada saat ini, seperti yang diungkapkan oleh Sulistyo-Basuki (2000) yaitu, Machine Readable Cataloging (MARC) yang kemudian terbagi lagi ke dalam berbagai versi seperti USMARC, UNIMARC, INDOMARC, Standard Generalized Markup Language

(28)

MARC

Machine Readable Cataloging (MARC) adalah standar dalam pembuatan, penyimpanan dan pertukaran data bibliografi serta temu kembali informasi dalam katalog terbacakan mesin di perpustakaan (Suharyanto 2012). Format IndoMARC merupakan standar metadata bagi pemasukan data katalog seacara terautomasi sehingga dapat mempermudah pertukaran data antar perpustakaan dan juga melakukan penyalinan data bibliografis dari pangkalan data perpustakaan lain.

Format IndoMARC juga merupakan suatu wadah metadata yang isinya tetap mengacu pada peraturan pengatalogan yang standar seperti International Standard Bibliographic Description (ISBD), Anglo American Cataloging Rules (AACR2), pengaturan pengatalogan Indonesia, dan selain itu format IndoMARC mengimplementasi peraturan dari International Standard Organization (ISO) 2709 untuk Indonesia (Suharyanto 2012).

Menurut Suharyanto (2012) struktur cantuman bibliografi IndoMARC terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Label cantuman, merupakan ruas tetap yang panjangnya terdiri dari 24 karakter dan berisi unsur data numerik atau dalam bentuk kode mencakup perintah dan informasi pengolahan seperti panjang cantuman, format (monograf, bahan kartografi, rekaman suara, sumber elektronik, dll).

2. Direktori, merupakan daftar isi sebuah cantuman. Direktori merupakan ruas tidak tetap yang panjangnya tergantung pada jumlah seluruh ruas tidak tetap pada cantuman.

3. Ruas-ruas, berisi data bibliografis yang dikatalog. Setiap ruas akan ditandai dengan nomor tengara. Ada dua jenis ruas data yaitu ruas kendali dan ruas data tidak tetap. Ruas kendali, merupakan ruas panjang tetap yang terdiri dari data tentang tanggal pengisian, negara penerbitan, tahun penerbitan, bahasa, dll. Ruas data tidak tetap berisi data bibliografis yang diperlukan untuk mengatalog suatu karya. Berikut merupakan contoh format IndoMARC dan cantumannya sebagaimana tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Struktur format IndoMARC dan cantumannya Struktur format IndoMARC Contoh cantuman 001 – 009 Ruas kendali

010 – 099 Keterangan kendali, nomor & kode

100 – 199 Entri utama

200 – 246 Judul dan ruas yang terkait

250 – 299 Edisi, impresum dsb 300 – 399 Deskripsi fisik 400 – 499 Pernyataan seri 500 – 599 Catatan 600 – 599 Akses subjek

700 – 799 Catatan, untuk entri tambahan

800 – 840 Entri tambahan seri 850 - Informasi kepemilikan

900 – 948 Referensi

001 INLIS000000000213277 005 20100313090325.25

008 130310s2008****jkia***##b***#00010#ind## 020 ## $a 978-979-16952-1-3

035 ## $a 0010-41301260 040 ## $a JKPNPNA 082 04 $a 025.04 $2 [23] 084 ## $a 025.04 PUT p

100 0# $a Putu Laxman Pendit, $d 1959-

245 10 $a Perpustakaan digital dari A sampai Z / $c Putu Laxman Pendit

260 ## $a Jakarta : $b Cita Karyakarsa Mandiri, $c 2008. 300 ## $a 308 hlm. : $b ilus. ; $c 27 hlm.

500 ## $a Indeks

504 ## $a Bibliografi : hlm. 300-308 650 #4 $a Perpustakaan digital 850 ## $a JKPNPNA

(29)

949 – 999 Dicadangkan untuk implikasi lokal

Ruas 41 Kode bahasa sedangkan

Ruas 82 Nomor panggil Dewey Decimal Classification.

Dublin Core

Dublin Core (Dublin Metadata Core Element Set) merupakan suatu bentuk metadata sederhana dari metadata MARC yang tujuannya adalah lebih dapat dengan mudah dipahami oleh orang awam dan para pustakawan serta jawaban atas ketidakpuasan oleh beberapa pakar komputer yang menganggap bahwa format MARC memiliki keterbatasan dalam hal menjelaskan suatu objek digital, Saleh (2013).

Menurut Sulistyo-Basuki (2000) agar semua dokumen memiliki kemampuan

swaindeks (self-indexed) maka sekumpulan elemen metada perlu diidentifikasi sehingga setiap pembuat atau pencipta dokumen elektronik dapat menerapkannya pada dokumen elektronik. Dublin Core memiliki 2 jenis tingkatan yaitu unqualified

dan qualified. Unqualified memiliki 15 elemen sedangkan qualified memiliki 15 elemen ditambah dengan tiga elemen tambahan yaitu audience, provenance, dan

right holder yang disebut juga dengan qualifier untuk menyempurnakan semantik elemen yang mungkin berguna pada penelusuran sumber daya, (Gunawan 2011).

Menurut Saleh (2013) Dublin Core sendiri memiliki beberapa kekhususan jika dibandingkan dengan format MARC yaitu:

1. Memiliki kesamaan kategori kode

2. Memiliki deskripsi yang sangat sederhana

3. Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum 4. Expandable, memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut

Menurut Sulistyo-Basuki (2000) elemen data Dublin Core hanya bersifat deskriptif yang memiliki nilai intrinsik. Format metadata Dublin Core mampu mengurangi atau menghilangkan penggunaan rujukan eksternal seperti pada

authority files, selain itu Dublin Core juga mengadopsi format XML yang merupakan format data yang sering digunakan dalam pertukaran data sehingga format Dublin Core bagi kebanyakan pakar lebih cocok diaplikasikan pada dokumen elektronik ketimbang pada dokumen tercetak

Seluruh permintaan protokol OAI-PMH diwujudkan dalam bentuk request

GET HTTP yang kemudian akan dikodekan (encode) dalam URL, contoh: http://arXiv.org/oai/request?verb=ListRecords&metadataP refix=oai_dc. Format request tersebut bermakna yaitu meminta/request

seluruh record dari repositori arXiv.org dalam standar format metadata Dublin Core. Berikut merupakan penjabaran dari format request diatas:

 baseURL (basis URL): http://arXiv.org/request  verb atau perintah protokol OAI-PMH: ListRecords

(30)
[image:30.595.120.482.177.537.2]

Perbandingan antara format MARC dan Dublin Core sebagaimana yang diungkapkan oleh Gunawan (2011) disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Pemetaan metadata antara MARC dan Dublin Core Unqualified

Gunawan (2011).

MARC Dublin Core

100, 110, 111, 700, 710, 711 Contributor

720

651, 662 Coverage

751, 752

Creator

008/07-10 Date

260$c$g

500-599, except 506, 530, 540, 546 Description

340 Format

856$q

020$a, 022$a, 024$a Identifier

856$u

008/35-37 Language

041$a$b$d$e$f$g$h$j 546

260$a$b Publisher Publisher

530, 760-787$o$t Relation Relation

506, 540 Rights Rights

534$t Source Source

786$o$t

050, 060, 080, 082 Subject Subject

600, 610, 611, 630, 650, 653

245, 246 Title

Leader06, Leader07 Type

655

Dalam perkembangannya tentu dibutuhkan suatu metode dalam menyampaikan data dan informasi tersebut sehingga dapat diterima oleh berbagai macam aplikasi dan lebih mudah dimengerti oleh manusia. Extensible Markup Language (XML) memiliki fungsi yang berbeda dari HTML, jika HTML digunakan untuk menampilkan data, maka XML berfungsi untuk mendefinisikan data itu sendiri.

Pada XML pengguna dapat membuat sendiri “tag” yang mereka inginkan sehingga dapat memperjelas maksud dari penggunaan “tag” itu sendiri, sebagai contoh untuk menyimpan data alamat, pengguna dapat menggunakan label <alamat>.

Namun, bukan berarti dikarenakan kompabilitasnya terhadap sejumlah

(31)

dapat diterima oleh berbagai macam platform TI yang ada dengan cara melakukan validasi dokumen XML tersebut.

Terdapat beberapa cara atau skema untuk membuktikannya seperti yang diungkapkan oleh DEPKOMINFO (2008), yaitu menggunakan DTD, XMLSchema, Schematron, dll, dari sekian skema tersebut setidaknya menurut W3C hanya XMLSchema yang direkomendasikan sebagai standar skema XML, DEPKOMINFO (2008). Adapun prinsip kerja dari skema XML menurut DEPKOMINFO (2008) tersaji pada Gambar 1:

Gambar 1 Proses validasi dokumen XML, DEPKOMINFO (2008)

Sejumlah format metadata lainnya juga dapat digunakan untuk meningkatkan keragaman data dan informasi yang dipertukarkan, adapun beberapa format metadata yang dapat dipertukarkan tersebut seperti, Metadata Object Description Schema (MODS), Learning Object Metadata (LOM) atau IEEE LOM, XMetaDiss, Electronic Theses and Dissertations Metadata Standard (ETDMS), Metadata Encoding and Transmission Standard (METS) serta, Digital Item Declaration Language (MPEG21/DIDL).

Perpustakaan Institut Pertanian Bogor

Perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai salah satu penunjang kegiatan akademis pada IPB yaitu dengan menyediakan pusat layanan informasi berbasis teknologi informasi bagi seluruh sivitas akademika dan masyarakat umum dalam rangka mendukung IPB menjadi universitas riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian tropika dan biosains, berkarakter kewirausahaan serta mengelola dan mengembangkan sistem kearsipan dalam rangka menyiapkan terbentuknya pusat arsip institut.

[image:31.595.112.515.209.327.2]
(32)

dengan akhir tahun 2010 yang telah dikirimkan kepada pengelola GARUDA sebanyak 63.096 cantuman metadata.

Perpustakaan IPB sebagai salah satu instansi yang mengelola berbagai jenis dokumen dan informasi yang terbilang cukup banyak. Perpustakaan IPB telah merintis berbagai macam koleksi seperti skripsi, tesis, disertasi, jurnal serta, data bibliografi buku. Seiring dengan berjalannya waktu, koleksi Perpustakaan IPB pun semakin banyak, termasuk artikel ilmiah karya sivitas akademik seperti dalam prosiding maupun dalam jurnal ilmiah, oleh karena itu, untuk meningkatkan layanan, efisiensi waktu, akses ke koleksi yang cepat dan akurat dalam rangka meningkatkan kepuasan pengguna dalam memperoleh informasi yang relevan, dan meningkatkan cita-cita perpustakaan dan universitas maka perlu didukung oleh infrastruktur teknologi terkini.

Atas pertimbangan peningkatan layanan perpustakaan, fungsionalitas perangkat lunak serta, anggaran yang tersedia dalam alokasi pengembangan perpustakaan digital yang sangat terbatas maka Perpustakaan IPB memutuskan untuk menggunakan CDS/ISIS sebagai perangkat lunak yang digunakan dalam mengelola berbagai macam koleksi. Sebagai perangkat lunak manajemen bibliografi (bibliographic software), CDS/ISIS memiliki fitur-fitur yang dibutuhkan oleh perpustakaan walaupun modul-modul yang tersedia belum sepenuhnya lengkap, seperti modul sirkulasi yang belum ada namun, hal tersebut tidak menjadi penghalang Perpustakaan IPB untuk segera mengaplikasikan perangkat lunak tersebut. Namun demikian, dengan kekurangan tersebut membuat pemakai yaitu Perpustakaan IPB mencoba dengan segala sumber daya yang ada mencoba untuk mengembangkan CDS/ISIS sehingga memiliki modul-modul yang sebelumnya tidak ada pada CDS/ISIS seperti modul sirkulasi.

Perpustakaan IPB sendiri mulai mengembangkan CDS/ISIS pada tahun 1989 dimana pada tahap awal pengembangan masih terbatas pada modul sistem informasi katalogisasi dan klasifikasi saja. Pada tahun 1994 seiring dengan meningkatnya aktivitas perpustakaan maka dikembangkan modul sirkulasi dan pengadaan bahan pustaka pada CDS/ISIS.

Memasuki tahun 1995 UNESCO kemudian meluncurkan perangkat lunak WINISIS yang merupakan versi Windows dari CDS/ISIS yang sebelumnya berbasis DOS. Dengan demikian pada tahun yang sama pula Perpustakaan IPB segera menerapkan WINISIS tersebut dimana pada WINISIS telah dapat menangani data fulltext dan multimedia. Memasuki tahun 2002 Perpustakaan IPB mengembangkan perangkat lunak SIPISIS versi Windows yang merupakan pengembangan dari versi WINISIS dengan menggunakan Visual Basic.

(33)

salah satu aspek yang dinilai yaitu visibilitas layanan harvesting serta keragaman koleksi yang dimiliki, oleh karena itu perpustakaan IPB turut tergabung ke dalam sejumlah komunitas harvesting (data provider) seperti ROAR/DOAR. Selain hal tersebut penerapan protokol OAI-PMH sendiri didasarkan atas tuntutan dari pihak Garba Rujukan Digital (GARUDA) DIKTI untuk dapat mensinkronisasikan koleksi karya ilmiah IPB secara cepat dan efisien.

Meskipun pada prakteknya protokol OAI-PMH telah diterapkan namun, dalam pelaksanaanya IPB sama sekali belum pernah melakukan kegiatan

harvesting dari dan ke institusi lain dengan menggunakan format permintaan (request) dan respon (response) pada protokol OAI-PMH sebagaimana mestinya melainkan dengan mengirimkan sejumlah metadata dari sejumlah koleksi yang ada dalam format file Microsoft Excel yang dikirimkan langsung ke pihak GARUDA melalui media penyimpanan kepingan cakram. Adapun masalah yang dihadapi terkait dengan hal tersebut disebabkan sumber daya manusia dimana belum seluruh dari staf teknologi informasi (TI) yang ada mengerti dalam mengaplikasikan protokol OAI-PMH, terlebih jika selama ini protokol OAI-PMH sepenuhnya dikembangkan oleh DIDSI selaku pengelola portal koleksi digital (repositori digital) dan bukan oleh Perpustakaan IPB, dimana Perpustakaan IPB hanya sebagai penyedia konten dan hanya mengelola koleksi monograf (buku) saja, sedangkan DIDSI merupakan pihak yang selama ini menangani seluruh pengembangan infrastruktur teknologi informasi pada IPB. Masalah lain dijumpai pula ketika belum terdapatnya peraturan atau kebijakan tertulis antara DIDSI dan Perpustakaan IPB ataupun terhadap institusi lain sehubungan dengan kerja sama pertukaran data dan informasi terutama dengan memanfaatkan protokol OAI-PMH.

Pemilihan DSpace sebagai perangkat lunak repositori digital sendiri didasarkan atas fungsionalitas perangkat lunak tersebut dalam mengelola koleksi digital yang ada, lebih dapat diterima oleh berbagai mesin pencari, didukung oleh berbagai macam komunitas dan, bersifat terbuka. Protokol OAI-PMH pada DSpace sendiri merupakan fitur dasar dimana pada kasus Perpustakaan IPB dikembangkan berdasarkan DSpace versi 1.7. walaupun demikian saat ini DIDSI tengah mengembangkan dan berupaya untuk dapat mengaktifkan kembali fungsi daripada protokol OAI-PMH melalui DSpace versi 3.2.

Penelitian Terdahulu

(34)

responden sehubungan dengan tema yang diangkat. Berikut merupakan tiga penelitian terdahulu yang dijadikan acuan/referensi pada penelitian ini:

Pertama, artikel ilmiah yang ditulis oleh Kelly B (2004) yang disampaikan pada konferensi European Computer Driving License 2004 yang berjudul Interoperable Digital Library Programmes? We Must Have QA!. Tujuan penelitian tersebut yaitu berusaha untuk mewujudkan interoperabilitas sistem informasi perpustakaan digital menuju arah yang lebih baik lagi dengan memaparkan beberapa poin seperti aspek keterbukaan, standarisasi, preservasi, proses pengembangan sistem, migrasi data, ketersediaan, visibilitas layanan dimana dalam penelitian tersebut menggunakan metode daftar cocok dan wawancara. Adapun kesimpulan daripada penelitian tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas interoperabilitas perpustakaan digital setidaknya aspek keterbukaan dan standarisasi perlu ditingkatkan, selain itu saran penelitian tersebut yaitu kerangka penelitian serupa juga dapat dilakukan di perpustakaan lain sehingga hasil yang didapat akan sangat maksimal.

Kedua, artikel ilmiah yang ditulis oleh Dobratz dan Scholze (2006) yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah online Emerald yang berjudul DINI Institutional Repository Certification and Beyond. Penelitian tersebut bertujuan untuk menjelaskan sertifikasi yang dilakukan pada suatu repositori dalam rangka untuk mendukung kegiatan Open Access di Jerman dan mendeskripsikan poin-poin sertifikasi yang diterbitkan oleh DINI. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa sertifikasi pada repositori dengan menggunakan standar yang diberikan oleh DINI setidaknya dapat lebih meningkatkan kualitas repositori dalam hal standar teknis dan memberikan kontribusi terhadap interoperabilitas antara repositori digital diseluruh dunia.

Ketiga, artikel ilmiah yang ditulis oleh Innocenti et al (2010) yang diterbitkan oleh DL.org yang berjudul Quality interoperability within digital libraries: the DL.org perspective. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui motivasi dan hipotesis kualitas interoperabilitas yang dilakukan oleh Quality Working Group yang didanai oleh DL.org Uni Eropa dengan menggunakan metode survey. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut yaitu kualitas merupakan aspek yang paling dinamis, dan menjadi semakin kompleks pada interoperabilitas sehingga standarisasi pada berbagai aspek harus segera dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas interoperabilitas pada perpustakaan digital.

Berbagai dokumen standar yang digunakan untuk menilai kualitas repositori digital turut dipergunakan sebagai bahan referensi dalam menentukan sepuluh indikator yang digunakan untuk mendukung tiga indikator utama. Adapun dokumen standar yang digunakan sebagai referensi pada penelitian ini seperti: 1. Minimum Interoperability Standards (MIOS) for Information Systems in

Government.

2. Trustworthy Repositories Audit & Certification: Criteria and Checklist. 3. DINI Certificate Document and Publication Services.

(35)

5. Pedoman Penerapan Interoperabilitas Dokumen Perkantoran bagi Penyelenggara Sistem Elektronik untuk Pelayanan Publik.

(36)

3 METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Teknologi informasi merupakan salah satu unsur yang sangat mempengaruhi penyelenggaraan perpustakaan. Penerapan teknologi informasi pada perpustakaan dapat menjadi salah satu indikator dalam menilai suatu perpustakaan. Salah satu penerapan teknologi informasi pada perpustakaan adalah penerapan protokol OAI-PMH sebagai suatu teknologi yang digunakan untuk mengembangkan interoperabilitas antar perpustakaan. Interoperabilitas sendiri bermakna kemampuan dua sistem atau lebih untuk dapat saling bekerja sama dengan menghilangkan beberapa hambatan seperti infrastruktur fisik, demografi, platform yang digunakan, dan lain sebagainya.

Pemilihan perpustakaan IPB sebagai lokasi penelitian didasarkan bahwa IPB merupakan salah satu universitas riset dengan kompetensi utama dalam bidang tropika dan biosains. Seiring dengan perkembangan teknologi, budaya, aktivitas akademik membuat informasi yang ada pada IPB semakin tidak mencukupi kebutuhan informasi bagi pengguna. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencukupi kebutuhan informasi pengguna tanpa harus mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk menambah koleksi perpustakaan seperti dengan cara membeli atau melanggan jurnal-jurnal ilmiah adalah dengan menggunakan protokol OAI-PMH.

Penerapan protokol OAI-PMH oleh berbagai macam institusi adalah sebagai salah satu strategi dalam upaya pemenuhan kebutuhan publikasi ilmiah, metadata

record secara efektif dan efisien, langkah tersebut sebagai tindak lanjut terhadap masih mahalnya akses terhadap beberapa jurnal ilmiah penerbit dan juga katalog induk yang ada.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya pelaksaaan interoperabilitas adalah standarisasi. Standarisasi bertujuan untuk meminimalisir berbagai kendala terkait pelaksanaan interoperabilitas antar perpustakaan digital, seperti format metadata apa yang dapat digunakan, bagaimana susunan metadatanya, format

request dan response yang digunakan seperti apa dan lain sebagainya, oleh karena itu pada penelitian berikut berupaya untuk mengevaluasi penerapan protokol OAI-PMH apakah telah sesuai dengan standar yang ada atau tidak. Hal ini untuk memastikan bahwa berbagai komponen telah diterapkan baik yang bersifat opsional mapun yang bersifat wajib sehingga, interoperabilitas antar sistem informasi perpustakaan dapat berjalan lancar.

(37)

Dari sekian masalah yang ditemui pada pengumpulan data awal di perpustakaan IPB, maka setidaknya perlu dilakukan penelitian atau penyelidikan mengenai kelayakan Perpustakaan IPB dalam menerapkan protokol OAI-PMH.

Hasil dari evaluasi tersebut diharapkan akan dapat diketahui mengenai sejauh mana Perpustakaan IPB menerapkan spesifikasi protokol OAI-PMH serta diharapkan dapat menentukan solusi dan keputusan terbaik mengenai pengembangan interoperabilitas sistem informasi Perpustakaan IPB berdasarkan sumber daya yang ada sehingga, kedepannya kegiatan interoperabilitas antar perpustakaan dapat berjalan dengan lancar serta, dapat meningkatkan reputasi IPB di tingkat nasional maupun internasional.

Pendekatan

Penetitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif yaitu penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau, keadaan, (Arikunto 2000), dengan jenis penelitian studi kasus yang mengambil lokasi penelitian pada Perpustakaan Pusat IPB.

Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian merupakan rangkaian tahapan suatu penelitian dilaksanakan secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah. Pada studi kelayakan ini tahapan pelaksanaan penelitian dilakukan dengan melalui serangkaian proses penelitian sebagaimana yang tercantum pada Gambar 1.

Responden

(38)

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terdiri atas: 1. Studi literatur

Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Adapun referensi yang dipakai dalam pengumpulan data diperoleh dari buku, jurnal, artikel ilmiah, prosiding, tesis, skripsi, disertasi, majalah.

2. Observasi

Teknik observasi yang digunakan adalah non-participant observation atau observasi tidak langsung, yaitu peneliti tidak ikut terlibat secara langsung dalam suatu kegiatan atau proses yang sedang diamati, yaitu peneliti tidak turut terlibat dalam aktivitas input data, melakukan intermediasi antara service provider kepada

gateway repositori statis. 3. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur dimana dalam pengumpulan data peneliti akan menanyakaan beberapa pertanyaan tanpa memperhatikan urutan pedoman wawancara yang ada atau pertanyaan yang diajukan bersifat acak dan dapat diulangi sewaktu-waktu jika jawaban yang didapat belum terjawab atau kurang jelas. Wawancara dilakukan sebagai klarifikasi jika data yang diperoleh tidak sesuai dengan kuesioner standar protokol OAI-PMH ataupun jika data dan informasi yang diperoleh melalui observasi masih belum memuaskan sehingga, hasil wawancara yang didapat dapat menjadi salah satu rekomendasi kepada Perpustakaan IPB.

Instrumen Penelitian

Arikunto (2002), menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data secara sistematis. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan panduan wawancara.

Kuesioner

Kuesioner menggunakan metode daftar cocok/checklist. Aspek yang akan dinilai adalah berdasarkan pada spesifikasi OAI-PMH versi 2.0. Adapun aspek/kategori yang akan dinilai yaitu:

a. Spesifikasi standar protokol OAI-PMH repositori umum mencakup: 1. Pengenal Unik (Unique Identifier)

2. Berkas (Record)

(39)

4. Pemanenan Selektif (Selective Harvesting) 5. Fitur protokol (Protocol features)

5.1 Format Permintaan HTTP (HTTP Request Format) 5.1.1 Jenis Konten (Content Type)

5.2 Kode Status (Status Code)

5.3 Respon Terkompresi (Response Compression) 5.4 Format Respon XML

5.5 Format Waktu UTC (UTCdatetime)

5.6 MetadataPrefix dan Skema Metadata (MetadataPrefix and Metadata Schema)

5.7 Kontrol Data (Flow Control)

5.8 Pengulangan Permintaan (Idempotency of resumptionTokens)

5.9 Kondisi Kesalahan dan Pengecualian (Error and Exeption Conditions) 6. Permintaan dan Jawaban Protokol (Protocol Request and Responses)

6.1 Pengenal (Identify)

b. Spesifkasi standar protokol OAI-PMH repositori statis, yang mencakup: 1. Repositori Statis (Static Repository Overview)

2. Kesesuaian Ketentuan Repositori Statis (Static Repository Conformance Rules)

3. Mengakhiri Intermediasi dari Gateway Repositori Statis (Terminating Intermediation by a Static Repository Gateway)

4. Akses ke Repositori Statis (Ongoing Access to a Static Repository) 5. Contoh Repositori Statis

6. (Static Repository Example)

7. Memulai Intermediasi Repositori Statis (Initiating Intermediation for Static Repositories)

8. Keamanan (Security Considerations) 9. Skema XML (XML Schema)

c. Spesifikasi aspek legal protokol OAI-PMH:

1. Pernyataan Hak Cipta dan Model Data OAI-PMH (Rights Expressions and the OAI-PMH Data Model)

2. Memasukkan Pernyataan Hak pada Tingkat Record (Conveying Rights Expressions at the Record Level)

3. Format Pernyataan Hak Cipta pada Tingkat Repositori dan Set (Conveying a Manifest of Rights Expressions at the Repository and Set Levels)

3.1 Pernyataan Hak Cipta pada Tingkat Repositori (Repository Level Rights Expressions)

Dalam mendukung tiga indikator utama maka pada penelitian ini turut menyertakan sepuluh indikator yang akan turut dinilai untuk memperkuat hasil penelitian nantinya. Adapun ke sepuluh indikator tersebut yaitu:

1. Standar dokumen XML menurut W3C versi 2.0 2. SOP Perpustakaan digital

(40)

Analisis Kebutuhan

 Studi literatur

 Mendeskripsikan kebutuhan minimum dan kebutuhan wajib protokol OAI-PMH

Evaluasi

 Analisis hasil evaluasi dan wawancara

 Menilai kondisi objektif protokol OAI-PMH perpustakaan IPB

 Memformulasikan dan merekomendasikan kriteria protokol OAI-PMH perpustakaan IPB

Pemodelan

 Pembuatan instrumen wawancara dan daftar cocok (checklist)

 Penetapan indikator-indikator 5. Kondisi anggaran perpustakaan

6. Infrastruktur perpustakaan 7. Koleksi digital perpustakaan 8. Keragaman format metadata

9. Sumber daya manusia perpustakaan 10. Kebijakan perpustakaan

Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk memastikan bahwa kegiatan penelitian berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, serta data yang diperoleh sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Teknik wawancara yang digunakan adalah tidak terstruktur.

Pengumpulan Data Awal

[image:40.595.97.474.163.764.2]

Berdasarkan studi literatur, dilakukan pengumpulan data awal berupa mendefinisikan kriteria minimum dan kriteria mandatory (wajib) dari spesifikasi protokol OAI-PMH.

Gambar 2 Tahapan penelitian

Rekomendasi Model Mulai

(41)

Teknik analisis Data

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang mengutamakan uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi.

Analisis dokumen menggunakan daftar cocok/checklist dengan membandingkan kondisi objektif terhadap kondisi standar yang telah ditetapkan oleh openarchives.org. Data yang telah terkumpul kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh OAI-PMH. Penilaian kemudian dipersentasekan dan kemudian dideskripsikan sesuai dengan kriteria yang ada.

Teknik analisis data menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Bungin (2003), seperti:

1. Pengumpulan data (data collection)

Pengumpulan data menggunakan wawancara dan studi dokumentasi serta menggunakan daftar cocok/checklist.

2.Reduksi data (data reduction)

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, memfokuskan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari pengumpulan data di lapangan. Kegiatan reduksi dilakukan sejak pengumpulan data yang dimulai dengan membuat ringkasan, mengkodekan, dengan maksud untuk menyisihkan data dan informasi yang tidak relevan

3.Display data

Display data merupakan pendeskripsian sejumlah informasi yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk naratif, dan diagram.

4.Verifikasi dan penegasan kesimpulan (Verification and conclusion drawing and)

Merupakan bagian akhir dari akhir analisis data. Penarikan kesimpulan berupa interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan. Kesimpulan juga mencakup penilaian yang dilakukan dengan menggunakan persentase, dimana hasil yang didapat akan dianalisa sesuai dengan kriteria dari komponen-komponen protokol OAI-PMH. Adapun standar penilaian mengacu pada kesesuaian kondisi objektif komponen protokol OAI-PMH pada perpustakaan IPB dibandingkan dengan standar protokol OAI-PMH.

Waktu dan Lokasi Penelitian

(42)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai pengumpulan data awal Studi Kelayakan Interoperabilitas Berbasis Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH), penyusunan instrumen wawancara, penyusunan instrumen

checklist (daftar cocok), wawancara dan analisis wawancara mengenai kondisi standar elemen protokol OAI-PMH sebagai salah satu satu dari standar protokol yang digunakan oleh perpustakaan digital dalam melalukan copy cataloging

(pertukaran metadata). Selanjutnya analisis mengenai kondisi objektif elemen dasar protokol OAI-PMH pada perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan kemudian membahas hasil studi kelayakan kondisi elemen dasar protokol OAI-PMH.

Analisis dilakukan dengan membandingkan (benchmarking) antara kondisi objektif elemen dasar protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB terhadap kondisi ideal elemen dasar protokol OAI-PMH. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat sejauh mana kondisi ideal elemen dasar protokol OAI-PMH yang telah dan yang belum terpenuhi oleh Perpustakaan IPB. Berdasarkan elemen dasar yang telah dan belum terpenuhi tersebut dapat diketahui tingkat kelayakan elemen dasar protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB serta memformulasikan rekomendasi pengembangannya.

Pengumpulan Data Awal

Pengumpulan data awal merupakan kegiatan mengumpulkan data dari berbagai sumber informasi sehingga tujuan dari penelitian tercapai. Data awal yang terkumpul berupa (1) sumber informasi (2) kondisi ideal elemen dasar pengembangan protokol OAI-PMH pada sistem informasi perpustakaan.

Sumber Informasi

Berikut merupakan sumber-sumber informasi yang digunakan dalam merumuskan beberapa indikator kondisi ideal dari interopabilitas sistem informasi perpustakaan:

1.Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH) yang menetapkan standar membangun interopabilitas sistem informasi perpustakaan dengan menggunakan protokol OAI-PMH dengan menggunakan metode

harvest. Terdapat 3 spesifikasi yang ditetapkan oleh OAI-PMH dalam membangun interopabilitas yaitu spesifikasi repositori secara umum, protokol repositori statis, aspek legal protokol OAI-PMH.

(43)

3. National Information Standards Organization (NISO) yaitu suatu standar yang ditetapkan dalam tahap pengembangan koleksi perpustakaan yang harus mengacu pada empat kriteria utama (four core types entities) yang dikutip oleh Syachrulramdhani (2012).

4. International Federation Federation of Library of Associations and Institutions (IFLA) yang menetapkan tiga metode utama dalam membangun koleksi digital yang dikutip oleh Syachrulramdhani (2012).

5. The World Wide Web Consortium (W3C), merupakan suatu organisasi internasional yang bergerak dalam pengembangan standar pengembangan web

dan dokumen XML.

6. Berbagai sumber informasi yang diperoleh dari buku, jurnal ilmiah, artikel ilmiah baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik yang salah satu di antaranya yang paling memberikan kontribusi adalah berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Syachrulramdhani (2012) yang meneliti kelayakan pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web di Perpustakaan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jurusan Penyuluhan Perikanan (JURLUHKAN) Bogor serta,

7. Pustakawan, staf UPT Direktorat Integrasi Data dan Sistem Informasi (DIDSI), serta dosen Fakultas Ilmu Komputer IPB. Adapun data responden dapat dilihat pada Lampiran 17.

IndikatorKondisi Ideal Elemen Perpustakaan Digital Berbasis Open Archive

Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH)

Kondisi ideal elemen dasar interopabilitas berbasis standar protokol OAI-PMH adalah kondisi yang sangat sesuai dengan yang diinginkan. Adapun indikator-indikator kondisi ideal repositori berbasis protokol OAI-PMH didapat dari halaman sistus openarchives.org. openarchives.org sendiri tidak memiliki metode tertentu dalam menilai suatu repositori melainkan hanya memberikan panduan mengenai langkah-langkah dalam menerapkan protokol OAI-PMH pada suatu repositori. oleh karena itu dalam rangka untuk menilai suatu repositori maka panduan/tutorial tersebut kemudian dikonversi menjadi beberapa pertanyaan sehingga tujuan dari penilaian repositori dapat tercapai.

Kondisi ideal dihimpun berdasarkan sumber-sumber infomasi tersebut diatas, yaitu berupa indikator kondisi ideal masing-masing elemen dasar pengembangan interopabilitas berbasis standar protokol OAI-PMH seperti indikator kondisi ideal standar protokol OAI-PMH repositori umum, indikator kondisi ideal standar protokol OAI-PMH repositori statis dan, aspek legal protokol OAI-PMH sebagaimana yang telah dideskripsikan pada Bab 2 Kuesioner.

(44)

IndikatorKondisi Ideal Dokumen XML

Berdasarkan standar yang diperoleh dari OAI yang beralamatkan pada http://www.openarchives.org/, sumber literatur tercetak dan digital serta, hasil wawancara dari berbagai pihak, indikator kondisi ideal interopabilitas sistem informasi perpustakaan berbasis standar protokol OAI. Kondisi ideal dokumen XML berikut belum mencantumkan elemen-elemen yang berasal dari protokol OAI, seperti elemen Set, verb, status. Informasi yang didapat dari halaman situs W3C didapatkan informasi bahwa format XML yang didukung o

Gambar

Tabel 2 Struktur format IndoMARC dan cantumannya
Tabel 3  Pemetaan metadata antara MARC dan Dublin Core Unqualified
Gambar 1 Proses validasi dokumen XML, DEPKOMINFO (2008)
Gambar 2 Tahapan penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia, Matematika dan IPA Klas IV dan V semester Gasal dan Genap serta Kelas VI semester Gasal, ditambah 1 kali nilai rata-rata sekolah dari Ujian Sekolah tahun 2013-2014 dan

Pisang meja merupakan buah yang langsung dikonsumsi dalam bentuk buah segar yang berasal dari hasil persilangan alamiah antara Musa acuminate dengan Musa balbisiana yang saat

RT digunakan untuk menentukan besar Efective Horse Power (EHP) yang didefinisikan sebagai daya yang diperlukan suatu kapal untuk bergerak dengan kecepatan sebesar Vs

Penerapan Teknologi Pemasaran Produk Kerajinan Anyaman Bambu Menggunakan Media Online Pada KUB Tawangsari Semarang Demplot Laboratorium Pusat Dongeng Di Paud Al-Kamilah Dalam

Swasta merupakan pelaku pembangunan penting dalam pemanfaatan ruang perkotaan dan ruang terbuka hijau. Terutama karena kemampuan kewirausahaan yang mereka miliki. Peran swasta

Berdasarkan hasil simulasi pemodelan tumpahan minyak di Perairan Teluk Lampung diperoleh kesimpulan bahwa sebaran tumpahan minyak jenis bensin menyebar sejauh ±35 km ke

Visual, Intelektual) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMPN 1 Sumbergempol Tulungagung Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Tahun

negara yang baik di SMP Negeri 8 Purwokerto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang di lakukan. untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh pihak guru