• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini akan membahas mengenai pengumpulan data awal Studi Kelayakan Interoperabilitas Berbasis Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH), penyusunan instrumen wawancara, penyusunan instrumen

checklist (daftar cocok), wawancara dan analisis wawancara mengenai kondisi standar elemen protokol OAI-PMH sebagai salah satu satu dari standar protokol yang digunakan oleh perpustakaan digital dalam melalukan copy cataloging

(pertukaran metadata). Selanjutnya analisis mengenai kondisi objektif elemen dasar protokol OAI-PMH pada perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan kemudian membahas hasil studi kelayakan kondisi elemen dasar protokol OAI- PMH.

Analisis dilakukan dengan membandingkan (benchmarking) antara kondisi objektif elemen dasar protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB terhadap kondisi ideal elemen dasar protokol OAI-PMH. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat sejauh mana kondisi ideal elemen dasar protokol OAI-PMH yang telah dan yang belum terpenuhi oleh Perpustakaan IPB. Berdasarkan elemen dasar yang telah dan belum terpenuhi tersebut dapat diketahui tingkat kelayakan elemen dasar protokol OAI- PMH Perpustakaan IPB serta memformulasikan rekomendasi pengembangannya.

Pengumpulan Data Awal

Pengumpulan data awal merupakan kegiatan mengumpulkan data dari berbagai sumber informasi sehingga tujuan dari penelitian tercapai. Data awal yang terkumpul berupa (1) sumber informasi (2) kondisi ideal elemen dasar pengembangan protokol OAI-PMH pada sistem informasi perpustakaan.

Sumber Informasi

Berikut merupakan sumber-sumber informasi yang digunakan dalam merumuskan beberapa indikator kondisi ideal dari interopabilitas sistem informasi perpustakaan:

1.Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH) yang menetapkan standar membangun interopabilitas sistem informasi perpustakaan dengan menggunakan protokol OAI-PMH dengan menggunakan metode

harvest. Terdapat 3 spesifikasi yang ditetapkan oleh OAI-PMH dalam membangun interopabilitas yaitu spesifikasi repositori secara umum, protokol repositori statis, aspek legal protokol OAI-PMH.

2. Australian National Training Authorithy (ANTA) yaitu lembaga yang bertugas memberikan rekomendasi dasar mengenai standar (standar core competency) SDM dibidang TI yang dikutip oleh Syachrulramdhani (2012).

3. National Information Standards Organization (NISO) yaitu suatu standar yang ditetapkan dalam tahap pengembangan koleksi perpustakaan yang harus mengacu pada empat kriteria utama (four core types entities) yang dikutip oleh Syachrulramdhani (2012).

4. International Federation Federation of Library of Associations and Institutions (IFLA) yang menetapkan tiga metode utama dalam membangun koleksi digital yang dikutip oleh Syachrulramdhani (2012).

5. The World Wide Web Consortium (W3C), merupakan suatu organisasi internasional yang bergerak dalam pengembangan standar pengembangan web

dan dokumen XML.

6. Berbagai sumber informasi yang diperoleh dari buku, jurnal ilmiah, artikel ilmiah baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik yang salah satu di antaranya yang paling memberikan kontribusi adalah berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Syachrulramdhani (2012) yang meneliti kelayakan pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web di Perpustakaan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jurusan Penyuluhan Perikanan (JURLUHKAN) Bogor serta,

7. Pustakawan, staf UPT Direktorat Integrasi Data dan Sistem Informasi (DIDSI), serta dosen Fakultas Ilmu Komputer IPB. Adapun data responden dapat dilihat pada Lampiran 17.

IndikatorKondisi Ideal Elemen Perpustakaan Digital Berbasis Open Archive

Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH)

Kondisi ideal elemen dasar interopabilitas berbasis standar protokol OAI- PMH adalah kondisi yang sangat sesuai dengan yang diinginkan. Adapun indikator- indikator kondisi ideal repositori berbasis protokol OAI-PMH didapat dari halaman sistus openarchives.org. openarchives.org sendiri tidak memiliki metode tertentu dalam menilai suatu repositori melainkan hanya memberikan panduan mengenai langkah-langkah dalam menerapkan protokol OAI-PMH pada suatu repositori. oleh karena itu dalam rangka untuk menilai suatu repositori maka panduan/tutorial tersebut kemudian dikonversi menjadi beberapa pertanyaan sehingga tujuan dari penilaian repositori dapat tercapai.

Kondisi ideal dihimpun berdasarkan sumber-sumber infomasi tersebut diatas, yaitu berupa indikator kondisi ideal masing-masing elemen dasar pengembangan interopabilitas berbasis standar protokol OAI-PMH seperti indikator kondisi ideal standar protokol OAI-PMH repositori umum, indikator kondisi ideal standar protokol OAI-PMH repositori statis dan, aspek legal protokol OAI-PMH sebagaimana yang telah dideskripsikan pada Bab 2 Kuesioner.

Dalam rangka mendukung terhadap tiga indikator utama tersebut maka pada penelitian ini turut serta menyertakan sepuluh indikator yang akan turut dinilai untuk memperkuat hasil penelitian nantinya. Adapun ke sepuluh indikator tersebut yaitu:

IndikatorKondisi Ideal Dokumen XML

Berdasarkan standar yang diperoleh dari OAI yang beralamatkan pada http://www.openarchives.org/, sumber literatur tercetak dan digital serta, hasil wawancara dari berbagai pihak, indikator kondisi ideal interopabilitas sistem informasi perpustakaan berbasis standar protokol OAI. Kondisi ideal dokumen XML berikut belum mencantumkan elemen-elemen yang berasal dari protokol OAI, seperti elemen Set, verb, status. Informasi yang didapat dari halaman situs W3C didapatkan informasi bahwa format XML yang didukung oleh W3C adalah versi XML 2.0 sehingga dengan kata lain format XML protokol OAI-PMH dapat terbacakan oleh validator XML W3C. Pengujian dilakukan dengan memasukkan dokumen XML protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB kepada validator XML W3C dan kemudian akan dianalisis secara otomatis oleh validator tersebut dan kemudian dapat diketahui penulisan yang salah dan saran perbaikan dari aturan penulisan dokumen XML yang benar. Adapun validator dokumen XML W3C tersebut beralamatkan pada http://validator.w3.org/.

Menurut Wide Web Consortium (W3C) standarisasi pada dokumen XML bertujuan untuk :

1. Dapat digunakan secara umum pada media internet sehingga data dan informasi yang ada dapat tampil secara terstruktur

2. Dapat digunakan oleh berbagai macam aplikasi

3. Mudah dimodifikasi dan dimengerti oleh manusia dikarenakan strukturnya yang ringkas.

Berikut daftar indikator kondisi ideal dokumen XML versi 2.0 yang ditetapkan oleh W3C:

1.Dokumen

1.1 Dokumen XML well-formed

1.2 Karakter

1.3 Struktur sintaks umum 1.4 Karakter data dan markup

1.5 Komentar

1.6 Instruksi eksekusi 1.7 Seksi/bagian CDATA

1.8 Prolog dan deklarasi tipe dokumen 1.9 Deklarasi dokumen tunggal (standalone) 1.10 Jarak antar karakter (spasi)

1.11 Akhir dari suatu baris 1.12 Identifikasi bahasa

2.Struktur Logis (LogicalStructures)

2.1 Tag pembuka, tag penutup, tag elemen kosong 2.2 Deklarasi tipe elemen

2.2.1 Konten elemen 2.2.2 Gabungan konten 2.3 Deklarasi daftar atribut

2.3.1 Tipe/jenis atribut 2.3.2 Standar atribut

2.3.3 Normalisasi nilai atribut 2.4Bagian bersyarat

3.Struktur fisik

3.1 Karakter dan entitas referensi 3.2 Deklarasi entitas

3.2.1 Entitas internal 3.2.2 Entitas eksternal 3.3 Parsing entitas

3.3.1 Deklarasi teks

3.3.2 Parsing entitas wellformed

3.3.3 Menyandi karakter pada entitas

3.4 Perlakuan pengolah XML terhadap entitas dan referensi 3.4.1 Tidak diakui

3.4.2 Hal yang termasuk 3.4.3 Termasuk jika divalidasi 3.4.4 Terlarang

3.4.5 Termasuk dalam literal 3.4.6 Pemberitahuan

3.4.7 Dilewati

3.4.8 Termasuk sebagai PE 3.4.9 Kondisi kesalahan

3.5 Konstruksi entitas pengganti teks 3.6 Predefined entities Predefined entities

3.7 Deklarasi notasi 3.8 Entitas dokumen 4.Kesesuaian

4.1 Mengesahkan dan tidak mensahkan pengolah 4.2 Menggunakan pengolah XML

5.Notasi

IndikatorKondisi Ideal Elemen Format Metadata Dublin Core

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sistem informasi perpustakaan yang nantinya dapat melakukan interopabilitas terhadap sistem informasi perpustakaan lain yaitu dengan memetakan metadata yang akan digunakan. Sesuai dengan standar OAI-PMH maka yang menjadi standar dalam melakukan pertukaran metadata adalah format metadata Dublin Core dan, berikut merupakan standar format metadata Dublin Core Qualified (15 elemen) versi 1.1 yang didapat dari dublincore.org:

1. Judul

2. Pencipta/kreator

3. Kontributor, pihak yang membantu dalam menghasilkan suatu karya 4. Subyek 5. Nomor klasifikasi 6. Deskripsi karya 7. Penerbit 8. Tanggal 9. Jenis karya

11. Sumber, rujukan ke sumber asal suatu karya 12. Bahasa

13. Relasi, hubungan karya dengan sumber informasi lain 14. Cakupan isi ditinjau dari periode waktu karya

15. Hak cipta

Indikator Kondisi Ideal Visibilitas Layanan Harvesting Repositori Perpustakaan IPB

Salah satu cara mengenalkan layanan harvesting adalah dengan berpartisipasi dengan beberapa direktori repositori online atau direktori jurnal online sehingga dengan bergabungnya suatu institusi dalam suatu komunitas diharapkan menarik insitusi lain untuk mengadakan kerja sama dalam pertukaran data dan informasi. Berikut merupakan indikator kondisi ideal visibiltas dan promosi layanan copy cataloging yang dihimpun dari beberapa dokumen standar dan hasil penelitian terdahulu:

1. Informasi layanan harvesting dan publikasi karya ilmiah tersedia pada website

perpustakaan dan website universitas

2. Perpustakaan digital IPB tergabung dalam sejumlah komunitas, seperti: a. DINI b. OpenDOAR c. IndonesiaDLN d. GARUDA e. ROAR f. DRIVER g. World CAT h. OAIster i. ROARMAP

j. The University of Illionis OAI-PMH Data Provider Registry

k. Layanan harvesting terdaftar sebagai OAI Data Provider yang dapat dilihat pada website http://www.openarchives.org/Register/BrowseSites

Pemilihan berbagai komunitas tersebut didasarkan atas bahwa pada anggota dari masing-masing komunitas tersebut secara umum menggunakan protokol OAI- PMH dalam melakukan kegiatan pertukaran data dan informasi.

IndikatorKondisi Ideal Anggaran Perpustakaan

Berdasarkan sumber informasi tercetak, elektronik yang di antaranya diperoleh dari penelitan yang dilakukan oleh Syachrulramdhani (2012) serta dari beberapa dokumen standar dapat dirumuskan beberapa kondisi ideal anggaran dalam membangun sistem informasi yang mampu menjalin komunikasi dengan sistem perpustakaan lain yang terdiri atas:

1. Perpustakaan memiliki pendanaan investasi pada: a. Perangkat keras

b. Perangkat lunak c. Perangkat jaringan

2. Perpustakaan memiliki pendanaan operasional pada: a. Digitalisasi

b. Acquisition of original digital Works

c. Access to external material

d. Penyimpanan e. Pendistribusian f. Pelestarian

IndikatorKondisi Ideal Infrastruktur Perpustakaan

Infrastruktur fisik perpustakaan digital merupakan hal yang sangat penting untuk dipertikan ketika sistem informasi tersebut menangani transaksi pengguna yang sangat banyak ditambah pula jika perpustakaan tersebut menjalin kerjasama dengan perpustakan lain dalam pertukaran informasi secara otomatis melalui protokol OAI-PMH. Indikator standar kondisi ideal infrastruktur fisik perpustakaan digital yang diperoleh dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Syachrulramdhani (2012) yang meneliti kelayakan pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web di Perpustakaan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jurusan Penyuluhan Perikanan (JURLUHKAN) Bogor. Adapun indikator kondisi ideal infrastruktur perpustakaan terdiri atas:

1. Perpustakaan memiliki komponen perangkat keras: a. Komputer server b. Komputer personal c. Hub d. Router e. Modem f. UPS g. Kabel konektor

h. Instalasi jaringan internet i. Saluran komunikasi j. Printer

k. Scanner

2. Perpustakaan memiliki komponen perangkat lunak: a. Sistem operasi

b. Database management system (DBMS) c. Aplikasi interface

d. Web server

e. Bahasa pemograman

3. Perpustakaan memiliki jaringan a. Local area network

b. Internet

Indikator Kondisi Ideal Koleksi Digital Perpustakaan

Idealnya untuk melakukan kerjasama pertukaran metadata antara dua perpustakaan harus didukung oleh koleksi dalam jumlah tertentu. Pemilihan kriteria

penilaian jenis koleksi didasarkan atas jenis koleksi tersebut lazim dijumpai pada berbagai media dan digunakan oleh masyarakat, Library of Congress serta berdasarkan penelusuran dari berbagai jenis literatur baik itu tercetak dan elektronik serta dari kegiatan observasi kemudian dirumuskan kondisi ideal koleksi perpustakaan digital sehingga mampu melakukan kerjasama dengan perpustakaan lain sebagaimana seperti:

1. Perpustakaan memiliki koleki digital berupa: a. E-book b. E-journal c. E- magz d. E-newspaper e. Skripsi f. Tesis g. Disertasi h. Peraturan i. Brosur j. Manual k. Prosiding l. Artikel Ilmiah m.Buletin n. Paten

2. Perpustakaan memiliki koleksi multimedia digital berupa: a. Koleksi gambar 1. JPEG 2. TIFF 3. GIF 4. BMP 5. PNG 6. DjVu

b. Standar koleksi video berdasarkan Library of Congress 1. AAF 2. AC-3 3. ASF 4. AVI 5. Cinepak 6. DivX 7. DTS 8. DV 9. Flash (SWF, FLA, FLV) 10. MPEG-1, 2, 4 11. QuickTime

c. Standar koleksi audio berdasarkan Library of Congress 1. MP3 2. WAV 3. Ogg 4. AAC 5. AIFF 6. Audio CD

3. Perpustakaan memiliki koleksi dokumen digital berupa: a. PDF b. DOC/Word c. HTML d. DjVu e. Plain text f. RTF

Indikator Kondisi Ideal Format Metadata

Metadata merupakan pondasi dalam membangun perpustakaan digital dimana metadata tidak hanya berfungsi sebagai deskriptor suatu data melainkan suatu informasi ringkas yang dapat merepresentasikan suatu data sehingga memberikan kemudahan bagi pengguna dalam menemukan informasi yang mereka inginkan. Keragaman format metadata merupakan hal yang sangat penting ketika suatu perpustakaan ingin membangun kerjasama dengan perpustakaan lain terutama ketika perpustakaan tersebut menerapkan suatu protokol yang dengan secara otomatis akan meminta metadata yang diinginkan. Semakin beragamnya format metadata yang dimiliki oleh perpustakaan, maka kerjasama akan semakin mudah terlaksana baik dalam skala nasional hingga internasional. Berikut merupakan standar format metadata menurut Library of Congress yang seharusnya dimiliki oleh suatu perpustakaan ketika menerapakan protokol OAI-PMH dalam berbagi format metadata, seperti:

1. BIBFRAME (Bibliographic Framework Initiative) 2. EAD (Encoded Archival Description)

3. EDTF (Extended Date/Time Format)

4. MADS (Metadata Authority Description Standard) 5. MARC 21 formats

6. MARCXML

7. MODS (Metadata Object Description Standard) 8. VRA Core

9. ALTO

10. AudioMD and VideoMD

11. METS (Metadata Encoding & Transmission Standard) 12. DUBLIN CORE

13. MIX (NISO Metadata for Images in XML) 14. PREMIS (Preservation Metadata)

15. TextMD (Technical Metadata for Text)

Berdasarkan standar ANTA, PPAUME, APJIII dalam Syachrulramdhani (2012) kondisi ideal SDM perpustakaan digital berbasis standar protokol OAI-PMH terdiri atas:

1. Memiliki komponen containers sebagai:

a. Networkadministrator, dengan kompetensi mencakup: 1. Menghubungkan perangkat keras (ANTA: ICAITSO14B)

2. Administer dan melakukan konfigurasi sistem operasi yang mendukung

network (ANTA: ICAITS122A)

3. Mencari sumber kesalahan jaringan dan memperbaikinya (ANTA: ICAITS122A)

4. Mengelola keamanan jaringan (ANTA: ICAITS123A)

5. Monitor and administer network security (ANTA: ICAITSO14B) 6. Memahami routing

b. Administrator system, dengan kompetensi sebagai berikut: 1. Menghubungkan perangkat keras (ANTA: ICAITSO14B) 2. Melakukan instalasi Microsoft Windows

3. Melakukan instalasi Linux

4. Memasang dan menkonfigurasi mail server, ftp server, web server

5. Memahami routing

c. Webdeveloper/Programmer, dengan kompetensi sebagai berikut: 1. Membuat halaman web dengan multimedia (ANTA: ICAITS125A) 2. CGI programming

2. Memiliki komponen contents sebagai:

a. Database administrator (DBA), dengan kompetensi sebagai berikut: 1. Memonitor dan administerdatabase (ANTA: ICAITS125A) b. Webdesigner/Contentdeveloper, dengan kompetensi sebagai berikut:

1. Kemampuan menangkap digitalimage (ANTA: ICPMM21CA) 2. Membuat halaman web multimedia (ANTA: ICPMM65DA)

Indikator Kondisi Ideal Kebijakan Perpustakaan Terhadap Protokol OAI- PMH

Perpustakaan digital merupakan suatu kumpulan sistem dan kebijakan yang sangat rumit dan rinci terlebih lagi jika perpustakaan digital tersebut menjalin kerjasama dalam pertukaran informasi baik berupa metadata maupun koleksi aslinya, oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dari berbagai kalangan baik internal maupun eksternal. Berikut merupakan indikator kondisi ideal kebijakan yang didapat dari beberapa dokumen standar dan hasil penelitian terdahulu seperti: 1. Perpustakaan memiliki visi, misi dan struktur organisasi

2. Perpustakaan kesepakatan tertulis mengenai: a. Format metadata yang akan dilayankan

b. Protokol yang akan digunakan dalam bertukar informasi c. Sistem keamanan

d. Preservasi

e. Jenis subyek yang akan dilayankan f. Konten yang dapat diakses

g. Hak cipta

h. Perangkat lunak yang digunakan

j. Jumlah metadata yang dapat dipanen k. Format dokumen

3. Perpustakaan memiliki kebijakan pengembangan sistem informasi 4. Perpustakaan mendokumentasi segala kegiatan pada perpustakaan digital 5. Perpustakaan memiliki perjanjian tertulis dengan perpustakaan atau komunitas

ilmiah.

Instrumen Penelitian

Instrumen wawancara (instrument guide) dan daftar cocok (checklist), serta observasi kondisi elemen dasar interopabilitas sistem informasi perpustakaan berbasis standar protokol OAI-PMH disusun berdasarkan kondisi ideal elemen dasar interopabilitas sistem informasi perpustakaan berbasis standar protokol OAI- PMH. Instrumen diatas merupakan panduan wawancara dalam pengumpulan data kondisi elemen dasar interopabilitas sistem informasi perpustakaan berbasis standar protokol OAI pada perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Wawancara dan Analisis Hasil Wawancara Kondisi Standar Elemen Dasar Interopabilitas Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Standar Protokol

OAI-PMH

Wawancara dilakukan terhadap informan seperti pustakawan Perpustakaan IPB, dosen, staf Direktorat Integrasi Data dan Sistem Informasi (DIDSI) (data responden terlampir pada Lampiran 17). Wawancara dilakukan untuk membuktikan tingkat kelayakan kondisi elemen dasar interopabilitas sistem informasi perpustakaan berbasis standar protokol OAI-PMH yang terdiri atas: (1) Kondisi objektif standar protokol OAI, (2) Kondisi objektif standar protokol OAI repositori statis, (3) Kondisi objektif standar pernyataan hak cipta protokol OAI- PMH, kemudian untuk mendukung tiga indikator utama tersebut sepuluh indikator turut dinilai dalam menetapkan kelayakan interoperabilitas sistem informasi berbasis standar protokol OAI-PMH, (1) Kondisi objektif dokumen XML (2) Kondisi objektif elemen format metadata Dublin Core, (3) Kondisi objektif visibilitas layanan harvesting repositori Perpustakaan IPB, (4) Kondisi objektif anggaran perpustakaan, (5) Kondisi objektif infrastruktur perpustakaan, (6) Kondisi objektif koleksi perpustakaan digital, (7) Kondisi objektif format metadata, (8) Kondisi objektif sumber daya manusia (SDM) perpustakaan, (9) Kondisi objektif kebijakan perpustakaan, (10) SOP perpustakaan digital

Kondisi Objektif Protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB

Sebagaimana yang telah disebutkan pada Bab 1 Pendahuluan bahwa untuk dapat menjalankan protokol OAI-PMH dibutuhkan syarat-syarat tertentu sebagaimana yang telah diatur dalam panduan yang diberikan oleh openarchives.org. Walaupun pada dasarnya protokol OAI-PMH merupakan salah

satu fitur dasar yang terdapat pada aplikasi pengolah koleksi repositori digital namun, untuk dapat melakukan kegiatan harvesting secara otomatis maka panduan yang telah diberikan tersebut harus diterapkan pada protokol OAI-PMH milik Perpustakaan IPB terlebih aturan-aturan yang bersifat wajib, meskipun terdapat aturan-aturan yang besifat optional atau dapat memilih namun demi meningkatkan kualitas interoperabilitas tidak ada salahnya untuk diterapkan dengan segera atau secara bertahap.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara memasukkan perintah atau

verb atau perintah dasar protokol OAI-PMH terhadap base URL protokol OAI- PMH Perpustakaan IPB dan kemudian membandingkan hasil yang didapat kepada standar pengembangan protokol OAI-PMH yang disusun menjadi suatu kuesioner. Selain pengujian secara manual, untuk mendapatkan hasil yang lebih valid pengujian protokol OAI-PMH juga dilakukan dengan menggunakan validator protokol OAI-PMH yang beralamatkan pada http://validator.oaipmh.com/. Hasil dari pengujian tersebut membuktikan bahwa berbagai aturan yang bersifat wajib/mandatory belum diterapkan seperti:

a. Pengenal Unik (UniqueIdentifier)

Uniqueidentifier merupakan suatu rangkaian angka, huruf ataupun gabungan dari kedua hal tersebut (alpha numerik) yang dirancang sedemikian rupa yang berfungsi untuk dapat mengidentifikasi suatu jenis koleksi sehingga tujuan suatu koleksi dapat dengan mudah dikelola dan ditemukan kembali yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh pengguna yang membutuhkan. Protokol OAI-PMH sendiri mensyaratkan kepada dataprovider untuk mengikuti skema URI yang dapat dilihat pada http://www.ietf.org/rfc/rfc2396.txt?number=2396, sehingga dengan mengikuti aturan unique identifier tersebut data provider koleksi dapat lebih terstruktur dan harvester dapat dengan mudah mengidentifikasi koleksi yang ada dan kemudian memanennya. Adapun skema URI yang baik dapat dilihat pada contoh dibawah ini:

oai-identifier = scheme ":" namespace-identifier ":" local-identifier scheme = "oai"

namespace-identifier = domainname-word "." domainname domainname = domainname-word [ "." domainname ] domainname-word = alpha *( alphanum | "-" )

local-identifier = 1*uric

Kondisi yang ditemukan pada Perpustakaan IPB adalah unique identifier

tersebut dikembangkan tidak berdasarkan skema URI namun dikembangkan berdasarkan mekanisme yang dikembangkan oleh Perpustakaan IPB itu sendiri. Meskipun pada dasarnya koleksi tersebut terkelola dengan baik namun, dalam rangka interoperabilitas dan pemanenan secara otomatis dengan menggunakan protokol OAI-PMH maka disarankan kepada Perpustakaan IPB untuk menerapkan

uniqueidentifier sesuai dengan skema URI sehingga kegiatan pertukaran data dan informasi dengan menggunakan protokol OAI-PMH dapat berjalan dengan baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang relevan bagi pengguna dengan cepat dan efisien. Adapun contoh unique identifier tidak dapat ditampilkan

dikarenakan halaman protokol OAI-PMH Perpustakaan IPB hingga saat ini belum dapat diakses.

2. Berkas (record)

Pada protokol OAI-PMH berkas/record bermakna deskripsi dari data atau informasi itu sendiri yang dapat dideskripsikan dalam bentuk metadata Dublin Core, MARC. Pada protokol OAI-PMH umumnya format metadata yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu resources (data/informasi) menggunakan format metadata Dublin Core dan tentu untuk dapat mendeskripsikan suatu resources

(data/informasi) dengan ringkas dan untuk dapat mewakili data dan informasi yang dimaksud maka seluruh field pada metadata Dublin Core seharusnya terisi semua dan adapun kondisi standar berkas dari OAI-PMH dapat dilihat pada Lampiran 1. Kondisi yang terdapat pada berkas milik Perpustakaan IPB adalah tidak seluruh dari 15 elemen format metadata Dublin Core terisi. Hal yang umum ditemukan pada masing-masing berkas adalah tidak terdapatnya pernyataan hak cipta atau beberapa ketentuan-ketentuan menyangkut koleksi yang dimaksud. Sesuai dengan yang terdapat pada panduanpengembangan dari openarchives.org pernyataan hak cipta dapat dimuat dalam container <about>. Ketidaklengkapan informasi pada berkas tentu akan membingungkan harvester yang akan memanen sejumlah data dikarenakan jika koleksi yang dipanen ternyata mendapat perlindungan hak cipta maka akan hal tersebut dapat dikatakan sebagai pencurian dan penyalahgunaan data sehingga dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana yang termuat dalam UU ITE

pasal 32 yaitu “terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya.

2.1 Penghapusan Berkas (DeletedRecord)

Berkas atau record yang diinginkan oleh pemanen dapat saja tidak dapat ditemukan pada proses pemanenan. Hal tersebut dapat saja terjadi karena berkas atau record yang diinginkan telah dihapus oleh pihak perpustakaan dikarenakan

resources atau sumber aslinya juga tidak dapat ditemukan, oleh karena itu seharusnya pada protokol OAI-PMH ditampilkan informasi yang memuat bahwa berkas atau record yang dimaksud oleh harvester telah dihapus dengan memuat tanggal kapan berkas atau record tersebut dihapus sehingga pemanen tidak menunggu terlalu lama kapan berkas atau record tersebut dapat tersedia kembali. Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara terhadap salah satu staf DIDSI tidak ditemukan informasi bahwa pada repositori dapat memuat tanggal dan informasi mengenai penghapusan suatu berkas atau record sehingga akan pemanen atau pengguna yang ingin mencari suatu informasi akan kesulitan untuk mencari atau menunggu suatu informasi yang dimaksud dengan demikian seharusnya informasi mengenai penghapusan suatu berkas atau record tersebut seharusnya dapat ditampilkan.

3. Pemanenan Selektif (Selective Harvesting)

Pemanenan selektif memungkinkan pihak pemanen untuk membatasi penggunaan perintah request pada proses pemanena dengan hanya meminta berkas

Dokumen terkait