• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN TOTAL PETANI HUTAN RAKYAT

di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

YULIA DEVY ANGGOROSASI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat di Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

YULIA DEVY ANGGOROSASI. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh HARIADI KARTODIHARDJO.

Perkembangan hutan rakyat ada kaitannya dengan kesejahteraan petani. Pendapatan total petani hutan rakyat dapat dijadikan sebagai indikator kesejahteraan petani tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjut untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani hutan rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Data diolah dengan uji regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan yaitu umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan (pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan). Sebaliknya, ada dua faktor yang tidak berpenngaruh nyata terhadap pendapatan yaitu jumlah anggota keluarga dan luas lahan yang dimiliki. Implikasi dari hasil penelitian ini terhadap pengembangan hutan rakyat adalah petani hutan rakyat dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatannya sehingga dapat menentukan teknik pengelolaan hutan rakyatnya.

Kata kunci: faktor – faktor, hutan rakyat, pendapatan, pengaruh, petani.

ABSTRACT

YULIA DEVY ANGGOROSASI. Factors which Influence the Total Incomes of the Community Forest Farmers at Karyasari Village, Leuwiliang Sub-District, Bogor District. Supervised by HARIADI KARTODIHARDJO.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN TOTAL PETANI HUTAN RAKYAT

di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

YULIA DEVY ANGGOROSASI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

Nama : Yulia Devy Anggorosasi

NIM : E14080032

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan izin-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 sampai Juni 2012 ini adalah hutan rakyat, dengan judul Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran selama proses penyusunan skripsi penelitian ini 2. Dr. Ir. Leti Sundawati, Msc dan Dr. Ir. I Nyoman Jaya Wistara, MS selaku

dosen penguji yang telah banyak memberikan saran selama ujian komprehensif

3. Bapak Nawawi selaku Kepala Desa Karyasari atas izin yang telah diberikan dan Pak Mansur selaku ketua KTH yang telah membantu dalam pengambilan data

4. Mamah Suyatmi dan Bapak Bambang Anggono Irawan atas doa dan dukungan moril serta materiil. Selain itu, Kakak Yuninta Ekawati Irawan dan Adik Achbarian Trilaksono Irawan yang turut memberikan semangat. 5. Sahabat-sahabat tercinta: Dania Siregar, Ana Widiyawati, Intan Apriliani,

Hapriza Aprilia, Laela Nur Baety, Muhammad Tegar Kusmahidayat Konenda, Art Fudlaili Fanuzia, Baehaki Fajri Ibnu Abbas, Miftachul Jannah, dan Awalludin Ramdhan atas doa dan motivasi selama penyelesaian skripsi. 6. Mike Dwi Hisma yang telah bersama penulis mengambil data penelitian di

lokasi penelitian yang sama.

7. Lella Herdiana dan Rissa Umasyah serta Teman-teman Pondok Al-Jamilah Atas (Teh Yeni, Teh Herly, Dwi, Arum, Yuli, Wilda, Icha, Reny, Ratna, Weni, Ulfa, Citra, dll) yang selalu memberikan semangat dan keceriaan setiap harinya sehingga membantu dalam penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman dari Departemen Manajemen Hutan angkatan 45 yang telah bersama penulis menjalani kegiatan perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

9. Semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan penelitian dan penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Hipotesis 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat dan Sasaran Penelitian 3

Prosedur Penelitian 3

Metode Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Karakteristik Responden 6

Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat 9

Pengeluaran Total Petani Hutan Rakyat 13

Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Hutan Rakyat 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(10)

DAFTAR TABEL

1 Sebaran responden berdasarkan umur responden 7

2 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan 7

3 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga 8

4 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan 8

5 Sebaran responden berdasarkan luas lahan yang dimiliki 9

6 Kelompok KK (responden) dengan 6 kombinasi jenis pendapatan 10

7 Kelompok KK (responden) dengan 4 kombinasi jenis pendapatan 10

8 Kelompok KK (responden) dengan 3 kombinasi jenis pendapatan (tidak memiliki pendapatan dari kolam ikan 11

9 Kelompok KK (responden) dengan 3 kombinasi jenis pendapatan (tidak memiliki pendapatan dari ternak) 11

10 Kelompok KK (responden) dengan 2 kombinasi jenis pendapatan 12

11 Kelompok KK (responden) dengan 1 kombinasi jenis pendapatan 12

12 Sebaran pengeluaran responden berdasarkan umur responden 13

13 Sebaran pengeluaran responden berdasarkan tingkat pendidikan 14

14 Analisis ragam hubungan antara pendapatan total dengan umur Responden tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan, dan luas lahan yang dimiliki 14

15 Uji pengaruh masing-masing variabel terhadap besarnya pendapatan total 15

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian (Desa Karyasari berada di Kabupaten Bogor) 3

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh kuisioner responden 19

2 Data ragam pendapatan responden 20

3 Identitas responden 21

4 Sumber-sumber pendapatan total responden 22

5 Jenis pengeluaran total responden 24

6 Hasil analisis regresi linier berganda 25

7 Variabel-variabel yang digunakan untuk analisis regresi linier berganda 27

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Darusman (2012) menyatakan bahwa negara Indonesia dikenal sebagai negara berkembang, yang memiliki konsep pembangunan dengan mengacu pada konsep pembangunan negara maju. Program pembangunan kehutanan merupakan wujud program pembangunan demi kemakmuran dan keberlanjutan bangsa dan negara Indonesia yang paling cocok. Maksud dari program pembangunan kehutanan adalah hutan menjadi tulang punggung dalam program pembangunannya. Indikator keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah kesejahteraan warga negara tersebut. Dengan demikian, perlu adanya kebijakan pemerintah terkait pembangunan. Selain itu, perlu juga mempertimbangkan kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan status kepemilikan lahan, hutan terbagi atas hutan negara dan hutan hak. Salah satu contoh dari hutan hak adalah hutan rakyat. Utari (2012) menyebutkan bahwa istilah hutan rakyat pertama kali diperkenalkan pada tahun1990-an sebagai dampak pelaksanaan gerakan karang kitri serta program penghijauan dan reboisasi. Beberapa tahun belakangan ini, hutan rakyat mengalami perkembangan. Seperti halnya pada kondisi di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang yang mengalami perkembangan hutan rakyat. Berbicara tentang perkembangan hutan rakyat tentu berkaitan dengan kesejahteraan petaninya. Indikator dari kesejahteraan adalah pendapatan. Menurut Darusman dan Hardjanto (2006), kontribusi dari hutan rakyat masih rendah terhadap pendapatan total yakni tidak lebih dari 10%. hal ini disebabkan oleh adanya pengusahaan hutan rakyat yang masih bersifat incidental dan menjadi usaha sampingan. Selain itu, menurut hasil penelitian Sihombing (2000) di Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak diperoleh hasil bahwa semakin luas lahan hutan rakyat yang dimiliki maka semakin besar pendapatan yang diperoleh. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan total petani hutan rakyat agar dapat diketahui perkembangan dan perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani hutan rakyat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Hipotesis

(12)

2

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi bagi pemerintah dan instansi – instansi terkait dalam hal pengembangan hutan rakyat demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun konsep atau sistem pengelolaan dan pemasaran hasil hutan rakyat bagi warga Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor (khususnya petani hutan rakyat).

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada Bulan Mei sampai Bulan Juni tahun 2012 di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Geografis

Desa Karyasari merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, desa ini terletak pada 42 km dari pusat Kota Bogor dan 9 km dari Kecamatan Leuwiliang (dapat dilihat pada Gambar 1).

(13)

3

Secara administratif Desa Karyasari terletak berbatasan di wilayah Utara dengan Desa Karacak, di wilayah Timur dengan Desa Cibitung Wetan, di wilayah Selatan dengan Desa Puraseda, dan di wilayah Barat dengan Desa Pabangbon. Menurut Monografi Desa Karyasari (Pemda Bogor 2010), Luas wilayah Desa Karyasari yaitu ±621 ha dan terletak pada ketinggian 600 sampai 700 m dari permukaan laut. Wilayah Desa Karyasari berupa perbukitan atau pegunungan sebesar 75% dan daratan sebesar 25%. Curah hujan rata-rata dan suhu rata-rata Desa Karyasari adalah 2500 mm/tahun dan suhu rata-rata 33⁰C. Berdasarkan data monografi tahun 2001, menunjukkan bahwa tata guna lahan di Desa Karyasari terdiri atas perkebunan Negara seluas 300 ha (48.8%) dan lahan pertanian sawah sebesar 249 ha (36.3%) yang terdiri dari sawah pengairan setengah teknis 200 ha dan sawah tadah hujan 49 ha.

Demografi

Berdasarkan Monografi Desa Karyasari (Pemda Bogor 2010), Jumlah penduduk Desa Karyasari pada tahun 2010 sebanyak 8334 jiwa yang terdiri dari 4303 laki-laki dan 4031 perempuan. Selain itu, terdapat 2109 kepala keluarga(KK) yang terdiri atas keluarga prasejahtera 1409 KK dan keluarga sejahtera 700 KK. Sebaran Jenis pekerjaan warga Desa Karyasari diantaranya sebagai berikut petani (40%), pekebun (30%), buruh harian lepas (20%), dan lain-lain (10%).

Alat dan Sasaran Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat tulis, kamera, kalkulator atau alat hitung, software Microsoft Excel 2007, software Minitab 15 dan recorder atau alat perekam. Penelitian ini dilakukan terhadap petani hutan rakyat yang bertempat tinggal dan memiliki lahan hutan rakyat di Desa Karyasari. Selain itu, aparat atau pegawai desa setempat juga menjadi sasaran penelitian ini guna mendapatkan gambaran umum Desa.

Prosedur Penelitian

Jenis data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden sebagai sumber-sumber data dalam hal ini petani hutan rakyat. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor desa setempat.

(14)

4

Metode pengambilan contoh (sampel)

Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja karena penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yakni penelitian tentang Strategi Pengembangan Hutan Rakyat Melalui Pendayagunaan Zakat (Ali 2009).

Metode yang digunakan peneliti untuk menentukan jumlah respoden dalam penelitian ini yaitu pendekatan Taro Yamane. Pemilihan responden ditentukan secara sengaja berdasarkan informasi dari Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) yang berada di lokasi penelitian. Menurut Rakhmat (1998) dalam Riduwan (2009), untuk menentukan jumlah responden dari seluruh kampung dalam satu desa dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan Taro Yamane :

n = N / (N.d2+1) keterangan :

n = jumlah responden (orang)

N = jumlah petani yang tergabung dalam KTH (orang) d = kelonggaran ketelitian (15%)

Jumlah petani yang tergabung dalam KTH di lokasi penelitian ini berjumlah 70 orang sehingga jumlah respondennya dapat diketahui dengan rumus pendekatan Taro Yamane.

n = 70 / (70.(0.152)+1) = 28 orang

Metode pengambilan data

Data penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara yang menggunakan kuisioner. Kuisioner ini terdiri dari identitas responden dan beberapa pertanyaan terkait faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan total petani hutan rakyat. Pendapatan total petani hutan rakyat terbagi pendapatan hutan rakyat dan pendapatan non hutan rakyat. Pendapatan non hutan rakyat menggunakan variabel sebagai berikut: identitas responden, luas kepemilikan lahan non hutan rakyat, pekerjaan sampingan, gaji/upah dari pekerjaan sampingan, besarnya pendapatan non hutan rakyat (contoh: hasil dari panen kebun, sawah atau hewan ternak). Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini meliputi teknik observasi, yaitu data dikumpulkan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti, dan teknik wawancara yaitu data dikumpulkan dengan melakukan tanya jawab secara langsung terhadap responden dengan menggunakan daftar kuisioner (contoh kuisioner terlampir pada Lampiran 1).

(15)

5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis deskriptif

Data yang diperoleh dari responden kemudian diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007. Selanjutnya, pengidentifikasian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Komponen – komponen yang akan disajikan untuk mengidentifikasi karakteristik responden terdiri atas umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan, dan luas lahan yang dimiliki.

Perhitungan pendapatan dan pengeluaran total petani hutan rakyat

Pendapatan total (Itotal) Itotal (Rp) = S (Rp) + NS (Rp) Keterangan :

S (Rp) = pendapatan dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat NS (Rp) = pendapatan dari kegiatan non pengelolaan hutan rakyat Pengeluaran total (Rahim & Hastuti 2007)

C=∑P + ∑NP Keterangan:

C : total pengeluaran rumah tangga (Rp) P : pengeluaran untuk pangan (Rp) NP : pengeluaran untuk non pangan (Rp) Analisis statistik

Analisis statistik yang digunakan adalah uji regresi linier berganda untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan total petani hutan rakyat. Tahapan-tahapan uji regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

a. Menentukan formula hipotesis

H0 : semua variabel X tidak berpengaruh terhadap Y

H1 : minimal ada satu variabel X yang berpengaruh terhadap Y Keterangan :

Y = pendapatan total petani hutan rakyat

X = faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan total petani hutan rakyat terdiri atas:

X1 = umur responden X2 = tingkat pendidikan X3 = jumlah anggota keluarga X41 = jenis pekerjaan utama X42 = jenis pekerjaan sampingan X5 = luas lahan yang dimiliki b. Menentukan taraf nyata (α)

(16)

6

H0 diterima (H1 ditolak) apabila P > α H0 ditolak (H1 diterima) apabila P < α

d. Menentukan nilai uji statistik (nilai F-hitung) e. Menentukan nilai uji statistik (nilai t-hitung)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan UU Nomor 41 Tahun 1999 pasal 1 poin 2, definisi hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Terkait dengan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, undang-undang ini juga mengatur tentang tipe hutan berdasarkan status kepemilikan lahannya terbagi atas dua yaitu hutan negara dan hutan hak. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, sedangkan pengertian dari hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.

Darusman (2012) menyatakan bahwa indikator utama keberhasilan penyelenggaraan hutan rakyat adalah tercapainya manfaat ekonomi bersih yang optimal bagi kelompok masyarakat di sekitar hutan dan terkelolanya hutan secara lestari.

Usman (2001) menyatakan bahwa tanaman yang ada di hutan rakyat pada umumnya selain menghasilkan kayu juga memproduksi buah, getah, dan hasil-hasil lainnya yang mempunyai nilai ekonomi serta jasa lingkungan. Sebagian besar hutan rakyat berada pada daerah pedesaan sehingga banyak warga desa yang memanfaatkannya sebagai mata pencaharian utama atau sebagai pendapatan sampingan. Fauzi (2009) menyatakan bahwa pemilihan jenis tanaman pada hutan rakyat didasarkan pada pertimbangan taktis, yaitu mudah memperoleh bibit, mudah dalam perawatan, cepat menghasilkan, dan harga jual yang menguntungkan.

Karakteristik Responden

Umur Responden

(17)

7 Tabel 1 Sebaran responden berdasarkan umur

Tabel 1 menunjukkan bahwa ada tiga kategori kisaran umur yang memiliki nilai sama yaitu 25%. Ketiga kisaran umur tersebut meliputi (30-40) tahun, (41-50) tahun, dan (61-70) tahun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa responden di lokasi penelitian yang aktife mengelola hutan rakyat rata-rata memiliki umur dengan kisaran umur (31-50) tahun dan (61-70) tahun. Akan tetapi, ada satu responden yang termasuk ke dalam kisaran umur (71-80) tahun.

Tingkat Pendidikan Responden

Pada umumnya, tingkat pendidikan mempengaruhi banyaknya ilmu pengetahuan yang dimiliki dan dipahami oleh seseorang. Ilmu pengetahuan tidak hanya didapat dari pendidikan formal tetapi juga bisa diperoleh dari pendidikan non formal. Seperti halnya, dalam mengelola hutan rakyat dan lahan lainnya pun memerlukan pemahaman dan penguasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, semakin tinggi tingkat pendidikan yang ingin dicapai tentunya semakin besar pula jumlah pengeluaran untuk membiayai pendidikan. Pada tabel 2 di bawah ini menjabarkan kondisi tingkat pendidikan responden di lokasi penelitian.

Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tamat SD/MI 14 50

Tamat SMP 7 25

Tamat SMA/sederajat 7 25

Jumlah 28 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah tamat SD/MI sebesar 50%. Kondisi ini dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan yang dicapai responden masih tergolong rendah. Akan tetapi, belum tentu tingkat pendidikan berbanding lurus dengan besarnya pendapatan total. Selain itu, melihat kondisi lokasi penelitian dan hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa responden (petani hutan rakyat) telah memahami dan menguasai cara pengelolaan hutan rakyat dan lahan lainnya dengan baik, meskipun sebagian besar (50%) responden tingkat pendidikannya tamat SD/MI. Hal tersebut disebabkan oleh adanya program penyuluhan dan pelatihan dari pemerintah.

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga merupakan indikator penilaian ukuran keluarga. Pemerintah pun mencanangkan program keluarga berencana agar dapat mengendalikan pertambahan jumlah penduduk dan menekan angka kemiskinan.

Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

(18)

8

Adapun asumsi yang berkembang di masyarakat adalah semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah pengeluaran sehingga berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan. Walaupun demikian, sebagian besar warga Desa Karyasari tidak terlalu terpengaruh oleh asumsi tersebut. Hal tersebut dapat terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 1 4

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga ≥ 5 (orang) paling mendominasi yaitu sebesar 82%. Sebaliknya, seluruh responden tidak ada yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak dua orang. Berikutnya, kelompok responden dengan jumlah anggota keluarga 3 (orang) berada pada posisi kedua tertinggi yaitu sebesar 11%.

Jenis Pekerjaan

Pada umumnya, jenis pekerjaan menjadi faktor penentu besarnya jumlah pendapatan sehingga tingkat kesejahteraan pun dapat diukur. Berbagai macam jenis pekerjaan yang menjadi sumber mata pencaharian warga Desa ini. Jenis pekerjaan dibagi menjadi dua yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Perbedaan antara pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan terletak pada jumlah waktu dan tenaga yang digunakan dalam mengerjakan suatu pekerjaan tersebut. Berikut hasil wawancara dengan responden terkait pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan yang dimiliki responden.

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan

Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan Jumlah (orang) Persentase (%)

Petani Tidak ada 6 21.43

(19)

9 utama sebagai petani dan pekerjaan sampingannya sebagai wirausaha paling banyak berikutnya dengan nilai sebesar 17.86%. Berdasarkan hasil wawancara, responden yang memiliki pekerjaan utamanya petani sebesar 71%.

Luas Lahan yang Dimiliki

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.22/Menhut-V/2007 tentang pedoman pembuatan tanaman hutan rakyat gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan, hutan rakyat didefinisikan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas minimum 0.25 hektar, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50%.

Berdasarkan hasil observasi, kondisi lahan di lokasi penelitian terlihat dikelola dengan baik dan jumlahnya masih banyak. Jenis lahan sawah yang paling mendominasi di lokasi penelitian ini.

Tabel 5 Luas lahan yang dimiliki responden

Luas lahan (ha) Jumlah (orang) Persentase (%)

≤ 0.5 3 10.71

Tabel 5 menunjukkan bahwa luas lahan 0.51-1.5 ha paling banyak dimiliki oleh responden yaitu sebesar 64.29% atau 18 orang. Sebaliknya, lahan yang kisaran luasnya ≥4.5 ha paling sedikit dimiliki oleh responden yakni sebesar 3.57%. Dalam hal yang sama, luas lahan ≤ 0.5 hektar hanya dimiliki oleh 3 orang responden atau sebesar 10.71%. Kisaran luas lahan 1.51-3.0 ha dimiliki oleh 4 orang responden atau sebesar 14.29%. Kisaran luas lahan 3.1-4.5 ha hanya dimiliki oleh 2 orang responden atau sebesar 7.14%.

Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat

Pendapatan rumah tangga dapat didefinisikan seluruh pendapatan yang diterima oleh suatu rumah tangga dengan satuannya (Rp/th) (Wijaya 2000). Definisi dari rumah tangga adalah kelompok terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan anggota keluarga (istri dan anak) dan bertempat tinggal dalam satu rumah. Pada umumnya, kepala keluarga yang berkewajiban mencari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Samuel dan Nordhaus (2002) dalam Lingga (2009) menyatakan bahwa secara umum pendapatan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Gaji dan upah. Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah dalam kurun waktu tertentu.

(20)

10

3. Pendapatan dari sumber lain. pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran, menyewa aset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk lain.

Irmayani (2002) menyatakan bahwa apabila dibandingkan dengan total pendapatan asli daerah Bogor tahun 2000 maka prospek pendapatan kayu rakyat di Kecamatan Leuwiliang jika dilihat dari indikator kesediaan masyarakat akan retribusi ijin tebang dan angkut sebesar 1.067% sedangkan prospek pendapatan kayu rakyat jika menggunakan sistem PSDH yaitu sebesar 1.202%.

Menurut penelitian Fauzi (2009), semakin besar jumlah tanggungan atau anggota anggota keluarga petani maka semakin tinggi pengeluaran rumah tangganya. Hal tersebut mendorong para petani untuk lebih giat mencari tambahan pendapatan sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar jumlah tanggungan atau anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah pendapatannya.

Pengelompokkan sebaran kepala keluarga (KK) berdasarkan kombinasi jenis pendapatan yang dimiliki. Dasar pertimbangannya agar dapat terlihat jelas kesejahteraan petani hutan rakyat per kepala keluarga (KK) dari jumlah pendapatan (Rp/th). Berdasarkan kriteria kemiskinan Bank Dunia, tingkat pendapatan seorang responden dapat dikatakan sejahtera (berada di atas garis kemiskinan) apabila jumlah pendapatannya lebih dari $2 per hari atau Rp 6 408 000/tahun sedangkan tingkat pendidikan dikatakan miskin absolut ( berada di bawah garis kemiskinan) apabila jumlah pendapatannya di bawah $1 per hari atau Rp 3 204 000/tahun dan miskin menengah apabila jumlah pendapatannya di atas Rp 3 204 000/tahun dan di bawah Rp 6 408 000/tahun. Jenis pendapatan responden meliputi hasil hutan rakyat dan hasil non hutan rakyat (sawah, kebun, ternak, kolam ikan, dan lain-lain).

Tabel 6 Kelompok KK (responden) dengan 6 kombinasi jenis pendapatan No.

KK

Jenis Pendapatan (Rp/th) Jumlah

(Rp/kk/th) Hutan

rakyat Sawah Kebun Ternak Kolam

ikan Lain-lain

4 2 400 000 13 500 000 18 350 000 900 000 525 000 7 200 000 42 875 000

Tabel 6 menunjukkan bahwa hanya ada satu responden yang memiliki enam kombinasi jenis pendapatan jumlah pendapatannya sebesar Rp 42 875 000/kk/th. Dalam hal yang sama, jumlah kombinasi jenis pendapatan paling banyak belum tentu memiliki jumlah pendapatan terbesar. Responden dengan nomor 4 termasuk kategori sejahtera karena jumlah pendapatannya di atas Rp 6 408 000/tahun. Tabel 7 Kelompok KK (responden) dengan 4 kombinasi jenis pendapatan

No. KK

Jenis pendapatan (Rp/th) Jumlah (Rp/kk/th) Hutan rakyat Sawah Kebun Ternak Lain-lain

(21)

11 Tabel 7 menunjukkan bahwa responden dengan nomor KK 8 memiliki jumlah pendapatan terbesar yaitu sebesar Rp69 200 000/kk/th. Selain itu, jumlah pendapatannya pun lebih besar daripada responden dengan enam kombinasi jenis pendapatan. Hal ini disebabkan oleh besarnya kontribusi jenis penghasilan (lain-lain) yaitu Rp48 000 000. Ada satu responden yang tidak memiliki jenis pendapatan dari sawah karena hasil panennya tidak dijual tetapi dikonsumsi pribadi sehingga hal ini mempengaruhi terhadap pengeluaran total responden. Seluruh responden pada kelompok ini termasuk kategori sejahtera karena jumlah pendapatannya di atas Rp 6 408 000/tahun.

Tabel 8 Kelompok KK (responden) dengan 3 kombinasi jenis pendapatan (tidak memilliki pendapatan dari kolam ikan)

No. KK

Jenis pendapatan (Rp/th) Jumlah Hutan rakyat Sawah Kebun Ternak Lain-lain (Rp/kk/th) 5 - - 2 900 000 30 000 000 9 000 000 41 900 000

Tabel 8 menunjukkan seluruh responden memiliki tiga kombinasi jenis pendapatan dan tidak memiliki pendapatan dari kolam ikan. Responden dengan nomor KK 13 memiliki pendapatan terbesar karena besarnya kontribusi dari kebun dan lain-lain. Beberapa responden tidak memiliki pendapatan dari sawah karena hasil panennya untuk konsumsi pribadi sehingga mempengaruhi jumlah pengeluaran total petani hutan rakyat, kecuali responden nomor 19 karena tidak memiliki sawah. Selain itu, ada empat responden yang tidak memiliki jenis penghasilan dari hutan rakyat disebabkan belum panen dan belum dilakukannya penjarangan sehingga belum bisa menghasilkan pendapatan bagi petani. Seluruh responden pada kelompok ini termasuk pada kategori sejahtera, kecuali respoden nomor 24 temasuk kategori miskin karena jumlah pendapatannya di bawah Rp 3 204 000/tahun yaitu sebesar Rp 1 705 000/tahun.

Tabel 9 Kelompok KK (responden) dengan 3 kombinasi jenis pendapatan (tidak memiliki pendapatan dari ternak)

No. KK

Jenis pendapatan (Rp/th) Jumlah Hutan rakyat Sawah Kebun Kolam ikan Lain-lain (Rp/kk/th) 10 - 13 200 000 780 000 - 4 200 000 18 180 000 11 3 000 000 - 7 500 000 - 1 800 000 12 300 000 15 1 400 000 - - 28 800 000 3 600 000 33 800 000 17 - - 2 000 000 800 000 12 000 000 14 800 000

(22)

12

seluruh responden pada kelompok ini tidak memiliki jenis pendapatan dari sawah karena hasil panennya untuk konsumsi pribadi sehingga berpengaruh terhadap jenis pengeluaran pangan. Seluruh responden pada kelompok ini termasuk kategori sejahtera karena jumlah pendapatannya di atas Rp 6 408 000/tahun.

Tabel 10 Kelompok KK (responden) dengan 2 kombinasi jenis pendapatan No.

KK

Jenis pendapatan (Rp/th) Jumlah (Rp/kk/tahun) Hutan rakyat Sawah Kebun Ternak Lain-lain

9 - 26 400 000 - - 3 600 000 30 000 000

Tabel 10 menunjukkan bahwa pendapatan responden nomor KK 14 jumlah pendapatannya lebih besar daripada jumlah pendapatan responden dengan tiga kombinasi jenis penghasilan. Hal ini diakibatkan oleh besarnya kontribusi dari hutan rakyat dan kebun. Responden nomor 20 dan 23 tidak memiliki jenis pendapatan dari sawah karena tidak memiliki sawah sedangkan responden lainnya tidak memiliki jenis pendapatan dari sawah karena hasil panennya untuk konsumsi pribadi. Pada kelompok ini seluruh responden tidak memiliki jenis pendapatan dari kolam ikan karena hasil panennya untuk konsumsi pribadi atau tidak memiliki kolam ikan. Responden nomor 20 termasuk kategori miskin menengah karena jumlah pendapatannya di atas Rp 3 204 000/tahun tetapi di bawah Rp 6 408 000/tahun yaitu sebesar Rp 6 200 000/tahun.

Tabel 11 Kelompok KK (responden) dengan 1 kombinasi jenis pendapatan

No. KK

Jenis pendapatan (Rp/th) Jumlah (Rp/kk/th) Hutan rakyat Kebun Ternak Lain-lain

2 650 000 - - - 650 000

3 - 2 000 000 - - 2 000 000

18 - - - 18 000 000 18 000 000

22 - 6 000 000 - - 6 000 000

26 - - 1 000 000 - 1 000 000

(23)

13 Seluruh tabel kelompok KK (responden) dengan berbagai kombinasi jenis pendapatan menunjukkan bahwa semakin banyaknya kombinasi jenis pendapatan tidak selalu menyebabkan semakin besarnya jumlah pendapatan (fluktuatif). Akan tetapi, besarnya jumlah pendapatan dipengaruhi oleh jenis pendapatan yang dimiliki oleh responden. Hal ini disebabkan adanya beberapa jenis pendapatan (sawah, kebun, dan lain-lain) yang lebih besar pengaruhnya terhadap pendapatan responden. Selain itu, sebagian besar responden yang tidak menjual hasil panen dari salah satu atau beberapa jenis pendapatan atau tidak memiliki lahan untuk menghasilkan jenis pendapatan tertentu juga mempengaruhi besarnya pendapatan dan pengeluaran.

Pengeluaran Total Petani Hutan Rakyat

Pertimbangan pengelompokkan pengeluaran responden berdasarkan umur responden dan tingkat pendidikan adalah sebaran KK yang merata dan hampir seluruh KK memiliki berbagai jenis pengeluaran sehingga lebih efektif jika dikelompokkan berdasarkan umur responden dan tingkat pendidikan. jenis pengeluaran yang dijabarkan pada tabel 12 dan 13 meliputi: pangan, pendidikan, sandang, kesehatan, transportasi, dan lain-lain (iuran atau sumbangan).

Tabel 12 Sebaran pengeluaran responden berdasarkan umur responden

Jenis pengeluaran Klasifikasi pengeluaran berdasarkan umur responden (Rp/tahun)

30 – 40 41 – 50 51 - 60 61 – 70 71 - 80

Pangan 47 400 000 32 040 000 40 660 000 45 640 000 10 080 000 Pendidikan 69 016 000 26 000 000 6 120 000 18 180 000 - Sandang 9 300 000 13 500 000 9 000 000 7 000 000 3 000 000 Kesehatan 9 000 000 8 400 000 5 400 000 12 600 000 1 800 000

Transportasi 4 600 000 8 600 000 600 000 3 300 000 1 200 000 Lain-lain 1 480 000 200 000 1 080 000 1 200 000 - Total 140 796 000 88 740 000 62860 000 87 920 000 16 080 000

Rata-rata (/kk/tahun) 20 113 714 12 677 143 10 476 667 12 560 000 16 080 000

(24)

14

Tabel 13 Sebaran pengeluaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

Jenis pengeluaran Klasifikasi pengeluaran berdasarkan tingkat pendidikan (Rp/tahun)

SD/MI SMP SMA

Tabel 13 menunjukkan bahwa total dan rata-rata pengeluaran tertinggi berada pada kelas tingkat pendidikan SMA/Sederajat yaitu sebesar Rp154 940 000/tahun dan Rp22 134 286/kk/tahun. Pada umumnya, pangan selalu menjadi kebutuhan utama dalam pengeluaran rumah tangga sehingga jumlah pengeluarannya pun paling besar dibandingkan dengan kebutuhan lainnya (seperti pendidikan, sandang, kesehatan, transportasi, dll). Hal ini terlihat pada Tabel 12 dan 13 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis pengeluaran yang paling besar adalah pangan (44.35%), sedangkan besarnya persentase dari pendidikan (30.10%), sandang (10.55%), kesehatan (9.38%), transportasi (4.62%), dan lain-lain (1%).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Hutan Rakyat

Analisis statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh faktor-faktor terhadap pendapatan petani hutan rakyat adalah uji regresi linier berganda. Terdapat dua jenis variabel yang digunakan yaitu variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X). Variabel Y menunjukkan pendapatan total petani hutan rakyat. Variabel X yang terdiri dari empat variabel meliputi X1 menunjukkan umur responden, X2 adalah tingkat pendidikan, X3 adalah jumlah anggota keluarga, X4 adalah jenis pekerjaan (dibagi menjadi dua, yaitu X41 menunjukkan pekerjaan utama dan X42 menunjukkan pekerjaan sampingan), dan X5 adalah luas lahan yang dimiliki. Proses hasil analisis regresi linier berganda lebih rincinya terdapat pada lampiran 6.

Tabel 14 Analisis ragam hubungan antara pendapatan total dengan umur responden, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan, dan luas lahan yang dimiliki

Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung P

Regresi 6 2.41595 x 1014 4.02658 x 1013 8.12 0.001 Galat 13 6.44772 x 1013 4.95979 x 1012

(25)

15 Dari hasil uji-F (Tabel 15), diperoleh nilai p (0.001) < α (0.05), maka tolak H0 artinya model nyata dan layak digunakan. Model tersebut memiliki nilai koefisien determinasi square (R-Sq) sebesar 78.9% artinya secara simultan keragaman data yang diamati dapat dijelaskan dalam model sebesar 78.9% sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk dalam model. Tabel 15 Uji pengaruh masing-masing variabel terhadap besarnya pendapatan

total

Variabel Koefisien terstandardisasi t hitung P

Umur -214298 -2.94 0.012

Tingkat pendidikan -1514300 -2.33 0.037 Jumlah anggota keluarga 848951 2.07 0.059 Pekerjaan utama -2825497 -2.96 0.011 Pekerjaan sampingan 1692178 4.90 0.000 Luas lahan yang dimiliki 79707 0.18 0.857

Uji-T digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel terhadap besarnya pendapatan total. Hipotesisnya terdiri dari H0 (x tidak berpengaruh terhadap y) dan H1 (x berpengaruh terhadap y). Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima (H1 ditolak) apabila p > α dan H0 ditolak (H1 diterima) apabila p < α. Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa ada empat variabel yang memiliki p-value < α (5%), sehingga tolak H0, artinya umur responden, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan (pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan) berpengaruh nyata terhadap Y.

Persamaan regresi linier berganda yang diperoleh dari pendapatan total petani hutan rakyat adalah Y = 22625760 - 214298 X1 - 1514300 X2 - 2825497 X41 + 1692178 X42. Persamaan tersebut merupakan hasil gambaran dari kondisi responden di lokasi penelitian sehingga tidak dapat diaplikasikan pada lokasi lain. Variabel X1 (umur responden) pada persamaan tersebut menunjukkan bahwa umur responden berpengaruh terhadap pendapatan responden karena semakin produktif umur responden maka akan mempengaruhi besarnya pendapatan. selain itu, hal tersebut disebabkan oleh kondisi responden di lokasi penelitian yang sebagian besar 75% memiliki kisaran umur 30-50 tahun dan 61-70 tahun. Variabel X2 (tingkat pendidikan) pada persamaan tersebut bukan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin kecil jumlah pendapatannya. akan tetapi, terbentuknya variabel X2 pada persamaan tersebut menunjukkan kondisi responden di lokasi penelitian, sebagian besar 50% responden memiliki tingkat pendidikan SD/MI. Variabel X41 (pekerjaan utama) dan variabel X42 (pekerjaan sampingan) memiliki bentuk yang berbeda pada persamaan tersebut. Hal ini disebabkan kondisi dari kedua jenis pekerjaan yang dimiliki responden. Pada kenyataannya, pekerjaan sampingan lebih besar pengaruhnya terhadap jumlah pendapatan responden sehingga kondisi ini menunjukkan adanya ketidaksamaan antara pengakuan responden terhadap jenis pekerjaan. Apabila dilihat dari jumlah pendapatan yang dihasilkan, beberapa jenis pekerjaan sampingan yang dimiliki responden seharusnya termasuk jenis pekerjaan utama.

(26)

16

hutan rakyat dengan rumah petani, dan jumlah jenis tanaman yang ditanam di hutan rakyat. Lain halnya dengan hasil penelitian ini ada empat faktor juga tetapi faktor-faktor tersebut meliputi umur responden, tingkat pendidikan, pekerjaan utama, dan pekerjaan sampingan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Kondisi responden di lokasi penelitian menunjukkan bahwa pendapatan total petani hutan rakyat dipengaruhi oleh umur responden, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan (pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan) di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang.

2. Ragam pendapatan responden yang berada di lokasi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa besarnya jumlah pendapatan dipengaruhi oleh beberapa jenis pendapatan (sawah, kebun, dan lain-lain) yang lebih besar pengaruhnya terhadap pendapatan responden. Selain itu, sebagian besar responden yang tidak menjual hasil panen dari salah satu atau beberapa jenis pendapatan atau tidak memiliki lahan untuk menghasilkan jenis pendapatan tertentu juga mempengaruhi besarnya pendapatan dan pengeluaran.

3. Implikasi dari hasil penelitian ini terhadap pengembangan hutan rakyat adalah petani hutan rakyat dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatannya sehingga dapat menentukan teknik pengelolaan hutan rakyatnya.

Saran

1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada petani hutan rakyat mengenai hasil penelitian ini

2. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diadakan oleh pemerintah (dalam hal ini adalah Dinas Kehutanan) perlu dilakukan secara berkala agar petani dapat meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan hutan rakyatnya. 3. Perlu dilakukan pengelolaan hutan rakyat secara optimal dan terpadu oleh

petani.

DAFTAR PUSTAKA

Ali KM. 2009. Strategi Pengembangan Hutan Rakyat Melalui Pendayagunaan Zakat di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(27)

17 Darusman D. 2012. Kehutanan Demi Keberlanjutan Indonesia. Bogor (ID): IPB

Pr.

Darusman D, Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Di dalam: Tinambunan D, Rachman O, Sumarni G, Balfas J, Suhariyanto, Tampubolon AP,editor. Kontribusi Hutan Rakyat dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006; 2006 Sept 21; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): CV. Biografika. hlm 9.

Fauzi A. 2009. Partisipasi Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Irmayani D. 2002. Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

[Kemenhut RI] Kementerian Kehutanan Republik Indonesia (ID). 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.22 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Dephut [Internet]. [diunduh 2013 Mar 13]. Tersedia pada: http://www.dephut. go.id/files/L1_P22_07.pdf.

[Kemensetneg RI] Sekretariat Negara Republik Indonesia (ID). 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. [Internet]. [diunduh 2012 Des 4]. Tersedia pada: http://www.dephut.go.id/ files/undang-undang republik indonesia nomor 41 tahun 1999.

Lingga I. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Industri Kecil [Tesis]. [Internet]. [diunduh pada 2013 Mar 13]. Tersedia pada: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16789/4/ Chapter%20II.pdf

Pemda Bogor. 2010. Monografi Desa Karyasari 2010. Bogor (ID): Pemda Bogor Rahim A, Hastuti DRD. 2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Riduwan.2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): Alfabeta.

Sihombing TPH. 2000. Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Cileles Kabupaten Lebak Jawa Barat [Skripsi]. [Internet]. [diunduh pada 2013 Mar 14]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 26508/ D00tph.pdf?sequence=2

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Alfabeta.

Usman M. 2001. Memposisikan Hutan Rakyat Sebagai Aktualisasi Ekonomi Kerakyatan. Di dalam:Makalah Hutan Rakyat. Seminar Hutan Rakyat; 2001 April 11; Riau. Riau (ID): [MPI Reformasi]. hlm 3. [No abstr tidak diketahui]. Utari DA. 2012. Penerapan Strategi Hutan Rakyat Opsi Penyelamatan

Kehancuran Hutan Negara. Yogyakarta (ID): Cakrawala

(28)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 contoh kuisioner responden (petani hutan rakyat)

KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN TOTAL PETANI HUTAN RAKYAT

(Studi Kasus : Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

No. responden : ………... Tanggal Pengisian : ………... Strata(*) : I. ( Luas lahan lebih dari 2 hektar )

II. ( Luas lahan antara 1 sampai 2 hektar ) III. ( Luas lahan kurang dari 1 hektar ) (*)pilih salah satu

Identitas Responden

Nama Lengkap : ...

Umur : ………...

Jenis Kelamin : L / P (lingkari salah satu)

Alamat : ………...

………...

Pekerjaan utama : ……….

Pekerjaan sampingan : ………. Pendapatan rata-rata per bulan : ………... Tingkat pendidikan : ………... Jumlah tanggungan : ……orang

Kepemilikan Lahan

1. Berapa luas lahan yang Bapak/Ibu miliki ? a. Rumah & pekarangan : ………. ha b. Hutan rakyat : ………. ha c. Kebun : ………. ha d. Kolam / rawa : ………. ha e. Peternakan : ………. ha f. Lainnya : ………. Ha

2. Proses manakah yang Bapak/Ibu jalani untuk mendapatkan status pemilikan lahan ?

(29)

19 3. Apa status usaha yang Bapak/Ibu kelola? (beri tanda checklist)

Jenis Lahan Petani Penggarap

Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat

1. Apakah Bapak / Ibu tergabung dalam kelompok tani hutan ? a. Ya b. Tidak

2. Apakah seluruh jenis lahan yang Bapak / Ibu kelola merupakan sumber – sumber pendapatan terhadap pendapatan total Bapak / Ibu?

a.Ya b. Tidak

3. Jika Ya, isilah tabel rincian pendapatan yang didapat dari berbagai jenis lahan yang Bapak / Ibu kelola.

Sumber – sumber pendapatan Pendapatan per bulan ( Rp ) Hutan rakyat

Kebun Kolam / rawa

Peternakan

4. Jika jawabannya tidak pada No.2, Sebutkan sumber – sumber pendapatan terhadap pendapatan total Bapak / Ibu ?

1) ………

2) ………

3) ………

4) ………

5) ………

5. Isilah tabel rincian pendapatan yang didapat dari sumber-sumber pendapatan pada No.4 ?

Sumber – sumber pendapatan Pendapatan per bulan ( Rp )

1. 2. 3. 4. 5. 6. Adakah sumber pendapatan lain selain pada tabel soal No.3 terhadap

pendapatan total Bapak / Ibu?

(30)

20

Lampiran 2 Data ragam pendapatan responden

No. Respon

den

∑ Luas Lahan

(ha)

Tingkat

Pendidikan Umur Pekerjaan Utama

Jumlah Pendapatan

(Rp/th)

1 1.03 SMA 43 Wiraswasta 13 200 000

2 0.91 SD/MI 32 Buruh 650 000

3 7.00 Pesantren 56 Petani 2 000 000

4 2.51 SD 61 Petani 42 875 000

5 0.54 SMA 38 Petani 41 900 000

6 4.04 SD 45 Petani 31 300 000

7 0.91 SD 60 Petani 19 400 000

8 2.61 SMP 50 Petani 69 200 000

9 4.03 SD 66 Petani 30 000 000

10 1.41 SMA 38 Petani 18 000 000

11 0.41 SMP 65 Petani 12 300 000

12 1.50 SD 65 Petani 42 800 000

13 1.31 SMP 45 Petani 52 700 000

14 1.01 SMP 45 Petani 35 000 000

15 1.91 SMP 35 Petani 33 800 000

16 0.72 SD 60 Petani 12 500 000

17 1.78 SMP 66 Kepala Desa 14 800 000 18 0.26 SMA 36 Bendahara Desa 18 000 000

19 1.10 SD 31 Pedagang 10 600 000

20 0.51 SD 40 Petani 6 200 000

21 0.61 SMP 45 Buruh Bangunan 11 200 000

22 0.96 SD/MI 61 Petani 6 000 000

23 0.25 SD 45 Petani 11 500 000

24 0.76 SD 75 Petani 1 705 000

25 0.54 SD 60 Pedagang Sayuran 40 200 000

26 0.91 SD 59 Petani 1 000 000

27 0.82 SMA 56 Wirausaha 16 600 000

(31)

21 Lampiran 3 Identitas responden

No Nama

Lengkap Umur

Jenis Kelamin

Pekerjaan Pendapatan

rata-rata (Rp/bulan)

Tingkat Pendidikan

∑ anggota keluarga Utama Sampingan

1 Mansur 43 Laki-laki Wiraswasta Petani 500 000 SMA 5

2 Arip 32 Laki-laki Buruh Petani 500 000 SD/MI 5

3 Baidin 56 Laki-laki Petani Tidak ada 500 000 Pesantren 10

4 Ma'in 61 Laki-laki Petani Pedagang Buah 1 000 000 SD/MI 8

5 Junaedi 38 Laki-laki Petani Buruh bangunan 500 000 SMA 6

6 Dalim 45 Laki-laki Petani Pedagang Sayuran 600 000 SD/MI 5

7 Anang 60 Laki-laki Petani Tidak ada 500 000 SD/MI 7

8 Madhaer 50 Laki-laki Petani Pensiunan Pegawai 4 000 000 SMP 6

9 Sahari 66 Laki-laki Petani Tidak ada 2 200 000 SD/MI 7

10 Ujun Junaidi 38 Laki-laki Petani Buruh bangunan 500 000 SMA 4

11 Ukar 65 Laki-laki Petani Penjual Bibit 600 000 SMP 7

12 Mumuh 65 Laki-laki Petani Pedagang 1 000 000 SD/MI 9

13 Nanang 45 Laki-laki Petani Wirausaha 1 500 000 SMP 9

14 Noh 45 Laki-laki Petani Wirausaha 3 000 000 SMP 5

15 Mahmud 35 Laki-laki Petani Ojeg 1 500 000 SMP 5

16 Madsuri 60 Laki-laki Petani Tidak ada 500 000 SD/MI 9

17 A. Nawawi 66 Laki-laki Kepala Desa Petani 1 000 000 SMP 9

18 Riyad S 36 Laki-laki Bendahara Desa Petani 1 000 000 SMA 3

19 Syafei 31 Laki-laki Pedagang Petani 1 000 000 SD/MI 3

20 Madali 40 Laki-laki Petani Pemborong Kayu 1 500 000 SD/MI 1

21 Saiman 45 Laki-laki Buruh Petani dan Pedagang 3 300 000 SMP 6

(32)

22

Lanjutan lampiran 3

No Nama

Lengkap Umur

Jenis Kelamin

Pekerjaan Pendapatan

rata-rata (Rp/bulan)

Tingkat Pendidikan

∑ anggota keluarga Utama Sampingan

23 Katma 45 Laki-laki Petani Buruh dan Pedagang 500 000 SD/MI 3

24 Engkik 75 Laki-laki Petani Tidak ada 500 000 SD/MI 8

25 Santa 60 Laki-laki Pedagang Sayuran Petani 600 000 SD/MI 8

26 Relhadi 59 Laki-laki Petani Buruh bangunan 1 800 000 SD/MI 6

27 Tabroni 56 Laki-laki Wirausaha Bengkel Petani 600 000 SMA 8

28 Ujang Sopian 65 Laki-laki Petani Pensiunan Guru 1 000 000 SMA 9

Lampiran 4 Sumber-sumber pendapatan total responden

No Sumber Pendapatan (Rp/tahun) Jumlah

(Rp/Tahun)

HR (penjarangan) Pertanian(sawah) Perkebunan Peternakan Kolam Ikan Lain-Lain

1 1 500 000 1 500 000 0 9 000 000 0 1 200 000 13 200 000

2 650 000 0 0 0 0 0 650 000

3 0 0 2 000 000 0 0 0 2 000 000

4 2 400 000 13 500 000 18350000 900 000 525 000 7 200 000 42 875 000

5 0 0 2900000 30 000 000 0 9 000 000 41 900 000

6 2 000 000 0 17600000 4 500 000 0 7 200 000 31 300 000

7 2 200 000 13 200 000 1500000 2 500 000 0 0 19 400 000

8 2 200 000 12 000 000 7000000 0 0 48 000 000 69 200 000

9 0 26 400 000 0 0 0 3 600 000 30 000 000

(33)

23 Lanjutan lampiran 4

No Sumber Pendapatan (Rp/tahun) Jumlah

(Rp/Tahun)

HR (penjarangan) Pertanian(sawah) Perkebunan Peternakan Kolam Ikan Lain-Lain

10 0 13 200 000 600 000 0 0 4 200 000 18 000 000

11 3 000 000 0 7 500 000 0 0 1 800 000 12 300 000

12 2 000 000 12 000 000 0 12 000 000 0 16 800 000 42 800 000

13 0 0 25 000 000 2 500 000 0 25 200 000 52 700 000

14 10 000 000 0 25 000 000 0 0 0 35 000 000

15 1 400 000 0 0 0 28 800 000 3 600 000 33 800 000

16 0 0 8 700 000 3 800 000 0 0 12 500 000

17 0 0 2 000 000 0 800 000 12 000000 14 800 000

18 0 0 0 0 0 18 000 000 18 000 000

19 4 500 000 0 2 500 000 0 0 3 600 000 10 600 000

20 5 000 000 0 0 1 200 000 0 0 6 200 000

21 7 600 000 0 0 0 0 3 600 000 11 200 000

22 0 0 6 000 000 0 0 0 6 000 000

23 0 0 0 2 500 000 0 9 000 000 11 500 000

24 225 000 0 980 000 0 0 500 000 1 705 000

25 0 30 000 000 0 3 000 000 0 7 200 000 40 200 000

26 0 0 0 1 000 000 0 0 1 000 000

27 0 9 000 000 400 000 0 0 7 200 000 16 600 000

(34)

24

Lampiran 5 jenis pengeluaran total responden

No. Pengeluaran (Rp/Tahun) Total

(Rp/tahun)

Beras Non Beras Pendidikan Lain-lain (iuran) Sandang Transportasi Kesehatan

1 4 680 000 4 800 000 9 600 000 200 000 2 000 000 4 800 000 1 800 000 27 880 000

2 4 800 000 6 000 000 8 400 000 1 080 000 1 500 000 0 1 200 000 22 980 000

3 1 080 000 1 200 000 2 280 000

4 0 13 000 000 0 0 0 3 000 000 16 000 000

5 4 320 000 1 200 000 1 000 000 0 0 0 1 200 000 7 720 000

6 0 1 200 000 1 000 000 0 1 000 000 200 000 1 200 000 4 600 000

7 0 1 200 000 0 0 1 500 000 0 1 200 000 3 900 000

8 0 1 200 000 8 400 000 0 2 000 000 0 1 200 000 12 800 000

9 0 3 600 000 0 0 0 0 1 200 000 4 800 000

10 0 4 800 000 0 0 2 000 000 100 000 1 200 000 8 100 000

11 540 000 0 0 0 1 000 000 600 000 1 200 000 3 340 000

12 0 0 180 000 0 0 1 200 000 1 200 000 2 580 000

13 0 3 600 000 1 000 000 0 2 000 000 600 000 1 200 000 8 400 000

14 0 3 600 000 0 2 000 000 1 200 000 1 200 000 8 000 000

15 360 000 3 600 000 5 616 000 400 000 3 000 000 3 600 000 2 400 000 18 976 000

16 180 000 7 200 000 0 0 500 000 0 1 200 000 9 080 000

17 540 000 12 000 000 6 000 000 1 200 000 3 000 000 300 000 1 200 000 24 240 000

18 1 080 000 7 200 000 54 000 000 0 2 000 000 200 000 600 000 65 080 000

19 2 160 000 7 200 000 0 0 500 000 100 000 1 200 000 11 160 000

20 1 080 000 3 600 000 0 0 300 000 600 000 1 200 000 6 780 000

(35)

25 Lanjutan lampiran 5

No. Pengeluaran (Rp/Tahun) Total

(Rp/tahun)

Beras Non Beras Pendidikan Lain-lain (iuran) Sandang Transportasi Kesehatan

22 1 080 000 3 600 000 0 0 2 000 000 1 200 000 1 200 000 9 080 000

23 2 160 000 3 600 000 0 0 1 500 000 600 000 600 000 8 460 000

24 6 480 000 3 600 000 0 0 3 000 000 1 200 000 1 800 000 16 080 000

25 4 320 000 2 400 000 0 0 2 000 000 600 000 1 200 000 10 520 000

26 6 480 000 10 800 000 120 000 1 080 000 2 000 000 0 600 000 21 080 000

27 1 000 000 4 800 000 6 000 000 0 3 000 000 0 1 200 000 16 000 000

28 6 480 000 4 800 000 12 000 000 0 1 000 000 0 3 600 000 27 880 000

Lampiran 6 Hasil analisis regresi linier berganda

1. Uji Asumsi terbagi atas empat uji diantaranya sebagai berikut : a. Autokorelasi

H0: tidak ada autokorelasi H1: ada autokorelasi

Terima H0 jika nilai DW ≤ 2, berarti tidak terdapat autokorelasi. Durbin-Watson statistic = 1.72104

(36)

26 b. Normalitas

H0: residual menyebar normal H1: residual tidak menyebar normal

50

Plot uji kenormalan memberikan p-value 0.062 > 0.05, artinya terima H0 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa residual menyebar normal.

c. Heteroskedastis Uji Park

Hipotesis:

H0: ragam homogen H1: ragam tidak homogen Analysis of Variance

Source DF SS MS F p

Regression 6 5.284 0.881 0.29 0.929 Residual Error 13 38.849 2.988

Total 19 44.133

p-value 0.929 > alpha 5%, terima H0, artinya ragam homogen d. Multikolinearitas

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 22625760 4830562 4.68 0.000

X1 -214298 72907 -2.94 0.012 3.379

X2 -1514300 650437 -2.33 0.037 1.348

X3 848951 409785 2.07 0.059 3.445

X41 -2825497 953684 -2.96 0.011 1.064

X42 1692178 345343 4.90 0.000 1.183

X5 79707 433224 0.18 0.857 1.521

(37)

2. Uji F (menguji model secara keseluruhan) Hipotesis:

H0: model tidak layak H1:model layak Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 6 2.41595E+14 4.02658E+13 8.12 0.001 Residual Error 13 6.44772E+13 4.95979E+12

Total 19 3.06072E+14

p-value 0.001 < 0.05, kesimpulan tolak H0 , artinya model nyata dan layak digunakan

3. Uji t (menguji pengaruh masing-masing variabel X terhadap Y) Hipotesis:

H0: x tidak berpengaruh terhadap y H1: x berpengaruh terhadap y

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 22625760 4830562 4.68 0.000

X1 -214298 72907 -2.94 0.012 3.379

X2 -1514300 650437 -2.33 0.037 1.348

X3 848951 409785 2.07 0.059 3.445

X41 -2825497 953684 -2.96 0.011 1.064

X42 1692178 345343 4.90 0.000 1.183

X5 79707 433224 0.18 0.857 1.521

Tolak H0 jika p-value < alpha 5%, artinya x berpengaruh nyata terhadap y Persamaan Regresi:

Y = 22625760 - 214298 X1 - 1514300 X2 - 2825497 X41 + 1692178 X42

Lampiran 7 Variabel-variabel yang digunakan untuk analisis regresi linier berganda

Y X1 X2 X3 X41 X42 X5

6000000 43 3 5 4 3 1.03

6000000 56 3 10 3 0 7.00

12000000 61 1 8 3 4 2.51

6000000 38 3 6 3 1 0.54

6000000 60 1 7 3 0 0.91

(38)

Lanjutan lampiran 7

Y X1 X2 X3 X41 X42 X5

6000000 38 3 4 3 1 1.41

7200000 65 2 7 3 4 0.41

12000000 65 1 9 3 4 1.50

18000000 45 2 9 3 4 1.31

18000000 35 2 5 3 4 1.91

6000000 60 1 9 3 0 0.72

12000000 66 2 9 2 3 1.78

12000000 36 3 3 2 3 0.26

12000000 31 1 3 4 3 1.10

6000000 61 1 5 3 0 0.96

6000000 45 1 3 3 1 0.25

6000000 75 1 8 3 0 0.76

7200000 60 1 8 4 3 0.54

7200000 56 3 8 4 3 0.82

12000000 65 3 9 3 3 0.84

(39)

4

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Juli 1990 di Jakarta Timur. Penulis merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Bambang Anggono Irawan dan Suyatmi. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Angkasa 1 Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Pada tahun yang bersamaan penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan di kampus selama menempuh pendidikan di IPB. Tahun 2009 penulis menjadi Sekretaris dan Bendahara Panitia Pemilihan Raya Wilayah Fakultas Kehutanan. Tahun 2010 penulis aktif di Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan sebagai sekretaris umum dan merangkap sebagai anggota Komisi I serta bertugas sebagai Sekretaris Komisi Pemilihan Raya Wilayah Fakultas Kehutanan. Tahun 2011 penulis aktif di Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan sebagai anggota komisi III dan merangkap sebagai delegasi di Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa sebagai Wakil Sekretaris Jenderal 1. Tahun 2011-2012 penulis aktif di Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB sebagai sekretaris komisi I merangkap sebagai anggota Badan Pekerja Konstitusi Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan seperti Panitia Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru pada tahun 2008, BUGS (Bakti Pendidikan Untuk Generasi Bangsa) pada tahun 2010 Lokakarya Kemahasiswaan Fakultas Kehutanan pada tahun 2010 dan 2011, Lokakarya Kemahasiswaan IPB pada tahun 2012. Penulis juga aktif mengikuti Forum Diskusi Badan Audit Kemahasiswaan Se-Indonesia pada tahun 2012. Pada tahun 2013 penulis berpartisipasi sebagai asisten praktikum Penataan Hutan pada Praktikum Kerja Industri SMK Kehutanan Kadipaten di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Praktik lapang yang pernah diikuti penulis yaitu Pengenalan Ekosistem Hutan di Cagar Alam Gunung Papandayan dan Cagar Alam Leuweung Sancang Timur, Garut Jawa Barat pada tahun 2010 kemudian Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur pada tahun 2011. Praktik Kerja Lapang Profesi Departemen Manajemen Hutan di IUPHHK PT Suka Jaya Makmur Ketapang Kalimantan Barat tahun 2012. Pada tahun 2013 penulis menyusun skripsi dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana.

Gambar

Gambar 1  Peta lokasi penelitian (Desa Karyasari berada di Kabupaten Bogor)
Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang paling banyak adalah
Tabel 8  Kelompok KK (responden) dengan 3 kombinasi jenis pendapatan (tidak
Tabel 10 Kelompok KK (responden) dengan 2 kombinasi jenis pendapatan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pseudomonas cepacia S2 mampu menggunakan ABS sebagai sumber karbon utama dan dapat tumbuh pada kondisi asam, sehingga biakan tersebut berpotensi untuk dapat

Melakukan pemberian bobot perbandingan antar kriteria pada pilihan rumah sakit Menggunaka n metode AHP Poli yang dibutuhkan dan posisi calon pasien Dilakukan di dalam

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Konsentrasi K+ dlm larutan tanah merupakan indeks ketersediaan kalium, karena difusi K+ ke arah permukaan akar berlangsung dalam larutan tanah dan kecepatan difusi tgt pada

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,

Menurut Gagne, Wager, Goal, &amp; Keller [6] menyatakan bahwa terdapat enam asusmsi dasar dalam desain instruksional. Keenam asumsi dasar tersebut dapat dijelaskan