• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI POTONG

(Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu,

Kabupaten Bogor)

FAITHY TRIFOSA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Faithy Trifosa

(4)

ABSTRAK

FAITHY TRIFOSA. Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN.

Sebagian besar masyarakat Indonesia masih bermatapencaharian sebagai petani. Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong, menganalisis struktur biaya dan efisiensi pendapatan usahatani tersebut, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani mau melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah. Keragaan usahatani dalam penelitian dilihat dari waktu tanam, penyiapan lahan, pembenihan, perawatan tanaman, penggunaan tenaga kerja, dan produksi limbah pertanian. Menganalisis struktur biaya dan efisiensi pendapatan menggunakan presentase kepada total biaya secara deskriptif dan metode rasio R/C sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani menggunakan metode analisis regresi yaitu regresi logistik. Penelitian yang dilakukan di Desa Sukajadi dilakukan terhadap 30 petani yang memanfaatkan limbah dan 30 petani yang tidak memanfaatkan limbah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaan usahatani padi yang memanfaatkan limbah masih menggunakan teknis budidaya yang tergolong tradisional. Petani yang memanfaatkan limbah sebagai pupuk menghemat biaya pupuk sebesar 4.30% sehingga terjadi penghematan biaya produksi sebesar 6.78%. Selisih pendapatan atas biaya tunai yang diterima petani yang memanfaatkan limbah terhadap petani yang tidak memanfaatkan limbah adalah sebesar Rp 435 826 /ha/musim. Selisih pendapatan atas biaya total yang diterima petani yang memanfaatkan limbah terhadap petani yang tidak memanfaatkan limbah adalah sebesar Rp 284 069 /ha/musim. Jika dilihat dari nilai rasio R/C atas biaya tunai maka baik petani yang memanfaatkan limbah maupun petani yang tidak memanfaatkan limbah sama-sama menguntungkan dan layak dilakukan. Begitu pula halnya jika dilihat dari nilai rasio R/C atas biaya total. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk mau memanfaatkan limbah ternak sapi potong dipengaruhi oleh faktor pendapatan usahatani padi, biaya pupuk kimia, jumlah tanggungan keluarga petani, dan pendidikan formal.

(5)

ABSTRACT

FAITHY TRIFOSA. Income Analysis of Paddy Farming with Waste Animal Husbandry Ultilization ( Case study : Sukajadi Village, Cariu Sub District, Bogor District). Supervised by UJANG SEHABUDIN.

The majority of Indonesian people is still being a farmer for their livelihood. This research objective were to identify performance of paddy farming with waste animal husbandry utilization, to analyze cost structure and income efficiency of paddy farming, and to analyze factors that influenced farmers to do paddy farming with waste animal husbandry utilization. Paddy farming performance of this research seen by time of plant, land preparation, seedbed, planting treatment, labor utilization, and agriculture waste production with descriptive analysis method. Cost structure and income efficiency were analyzed by using percentage of the total cost and R / C ratio method while factors that influence farmers' decisions was analyzed by using logistic regression. This research conducted at Sukajadi Village and respondents of this research were 30 farmers who utilize waste and 30 farmers who do not use waste. Based on research result showed that the performance of rice paddy farming which used waste utilization was still using a simple technical cultivation. Farmers who utilize waste made savings of fertilizer costs of 4.30%. So, the farmers who utilize waste made savings of cost production by 6.78%. Difference of income based on

cash of cost production who accepted by farmers used utilize waste are Rp 435 826 /ha/season. Difference of income based on totally cost production

who accepted by farmers used utilize waste are Rp 284 069/ha/season. Value of R/C ratio based on cash of cost production and totally cost production indicate that paddy farming with and without waste animal husbandry utilization were worth it and gave advantage for farmers. Factors that influenced farmers decision to do paddy farming with waste animal husbandry utilization were influenced by paddy farming income, the cost of chemical fertilizer for one growing season, burden of farmer, and education of farmers.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI POTONG

(Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu,

Kabupaten Bogor)

FAITHY TRIFOSA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor)

Nama : Faithy Trifosa

NIM : H44090035

Disetujui oleh

Ir. Ujang Sehabudin Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T NIP. 19660717 199203 1 003

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena begitu besar kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor)”.

Terima kasih penulis berikan kepada Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen pembimbing. Terima kasih pula kepada Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji akhir atas masukan dan arahannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Nanang Suryana beserta para staf di kantor UPT Puskeswankan Jonggol-Cariu, Bapak Nasir sekeluarga yang telah banyak membantu selama pengumpulan data di lapang, dan juga Keluarga Bapak Dwi Yatmoko yang telah membantu mempermudah pembiayaan skripsi penulis. Ungkapan terima kasih juga kepada keluarga, yaitu Bapak Wahyudi Suprapto, Ibu Ester Rorianti, dan kedua saudara terkasih (Epafras Teguh Kurniawan dan Matheus Fitro Agapao) yang selalu memberikan dukungan doa, motivasi, dan perhatiannya kepada penulis. Penulis juga berterimakasih kepada para sahabat terkasih, yaitu teman KTB Mazmur (Sisca, Meta, Gloria, Santika, Jenny, dan Uthy), teman sepelayanan di KPA, keluarga besar asistensi agama, para pengurus Kelompok Pra-Alumni PMK IPB 46, teman-teman seperjuangan semasa kuliah (Indah, Kristina, Rere, Chatrina, dan Esa), sahabat-sahabat terkasih (Ninda, Tere, Laura, dan Violet), kelompok kecil, adik rohani (Cynthia, Dheva, Vicha, Vio, Gresy, Ike, Laura, Siska, Roland, Albert, David, Febri, serta asistensi Yahweh Elyon dan El-Hakadosh), dan juga teman-teman ESL 46 atas segala doa, motivasi, masukan positif, dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak terkait dan para pembaca.

Bogor, Februari 2014

(13)
(14)

4.4.3.1 Hipotesis... 26

6.2 Identifikasi Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pemanfaatan Limbah ... 49

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Komposisi nutrisi jerami padi sebagai pakan ternak ... 7

2 Kandungan N,P,dan K dalam kotoran sapi potong ... 9

3 Analisis pendapatan responden usahatani di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi, Moutung 2013 ... 10

4 Analisis pendapatan responden petani padi sawah di Desa Mukti Jaya Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir ... 11

5 Pendapatan usahatani padi sawah per hektar pada musim tanam Januari-April 2012 ... 11

6 Sumber perolehan data sekunder ... 21

7 Struktur biaya usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah per musim per kg per ha di Desa Sukajadi ... 24

8 Pemanfaatan lahan di Desa Sukajadi ... 29

9 Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Sukajadi ... 30

10 Jumlah penduduk Desa Sukajadi menurut tingkat pendidikan tahun 2013 ... 31

11 Potensi Ternak di Desa Sukajadi tahun 2013 ... 32

12 Kelompok umur responden petani yang memanfaatan limbah dan petani yang tidak memanfaatkan limbah ... 33

13 Penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 34

14 Penggolongan responden berdasarkan luas lahan ... 34

15 Penggolongan responden berdasarkan status kepemilikan lahan ... 35

16 Jumlah ternak dan satuan ternak petani responden tahun 2013 ... 35

17 Penggolongan responden berdasarkan pengalaman berusahatani ... 36

18 Penggolongan responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga ... 37

19 Perbandingan penggunaan tenaga kerja persiapan dan pengolahan lahan usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 40

20 Rata-rata biaya benih yang dikeluarkan usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 41

21 Perbandingan penggunaan tenaga kerja penyemaian benih dan penanaman bibit usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 41

22 Penggunaan rata-rata pupuk kimia yang dikeluarkan usahatani padi dengan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 42

(16)

24 Perbandingan penggunaan tenaga kerja penyiangan usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 43 25 Perbandingan penggunaan tenaga kerja pemberian pestisida usahatani

padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 45 26 Perbandingan produktivitas usahatani padi dengan dan tanpa

pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 46 27 Perbandingan penggunaan tenaga kerja pemanenan usahatani padi

dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 46 28 Rata-rata pengeluaran biaya tenaga kerja usahatani dengan dan tanpa

pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi per musim ... 47 29 Jumlah jerami yang dihasilkan, dipakai, dan yang tersisa di Desa

Sukajadi per ha per musim oleh petani yang memanfaatkan limbah ... 48 30 Struktur biaya usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di

Desa Sukajadi (Rp/ha) ... 50 31 Analisis rata-rata pendapatan usahatani padi dengan dan tanpa

pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi (Rp/ha) ... 52 32 Unit Cost usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi ... 52 33 Perbandingan rasio R/C pada usahatani usahatani padi dengan dan

tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 53 34 Hasil uji beda paired sample t-test ... 54 35 Variables in the equation ... 55

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner responden ... 64 2 Data penerimaan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 71 3 Data penerimaan usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 72 4 Data total biaya usahatani padi dengan pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 73 5 Data total biaya usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 74 6 Pendapatan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 75 7 Pendapatan usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi,

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang memiliki potensi tinggi untuk dioptimalkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani yang terlibat langsung di dalamnya. Pertanian masih menjadi matapencaharian yang digeluti sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2013 jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak 26.14 juta dan ada 17.73 juta rumah tangga di subsektor tanaman pangan. Jumlah rumah tangga petani gurem sendiri ada sebanyak 14.25 juta atau sebesar 55.33% dari rumah tangga pertanian pengguna lahan. Jumlah petani pada tahun 2013 sebanyak 31.70 juta orang dan terbesar di subsektor tanaman pangan sebanyak 20.40 juta orang. BPS juga menyatakan bahwa rata-rata luas lahan yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 adalah seluas 0.89 ha.

Berdasarkan data dari BPS jumlah petani gurem tahun 2013 masih mendominasi setengah dari jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia. Petani gurem adalah petani yang memiliki lahan yang sempit dibawah 0,5 ha. Keadaan usahatani padi gurem menurut Haryanto (2009) akan memberikan pendapatan kepada petani sekitar Rp 10-15 ribu/hari/keluarga. Tingkat pendapatan ini masih dirasakan sangat rendah untuk mencapai tingkat kesejahteraan keluarga yang memadai. Hal ini semakin diperparah dengan mahalnya biaya faktor produksi yang harus dikeluarkan, seperti pupuk, benih/bibit, obat-obatan, peralatan, tenaga kerja, dan sewa lahan. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila petani bisa menekan biaya produksi ataupun mendapatkan tambahan pendapatan selain dari padi sawah.

(19)

2

untuk alasan lainnya. Oleh karena itu, ternak menjadi salah satu pilihan bagi petani untuk mendapatkan tambahan penerimaan.

Jenis ternak yang paling banyak dipilih petani karena dirasa lebih menguntungkan adalah ternak ruminansia. Salah satu ternak ruminansia yang dipilih petani adalah sapi potong. Pemeliharaan sapi potong dan padi sawah secara berkala akan menghasilkan limbah. Limbah peternakan berupa kotoran ternak dan limbah pertanian berupa jerami padi; ini tersedia di alam sekitar petani. Limbah pertanian dan peternakan yang terbuang langsung ke alam dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk kandang maupun pakan hijauan ternak.

Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai biogas maupun pupuk organik (Wahyuni 2011). Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak mudah didapatkan dan terjangkau harganya bahkan gratis. Selain itu, penggunaan kotoran ternak merupakan langkah baik untuk mengurangi pembuangan limbah langsung ke alam. Hal ini karena pengelolaan limbah peternakan yang baik juga membantu mengatasi permasalahan lingkungan dan menambah penghasilan peternak (Wahyuni 2011). Oleh karena itu, akan lebih baik apabila petani memanfaatkan limbah karena dapat menghemat pengeluaran input produksi selain dapat menjaga lingkungan sekitar dari pembuangan limbah langsung ke alam.

Limbah yang berasal dari peternakan jika akhirnya dikelola menjadi suatu pola maka akan menguntungkan petani dan membawa manfaat ekonomi bagi petani. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa usahatani padi yang memanfaatkan limbah ternak sapi potong memiliki banyak manfaat apabila dilakukan. Namun belum semua petani memahami manfaat limbah yang tersedia di sekitar mereka sehingga petani perlu mengetahui manfaat limbah jika digunakan dalam usahatani padi.

1.2 Perumusan Masalah

Petani di Desa Sukajadi sudah melakukan usahatani padi selama bertahun-tahun. Berusahatani padi merupakan mata pencaharian utama penduduk di Desa Sukajadi. Sejak tahun 20091, sebagian besar petani di Desa Sukajadi mulai memanfaatkan limbah ternak sapi potong bersamaan dengan bantuan dari

1

(20)

3 pemerintah berupa sapi potong. Namun, pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi masih dimanfaatkan secara sederhana.

Sebagian besar petani di Desa Sukajadi sudah memiliki lahan sawah beberapa petak, namun masih ada juga beberapa petani yang menggarap sawah milik orang lain hasil penggadaian yang dilakukannya. Jumlah ternak yang dimiliki petani di Desa Sukajadi tersebut memiliki ternak sapi berdasarkan kebutuhan keuangan mereka saat itu.

Menurut kepala UPT Puskeswankan Jonggol-Cariu, penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk kompos untuk tanaman padi di Desa Sukajadi baru digunakan 10% 2 dan sisanya terbuang begitu saja. Padahal menurut Wahyuni (2011), seekor sapi potong yang berbobot 400-500 kg/ekor menghasilkan kotoran segar sebanyak 20-29 kg/hari. Manfaat dari penggunaan limbah tersebut dapat mengurangi biaya produksi yang harus ditanggung oleh petani. Kendalanya adalah sebagian besar petani merupakan petani gurem dengan luas lahan di bawah 0.5 ha dan keterampilan petani dalam mengolah limbah yang masih minim. Hal ini menyebabkan petani kurang dapat mengoptimalkan pemanfaatan limbah yang ada. Dari permasalahan di atas, maka untuk menganalisis usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu dalam penelitian ini telah dirumuskan lingkup masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keragaan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu?

2. Bagaimana struktur biaya dan efisiensi pendapatan usahatani padi dengan atau tanpa pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu?

(21)

4

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi keragaan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu;

2. Menganalisis struktur biaya dan efisiensi pendapatan usahatani padi dengan atau tanpa pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu;

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

(22)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap mempertahankan basis sumber daya. Definisi pertanian berkelanjutan sendiri adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Pada mulanya, pertanian bergantung pada sumber daya alam, pengetahuan, keterampilan, dan institusi lokal. Berjalannya waktu menyebabkan adanya respon yang diterima pertanian dari pengaruh asing dan kebutuhan yang semakin besar dari jumlah penduduk yang jumlahnya semakin meningkat. Oleh karena itu, sistem pertanian cenderung berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem, yakni penggunaan input luar secara besar-besaran yang biasa disebut HEIA (High External Input Agriculture) atau Pertanian Tinggi InputLuar; sangat tergantung pada input buatan seperti pupuk kimia. Selain HEIA, keadaan ekstrem lainnya adalah LEIA (Low External Input Agriculture) atau Pertanian Rendah Input Luar; pemanfaatan sumber daya lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tak menggunakan input luar. Pertanian berkelanjutan akan terjadi saat petani sudah mulai menerapkan pertanian terpadu karena dalam pertanian terpadu kita dapat meminimalkan penggunaan pupuk non organik bahkan menghilangkannya, sehingga tanah tidak menjadi rusak (Reijntjes et al 2006).

(23)

6

2.2 Sistem Pertanian Terpadu 2.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup

Pertanian memiliki cakupan yang sangat luas dan saling berinteraksi dalam suatu ekosistem sebab suatu ekosistem yang membentuk pertanian maka di dalamnya pasti memiliki hubungan timbal balik. Contoh kawasan yang ditanami padi, jika kawasan tersebut tidak tersedia ternak ruminansia, dalam arti berdiri sendiri-sendiri, maka sisa tanaman atau kotoran dari ternak merupakan limbah yang menimbulkan masalah dan penanganannya memerlukan biaya tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi usaha pertanian. Oleh karena itu, pertanian terpadu merupakan pilar utama kebangkitan bangsa Indonesia karena mampu menyediakan pangan yang aktual bagi bangsa ini secara berkelanjutan (Sulaeman 2007).

Menurut Sulaeman (2007) lebih lanjut, Sistem Pertanian Terpadu (integrated farming system) adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur-ulang, menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang “tailor-made”, atau meniru cara alam bekerja. Dikatakan demikan karena pada hakekatnya pertanian terpadu merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif dan efisien.

2.2.2 Manfaat dan Keunggulan Pertanian Terpadu

(24)

7 pertanian, dan mampu mencapai produksi optimum melalui diversifikasi produk meski dalam lahan yang terbatas.

2.3 Usahatani Padi

Pengairan padi sawah ada yang menggunakan sistem irigasi maupun sistem tadah hujan. Sawah tadah hujan merupakan sawah yang hanya mendapatkan air dari air hujan. Sawah tadah hujan biasanya diusahakan hanya pada musim hujan. Tanaman padi sawah tadah hujan dengan pengairan tergantung air hujan sangat respon terhadap pemupukan kalium. Menurut Wihardjaka (1999) dengan pengembalian jerami atau pemberian pupuk kandang ke dalam tanah dapat mengurangi pencucian unsur kalium dalam tanah sehingga pemberian pupuk kompos baik untuk diberikan bagi sawah tadah hujan yang cenderung kekurangan unsur kalium.

2.4 Limbah Pertanian 2.4.1 Jerami Padi

Menurut perhitungan Sugiyono (2005), produksi limbah jerami per hektar padi sawah bisa mencapai 12-15 ton, atau 4-5 ton bahan kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanamannya. Menurut Sarwono dan Arianto (2006) jerami kering sebanyak 3.5-4.0 ton dapat dimanfaatkan untuk memberikan pakan empat ekor sapi selama satu musim tanam (3-4 bulan). Kandungan nutrisi jerami sebagai pakan ternak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi nutrisi jerami padi sebagai pakan ternak

Parameter Nilai(%)

Bahan Kering (DM) 66

Total Kecernaan 38,1

Kadar Air 60

Protein Kasar 3,93

Serat Kasar 33

Lemak 0,91

Kadar Abu 22,44

Kalsium 0,42

Fosfor 0,4

Sumber:Rangkuti dan Djajanegara (1983); Haryanto (2003); Mahendri et al. (2005).

(25)

8

dimanfaatkan oleh sapi terselubung oleh dinding keras, yakni silika dan lignin sehingga selulosa sulit ditembus oleh getah pencernaan sapi. Dengan kata lain, bahan pakan berupa jerami sulit dicerna. Nilai cernanya hanya sekitar 30%. Artinya, bila dihabiskan 10 kg jerami maka hanya 3 kg saja yang bisa dicerna. Hal ini menuntut adanya proses peningkatan mutu jerami melalui proses fermentasi (Sugeng, 1992).

2.4.2 Kotoran Ternak

Menurut Wahyuni 2011, seekor sapi potong yang berbobot 400-500 kg/ekor menghasilkan kotoran segar sebanyak 20-29 kg/hari. Kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk kandang (pukan) sapi maupun sebagai energi alternatif biogas. Pukan sapi terdiri dari dua macam, yaitu pukan padat dan cair. Pukan sapi didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti jerami pada sapi, maka alas tersebut akan menjadi satu kesatuan dan disebut kotoran ternak juga. Pada umumnya para petani melakukan penanganan pukan padat sapi dengan cara dikumpulkan satu sampai tiga hari sekali saat pembersihan kandang dan dikumpulkan dengan cara ditumpuk pada satu tempat tertentu. Apabila petani telah maju ada yang memberikan mikroba dekomposer dengan tujuan untuk mengurangi bau dan mempercepat pematangan.

(26)

9 pengolahan terlebih dahulu) akan memerlukan tenaga yang lebih banyak serta terjadi proses pelepasan amoniak. Berikut ini akan ditampilkan Tabel 2 yang memperlihatkan kandungan unsur N, P, dan K dalam kotoran sapi potong.

Tabel 2 Kandungan N, P, dan K dalam kotoran sapi potong

Bobot Badan (kg) N (%) P (%) K (%)

277 28.1 9.1 20

340 42.2 13.6 30

454 56.2 18.2 39.9

567 70.3 22.7 49.9

Sumber: Peni Wahyu dan Teguh Purwanto (2007)

2.5 Analisis Pendapatan Usahatani Padi

Penelitian Supartama (2013) mengenai analisis pendapatan usahatani padi sawah berdasarkan penelitian yang dilakukannya di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutung terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian usahatani. Supartama berpendapat bahwa perlu untuk diketahui hubungannya antara input produksi yaitu, kesiapan lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, penggunaan pestisida, pengairan, keikutsertaan penyuluhan, dan produksi (output).

(27)

10

Penggunaan pestisida berpengaruh untuk meningkatkan produksi padi dengan melihat pertumbuhan beberapa jenis gulma ataupun serangan hama dan penyakit. Faktor terpenting lainnya adalah penggunaan air dalam bidang pertanian khususnya pertanian padi sawah, karena air dibutuhkan mulai dari proses pengolahan lahan sampai tanaman padi mencapai kematangan 80-90 hari. Supartama berpendapat bahwa setelah buah padi mulai menguning, air di lahan persawahaan dikeringkan agar stuktur tanah yang ada di dalam petakan sawah kering dan mudah memanen saat waktunya tiba.

Analisis pendapatan usahatani padi sawah di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutung secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Analisis pendapatan responden petani padi sawah di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi, Moutung 2013

No Uraian Nilai (Rp)/1,3ha Nilai (Rp)/ha Persentase (%) 1. Produksi (6.005,75) kg

GKP Rp 3.000

2. Rata-rata penerimaan 18 017 250 14 242 885.38 100 3. Biaya Sub Total 3 523 805.18 2 785 616.74 100 B. Rata-rata biaya variabel Sub Total 9 168 975.00 7 248 201.58 100 4. Rata-rata Biaya (A+B) 12 692 780.18 10 033 818.32 70.44 5. Rata-rata Pendapatan (2-4) 5 324 469.83 4209 067.06 29.55

Sumber: Supartama, 2013

(28)

11 Penelitian Suhaini (2012) mengenai analisis usahatani padi sawah di Desa Mukti Jaya Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir. Luas lahan garapan petani dalam penelitiannya berkisar antara 0.5 – 2.5 ha. Hasil penelitian Suhaini dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Analisis pendapatan responden petani padi sawah di Desa Mukti Jaya Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir

Komponen Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%) A.Fixed Cost (FC)

1. Pajak Lahan (Rp) 22 067.75 0.52 2. Penyusutan Alat (Rp) 188 879.86 3.89 3. Sewa Traktor 562 330.62 11.58 Total Fixed Cost (TFC) 776 27823 15.99 B.Variabel Cost (VC) Total Variable Cost (TVC) 4 080 95277 84.01

Total Cost (TC) 4 857 231 100

Sumber: Suhaini (2012)

Penelitian Suhaini menunjukkan bahwa proporsi biaya tertinggi pada usahatani padi sawah di Desa Mukti Jaya adalah tenaga kerja luar keluarga kemudian diikuti dengan biaya sewa traktor. Tabel 5 di bawah ini menunjukkan pendapatan yang diterima petani dalam penelitian Suhaini.

Tabel 5 Pendapatan usahatani padi sawah per hektar pada musim tanam Januari- April 2012

Komponen Jumlah (kg) Harga GKG (Rp) Total (Rp) Produksi (GKG) 4 095.93 3 300

Total Biaya (TC) 4 857 231.00

a. Total Biaya Tetap (TFC) 776 278.23 b. Total Biaya Variabel (TVC) 4 080 952.77 Total Penerimaan (TR) 13 516 585.37

Keuntungan 8 659 354.37

Pendapatan Kerja Keluarga (PKK) 8 944 418.25

(29)

12

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian Arroyan (2011) mengenai analisis struktur biaya dan pendapatan usahatani sayuran organik dan non-organik dengan studi kasus Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Arooyan mengangkat masalah yang berkaitan dengan struktur biaya usahatani sayuran organik dibandingkan dengan usahatani sayuran non-organik serta menganalisis pendapatan untuk melihat lebih menguntungkan yang mana antara usahatani sayuran organik dan non-organik. Penyelesaian permasalahan yang diangkat Arroyan menggunakan metode analisis data berupa analisis struktur biaya sayuran dan analisis pendapatan usahatani. Dua metode ini pada akhirnya menghasilkan kesimpulan bahwa total biaya usahatani sayuran organik lebih tinggi dibandingkan dengan non-organik; dilihat berdasarkan biaya setiap petani dan setiap hektar lahan yang diusahakan. Pendapatan usahatani sayuran organik lebih tinggi dibandingkan sayuran non-organik dilihat dari pendapatan setiap petani dari setiap hektar lahan yang diusahakan.

(30)
(31)

14

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pendapatan, analisis struktur biaya dan pendapatan usahatani, efisiensi pendapatan usahatani yakni rasio R/C, teori pengambilan keputusan binomial, dan teori paired sample t-test.

3.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Unsur Usahatani

Menurut Suratiyah (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu faktor internal dan eksternal serta faktor manajemen. Faktor internal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, serta modal. Faktor eksternal antara lain input yaitu ketersediaan dan harga, serta output yaitu permintaan dan harga. Faktor internal dan eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani.

3.1.2 Biaya Usahatani

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi atau dapat disebut biaya operasional. Biaya produksi yang dikeluarkan petani perlu diperhitungkan karena biaya ini sebagai faktor penting yang akan berpengaruh terhadap produktivitas dan pendapatan. Menurut Soekartawi (2005) biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1). Biaya tetap (fixed cost); dan 2). Biaya tidak tetap (variable cost).

(32)

15 usahatani. Biaya tidak tunai terbagi atas biaya tidak tunai tetap dan biaya tidak tunai variabel. Biaya tidak tunai tetap meliputi biaya tenaga kerja keluarga, sedangkan biaya tidak tunai variabel meliputi biaya panen dan pengolahan tanah dari keluarga dan jumlah pupuk kandang yang dipakai.

3.1.3 Pendapatan Usahatani

Menurut Soekardono (2009) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Penerimaan dalam usahatani merupakan pendapatan kotor yang diperoleh selama satu periode dengan memperhitungkan hasil penjualan baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan dapat meliputi produk yang (1) dijual, (2) dikonsumsi rumah tangga petani, (3) digunakan dalam usahatani seperti bibit, (4) digunakan untuk pembayaran, (5) disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun. Menurut Soekartawi (2005) pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam banyak hal biasanya selalu lebih besar bila analisis ekonomi yang dipakai dan selalu lebih kecil bila analisis finansial yang dipakai.

Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan juga dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya tidak tunai. Pendapatan tunai merupakan pendapatan yang diperoleh dari penerimaan atas biaya tunai. Pendapatan tidak tunai merupakan pendapatan yang diperoleh dari penerimaan atas total biaya (Hernanto,1989)

3.1.4 Efisiensi Pendapatan Usahatani

(33)

16

Efisiensi pendapatan usahatani memberikan batas layak dan tidaknya suatu usahatani dilaksanakan. Secara teoritis rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak rugi, sedangkan nilai R/C > 1 usahatani menguntungkan.

3.1.5 Teori Pengambilan Keputusan Binomial

Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (x) terhadap peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun, jika peubah respon dari analisis regresinya berupa kategorik, maka analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi logistik (Hosmer dan Lemeshow 1989). Persamaan logistik dinyatakan dalam bentuk:

[ ]

(x) merupakan peluang sukses apabila variabel prediktor bernilai x (Iriawan et al. 2006). Bentuk lain regresi logistik adalah ketika variabel dependen memiliki nilai hanya 0 dan 1. Bentuk umum model logit adalah:

{

}

Dalam kasus penelitian ini, nilai biner diberikan pada variabel dependen yaitu keputusan petani Desa Sukajadi untuk melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong. Nilai “0” untuk petani yang memutuskan tidak melakukan pemanfaatan limbah dan nilai “1” untuk petani yang melakukan usahatani padi yang memanfaatkan limbah. Keputusan petani untuk melakukan usahatani padi yang memanfaatkan limbah ditandai dengan perilaku petani memanfaatkan limbah ternak sapi potong sebagai pengganti pupuk kimia.

Menurut Chairullah (2004), regresi logistik dirancang untuk melakukan prediksi keanggotaan group. Artinya tujuan dari analisis regresi logistik adalah untuk mengetahui seberapa jauh model yang digunakan mampu memprediksi secara benar kategori group dari sejumlah individu. Kelebihan regresi logistik dibanding regresi yang lain adalah sebagai berikut:

(34)

17 distribusi normal, linier, maupun memiliki varian yang sama dalam setiap group.

- Regresi logistik sangat bermanfaat digunakan jika distribusi respon atas variabel terikat diharapkan non linier dengan satu atau lebih variabel bebas 3.1.6 Analisis Uji Beda Pendapatan

Menurut Santoso et al. (2001), dengan buku “Konsep dan Aplikasi dengan SPSS” uji t paired berfungsi untuk menguji dua sampel yang berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda atau tidak. Sampel berpasangan (paired sample) adalah sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perilaku atau pengukuran yang berbeda. Data yang digunakan adalah data kuantitatif dan berdistribusi normal.

Sebelum melakukan analisis statistik, dibuatlah hipotesis dimana jika Ho diterima berarti tidak ada perbedaan antara variabel satu dengan variabel lainnya, sedangkan jika tolak Ho berarti ada perbedaan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai Sig, yaitu apabila nilai Sig < 0,05, maka tolak Ho dan terima H1, begitu pula sebaliknya. Jika melihat berdasarkan t hitung maka dapat dikelompokkan sebagai berikut:

- t hitung > t tabel, maka tolak Ho - t hitung < t tabel, maka terima Ho

- t hitung = (dalam t hitung dan tanda minus tidak dianggap) 3.2 Kerangka Operasional

(35)

18

pada penelitian ini merupakan salah satu cara menerapkan usahatani terpadu. Dikatakan demikian karena usahatani terpadu ini dilakukan sambil menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengusahakan tidak ada komponen yang terbuang.

Diawali dengan memaparkan keragaan usahatani padi yang terjadi di Desa Sukajadi. Kemudian menganalisis struktur biaya dan efisiensi pendapatan dengan cara membandingkan antara usahatani padi yang memanfaatkan limbah dengan usahatani yang tidak memanfaatkan limbah. Hingga pada akhirnya dapat dilihat besar kontribusi penghematan biaya pupuk yang dilakukan petani yang memanfaatkan limbah. Terakhir, melalui analisis regresi logistik akan diketahui faktor-faktor yang menyebabkan petani mau melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong.

(36)

19

Keterangan gambar: : alur berpikir

Gambar 1. Bagan kerangka berpikir operasional Petani yang

memanfaatkan limbah

Tersedianya limbah ternak sapi potong yang belum dimanfaatkan oleh petani

Usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong Potensial digunakan sebagai input

usahatani padi

Karakteristik petani

Petani yang tidak memanfaatkan limbah

Alasan petani menggunakan limbah

Presentase kepada total biaya secara deskriptif dan ratio R/C Regresi logistik

Perbandingan usahatani yang memanfaatkan limbah sapi potong dengan yang tidak

memanfaatkannya

Kontribusi limbah sapi potong terhadap usahatani padi

(37)

20

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju (purposive) dengan pertimbangan bahwa mayoritas petani di Desa Sukajadi sudah memanfaatkan limbah ternak sapi lebih dari dua musim tanam dibandingkan desa lainnya yang ada di Kecamatan Cariu. Kegiatan pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan pada bulan April – Juni 2013.

4.2 Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan studi kasus tentang aspek struktur biaya dan efisiensi pendapatan usahatani antara yang melakukan pemanfaatan limbah ternak sapi potong dengan yang tidak melakukannya. Penelitian ini juga akan memaparkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani mau melakukan pemanfaatan limbah. Pemilihan responden dilakukan dengan mengambil dua macam sampel yaitu, petani yang sudah memanfaatkan limbah sapi potong dan petani yang belum memanfaatkan limbah.

Penelitian ini menggunakan 60 responden yang terbagi menjadi dua, yaitu 30 orang petani yang sudah memanfaatkan limbah dan 30 orang petani yang belum memanfaatkan limbah dalam berusahatani. Data awal petani yang sudah melakukan pemanfaatan limbah sapi potong maupun yang belum memanfaatkan diterima dari Dinas UPT Puskeswankan Jonggol-Cariu dan juga Desa Sukajadi. Setelah mendapatkan data petani, peneliti mulai mengambil data primer dengan menerapkan teknik pengambilan sampel bola salju (snowball sampling).

(38)

21 4.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Penelitian dilakukan dengan mengamati perkembangan usahatani melalui analisis struktur biaya dan efisiensi pendapatan yang diperoleh petani dalam satu kali musim tanam. Sumber data penelitian diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan mengajukan kuesioner secara langsung kepada responden yaitu petani yang memanfaatkan limbah dan petani yang tidak memanfaatkan limbah.

Adapun data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain: karakteristik petani, struktur biaya usahatani, penerimaan usahatani padi, pendapatan usahatani padi, dan data mengenai jumlah limbah yang dihasilkan, digunakan, dan cara petani memanfaatkan limbah sapi potong terhadap usahatani padinya. Tabel 6 di bawah ini akan menjelaskan sumber perolehan data sekunder dalam penelitian ini sekaligus data yang diperoleh dari sumber tersebut.

Tabel 6 Sumber perolehan data sekunder

Uraian Data Sumber Data Produksi padi dan kepemilikan ternak di Kecamatan

Cariu

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor

Petani dengan kepemilikan ternak sapi potong yang bisa menjadi responden

Kantor UPT Puskeswankan Cariu-Jonggol dan Desa Sukajadi

Monografi desa dan potensi sumber daya alam desa Desa Sukajadi dan Kantor Kecamatan Cariu

Luas lahan petani di Desa Sukajadi yang menjadi responden digunakan dalam menyusun proposal penelitian ini juga melalui skripsi maupun tesis terdahulu yang relevan, buku dan jurnal terkait, serta jaringan internet untuk info-info terkini.

4.4 Metode Pengambilan dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah didapat kemudian diolah dengan bantuan

(39)

22

mengetahui gambaran umum mengenai keragaan usahatani padi yang dilakukan petani di Desa Sukajadi. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis struktur biaya petani dan efisiensi pendapatan petani yang memanfaatkan limbah maupun petani yang tidak memanfaatkan limbah serta analisis menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan petani melakukan usahatani padi dengan memanfaatkan limbah ternak sapi potong sehingga pada akhirnya diketahui keuntungan menerapkan usahatani padi dengan memanfaatkan limbah ternak sapi potong dimana petani sudah memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi miliknya.

4.4.1 Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1986), pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Persamaannya secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Keterangan: i = 1 = tunai i = 2 = tidak tunai

P = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total pengeluaran (Rp)

Adapun penerimaan usahatani merupakan perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Rumus penerimaan dapat ditulis sebagai berikut :

Keterangan:

TR = Total penerimaan (Rp)

P = Harga jual produksi per unit (Rp/kg)

Q = Produksi yang diperoleh dalam satuan usahatani (Kg)

(40)

23 Keterangan:

TC = biaya total (Rp)

TVC = biaya variabel total (Rp)

TFC = biaya tetap total (Rp)

Menentukan upah tenaga kerja di pedesaan ditentukan juga oleh umur tenaga kerja. Mereka yang tergolong di bawah usia dewasa akan menerima upah yang juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang dewasa. Oleh karena itu, penilaian terhadap upah perlu distandarisasi menjadi “Hari Kerja Orang” (HKO). Perhitungannya didasarkan pada upah dan hitung sebagai berikut:

satu HKO = (X/Y) Z dimana:

X = upah tenaga kerja yang bersangkutan Y = upah tenaga kerja pria

Z = satu HKO

Dengan demikian, karena upah sehari tenaga kerja pria di Desa Sukajadi adalah Rp 30 000 dan upah tenaga kerja anak adalah Rp 20 000 per hari, maka untuk tenaga kerja anak setara dengan (20 000/30 000) x 1HKO = 0.66 HKO. Upah tenaga kerja wanita di Desa Sukajadi sama dengan upah tenaga kerja pria.

Menurut Krista et al. (2010), biaya penyusutan peralatan pertanian diperhitungkan dengan membuat asumsi periode satu kali produksi selama berapa bulan kemudian mengestimasi umur ekonomis peralatan yang masuk dalam kategori investasi. Setelah itu umur ekonomis peralatan tersebut disesuaikan dengan mengacu kepada satu periode produksi. Adapun rumus penyusutan adalah sebagai berikut:

(41)

24

Tabel7 Struktur biaya usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah per musim per kg per ha di Desa Sukajadi

d. Tenaga kerja luar keluarga Sub total

Total biaya tunai II. Biaya Tidak Tunai Biaya Tetap

a. Penyusutan alat pertanian b. Tenaga kerja dalam keluarga Total biaya tidak tunai Total biaya

Keterangan : Persentase dalam total biaya Sumber: Penulis (2014)

4.4.2 Analisis Efisiensi Pendapatan

(42)

25 Secara teoritis rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak rugi sehingga jika rasio R/C > 1 maka usahatani tersebut layak dilakukan dan menguntungkan. Menganalisis pendapatan menggunakan rasio R/C lebih baik jika dibagi dua. Pertama dengan menggunakan data pengeluaran (biaya produksi) yang secara riil

dikeluarkan oleh petani yaitu berdasarkan biaya tunai (selanjutnya akan disebut Tipe 1) sedangkan tipe lainnya sudah memasukkan biaya yang diperhitungkan sehingga berdasarkan biaya total. (selanjutnya akan disebut Tipe 2). Cara seperti ini akan memperlihatkan nilai R/C Tipe 1 selalu lebih besar dibandingkan Tipe 2 dan dengan menampilkan kedua tipe R/C tersebut akan membantu pembuat keputusan (petani) dalam mengambil keputusan (Soekartawi, 1995).

4.4.3 Uji Beda Pendapatan Menggunakan Paired Sample T-Test

Uji Beda Pendapatan Menggunakan Paired Sample t-test merupakan salah satu jenih uji perbedaan dua mean yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rataa dari dua sampel yang saling bebas atau tidak berpengaruh. Uji t bebas digunakan untuk mengetahui secara statistik apakah terdapat perbedaan yang nyata terhadap pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total antara petani yang memanfaatkan limbah ternak dengan petani yang tidak memanfaatkan limbah ternak. Hal ini dilakukan karena walaupun secara nominal pendapatan petani tersebut tidak sama, namun secara statistik belum tentu berbeda (Nazir, 1988). Asumsi yang digunakan pada pengujian ini adalah sampel menyebar secara normal.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H0 : Pendapatan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak = pendapatan usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah ternak

H1 : Pendapatan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak lebih tinggi dibandingkan pendapatan usahatani padi tanpa pemanfaatan

limbah ternak

Taraf nyata (α) yang digunakan adalah 5% (0.05). Hipotesis H0 akan ditolak apabila P value < α dan sebaliknya hipotesis H0 akan diterima apabila P value > α.

4.4.4 Analisis Keputusan Petani Memanfaatkan Limbah

(43)

26

usaha sampingan selain usahatani padi, biaya pupuk kimia yang dikeluarkan oleh petani, jumlah tanggungan keluarga, dan juga pendidikan formal pertani. Model dugaan dari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani padi dengan memanfaatkan limbah ternak sapi potong adalah :

Z = α + X1 +X2 + X3 + X4 + X5 + ε Keterangan:

z = peluang petani menyatakan bersedia melakukan usahatani padi pemanfaatkan limbah ternak sapi potong (1) atau tidak bersedia melakukannya (0)

X1 = pendapatan usahatani padi terhadap biaya tunai (Rp) X2 = biaya pupuk kimia (Rp)

X3 = jumlah tanggungan keluarga (orang) X4 = lama pengalaman berusahatani (tahun) X5 = pendidikan formal petani (tahun) ε = error term

4.4.3.1 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan petani untuk melakukan usahatani padi yang memanfaatkan limbah ternak sapi potong adalah pendapatan usahatani padi milik petani, biaya pupuk kimia, jumlah tanggungan keluarga, lama pengalaman berusahatani, dan pendidikan formal petani diduga bernilai positif terhadap kesediaan petani mau melakukan usahatani padi yang memanfaatkan limbah ternak sapi potong.

4.4.3.2 Interpretasi Model Regresi Logistik

Interpretasi model regresi logistik dapat dilihat dari beberapa hal. Hal pertama yang dilihat adalah tabel overall test. Tabel ini menunjukkan signifikansi variabel X terhadap variabel Y. Apabila nilai signifikan dalam tabel < α dengan nilai model yang diperoleh maka akan diketahui berapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

(44)

27 Hal kedua yang dilihat untuk menginterpretasikan model regresi logistik adalah dengan melihat tabel partial test. Pada tabel ini menunjukkan apakah faktor-faktor yang mempengaruhi variabel Y mempengaruhi nyata terhadap keputusan petani melakukan pemanfaatan limbah. Penelitian ini mengangkat lima faktor, yaitu pendapatan usahatani padi, pendapatan usaha sampingan, biaya pupuk kimia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan formal petani.

Hal ketiga yang dilihat adalah goodness of Fit. Kelayakan model dapat dilihat dari dua sisi, yaitu secara substansi dan secara statistik. Kelayakan model secara substansi, yaitu dengan pengujian Hosmer Lemeshow, Negalgarke R-Square, dan juga Classification Plot. Hasil pengujian nilai Hosmer Lemeshow

berhubungan dengan tingkat kelayakan model yang digunakan telah cukup mampu atau tidak dalam menjelaskan data. Hasil pengujian nilai Negalgarke R-Square berhubungan dengan kesediaan petani memanfaatkan limbah yang bisa dijelaskan oleh model sebesar berapa persen. Hasil pengujian nilai Classification Plot berhubungan dengan penjelasan kesediaan petani memanfaatkan limbah yang ditunjukkan oleh model yang digunakan apakah telah cukup baik atau tidak menggunakan faktor-faktor yang diangkat oleh peneliti.

(45)

28

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian yang dibahas pada penelitian ini meliputi letak geografis dan pembagian administrasi, kependudukan, sarana dan prasana, serta potensi ternak sapi yang ada di Desa Sukajadi. Penjelasan gambaran umum lokasi penelitian secara rinci dapat dilihat di bawah ini.

5.1.1 Letak Geografis dan Pembagian Administrasi

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang secara geografis terletak antara 6’190-6’470 lintang selatan dan 10601’-1070103 bujur timur, dengan luas sekitar 2 301.95 km2. Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan dan 428 desa/kelurahan. Hampir sebagian besar desa di Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa swakarsa yakni 237 desa dan 191 desa merupakan desa swasembada. Kabupaten Bogor tidak memiliki desa swadaya.

Sebanyak 40 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bogor ada satu kecamatan yang dijadikan sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Cariu. Sebelah utara Kecamatan Cariu berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dengan batas berupa Sungai Cibeet, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamataan Jonggol yang dibatasi berupa Sungai Cihoe.

Desa Sukajadi merupakan salah satu desa dari total sepuluh desa yang berada di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Desa Sukajadi memiliki dua belas kampung dan Kampung Ciburahol serta Kampung Pala Sari merupakan dua kampung yang berada di Desa Sukajadi. Kedua kampung inilah yang menjadi lokasi pengambilan data primer.

(46)

29 timur berbatasan dengan Desa Kertasari Kecamatan Tegal, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kuta Mekar Kecamatan Cariu, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Babakan Raden, Kecamatan Cariu. Lokasi Desa Sukajadi dapat dilihat juga pada gambar 2 di bawah ini.

Sumber : Kantor Kecamatan Cariu

Gambar 2. Peta wilayah Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor Sebagian besar penduduk di Desa Sukajadi merupakan penduduk asli desa yang sejak kecil belum pernah meninggalkan desa sama sekali. Dominan tata guna lahan di Desa Sukajadi didominasi oleh persawahan seluas 370 150 ha atau sebesar 55.42% dari total keseluruhan pemanfaatan lahan yang ada. Secara lebih rinci, pemanfaatan lahan di Desa Sukajadi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Pemanfaatan lahan di Desa Sukajadi

Pemanfaatan Lahan Luas lahan (ha) Persentase%

1. Pemukiman 40 0.015

2. Sawah 270 500 98.892

3. Perkebunan 38 0.014

4. Pekarangan 2 0.001

5. Pemakaman umum dan kuburan 2 000 0.731

6. Perkantoran 450 0.165

7. Prasarana umum lainnya 500 0.183

Sumber: Data Primer 2014

(47)

30

5.1.2 Kependudukan

Pada tahun 2013 jumlah penduduk Desa Sukajadi sampai dengan akhir bulan Februari tercatat sebanyak 2 643 jiwa. Jumlah laki-laki ada sebanyak 1 188 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 1 455 jiwa. Jumlah kepala keluarga di Desa Sukajadi ada sebanyak 1 148 kepala keluarga. Jumlah keluarga miskin (Gakin) 450 KK dengan persentase 11.3% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Sukajadi. Berdasarkan sumber mata pencaharian, profesi masyarakat Desa Sukajadi dapat dibedakan menjadi petani, buruh tani, pedagang, PNS, TNI/Polri, karyawan swasta, buruh migran perempuan dan laki-laki, peternak, montir, dan wirausaha lainnya. Tabel 9 akan memberikan secara rinci penjelasan mengenai mata pencaharian masyarakat Desa Sukajadi.

Tabel 9 Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Sukajadi

Mata Pencaharian Lk (orang) Pr (orang) Total Persentase %

Petani 980 750 1730 54,08

Buruh tani 1234 0 1234 38,57

Buruh migran perempuan 0 20 20 0,63 Buruh migran laki-laki 24 0 24 0,75

PNS 7 4 11 0,34

Peternak 11 0 11 0,34

Pedagang 98 0 98 3,06

Karyawan swasta 28 0 28 0,88

Wirausahawan 36 0 36 1,13

Montir 4 0 4 0,13

Polri 2 1 3 0,09

Total 2424 775 3199 100

Sumber: Data Primer 2014

(48)

31 Tabel 10 Jumlah penduduk Desa Sukajadi menurut tingkat pendidikan tahun 2013

Tingkat Pendidikan Lk (orang) Pr (orang) Total Persentase (%) Usia 7 - 18 thn yg sedang sekolah 180 200 380 14,38 Usia 18 - 56 thn yg tdk pernah

sekolah 54 60 114 4,31

Usia 18 - 56 thn pernah SD tapi

tdk tamat 300 550 850 32,16

Tamat SD / sederajat 350 350 700 26,49 Tamat SMP / sederajat 200 200 400 15,13 Tamat SMA / sederajat 75 75 150 5,68 Tamat D1 / sederajat 10 10 20 0,76

Tamat D2 / sederajat 3 5 8 0,30

Tamat S1 / sederajat 15 5 20 0,76

Tamat SLB C 1 0 1 0,04

Total 1188 1455 2643 100

Sumber: Data Primer 2014

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Sukajadi masih minim untuk beberapa kategori. Hal ini terlihat dari minimnya sarana dan prasarana ekonomi. Desa Sukajadi hanya memiliki enam buah industri rumah tangga, sedangkan sarana dan prasarana seperti bank, koperasi unit desa, pasar, atau perusahaan kecil belum memilikinya. Sarana kesehatan yang dimiliki Desa Sukajadi adalah satu buah puskesmas pembantu, satu buah polindes, empat buah posyandu, satu buah pos KB desa, satu orang bidan, satu orang petugas gizi keliling, dan tiga orang dukun bayi terlatih. Sarana pendidikan yang dimiliki Desa Sukajadi adalah sebuah gedung Paud, dua buah gedung SD, dan sebuah gedung SMP. Desa Sukajadi belum memiliki gedung SMA sendiri sehingga anak-anak di Desa Sukajadi yang ingin bersekolah sampai tingkat SMA harus keluar dari desa.

5.1.4 Potensi Desa

(49)

32

Tabel 11 Potensi ternak di Desa Sukajadi tahun 2013

Jenis Ternak Jumlah Pemilik adalah ayam broiler. Kemudian diikuti ternak angsa, bebek, domba, dan sapi.

Sumber data monografi: Kantor Kecamatan Cariu; Kantor Desa Sukajadi

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik petani yang menjadi responden baik itu petani yang memanfaatkan limbah maupun yang tidak memanfaatkan limbah dilihat dari usia, tingkat pendidikan, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman berusahatani, dan jumlah tanggungan keluarga.

5.2.1 Usia

(50)

33 Tabel 12 Kelompok umur responden petani yang memanfaatkan limbah dan

petani yang tidak memanfaatkan limbah

No Umur

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 21-28 1 3.33 0 0

Pendidikan yang diikuti oleh petani yang memanfaatkan limbah dan yang tidak memanfaatkan limbah terdiri dari pendidikan formal dan non formal. Tingkat pendidikan formal petani yang memanfaatkan limbah dan yang tidak memanfaatkan limbah dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Pendidikan terakhir petani yang memanfaatkan limbah dan yang tidak memanfaatkan limbah sebagian besar adalah SD masing-masing sebanyak 27 dan 13 orang atau 90% dan 43.33%. Namun, petani yang tidak memanfaatkan limbah ada sepuluh orang tidak mengalami masa sekolah sama sekali. Walaupun demikian, ada dua orang petani yang tidak memanfaatkan limbah yang mencapai tingkat pendidikan hingga tahap SMA bahkan satu orang mencapai tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang tidak memanfaatkan limbah cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibandingkan petani yang sudah memanfaatkan limbah.

(51)

34

Tabel 13 Penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan

1. Tidak sekolah 0 0 10 33.33

2. Tidak selesai sekolah 0 0 2 6.67

3. SD 27 90 13 43.33

4. SMP 3 10 2 6.67

5. SMA 0 0 2 6.67

6. Perguruan Tinggi 0 0 1 3,33

Total 30 100 30 100

Sumber: Data Primer, 2014

5.2.3 Luas Lahan

Rata-rata luas lahan padi yang diusahakan petani yang memanfaatkan limbah adalah seluas 0.21 ha dengan luas minimumnya 0.1 ha dan luas maksimum yang dimiliki petani adalah 0.5 ha. Petani yang tidak memanfaatkan limbah rata-rata luas lahan yang diusahakannya adalah 0.27 ha dengan luas minimumnya 0.04 ha dan luas maksimumnya adalah 0.6 ha. Penggolongan responden petani yang memanfaatkan limbah dan tidak memanfaatkan limbah berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Penggolongan responden berdasarkan luas lahan

No Luas Lahan

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

1. < 0.25 23 76.67 16 53.33 Sukajadi cenderung memiliki luas lahan yang lebih sempit dibandingkan dengan petani yang tidak memanfaatkan limbah ternak sapi potong.

5.2.4 Status Kepemilikan Lahan

(52)

35 hasil penggadaian lahan dimana kepemilikan tersebut akan berakhir sesuai kontrak yang dilakukannya. Biaya produksi maupun penerimaan yang diterima saat panen oleh petani yang menyewa lahan tetap dikeluarkan dan dinikmati petani itu sendiri sampai masa tenggang penyewaan lahan berakhir.

Adapun jumlah petani yang memanfaatkan limbah ternak sapi potong yang sudah memiliki lahan sendiri berjumlah 27 orang atau sebesar 90%, sedangkan petani yang tidak memanfaatkan limbah berjumlah 26 orang atau sebesar 87%. Penggolongan responden berdasarkan status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Penggolongan responden berdasarkan status kepemilikan lahan

No Status Kepemilikan Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

1. Lahan sewa 3 10 4 13

2. Lahan milik 27 90 26 87

Total 30 100 30 100

Sumber: Data Primer, 2014

5.2.5 Kepemilikan Sapi

Petani Desa Sukajadi sudah memiliki ternak sapi potong sejak tahun 2009 atas bantuan dari pemerintah. Ternak sapi potong yang dimiliki petani yang memanfaatkan limbah di Desa Sukajadi sampai dengan bulan Mei 2013 berjumlah 48 ekor dengan induk sebanyak 33 ekor dan anak sebanyak 15 ekor. Jika dikonversikan ke satuan ternak maka jumlah ternak di Desa Sukajadi dapat di total seperti pada Tabel 16.

Tabel 16 Jumlah ternak dan satuan ternak petani responden tahun 2013

Uraian Jumlah (ekor) Satuan Ternak Jumlah Satuan ternak

Sapi betina dewasa 33 1.00 33

Pedet 15 0.25 3.75

Total 48 36.75

Sumber: Data Olahan Desa Sukajadi

Tabel di atas memperlihatkan bahwa ternak sapi potong yang paling banyak dimiliki petani adalah sapi betina dewasa.

5.2.6 Pengalaman Berusahatani

(53)

36

pengalaman berusahatani petani yang memanfaatkan limbah adalah 24 tahun, sedangkan rata-rata pengalaman berusahatani petani yang tidak memanfaatkan limbah adalah 31 tahun. Rata-rata petani yang memanfaatkan limbah memiliki pengalaman berusahatani selama 10 tahun sampai dengan 20 yaitu sebesar 47%, sedangkan petani yang tidak memanfaatkan limbah rata-rata memiliki pengalaman berusahatani selama 21 tahun sampai dengan 30 tahun yaitu sebesar 30%. Secara rinci kelompok pengalaman berusahatani responden petani yang memanfaatkan limbah dan yang tidak memanfaatkan limbah dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Penggolongan responden berdasarkan pengalaman berusahatani

No Pengalaman

Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata petani yang memanfaatkan limbah merupakan petani yang berusia muda karena itulah pengalaman berusahataninya masih lebih rendah dibandingkan petani yang tidak memanfaatkan limbah.

5.2.7 Jumlah Tanggungan Keluarga

(54)

37 Tabel 18 Penggolongan responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

No Uraian

Usahatani dengan pemanfaatan limbah

Usahatani tanpa pemanfaatan limbah

Jumlah

(orang) Persentase (%)

Jumlah

(orang) Persentase (%)

1. Produktif 58 77 49 49

2. Tidak produktif 17 23 51 51

Total 75 100 100 100

(55)

38

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Keragaan Usahatani Padi

Cara bertanam petani yang memanfaatkan limbah tidak berbeda dengan petani yang tidak memanfaatkan limbah. Tahapan berusahatani padi di Desa Sukajadi memiliki pola yang cenderung seragam. Perbedaannya hanya pada penggunaan pupuk kandang bagi petani yang memanfaatkan limbah ternak sapi potong. Adapun teknik budidaya padi yang memanfaatkan limbah dan yang tidak memanfaatkan limbah meliputi, penyiapan lahan, pembenihan, penyiangan, pemupukan, pengendalian organisme pengganggu, pemanenan dan pasca panen, serta produksi limbah.

6.1. 1 Waktu Tanam

Pola tanam yang dilakukan petani di Desa Sukajadi dapat dilihat pada gambar kalender tanam berikut ini.

Keterangan Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Musim

Tanam I Musim Tanam II

Gambar 3 Kalender tanam di Desa Sukajadi

Berdasarkan gambar kalender tanam di atas dapat dijelaskan musim tanam pertama biasanya dilakukan rata-rata petani di Desa Sukajadi pada bulan Maret sampai bulan Juni. Terkadang ada juga petani yang masa panen pertamanya dilaksanakan pada bulan Juli awal. Musim tanam kedua di Desa Sukajadi rata-rata dilakukan petani pada bulan Oktober sampai bulan Januari. Terkadang ada juga petani yang masa panen pertamanya dilaksanakan pada bulan Februari awal. Sistem pengairan sawah yang dilakukan oleh petani setempat adalah sistem tadah hujan. Karena itulah, dalam berusahatani padi petani mempertimbangkan musim penghujan. Kekosongan terjadi di antara bulan Juli – September. Pada bulan ini para petani di Desa Sukajadi biasanya menanam sayuran.

6.1.2 Persiapan dan pengolahan lahan

(56)

39 lahan sawah yang luas akan menggunakan tambahan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Kegiatan pengolahan lahan di Desa Sukajadi meliputi penggemburan tanah menggunakan alat bajak berupa traktor serta pemberian pupuk dasar, yaitu pupuk kandang.

Langkah awal dimulai dengan membersihkan sawah dari sisa-sisa jerami. Setelah lahan sawah bersih maka dilanjutkan dengan membajak sawah. Petani di Desa Sukajadi lebih memilih membajak menggunakan traktor karena lebih cepat pengerjaannya. Karena itulah, petani yang tidak memiliki alat bajak sawah akan menyewa kepada petani yang sudah memilikinya. Biaya penyewaan alat bajak dihitung dalam satuan per setengah hari, yaitu dari pukul 07.00 – 12.00. Menyewa traktor di Desa Sukajadi dikenakan biaya Rp 260 000/ setengah hari. Harga penyewaan tersebut sudah termasuk bahan bakar minyak untuk luas lahan 0.1 ha. Pembajakan dilakukan bertujuan untuk membolak-balikkan tanah, menggemburkan tanah, dan memberantas gulma.

Setelah pembajakan selesai maka petani akan memberikan pupuk kandang yang sudah kering sebanyak setengah dari total kebutuhan pupuk dalam satu kali masa tanam. Pemberian pupuk kandang ini dilakukan dengan cara ditebarkan merata ke seluruh permukaan lahan. Saat memberikan pupuk, jika petani masih ingin melakukan pengolahan lahan seperti menggemburkan atau membolak-balikkan tanah maka petani akan melakukannya menggunakan pacul dan garpu. Tahap selanjutnya dari pengolahan lahan adalah pembenihan.

(57)

40

Tabel 19 Perbandingan penggunaan tenaga kerja persiapan dan pengolahan lahan usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi

No Uraian

Sumber: Olah Data Primer, 2014

6.1.3 Pembenihan

Belum semua petani di Desa Sukajadi melakukan penyemaian benih sendiri. Petani yang melakukan penyemaian benih terlebih dahulu mempersiapkan tempat pembenihan. Umumnya petani di Desa Sukajadi menggunakan benih varietas ciherang. Kegiatan ini dilakukan kurang lebih selama seminggu. Proses yang dilakukan adalah dengan melakukan penyeleksian benih, menyiapkan tempat pembenihan. Sawah yang akan digunakan untuk pembenihan dicangkul merata sedalam kira-kira 30 cm. Selanjutnya benih yang dipilih oleh petani adalah benih yang saat direndam dalam air selama beberapa hari berada dalam posisi tenggelam.

(58)

41 Tabel 20 Rata-rata biaya benih yang dikeluarkan usahatani padi dengan dan tanpa

pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi

Sumber: Olah Data Primer (2014)

Jumlah HOK tenaga kerja yang digunakan pada peyemaian benih dan penanaman bibit berbeda antara usahatani padi dengan pemanfaatan limbah maupun yang tidak memanfaatkan limbah. Perbandingan penggunaan HOK tersebut dibedakan berdasarkan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). Berikut dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Perbandingan penggunaan tenaga kerja penyemaian benih dan penanaman bibit usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi

Sumber: Olah Data Primer (2014)

6.1.4 Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan perawatan tanaman pada penelitian ini meliputi penyiangan, pemupukan, dan pengendalian organisme penganggu. Penjelasan yang lebih rinci seputar perawatan tanaman dapat dilihat di bawah ini.

a) Pemupukan

Gambar

Tabel 1  Komposisi nutrisi jerami padi sebagai pakan ternak
Tabel 2  Kandungan N, P, dan K dalam kotoran sapi potong
Tabel 3 berikut ini.
Tabel 5  Pendapatan usahatani padi sawah per hektar pada musim tanam Januari-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Ternak Sapi Potong Harapan Jaya, Desa Ujung Jaya, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang. Tujuan dari penelitian adalah ;

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tentang Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong terhadap Pendapatan Total Keluarga Petani adalah 1). Kontribusi

Hasil yang diperoleh bahwa daya dukung limbah tanaman pangan di Kota Parepare dapat menampung dan menyediakan pakan untuk kebutuhan ternak sapi potong berdasarkan hasil

Keragaan faktor-faktor pengembangan kredit usaha sapi potong meliputi : pokok kredit, bunga kredit, pendapatan, jumlah ternak, lama beternak, usia peternak, dan jumlah

Teknologi pada usahatani padi sawah yang memanfaatkan olahan kotoran sapi dari usaha penggemukan sapi potong sebagai pupuk organik serta pemanfaatan jerami dan

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak sapi potong pada peternak masih rendah disebabkan peternak membakar limbah (jerami padi dan jagung) setelah panen,

Pada pola usaha- tani dan peternakan sapi terpadu optimal peningkatan pendapatan usahatani keluarga terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan usaha ternak sapi sebagai

RAFIKA ZAHARA (080304038/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Nilai Tambah Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat Kabupaten