• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Potong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Potong"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4

Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok, kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa, efisiensi pakannya tinggi, dan mudah dipasarkan (Santosa, 1995). Menurut Abidin (2006) sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot badan ideal untuk dipotong.

Sistem pemeliharaan sapi potong dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sistem pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif. Sistem ekstensif semua aktivitasnya dilakukan di padang penggembalaan yang sama.

Sistem semi intensif adalah memelihara sapi untuk digemukkan dengan cara digembalakan dan pakan disediakan oleh peternak, atau gabungan dari sistem ekstensif dan intensif. Sementara sistem intensif adalah pemeliharaan sapi- sapi dengan cara dikandangkan dan seluruh pakan disediakan oleh peternak (Susilorini, 2008). Kriteria pemilihan sapi potong yang baik adalah sapi dengan jenis kelamin jantan atau jantan kastrasi, umur sebaiknya 1,5-2,5 tahun atau giginya sudah poel satu, mata bersinar, kulit lentur, sehat, nafsu makan baik, bentuk badan persegi panjang, dada lebar dan dalam, temperamen tenang, dari bangsa yang mudah beradaptasi dan berasal dari keturunan genetik yang baik (Ngadiyono, 2007).

Upaya pengembangan sapi potong menurut Winarso et al. (2005) antara lain : 1) Perlunya perlindungan dari pemerintah daerah terhadap wilayah-wilayah kantong ternak, terutama dukungan kebijakan tentang tata

(2)

ruang ternak serta pengawasan terhadap alih fungsi lahan pertanian yang berfungsi sebagai pendukung budidaya ternak, 2) Pengembangan teknologi pakan terutama pada wilayah padat ternak, antara lain dengan memanfaatkan limbah industri dan perkebunan, 3) Perlu adanya pencegahan pengurasan terhadap sapi lokal dalam upaya memenuhi konsumsi daging dalam negeri melalui seleksi bibit untuk mempertahankan plasma nuftah.

B. Sumberdaya Pakan

Pakan adalah bahan pakan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada ternak untuk kelangsungan hidup, berproduksi dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Pakan yang berkualitas sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985). Menurut Tillman et al. (1989) bahwa pakan atau makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan dapat digunakan oleh ternak. Bahan pakan ternak secara umum adalah bahan yang dapat dimakan, tetapi tidak semua komponen dalam bahan pakan ternak tersebut dapat dicerna oleh ternak.

Bahan pakan ternak mengandung zat makanan secara umum, sedangkan komponen dalam bahan pakan ternak tersebut yang dapat digunakan oleh ternak disebut zat makanan. Badan Standarisasi Nasional juga mendefinisikan bahan pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan serta hasil industri yang mengandung zat gizi dan layak digunakan sebagai pakan, baik diolah maupun belum diolah.

Sukria dan Krisna (2009) menyatakan bahwa komposisi kimia bahan pakan ternak sangat beragam karena bergantung pada varietas, kondisi tanah, pupuk, iklim, lama penyimpanan, waktu panen dan pola tanam. Pakan sapi potong terdiri atas pakan hijauan sumber serat dan pakan tambahan sumber protein, energi, mineral dan vitamin. Suplemen pendukung yang hanya dibutuhkan sebagian kecil seperti mineral, vitamin atau asam amino diberikan kalau benar-benar menjadi pembatas produksi. Hijauan pakan sebagian besar adalah rerumputan dan semak dengan kandungan protein

(3)

antara 6 - 10% dan TDN 50% atau kurang, sehingga hanya cukup untuk hidup pokok. Pengaruh iklim dan kondisi ekologi sangat menentukan ketersediaan hijauan sebagai pakan ternak di suatu wilayah sehingga hijauan pakan ternak tidak dapat tersedia sepanjang tahun. Pada musim penghujan produksi hijauan berlimpah dan di musim kemarau hijauan sebagai sumber pakan ternak produksinya sedikit. Penyimpanan bahan pakan hijauan dalam bentuk kering dapat dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mengatasi permasalahan kurangnya hijauan di musim kemarau (Puslitbangnak, 2011).

Ketersediaan hijauan secara kuantitas dan kualitas juga dipengaruhi oleh terbatasnya lahan tanaman pakan karena penggunaan lahan untuk tanaman pakan masih bersaing dengan tanaman pangan (Sajimin et al, 2000).

C. Limbah Tanaman Pangan

Tanaman pangan merupakan segala jenis tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein (Rani, 2010). Limbah tanaman pangan adalah bagian tanaman pangan setelah produk utama dipanen yang masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Produksi limbah tanaman pangan di suatu wilayah dapat diperkirakan berdasarkan luas lahan panen dari tanaman pangan tersebut (Jayasurya, 2002).

Limbah tanaman pangan memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak sapi potong (Mariyono dan Romjali, 2007).

Jenis limbah pertanian yang sering digunakan sebagai pakan ternak diantaranya adalah jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah dan daun ketela pohon (Djajanegara, 1999). Hambatan yang sering dialami pada pemanfaatan limbah tanaman pangan adalah kualitas yang rendah, kurang disukai ternak, konversinya tidak mudah dan produksinya berfluktuasi. Pakan ternak sebaiknya tersedia sepanjang tahun dalam jumlah dan kualitas yang cukup, namun lahan yang dikhususkan untuk produksi hijauan pakan ternak tidak selalu tersedia, kecuali adanya padang rumput alam di beberapa daerah.

Kekurangan bahan makanan ini sebenarnya dapat dicukupi dengan pengelolaan dan pemanfaatan limbah tanaman pangan yang melimpah.

(4)

Tingginya produksi limbah tanaman pangan pada suatu daerah dipengaruhi oleh luas areal panen tanaman pangan yang tinggi khususnya areal panen padi dan jagung sehingga menghasilkan jerami yang lebih banyak dan akhirnya berpengaruh pada tingginya total produksi bahan kering limbah tanaman pangan (Syamsu, 2006).

D. Teknologi Pengolahan Limbah Tanaman Pangan

Peningkatan nilai gizi limbah tanaman pangan dapat dilakukan melalui penggunaan teknologi pakan seperti perlakukan fisik, kimiawi serta biologis. Penerapan teknologi peningkatan kualitas limbah tanaman pangan di tingkat peternak memiliki hambatan dengan berbagai alasan seperti jumlah limbah yang dikumpulkan oleh peternak relatif sedikit karena kurangnya fasilitas untuk penyimpanan dan terjadinya penambahan beban biaya dan tenaga kerja bagi peternak dengan melakukan teknologi tersebut (Djajanegara, 1999), untuk itu dibutuhkan teknologi pakan yang sederhana, murah dan mudah diterapkan oleh peternak.

Pengolahan limbah tanaman pangan merupakan hal yang diperlukan agar kontinuitas pakan terus terjamin. Limbah tersebut sebagian besar diberikan pada ternak dengan cara menggembalakan ternak langsung di areal penanaman setelah tanaman pangan dipanen, namun sebagian limbah tersebut diproses atau disimpan dengan cara dibuat hay (menjadi jerami kering) atau diawetkan dalam bentuk silase sebagai pakan cadangan (Mccutcheon dan Samples, 2002). Limbah pertanian selain dibuat hay dan silase, juga dapat diamoniasi, proses amoniasi telah sering dilakukan untuk limbah tanaman pangan jerami padi.

Menurut Nitis et al. (1991) hay merupakan proses pengawetan hijauan dengan cara dikeringkan di bawah sinar matahari maupun menggunakan mesin pengering (dryer). Kandungan air hay ditentukan sebesar 12 - 20%, hal ini dimaksudkan agar hijauan kering saat disimpan sebagai hay tidak ditumbuhi jamur. Jamur akan merusak kualitas hijauan yang telah diawetkan menjadi hay. Tujuan khusus pembuatan hay adalah agar

(5)

tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan di musim kemarau. Ciri-ciri hay yang baik berwarna tetap hijau meskipun ada yang berwarna kekuning-kuningan, daun yang rusak tidak banyak, tekstur hijauan masih tetap utuh dan jelas, tidak terlalu kering sebab akan mudah patah tidak kotor dan tidak berjamur.

Kadar air limbah tanaman pangan hasil panen masih cukup tinggi sementara pada proses pembuatan silase dibutuhkan kadar air sekitar 60%, oleh sebab itu limbah harus dikeringkan sekitar 2 - 3 hari. Limbah dipotong menjadi potongan-potongan kecil, dimasukkan dan dipadatkan sepadat mungkin ke dalam kantong-kantong plastik kedap udara atau dalam silo-silo yang berbentuk bunker. Proses silase akan memakan waktu kurang lebih 3 minggu, kriteria silase jerami yang baik baunya agak harum, warna kuning agak kecoklatan (warna dasar jerami masih kelihatan), tidak busuk dan tidak berjamur (Nusio, 2005).

Teknologi peningkatan kualitas jerami padi dapat dilakukan dengan pengolahan secara kimiawi dengan pemberian urea. Jerami padi yang akan diamoniasi sebanyak jerami 100 kg, maka membutuhkan starbio 0,5 kg dan urea 4 - 6 kg. Jerami disiram dengan air bersih (digembor) secara merata diatas tebaran starbio dan urea, diusahakan kadar air ± 60% apabila jerami masih basah (baru disabit/dipotong) air yang digunakan tidak terlalu banyak, namun jika jerami sudah kering penyiraman air perlu sampai air membasahi lapisan jerami. Proses tersebut diulangi sampai jerami memenuhi tempat penyimpanan. Jerami yang telah ditaburi urea harus segera ditutup dengan rapat. Bahan penutup yang digunakan biasanya berupa lembaran plastik dengan ketebalan yang cukup memadai. Penutupan ini sangat penting dilakukan agar tercipta kondisi hampa udara (anaerob) sehingga penutupan harus dilakukan secara hati-hati. Upaya untuk mencegah kebocoran, jerami yang telah ditaburi urea dapat ditutup dengan lembaran plastik sebanyak dua lapis atau lebih (Shiddieqy, 2005).

(6)

Jerami padi hasil amoniasi teksturnya lebih lembut dibandingkan jerami asalnya, tidak berjamur atau menggumpal, tidak berlendir dan pH yang dihasilkan sekitar 8. Amoniasi mempunyai beberapa keuntungan antara lain sederhana cara pengerjaannya dan tidak berbahaya, lebih murah dan mudah dikerjakan, cukup efektif untuk menghilangkan aflatoksin khususnya pada jerami dan meningkatkan kandungan protein kasar (Siregar, 1994).

E. Evaluasi Pemanfaatan Limbah Tanaman Pangan

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Evaluasi jika tidak dilakukan, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000), sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak sapi potong pada peternak masih rendah disebabkan peternak membakar limbah (jerami padi dan jagung) setelah panen, dimana limbah tersebut berfungsi sebagai pupuk organik, disamping itu adanya anggapan dari peternak bahwa hijauan pakan sudah tersedia dalam jumlah yang mencukupi di lahan pekarangan, sawah dan kebun untuk kebutuhan ternak (Liana dan Febriana, 2011). Sentra penghasil padi memiliki banyak jerami yang dibuang atau dibakar begitu saja setelah bulir-bulir padi dipanen, padahal jerami tersebut setelah dikeringkan dan disimpan dengan baik digudang dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak sapi potong, dengan memiliki persediaan jerami padi kering, peternak tak perlu lagi mencari rumput atau membeli hijauan segar untuk pakan sapi.

Limbah pertanian memiliki kandungan serat kasar yang tinggi namun terdapat melimpah di alam sehingga perlu adanya pemanfaatan yang lebih lanjut dengan sentuhan teknologi bahwa hampir semua limbah pertanian

(7)

tanaman pangan dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak sapi potong.

Walaupun hampir semua limbah pertanian itu mengandung serat kasar tinggi, tetapi dengan sentuhan teknologi sederhana limbah itu dapat diubah menjadi pakan bergizi dan sumber energi bagi ternak (Sarwono dan Arianto, 2006).

F. Konsep Strategi

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep mengenai strategi selama 30 tahun terakhir. Strategi adalah suatu alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Pendapat lain mengatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan dimasa depan (Rangkuti, 2006).

Menurut pendapat Rangkuti (2006), strategi dapat dikelompokkan berdasarkan 3 tipe strategi, yaitu :

1. Strategi manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi pengembangan produk, strategi akuisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.

2. Strategi investasi

Strategi investasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi, misalnya, apakah perusahaan ini melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi diiventasi.

3. Strategi bisnis

Strategi bisnis ini juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena bisnis ini berorientasi kepada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi

(8)

distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

G. Perencanaan Strategi

Perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan inti (core competencies).

Perusahaan perlu mencari kompetisi inti dalam bisnis yang dilakukan.

Perencanaan merupakan sekelompok usaha yang dinilai efektif, dimana orang harus mengetahui tentang pencapaian sesuatu sesuai dengan yang diharapkan.

Perencanaan strategi merupakan pekerjaan merencanakan strategi untuk menuntun seluruh tindakan perusahaan, proses manajerial untuk membangun dan menjaga kesesuaian antara sumber daya organisasi dan peluang-peluang pasarnya.

Kotler (1999) menyatakan bahwa perencanaan strategis yang berorientasi pasar adalah proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian, dan sumber daya organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuan perencanaan strategi adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha dan produk perusahaan sehingga memenuhi target laba dan pertumbuhan.

Perencanaan strategi memberikan kerangka kerja bagi kegiatan perusahaan yang dapat meningkatkan ketanggapan dan berfungsinya perusahaan. Perencanaan strategis membantu manajer mengembangkan konsep yang jelas mengenai perusahaan, selain itu perencanaan strategi memungkinkan perusahaan mempersiapkan diri menghadapi lingkungan kegiatan yang cepat berubah. Keunggulan penting lainnya dari perencanaan strategi adalah membantu para manajer melihat adanya peluang yang mengandung resiko dan peluang yang aman dan memilih antara salah satu peluang-peluang yang ada (Rangkuti, 2006).

H. Perumusan Strategi

Strategi merupakan rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi dengan tantangan lingkungan dan

(9)

dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat (Glueck dan Jauch, 1994). Strategi merupakan respon secara terus-menerus terhadap faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) (Rangkuti, 2002).

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats

yang dihadapi dunia bisnis (Hardianawati, 2006). Perumusan strategi dapat dilakukan dengan menggunakan alat formulasi yaitu analisis SWOT (strengths-weaknesses-opportunities-threats). Analisis SWOT adalah analisis identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekutatan dan peluang, secara bersamaan sehingga meminimalkan kelemahan dan ancaman (Hax dan Majluf, 1991). Proses penggunaan analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan), serta survei eksternal atas opportunities (peluang/kesempatan) dan threats (ancaman) (Subroto, 2003).

Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal, serta kesempatan/peluang dan ancaman lingkungan eksternal. SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategi dalam berbagai terapan (Johnson et al, 1989).

Marimin (2004) menyatakan bahwa analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan suatu strategi yang didasarkan pada logika. Teknik perumusan strategi yang dikembangkan oleh David (2004) dilakukan dengan tiga tahap pelaksanaan dan menggunakan matriks sebagai model analisisnya. Tiga tahapan kerangka kerja tersebut adalah tahap input (the input stage), tahap pencocokan (the matching stage) dan tahap keputusan (the decision stage).

(10)

Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang dapat membantu dalam mengembangkan empat tipe startegi yaitu SO (strengths- opportunities), startegi WO (weaknesses-opportunities), starategi ST

(strengths-threats) dan strategi WT (weaknesse-threats). Startegi SO atau strategi kekuatan-peluang yaitu menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang ekternal dan strategi WO atau strategi kelemahan- peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara memanfaatkan peluang ekternal. Strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman ekternal adalah strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman, dan strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan strategi yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (David, 2004).

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat adalah mewujudkan penyediaan

Setelah psi-h/g didapat hasilnya, kemudian dilakukan tahap kedua untuk mendapatkan nilai sterilization intensity index psi-h dengan memotong kertas grafik

Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif  Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif 

3.3.Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat  perbuatan riya’ dan nifaq dalam

Dalam kaitan dengan upaya yang sedang dilakukan, para informan mengungkapkan bahwa hal yang paling penting adalah memahami komunikasi interpersonal, menempatkan baik orang tua

Sementara Cikini Retail dan Plaza Menteng yang terintegrasi dengan hotel budget Formule-1, pada tahun 2010 memberikan kontribusi masing-masing 6% dan 4% dari pendapatan

Wilayah penelitian dibatasi di 3 (tiga) wilayah berdasarkan kepadatan yaitu Kelurahan Patukangan (kepadatan tertinggi), Kelurahan Pekauman (kepadatan sedang) dan

Rendahnya konsentrasi nitrat pada stasiun 12 disebabkan lokasi yang berada jauh dari muara sungai Banger sebagai sumber nitrat ke perairan laut (Gambar 2).. Sesuai