• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Sindrom Nefrotik Pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Sindrom Nefrotik Pada Anak"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ASKEP SINDROM NEFROTIK PADA ANAK ASKEP SINDROM NEFROTIK PADA ANAK

BAB I BAB I KONSEP MEDIS KONSEP MEDIS A. A. DefenisiDefenisi

Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).

massif (Donna L. Wong, 2004).

Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular  Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular  yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).

hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).

Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif  Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif  (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).

disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).

Sin

Sindrodrom m nefnefrotrotik ik  merumerupapakakan n kekeadadaaaan n klklininis is yayang ng diditatandndai ai dedengngan an prprototeieinunuriria,a, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi

hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulusdan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus

Berd

Berdasarasarkan kan penpengergertiatian n diadiatas tas makmaka a penpenuliulis s dapdapat at menmengamgambil bil keskesimpimpulaulan n bahbahwawa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan karakt

karakteristik proteinurieristik proteinuria a massif hipoalbumassif hipoalbuminemiminemia, a, hiperlhiperlipideipidemia mia yang disertai yang disertai atau atau tidak tidak  disertai edema dan hiperkolestrolemia.

disertai edema dan hiperkolestrolemia.

B.

B. InsidenInsiden

Menurut Cecily L Betz, 2002 : Menurut Cecily L Betz, 2002 :

(2)

 Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat,Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, lu

luas as kekerurusaksakan an giginjnjalal, , ususia ia ananakak, , kokondndisi isi yayang ng memendndasaasari, ri, dadan n rerespspononnynya a trtrererhahadadapp  pengobatan

 pengobatan

 Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahunSindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun

 SinSindrodrom m nefnefrotrotik ik perperubaubahan minimhan minimal al (SN(SNPM) PM) menmenacaacakup 60 kup 60 – – 90 90 % % dardari i semsemua ua kaskasusus sindrom nefrotik pada anak 

sindrom nefrotik pada anak 

 Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapiAngka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid.

dan pemberian steroid.

 Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral danBayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal.

transplantasi ginjal.

C.

C. Anatomi & FisiologiAnatomi & Fisiologi

1.

1. AnatomiAnatomi

Gin

Ginjal jal mermerupaupakan kan salasalah h satsatu u bagbagian ian salusaluran ran kemkemih ih yanyang g terlterletaetak k retretroproperiteritoneonealal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri

dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra.kanan vertebra.

Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar  Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar  dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III.

thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III.

Pad

Pada a fetufetus s dan dan infinfan, an, ginginjal jal berberloblobulaulasi. si. MakMakin in berbertamtambah bah umuumur, r, loblobulaulasi si makmakinin kurang sehingga waktu dewasa menghilang.

kurang sehingga waktu dewasa menghilang.

Parenk

Parenkim im ginjaginjal l terdirterdiri i atas korteks atas korteks dan medula. Medula dan medula. Medula terdirterdiri i atas piramid-piratas piramid-piramidamid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh ko

kolulumnmna a bebertrtinini. i. DaDasar sar pipiramramid id inini i diditutututup p ololeh eh kokortrtekeks, s, sedsedanang g pupuncncakaknynya a (p(papapilillala margi

marginalis) menonjonalis) menonjol l ke ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadbersatu menjadi i kalikskaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter.

(3)

 Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat,Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, lu

luas as kekerurusaksakan an giginjnjalal, , ususia ia ananakak, , kokondndisi isi yayang ng memendndasaasari, ri, dadan n rerespspononnynya a trtrererhahadadapp  pengobatan

 pengobatan

 Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahunSindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun

 SinSindrodrom m nefnefrotrotik ik perperubaubahan minimhan minimal al (SN(SNPM) PM) menmenacaacakup 60 kup 60 – – 90 90 % % dardari i semsemua ua kaskasusus sindrom nefrotik pada anak 

sindrom nefrotik pada anak 

 Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapiAngka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid.

dan pemberian steroid.

 Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral danBayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal.

transplantasi ginjal.

C.

C. Anatomi & FisiologiAnatomi & Fisiologi

1.

1. AnatomiAnatomi

Gin

Ginjal jal mermerupaupakan kan salasalah h satsatu u bagbagian ian salusaluran ran kemkemih ih yanyang g terlterletaetak k retretroproperiteritoneonealal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri

dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra.kanan vertebra.

Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar  Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar  dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III.

thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III.

Pad

Pada a fetufetus s dan dan infinfan, an, ginginjal jal berberloblobulaulasi. si. MakMakin in berbertamtambah bah umuumur, r, loblobulaulasi si makmakinin kurang sehingga waktu dewasa menghilang.

kurang sehingga waktu dewasa menghilang.

Parenk

Parenkim im ginjaginjal l terdirterdiri i atas korteks atas korteks dan medula. Medula dan medula. Medula terdirterdiri i atas piramid-piratas piramid-piramidamid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh ko

kolulumnmna a bebertrtinini. i. DaDasar sar pipiramramid id inini i diditutututup p ololeh eh kokortrtekeks, s, sedsedanang g pupuncncakaknynya a (p(papapilillala margi

marginalis) menonjonalis) menonjol l ke ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadbersatu menjadi i kalikskaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter.

(4)

Kor

Kortekteks s sendsendiri iri terterdirdiri i atas atas gloglomermeruli uli dan dan tubtubiliili, , sedasedangkngkan an padpada a medmedula ula hanhanyaya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan  pula

 pula duktus duktus koligentes). koligentes). Tiap Tiap ginjal ginjal mempunyai mempunyai lebih lebih kurang kurang 1,5-2 1,5-2 juta juta nefron nefron berarti berarti pulapula lleebbiih h kkuurraanng g 11,,55--2 2 jjuutta a gglloommeerruullii.. Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat inf

infiltiltrat rat berbergergerak ak ke ke bawbawah ah melmelalualui i bagbagian ian desdesendenden en lenlengkugkung ng henhenle, le, konkonsensentratrasi si filfiltratratt  bergerak

 bergerak ke ke atas atas melalui melalui bagian bagian asenden, asenden, konsentrasi konsentrasi makin makin lama lama makin makin encer encer sehinggasehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih (Price,2001 : direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih (Price,2001 : 785).

785).

2.

2. FisiologiFisiologi

Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat  penting

 penting melalui melalui ultrafiltrat ultrafiltrat yang yang terbentuk terbentuk dalam dalam glomerulus. glomerulus. Terbentuknya Terbentuknya ultrafiltrat ultrafiltrat iniini san

sangat gat dipdipengengaruaruhi hi oleoleh h sirksirkulaulasi si ginginjal jal yanyang g menmendapdapat at dardarah ah 20% 20% dardari i selseluruuruh h cardcardiaciac output.

output.

a.

a.  Faal glomerolus Faal glomerolus

Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik intra tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas  pemukaan

 pemukaan tubuh). tubuh). GFR GFR normal normal umur umur 2-12 2-12 tahun tahun : : 30-90 30-90 cc/menit/luas cc/menit/luas permukaan permukaan tubuhtubuh anak.

anak.

b.

(5)

Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana diketahui, GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang direabsorbsi hanya 100 ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk urin atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa).

Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan umur :

 1-2 hari : 30-60 ml  3-10 hari : 100-300 ml  10 hari-2 bulan : 250-450 ml  2 bulan-1 tahun : 400-500 ml  1-3 tahun : 500-600 ml  3-5 tahun : 600-700 ml  5-8 tahun : 650-800 ml  8-14 tahun : 800-1400 ml

c.  Faal Tubulus Proksimal 

Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan reabsorbsi yaitu ± 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa organik.

d.  Faal loop of henle

Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih hipotonik.

(6)

Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara reabsorbsi  Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen.

D. Etiologi

Menurut Arif Mansjoer,2000 :488, sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi :

 Sindrom nefrotik bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal

 Sindrom nefrotik sekunder 

Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain.

 Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)

E. Patofisiologi

Menurut Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217 :

 Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein  plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.

 Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang  produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi

aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.

 Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi  produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma

(7)

 .Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)

 Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng.

F. Manifestasi Klinis

Menurut Betz, Cecily L.2002 : 335

 Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk  ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.

 Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa

 Pucat

 Hematuri

 Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.

 Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi.

 Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang)

G. Penatalaksanaan

(8)

 Diet protein 3 – 4 gram/kg BB/hari

 Diuretikum : furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon  pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/helama  pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan

kehilangan cairan intravaskuler berat.

 Kortikosteroid : Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas

 permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.

Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu

 Antibiotika bila ada infeksi

 Digitalis bila ada gagal jantung.

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Betz, Cecily L, 2002 : 335 :

1. Uji urine

 Protein urin – meningkat

 Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria

 Dipstick urin – positif untuk protein dan darah

 Berat jenis urin – meningkat

2. Uji darah

(9)

 Kolesterol serum – meningkat

 Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)

 Laju endap darah (LED) – meningkat

 Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.

3. Uji diagnostik 

Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin

I. Komplikasi

Menurut Rauf, .2002 : .27-28 :

 Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.

 Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.

 Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma.

 Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal. BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

(10)

Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak  terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.

2. Riwayat Kesehatan.

a. Keluhan utama.

Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun

 b. Riwayat penyakit dahulu.

Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.

c. Riwayat penyakit sekarang.

Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Tidak ada hubungan.

5. Riwayat kesehatan lingkungan.

Endemik malaria sering terjadi kasus NS.

6. Imunisasi.

Tidak ada hubungan.

7. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan.

(11)

 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.

 Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak   berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra

kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.

 Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.

 Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.

 Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.

 Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.

8. Riwayat Nutrisi.

Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).

9. Pengkajian Persistem.

 Sistem pernapasan.

Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi abdomen

(12)

 Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.

 Sistem persarafan.

Dalam batas normal.

 Sistem perkemihan.

Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.

 Sistem pencernaan.

Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.

 Sistem muskuloskeletal.

Dalam batas normal.

 Sistem integumen.

Edema periorbital, ascites.

 Sistem endokrin

Dalam batas normal

 Sistem reproduksi

Dalam batas normal.

 Persepsi orang tua

Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

(13)

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap  peningkatan permiabilitas glomerulus.

2. Perubahan nutrisi kuruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.

4. Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak  hospitalisasi).

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius. 6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan

8. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh.

9. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan  protein dan cairan, edema.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1 Kelebihan volume cairan  berhubungan dengan kehilangan  protein sekunder  terhadap  peningkatan  permiabilitas glomerulus. Tujuan : Pasien tidak  menunjukkan  bukti-bukti akumulasi cairan (pasien mendapatkan

volume cairan yang tepat)

Kriteria hasil: Penurunan edema,

Mandiri :

Kaji masukan yang relatif  terhadap keluaran secara akurat.

Timbang berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika diindikasikan).

Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen  pada umbilicus serta  pantau edema sekitar 

mata.

Atur masukan cairan

Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan  penggantian cairan dan  penurunan resiko

kelebihan cairan. Mengkaji retensi cairan Untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema. Agar tidak mendapatkan

lebih dari jumlah yang dibutuhkan

(14)

ascites

Kadar protein darah meningkat

Output urine

adekuat 600 – 700 ml/hari

Tekanan darah dan nadi dalam batas normal.

dengan cermat.

Pantau infus intra vena

Kolaborasi :

Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan. Berikan diuretik bila

diinstruksikan. masukan yang diresepkan Untuk menurunkan ekskresi proteinuria Untuk memberikan  penghilangan sementara dari edema. 2 Perubahan nutrisi kuruang dari kebutuhan  berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan. Tujuan : Kebutuhan nutrisi akan terpenuhi Kriteria Hasil :

 Napsu makan baik  Tidak terjadi

hipoprtoeinemia Porsi makan yang

dihidangkan dihabiskan

Edema dan ascites tidak ada.

Mandiri :

Catat intake dan output makanan secara akurat Kaji adanya anoreksia,

hipoproteinemia, diare. Pastikan anak mendapat

makanan dengan diet yang cukup.

Beri diet yang bergizi Batasi natrium selama

edema dan trerapi kortikosteroid

Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan Beri makanan dalam porsi

sedikit pada awalnya Beri makanan spesial dan

disukai anak 

Beri makanan dengan cara yang menarik 

Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh Gangguan nuirisi dapat

terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal

Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk. membantu pemenuhan

nutrisi anak dan meningkatkan daya tahan tubuh anak  asupan natrium dapat

memperberat edema usus yang menyebabkan hilangnya nafsu makan anak 

agar anak lebih mungkin untuk makan

untuk merangsang nafsu makan anak 

untuk mendorong agar  anak mau makan

(15)

makan anak  3 Resiko tinggi infeksi  berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun. Tujuan : Tidak terjadi infeksi Kriteria hasil : Tanda-tanda infeksi tidak ada

Tanda vital dalam  batas normal Ada perubahan  perilaku keluarga dalam melakukan  perawatan. Mandiri :

Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan

 pengunjung.

Tempatkan anak di ruangan non infeksi.

Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.

Lakukan tindakan invasif  secara aseptik 

Gunakan teknik mencuci tangan yang baik 

Jaga agar anak tetap hangat dan kering

Pantau suhu.

Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi

Meminimalkan masuknya organisme. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Membatasi masuknya

 bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.

Untuk meminimalkan  pajanan pada organisme

infektif 

Untuk memutus mata rantai penyebar5an infeksi

Karena kerentanan terhadap infeksi  pernafasan

Indikasi awal adanya tanda infeksi

Memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan gejala infeksi 4 Kecemasan anak   berhubungan dengan lingkungan  perawatan yang asing (dampak  hospitalisasi). Tujuan : Kecemasan anak  menurun atau hilang Kriteria hasil : Kooperatif pada tindakan

Validasi perasaan takut atau cemas.

Pertahankan kontak dengan klien.

Upayakan ada keluarga yang menunggu

Anjurkan orang tua untuk 

Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya. Memantapkan hubungan,

meningkatan ekspresi  perasaan.

(16)

keperawatan Komunikatif pada  perawat Secara verbal mengatakan tidak  takur.

membawakan mainan atau foto keluarga

Dukungan yang terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi. Meminimalkan dampak  hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga. 5 Perubahan proses

keluarga  berhubungan

dengan anak yang menderita  penyakit serius. Tujuan : Pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat Kriteria hasil :

Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi, dukungan Kaji pemahaman keluarga

tentang diagnosa dan rencana perawatan Tekankan dan jelaskan

 profesional kesehatan tentang kondisi anak,  prosedur dan terapi yang

dianjurkan, serta  prognosanya

Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan

 pemahaman keluarga Keluarga tentang penyakit dan terapinya

Ulangi informasi sesering mungkin

Bantu keluarga mengintrepetasikan  perilaku anak serta

responnya

Jangan tampak

terburu-Mengidentifikasi kebuutuhan yang dibutuhkan keluarga Keluarga akan  beradaptasi terhadap segala tindakan keperawatan yang dilakukan

Agar keluarga juga mengetahui masalah kesehatan anaknya Mengoptimalisasi  pendidikan kesehatan terhadap Untuk memfasilitasi  pemahaman Keluarga dapat mengidentifikasi  perilaku anak sebagai

orang yang terdekat dengan anak 

Mempermantap rencana yang telah disusun sebelumnya

(17)

 buru, bila waktunya tidak  tepat 6 Intoleransi aktifitas  berhubungan dengan kelemahan. Tujuan : Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan dan mendapatkan istirahat dan tidur  yang adekuat

Kriteria hasil :

Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat

Seimbangkan istirahat dan aktifitas bila ambulasi Rencanakan dan berikan

aktivitas tenang

Instruksikan istirahat bila anak mulai merasa lelah Berikan periode istirahat

tanpa gangguan

tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat menurunkan edema ambulasi menyebabkan

kelelahan

aktivitas yang tenang mengurangi penggunaan energi yang dapat

menyebabkan kelelahan mengadekuatkan fase

istirahat anak 

anak dapat menikmati masa istirahatnya 7 Gangguan citra tubuh  berhubungan dengan perubahan  penampilan Tujuan : Agar dapat mengespresikan  perasaan dan masalah dengan mengikutin aktivitas yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak. Kriteria hasil :

Gali masalah dan perasaan mengenai penampilan Tunjukkan aspek positif 

dari penampilan dan bukti  penurunan edema

Dorong sosialisasi dengan individu tanpa infeksi aktif  Beri umpan balik posisitf 

Untuk memudahkan koping

Meningkatkan harga diri klien dan mendorong  penerimaan terhadap

kondisinya

Agar anak tidak merasa sendirian dan terisolasi Agar anak merasa

diterima 8 Resiko tinggi kerusakan integritas kulit  berhubungan Tujuan :

Kulit anak tidak  menunjukkan adanya kerusakan

Mandiri :

Berikan perawatan kulit Hindari pakaian ketat Bersihkan dan bedaki

memberikan kenyamanan  pada anak dan

mencegah kerusakan kulit

(18)

dengan edema,  penurunan  pertahanan tubuh. integritas : kemerahan atau iritasi Kriteria hasil:

 permukaan kulit beberapa kali sehari

Topang organ edema, seperti skrotum

Ubah posisi dengan sering ;  pertahankan kesejajaran

tubuh dengan baik  Gunakan penghilang

tekanan atau matras atau tempat tidur penurun tekanan sesuai kebutuhan

dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan

untuk mencegah

terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan alat tenun unjtuk menghilangkan

aea tekanan

karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan diam saja

untuk mencegah terjadinya ulkus 9 Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler)  berhubungan dengan kehilangan  protein dan cairan,

edema. Tujuan : Klien tidak  menunjukkan kehilangan cairan intravaskuler atau shock hipovolemik  yang diyunjukkan  pasien minimum

atau tidak ada Kriteria hasil :

Mandiri :

Pantau tanda vital

Kaji kualitas dan frekwensi nadi

Ukur tekanan darah Laporkan adanya

 penyimpangan dari normal

Untuk mendeteksi bukti fisik penipisan cairan Untuk tanda shock 

hipovolemik 

Untuk mendeteksi shock  hipovolemik 

Agar pengobatan segera dapat dilakukan

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria masif, hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia. Angka kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per  tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun, dengan  perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak 

FKUI/RSCM Jakarta, sindrom nefrotik merupakan penyebab kunjungan sebagian besar   pasien di Poliklinik Khusus Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak 

yang dirawat antara tahun 1995-2000.

Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital, glomerulopati primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti pada  purpura Henoch-Schonlein dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun  pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan kelainan kongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk. Pada tulisan ini hanya akan dibicarakan SN idiopatik.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan penyakit sindrom nefrotik pada anak 

Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu: 1. Mengetahui pengertian sindrom nefrotik 

(20)

3. Mengetahui patofisologi sindrom nefrotik 

4. Mengetahui manifestasi klinis sindrom nefrotik 

5. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang sindrom nefrotik 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

A.

Pengertian

Sindrom nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab. Yang dimaksud proteinuria masif  adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadang-kadang azotemia.

B.

Gambaran Klinis

Sebagai sebuah sindroma (kumpulan gejala), tanda / gejala penyakit sindroma nefrotik  meliputi :

- Proteinuria

- Hipoalbuminemia

- Hiperkolesterolemia/hiperlipidemi - Oedema

Beberapa gejala yang mungkin muncul antara lain hematuria, azotemia dan hipertensi ringan. Proteinuria (85-95%) terjadi sejumlah 10 –15 gram/hari (dalam pemeriksaan Esbach) . Selama terjadi oedema biasanya BJ Urine meningkat. Mungkin juga terjadi  penurunan faktor IX, Laju endap darah meningkat dan rendahnya kadar kalsium serta

hiperglikemia. C. Etiologi

Penyebab umum penyakit tidak diketahui; akhir-akhir ini sering dianggap sebagi suatu  bentuk penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-antibodi. Umumnya dibagi

menjadi 4 kelompok :

1. Sindroma nefrotik bawaan 2. Sindroma nefrotik sekunder  3. Sindroma nefrotik idiopati

(21)

4. Glumerulosklerosis fokal segmental D. Patofisiologi

Penyakit nefrotik sindoma biasanya menyerang pada anak-anak pra sekolah. Hingga saat sebab pasti penyakit tidak ditemukan, tetapi berdasarkan klinis dan onset gejala yang muncul dapat terbagi menjadi sindroma nefrotik bawaan yang biasanya jarang terjadi; Bentuk idiopati yang tidak jelas penyebabnya maupun sekunder dari penyakit lainnya yang dapat ditentukan faktor predisposisinya; seperti pada penyakit malaria kuartana, Lupus Eritematous Diseminata, Purpura Anafilaktoid, Grumeluronefritis (akut/kronis) atau sebagai reaksi

terhadap hipersensitifitas (terhadap obat)

 Nefrotik sindroma idiopatik yang sering juga disebut Minimal Change Nefrotic Syndrome (MCNS) merupakan bentuk penyakit yang paling umum (90%).

Patogenesis penyakit ini tidak diketahui, tetapi adanya perubahan pada membran glumerolus menyebabkan peningkatan permeabilitas, yang memungkinkan protein (terutama albumin) keluar melalui urine (albuminuria). Perpindahan protein keluar sistem vaskular  menyebabkan cairan plasma pindh ke ruang interstitisel, yang menghasilkan oedema dan hipovolemia. Penurunan volume vaskuler menstimulasi sistem renin angiotensin, yang memungkinkan sekresi aldosteron dan hormon antidiuretik (ADH). Aldosteron merangsang  peninkatan reabsorbsi tubulus distal terhadap Natrium dan Air, yang menyebabkan  bertambahnya oedema. Hiperlipidemia dapat terjadi karena lipoprotein memiliki molekul

yang lebih berat dibandingkan albumin sehingga tidak akan hilang dalam urine. E. Evaluasi Diagnostik 

Urinalisis menunjukkan haemturia mikroskopik, sedimen urine, dan abnormalitas lain. Jarum biopsi ginjal mungkin dilakukan untuk pemriksaan histology terhadap jaringan renal untuk memperkuat diagnosis.

Terdapat proteinuri terutama albumin (85 – 95%) sebanyak 10 –15 gr/hari. Ini dapat ditemukan dengan pemeriksaan Essbach. Selama edema banyak, diuresis berkurang, berat  jenis urine meninggi. Sedimen dapat normal atau berupa toraks hialin, dan granula lipoid, terdapat pula sel darah putih. Dalam urine ditemukan double refractile bodies. Pada fase nonnefritis tes fungsi ginjal seperti : glomerular fitration rate, renal plasma flowtetap normal atau meninggi . Sedangkan maximal konsentrating ability dan acidification kencing normal . Kemudian timbul perubahan pada fungsi ginjal pada fase nefrotik akibat perubahan yang  progresif pada glomerulus.

(22)

Kimia darah menunjukkan hipoalbuminemia, kadar globulin normal atau meninggi sehingga terdapat rasio Albumin-globulin yang terbalik, hiperkolesterolemia, fibrinogen meninggi. Sedangkan kadar ureum normal. Anak dapat menderita defisiensi Fe karena  banyak transferin ke luar melalui urine. Laju endap darah tinggi, kadar kalsium darah sering

rendah dalam keadaan lanjut kadang-kadang glukosuria tanpa hiperglikemia. F. Penatalaksanaan

a. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak   berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan

tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.

 b. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang  persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat

c. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak  menimbulkan kontriksi,

d. hindarkan menggosok kulit.

e. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat. f. Kemoterapi:

g. Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai efek  samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek  samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan, osteoporosis, ulkus  peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan hipertensi

(23)

h. Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat cairan  berlebihan, misalnya obat-abatan spironolakton dan sitotoksik ( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan siklofosfamid.

i. Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri abdomen dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan infus plasma intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.

 j. Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung mengalami infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi virus juga merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid dan siklofosfamid.

k. Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.

l. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali tergangu dengan  penampilan anak. Pengertian akan perasan ini merupakan hal yang penting. Penyakit

ini menimbulkan tegangan yang berta pada keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka mereka dapat mengerti perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada mereka karena mengalami relaps yang memaksa perawatan di rumahn sakit.

G. Prognosis

Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut :

1. Menderita untuk pertama kalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun. 2. Disertai oleh hipertensi.

3. Disertai hematuria.

4. Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder.

5. Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal.

Pada umumnya sebagian besar (+ 80%) sindrom nefrotik primer memberi respons yang baik  terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% di antaranya akan relapse  berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi dengan pengobatan steroid.

H. Komplikasi

Penyulit (komplikasi) Sindrom Nefrotik tergantung dari beberapa faktor : - Kelainan histopatologis

(24)

- Lamanya sakit - Usia pasien

a) Malnutrisi, akibat hipolabuminemia berat.

 b) Infeksi sekunder, disebabkan gangguan mekanisme pertahanan humoral, penurunan gamma globulin serum.

c) Gangguan koagulasi, berhubungan dengan kenaikan beberapa faktor pembekuan yang menyebabkan keadaan hiperkoagulasi.

d) Akselerasi aterosklerosis, akibat dari hipelipidemia yang lama. e) Kolap hipovolemia, akibat proteinuria yang berat.

f) Efek samping obat-obatan : diuretik, antibiotik, kortikosteroid, antihipertensi, sitostatika yang sering digunakan pada pasien sindrom nefrotik.

g) Gagal ginjal.

B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian

a. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.

 b.Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya peningkatan berat  badan dan kegagalan fungsi ginjal.

c. Observasi adanya manifestasi dari Sindrom nefrotik : Kenaikan berat badan, edema, bengkak   pada wajah ( khususnya di sekitar mata yang timbul pada saat bangun pagi , berkurang di

siang hari ), pembengkakan abdomen (asites), kesulitan nafas ( efusi pleura ), pucat pada kulit, mudah lelah, perubahan pada urin ( peningkatan volum, urin berbusa ).

d. Pengkajian diagnostik meliputi meliputi analisa urin untuk protein, dan sel darah merah, analisa darah untuk serum protein ( total albumin/globulin ratio, kolesterol ) jumlah darah, serum sodium

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma. ( Wong, Donna L, 2004 : 550)

 b. Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes, 2000: 177)

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia. (Carpenito,1999: 204) d. Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif (Carpenito, 1999:204). e. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550)

f. Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550)

(25)

h. Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi 3. Intervensi

Perencanaan KeperawatanKelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic  plasma. ( Wong, Donna L, 2004 : 550)

Tujuan: tidak terjadi akumulasi cairan dan dapat mempertahankan keseimbangan intake dan output.

KH: menunjukkan keseimbangan dan haluaran, tidak terjadi peningkatan berat badan, tidak terjadi edema.

• Intervensi:

• Pantau, ukur dan catat intake dan output caira • Observasi perubahan edema

• Batasi intake garam • Ukur lingkar perut

• timbang berat badan setiap hari

Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes, 2000: 177) kolaborasi  pemberian obat-obatan sesuai program dan monitor efeknya

Tujuan: Pola nafas adekuat

KH: frekuensi dan kedalaman nafas dalam batas normal • Intervensi:

 –  auskultasi bidang paru

 –   pantau adanya gangguan bunyi nafas  –   berikan posisi semi fowler 

 –  observasi tanda-tanda vital

 –  kolaborasi pemberian obat diuretic

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia. (Carpenito,1999: 204) Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi

KH: tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan yang adekuat, mempertahankan berat badan

Intervensi:

• tanyakan makanan kesukaan pasien

• anjurkan keluarga untuk mrndampingi anak pada saat makan • pantau adanya mual dan muntah

(26)

• bantu pasien untuk makan

• berikan makanan sedikit tapi sering

• berikan informasi pada keluarga tentang diet klien

Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif. (Carpenito, 1999:204). Tujuan: tidak terjadi infeksi

KH: tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vitl dalam batas normal, leukosit dalam batas normal.

Intervensi:

• cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan • pantau adanya tanda-tanda infeksi

• lakukan perawatan pada daerah yang dilakukan prosedur invasive • anjurkan keluarga untuk mrnjaga kebersihan pasien

• kolaborasi pemberian antibiotic

Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550) Tujuan: pasien dapat mentolerir aktivitas dan mrnghemat energi KH: menunjukkan kemampuan aktivitas sesuai dengan kemampuan, mendemonstrasikan  peningkatan toleransi aktivitas

• Intervensi:

• pantau tingkat kemampuan pasien dalan beraktivitas • rencanakan dan sediakan aktivitas secara bertahap • anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien • berikan informasi pentingnya aktivitas bagi pasien

Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550) Tujuan: tidak terjadi kerusakan integritas kulit

KH: integritas kulit terpelihara, tidak terjadi kerusakan kulit Intervensi:

• inspeksi seluruh permukaan kulit dari kerusakan kulit dan iritasi • berikan bedak/ talk untuk melindungi kulit

• ubah posisi tidur setiap 4 jam

• gunakan alas yang lunak untuk mengurangi penekanan pada kulit.

Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong, Donna, 2004:553). Tujuan: tidak terjadi gangguan boby image

KH: menytakan penerimaan situasi diri, memasukkan perubahan konsep diri tanpa harga diri negative

(27)

Intervensi:

• gali perasaan dan perhatian anak terhadap penampilannya

• dukung sosialisasi dengan orang-orang yang tidak terkena infeksi • berikan umpan balik posotif terhadap perasaan anak 

» Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi. Tujuan: tidak terjadi diare

KH: pola fungsi usus normal, mengeluarkan feses lunak  Intervensi:

• observasi frekuensi, karakteristik dan warna feses

• identifikasi makanan yang menyebabkan diare pada pasien • berikan makanan yang mudah diserap dan tinggi serap

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sindroma Nefrotic (SN) adalah gambaran klinis dengan ciri khusus proteinuri masif  lebih dari 3,5 gram per 1,73 m2 luas permukaan tubuh per hari (dalam praktek, cukup > 3,0-3,5 gr per 24 jam) disertai hipoalbuminemi kurang dari 3,0 gram per ml. Pada SN didapatkan  pula lipiduria, kenaikan serum lipid lipoprotein, globulin, kolesterol total dan trigliserida, serta adanya sembab sebagai akibat dari proteinuri masif dan hipoproteinemi. Beberapa ahli  penyakit ginjal menambahkan kriteria lain :

1.Lipiduria yang terlihat sebagai oval fat bodies atau maltase cross bodies. 2.Kenaikan serum lipid, lipoprotein, globulin, kolesterol total dan trigliserida 3.Sembab.

B. Saran

1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan

2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.

3. semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.

(28)

2. Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa Keperawatan), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.

3. Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan: Guidelines for Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta: EGC.

4. Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.

5. Husein A Latas. 2002. Buku Ajar Nefrologi. Jakarta: EGC. 6. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

7. Price A & Wilson L. 1995. Pathofisiology Clinical Concept of Disease Process (Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit), alih bahasa: Dr. Peter Anugrah. Jakarta: EGC

(29)
(30)

Referensi

Dokumen terkait

Azkenik, elkarrizketak, ikerketaren diseinuan aurreikusitako bestelako edukiez informazioa lortzeko planteatu dira ere, azaleratu nahi izan dugun langile esperientzia,

koheren, (3) membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat, (4) menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan,

Keuntungan berikutnya ialah dengan air yang telah dalam keadaan panas masuk ke dalam drum ketel tersebut, untuk menguapkannya di dalam tungku hanya sedikit saja dibutuhkan

Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan

Bentuk ornamen pada kelima gapura masjid (yaitu : gapura Panyeksen, gapura Madep, gapura Ngamal, gapura Poso dan gapura Munggah) yang dipadukan dengan

Dalam interaksi kehidupan manusia dengan lingkungan sekitarnya baik dengan alam dan sesama manusia, banyak sekali pengalaman yang akan terlihat namun tidak semuanya

Sedangkan preparasi dari pencam- puran dengan pelarutan NaOH juga tidak merubah fase anatase hal ini ditunjukkan dengan hasil spektra XRD yang seluruhnya menunjuk

Pada sistem informasi untuk sekolah dasar ini, use case diagram menggambarkan aktor (pengguna) sistem yaitu orangtua yang berinterakasi dengan sistem dengan melakukan