i
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO TERHADAP PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR TANAH
ESTER ANDRIANI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo terhadap Pengembangan Sumber Daya Air Tanah adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ii
ABSTRAK
ESTER ANDRIANI. Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo terhadap Pengembangan Sumber Daya Air Tanah. Dibimbing oleh EKO SULISTYONO.
Penelitian yang berjudul respon pertumbuhan dan produksi padi gogo terhadap pengembangan sumber daya air tanah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas padi gogo dan mempelajari pengaruh pengembangan sumber daya air tanah terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Diploma IPB, Gunung Gede, Bogor pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan 3 ulangan dan satu faktor yaitu pemberian mulsa dengan 5 perlakuan. Perlakuannya yaitu pengolahan tanah penuh (M1), pengolahan tanah minimum (M2), pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas permukaan tanah (M3), pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di bawah permukaan tanah (M4), pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas dan di bawah permukaan tanah (M5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya air tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot kering brangkasan. Perlakuan M4 dipilih sebagai perlakuan yang dapat meningkatkan bobot kering brangkasan.
Kata kunci: air tanah, mulsa organik, padi gogo
ABSTRACT
ESTER ANDRIANI. Growth Response and Production of Upland Rice on Soilwater Resources Development. Supervised by EKO SULISTYONO.
This research which titled growth response and production of upland rice on soilwater resources development aim to increase productivity of upland rice and studied the influence of soilwater resources development to the growth and production of upland rice. It was held in Diploma Experimental Farm of Bogor Agriculture University, Gunung Gede, Bogor on October 2013 until Januari 2014. The method used randomized complete block design with 3 replicatios and 1 factor of organic mulch applied with 5 treatment. The treatments were full tillage (M1), strip tillage (M2), strip tillage with application of organic mulch on the ground level (M3), strip tillage with application of organic mulch below the ground level (M4), strip tillage with application organic mulch in the top and below the ground level (M5). The results showed that growth response and production of upland rice impacted to the height of plant and dry matter weight. The treatment of M4 was selected as the treatment can increase the dry matter weight.
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO TERHADAP PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR TANAH
ESTER ANDRIANI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
v
Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo terhadap Pengembangan Sumber Daya Air Tanah
Nama : Ester Andriani NIM : A24100022
Disetujui oleh
Dr Ir Eko Sulistyono, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
ii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penelitian ini berjudul Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo terhadap Pengembangan Sumber Daya Air Tanah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Eko Sulistyono, MSi selaku pembimbing skripsi, serta Bapak Dr Ir Winarso Drajad Widodo, MS PhD dan Dr Ir Ketty Suketi, MSi selaku dosen Teknik Penulisan Ilmiah yang telah banyak memberi saran dan kritik dalam pembuatan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada ayah, ibu dan adik serta teman-teman atas doa dan sarannya dalam menyelesaikan tugas akhir saya ini.
Penulis memohon maaf jika dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Hipotesis 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
METODE PENELITIAN 4
Waktu dan Tempat Penelitian 4
Bahan dan Alat Penelitian 4
Prosedur Penelitian 4
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kondisi Umum 5
Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Air Tanah terhadap Padi Gogo 5
Pertumbuhan Tanaman 8
Produksi Tanaman 11
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15
iv
DAFTAR TABEL
1 Analisis ragam semua peubah yang diamati 7
2 Tinggi tanaman pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah 8 3 Jumlah anakan pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah 9 4 Bobot kering tajuk pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah 9 5 Bobot kering akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah 10 6 Volume akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah 10 7 Panjang akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah 11 8 Kadar air tanah pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah 11 9 Hasil panen pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data curah hujan harian dari bulan Oktober sampai Desember 2013 15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi menjadi bahan pangan terpenting di Indonesia. Beras merupakan makanan pokok orang Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1990-2010 mencapai 1.49 % per tahun dan pada tahun 2013 mencapai 1.3% (Deptan 2013). Hasil produksi padi nasional meningkat setiap tahunnya pada tahun 2010, 2012, dan 2013 secara berturut-turut sebesar 66.47 juta ton, 69.06 juta ton, dan 71.29 juta ton namun menurun pada tahun 2011 sebesar 65.76 juta ton (BPS 2012). Salah satu cara meningkatkan produksi padi nasional dengan meningkatkan produktivitas padi gogo. Padi gogo merupakan salah satu sistem pembudidayaan padi yang ada di Indonesia selain padi sawah. Padi gogo berbeda dengan padi sawah karena padi ini tidak dalam kondisi digenangi oleh air (Purwono dan Purnamawati 2008). Walaupun begitu padi gogo perlu digenangi oleh air juga dalam jangka pendek. Karena penggenangan sangat diperlukan oleh padi gogo untuk meningkatkan jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot kering tajuk, akar, dan hasil panen sehingga dapat berkembang optimal (Santosa 2002). Padi gogo sangat peka terhadap stress air. Penanaman padi gogo tergantung jumlah air yang ada di dalam tanah. Oleh karena itu, untuk dapat menjaga ketahanan air pada tanah diperlukan mulsa atau penutup tanah untuk mengurangi penguapan air yang terjadi. Mulsa dapat berfungsi sebagai penambah hara yang diperlukan oleh tanaman sehingga tanaman padi gogo dapat tumbuh optimal dan produktivitasnya dapat meningkat. Data statistik menunjukkan produktivitas padi gogo lebih rendah (33.29 ku/ha) dibandingkan padi sawah (52.85 ku/ha). Karena masih sulitnya menanam padi gogo yang tepat. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih dalam untuk menentukan faktor yang tepat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas padi gogo.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas padi gogo dan mempelajari pengaruh pengembangan sumber daya air tanah terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo.
Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan produktivitas padi gogo.
2. Mempelajari pengaruh pengembangan sumber daya air tanah terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo.
Hipotesis
1. Pengembangan sumber daya air tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Sumber Daya Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada pada zona aerasi pada lapisan tanah yang terikat oleh partikel tanah dengan gaya ikat lebih besar dibanding gaya tarik bumi. Pengembangan sumber daya air tanah merupakan usaha untuk memaksimalkan air yang tertahan di daerah perakaran dan meminimalkan kehilangan air akibat evaporasi (Sulistyono 2007). Usaha konservasi tanah dan air secara mekanis dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: pengolahan tanah, pengolahan tanah menurut garis kontur, pembuatan teras, pembuatan saluran air, pembuatan DAM pengendali. Fungsinya konservasi tanah dan air secara mekanis adalah memperbaiki aerasi tanah dan menyediakan air bagi tanaman. Selain itu, usaha konservasi tanah dan air dapat juga secara vegetatif, yaitu: menanam tumbuhan penutup tanah secara permanen, pertanaman dalam strip, penanaman berganda, penanaman bergilir, pemanfaatan mulsa dan sistem pertanian hutan (agroforestry). Usaha tersebut berfungsi untuk mengurangi peningkatan kehilangan air tanah akibat meningkatnya evapotranspirasi (Kodoatie dan Sjarief 2005).
Padi Gogo
Padi gogo merupakan salah satu sistem pembudidayaan padi yang ada di Indonesia selain padi sawah. Padi gogo berbeda dengan padi sawah pada proses budidayanya karena padi ini tidak dalam kondisi digenangi oleh air (Purwono dan Purnamawati 2008). Padi gogo peka terhadap stess air. Syarat tumbuh untuk padi gogo diantaranya, yaitu curah hujan 200 mm/bulan, suhu 24-260 C, pH tanah 3-10, tanah latosol, kandungan garam 0-1, dan ditanam di dataran rendah (Deptan 2014). Fase pemasakan bulir ada 3 fase yaitu fase masak susu, fase masak kuning, fase masak penuh dan fase masak mati. Fase pertama fase masak susu ciri-cirinya, yaitu pada saat tanaman padi masih berwarna hijau, tetapi malai-malainya sudah terkulai; ruas batang bawah terlihat berwarna kuning; gabah jika ditekan dengan kuku akan mengeluarkan cairan seperti susu. Fase ini terjadi pada saat ±10 hari setelah fase pembungaan merata. Fase kedua fase masak kuning, yaitu saat seluruh tanaman terlihat berwarna kuning, dari semua bagian tanaman hanya buku-buku sebelah atas yang masih berwarna hijau, isi gabah sudah keras namun masih mudah pecah jika ditekan dengan kuku. Fase ini terjadi pada saat ±7 hari mulai rontok. Fase ini terjadi pada saat ±6 hari setelah fase masak penuh (Deptan 1983).
3
gabah 27 g, jumlah anakan produktif 10 - 11 batang/rumpun, produksi rata-rata 4.0 ton GKG/ha. Keunggulan varietas ini tahan penyakit blas, tekstur nasi sedang, bersifat aromatik, dan responsif terhadap pemupukan. Varietas ini dapat dikembangkan di lahan kering pada musim hujan, lahan tipe tanah alluvial dan podsolik. Varietas ini potensial dikembangkan secara komersial oleh industri benih, Direktorat Jendral Teknis, dan Pemerintah Daerah di lahan kering pada musim hujan dengan ketinggian tempat kurang dari 300 m dpl (Deptan 2009).
Peranan Air Bagi Tanaman
Pada pertanian tanaman pangan, air tidak hanya berpengaruh terhadap produktivitas tanaman tetapi juga pada penentuan perluasan lahan baru (ekstensifikasi), luas areal tanam dan intensitas pertanaman per tahun serta menentukan kualitas produksi (Arsyad dan Rustiadi 2008). Pemberian air yang terlalu rendah pada tanaman tidak memadai untuk digunakan dalam proses evapotranspirasi, sedangkan jika terlalu tinggi tidak efisien karena air akan terbuang dalam bentuk evaporasi tanah dan perkolasi dalam yang berlebihan (Aqil 2002). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi padi gogo yaitu evapotranspirasi. Total defisit evapotranspirasi semakin tinggi maka penurunan hasil produksi semakin besar. Total defisit evapotranspirasi sebesar 240.06 mm dapat menyebabkan penurunan hasil produksi gabah sebesar 90% dan penurunan bobot kering tanaman menjadi sebesar 72.5%. Kelembaban tanah optimum untuk padi gogo adalah antara kapasitas lapangan sampai kadar air sebesar 32%, kelembaban lebih rendah dari 32% akan menurunkan produksi. Penghitungan evapotranspirasi harian dapat digunakan sebagai indikator kekurangan air pada tanaman padi gogo (Sulistyono et al. 2005).
Mulsa
4
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014 di Kebun Percobaan Diploma IPB, Gunung Gede, Bogor.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi gogo varietas Situ Patenggang dan jerami. Pupuk yang digunakan, yaitu pupuk urea sebanyak 125 kg/ha, pupuk KCl sebanyak 100 kg/ha, dan pupuk SP-36 sebanyak 150 kg/ha. Alat yang digunakan yaitu ajir, peralatan tanam, alat ukur (penggaris), dan timbangan digital.
Prosedur Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penyiapan lahan dilakukan dengan cara mengolah tanah dengan cangkul dan membersihkan gulmanya. Tanah dibuat berbentuk bedengan berukuran 4.15 m x 9.27 m dengan jarak antar tanaman 25 cm x 25 cm. Setelah bedengan selesai dibuat kemudian dilakukan pemberian mulsa pada petakan. Pemberian mulsa di bawah permukaan tanah dengan membuat lubang alur kedalaman 20 cm dengan menggunakan cangkul dan ketebalan mulsa sebesar 5 cm kemudian ditutup dengan tanah. Pemberian mulsa di atas permukaan tanah dengan meletakkan mulsa setelah penanaman benih. Pada saat awal penanaman diberikan setengah dosis pupuk urea dan seluruh dosis pupuk KCl dan SP-36. Pada saat 4-5 MST (minggu setelah tanam) diberikan dosis pupuk urea setengah dosis dari awal penanaman. Penyiangan gulma dilakukan pada awal penanaman sampai panen.
Pengamatan dilakukan pada 150 tanaman contoh meliputi: a. Tinggi tanaman dan jumlah anakan diamati setiap minggu.
b. Bobot kering tajuk, bobot kering akar, panjang akar, volume akar diamati pada umur 4 MST dan 8 MST dengan cara destruktif 3 rumpun setiap satuan percobaan.
c. Kadar air tanah diamati pada umur 4 dan 8 MST secara grafimetri.
d. Bobot 1000 butir, jumlah gabah per malai, panjang malai, dan bobot gabah kering panen.
e. Bobot gabah ubinan 2.5 m x 2.5 m.
Analisis Data
5
atas dan di bawah permukaan tanah (M5). Setiap ulangan terdiri dari 5 petak yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 15 unit satuan percobaan. Setiap petak diambil 10 tanaman contoh yang diamati pada setiap minggu. Jarak tanam yang digunakan yaitu 25 cm x 25 cm dengan jumlah benih per lubang tanam sebanyak 3 benih.
Model rancangan yang digunakan adalah : Yij= µ + αi + βj+ εij Keterangan :
Yij : nilai pengamatan pada perlakuan ke - i dan kelompok ke - j µ : nilai rata-rata umum
αi : pengaruh perlakuan olah tanah dan letak mulsa βj : pengaruh ulangan ke- j
εij : pengaruh galat percobaan i : tingkat perlakuan
j : kelompok (1, 2, 3, 4)
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Diploma IPB, Gunung Gede, Bogor. Curah hujan rata-rata di Gunung Gede pada bulan Oktober sampai Desember 2013 sebesar 17.08 mm per hari. Total curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 680 mm dan terendah pada bulan Nopember sebesar 225 mm. Curah hujan ideal bagi tanaman padi gogo sebesar 150 mm per bulan. Surplus air dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember (Yasin dan Ma’shum 2006). Padi gogo varietas Situ Patenggang cocok dikembangkan di lahan kering pada musim hujan (Deptan 2009).
Peneliti selama melakukan penelitian melakukan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi gogo dengan cara disemprot pestisida. Selain itu, varietas Situ Patenggang memiliki keunggulan yaitu tahan penyakit blas (Deptan 2009). Pengendalian gulma pun dilakukan secara manual setiap minggu. Pengendalian burung yang ada di lahan dilakukan dengan memasang jaring di sekeliling lahan. Jaring dipasang ketika tanaman mulai berbunga supaya proses pembungaan tidak terganggu.
Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Air Tanah terhadap Padi Gogo
6
7
Tabel 1 Analisis ragam semua peubah yang diamati
Peubah Pr>F KK
Jumlah Gabah/Malai 0.748 14.05
8
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman
Pengembangan sumber daya air tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada perlakuan pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas dan di bawah permukaan tanah (M5) saat berumur 3, 5, dan 6 minggu setelah tanam (MST) yang terlihat pada Tabel 2. Karena mulsanya hilang terbawa air hujan dan tanahnya pun ikut terkena erosi. Perlakuan M5 menghasilkan tanaman yang sangat pendek yaitu sebesar 84.45 cm. Tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan pengolahan tanah penuh (M1) sebesar 96 cm.
Tabel 2 Tinggi tanaman pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan Tinggi tanaman (cm)
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST
Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada umur 3 MST, tinggi tanaman dengan perlakuan M1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M5, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M2 (pengolahan tanah minimum), M3 (pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas permukaan tanah) dan M4 (pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di bawah permukaan tanah). Sedangkan pada umur 5 MST, tinggi tanaman dengan perlakuan M1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M5, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M2, M3 dan M4. Pada umur 6 MST, tinggi tanaman dengan perlakuan M1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M5, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M2, M3 dan M4.
Jumlah Anakan
9
Tabel 3 Jumlah anakan pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah Perlakuan Jumlah anakan total (rumpun)
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST jumlah anakan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Jumlah anakan terbanyak terdapat pada perlakuan M3 sebanyak 13.23 rumpun dan jumlah anakan terendah terdapat pada perlakuan M1 sebanyak 9.23 rumpun. Jumlah anakan produktif pada varietas Situ Patenggang sebanyak 10-11 batang/rumpun (Deptan 2009). Jumlah anakan mengalami penurunan pada 9 MST karena tanaman mengalami kerebahan dan kematian.
Bobot Kering Tajuk
Pengembangan sumber daya air tanah berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk berumur 4 MST pada perlakuan M3, M4 dan M5 serta pada 8 MST perlakuan M4 (Tabel 4). Bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan M4 sebesar 16.53 g dan bobot kering tajuk terendah pada perlakuan M5 sebesar 8.09 g.
Tabel 4 Bobot kering tajuk pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada umur 4 MST, bobot kering tajuk dengan perlakuan M2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M3, M4 dan M5 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M1, sedangkan pada umur 8 MST, bobot kering tajuk dengan perlakuan M4 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M1, M2, M3, dan M5.
Perlakuan Bobot kering tajuk (g)
4 MST 8 MST
Tanah penuh (M1) 0.88a 8.82b
Tanah minimum (M2) 0.95a 8.36b
Tanah minimum + mulsa atas (M3) 0.63b 9.86b
10
Bobot Kering Akar
Pengembangan sumber daya air tanah tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar (Tabel 5).
Tabel 5 Bobot kering akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan Bobot kering akar (g)
4 MST 8 MST bobot kering akar tidak berbeda nyata antar perlakuan. Bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan M4 sebesar 4.83 g dan bobot kering akar terendah terdapat pada perlakuan M3 sebesar 2.07 g.
Volume Akar
Pengembangan sumber daya air tanah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap volume akar (Tabel 6).
Tabel 6 Volume akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan Volume akar (ml) volume akar tidak berbeda nyata antar perlakuan. Volume akar tertinggi terdapat pada perlakuan M1 sebesar 20.99 ml dan volume akar terendah terdapat pada perlkauan M3 sebesar 12.83 ml.
Panjang Akar
11
Tabel 7 Panjang akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan Panjang akar (cm) MST menghasilkan tanaman yang akarnya terpanjang sebesar 17.92 cm dan akar terpendek dihasilkan dari perlakuan M4 sebesar 9.27 cm.
Kadar Air Tanah
Berdasarkan hasil analisis ragam bahwa pengembangan sumber daya air tanah tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah (Tabel 8).
Tabel 8 Kadar air tanah pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan Kadar air tanah (%)
3 HSH 7 HSH
Tanah penuh (M1) 35.88 25.32
Tanah minimum (M2) 36.88 24.08
Tanah minimum + mulsa atas (M3) 34.85 27.35
Tanah minimum + mulsa bawah (M4) 36.97 28.18
Tanah minimum + mulsa atas bawah (M5) 36.80 28.71 Tabel 8 menunjukkan bahwa pada 3 hari stelah hujan (HSH) dan 7 HSH,
12
Tabel 9 Hasil panen pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Hasil panen Jumlah gabah/malai 166.87 190.93 166.93 176.30 173.20 BGKP (kec 1000 butir) (g) 266.33 277.67 279.67 272.00 257.33 Tabel 9 menunjukkan bahwa malai terpanjang terdapat pada perlakuan M3 sebesar 24.03 cm dan terpendek pada M4 sebesar 23.07 cm. Jumlah gabah per malai tertinggi terdapat pada perlakuan M2 sebesar 190.93 dan terendah pada M1 sebesar 166.87 cm. Bobot gabah kering panen tertinggi terdapat pada M3 sebesar 279.67 g dan terendah pada M5 sebesar 257.33 g. Bobot basah gabah 1000 butir tertinggi terdapat pada M4 sebesar 26.52 g dan terendah pada M3 sebesar 24.89 g. Bobot kering gabah 1000 butir tertinggi terdapat pada M4 sebesar 22.72 g dan terendah pada M3 sebesar 21.47 g. Menurut Deptan (2009), padi gogo varietas Situ Patenggang dapat menghasilkan bobot 1000 butir gabah sebanyak 27 g. Bobot basah ubinan tertinggi terdapat pada M2 sebesar 3.57 kg dan terendah pada M3 sebesar 2.67 g. Bobot kering ubinan terdapat pada M2 sebesar 2.97 g dan terendah pada M5 sebesar 86.55%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
13
produksi. Perlakuan M1 (pengolahan tanah penuh) dipilih sebagai perlakuan yang dapat meningkatkan tinggi tanaman dan perlakuan M4 (pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di bawah permukaan tanah) dipilih sebagai perlakuan yang dapat meningkatkan bobot kering brangkasan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan penelitian dengan curah hujan yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Aqil M. 2002. Pengaruh laju irigasi serta dosis bahan pengkondisi tanah terhadap tingkat penahanan lengas tanah dan produksi tanaman pangan dan hortikultura pada tanah pasir. Bul Agron. 30(2):31-38.
Arsyad S, Rustiadi E, editor. 2008. Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan. Edisi pertama. Bogor (ID): Crestpent Pr. dan Yayasan Obor Indonesia. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Padi di Indonesia. [Internet].
[diunduh 2014 Mei 12]. Tersedia pada: http//bps.go.id.
[Deptan] Departemen Pertanian. 1983. Pedoman bercocok tanam: Padi, Palawija, Sayur-sayuran. Jakarta (ID): Bimas.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Padi varietas situ patenggang. BPATP [Internet]. [diunduh 2013 Nov 11]. Tersedia pada: http//bpatp.litbang. deptan.go.id.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2013. Beras. Buletin konsumsi pangan [Internet]. [diunduh 2014 Mei 24]; 4(2):9-19. Tersedia pada: http//pusdatin.setjen. pertanian.go.id.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2014. Persyaratan tumbuh padi gogo.[Internet]. [diunduh 2014 Juni 4]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id.
Fordatkosu SA. 2013. Aplikasi teknologi peresapan biopori untuk meningkatkan produksi padi gogo pada pertanian lahan kering di Kabupaten Maluku Tenggara Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Khaledian MR, Mailhol JC, Ruelle P, Mubarak I. 2012. Impacts of direct seeding into mulch on the yield, water use efficiency and nitrogen dynamics of corn, sorghum and durum wheat. Irrig and Drain [Internet]. [diunduh 2014 April 24]; 61:398-409. Tersedia pada: http//web.ebscohost.com/ehost/ detail.
Kodoatie RJ, Sjarief R. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Edisi Revisi. Yogyakarta (ID): Andi.
Purwono dan Purnamawati H. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Rahayu AY, Harjoso T. 2010. Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo yang ditanam pada media tanah bersekam pada kondisi air di bawah kapasitas lapang. Akta Agrosia. [Internet]. [diunduh 2014 Mei 29]; 13(1):40-49. Tersedia pada: http//journal.ipb.ac.id.
14
Santosa E. 2002. Produktivitas genotipa padi gogo adaptif naungan pada kondisi digenangi dan kering. Bul Agron. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 8]; 30(2):58-68. Tersedia pada: http//repository.ipb.ac.id.
Sulistyono E. 2007. Pengelolaan Air untuk Tanaman. Bogor (ID): Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Sulistyono E, Suwarto, Ramdiani Y. 2005. Defisit evapotranspirasi sebagai Indikator kekurangan air pada padi gogo (Oryza sativa l.). Bul Agron. 33(1):6–11.
Tubur HW, Chozin MA, Santosa E, Junaedi A. 2012. Respon agronomi varietas padi terhadap periode kekeringan pada sistem sawah. J Agron Indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 Mei 27]; 40(3):167-173. Tersedia pada: http//journal.ipb.ac.id.
15
Lampiran 1 Data curah hujan harian dari bulan Oktober sampai Desember 2013
Tanggal Curah hujan harian (mm)
Oktober Nopember Desember
16
Lampiran 2 Layout Penelitian
Keterangan :
M1 = Pengolahan tanah penuh M2 = Pengolahan tanah minimum
M3 = Pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas permukaan tanah
M4 = Pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di bawah permukaan tanah
M5 = Pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas dan di bawah permukaan tanah
Lingkaran berwarna hijau muda = pohon kecil seperti pohon pepaya dan pisang
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 20 Mei 1992. Penulis merupakan putri pertama dari 2 bersaudara. Penulis adalah anak dari pasangan Bapak Djuharmanto dan Ibu Suprihatin.
Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan. Dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui program undangan seleksi masuk IPB (USMI) program studi Agronomi dan Hortikultura.