• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Karakteristik Penderita TB MDR Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Karakteristik Penderita TB MDR Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TB MDR

YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Pendidikan Spesialisasi

Di Bidang Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/

RSUP H Adam Malik Medan

Oleh

IVAN DOLI B MUNTHE

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN

PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Telah diuji pada

Tanggal 15 Januari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Prof. dr. H. Luhur Soeroso, Sp.P(K)

Prof. dr. Tamsil Syafiuddin, Sp.P(K)

dr. Hilaluddin Sembiring, Sp.P(K), DTM&H

dr. Zainuddin Amir, M.Ked(Paru), Sp.P(K)

dr. Pantas Hasibuan, M.Ked(Paru), Sp.P(K)

dr. Widirahardjo, Sp.P(K)

dr. Pandiaman S Pandia, M.Ked(Paru), Sp.P(K)

DR. dr. Amira Permatasari Tarigan, M.Ked(Paru), Sp.P

dr. Parluhutan Siagian, M.Ked(Paru), Sp.P

dr. Bintang YM Sinaga, M.Ked(Paru), Sp.P

(3)

ABSTRACT

Background : The resistance case is a problem for TB prevention and eradication

program of the world. Over the years, more cases of multidrug

resistance TB had arose and becoming a new threat to eradicate TB.

Therefore, the needs to investigate characteristics of patients with

MDR TB became important.

Objective : The purpose of this study is to investigate the characteristics of patients

with MDR TB.

Method : This research is a cross report descriptive study. Data were collected in

a time span of September 2013 until December 2013. Data retrieved

directly from subject’s medical records of whom coming to the

pulmonology clinic or staying at the Haji Adam Malik General

Hospital. A total of forty subject had undergone the experiment.

Subject were patient diagnosed with MDR TB, who have undergone a

sputum direct smear examination, acid fast culture, and sensitivity test

for anti-tuberculosis drugs using GeneXpert test.

Result : From 40 subject that had participated in this research, we found that

most of the subject were male (72,5%). Most of the subject had

graduated from the senior high school (65,0%), and most of them

were married (90,0%). All of the subjects chief complaint were cough

(100%) and their radiologic chest X-ray data showed some cloudy

appearance (100%). Most of the subject had history of first line

(4)

(57,5%). Levofloxacin (39/97,5%), sikloserin (39/97,5%), pirazinamid

(38/95%), and kanamisin (38/95%) are drug that most used for the

patient with MDR TB.

Conclusions : MDR TB subjects show some characteristic, and further researches are

needed to identificate character that are the risk factor of MDR TB.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan ke hadirat TUHAN

YANG MAHA ESA, atas berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan judul ”Gambaran Karakteristik Penderita TB

MDR Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan”.

Tulisan ini merupakan persyaratan dalam penyelesaian pendidikan

keahlian di Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/

SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan. Penulis menyadari masih banyak

kekurangan dalam karya tulis ini, namun penulis berharap tulisan ini bisa berguna

dalam prosedur pelaksanaan bronkoskopi.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini tidak terlepas

dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik dari guru-guru

yang penulis hormati, teman sejawat asisten Departemen Pulmonologi & Ilmu

Kedokteran Respirasi FK USU, paramedis dan non medis serta dorongan dari

pihak keluarga. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang saya hormati :

Prof. Dr. H. Luhur Soeroso, Sp P (K) sebagai Ketua Departemen

Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/ SMF Paru RSUP H Adam

Malik Medan, yang terus menerus memberikan bimbingan ilmu pengetahuan,

menanamkan disiplin, ketelitian dan perilaku yang baik serta pola berpikir dan

(6)

Prof. Dr. H. Tamsil Syafiuddin, Sp P(K) sebagai koordinator penelitian

ilmiah di Departemen Pulmonolgi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/ SMF

Paru RSUP H Adam Malik Medan dan Ketua Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan,

dorongan, bimbingan, pengarahan dan masukan dalam rangka penyusunan dan

penyempurnaan tulisan ini.

Dr. H. Zainuddin Amir,Mked(Paru), Sp P(K) sebagai Ketua TKP PPSD

FK USU yang senantiasa tiada jemunya membantu, mendorong dan memotivasi

serta membimbing dan menanamkan disiplin, ketelitian, berpikir dan berwawasan

ilmiah serta selalu mendorong penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

Dr. Pantas Hasibuan, Mked(Paru), Sp P(K) sebagai Sekretaris Departemen

Pulmonolgi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/ SMF Paru RSUP H Adam

Malik Medan, yang telah banyak memberikan penulis bimbingan, saran, dorongan

dan nasihat yang bermanfaat dalam menjalani dan menyelesaikan pendidikan.

Dr. dr. Amira Permatasari Tarigan, Mked(Paru),Sp P sebagai Ketua

Program Studi Departemen Pulmonolgi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/

SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan, yang banyak memberikan bimbingan,

bantuan, dorongan dan nasehat yang berguna selama penulis menjalani masa

pendidikan.

Dr. Noni N Soeroso,Mked(Paru), Sp P sebagai Sekretaris Program Studi

Departemen Pulmonolgi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/ SMF Paru

RSUP H Adam Malik Medan, yang telah banyak memberikan bimbingan,

(7)

Yang terhormat Dr. H. Zainuddin Amir, Mked(Paru), Sp P(K), Dr.

Parluhutan Siagian,Mked(Paru),Sp.P, Fotarisman Zalukhu,SKM,MSi, MPH

sebagai pembimbing penulis dalam tulisan ini yang telah banyak memberi

bimbingan, bantuan tehnis, masukan, dan dorongan dalam penyempurnaan

penelitian bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Penghargaan dan rasa terimakasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada

yang terhormat Dr. H. Hilaluddin Sembiring, DTM&H, Sp P(K), Dr.

Widirahardjo, Sp P(K), Dr. H. Pandiaman Pandia, Mked(Paru), Sp P(K), Dr

Bintang YM Sinaga, Mked(Paru) Sp P, Dr. Setia Putra Tarigan Sp P, Dr. Syamsul

Bihar, Mked(Paru), Sp P yang telah banyak memberikan bantuan, masukan dan

pengarahan selama menjalani pendidikan.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang

terhormat Dekan Fakultas Kedokteran USU Medan, Direktur RSUP H Adam

Malik Medan, Kepala Instalsasi Diagnostik Terpadu RSUP HAM yang telah

memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis dalam melaksanakan dan

menyelesaikan penelitian ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman sejawat peserta Program

Studi Pendidikan Spesialisasi Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi,

pegawai tata usaha, perawat/petugas poliklinik, ruang rawat inap, RSUP H Adam

Malik Medan atas bantuan dan kerja sama yang baik selama menjalani masa

pendidikan.

Dengan penuh rasa hormat tak terhingga dan terima kasih yang tiada

terbalas penulis sampaikan kepada orang tua yang telah dengan penuh kesabaran

(8)

senantiasa memberi dorongan semangat serta banyak pengorbanan, penulis

ucapkan terima kasih dan penghargaan atas semuanya.

Akhirnya pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan

permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan, kekhilafan dan

kesalahan yang pernah diperbuat selama ini. Semoga ilmu, keterampilan dan

pembinaan kepribadian yang penulis dapatkan selama ini dapat bermanfaat bagi

agama, nusa dan bangsa dan mendapat restu dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Januari 2014

Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi :

Nama Lengkap : Ivan Doli B Munthe

Tempat/tgl lahir : Salak/ 6 September 1975

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Luku 1, No. 243, Medan

Email

Riwayat Pendidikan :

SD 02 Sidikalang tamat 1988

SMP St Paulus Sidikalang tamat 1991

SMU N 1 Sidikalang tamat 1994

FK UMI Medan tamat 2002

Organisasi Profesi :

Ikatan Dokter Indonesia

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ………..………..……….. i

TESIS ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

RIWAYAT HIDUP ... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR ISTILAH ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1 Defenisi Tuberkulosis ... 9

2.2 Defenisi TB- Multi Drug Resistant ... ……… 9

(11)

2.3.1 Resistensi Rifampisin ... 11

2.3.2 Resistensi Isoniazid ... 11

2.3.3 Resistensi Etambutol ... 12

2.3.4. Resistensi Pirazinamid ... 12

2.3.5. Resistensi Streptomisin ... 13

2.4 Diagnosis ... 13

2.5 Pemeriksaan Bakteriologis ... 15

2.5.1 Pewarnaan Sediaan Metode Ziehl-Nielsen ... 15

2.5.2 Pembacaan Sediaan Slide BTA ... 16

2.5.3 Kultur M.Tuberculosis ... 16

2.5.4. Uji Kepekaan M.Tuberculosis ... 17

2.5.5. Pemeriksaan GeneXpert MTB/RIF ... 18

2.6 Penatalaksanaan ... 19

2.6.1 Kanamisin ... 19

2.6.2 Amikasin ... 20

2.6.3 Kapreomisin ... 20

2.6.4. Levofloksasin ... 21

2.6.5. Etionamid ... 21

2.6.6. Sikloserin ... 22

2.6.7. Pirazinamid ... 22

2.6.8. Etambutol ... 23

2.7. Evaluasi Pengobatan ... 23

2.8. Kerangka Konsep ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1 Rancangan Penelitian ... 29

(12)

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1 Populasi ... 29

3.3.2 Sampel ... 29

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 30

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 30

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 30

3.5 Definisi Operasional ... 30

3.6 Kerangka Operasional Penelitian ... 32

3.7 Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1. Hasil Penelitian ... 34

4.1.1. Karakteristik Jenis Kelamin ... 34

4.1.2. Karakteristik Umur ... 34

4.1.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan ... 35

4.1.4. Karakteristik Pekerjaan ... 35

4.1.5. Karakteristik Status Perkawinan ... 36

4.1.6. Karakteristik Gejala Klinis Respiratorik ... 36

4.1.7. Karakteristik Riwayat Penyakit Terdahulu ... 37

4.1.8. Karateristik Riwayat Sosial ... 38

4.1.9. Karakteristik Hasil Foto Torak ... 38

4.1.10. Karakteristik Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 39

4.1.11. Karakteristik Riwayat Pengobatan Lini Pertama ... 40

4.1.12. Karakteristik Riwayat Pengobatan Lini Kedua ... 41

4.1.13. Karakteristik Distribusi frekwensi jenispengobatan TB MDR yang diberikan ... 41

(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1. Kesimpulan ... 47

5.2. Saran ... 49

(14)

ABSTRACT

Background : The resistance case is a problem for TB prevention and eradication

program of the world. Over the years, more cases of multidrug

resistance TB had arose and becoming a new threat to eradicate TB.

Therefore, the needs to investigate characteristics of patients with

MDR TB became important.

Objective : The purpose of this study is to investigate the characteristics of patients

with MDR TB.

Method : This research is a cross report descriptive study. Data were collected in

a time span of September 2013 until December 2013. Data retrieved

directly from subject’s medical records of whom coming to the

pulmonology clinic or staying at the Haji Adam Malik General

Hospital. A total of forty subject had undergone the experiment.

Subject were patient diagnosed with MDR TB, who have undergone a

sputum direct smear examination, acid fast culture, and sensitivity test

for anti-tuberculosis drugs using GeneXpert test.

Result : From 40 subject that had participated in this research, we found that

most of the subject were male (72,5%). Most of the subject had

graduated from the senior high school (65,0%), and most of them

were married (90,0%). All of the subjects chief complaint were cough

(100%) and their radiologic chest X-ray data showed some cloudy

appearance (100%). Most of the subject had history of first line

(15)

(57,5%). Levofloxacin (39/97,5%), sikloserin (39/97,5%), pirazinamid

(38/95%), and kanamisin (38/95%) are drug that most used for the

patient with MDR TB.

Conclusions : MDR TB subjects show some characteristic, and further researches are

needed to identificate character that are the risk factor of MDR TB.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakangm

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di

dunia. TB adalah penyebab kematian utama kedua dari penyakit infeksi setelah HIV di

seluruh dunia.1 Organisasi Kesehatan Dunia / World Health Organization (WHO)

memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium

tuberculosis. Pada tahun 1993, WHO memperkirakan 7-8 juta kasus TB dan

1.3-1.600.000 kematian akibat TB terjadi setiap tahun.2Kemudian laporan WHO tahun 2004

menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia Tenggara

yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk.

Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk.3,4 Kasus TB

terbanyak ditemukan di negara Asia 55%, Afrika 30%, Timur Tengah 7%, Eropah 4%,

dan Amerika 3%.3 Laporan WHO (Global Tuberculosis Report 2012), menyatakan

bahwa pada tahun 2011 TB kasus baru diperkirakan lebih dari 9 juta dan kematian

akibat TB sebanyak 1,4 juta jiwa 990.000 kasus pada TB dengan Human

Immunodefficiency Virus (HIV) negatif dan 430.000 kasus TB dengan HIV positif.

Laporan WHO dalam Regional Asia Tenggara pada tahun 2012 menyatakan bahwa

pada tahun 2011 Indonesia berada pada rangking keempat negara dengan insidensi TB

tertinggi di dunia, dengan peringkat pertama berturut-turut adalah India (2-2,5 juta

kasus), China (0,9-1,1 juta kasus), dan Afrika Selatan (0,4-0,6 juta kasus), dengan

estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 690.000 dan estimasi insidensi

(17)

Kasus resistensi merupakan kasus yang sedang menjadi tantangan dalam

program penanggulangan TB. Pencegahan meningkatnya kasus TB yang resistensi obat

menjadi prioritas penting.5 Laporan WHO tahun 2007 menyatakan telah terjadi

resistensi primer di seluruh dunia dengan persentase poliresistensi sebesar 17.0%,

monoresistensi sebesar 10,3%, dan Tuberculosis-MultidrugResistant ( TB-MDR )

sebesar 2,9%. Sedangkan di Indonesia resistensi primer jenis TB-MDR terjadi sebesar

2%.6,7 Berdasarkan penelitian Hendra pada tahun 2011, telah terjadi resistensi primer di

RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu monoresistensi primer sebesar 21,18%,

poliresistensi primer sebesar 15,29%, dan TB-MDR primer sebesar 4,7 %.8

Ketika dilaporkan adanya beberapa kasus resistensi obat TB di beberapa wilayah

di dunia hingga tahun 1990-an, masalah resistensi ini belum dipandang sebagai masalah

yang utama. Akan tetapi berdasarkan laporan-laporan penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya maka kasus resistensi obat TB ini menjadi perhatian utama dan perlu

penanganan yang lebih serius. Penyebaran TB-MDR telah meningkat oleh karena

lemahnya program pengendalian TB, kurangnya sumber dana dan isolasi yang tidak

adekuat, tindakan pemakaian ventilasi dan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis

TB-MDR. Kontak penularan M. tuberculosis yang telah mengalami resistensi obat akan

menciptakan kasus baru penderita TB yang resistensi primer, yang pada akhirnya akan

mengarah pada multi-drug resistance (MDR).9

WHO pada tahun 2001 telah mendata dan melaporkan negara-negara yang perlu

mewaspadai akan maraknya kasus TB-MDR adalah : Afghanistan, Bangladesh, Brazil,

Cambodia, China, Democratic Republic of Congo, Ethiopia, india, Indonesia, Kenya,

Mozambique, Myanmar, Nigeria, Pakistan, Russia, South Africa, Tanzania, Thailand,

(18)

dunia yang telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah resistensi

terhadap OAT dan dijumpai 273.000 (3,1 %) dari 8,7 juta TB kasus baru pada tahun

2000.9 Munir mengutip hasil penelitian Aditama bahwa resistensi primer di RSUP

Persahabatan pada tahun 1994 sebesar 6,86%.11 Kodrat dalam penelitiannya pada 100

orang penderita TB Paru di BP4 Medan tahun 1996-1997, mendapatkan hasil resistensi

tehadap Rifampisin 85%, INH 74%, Etambutol 13%, Pirazinamid 69%, dan

Streptomisin 23%. Sedangkan penelitian Sadarita tahun 2006 di RSUP H. Adam Malik

Medan mendapatkan hasil bahwa terdapat TB-MDR Primer sebanyak 3 orang dari 15

orang pasien yang tidak memiliki riwayat pengobatan OAT.12,13

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,

tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3-0,6 mm dan panjang

1-4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup

tinggi (60 %). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin

kompleks ( complex-waxes ), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan

mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi.14 Penyebab terjadinya

resistensi kuman adalah akibat pemberian terapi TB yang tidak adekuat sehingga

menyebabkan mutants resisten. Selain itu keterlambatan diagnosis akan mnyebabkan

penyebaran galur resistensi obat semakin panjang. Pemberian terapi OAT TB-MDR

yang jangka pendek dengan monoterapi akan menyebabkan bertambah banyak OAT

yang resisten (The amplifier effect).15

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestari S.H, dkk tahun 2004,di

Yogyakarta diperoleh hasil berupa resistensi terhadap INH sebesar 61,35%,

(19)

Menurut penelitian Granich, dkk di Californiapada tahun 2005, mendapatkan

resistensi Rifampisin dan INH sebanyak 71 (17%), resistensi Rifampisin, INH, dan

Etambutol didapatkan sebanyak 24 (6%), dan yang terbanyak adalah resistensi

Rifampisin, INH, dan injeksi (Streptomisin, Kanamisin, Amikasin, dan Kapreomisin)

didapat sebanyak 252 (62%). 17

Pada tahun 2005 dilakukan penelitian oleh Rintiswati N, dkk. di Yogyakarta di

dapati resistensi obat Tuberkulosis dengan kisaran 24,24% sampai dengan 43,43%.

Resistensi terendah adalah INH 24,24% dan tertinggi adalah Rifampisin 43,43%,

sedangkan terhadap Streptomisin terdapat resistensi sebesar 33,33% dan terhadap

Etambutol 26,26%.18

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rao dkk. pada tahun 2008 di Pakistan,

diperoleh obat anti Tuberkulosis yang paling sensitif sebanyak 49 orang (98%) dengan

pola resistensi obat streptomisin sebanyak 13 orang (26%), INH 8 orang (16%),

Etambutol 8 orang (16%), Rifampisin 4 orang (8%), dan Pirazinamid 1 orang (2%). 19

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susipada tahun 2008 di Lembaga

Permasyarakatan Tanjung Gusta Medan Kelas I pria Tanjung Gusta Medan dijumpai

kuman M. Tuberkulosis yang resisten terhadap INH sebanyak 20 orang (66,7%),

Rifampisin 12 orang (40%), Pirazinamid 5 orang (6,7%), Etambutol 4 orang (3,3%),

Streptomisin 26 orang (86,7%). 20

Pada tahun 2010 dilakukan peneitian oleh Munir S.M, dkk. Di Jakarta

mendapatkan resistensi Rifampisin dan INH sebanyak 51 (50,5%), resistensi

Rifampisin, INH, Streptomisin sebanyak 35 (34,6%), resistensi Rifampisin, INH, dan

(20)

(7,9%) dan resistensi Rifampisin, INH, Etambutol, dan Streptomisin sebanyak 6

(5,9%).21

Untuk karakteristik penderita TB-MDR sendiri berdasarkan beberapa penelitian

didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak dibandingkan jenis kelamin perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Arifin Nawas et al pada tahun 2010, melaporkan

penderita TB-MDR berjenis kelamin laki-laki 32 orang (64%) dan perempuan 18 orang

(36%).22 Penelitian Granich et al.23 mendapatkan laki-laki 241 orang (59%) sedangkan

perempuan 166 orang (41%). Mirsaedi et al memperoleh perbandingan laki-laki dengan

perempuan adalah 12(70.6%): 5(29.4%).24 Penelitian oleh Surkova et al juga

mendapatkan laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, berturut-turut 403 dan

157.25 Philip et al juga mendapatkan jumlah penderita laki-laki sebanyak 65 orang

(55%) dan perempuan sebanyak 52 orang (45%).26

WHO melaporkan prevalensi TB paru 2,3 kali lebih banyak pada laki-laki

dibandingkan perempuan terutama pada negara yang sedang berkembang karena

laki-laki dewasa lebih sering melakukan aktivitas sosial, dikutip dari Arifin et al22. Begum et al melaporkan perbandingan prevalensi TB paru antara laki-laki dan perempuan sama

hingga umur remaja tetapi setelah remaja prevalensi laki-laki lebih tinggi dari

perempuan. 27 Hal ini diduga karena hingga umur remaja kontak hanya terjadi pada

lingkungan yang lebih kecil tetapi setelah dewasa laki-laki banyak kontak dengan

lingkungan yang lebih besar di luar rumah dibandingkan dengan perempuan di samping

faktor biologi, sosial budaya termasuk stigma TB.

Arifin Nawas et al melaporkan pasien termuda pada penelitian mereka berumur

(21)

11,89 dengan sebaran terbanyak pada rentang umur 25-44 tahun.22 Penelitian oleh

Edward et al mendapatkan usia produktif 25 sampai 44 tahun.28 Begitu pula dengan

penelitian Hadiarto et al yang mendapatkan rerata umur 37,8 tahun dan juga

mendapatkan kelompok usia produktif yang terbanyak menderita TB-MDR.29

Pekerjaan pasien berdasarkan urutan yang terbanyak sampai yang sedikit,

swasta, pengangguran, ibu rumah tangga, buruh, PNS dan pensiunan PNS serta

pelajar.22 Hal ini sama dengan penelitian Munir et al yang mendapatkan pekerjaan

terbanyak pada sektor swasta 35,6% dan dalam penelitian ini tidak diperinci tentang

jenis pekerjaan di sektor swasta.21 Surkova et al mendapat korelasi antara status

pekerjaan dengan kejadian TB-MDR, dimana sebanyak 482 pasien TB-MDR pada

kelompok yang sudah bekerja sedangkan 78 pasien pada kelompok yang belum

bekerja.25 Arifin et al belum bisa menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan rendah

cenderung menjadi risiko untuk terjadinya TB-MDR.22

Penelitian mengenai karakteristik penderita TB MDR sangat diperlukan untuk

mengetahui profil dan keadaan penderita TB di sebuah fasilitas pelayanan kesehatan.

Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan telah ditunjuk untuk melakukan PMDT dimulai

dengan persiapan pada bulan Januari 2011 dan menemukan pasien MDR pada bulan

Februari 2012 dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan gene expert dan

melakukan pengobatan pada penderita MDR pada bulan Juni 2012.

1.2.Perumusan Masalah

Belum diketahuinya gambaran karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di

(22)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di

RSHAM.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

berdasarkan jenis kelamin

2. Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

berdasarkan umur

3. Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

berdasarkan tingkat pendidikan

4. Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

berdasarkan pekerjaan

5. Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

berdasarkan status perkawinan

6. Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

berdasarkan gejala klinis respiratorik

7. Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

berdasarkan riwayat penyakit terdahulu

8. Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

berdasarkan riwayat sosial

9. Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

berdasarkan hasil foto torak

10.Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium

11.Untuk mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di RSHAM

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Peneliti :

Dapat mengetahui karakteristik penderita TB MDR yang dirawat di rumah sakit

umum pusat Haji Adam Malik Medan

2. Pasien :

a. Mengurangi penderita TB paru menjadi TB MDR

b. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya pengobatan TB MDR

secara teratur dan mencegah penularan

3. Praktisi Spesialis Paru :

a. Untuk mengetahui Karakteristik penderita TB MDR di RSUP HAM

b. Untuk mencegah terjadinya TB MDR

4. Rumah Sakit Umum :

a. Untuk mengetahui kualitas pelayanan terhadap pengobatan TB MDR

b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengobatan TB MDR

5. Pemerintah :

a. Mengambil kebijakan untuk mengantisipasi terjadinya TB MDR

b. Sebagai masukan dalam program penanggulangan TB MDR di Instansi

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis complex,4yang dapat menyerang paru dan organ tubuh lainnya.1M. tuberculosis memiliki ukuran dengan panjang 1-4 mm dan lebar 0,3-0,6

mm. Bakteri ini berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan

tidak berkapsul. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak

cukup tinggi (60 %). Struktur dinding sel yang kompleks menyebabkan bakteri tersebut

bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap

penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alkohol.14

2.2. Defenisi TB- Multi Drug Resistant

Tuberkulosis-Multi Drug Resistant (TB-MDR) atau Resistensi ganda adalah M.

tuberculosis yang resisten minimal terhadap rifampisin dan isoniazid (INH) dengan atau

tanpa Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lainnya. Resistensi terhadap obat anti TB dibagi

menjadi :4

1. Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan.

2. Resistensi inisial ialah apabila tidak diketahui pasti apakah pasien sudah ada

riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah.

3. Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan

(25)

Terdapat lima jenis kategori resistensi terhadap OAT, yaitu : 4

1. Mono-resistance yaitu kekebalan terhadap salah satu OAT.

2. Poly-resistance yaitu kekebalan terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi

isoniazid dan rifampisin.

3. Multidrug-resistance (MDR) yaitu kekebalan terhadap sekurang-kurangnya

isoniazid dan rifampisin.

4. Extensive drug-resistance (XDR) yaitu Tb MDR ditambah kekebalan terhadap

salah satu obat golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya salah satu dari OAT

injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisn, dan amikasin).

5. Total Drug Resistance (TDR) yaitu resisten baik dengan lini pertama maupun

lini kedua. Pada kondisi ini tidak ada lagi obat yang bisa dipakai.

2.3. Patogenesis

Penularan penyakit TB terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan

orang yang tertular (terinfeksi). Penyebaran TB bisa melalui droplet yang mengandung

kuman TB pada saat batuk. Droplet dapat terbang di udara kurang lebih selama dua jam

tergantung pada kualitas ventilasi ruangan. Jika droplet tadi terhirup oleh orang lain

yang sehat, droplet akan masuk ke dinding sistem pernapasan. Droplet berdiameter

besar akan masuk pada saluran napas bagian atas dan droplet yang berdiameter kecil

akan masuk ke alveoli di seluruh paru. Pada tempat masuknya, kuman tuberkulosis akan

membentuk suatu fokus infeksi primer berupa tempat pembiakankuman tuberkulosis

sehingga tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Kuman TB yang masuk

tadi akan mendapatkan perlawanan dari tubuh, jenis perlawanan tubuh tergantung pada

(26)

2.3.1. Resistensi Rifampisin

Rifampisin adalah semisintetik derivat dari Streptomycin mediterranei,

merupakan obat antituberkulosis yang paling kuat dan penting. Memilki sifat

bakterisida intraseluler dan ekstraseluler. Rifampisin sangat baik diabsorbsi melalui per

oral.Ekskresi melalui hati kemudian ke empedu dan mengalami resirkulasi

enterohepatik. In vitro aktif terhadap gram +, gram -, bakteri enterik, mikobakterium,

dan klamidia. Secara khusus menghentikan sintesis RNA dengan cara mengikat dan

menghambat polymerase RNA yang tergantung DNA (RNA polymerase

DNA-dependent) pada sel-sel mikobakterium yang masih sensitif.31,32,33

Resistensi rifampisin yang didapat merupakan hasil dari mutasi yang spontan

mengubah sub unit gen RNA polymerase (rpoB), sub unit gen ẞ-RNA polymerase. RNA polymerase manusia tidak mengikat Rifampisin ataupun dihambatnya. Beberapa

studi menunjukkan bahwa 96% strain yang resisten rifampisin telah memiliki mutasi

pada daerah inti gen 91-bp. Resistensi muncul segera pada pemakaian obat tunggal.31,33

2.3.2. Resistensi Isoniazid

Isoniazid harus tetap diberikan pada setiap terapi TB kecuali organisme telah

mengalami resistensi. Obat ini murah, dapat mudah diperoleh, memiliki selektifitas

yang tinggi untuk mycobacterium dan hanya 5 % yang menunjukkan efek samping. INH

merupakan molekul yang kecil, larut, dan bebas dalam air, mudah penetrasi ke dalam

sel, aktif terhadap mikroorganisme intrasel maupun ekstrasel. Mekanisme kerja INH

adalah menghambat sintesis asam mikolat dinding sel melalui jalur yang tergantung

(27)

pada bakteri yang istirahat dan bakterisida pada organisme yang bermultiplikasi cepat,

baik pada ekstraseluler dan intraseluler.32,33,34

Sebagian besar galur yang resisten INH memiliki perubahan asam amino pada

genkatalase-peroksidase (katG) atau promoter lokus dua gen yang dikenal dengan inhA.

Produksi berlebih dari geninhA menimbulkan resistensi INH tingkat rendah dan

resisteni silang Etionamida. Sedangkan mutasi genkatG menimbulkan resistensi INH

tingkat tinggi dan sering tidak menimbulkan resistensi silang dengan Etionamida.31,32,33

2.3.3. Resistensi Etambutol

Resistensi etambutol umumnya dikaitkan dengan mutasi pada genembB yang

merupakan gen yang mengkodekan untuk enzimarabinosiltransferase.

Arabinosiltransferase terlibat dalam reaksi polimerasi arabinoglikan. Resistensi terjadi

akibat mutasi yang menyebabkan ekspresi berlebih produksi dari gen embB. Mutasi gen

embB telah ditemukan pada 70% galur yang resisten dan melibatkan pergantian posisi

asam amino 306 atau 406 pada 90 % kasus. Resistensi segera timbul bila obat diberikan

secara tunggal. 31,32,33

2.3.4. Resistensi Pirazinamid

Pirazinamid sebagai bakterisida pada organisme metabolisme lambat dalam

suasana lingkungan asam diantara sel fagosit dan granuloma keseosa. Pirazinamid

diduga oleh basil tuberkel dikonversikan menjadi produk zat yang aktif yaitu asam

pirazinoat. Pirazinamid diabsorbsi dengan baik melaui saluran pencernaan. 31,32

Resistensi pirazinamid terjadi oleh karena kehilangan aktiviti pirazinamidase

(28)

dengan terjadinya mutasi pada gen pncA yang menyandikan enzim

pyrazinamidase.31,32,33

2.3.5. Resistensi Streptomisin

Merupakan aminoglikosida yang diisolasikan dari Streptomyces griseus.

Streptomisin menghambat sintesis protein dengan caara menimbulkan gangguan pada

ribosom. Dua per tiga galur yang resistensi terhadap streptomisin diidentifikasi bahwa

terjadi mutasi pada satu dari dua target yaitu 16s rRNA (rrs) atau gen yang menyandi

protein ribosom S12 (rpsL). Kedua target ini yang diyakini terdapat ikatan ribosom

streptomisin. 31,32

2.4. Diagnosis

Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan bakteriologis, radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala klinis

TB dibagi atas dua golongan, yaitu gejala respiratorius berupa batuk, batuk darah, sesak

napas, dan nyeri dada. Gejala respiratorius sangat bervariasi dari mulai yang tidak ada

gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luasnya lesi. Sedangkan gejala

sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia, dan penurunan berat

badan.35,36

Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama

didaerah apeks dan segmen posterior. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai antara lain

suara napas bronkhial, amforik, suara napas melemah, ronkhi basah, tanda-tanda

(29)

Pasien yang dicurigai kemungkinan TB-MDR adalah :4

1. Kasus TB paru dengan gagal pengobatan pada kategori 2, dibuktikan dengan

rekam medis sebelumnya dan riwayat penyakit dahulu.

2. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan

dengan kategori 2.

3. Pasien TB yang pernah diobati di fasilitas non DOTS, termasuk yang mendapat

OAT lini kedua seperti kuinolon dan kanamisin.

4. Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1.

5. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan

dengan kategori 1.

6. TB paru kasus kambuh.

7. Pasien TB yang kembali setelah lalai/default pada pengobatan kategori 1 dan

atau kategori 2.

8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB MDR

konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas dibangsal TB-MDR.

9. TB-HIV.

Pasien yang memenuhi kriteria suspek harus dirujuk ke laboratorium dengan

jaminan mutu eksternal yang ditunjuk untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan

obat. Diagnosis TB-MDR dipastikan berdasarkan uji kepekaan. Jika hasil uji

kepekaan terdapat M. tuberculosis yang resisten minimal terhadap rifampisin dan

(30)

2.5. Pemeriksaan Bakteriologis

Pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai

arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan

bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan

bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkhoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL),

urin, faeces, dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).14

2.5.1 Pewarnaan Sediaan Metode Ziehl-Nielsen

Bahan yang diperlukan : botol gelas berwarna coklat berisi cairan Carbol

Fuchsin 0,3%; botol gelas berwarna coklat berisi alkohol (HCl-alcohol 3%); botol

coklat berisi Methylen Blue 0,3%; rak untuk pengecatan slide; baskom ditempatkan

dibawah rak; corong dengan kertas filter; pipet; pinset; pengukur waktu; api spiritus; air

yang mengalir berupa air ledeng atau botol pipet berisi cairan; dan beberapa rak

cadangan.37

Pewarnaan sediaan yang telah difiksasi, maksimum 12 slide, harus ada jarak

diantara sediaan untuk mencegah kontaminasi. Cara pewarnaan : sediaan dahak yang

telah difiksasi diletakkan pada rak dengan hapusan menghadap ke atas, kemudian

diteteskan larutan carbol fuchsin 0,3% pada hapusa dahak sampai menutupi seluruh

permukaan sediaan dahak. Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap selama

3-5 menit. Zat warna tidak boleh mendidih atau kering. Apabila mendidih atau kering

maka carbol fuchsin akan terbentuk kristal (partikel kecil) yang dapat terlihat seperti

kuman TB. Api spiritus disongkirkan, kemudian sediaan didiamkan selama 5 menit.

Lalu sediaan dibilas dengan air mengalir pelan sampai zat warna yang bebas terbuang.

(31)

fuchsinhilang. Kemudian dibilas dengan air mengalir pelan. Larutan Methylen blue

0,3% diteteskan pada sediaan sampai menutupi seluruh permukaan. Sediaan didiamkan

10-20 detik. Sediaan dibilas dengan air mengalir pelan. Sediaan dikeringkan diatas rak

pengering di udara terbuka (jangan dibawah sinar matahari langsung).38,39

2.5.2. Pembacaan Sediaan Slide BTA

Hasil pemeriksaan mikroskopis dibacakan dengan skala IUATLD (International

Union Against Tuberculosis and Lung Disease), yaitu :4,14

1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : negatif

2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapangan pandang : ditulis jumlah kuman yang

ditemukan, scanty.

3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapangan pandang : + (1+).

4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapangan pandang : ++ (2+).

5. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapangan pandang : +++(3+).

2.5.3. Kultur M.Tuberculosis

Pada identifikasi M. tuberculosis, pemeriksaan dengan media biakan lebih

sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan biakan dapat

mendeteksi 10-1000 mycobacterium/ml. Media biakan terdiri dari media padat dan

media cair. Media Lowenstein-Jensen adalah media padat yang menggunakan media

basa telur . media ini pertama sekali dibuat oleh Lowenstein yang selanjutnya

dikembangkan oleh Jensen tahun 1930-an dan selanjutnya dikembangka oleh Ogawa,

Kudoh, Gruft, Wayne, doubek dan lain-lain. Pemeriksaan dengan menggunakan media

Lowenstein-Jensen ini memberikan sensitivitas dan spesifitas yang tinggi dan dipakai

(32)

Identifikasi kuman tuberkulosis dimulai dari waktu pertumbuhan, warna pigmen,

morfologi koloni, dan hasil pewarnaan BTA. Seleksi koloni yaitu : keberadaan satu atau

lebih jenis koloni yang diamati. Penampilan kasar, halus cembung, halus menyebar,

halus dengan tepi berkeriput, kasar transparan, kasar keruh, dan sebagainya. Pigmen

paska inkubasi di tempat gelap diamati yaitu kuning, merah, kuning muda, kuning

oranye. Jika tak berpigmen disebut “buff”.Kecepatan pertumbuhan (rapid growth) akan

tumbuh dalam 7 hari atau kurang, sedangkan slow growth tumbuh setelah 7 hari.

Pencahayaan Mikobakterium yang termasuk photokromogen akan menghasilkan

pigmen jika dipaparkan cahaya. Jika pertumbuhan sangat padat maka pigmen tidak akan

muncul.

Bila terdapat kontaminasi pada kultur, dilaporkan segera dan diulangi

pembuatan kultur. Bila kultur positif dan pertumbuhan dinilai sebagai M.tuberculosis.

Hasil pembacaan kultur dinilai dengan :40

1. > 500 koloni : 4+

2. 200-500 koloni : 3+

3. 100-200 koloni : 2+

4. 20-100 koloni : 1+

5. 1-19 koloni : sebutkan jumlah koloni

6. Tidak ada pertumbuhan : disebut negatif

2.5.4 Uji Kepekaan M.Tuberculosis

Hasil dibaca pada pertama kali pada hari ke 28. Jika hasil pembacaan pada hari

(33)

tersebut. Jika hasil pembacaan pada hari ke 28 adalah “sensitif” maka perlu dilakukan

pembacaan ulang pada hari ke 42 untuk meyakinkan hasil pembacaan sebelumnya.

Hasil perhitungan koloni layak dikonversi sensitif atau negatif jika : jumlah

koloni pada media tanpa obat pada pengenceran dan adalah logis, jumlah

koloni media tanpa obat adalah 5. Jika jumlah kurang dari itu maka tidak boleh

disimpulkan.

Skala pembacaan hasil uji resistensi dapat dinilai sebagai berikut :40

1. > 500 koloni : 4+ (konfluen)

2. 200-500 koloni : 3+ (hampir konfluen)

3. 100-200 koloni : 2+

4. 20-100 koloni : tulis jumlah koloninya

5. 1-19 koloni : tulis jumlah koloninya

6. Tidak ada pertumbuhan : negatif

2.5.5 Pemeriksaan GeneXpert MTB/RIF

GeneXpert MTB/RIF adalah uji diagnostik cartridge-based, otomatis, yang

dapat mengindentifikasi M. Tuberculosis dan resistensi terhadap Rifampisin. Xpert

MTB/RIF berbasis Cepheid GeneXpert platform, cukup sensitif, mudah digunakan

dengan metode nucleic acid amplification test (NAAT). Metode ini mempurifikasi,

membuat konsentrat dan amplifikasi (dengan real time PCR) dan mengidentifikasi

sekuens asam nukleat pada genom TB. Lama pengelolaan uji sampai selesai memakan

(34)

secara cepat dengan bahan pemeriksaan dahak. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas

dan spesifisitas sekitar 99%.4

2.6. Penatalaksanaan

Pada pengobatan TB-MDR maka petugas kesehatan harus mengubah kombinasi

obat dengan menambahkan lini kedua. Obat ini memiliki efek samping yang lebih

banyak, praktis pengobatan yang lebih lama, dan biaya mungkin 100 kali lebih besar

dibandingkan dengan lini pertama.41

Pengobatan TB-MDR memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 18-24 bulan.

Terdiri atas dua tahap yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Pedoman WHO membagi

pengobatan TB-MDR menjadi lima group berdasarkan potensi dan efikasinya.

Kelompok pertama : Pirazinamid dan Etambutol paling efektif dan ditoleransi dengan

baik. Kelompok kedua : injeksi Kanamisin atau Amikasin, jika alergi diganti dengan

Kapreomisin atau Viomisin yang bersifat bakterisidal. Kelompok ketiga :

Fluoroquinolon diantaranya : Levofloksasin, Moksifloksasin, Ofloksasin yang bersifat

bakterisidal tinggi. Kelompok keempat : PAS, Etionamid, Protionamid, dan Sikloserin

merupakan bakteriostatik lini kedua. Kelompok kelima : Amoksisilin+Asam

Klavulanat, Makrolide baru (Klaritromisin), dan Linezolid, masih belum jelas

efikasinya.42,43,44

2.6.1. Kanamisin

Kanamisin berkaitan erat dengan antibiotik jenis aminoglikosida. Kanamisin

bekerja pada ribosom dan menghambat proses sintesis protein. Kanamisin biasanya

dapat diberikan secara intramuskular. Konsentrasi serum harus berada dalam kisaran

(35)

penyakit hati dan yeng hipersensitif terhadap aminoglikosida. Efek samping yang dapat

terjadi adalah : gangguan pada saraf kedelapan,dan toksisitas ginjal. Gangguan

pendengaran, gangguan keseimbangan yang menetap, neuropati perifer. Pemantauan

terhadap penggunaan obat ini harus tetap dilakukan, antara lain : pemeriksaan faal ginjal

( serum kreatinin dan kalium ), audiogram bulanan untuk fungsi pendengaran.45

2.6.2. Amikasin

Sama halnya dengan kanamisin,amikasin juga berhubungan erat dengan

antibiotik aminoglikosida. Amikasin juga bekerja pada ribosom, penghambatan sintesis

protein. Amikasin dapat diberikan intramuskular atau intravena. Rata-rata konsentrasi

puncak serum adalah 21 mg/ml dan MIC adalah 4-8 mg/ml. Amikasin juga memiliki

efek samping terhadap kelemahan pada saraf kedelapan dan juga menyebabkan

toksisitas ginjal.45

2.6.3. Kapreomisin

Kapreomisin secara kimiawi berbeda dari aminoglikosida, tetapi kemungkinan

memiliki resistensi silang dengan streptomisin, amikasin, dan kanamisin. Kapreomisin

memiliki aktivitas teurapetik yang sama dengan kanamisin dan amikasin begitu juga

dengan farmakologi dan toksisitasnya. Efek samping nya juga berpengaruh pada sistem

persyarafan kedelapan dan juga menyebabkan toksisitas ke ginjal. Pemantauan

pemberian obat ini juga perlu memriksa faal ginjal dan pemeriksaan fungsi

(36)

2.6.4. Levofloksasin

Levofloksasin merupakan fluorokuinolon yaitu agen anti bakteri spektrum luas

yang bekerja menghambat DNA enzim girase. Levofloksasin lebih banyak dipakai

secara oral dan lebih sensitif terhadap organisme. Tidak ada resistensi silang dengan

obat anti tuberkulosis lainnya. Reaksi obat antara kuinolon dengan teofilin yaitu akan

meningkatkan kadar serum teofilin dan resiko efek samping dari teofilin. Pemberian

antasida (seperti : magnesium sulfat,aluminium sulfat, kalsium atau didanosine) akan

menyebabkan menurunnya absorbsi dan menghilangkan efek terapetik fluorokuinolon.

Pemberian probenesid akan menurunkan sekresi fluorokuinolon di ginjal yang

mengakibatkan sekitar 50% peningkatan serum fluorokuinolon. Pemberian suplemen

vitamin yang mengandung seng (Zn) dan besi (Fe) akan mengurangi absorbsinya. Efek

samping yang timbul adalah : mual, kembung, pusing, insomnia, sakit kepala, ruam,

pruritus dan fotosensitivitas.45

2.6.5. Etionamid

Etionamid memiliki struktur yang mirip dengan INH. Namun resistensi silang

dengan INH sangat jarang terjadi. Dosis etionamid sebesar 2,5 µg/kg memiliki efek

bakteristatik. Etionamid diserap baik oleh usus dan di metabolisme di hati. Kadar serum

puncak nya adalah 15-20 mg/ml dan dosis optimumnya biasanya 1 gr. Obat ini hampir

sepenuhnya didistribusikan ke seluruh tubuh. Efek samping yang timbul adalah : mual,

muntah, kehilangan napsu makan, dan nyeri perut. Reaksi neurologis yang sering

muncul adalah : sakit kepala, gelisah, diplopia, tremor, dan kejang-kejang. Diperlukan

penambahan dosis secara bertahap karena sangat mengiritasi saluran pencernaan. Jika

(37)

dan obat hipnosis. Hepatitis dapat terjadi pada 1 persen pasien. Untuk memantau

heepatotoksik maka perlu dilakukan pemeriksaan faal hati dan enzim paru per bulan.

Jika didapati peningkatan faal hati lima kali lipat maka obat harus dihentikan.45

2.6.6. Sikloserin

Sikloserin bersifat bakteriostatik yang merupakan analog Dalanine dan bekerjan

masuk kedalam dinding sel. Obat ini diserap baik di usus dan didistribusikan ke seluruh

tubuh. Obat ini diekskresikan oleh urin sebanyak 70% dari bentuk aktifnya dan 30%

lagi di metabolisme didlm tubuh. Efek samping umum termasuk gangguan neurologis

dan psikiatris mulai dari sakit kepala, tremor, gangguan memori, dan gangguan psikosis

berupa mengantuk, paranoid, depresi, atau reaksi katatonik. Beberapa pasien dengan

gangguan kecemasan dan depresi dapat berupa keinginan bunuh diri. Dosis umum

adala 15-20 mg/kg, dengan dosis maksimal 1 gr/hari. Sebagian besar efek sampng

menghilang apabila obat dihentikan. Untuk mencegah gangguan psikis yang serius

maka perlu pemantauan berkala atas status mental dan tingkat dosis yang diperlukan.

Untuk mengurangi potensi kejang dan konvulsi dapat diberikan piridoksin dengan dosis

100-150 mg. Sikloserin dpat mengurangi efektifitas fenitoin jika diberikan bersamaan

dengan INH. Dosis fenitoin dalam hal ini dapat dikurangi. Minuman mengandung

alkohol akan memberikan efek toksik. Untuk kasus dengan adanya gagal ginjal, dosis

harian obat harus dikurangi. Sebaiknya diminum pada saat perut kosong karena dapat

makanan dalam lambung akan menurunkan absorbsi obat.45

2.6.7. Pirazinamid

Pirazinamid bersifat bakterisidal lemah tetapi mempunyai efek sterilisasi

(38)

bulan pertama pengobatan karena proses peradangan sedang pada puncaknya.

Pirazinamid mudah diabsorbsi dan tersebar di seluruh jaringan. Hati-hati pemberian

pada penderita Diabetes Mellitus karena dapat menyebabkan kadar gula darah tidak

stabil. Kadang menyebabkan kekambuhan gout atau dapat terjadi arthralgia. Efek

samping yang timbul adalah : mual, muntah, hiperurisemia yang asimptomatik dan

timbulnya gout. Efek samping yang jarang timbul yaitu : anemia siderobastik,

photosensitive dermatitis dan gangguan hati berat.46

2.6.8. Etambutol

Etambutol bersifat bakteriostatik dan mudah diabsorbsi di saluran pencernaan.

Efek samping yang timbul adalah : gangguan fungsi mata yang tergantung dengan

besarnya dosis, kelainan hati dan arthralgia.47

2.7. Evaluasi Pengobatan

Penilaian respons pengobatan adalah konversi pemeriksaan dahak secara

mikroskopis dan biakan. Hasil biakan dapat diperoleh setelah 2 bulan. Pemeriksaan

mikroskopis dahak dan biakan dilakukan setiap bulan pada tahap awal dan setiap 2

bulan pada tahap lanjutan.48

Evaluasi utama pada pasien TB MDR adalah :48

1. Pemeriksaan dahak setiap bulan pada tahap awal dan setiap 2 bulan pada tahap

lanjutan

2. Pemeriksaan biakan setiap bulan pada tahap awal sampai konversi biakan.

3. Uji kepekaan obat sebelum pengobatan dan pada kasus yang diduga akan

(39)

Evaluasi pendukung pada pasien TB MDR adalah :48

1. Penilaian klinis termasuk berat badan

2. Penilaian segera bila ada efek samping

3. Periksa kadar kalium dan kreatinin sepanjang pasien mendapat suntikan

(kanamisin dan kapreomisin)

4. Pemeriksaan TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dilakukan setiap 6 bulan dan

(40)

Tabel 1. Jadwal Pemantauan Pengobatan TB MDR48

√ Setiap bulan sampai konversi, bila sudah konversi setiap 2 bulan

Evaluasi Penunjang

Evaluasi Klinis

(termasuk BB)

Setiap bulan sampai pengobatan selesai atau lengkap Pengawasan oleh

(SGOT, SGPT)# √ Evaluasi secara periodik Tes kehamilan √

Hb dan leukosit∞ √ Berdasarkan indikasi

*Sesuai indikasi uji kepekaan bisa diulang, seperti gagal konversi atau

memburuknya keadaan klinis. Untuk pasien dengan hasil biakan tetap positif uji

(41)

**Bila diberikan obat suntik. Pada pasien dengan HIV, diabetes dan resiko tinggi

lainnya pemeriksaan ini dilakukan setiap 1-3 minggu

***Bila diberikan etionamid/protionamid atau PAS, bila ditemukan tanda dan gejala

hipotiroid

#Bila mendapat pirazinamid untuk waktu yang lama atau pada pasien dengan resiko,

gejala hepatitis

∞Bila mendapat linezolid atau ARV

Tabel 2. Efek samping obat TB MDR48

Nama obat Efek samping Pemeriksaan Tindakan

Etionamid Gangguan

gastrointestinal,gangguan

endokrin, hepatitis,

hipersensitivitas

SGOT, SGPT Pemberian

anti-emetik atau

sesuaikan dosis

terendah

Sikloserin Gangguan neurologis dan

psikiatri

Nilai kadar obat dalam

serum, evaluasi secara

toksisitas ginjal dan

gangguan elektrolit

SGOT, SGPT Pemberian

antasid,

pemberian obat

pada waktu

(42)

Ciprofloksasi,

Monitor interaksi obat Cegah

pemberian

Tabel 3. Pembagian dosis berdasarkan berat badan48

OAT Berat badan

1000-1750 mg 1750-2000 mg 2000-2500 mg

Etambutol

(tablet,500 mg)

25 mg/kg/hari 800-1200 mg 1200-1600 mg 1600-2000 mg

(43)

2.8. Kerangka Konsep

Diagram 1. Kerangka Konsep

RIWAYAT PENYAKIT

SEKARANG DEMOGRAFI

TB MDR RIWAYAT PENYAKIT

DAHULU

RIWAYAT SOSIAL

(44)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

pengambilan data secara case report pada pasien TB MDR yang berobat di RSUP H.

Adam Malik, Medan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Poli Paru, Bangsal Rawat Inap dan Laboratorium

Mikrobiologi RS. H. Adam Malik Medan /Departemen Pulmonologi dan Ilmu

Kedokteran Respirasi FK USU. Waktu penelitian adalah September 2013 sampai

dengan Desember 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Semua medical record pasien yang datang berobat ke Poli Paru dan Rawat Inap

RS. H.Adam Malik Medan /Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi

FK USU yang didiagnosa menderita TB MDR dalam periode pengambilan data.

3.3.2. Sampel

Semua penderita yang didiagnosa TB MDR dan pernah dirawat inap di RS. H.

(45)

3.4.Kriteria Inklusi dan Eksklusi Terhadap Data

3.4.1. Kriteria Inklusi

1. Pasien TB MDR Paru yang diperiksa dengan gene expert.

2. Medical record memiliki data yang lengkap.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Pasien TB MDR Paru yang diperiksa dengan PMDT.

3.5. Definisi Operasional

a. Jenis kelamin: jenis yang membedakan penderita atas laki-laki dan perempuan yang

diperoleh melalui pencatatan medical record penderita TB MDR.

b. Umur penderita: lamanya hidup penderita sampai dengan saat datang ke bagian Paru

RSUP. H. Adam Malik Medan, puskesmas, BP4, dan praktek dokter spesialis paru

swasta. Umur dikategorikan menjadi: a) 16-25 tahun; b) 26-35 tahun; c) 36-45

tahun; d) 46-55 tahun; dan e) >55 Tahun.

c. pendidikan: pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penderita berdasarkan jenis

pendidikan formal terakhir yang dijalani penderita, dibagi atas: Tidak sekolah,

Tamat SD, Tamat SLTP, Tamat SLTA, dan Tamat S1.

d. Status perkawinan penderita yaitu riwayat kehidupan pernikahan sampel penelitian

yang dibagi menjadi kawin atau belum kawin.

e. Gejala klinis respiratorik adalah keluhan penderita yang meliputi sesak nafas, batuk,

nyeri dada, batuk darah.

f. Data Riwayat Penyakit Terdahulu adalah riwayat pernyakit terdahulu yang pernah

(46)

penyakit-penyakit Hipertensi, Diabetes melitus, Kanker, Infeksi HIV/AIDS, Penyakit ginjal

dan Hepatitis kronik.

g. Riwayat Perilaku Sosial yaitu riwayat penggunaan zat seperti rokok, alkohol dan

narkoba pada sampel

h. Pemeriksaan Penunjang adalah pemeriksaan kepada pasien yang dilakukan untuk

mendukung diagnosis dan atau perkembangan pengobatan pasien, meliputi foto

toraks dan gene expert.

i. Pemeriksaan laboratorim adalah hasil data laboratorium patologi klinis atau data

rekam medik terhadap Hemoglobin, Leukosit, Trombosit, SGOT, SGPT, Ureum dan

Kreatinin penderita TB MDR

j. Foto Toraks adalah gambaran radiologis yang tampak pada foto toraks penderita TB

MDR yang dikategorikan menjadi :

1. Gambaran bercak mengawan (infitrate)/ bayangan noduler

2. Kalsifikasi

3. Bercak milier

4. Fibrosis

5. Kaviti

6. Atelektasis

7. Abses paru

8. Efusi pleura

9. Pneumotoraks

10.Hidropneumotoraks

k. Gene expert adalah Uji diagnostik catridge-based, otomatis, yang dapat

(47)

Dikategorikan menjadi : MTB negatif, MTB pos rif sus, MTB pos rif res atau Indet/

error

l. Riwayat pengobatan adalah: jenis-jenis obat TB yang diterima oleh pasien sejak

pengobatan lini pertama dan lini kedua.

m. Jenis obat TB MDR adalah obat yang mengalami resisensi yang diberikan kepada

pasien penderita TB MDR setelah dilakukan uji resistensi. Jenis obat yang diberikan

meliputi pirazinamid, etambutol, kanamisin, kapreomisin, levoflozacin, sikloserin,

etionamid, PAS.

3.6. Kerangka Operasional

Diagram 2. Kerangka Operasional

3.7. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data

Data pasien dari rekam medik dikumpulkan dengan cara mengambilnya dari

bagian rekam medik. Catatan mengenai penderita TB MDR diperoleh dari Ruang Rawat

Inap TB MDR. Berdasarkan catatan tersebut maka nomor rekam medik dari pasien

tersebut kemudian ditelusuri ke Bagian Rekam Medik RS. H. Adam Malik Medan.

Penderita TB MDR

Data demografi Riwayat penyakit

dahulu

Pemeriksaan Penunjang

Riwayat penyakit

sekarang

(48)

Setelah data diperoleh, maka data kemudian diolah menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Variabel yang diperlukan dicatat

2. Variabel tersebut kemudian dilihat dalam medikal record.

3. Variabel tersebut kemudian dipindahkan ke dalam buku master data.

4. Data dari dalam master data kemudian di entry ke dalam komputer melalui program

SPSS.

5. Data yang ada kemudian ditampilkan ke dalam bentuk tabel-tabel distribusi

frekuensi sambil melakukan cleaning dan konfirmasi terhadap data yang masih

memerlukan perbaikan.

(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan (poli TB paru,

Ruang Rawat Paru, Mikrobiologi Klinik dan Ruang Rekam Medik ) yang dimulai dari

bulan September 2013 hingga November 2013.

Subjek penelitian adalah semua penderita yang didiagnosis TB MDRdan

sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan pewarnaan langsung sputum, kultur BTA dan

uji kepekaan terhadap OAT.

4.1.1. Karakteristik Jenis Kelamin

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin peserta penelitian didapatkan bahwa

jumlah laki-laki 29 orang (72,5%) dan perempuan 11 orang (27,5%) dengan rasio 2,6 : 1

(Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin (n = 40)

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 29 72,5

Perempuan 11 27,5

Total 40 100,0

Keterangan : n = jumlah subjek

4.1.2. Karakteristik Umur

Berdasarkan karakteristik umur pada subjek penelitian ini didapatkan bahwa

(50)

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Umur (n = 40)

Usia (thn) n %

≤ 44 20 50,0

> 44 20 50,0

Total 40 100,0

Keterangan : n = jumlah subjek

4.1.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan

Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan pada subjek penelitian ini

didapatkan bahwa tingkat pendidikan tamatan sekolah menengah atas (SMA)

merupakan yang terbanyak yaitu sebanyak 26 orang (65,0%). Sementara itu, tamatan

sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 9 orang (22,5%). Tamatan strata 1 (S-1)

sebanyak 2 orang (5,0%). Tamatan sekolah dasar (SD), diploma III (D-III), dan strata 2

(S-2) masing-masing sebanyak 1 orang (masing-masing 2,5%) (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan (n = 40)

Pendidikan n %

SD 1 2,5

SMP 9 22,5

SMA 26 65,0

D-III 1 2,5

S-1 2 5,0

S-2 1 2,5

Total 40 100,0

Keterangan : n = jumlah subjek

4.1.4. Karakteristik Pekerjaan

Berdasarkan karakteristik pekerjaan pada subjek penelitian ini didapatkan bahwa

pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta, yaitu sebanyak 24 orang (60,0%). Ibu rumah

(51)

sebanyak 3 orang (masing-masing 7,5%). Dosen dan pegawai negeri sipil (PNS)

masing-masing sebanyak 1 orang (masing-masing 2,5%) (Tabel 4.4).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan (n = 40)

Pekerjaan N %

Karakteristik : n = jumlah subjek

4.1.5. Karakteristik Status Perkawinan

Berdasarkan karakteristik status perkawinan pada subjek penelitian ini

didapatkan bahwa pada umumnya telah kawin sebanyak 36 orang (90,0%). Subjek

penelitian yang tidak atau belum kawin sebanyak 4 orang (10,0%) (Tabel 4.5).

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Status Perkawinan (n = 40)

Status Perkawinan n %

Kawin 36 90,0

Tidak Kawin 4 10,0

Total 40 100,0

Keterangan : n = jumlah subjek

4.1.6. Karakteristik Gejala Klinis Respiratorik

Karakteristik klinis dalam hal keluhan utama didapatkan semua subjek

mengeluhkan batuk (100,0%). Subjek penelitian yang memiliki keluhan sesak napas

adalah sebanyak 28 orang dari seluruh subjek penelitian (70,0%). Subjek penelitian

(52)

penelitian (52,5%). Sedangkan subjek penelitian yang memiliki keluhan batuk berdarah

adalah sebanyak 15 orang dari seluruh subjek penelitian (37,5%) (Tabel 4.6).

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Keluhan Utama Respiratorik (n= 40)

Keluhan Utama Ada Tidak Ada Total

Keterangan : n = jumlah subjek

4.1.7. Karakteristik Riwayat Penyakit Terdahulu

Karakteristik riwayat penyakit terdahulu yang didapatkan pada subjek penelitian

yang terbanyak adalah diabetes mellitus (DM) yaitu sebanyak 11 orang dari seluruh

subjek penelitian (27,5%). Penderita hipertensi dan hepatitis kronis masing-masing

sebanyak 1 orang. Tidak dijumpai adanya penderita dengan riwayat penyakit terdahulu

seperti kanker, infeksi HIV/AIDS, dan penyakit ginjal pada seluruh subjek penelitian

(Tabel 4.7).

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Terdahulu (n = 40)

Riwayat Penyakit

(53)

4.1.8. Karateristik Riwayat Sosial

Karakteristik riwayat sosial yang dinilai adalah merokok, minum alkohol dan

penggunaan narkoba. Dari seluruh subjek penelitian, didapatkan 29 orang subjek

merupakan perokok (72,5%). Jumlah subjek penelitian yang minum alkohol adalah

sebanyak 9 orang (22,55). Dan jumlah subjek yang menggunakan narkoba adalah 1

orang (2,5%) (Tabel 4.8).

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Riwayat Sosial (n = 40)

Riwayat Sosial Ada Tidak Ada Total

N % n % N %

Merokok 29 72,5 11 27,5 40 100

Alkohol 9 22,5 31 77,5 40 100

Narkoba 1 2,5 39 97,5 40 100

Keterangan : n = jumlah subjek

4.1.9. Karakteristik Hasil Foto Torak

Hasil foto torak terbanyak yang didapatkan adalah gambaran bercak mengawan

yaitu tampak pada semua hasil foto torak (100,0%). Terdapat 30 buah foto torak yang

memberikan hasil gambaran fibosis (75,0%). Foto torak yang memberikan hasil

gambaran kaviti sebanyak 14 buah (35,0%), sedangkan untuk hasil foto yang

menunjukkan gambaran konsolidasi sebanyak 6 buah (15,0%). Hasil foto dengan

gambaran kalsifikasi dan atelektasis masing-masing sebanyak 2 buah (5,0%). Jumlah

foto torak yang memberikan gambaran bullae efusi pleura adalah 1 buah (2,5%). Tidak

ditemukan adanya foto torak dengan gambaran bercak milier, pneumotorak,

(54)

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Hasil Foto Torak (n = 40)

Hasil foto Torak Ada Tidak Ada Total

n % n % N %

Gambaran Bercak Mengawan 40 100,0 0 0,0 40 100,0

Kalsifikasi 2 5,0 38 95,0 40 100,0

Gambar Bercak Milier 0 0,0 40 100,0 40 100,0

Fibrosis 30 75,0 10 25,0 40 100,0

Kaviti 14 35,0 26 65,0 40 100,0

Atelektasis 2 5,0 38 95,0 40 100,0

Bullae Efusi pleura 1 2,5 39 97,5 40 100,0

Pneumotorak 0 0,0 40 100,0 40 100,0

Bronkiektasis 0 0,0 40 100,0 40 100,0

Konsolidasi 6 15,0 34 85,0 40 100,0

Massa 0 0,0 40 100,0 40 100,0

Keterangan : n = jumlah subjek

4.1.10. Karakteristik Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium subjek penelitian dengan nilai tidak normal

tertinggi adalah kreatinin, yaitu sebanyak 30 orang (75,0%). Dari hasil pemeriksaan

leukosit, didapati hasil tidak normal sebanyak 11 orang subjek (27,5%). Hasil

pemeriksaan trombosit dan SGOT tidak normal didapati sebanyak masing-masing 3

orang dari seluruh subjek penelitian (7,5%). Hasil SGPT tidak normal didapati pada 1

orang (2,5%) dan tidak ditemukan adanya hasil yang tidak normal untuk pemeriksaan

(55)

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Laboratorium (n = 40)

Pemeriksaan Laboratorium

Normal Tidak Normal Total

n % n % N %

HGB 40 100,0 0 0,0 40 100,0

WBC 29 72,5 11 27,5 40 100,0

PLT 37 92,5 3 7,5 40 100,0

SGOT 37 92,5 3 7,5 40 100,0

SGPT 39 97,5 1 2,5 40 100,0

KGD ad Random 30 75,0 10 25,0 40 100,0

Ureum 40 100,0 0 0,0 40 100,0

Kreatinin 10 25,0 30 75,0 40 100,0

Keterangan : n = jumlah subjek

4.1.11. Karakteristik Riwayat Pengobatan Lini Pertama

Karakteristik riwayat pengobatan yang dinilai adalah pengobatan lini pertama

dan lini kedua. Dari seluruh subjek penelitian, didapatkan 23 orang subjek pernah

mendapatkan pengobatan lini pertama (57,5%). Sementara itu, 12 orang pernah dua kali

mendapatkan pengobatan lini pertama (30%). Selain itu, jumlah subjek yang tiga kali

mendapatkan pengobatan lini pertama sebanyak 5 orang (12,5%). Gambaran

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Riwayat Pengobatan Lini Pertama (n = 40)

Riwayat Pengobatan Lini Pertama N %

1 kali 23 57,5

2 kali 12 30

(56)

4.1.12. Karakteristik Riwayat Pengobatan Lini Kedua

Untuk riwayat pengobatan lini kedua didapatkan sebanyak 23 orang subjek

pernah mendapatkan satu kali pengobatan lini kedua (57,5%). Sementara itu, 16 orang

belum pernah mendapatkan pengobatan lini kedua (40%). Sedangkan yang mendapat

dua kali pengobatan lini kedua hanyalah 1 orang (2,5%).

Tabel 4.12. Distribusi Riwayat Pengobatan Lini Kedua (n = 40)

Riwayat Pengobatan Lini Kedua N %

Belum pernah 16 40,0

1 kali 23 57,5

2 kali 1 2,5

4.1.13. Karakteristik frekwensi jenis pengobatan TB MDR yang diberikan

Setelah dilakukan uji resistensi, maka diberikan pengobatan TB MDR kepada

masing-masing pasien. Diperoleh data bahwa terdapat 38 orang yang menerima

pirazinamid (95%). Sebanyak 39 orang yang menerima levofloxacin (97,5%),

sedangkan yang menerima etionamid ada sebanyak 40 orang (100%). Untuk yang

mendapat sikloserin, kanamisin, etambutol, PAS, dan kapreomisin berturut-turut

sebanyak 39 (97,5%), 38 (95%), 8 (20%), 2 (5%), dan 1 (2,5%).

Tabel 4.13 Distribusi frekwensi jenis pengobatan TB MDR yang diberikan (n = 40)

Jenis Obat Dapat Tidak Dapat

N (%) N (%)

Pirazinamid 38 (95) 2 (5)

Etambutol 8 (20) 32 (80)

Kanamisin 38 (95) 2 (5)

Kapreomisin 1 (2,5) 39 (37,5)

(57)

Sikloserin 39 (97,5) 1 (2,5)

Etionamid 40 (100,0) 0 (0)

PAS 2 (5) 38 (95)

4.2. Pembahasan

Sebagaimana telah direncanakan dalam penelitian ini, pengumpulan data hanya

dilaksanakan pada 3 bulan pengambilan data, yaitu September 2013 sampai November

2013.

Subjek penelitian ini adalah semua penderita yang didiagnosis TB MDR dan

sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan pewarnaan langsung sputum, kultur BTA dan

uji kepekaan terhadap OAT.

Berbagai penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengidentifikasi kasus

TB-MDR di berbagai tempat di Indonesia. Penyebaran TB-MDR telah meningkat oleh

karena lemahnya program pengendalian TB, kurangnya sumber dana dan isolasi yang

tidak adekuat, tindakan pemakaian ventilasi dan keterlambatan dalam menegakkan

diagnosis TB-MDR. Kontak penularan M. tuberculosis yang telah mengalami resistensi

obat akan menciptakan kasus baru penderita TB yang resistensi primer, yang pada

akhirnya akan mengarah pada multi-drug resistance (MDR).9

Pada penelitian ini, berdasarkan jenis kelamin dari subjek penelitian yang

terbanyak adalah laki-laki, dibandingkan dengan perempuan. Penelitian serupa oleh

Rasmin dkk47 juga mendapatkan hasil yang serupa dimana jumlah penderita TB-MDR

lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini diduga karena laki-laki lebih

banyak kontak dengan lingkungan yang lebih besar di luar rumah dibandingkan dengan

perempuan di samping faktor biologi, sosial budaya termasuk stigma TB.22

Dari penelitian ini, tidak ditemukan perbedaan jumlah penderita TB-MDR

diantara kedua kelompok umur yang diteliti. Jumlah masing-masing kelompok

kelompok baik yang ≤ 44 tahun dan yang > 44 tahun masing-masing berjumlah 20 orang (50%). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Arifin et al menunjukkan

sebaran terbanyak pada rentang umur 25-44 tahun.22 Surkova et al juga mendapatkan

kelompok usia produktif (25-44) yang terbanyak menderita TB-MDR.25

Penelitian ini juga menemukan sebagian besar responden berasal dari pendidikan

yang tidak terlalu tinggi. Sebagian besar responden adalah berpendidikan Sekolah

Gambar

Tabel 1. Jadwal Pemantauan Pengobatan TB MDR48
Tabel 2. Efek samping obat TB MDR48
Tabel 3. Pembagian dosis berdasarkan berat badan48
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin (n = 40)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian didapati distribusi karakteristik pasien berdasarkan kategori umur sebagai berikut: kategori umur penderita penyakit stroke terbanyak adalah

Mengetahui distribusi karakteristik penderita keratitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik tahun 2010-2011 yang meliputi: umur, jenis kelamin, pekerjaan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS yang mengalami IO sedang terbanyak pada umur > 30 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan rendah,

1) Berdasarkan distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis mengikut sosiodemografi yaitu umur terbanyak pada kelompok umur 16-30 tahun yaitu sebanyak 28 orang (35,0%);

Sebanyak 140 sampel yaitu penderita mioma uteri yang telah dirawat di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 20141. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang kelompok umur

Sebanyak 140 sampel yaitu penderita mioma uteri yang telah dirawat di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2014.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang kelompok umur

Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 66,3%, kelompok umur 1 – 10 tahun sebanyak 29,1%, pekerjaan sebagai

Rumah Sakit Haji Medan tahun 2005-2009 yang menyatakan bahwa proporsi. tertinggi penderita kanker berdasarkan umur berada dalam kelompok >