• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Penderita HIV/AIDS dengan Tingkat Infeksi Oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Penderita HIV/AIDS dengan Tingkat Infeksi Oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

HUBU TING PR UNGAN KA GKAT INFE PU ROGRAM S FAKU U RAKTERIS EKSI OPOR USAT HAJI JUJU 04

STUDI S2 IL ULTAS KE UNIVERSIT

STIK PEND RTUNISTIK I ADAM M

TESIS

Oleh UREN BR. S

47023010/ IK LMU KESE ESEHATAN TAS SUMAT MEDAN 2009

(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DENGAN TINGKAT INFEKSI OPORTUNISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas /Epidemiologi

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

JUJUREN BR. SITEPU 047023010/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN KARAKTERISTIK

PENDERITA HIV/AIDS DENGAN TINGKAT INFEKSI OPORTUNISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN Nama Mahasiswa : Jujuren Br. Sitepu

Nomor Induk Mahasiswa : 047023010

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet , MPH) Ketua

(Dra. Syarifah, M.S) (Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.Pd. KPTI)

Anggota Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 7 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet , M.P.H Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.Pd.KPTI 3. Prof Dr. Dra. Ida Yustin, M.Si

(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DENGAN TINGKAT INFEKSI OPORTUNISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014

(6)

ABSTRAK

Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981 dan

penyakit ini berkembang secara pandemik. Obat dan vaksin untuk mengatasi masalah tersebut belum ditemukan, sehingga menimbulkan penyakit infeksi oportunistik yang mengakibatkan kerugian yang tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga di bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan demografi. Menurut medical record di RSUP

HAM Medan penderita HIV/AIDS terus mengalami peningkatan, 11 orang pada tahun 2003 menjadi 824 orang pada tahun 2008.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan karakteristik penderita HIV/AIDS dengan jenis infeksi oportunistik di RSUP HAM Medan. Jenis penelitian dengan rancangan Cross Sectional. Populasi adalah 824 orang penderita HIV/AIDS

yang berobat di RSUP HAM Medan yang disurvei pada tahun 2008, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 120 orang penderita HIV/AIDS. Sampel diambil secara

purposif sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan

melihat medical record, dianalisis dengan uji chi square α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS yang mengalami IO sedang terbanyak pada umur > 30 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan rendah, dengan jenis pekerjaan yang menghasilkan uang dan lama terdiagnosa 0 – 4 tahun, dengan status gizi kurang dan dukungan sosial yang kurang, olah raga kurang, terapi pengobatan dan faktor resiko yang paling banyak adalah heteroseksual dan Injecting Drug User (IDU), dan tingkat IO yang paling banyak adalah tingkat IO sedang. Dan umur, jenis kelamin, lama terdiagnosa, pendidikan, status gizi, olah raga, dukungan sosial, terapi mempunyai perbedaan terhadap infeksi oportunistik yang dialami penderita HIV/AIDS, sedangkan pekerjaan tidak ada mempunyai perbedaan dengan infeksi oportunistik pada penderita HIV/AIDS.

Disarankan kepada RSUP HAM Medan supaya meningkatkan kegiatan penyuluhan, baik secara kelompok maupun individu terhadap penderita HIV/AIDS tentang mengonsumsi gizi sesuai dengan kebutuhan dan melakukan pengobatan yang sesuai dengan kondisi penderita serta memanfaatkan fisioterapi untuk melakukan olahraga bagi penderita HIV/AIDS dan menempatkan ahli gizi dan fisioterapi di Pusyansus dalam rangka mengurangi infeksi oportunistik pada penderita HIV/AIDS. Kepada keluarga penderita HIV/AIDS hendaknya memberikan dukungan sosial kepada penderita sehingga dapat mendukung dalam proses pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik. Kepada penderita HIV/AIDS hendaknya melakukan kegiatan olahraga secara teratur untuk mencegah terjadi infeksi oportunistik yang lebih berat.

(7)

ABSTRACT

The Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) constitutes a serious health problem throughout the world since 1981. This disease becomes pandemics. Yet medicine and vaccine to overcome the problem is not found, so that generate the disease of infection opportunistic even resulted in a lost not only on the health but also to social, economy, politics, cultures and the demography. According to the medical record at Adam Malik hospital , the patient of HIV/AIDS was increased from 11 patients in 2003 to 824 persons in 2008.

The objective of this study is to analyze the relationship of the characteristics of patients with HIV/AIDS with the type of opportunity infection found in the Adam Malik hospital.This research is cross sectional study. The population for this study were all of the 824 those patients of HIV/AIDS in the year 2008 and 120 of them were selected to be the sample which was taken by purposive sampling. The data obtained by an interview with a questionnaire also from medical record, and then analyzed it all with chi square test.

The result of study indicated that the patient HIV/AIDS with an opportunistic infection of moderate category mostly of aged ≥ 30 years old, male, with a lower education level, having profession in easy to make money, the length for diagnose 0 – 4 years, nutrition was poorly quality, social support was shortage, less body exercises, their treatment therapy adopted ARV only, still the most risk factor found such as hetero-sexual and Infecting Drug User (IDU), mostly them had a moderate IQ rate. Statistically the age, sex, length of diagnose, education level, nutrition status, body exercises, social support, as well as therapy had significant relationship with the opportunistic infection to the HIV/AIDS patients,, while their occupation had no relationship with the opportunistic infection to those HIV/AIDS patients.

It is suggested to Adam Malik hospital management 1) to appoint some nutritionist and physiotherapist expert on pusyansus – special treatment center in serving the public and improve their activity to give counseling specially regarding in consuming nutrition and body exercises to patient of HIV/AIDS, 2) encourage the family to support the patient, 3) to provide a schedule list for exercises regularly to help them prevent any opportunistic infections grow heavier.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya sehingga dengan izinNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Hubungan Karakteristik Penderita HIV/AIDS dengan Tingkat Infeksi Oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.

Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi.

Dengan segala ketulusan hati dan keikhlasan, peulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Dra. Syarifah, M.S, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 6. Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.Pd.KPTI, selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

7. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Komisi Penguji yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 8. Drh. Rasmaliah MKes. selaku Komisi Penguji yang dengan penuh perhatian

dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

Para dosen dan staf di lingkungan Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi.

Ucapan terma kasih yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta Suami Anderias Ginting, S.Pd, satu putra dan dua putri, Sabina Indy E. Br. Ginting, Jeremias T. Stefanus Ginting dan Brigita Sari K. Br. Ginting serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan sumbangan moril dan materil.

(10)

harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

\

Medan, Oktober 2014

Penulis,

Jujuren Br. Sitepu

(11)

RIWAYAT HIDUP

Jujuren Br. Sitepu lahir pada tanggal 11 Desember 1963 di Kabanjahe Kabupaten Karo, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Drs.Let Sitepu (Alm) dan Ibunda Lemuk Br. Bangun.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari Sekolah Dasar Katholik St. Xaverius Kabanjahe selesai tahun 1975, Sekolah Menengah Pertama Katholik St. Xaverius Kabanjahe selesai tahun 1979, Sekolah Menengah Atas Negeri Kabanjahe selesai tahun 1982, Akademi Keperawatan St. Carolus Jakarta selesai tahun1986, Program Pendidikan Bidan (Program B) di Akademi Perawatan/ PAM Keperawatan (Program Keguruan) Wijayakusuma Jakarta selesai tahun 1994, Program Studi Pendidikan Diploma IV Perawat Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya selesai tahun 2000, AKTA IV di Unimed Medan selesai tahun 2004.

Mulai bekerja sebagai pegawai swasta sebagai pelaksana perawatan tahun 1986 sampai 1991 di Rumah Sakit St. Carolus Jakarta, Tahun 1992 sampai 1995 berkerja sebagai tenaga pengajar di SPK Sarimutiara Medan, Tahun 1995 mulai bekerja sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil sebagai tenaga pengajar di SPK Dep.Kes RI Dili di Timor–Timur sampai tahun1999, Dosen Poltekes Medan Jurusan Kebidanan Medan tahun 2000 sampai sekarang.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Definisi HIV/ AIDS ... 9

2.2 Epidemiologi HIV/AIDS dan IO ... 10

2.3 Patogenesis HIV/AIDS dan IO ... 19

2.4 Jenis IO ... 20

2.5 Klasifikasi HIV/AIDS ... 21

2.6 Determinan Terjadi IO ... 24

2.7 Diagnosa HIV/AIDS ... 29

2.8 Dampak HIV/AIDS ... 29

2.9 Kebijakan Penanggulangan IO ... 31

2.10 Kebijaksanaan Depkes Menghadapi Masalah HIV/AIDS ... 32

2.11 Landasan Teori ... 36

2.12 Kerangka Konsep ... 37

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis dan Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 38

3.2.2 Waktu Penelitian ... 39

3.3 Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

(14)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4.1 Jenis Data ... 40

3.4.2 Cara Pengumpulan Data ... 40

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 41

3.5.1 Variabel ... 41

3.5.2 Definisi operasional ... 41

3.6 Metode Pengukuran ... 42

3.7 Metode Analisis Data ... 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 44

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 44

4.1.1 Pelayanan Kesehatan Penderita HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan ... 45

4.2 Hasil Penelitian ... ... 46

4.2.1 Analisis Univariat ... ... 46

4.2.1.1 Karaktiristik Penderita HIV/AIDS... ... 46

4.2.1.2 Faktor pendukung Penderita HIV/AIDS... ... 48

4.2.1.3 Faktor Determinan Penjebab HIV/AIDS... ... 49

4.2.1.4 Jenis IO Pada Penderita HIV/AIDS... ... 51

4.2.1.5 Gabungan Jenis IO Penderita HIV/AIDS... ... 51

4.2.1.6 Tingkat IO Penderita HIV/AIDS ... 52

4.2.2 Analisis Bivariat ... 53

4.2.2.1 Hubungan Umur Penderita HIV/AIDS Terhadap di RSUP HAM Tahun 2008 ... 53

4.2.2.2 Hubungan Jenis Kelamin Penderita HIV/AIDS terhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008... 54

4.2.2.3 Hubungan Lama Terdiagnosa Penderita HIV/AIDS terhadap IO di RSUP HAM Tahun 2008 ... 55

4.2.2.4 Hubungan Pendidikan Penderita HIV/AIDS terhadap IO di RSUP HAM Tahun 2008 ... 56

4.2.2.5 Hubungan Pekerjaan Penderita HIV/AIDS terhadap IO di RSUP HAM Tahun 2008 ... 56

4.2.2.6 Hubungan Konsumsi Gizi Penderita HIV/AIDS terhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008... 57

4.2.2.7 Hubungan Olahraga Penderita HIV/AIDS terhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008... 58

4.2.2.8 Hubungan Dukungan Sosial Penderita HIV/AIDS terhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008... 59

(15)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 61

5.1 Hubungan Umur Penderita HIV/AIDS Terhadap IO di RSUP HAM Tahun 2008... 61

5.2 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008 ... 63

5.3 Hubungan Lama Terdiagnosa Terhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008 ... 66

5.4 Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008 ... 68

5.5 Hubungan Pekerjaan Pada Penderita HIV/AIDSTerhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008 ... 69

5.6 Hubungan Konsumsi Gizi Terhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008 ... 71

5.7 Hubungan Olahraga Pada Penderita HIV/AIDSTerhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008 ... 73

5.8 Hubungan Dukungan Sosial Terhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008 ... 75

5.9 Hubungan Therapy Pada Penderita HIV/AIDSTerhadap IO Di RSUP HAM Tahun 2008 ... 76

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

6.1 Kesimpulan ... 79

6.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Klinis dan CD4 Pasien Remaja dan Orang Dewasa menurut CDC ... 22

2.2 Klasifikasi Klinis Infeksi Oportunistik HIV Pada Orang Dewasa Menurut WHO ... 23 2.3 Tahap Reaksi Psikologi Pasien HIV/AIDS (Stewart, 1997) ... 25 3.1 Metode Pengukuran Variabel Penelitian ... 26 4.1 Distribusi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Karakteristik di

RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008 ... 47 4.2 Distribusi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Faktor yang

Mendukung di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008 ... 48 4.3 Distribusi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Faktor Resiko di

RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008 ... 49

4.4 Distribusi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Gabungan Faktor Resiko Oportunistik di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun

2008 ... 50 4.5 Distribusi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Jenis Infeksi

Oportunistik di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008 ... 51 4.6 Distribusi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Gabungan Jenis

Infeksi Oportunistik di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun

2008 ... 52 4.7 Distribusi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Tingkat Jenis Infeksi

Oportunistik di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun

2008... ... 52

4.8 Distribusi Prevalens Rate IO Berdasarkan Umur Penderita

(17)

4.9 Distribusi Prevalens Rate IO Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun

2008 ... 54

4.10 Distribusi Prevalens Rate IO Berdasarkan Lama Terdiagnosa Penderita HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun

2008 ... 55

4.11 Distribusi Prevalens Rate IO Berdasarkan Pendidikan Penderita

HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008 ... 56

4.12 Distribusi Prevalens Rate IO Berdasarkan Pekerjaan Penderita

HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008 ... 57

4.13 Distribusi Prevalens Rate IO Berdasarkan Konsumsi Gizi Penderita HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun

2008 ... 58

4.14 Distribusi Prevalens Rate IO Berdasarkan Olahraga Penderita

HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008.... ... 59 4.15 Distribusi Prevalens Rate IO Berdasarkan Dukungan Sosial

Penderita HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun

2008 ... 60 4.16 Distribusi Prevalens Rate IO Berdasarkan Therapy Penderita

(18)

DAFTAR DIAGRAM

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Prevalens Rate Umur Penderita HIV/AIDS

terhadap IO di RSUP HAM Medan Tahun 2008 ... 62 5.2 Distribusi Prevalens Rate Jenis Kelamin Penderita HIV/AIDS

terhadap IO di RSUP HAM Medan Tahun2008 ... 65 5.3 Distribusi Prevalens Rate Lama Terdiagnosa Penderita HIV/AIDS

terhadap IO di RSUP HAM Medan Tahun 2008 ... 67 5.4 Distribusi Prevalens Rate Pendidikan Penderita HIV/AIDS

terhadap IOdi RSUP HAM Medan Tahun 2008 ... 68 5.5 Distribusi Prevalens Rate Pekerjaan Penderita HIV/AIDS

terhadap IO di RSUP HAM Medan Tahun 2008 ... 70 5.6 Distribusi Prevalens Rate Konsumsi Gizi Penderita HIV/AIDS

terhadap IO di RSUP HAM Medan Tahun 2008 ... 72 5.7 Distribusi Prevalens Rate Olahraga Penderita HIV/AIDS

terhadap IO di RSUP HAM Medan Tahun 2008 ... 74 5.8 Distribusi Prevalens Rate Dukungan Sosial Penderita HIV/AIDS

(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Informed Consent Penelitian ... ... 84

2 Kuesioner Penelitian ... ... 85

3 Tabel Frekuensi ... ... 90

4 Hasil Crosstab ... ... 92

5 Validitas dan Reliability Pertanyaan ... ... 101

6 Surat Ijin Penelitian ... ... 103

(21)

ABSTRAK

Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981 dan

penyakit ini berkembang secara pandemik. Obat dan vaksin untuk mengatasi masalah tersebut belum ditemukan, sehingga menimbulkan penyakit infeksi oportunistik yang mengakibatkan kerugian yang tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga di bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan demografi. Menurut medical record di RSUP

HAM Medan penderita HIV/AIDS terus mengalami peningkatan, 11 orang pada tahun 2003 menjadi 824 orang pada tahun 2008.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan karakteristik penderita HIV/AIDS dengan jenis infeksi oportunistik di RSUP HAM Medan. Jenis penelitian dengan rancangan Cross Sectional. Populasi adalah 824 orang penderita HIV/AIDS

yang berobat di RSUP HAM Medan yang disurvei pada tahun 2008, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 120 orang penderita HIV/AIDS. Sampel diambil secara

purposif sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan

melihat medical record, dianalisis dengan uji chi square α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS yang mengalami IO sedang terbanyak pada umur > 30 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan rendah, dengan jenis pekerjaan yang menghasilkan uang dan lama terdiagnosa 0 – 4 tahun, dengan status gizi kurang dan dukungan sosial yang kurang, olah raga kurang, terapi pengobatan dan faktor resiko yang paling banyak adalah heteroseksual dan Injecting Drug User (IDU), dan tingkat IO yang paling banyak adalah tingkat IO sedang. Dan umur, jenis kelamin, lama terdiagnosa, pendidikan, status gizi, olah raga, dukungan sosial, terapi mempunyai perbedaan terhadap infeksi oportunistik yang dialami penderita HIV/AIDS, sedangkan pekerjaan tidak ada mempunyai perbedaan dengan infeksi oportunistik pada penderita HIV/AIDS.

Disarankan kepada RSUP HAM Medan supaya meningkatkan kegiatan penyuluhan, baik secara kelompok maupun individu terhadap penderita HIV/AIDS tentang mengonsumsi gizi sesuai dengan kebutuhan dan melakukan pengobatan yang sesuai dengan kondisi penderita serta memanfaatkan fisioterapi untuk melakukan olahraga bagi penderita HIV/AIDS dan menempatkan ahli gizi dan fisioterapi di Pusyansus dalam rangka mengurangi infeksi oportunistik pada penderita HIV/AIDS. Kepada keluarga penderita HIV/AIDS hendaknya memberikan dukungan sosial kepada penderita sehingga dapat mendukung dalam proses pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik. Kepada penderita HIV/AIDS hendaknya melakukan kegiatan olahraga secara teratur untuk mencegah terjadi infeksi oportunistik yang lebih berat.

(22)

ABSTRACT

The Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) constitutes a serious health problem throughout the world since 1981. This disease becomes pandemics. Yet medicine and vaccine to overcome the problem is not found, so that generate the disease of infection opportunistic even resulted in a lost not only on the health but also to social, economy, politics, cultures and the demography. According to the medical record at Adam Malik hospital , the patient of HIV/AIDS was increased from 11 patients in 2003 to 824 persons in 2008.

The objective of this study is to analyze the relationship of the characteristics of patients with HIV/AIDS with the type of opportunity infection found in the Adam Malik hospital.This research is cross sectional study. The population for this study were all of the 824 those patients of HIV/AIDS in the year 2008 and 120 of them were selected to be the sample which was taken by purposive sampling. The data obtained by an interview with a questionnaire also from medical record, and then analyzed it all with chi square test.

The result of study indicated that the patient HIV/AIDS with an opportunistic infection of moderate category mostly of aged ≥ 30 years old, male, with a lower education level, having profession in easy to make money, the length for diagnose 0 – 4 years, nutrition was poorly quality, social support was shortage, less body exercises, their treatment therapy adopted ARV only, still the most risk factor found such as hetero-sexual and Infecting Drug User (IDU), mostly them had a moderate IQ rate. Statistically the age, sex, length of diagnose, education level, nutrition status, body exercises, social support, as well as therapy had significant relationship with the opportunistic infection to the HIV/AIDS patients,, while their occupation had no relationship with the opportunistic infection to those HIV/AIDS patients.

It is suggested to Adam Malik hospital management 1) to appoint some nutritionist and physiotherapist expert on pusyansus – special treatment center in serving the public and improve their activity to give counseling specially regarding in consuming nutrition and body exercises to patient of HIV/AIDS, 2) encourage the family to support the patient, 3) to provide a schedule list for exercises regularly to help them prevent any opportunistic infections grow heavier.

(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistim

kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi, sehingga tubuh kekurangan kekebalan mengakibatkan tubuh mudah diserang penyakit yang disebut dengan Acguired Immune Deficiency Syndrome

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah

kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pademi. Obat dan vaksin untuk mengatasi masalah tersebut belum ditemukan, yang mengakibatkan kerugian yang tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga di bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan demografi.

Menurut data World Health Organisation (WHO) pada tahun 2005 penderita

HIV/AIDS 40,3 juta jiwa dan jumlah kematian disebabkan HIV/AIDS 3,1 juta. Di Negara berkembang khususnya di ASIA memiliki pertumbuhan HIV/AIDS yang paling cepat pada tahun 2005 dengan jumlah penderita 25,8 juta dan jumlah kematian akibat HIV/AIDS 2,4 juta (WHO, 2005).

(24)

tahun 2001 penderita HIV/AIDS meningkat menjadi 951 orang, dan pada tahun 2004 juga terjadi peningkatan penderita HIV/AIDS menjadi 1.844 orang. Pada tahun 2005 peningkatan penderita HIV/AIDS cukup tinggi yaitu 7.090 orang pada bulan Juni, terus bertambah pada bulan September sebanyak 7.250 penderita, pada akhir bulan Desember menjadi 8.565. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa peningkatan penderita HIV/AIDS yang terus-menerus.

Dalam triwulan April sampai dengan Juni 2007 telah terdapat tambahan 874 kasus baru HIV/AIDS dan jumlah penderita HIV/AIDSsebanyak 701 kasus. Dilaporkan Januari sampai Juni 2007 penderita HIV/AIDS 2.078 kasus baru dan jumlah penderita HIV/AIDS1.495 kasus baru. Di Indonesia sejak 1 Januari 1987 sampai dengan Juli 2007 jumlah penderita HIV/AIDS 15.502 kasus dan jumlah penderita HIV/AIDS 9.689 kasus. Pada tahun 2008 sejak bulan Januari sampai 30 Juni 2008 terdapat penderita HIV/AIDS baru 212 kasus, dan jumlah penderita HIV/AIDS sejumlah 1.546 kasus. Jadi jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS sejak 1987 sampai dengan Juni 2008 terdapat 12.686 kasus HIV, dan 6.277 kasus AIDS. ( Ditjen PPM &PL Depkes RI)

(25)

resiko adalah heteroseksual, homoseksual, intradrug user, transfusi darah, ibu rumah

tangga dan tidak diketahui faktor penyebab (KPNAD SUMUT, 2007).

Menurut catatan rekam medik penderita HIV/AIDS yang di rawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan juga mengalami peningkatan dari 11 orang yang dirawat pada tahun 2003 menjadi 57 orang pada tahun 2004. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 68 orang dan pada bulan Juni 2007 meningkat menjadi 72 orang. Pada tahun 2008 pada bulan Desember peningkatan kasus HIV/AIDS cukup tinggi dimana jumlah penderita HIV/AIDS berjumlah 824 kasus.

Secara fisiologis HIV/AIDS menyerang sistem kekebalan tubuh penderita mengakibatkan kadar Cluster Differentiated (CD4) menurun dengan cepat, dan

penderita mengalami stress, penderita tidak segera berobat atau mencari pelayanan tetapi menutup diri. Jika ditambah dengan stress yang berkepanjangan maka akan mempercepat terjadinya HIV/AIDS, karena dengan stress terjadi peningkatan hormon adrenalin yang menghasilkan kortisol dalam jumlah besar sehingga menekan system immune yang mengakibatkan kadar CD4 yang kurang dari 200 µ/sel akan

menimbulkan Infeksi oportunistik (IO) yang berat. (Nursalam, 2005)

Infeksi ini di setiap negara berbeda, tergantung pada mikroba yang ada di negara itu seperti di Afrika Barat, Afrika Timur dan Afrika Tengah, dimana IO yang sering dijumpai adalah sarkoma kaposi, histoplasmosis dan juga kriptokokus dengan

kadar CD4 200 µ/sel. Sebagian di Afrika bagian lain sering dijumpai spesies Salmonella non typhoidal, pnemokokus dan sebagian kecil mikrobacterium dengan

(26)

sering terjadi adalah infeksi jamur penicillium dan Anemia dengan kadar CD4

kurang dari 200 µ/sel.

( Alison D Grant, Kevin M De Cock.BMJ, 2001)

Di Indonesia IO yang terjadi adalah candidiasis esofagus, tuberkulosis, cytomegalovirus, ensefalitis toksoplasmosis, pneumonia pneumocystis carinii, herpes

simplek, mycobacterium avium complex, kriptokokosis, histoplasmosis paru, dengan

jumlah kadar CD4 rata -rata kurang dari 400 µ/sel sampai 110 µ/sel. Di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, IO paling sering terjadi adalah tuberculosis, toksoplasmosis di otak

dan sitomegalovirus dengan jumlah kadar CD4 rata–rata 200 µ/sel sampai 118 µ/sel

dan lebih banyak dijumpai pada laki–laki dari pada perempuan dengan umur 20-29 tahun. Di rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, IO terbanyak adalah infeksi

tuberkulosis, kandidiasis dan diare kronik, toxoplasma ensepalitis serta pneumonia,

dimana kadar CD4 kurang dari 200 µ/sel, juga lebih banyak dijumpai pada laki–laki, serta berumur 25 -35 tahun (Djauzi, 2005).

Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan menurut penelitian Realsyah, dkk., penyakit IO yang paling besar dari tahun ke tahun adalah kandidiasis

rongga mulut, tuberkulosis paru, pneumonia, diare demartitis/infeksi kulit dengan

kadar CD-4 rata–rata antara 200 µ/sel – 110 µ/sel, namun dari 57 orang penderita yang diteliti, belum diketahui gambaran demografik penderita. (Realsyah ,dkk, 2005)

(27)

perawatan di rumah sakit dan di rumah selama perjalanan penyakit, dan perawatan yang diberikan tidak hanya pemberian pengobatan sesuai dengan gejala, melaksanakan pelayanan pencegahan yang efektif dan didukung dengan pemberian dukungan sosial, nutrisi dan olahraga yang cukup. (Mark, 2006)

Promosi gizi yang baik karena nutrisi yang seimbang berguna untuk mepertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem immun, meningkatkan

kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup tetap aktif dan berproduktif. (Sediautomo ,2006).

Dengan berolahraga akan meningkatkan adaptasi sirkulasi darah, sehingga mencapai kapasitas kerja optimal. Selama berolahraga terjadi adaptasi system immune

meliputi leukositosis akut yang berfungsi membunuh bakteri dan meningkatkan

antibody, peningkatan komplemen interkulin I yang berfungsi sebagai imunostimulator, meningkatkan limfosit B dan T. (Putu, 2003)

Dukungan sosial yang membentuk kelompok dukungan masyarakat untuk memberikan dukungan sosial pada penderita HIV/AIDS dan para pendampingnya. Kelompok ini akan meningkatkan dan menciptakan sumber pendapatan, mengurangi dan menyingkirkan stigma, diskriminasi, membangun sikap positif masyarakat

(28)

adrenalin akan menghasilkan kortisol dalam jumlah seimbang pada system immune.(Barelett J.G. dkk, 2004).

Hasil survey awal yang dilakukan peneliti, penderita yang datang dengan IO yang sudah berat dan pelayanan holistik yang diberikanpun kurang memadai seperti

nutrisi yang seadanya, olahraga kurang dilakukan, dan keluarganya jarang bahkan tidak pernah memberi dukungan sosial kepada penderita yang sudah dirawat. Sehingga penderita jarang yang dipulangkan ke rumah. Hal ini membuat peneliti tertarik melakukan penelitian dan ingin mengetahui bagaimana hubungan karakteristik penderita HIV/AIDS dengan IO di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan karena rumah sakit ini adalah salah satu tempat penderita HIV/AIDS yang dirawat dan merupakan rumah sakit rujukan bagi penderita HIV/AIDS di Sumatera Utara.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut, maka rumusan masalah yang diambil peneliti adalah: “ Belum Diketahuinya Hubungan Karakteristik Penderita HIV/AIDS Dengan Tingkat Infeksi Oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.

1.3 Tujuan Penelitian

(29)

berdasarkan umur, jenis kelamin, lamanya terdiagnosa HIV/AIDS, pendidikan, pekerjaan, status gizi, olahraga, therapy yang digunakan dan dukungan sosial.

1.4 Hipotesis

1. Ada hubungan umur penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

2. Ada hubungan jenis kelamin penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO. 3. Ada hubungan lama terdiagnosa penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO. 4. Ada hubungan pendidikan penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO. 5. Ada hubungan pekerjaan penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO. 6. Ada hubungan status gizi penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO. 7. Ada hubungan olahraga penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO. 8. Ada hubungan therapy penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

9. Ada hubungan dukungan sosial penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan untuk menyusun strategi penangulangan IO.

1.5.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar yang berguna untuk penelitan lebih lanjut dalam penanganan dan penanggulangan IO.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep HIV/AIDS dan Infeksi Oportunistik 2.1.1 Definisi Human Immune deficiency Virus ( HIV )

Human Immune deficiency Virus ( HIV ) adalah virus yang menyerang

sistim kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan Acguired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

AIDS adalah merupakan kumpulan beberapa penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh sehingga mudah terkena infeksi, AIDS disebabkan oleh

Human Immune deficiency Virus (HIV), menyebabkan kerusakan sistem immun dan

menghancurkannya. Sistem imun yang rusak atau hancur adalah limfosif T dan CD4

yang berfungsi untuk regulasi sistem immun dan membunuh sel yang menghasikan

antigen target khusus. (De Cock KM dkk, 2000).

CD4 (Cluster Differentiated 4) adalah nama bagian dari permukaan sel

T-limfosit yang disebut sebagai reseptor atau pengikat terhadap virus HIV. Tidak

semua sel–T limfosit mempunyai CD4. Jumlah sel T-limfosit yang mempunyai CD4

disebut sebagai kadar CD4, yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan kuman penyakit dan menyebabkan adanya kekebalan tubuh yang tergolong dalam imunitas seluler. Kadar CD4 dalam darah dapat diukur dengan pemeriksaan

laboratorium (Umar Zein, 2007).

(31)

Tanda-tanda utama HIV yaitu penurunan berat badan, demam dan berkeringat hebat pada malam hari, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar pada leher dan ketiak, batuk secara terus menerus sehingga dapat terjadi pneumonia, TBC, Cytomegalovirus, disfungsi hati, dan gangguan sistem saraf pusat (Yunihastuti,

2005). Infeksi yang disebabkan oleh kelemahan pertahanan kekebalan tubuh disebut dengan Infeksi oportunistik (IO).

IO adalah infeksi yang timbul akibat penurunan kekebalan tubuh. Infeksi ini dapat timbul karena mikroba (bakteri, jamur, virus) yang berasal dari luar tubuh, maupun yang sudah ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkendali oleh kekebalan tubuh (Yunihastuti dkk, 2005).

IO merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada penderita

HIV/AIDS di Indonesia. Penyakit ini masih sulit untuk ditanggulangi dan sampai saat ini belum ditemukan metode yang dapat dikatakan efektif mencegah terjadinya IO (Depkes, 2003).

2.2 Epidemiologi Infeksi Oportunistik (IO) 2.2.1 Distribusi dan Frekuensi IO

a. Variabel Orang 1) Umur

(32)

tidak jauh berbeda. Kelompok terbesar berada pada umur 30-39 tahun, dan sekarang berada pada umur 15-39 tahun. Mereka termasuk kelompok umur yang aktif melakukan hubungan seksual. (Info terkini, UNSAID 2003). Delapan puluh persen dari semua penderita IO yang tercatat di Centers for Diseases Control (CDC) berusia

20 sampai 49 tahun (Chin James, 2000). Di Indonesia penderita HIV/AIDS dengan IO terdapat golongan umur 20 -29 tahun dan pada umur 30 -39 tahun (Ditjen PPM & PL Depkes RI). Di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, distribusi umur penderita IO berusia 25 - 49 tahun, di Rumah Sakit Sulianti Soroso dan Rumah Sakit Cipto Jakarta, penderita IO berumur 20 sampai 49 tahun. Pada umumnya penderita HIV/AIDS berumur 15-39 tahun dan insiden terbanyak pada umur 20-29 tahun, dan IO yang dialami penderita adalah defisiensi sedang, dimana CD4 < 200 μ/sel. Pada usia tersebut kematangan dari sistem immun belum mencapai 100%, bila sudah

terkena virus HIV/AIDS maka kematangan immun di dalam tubuh tidak terjadi.

(Ditjen PPM & PL Depkes RI) 2) Jenis Kelamin

Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki–laki maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki–laki dan perempuan. Ini disebabkan karena perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup dan perilaku hidup dan kondisi fisiologis (Budiarto Eko, 2000).

(33)

meskinpun demikian secara proporsi penderita wanita cenderung meningkat, bahkan di Amerika Latin, Eropah, Sub Sahara dan Asia, jumlah perempuan terinfeksi HIV/AIDS meningkat. (Glasier A, 2005)

IO di Amerika Serikat , Swedia,Tanzania, Haiti dan di Afrika Barat, Afrika Timur dan Afrika Tengah, IO juga lebih banyak laki -laki. (Alison D Grant, Kevin M De Co, BMJ,2001).

Di Indonesia juga rata-rata di seluruh rumah sakit yang merawat penderita HIV/AIDS dengan IO cenderung jenis kelamin laki-laki .

3) Pekerjaan

Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distribusi penyakit (Budiarto Eko,2004). Yang mempunyai risiko tinggi untuk terinfeksi HIV/AIDS antara lain: orang yang bekerja di tempat hiburan, supir jarak jauh, nelayan, anak buah kapal, PSK. (Maas T.Linda dkk,2004).

Pada perempuan yang paling banyak terinfeksi HIV adalah perempuan yang berpenghasilan rendah atau tidak memiliki penghasilan, karena sebagian besar perempuan yang terkena adalah yang pekerjaannya Pekerja Seks Komersial (PSK) (UNAIDS, 2005).

4) Pendidikan

(34)

Di Indonesiapun penderita IO adalah laki–laki dengan tingkat pendidikan belum diketahui dengan pasti.

Di Sumatera Utara dan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, penderita IO dengan tingkat pendidikan yang belum diketahui.

b. Variabel Waktu

Variabel waktu merupakan faktor kedua yang diperhatikan ketika melakukan analisis morbiditas dalam studi epidemiologi karena pencatatan laporan insidensi

dan prevalensi penyakit didasarkan pada waktu. (Budiarto Eko, 2004). Prevalensi

HIV/AIDS dari tahun ke tahun yang dilaporkan meningkat tapi jumlah penderita IO tidak sesuai dengan prevalensi HIV/AIDS. (BPS,2003).

c. Variabel Tempat

Tempat merupakan salah satu variabel yang penting dalam epidemiologi karena pengetahuan tempat atau lokasi penyakit–penyakit sangat dibutuhkan (Budiarto Eko,2004). IO yang timbul pada penderita HIV/AIDS tergantung kepada kuman aerob yang ada pada wilayah itu seperti di Tanzania dan Haiti jenis IO adalah pneumonia pneumocystis carinii. Di Afrika Barat, Afrika Timur dan Afrika

Tengah, IO sarkoma kaposi, histoplasmosis dan kriptokokus. Sebagian di Afrika IO

adalah spesies Salmonella non thypiodal, pnemokokus dan sebagian infeksi jamur penicillium. ( Alison D Grant, Kevin M De Co, BMJ,2001).

Di Indonesia IO kandidiasis mulut dan esophagus, tuberculosis, cytomegalovirus, ensefalitis toksoplasma, pneumonia pnemocystia carinii, herpes

(35)

Di Sumatera Utara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan IO yang terjadi adalah candidiasis rongga mulut, tuberculosis paru, pneumonia, diare, dermatitis/infeksi kulit. (Zein, 2005).

2.2.2 Determinan HIV/AIDS

HIV/AIDS adalah penyebab terbesar terjadinya penyakit IO karena, HIV/AIDS adalah virus yang meyerang sel-sel darah putih yang bertugas sebagai penangkal infeksi yang disebut limfosit –T atau disebut juga cluster differentiated

(CD-4) yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kekurangan kekebalan yang disebut dengan HIV/AIDS sehingga tubuh mudah diserang penyakit infeksi yang disebut dengan Infeksi Oportunistik (IO). IO merupakan salah satu dari

penyebab terbesar kematian penderita HIV/AIDS di dunia. Penyebab pasti dari IO belum diketahui secara pasti, namun meskipun demikian dari beberapa penelitian dapat diketahui beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian IO pada penderita HIV/AIDS. Secara umum Ada 5 unsur yang diperhatikan pada suatu tansmisi

penyakit menular, yaitu: sumber penyakit, venhikulum yang membawa agent

penyakit, host yang rentan, adanya tempat keluar dan adanya tempat masuk (port and, entry).(Pair JP, dkk 1977).

a.Transmisi

Virus HIV/AIDS sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh manusia. Sebagai venhikulum yang dapat membawa HIV/AIDS ini keluar dari tubuh adalah

(36)

berhubungan dengan unsur keluar masuknya agent adalah: a. Transmisi seksual yang

berhubungan dengan segmen dan cairan vagina/servik, b. Transmisi non seksual yang

berhubungan dengan darah yaitu parenteral dan transmisi tranplasental dari ibu

kepada janin ( Pringgoutomo S dkk, 2007) (a)Transmisi Seksual

Penularan melalui hubungan Seksual baik homoseksual maupun heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV/AIDS yang paling serius terjadi, penularan cara ini berhubungan dengan segmen dan cairan vagina atau serviks. lnfeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV/AIDS kepada pasangan seksnya.

Resiko penularan HIV/AIDS tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks, dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Narang (2000) ditemukan resiko seropositivitas untuk zat anti terhadap HIV/AIDS cendrung naik

pada hubungan seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap, orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan memperlihatkan kelompok manusia yang beresiko tinggi terinfeksi virus HIV/AIDS, transmisi seksual baik homo

maupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Hal ini terbukti pada data

(37)

(b)Transmisi Non Seksual

Transmisi parenteral akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya

(alat tindik) yang telah terkontaminasi misalnva pada penyalahgunaan narkotika suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parenteral

ini kurang dari 1%. Di Indonesia pada tahun 2007 jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS yang tertular secara transmisi parenteral sebanyak 155 kasus. Pada tahun

2008 sebanyak 202 kasus. Secara Intra Drug User (IDU) sebanyak 4.798 kasus pada

tahun 2007 pada tahun 2008 sebanyak 5839 kasus (Ditjen PPM & PL Depkes RI)

Transmisi darah melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara

Barat sebelum tahun 2000. Sesudah tahun 2000 transmisi melalui jalur ini di negara

Barat sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum ditransmisikan. Resiko tertular infeksi HIV/AIDS lewat transfusi darah adalah lebih dari 90%, artinya bila seseorang mendapat transfusi darah yang terkontaminasi HIV/AIDS, maka dipastikan bahwa yang bersangkutan akan menderita HIV/AIDS sesudah itu.

Di Negara sedang berkembang resiko tertular lewat transfusi darah meningkat dua kali. Di Indonesia tahun 2008 penderita tertular karena transfusi 10 kasus (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2008)

Transmisi Transplasental/perinatal, penularan dari ibu yang mengandung

(38)

penularan dengan resiko rendah. Dan ada data yang tidak diketahui faktor resiko yang tercatat dengan jumlah kasus 291 pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 jumlah kasus menjadi 297 kasus (Ditjen PPM & PL Depkes,2008)

b. Bibit Penyakit (Agent)

HIV/AIDS merupakan virus yang meyerang sel – sel darah putih yang merupakan kekebalan tubuh disebut limfosit T atau CD-4, mengakibatkan terjadi

kekurangan kekebalan tubuh sehingga CD-4 menurun, penyebab IO termasuk

Retrovirus yang mudah mengalami mutasi sehingga sulit untuk membuat obatnya

yang dapat membunuh virus tersebut. Virus HIV/AIDS sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh. HIV/AIDS termasuk Virus yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan

seperti air mendidih, sinar matahari dan berbagai desinfektan.(Calles,R.R.2000)

Ditinjau dari sudut epidemiologi, IO yang terjadi tergantung kepada jumlah

CD4 yang diserang oleh virus HIV/AIDS (agent) pada penderita. Semakin banyak sel limfosit T yang diserang semakin parah IO .

c. Faktor Penjamu (Host)

Distribusi golongan umur penderita HIV/AIDS di Amerika Serikat, Eropa, Afirika dan Asia tidak jauh berbeda. Kelompok terbesar berada pada umur 30 -39 tahun, sekarang pada umur 15 -39 tahun, karena mereka termasuk kelompok umur yang aktif melakukan hubungan seksual (UNSAID, 2006)

(39)

2008 golongan umur 20- 29 tahun jumlah kasus menjadi 6364 kasus dan pada usia 30-39 tahun menjadi 3298 kasus (Ditjen PPM &PL Depkes RI) .

d. Faktor Lingkungan (Environment)

Lingkungan biologis, sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan penyebaran HIV/AIDS. Lingkungan biologis antara lain adanya luka-luka pada alat

genitalia, herpes simplex dan syphilis meningkatkan prevalensi penularan HIV/AIDS.

Demikian juga dengan penggunaan obat KB pada kelompok wanita tuna susila di Nairobi, dapat meningkatkan penularan HIV/AIDS. Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual masyarakat. Bila faktor-faktor ini mendukung pada perilaku seksual yang bebas akan meningkatkan penularan HIV/AIDS dalam masyarakat.

Di Indonesia tersebar pada 32 propinsi dan yang paling tinggi kasus HIV/AIDS pada Propinsi DKI Jakarta, Papua dan Sumatra Utara urutan Ke 7 (Tujuh).

(40)

2.3 Patogenesis HIV/AIDS

Dasar utama patogenesis HIV/AIDS adalah virus yang meyerang sel-sel darah putih dan sel otak sebagai sasaran. Sel-sel darah putih atau disebut limfosit adalah

merupakan kekebalan tubuh, sel darah putih yang diserang adalah limfosit-T,

sehingga kurangnya jenis Limfosit-T (helper/inducer) yang mengandung marker

CD4 (sel T4). Limfosit merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung

maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi imunologik. Kelainan selektif pada satu jenis sel menyebabkan kelainan selektif pada satu jenis sel. Human Immunodeficiency Virus mempunyai tropisme selektif terhadap sel T4, karena

molekul CD4 yang terdapat pada dindingnya adalah reseptor dengan affinitas yang

tinggi untuk virus ini. Setelah HIV/AIDS mengikat diri pada molekul CD4, virus masuk ke dalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan enzym reverse transcryptase ia merubah bentuk RNA-nya menjadi DNA agar dapat bergabung

menyatakan diri dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan

mengundang bahan genetik virus infeksi oleh HIV/AIDS dengan demikian menjadi

irreversibel dan berlangsung seumur hidup. Berbeda dengan virus lain, virus

(41)

dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi.

HIV/AIDS mungkin juga secara lansung menginfeksi sel-sel syaraf menyebabkan kerusakan neurologis. (Baratawijaya, 2000)

2.4 Jenis Infeksi Oportunistik (IO)

IO melibatkan hampir semua sistem dalam tubuh dan gejala yang ditimbulkan tergantung dari kuman penyakit yang menyerang.

2.4.1 Pneumonia Pneumocytis Carini (PCP)

Pada umumnya IO pada HIV/AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam, dan demam.

2.4.2 Cytomegolo Virus (CMV).

Pada manusia, virus ini 50% hidup sebagai kuman pada paru tetapi dapat menyebabkan penyakit pneumocystis (merupakan penyebab kematian pada 30% penderita HIV/AIDS).

2.4.3 Mycobacterium Avium

Menimbulkan pneumoni difus yang timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.

2.4.4 Mycobacterium Tuberculosis

Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain di luar paru.

2.4.5 Manifestasi pada Gastrointestinal

(42)

2.4.6 Manifestasi Neurologis

Sekitar 10% penderita HIV/AIDS menunjukkan manifestasi Neurologis yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah

ensifalitis, meningitis, demensia, milopati dan neuropati perifer.

2.4.7 Thrush

Pertumbuhan berlebihan jamur candidias di dalam mulut, vagina dan

kerongkongan, biasanya infeksi ini yang pertama kali muncul.

2.5 Klasifikasi Klinis HIV/AIDS

Terdapat berbagai klasifikasi HIV/AIDS, dua diantaranya menurut Centra Diseases Control (CDC) dan WHO adalah sebagaimana tampak pada tabel 1 dan 2 di

(43)
[image:43.612.113.538.159.509.2]

Tabel 2.1 Klasifikasi Klinis dan CD4 Pasien Remaja dan Orang Dewasa menurut CDC

CD4 Infeksi

Primer Defisiensi Ringan Defisiensi Sedang Defisiensi Imun Berat Sindro

m retrovir al

Kandidiasi s vagina

Tuberkulosi s Pneumonia Herper zoster Tinea Mulloscom Contagiosu m Kandidiasis Orofaring Onikomikosi s Gingivitis Pnemonia Pneumocytis Histoplasma Koksidioidomik osisi TB milier dan ektra Pulmoner Progressive multifocal Leucoencephal o- pathy Herpes Simpleks Toxoplasmos is Kriptokokosi s Esofagitis kandidiasis Cytomegalovir us Mycobacterium Avium complex

(44)

Tabel 2.2 Klasifikasi Klinis IO HIV/AIDS pada Orang Dewasa menurut WHO

Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas

I 1. Asimptomatik

2. Limfadenopati generalisata

Asimptomatik, aktifitas normal

II 3. Berat badan menurun <10%

4. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti, dermatisis seboroik, prurigo, onikomikosis, ulkus oral yang rekuren, kheilitis angularis

5. Herpes zoster dalam lima tahun terakhir

6. Infeksi saluran nafas bagian atas seperti sinusitis bakterialis

Simptomik, aktifitas normal

III 7. Berat badan menurun > 10%

8. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

9. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan 10.Kandidiasis orofaringeal

11.Oral Hairy leukoplakia

12. TB paru dalam tahun terakhir

13.Infeksi bacterial yang berat seperti pnemonia, piomiositis

Pada umunya lemah, aktifitas di tempat tidur kurang dari 50%

IV 14. HIV/AIDS Wasting syndrome seperti yang didefinisikan oleh CDC

15. Pnemonia Pneumocysitis carinii 16.Toksoplasmosis otak

17.Diare kriptosporidiosis lebih dari satu bulan

18. Kriptokokosis ekstrapulmonal 19.Retinitis virus sitomegalo

20.Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan 21.Leukoensefalotopi multifokal progresif 22.Mikosis diseminata seperti

histoplasmosis

23. Kandidiasis di esophagus, trakea, bronkus dan paru

24.Mikobakteriosis atipikal diseminat 25.Septisemia salmonelosis non tifoid 26.Tuberkulosis di luar paru

27. Limfoma 28.Sarkoma Kaposi

29. Ensefalopati HIV/AIDS**

Pada umunya sangat lemah, aktifitas di temapt tidur lebih dari 50%

[image:44.612.121.528.144.688.2]
(45)

* HIV/AIDS wasting syndrome: Berat badan turun lebih dari 10% ditambah diare kronik lebih dari 1 bulan atau demam lebih dari 1 bulan yang tidak disebabkan oleh penyakit lain

**Ensefalopati HIV/AIDS: Gangguan kognitif dan atau disfungsi monotorik yang mengganggu aktifitas hidup sehari-hari dan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang tidak disertai oleh penyakit penyerta lainnya selain HIV/AIDS.

2.6 Determinan Terjadinya IO (Faktor Memengaruhi)

Faktor yang mempengaruhi IO pada penderita HIV/AIDS adalah : 2.6.1 Gizi

Kekurangan gizi lebih berisiko terhadap penyakit infeksi karena tanggapan kekebalannya tidak cukup. Infeksi kemudian mengarah pada peradangan dan keadaan gizi yang memburuk, yang memperburuk sistem kekebalan. Dampak dari penyakit HIV/AIDS dapat menjadi lebih buruk dari pada orang yang terinfeksi kekurangan gizi. Kekurangan gizi bagi penderita HIV/AIDS menunjukkan penurunan jumlah sel CD4, dan sel ini kurang mampu untuk menggandakan diri atau menanggapi organisme yang menular seperti virus yang hidup dalam diri mereka. Mekanisme lain yang membunuh organisme infeksi juga ditekan pada malnutrisi.

Nutrisi yang sehat seimbang dibutuhkan pada penderita HIV/AIDSyang berfungsi mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan, mengganti kehilangan vitamin dan mineral, meningkatkan fungsi imun dan kemampuan tubuh untuk

memerangi infeksi, meningkatkan respon terhadap pengobatan, menjaga agar

(46)

Prinsip pemberian nutrisi pada penderita HIV/AIDS harus diberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, kaya vitamin, mineral dan cukup air. Kebutuhan protein pada penderita HIV/AIDS sebesar 85-75 gram dan kalori sebesar 2400-2500 setiap hari, sehingga IO tidak makin berat. Syarat nutrisi pada penderita HIV/AIDSadalah:

a. Kebutuhan Gizi ditambah 10 – 25% lebih dari kebutuhan minimum yang dianjurkan

b. Diberikan dalam porsi kecil tapi sering dan teratur c. Disesuaikan dengan IO yang meyertainya

d. Mengkonsumsi sayur–sayuran dan buah–buahan dalam bentuk jus e. Minum susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi

f. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan basi, jamur

g. Makanan bebas dari pestisida, makanan harus dimasak, bila disimpan dilemari es, sebelum dimakan dipanaskan terlebih dahulu, dan jangan menyimpan makanan yang sudah dimasak dengan yang mentah pada wadah yang sama.

h. Bila penderita mendapat therapy ARV, pemberian makanan disesuaikan

dengan jadwal minum obat.

i. Menghindari makanan yang merangsang, makan-makanan mentah dan setengah matang, makanan kaleng.

(47)

l. Jika tidak dapat makan per oral berikan dalam bentuk parenteral (Depkes,2003)

m. Hindari jajan (Dirjen Pemberantasan Penyakit menular, 2007) 2.6.2 Dukungan Sosial

Mengalami penyakit HIV/AIDS akan membangkitkan berbagai perasaan yaitu frustrasi, cemas, penyangkalan, rasa malu, berduka dan ketidakpastian mengakibatkan corticotropin releasing factor (CRF) dihipofisis memacu

pengeluaran adrenal coticotropinc hormone (ACTH) untuk mempengaruhi kelenjar

[image:47.612.115.519.415.667.2]

korteks adrenal agar menghasilkan kortisol dalam jumlah yang besar sehingga menekan sistem imun maka sistem kekebalan tubuh turun.

Tabel 2.3 Tahap reaksi psikologi pasien HIV/AIDS (Stewart, 1997) adalah : Reaksi Proses Psikologi Hal-hal yg biasa dijumpai 1.Shock (kaget,

guncangan batin) Merasa bersalah, marah, dan tidak berdaya Rasa takut, hilang akal, frustrasi, rasa sedih, susah

acting out.

2.Mengucilkan diri Merasa cacat, tidak

berguna, dan menutup diri. Khawatir orang lain, murung. menginfeksi 3.Membuka status

secara terbatas Ingin tahu reaksi orang lain, pengalihan stress, ingin dicintai.

Penolakan, stress, dan

konfrontasi. 4.Mencari orang lain

yang HIV/AIDS positif.

Berbagi rasa, pengenalan, kepercayaan, penguatan, dan dukungan sosial.

Ketergantungan, campur tangan , tidak percaya pada pemegang rahasia dirinya. 5.Status khusus Perubahan keterasingan

menjadi manfaat khusus, perubahan menjadi hal yang istimewa, dibutuhkan oleh yang lainnya.

(48)

Tabel 2.3 (Lanjutan) 6.Perilaku

mementingkan orang lain

Komitmen dan kesatuan kelompok, kepuasan memberi dan berbagi,

perasaan sebagai

kelompok.

Pemadaman, reaksi, dan

kompensasi yang

berlebihan

7.Penerimaan Integrasi status positif

HIV/AIDS dengan

identitas diri,

keseimbangan antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri, bias menyebutkan kondisi seseorang.

Apatis dan sulit berubah

Sumber : Stewart ,1997

Untuk mengatasi respon psikologis terhadap penderita HIV/AIDS diperlukan

dukungan sosial.

Dukungan sosial terdiri dari informasi nasehat non verbal/verbal, bantuan

nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka, emosional atau perilaku bagi pihak penerima. (Gottlieb, dikutip Smet, 1994)

Jenis dukungan sosial menurut house dalam Depkes (2002) membedakan empat jenis dukungan sosial menjadi:

a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap penderita HIV/AIDS

b. Dukungan penghargaan: adanya ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang lain

[image:48.612.114.522.139.325.2]
(49)

d. Dukungan Informatif: pemberi nasehat, saran, pengetahuan dan informasi serta petunjuk ( Depkes.R.I, 2003)

Menurut penelitian Umar Zein terhadap penderita HIV/AIDS yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, penderita dengan IO, apabila mendapat dukungan dari keluarga atau orang yang memperhatikan maka timbul rasa gembira dan bahagia yang akan menghasilkan endorphin yang dapat membantu

mempertahankan imunitas. 2.6.3 Olah Raga

Selama berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin dan enkefalin yang meningkatkan mutu dan jumlah limfosit T dan limfosit B. Keluarnya hormone mempengaruhi beberapa faktor komplomen yang merangsang sistem

kekebalan tubuh, membantu banyak orang yang hidup dengan HIV/AIDS untuk merasa lebih sehat dan mungkin memperkuat sistem kekebalan tubuh bila olahraga dengan latihan yang ringan. Bila latihan yang berat mengakibatkan kelelahan sehingga menekan sistem imun. Latihan yang dianjurkan pada penderita HIV/AIDS

adalan ringan , menyenangkan dan disesuaikan dengan kondisinya serta dilakukan secara teratur. Sehingga jenis olahraga pada penderita HIV/AIDS tidak menimbulkan stress seperti meditasi, yoga, senam anugrah. (Putu,2003)

Berdasarkan penelitian Misutarna (2006) senam anugrah agung dilakukan secara teratur tiga kali seminggu selama 20 menit didapat hasilnya limfosit T-CD4

meningkat sebesar 1,5% sel/mm pada 84,2% responden. Meditasi relaksasi dengan

(50)

Olah raga nafas berfungsi meningkatkan asupan oksigen sehingga terjadi proses peningkatan energi tubuh. Melakukan senam pernapasan adalah pelatihan seluruh tubuh sehingga pasokan oksigen dalam tubuh akan meningkat dan metabolisme tubuh berjalan sempurna.

Untuk mendapatkan tubuh sehat dan memperpanjang usia, orang melakukan olahraga, menyantap makanan yang bergizi dan banyak orang yang menggunakan suplemen.(brosur)

Suplemen merupakan pelengkap kebutuhan gizi sehari – hari, dan tidak dapat menggantikan posisi makan secara utuh, namun bersifat “penambal” kekurangan gizi yang dibutuhkan. Dan suplemen tidak sama dengan obat kimia yang dapat cepat menyembuhkan penyakit dengan cepat pada saat dikomsumsi. Suplemen secara rutin dapat mempercepat proses penyembuhan (brosur).

Manfaat daripada suplemen adalah: sebagai antioxidant, melancarkan peredaran darah, memperbaiki metabolism, meningkatkan dan memperbaiki regenerasi sel –sel, mengaktifkan sel-sel dan meningkatkan daya tahan tubuh, membantu memperbaiki kualitas istirahat.

2.7 Diagnosa HIV/AIDS

Dasar untuk menegakkan diagnosis HIV/AIDS adalah. :

a. Adanya HIV sebagai etiologi (melalui pemeriksaan laboratorium) . b. Adanya tanda-tanda immunodefisiensi.

(51)

Dalam prakteknya yang dipakai sebagai petunjuk adalah IO atau sarkoma kaposi pada usia muda. Kemudian dilakukan uji serologis untuk mendeteksi zat

anti HIV (Elisa, Western Blot).

2.8 Dampak HIV/AIDS

Reaksi Global terhadap HIV/AIDS dan HIV, baik yang baru saja mulai ketahuan maupun ketidaktahuan akan menyebabkan dampak serius pada tingkat perseorangan, keluarga dan masyarakat. Orang-orang yang terinfeksi HIV termasuk yang sudah berkembang menjadi AIDS, sering disingkirkan dari keluarga dan masyarakat pada saat dia memerlukan dukungan dan perhatian. HIV/AIDS berbeda dengan kebanyakan masalah kesehatan yang ada sekarang ini dimana biasanya menyerang anak usia muda dan orang tua. Penyakit HIV/AIDS terutama menyerang kelompok umur 20-39 tahun yaitu kelompok umur dalam masa produksi yang paling banyak melakukan aktivitas (kegiatan) di bidang sosial, ekonomi dan politik. Dari 9.565 penderita HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga Juni 2007 sekitar 73% adalah usia 20-39 tahun. Kematian kelompok usia produktif ini, berarti penderitaan sosial ekonomi.

(52)

Pelayanan medis terhadap penyakit HIV/AIDS memang merupakan persoalan yang serius di bidang ekonomi. Di negara-negara Industri, biaya perawatan untuk setiap penderita HIV/AIDS diperkirakan berkisar antara US $ 25.000 sampai US $ 150.000. pertahun. Di negara berkembang, tambahan beban pada anggaran kesehatan karena obat ARV bagi penderita HIV/AIDS sudah sangat terbatas. HIV/AIDS juga

membawa dampak pada ibu dan anak. Kenaikan angka kematian bayi yang terinfeksi dengan HIV mungkin menyebabkan keseimbangan kemajuan yang telah dicapai dalam upaya kesehatan anak, jadi untuk negara-negara berkembang, HIV/AIDS akan mengancam peningkatan derajat kesehatan yang telah direncanakan sebelumnya.

Keresahan sosial dan ekonomi karena HIV/AIDS menunjukkan bahwa keduanya berarti lebih dari sekedar penyakit saja. Penyakit ini akan mejadi permasalahan politik dan kebudayaan yang besar. Ketakutan akan HIV/AIDS mengancam terjadinya pembatasan-pembatasan untuk bepergian dan komunikasi antar negara. Disamping diakui bahwa HIV/AIDS adalah problema dunia, masih ada saja kecenderungan untuk mengucilkan kelompok tertentu, suku dan kebangsaan. HIV/AIDS mungkin mengancam nilai-nilai dasar dari masyarakat dan setiap usaha yang berhubungan dengan penyakit tersebut merupakan tantangan yang besar saat ini.

2.9 Kebijakan Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS

Dalam menentukan kebijaksananaan, Departemen Kesehatan menetapkan beberapa pertimbangan antara lain: angka morbiditas dan mortalitas tinggi,

(53)

menyerang penduduk pedesaan atau penduduk berpenghasilan rendah di perkotaan, menyerang daerah-daerah pembangunan ekonomi, adanya ikatan internasional dan adanya teknologi yang efektif untuk pemberantasan penyakit.

Kebijaksanaan yang di tempuh untuk memberantas penyakit menurut Rencana Pokok Program Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RP3JPK) ialah: meningkatkan peranan dan tanggung jawab masyarakat dalam pengamatan penyakit tertentu dengan mengutamakan aspek pelaporan dini.

2.10 Kebijaksanaan Depkes Menghadapi Masalah HIV/AIDS

Karena masalah HIV/AIDS telah menjadi masalah internasional, maka World Health Organization (WHO) mengambil keputusan untuk menghadapi masalah

HIV/AIDSdengan program khusus secara terpadu yang disebut Global Programme on HIV/AIDS(GPA) yang memberikan bantuan kepada setiap negara anggota untuk

mengembangkan program HIV/AIDS Nasional dengan memperhatikan strategi global WHO yaitu dengan mengintegrasikannya ke dalam sistem yang ada dan bersifat

edukatif dan preventif agar setiap orang dapat melindungi dirinya dari HIV/AIDS.

Satu-satunya komponen yang terpenting dalam program HIV/AIDS Nasional adalah informasi dan edukasi karena penularan HIV/AIDS dapat dicegah melalui perilaku

yang bertanggung jawab.

(54)

a. Indonesia merupakan negara terbuka sehingga masuknya HIV/AIDS ke Indonesia tidak dapat dihindarkan.

b. HIV/AIDS telah melanda sebagian besar negara di dunia (pandemi) dan telah menjadikan masalah Internasional.

c. Penanggulangan terpadu (GPA) telah dicanangkan oleh WHO dan di bantu badan-badan Internasional lainnya.

d. Infeksi HIV mempunyai konsekwensi penting bagi perorangan, keluarga dan masyarakat dengan tidak memandang tingkat sosial, ekonomi dari suku bangsa. e. Dampak yang merugikan yang disebabkan oleh infeksi HIV tidak saja di bidang

kesehatan tetapi juga di bidang lainnya seperti sosiol, ekonomi, politik dan kebudayaan.

f. Belum ada obat/vaksin yang efektif untuk melawan HIV/AIDS.

g. Masalah HIV/AIDS harus dilihat dalam kaitannya dengan prioritas masalah kesehatan lainnya.

Dalam upaya menerapkan kebijaksanaan tersebut di atas maka Departemen Kesehatan telah membentuk suatu panitia untuk menanggulangi HIV/AIDS yang diketuai oleh Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Panitia ini merupakan wadah komunikasi/koordinasi serta pengolahan informasi dalam rangka meningkatkan kewaspadaan dari kesiap-siapan menghadapi HIV/AIDS.

(55)

ditegaskan bahwa untuk penanggulangan HIV/AIDS tidak akan diadakan struktur khusus dalam sistem pelayanan kesehatan. Penanggulangan HIV/AIDS akan dilakukan secara terpadu oleh unit-unit yang bertangung jawab mengenai masalah tersebut.

Beberapa kebijaksanaan/keputusan telah diambil panitia penanggulangan HIV/AIDS Departemen Kesehatan antara lain:

a. Untuk penentuan penderita HIV/AIDS di Indonesia digunakan definisi WHO/CDC yang dikonfirmasikan dengan tes ELISA dan Western Blot.

b. Produk darah yang diimpor harus memenuhi persyaratan bebas HIV/AIDS. c. Interpretasi hasil tes ELISA yang positif harus dilakukan dengan hati-hati.

Kerahasiaan harus dipegang teguh. Counseling hanya dilakukan bila konfirmasi

dengan tes Western Blot Positif.

d. Mengadakan survey seroepidemiologi infeksi HIV terutama pada kelompok

resiko tinggi di daerah-daerah tujuan wisata.

e. Mengadakan penelitian faktor-faktor resiko HIV/AIDS dan perilaku seksual masyarakat.

f. Pendidikan dan pelatihan tenaga-tenaga kesehatan antara lain dengan pengiriman tim ke luar negeri.

g. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, dengan menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS.

(56)

b) Mengurangi sebanyak mungkin penderita perorangan serta dampak sosial dan ekonomis dari HIV/AIDS di seluruh

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Klinis dan CD4 Pasien Remaja dan Orang Dewasa menurut CDC
Gambaran Klinis
Tabel 2.3 Tahap reaksi psikologi pasien HIV/AIDS (Stewart, 1997) adalah :
Tabel 2.3 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prevalensi penderita karsinoma hepatoseluler proporsi terbanyak pada kelompok umur 40-60 tahun yaitu 89 pasien (58,2%) , pada penelitian ini jenis kelamin terbanyak

Dari hasil penelitian, didapati bahwa golongan yang terbanyak menderita AIDS dan dirawat inap adalah golongan dalam lingkungan umur 21 – 30 tahun yaitu sebanyak 57 orang

      Mengetahui gambaran karakteristik kejadian erupsi obat pada penderita HIV/AIDS di Pusyansus RSUP Haji Adam Malik Medan.. tahun

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat depresi terbanyak pada penderita HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2013 adalah depresi sedang dan

Dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang proporsi infeksi opportunistik pada penderita HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat depresi terbanyak pada penderita HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2013 adalah depresi sedang dan

Metode: Penelitian ini dilakukan untuk menilai tingkat pengetahuan, sikap serta tahap penerimaan keluarga penderita HIV/AIDS terhadap penderita di Rumah Sakit Haji Adam

Distribusi karakteristik penderita HIV/AIDS dengan penyakit kulit Penelitian yang dilakukan di Nigeria melibatkan 490 pasien HIV/AIDS dengan penyakit kulit menyebutkan