• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2) Jenis Kelamin

2.6 Determinan Terjadinya IO (Faktor Memengaruhi)

Faktor yang mempengaruhi IO pada penderita HIV/AIDS adalah : 2.6.1 Gizi

Kekurangan gizi lebih berisiko terhadap penyakit infeksi karena tanggapan kekebalannya tidak cukup. Infeksi kemudian mengarah pada peradangan dan keadaan gizi yang memburuk, yang memperburuk sistem kekebalan. Dampak dari penyakit HIV/AIDS dapat menjadi lebih buruk dari pada orang yang terinfeksi kekurangan gizi. Kekurangan gizi bagi penderita HIV/AIDS menunjukkan penurunan jumlah sel CD4, dan sel ini kurang mampu untuk menggandakan diri atau menanggapi organisme yang menular seperti virus yang hidup dalam diri mereka. Mekanisme lain yang membunuh organisme infeksi juga ditekan pada malnutrisi.

Nutrisi yang sehat seimbang dibutuhkan pada penderita HIV/AIDSyang berfungsi mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan, mengganti kehilangan vitamin dan mineral, meningkatkan fungsi imun dan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, meningkatkan respon terhadap pengobatan, menjaga agar penderita HIV/AIDS tetap aktif dan tetap berproduktif , mampu bekerja dan tetap berkontribusi terhadap pemasukan keluarga (FAO-WHO,2002)

Prinsip pemberian nutrisi pada penderita HIV/AIDS harus diberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, kaya vitamin, mineral dan cukup air. Kebutuhan protein pada penderita HIV/AIDS sebesar 85-75 gram dan kalori sebesar 2400-2500 setiap hari, sehingga IO tidak makin berat. Syarat nutrisi pada penderita HIV/AIDSadalah:

a. Kebutuhan Gizi ditambah 10 – 25% lebih dari kebutuhan minimum yang dianjurkan

b. Diberikan dalam porsi kecil tapi sering dan teratur c. Disesuaikan dengan IO yang meyertainya

d. Mengkonsumsi sayur–sayuran dan buah–buahan dalam bentuk jus e. Minum susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi

f. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan basi, jamur

g. Makanan bebas dari pestisida, makanan harus dimasak, bila disimpan dilemari es, sebelum dimakan dipanaskan terlebih dahulu, dan jangan menyimpan makanan yang sudah dimasak dengan yang mentah pada wadah yang sama.

h. Bila penderita mendapat therapy ARV, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat.

i. Menghindari makanan yang merangsang, makan-makanan mentah dan setengah matang, makanan kaleng.

j. Mengkomsumsi makanan rendah serat. k. Menghindari rokok, kafein, alkohol.

l. Jika tidak dapat makan per oral berikan dalam bentuk parenteral (Depkes,2003)

m. Hindari jajan (Dirjen Pemberantasan Penyakit menular, 2007) 2.6.2 Dukungan Sosial

Mengalami penyakit HIV/AIDS akan membangkitkan berbagai perasaan yaitu frustrasi, cemas, penyangkalan, rasa malu, berduka dan ketidakpastian mengakibatkan corticotropin releasing factor (CRF) dihipofisis memacu pengeluaran adrenal coticotropinc hormone (ACTH) untuk mempengaruhi kelenjar korteks adrenal agar menghasilkan kortisol dalam jumlah yang besar sehingga menekan sistem imun maka sistem kekebalan tubuh turun.

Tabel 2.3 Tahap reaksi psikologi pasien HIV/AIDS (Stewart, 1997) adalah : Reaksi Proses Psikologi Hal-hal yg biasa dijumpai 1.Shock (kaget,

guncangan batin) Merasa bersalah, marah, dan tidak berdaya Rasa takut, hilang akal, frustrasi, rasa sedih, susah

acting out. 2.Mengucilkan diri Merasa cacat, tidak

berguna, dan menutup diri. Khawatir orang lain, murung. menginfeksi 3.Membuka status

secara terbatas Ingin tahu reaksi orang lain, pengalihan stress, ingin dicintai.

Penolakan, stress, dan konfrontasi.

4.Mencari orang lain yang HIV/AIDS positif.

Berbagi rasa, pengenalan, kepercayaan, penguatan, dan dukungan sosial.

Ketergantungan, campur tangan , tidak percaya pada pemegang rahasia dirinya. 5.Status khusus Perubahan keterasingan

menjadi manfaat khusus, perubahan menjadi hal yang istimewa, dibutuhkan oleh yang lainnya.

Ketergantungan, dikotomi kita dan mereka (semua orang dilihat sebagai terinfeksi HIV/AIDS dan direspons seperti itu), over identification.

Tabel 2.3 (Lanjutan) 6.Perilaku

mementingkan orang lain

Komitmen dan kesatuan kelompok, kepuasan memberi dan berbagi,

perasaan sebagai

kelompok.

Pemadaman, reaksi, dan

kompensasi yang

berlebihan 7.Penerimaan Integrasi status positif

HIV/AIDS dengan

identitas diri,

keseimbangan antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri, bias menyebutkan kondisi seseorang.

Apatis dan sulit berubah

Sumber : Stewart ,1997

Untuk mengatasi respon psikologis terhadap penderita HIV/AIDS diperlukan dukungan sosial.

Dukungan sosial terdiri dari informasi nasehat non verbal/verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka, emosional atau perilaku bagi pihak penerima. (Gottlieb, dikutip Smet, 1994)

Jenis dukungan sosial menurut house dalam Depkes (2002) membedakan empat jenis dukungan sosial menjadi:

a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap penderita HIV/AIDS

b. Dukungan penghargaan: adanya ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang lain

d. Dukungan Informatif: pemberi nasehat, saran, pengetahuan dan informasi serta petunjuk ( Depkes.R.I, 2003)

Menurut penelitian Umar Zein terhadap penderita HIV/AIDS yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, penderita dengan IO, apabila mendapat dukungan dari keluarga atau orang yang memperhatikan maka timbul rasa gembira dan bahagia yang akan menghasilkan endorphin yang dapat membantu mempertahankan imunitas.

2.6.3 Olah Raga

Selama berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin dan

enkefalin yang meningkatkan mutu dan jumlah limfosit T dan limfosit B. Keluarnya

hormone mempengaruhi beberapa faktor komplomen yang merangsang sistem kekebalan tubuh, membantu banyak orang yang hidup dengan HIV/AIDS untuk merasa lebih sehat dan mungkin memperkuat sistem kekebalan tubuh bila olahraga dengan latihan yang ringan. Bila latihan yang berat mengakibatkan kelelahan sehingga menekan sistem imun. Latihan yang dianjurkan pada penderita HIV/AIDS adalan ringan , menyenangkan dan disesuaikan dengan kondisinya serta dilakukan secara teratur. Sehingga jenis olahraga pada penderita HIV/AIDS tidak menimbulkan stress seperti meditasi, yoga, senam anugrah. (Putu,2003)

Berdasarkan penelitian Misutarna (2006) senam anugrah agung dilakukan secara teratur tiga kali seminggu selama 20 menit didapat hasilnya limfosit T-CD4 meningkat sebesar 1,5% sel/mm pada 84,2% responden. Meditasi relaksasi dengan rasa gembira dan bahagia akan menghasilkan endropin yang membantu imunitas.

Olah raga nafas berfungsi meningkatkan asupan oksigen sehingga terjadi proses peningkatan energi tubuh. Melakukan senam pernapasan adalah pelatihan seluruh tubuh sehingga pasokan oksigen dalam tubuh akan meningkat dan metabolisme tubuh berjalan sempurna.

Untuk mendapatkan tubuh sehat dan memperpanjang usia, orang melakukan olahraga, menyantap makanan yang bergizi dan banyak orang yang menggunakan suplemen.(brosur)

Suplemen merupakan pelengkap kebutuhan gizi sehari – hari, dan tidak dapat menggantikan posisi makan secara utuh, namun bersifat “penambal” kekurangan gizi yang dibutuhkan. Dan suplemen tidak sama dengan obat kimia yang dapat cepat menyembuhkan penyakit dengan cepat pada saat dikomsumsi. Suplemen secara rutin dapat mempercepat proses penyembuhan (brosur).

Manfaat daripada suplemen adalah: sebagai antioxidant, melancarkan peredaran darah, memperbaiki metabolism, meningkatkan dan memperbaiki regenerasi sel –sel, mengaktifkan sel-sel dan meningkatkan daya tahan tubuh, membantu memperbaiki kualitas istirahat.

Dokumen terkait