• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita HIV AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) Tuberkulosis (TB) di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita HIV AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) Tuberkulosis (TB) di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015 Chapter III VI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain case series yang bertujuan untuk melihat karakteristik penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik tahun 2013-2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Pelayanan Khusus (PUSYANSUS) Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan karena ketersediaan data dan belum pernah dilakukan penelitian ini sebelumnya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April- Oktober 2016 (waktu penelitian terlampir).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(2)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah semua data penderita penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB yang tercatat di rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik tahun 2013-2015. Besar sampel sama dengan populasi

(total sampling).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis penderita HIV/AIDS dengan IO tuberkulosis (TB) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik tahun 2013-2015.

3.5 Defenisi Operasional

3.5.1 Umur adalah lamanya waktu hidup semenjak dilahirkan sampai umur penderita HIV/AIDS dengan IO tuberkulosis (TB) yang dicatat dalam rekam medis, yang dikelompokan menjadi (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014):

1. ≤4 tahun 2. 5- 14 tahun 3. 15- 19 tahun 4. 20-29 tahun 5. 30-39 tahun 6. 40-49 tahun 7. ≥ 50tahun

3.5.2 Jenis kelamin adalah ciri khas (organ reproduksi) penderita HIV/AIDS dengan IO tuberkulosis (TB) yang dicatat dalam rekam medis, yang dikategorikan menjadi:

(3)

3.5.3 Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh penderita HIV/AIDS dengan IO tuberkulosis (TB) yang dicatat dalam rekam medis, yang dikelompokkan menjadi:

1. Belum sekolah 2. SD/Sederajat 3. SMP/Sederajat 4. SMA/Sederajat 5. Akademi/PT

Untuk keperluan statistik, maka dikelompokkan menjadi: 1. Pendidikan Dasar/Rendah (SD-SMP/Sederajat) 2. Pendidikan Menengah (SMA/Sederajat)

3. Pendidikan Tinggi (Akademi/PT)

3.5.4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan sehari-hari oleh penderita HIV/AIDS dengan IO tuberkulosis (TB) yang dicatat di rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik tahun 2013-2015, yang dikelompokkan menjadi (Notoatmodjo, 2012):

1. Pedagang 2. Petani

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4. Wiraswasta

5. Pegawai Swasta

6. Ibu Rumah Tangga ( IRT) 7. Tidak Bekerja

Untuk keperluan statistik, maka dikelompokkan menjadi:

1. Bekerja (Pedagang, Petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Wiraswasta, dan Pegawai Swasta)

(4)

3.5.5 Status pernikahan adalah identitas penderita HIV/AIDS dengan IO tuberkulosis (TB) yang dicatat di rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik tahun 2013-2015, yang dikelompokkan menjadi: 1. Menikah

2. Belum Menikah 3. Janda/Duda

3.5.6 Tempat tinggal adalah tempat dimana penderita HIV/AIDS dengan IO tuberkulosis (TB) berdomisili sesuai dengan yang tercatat di rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik tahun 2013-2015, yang dikelompokkan menjadi:

1. Medan 2. Luar Medan

3.5.7 Jenis TB adalah kategori TB pada penderita dengan IO tuberkulosis (TB) setelah didiagnosa sesuai dengan yang tercatat di rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik tahun 2013-2015, yang dikategorikan menjadi:

1. TB Paru 2. TB Ekstra Paru

3. Campuran (TB Paru + Ekstra Paru)

3.5.8 Jumlah CD4 adalah jumlah CD4 pada pasien HIV/AIDS dengan IO tuberkulosis (TB) saat pertama sekali didiagnosa TB yang dicatat di rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik tahun 2013-2015, yang dikelompokkan menjadi:

(5)

3.5.9 Stadium HIV adalah tingkat keparahan berdasarkan gejala yang diderita oleh pasien HIV/AIDS dengan IO tuberkulosis (TB) yang dicatat di rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik tahun 2013-2015, yang dikelompokkan menjadi:

1. Stadium 3 2. Stadium 4

3.5.10 Tahap pengobatan adalah waktu penggunaan obat TB yang dihitung dari pertama kali pasien HIV/AIDS dengan IO tuberkulosis (TB) menjalani pengobatan TB dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang dicatat di rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik tahun 2013-2015, yang dikelompokkan menjadi:

1. Tidak Diberi Obat 2. Intensif (1-2 bulan) 3. Lanjutan (> 3 bulan) 3. Selesai

3.6 Analisis Data

(6)

3.6.1 Analisi Data Univariat

Analisi univariat yang akan dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi infeksi TB pada pasien HIV/AIDS berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, dan tempat tinggal), jenis TB, jumlah CD4, dan tahap pengobatan.

3.6.2 Analisis Data Bivariat

(7)

4.1 Deskripsikan Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik (RSUP H. Adam Malik) merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/ VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan untuk wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Riau yang dibangun diatas tanah ± 10 Ha dan berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara.

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992. Pada tanggal 1 Januari 1993 secara resmi Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagai tanda dimulainya Soft Opening. Kemudian diresmikan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Juli 1993.

4.1.2 Visi dan Misi 1. Visi

(8)

2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dirumuskan misi RSUP H. Adam Malik Medan, yaitu :

a) Melaksanakan Pelayanan Pendidikan, Penelitian, dan Pelatihan dibidang Kesehatan yang Paripurna, Bermutu dan Terjangkau

b) Melaksanakan Pengembangan Kompetensi SDM secara Berkesinambungan.

c) Mengampu RS Jejaring dan RS di Wilayah Sumatera. 3. Motto

Mengutamakan Keselamatan Pasien dengan Pelayanan“PATEN”: P = Pelayanan Cepat

(9)

4.2 Sosiodemografi pada Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) Tuberkulosis (TB)

Proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan sosiodemografi di Rumah Sakit H. Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB Berdasarkan Sosiodemografi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Tahun 2013-2015

(10)

5 Pekerjaan

Pedagang 2 1,3

Petani 21 14,0

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 7 4,7

Wiraswasta 73 48,7

Pegawai Swasta 15 10,0

Ibu Rumah Tangga (IRT) 13 8,6

Tidak Bekerja 19 12,7

(11)

4.3 Jenis TB pada Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) Tuberkulosis (TB)

Proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan jenis TB di Rumah Sakit H. Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB Berdasarkan Jenis TB di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Tahun 2013-2015

Jenis TB Jumlah

f %

TB Paru 98 65,3

TB Ekstra Paru 30 20,0

Campuran 22 14,7

Total 150 100,0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa prorporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan jenis TB pada TB paru sebesar 65,3% (98 orang), TB ekstra paru sebesar 20% (30 orang) dan campuran (TB paru+ ekstra paru sebesar 14,7% (22 orang).

4.4 Jumlah CD4 pada Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) Tuberkulosis (TB)

(12)

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB Berdasarkan Jumlah CD4 di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Tahun 2013-2015

Jumlah CD4 Jumlah

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan jumlah CD4 yang terbesar ialah pada CD4 <200 sel/mL sebesar 72,7% (109 orang) diikuti dengan CD4 200-499 sel/mL sebesar 24,6% (37 orang) dan CD4 >500 sel/mL sebesar 2,7% (4 orang).

4.5 Stadium HIV pada Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) Tuberkulosis (TB)

Proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan stadium HIV di Rumah Sakit H. Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB Berdasarkan Stadium HIV di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Tahun 2013-2015

Stadium HIV Jumlah

f %

Stadium 3 99 66,0

Stadium 4 51 34,0

Total 150 100,0

(13)

4.6 Tahap Pengobatan pada Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) Tuberkulosis (TB)

Proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan tahap pengobatan di Rumah Sakit H. Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB Berdasarkan Tahap Pengobatan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Tahun 2013-2015

Tahap Pengobatan Jumlah

f %

Tidak Diberi Obat 2 1,3

Intensif 16 10,7

Lanjutan 73 48,7

Selesai 59 39,3

Total 150 100,0

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan tahap pengobatan paling tinggi pada kelompok penderita dengan fase lanjutan 48,7% (73 orang), lebih tinggi dari pada kelompok penderita yang sudah selasai pengobatan TB sebesar 39,3% (59 orang). Kemudian diikuti dengan kelompok penderita dengan fase intensif sebesar 10,7% (16 orang) dan ada sebanyak 1,3% (2 orang) yang tidak diberi Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

4.7 Proporsi Jumlah CD4 Berdasarkan Jenis TB pada Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) Tuberkulosis (TB)

(14)

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Jumlah CD4 Berdasarkan Jenis TB terhadap Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Tahun 2013-2015

Jenis TB Jumlah CD4 Total

>500 sel/mL

200-499 sel/mL

<200 sel/mL f %

f % f % f %

Paru 3 3,1 27 27,5 68 69,4 98 100,0

Ekstra Paru 1 3,3 9 30,0 20 66,7 30 100,0

Campuran 0 0,0 1 4,5 21 95,5 22 100,0

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB paru yang tertinggi adalah dengan jumlah CD4 <200 sel/mL sebesar 69,4% (68 orang), diikuti CD4 200-499 sel/mL sebesar 27,5% (27 orang) dan CD4 >500 sel/mL sebesar 3,1% (3 orang). TB ekstra paru terbesar pada CD4 <200 sel/mL sebesar 66,7% (30 orang), diikuti CD4 200-499 sel/mL sebesar 30,0% (9 orang) dan CD4 >500 sel/mL sebesar 3,3% (1 orang). Campuran (TB paru + ekstra paru) yang terbesar pada CD4 <200 sel/mL sebesar 95,0% (21 orang) dan diikuti CD4 200-499 sel/mL sebesar 4,5% (1 orang).

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

(15)

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Jumlah CD4 Berdasarkan Jenis TB Setelah Penggabungan Sel terhadap Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Tahun 2013-2015

Jenis TB Jumlah CD4 Total

>500

Ekstra Paru+Campuran 1 1,9 10 19,3 41 78,8 52 100,0 p=0,922

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB paru terbesar pada jumlah CD4 <200 sel/mL dan pada ekstra paru+campuran terbesar juga pada jumlah CD4 <200 sel/mL. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh p = 0,922.

4.8 Proporsi Jenis TB Berdasarkan Stadium HIV pada Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) Tuberkulosis (TB)

Proporsi stadium TB penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan jenis TB di Rumah Sakit H. Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Jenis TB Berdasarkan Stadium HIV terhadap Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Tahun 2013-2015

Stadium HIV Jenis TB Total

(16)

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB pada stadium 3 terbesar pada TB paru sebesar 83,8% (83 orang), diikuti TB ekstra paru 13,1% (13 orang) kemudian terkecil pada campuran (TB paru + ekstra paru) sebesar 3% (3 orang). Stadium 4 terbesar adalah campuran (TB paru + ekstra paru) sebesar 37,3% (19 orang) diikuti TB ekstra paru 33,3% (17 orang) dan TB paru sebesar 29,4% (15 orang).

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

diperoleh p=0,001 yang berarti ada perbedaan proporsi jenis TB berdasarkan stadium HIV.

4.9 Proporsi Jumlah CD4 Berdasarkan Tahap Pengobatan pada Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) Tuberkulosis (TB)

Proporsi jumlah CD4 penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan tahap pengobatan di Rumah Sakit H. Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Jumlah CD4 Berdasarkan Tahap Pengobatan terhadap Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) TB di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Tahun 2013-2015

Tahap Pengobatan Jumlah CD4 Total

>500 sel/mL 200-499 sel/mL <200 sel/mL f %

f % f % f %

Tidak Diberi Obat 0 0,0 0 0,0 2 100,0 2 100,0

Intensif 1 6,3 5 31,2 10 62,5 16 100,0

Lanjutan 3 4,1 15 20,6 55 75,3 73 100,0

(17)
(18)

5.1 Sosiodemografi 5.1.1 Umur

Proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan umur di Rumah Sakit H.Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.1 Diagram Batang Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Tahun 2013-2015

Gambar 5.1 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB berdasarkan umur yang tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun sebesar 53,3%diikuti umur 20-29 tahun sebesar 18,0% dan 40-49 sebesar 14,7% tahun. Hal ini menunjukan kelompok umur yang banyak terinfeksi HIV-TB adalah kelompok

(19)

umur produktif (aktif secara seksual).Pasien HIV dengan usia produktif memiliki risiko tinggi menderita koinfeksi karena pasien usia produktif melakukan mobilitas tinggi, melakukan pekerjaan yang memungkinkan terjadi kontak dengan banyak orang (Soemirat, 2011).

Gambar di atas juga menunjukkan bahwa pada kelompok umur<14 tahun sudah terdapat penderita HIV dengan infeksi opurtunistik TB. DitemukannyaHIV dengan infeksi opurtunistik TB pada usia<14 tahunkemungkinan berhubungan dengan cara penularan HIV khususnya secara non seksual (non sexual transmission)yang juga dapat terjadi melalui transplansental/ perinatal dari ibu dengan HIV kepada bayi sebelum (pada saat dikandungan), saat dan sesudah dilahirkan.

Hal ini sejalan dengan laporan Kemenkes RI (2012) yang menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS terbesar di rentan usia 30-39 tahun sebesar 37,1%.

5.1.2 Jenis Kelamin

(20)

Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015

Gambar 5.2 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB pada pasien laki-laki sebesar 74,7% lebih besar dibandingkan dengan pasien perempuan yaitu sebesar 25,3%. Sex ratio penderita HIV/AIDS dengan IO TB pada laki-laki dan perempuan adalah 3:1.

Hal ini kemungkinan karena banyaknya laki-laki dengan usia produktif yang bekerja secara mobilisasi (mobile migrant populations) artinya jauh dari keluarga dengan waktu yang cukup lama dan memungkinkan seseorang tidak setia dengan pasangannya (not be faithful). Perilaku seksual yang berisiko ini dapat mempermudah dan menjadi media penularan HIV dari kelompok yang berisiko tinggi (pekerja seks) kepada kelompok yang berisiko rendah (ibu rumah tanggga dan anak-anak) untuk terinfeksi HIV.

74,7% 25,3%

Jenis Kelamin

Laki-laki

(21)

Secara anatomi, risiko penularan HIV lebih besar dari laki-laki ke perempuan dibandingkan dengan penularan dari perempuan ke laki-lakikarena bentuk selaput lender yang berbeda. Selaput lendir perempuan berbentuk silinder,permukaan lebih luas/besar dan lebih rentan terjadi luka serta infeksi jamur dibandingkan dengan laki laki yang bentuk anatomi selaput lendirnya kerucut, permukaan lebih kecil.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase penderita HIV dengan jenis kelamin laki-laki lebih mendominasi daripada perempuan.Menurut Ditjen PP & PL Kemenkes RI dalam data Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan s/d September 2014, menunjukkan bahwa persentase berdasarkan jenis kelamin terbesarlaki-laki sebesar 65% dan perempuan hanya 35%.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novyan, H (2013)di RSUP H. Adam Malik yang menunjukkan jenis kelamin penderita HIV dengan IO TB terbesar pada pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 83,72% (72 orang) diikuti dengan pasien perempuan sebesar 16,28% (14 orang), didukung juga dengan penelitian Hasibuan, M L (2014) di RSUP H. Adam Malik yang menyatakan jenis kelamin tertinggi menderita HIV/AIDS juga adalah laki-laki sebesar 66,0%, artinya penderita HIV/AIDS dengan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dan mendukung kepada tingginya penderita HIV/AIDS dengan IO TB berjenis kelamin laki-laki juga. 5.1.3 Tingkat Pendidikan

(22)

Gambar 5.3 Diagram Batang Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015

Gambar 5.3 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB pada pasien dengan tingkat pendidikan SMA/Sederajat sebesar 64% diikuti SMP/Sederajat sebesar 15,4%, akademi/PT sebesar 9,3%, SD/Sederajat 6,0% dan paling kecil pada pasien belum sekolah sebesar 5,3%.

Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap, yakni melalui proses perubahan: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice) atau “KAP” (PSP). Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lain juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori di atas. Penelitian ini menunjukkan, penderita HIV/AIDS dengan IO TB terdapat di semua tingkat pendidikan bahkan juga pada tingkat pendidikan akademi/PT. Artinya, tingkat pendidikan yang tinggi dan kemungkinan

(23)

memiliki pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan TB belum menjadi jaminan seseorang dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap HIV/AIDS maupun TB.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Gunaseelan, R (2010) di RSUP H. Adam Malik yang menunjukkanbahwa proporsi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) berdasarkan tingkat pendidikan terbesar pada SLTA/Sederajat (71,2%).

5.1.4 Pekerjaan

Proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan pekerjaan di Rumah Sakit H.Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.4 Diagram Batang Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015

Gambar 5.4 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB yang terbesar terdapat pada pekerja wiraswasta sebesar 73 orang (48,7%).

(24)

Kemudian diikuti dengan petani sebanyak 21 orang (14,0%), tidak bekerja 19 orang (12,7%), pegawai swasta 15 orang (10,0%), Ibu Rumah Tangga (IRT) 13 orang (8,6%) dan yang paling rendah terdapat pada pasien dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 7 orang (4,7%). Wiraswasta yang dimaksud dalam pekerjaan yang tercatat dalam rekam medis tidak spesifik karena mencakup banyak bidang pekerjaan sehingga disarankan membuat pekerjaan pasien lebih spesifik di rekam medis.

Gambar diatas juga menunjukkan bahwa adakelompok yang berisiko rendah yaituibu rumah tanggadan anak-anakterinfeksi HIV dengan IO TB.Hal ini kemungkinan dikarenakanibu rumah tangga tertular dari lelaki atau suaminya yang melakukan hubungan seks di luar tanpa menggunakan kondom (condom not use) (Puspa, Y, 2010). Seorang pekerja yang memiliki perilaku seksual berisiko bukan hanya akan menyebabkan dirinya terinfeksi, melainkan juga dapat menularkan virus kepada istri dan anak-anaknya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elona, U(2011) di Rumah Sakit H. Adam Malik menunjukkan pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta sejumlah 147 orang (55,47%) dan terendah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 10 orang (3,77%).

5.1.5 Status Pernikahan

(25)

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB Berdasarkan Pernikahan di Rumah SakitUmum Pusat H.Adam Malik Tahun 2013-2015

Gambar 5.5 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB yang terbesar terdapat pada kelompok pasien menikah sebesar 46,0%. Hal ini kemungkinan berhubungan dengantingginya penderita HIV/AIDS dengan IO TB pada usia 30-39 tahun sebesar 53,3%, dimana kelompok usia ini adalah usia menikah. Tingginya infeksi HIV pada pasien yang menikah juga dapat meningkatkan terjadinya penularan HIV dengan pasangan.Menurut data Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia sampai dengan September 2014 menyatakan bahwa penularan terbesar HIV adalah melalui hubungan sex heteroseksual dimana pasangan suami istri termasuk didalamnya.Penularan TB pada pasien HIV juga meningkat pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang terinfeksi TB.Umumnya penularan bakteri M. Tuberculosisterjadi pada orang-orang yang kontak erat dengan penderita TB dan juga

46,0%

45,3% 8,7%

Status Pernikahan

Menikah

Belum Menikah

(26)

berhubungan dengan tingkat imunitas (daya tahan tubuh) penderita khususnya yang disertai HIV/AIDS Kemenkes (2011).

Hal ini sejalan dengan penelitian Hardiko dkk yang menunjukan pada pasien HIV/AIDS terdapat 60,4% berstatus kawin, 22,9% tidak kawin dan 16,7% berstatus janda/duda. Sama halnya dengan HIV dengan IO TB terdapat 90,9% juga berstatus kawin.

5.1.6 Tempat Tinggal

Proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan tempat tinggal di Rumah Sakit H.Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB Berdasarkan Tempat Tinggal di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015

62,7% 37,3%

Tempat Tinggal

Luar Medan

(27)

Gambar 5.6menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB yang terbesar terdapat pada kelompok pasien yang berasal dari luar Medan sebesar 62,7%. Hal ini besar kemungkinan dikarenakan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A.Rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuanpelayananmedik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) PelayananSpesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13(tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

Rumah Sakit ini juga ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat. Sesuai ketentuan, pelayanan BPJS menggunakan sistem berjenjang, jika tidak bisa ditangai di fasilitas kesehatan tingkat 1 (puskesmas, poliklinik, dokter pribadi) maka akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (rumah sakit kabupaten), jika fasilitas kesehatan tingkat 2 masih belum juga bisa ditangani maka pasien akan di rujuk ke fasilitas kesehatan tingkat 3 yaitu rumah sakit tipe A (BPJS, 2016).

(28)

5.2 Jenis TB

Proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan jenis TB di Rumah Sakit H.Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB Berdasarkan Jenis TB di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015

Gambar 5.7menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB berdasarkan jenis TB terbesar TB paru sebesar 65,3% diikuti TB ekstra paru sebesar 20,0% dan campuran (TB paru + ekstra paru) sebesar 14,7%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis TB yang paling banyak ditemukan pada pasien HIV/AIDS adalah TB paru.

Tingginya penderita HIV/AIDS dengan IO TB paru kemungkinan diakibatkan penularan bakteri M.Tuberculosis yang sangat mudah melalui inhalasi (saluran pernafasan) sehinggadropletbersin/batuk dari penderita TB bisa dengan sangat cepat

65,3,% 20,0%

14,7%

Jenis TB

TB Paru

TB Ekstra Paru

(29)

menularkan bakteriM. Tuberculosisterutama kepada penderita HIV/AIDS yang daya tahan tubuhnya menurundan langsung masuk ke paru.Disebutkan TB paru jika kasus yang melibatkan parenkim paru dan trakeobronkial.

TB ekstra paru lebih sering ditemukan pada pasien dengan HIV dibandingkan dengan pasien tanpa HIV sehingga bila ditemukan TB ekstra paru harus dipikirkan kemungkinan infeksi HIV.Tuberkulosis ekstraparu yang sering ditemukan adalah limfadenopati pada leher, abdominal, aksila, mediastinal, efusi pleura, efusi perikardial, efusi peritonealdan meningitis(Kemenkes, 2013). TB ekstra paru yang ditemukan dalam penelitian ini adalah terbesar limfadenitis TB (pembesaran kelenjar limfe) dan diikuti spondilitis TB (deformitas tulang belakang/gibbus). Namun ada juga secara bersamaan TB paru + limfadenitis TB + spondilitis TB.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Pradini, J (2014) di BBKPM Bandung yang menunjukkankoinfeksi tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS terbesar adalah TB paru (72,2%).

5.3 Jumlah CD4

(30)

Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB Berdasarkan CD4 di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015

Gambar 5.8 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB berdasarkan jumlah CD4 terbesar <200 sel/mL sebesar 72,7% diikuti 200-499 sel/mL sebesar 24,7% dan >500 sel/mL sebesar 2,7%.

Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap tanpa gejala dan tanda (asimtomatik) untuk jangka waktu cukup panjang bahkan sampai 10 tahun atau lebih. Namun orang tersebut dapat menularkan infeksinya kepada orang lain. Seseorangdapat diketahui terinfeksi HIV hanyadari pemeriksaan laboratorium antibodi HIV serum. Sesudah jangka waktu tertentu, yang bervariasi dari orang ke orang, virus memperbanyak diri secara cepat dan diikuti dengan perusakan sel limfosit T CD4 dan sel kekebalan lainnya sehingga terjadilah gejala berkurangnya daya tahan tubuh yang

72,7% 24,6%

2,7%

Jumlah CD4

<200 sel/mL

200-499 sel/mL

(31)

progresif.Progresivitas tergantung pada beberapa faktor seperti: usia kurang dari 5 tahun atau di atas 40 tahun, infeksi lainnya, dan faktor genetik.

Infeksi, penyakit, dan keganasan dapat terjadi pada individu yang terinfeksi HIV. Penyakit yang berkaitan dengan menurunnya daya tahan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV, misalnya infeksi tuberkulosis (TB).Retno dkk (2010) menyebutkan kontak dengan penderita TB parumerupakan faktor yang memiliki hubungan kuat dengan koinfeksi TB paru(p=0,002), dengan adanya kontak dengan penderita TB memungkinkan penularanbakteri M. tuberculosispada pasien HIV yang memiliki imunitas rendah.

5.4 Stadium HIV

(32)

Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB Berdasarkan Stadium HIV di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015

Gambar 5.9 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB berdasarkan stadiumHIV terbesar pada stadium 3 sebesar 66,0%.

Pasien yang mempunyai gejala dan tanda stadium klinis 3 atau 4 biasanya mempunyai penurunan kekebalan tubuh yang berat dan tidak mempunyai cukup banyak sel CD4 sehingga memudahkan terjadinya infeksi oportunistik (Kemenkes, 2012).Kemungkinan hal ini juga berhubungan dengan munculnya IO TB pada penderita HIV/AIDS.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mugusi et al (2012) yang menyatakan pasien HIV yang terinfeksi TB paling besar berada pada stadium 3 sebesar 93,1%. Agbaji et al (2011) menyatakan stadium klinis

66,0% 34,0%

Stadium HIV

Stadium 3

(33)

berhubungan dengan koinfeksi TB paru (p=0,001 OR=0,53) dengan presentase stadium 3 sebesar 66% dan stadium 4 sebesar 34%.

5.5 Tahap Pengobatan

Proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB berdasarkan tahap pengobatan di Rumah Sakit H.Adam Malik tahun 2013-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.10 Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB Berdasarkan Tahap Pengobatan di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015

Gambar 5.10 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB berdasarkan tahap pengobatan terbesar pada fase lanjutan sebesar 48,7% diikuti dengan sudah selesai sebesar 39,3%, fase intensif 10,7% dan tidak diberi obat sebesar 1,3%.

48,7%

39,3% 10,7%

1,3%

Tahap Pengobatan

Lanjutan

Selesai

Intensif

(34)

Taha et al (2013) menyebutkan jika riwayat TB paru yang pernah diderita disebutkan memiliki hubungan kuat (p=0,001) karena TB paru yang pernah diderita memiliki kemungkinan besar untuk kambuh.Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapati bahwa pengobatan TB pada penderita HIV/AIDS dengan IO TB lebih dari pengobatan yang dianjurkan selama 6-9 bulan.Kebanyakan pengobatannya 9-12 bulan dan ada juga > 12 bulan.Pengobatan TB dengan pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada penderita HIV/AIDS juga ada yang pengobatannya sudah berulang (kambuh dan kembali mendapat pengobatan dengan OAT). Hal tersebut juga akan memungkinkan munculnya TB MDR (Multi Drug Resistant).

Prinsip pengobatan pasien koinfeksi HIV-TB adalah mendahulukan pengobatan TB.Bagaimanapunjugapelaksanaanpengobatan tuberkulosis tidakbolehditunda.Saat pemberian OAT dan ARV perlu diperhatikan interaksi antar

obat-obat yang digunakan, peran ARV, tumpang tindih efek samping obat, immune-reconstitution inflammatory syndrome (IRIS) dan masalah kepatuhan pengobatan.Dengan demikian semua pasien HIV dengan infeksi tuberkulosis seharusnya dievaluasi untuk menentukan perlu/tidaknya pengobatan antiretroviral (ARV) diberikan selama masa pengobatan tuberkulosis.Pengobatan antiretroviral (ARV) dimulai sesegera mungkin setelah dapat ditoleransi dalam 2-8 minggu pengobatan fase awal pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

(35)

3,1% (2 orang) tidak diberi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dikarenakan adanya penyakit lain yaitu: tumor mediastinum dan gangguan pada hati. Khusunya pada pasien HIV/AIDS dengan IO TB disertai gangguan hati atau dicurigai gangguan faal hati, dianjurkan untuk pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan TB. Jika, SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase) meningkat lebih dari 3 kali, OAT tidak diberikan dan apabila sedang dalam pengobatan maka pengobatan dengan OAT harus dihentikan (Kemenkes, 2011).

5.6 Proporsi Jumlah CD4 Berdasarkan Jenis TB

Gambar 5.11 Diagram Batang Proporsi Jumlah CD4 Berdasarkan Jenis TB Terhadap Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015 Gambar 5.11 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB Paru terbesar pada CD4 <200 sel/mL sebesar 69,4% kemudian diikuti CD4 200-499 sel/mL 27,5% dan >500 sel/mL 3,1%, pada TB ekstra

(36)

paru terbesar pada CD4 <200 sel/mL sebesar 66,7% kemudian diikuti CD4 200-499 sel/mL 30,0% dan >500 sel/mL 3,3%, dan campuran (TB paru+ ekstra paru) terbesar pada CD4 <200 sel/mL sebesar 95,5% dan diikuti CD4 200-499 sel/mL 4,5%.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

terdapat 3 sel (33,3%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga analisa dengan menggunakan uji ini tidak dapat dilakukan sehingga dilanjutkan dengan analisis dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Maka, didapati p=0,922.Artinya tidak ada perbedaan proporsi jumlah CD4 berdasarkan jenis TB.

Pada penderita HIV/AIDS dalam semua kategori jumlah CD4 dapat ditemukan semua jenis TB baik TB Paru, ekstra paru, dan campuran. Hal ini dikarenakan TB telah menjadi penyakit endemik di Indonesia dan beberapa negara lainnya.Upaya pencegahan yang efektif adalah dengan imunisasi BCG yaitu imunisasi yang diberikan saatusia 0-2 bulan. Namun, pada penderita HIVpemberian vaksinasi BCG dikontraindikasikan karena besar potensinya untuk menyebabkan penyakit TB diseminata.

(37)

5.7 Proporsi Stadium HIV Berdasarkan Jenis TB

Gambar 5.12 Diagram Batang Proporsi Jumlah CD4 Berdasarkan Jenis TB Terhadap Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015 Gambar 5.12 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB pada stadium 3 terbesar pada TB paru sebesar 83,8%, diikuti TB ekstra paru 13,2% kemudian terkecil pada campuran (TB paru + ekstra paru) sebesar 3%. Stadium 4 terbesar adalah campuran (TB paru + ekstra paru) sebesar 37,3% diikuti TB ekstra paru 33,3% dan TB paru sebesar 29,4%.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

diperoleh p <0,05 yang berarti ada perbedaan proporsi jenis TB berdasarkan stadium HIV. Proporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB pada stadium 3 secara bermakna (83,8%) lebih tinggi pada jenis TB paru dibandingkan dengan ekstra paru dan

Jenis TB Berdasarkan Stadium HIV

Paru

Ekstra Paru

(38)

paru+ekstra paru. Prorporsi penderita HIV/AIDS dengan IO TB pada stadium 4 secara bermakna (37,3%) lebih tinggi pada jenis campuran (TB paru+ ekstra paru).

Menurut WHO (2005) pada umumnya TB paru muncul pada HIV stadium 3 dan TB ekstra paru pada HIV stadium 4.Tetapi dalam penelitian ini, ditemukan pada penderita HIV stadium 3 terdapat IO TB ekstra paru dan TB campuran dan pada penderita HIV stadium 4 terdapat IO TB paru karena stadium HIV juga dipengaruhi IO lain yang diderita penderita HIV/AIDS dengan IO TB.

5.8 Proporsi Jumlah CD4 Berdasarkan Tahap Pengobatan

Gambar 5.13 Diagram Batang Proporsi Jumlah CD4 Berdasarkan Tahap Pengobatan Terhadap Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik TB di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Tahun 2013-2015

Gambar 5.13 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB tahap pengobatan terbesar pada CD4 <200 sel/mL

0%0% 6,3% 4,1% 0%

Jumlah CD4 Berdasarkan Tahap Pengobatan

>500 sel/mL

200-499 sel/mL

(39)

sebesar 100%, pada fase intensif terbesar pada CD4 <200 sel/mL sebesar 62,5%, kemudian diikuti CD4 200-499 sel/mL 31,2% dan >500 sel/mL 6,3%, pada fase lanjutan terbesar pada CD4 <200 sel/mL sebesar 75,3% kemudian diikuti CD4 200-499 sel/mL 20,6% dan >500 sel/mL 6,3% dan pengobatan TB yang sudah selesai terbesar pada CD4 <200 sel/mL sebesar 71,2% dan diikuti CD4 200-499 sel/mL 28,8%.

PemberianObat Anti Tuberkulosis(OAT) pada pasien HIV/AIDS yang didiagnosa terinfeksi TB tidak dipengaruhi jumlah CD4, artinya jika ada pasien HIV/AIDS dengan IO TB, pengobatan dengan OAT dapat diberikan langsung tanpa melihat jumlah CD4.

(40)

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

6.1.1 Distribusi proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) tertinggi berdasarkan umur 30-39 tahun (53,3%), laki-laki (74,7%), SMA/Sederajat (64,0%), wiraswasta (48,7%), menikah (46,0%), dan bertempat tinggal di luar Medan (62,7%).

6.1.2 Distribusi proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB tertinggi berdasarkan jenis TB yaitu TB paru (65,3%.)

6.1.3 Distribusi proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB tertinggi berdasarkan jumlah CD4 yaitu <200 sel/mL (72,7%).

6.1.4 Distribusi proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB tertinggi berdasarkan stadium HIV yaitu stadium 3 (66,0%).

6.1.5 Distribusi proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB tertinggi berdasarkan tahap pengobatan yaitu fase lanjutan (48,7%). 6.1.6 Distribusi proporsi jumlah CD4 berdasarkan jenis TB pada penderita

HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB tertinggi pada CD4 <200 sel/mL dengan TB paru (62,4%). Tidak ada perbedaan proporsi jumlah CD4 berdasarkan jenis TB dengan p=0,922.

(41)

dengan TB paru (83,8%). Ada perbedaan proporsi stadium HIV berdasarkan jenis TB dengan p=0,001.

6.1.8 Distribusi proporsi jumlah CD4 berdasarkan tahap pengobatan pada penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (IO) TB tertinggi yaitu CD4 <200 sel/mL dengan fase lanjutan (50,5%).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapt beberapa saran yang direkomendasikan, yaitu:

6.2.1 Bagi penderita HIV/AIDS diharapkan dapat melakukan pemeriksaan foto thoraks dan sputum sehingga jika penderita HIV/AIDS disertai TB dapat diatasi secepat mungkin. Pengobatan TB dengan Obat Anti Tuberkulosis (AOT) diberikan sejalan dengan pemberian Anti Retro Virus (ARV) pada pasien HIV/AIDS.

6.2.2 Bagi RSUP H Adam Malik disarankan membuat rekam medis lebih spesifik dan rapi sehingga baik dalam penelitian yang menggunakan rekam medis juga dalamfollow uppasien menjadi lebih baik lagi.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi ProporsiPenderita HIV/AIDSdengan InfeksiOportunistik (IO) TB Berdasarkan Sosiodemografi di RumahSakit Umum Pusat  H
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan
Tabel 4.2 DistribusiProporsiPenderita HIV/AIDSdengan InfeksiOportunistik (IO) TB Berdasarkan Jenis TB di Rumah SakitUmum Pusat  H
Tabel 4.3 DistribusiProporsiPenderita HIV/AIDSdengan InfeksiOportunistik (IO) TB Berdasarkan Jumlah CD4 di Rumah SakitUmum Pusat  H
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya Pengelolaan Retribusi Parkir dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Sungai Penuh menurut Perspektif. Hukum

Pada tingkat beban listrik yang sama, penurunan laju alir udara pembakaran dengan mengurangi bukaan valve inlet udara menyebabkan peningkatan penghematan solar dan

Pihak-pihak yang menjadi sumber data diantaranya yaitu, siswa yang diwakilkan menjadi Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ, dalam hal ini yang menjadi pembahasan utama

Sebagai referensi atau masukan untuk pihak PLN agar dapat mengembangkan teknologi energi terbarukan terutama turbin angin di daerah Nias Utara untuk membantu sektor kelistrikan

Pada penelitian ini menggunakan konsentrasi acrylamide yang lebih kecil dari pada konsentrasi starch, sehingga menyebab- kan semua backbone starch tidak dapat

Baling-baling pada turbin angin yang memiliki pitch control dapat diatur menjauhi atau mendekati arah datangnya angin saat daya keluaran sangat tinggi. ataupun sangat

Hal ini dikarenakan pada volume pelarut yang sama dengan jumlah berat bahan semakin banyak, berat tanin yang dihasilkan dapat optimum.... Grafik Hubungan Ekstrak dan

Adapun masalah keperawatan yang muncul menurut NANDA 2012 pada post sectio caesarea salah satunya adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (misal biologis, zat kimia, fisik