• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sistem Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di

KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR

ALEXANDRO EPHANNUEL SARAGIH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sistem Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

(4)

ABSTRAK

ALEXANDRO EPHANNUEL SARAGIH. Analisis Sistem Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.

Beras merupakan komoditi utama yang menjadi pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Tujuan penelitian adalah menganalisis saluran pemasaran, fungsi, struktur, dan perilaku lembaga-lembaga pemasaran beras Ciherang di Kecamatan Cibeber. Selain itu, penelitian bertujuan menganalisis efisiensi saluran pemasaran berdasarkan pendekatan marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Berdasarkan penelitian di 3 desa sampel yakni Cisalak, Karangnunggal dan Salamnunggal dengan jumlah responden sebanyak 30 petani sampel, terdapat 7 lembaga pemasaran di kecamatan ini. Secara umum, struktur pasar beras di kecamatan ini adalah oligopsoni. Berdasarkan fungsi pemasaran dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran, saluran yang melalui petani-tengkulak-pengumpul besar dan pabrik beras-pengecer-konsumen di Jakarta merupakan saluran paling efisien secara keseluruhan. Petani sebaiknya menjadikan kelompok tani atau koperasi tani sebagai bagian dari sistem pemasaran untuk meningkatkan posisi tawar dan mempermudah pemodalan seperti melalui sistem resi gudang yang berada di Cianjur

Kata kunci: Efisiensi, Beras, Farmer’s Share, Marjin Pemasaran ABSTRACT

ALEXANDRO EPHANNUEL SARAGIH. The Analyze Marketing System of Ciherang Variety in Cibeber Subdistrict, Cianjur. Supervised by NETTI TINAPRILLA.

Rice is the basic commodity that became the staple food for the Indonesian. The purposes of this research were analyzing marketing channels, function, structure and marketing institutions of farmer Ciherang Variety in Cibeber Subdistrict. Beside that, the purposes of this research were analyzing the

marketing efficiency by marketing margin, farmer’s share and benefit cost ratio approaching. The research was conducted in 3 villages that are Cisalak, Karangnunggal, Salamnunggal with 30 farmers as the respondents and there are 7 marketing institutions in the subdistrict. Generally, the market structure in this subdistrict is oligopsonistic . Based on the marketing function and the profitable ratio about marketing cost, the channels that through farmers-middlemen-major collector and rice mills in village-retailer-consumer rice in Jakarta is the most efficient channels. The farmer should have made farmer groups or cooperation as part of the marketing system to improve the bargaining position and easier capitalization like through the warehouse system in Cianjur.

(5)

ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di

KECAMATAN CIBEBER,

KABUPATEN CIANJUR

ALEXANDRO EPHANNUEL SARAGIH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Sistem Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur

Nama : Alexandro Ephannuel Saragih

NRP : H34100157

Tanggal Lulus :

Disetujui Oleh

Dr Ir Netti Tinaprilla, MM Pembimbing

Diketahui Oleh

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah yang kudus atas segala anugerahNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak Januari 2014 ini ialah pemasaran, dengan judul Analisis Sistem Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku pembimbing skripsi, Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku pembimbing akademik selama perkuliahan dan Bapak Irwan, SP sebagai pembimbing di lapangan dalam penelitian ini. Terima kasih kepada Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS sebagai dosen penguji utama dan Bapak Rahmat Yanuar, SP, MSi sebagai dosen penguji dari Departemen Agribisnis yang memberi kritik dan saran dalam skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga atas seluruh doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

Lembaga, Saluran dan Fungsi Pemasaran 7

Struktur dan Perilaku Pasar 8

Marjin Pemasaran, Farmer's Share dan Rasio Keuntungan 9 Terhadap Biaya Pemasaran

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Konsep Pemasaran 11

Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi Pemasaran 11

Konsep Rasio Keuntungan dan Biaya 14

Konsep Marjin Pemasaran 14

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode dan Pengumpulan Data 21

Metode Pengolahan Data 22

Analisis Saluran Pemasaran 22

Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran 22

Analisis Struktur Pasar 23

Analisis Perilaku Pasar 23

Analisis Efisiensi Pemasaran 23

Analisis Marjin Pemasaran 23

Analisis Farmer’s Share 24

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 24

Defenisi Operasional 25

GAMBARAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25

Gambaran Wilayah Kecamatan Cibeber 25

Karakteristik Petani Responden 26

HASIL dan PEMBAHASAN 29

Identifikasi Lembaga dalam Sistem Pemasaran 29

Analisis Fungsi Pemasaran Setiap Lembaga Tataniaga 30

Identifikasi Saluran Pemasaran 35

Analisis Struktur Pasar 41

Analisis Perilaku Pasar 45

(10)

Analisis Farmer's Share 51

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 51

Analisis Efisiensi Operasional Pemasaran 55

SIMPULAN dan SARAN 56

Simpulan 56

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 58

(11)

DAFTAR TABEL

1 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita pada Bulan September 1 2013 Menurut Kelompok Makanan

2 Konsumsi Komoditas Pangan setiap Kapita/Tahun di Beberapa Negara 2 Tahun 2012

3 Karakteristik dan Struktur Pasar 17

4 Pencapaian Target Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Produksi 19 Komoditi Padi Kabupaten Cianjur Tahun 2013

5 Luas Areal Sawah (Ha) Berdasarkan Jenis Irigasi di Kecamatan 26 Cibeber Tahun 2011

6 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Usia 27

7 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir 27 8 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Usahatani 28

Padi

9 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Padi 28 10 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan 29

Usahatani Padi

11 Fungsi Pemasaran di Setiap Lembaga Pemasaran 31 12 Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran pada Seluruh Saluran 48 13 Nilai Farmer’s Share pada Setiap Saluran Pemasaran 51 14 Total Rasio Keuntungan pada Setiap Saluran Pemasaran 52 15 Nilai Marjin, Farmer’s Share dan Rasio Keuntungan Terhadap Biaya 56

Pemasaran pada Setiap Saluran

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva Marjin Pemasaran 15

2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 20

3 Saluran Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber dengan 35 Konsumen Akhir di Cianjur

4 Saluran Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber dengan 36 dengan Konsumen Akhir di Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

1 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 1 61

2 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 2 62

3 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 3 63

4 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 4 64

5 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 5 65

6 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 6 66

7 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 7 67

8 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 8 68

9 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 9 69

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 pangan adalah segala sesuatu dari sumber hayati, baik yang diolah maupun tidak, diperuntukkan sebagai konsumsi dalam bentuk makanan atau minuman. Sumber hayati tersebut dapat berasal dari produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air. Bahan tambahan, bahan baku dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, pembuatan makanan atau minuman juga termasuk pangan.

Universal Declaration of Human Right tahun 1948 dan Rome Declaration on World Food Security tahun 1996 menyepakati bahwa setiap individu berhak memperoleh pangan yang cukup. Itulah sebabnya setiap negara di dunia menjadikan pertanian pangan sebagai hal yang sangat penting. Dalam UUD 1945 pasal 34 disebutkan bahwa negara bertanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan dasar, termasuk pangan.

Terpilihnya padi sebagai sumber karbohidrat utama adalah karena padi memiliki kelebihan sifat tanaman bila dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki produktivitas tinggi, (2) dapat disimpan lama, dan (3) lahan sawah relatif tidak mengalami erosi (Taslim dan Fagi dalam Sudiyono 2001). Menurut Mears dalam Sudiyono (2001), padi menempati prioritas penting di Indonesia karena alasan-alasan berikut : (1) padi adalah bahan konsumsi penting baik dari segi pengeluaran rumah tangga, sebagai sumber kalori maupun sumber protein, (2) padi sebagai sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi sebagian besar penduduk, (3) padi merupakan komoditas politis. Menurut Khumaidi dalam Hata (2011), beras (padi-padian) telah mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan menjadi sumber energi terbesar bagi penduduk Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui Tabel 1 yang menunjukkan pengeluaran penduduk Indonesia untuk konsumsi beras (padi-padian) mencapai 7.46 persen dari total pengeluaran pada September 2013. Hal ini berarti penduduk Indonesia masih bergantung pada beras sebagai pemenuhan pangan pokoknya.

Tabel 1 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Penduduk Indonesia pada Bulan September 2013 Menurut Kelompok Makanan

Sumber: Badan Pusat Statistika 2013

Kelompok Makanan Persentase Pengeluaran

Padi-padian 7.46

Umbi-umbian 0.47

Ikan 3.98

Daging 1.80

Telur dan susu 2.85

Sayur-sayuran 3.91

Kacang-kacangan 1.24

Buah-buahan 1.84

Makanan lain 23.64

(13)

Bagi konsumen, beras tidak dapat dipungkiri merupakan makanan pokok di Indonesia. Tingkat partisipasi konsumen beras mencapai 95 persen meskipun tingkat tersebut bervariasi di setiap daerah di Indonesia. Hal ini disebabkan hasil olahan beras yang dimasak, yakni nasi, memiliki rasa yang sesuai selera masyarakat Indonesia. Selain itu, beras juga mengandung gizi yang sangat baik. Setiap 100gr, beras giling memiliki energi 360 Kkal. Pemerintah juga amat bekepentingan dengan komoditas beras tidak saja sebagai komoditas upah (wage goods) tetapi juga komoditas politik (political goods). Tersedianya beras yang cukup di pasar dan harganya yang stabil dapat mendorong berkembangnya industri dan sektor lainnya. Apabila terjadi gejolak harga dan persediannya berkurang di pasar maka akan meningkatkan keresahan sosial dan berbagai tuntutan.

Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik Indonesia (2010), total penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 239 juta jiwa. Indonesia adalah pengkonsumsi beras tertinggi di dunia dengan tingkat rata-rata konsumsi per kapita penduduk mencapai 139 kg/tahun pada tahun 2012 (FAOSTAT 2012). Berikut Tabel 2 dimana konsumsi beras merupakan komoditas pangan yang paling banyak dikonsumsi penduduk Indonesia dibandingkan penduduk negara-negara lain, seperti Malaysia, RRC, Jepang. Amerika Serikat (AS) dan dunia pada tahun 2012.

Sumber : FAOSTAT, untuk data Indonesia diolah BPS, Kementan, dan KK dalam Investor Daily (2012)

Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, varietas Ciherang mendominasi areal pertanaman padi di Indonesia. Pada tahun 2008, proporsi penyebarannya mendominasi di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan persentase masing-masing sebesar 56.19%, 44.87%, 50.72%. Varietas unggul lainnya yang cukup populer di ketiga propinsi penghasil beras ini adalah IR64, Cigeulis, Way Apoburu, Memberamo dan Cibogo.

(14)

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu lumbung padi di Indonesia. Pada tahun 2013 produksi padi di Jawa Barat mencapai 12 083 162 ton dari 71 291 494 ton total produksi nasional (Badan Pusat Statistika 2013). Kabupaten Cianjur sendiri menjadi penyumbang yang cukup besar dibandingkan 25 kota dan kabupaten lainnya untuk jumlah produksi padi di Provinsi Jawa Barat tersebut yakni mencapai 868 538 ton pada tahun 2012 (Dinas Pertanian Jawa Barat 2012). Hal ini menjadi suatu keunggulan bagi daerah tersebut dan seharusnya hasil produksi yang cukup tinggi mendapatkan penanganan pasca produksi yang baik dan efisien sehingga harga beli oleh konsumen tidak memberatkan mereka dan di sisi lain petani tetap mendapatkan keuntungan yang mampu mendorongnya meningkatkan skala usahanya. Hal ini juga dasar untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia.

Kecamatan Cibeber merupakan salah satu daerah unggulan tanaman pangan komoditas padi dengan menggunakan sistem irigasi pedesaan di Kabupaten Cianjur menurut Surat Keputusan Bupati Nomor 520/KEP.240-DISTAN/2012 tentang perwilayahan tanaman pangan dan hortikultura. Hal ini ditunjukkan dari jumlah gabah kering panen (GKP) pada tahun 2013 mencapai 52 582 ton dengan produktivitas 7.22 ton/ha. Produktivitas yang ditunjukkan juga cukup baik karena berada diatas produktivitas nasional tahun 2013 yakni 5.15 ton/ha. Produksi yang besar ini juga menjadikannya salah satu kecamatan surplus beras yang membutuhkan penanganan pasca produksi melalui proses tataniaga yang efisien.

Perumusan Masalah

Menurut Mardiyanto (2005), lembaga di tingkat petani masih belum banyak berfungsi sebagai lembaga pemasaran. Keberadaan gabungan kelompok tani maupun koperasi tani pada umumnya masih memiliki keterbatasan dalam mengolah maupun mengevaluasi manajemen pemasaran sehingga kajian dalam menganalisis pemasaran beras diperlukan untuk meningkatkan efisensi dan efektivitas rantai pemasaran beras dari hasil produksi padi di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Di kecamatan ini petani umumnya memanfaatkan sebagian dari hasil usahataninya untuk dikonsumsi sendiri (motif subsisten).

Harga gabah kering panen (GKP) padi Ciherang di tingkat petani berfluktuasi sekitar Rp 3.000-Rp 4 000/kg (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur 2013) dan masih cukup jauh dari rata-rata harga berasnya di pasar yakni Rp 8.533/kg sehingga diperlukan analisis untuk memeriksa manfaat dan biaya yang dikeluarkan setiap lembaga yang terlibat.

(15)

Kerugian akibat anjloknya harga gabah saat panen raya dapat diatasi dengan melakukan tunda jual. Namun, sebagian besar petani tidak mempunyai posisi tawar yang kuat. Hal ini disebabkan skala usaha petani yang kecil dan sebagian besar petani memberlakukan hasil panennya sebagai cash crop. Hal ini mengartikan bahwa petani membutuhkan segera uang tunai guna memenuhi kebutuhan hidupnya serta untuk melakukan usahatani di musim berikutnya.

DPR RI telah menyahkan UU No 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (SRG) yang kemudian diamandemen dengan UU No 9 tahun 2011. SRG merupakan bukti kepemilikan atas barang atau gabah yang disimpan oleh para petani di gudang (Documen of Title) yang dapat dialihkan, diperjualbelikan bahkan dijadikan agunan tanpa perlu persyaratan agunan yang lain. Resi gudnag sebagai instrumen surat berharga dapat diperdagangkan, diperjualbelikan, dipertukarkan, ataupun digunakan sebagai jaminan saat peminjaman. Resi gudang dapat juga digunakan untuk pengiriman barang dalam transaksi derivatif seperti halnya kontrak serah (futures contract). Di Cianjur sendiri telah terdapat Sistem Resi Gudang di Kecamatan Warungkondang sejak tahun 2011. Kementerian Perdagangan yang menginisiasi SRG mengarapkan skim ini menjadi salah satu solusi dalam rangka stabilisasi harga komoditas pertanian sekaligus untuk menjadi stok komoditas seperti gabah. Secara mendalam, melalui penerapan SRG ini, petani dapat menunda waktu penjualan hasil panen saat panen raya serta menunggu saat yang tepat untuk mendapatkan harga yang lebih baik.

Menurut Sadaristuwati (2008), RG memiliki posisi penting dalam meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha di sektor pertanian dengan argumen sebagai berikut (a) RG merupakan salah satu bentuk sistem tunda jual yang menjadi alternatif dalam meningkatkan nilai tukar petani, (b) Di era perdagangan bebas, RG sangat diperlukan untuk membentuk petani menjadi pengusaha yang mandiri dan (c) SRG bisa memangkas pola perdagangan komoditas pertanian sehingga petani bisa mendapatkan peningkatan harga jual. Namun dalam implementasinya di lapangan, SRG memiliki banyak kendala di lapangan. Hal ini karena sikap petani yang tidak sabar dengan sistem tunda jual produk yang diagunkan dan terbatasnya sosialisasi mengenai SRG terutama di daerah-daerah sentra pertanian seperti Kecamatan Cibeber ini. Selain itu, kualitas gabah atau rendemen juga belum bisa konsisten baik dan kelompok tani yang seharusnya dapat menghimpun hasil petani belum berjalan dengan baik. Hal ini sering menjadi kendala karena pihak gudang baru mau menerima hasil panen petani dengan syarat GKP minimal 10 ton. Di Kecamatan Cibeber, SRG sering dimanfaatkan oleh pabrik beras yang memiliki persediaan gabah yang besar.

(16)

yang berusaha meningkatkan produktivitas, mutu gabah/beras, efisiensi usahatani dan konsistensi produksi. Melalui aktivitas tersebut dapat dijalin kemitraan antara petani dengan penggilingan dengan tujuan jaminan harga dan pasar.

Pemasaran padi yang kemudian diolah menjadi beras merupakan hal yang sangat penting dibahas karena merupakan kebutuhan pokok orang banyak. Beras adalah komoditi pangan yang harus disediakan dengan jumlah, waktu, dan harga yang tepat. Penjelasan ini akan mendasari rumusan permasalahan yang akan dibahas untuk kepentingan penelitian yang berkaitan dengan analisis pemasaran beras, yaitu:

1. Bagaimana saluran pemasaran beras Ciherang dan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat?

2. Bagaimana struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga yang terlibat dalam pemasaran beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat?

3. Bagaimana tingkat efisiensi saluran pemasaran beras Ciherang di Kecamatan Cibeber dengan pendekatan marjin pemasaran, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis saluran pemasaran, fungsi, struktur dan perilaku pasar oleh

lembaga-lembaga pemasaran pada komoditas beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur.

2. Menganalisis efisiensi pemasaran pada setiap saluran pemasaran beras Ciherang di Kecamatan Cibeber dengan pendekatan marjin pemasaran, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya pemasaran.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan menulis dalam mengidentifikasi rantai pemasaran sebagai wujud aplikasi ilmu yang telah diperoleh

2. Bagi Petani

Sebagai referensi dalam memutuskan saluran pemasaran yang efektif dan efisien sehingga dapat melakukan kebijakan yang lebih tepat dalam menyalurkan hasil produksi padi

3. Bagi Pemerintah

(17)

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian fokus membahas analisis pemasaran beras Ciherang. Lembaga pemasaran yang menjadi responden adalah lembaga yang terlibat langsung dalam proses pemasaran beras Ciherang di Kecamatan Cibeber dan lembaga-lembaga yang berkaitan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan efisiensi operasional saja. Efisiensi operasional berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan rasio output-input. Dalam penelitian ini efisiensi diukur melalui analisis marjin pemasaran, farmer’s share serta rasio biaya dan keuntungan untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran beras Ciherang hasil produksi petani di Kecamatan Cibeber. Peneliti menganalisis sistem pemasaran beras dengan menelusuri saluran distribusi dan mengevaluasi rantai-rantai pemasaran untuk meningkatkan efisiensi saluran pemasaran.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Komoditi Beras

Tanaman padi termasuk ke bangsa Oryza Sativa dan terdiri dari ribuan varietas. Setiap varietas mempunyai ciri-ciri khas tersendiri sehingga berdasarkan sudut bentuk tubuh (morphologic) tidak terdapat dua varietas padi yang mempunyai bentuk tubuh (morphologie) yang sama. Antar varietas senantiasa terdapat perbedaaan meskipun mungkin perbedaannya hanya sedikit. Perbedaan-perbedaan yang nampak antara varietas yang satu dengan yang lain disebabkan oleh perbedaaan dalam pembawaan atau sifat varietas. Namun demikian, diantara ribuan varietas dari tanaman padi itu ada beberapa sifat yang sama untuk beberapa varietas dan berdasarkan sifat-sifat yang sama, varietas padi dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Golongan Indica, pada umumnya terdapat di negara-negara yang termasuk daerah tropis

2. Golongan Yaponica/sub-Yaponica, pada umumnya terdapat di negara-negara di luar daerah tropis.

Padi varietas Ciherang merupakan hasil persilangan IR 64 terhadap beberapa galur IR lainnya. Padi Ciherang dikenal tahan terhadap hama dan penyakit terutama hama wereng Coklat biotipe 2 dan 3 serta penyakit Hawar Daun Bakteri strain III dan IV. Varietas Ciherang memiliki umur tanaman 116-125 hari dan cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 meter dari permukaan laut (dpl) (Badan Litbang Pertanian 2013).

(18)

polimer karbohidrat : amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang dan disusun oleh amilopektin, pati dengan stuktur bercabang dan bersifat lengket. Perbandingan komposisi kedua golongan ini sangat mempengaruhi warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras atau pera).

Berikut ini beberapa ciri yang sering menjadi dasar pengelompokan beras, yaitu (Haryadi 2006):

1. Asal daerah, seperti beras Cianjur, beras Solok, beras Delanggu dan beras Banyuwangi

2. Varietas padi, misalnya beras Rojolele, beras Bulu dan beras IR 3. Cara pengolahan, dikenal beras tumbuk dan beras giling

4. Gabungan antara varietas dengan hasil penyosohan pada derajat yang berbeda, yang berlaku untuk suatu daerah. Misalnya di Jawa Tengah dikenal beras TP, SP dan BP; di Jawa Barat dikenal beras TA, BGA, dan TC.

Terdapat beberapa patokan dalam memilih beras yang baik, yakni (Moehyi 1992):

1. Beras berwarna keputih-putihan dan sedikit mengkilat. Beras yang warnanya agak keabu-abuan tanda bahwa beras disimpan di tempat yang lembab atau pernah basah. Warna beras yang agak kehijauan merupakan tanda bahwa beras itu berasal dari padi yang belum masak benar waktu digiling

2. Butir-butiran biji beras tampak utuh atau tidak banyak yang patah

3. Beras tidak mengeluarkan bau yang tidak wajar, seperti bau apek dan bau karung

4. Beras tampak bersih dari kotoran seperti debu, ulat atau kutu beras dan pasir.

Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serelia lain) yang telah direbus dan ditanak. Walaupun belum ada ketentuan untuk menetapkan ciri-ciri mutu nasi, namun pada tingkat pasar, mutu rasa mempunyai kaitan langsung dengan selera dan tingkat kesukaaan atau penerimaan konsumen dan dengan harga beras (Juliana 1994). Rasa merupakan selera pribadi sehingga tidak termasuk dalam syarat penetuan mutu beras secara baku. Namun, mutu rasa secara tidak langsung sudah termasuk dalam pengelompokan jenis beras atau varietas padi.

Penentuan mutu rasa, nasi dapat digolongkan sebagai nasi pera dan nasi pulen. Nasi pera merupakan nasi keras dan kering setelah dingin, tidak lekat satu sama lain dan lebih mengembang daripada nasi pulen. Nasi pulen merupakan nasi yang cukup lunak walaupun sudah dingin, bersifat lengket namun tidak sampai seperti ketan. Selain itu, nasi pulen juga memiliki jarak antar biji yang lebih berlekatan satu sama lain dan mengkilat.

Lembaga, Saluran dan Fungsi Pemasaran

(19)

Kabupaten Cianjur terdiri dari tujuh saluran pemasaran yang terdiri dari tengkulak, pedagang grosir, pedagang ritel dan pedagang grosir luar daerah. Sistem pemasaran beras di Kabupaten Soppeng terdiri dari tiga belas saluran pemasaran yang disusun oleh lembaga seperti tengkulak, penggilingan, pedagang grosir, pedagang ritel, pengumpul luar daerah, Subdivre Bulog Sidrap dan pedagang grosir luar daerah. Sedangkan di Kabupaten Wajo, saluran pemasaran terdiri dari tengkulak, penggilingan, pedagang grosir, pedagang ritel, pengumpul luar daerah, perusahaan benih, Subdivre Bulog Wajo dan pedagang grosir luar daerah. Fungsi pemasaran di keempat lokasi penelitian tersebut relatif sama hanya berbeda sebaran di setiap saluran. Fungsi pemasaran secara umum meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran di empat daerah tersebut. Namun, tidak semua aktivitas dan fungsi pemasaran tersebut dilakukan oleh masing-masing lembaga-lembaga.

Murdani (2008) dengan judul penelitian “Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” menunjukkan pemasaran beras Pandan Wangi di Warungkondang terdiri dari dua saluran, yakni (1) petani-pedagang besar di Pasar Tani Deptan-konsumen dan (2) petani-Gapoktan Citra Sawargi-CV, Quasindo-retail-konsumen. Pemasaran beras varietas unggul baru terdiri dari tiga saluran yaitu (1) petani-pedagang-pengumpul-konsumen ; (2) pedagang pengumpul-pedagang besar (grosir)- konsumen dan (3) petani-pedagang pengumpul-petani-pedagang pengecer-konsumen. Lembaga-lembaga tersebut juga melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas.

Gandhi (2008) menganalisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul, yakni padi Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Hasil analisis pemasaran yang dilakukan adalah (1) Saluran pemasaran yang terbentuk di lokasi penelitian memasarkan beras pandanwangi murni dan beras pandawangi campuran. Jumlah saluran yang memasarkan beras pandanwangi campuran (10 saluran) lebih banyak dibandingkan dengan yang murni (6 saluran). (2) Lembaga-lembaga yang terlibat dalam penyaluran beras dari tingkat petani hingga konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, pedagang besar daerah dan luar daerah, pasar swalayan, pedagang pengecer daerah dan luar daerah. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut berupa fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi pengadaan secara fisik (penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan) serta fungsi pelancar (sortasi dan grading).

Secara umum, fungsi-fungsi pemasaran telah dijalankan oleh lembaga-lembaga pemasaran. Pada pemasaran beras di Cianjur, pada umumnya melibatkan pedagang diluar daerah seperti pada penelitian Hata (2011) dan Gandhi (2008)

Struktur dan Perilaku Pasar

Hata (2011) dengan judul penelitian “Analisis Tataniaga Beras di Indonesia

(20)

dikuasai dan dipengaruhi oleh lembaga penggilingan dan pedagang grosir. Hal ini dikarenakan jumlah penggilingan dan pedagang grosir yang sedikit dan memiliki kemampuan modal yang besar untuk menyerap gabah dan beras dalam jumlah banyak. Struktur pasar tesebut berpengaruh kepada perilaku lembaga pemasaran dalam pasar beras. Praktek jual beli yang dilakukan pada umumnya dilakukan dengan jual beli putus namun ada juga menggunakan praktek jual beli tebasan. Jual beli tebasan umumnya dilakukan tengkulak atau penggilingan. Struktur pasar menjadikan tengkulak dan penggilingan memiliki posisi tawar yang kuat dalam penentuan harga ketika berhadapan dengan petani. Penentuan harga yang dilakukan antara penggilingan dengan grosir adalah melalui proses tawar menawar. Sedangkan penentuan harga antara pedagang ritel dengan konsumen menjadikan pedagang ritel sebagai penetap harga.

Perilaku pasar pada sistem tataniaga di empat lokasi penelitian menunjukkan adanya perilaku sistem pembayaran tunai dan sistem tunda bayar. Adapun sistem tunda bayar menunjukkan rendahnya posisi tawar petani terhadap lembaga pemasaran lainnya pada musim panen raya. Umumnya, kerjasama antar lembaga tataniaga belum terkoordinasi dengan baik. Petani merupakan lembaga pemasaran yang paling rendah posisi tawarnya.

Perilaku pasar hasil penelitian Hata (2011) memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Aditama (2011) yang berjudul “Analisis Tataniaga

Beras di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak” Lembaga -lembaga yang terlibat dalam alur pemasaran tersebut yaitu petani, tengkulak, RMU, grosir dan ritel. Tengkulak masih menjadi pihak yang dominan menerima penjualan gabah hasil panen petani. Sebagian besar tengkulak membeli hasil panen dengan sistem tebas. Sistem tebas banyak dipilih karena petani membutuhkan uang cepat dan kemudahan fasilitas untuk panen. Karena petani dengan skala kecil dalam jumlah banyak dan petani tidak melakukan tunda bayar, hal ini mempengaruhi struktur pasar di tingkat petani. Berdasarkan fungsi, Bulog sebagai lembaga yang memberikan jaminan harga dan pasar bagi produsen dan petani dinilai belum berfungsi dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas Bulog yang hanya menyerap beras dari grosir dan RMU.

Struktur pasar pada sistem tataniaga penelitian Hata (2011) memiliki perbedaan dengan penelitian Fitriani (2012) berjudul “Analisis Tataniaga Padi Varietas Ciherang di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa

Barat”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa pelaku dan lembaga pemasaran seperti petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer hingga sampai ke konsumen akhir. Struktur pasar pada setiap lembaga cenderung merupakan pasar persaingan sempurna yang ditandai dengan karakteristik komoditi yang homogen dan penjual pembeli banyak disertai hambatan keluar-masuk pasar kecil.

Marjin Pemasaran, Farmer’s Share dan Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran

Hata (2011) dengan judul penelitian “Analisis Tataniaga Beras di Indonesia

(21)

Kabupaten Karawang dan Cianjur lebih sedikit dari Kabupaten Soppeng dan Wajo tetapi teknologi yang digunakan lebih modern serta citra dan kualitas beras Jawa Barat telah dianggap lebih baik oleh konsumen. Hal ini menyebabkan lembaga-lembaga pemasaran beras di Karawang dan Cianjur dapat menetapkan keuntungan per kilogram yang lebih besar daripada lembaga pemasaran beras di Kabupaten Soppeng dan Wajo. Hal ini ditunjukkan oleh nilai farmer’s share di Kabupaten Karawang dan Cianjur lebih rendah daripada di Kabupaten Soppeng dan Wajo. Alasan ini menyebabkan rasio keuntungan dan biaya Kabupaten Karawang dan Cianjur lebih merata dibandingkan di kabupaten Soppeng dan Wajo. Hal ini menunjukkan bahwa dengan fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar yang sama, sistem pemasaran beras Provinsi Jawa Barat lebih efisien dibandingan tataniaga beras di Provinsi Sulawesi Selatan.

Murdani (2008) dengan judul penelitian “Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” menunjukkan pemasaran beras Pandan Wangi di Warungkondang terdiri dari dua saluran, yakni (1) petani-pedagang besar di Pasar Tani Deptan-konsumen dan (2) petani Gapoktan Citra Sawargi-CV Quasindo-retail-konsumen. Pemasaran beras varietas unggul baru terdiri dari tiga saluran yaitu (1) petani-pedagang-pengumpul-konsumen (2) pedagang pengumpul-pedagang besar (grosir)- konsumen dan (3) petani-pedagang pengumpul-petani-pedagang pengecer-konsumen. Saluran pemasaran beras Pandan Wangi yang dapat dikatakan efisien adalah saluran (2c) karena memiliki total marjin yang terkecil, nilai farmer’s share terbesar jika dibandingkan dengan saluran (2a) dan (2b) serta rasio lembaga pemasaran salurannya juga paling merata. Saluran pemasaran beras varietas unggul baru yang dapat dikatakan efisien adalah saluran pemasaran (2) karena memiliki total marjin terkecil, nilai farmer’s share terbesar dan penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran di saluran (2) lebih merata dibandingkan dengan saluran lainnya. Disamping itu, saluran pemasaran (2) lebih banyak digunakan sehingga volume penjualan lebih banyak.

Penelitian yang dilakukan oleh Aditama (2011) yang berjudul “Analisis Tataniaga Beras di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak”.

Saluran dengan total marjin terkecil yakni Rp 1 464. Berdasarkan farmer’s share, terdapat saluran terbesar dengan nilai farmer’s share yakni 71 persen. Melalui analisis rasio keuntungan dan biaya, terdapat saluran dengan rata-rata rasio sebesar 3.64 yang dinilai paling efisien dibandingkan saluran lain. Terdapat juga saluran dengan volume perdagangan terbesar yakni 2 581.9 ton atau 21.22 persen dari total pangsa pasar perdagangan bebas yang berarti memberikan prospek terbaik kepada petani dan seluruh lembaga untuk memasarkan produknya.

Judul penelitian Fitriani (2012) adalah “Analisis Tataniaga Padi Varietas

Ciherang di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat”.

(22)

1.50, farmer’s share 48.72 persen ; saluran pemasaran III total marjinnya Rp 4 240, rasio sebesar Li/Ci 1.46, farmer’s share 44.21 persen.

Terdapat perbedaan antara penelitian Murdani (2008) dengan Fitriani (2012). Murdani (2008) menemukan saluran yang paling efisien adalah saluran yang semua indikator efisiennya berada pada saluran yang sama. Namun, Fitriani

(2012) menemukan bahwa indikator marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio

keuntungan terhadap biaya yang efisien secara teori pemasaran tidak berada dalam satu saluran yang sama.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan batasan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis menggambarkan variabel yang akan diteliti. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari sistem dan pola saluran pemasaran, fungsi lembaga pemasaran, struktur dan perilaku pasar serta efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, farmer's share dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Konsep Pemasaran

Menurut Asmarantaka (2012), pemasaran atau tataniaga dari perspektif makro merupakan aktivitas atau kegiatan dalam mengalirkan produk mulai dari petani (produsen primer) sampai ke konsumen akhir.

John Philips (1968) mendefenisikan pemasaran pertanian semua aktivitas perdagangan yang meliputi aliran barang-barang dan jasa-jasa secara fisik dari pusat produksi pertanian ke pusat konsumsi pertanian.

Defenisi tataniaga menurut Limbong dan Sitorus (1987) adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen ke tangan konsumen, temasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dan dari barang yang dimaksud untuk lebih memudahkan penyalurannya dan memberikan kepuasan lainnya kepada konsumennya. Oleh karena itu, dalam tataniaga pertanian terdapat perpindahan kepemilikan yang menciptakan kegunaan waktu (time utility), tempat (place utility), bentuk (form utility) terhadap komoditi-komoditi pertanian.

Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi Pemasaran

(23)

diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa marjin pemasaran.

Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda seperti agen perantara, makelar (broker, selling broker, dan buying broker)

2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importir

3. Lembaga tataniaga yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan seperti perusahaan-perusahaan penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi, asuransi pemasaran dan perusahaan penentu kualitas produk pertanian.

Khols dan Uhls dalam Asmarantaka (2012) menjelaskan bahwa lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi fungsi pemasaran dimana barang bergerak dari produsen sampai ke konsumen akhir. Lembaga pemasaran ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa.

Lembaga pemasaran merupakan lembaga perantara yang melakukan aktivitas bisnis dalam suatu sistem pemasaran. Menurut Khols dan Uhls (1990), lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran digolongkan menjadi lima kelompok diantaranya:

1. Pedagang perantara (merchant middlemen) adalah individu pedagang yang melakukan penanganan berbagai fungsi tataniaga dalam pembelian dan penjualan produk dari produsen ke konsumen. Pedagang ini memiliki dan menguasai produk. Pedagang pengumpul, pedagang eceran, dan pedagang grosir termasuk pedagang perantara. Pedagang grosir merupakan pedagang yang menjual produknya kepada pedagang eceran dan pedagang lainnya. Volume usahanya relatif lebih besar daripada pedagang eceran. Sedangkan pedagang eceran sendiri merupakan pedagang yang menjual produknya langsung ke konsumen akhir.

2. Agen perantara (agent middlemen), hanya mewakili klien yang disebut principlas dalam melakukan penanganan produk /jasa. Kelompok ini hanya menguasai produk. Komisioner, juru lelang, dan komisioner merupakan bagian yang termasuk dalam kelompok ini. Komisioner memiliki kekuasaan yang lebih luas dalam penanganan fisik dan penetapan harga produk dibandingkan komisioner.

3. Spekulator (speculative middlemen) adalah pedagang perantara yang membeli-menjual produk untuk mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga. Biasanya spekulator bekerja dalam jangka pendek dengan memanfaatkan fluktuasi harga. Dalam kondisi tetentu, pedagang grosir dan eceran menjadi spekulator melalui penanganan dan beli-jual yang meminumkan risiko.

(24)

bahan setengah jadi atau produk akhir. Aktivitasnya meningkatkan nilai tambah waktu, bentuk, tempat, maupun kepemilikan dari bahan baku. 5. Organisasi (facilitative organization) yang membantu memperlancar

aktivitas pemasaran misal membuat peraturan-peraturan, kebijakan, pelelangan, dan asosiasi importir maupun eksportir

Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah saluran yang digunakan produsen dan lembaga pemasaran lainnya untuk menyalurkan produknya dari produsen sampai konsumen. Menurut Limbong dan Sitorus dalam Sudiyono (2001), saluran pemasaran merupakan himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak atau membantu mengalihkan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang atau jasa tertentu berpindah dari produsen hingga ke konsumen. Jumlah pihak yang terlibat dalam proses pengalihan barang atau jasa tersebut akan mempengaruhi panjangnya saluran pemasaran. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran (Limbong dan Sitorus dalam Sudiyono 2001), yaitu :

1. Pertimbangan pasar : siapa konsumen (rumah tangga atau industri), besarnya potensi pembelian, bagaimana konsentrasi pasar secara geografis, berapa jumlah pesanan dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli 2. Pertimbangan produk : berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan berat barang (mudah rusak atau tidak), sifat teknis (berapa barang atau standar atau pesanan) dan bagaimana luas produk yang bersangkutan

3. Pertimbangan dari segi perusahaan : sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman manajerial, pengawasan penyaluran dan pelayanan yang diberikan penjual

4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi : pelayanan yang dapat diberikan oleh lembaga perantara, sikap perantara terhadap kebijakan produsen, volume dan pertimbangan biaya.

Menurut Sa'id dan Intan (2001), fungsi pemasaran didefenisikan sebagai serangkaian aktivitas fungsional yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik proses aktivitas fisik maupun proses jasa, yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya melalui penciptaan atau penambahan kegunaan bentuk, waktu, tempat, dan kepemilikan terhadap suatu produk.

Fungsi pemasaran dikelompokkan menjadi tiga fungsi utama, yaitu : 1. Fungsi Pertukaran, meliputi :

a) Fungsi Pembelian

Sebagian besar adalah pencarian sumber persediaan bahan baku, penetapan jumlah dan kualitas barang dibeli, penetapan harga dan syarat pembelian

b) Fungsi Penjualan Produk

(25)

Fokus utama membuat komoditi berada pada tempat yang tepat diinginkan

c) Fungsi Pengolahan Produk

Aktivitas yang berhubungan dengan manufaktur yang mengubahss bahan mentah menjadi produk yang diinginkan

d) Fungsi Pengemasan

Fokus membungkus barang dengan tampilan ukuran yang diinginkan 3. Fungsi Fasilitas, meliputi :

a) Fungsi Permodalan

Melibatkan aktivitas pengadaan uang atau modal lain dalam proses pemasaran

b) Fungsi Penanggulangan Risiko

Penerimaan kemungkinan kerugian dalam pemasaran produk karena risiko fisik dan pasar.

c) Fungsi Informasi Pasar

Aktivitas mengumpulkan dan menginterpretasikan data yang penting dalam pelaksanaan proses pemasaran.

a) Fungsi Standarisasi

Keseragaman ukuran dalam penentuan dan perawatan produk. Ukuran termasuk dalam kuantitas maupun kualitas.

Konsep Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat efisiensi tataniaga dapat diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Penyebaran rasio keuntungan dan biaya yang semakin merata serta semakin rendahnya marjin pemasaran terhadap biaya pemasaran menunjukkan bahwa sistem pemasaran tersebut semakin efisien secara operasional.

Konsep Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran dapat didefenisikan dengan dua cara, yaitu : Pertama, marjin pemasaran merupakan perbedaaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani (Daly dalam Asmarantaka 2012). Kedua, marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran (Waite dan Trelogan dalam Asmarantaka 2012). Komponen-komponen marjin pemasaran ini terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional. Selain itu, terdapat pula keuntungan lembaga pemasaran sebagai komponen marjin pemasaran. Apabila dalam pemasaran suatu produk pertanian, terdapat lembaga-lembaga yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran, maka marjin pemasaran secara matematis dapat ditulis sebagai :

M = Cij+∑ j dimana :

(26)

Cij = biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j

j = keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-j m = jumlah jenis biaya pemasaran

n = jumlah lembaga pemasaran

Marjin pemasaran dapat dianalisis melalui pendekatan kurva berikut :

Gambar 1 Kurva Marjin Pemasaran Sumber : Dahl dan Hammond (1977)

Keterangan : Q = jumlah barang Pr = harga tingkat eceran Pf = harga tingkat petani

Sr = kurva penawaran tingkat pasar eceran Sf = kurva penawaran tingkat petani

Dr = kurva permintaan tingkat pasar eceran Df = kurva permintaan tingkat petani

Permintaan konsumen atas suatu produk di tingkat pengecer disebut permintaan primer. Permintaan suatu produk di tingkat petani disebut permintaan turunan sebab permintaan ini diturunkan dari permintaan konsumen di tingkat pengecer.

Berdasarkan sisi penawaran, penawaran primer adalah penawaran komoditi pertanian di tingkat petani. Penawaran primer ini biasanya berupa penawaran bahan mentah ataupun bahan baku sedangkan penawaran turunan adalah penawaran di tingkat pengecer.

Menurut Daly (1958), harga yang dibayarkan kosumen merupakan harga di tingkat pengecer, yaitu merupakan perpotongan antara kurva permintaan primer (primary demand curve) dengan kurva penawaran turunan (derived supply curve). Harga di tingkat petani merupakan potongan antara kurva permintaan turunan (derived demand curve) dengan kurva penawaran primer (primary supply curve). Gambar 1 menginformasikan kurva permintaan primer yang berpotongan dengan kurva penawaran turunan membentuk harga di tingkat pengecer (pr). Sedangkan kurva permintaan turunan berpotongan dengan kurva penawaran Marketing margin

(Pr-Pf)

Value of the marketing margin (VMM= (Pr-Pf). Q)

(27)

primer membentuk harga di tingkat petani (pf). Marjin pemasaran sama dengan selisih harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani (M= Pr-Pf).

Berdasarkan gambar 1 dapat diukur nilai marjin pemasaran atau value of the marketing margin (VMM) yang dinikmati oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran komoditi pertanian. Nilai marjin pemasaran merupakan hasil kali antara perbedaaan harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan (VMM= (Pr-Pf). Q)

Marjin pemasaran yang semakin besar belum tentu menunjukkan suatu pemasaran semakin tidak efisien. Apabila marjin pemasaran besar dan biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran juga besar, agar komoditi pertanian yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen maka keuntungan pemasaran menjadi kecil. Untuk menentukan apakah tingginya marjin pemasaran menyebabkan ketidakefisienan pemasaran maka dalam menganalisis pemasaran harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut :

1. Penggunaan teknologi baru dalam proses produksi dapat menekan biaya produksi sehingga marjin pemasaran tampak cukup besar

2. Adanya kecenderungan konsumen untuk mengkonsumsi produk jadi, walaupun harganya lebih mahal

3. Adanya spesialisasi produksi yang pada akhirnya dapat menaikkan biaya pemasaran terutama biaya transfer

4. Adanya tambahan biaya pengolahan dan penyimpanan untuk meningkatkan kegunaan bentuk

5. Meningkatnya upah buruh dan tenaga kerja, terutama di sub sektor pemasaran eceran.

Konsep Perilaku Pasar

Analisis efisiensi pemasaran berdasarkan tingkah laku pasar adalah bagaimana peserta pasar, yaitu produsen, konsumen dan lembaga pemasaran menyesuaikan diri terhadap situasi penjualan dan pembelian yang terjadi. Dalam menganalisis tingkah laku pasar ini maka terdapat tiga pihak peserta pasar yang mempunyai kepentingan berbeda. Produsen menginginkan harga yang tinggi, pasar output secara lokal, terdapat pilihan pembeli (tidak terjadi struktur monopsonis maupun oligopsonistik), tersedia waktu dan informasi pasar yang cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menginginkan keuntungan yang maksimal, yaitu selisih marjin pemasaran dengan biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran relatif besar. Konsumen menginginkan tersedianya produk pertanian sesuai kebutuhan konsumen dengan harga yang wajar.

Tingkah laku pasar dapat semakin efisien dengan adanya :

1. Praktek-praktek penentuan harga harus memungkinkan adanya grading dan standarisasi komoditi pertanian

2. Biaya pemasaran harus seragam

3. Penentuan harga harus bebas dari praktek-praktek kerjasama yang tidak jujur

(28)

Konsep Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan salah satu elemen penting dalam melakukan analisis tataniaga. Teknologi produksi, skala produksi, intervensi pemerintah, dan penguasaan sumberdaya tertentu menyebabkan suatu perusahaan memiliki kuasa pasar yang sangat menentukan struktur pasar tersebut. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), terdapat tiga indikator dalam menganalisis struktur pasar, yaitu, : (1) konsentrasi pasar dan jumlah produsen, (2) sistem keluar masuk barang yang terjadi di pasar dan (3) difrensiasi produk.

Menurut Dahl dan Hammond (1977), terdapat empat faktor penentu dari karakteristik struktur pasar, yaitu (1) jumlah dan ukuran penjual dan pembeli, (2) keadaan produk yang diperjualbelikan, (3) Kemudahan masuk dan keluar pasar, (4) pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi.

Ditinjau dari sisi penjualan, maka struktur pasar dibedakan menjadi : (1) pasar persaingan sempurna, (2) persaingan monopolistik, (3) oligopoli, (4) monopoli. Sedangkan dari sisi pembeli, maka struktur pasar dapat dibedakan menjadi : (1) pasar persaingan sempurna, (2) olipgosonistik, (3) olipgosoni, (4) monopsoni. Karakteristik masing-masing struktur pasar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik dan Struktur Pasar

Karakteristik Pasar Struktur Pasar

1 Banyak Banyak Homogen Rendah Rendah Persaingan murni

Persaingan murni 2 Banyak Banyak Difrensiasi Tinggi Tinggi Persaingan

monopolistik

Persaingan monopolistik 3 Sedikit Sedikit Homogen Tinggi Tinggi Oligopsoni

murni

Oligopoli murni 4 Sedikit Sedikit Difrensiasi Tinggi Tinggi Oligopsoni

difrensiasi

Oligopoli difrensiasi 5 Satu Satu Unik Tinggi Tinggi Monopsoni Monopoli Sumber : Dahl dan Hammond (1977)

(29)

Konsep Efisiensi Pemasaran

Efisiensi sistem pemasaran merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat tercapai jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan pihak-pihak yang terlibat produsen, konsumen akhir, dan lembaga-lembaga pemasaran. Sistem pemasaran yang efisien akan tercapai apabila seluruh lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan memperoleh kepuasan dengan aktivitas pemasaran tersebut (Limbong dan Sitorus dalam Sudiyono 2011). Penurunan biaya input dari pelaksanaan pekerjaan tertentu tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan output barang dan jasa menunjukkan efisiensi.

Pengukuran efisensi pemasaran dapat menggunakan pendekatan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Efisiensi operasional digunakan untuk mendekati efisensi produksi sedangkan penetapan harga digunakan untuk medekati efisiensi distribusi dan kombinasi produk optimum.

Efisiensi operasional diukur dengan membandingkan output pemasaran terhadap input pemasaran. Output berupa kepuasan konsumen bukan hanya terhadap fisik produk, namun termasuk atribut lain dan nilai tambah produk. Input didekati melalui biaya pemasaran yang dikeluarkan.

Efisiensi penetapan harga berhubungan dengan keefektifan pemasaran sehingga harga dapat digunakan untuk menilai hasil kerja proses pemasaran dalam menyampaikan ouput pertanian dari daerah produsen ke konsumen. Usaha peningkatan efisiensi penetapan harga ini juga harus memungkinkan adanya perbaikan dalam tata cara pelaksanaan pembelian, penjualan, dan harga dalam proses pemasaran sehingga terdapat keuntungan yang layak bagi lembaga pemasaran untuk mengantarkan output pertanian dari daerah produksi ke daerah konsumsi. Menurut A.M. Saefildin (1969), dalam membangun efisiensi penetapan harga, diperlukan : (1) terjaminnya banyak alternatif pilihan bagi konsumen, artinya konsumen tidak berhadapan dengan pasar output yang bersaing tidak sempurna, (2) perbedaan harga tingkat produsen dengan harga tingkat konsumen, harus cukup mencerminkan biaya pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, (3) adanya kebebasan bagi lembaga pemasaran untuk masuk-keluar pasar, artinya apabila tercapai keuntungan ekonomi, lembaga pemasaran baru boleh masuk dalam pasar dan apabila tidak tercapai keuntungan normal, lembaga pemasaran boleh keluar pasar.

Konsep Farmer’s Share

Menurut Khols dan Uhls (1990), farmer’s share adalah persentase harga yang diterima petani sebagai imbalan dari kegiatan usahatani yang dilakukannya dalam menghasilkan suatu komoditas. Nilai farmer’s share ditentukan oleh besarnya rasio harga yang diterima oleh produsen terhadap harga yang yang dibayarkan oleh konsumen. Secara matematik dapat dirumuskan :

Keterangan :

Fs = farmer’s share

(30)

Pr = harga di tingkat konsumen

Farmer’s share dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran dari sisi pendapatan petani. Saluran yang efisien pada umumnya saat farmer’s share saluran tersebut bernilai paling besar diantara saluran lain dan total marjin pemasarannya bernilai paling kecil. Ketentuan ini tidak selalu dapat diandalkan dengan mempertimbangkan fungsi-fungsi dan manfaat yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga tataniaga dalam saluran tersebut.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Barat meski laju alih fungsi lahan meningkat setiap tahun. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai pencapaian target produksi padi yang ditetapkan setiap tahun, seperti pada Tabel 4.

Tabel 4 Pencapaian Target Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Produksi Komoditi Padi Kabupaten Cianjur Tahun 2013

Uraian Padi Sawah Padi Ladang Jumlah

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Persentase 1.Luas

Tanam (Ha)

133 177 138 852 20 756 18 787 154 533 157 639 102.01

2.Luas panen (Ha)

126 832 139 910 20 612 18 636 147 444 158 546 107.53

3.Produktivitas (Ton/Ha)

6.557 6.176 3.76 3.19 6.158 5.840 94.84

4.Produksi GKG (Ton)

831 637 864 117 76 88 61 849 908 025 925 996 101.98

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2013)

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati No. 520/Kep.168-Distan/2013, Kecamatan Cibeber merupakan salah satu daerah unggulan tanaman padi di Kecamatan Cibeber dengan total produksi gabah kering giling (GKG) pada tahun 2013 mencapai 45 231 ton GKG dengan persentase pencapaian target oleh Dinas Pertanian Cianjur 107.19 persen di wilayah tersebut. Produksi padi yang besar ini seharusnya dapat menghasilkan beras yang dengan mudah dibeli dan dikonsumsi masyarakat, termasuk penduduk Kecamatan Cibeber yang berjumlah 118 813 jiwa (Badan Pusat Statistika Kabupaten Cianjur 2012).

Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang berfluktuasi sekitar Rp 3 000-Rp 4000 masih cukup jauh dari rata-rata harga berasnya di pasar yakni Rp 8 533 (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur 2013). Penurunan harga gabah akibat panen raya juga sering membuat pendapatan petani tidak maksimal padahal petani sebagai salah satu bagian dalam tataniaga perlu mendapatkan insentif yang merata untuk meningkatkan pertumbuhan di sektor ini.

(31)

yang dilakukan mengidentitikasi tentang lembaga dan saluran pemasaran beras, marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran dan struktur serta perilaku pasar pada setiap saluran pemasaran. Melalui penelitian ini diharapkan dapat tercipta dan dipilih pola pemasaran beras yang semakin efisien.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

1. Kecamatan Cibeber merupakan daerah unggulan produksi tanaman pangan padi di Kabupaten Cianjur menurut Surat Keputusan Bupati No. 520/Kep.168-Distan/2013

2. Harga gabah di tingkat petani mengalami perbedaan harga pembelian dengan pola pemasaran yang berbeda

Sistem pemasaran beras (Produksi padi Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten

Cianjur, Provinsi Jawa Barat) Fungsi

pemasaran Perilaku pasar

Aktivitas pembelian dan penjualan, penentuan harga, sistem pembayaran, kerjasama lembaga pemasaran

Harga di tingkat petani dan harga di tingkat konsumen akhir

Farmer’s share

Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Lembaga dan

saluran pemasaran

Identifikasi efisiensi operasional pemasaran beras di Kecamatan Cibeber

Saran kepada petani dan lembaga terlibat pemasaran beras di Kecamatan Cibeber Marjin pemasaran

Jumlah serta ukuran penjual dan pembeli , sifat produk, hambatan keluar masuk-pasar, informasi pasar Struktur pasar

(32)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan tempat penelitian memiliki kesesuaian dengan topik yang akan dianalisis yakni pemasaran beras dari hasil produksi padi yang sangat besar dari Kecamatan Cibeber. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan di 3 desa sampel yang mewakili 18 desa di Kecamatan tersebut. Ketiga desa yang dipilih yakni Desa Salamnunggal, Karangnunggal dan Cisalak. Ketiga desa dengan hasil produksi padi yang besar di Kecamatan Cibeber ini diharapkan mampu menggambarkan keadaaan umum tataniaga padi di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara dan observasi. Data sekunder dari studi literatur buku-buku dan hasil penelitian yang relevan, artikel terkait topik penelitian, data dan informasi dari Dinas Pertanian Jawa Barat dan Cianjur, Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Cibeber, Badan Pusat Statistik Indonesia dan lain sebagainya.

Pengambilan data menggunakan metode snowball sampling dengan mengikuti alur pemasaran mulai dari petani sebagai produsen sampai ke tingkat konsumen. Dari tingkat petani akan diketahui aliran produk dan lembaga apa saja yang terlibat dalam proses pemasaran. Metode ini menggunakan informasi dari responden sebelumnya sehingga responden yang terpilih di saluran pemasaran akan disesuaikan dengan pola pemasaran yang terdapat di lokasi penelitian.

Tahap awal melibatkan masing-masing 10 orang petani dari desa sampel yang menjadi lokasi pengambilan sampel sehingga terdapat 30 petani yang terlibat secara keseluruhan sebagai responden awal. Berikutnya proses wawancara melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yakni 4 orang tengkulak, 1 penggiling, 2 pengumpul besar dan pabrik beras dalam desa, 1 pabrik beras dengan skala lebih besar diluar desa, 3 distributor di Cianjur, 3 distributor di Jakarta, 3 pengecer di Cianjur dan 3 pengecer di Jakarta.

Metode Pengumpulan Data

(33)

juga dilakukan dengan browsing di internet terkait artikel, jurnal dan tulisan ilmiah yang terkait dengan topik penelitian.

Responden petani dipilih secara purposive sampling dengan kriteria yang telah ditetapkan, yakni petani padi Ciherang. Informasi dari lembaga pemasaran didapatkan dengan menggunakan teknik snowball sampling dari petani hingga konsumen akhir. Dalam pengumpulan data, peneliti didampingi oleh penyuluh dari Dinas Pertanian Cianjur.

Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis saluran tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin tataniaga, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya. Dalam pengolahan data padi di setiap lembaga pemasaran dikonversi menjadi gabah kering giling (GKG). Hal ini berdasarkan nilai konversi GKP ke GKG sebesar 86.02 persen dan GKG ke beras sekitar 62.74 persen (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur 2013).

Analisis Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran merupakan organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam penyampaian atau pengaliran produk dari produsen hingga konsumen akhir. Analisis saluran tataniaga beras di Kecamatan Cibeber dapat dilakukan dengan pendekatan terhadap setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran. Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 petani dari 3 desa berbeda untuk diwawancarai secara langsung termasuk menggunakan kuisioner. Berikutnya peneliti mewawancarai lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat sesuai dengan informasi dari petani atau lembaga pemasaran sebelumnya. Apabila harga yang berlaku berbeda pada lembaga dalam saluran yang sama, peneliti akan mengambil rata-rata dari harga jual atau harga beli oleh para pelaku pemasaran tersebut. Perbedaan saluran pemasaran berpengaruh terhadap pembagian pendapatan yang diterima oleh masing –masing lembaga dalam saluran.

Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran

(34)

tataniaga di setiap lembaga. Analisis diperlukan untuk mengetahui aktivitas, biaya yang dikeluarkan dan fasilitas yang dibutuhkan dari setiap lembaga. Selanjutnya berdasarkan analisis lembaga dan fungsi pemasaran ini akan dapat dihitung besar marjin tataniaga.

Analisis Stuktur Pasar

Analisis struktur pasar dianalisis secara kulititatif yakni berdasarkan jumlah penjual dan pembeli, sifat difrensiasi produk, pengetahuan dan informasi pasar serta hambatan untuk masuk-keluar pasar. Peneliti menentukan nilai dari masing-masing kriteria tersebut berdasarkan hasil pengamatan di lapangan. Struktur pasar yang mungkin dihadapi oleh pelaku pemasaran adalah pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli dan monopoli. Secara normatif, pemasaran yang efisien adalah struktur pasar persaingan sempurna, namun secara realita struktur pasar ini hampir tidak dapat ditemukan.

Analisis Perilaku Pasar

Usaha dan aktivitas dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam pemasaran sangat dibutuhkan. Kegiatan pembelian, penjualan, penetapan harga, cara pembayaran dan kerjasama yang dilakukan setiap lembaga pemasaran merupakan perilaku yang berhubungan struktur pasar yang dihadapi. Analisis perilaku pasar bermanfaat untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan konsumen yang berkarakter.

Analisis Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran pada penelilitian ini diukur berdasarkan efisiensi operasional atau teknis yang berhubungan dengan aktivitas pemasaran yang meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran. Nilai output merupakan penilaian konsumen terhadap barang yang dikonsumsi dimana tidak hanya penilaian fisik saja, namun termasuk atribut yang dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Nilai input adalah semua biaya pemasaran yang timbul karena adanya sistem pemasaran, namun termasuk keuntungan yang diterima lembaga-lembaga pemasaran. Efisiensi operasional pemasaran padi pada penelitian ini diukur berdasarkan marjin pemasaran, farmer’s share serta analisis keuntungan dan biaya. Selain itu, dilihat juga saluran pemasarannya, fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar.

Analisis Marjin Pemasaran

(35)

aktivitas-aktivitas bisnis atau fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan dalam sistem pemasaran tersebut. Artinya, marjin merupakan kumpulan balas jasa karena kegiatan produktif dalam mengalirnya produk dari petani sampai ke konsumen akhir. Secara sistematis, marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

MT = ∑Mi ... 1 Mi = Psi-Pbi ... 2 Mi = Ci + ... 3 Psi-Pbi= Ci + ... 4 Sehingga keuntungan lembaga di tingkat ke-i

i = Psi – Pbi – Ci ... 5 Keterangan :

Mi : Marjin pemasaran tingkat ke-i Psi : Harga jual pasar tingkat ke-i Pbi : Harga beli pasar tingkat ke-i

Ci : Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i i : Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i MT : Marjin total

Analisis Farmer’s Share

Analisis farmer’s share digunakan untuk mengetahui persentase harga yang diterima oleh petani padi terhadap harga di konsumen akhir. Farmer’s share menjadi salah satu indikator efisiensi pemasaran. Farmer’s share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran. Artinya, semakin tinggi marjin pemasaran maka semakin kecil bagian yang diperoleh oleh petani. Secara sistematis farmer’s share dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Fs = farmer’s share

Pf = harga di tingkat petani Pr = harga di tingkat konsumen

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Indikator efisiensi pemasaran dapat juga dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya yang semakin merata menunjukkan sistem efisien secara operasional. Penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut (Dahl dan Hammond 1977):

Keterangan :

(36)

Definisi Operasional

Defenisi operasional bertujuan membatasi ruang lingkup penelitian yang dilakukan. Selain itu, defenisi operasional ini digunakan untuk menjelaskan variabel yang dianalisis dalam penelitian.

1. Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa elemen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan;

2. Pemasaran produk agribisnis merupakan keragaaan dari semua aktivitas bisnis dalam mengalirkan barang/jasa dari petani produsen (usahatani) sampai ke konsumen akhir;

3. Padi merupakan golongan tumbuhan Graminae yang memiliki ciri khusus yakni berupa batang yang tersusun dari beberapa ruas yang dapat menghasilkan gabah sebagai bahan dasar mengahasilkan beras;

4. Beras merupakan produk hasil pengolahan gabah yang menjadi hasil utama tanaman padi;

5. Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa gabah kering panen (GKP) dalam satuan kg/ha/musim atau kg/ha/tahun;

6. Harga jual petani dalam analisis tataniaga adalah harga gabah yang diproses untuk menghasilkan beras dalam satuan Rp/kg;.

7. Farmer’s share merupakan proporsi atau persentase harga yang diperoleh petani terhadap harga produk yang mengalir ke konsumen akhir

8. Marjin pemasaran merupakan selisih harga jual dan harga beli oleh suatu lembaga tataniaga sedangkan marjin total adalah perbedaan harga di tingkat petani sebagai produsen terhadap harga di konsumen akhir.

GAMBARAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Wilayah Kecamatan Cibeber

Kecamatan Cibeber merupakan salah satu kecamatan yang berada di

wilayah Kabupaten Cianjur. Kecamatan Cibeber secara geografis terletak di 6°52’ Lintang Selatan dan 107°02’-107°13’ Bujur Timur dengan batas wilayah :

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Warungkondang, Kecamatan Cilaku, Kecamatan Sukaluyu dan Kecamatan Bojongpicung

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Campaka Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung

Kecamatan Cibeber memiliki ketinggian rata-rata 490 meter dari permukaan laut (mdpl). Desa dengan lokasi tertinggi ialah Karangnunggal dengan tinggi 714 mdpl dan terendah ialah Girimulya dengan tinggi 400 mdpl.

(37)

Penduduk Kabupaten Cianjur pada umumnya bekerja sebagai petani, begitu pula di Kecamatan Cibeber. Di kecamatan ini, terdapat 41% keluarga yang berusaha di sektor pertanian dan 59 persen tersebar di berbagai sektor nonpertanian ( Statisika Daerah Kecamatan Cibeber Tahun 2012). Padi merupakan salah satu komoditi yang paling banyak diusahakan di Kecamatan Cibeber sehingga menjadikan kecamatan ini termasuk produsen padi terbesar dibandingkan 31 kecamatan lainnya di Kabupaten Cianjur. Pada tahun 2013 kecamatan ini menghasilkan 51 072 ton GKP dari total GKP yakni 1 004 554 di Kabupaten Cianjur. Padi menjadi komoditi yang diusahakan di 18 desa di Kecamatan Cibeber seperti ditunjukkan oleh Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Luas Areal Sawah (Ha) Berdasarkan Jenis Irigasi di Kecamatan Cibeber Tahun 2011

Sumber : Balai Pertanian Kecamatan Cibeber Tahun 2012

Karakteristik Petani Responden

Gambar

Tabel 1  Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Penduduk Indonesia pada
Gambar 1 Kurva Marjin Pemasaran
Tabel 3 Karakteristik dan Struktur Pasar
Tabel 4 Pencapaian Target Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari variabel tersebut diketahui bahwa ada ketidakpastian dalam kontrak hal ini akan berpengaruh terhadap biaya pekerjaan dimana, semakin tinggi faktor

PERJANJIAN SEWA MENYEWA SAWAH MELALUI LISAN DI DESA POTOAN DAYA KECAMATAN PALENGAAN KABUPATEN PAMEKASAN DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM

Populasi penelitian ialah semua data rekam medik pasien Bronkitis kronik dengan eksaserbasi akut yang dirawat jalan dan mendapat pengobatan antibiotik di RSUP

[r]

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru sudah mengetahui standar penanganan diare akut

Rapat menerima dan menyetujui Laporan Tahunan tahunbuku 2020, termasuk mengesahkan Laporan Keuangan tahunbuku 2020 yang telah diaudit Kantor Akuntan Publik Tanubrata

(6) Wajib Pajak yang telah memperoleh pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 23 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus membuat Laporan Realisasi Pembebasan dari

Hal ini terlihat jelas dari peningkatan skor tes ARA dan morticity index (arm section) antara fase awal dan fase akhir setelah mengalami intervensi selama 6