• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) Dan Jumlah Bibit Pada Padi Tipe Baru Varietas Ipb 3s

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) Dan Jumlah Bibit Pada Padi Tipe Baru Varietas Ipb 3s"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN (N) DAN JUMLAH

BIBIT PADA PADI TIPE BARU VARIETAS IPB 3S

GALIH ANGGA KUSUMA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) dan Jumlah Bibit pada Padi Tipe Baru Varietas IPB 3S adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Galih Angga Kusuma

(4)
(5)

ABSTRAK

GALIH ANGGA KUSUMA. Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) dan Jumlah Bibit pada Padi Tipe Baru Varietas IPB 3S. Dibimbing oleh SUGIYANTA.

Konsumsi padi semakin bertambah dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi padi nasional. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan dosis pemupukan nitrogen dan jumlah bibit per lubang tanam yang optimum sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang tinggi pada Padi Tipe Baru Varietas IPB 3S. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru IPB Dramaga, Bogor pada bulan Februari-Juni 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial Split Plot dengan tiga ulangan dan dua faktor perlakuan yaitu dosis pupuk Nitrogen (90, 120, 150, 180 kg N ha-1) sebagai petak utama dan jumlah bibit (1, 5, 10, 15, dan 20 bibit) sebagai anak petak. Satuan percobaan berupa petakan-petakan dengan luas ± 25 m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk N berpengaruh sangat nyata terhadap persentase gabah bernas dan hampa, sedangkan perlakuan jumlah bibit per lubang tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot basah ubinan, bobot kering ubinan, GKP dan GKG. Peningkatan jumlah bibit hingga 15 bibit per lubang tanam akan meningkatkan hasil ubinan dan hasil gabah ha-1 . Hasil tertinggi Padi Tipe Baru (PTB) varietas IPB 3S dapat dicapai pada dosis pupuk 90 kg N ha-1 dan jumlah bibit 15 per lubang tanam.

Kata kunci : pupuk, hasil gabah ha-1 , IPB 3S, produksi

ABSTRACT

GALIH ANGGA KUSUMA. Optimization Of Nitrogen Fertilization and The Numbers Of Seedlings on New Type Of Rice Variety IPB 3S. Supervised by SUGIYANTA.

The consumtion of rice is increasing in line with population growth in Indonesian so that it is necessary to increase national rice production. The aims of this research was to study an optimized doses of nitrogen fertilization and optimized number of seedlings to obtain optimum growth and high yield on new type of rice variety IPB 3S. This research was conducted at Sawah Baru experimental field of IPB, Dramaga, Bogor, on Februari-Juni 2015. Factorial Split Plot Design was used with 3 replications of two treatment; Nitrogen fertilizer (90, 120, 150, 180 kg N ha-1) as the main plot and number of seeds (1, 5, 10, 15, and 20 seeds) as subplot. Experimental unit used was plots with an area of ±25 m2. The result showed that the effect of doses N fertilizer very significant on the percentageof grain pithy and hollow, while the treatment of the number of seedlings very significant on plant height, number of tillers, number of productive tillers, the weight of the wet and dry tile, GKP and GKG. The increase number of seedling up to 15 seedling increased the weight of tile and yield ha-1. The higher yield of IPB 3S can be achieved at a doses of fertilizer 90 kg N ha-1 and number 15 seedling.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN (N) DAN JUMLAH

BIBIT PADA PADI TIPE BARU VARIETAS IPB 3S

GALIH ANGGA KUSUMA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) dan Jumlah Bibit pada Padi Tipe Baru Varietas IPB 3S

Nama : Galih Angga Kusuma NIM : A24110078

Disetujui oleh

Dr Ir Sugiyanta, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Sugiyanta, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul “Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) dan Jumlah Bibit pada Padi Tipe Baru IPB 3S”. Karya ilmiah ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pemupukan N dan jumlah bibit per lubang tanam yang optimum sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang tinggi pada Padi Tipe Baru IPB 3S.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyusunan skripsi, terutama:

1. Dr Ir Sugiyanta, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan pengarah selama penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Dr Ir Ketty Suketi, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing selama perkuliahan.

3. Dr Ir Heni Purnamawati, MSc Agr dan Dr Desta Wirnas, SP MSi selaku dosen penguji yang telah memberi saran dan masukan untuk perbaikan skripsi.

4. Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang telah memberikan doa, semangat dan kasih sayang.

5. Mang Enjay dan tim sawah baru yang telah membantu selama penelitian. 6. Sahabat Senior Resident yang telah menemani dalam suka dan duka selama

3 tahun

7. Teman-teman seangkatan Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan doa, semangat dan masukan pada penelitian.

8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk memperbaiki karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Padi 2

Padi Tipe Baru 2

Pupuk Nitrogen 3

Jumlah Bibit 3

METODE PENELITIAN 4

Tempat dan Waktu 4

Bahan dan Alat 4

Metode Penelitian 5

Pelaksanaan Penelitian 5

Pengamatan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum 7

Analisis Kandungan Hara Tanah 8

Rekapitulasi Sidik Ragam 9

Pertumbuhan Tanaman 11

Komponen Hasil dan Hasil 16

KESIMPULAN DAN SARAN 21

Kesimpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(14)

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum dan setelah penelitian 9 2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit

terhadap pertumbuhan dan hasil pada padi tipe baru IPB 3S 10 3 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap tinggi tanaman 11 4 Pengaruh interaksi dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap tinggi

tanaman pada saat 7 MST 12

5 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap jumlah anakan 13 6 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap bagan warna daun 14 7 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap panjang akar, bobot

kering biomassa dan laju fotosintesis 15

8 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai dan bobot 1 000 butir 17 9 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap hasil gabah kering

per rumpun, persentase gabah bernas dan gabah hampa 18 10 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap hasil ubinan dan

hasil gabah ha-1 20

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara jumlah bibit dengan tinggi tanaman pada saat 3 dan 4

MST 12

2 Hubungan antara jumlah bibit dengan jumlah anakan 13 3 Hubungan antara jumlah bibit dengan jumlah anakan produktif 17 4 Hubungan antara dosis pupuk N dengan persentase gabah bernas 19 5 Hubungan antara dosis pupuk N dengan persentase gabah hampa 19 6 Hubungan antara jumlah bibit dengan hasil gabah ha-1 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data iklim bulan Februari sampai bulan Juni 2015 24

2 Deskripsi padi tipe baru varietas IPB 3S 24

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan tanaman pangan utama yang dikonsumsi penduduk Indonesia. Kebutuhan akan padi kedepannya akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Menurut Bappenas (2013) diperkirakan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2035 sebesar 305.6 juta, sehingga merupakan tantangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Produksi padi Indonesia pada tahun 2013 mencapai 71.27 juta ton dengan luas lahan panen padi 13 793 913 ha dan produktivitas rata-rata nasional 5.152 ton ha-1 (BPS 2015). Produksi padi tahun 2014 sebesar 70.83 juta ton GKG atau mengalami penurunan sebesar 0.45 juta ton (0.63 %) dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 41.61 ribu ha (0.30 %) dan produktivitas sebesar 0.17 kuintal ha-1 (0.33 %) (BPS 2015). Menurut Putra (2011) penurunan produksi padi terjadi karena beberapa faktor seperti tidak efisiennya penggunaan pupuk anorganik, degradasi lahan, gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti tikus, penggerek batang, wereng, penyakit kerdil hampa, tungro serta adanya cekaman lingkungan seperti kekeringan.

Nitrogen (N) merupakan unsur hara paling penting dalam tanaman padi. Kebutuhan unsur N dalam tanaman padi lebih tinggi daripada unsur hara lainnya. Unsur N merupakan faktor pembatas bagi produktivitas tanaman. Kekurangan N akan menyebabkan tumbuhan tidak tumbuh secara optimum,sedangkan kelebihan N selain menghambat pertumbuhan tanaman juga dapat merusak tanaman sehingga dapat menurunkan hasil (Duan et al. 2007). Penelitian yang dilakukan Triadiati et al (2012) menunjukkan bahwa semakin tinggi ketersediaan N dalam tanah dan pemberian dosis N pada batasan tertentu akan menurunkan pertumbuhan tanaman, biomassa tanaman, hasil gabah dan efisiensi penyerapan nitrogen. Penggunaan pupuk N yang dilakukan petani cenderung meningkat secara singnifikan untuk meningkatkan produksi hasil padi dan kesuburan tanah. Tanaman padi mempunyai kapasitas untuk menyerap unsur N dalam jumlah terbatas, sehingga N yang tidak diserap akan mengalami proses pencucian oleh air irigasi dan mengalami penguapan (Triyono et al. 2013). Selain dengan optimasi pemupukan N, untuk menghadapi tantangan kebutuhan pangan yang semakin tinggi adalah dengan menggunakan teknologi penanaman jumlah bibit per lubang tanam dan menggunakan Padi Tipe Baru (PTB).

(16)

2

unggul yang ada saat ini (Las et al. 2003). Optimasi penggunaan jumlah bibit per lubang dalam teknologi produksi PTB sangat penting karena jumlah anakan yang dihasilkan PTB lebih sedikit sehingga membutuhkan jumlah bibit yang optimum untuk mendapatkan malai ha-1 lebih banyak. Jumlah malai ha-1 yang banyak akan menghasilkan hasil panen yang tinggi. Padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Padi Tipe Baru (PTB) varietas IPB 3S. Varietas IPB 3S memiliki potensi hasil yang tinggi yaitu 11.2 ton ha-1, tahan terhadap penyakit tungro, agak tahan terhadap penyakit blas dan hawar daun (Lampiran 2).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pemupukan N dan jumlah bibit per lubang yang optimum sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang tinggi pada padi tipe baru varietas IPB 3S.

Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengaruh dosis pemupukan N dan jumlah bibit per lubang tanam terhadap pertumbuhan dan hasil pada Padi Tipe Baru IPB 3S. Terdapat pengaruh interaksi antara pemupukan N dan jumlah bibit per lubang tanam pada pertumbuhan dan hasil pada Padi Tipe Baru IPB 3S.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan dari Graminae yang ditandai dengan dari beberapa ruas penyusun batang. Padi (Oryza sativa L.) termasuk suku Oryzae dan genus Oryza. Padi dapat dibedakan menjadi 3 subspesies yaitu Indica, Japonica dan Javanica (Siregar 1981).

Menurut Siregar (1981) padi merupakan tanaman rumput semusim dengan tinggi 50–130 cm hingga 5 m. Batangnya berbentuk bulat, berongga dan beruasruas serta berakar serabut. Daun terdiri atas helai daun yang menyelubungi batang. Bunga padi membentuk malai keluar dari buku paling atas dengan jumlah bunga tergantung kultivar yang berkisar antara 50–500 bunga, sedangkan buah atau biji padi beragam dalam bentuk, ukuran dan warnanya.

Padi Tipe Baru

Padi Tipe Baru (PTB) merupakan padi hasil persilangan antara padi jenis indica dengan japonica. Padi tipe baru memiliki sifat penting, diantaranya (1) jumlah anakan sedikit (7–12 batang) dan semuanya produktif, (2) malai lebih 1ebat (>300 butir/malai) dan panjang, (3) batang besar dan kokoh, (4) daun tegak, tebal, dan hijau tua, (5) perakaran panjang dan lebat. Potensi hasil PTB 10–25% tebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini ( Las et al.

(17)

3 keunggulan diantaranya memiliki rata-rata hasil panen 7 ton ha-1 serta potensi hasil mencapai 11,2 ton ha-1, tahan terhadap Tungro, agak tahan terhadap penyakit blas ras 033 dan hawar daun bakteri (Siregar et al. 2013)

Pupuk Nitrogen

Nitrogen adalah unsur hara utama dalam pembentukan asam amino, asam nukleat, nuklotida dan klorofil pada tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara utama yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Nitrogen berfungsi dalam mendorong pertumbuhan yang cepat (meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah anakan), meningkatkan ukuran daun, jumlah bulir gabah per malai, dan kandungan protein gabah. Konsentrasi nitrogen dalam daun juga erat kaitannya dengan laju fotosintesis daun produksi biomasa tanaman (Doberman dan Fairhust 2000).

Nitrogen diperlukan selama periode pertumbuhan tanaman. Kebutuhan terbesar N adalah antara awal sampai pertengahan pembentukan anakan dan stadia pembentukan malai (Doberman dan Fairhust 2000). Unsur N juga dibutuhkan selama pematangan karena untuk menunda penuaan daun, mempertahankan fotosintesis selama pengisian biji dan meningkatkan kandungan protein dalam padi.

Kekurangan unsur N sering terjadi pada tahapan pertumbuhan kritis seperti periode menganak dan inisiasi malai. Kekurangan N akan menurunkan jumlah anakan, daun mengecil, tanaman pendek dan menguranggi jumlah gabah per malai. Efisiensi pemupukan nitrogen dapat dilakukan dengan mengetahui kesesuaian antara pasokan N dan kebutuhan N tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi penggunaan N adalah varietas, jarak tanam, pengelolaan irigasi, pengolahan tanah, bahan organik dan cara pemupukan. Efisiensi pemupukan juga dapat diukur berdasarkan jumlah pengambilan atau serapan unsur nitrogen oleh tanaman, yaitu jumlah pupuk paling sedikit yang diperlukan tanaman untuk memproduksi hasil yang sama (Prased dan De Datta 1979).

Hasil penelitian Triadiati et al. (2012) aplikasi pupuk N dengan dosis 225 dan 612.5 kg urea ha-1 pada lahan sawah menunjukan bahwa pada dosis 225 kg urea ha-1 tingkat efisiensi lebih tinggi dalam penyerapan unsur oleh tanaman. Semakin tinggi ketersediaan nitrogen dalam tanah dan pemberian dosis pupuk N pada batasan tertentu akan menurunkan pertumbuhan tanaman, biomassa tanaman, dan hasil gabah.

Jumlah Bibit

(18)

4

memberikan pertumbuhan yang cenderung lebih meninggi karena jumlah bibit tanam yang lebih padat dibanding dengan 1 bibit per lubang sehingga mengakibatkan terjadinya etiolasi. Etiolasi disebabkan oleh kekurangan sinar matahari sehingga tanaman akan memproduksi auksin berlebih dan mengakibatkan tanaman cenderung tumbuh meninggi.

Penggunaan jumlah bibit per lubang tanam berkaitan dengan populasi tanaman padi. Semakin banyak jumlah bibit per lubang tanam semakin padat populasi pertanaman padi. Kepadatan yang tinggi pada populasi akan mengakibatkan ruang tumbuh yang terbatas sehingga menguranggi produksi anakan, baik anakan produktif maupun anakan total. Anakan yang terbentuk pada kepadatan populasi yang tinggi adalah anakan primer dan sekunder, sedangkan anakan tersier yang terbentuk umumnya tidak mampu berkompetisi pada ruang tumbuh sempit yang mengakibatkan kematian pada anakan tersier. Jumlah anakan tanaman padi pada jumlah bibit banyak akan lebih sedikit dibanding dengan tanaman yang ditanam pada jumlah bibit sedikit. Hasil penelitian Sumardi (2010), menyebutkan bahwa peningkatan kepadatan populasi dari 16 rumpun m-2 mejadi 100 m-2 menurunkan jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, persentase gabah bernas dan bobot gabah tiap rumpun, namun meningkatkan bobot gabah kering giling per petak (100 m2 ), yakni yakni 47.57 kg per petak pada kepadatan populasi 16 rumpun m-2 dan 85.53 kg per petak pada kepadatan populasi 100 rumpun m-2..

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan Sawah Baru IPB Dramaga, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL) Fakultas Pertanian IPB. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2015 – Juni 2015.

Bahan dan Alat

(19)

5

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Faktorial Split Plot dengan dua faktor. Petak utama adalah pemupukan N yang terdiri dari : dosis N 90 kg ha-1 (N1), dosis N 120 kg ha-1 (N2), dosis N 150 kg ha-1 (N3), dosis N 180 kg ha-1 (N4). Anak petak adalah jumlah bibit per lubang tanam yang terdiri dari : 1 bibit per lubang tanam (J1), 5 bibit per lubang tanam (J2), 10 bibit per lubang tanam (J3), 15 bibit per lubang tanam (J4), 20 bibit per lubang tanam (J5). Dua faktor tersebut diperoleh 20 kombinasi perlakuan. Penelitian ini menggunakan tiga kali ulangan (tiga kelompok), dengan demikian terdapat 60 satuan percobaan. Petak satuan penelitian berukuran 5 m x 5 m, sehingga total lahan yang dibutuhkan seluas 1 500 m2. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam 30 cm x 20 cm.

Model linier untuk analisis statistik dari penelitian ini adalah : Yijk = μ + Ni + Bj + £ik + Uk + (NB)ij + €ijk

Yijk = Respon pengamatan pada perlakuan dosis N taraf ke-I, jumlah bibit ke-j dan ulangan ke-k

μ = Rataan umum pengamatan Ni = Pengaruh dosis N pada taraf ke-i Bj = Pengaruh jumlah bibit pada taraf ke-j Uk = Pengaruh ulangan pada taraf ke-k

£ik = Pengaruh galat dari petak utama yang muncul pada ulangan ke-k dan perlakuan dosis N ke-i

(NB)ij = Pengaruh interaksi antara dosis N ke taraf ke-i dan jumlah bibit ke-j εijk = Pengaruh galat anak petak yang muncul dari ulangan ke- k dan

kombinasi perlakuan ij.

Analisis statistik dilakukan terhadap semua data hasil pengamatan dengan menggunakan sidik ragam (uji F). Apabila pada sidik ragam perlakuan memberikan pengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf uji 5%.

Pelaksanaan Penelitian

(20)

SP-6

36, dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST), 1/3 dosis N akan diberikan pada saat tanaman berumur 4 MST dan 1/3 dosis N diberikan pada 7 MST. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan, penyulaman bibit yang mati, dan pengendalian dari organisme pengganggu tanaman. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam (MST), sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada umur 6 MST. Penyiangan dilakukan dengan mencabut dengan tangan, kemudian dipendam dalam tanah. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menggunakan pestisida. Hal tersebut disesuaikan dengan jenis dan intensitas hama dan penyakit yang menyerang tanaman, sedangkan pengendalian hama burung dilakukan dengan memasang jaring di sekeliling lokasi penelitian dan dengan menjaga lahan percobaan saat intensitas serangan burung tinggi. Pemanenan dilakukan setelah memenuhi kriteria panen yaitu 90–95% bulir-bulir padi telah menguning.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh untuk satu satuan percobaan. Peubah yang diamati adalah

a. Pengamatan pertumbuhan, meliputi:

1. Jumlah anakan diamati setiap minggu sejak tanaman berumur 3 MST hingga keluar malai (heading).

2. Tinggi tanaman diamati dari permukaan tanah sampai daun tertinggi sejak tanaman berumur 3 MST hingga keluar malai (heading).

3. Volume akar yang diukur dengan memasukkan akar ke dalam gelas ukur yang di isi air (mL) pada saat panen.

4. Panjang akar yang diukur dari pangkal akar sampai ujung akar (cm) pada saat panen.

5. Pengamatan warna daun dilakukan menggunakan alat bagan warna daun (BWD). Pengamatan ini dilakukan mulai 3 MST hingga keluar malai dengan cara mengamati daun teratas yang telah membuka sempurna. 6. Bobot kering biomassa

Bobot kering biomassa diperoleh dengan menjemur bagian akar dan tajuk tanaman dengan sinar matahari selama dua hari, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 24 jam pada saat panen.

b. Pengamatan komponen hasil, meliputi:

1. Jumlah anakan produktif rumpun-1, dihitung dari seluruh anakan yang menghasilkan malai pada saat panen.

2. Panjang malai, diukur dari pangkal malai sampai ujung malai dari 2 malai setiap tanaman contoh.

3. Jumlah gabah malai-1, diamati dari setiap 2 malai setiap tanaman contoh. 4. Hasil gabah basah dan gabah kering/rumpun, dilakukan perontokan bulir

gabah basah dan ditimbang.

5. Bobot per 1 000 butir gabah diamati dari 1 000 butir gabah bernas yang diambil dari tanaman contoh.

(21)

7

Analisis kandungan hara dalam tanah sebelum dan sesudah tanam. e. Pengamatan fotosintesis dengan LI-COR Photosynthesis 6 400 XT.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Curah hujan selama penelitian berkisar antara 90 mm bulan-1 sampai 374 mm bulan-1 dengan rata-ratanya 244 mm bulan-1. Temperatur rata-rata bulanan 25°C sampai 26.3°C dengan kelembaban udara bulanan antara 79% sampai 99% (Lampiran 1 ). Curah hujan dan kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Juni dengan nilai masing-masing 90 mm bulan-1 dan 79%, sedangkan curah hujan dan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan nilai masing-masing 346 mm bulan-1 dan 88%.

Penanaman bibit dilakukan berdasarkan perlakuan jumlah bibit, yaitu 1, 5, 10, 15 dan 20 bibit per lubang. Kondisi awal tanaman dengan jumlah bibit 5, 10, 15 dan 20 cukup baik, tanaman mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Pertumbuhan perlakuan 1 bibit per lubang mengalami stagnansi, layu dan warna daun menguning. Tanaman yang mengalami pertumbuhan kurang baik, rusak atau mati harus segera diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman dapat dilakukan pada 7 hari setelah tanam (HST). Penyulaman dilakukan bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak dan mengisi sela ruang yang tidak tertanami saat penanaman padi.

(22)

8

Serangan hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis) terlihat pada awal pertanaman, namun tidak terlalu berpengaruh pada kondisi pertanaman padi. Serangan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) terjadi pada fase masak susu. Hama ini menyerang padi dengan cara menusuk dan menghisap cairan yang terdapat dalam bulir padi. Serangan ini mengakibatkan bulir padi menjadi kosong dan berwarna kuning kecoklatan. Serangan walang sangit ini cukup banyak karena kondisi lahan padi sekitar lahan penelitian mulai dipanen, sehingga hama walang sangit berpindah dan menyerang tanaman pada penelitian ini. Upaya pengendalian serangan ini dengan satu kali aplikasi insektisida dengan dosis 1 L ha-1 pada saat malai padi keluar yaitu 8 MST. Hama lain yang menyerang adalah belalang hijau (Oxya chinensis) dan kepik hijau (Nezara viridula). Serangan hama ini tidak terlalu parah dibandingkan dengan serangan walang sangit. Belalang menyerang daun padi dengan cara menggigit dan mengunyah sedangkan kepik hijau menusuk dan menghisap cairan pada daun padi. Kerusakan yang ditimbulkan oleh belalang adalah daun padi robek atau koyak sedangkan yang ditimbulkan kepik hijau warna daun menjadi pucat, terbentuk noda bahkan mengering.

Hama lain yang menyerang adalah burung pipit. Hama burung pipit menyerang pada saat padi mulai menguning. Serangan burung pipit terjadi hampir setiap pagi dan sore hari. Burung pipit menyerang dengan cara berkelompok dan sulit dikendalikan. Hama ini memakan bulir padi yang masak penuh sehingga menyisakan batang-batang padi kosong dan mengering. Kerusakan paling parah terjadi pada tanaman pinggir. Intensitas serangan hama ini sangat tinggi karena lahan sekitar penelitian sudah dipanen, sehingga hama ini terkonsentrasi pada lahan penelitian ini. Pengaruh serangan hama ini dapat menurunkan hasil padi sawah. Upaya pengendaliannya dengan memasang jaring pada pinggiran tanaman dan mengusir secara manual burung pipit ketika akan menyerang.

Gulma yang terdapat pada areal penelitian terdiri dari gulma rumput dan gulma berdaun lebar. Jenis gulma rumput yang ditemukan adalah gulma jajagoan

(Echinochloa crusgalli) dan gulma bobontengan (Leptochloa chinensis)

Pengendalian gulma dilakukan secara manual pada 3 MST dengan cara mencabut dan memotong dengan sabit kecil hingga tidak terlihat lagi pada lahan penelitian. Pematang sawah juga dibersihkan pada 6 MST yang bertujuan untuk memudahkan berjalan saat perawatan. Penyakit yang menyerang adalah penyakit tungro namun secara umum hanya sedikit menyerang kecuali pada perlakuan 1 bibit per lubang tanam. Pemanenan dilakukan pada saat padi berumur 112 HST dengan cara manual. Padi dipotong bawah kemudian dirontokkan dengan cara digebot.

Analisis Kandungan Hara Tanah

(23)

9 Tabel 1 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum dan setelah penelitian

Perlakuan Peubah Kriteria

Keterangan: analisis tanah tidak dilakukan uji statistik.

Berdasarkan kriteria sifat tanah berdasarkan sifat PPT dalam Amrah (2008), hasil analisis tanah sebelum penelitian menunjukan bahwa N total sedang, P total sangat rendah dan K total tinggi. Hasil analisis tanah pada akhir penelitian mengalami penurunan pada semua unsur hara yang dianalisis, namun terdapat kecenderungan bahwa peningkatan dosis pupuk N akan meningkatkan kandungan hara N total dan K total pada akhir penelitian.

Rekapitulasi Sidik Ragam

(24)

10

dalam percobaan. Nilai KK yang tinggi menunjukkan semakin rendah nilai keandalan suatu percobaan, sedangkan KK yang rendah menunjukkan semakin tinggi keandalan sutu percobaan (Gomez dan Gomez 1995).

Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan hasil pada padi tipe baru IPB 3S

(25)

11

Pertumbuhan Tanaman

Tinggi tanaman

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada saat 6 MST. Perlakuan jumlah bibit berpengaruh nyata dari 3-7 MST terhadap tinggi tanaman. Aplikasi dosis 180 kg N ha-1 pada saat 6 MST menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi jika dibandingkan dengan dosis 150 kg N ha-1 , namun tidak berbeda nyata dengan dosis 90 dan 120 kg N ha-1. Perlakuan jumlah bibit 15 per lubang pada akhir pengamatan menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi jika dibandingkan dengan jumlah bibit 1,5, dan 20 bibit per lubang tanam, namun tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman jika dibandingkan dengan 10 bibit per lubang tanam.

Terdapat kecenderungan bahwa apabila jumlah bibit yang ditanam banyak maka tinggi tanamannya lebih tinggi daripada perlakuan jumlah bibit sedikit, namun jika ditanam melebihi 15 bibit per lubang tanam akan menurunkan tinggi tanaman. Hal ini terjadi karena jumlah anakan yang banyak dan rapat menyebabkan anakan tidak semuanya mendapat sinar matahari sehingga terjadi etiolasi. Etiolasi terjadi karena adanya produksi dan distribusi auksin yang tinggi, sehingga merangsang pemanjangan sel yang mendorong meningkatnya tinggi tanaman (Gardner et al 1985). Jumlah bibit sedikit mengalami pertumbuhan yang melebar dan memperbanyak jumlah anakannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Burbey et al. (2014) mengatakan bahwa penanaman jumlah bibit 1 per lubang memperlihatkan pertumbuhan yang melebar, sedangkan jumlah bibit banyak memperlihatkan pertumbuhan yang cenderung meninggi.

Tabel 3 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap tinggi tanaman

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

3 4 5 6 7

Keterangan: angka-angka sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

(26)

12

menunjukkan bahwa penggunaan bibit per lubang tanam semakin tinggi akan meningkatkan tinggi tanaman padi pada saat umut 3 dan 4 minggu setelah tanam.

Gambar 1 Hubungan antara jumlah bibit dengan tinggi tanaman pada saat 3 dan 4 MST

Terdapat interaksi antara dosis pemupukan N dan jumlah bibit per lubang tanam pada saat 7 MST. Interaksi antara dosis pupuk N dan jumlah bibit secara umum menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi antara dosis 90 kg N ha-1 dengan bibit 1 per lubang menunjukkan hasil yang nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan interaksi dosis 120 kg N ha-1 dengan jumlah bibit yang sama, namun tidak berbeda nyata dengan dosis 150 dan 180 kg N ha-1 . 90 108.07abc 105.73abc 109.00abc 109.00abc 108.87abc 120 94.53d 109.87ab 111.53ab 113.867a 109.80ab 150 97.87cd 104.80abcd 107.40abc 109.53ab 106.53abc 180 100.33bcd 100.33bcd 113.20a 114.00a 113.20a

Keterangan: angka-angka sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

Jumlah anakan

(27)

13 Tabel 5 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap jumlah anakan

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

3 4 5 6 7

Keterangan: angka-angka sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

Hasil analisi regresi hubungan penggunaan jumlah bibit per lubang tanam terhadap jumlah anakan menunjukkan pola linier dengan persamaan Y = 0.8281+5.9032 R² = 0.9845 (3 MST), Y = 0.7434x + 9.1851 R² = 0.972 (4 MST), Y = 0.5641x + 16.164 R² = 0.9741 (5 MST), Y = 0.4302x + 18.36 R² = 0.9321 (6 MST), dan Y = 0.3974x + 19.697 R² = 0.9441 (7 MST). Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan jumlah bibit semakin banyak akan meningkatkan jumlah anakannya, sehingga tanaman padi juga dapat meningkatkan jumlah anakan poduktif yang dihasilkan.

Gambar 2 Hubungan antara jumlah bibit dengan jumlah anakan

(28)

14

2014). Anakan yang terbentuk dari jumlah bibit 1 adalah anakan primer, sekunder dan tersier, sebaliknya pada perlakuan jumlah bibit banyak yang terbentuk kemungkinan anakan primer, sedangkan anakan sekunder dan tersier tidak mampu berkompetisi dan mati. Menurut Sumardi (2010), padi bersifat merumpun melalui pembentukan anakan, maka penanaman dengan jumlah bibit banyak dan rapat mengakibatkan ruang tumbuh yang terbatas dan menghambat pertumbuhan anakan.

Bagan warna daun

Bagan Warna Daun (BWD) berguna untuk mengetahui kecukupan N pada tanaman padi sehingga dapat diketahui apakah tanaman perlu diberikan pupuk N atau tidak dan berapa takaran N yang perlu diberikan (Amirullah 2014). Perlakuan dosis pupuk N nyata mempengaruhi nilai bagan warna daun pada saat 4 MST dan 6 MST, tetapi pada 6 MST masing-masing perlakuan tidak menghasilkan hasil yang nyata setelah di uji lanjut dengan DMRT. Dosis 90 kg N ha-1 menghasilkan nilai bagan warna daun paling rendah jika dibandingkan perlakuan dosis lainnya, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 150 dan 180 kg N ha-1. Umur 4 MST merupakan fase pembentukan anakan aktif dan umur 6 MST tanaman padi menuju ke fase primordia sehingga membutuhkan pupuk N yang cukup besar. Perlakuan jumlah bibit per lubang tanam tidak berpengaruh pada nilai bagan warna daun (Tabel 6).

Tabel 6 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap bagan warna daun

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

3 4 5 6 7

Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%.

Panjang akar, biomassa kering tanaman dan laju fotosintesis

(29)

15 perlakuan jumlah bibit 10, 15, dan 20 bibit per lubang tanam, namun tidak berbeda nyata dengan jumlah bibit 5 per lubang tanam. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah bibit yang digunakan akan menurunkan biomassa kering tanaman padi.

Perlakuan jumlah bibit 1 per lubang tidak terjadi persaingan antar anakan dalam rumpun sehingga batang dan tajuk yang dihasilkan lebih besar dan kuat. Persaingan antar anakan dalam rumpun dalam memanfaatkan hara, cahaya dan ruang tumbuh terjadi pada perlakuan jumlah bibit yang banyak. Meskipun jumlah anakan banyak namun pertumbuhan batang dan tajuk kecil dan busuk pada bagian tengahnya.

Laju fotosintesis tanaman padi diukur pada saat masak susu atau 9 MST. Perlakuan dosis pupuk N dan jumlah bibit tidak berpengaruh pada laju fotosintesis, namun jika dilihat nilai laju fotosintesis semakin menurun dengan peningkatan dosis pupuk N. Penelitian yang dilakukan Hidayati (2015) menunjukkan nilai laju fotosintesis pada padi varietas Ciherang berkisar pada 15-20 µmol CO2 m-2 s-1, sedangkan pada penelitian ini yang menggunakan varietas IPB 3S berkisar 38-44 µmol CO2 m-2 s-1. Laju fotosintesis yang dihasilkan oleh varietas IPB 3S lebih besar daripada varietas Ciherang. Long et al. (2006) mengatakan terdapat hubungan erat antara peningkatan fotosintesis, biomassa, dan hasil. Peningkatan laju fotosintesis akan meningkatkan produksi hasil tanaman padi dan sebaliknya, penurunan laju fotosintesis akan menurunkan produksi tanaman padi.

Tabel 7 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap panjang akar, bobot kering biomassa dan laju fotosintesis

Perlakuan Panjang Akar Bobot Kering Biomassa Laju Fotosintesis ...cm... ...g... µmol CO2 m-2 s-1

(30)

16

Komponen Hasil dan Hasil

Jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai dan bobot 1 000 butir

Perlakuan dosis pupuk N terlihat tidak berpengaruh pada komponen hasil jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah malai-1 dan bobot 1 000 butir (Tabel 8). Perlakuan jumlah bibit per lubang memberikan pengaruh nyata terhadap komponen hasil jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah malai-1 dan bobot 1 000 butir. Perlakuan jumlah bibit 20 per lubang menghasilkan jumlah anakan produktif yang paling tinggi daripada yang lain. Jumlah anakan produktif yang dihasilkan sebesar 14.17 anakan produktif, tetapi terjadi penurunan anakan produktifnya jika dibandingkan dengan jumlah bibit yang ditanam. Hal ini terjadi karena adanya kepadatan rumpun dan kompetisi sehingga pertumbuhan dan perkembangan anakan produktif tidak optimal. Sumardi (2010) mengatakan kepadatan rumpun yang tinggi membatasi ruang tumbuh untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman secara optimal.

Perlakuan 1 bibit per lubang tanam menghasilkan panjang malai paling panjang tetapi tidak berbeda nyata dengan jumlah bibit 5, 10, dan 20. Jumlah gabah malai-1 paling banyak juga dihasilkan oleh perlakuan 1 bibit per lubang tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 dan 20 bibit per lubang tanam. Semakin panjang malai yang dihasilkan maka jumlah gabah malai-1 yang dihasilkan juga lebih banyak. Kepadatan rumpun dan kompetisi antar anakan diduga menjadi penyebab penurunan panjang malai pada perlakuan dengan jumlah bibit yang lebih banyak sehingga akan menurunkan jumlah gabah malai-1. Zeng and Shannon (2000) mengatakan bahwa jumlah gabah per tanaman akan menurun dengan meningkat kepadatan populasi anakan dalam rumpun.

Perlakuan dosis pupuk N tidak berpengaruh pada bobot 1 000 butir, sedangkan jumlah bibit berpengaruh nyata terhadap bobot 1 000 butir. Terdapat kecenderungan bahwa peningkatan jumlah bibit per lubang akan meningkatkan bobot 1 000 butir padi. Hal ini terjadi karena malai yang dihasilkan jumlah bibit yang banyak lebih pendek sehingga asimilat digunakan untuk pengisian bulir padi lebih banyak. Bobot 1 000 butir padi lebih ditentukan oleh sifat genetik dari Padi Tipe Baru (PTB) varietas IPB 3S dan tingkat kemasakan pada bulir padi. Bulir padi yang masak penuh akan memiliki bobot yang lebih besar daripada bulir yang belum masak penuh. Menurut Siregar et al. 2013, varietas IPB 3S memiliki bobot 1 000 butir sebesar ± 28.2 gram. Penelitian ini menghasilkan rata-rata bobot 1 000 butir yang sesuai dengan deskripsi varietas IPB 3S.

(31)

17 Tabel 8 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai dan bobot 1 000 butir

Perlakuan

Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%.

Gambar 3 Hubungan antara jumlah bibit dengan jumlah anakan produktif

Bobot kering gabah per rumpun, persentase gabah bernas dan gabah hampa

(32)

18

adanya kompetisi antara tanaman dalam memanfaatkan faktor lingkungan seperti air, cahaya serta ruang rumbuh (Evans and De Datta 1979).

Perlakuan dosis pupuk berpengaruh sangat nyata pada persentase gabah bernas dan gabah hampa. Perlakuan dosis 90 kg N ha-1 menghasilkan persentase gabah bernas paling tinggi dan gabah hampa paling rendah masing-masing 84.14% dan 15.85% namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 120 dan 150 kg N ha-1. Dosis 180 kg N ha-1 memberikan hasil gabah bernas paling rendah dan gabah hampa paling tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase gabah bernas menurun dengan peningkatan jumlah dosis pupuk nitrogen yang diberikan. Hal ini terjadi karena kelebihan unsur N akan membuat daun bendera menjadi terkulai sehingga tidak dapat menyerap sinar matahari secara optimal. Hasil penelitian Pirngadi et al. (2007) juga mengemukakan bahwa pemberian dosis N di atas 90 kg N ha-1 menurunkan gabah bernas. Perlakuan jumlah bibit tidak berpengaruh secara statistik pada hasil gabah bernas dan gabah hampa. Jumlah bibit 1 per lubang tanam menghasilkan hasil gabah kering rumpun-1 tertinggi namun persentase gabah hampa yang dihasilkan juga tertinggi. Hal tersebut dapat menurunkan hasil gabah hektar-1 karena tingginya persentase gabah hampa. Tabel 9 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap hasil gabah kering per

rumpun, persentase gabah bernas dan gabah hampa Perlakuan

Hasil Gabah Kering

per rumpun Gabah Bernas Gabah Hampa ...g... ...%... ...%...

Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%.

(33)

19

Gambar 4 Hubungan antara dosis pupuk N dengan persentase gabah bernas

Gambar 5 Hubungan antara dosis pupuk N dengan persentase gabah hampa

Hasil ubinan dan Hasil gabah ha-1

Hasil gabah ha-1 diperoleh dari konversi hasil ubinan yang didapat pada setiap perlakuan. Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan dosis pupuk N hanya berpengaruh nyata terhadap bobot basah ubinan dan tidak berpengaruh terhadap hasil gabah ha-1. Hasil tertinggi diperoleh dosis pupuk 90 kg N ha-1 sebesar 6.57 ton ha-1. Setiap kenaikan dosis pupuk yang diberikan akan menurunkan hasil bobot ubinannya (Tabel 10). Hal ini diduga karena terlalu banyak unsur N yang diberikan sehingga dapat mengguranggi hasil dan jika dihubungkan dengan laju fotosintesis juga terlihat bahwa semakin banyak dosis pemupukan yang diberikan maka akan menurunkan laju fotosintesisinya. Long et al. (2006) mengatakan terdapat hubungan erat antara peningkatan fotosintesis dan hasil. Peningkatan laju fotosintesis akan meningkatkan produksi hasil tanaman padi dan sebaliknya, penurunan laju fotosintesis akan menurunkan produksi tanaman padi.

Perlakuan jumlah bibit per lubang berpengaruh sangat nyata terhadap hasil ubinan dan hasil gabah ha-1. Hasil gabah ha-1 (GKP dan GKG) tertinggi dihasilkan oleh perlakuan jumlah bibit 15 per lubang tanam masing-masing sebesar 6.68 ton ha-1 GKP dan 5.34 ton ha-1 GKG, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5, 10, dan 20 bibit per lubang tanam. Hasil gabah ha-1 paling rendah dihasilkan oleh perlakuan 1 bibit per lubang tanam masing-masing sebesar 4.71 ton ha-1 GKP dan

(34)

20

3.74 ton ha-1 GKP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah bibit per lubang tanam dapat meningkatkan hasil padi karena jumlah malai yang dihasilkan setiap rumpunnya lebih banyak sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan.

Penggunaan bibit per lubang tanam yang banyak tentunya akan membutuhkan benih padi yang lebih banyak. Bibit 1 per lubang tanam membutuhkan benih sekitar 5-7 kg ha-1 sama seperti metode SRI (Rachmiyanti 2009), sedangkan kebutuhan bibit untuk jumlah bibit 15 per lubang tanam diperkirakan mencapai 80 kg ha-1.

Tabel 10 Pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit terhadap hasil ubinan dan hasil gabah ha-1

Perlakuan Hasil Ubinan (kg) Hasil Gabah (ton ha -1)

Basah Kering GKP GKG

Dosis (Kg)

90 4.10a 3.20 6.57 5.12

120 3.62a 2.94 5.79 4.70

150 3.59a 2.93 5.68 4.69

180 3.55a 2.89 5.74 4.62

Jumlah Bibit

1 2.94b 2.34b 4.70b 3.74b

5 3.82a 3.07a 6.12a 4.92a

10 3.87a 3.13a 6.18a 5.01a

15 4.18a 3.34a 6.68a 5.34a

20 3.77a 3.07a 6.03a 4.90a

Interaksi tn tn tn tn

Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%.

(35)

21

Gambar 6 Hubungan antara jumlah bibit dengan hasil gabah ha-1

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan dosis pupuk N secara umum tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, tetapi berpengaruh sangat nyata pada komponen hasil persentase gabah bernas dan gabah hampa. Peningkataan dosis pupuk nitrogen akan menurunkan persentase gabah bernas dan meningkatkan persentase gabah hampa. Perlakuan jumlah bibit per lubang tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, biomassa kering tanaman, jumlah anakan produktif, bobot basah ubinan, bobot kering ubinan, Gabah Kering Panen (GKP), dan Gabah Kering Giling (GKG). Peningkatan jumlah bibit per lubang tanam akan meningkatkan jumlah anakan dan jumlah anakan produktif. Peningkatan jumlah bibit hingga 15 bibit per lubang tanam akan meningkatkan hasil ubinan dan hasil gabah ha-1 . Perlakuan jumlah bibit per lubang tanam berpengaruh nyata pada jumlah gabah malai-1 dan bobot 1 000 butir. Hasil tertinggi Padi Tipe Baru (PTB) varietas IPB 3S dapat dicapai pada dosis pupuk 90 kg N ha-1 dan jumlah bibit 15 per lubang tanam.

Saran

(36)

22

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman S. Hasil S. 2007. Komparatif berbagai metode penetapan kebutuhan pupuk pada tanaman padi. Apresiasi Hasil Penelitian Padi : 115-125.

Amirullah. 2014. Bagan warna daun menghemat penggunaan pupuk N. [internet]. [diunduh 2015 Agustus 17]. Tersedia pada : http://sulsel.litbang.pertanian. go.id .

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2013. Proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035. [internet]. [diunduh 2015 Januari 13] Tersedia pada: www.bappenas.go.id %2 Ffiles %2F5413% 2F9148 %2F4.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Data Iklim Bulanan. Bogor (ID): BMKG Dramaga.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi padi, jagung, dan kedelai (angka sementara tahun 2014). [internet].[diunduh 2015 September 10]. Tersedia pada : www.bps.go.id % 2Fgetfilephp% 3 F new s % 3.

Burbey, Abdullah S, Nieldalina. 2014. Pengaruh umur dan jumlah bibit pada padi sawah varietas umur genjah (Vug) dan sangat genjah (Vusg) di Sitiung. [internet].[diunduh2015Februari4].Tersediapada:http://sumbar.litbang.pe ranian.o.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=695:pe ng aruh-umur-dan-jumlah-bibit-pada-padi-sawah-varietas-umur-genjah-vug- dan-sangat-genjahvusgdisitiung&catid=40:karya-ilmiah-peneliti-dan penyuluh.

Dobermann A, Fairhust T. 2000. Rice Nutrient Disorder & Nutrient Management. Handbook Series Potash & Phoshate Institute (PPI). PPI of Canada (PPIC) and IRRI.

Duan YH, Zhang YL, Ye LY, Fan XR, Xu GH, Shen QR. 2007. Responses of rice cultivars with different nitrogen use efficiency to partial nitrate nutrition.

Ann Bot 99(6): 1153–1160.

Evans LT, De Datta SK. 1979. The relation between irradiance and grain yield of irrigated rice in the tropics, as influenced by culivates, nitrogen fertilizer application and month of planting. Field Crops Res 2: 1-17.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchel. 1985. Physiology of Crop Plants. Lowa State University Press.

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Jakarta (ID). Universitas Indonesia (UI-Press).

Hidayati N. 2015. Fisiologi, anatomi dan sistem perakaran pada budidaya padi dengan metode System Rice Intensification (SRI) dan pengaruhnya terhadap produksi. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Las I, Abdullah B, Drajat AA. 2003. Padi tipe baru dan padi hibrida mendukung ketahanan pangan. [internet]. [diunduh 2015 Meret 15]. Tersedia pada: http://www.litbang.deptan.go.id/.

(37)

23 Pirngadi K, Toha HM, Nuryanto B. 2007. Pengaruh pemupukan N terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo dataran sedang. Apresiasi Hasil Penelitian Padi. Balai Besar Penelitian Padi :325-338.

Pusat Penelitian Tanah (PPT) dalam Amrah ML, H. 2008 .Pengaruh manajemen jerami terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah (Oryza sativa L.). [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Prased R, De Datta SK. 1979. Increasing fertilizer nitrogen efficiency in wetland rice. In Nitrogen and Rice. P 465-484. International Rice Research Institute. Los Banos.

Putra S. 2011. Pengaruh jarak tanam terhadap peningkatan hasil padi gogo varietas Situ Patenggang. Jurnal Agrin. 15 (1):54-63.

Rachmiyanti I. 2009. Analisis perbandingan usaha padi organik metode System Of Rice Intensification (SRI) dengan padi konvensional. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Siregar. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia.Bogor (ID): Sastra Hudaya Siregar IZ, Khumaida N, Noviana D, Wibowo MH, Azizah. 2013. Varietas

Tanaman Unggul Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID). Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan.

Sumardi. 2010. Produksi padi sawah pada kepadatan populasi yang berbeda.

Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 12(1): 49-54.

Sui B, Feng X, Tian G, Hu X, Shen Q, Guo S. 2013. Optimizing nitrogen supply increases rice yield and nitrogen use efficiency by regulating yield formation factors. Field Crops Research. 150(2013): 99-107.

Triadiati, Akbar AP, Sarlan A. 2012. Pertumbuhan dan efisiensi penggunaan nitrogen pada padi (Oryza Sativa L.) dengan pemberian pupuk urea yang berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi 20(2): 1-14.

Triyono A, Purwanto, Budiyono. 2013. Efisiensi penggunaan pupuk N untuk pengurangan kehilangan Nitrat pada lahan pertanian. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan lingkungan 2013 : 526-531.

(38)

24

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data iklim bulan Februari sampai bulan Juni 2015 Bulan

Curah Temperatur Kelembaban

Hujan Rata-rata Udara

(mm) (ºC) (%)

Februari 2015 346 25.0 88

Maret 2015 374 25.6 85

April 2015 206 25.8 86

Mei 2015 202 26.3 82

Juni 2015 90 26.2 79

Lampiran 2 Deskripsi padi tipe baru varietas IPB 3S Golongan : Cere Umur tanaman : ± 112 hari Tinggi tanaman : ± 118 cm Anakan produktif : 7 - 11 batang Bentuk tanaman : Tegak Kerebahan : Tahan Kerontokan : Sedang Bentuk gabah : Medium Warna gabah : Kuning jerami Jumlah gabah per malai : 223 butir Rata-rata hasil : 7,0 ton/ha Potensi hasil : 11,2 ton/ha Berat 1 000 butir : ± 28,2 gram Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : ± 21,6%

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap tungro, agak tahan terhadap penyakit blas ras 033, agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan irigasi dan tadah hujan 0-600 mdpl

Pemulia : Dr. Hajrial Aswidinnoor, Dr. Willy B. Suwarno, Dr. Desta Wirnas dan Dr. Yudiwanti WE Kusumo

(39)

25 Lampiran 3 Dokumentasi hama yang menyerang tanaman padi varietas IPB 3S

Serangan keong mas Serangan burung pipit

(40)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 9 Juni 1993 dari bapak Puryanto Heri Wibowo dan Ibu Farida Setyorini. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Ngawi pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Petanian Bogor (IPB) melui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Gambar

Tabel 1 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum dan setelah penelitian
Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk N dan jumlah bibit
Gambar  1  Hubungan antara jumlah bibit dengan tinggi tanaman pada saat 3 dan
Gambar  2  Hubungan antara jumlah bibit dengan  jumlah anakan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Beliau menjawab, “ gini ya mbk, kalau sekolah swasta itu kan berbeda dengan negeri, sebenarnya dari atasan aturannya itu setiap kali mengajar harus membuat RPP, tetapi hal

Berbagai pendapat dan fatwa yang berani tersebut dalam upaya menghalalkan riba dalam bentuk bunga bank telah melibatkan jutaan kaum Muslimin ke dalam kegiatan perbankan..

Pengolahan daging ikan lele adalah salah satu upaya untuk mengubah image masyarakat terhadap ikan lele yaitu dengan mengolahnya menjadi rolade dengan penambahan

Salah satu bentuk formulasi yang dapat dikembangkan dalam perlakuan benih tanaman rempah dan obat berupa setek, seperti benih tanaman lada dan nilam, adalah dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan peta konsep sebagai instrumen penilaian terhadap pemahaman konseptual peserta didik melalui model pembelajaran

Intrasentential code switching, it happens when a word, a phrase, or a clause, of a foreign language is found within the sentence in a base language.

Ekowisata etnobotani dalam pelaksanaannya mengikutsertakan peran aktif masyarakat lokal, sehingga mampu menumbuhkan suatu kegiatan bisnis baru yang prospektif. Sebagai

Objek penelitian ini adalah Lembaga Pengumpul Zakat (LPZ) BAZDA Provinsi Jambi dan LAZ RSIM serta 150 Orang Masyarakat Muslim pemberi derma. Pengumpulan data