• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pemahaman Konsumen Ibu Rumah Tangga Terhadap Daging Sapi Yang Halal Dan Thayyib Di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pemahaman Konsumen Ibu Rumah Tangga Terhadap Daging Sapi Yang Halal Dan Thayyib Di Kota Bogor"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PEMAHAMAN KONSUMEN IBU RUMAH TANGGA

TERHADAP DAGING SAPI YANG HALAL DAN

THAYYIB

DI

KOTA BOGOR

EISTIFANI FAJRIN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Pemahaman Konsumen Ibu Rumah Tangga terhadap Daging Sapi yang Halal dan Thayyib di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Eistifani Fajrin

(4)

ABSTRAK

EISTIFANI FAJRIN. Tingkat Pemahaman Konsumen Ibu Rumah Tangga terhadap Daging Sapi yang Halal dan Thayyib di Kota Bogor. Dibimbing oleh HENNY NURAINI dan SRI MULATSIH.

Kota Bogor adalah salah satu kota besar di Jawa Barat. Jumlah penduduk di Kota Bogor sebanyak 1 030 720 jiwa (BPS Kota Bogor 2014), dengan jumlah penduduk beragama Islam sebesar 877 498 jiwa (BPS 2012). Banyaknya penduduk beragama Islam di Kota Bogor diharapkan akan meningkatkan kesadaran penduduk untuk mengetahui pentingnya mengonsumsi makanan halal. Salah satu pemenuhan makanan halal adalah produk pangan di bidang peternakan. Daging sapi adalah salah satu produk pangan peternakan yang dapat dikonsumsi sebagai pemenuhan protein hewani. Ibu rumah tangga memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen ibu rumah tangga terhadap pangan asal ternak yang halal dan thayyib di Kota Bogor. Penelitian dilakukan di 6 kecamatan di Kota Bogor dengan jumlah 100 orang responden ibu rumah tangga, melalui wawancara kuisioner. Tingkat pemahaman konsumen ibu rumah tangga terhadap pangan asal ternak yang halal dan thayyib di Kota Bogor, dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan ibu rumah tangga di Kota Bogor sudah memiliki pengetahuan yang baik terhadap produk pangan halal dan thayyib.

Kata kunci: ibu rumah tangga, kota bogor, pangan halal, tingkat pemahaman

ABSTRACT

EISTIFANI FAJRIN. Housewife Consumer Understanding of Halal and Thayyib Beef in Bogor City. Supervised by HENNY NURAINI and SRI MULATSIH

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

TINGKAT PEMAHAMAN KONSUMEN IBU RUMAH TANGGA

TERHADAP DAGING SAPI YANG HALAL DAN

THAYYIB

DI

KOTA BOGOR

EISTIFANI FAJRIN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan sehingga survey dan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikutnya. Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dr Ir Henny Nuraini, MSi dan Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr selaku pembimbing atas segala perhatian, bimbingan, dan

motivasi yang telah diberikan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Dr Ir Afton Atabany, MSi selaku dosen penguji atas segala saran dan

bimbingannya sehingga skripsi ini dapat disempurnakan menjadi lebih baik lagi. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi atas bimbingan dan saran yang telah diberikan selama pembuatan proposal hingga berjalannya penelitian. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Iyep Komalasari, yang telah banyak membantu selama studi penulis di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Riadi Fesa Muttaqin, Ferdian Iza, Anike Arliana Sujana, Uswatun Hasanah, Ninin Choirun Nisa, Elnida Fitria teman-teman IPTP 48, serta teman-teman Az-Zukhruf sebagai sahabat-sahabat terbaik, atas segala motivasi, bantuan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang telah terbina. Terimakasih penulis ucapkan kepada responden yang telah bersedia bekerjasama dan banyak membantu selama survey berlangsung. Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis yang tidak berhenti memberi dukungan dan mendoakan dengan kasih sayang, teruntuk Ayah Ahmad Fauzi dan Ibu Maf Ulah. Kepada kakak, Moh Javid Kanzul Fikri, atas motivasi, dukungan, dan kerja kerasnya. Kepada adik-adik tersayang Abdul Hamid Mauludy, Moh. Amien Rais Ramadhani, dan Fatimatuz Zahro, yang telah menjadi sumber semangat bagi penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan ilmu pengetahuan nantinya

Bogor, Januari 2016

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Alat 2

Prosedur 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Karakteristik Responden 5

Tingkat Pemahaman Responden 6

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Distribusi sampel (responden) di enam Kecamatan di Kota Bogor 3

2 Variabel laten dan variabel indikator 4

3 Demografi responden/ karakteristik umum responden 6 4 Tingkat pemahaman responden terhadap kriteria pangan halal 7 5 Tingkat pemahaman responden terhadap kriteria daging pilihan 7 6 Sumber informasi mengenai pangan halal dan thayyib 9

DAFTAR GAMBAR

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produk pangan di bidang peternakan terutama daging sapi, berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein masyarakat di Indonesia. Terdapat berbagai kriteria produk pangan yang layak untuk dikonsumsi. Salah satunya adalah kriteria halal dan thayyib, khususnya bagi konsumen yang beragama Islam. Halal artinya diperbolehkan dan thayyib artinya baik dan menyehatkan (Al-Qaradhawi 2004). Setiap muslim dituntut untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang halal serta baik seperti yang tercantum dalam Q. S. al-Baqarah ayat 168. Ayat tersebut memerintahkan umat islam untuk mengonsumsi makanan yang tidak hanya halal tetapi juga thayyib (makanan yang baik). Makanan dan minuman yang dimaksud harus berasal dari bahan yang halal, diproses dengan proses yang dapat menjamin kehalalannya, dan diperoleh dengan cara yang halal. Makanan halal di Indonesia harus memenuhi kriteria halal yang ditentukan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia).

Menurut surat al-Maidah ayat 3, makanan yang halal adalah makanan selain bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang tidak disembelih bukan karena Allah SWT. Konsumen pada umumnya hanya menghindari keempat hal tersebut. Makanan yang halal untuk dikonsumsi tidak berarti baik dan menyehatkan bagi seseorang. Halal tetapi berbahaya bagi kesehatan, maka makanan tersebut menjadi tidak thayyib sehingga tidak boleh dikonsumsi (Apriyantono dan Nurbowo 2003). Menurut Indra et al. (2004) baik dan menyehatkan (thayyib) dapat diartikan tidak memiliki nilai buruk bagi kesehatan jasmani maupun rohani, materi yang dikonsumsi harus menyehatkan bagi konsumen, dan diperoleh dengan cara yang benar. Berdasarkan hal ini, maka timbul suatu konsep keamanan pangan. Makanan yang aman adalah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dari aspek kesehatan dan kenyamanan bathiniah (Apriyantono dan Nurbowo 2003). Namun belum semua umat muslim memahami kriteria makanan dan minuman dalam Islam.

Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam adalah 207 176 162 jiwa (BPS 2010). Kota Bogor adalah salah satu kota dengan jumlah penduduk muslim yang cukup banyak di Jawa Barat. Penduduk Kota Bogor yang beragama Islam berjumlah 877 498 jiwa, yaitu sekitar 87.32% dari total penduduknya (BPS 2012), dengan jumlah ibu rumah tangga sebanyak 252 967 jiwa (BPS Kota Bogor 2014). Banyaknya penduduk beragama Islam di Kota Bogor diharapkan akan meningkatkan kesadaran penduduk untuk mengetahui pentingnya mengonsumsi makanan halal. Salah satu pemenuhan makanan halal adalah produk pangan di bidang peternakan. Ibu rumah tangga memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam keluarga. Menurut Engel et al. (1994), konsumsi makanan sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu rumah tangga sebagai gate keeper

(12)

2

Ditinjau dari pentingnya peran ibu rumah tangga dalam menentukan makanan yang akan dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga, maka perlu dilakukan survey untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu rumah tangga terhadap pangan asal ternak yang halal dan thayyib. Survey dilakukan terhadap Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Mulyaharja, Tegalgundil, Tegallega, Katulampa, Pasirjaya, dan Kedungbadak Kota Bogor.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui tingkat pemahaman konsumen ibu rumah tangga terhadap daging sapi yang halal dan thayyib di Kota Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meninjau tingkat pemahaman konsumen terhadap daging sapi yang halal dan thayyib, dengan melakukan survei persepsi terhadap 100 responden ibu rumah tangga yang beragama Islam di 6 Kecamatan di Kota Bogor, yaitu di Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Tengah dan Tanah Sareal.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2015 di (a) Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, (b) Kelurahan Tegalgundil, Kecamatan Bogor Utara, (c) Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, (d) Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, (e) Kelurahan Pasirjaya, Kecamatan Bogor Barat, dan (f) Kelurahan Kedungbadak, Kecamatan Tanah Sareal.

Alat

Alat yang digunakan adalah kuesioner penelitian (lampiran). Kuesioner menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang terhadap suatu gejala atau fenomena (Djaali dan Muljono 2007).

Informasi yang didapat dari skala Likert merupakan skala pengukuran ordinal, sehingga peneliti hanya dapat membagi responden ke dalam urutan

(13)

3

Prosedur

Desain yang digunakan adalah penelitian survey. Penelitian survey (survey resesarch) adalah bentuk pengumpulan data yang menggunakan kuesioner kepada sekelompok orang (West dan Turner 2007)

Penentual Sampel

Sampel didefinisikan sebagai suatu bagian yang ditarik dari populasi. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Sugiarto et al. 2003). Populasi pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Kota Bogor yang berjumlah 252 967 jiwa. Penentuan jumlah responden ditentukan berdasarkan rumus Slovin (Simamora 2002):

n =

=99.96≈100

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi (ibu rumah tangga di Kota Bogor)

e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (10%)

Berdasarkan rumus Slovin, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 orang, yang akan didistribusikan di 6 kecamatan di Kota Bogor. Tabel 1 menunjukkan distribusi sampel dari kelurahan terpilih di setiap Kecamatan di Kota Bogor. Kelurahan yang dipilih pada setiap kecamatan adalah kelurahan dengan jumlah ibu rumah tangga terbesar. Responden diharapkan representatif terhadap informasi yang ingin diperoleh yaitu mengenai tingkat pemahaman konsumen ibu rumah tangga terhadap pangan asal ternak yang halal dan thayyib di Kota Bogor.

Tabel 1 Distribusi sampel (responden) di enam Kecamatan di Kota Bogor

Kecamatan KK Proporsi Kecamatan terhadap Bogor Kelurahan Responden Bogor Selatan 46 563 18.41 Mulyaharja 18 Bogor Timur 24 524 9.70 Katulampa 10 Bogor Utara 47 376 18.73 Tegalgundil 19 Bogor Tengah 26 636 10.53 Tegallega 10 Bogor Barat 55 673 22.00 Pasirjaya 22 Tanah Sareal 52 195 20.63 Kedungbadak 21 Total 252 967 100.00 100

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam survey adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian.

(14)

4

Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif. Penelitian secara deskriptif menggambarkan tentang sampel atau populasi. Menurut Riduwan (2009) analisis deskriptif tidak membandingkan dan menghubungkan dengan variabel lain, namun hanya menggambarkan variabel saja.

Analisis deskriptif juga digunakan untuk menginterpretasikan hasil analisis (Widagdo 2015). Analisis deskriptif dalam penelitian ini dijelaskan melalui tingkat pemahaman responden mengenai terhadap pangan halal dan thayyib.

Perhitungan Skor Tingkat Pemahaman Daging Halal dan Thayyib

Perhitungan total skor dihitung dengan menggunakan 5 variabel, yaitu pengetahuan halal (PH), aspek kesehatan (AK), pengetahuan agama (PA), label halal (LH), dan kepedulian (KP). Variabel digunakan untuk menduga tingkat pemahaman ibu rumah tangga terhadap pangan halal (khususnya pada produk daging). Nilai setiap variabel adalah 1 hingga 4. Pernyataan sangat tidak setuju diberi skor 1, pernyataan tidak setuju diberi skor 2, pernyataan setuju diberi skor 3 dan pernyataan sangat setuju diberi skor 4, sehingga dari 100 responden akan didapat skor terendah 100 dan skor tertinggi sebesar 400. Tingkat pemahaman konsumen dibagi menjadi 4 selang. Setiap rentang nilai diberi kategori, yaitu kategori sangat kurang (skor 100-175), kategori kurang (skor 176-250), kategori baik (skor 251-325) dan kategori sangat baik (skor 326-400). Sementara itu untuk tingkat kepedulian konsumen dibagi menjadi 4 selang yaitu kategori sangat tidak peduli (skor 100-175), kategori tidak peduli (skor 176-250), kategori peduli (skor 251-325) dan kategori sangat peduli (skor 326-400). Terdapat 4 kategori untuk mengukur intensitas konsumen pada indikator kepedulian yaitu kategori sangat tidak pernah (skor 100-175), kategori pernah (skor 176-250), kategori sering (skor 251-325) dan selalu (skor 326-400). Masing-masing variabel memiliki definisi operasional.

Definisi operasional pada Tabel 2 yaitu pengetahuan halal (PH) adalah pemahaman dari individu untuk membedakan pangan yang halal dan haram, aspek kesehatan (AK) adalah persepsi individu terhadap aspek kesehatan pangan halal, pengetahuan agama (PA) adalah keyakinan individu terhadap kemampuan mereka dalam membedakan makanan dan minuman yang halal dan haram, label halal (LH) adalah persepsi individu terhadap peran dari label atau sertifikasi halal MUI, dan kepedulian (KP) adalah kesadaran atau kepedulian terhadap pangan halal. Kecenderungan untuk selalu memastikan aspek kehalalan pangan yang akan dikonsumsinya (Widagdo 2015).

Tabel 2 Variabel laten dan variabel indikator

Variabel Indikator 1. Variabel Laten Pengetahuan Halal (PH)

PH 1 Tiga jenis kriteria pangan yaitu halal, haram dan syubhat

PH 2 Pangan yang boleh dikonsumsi umat muslim adalah halal dan thayyib

PH 3 Pangan yang tidak halal dan thayyib boleh dikonsumsi umat muslim pada kondisi darurat

PH 4 Daging yang berasal dari semua jenis ternak halal untuk dikonsumsi PH 5 Bangkai, darah dan daging babi merupakan makanan yang tidak halal PH 6 Penyembelih harus bergama islam

(15)

5 Tabel 2 Variabel laten dan variabel indikator (lanjutan)

Variabel Indikator

PH 8 Syarat syah menyembelih hewan adalah memotong sekaligus sampai putus saluran pernafasan, saluran makanan, kedua urat nadi kiri dan kanan

PH 9 Kriteria pangan halal dan thayyib meliputi jenis ternak, cara memperoleh, cara memproses, dan cara menyajikan

PH 10 Pangan yang berbahaya bagi tubuh dapat menjadikan pangan tersebut haram 2. Variabel Laten Aspek Kesehatan (AK)

AK 1 Pangan halal dan thayyib melambangkan pangan yang aman, higienis, dan berkualitas

AK 2 Mengonsumsi pangan halal dan thayyib dapat menjaga kesehatan

AK 3 Pangan yang diharamkan dalam Islam memilki efek buruk bagi kesehatan AK 4 Campuran bahan dalam pangan halal dan thayyib tidak membahayakan kesehatan 3. Variabel Laten Pengetahuan Agama

PA 1 Agama Islam melarang untuk mengonsumsi pangan yang tidak halal dan tidak

thayyib

PA 2 Mengonsumsi pangan yang halal dan thayyib adalah bentuk ketaatan anda kepada ajaran Islam

PA 3 Mengonsumsi pangan yang tidak halal dan tidak thayyib adalah dosa PA 4 Mengonsumsi pangan halal dan thayyib akan membentuk perilaku yang baik PA 5 Semua pangan hukumnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya 4. Variabel Laten Label Halal (LH)

LH 1 Label halal MUI menjadi indikator kehalalan suatu pangan

LH 2 Label halal mempermudah mengidentifikasi status kehalalan pangan LH 3 Label halal membantu untuk lebih selektif dalam memilih pangan

LH 4 Label halal memengaruhi persepsi anda terhadap pangan yang akan dikonsumsi LH 5 Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap

konsumen

5. Variabel Laten Kepedulian (KP)

KP 1 Aspek halal menjadi pertimbangan utama dalam memilih pangan

KP 2 Dalam memilih produk pangan, anda memprioritaskan kepercayaan pada produk pangan dengan label halal MUI dibandingkan label lainnya (label Depkes) KP 3 Anda selalu mengkhawatirkan produk pangan yang tidak ada label halal MUI pada

kemasannya

KP 4 Anda hanya akan membeli dan mengkonsumsi produk pangan yang memiliki label halal MUI

KP 5 Intensitas memerhatikan kehalalan produk pangan KP 6 Intensitas membaca label halal MUI pada produk pangan

KP 7 Menceritakan kepada orang lain terkait produk pangan tanpa label halal MUI KP 8 Intensitas membeli produk pangan berlabel halal MUI

KP 9 Tingkat kepedulian terhadap cara mendapatkan dan proses pengolahan pangan KP 10 Tingkat kepedulian terhadap isu pangan halal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

(16)

6

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar. Data menunjukkan mayoritas responden memiliki penghasilan pada interval Rp1 001 000-Rp2 500 000 sebanyak 60%. Data pengeluaran pangan per bulan, pengeluaran pangan responden paling banyak berada pada interval Rp751 000-Rp1 000 000 yaitu sebanyak 34%, sisanya pada interval Rp1 501 000-Rp3 000 000sebanyak 31%. Karakteristik umum responden selengkapnya dapat dillihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Demografi responden/ karakteristik umum responden

Usia (tahun) Karakteristik Persentase (%)

21-30 30

31-40 37

41-50 20

51-60 8

Pendidikan Terakhir SD 32

SMP 29

SMA 28

Diploma 2

Sarjana 9

Penghasilan (Rp/bulan) 500 000-1 000 000 2 1 001 000-2 500 000 60 2 501 000-5 000 000 36 5 001 000-10 000 000 2 Tingkat Pengeluaran (Rp/bulan) 5 00 000-750 000 7 751 000-1 000 000 34 1 001 000-1 500 000 28 1 501 000-3 000 000 31

Tingkat Pemahaman Responden

Tingkat Kepentingan Responden dalam Mengonsumsi Pangan Halal dan

Thayyib

Berdasarkan hasil survey tingkat kepentingan responden terhadap pangan halal. Sebanyak 57% responden menyatakan bahwa mengonsumsi pangan halal dan thayyib sangat penting dan 43% responden menyatakan bahwa mengonsumsi pangan halal dan thayyib penting.

Tidak ada responden yang memilih sangat tidak penting dan tidak penting. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen di Kota Bogor memprioritaskan aspek halal dalam mengonsumsi makanan.

Tingkat Pemahaman Responden terhadap Kriteria Pangan Halal

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa responden telah memahami kriteria pangan halal. Sebanyak 99% responden menyetujui bahwa kriteria makanan halal adalah makanan yang tidak mengandung babi dan turunannya, 1% responden yang tidak memilih kriteria ini memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Pertama.

Pada kriteria makanan yang tidak mengandung racun sebanyak 98% responden menyetujui bahwa makanan yang tidak mengandung

(17)

7

menyetujui bahwa makanan halal dan thayyib adalah makanan yang terdapat label halal MUI, dan 81% responden menyetujui kriteria bahwa makanan yang halal dan thayyib adalah yang memiliki tulisan halal pada kemasannya.

Tabel 4 Tingkat pemahaman responden terhadap kriteria pangan halal

Kriteria Pangan Halal Persentase (%) Tidak ada kandungan babi dan turunannya 99 Tidak mengandung alkohol 98 Tidak rusak dan tidak kadaluarsa 98 Tidak mengandung racun 99 Ada label halal MUI 88 Ada tulisan halal 81 Bukan produk ilegal 94

Tingkat Pemahaman Responden terhadap Kriteria Daging Pilihan

Tabel 5 menunjukkan tingkat pemahaman responden terhadap kriteria daging yang akan dipilih. Sebanyak 99% memilih daging segar sebagai kriteria pemilihan dalam membeli daging. Sebesar 73% akan membeli daging pada penjual khusus daging halal. Sementara itu 36% menganggap perlu untuk mengetahui terlebih dahulu cara penyembelihan, dan 27% menyetujui bahwa label halal penting untuk disertakan, Sedikitnya responden yang memilih kriteria label halal dalam pemilihan produk daging dikarenakan responden pada umumnya membeli daging segar di pasar tradisional, yang pada umumnya tidak menunjukkan sertifikat halal.

Hasil ini mengindikasikan ibu rumah tangga telah memiliki pengetahuan mengenai kriteria daging yang baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian Prasetio (2006) yang mengatakan bahwa konsumen daging secara umum lebih hati-hati dalam melakukan proses pembelian, mereka telah mempunyai pengetahuan tentang haramnya daging babi.

Tabel 5 Tingkat pemahaman responden terhadap kriteria daging pilihan

Kriteria Daging Pilihan Persentase (%)

Segar 99

Mengetahui terlebih dahulu cara penyembelihannya 36 Memperhatikan label halal 27 Hanya membeli daging pada penjual khusus daging halal 73

Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Pengetahuan Halal

Terdapat 10 pernyataan dan 2 pertanyaan untuk mengukur tingkat pemahaman responden terhadap pangan yang halal dan thayyib berdasarkan pengetahuan halal. Jawaban 10 pernyataan tertera pada Gambar 2. Pada PH 1 (3 kategori pangan, yaitu halal, haram, dan syubhat) mayoritas responden menjawab setuju. Hal ini sesuai dengan (Apriyantono dan Nurbowo2003) bahwa yang halal itu jelas dan haram itu jelas diantara keduanya itu ada sesuatu yang

(18)

8

menjatuhkan dirinya terhadap syubhat berarti menjatuhkan dirinya kepada yang haram.

Jawaban tersebar pada indikator PH 3, PH 4, dan PH 7. Pada indikator PH 3 yaitu mengenai boleh tidaknya pangan tidak halal dikonsumsi pada kondisi darurat. Sebanyak 26% responden menyatakan sangat tidak setuju, dan 16% responden menyatakan tidak setuju. Menurut Al-Quran surat al-Baqarah ayat 173

telah dijelaskan “barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia

tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa

baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Beberapa ahli fiqih Islam berdasarkan ayat tersebut, menetapkan bahwa dalam keadaan darurat diperbolehkan memakan yang haram, dengan terlebih dahulu mengusahakan adanya makanan halal (Al- Qaradhawi 2004). Pada indikator PH 4 sebanyak 34% tidak setuju bahwa daging dari semua jenis ternak belum tentu halal untuk dikonsumsi, dan 13% responden menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan firman Allah pada surat al-An’aam ayat ke 119

“Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya

atas kamu”. Firman Allah pada surat al-Maa’idah ayat 3 “Diharamkan bagimu

(memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas

nama selain Allah”. Jawaban pada indikator PH 7 (Penyembelih memerlukan

ketrampilan dalam menyembelih ternak, yang ditunjukkan dengan sertifikat penyembelih halal) sebanyak 27% responden menyatakan tidak setuju dan 11% responden menyatakan sangat tidak setuju. DEPAG (2010) menjelaskan bahwa penyembelih harus mengetahui hukum-hukum dan ketentuan dalam menyembelih hewan . Berdasarkan Gambar 1 dan perhitungan total skor, secara keseluruhan tingkat pemahaman responden ibu rumah tangga di Kota Bogor terhadap pengetahuan halal sudah baik. Hasil ini tidak berbeda dengan penelitian Widagdo (2015).

Gambar 1 Tingkat pemahaman responden terhadap pengetahuan halal Berdasarkan pertanyaan ke-11, diperoleh jawaban bahwa responden pernah memperoleh informasi tentang pangan yang halal dan thayyib. Responden

1%

(19)

9

yang mendapatkan sumber informasi dari ceramah sebanyak 90%. Namun hanya 12 responden yang mendapatkan informasi mengenai pangan halal dan thayyib dari internet. Hal ini dikarenakan responden yang merupakan ibu rumah tangga tidak dapat menggunakan layanan internet. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sumber informasi mengenai pangan halal dan thayyib

Sumber Informasi Persentase (%)

Internet 12

Media cetak (koran, majalah, tabloid) 25 Media elektronik (Televisi, radio) 66

Teman, keluarga atau kerabat 65

Penyuluhan, kuliah, seminar, ceramah 90

Tingkat Pemahaman Responden terhadap Aspek Kesehatan

Indikator untuk mengukur tingkat pemahaman responden terhadap aspek kesehatan adalah AK 1 (Pangan halal dan thayyib melambangkan pangan yang aman, higienis, dan berkualitas), AK 2 (Mengonsumsi pangan halal dan thayyib

dapat menjaga kesehatan), AK 3 (Pangan yang diharamkan dalam Islam memilki efek buruk bagi kesehatan), AK 4 (Campuran bahan dalam pangan halal tidak membahayakan kesehatan).

Al-Qaradhawi (2004) menjelaskan bahwa Allah tidak menentukan sesuatu itu halal atau haram kecuali ada sebab dan alasan yang masuk akal, demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Allah tidak menghalalkan sesuatu kecuali yang baik buat manusia, dan Dia tidak mengharamkan sesuatu kecuali yang buruk akibatnya bagi manusia. Makanan yang halal mengandung kebaikan bagi orang yang mengkonsumsinya salah satunya berpengaruh terhadap kesehatan tubuh (DEPAG 2010). Berdasarkan Gambar 2 dan perhitungan total skor, tingkat pemahaman responden terhadap aspek kesehatan sangat baik.

Gambar 2 Tingkat pemahaman responden terhadap aspek kesehatan

2%

(20)

10

Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Pengetahuan Agama

Tingkat pemahaman konsumen ibu rumah tangga terhadap pengetahuan agama dapat dilihat pada 4 indikator yang ada pada Gambar 3 yaitu PA 1 (Agama Islam melarang Anda untuk mengkonsumsi pangan yang tidak halal dan tidak

thayyib), PA 2 (Mengonsumsi pangan halal dan thayyib adalah bentuk ketaatan anda kepada ajaran Islam). Pada PA 1 dan PA 2 jawaban tersebar pada pernyataan setuju dan sangat setuju. Hal ini sesuai dengan Al-Quran surat al-Maidah ayat 88

“dan makanlah makanan yang halal lagi baik yang Allah telah rizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya”. PA 3

(Mengonsumsi pangan yang tidak halal dan tidak thayyib adalah dosa), dan PA 5 (Semua pangan hukumnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya) mayoritas responden menjawab dengan benar.

Al-Qaradhawi (2004) menjelaskan pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hewan adalah halal kecuali yang beracun dan membahayakan kesehatan manusia. Indikator PA 4 (Mengonsumsi pangan halal dan thayyib akan membentuk perilaku yang baik), sebanyak 34% responden memberikan pernyataan negatif. Makanan yang halal membawa keberkahan. Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Ketika umat muslim senantiasa menjadi pribadi yang baik, diantaranya dengan mengkonsumsi makanan yang halal, maka Allah akan menurunkan kebaikan kepada individu tersebut (DEPAG 2010). Berdasarkan perhitungan total skor, ibu rumah tangga di Kota Bogor memiliki tingkat pemahaman terhadap pengetahuan agama yang sangat baik.

Gambar 3 Tingkat pemahaman responden terhadap pengetahuan agama

Tingkat Pemahaman Responden terhadap Label Halal

Tingkat pemahaman responden terhadap label halal diukur dengan 5 indikator, yaitu LH 1 (Label halal MUI menjadi indikator kehalalan suatu

pangan), LH 2 (Label halal mempermudah anda mengidentifikasi status kehalalan pangan), LH 3 (Label halal membantu anda untuk lebih selektif dalam memilih

(21)

11

akan anda konsumsi), dan LH 5 (Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen). Menurut Astogini et al. (2011) Labelisasi halal secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan nutrisi-nutrisi yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah sehingga, produk tersebut boleh dikonsumsi.

Berdasarkan Gambar 4 dan perhitungan total skor, tingkat pemahaman responden terhadap label halal sudah baik. Pada Gambar 4 indikator responden banyak memberikan pernyataan positif pada LH 1, LH 2, dan LH 5, sedangkan pada indikator LH 3 dan LH 4 jawaban masih beragam. Pada LH 3 (Label halal membantu lebih selektif dalam memilih pangan) sebanyak 22% responden menyatakan tidak setuju. Pada LH 4 (Label halal memengaruhi persepsi dalam mengonsumsi makanan) sebanyak 42% responden tidak setuju. Kedua indikator tersebut dapat diindikasikan masih ada masyarakat yang belum sepenuhnya mempercayai peran label atau sertifikasi halal oleh MUI. Pada pasal 10 PP No. 69/1999 tentang label dan iklan pangan disebutkan bahwa keterangan halal pangan memiliki arti sangat penting yang dimaksudkan untuk melindungi masyarakat yang beragama Islam dari mengkonsumsi pangan yang tidak halal (Apriyantono dan Nurbowo 2003). Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian sebelumnya Widagdo (2015) bahwa kelima indikator yang digunakan, mayoritas responden memberikan pernyataan positif, sehingga skor tingkat kepercayaan responden terhadap peran label atau sertifikasi halal MUI sudah baik

Gambar 4 Tingkat pemahaman responden terhadap label halal

Tingkat Kepedulian Responden terhadap Pangan Halal dan Thayyib

Pada Gambar 5, mayoritas responden memberikan pernyataan positif pada KP 1, KP 8, KP 9 dan KP 10. Namun pada KP 2, KP 3, KP 4, dan KP 7 responden lebih banyak memilih pernyataan negatif. Pada KP 2 (kepercayaan pada produk pangan dengan label halal MUI dibandingkan label lainnya) sebanyak 40% responden menyatakan tidak setuju dan 16% responden menyatakan sangat tidak

2% 1% 1% 3%

(22)

12

setuju. Hal ini mengindikasikan kepercayaan responden yang masih rendah terhadap label halal MUI.

Pada KP 3 (kekhawatiran produk pangan yang tidak ada label halal MUI pada kemasannya) 39% responden menyatakan tidak setuju. KP 4 (hanya akan membeli dan mengkonsumsi produk pangan yang memiliki label halal MUI) 49% responden menyatakan tidak setuju. Berdasarkan jawaban pada indikator KP 3 dan KP 4 maka sebagian responden akan tetap membeli produk pangan yang tidak mencantumkan label halal dari MUI tanpa merasa khawatir. KP 7 (menceritakan kepada orang lain ketika menemukan produk yang tidak mencantumkan label halal) 63% responden tidak pernah menceritakan. Hal ini dilatarbelakangi status sertifikasi halal MUI di Indonesia masih tidak megikat, sehingga kepedulian untuk mengingatkan orang lain mungkin tidak sebesar jika aturan sertifikasi tersebut bersifat mengikat (Widagdo 2015). Dari 10 indikator kepedulian (KP), berdasarkan perhitungan total skor kepedulian ibu rumah tangga di Kota Bogor terhadap pangan halal dan thayyib sudah baik. Hasil penelitian ini juga tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Widagdo (2015), bahwa tingkat kepedulian masyarakat terhadap pangan halal di Kota Bogor cukup tinggi.

Gambar 5 Tingkat kepedulian responden terhadap pangan halal dan thayyib

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ibu rumah tangga di Kota Bogor memiliki pemahaman yang baik mengenai pangan asal ternak halal dan thayyib. Ibu rumah tangga di Kota Bogor telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai karakteristik daging segar yang halal dan thayyib, dengan kendala belum adanya label halal pada produk daging segar.

26%

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju

Tidak Pernah Pernah Sering Selalu

(23)

13

Perhitungan total skor terendah pada indikator KP 7. Mayoritas responden memilih untuk tidak menceritakan kepada kerabat apabila menemukan produk yang tidak mencantumkan label halal. Hal ini dikarenakan pencantuman label halal MUI yang belum mengikat.

Saran

Ibu rumah tangga di Kota Bogor memiliki keterbatasan dalam mengakses layanan publikasi mengenai makanan halal dan thayyib di Kota Bogor. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya keadaan ekonomi dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kota Bogor. Pihak MUI perlu melakukan sosialisai atau penyuluhan secara langsung kepada ibu rumah tangga, mengingat pentingnya peran ibu rumah tangga dalam keputusan pemilihan bahan baku pangan, hingga proses pengolahan pangan untuk seluruh anggota keluarga, dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap produk pangan kemasan yang belum mencantumkan label halal MUI. Terjemahannya. Bandung (ID): CV Penerbit Diponegoro.

[DEPAG] Departemen Agama RI. 2010. Pedoman dan Tata Cara Pemotongan Hewan secara Halal. Jakarta (ID)

Al-Qaradhawi Y. 2004. Halal Haram dalam Islam. Jakarta (ID): Akbar Media Eka Sarana Pr.

Apriyantono A, Nurbowo. 2003. Panduan Belanja dan Konsumsi Halal. Jakarta (ID): Khairul Bayaan.

Astogini, Dwiyati, Wahyudin, Siti ZW. 2011. Aspek religiusitas dalam keputusan pembelian produk halal. JEBA. 13(1).

Djaali, Muljono P. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta (ID):

Prasetio T. 2006. Analisis konsumen biskuit terhadap tingkat kepentingan label halal (kajian eksplorasi terhadap masyarakat perkotaan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): ALFABETA.

(24)

14

Sugiarto, Siagan D, Sunaryanto LS, Oetomo DS. 2003. Teknik Sampling. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono P. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung (ID): ALFABETA.

West R, Turner LH. 2007. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi (Introducing Communication Theory: Analysis and Application). Jakarta (ID): Salemba Humanika.

Widagdo P. 2015. Faktor – faktor yang memengaruhi awareness masyarakat muslim Kota Bogor terhadap produk olahan pangan halal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Eistifani Fajrin dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1991 di Pasuruan, Jawa Timur dari pasangan Bapak Ahmad Fauzi dan Ibu Maf Ulah. Penulis merupakan anak kedua dari 5 bersaudara. Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Al-Kautsar Pasuruan pada tahun 2003. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 3 Pasuruan yang diselesaikan pada tahun 2006. Pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMAN 4 Pasuruan. Penulis menyelesaikan studi progam diploma jurusan Kesehatan Ternak, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 2 Variabel laten dan variabel indikator (lanjutan)
Gambar 2 Tingkat pemahaman responden terhadap aspek kesehatan
Gambar 3 Tingkat pemahaman responden terhadap pengetahuan agama
Gambar 4 Tingkat pemahaman responden terhadap label halal

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan menggunakan dua lapisan adalah untuk mengkombinasikan efek alir air pada lapis permukaan lapis bawah (base layer) yang menggunakan agregat yang lebih kasar dengan

Kerjasama ( team work ) yang solid senantiasa mewarnai langkah-langkah dalam menjalankan setiap tugas dan kewajiban, sehingga tercipta kekompakan dan hubungan yang dekat

Bencana merupakan masalah klasik yang terus akan menjadi titik permasalahan tanpa mengenal waktu salah satunya adalah tanah longsor. Tanah longsor merupakan salah satu

Penggunaan dana bantuan operasional sekolah di MTs Negeri 1 Rakit berjalan dengan baik, dibuktikan dengan perencanaan yang terorganisir, penggunaan dana bantuan

Selain itu pupuk juga dimanfaatkan untuk program bidang PP yang lain yakni Rumah Pangan Lestari (RPL) yakni kebanyakan pada tanaman sayur. Dari beberapa uji coba

Kelompok belajar terdiri atas empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, agama dan etnis. Tim terdiri

Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa kebersihan kamar di Keraton Jimbaran Resort and Spa belum maksimal, terbukti dengan adanya beberapa keluhan-keluhan yang di

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asep Komara (2005) menunjukkan hasil adanya pengaruh yang signifikan antara dukungan manajemen puncak terhadap kepuasan