• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Obat-Obatan di Kalangan Rumahtangga Lingkungan (III) Kecamatan Medan Baru Pringgan Pada Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Obat-Obatan di Kalangan Rumahtangga Lingkungan (III) Kecamatan Medan Baru Pringgan Pada Tahun 2013"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN OBAT-OBATAN DI KALANGAN RUMAHTANGGA LINGKUNGAN (III) KECAMATAN MEDAN BARU PRINGGAN PADA TAHUN 2013

OLEH :

THINAGARI TAMBUSAMY 100100202

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan Judul :

Penggunaan Obat-Obatan di Kalangan Rumahtangga Lingkungan (III) Kecamatan Medan Baru Pringgan Pada Tahun 2013

Yang dipersiapkan oleh : THINAGARI TAMBUSAMY

100 100 202

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke lahan penelitian

Medan, 9 Desember 2013 Disetujui,

Dosen Pembimbing,

(3)

ABSTRAK

Survei rumah tangga yang mengukur akses masyarakat ke dan penggunaan obat-obatan ketika dihadapkan dengan penyakit baik akut atau kronis. Kuesioner meliputi kesehatan perilaku, serta sumber, ketersediaan, biaya, keterjangkauan, dan penggunaan yang tepat dari obat-obatan. Itu mengumpulkan informasi tentang praktik rumah tangga, serta keyakinan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhikeputusan untuk mencari nasihat profesional atau mengambil obatan. Melalui informasi ini,kuesioner menyediakan data penting pada akses terhadap obat-obatan di masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengetahui Penggunaan Obat-obatan di Kalangan Rumahtangga Lingkungan (111) Kecamatan Medan Baru Tahun 2013. Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sample 100 responden yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Kuesioner dikembangkan dengan mengacu pada tinjauan pustaka yang terdiri dari penggunaan obat-obatan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden yang terdiri dari 100 rumahtangga dan

banyak menggunakan parasetamol untuk mengobati keluhan yang dihadapi.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah penggunaan obat-obatan di kalangan rumahtangga adalah pengetahuan tentang obat-obatan tidak cukup harus

diedukasi.

(4)

ABSTRACT

A household survey that measures people’s access to and use of medicines when faced with either acute or chronic illness. The questionnaire covers health-seeking behavior, as well as source, availability, cost, affordability, and appropriate use of medicines. It gathers information on household practices, as well as beliefs and other factors that influence the decision to seek professional advice or to take medicines. Through this information, the questionnaire provides important data on access to medicines in the community.

This study is to determine the Usage of Medicine by householder Zone (111) District Medan Baru Year 2013. The design of this study is descriptive with a large sample of 100 respondents drawn by Simple Random Sampling technique. The questionnaire was developed with reference to the literature review which consist of the uses of medicine in household. Based on the results from 100 respondents consisting of 100 households and a lot of use of paracetamol to treat complaints encountered. The conclusion that can be drawn from this study is the use of drugs in the household is the knowledge of medicine is not enough to be educated.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kurniaNya penulis dapat menyesesaikan laporan hasil penelitian ini judul Penggunaan Obat-obatan Di Kalangan Rumahtangga Lingkungan (111) Kecamatan Medan Baru 2013” Penulisan laporan hasil penelitian ini disusun sebagai satu syarat kelulusan menjadi sarjan kedokteran. Selama penulis menyusun laporan hasil penelitian ini telah banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dan untuk penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Datten Bangun M.SC,SpFK selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan pengarahan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penulis juga berterima kasij kepada Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh staf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada DR. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG(K) selaku dosen penguji 1 laporan hasil penelitian serta dr. Setia Putra Tarigan, Sp.P selaku dosen penguji 11 laporan hasil penelitian, yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan karya tulis ini.

Penulis mengakui bahawa apa yang ditulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah jauh dari kesempurnaaan. Untuk itu penulis mengaharapkan saran,petunjuk dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat dan pemerintah.

Medan, 09 Desember 2013, Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN……… i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI……….... v

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… …. 1

1.2. Rumusan Masalah…... ……… 4

1.3. Tujuan Penelitian………. 5

1.4. Manfaat Penelitian………...………. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Batuk……… 6

2.1.1. Jenis-Jenis Obat Batuk………... 6

2.1.1.1. Mukolitik ………. 6

2.1.1.2. Bromheksin ………. 6

2.1.1.3. Ambroksol ………... 7

2.1.1.4. Asetilsistein ………. 7

2.1.1.5. Ekspektoran ………... 8

2.1.1.6. Ammonium Klorida ………. 8

2.1.1.7. Gliseril Guaiakolat ………... 8

2.1.1.8. Antitusif ………... 8

2.1.1.9. Dekstrometorfan ……….. 9

2.1.1.10. Kodein ………... 9

(7)

2.2.1. Jenis-Jenis Obat Pereda Sakit dan Demam ……….. 10

2.2.1.1. Parasetamol atau Asetaminofen ……….. 10

2.2.1.2. Asetosal atau Aspirin ……….. 10

2.2.1.3. Ibuprofen ………. 11

2.3. Muntah ……….. 11

2.3.1. Jenis-Jenis Obat Anti Muntah ………... 12

2.3.1.2. Difenhidramin ………... 12

2.4. Gastritis ………. 12

2.4.1. Jenis-Jenis Obat Gastritis ……… 13

2.4.1.1. Aluminum atau Mangnesium Hydroxide …………. 13

2.4.1.2. H2 Blokers ………. 13

2.5. Obat Pilek/Flu ……… 14

2.5.1. Jenis-Jenis Obat Pilek ……….. 14

2.5.1.1. Fenilpropanolamin ……… 14

2.5.1.2. Klorfeniramin Maleat ……… 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……… 14

3.2. Definisi Operasional………. 15

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ……….. 16

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ………. 16

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……….... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ………... 18

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ……….. 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ……… 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 19

(8)

5.1.3. Hasil Analisis Data ………20 5.2. Pembahasan ……….21

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ……….. 34

6.2. Saran ………. 34 DAFTAR PUSTAKA ……… 35 LAMPIRAN

(9)

Daftar Lampiran

1. Riwayat Hidup ……….. 37

2. Ethical Clearance ………..38

3. Kuensioner ………... 40

(10)

Daftar Tabel

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Penggunaan Obat-obatan 20

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 20

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur 21

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan 21

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan 22

Tabel 5.3 Tindakan Responden Bila Sakit 22

Tabel 5.4 Apa Yang Dimaksudkan Dengan Pengobatan Sendiri 22

Tabel 5.5 Alasan Responden Melakukan Pengobatan Sendiri 23

Tabel 5.6 Apakah Responden Mengetahui Tentang Penggolongan Obat 24

Tabel 5.7 Dari Mana Responden Mengetahui Tentang Penggolongan Obat 24

Tabel 5.8 Keluhan Yang Responden Obati Sendiri 24

Tabel 5.9 Obat Yang Dikonsumsi Untuk Penyakit Yang 25

Responden Derita Tabel 5.10 Tindakan Responden Apabila Obat Yang Dikonsumsi Telah Habis Namun Penyakit Belum Sembuh. 25

Tabel 5.11 Tindakan Responden Apabila Penyakit Yang Diderita Telah Sembuh 25

Tabel 5.12 Apakah Responden Mengetahui Aturan Obat Yang Diberikan 26

Tabel 5.13 Dari Mana Responden Mengetahui Aturan Obat 27

Tabel 5.14 Apakah Resdonpen Mematuhi Aturan Pemakaian Obat 27

(11)

Tabel 5.16 Bagaimana Responden Mengetahui Obat Yang

Dikonsumsi Kadaluarsa 28

(12)

ABSTRAK

Survei rumah tangga yang mengukur akses masyarakat ke dan penggunaan obat-obatan ketika dihadapkan dengan penyakit baik akut atau kronis. Kuesioner meliputi kesehatan perilaku, serta sumber, ketersediaan, biaya, keterjangkauan, dan penggunaan yang tepat dari obat-obatan. Itu mengumpulkan informasi tentang praktik rumah tangga, serta keyakinan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhikeputusan untuk mencari nasihat profesional atau mengambil obatan. Melalui informasi ini,kuesioner menyediakan data penting pada akses terhadap obat-obatan di masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengetahui Penggunaan Obat-obatan di Kalangan Rumahtangga Lingkungan (111) Kecamatan Medan Baru Tahun 2013. Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sample 100 responden yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Kuesioner dikembangkan dengan mengacu pada tinjauan pustaka yang terdiri dari penggunaan obat-obatan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden yang terdiri dari 100 rumahtangga dan

banyak menggunakan parasetamol untuk mengobati keluhan yang dihadapi.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah penggunaan obat-obatan di kalangan rumahtangga adalah pengetahuan tentang obat-obatan tidak cukup harus

diedukasi.

(13)

ABSTRACT

A household survey that measures people’s access to and use of medicines when faced with either acute or chronic illness. The questionnaire covers health-seeking behavior, as well as source, availability, cost, affordability, and appropriate use of medicines. It gathers information on household practices, as well as beliefs and other factors that influence the decision to seek professional advice or to take medicines. Through this information, the questionnaire provides important data on access to medicines in the community.

This study is to determine the Usage of Medicine by householder Zone (111) District Medan Baru Year 2013. The design of this study is descriptive with a large sample of 100 respondents drawn by Simple Random Sampling technique. The questionnaire was developed with reference to the literature review which consist of the uses of medicine in household. Based on the results from 100 respondents consisting of 100 households and a lot of use of paracetamol to treat complaints encountered. The conclusion that can be drawn from this study is the use of drugs in the household is the knowledge of medicine is not enough to be educated.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengertian sakit(illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit merupakan keluhan yang dirasakan seseorang (bersifat subjektif), berbeda dengan penyakit yang terjadi pada organ tubuh (bersifat objektif) (Rosenstock, 1974). Pengobatan sendiriadalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit tanpa resep/nasihat tenaga medis (Anderson, 1979). Penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri persentase terbesar (91,04% di perkotaan dan 86,93% di pedesaan) menggunakan obatsisanya menggunakan obat tradisional atau cara tradisional, Badan Pusat Statistik (2001).

Menurut H. Sulanto Saleh (2004) Jenis persediaan obat dan alat kesehatan di rumah tangga sangat tergantung pada kejadian yang sering dialami di rumah tangga, misalnya demam, anak kejang (stuip), dan perlukaan. Obat dan alat kesehatan yang disediakan harus berkaitan dengan hal tersebut. Secara umum berdasar angka kejadian obat dan alat kesehatan yang perlu disediakan adalah: 1 ) Obat batuk ( anak dan dewasa ): Obat Batuk Hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP), tablet antibatuk

2) Obat sakit perut/diare :oralit 3) Tablet maag

4) Obat pengurang rasa nyeri/demam: parasetamol sirup dan tablet, aspirin tablet (khusus dewasa)

5) Obat untuk alergi: ctm dan salep antihistamin

6) Obat anti mabuk (khusus bagi yang sering bepergian)

7) Obat yang digunakan secara topikal (dioleskan pada kulit): cairan antiseptik (mercurochrom, povidon iodine), salep/krim anti histamin, salep/krim

(15)

Alat kesehatan yang diperlukan di rumah tangga antara lain adalah: 1) Kasa pembalut

2) Pembalut elastis 3) Kasa steril

4) Plester bias maupun yang sudah ada anti infeksinya 5) Pembalut segi tiga (mitela)

6) Thermometer 7) Gelas pencuci mata

Obat telah memberikan maanfat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Obat telah menurunkan angka kematian dan angka kesakitan dengan cara menyelamatkan jiwa, meningkatkan kesehatan, tetapi hanya jika obat tersebut tidak aman, tidak berkhasiat, tidak bermutu dan tidak digunakan benar dapat menimbulkan berbagai masalah bagi kesehatan kegagalan pengobatan bahkan kematian dan dalam jangka panjang akan membuang berbagai sumber (dana dan manusia) yang sebenarnya terbatas (WHO 2004).

(16)

Berbagai obat-obat yang beredar di Indonesia dengan segala fungsinya dapat diperoleh dalam berbagai sediaan obat. Menurut Batubara (2008), bentuk sediaan obat dapat berupa sediaan padat (pulvis, tablet, kapsul, suppositoria, kaplet, lozenge), semi padat (salep, krim, pasta, jelli), cair (larutan, sirup, eliksir, guttae, injeksi, enema, gargarisma, douche, suspensi, emulsi, infusa), dan gas (aerosol, gas). Dalam Permenkes No. 725a/1989, untuk memudahkan pengawasan, penggunaan, dan pemantauan, obat digolongkan menjadi :

a. Obat Bebas

Obat bebas termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotik juga dapat diperoleh di warungwarung. Obat bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contoh obat bebas yaitu parasetamol, vitamin C, antasida, dan Obat Batuk Hitam (OBH).

b. Obat Bebas Terbatas

Obat golongan ini juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran berwarna biru dan tertera peringatan dengan tulisan:

P. No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya. P. No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. P. No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

P. No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. P. No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan

Obat bebas terbatas dapat diperoleh tanpa resep dokter di apotik, toko obat ataupun di warung-warung. Contohnya obat anti mabuk (Antimo), obat flu kombinasi, klotrimaleas (CTM).

c. Obat keras

(17)

Jika pemakai tidak memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian. Contoh obat golongan keras yaitu antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang

mengandung hormon (obat kencing manis, obat penenang, dan lainlain).

d. Psikotropika

Psikotropika adalah zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Jenis obat psikotropika yaitu shabu-shabu dan ekstasi.

e. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Narkotika merupakan kelompok obat yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan addiksi (ketergantungan) dan toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.

1.2. Rumusan Masalah

(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Utama

Mengetahui penggunaan Obat-obat di rumahtangga.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalensi penggunaan Obat-obatan di rumahtangga Lingkungan (III) Kecamatan Medan Baru, Pringgan Tahun 2013. 2. Mengetahui Indikasi penggunaan dan cara penggunaan obat-obatan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Pemberian informasi kepada masyarakat supaya berwaspada ketika menggunakan obat yang dapat diperoleh dengan bebas ini sehingga overdosis dapat dihindari.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batuk

Menurut Weinberger ( 2005 ) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakna mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari secret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai kanker.

2.1.1. Jenis-Jenis Obat Batuk

Jenis-jenis obat batuk yang terkait dengan batuk yang berdahak dan tidak berdahak yamg dibahaskan di sini adalah mukolitik, ekspektoran dan antitusif.

2.1.1.1. Mukolitik

(20)

2.1.1.2. Bromheksin

Bromheksin merupakan derivat sintetik dari vasicine. Vasicine merupakan suatu zat aktif dari Adhatoda vasica. Obat ini diberikan kepada penderita bronkitis atau kelainan saluran pernafasan yang lain. Obat ini juga digunakan di unit gawat darurat secara lokal di bronkus untuk memudahkan pengeluaran dahak pasien. Menurut Estuningtyas (2008) data mengenai efektivitas klinis obat ini sangat terbatas dan memerlukan penelitian yang lebih mendalam pada masa akan datang. Efek samping dari obat ini jika diberikan secara oral adalah mual dan peninggian transaminase serum. Bromheksin hendaklah digunakan dengan hati-hati pada pasien tukak lambung. Dosis oral bagi dewasa seperti yang dianjurkan adalah tiga kali, 4-8 mg sehari. Obat ini rasanya pahit sekali

2.1.1.3. Ambroksol

Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang memiliki mekanisme kerja yang sama dengan bromheksin. Ambroksol sedang diteliti tentang kemungkinan manfaatnya pada kerato konjungtivitis sika dan sebagai perangsang produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan sindrom pernafasan (Estuningtyas, 2008).

2.1.1.4. Asetilsistein

(21)

Efek samping yang mungkin timbul berupa spasme bronkus, terutama pada pasien asma. Selain itu, terdapat juga timbul mual, muntah, stomatitis, pilek, hemoptisis, dan terbentuknya sekret berlebihan sehingga perlu disedot (suction). Maka, jika obat ini diberikan, hendaklah disediakan alat penyedot lendir nafas. Biasanya, larutan yang digunakan adalah asetilsistein 10% hingga 20%.

2.1.1.5. Ekspektoran

Ekspektoran merupakan obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernafasan (ekspektorasi). Penggunaan ekspektoran ini didasarkan pengalaman empiris. Tidak ada data yang membuktikan efektivitas ekspektoran dengan dosis yang umum digunakan. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran pernafasan lewat nervus vagus, sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat yang termasuk golongan ini ialah ammonium klorida dan gliseril guaiakoiat (Estuningtyas, 2008).

2.1.1.6. Ammonium Klorida

Menurut Estuningtyas (2008) ammonium klorida jarang digunakan sebagai terapi obat tunggal yang berperan sebagai ekspektoran tetapi lebih sering dalam bentuk campuran dengan ekspektoran lain atau antitusif. Apabila digunakan dengan dosis besar dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan dengan hatihati pada pasien dengan insufisiensi hati, ginjal, dan paru-paru. Dosisnya, sebagai ekspektoran untuk orang dewasa ialah 300mg (5mL) tiap 2 hingga 4 jam. Obat ini hampir tidak digunakan lagi untuk pengasaman urin pada keracunan sebab berpotensi membebani fungsi ginjal dan menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit.

2.1.1.7. Gliseril Guaiakolat

(22)

2.1.1.8. Antitusif

Menurut Martin (2007) antitusif atau cough suppressant merupakan obat batuk yang menekan batuk, dengan menurunkan aktivitas pusat batuk di otak dan menekan respirasi. Misalnya dekstrometorfan dan folkodin yang merupakan opioid lemah. Universitas Sumatera Utara.Terdapat juga analgesik opioid seperti kodein, diamorfin dan metadon yang mempunyai aktivitas antitusif.Menurut Husein (1998) antitusif yang selalu digunakan merupakan opioid dan derivatnya termasuk morfin, kodein, dekstrometorfan, dan fokodin. Kebanyakannya berpotensi untuk menghasilkan efek samping termasuk depresi serebral dan pernafasan. Juga terdapat penyalahgunaan.

2.1.1.9. Dekstrometorfan

Menurut Dewoto (2008) dekstrometorfan atau D-3-metoksin-Nmetilmorfinan tidak berefek analgetik atau bersifat aditif. Zat ini meningkatkan nilai ambang rangsang refleks batuk secara sentral dan kekuatannya kira-kira sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein, zat ini jarang menimbulkan mengantuk atau gangguan saluran pencernaan. Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam. Toksisitas zat ini rendah sekali, tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi pernafasan. Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10mg dan sebagai sirup dengan kadar 10 mg dan 15 mg/5mL. dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari. Dekstrometorfan sering dipakai bersama antihistamin, dekongestan, dan ekspektoran dalam produk kombinasi (Corelli, 2007).

2.1.1.10. Kodein

(23)

Beberapa efek samping adalah mual, muntah, konstipasi, palpasi, pruritus, rasa mengantuk, hiperhidrosis, dan agitasi (Jusuf, 1991)

2.2. Obat Pereda Rasa Sakit dan Demam

Obat ini digunakan untuk mengurangi atau melenyapskan rasa nyeri dan menurunkna suhu badan yang tinggi. Misalnya pada sakit kepala,sakit gigi,nyeri haid, keseleo,, demam imunisasi,demam flu dan lain sebagainya. Obat-obat golongan ini yang beredar sebagai obat bebas adalah untuk sakit yang bersifat ringan sedangkan untuk sakit beart ( missal: sakit kerana batu ginjal dan batu empedu, kanaker) perlu menggunakan jenis obat keras,dan untuk demam yang berlarut-larut membutuhkan pemeriksaan dokter.

2.2.1. Jenis-Jenis Obat Pereda Rasa Sakit dan Demam

Jenis-jenis obat pereda rasa sakit dan demam juga berkhasiat sebagai anti peradangan seperti untuk encok. Obat bebas pereda nyeri dan demam

2.2.1.1. Parasetamol atau Asetaminofen

Menurut Rahayu (2004) berkhasiat meredakan nyeri,menurunkna panas dan demam.Contoh merek obat Biogesik, Dumin, Femix, Panadol, Saridon, Sanmol, Naspro. Penderita gangguan fungsi hati dan alergi tidak diperbolehkan menggunakan parasetamol. Efek samping jarang di temukan kadang-kadang ruam kulit kelainan daran dan radang pankreas. Hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan kelebihan dosis dapat menyebabkan gangguan fungsi hati,

memgambil bersama makanan atau susu, selama menggunakan hindari dari minuman alkohol.

2.2.1.2. Asetosal atau Aspirin

(24)

Efek samping kadang nyeri lambung,reaksi kulit bagi yang alergi. Hal yang perlu diperhatikan pada penderita alergi, asma, kehamilan dan lanjut usia dan dihindari mengambil obat dalam keadaan perut kosong diambil bersama makanan atau susu.Selain itu, selama minum obat ini dihindari alkohol, vitamin C yang banyak, makanan mengandung bumbu kari, buah prem, kismis. Agar tidak merusak ginjal, jangan menggunkan aspirin lebih dari 10 hari tanpa izin dokter.

2.2.1.3. Ibuprofen

Menurut Nannang (2005) ibuprofen meredakan nyeri, menurunkan panas/demam. Kadang juga ditambahakan kafein pada obat tersebut untuk menguatkan efeknya.Contoh komposisi dan merek obat pereda nyeri Prioris, Arthrifen, Axalan, Farsifen, Ibufen, Neo Rheumacyl. Penderita maag/ tukak lambung dan usus yang berat dan aktif, alergi, penderita polip hidup, angioderma, kehamilan trisemester ketiga tidak digalakkan mengunnakan ibuprofen. Efek samping kadang pusing, sakit kepala, mual, diare, maag, gangguan pendengaran, dan bagi yang alergi ruam kulit, biduran, dan sesak nafas. Sebaiknya diminum bersama dengan makanan atau susu, dan minum dengan segelas air penuh. Anak di bawah 1 tahun tidak dianjurkan menggunakan ibuprofen. Hati-hati pada lansia yang mengalami gangguan alergi termasuk asma dan angioderma.

2.3. Muntah

(25)

2.3.1. Jenis- jenis Obat Anti Muntah Obat anti muntah ada tiga jenis :

2.3.1.1. Dimenhidrinat

Contoh nama merek obat Antimab, Antimo, Sramamine, Dramasine, Amocaps, Contramo. Cara pemberian obat bentuk suppositoria ( lewat dubur ). Obat ini tidak diberikan jika asma mendadak,bayi premature, gagal jantung berat. Efek samping obat mengantuk, sakit kepala, mulut kering, penglihatan kabur, ruam kulit, sesak nafas ( Anak kurang dari 3 tahun peka terhadap efek samping ini).

2.3.1.2. Difenhidramin

Contoh nama merek obat Wisatamex. Bayi baru lahir/ premature/ menyusui tidak diperbolehkan diberi difenhidramine. Efek samping mengantuk, gangguan pencernaan, berpengaruh pada jantung, reaksi alergi, tidak digalakkan meminum obat bila memandu.

2.4. Gastritis

(26)

2.4.1. Jenis-jenis Obat Gastritis

2.4.1.1. Aluminum dan Mangnesium hydroxide (Mylanta, Mygel, Digel, Gelusil, Rulox)

Kombinasi obat yang menetralkan keasaman lambung dan meningkatkan pH lambung dan duodenum bola. Ion aluminium menghambat kontraksi otot halus dan menghambat pengosongan lambung. Magnesium / aluminium campuran antasida digunakan untuk menghindari perubahan fungsi usus. Cara pemberian obat ini melalui mulut, biasanya setelah makan dan sebelum tidur sesuai kebutuhan. Tablet kunyah, mengunyah secara menyeluruh sebelum menelan, kemudian minum segelas penuh air (8 ons atau 240 mililiter). menggunakan bentuk cair dari obat ini, Kocok botol baik sebelum menuangkan dosis masing-masing.Dapat mencampur dosis dengan sedikit air jika diperlukan. Obat ini bereaksi dengan obat lain (misalnya, digoxin, besi, antibiotik tetrasiklin, kuinolon antibiotik seperti ciprofloxacin), mencegah mereka dari yang sepenuhnya diserap oleh tubuh. Obat ini dapat menyebabkan mual, sembelit, diare, atau sakit kepala . Magnesium dapat menyebabkan diare. Menggunakan antasida yang mengandung aluminium hanya bersama dengan obat ini dapat membantu mengontrol diare. Aluminium dalam obat ini dapat menyebabkan sembelit. Untuk meminimalkan sembelit, minum banyak cairan dan olahraga. Diare lebih umum dengan produk ini daripada constipation.Aluminum yang mengandung antasida mengikat fosfat, bahan kimia tubuh yang penting, di dalam usus. Hal ini dapat menyebabkan kadar fosfat rendah, terutama jika Anda menggunakan obat ini dalam dosis besar dan untuk waktu yang lama. Reaksi alergi yang sangat jarang gejala-gejala reaksi alergi yang serius, termasuk: ruam, gatal / bengkak (terutama wajah / lidah / tenggorokan), pusing berat, kesulitan bernapas.

2.4.1.2. H2 Blokers (Cimetidine)

(27)

2.5. Obat Pilek/Flu

Menurut Dr. Achmad Mursyidi (2004 ) Pilek atau hidung meler,sebenarnya dapat merupakan gejala dari beberapa sebab yaitu selesma, alergi (rintis), dan influenxa. Pada alergi rintis, hidung meler disebabkan benda benda yang dianggap asing oleh tubuh masuk ke hidung, seperti jalur, debu, serbuk sari.Produk obat pilek dan batuk banyak beredar sebagai obat bebas terbatas. Obat ini berfungsi meringankan gejal, tidak menyembuhkan penyebab penyakit.

2.5.1. Jenis-jenis Obat Pilek/Flu 2.5.1.1. Fenilpropanolamin

Menurut Rahayu (2004) Fenilpropanolamin merupakan pelega hidung ( dekongestan )pederita penyakit jantung tidak diperbolehkan menggunakan obat ini. Efek samping obat dapat menaikkan tekanan darah.

2.5.1.2. Klorfeniramin maleat

(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian Penggunaan Obat-obatan di Rumahtangga Lingkungan (111) kecamatan Medan Baru Pringgan pada Tahun 2013.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Masyarakat + Keluhan

1) TUJUAN PENGGUNAAN

2) JENIS OBAT

3) CARA

PENGGUNAAN

4) PENGETAHUAN

(29)

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Obat-obatan

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk mengobat penyakit, merawat gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit luka.

3.2.2. Rumah tangga

Rumah tangga yaitu seluruh urusan keluarga untuk hidup bersama, dikerjakan bersama di bawah pimpinan seseorang yang ditetapkan, menurut tradisi. (Ordinary Household) adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama dan makan dari satu dapur.

3.3. Cara Ukur

Cara ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah melalui wawancara.

3.4. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah jenis kuesioner yang terdiri atas 10 pertanyaan,

3.5. Hasil Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil pengukuran adalah tujuan penggunaan obat-obat di kalangan rumah tangga bagi tujuan apa.

3.6. Skala Pengukuran

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Manakala penelitian jenis analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelaso antara fenomena atau antara faktor dengan faktor efek. Menurut Soekidjo (2010) maka jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif dengan desain penelitian adalah “cross-sectional” untuk meneliti Penggunaan Obat-obatan di Rumahtangga Lingkungan (III) kecamatan Medan Baru Pringgan pada Tahun 2013.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan Pringgan Lingkungan (III), Medan Baru dari bulan September hingga November 2013.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(31)

1) Kriteri Inklusi:

a) Responden yang mampu berkomunikasi dengan baik. b) Responden yang mampu membaca dan menulis.

c) Responden yang pernah mengkonsumsi obat atau pernah mempunyai pengalaman membeli obat.

2) Kriteri Ekslusi:

a) Responden yang tidak tersedia menjadi subjek penelitian. b) Responden menolak berpartisipasi dalam wawancara.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah “ Simple Random Sampling”. Menurut Soekidjo (2010) Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut.

n = Besar populasi

zα = Tingkat kemaknaan yang telah ditetapkan P = Proposi di populasi

Q = 1-P

d = Ketepatan ( absolut ) yang dihendaki

Pada penelitian ini, tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% sehingga untuk Zα^2 = 1,96. Nilai P yang ditetapkan adalah 0,5 karena peneliti belum mengetahui proporsi sebelumnya, selain itu karena penggunaan P=0,5 mempunyai nilai Q paling besar sehingga dihasilkan besar sampel paling banyak. Ketepatan absolut yang diinginkan adalah sebesar 10%.

�=��²��

(32)

Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : n = zα². pq

n = 1,96² . 0,5(1-0,5) (0.1)2 = 97

Berdasarkan perhitungan tersebut, besar sampel yang diperlukan adalah 97 orang. Maka dibulatkan ke 100 orang.

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapt lansung dari reponden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Pertanyaaan- pertanyaan di dalam kuensioner ditanyakan lansung oleh surveyer kepada responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 15 pertanyaan.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti, dengan cara editing, coding, classification dan tabulation. Kemudian, data diolah dengan menggunakan

(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada bulan September tahun 2011 hingga November 2011. Pengambilan data telah dilakukan di daerah Pringgan di kalangan Rumahtangga Lingkungan (111) Kecamatan Medan Baru. Proses pengambilan data untuk penelitian telah dilakukan dengan menggunakan instrument kuisioner yang telah diisi oleh 100 orang rumahtangga. Data kuisioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disajikan hasil penelitian sebagai berikut.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

(34)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang terpilih adalah sebanyak 100 orang rumahtangga yang berusia antara 25-60 tahun. Dari keseluruhan responden, responden diamati adalah berdasarkan umur dan tingkat pendidikan. Karakteristik responden pada penelitian ini dijabarkan seperti berikut.

Tabel 5.1 Penggunaan Obat-obatan

Penggunaan Obat- Frekuensi (n) Persentase (%) obatan

Ya 100 100 JUMLAH 100 100

[image:34.612.68.531.460.589.2]

Dari tabel 5.1didapati 100% responden yang menggunakan Obat-obatan. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-laki 25 25 Perempuan 75 75 JUMLAH 100 100

(35)
[image:35.612.69.530.151.339.2]

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur.

Umur (tahun) Frekuensi(n) Persentase (%) 25-35 tahun 17 17

36-45 tahun 29 29 46-55 tahun 40 40 56-60 tahun 14 14 JUMLAH 100 100

Dari tabel 5.3 diatas didapati frekuensi tertinggi rumahatangga adalah kelompok umur 46-55 tahun 40% diikuti kelompok umur 36-45 tahun 29%. Frekuensi terendah rumahtangga adalah kelompok umur 56-60 tahun 14%

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan.

Pekerjaan Frekuensi(n) Persentase (%) Pegawai negeri 20 20

[image:35.612.69.529.470.689.2]
(36)
[image:36.612.67.534.134.322.2]

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan.

Pekerjaan Frekuensi(n) Persentase (%) SLTP 52 52

SLTA 15 15 Akedemi 20 20

P.T 13 13 JUMLAH 100 100

5.1.3 Hasil Analisis Data

5.1.3.1 Analisa Data Varibel Pengetahuan

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variable pengetahuan tentang penggunaan obat-obatan.

Tabel 5.6 Tindakan Responden Bila Sakit.

Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%) a) Mengobati Sendiri 75 75

b) Berobat Sama Dokter 25 25 JUMLAH 100 100

[image:36.612.66.542.453.583.2]
(37)
[image:37.612.76.530.131.416.2]

Tabel 5.7 Apa Yang Dimaksudkan Dengan Pengobatan Sendiri.

Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%) a) Upaya pengobatan untuk

mengatasi keluhan sakit yang

dilakukan oleh masyarakat 69 69 untuk mengatasi keluhan sakit

yand dialami.

b) Penggunaan obat oleh masyarakat untuk mengurangi

gejala riwayat nasihat 30 30 dokter.

c) Tidak tahu 1 1 JUMLAH 100 100

Berdasarkan tabel 5.7 responden yang menjawab a) adalah sebanyak 69% diikuti b) 30% dan c) 1%.

Tabel 5.8 Alasan Responden Melakukan Pengobatan Sendiri.

Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%) a) Biaya Lebih Murah 68 68

b) Lebih Cepat 24 24 c) Alasan Sakit Ringan 8 8 JUMLAH 100 100

[image:37.612.65.537.507.646.2]
(38)
[image:38.612.71.531.123.243.2]

Tabel 5.9 Apakah Responden Mengetahui Tentang Penggolongan Obat.

Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%) a) Tahu 8 8

b) Tidak Tahu 92 92 JUMLAH 100 100

[image:38.612.64.536.317.454.2]

Berdasarkan tabel 5.9 responden yang menjawab a) 8% dan menjawab b) 92%. Tabel 5.10 Dari Mana Responden Mengetahui Tentang Penggolongan Obat. Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%) a) Teman 17 17

b) Apotek 80 80 c) Lain-lain 3 3 JUMLAH 100 100

Berdasarkan tabel 5.10 responden yang menjawab a) 17% diikuti b) 80% dan c) 3%.

Tabel 5.11 Keluhan Yang Responden Obati Sendiri.

Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%) a) Batuk 18 18

b) Demam 73 73 c) Pilek 9 9 JUMLAH 100 100

[image:38.612.64.538.528.666.2]
(39)
[image:39.612.68.532.114.253.2]

Tabel 5.12 Obat Yang Dikonsumsi Untuk Penyakit Yang Responden Derita Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)

a) Obat Batuk 17 17

b) Obat Demam 73 73 c) Obat Pilek 9 9 JUMLAH 100 100

Berdasarkan tabel 5.12 responden yang menjawab a) 74%, b) 9% dan c) 17%.

Tabel 5.13 Tindakan Responden Apabila Obat Yang Dikonsumsi Telah Habis Namun Penyakit Belum Sembuh.

Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%) a) Membeli kembali obat yang

sebelumnya dikonsumsi 16 16 b) Mengganti dengan obat yang

yang lebih sesuai 31 31

c) Konsultasi dengan dokter 53 53 JUMLAH 100 100

[image:39.612.69.533.363.544.2]
(40)

Tabel 5.14 Tindakan Responden Apabila Penyakit Yang Diderita Telah Sembuh. Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)

a) Tidak lagi diminum, disimpan untuk digunakan

kembali 92 92 b) Tidak lagi diminum, dan

dibuang 4 4 c) Meminum sampai habis 4 4 JUMLAH 100 100

[image:40.612.71.531.439.557.2]

Berdasarkan tabel 5.14 responden yang menjawab a) 92%, b) 4% dan c) 4%.

Tabel 5.15 Apakah Responden Mengetahui Aturan Obat Yang Diberikan. Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%) a) Tahu 96 96

b) Tidak Tahu 4 4 JUMLAH 100 100

(41)
[image:41.612.71.530.134.252.2]

Tabel 5.16 Dari Mana Responden Mengetahui Aturan Obat.

Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)

a) Praktek Dokter 78 78

b) Apotek 22 22 JUMLAH 100 100

Berdasarkan tabel 5.16 responden yang menjawab a) 78% dan b) 22%.

Tabel 5.17 Apakah Responden Mematuhi Aturan Pemakaian Obat.

Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%) a) Iya 53 53

b) Tidak 47 47 JUMLAH 100 100

[image:41.612.68.533.356.473.2]
(42)
[image:42.612.71.530.134.251.2]

Tabel 5.18 Apakah Responden Mengetahui Masa Kadaluarsa Obat Yang Dikonsumsi. Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)

a) Tahu 16 16 b) Tidak Tahu 84 84 JUMLAH 100 100

Berdasarkan tabel 5.18 responden yang menjawab a) 16% dan b) 84%.

Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Nama Obat Yang Digunakan

Nama Obat Frekuensi (n) Persentase (%)

Parasetamol 60 60

Aspirin 16 16

Sanmol 10 10

Bromhexine 7 7

Fenilpropolamin 7 7

Total 100 100

Dari tabel 5.19 dapat disimpulkan 60% rumahtangga menggunakan Panadol diikuti 16% menggunakan Aspirin, Sanmol 10% Bromhexine 7% dan 7% lagi menggunakan

Fenilpropolamin.

5.3 Pembahasan

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk mengobati

membebaskan

[image:42.612.67.478.343.516.2]
(43)

obat-obatan masih terjangkau, tidak tersedia, tidak aman dan tidak layak digunakan. Diperkirakan sepertiga dari populasi dunia tidak memiliki akses rutin terhadap obat-obatan esensial. Jika tersedia, obat-obatan yang sering digunakan secara tidak benar: sekitar 50% dari semua obat yang diresepkan, dibagikan atau dijual secara tidak tepat, sedangkan 50% dari pasien gagal untuk mengambil obat mereka secara tepat.

Menurut (Kathleen 2011) di seluruh dunia, diperkirakan bahwa lebih dari setengah dari semua obat yang diresepkan, dibagikan atau dijual tidak tepat . Selain itu, telah diperkirakan bahwa setengah dari semua pasien gagal untuk mengambil obat mereka seperti yang ditentukan atau dispensasi. Penggunaan irrasional bisa dalam berbagai lain bentuk, misalnya, polifarmasi, kegagalan untuk meresepkan sesuai dengan pedoman klinis dan pengobatan sendiri tidak tepat.

5.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tabel Demography

Dari tabel 5.2 dapat dilihat kebanyakkan reponden terdiri dari perempuan( 75% ) dari laki-laki ( 25% ) ini karena ibu-ibu yang biasa menguruskan rumah manakala laki-laki berkerja. Dari tabel 5.3 dapat dilihat responden tertinggi rumahtangga adalah dari kelompok 46-55 tahun ( 40% ) dan terendah adalah dari kelompok 56-60 tahun

( 14% ). Dari tabel 5.4 dapat dilihat wiraswasta merupakan frekuensi pekerjaan tertinggi ( 45% ) dan yang terendah tidak bekerja ( 7% ). Dari tabel 5.5 dapat dilihat distribusi responden tertinggi berdasarkan pendidikan adalah dari SLTP ( 52% ) dan terendah adalah P.T ( 13% ), hasil ini mempengaruhi hasil kuensioner rumahtangga dari pendidikan tertinggi memberikan hasil yang baik.

5.3.2 Hasil Analisa Data Kuensioner

Dari penelitan yang dilakukan tindakan responden apabila sakit sebanyak ( 75% ) mengobati sendiri dan ( 25% ) berobat sama dokter. Konsep sehat dan sakit dalam pandangan orang

(44)

Hal ini kerena responden melakukan pengobatan sendiri dapat dilihat dari tabel 5.8 alasan responden melakukan pengobatan sendiri biaya lebih murah ( 68% ). Pengobatan sendiri merupakan upaya pengobatan yang mengacu pada kemampuan sendiri, tanpa petunjuk dokter atau tenaga medis, untuk mengatasi sakit atau keluhan penyakit ringan dengan menggunakan obat-obat yang di rumah atau membeli langsung ke toko obat atau apotek.Keberhasilannya akan mengurangi beban pusat-pusat pelayanan kesehatan, biaya yang dikeluarkan relative murah.

Responden memahami dengan pengobatan sendiri adalah upaya pengobatan untuk mengatasi keluhan sakit yang dialami ( 69% ) penggunaan obat oleh masyarakat untuk mengurangi gelaja riwayat nasihat dokter ( 30% ) dan tidak tahu

( 1% ) Dalam sistem penyelenggaran kesehatan, pengobatan sendiri menjadi utama dan terbesar yang dilakukan masyarakat. Menurut World Health Oraganization

( WHO ) swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat, baik obat modern maupun obat tradisional oleh seorang untuk mengobati penyakit yang dikenali sendiri. Responden yang tahu tentang penggolongan obat ( 8% ) dan yang menjawab tidak tahu ( 92% ) dan dari tabel 5.10 dari mana responden mengetahui tentang penggolongan obat kebanyakkan dari apotek ( 80% ) . Hal ini dapat dilihat menurut Badan Pom RI ( 2009 ) sebelum menggunakan obat masyarakat harus mampu memilih obat yang akan digunakan dengan mempertimbangkan efek samping,

kontraindikasi dan interaksi obat yang mungkin timbul. Perlunya masyarakat sebagai konsumen obat untuk mengetahui informasi penting yang ada pada setiap kemasan atau label obat. Menurut Anonim, ( 2007 ) Masyarakat lebih memilih apotek untuk mendapatkan informasi tentang obat-obat yang digunkan.

Keluhan yang responden dapat mengobati sendiri dengan menjawab

(45)

Dari tabel 5.13 tindakan responden apabila obat yang dikonsumi telah habis namun keluhan belum sembuh membeli kembali obat yang sebelumnya dikonsumi

( 16% ) mengganti dengan obat yang lebih sesuai ( 31% ) dan konsultasi dokter

( 53% ) Perlunya informasi yang benar tentang obat dari pelayan kesehatan agar tidak terjadi penyalahgunaan obat. Tindakan responden apabila penyakit yang diderita telah sembuh tidak lagi diminum, disimpan untuk digunakan kembali ( 92% ), tidak lagi diminum, dan dibuang ( 4% ), meminum sampai habis ( 4% ). Obat-obat yang diberi tanda harus diminum sampai habis biasanya adalah antibiotika seperti amoksilin, ampisilin, kloramfenikol dan eritromisin. Obat antibiotika ini bekerja membunuh kuman karena itu diberikan untuk mengobati penyakit infeksi seperti radang saluran pernapasan, radang lambung, dan lain-lain. Jika dipakai tidak sesuai dosis semestinya, maka penyakit tidak akan sembuh dan dapat menimbulkan resistensi antibiotika. Itu sebabnya jika diberikan antibiotika pasien harus meminum sampai habis agar dosis yang sudah diperhitungkan dapat terpenuhi. Obat-obat yang diberi tanda jika perlu biasanya obat-obat yang dimaksudkan hanya untuk meredakan gejala sakit (simptomatis) misalnya obat untuk

menurunkan panas, mengurangi rasa sakit misalnya parasetamol, asam mefenamat, antalgin. Obat-obat ini digunakan hanya untuk menghilangkan gejalanya saja. Jika gejala yang

dirasakannya telah hilang sebaiknya pemakaian obat dihentikan.

Responden mengetahui aturan obat yang diberikan yang tahu ( 96% ) dan tidak tahu ( 4% ). Selain itu, responden mengetahui aturan pemakaian obat responden yang praktek dokter ( 78% ) apotek ( 22% ). Disinilah peran serta dokter sangat dibutuhkan sebagai pemberi informasi yang benar tentang obat agar tidak terjadi penyalahgunaan obat-obatan. Dari penelitian yang dilakukan responden yang mematuhi aturan pemakaian obat adalah ( 53% ) dan tidak ( 47% ) menurut Kulinegara ( 2008 ) masyarakat kini lebih prihatin tentang aturan pemakaian obat-obatan, ini kerena obat dapat menyembuh keluhan yang dialami Responden mengetahui masa kadaluarsa obat yang dikonsumi yang menjawab tahu ( 16% ) dan tidak tahu ( 84% ), masyarakat

megetahui kadalursa obat dari dokter, hal ini kerena obat yang kadalursa dapat mengakibatkan keracunan.

(46)

Daripada total responden saya didapati Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi pelbagai keluhan yang dihadapi. Parasetamol digunakan banyak untuk demam,sakit kepala,sakit gigi dan sakit otot.Demikian juga shankar et al (2003) yang mendapatkan bahwa parasetamol dan golongan analgetika lainnya memiliki persentase terbanyak digunakan dalam pengobatan sendiri di Nepal. Kemudian diikuti Aspirin sebanyak ( 16% ). Asprin biasanya digunkan untuk

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai Penggunaan Obat-obatan di Kalangan Rumahtangga Lingkungan (111) Kecamatan Medan Baru Pringgan Pada Tahun 2013, dapat disimpulkan bahawa :

1. Sebahagian dari rumahtangga mengobati sendiri apabila sakit. 2. Obat demam yang paling banyak digunakan adalah obat demam.

3. Responden kebanyakan tidak mengetahui cara penggunaan obat secar benar.

4. Kebanyakan rumahtangga tidak mengetahui masa kadaluarsa obat yang dikonsumsi. 5. Kebanyakan rumahtangga melakukan pengobatan sendiri kerana biaya lebih murah.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil yang didapati pada penelitian ini, maka dikemukan beberapa saran seperti berikut :

1. Disarankan agar para dokter dan tenaga medis lebih menjelaskan perihal obat dan penggunaan.

2. Penyuluhan obat dan kadaluarsa obat harus diberikan kepada rumahtangga melaui penyuluhan kepala kamling dan ( DKK )

(48)

Daftar Pustaka

Dra. Sri Hariyati, MSc. (2008). Pengetahuan Tentang Obat : Perlunya Pendekatan Dari Perspektif Mayarakat. InfoPOM. 9 (4), 1-3.

Anderson, J.A.D. (1979). “Historical Background to Self-care”. Dalam Anderson J.A.D. (ed). Self Medication. The Proceedings of Workshop on Self Care. London: MTP

Press Limited Lancaster, 10-18.

Rosenstock, Irwin M., (1974). The Health Belief and Preventive Health Behavior. Health Education Monograph, 2(4): 354.

Sudibyo supardil et al, (2001). Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional Dan Cara Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri Di Indonesia, 193-194.

H. Sulanto Saleh-Danu R, (2004). Obat untuk Pertolongan Pertama dan Pengelolaan Obat dalam Rumah Tangga.

Notoadmojo,S, (2005).Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Jakarta: Rineka Cipta,79-93.

Setiabudy, R, 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4 . Jakarta: Gaya Baru

Wahjuni,Sri,A.,(2008).Statistika Kedokteraan. Jakarta: Bamboedoea Communication.

Sastroasmoro,S.,et,al,(2008).Dasar-Dasat Metodologi Penelitian Bidang Kedokteraan dan Kesehatan. Jakarta: CV Saong Seto.

(49)

Dalam Nasution, Y.A

Corelli, R. L., 2007. Therapeutic & Toxic Potential of Over-the-Counter Agents. In : Katzung, B. G., Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. USA : McGraw Hill, 1045-1046.

Dahlan, S. M., 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. 1st ed. Jakarta: Sagung Seto.

Dewoto, H. R., 2008. Analgesik Opioid dan Antagonis. In: Gunawan, S. G., Setiabudy, R. Z., Nafrialdi, Farmakoogi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 228-229.

Estuningtyas, A., Arif, A., 2008. Obat Lokal. In: Gunawan, S. G., Setiabudy, R., Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 531-532.

Husein, H., 1998. Prescribing for Cough: The Use of Antitussive and Expectorants. Dalam: Riyanto, S., 2009. Folia Medica Indonesiana. Fakultas Kedokteran Iniversitas Airlangga: 34.

Weinberger, S. E., 2005. Cough and Hemoptysis. In: Kasper, D. L., Braunwald, E., Fauci, A. S., Hauser, S. L., Longo, D. L., Jameson, J. L., Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA: McGraw Hill, 205-206.

(50)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Thinagari Tambusamy

Tempat/ tanggal lahir : Petaling Jaya / 31 October 1989 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Kacang, Pringgan, No 3, Medan

Nomor Telepon : 083194644708

Orang tua : Tambusamy Veerasamy / Vejaya Latchumy

Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM) - 2006 : STPM - 2009

: President College - 2010

: Fakultas Kedokteran USU - sekarang

Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia Indonesia Cawangan Medan. (PKPMI- CM)

(51)

KUESIONER PENELITIAN PENGGUNAAN OBAT-OBATAN DI KALANGAN RUMAH TANGGA LINGKUNGAN (111) KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

1. Apa yang anda lakukan apabila sakit ? a) Mengobati sendiri

b) Berobat sama Dokter c) Berobat ke R.S / Klinik

2. Jika jawapan di NO.1 a) apakah yang dimaksud dengan pengobatan sendiri?

a) Upaya pengobatan untuk mengatasi keluhan sakit yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan sakit yang dialaminya

b) Penggunaan obat oleh masyarakat untuk mengurangi gejala riwayat tanpa nasihat dokter

c) Berobatkedokter

3. Apa alasan anda melakukan pengobatan sendiri? a) Biaya lebih murah

b) Lebih cepat

c) Alasan sakit ringan

d) Lain-lain: Sebutkan………

4. Apakah anda tahu tentang penggolongan obat? a) Tahu

b) Tidak tahu

5. Bila tidak tahu dari mana anda mengetahui? a) Teman

b) Apotek c) Media massa d) Lain-lain

6. Penyakit dengan keluhan sakit apa yang anda obati dengan pengobatan sendiri? a) Batuk

(52)

7. Obat apa yang diminum untuk penyakit yang anda derita di atas? a) Obat Demam

b) Obat Pilek c) Obat Batuk d) Obat Diare

8. Jika obat yang anda konsumsi telah habis namun penyakit belum sembuh. Apakah tindakan anda

a) Membeli kembali obat yang sebelumnya dikonsumsi b) Mengganti dengan obat yang lainyang lebih sesuai c) Konsultsi dengan dokter

d) Lain-lain : Sebutkan……….

9. Apabila penyakit yang anda derita telah sembuh apa yang dilakukan?

a) Tidak lagi diminum, disimpan untuk digunakan kembal b) Tidak lagi diminum, dan dibuang

c) Meminum sampai habis

d) Lain-lain : Sebutkan…………..

10. Apakah anda mengetahui aturan pakai obat yang diberikan? a) Tahu

b) Tidak tahu

11. Dari mana anda mengetahui aturan pakai obat tersebut? a) Praktek Dokter

b) Apotek c) Brosur

d) Lain-lain : Sebutkan………

12. Apakah Saudara mematuhi aturan pakai obat yang diberikan? a) Iya

b) Tidak

13. Tahukah anda obat yang dikonsumsi masa kadaluarsa? a) Tahu

(53)

14. Bagaimanakah anda mengetahui obat yang dipakai kadaluarsa? a) Warna Obat

b) Bau Obat

c) Lain-lain : Sebutkan……….

15. Daftar obat yang ada di rumah

kotak :-

a) ……… b) ………... c) ……… d) ………...

Obat :-

a) ……….. b) ………. c) ………. d) ……….

(54)

NO NAMA UMUR P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14

1 herni 35 1 1 3 1 1 2 1 3 1 1 1 1 2 1

2 Susanto 53 1 1 3 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1

3 Wardaraj 45 1 1 1 2 2 2 1 3 3 1 1 1 1 1

4 Anissa 35 2 3 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1

5 Mayanus 25 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

6 Harry 34 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

7 Tri 31 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

8 Ayub 43 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

9 Daniel 25 3 1 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

10 Suria 65 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2

11 Ali 32 2 2 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

12 Astra 54 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1

13 Willy 51 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1

14 Adithya 54 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1

15 Husein 48 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2

16 Nata 34 2 1 2 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

17 Imran 54 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

18 marianto 37 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

19 reza 37 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1

20 kadi 35 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1

21 yusri 46 1 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1

22 hidayat 38 1 2 2 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2

23 lubis 50 1 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1

24 nandhini 40 2 1 3 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1

25 vanessa 46 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1

26 ismail 47 1 1 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

27 lalitha 47 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1

28 suria 38 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 1

29 lechumi 47 1 2 1 2 4 2 1 3 1 1 2 1 2 2

30 patricia 65 1 2 1 1 2 2 1 3 1 1 2 1 2 1

31 cristina 45 1 2 3 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

32 yang 56 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

33 rajoo 66 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1

34 susanto 46 1 1 1 2 2 2 1 3 3 1 1 1 2 1

35 ronald 55 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2

36 patrick 44 1 1 2 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

37 daniel 60 1 1 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 1

38 priya 57 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1

39 ali 46 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 1

(55)

41 elvin 34 2 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1

42 baskar 66 2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 2 2 2

43 priya 45 2 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

44 saroja 35 2 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

45 vashini 47 1 2 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1

46 thiviya 56 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1

47 rajesh 54 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1

48 henric 50 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2

49 kavitha 53 1 2 2 1 2 1 3 1 1 1 2 1 2 1

50 mariamma 49 1 2 2 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1

51 taufik 47 1 2 2 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1

52 susilo 43 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

53 muni 52 1 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1

54 ahmed 54 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1

55 tri 45 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 2

56 sangitha 35 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1

57 samuel 45 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1

58 jhananie 54 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1

59 selva 38 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1

60 henry 43 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1

61 winardi 48 2 1 1 2 2 3 2 3 1 1 1 2 2 1

62 archana 45 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1

63 mayanus 54 2 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1

64 banu 56 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 1

65 agastha 45 1 2 1 2 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1

66 husein 35 1 1 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1

67 willy 64 1 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 1 1

68 imran 55 1 1 1 2 2 3 2 3 1 1 1 1 2 1

69 losini 56 2 1 1 2 2 1 3 3 1 2 1 1 2 1

70 natalie 69 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

71 robert 54 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

72 tisha 47 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 1 1 2 1

73 harry 44 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

74 wirawan 46 1 1 1 2 1 1 3 2 1 2 1 1 2 1

75 derek 45 1 1 1 2 4 1 3 3 1 1 1 1 1 1

76 reza 55 1 1 1 2 1 1 3 3 1 1 1 1 2 1

77 meredith 66 1 2 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1

78 emir rud 34 1 2 1 2 1 2 1 3 1 1 2 1 2 1

79 steven 41 2 2 2 2 1 2 1 3 1 1 2 1 2 2

80 winson 50 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1

(56)

82 sivaji 63 2 1 1 2 1 2 1 3 1 2 1 1 1 1

83 ginting 39 1 1 1 2 2 2 1 3 1 2 1 2 2 1

84 erikson 37 1 1 1 1 2 2 1 3 3 1 2 1 2 1

85 rafiq 48 1 2 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

86 ruchi 49 1 2 2 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 1

87 chelvi 47 1 2 2 2 2 3 2 3 1 1 1 1 2 1

88 siva 56 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

89 david 51 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

90 joshua 42 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1

91 rajni 34 2 2 1 2 2 2 1 3 2 1 1 1 2 1

92 latha 50 2 1 1 2 4 2 1 2 1 1 1 1 2 1

93 jo 45 2 1 1 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 1

94 anu 45 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1

95 pardi 30 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 2 1

96 amin 28 1 1 2 1 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1

97 farid 42 2 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 1

98 kadir 60 1 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1

99 lohes 61 1 1 1 1 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1

(57)

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.2   Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Tabel 5.3   Distribusi Responden  Berdasarkan Kelompok Umur.
Tabel 5.6  Tindakan Responden Bila Sakit.
+7

Referensi

Dokumen terkait