• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Petani Pemakai Air Dalam Pengelolaan Irigasi Melalui Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di Daerah Irigasi Batang Anai Padang Pariaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan Petani Pemakai Air Dalam Pengelolaan Irigasi Melalui Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di Daerah Irigasi Batang Anai Padang Pariaman"

Copied!
326
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)

PEMBERDAYA'AN PETANI PEMAKAI AIR

DALAM PENGELOLAAN IRIGASI MELALUI

PROGRAM PENYERAHAN PENGELOLAAN IRIGASI

(BPI) DI DAERAH IRIGASI BATANG ANAI

PADANG PARIAMAN

OLEH

:

NORA SUSILAWATI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(170)

ABSTKAK

NORA SUSILAWATI. Pemberdayaan Petani Pemakai Air dalam Pengelolaari Irigasi Melalui Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di Daerah Irigasi Batang Anai Padang Parianian.

Program pemberdayaan masyarakat umumnya dilakukan bertujuan untuk ~nemberikan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat secara aktif dan ikut berperan serta dalam program pembangunan yang dilaksanakan. Melalui program Penyerahan Pengelolaan lrigasi (PPI), pemberdayaan petani dilakukan untuk mempersiapkan petani agar dapat mengelola irigasi dengan kemampuan dan keterampilan yang mereka niiliki. Oleh karena itu, digunakan strategi pendekatan yang bersifat partisipatif untuk mengetahui kebutuhan dan partisipasi petani dalam program pembangunan yang dilaksanakan.

Selain itu, pengetahuan masyarakat lokal juga mendukung cepatnya proses pemberdayaan dengan mernanfaatkan pengalaman dan pengetahuan petani dalam mengeloia irigasi dan lahan pel-tanian, sehingga dengan pengalaman dan pengetahuan lokal tersebut, petani matiipu dan niandiri mengelola irigasi dan pertanian mereka.

(171)

SURAT PERNYATAAN

-

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

Pemberdayaan Petani Pemakai Air Dalam Pengelolaa~i Irigasi Melalui Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPl) di Daerah Irigasi Batang Anai Padang Pariaman.

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarsnnya.

Bogo5, 9 Oktober 2002

(172)

PEMBERDAY~~AN

PETANI PEMAKAI

AIR

DALAM PENGELOLAAN IRIGASI MELALUI

PROGRAM PENYERAHAN PENGELOLAAN IRIGASI

(PPI) DI DAERAH IRIGASI BATANG ANAI

PADANG PARIAMAN

NORA SUSILAWATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk n~en~peroleh

gelar Magister Sains pada

Program Studi Sosiologi Pedesaan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(173)

Judul Tesis : Pemberdayaan Petani Pemakai Air Dalam Pengelolaan Irigasi Melalui Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di Daerah Irigasi Batang Anai Padang Pariaman.

Nama : Nora Susilawati

NRP : 99134

Program Studi : Sosiologi Pedesaan

Menyetujui,

1 . Komisi Pembimbing

Dr. Nurmala K . Panjaitan, MS. DEA Dr. Sulistyowati Irianto, MA

--

Ketua Anggota

2. Ketua Progranl Studi Sosiologi Pedesaan

__/--- Dr. MT. Felix Sitorus

(174)

RIWAYAT HIDUP

.z

Penulis dilahirkan di S i j u ~ j u ~ g pada tanggal 9 Agustus 1973 sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Burhanuddin. B dan Syurhaini. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Padang, lulus tahun 1997. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Sosiologi Pedesaan IPB. Kesempatan untuk melanjutkan studi ke program studi Magister di IPB ini dibiayai oieh beasiswa BPPS.

Penulis bekerja sebagai Staf Pengajar di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang sejak tahun 1998. Mata kuliah yang diajarkan adalah mata kuliah yang berhubungan dengan Ilmu Sosiologi, yaitu Dasar-Dasar Sosiologi dan Sosiologi Antropologi Pembangunan.

(175)

-

PRAKATA

Puji syukur penulis p a n j a h l ~ kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2002 ini ialah, pemberdayaan petani dengan judul Pc:mberdayaan Petani Pemakai Air dalam Pengelolaan Irigasi Melalui Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di Daerah Irigasi Batang Anai Padang Pariaman. Sehubungan dengan penulisan ini, penulis mengucapkan banyak terima kaih kepada ibu Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Sulistyowati Irianto, MA selaku Anggota Komisi Pembimbing. Bapak Dr. Ir. MT. Felix Sitorus, MS selaku Ketua Program Studi Sosiologi Pedesaan, serta Bapak-Bapak dan Ibu-lbu Dosen yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Pada kesempatan ini penghal-gaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Is. Tsrin, MSi dari BAPPEDA I'adang Pariaman, Bapak Ir. Syaiful Rizal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan I'adans Pariaman dan Bapak Yulius dari Dinas PU Pengairan Padang ~ a i i a m a n scrta Bapak-13apak dan Ibu-lbu Petani di Desa Pasis Lawas yang telah bersedia menerima penulis dengan tangan terbuka untuk mendapatkan data-data yang penulis butuhkan untuk penyelesaian tesis ini.

Selain itu juga, penulis lnengucapkan banyak terima kasih kepada staf rektorat Program Pascasarjana IPB dan juga Staf Sekretariat SPD, serta teman-teman SPD angkatan 1999 yang telah banyak membantu. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh Bapak-Bapak, Ibu-Ibu dan teman-teman semua.

Terakhir, terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, kakak-kakak, adik-adik, mertua dan keponakan, terutama suami tercinta Hendra Naldi dan kedua piltra tersayang Diqie dan Khalid yang telah banyak berkorban lahir dan batin selarna penulis menuntut ilmu dan selama penyelesaian tesis ini.

(176)

penyempurnaannya. sehingga terwujud sebuah tulisan-yang bermanfaat bagi banyak

-

pihak, Amin Ya Rabbul Alamiin.

(177)

DAFTAR IS1

-

Halaman DAFTAR TABEL.. . . .

.

. . .

.

. . .

.

. . . , . , . . . .. vi

DAFTAR GAMBAR.. . . .

.

. . . , . . . , , . .

. . .

. .

.

. .

.

. . .

. .

. . ,

.

. . vii

...

DAFTAR LAMPIRAN.. . .

.

. . .

.

. . .

.

. . .

.

. .

. . .

.

.

. . . . v i ~ i

Latar Belakang..

. .

. . .

.

. . .

.

. . . , . . .

. .

. . . , . . . 1

Perurnusan Masalah.. . .

.

. . .

.

. . .

.

. .

.

.. 4

Tujuan Penelitian.. . .. . . , . . . , . . .

.

. . . .. 7

Manfaat Penelitian.. . . ., . . . , . . . , . . . .. 7

TINJAUAN PUSTAKA

Pemberdayaan . . . 8

C o n ~ n ~ l l t l i f y l l e ~ l e J ( ~ / ) n ~ e t ~ / Sebagai Metode Pemberdayaan.. . . , , . I I

Pendekatan Partisipasi dalam ( ' ~ I I I I I I I I I I ~ ~ J l ) ~ > ~ ~ e l o / ) m e t ~ / . . . , , , . , 12

Gender d m ' ~l I o n t / . i . . . 16

Kerangka Pemikiran . . . 1 8

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitiaan.. . .

.

. . . , . . 2 1

Waktu Penelitian.. . . , . , . . . , . . . 21

Metode Pengumpulan Data.. . . , . . .

.

. . . .. 22

Pemilihan Subjek Penelitian . . . ... . . . , . . . , . . . , . .... 25

Metode Pengolahan dan Analisa Data . . .

.

. , . .

.

.

.

. . , . . . . , 26

.

.

(178)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

-.

Letak dan Kondisi Geografis ...

. . .

Prasarana Ekonomi

. . .

Keadaan Penduduk

Mata Pencaharian . . . Pendidi kan ... ... Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

PRAKTEK PEMBERDAY AAN PETANI

DALAM MENGELOLA lRIGAS1

Pendekatan Pemahaman Partisipatif ICondisi Pedesaan (PPKP)

. . .

sebagai Instrumen dalam Pengelolaan Air

Organisasi Ciabungan P3A (GP3A) sebagai Leinbaga Fengelola lrigasi . ... Pelatihan P3A dan PPKP sebagai Metode Belajar

. . .

Kegiatan Pelatilian P3A

. . . Pertisipasi Petani dalaln I'elatihan P3 A.

. . . Kehadiran Petarli dalam Pelatillan

. . .

Keaktifan Petani dalain Pelatillan

... Keaktifan Petani Wanita dalarn Pelatihan

... Partisipasi Petani dalam Icegiatan P3A

. . .

Mengatur dan hlenyediakan Air

... Membersihkan Saluran Air

Mengawasi Keadaan Air dan Mengatasi Konflik ...

. . .

Membuat Plakat Sawah

. . .

Kesiapan Petani dan Organisasi P3A untuk menerima PPI

. . .

Kesiapan Petani untuk Menerirna PP1

... Kesiapan Lembaga P3A untuk Menerima PPI

. . .

(179)

KESIMPULAN dan SARAN

...

Kesimpulan 107

...

Saran 108

...

DAFTAR PUSTAKA 110

(180)

DAFTAR TABEL

Halaman Nomor

. . . .

1 Komposisi penduduk menurut umur (lk/pr) 30

2 . Komposisi penduduk menurut jenis pekerjaan pokok . . . 31

. . .

3 . Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan 32

4 . Jumlah Organisasi P3A dan luas l a h a n ~ y a . . . 36

. . . .

5 Pembobotan materi pelatihan 52

. . .

.

6 Alasan petani mengikuti pelatihan 57

7 . Hasil penelitian . . . 106

(181)

Nomor

DAFTAR GAMBAR

Halaman

...

1 . Skema kerangka pemikiran 20

. . .

.

2 Bagan Struktur Organisasi P3A 34

. . . .

3 Bagan Struktur Organisasi Gabungan P3A 45

4 . Bagan Hasil Profil Sosio Ekonomi Teknis dan Kelembagaan

. . .

(182)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

...

1 . Peta Kabupaten Padang Pariaman 114

2 . Peta Daerah Irigasi Batang Anai . . . 115

3 . Peta Desa Pasir Lawas ... 116

. . .

4 . Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah 117

Nomor : 529lKPTSM2001 dentangpedoman Penyerahan

Kewenangan Pengelolaan Irigasi kepada Perkumpulan Petani

(183)

PENDAHULUAN

.L,

Air dan jaringan irigasi merupakan sumber daya yang sangat penting bagi

kegiatan usaha tani. Oleh karena itu, air dan jaringan irigasi wajib diberi perhatian

sebagai potensi ekonomi untuk dikelola sebaik-baiknya dalam arti harus

didayagunakan secara efisien dan efektif.

Berkaitan dengan pengelolaan dan jaringan irigasi yang efisien dan efektif,

maka peran Perkumpulan Petani Peinakai Air (P3A) menjadi kelembagaan

pengelolaan irigasi yang sangat penting peranannya karena merupakan kunci

keberhasilan pengelolaan irigasi dan keberlanjutan sistem irigasi. Namun, sistem

pembangunan yang selaina ini dilakukan pemerintah pusat telah menciptakan

parzdigma administrasi yang mengkonsentrasikan seluruh wewenang dalam bidang

keirigasian niulai dari pendanaan, pembangunan sampai pengelolaan kepada

pemerintah pusat (sentralistik). Icewenangan yang sangat besar atas bidang

keirigasian di tingkat pusat inenyebabkan dinaslsub dinas pengairan lebih banyak

bertanggung jawab untuk programlkegiatan dari pemerintah pusat ataupun kegiatan

dari dinaslsub dinas itu sendiri daripada kepada petani. Dengan demikian, petani/P3A

hampir tidak ~nempunyai wewenanglhak atau suara untuk menentukan jenis dan

fungsi pelayanan dan penentuan penggunaan dana operasi pemeliharaan (OP) yang

tersedia dan sangat dibutuhkan oleh petanilP3A.

Untuk mencapai keberlanjutan sistem irigasi tersebut, diperlukan penataan

(184)

Pemerintah (Pusat, Tingkat I daxTingkat 11) yang semula mempunyai kewenangan

penuh dalam pengelolaa~ irigasi mengalihkan wewenang pengelolaan kepada petani.

Pemerintah melakukan perubahan dalam pengelolaan irigasi melalui Pembaharuan

Kebijakan Pengelolaan Irigasi (PKPI) tanggal 13 April 1999 yang dituangkan dalam

INPRES No. 3 tahun 1999 tanggal 26 April 1999 (Nugroho, 2000).

Sudarmanto (2000) menjelaskan bahwa pengalihan kewenangan pengelolaan

irigasi kepada petani berdasarkan INPRES No. 3 tahun 1999 tersebut lebih dijelaskan

lagi dengan pengalihan kewenangan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah

berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 (desentralisasi). Peraturan tersebut mendorong

Pemerintah Daerah Kabupaten dan DPRD Kabupaten untuk mempercepat pengaturan

kembali akatl peranan (tusas) di bidang irigasi dengan cara mernb~~at PERDA.

Pembaharuan kebijnkan melali~i PKPI dilakukan dengan alasan bahwa .

Pel.fcnnn, pelaksanaan pengelolaan irigasi yang dilakukan selama ini mernpunyni

berbagai kelemahan karena tidak memperhatikan kepentingan petani sehingga

menimbulkan rendahnya partisipasi petani, rendahnya efisiensi dan efektifitas

pengelolaan dan cepat~ya terjadi kerusakan pada jaringan irigasi. Kedrm, adanya

pergeseran nilai air, dari sumberdaya milik bersama yang melimpah dan dapat

dikonsumsi tanpa biaya, rnenjadi sumberdaya ekonolni yang mempunyai fungsi sosial

Ketign, adanya persaingan pemanfaatan air antara irigasi dengan penggunaan untuk

sektor lain dan konversi lahan beririgasi untuk kepentingan lain. Keen~pcrl, be111111

berhasilnya upaya mendorong berkembangnya kelembagaan petani, terbatasnya

sumberdaya dana dan manusia pelaksananya, sehingga menyebabkan kebutuhan

(185)

Dalam PKPI berdasarkamINPRES No. 3 tahun 1999 tersebut terdapat lima

prinsip pokok (Sudarmanto, 2000) yaitu :

1. Pengaturan kembali tugas dan tanggung jawab lembaga pengelola irigasi.

2. Pemberdayaan P3A.

3. Penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi kepada petani.

4. Iuran Pelayanan Air Irigasi (IPAIR) dan pembiayaan sistem pengelolaan irigasi.

5. Keberlanjutan sistem irigasi.

Dari kelima prinsip pokok tersebut di atas yang menjadi kunci utama dari

proses pembaharuan adalah kebiial<an no. 3, yaitu penyerahan kewenangan

penpelolaan i r i ~ a s i kevada ~ ~ e t a n i . Berdasarkan kebijakan No.3. PKPl tersebut

pemerintah melakukan program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI). Dengan

pengalihan wewenang pengelolaan kepada petani, maka petani perlu dipersiapkan

untuk menerima wewenang pengelolaan tersebirt. Persiapan irii dilakukan melalui

program pemberdayaan P3A sesuai prinsip kebijakan No. 2. PKPI. Pemberdayaan

P3A dilakukan mulai dari aspek keorganisasian, teknis, finansial sampai kepada aspek

kesadaran hak atas wewenang pengelolaan. Dengan adanya PPI, juga dilakukan

restruktl~risasi tugas dan fungsi dari lembaga pemerintah di bidang keirigasian, seperti

pada prinsip pokok kebijakan No. 1. PICPI.

Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PP1) kepada petanilP3A sampai ke tingkat

Daerah Irigasi secara keseluruhan belum dapat dikatakan selesai jika P3A belum

mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan membiayai Operasi Pemeliharaan

(186)

program Penyerahan Pengelolaan lrigasi (PPI) dipahami dalam rangka pemberdayaan

P3A (Inpasihardjo, 2000) yaitu :

I . Melimpahkan kewenangan pengelolaan irigasi kepada P3A.

2. Memberikan tugas dan tanggung jawab pelaksanaan pengelolaan irigasi mulai dari

operasi pemeliharaan (OP), rehabilitasi dan peningkatan jaringan.

3. Memberikan tanggung jawab pembiayaan pengelolaan irigasi.

Melalui program PPI petani tidak dianggap hanya sebagai objek pembangunan

melainkan sebagai pelaku aktif pembangunan. Mereka dipercaya untuk memutuskan

apa yang mereka anggap baik untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Hal ini

memberikan kepercayaan pada masyarakat di pedesaan, khususnya para petani untuk

menentukan apa yang menjadi pilihannya sendiri. Dalam ha1 ini program dilaksanakan

sesuai dengan kemampi~an dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani. Ole11 karena

itu, adalah penting rnelil~at pengetahuan masyarakat lokal tentang pengelolaan irigasi

Pel-urnusan Masalah

Bila mengkaji gagasan pokok program PPI sebenarnya terlihat bahwa program

tersebut merupakan program pembangunan yang berdimensi kerakyatan atau berpusat

pada rakyat ( yeoplc cetl/e/.ed) yaitu pembangunan yang menghargai dan

mempertimbangkan prakarsa dan perbedaan berkelompok (Korten dan Syahrir, 1980).

Memberdayakan petani/P3A berarti memarnpukan dan memandirikan masyarakat.

Masyarakat yang mandiri adalah yang menentukan apa yang seharusnya mereka

(187)

Mewujudkan mzsyarakat yang mandiri memerlukan partisipasi masyarakat

-

dalam proses pengambilan kepu~usdr, yang menyangkut diri dan masyarakat sebagai

wujud pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi. Terkait dengan ha1 itu,

maka proses pemberdayaan masyarakat harus menggunakan pendekatan yang

partisipatif agar masyarakat mengetahui apa yang seharusnya mereka butuhkan dan

apa yang baik bagi mereka. Masyarakat diberikan kebebasan untuk memutuskan apa

yang dianggap paling baik menurut mereka, mulai dari menentukan masalah,

menyusun rencana, pemecahan masalah, melaksanakan pemecahan masalah dan

melakukan evaluasi. Dengan demikian, dalam pendekatan ini masyarakatlah yang

lebih utanla berperan dalam proses pembangunan, sedang pemerintah hanya

membantu mempercepat proses pembangunan dalam masyarakat tersebut. Untuk

mempercepat proses peniberdayaan penting memahanii konteks lokal dalam

pembangunan.

Dalam pelaksanaan suatu prograni penibangunan disadari perlunya mcngkaji

peran serta petani laki-laki dan wanita dalam irigasi. Program-program pembangunan

selama ini dinilai kurang memperhatikan peran wanita dalam irigasi, padahal peran

wanita dalam pengelolaan air adalah penting. Menurut Shiva (1997) perempuan

disebut sebagai ahli air dan memiliki kemampuan untuk mengelola air.

Untuk mengkaji peran serta petani laki-laki dan wanita ini diperlukan analisis

gender. Gender mengacu pada peran-peran yang dibangun secara sosial dan tanggung

jawab antara laki-laki dan wanita. Konsep gender jugs meliputi harapan-harapan yang

(188)

Analisis gender adalah merupakarxsuatu alat yang penting untuk memahami konteks

lokal dalam pembangunan (CIDA, 1999).

Masyarakat Minangkabau, dengan sistem kekerabatan matriliniealnya

rnemandang wanita sebagai "Bzrndo Kandrrat?gY7. Mereka adalah orang yang dihormati

dalam berkaum dan berlceluarga. Mereka juga berperan dalam pengambilan keputusan

di Kanagarian Minangkabau. Oleh karena itu, segala sumber ekonomi berupa sawah,

ladang, rumah dan barang berharga lainnya diturunkan melalui garis ibu. Sekalipun

wanita adalah pemilik lahan, yang berkuasa dan bertanggung jawab tetap pihak laki-

laki yang berperan sebagai lnamak dan penghulu.

Faktor bahwa pihak watiita diperhatikan dan perlu berpartisipasi dalam

program pembangunan n~endorong wanita untuk mengeluarkan pendapatnya terhadap

progralil pemn~bangunz~i yang dilaksanakan. Menurut Bemmelen (1995). dengan

nieningkatkan kesadarat~ tentang sitilasi diri dan ke~iiainpuan i~tituk ~netigutigkapkan

kebutuhan wanita sudah merupakan proses pemberdayaan tersendiri (Bemmelen

dalam Ihromi, 1995 : 199).

Berdasarkan latar be!akang diatas, maka penelitian ini akan mengkaji :

1. Bagaimanakah praktek pemberdayaan terhadap petani laki-laki dan wanita dalam

program Penyerahan Pengelolaan lrigasi (PPI) 7

2. Bagaimana bentuk partisipasi petani laki-laki dan wanita dalam program

Penyerahan Pengelolaan lrigasi (PPI) ?

3. Apakah program PPI sudah sesuai dengan kebutuhan para petani laki-laki dan

(189)

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui atau memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pemberdayaan petani

baik laki-laki maupun wanita pemakai air (P3A) melalui program Penyerahan

Pengelolaann Irigasi (PPI).

2. Mengetahui siapa yang terlibat dalam program PPI tersebut (siapa yang lebih

banyak terlibat apakah laki-laki atau wanita).

3. Mengetahui bentuk partisipasi petani laki-laki dan wanita dalam program PPI.

4. Mengetahui sejauhmana program PPI memenuhi kebutuhan para petani laki-laki

dan wanita dalam irigasi.

Mallfaat f'ellelitiali

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1 . Pengembangan teori yany rnengkaji tentang pernberdayaan masyarakat khususnya

dalam penelitian yang mengkaji t.entang petani sebagai salah satu kelompok

masyarakat pedesaan.

2. Instansi terkait dan organisasi atau lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang

pengembangan masyarakat, khususnya sebagai bahan masukan bagi para praktisi

(190)

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk memahami bagaimana pemberdayaan program Penyerahan Pengelolaan

Irigasi (PPI) kepada petani pemakai air (P3A) dalam mengelola irigasi di daerah irigasinya diperlukan pemahaman atau penjelasan mengenai pemberdayaan tersebut,

konsep-konsep apa saja yang dapat untuk menjelaskannya, serta caralpendekatan yang

dilakukan dalam pelaksanaan pemberdayaan. Penjelasan-penjelasan tersebut dapat

digunakan sebagai acuan atau indikator-indikator untuk menjawab permasalahan-

permasalahan penelitian di lapangan.

Pemberdayaan

Istilah pemberdayaan merupakan tesjemahan dasi "el~~/)olvel.~nel~l" semakin

populer dipandang sebagai sebuah konsep maupun strategi. Konsep pemberdayaan

memiliki definisi yang berbeda-beda rumusan dan maknanya dalam berbagai konteks

dan bidang. Sebagnimana yilng diungkapkan bcsikul ini, bahwa scjauh ini belum adn

sebuah definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Bila dilihat secara lebih has,

pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan kekuatan dan akses terhadap

sumber daya untuk n~encari nafkah (Pranarka dan Moeljarto, 1996).

Friednlann ( 1 992), menjelaskan bahwa konsep pemberdayaan (en~/)o\vel*n~etil)

memiliki dua pendapat tentang kekuasaan (powel*), yaitu kekuasaan bersifat zero srlni

genic. sedang yang lain Inenganggap kekuasaan ada di mana-mana. Konsekuensi dari

(191)

rnengambil/memindahkan kekuasaan dari satu pihak, sedang yang lain

menganggapnya sebagai peningkatan kekuasaan tanpa menganggu pihak lain.

Menurut Lorraine Gutterez, pemberdayaan adalah suatu proses peningkatan

kekuasaan personel, interpersonal dan atau politik, sehingga seseorang dapat bertindak

untuk memperbaiki kehidupannya (Jenkins, 1993 : 90).

Bagi Etzioni (1968), konsep pemberdayaan yang intinya adalah masyarakat

yang mandiri identik denngan masyarakat aktif (active society) yaitu masyarakat

yang mampu menentukan apa yang seharusnya mereka lakukan dan tidak tergantung

pada pihak luar.

Masyarakat aktif adalah masyarakat yang menguasai lingkungan sosial

mereka. Berbeda dengan masyarakat pasif dimana para anggotanya dikendalikan oleh

faktor luar atau kekuatan yang berasal dari luar. Menurut Etzioni, dalam masyarakat

aktif, anggota masyarakat dapat menciptakan dan mengubah hukum-hukum sosial.

Pada masyarakat yang demikian, manusia adalah pencipta yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya (Etzioni, 1968).

Agar masyarakat dapat menjadi aktif, setidaknya diperlukan tiga komponen

rnenurut Etzioni, yaitu : kesadaran pribadi, pengetahuan para aktor, dan komitmen

pada satu atau lebih tujuan yang hams dicapai serta fasilitas kekuasaan untuk

mengubah tatanan sosial (Etzioni, 1968).

Pengetahuan merupakan unsur penting agar masyarakat dapat berdaya atau

mejadi masyarakat aktif Dengan pengetahuan, masyarakat akan mampu membimbing

(192)

satu-satunya, ia tidak berdiri sendiri, karena kekuasaan dan pengambilan keputusan

-

merupakan dua elemen lain yang ha1 LLS dipertimbangkan.

Pengetahuan mei-upakan kunci dari unsur kontrol, akan tetapi dalam

masyarakat aktif, pengetahuan hams dipraktekkan. Hal ini dilakukan dengan

pengambilan keputusan sebagai mata rantai p e n ~ e t a h u a n (kesadaran dan komitmen)

dengan kekuasaan. Kekuasaan, menurut Etzioni (1968), tidak bisa diabaikan begitu

saja dalam pengambilan keputusan terhadap apa yang menjadi pilihannya tanpa

adanya tekanan atau paksaan dari luar. Icekuasaan juga implementasinya dapat berupa

kemampuan atau keberanian untuk mengungkapkan pendapat dan menolak terhadap

apa yang dianggapnya tidak sesuai dengan situasi dirinya.

Dalam memberdayakan masyarakat, rne~nberikan kekuasaan kepada

masyarakat untuk memutuskan sendiri apa yang nlenjadi pilihannya merupakan ha1

yang memang harus dilakukan. Mengapa masyarakat khususnya masyarakat lapisan

bawah, pinggiran dari pedesaan per111 diberdayakan ? Menurut Karyono ( 1 988) karena

mereka masih mencerniinkan adanya kelemahan dan kekurangan dalam keswadayaan,

kemandirian, partisipasi, solidaritas sosial, keterampilan, sikap kritis, sistem

komunikasi personal, kekuasaan transformatif, rendahnya mutu dan taraf hidup

(I'riyono, 1996 : 105).

Kelompok niasyarakat yang tidak berdaya seringkali tidak dapat berbuat apa-

apa @olc~er.less) dan tidak memiliki posisi tawar menawar sehingga membutuhkan

pendamping (Priyono, 1996 : 125). Petugas lapangan bagi masyarakat dapat berperan

(193)

(katalisator) program pembangunan dan perubahan sosial serta sebagai penghubung

(mediator) dengan sistem sumber atau pihak lain.

Bagi para ahli feminis model tradisional, konsultasi dan pendidikan,

menjadikan "pemberdayaan" (enzpowerntent) sebagai fokus utama untuk bertindak

sebagai agen atau pendukung proses pengartian kembali pengalaman dan realisasi

orang yang memiliki kekuatan (Kramarae dan Treichler, 1985 : 137).

CIDA (1999) berpendapat bahwa pemberdayaan (enlpowern~ent) adalah

mengenai perempuan dan laki-laki untuk mengontrol : agenda mereka, meningkatkan

keahlian, tnembangun percaya diri, pemecahan masalah dan mengembangkan

kepercayaan diri, tidak hanya secara kolektif, proses sosial dan politik, tetapi juga

individual dan tidak hanya suatu proses tetapi juga sebagai hasil (CIDA, 1999 : 8).

Dari beberapa pengertianlpendapat para ahli tersebut di atas, dapat ditarik

kesimpulan yaitu pemberdsyaan adalah perolehan atau diberikannya kekuasaan

kepada seseorang atau sekelompok orang yang tidak berdaya untuk memperbaiki taraf

hidupnya. Selanjutnya, konsep pemberdayaan juga dapat dikatakan sebagai

masyarakat yang mandiri atau masyarakat aktif sebagai masyarakat yang bisa mengubah lingkungan sosialnya dan bisa menentukan pilihan hidupnya dengan

memiliki kesadaran pribadi, pengetahuan, komitmen, dan fasilitas kekuasaan untuk

mengubah tatanan sosial.

Conznzunity L)e~~elol)ntent Sebagai Metode Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan yang intinya memandirikan masyarakat merupakan

(194)

development. Glenn (1993) menggambarkan bahwa ada tiga unsur dasar yang

menjadi ciri khas pendekatan dalam contmuniQ development, yaitu 1) Tujuan berupa

memampukan masyarakat untuk mendefenisikan dan memenuhi kebutuhan mereka.2)

Proses pelaksanaannya melibatkan kreatifitas dan kerjasama masyarakat. 3) Praktisi

yang menggunakan model intervensi ini (lebih banyak) menggunakan pendekatan

pengembangan masyarakat yang bersifat non direktif

Selanjutnya Friedlander (1965) mengistilahkan community development

sebagai suatu metode untuk mencari atau menciptakan keseimbangan antara pelayanan

sosial dan kebutuhan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah :

1) pengorganisasian, 2) koordinasi, 3) pengembangan kepemimpinan, 4) bimbingan

masyarakat, 5) pendidikan, 6 ) Pengumpulan dana dan alokasi biaya, 7) administrasi

dan 8) kegiatan penelitian.

Pendekatan Partisipasi Dalam Conztnunity Ilo~cIo~~nzmt

Commrrnity ~CV~J/O~IIIICII/, bila di l i hat dalam kerangka strategi pengembangan

~nasyarakat yang lebih luas, berada dalam kerangka "strategi pembangunan

masyarakat yang berpusat pada rakyat (yeople centred) dan bila dilihat dalam

kerangka kebijakan pembangunan nasional bersifat "desentralisasi" serta bila dikaji

sebagai suatu pendekatan. maka termasuk pendekatan "bottom up approach" atau

pendekatan dari bawah.

Batten (1967) menjelaskan bahwa pada dasarnya ada dua pendekatan dalam

(195)

dengan tujuan jangka pendek dan

-

seringkali bersifat pencapaian fisik. Pendekatan ini

kurang efektif untuk mencapai hal-ha1 yang bersifat jangka panjang ataupun

perubahan yang lebih mendasar yang terkait dengan prilaku seseorang.

Sedang pendekatan non direktif dilakukan dengan dasar bahwa masyarakat

tahu apa yang seharusnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Tujuan

pendekatan ini adalah agar masyarakat memperoleh pengalaman belajar untulc

mengembangkan dirinya melalui pemikiran dan tindakan yang dirumuskan oleh

mereka. Peridekatan riori direktif ini sering disebut dengan pendekatan yang

bersifat partisipatif.

Pendekatan partisipatif ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat

mengetahui apa yang seharusnya mereka butuhkan dan apa yang baik bagi mereka.

Pemeran utamn dalanl pcrubalian ~nasyargkat adalah masyarakat it11 sendiri, sementara

para petugas (pemeri~itah) lebih bersifat menggali dan niengembangkan potensi

masyarakat. Masyaraknt diberi kesernpatan untuk rnembuat analisis dan mengarnbil

keputusan untuk mencapai tujuan yang rnereka inginkan.

Peran petugas berubah menjadi katalisator dan pemercepat perubahan yang

membantu mempercepat proses perubahan dalam masyarakat. Dengan menggunakan

pendekatan ini, petugas berusaha untuk merangsang tumbuhnya kemampuan

masyarakat untuk menentukan arahnya sendiri dan kemampuan untuk menolong

dirinya sendiri (self help) (Batten, 1967). Oleh karena itu, dalam pengembangan

masyarakat diperlukan besarnya porsi partisipasi masyarakat agar tujuan yang

(196)

Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam kegiatan bersama dari suatu

-

proyek pembangunan. Menurut Ndraha (1990), partisipasi lebih mengacu pada

tindakan individu untuk ikut serta dalam suatu kegiatan atas keinginan sendiri secara

sukarela. Soekanto (1982) berpendapat bahwa partisipasi adalah setiap proses

identifkasi atau menjadi peran serta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama

dalam situasi sosial tertentu. Dengan kata lain, partisipasi disebut juga peran serta.

Untuk mengetahui partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam

pembangunan, Ndraha (1990) menjelaskannya dalain beberapa bentuk, yaitu :

1. Partisipasi dalamlmelalui kontak dengan pihak lain.

2. Partisipasi dalam memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik

dalam arti ~nenerima atau menolaknya.

3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk dalam pengambilan

keputusan.

4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.

5. Partisipasi dalam menerima, memeliliara dan mengembangkan hasil pembangunan.

6. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam

menilai sejauhmana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan

sejauhmana dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Goldsmith dan Blustain juga dalam Ndraha (1990) mengemukakan bahwa

masyarakat tergerak untuk berpal-tisipasi jika :

I . Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah

(197)

2. Partisipasi itu memberikan, manfaat langsung kepada masyarakat yang

bersangkutan.

3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi dapat memenuhi kepentingan

masyarakat setempat.

4. Dalam proses partisipasi terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Dan, partisipasi masyarakat berkurang jika mereka tidak mau atau kurang

berperanan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Sayogyo (1979), arti partisipasi bagi golongan petani mesti

dikembangkan lebih lanjut melampaui arti "ikut melaksanakan" dan "ikut mengenyam

hasil pembangunan", sampai mencakup tiga peluang lain, yaitu : 1) ikut menentukan

kebijaksanaan pembangunan, 2) ikut merencanakan pelaksanaan pembangunan,

3) ikut menilai hasil pembangunan, sejauhmana sudah memperbaiki keadaan nienurut

ukuran dan pengalaman sendiri.

Selanjutnya Upliot't' dan Cohen (1977), menjelaskan pat-tisipasi dala~n

pembangunan masyarakat di pedesaan tidak hanya terbatas dalam pelaksanaan

kegiatan fisik, tetapi juga diarahkan pada keterlibatan petani dalam proses

perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan dan evaluasi. Lebih lanjut

Dusseldorf' (1981) menjelaskan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk interaksi dan

komunikasi yang khas, yaitu berbagi dalam kekuasaan dan tanggung jawab.

Berdasarkan Pedoman Umum Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di

Indonesia (1999) partisipasi petani dalam pengelolaan irigasi dapat dilihat pada

(198)

dari proses identifikasi, perenwnaar., pelaksanaan, pengawasan dan operasi

pemeliharaan, monitoring, dan evaluasi serta pemanfaatan hasil.

Diantara berbagai tugas-tugas yang diatur dalam menjalankan suatu sistem

irigasi ada lima tugas yang mendasar menurut coward (1982), yaitu : perolehan air,

alokasi air, sistem pemeliharaan, pengadaan sumber daya, serta pengelolaan

pertentangan. Di lain pihak ada sejumlah elemen kelembagaan dan organisasi, yaitu

peraturan kunci, peranan-peranan penting dan kelompok sosial yans penting.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa partisipasi adalah

1) Usaha pemerintah dalarn melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan.

2) Usaha dari diri masyarakat itu sendiri secara sukarela untuk melibatkan dirinya

dalam proses pembangunan. 3) Keikutsertaan petani atas prinsip kesetaraan (petani

dan petnerintah) dala~il setiap tahapan kegiatan pembangunan.

Gendel- D a l a ~ n Corrrrrrrrriity I)eveko~)rrrc.nt

Dalani pendekatan c o ~ n t ~ ~ ~ ~ t l i f y develo/)t~~et~/, Glenn ( 1 993) me~ljelaskan bahwa

pendekatan ini bertujuan untuk memampukan dan mendefenisikan kebutuhan

masyarakat. Dengan demikian dalam proses pemberdayaan hams melihat apa yang

seharusnya menjadi kebutuhan dan pilihan bagi masyarakat tersebut .

Bemmelen (1995) menganggap bahwa adanya peningkatan kesadaran bagi

wanita tentang situasi diri dan kemampuannya dalam mengungkapkan kebutuhan

mereka merupakan suatu proses pemberdayaan tersendiri dalam proses pembangunan.

Vandana Shiva (1997) melihat bagaimana peran perempuan begitu penting di

(199)

dimana dalam pengelolaan dan pengolahan

-

air, kaum perempuanlah yang sebenarnya

merupakan pelaku pemurnian air secara tradisional, bila organisasi-organisasi yang

ada memberi perhatian terhadap perempuan.

ClDA (1999) menjelaskan bahwa analisis gender dapat memahami beberapa ha1 dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan, yaitu :

1. Perbedaan perspektif, peran, kebutuhan dan kepentingan antara laki-laki dan

perernpuan dalam proyek, negara, agama atau institusi, termasuk kebutuhan

praktis dan kepentingan strategis perempuan dan laki-laki.

2. Menyangkut hubungan antara perempuan dan laki-laki, mengontrol sumber daya,

keuntungan serta proses membuat keputusan.

3. Perbedaan dampak yang penting dari suatu program atau intervensi proyek

mengenai perempuan (~vonren) dan laki-laki ( I I T ~ ~ I ) , anak perempuan (gi:.l) dan

anak laki-laki (hoy).

4. Batasan sosial budaya, tneugenai ketidaksanlaan gender, dan menginginkan

persanaan hubungan antasa laki-laki dan perempuan secara berlebihan.

5. Kapasitas institusi mengenai program untuk persamaan gender.

6 . Perbedaan antara laki-laki dan perempuan, perbedaan lingkungan, hubungan sosial, dan konsekuensi status mereka (seperti : klass, ras, kasta, etnis, umur,

(200)

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian dan beberapa literatur sebelumnya, diketahui bahwa

Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) merupakan pelaksanaan pengalihan

wewenang dalam pengelolaan irigasi dari pemerintah kepada petani. Untuk itu petani

perlu dipersiapkan untuk menerima wewenang pengelolaan tersebut Persiapan ini dilakukan dengan cara memberdayakan petani agar menjadi petani yang mandiri dan

memiliki kemampuan untuk mengelola irigasi.

Ada beberapa pengertian pemberdayaan (enlpowerntetll) untuk dijadikan

sebagai konsep dalam penelitian ini, yaitu terdiri dari dua pengertian, yaitu : Pertnntn.

pemberdayaan adalah perolehan atau pemberian kekuasaan kepada petani sebagai

orang yang tidak herdaya untuk tnemperbaiki kehidupan mereka. Ked~rcr, pemberdayaan adalah menjadikan masyaraknt yaog maadiri atau masyaraknt yang aktif, yaitu masyarakat yang bisa tnengubah lingkungan sosialnya dan bisa menentukan pilihan hidupnya dengan memiliki kesadaran pribadi, pengetahuan,

komitmen dan fasilitas kekuasaan. Dengan demikian sebagai masyarakat yang tidak

berdaya (tidak mampu), maka perlu diupayakan cara untuk memperbaiki kondisi

mereka agar mampu mengelola irigasi secara baik.

Selanjutnya, untuk memberdayakan dan memandirikan petani diperlukan

tingginya partisipasi petani dalam program PPI. Oleh karena itu diperlukan strategi

pengembangan masyarakat dengan ~netode con~n~rri~ify del~eky~nretif sebagai suatu

metode untuk mencari keseimbangan antara pelayanan sosial dan kebutuhan

Gambar

Gambar I .  Skenla Kerangka Penlikiran
Tabel 1 : Komposisi Penduduk Menurut Umur (lk dan pr)
Tabel 2 : Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Pokok
Tabel 3 : Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu juga dari hasil penelitian ini dijadikan sebagai hasil evaluasi dan refleksi dari pelaksanaan program kegiatan tahunan yang ada pada Seksi Pendidikan

Abdul M Chaudhury, Stuart Craig, ES Dennis, WJ Peacock Current Opinion in Plant Biology 1998, 1:26-31. 336.Self-incompatibility and other pollen–pistil interactions

Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian belajar peserta didik dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan

Ketentuan Bank Indonesia tersebut bertujuan untuk memastikan proses pengolahan uang rupiah dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan pada saat

Jumlah saham yang ditawarkan 900.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan nilai nominal Rp 100,- /saham beserta Waran Seri I sebanyak 90.000.000 yang diberikan cuma-cuma dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan deskripsi tentang proses pengembangan dan kualitas yang meliputi kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan pengembangan

Apabila saudara tidak hadir dalam batas waktu yang di tentukan maka perusahan saudara. dinyatakan