PEMBERDAYA'AN PETANI PEMAKAI AIR
DALAM PENGELOLAAN IRIGASI MELALUI
PROGRAM PENYERAHAN PENGELOLAAN IRIGASI
(BPI) DI DAERAH IRIGASI BATANG ANAI
PADANG PARIAMAN
OLEH
:
NORA SUSILAWATI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTKAK
NORA SUSILAWATI. Pemberdayaan Petani Pemakai Air dalam Pengelolaari Irigasi Melalui Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di Daerah Irigasi Batang Anai Padang Parianian.
Program pemberdayaan masyarakat umumnya dilakukan bertujuan untuk ~nemberikan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat secara aktif dan ikut berperan serta dalam program pembangunan yang dilaksanakan. Melalui program Penyerahan Pengelolaan lrigasi (PPI), pemberdayaan petani dilakukan untuk mempersiapkan petani agar dapat mengelola irigasi dengan kemampuan dan keterampilan yang mereka niiliki. Oleh karena itu, digunakan strategi pendekatan yang bersifat partisipatif untuk mengetahui kebutuhan dan partisipasi petani dalam program pembangunan yang dilaksanakan.
Selain itu, pengetahuan masyarakat lokal juga mendukung cepatnya proses pemberdayaan dengan mernanfaatkan pengalaman dan pengetahuan petani dalam mengeloia irigasi dan lahan pel-tanian, sehingga dengan pengalaman dan pengetahuan lokal tersebut, petani matiipu dan niandiri mengelola irigasi dan pertanian mereka.
SURAT PERNYATAAN
-
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
Pemberdayaan Petani Pemakai Air Dalam Pengelolaa~i Irigasi Melalui Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPl) di Daerah Irigasi Batang Anai Padang Pariaman.
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarsnnya.
Bogo5, 9 Oktober 2002
PEMBERDAY~~AN
PETANI PEMAKAI
AIR
DALAM PENGELOLAAN IRIGASI MELALUI
PROGRAM PENYERAHAN PENGELOLAAN IRIGASI
(PPI) DI DAERAH IRIGASI BATANG ANAI
PADANG PARIAMAN
NORA SUSILAWATI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk n~en~peroleh
gelar Magister Sains pada
Program Studi Sosiologi Pedesaan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
Judul Tesis : Pemberdayaan Petani Pemakai Air Dalam Pengelolaan Irigasi Melalui Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di Daerah Irigasi Batang Anai Padang Pariaman.
Nama : Nora Susilawati
NRP : 99134
Program Studi : Sosiologi Pedesaan
Menyetujui,
1 . Komisi Pembimbing
Dr. Nurmala K . Panjaitan, MS. DEA Dr. Sulistyowati Irianto, MA
--
Ketua Anggota
2. Ketua Progranl Studi Sosiologi Pedesaan
__/--- Dr. MT. Felix Sitorus
RIWAYAT HIDUP
.zPenulis dilahirkan di S i j u ~ j u ~ g pada tanggal 9 Agustus 1973 sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Burhanuddin. B dan Syurhaini. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Padang, lulus tahun 1997. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Sosiologi Pedesaan IPB. Kesempatan untuk melanjutkan studi ke program studi Magister di IPB ini dibiayai oieh beasiswa BPPS.
Penulis bekerja sebagai Staf Pengajar di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang sejak tahun 1998. Mata kuliah yang diajarkan adalah mata kuliah yang berhubungan dengan Ilmu Sosiologi, yaitu Dasar-Dasar Sosiologi dan Sosiologi Antropologi Pembangunan.
-
PRAKATA
Puji syukur penulis p a n j a h l ~ kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2002 ini ialah, pemberdayaan petani dengan judul Pc:mberdayaan Petani Pemakai Air dalam Pengelolaan Irigasi Melalui Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di Daerah Irigasi Batang Anai Padang Pariaman. Sehubungan dengan penulisan ini, penulis mengucapkan banyak terima kaih kepada ibu Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Sulistyowati Irianto, MA selaku Anggota Komisi Pembimbing. Bapak Dr. Ir. MT. Felix Sitorus, MS selaku Ketua Program Studi Sosiologi Pedesaan, serta Bapak-Bapak dan Ibu-lbu Dosen yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Pada kesempatan ini penghal-gaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Is. Tsrin, MSi dari BAPPEDA I'adang Pariaman, Bapak Ir. Syaiful Rizal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan I'adans Pariaman dan Bapak Yulius dari Dinas PU Pengairan Padang ~ a i i a m a n scrta Bapak-13apak dan Ibu-lbu Petani di Desa Pasis Lawas yang telah bersedia menerima penulis dengan tangan terbuka untuk mendapatkan data-data yang penulis butuhkan untuk penyelesaian tesis ini.
Selain itu juga, penulis lnengucapkan banyak terima kasih kepada staf rektorat Program Pascasarjana IPB dan juga Staf Sekretariat SPD, serta teman-teman SPD angkatan 1999 yang telah banyak membantu. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh Bapak-Bapak, Ibu-Ibu dan teman-teman semua.
Terakhir, terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, kakak-kakak, adik-adik, mertua dan keponakan, terutama suami tercinta Hendra Naldi dan kedua piltra tersayang Diqie dan Khalid yang telah banyak berkorban lahir dan batin selarna penulis menuntut ilmu dan selama penyelesaian tesis ini.
penyempurnaannya. sehingga terwujud sebuah tulisan-yang bermanfaat bagi banyak
-
pihak, Amin Ya Rabbul Alamiin.
DAFTAR IS1
-
Halaman DAFTAR TABEL.. . . .
.
. . ..
. . ..
. . . , . , . . . .. viDAFTAR GAMBAR.. . . .
.
. . . , . . . , , . .. . .
. ..
. ..
. . .. .
. . ,.
. . vii...
DAFTAR LAMPIRAN.. . .
.
. . ..
. . ..
. . ..
. .. . .
..
. . . . v i ~ iLatar Belakang..
. .
. . ..
. . ..
. . . , . . .. .
. . . , . . . 1Perurnusan Masalah.. . .
.
. . ..
. . ..
. ..
.. 4Tujuan Penelitian.. . .. . . , . . . , . . .
.
. . . .. 7Manfaat Penelitian.. . . ., . . . , . . . , . . . .. 7
TINJAUAN PUSTAKA
Pemberdayaan . . . 8
C o n ~ n ~ l l t l i f y l l e ~ l e J ( ~ / ) n ~ e t ~ / Sebagai Metode Pemberdayaan.. . . , , . I I
Pendekatan Partisipasi dalam ( ' ~ I I I I I I I I I I ~ ~ J l ) ~ > ~ ~ e l o / ) m e t ~ / . . . , , , . , 12
Gender d m ' ~l I o n t / . i . . . 16
Kerangka Pemikiran . . . 1 8
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitiaan.. . .
.
. . . , . . 2 1Waktu Penelitian.. . . , . , . . . , . . . 21
Metode Pengumpulan Data.. . . , . . .
.
. . . .. 22Pemilihan Subjek Penelitian . . . ... . . . , . . . , . . . , . .... 25
Metode Pengolahan dan Analisa Data . . .
.
. , . ..
..
. . , . . . . , 26.
.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
-.
Letak dan Kondisi Geografis ...
. . .
Prasarana Ekonomi
. . .
Keadaan Penduduk
Mata Pencaharian . . . Pendidi kan ... ... Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
PRAKTEK PEMBERDAY AAN PETANI
DALAM MENGELOLA lRIGAS1
Pendekatan Pemahaman Partisipatif ICondisi Pedesaan (PPKP)
. . .
sebagai Instrumen dalam Pengelolaan Air
Organisasi Ciabungan P3A (GP3A) sebagai Leinbaga Fengelola lrigasi . ... Pelatihan P3A dan PPKP sebagai Metode Belajar
. . .
Kegiatan Pelatilian P3A
. . . Pertisipasi Petani dalaln I'elatihan P3 A.
. . . Kehadiran Petarli dalam Pelatillan
. . .
Keaktifan Petani dalain Pelatillan
... Keaktifan Petani Wanita dalarn Pelatihan
... Partisipasi Petani dalam Icegiatan P3A
. . .
Mengatur dan hlenyediakan Air
... Membersihkan Saluran Air
Mengawasi Keadaan Air dan Mengatasi Konflik ...
. . .
Membuat Plakat Sawah
. . .
Kesiapan Petani dan Organisasi P3A untuk menerima PPI
. . .
Kesiapan Petani untuk Menerirna PP1
... Kesiapan Lembaga P3A untuk Menerima PPI
. . .
KESIMPULAN dan SARAN
...
Kesimpulan 107
...
Saran 108
...
DAFTAR PUSTAKA 110
DAFTAR TABEL
Halaman Nomor
. . . .
1 Komposisi penduduk menurut umur (lk/pr) 30
2 . Komposisi penduduk menurut jenis pekerjaan pokok . . . 31
. . .
3 . Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan 32
4 . Jumlah Organisasi P3A dan luas l a h a n ~ y a . . . 36
. . . .
5 Pembobotan materi pelatihan 52
. . .
.
6 Alasan petani mengikuti pelatihan 57
7 . Hasil penelitian . . . 106
Nomor
DAFTAR GAMBAR
Halaman
...
1 . Skema kerangka pemikiran 20
. . .
.
2 Bagan Struktur Organisasi P3A 34
. . . .
3 Bagan Struktur Organisasi Gabungan P3A 45
4 . Bagan Hasil Profil Sosio Ekonomi Teknis dan Kelembagaan
. . .
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
...
1 . Peta Kabupaten Padang Pariaman 114
2 . Peta Daerah Irigasi Batang Anai . . . 115
3 . Peta Desa Pasir Lawas ... 116
. . .
4 . Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah 117
Nomor : 529lKPTSM2001 dentangpedoman Penyerahan
Kewenangan Pengelolaan Irigasi kepada Perkumpulan Petani
PENDAHULUAN
.L,Air dan jaringan irigasi merupakan sumber daya yang sangat penting bagi
kegiatan usaha tani. Oleh karena itu, air dan jaringan irigasi wajib diberi perhatian
sebagai potensi ekonomi untuk dikelola sebaik-baiknya dalam arti harus
didayagunakan secara efisien dan efektif.
Berkaitan dengan pengelolaan dan jaringan irigasi yang efisien dan efektif,
maka peran Perkumpulan Petani Peinakai Air (P3A) menjadi kelembagaan
pengelolaan irigasi yang sangat penting peranannya karena merupakan kunci
keberhasilan pengelolaan irigasi dan keberlanjutan sistem irigasi. Namun, sistem
pembangunan yang selaina ini dilakukan pemerintah pusat telah menciptakan
parzdigma administrasi yang mengkonsentrasikan seluruh wewenang dalam bidang
keirigasian niulai dari pendanaan, pembangunan sampai pengelolaan kepada
pemerintah pusat (sentralistik). Icewenangan yang sangat besar atas bidang
keirigasian di tingkat pusat inenyebabkan dinaslsub dinas pengairan lebih banyak
bertanggung jawab untuk programlkegiatan dari pemerintah pusat ataupun kegiatan
dari dinaslsub dinas itu sendiri daripada kepada petani. Dengan demikian, petani/P3A
hampir tidak ~nempunyai wewenanglhak atau suara untuk menentukan jenis dan
fungsi pelayanan dan penentuan penggunaan dana operasi pemeliharaan (OP) yang
tersedia dan sangat dibutuhkan oleh petanilP3A.
Untuk mencapai keberlanjutan sistem irigasi tersebut, diperlukan penataan
Pemerintah (Pusat, Tingkat I daxTingkat 11) yang semula mempunyai kewenangan
penuh dalam pengelolaa~ irigasi mengalihkan wewenang pengelolaan kepada petani.
Pemerintah melakukan perubahan dalam pengelolaan irigasi melalui Pembaharuan
Kebijakan Pengelolaan Irigasi (PKPI) tanggal 13 April 1999 yang dituangkan dalam
INPRES No. 3 tahun 1999 tanggal 26 April 1999 (Nugroho, 2000).
Sudarmanto (2000) menjelaskan bahwa pengalihan kewenangan pengelolaan
irigasi kepada petani berdasarkan INPRES No. 3 tahun 1999 tersebut lebih dijelaskan
lagi dengan pengalihan kewenangan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah
berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 (desentralisasi). Peraturan tersebut mendorong
Pemerintah Daerah Kabupaten dan DPRD Kabupaten untuk mempercepat pengaturan
kembali akatl peranan (tusas) di bidang irigasi dengan cara mernb~~at PERDA.
Pembaharuan kebijnkan melali~i PKPI dilakukan dengan alasan bahwa .
Pel.fcnnn, pelaksanaan pengelolaan irigasi yang dilakukan selama ini mernpunyni
berbagai kelemahan karena tidak memperhatikan kepentingan petani sehingga
menimbulkan rendahnya partisipasi petani, rendahnya efisiensi dan efektifitas
pengelolaan dan cepat~ya terjadi kerusakan pada jaringan irigasi. Kedrm, adanya
pergeseran nilai air, dari sumberdaya milik bersama yang melimpah dan dapat
dikonsumsi tanpa biaya, rnenjadi sumberdaya ekonolni yang mempunyai fungsi sosial
Ketign, adanya persaingan pemanfaatan air antara irigasi dengan penggunaan untuk
sektor lain dan konversi lahan beririgasi untuk kepentingan lain. Keen~pcrl, be111111
berhasilnya upaya mendorong berkembangnya kelembagaan petani, terbatasnya
sumberdaya dana dan manusia pelaksananya, sehingga menyebabkan kebutuhan
Dalam PKPI berdasarkamINPRES No. 3 tahun 1999 tersebut terdapat lima
prinsip pokok (Sudarmanto, 2000) yaitu :
1. Pengaturan kembali tugas dan tanggung jawab lembaga pengelola irigasi.
2. Pemberdayaan P3A.
3. Penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi kepada petani.
4. Iuran Pelayanan Air Irigasi (IPAIR) dan pembiayaan sistem pengelolaan irigasi.
5. Keberlanjutan sistem irigasi.
Dari kelima prinsip pokok tersebut di atas yang menjadi kunci utama dari
proses pembaharuan adalah kebiial<an no. 3, yaitu penyerahan kewenangan
penpelolaan i r i ~ a s i kevada ~ ~ e t a n i . Berdasarkan kebijakan No.3. PKPl tersebut
pemerintah melakukan program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI). Dengan
pengalihan wewenang pengelolaan kepada petani, maka petani perlu dipersiapkan
untuk menerima wewenang pengelolaan tersebirt. Persiapan irii dilakukan melalui
program pemberdayaan P3A sesuai prinsip kebijakan No. 2. PKPI. Pemberdayaan
P3A dilakukan mulai dari aspek keorganisasian, teknis, finansial sampai kepada aspek
kesadaran hak atas wewenang pengelolaan. Dengan adanya PPI, juga dilakukan
restruktl~risasi tugas dan fungsi dari lembaga pemerintah di bidang keirigasian, seperti
pada prinsip pokok kebijakan No. 1. PICPI.
Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PP1) kepada petanilP3A sampai ke tingkat
Daerah Irigasi secara keseluruhan belum dapat dikatakan selesai jika P3A belum
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan membiayai Operasi Pemeliharaan
program Penyerahan Pengelolaan lrigasi (PPI) dipahami dalam rangka pemberdayaan
P3A (Inpasihardjo, 2000) yaitu :
I . Melimpahkan kewenangan pengelolaan irigasi kepada P3A.
2. Memberikan tugas dan tanggung jawab pelaksanaan pengelolaan irigasi mulai dari
operasi pemeliharaan (OP), rehabilitasi dan peningkatan jaringan.
3. Memberikan tanggung jawab pembiayaan pengelolaan irigasi.
Melalui program PPI petani tidak dianggap hanya sebagai objek pembangunan
melainkan sebagai pelaku aktif pembangunan. Mereka dipercaya untuk memutuskan
apa yang mereka anggap baik untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Hal ini
memberikan kepercayaan pada masyarakat di pedesaan, khususnya para petani untuk
menentukan apa yang menjadi pilihannya sendiri. Dalam ha1 ini program dilaksanakan
sesuai dengan kemampi~an dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani. Ole11 karena
itu, adalah penting rnelil~at pengetahuan masyarakat lokal tentang pengelolaan irigasi
Pel-urnusan Masalah
Bila mengkaji gagasan pokok program PPI sebenarnya terlihat bahwa program
tersebut merupakan program pembangunan yang berdimensi kerakyatan atau berpusat
pada rakyat ( yeoplc cetl/e/.ed) yaitu pembangunan yang menghargai dan
mempertimbangkan prakarsa dan perbedaan berkelompok (Korten dan Syahrir, 1980).
Memberdayakan petani/P3A berarti memarnpukan dan memandirikan masyarakat.
Masyarakat yang mandiri adalah yang menentukan apa yang seharusnya mereka
Mewujudkan mzsyarakat yang mandiri memerlukan partisipasi masyarakat
-
dalam proses pengambilan kepu~usdr, yang menyangkut diri dan masyarakat sebagai
wujud pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi. Terkait dengan ha1 itu,
maka proses pemberdayaan masyarakat harus menggunakan pendekatan yang
partisipatif agar masyarakat mengetahui apa yang seharusnya mereka butuhkan dan
apa yang baik bagi mereka. Masyarakat diberikan kebebasan untuk memutuskan apa
yang dianggap paling baik menurut mereka, mulai dari menentukan masalah,
menyusun rencana, pemecahan masalah, melaksanakan pemecahan masalah dan
melakukan evaluasi. Dengan demikian, dalam pendekatan ini masyarakatlah yang
lebih utanla berperan dalam proses pembangunan, sedang pemerintah hanya
membantu mempercepat proses pembangunan dalam masyarakat tersebut. Untuk
mempercepat proses peniberdayaan penting memahanii konteks lokal dalam
pembangunan.
Dalam pelaksanaan suatu prograni penibangunan disadari perlunya mcngkaji
peran serta petani laki-laki dan wanita dalam irigasi. Program-program pembangunan
selama ini dinilai kurang memperhatikan peran wanita dalam irigasi, padahal peran
wanita dalam pengelolaan air adalah penting. Menurut Shiva (1997) perempuan
disebut sebagai ahli air dan memiliki kemampuan untuk mengelola air.
Untuk mengkaji peran serta petani laki-laki dan wanita ini diperlukan analisis
gender. Gender mengacu pada peran-peran yang dibangun secara sosial dan tanggung
jawab antara laki-laki dan wanita. Konsep gender jugs meliputi harapan-harapan yang
Analisis gender adalah merupakarxsuatu alat yang penting untuk memahami konteks
lokal dalam pembangunan (CIDA, 1999).
Masyarakat Minangkabau, dengan sistem kekerabatan matriliniealnya
rnemandang wanita sebagai "Bzrndo Kandrrat?gY7. Mereka adalah orang yang dihormati
dalam berkaum dan berlceluarga. Mereka juga berperan dalam pengambilan keputusan
di Kanagarian Minangkabau. Oleh karena itu, segala sumber ekonomi berupa sawah,
ladang, rumah dan barang berharga lainnya diturunkan melalui garis ibu. Sekalipun
wanita adalah pemilik lahan, yang berkuasa dan bertanggung jawab tetap pihak laki-
laki yang berperan sebagai lnamak dan penghulu.
Faktor bahwa pihak watiita diperhatikan dan perlu berpartisipasi dalam
program pembangunan n~endorong wanita untuk mengeluarkan pendapatnya terhadap
progralil pemn~bangunz~i yang dilaksanakan. Menurut Bemmelen (1995). dengan
nieningkatkan kesadarat~ tentang sitilasi diri dan ke~iiainpuan i~tituk ~netigutigkapkan
kebutuhan wanita sudah merupakan proses pemberdayaan tersendiri (Bemmelen
dalam Ihromi, 1995 : 199).
Berdasarkan latar be!akang diatas, maka penelitian ini akan mengkaji :
1. Bagaimanakah praktek pemberdayaan terhadap petani laki-laki dan wanita dalam
program Penyerahan Pengelolaan lrigasi (PPI) 7
2. Bagaimana bentuk partisipasi petani laki-laki dan wanita dalam program
Penyerahan Pengelolaan lrigasi (PPI) ?
3. Apakah program PPI sudah sesuai dengan kebutuhan para petani laki-laki dan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui atau memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pemberdayaan petani
baik laki-laki maupun wanita pemakai air (P3A) melalui program Penyerahan
Pengelolaann Irigasi (PPI).
2. Mengetahui siapa yang terlibat dalam program PPI tersebut (siapa yang lebih
banyak terlibat apakah laki-laki atau wanita).
3. Mengetahui bentuk partisipasi petani laki-laki dan wanita dalam program PPI.
4. Mengetahui sejauhmana program PPI memenuhi kebutuhan para petani laki-laki
dan wanita dalam irigasi.
Mallfaat f'ellelitiali
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1 . Pengembangan teori yany rnengkaji tentang pernberdayaan masyarakat khususnya
dalam penelitian yang mengkaji t.entang petani sebagai salah satu kelompok
masyarakat pedesaan.
2. Instansi terkait dan organisasi atau lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang
pengembangan masyarakat, khususnya sebagai bahan masukan bagi para praktisi
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk memahami bagaimana pemberdayaan program Penyerahan Pengelolaan
Irigasi (PPI) kepada petani pemakai air (P3A) dalam mengelola irigasi di daerah irigasinya diperlukan pemahaman atau penjelasan mengenai pemberdayaan tersebut,
konsep-konsep apa saja yang dapat untuk menjelaskannya, serta caralpendekatan yang
dilakukan dalam pelaksanaan pemberdayaan. Penjelasan-penjelasan tersebut dapat
digunakan sebagai acuan atau indikator-indikator untuk menjawab permasalahan-
permasalahan penelitian di lapangan.
Pemberdayaan
Istilah pemberdayaan merupakan tesjemahan dasi "el~~/)olvel.~nel~l" semakin
populer dipandang sebagai sebuah konsep maupun strategi. Konsep pemberdayaan
memiliki definisi yang berbeda-beda rumusan dan maknanya dalam berbagai konteks
dan bidang. Sebagnimana yilng diungkapkan bcsikul ini, bahwa scjauh ini belum adn
sebuah definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Bila dilihat secara lebih has,
pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan kekuatan dan akses terhadap
sumber daya untuk n~encari nafkah (Pranarka dan Moeljarto, 1996).
Friednlann ( 1 992), menjelaskan bahwa konsep pemberdayaan (en~/)o\vel*n~etil)
memiliki dua pendapat tentang kekuasaan (powel*), yaitu kekuasaan bersifat zero srlni
genic. sedang yang lain Inenganggap kekuasaan ada di mana-mana. Konsekuensi dari
rnengambil/memindahkan kekuasaan dari satu pihak, sedang yang lain
menganggapnya sebagai peningkatan kekuasaan tanpa menganggu pihak lain.
Menurut Lorraine Gutterez, pemberdayaan adalah suatu proses peningkatan
kekuasaan personel, interpersonal dan atau politik, sehingga seseorang dapat bertindak
untuk memperbaiki kehidupannya (Jenkins, 1993 : 90).
Bagi Etzioni (1968), konsep pemberdayaan yang intinya adalah masyarakat
yang mandiri identik denngan masyarakat aktif (active society) yaitu masyarakat
yang mampu menentukan apa yang seharusnya mereka lakukan dan tidak tergantung
pada pihak luar.
Masyarakat aktif adalah masyarakat yang menguasai lingkungan sosial
mereka. Berbeda dengan masyarakat pasif dimana para anggotanya dikendalikan oleh
faktor luar atau kekuatan yang berasal dari luar. Menurut Etzioni, dalam masyarakat
aktif, anggota masyarakat dapat menciptakan dan mengubah hukum-hukum sosial.
Pada masyarakat yang demikian, manusia adalah pencipta yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya (Etzioni, 1968).
Agar masyarakat dapat menjadi aktif, setidaknya diperlukan tiga komponen
rnenurut Etzioni, yaitu : kesadaran pribadi, pengetahuan para aktor, dan komitmen
pada satu atau lebih tujuan yang hams dicapai serta fasilitas kekuasaan untuk
mengubah tatanan sosial (Etzioni, 1968).
Pengetahuan merupakan unsur penting agar masyarakat dapat berdaya atau
mejadi masyarakat aktif Dengan pengetahuan, masyarakat akan mampu membimbing
satu-satunya, ia tidak berdiri sendiri, karena kekuasaan dan pengambilan keputusan
-
merupakan dua elemen lain yang ha1 LLS dipertimbangkan.
Pengetahuan mei-upakan kunci dari unsur kontrol, akan tetapi dalam
masyarakat aktif, pengetahuan hams dipraktekkan. Hal ini dilakukan dengan
pengambilan keputusan sebagai mata rantai p e n ~ e t a h u a n (kesadaran dan komitmen)
dengan kekuasaan. Kekuasaan, menurut Etzioni (1968), tidak bisa diabaikan begitu
saja dalam pengambilan keputusan terhadap apa yang menjadi pilihannya tanpa
adanya tekanan atau paksaan dari luar. Icekuasaan juga implementasinya dapat berupa
kemampuan atau keberanian untuk mengungkapkan pendapat dan menolak terhadap
apa yang dianggapnya tidak sesuai dengan situasi dirinya.
Dalam memberdayakan masyarakat, rne~nberikan kekuasaan kepada
masyarakat untuk memutuskan sendiri apa yang nlenjadi pilihannya merupakan ha1
yang memang harus dilakukan. Mengapa masyarakat khususnya masyarakat lapisan
bawah, pinggiran dari pedesaan per111 diberdayakan ? Menurut Karyono ( 1 988) karena
mereka masih mencerniinkan adanya kelemahan dan kekurangan dalam keswadayaan,
kemandirian, partisipasi, solidaritas sosial, keterampilan, sikap kritis, sistem
komunikasi personal, kekuasaan transformatif, rendahnya mutu dan taraf hidup
(I'riyono, 1996 : 105).
Kelompok niasyarakat yang tidak berdaya seringkali tidak dapat berbuat apa-
apa @olc~er.less) dan tidak memiliki posisi tawar menawar sehingga membutuhkan
pendamping (Priyono, 1996 : 125). Petugas lapangan bagi masyarakat dapat berperan
(katalisator) program pembangunan dan perubahan sosial serta sebagai penghubung
(mediator) dengan sistem sumber atau pihak lain.
Bagi para ahli feminis model tradisional, konsultasi dan pendidikan,
menjadikan "pemberdayaan" (enzpowerntent) sebagai fokus utama untuk bertindak
sebagai agen atau pendukung proses pengartian kembali pengalaman dan realisasi
orang yang memiliki kekuatan (Kramarae dan Treichler, 1985 : 137).
CIDA (1999) berpendapat bahwa pemberdayaan (enlpowern~ent) adalah
mengenai perempuan dan laki-laki untuk mengontrol : agenda mereka, meningkatkan
keahlian, tnembangun percaya diri, pemecahan masalah dan mengembangkan
kepercayaan diri, tidak hanya secara kolektif, proses sosial dan politik, tetapi juga
individual dan tidak hanya suatu proses tetapi juga sebagai hasil (CIDA, 1999 : 8).
Dari beberapa pengertianlpendapat para ahli tersebut di atas, dapat ditarik
kesimpulan yaitu pemberdsyaan adalah perolehan atau diberikannya kekuasaan
kepada seseorang atau sekelompok orang yang tidak berdaya untuk memperbaiki taraf
hidupnya. Selanjutnya, konsep pemberdayaan juga dapat dikatakan sebagai
masyarakat yang mandiri atau masyarakat aktif sebagai masyarakat yang bisa mengubah lingkungan sosialnya dan bisa menentukan pilihan hidupnya dengan
memiliki kesadaran pribadi, pengetahuan, komitmen, dan fasilitas kekuasaan untuk
mengubah tatanan sosial.
Conznzunity L)e~~elol)ntent Sebagai Metode Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan yang intinya memandirikan masyarakat merupakan
development. Glenn (1993) menggambarkan bahwa ada tiga unsur dasar yang
menjadi ciri khas pendekatan dalam contmuniQ development, yaitu 1) Tujuan berupa
memampukan masyarakat untuk mendefenisikan dan memenuhi kebutuhan mereka.2)
Proses pelaksanaannya melibatkan kreatifitas dan kerjasama masyarakat. 3) Praktisi
yang menggunakan model intervensi ini (lebih banyak) menggunakan pendekatan
pengembangan masyarakat yang bersifat non direktif
Selanjutnya Friedlander (1965) mengistilahkan community development
sebagai suatu metode untuk mencari atau menciptakan keseimbangan antara pelayanan
sosial dan kebutuhan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah :
1) pengorganisasian, 2) koordinasi, 3) pengembangan kepemimpinan, 4) bimbingan
masyarakat, 5) pendidikan, 6 ) Pengumpulan dana dan alokasi biaya, 7) administrasi
dan 8) kegiatan penelitian.
Pendekatan Partisipasi Dalam Conztnunity Ilo~cIo~~nzmt
Commrrnity ~CV~J/O~IIIICII/, bila di l i hat dalam kerangka strategi pengembangan
~nasyarakat yang lebih luas, berada dalam kerangka "strategi pembangunan
masyarakat yang berpusat pada rakyat (yeople centred) dan bila dilihat dalam
kerangka kebijakan pembangunan nasional bersifat "desentralisasi" serta bila dikaji
sebagai suatu pendekatan. maka termasuk pendekatan "bottom up approach" atau
pendekatan dari bawah.
Batten (1967) menjelaskan bahwa pada dasarnya ada dua pendekatan dalam
dengan tujuan jangka pendek dan
-
seringkali bersifat pencapaian fisik. Pendekatan inikurang efektif untuk mencapai hal-ha1 yang bersifat jangka panjang ataupun
perubahan yang lebih mendasar yang terkait dengan prilaku seseorang.
Sedang pendekatan non direktif dilakukan dengan dasar bahwa masyarakat
tahu apa yang seharusnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Tujuan
pendekatan ini adalah agar masyarakat memperoleh pengalaman belajar untulc
mengembangkan dirinya melalui pemikiran dan tindakan yang dirumuskan oleh
mereka. Peridekatan riori direktif ini sering disebut dengan pendekatan yang
bersifat partisipatif.
Pendekatan partisipatif ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat
mengetahui apa yang seharusnya mereka butuhkan dan apa yang baik bagi mereka.
Pemeran utamn dalanl pcrubalian ~nasyargkat adalah masyarakat it11 sendiri, sementara
para petugas (pemeri~itah) lebih bersifat menggali dan niengembangkan potensi
masyarakat. Masyaraknt diberi kesernpatan untuk rnembuat analisis dan mengarnbil
keputusan untuk mencapai tujuan yang rnereka inginkan.
Peran petugas berubah menjadi katalisator dan pemercepat perubahan yang
membantu mempercepat proses perubahan dalam masyarakat. Dengan menggunakan
pendekatan ini, petugas berusaha untuk merangsang tumbuhnya kemampuan
masyarakat untuk menentukan arahnya sendiri dan kemampuan untuk menolong
dirinya sendiri (self help) (Batten, 1967). Oleh karena itu, dalam pengembangan
masyarakat diperlukan besarnya porsi partisipasi masyarakat agar tujuan yang
Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam kegiatan bersama dari suatu
-
proyek pembangunan. Menurut Ndraha (1990), partisipasi lebih mengacu pada
tindakan individu untuk ikut serta dalam suatu kegiatan atas keinginan sendiri secara
sukarela. Soekanto (1982) berpendapat bahwa partisipasi adalah setiap proses
identifkasi atau menjadi peran serta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama
dalam situasi sosial tertentu. Dengan kata lain, partisipasi disebut juga peran serta.
Untuk mengetahui partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam
pembangunan, Ndraha (1990) menjelaskannya dalain beberapa bentuk, yaitu :
1. Partisipasi dalamlmelalui kontak dengan pihak lain.
2. Partisipasi dalam memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik
dalam arti ~nenerima atau menolaknya.
3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk dalam pengambilan
keputusan.
4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.
5. Partisipasi dalam menerima, memeliliara dan mengembangkan hasil pembangunan.
6. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam
menilai sejauhmana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan
sejauhmana dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Goldsmith dan Blustain juga dalam Ndraha (1990) mengemukakan bahwa
masyarakat tergerak untuk berpal-tisipasi jika :
I . Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah
2. Partisipasi itu memberikan, manfaat langsung kepada masyarakat yang
bersangkutan.
3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi dapat memenuhi kepentingan
masyarakat setempat.
4. Dalam proses partisipasi terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Dan, partisipasi masyarakat berkurang jika mereka tidak mau atau kurang
berperanan dalam pengambilan keputusan.
Menurut Sayogyo (1979), arti partisipasi bagi golongan petani mesti
dikembangkan lebih lanjut melampaui arti "ikut melaksanakan" dan "ikut mengenyam
hasil pembangunan", sampai mencakup tiga peluang lain, yaitu : 1) ikut menentukan
kebijaksanaan pembangunan, 2) ikut merencanakan pelaksanaan pembangunan,
3) ikut menilai hasil pembangunan, sejauhmana sudah memperbaiki keadaan nienurut
ukuran dan pengalaman sendiri.
Selanjutnya Upliot't' dan Cohen (1977), menjelaskan pat-tisipasi dala~n
pembangunan masyarakat di pedesaan tidak hanya terbatas dalam pelaksanaan
kegiatan fisik, tetapi juga diarahkan pada keterlibatan petani dalam proses
perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan dan evaluasi. Lebih lanjut
Dusseldorf' (1981) menjelaskan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk interaksi dan
komunikasi yang khas, yaitu berbagi dalam kekuasaan dan tanggung jawab.
Berdasarkan Pedoman Umum Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di
Indonesia (1999) partisipasi petani dalam pengelolaan irigasi dapat dilihat pada
dari proses identifikasi, perenwnaar., pelaksanaan, pengawasan dan operasi
pemeliharaan, monitoring, dan evaluasi serta pemanfaatan hasil.
Diantara berbagai tugas-tugas yang diatur dalam menjalankan suatu sistem
irigasi ada lima tugas yang mendasar menurut coward (1982), yaitu : perolehan air,
alokasi air, sistem pemeliharaan, pengadaan sumber daya, serta pengelolaan
pertentangan. Di lain pihak ada sejumlah elemen kelembagaan dan organisasi, yaitu
peraturan kunci, peranan-peranan penting dan kelompok sosial yans penting.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa partisipasi adalah
1) Usaha pemerintah dalarn melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan.
2) Usaha dari diri masyarakat itu sendiri secara sukarela untuk melibatkan dirinya
dalam proses pembangunan. 3) Keikutsertaan petani atas prinsip kesetaraan (petani
dan petnerintah) dala~il setiap tahapan kegiatan pembangunan.
Gendel- D a l a ~ n Corrrrrrrrriity I)eveko~)rrrc.nt
Dalani pendekatan c o ~ n t ~ ~ ~ ~ t l i f y develo/)t~~et~/, Glenn ( 1 993) me~ljelaskan bahwa
pendekatan ini bertujuan untuk memampukan dan mendefenisikan kebutuhan
masyarakat. Dengan demikian dalam proses pemberdayaan hams melihat apa yang
seharusnya menjadi kebutuhan dan pilihan bagi masyarakat tersebut .
Bemmelen (1995) menganggap bahwa adanya peningkatan kesadaran bagi
wanita tentang situasi diri dan kemampuannya dalam mengungkapkan kebutuhan
mereka merupakan suatu proses pemberdayaan tersendiri dalam proses pembangunan.
Vandana Shiva (1997) melihat bagaimana peran perempuan begitu penting di
dimana dalam pengelolaan dan pengolahan
-
air, kaum perempuanlah yang sebenarnyamerupakan pelaku pemurnian air secara tradisional, bila organisasi-organisasi yang
ada memberi perhatian terhadap perempuan.
ClDA (1999) menjelaskan bahwa analisis gender dapat memahami beberapa ha1 dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan, yaitu :
1. Perbedaan perspektif, peran, kebutuhan dan kepentingan antara laki-laki dan
perernpuan dalam proyek, negara, agama atau institusi, termasuk kebutuhan
praktis dan kepentingan strategis perempuan dan laki-laki.
2. Menyangkut hubungan antara perempuan dan laki-laki, mengontrol sumber daya,
keuntungan serta proses membuat keputusan.
3. Perbedaan dampak yang penting dari suatu program atau intervensi proyek
mengenai perempuan (~vonren) dan laki-laki ( I I T ~ ~ I ) , anak perempuan (gi:.l) dan
anak laki-laki (hoy).
4. Batasan sosial budaya, tneugenai ketidaksanlaan gender, dan menginginkan
persanaan hubungan antasa laki-laki dan perempuan secara berlebihan.
5. Kapasitas institusi mengenai program untuk persamaan gender.
6 . Perbedaan antara laki-laki dan perempuan, perbedaan lingkungan, hubungan sosial, dan konsekuensi status mereka (seperti : klass, ras, kasta, etnis, umur,
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian dan beberapa literatur sebelumnya, diketahui bahwa
Program Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) merupakan pelaksanaan pengalihan
wewenang dalam pengelolaan irigasi dari pemerintah kepada petani. Untuk itu petani
perlu dipersiapkan untuk menerima wewenang pengelolaan tersebut Persiapan ini dilakukan dengan cara memberdayakan petani agar menjadi petani yang mandiri dan
memiliki kemampuan untuk mengelola irigasi.
Ada beberapa pengertian pemberdayaan (enlpowerntetll) untuk dijadikan
sebagai konsep dalam penelitian ini, yaitu terdiri dari dua pengertian, yaitu : Pertnntn.
pemberdayaan adalah perolehan atau pemberian kekuasaan kepada petani sebagai
orang yang tidak herdaya untuk tnemperbaiki kehidupan mereka. Ked~rcr, pemberdayaan adalah menjadikan masyaraknt yaog maadiri atau masyaraknt yang aktif, yaitu masyarakat yang bisa tnengubah lingkungan sosialnya dan bisa menentukan pilihan hidupnya dengan memiliki kesadaran pribadi, pengetahuan,
komitmen dan fasilitas kekuasaan. Dengan demikian sebagai masyarakat yang tidak
berdaya (tidak mampu), maka perlu diupayakan cara untuk memperbaiki kondisi
mereka agar mampu mengelola irigasi secara baik.
Selanjutnya, untuk memberdayakan dan memandirikan petani diperlukan
tingginya partisipasi petani dalam program PPI. Oleh karena itu diperlukan strategi
pengembangan masyarakat dengan ~netode con~n~rri~ify del~eky~nretif sebagai suatu
metode untuk mencari keseimbangan antara pelayanan sosial dan kebutuhan