MIGRASI ELVER SIDAT,
Anguilla
sp.
MEMASUKI MUARA
SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH
OLEH: HARYUNI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
HARYUNI. Migrasi Elver Sidat, Anguilla
sp.
Memasuki Muara Sungai Poso,Sulawesi Tengah. Dibawah bimbingan ISMUDI MUCHSIN,
SUTRISNO SUKIMIN dan MENNOFATRIA BOER.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Seotember s a m ~ a i Oktober 2001 di muara Sungai Poso, Kabupaten Poso, ~ulawesi Tengah. ~enelitian bertujuan: (1) Mensetahui pola uenyebaran dan kelimuahan elver sidat ketika memasuki
.
. muara cungai POSO; (2) Mengetahui aspek biologi elver ikan sidat; dan (3)Mengetahui faktor lingkungan (fisik-kimia perairan) yang berpengaruh terhadap migrasi elver sidat ketika memasuki muara Sungai Poso. Penarikan contoh elver sidat dilakukan 2 (dua) kali per bulan, yaitu pada malam hari periode bulan gelap dengan menggunakan alat tangkap seser.
Pada penelitian ini berhasil ditangkap elver sidat sebanyak 3089 ekor. Rata-rata ukuran panjang dan berat elver sidat ketika memasuki muara Sungai Poso, berturut-turut adalah 5.02
+
0.17 cm dan 0.19 ? 0.03 gram, n = 699 pada periode sampling I; 5.00+
0.19 crn dan 0.20+
0.03 gram, n = 1069 pada periode sampling 11; 5.20+
0.20 crn dan 0.23+
0.03 gram, n = 1061 pada periode sampling 111; 5.18+
0.19 cm dan 0.23+
0.03 gram, n = 260 pada periode sampling IV. Distribusi frekuensi panjang memperlihatkan adanya 3 pola modus. Kelompok ukuran panjang yang dominan pada periode sampling I relatif sama dengan pada periode sampling I 1 (bulan September), yaitu 5.00 cm dan 5.00 cm. Sedangkan pada periode sampling I11 dan I V (bulan Oktober) kelompok ukuran panjang, bertutur-turut adalah 5.20 cm dan 5.18 cm. Distribusi frekuensi panjang teoritis elver sidat memperlihatkan 2 pola rnodus. Kelompok ukuran panjang yang dominan pada 5.00 cm berturut-turut untuk periode sampiing I dan 11; 5.20 cm berturut-turut untuk periode sampling 111 dan IV. Distribusi frekuensi berat juga memperlihatkan 2 pola modus, yaitu kelompok ukuran berat 0.20 - 0.21 gram pada periode sampling I dan 11, serta 0.24-
0.25 gram pada periode sampling 111 dan IV. Hasil penyidikan ragam menunjukkan antar periode sampling tidak berbeda nyata atau dapat dikatakan elver sidat yang tertangkap periode sampling I; 11; 111 dan I V masih dalam satu kelompok ukuran.Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul :
"MIGRASI ELVER SIDAT, Anguilla sp. MEMASUKI MUARA SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH"
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, September 2002
MIGRASI ELVER SIDAT,
Anguilla
sp. MEMASUKI MUARA
SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH
OLEH :
HARYUNI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
.
Magister Sains pada Program Studi PerairanPROGRAM PASCASARIANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp Memasuki Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah
Nama : Haryuni
NRP : 99453
Program Studi : Perairan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. I . ISMUDI MUCHSIN
/-I Ketua
Dr. 1 SUTRISNO SUKIMIN Dr. 1 MENNOFATRIA BOER
Anggota Anggota
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 25 Agustus 1966 sebagai anak ke empat dari pasangan H. Imbuh (alrn) dan Hj. Hawila. Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Manajernen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat, lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1999, penulis diterima di program studi Ilmu Perairan pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak September sarnpai Oktober 2001, dengan judul: "MIGRASI
EL VER SIDA7; Anguilla sp. MEMASUYI MUARA SUNGAZ POSO, SUM WESI TENGAH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Ismudi Muchsin, Bapak Dr. Ir. Sutrisno Sukimin, dan Bapak Dr. Ir. Mennofatria Boer selaku pembimbing serta Bapak Dr. Chairul Muluk, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Ilmu Perairan Program Pascasarjana IPB. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc sebagai dosen penguji luar kornisi yang telah banyak memberi saran, Bapak Ir. Tulus Trenggono Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Poso, Bapak Ir. Samliok Ndobe, M.Si Dekan Fak. Perikanan Al-Khaairat Palu, Bapak Moctar Pontoh, Yusran dan Rudi yang sangat membantu pengurnpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dorongannya. Sernoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2002.
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL
...
.
.
.
... IDAFTAR GAMBAR ...
.
.
... 1 1DAFTAR LAMPIRAN TABEL ...
.
.
.....
.
... iiiDAFTAR LAMPIRAN GAMBAR ... IV
PENDAHULUAN ...
.
.
.
.
... 1 Latar Belakang ....
.
...Masalah dan Pendekatan Masalah ...
.
.
... ... Tujuan Penelitian dan Kegunaan ....
.
.
TINJAUAN PUSTAKA ...
Klasifikasi dan Ciri-ciri ...
.
.
....
.
... 7 Siklus Hidup ....
.
... 9.
.Migrasi dan Distr~bus~ ...
.
.
.
... 12 Struktur Populasi...
.
.
.....
.
... 15Faktor Lingkungan ...
.
.
.
... 15 METODE PENELITIAN ... 17Lokasi dan Waktu Penelitian ...
.
.
....
.
... 17Metode dan Penentuan Stasiun Penelitian ...
...
17 Pengambilan Contoh ... 19 Analisis Data...
.
.
.
... 20HASIL PENELITIAN
...
25Kondisi Lingkungan
...
.
.
...
25 Struktur Ukuran dan Distribusi Ikan...
33PEMBAHASAN ... 42
...
KESIMPULAN DAN SARAN 53
...
DAFTAR PUSTAKA ... ... 55
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pdrarneter fisika-kimia air yang diamati di muara sungai
Poso ...
...
... 20 2. Kisaran dan rata-rata nilai parameter fisika-kimia air di muaraDAFTAR GAMBAR
Halaman
Skema pendekatan masalah
...
...
... 6 Siklus hidup ikan sidat dari Leptocephale hingga dewasa ... 11Penyebaran ikan sidat di Indonesia 14
.
.
Lokasi stasiun penel~tlan
...
.
.
18Grafik Tnggi Muka Air di muara Sungai Poso dan Daftar Pasang Teluk
Tomini 26
Grafik nilai parameter fisika-kimia berdasarkan waktu pengamatan 29
Grafik analisis komponen utama karakteristik fisika-kimia perairan
di muara Sungai Poso pada sumbu 1 dan 2 ( F l x F2) ... ... 32 Grafik sebaran frekuensi ukuran panjang berdasarkan periode
sampling ...
.
.
... 34 Grafik sebaran frekuensi panjang elver sidat antara bulan September dengan Oktcber ... ... ... . . . 35 Grafik sebaran frekuer~si ukuran berat berdasarkan periodesampling 37
Grafik hasil tangkapan elver berdasarkan perubahan ketinggian
Muka air muara Sungai Poso
...
.
.
.
... ...
. . . 39 Grafik hasil tangkapan elver sidat bulan September danGktober 2002
...
...
. . ....
4 1 Ukuran elver sidat berdasarkan perubahan waktu,DAFTAR LAMPIRAN TABEL
Halaman
...
Letak geografis stasiun penelitian di muara sungai Poso 58
...
Nilai parameter fisika-kimia di masing-masing stasiun 59
Hasil Analisis Komponen Utama (PCA) antara stasiun
...
pengamatan dengan karakteristik fisika-kimia air 60
Perubahan Tinggi Muka Air (TMA) muara sungai Poso dan
... Daftar Pasang surut (DP) laut teluk Tomini ...
.
.
61 Daftar pasang tertinggi dan terendah berdasarkan siklus harianbulan dan matahari ... 62 Kisaran dan rata-rata panjang-berat elver sidat berdasarkan
periode sampling
...
.
.
.
.
... 63 ...a. Distribusi frekuensi panjang elver sidat tiap sampling 64
...
b. Distribusi frekuensi berat elver sidat tiap sampling 64
c. Distribusi frekuensi panjang teoritis elver sidat tiap periode sampling sampling ... 65 d. Uji Chi-Kuadrat untuk distribusi observasi dan teoritis setiap
periode sampling ... 65
a. Analisis ragam struktur Ukuran elver sidat, bulan September dan Oktober 2001 ...
.
.
.....
.
... 66 b. Analisis ragam struktur Ukuran elver sidat, periode sampling Isampai I V ... 66 Kelimpahan relatif elver pada masing-masing stasiun (ekorlalat
...
tariskan) berdasarkar~ perubahaii ketinggian air 67
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan sidat (Anguilla sp.) terrnasuk salah satu ikan penting yang rnelakukan perpindahan (rnigrasi) dari laut ke lingkungan tawar (rnigrasi anadromous) untuk pendewasaan dirinya dan selanjutnya kernbali ke laut (migrasi katadromous), untuk melakukan pernijahan (spawning). Kedua migrasi tersebut merupakan keseluruhan daur hidup ikan sidat. Hampir di sernua rnuara sungai di Indonesia yang rnenghadap laut dalarn dapat
diternukan elver sidat. Di Indonesia sedikitnya terdapat lirna spesies ikan
sidat, yaitu Anguilla bicolor, A. borneensis, A. marmorata, A. celebesencis, dan A. nebulosa (Kottelat, et al. 1993).
Siklus hidup ikan sidat tergolong unik dibanding ikan lain, yaitu pada stadia akhir larva sarnpai dewasa hidup di air tawar dan pada waktu akan
mernijah hidup di laut. Proses pernatangan gonad terjadi di perairan tawar
selarna rnigrasi katadrornous yaitu saat bermigrasi rnenuju laut dalarn (deep
sea wated. Setelah memijah, induk sidat akan rnati. Telur yang sudah dibuahi terbawa arus laut dan rnenetas menjadi faselstadia
"Preleptocephalle", kernudian berkernbang rnenjadi fase "Leptocephalle", akhirnya menjadi elver sidat yang transparan sarnpai betwarna kuning ("glass ee/'). 'Glass eel" akan terbawa arus pasang menuju rnuara sungai dan akan
mencapai muara sungai di Eropa Barat memakan waktu 2 sampai 3 tahun (Lacomte
-
Finiger 1983, diacu dalam Muchsin, 2001).Dalam siklus hidupnya ikan sidat menghadapi tiga masa kritis, yaitu: pertama, fase telur sampai fase glass eel yang planktonis; kedua, fase glass eel yang melakukan migrasi anadromous memasuki sungai sampai tempat perairan tawar yang cocok untuk proses pendewasaan; dan ketga, fase saat migrasi katadromous, dari perairan tawar rnenuju laut untuk memijah. Pada
fase pertama, rnasa hidup planktonis di laut, terjadi pemangsaan oleh ikan-
ikan pemangsa plankton. Pada fase kedua, masa migrasi anadromous anak sidat yang masih lemah dan lingkungan yang relatif sempit (sungai) mudah dimangsa biota karnivor dan juga ditangkap manusia. Demikian juga pada fase ketiga, sewaktu bermigrasi katadromous ikan yang sudah dewasa ini
ditangkap manusia.
Penelitian ikan sidat yang sudah dilakukan sebelumnya di Danau Poso
antara lain adalah suhei pendahuluan mengenai ikan sidat di Danau Poso oleh Sutardjo dan Machfudz (1974); mengenai morfologi, pola pertumbuhan kariotif dan pola protein ikan sidat (Angu:lla mauritiana Benn. dan A.
Masalah dan Pendekatan Masalah
Menurut Bertin (1956) diacu dalam Affandi, e t al. (1995) ikan sidat
merupakan ikan peruaya (migrator). Ketika dewasa ikan sidat beruaya dari perairan tawar ke laut untuk memijah (ruaya katadromus). Ikan sidat hanya bertelur sekali di dalam hidupnya (iteropariw setelah bertelur induk tersebut
kemudian mati (Lacomte
-
Finiger 1983, diacu dalam Muchsin, 2001)Di pantai selatan Jawa Tengah dan lawa Barat, elver sidat yang
ditangkap sewaktu masih kecil, berbobot i
-
3 gram, untuk dibudidayakan (Affandi, et at. 1995). Sedangkan di Kabupaten Poso, elver sidat ditangkap dengan menggunakan seser, penangkapan elver sidat dan juvenil "ikan nike"(Valenciennes muralis, CV) cukup intensif sebagai bahan pembuat ikan asin. Elver sidat ini memasuki muara Sungai Poso umumnya mlilai muncul pada
bulan April sampai Nopember. Keberadaan elver sidat bersamaan dengan juvenil ikan nike, larva udang dan kepiting (Muchsin, 2001).
Ikan sidat yang besar ditangkap di daerah Tentena (out let Danau
Poso) yang akan rnelakukan migrasi katadromous menuju ke laut untuk melakukan pemijahan dengan menggunakan alat tangkap yang dikenal dengan sebutan 'waya masap/'. Musim penangkapan dilakukan antara
bulan Januari sampai bulan Agustus atau pada saat kedalaman air Danau
Poso mulai meninggi. Ikan sidat hasil tangkapan yang beratnya lebih dari 3
ekspor yang cukup baik (Rp. 20.000
-
30.000 per kg), diduga dapat rnendorong penangkapan yang berlebihan baik elver rnaupun sidat caloninduk dirnasa datang. Jurnlah populasi sidat dewasa di Danau Poso sangat
tergantung pada seberapa besar jurnlah dari elver sidat yang berrnigrasi
rnernasuki rnuara Sungai Poso dan selanjutnya seberapa besar dari jurnlah
tersebut yang rnarnpu mencapai Danau Poso sebagai daerah rnakanan dan
pernbesarannya.
Dalarn penelitian perikanan, umurnnya untuk populasi yang
dieksploitasi rnaka hasil tangkapan per unit upaya dapat dipakai sebagai
indikator kelirnpahan relatif ikan di suatu perairan tersebut (King, 1997).
Oleh karena itu fluktuasi hasil tangkapan juga rnenunjukkan fluktuasi
kelimpahan. Hal ini erat kaitannya dengan beberapa faktor yang mernbatasi
kelirnpahan suatu populasi baik faktor luar rnaupun faktor dalarn. Faktor
dalarnnya (gen) adalah elver ikan sidat akhirnya rnenjangkau kernbali habitat
yang pernah dilarnpaui induknya yaitu ke daerah rnakanan dan pernbesaran
(danau). Sedangkan faktor luarnya adalah faktor lingkungan yang secara
langsung ataupun tiaak langsung mernegang peranan didalarn aktivitas eiver
dalarn rnelakukan rnigrasi anadrornou:nya. Penelitian ini hanya difokuskan
pada faktor luar (lingkungan) yang rnernpengaruhi rnigrasi elver ikan sidat
ketika rnernasuki rnuara Sungai Poso. Untuk lebih jelasnya pendekatan
I N P U T PROSES OUTPUT
I
Tujuan Penelitian dan Kegunaan
Dengan rnemperhatikan permasalah dan pendekatan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :
a. Mengetahui pola penyebaran, dan kelimpahan elver sidat ketika memasuki muara Sungai Poso.
b. Mengetahui aspek biologi elver ikan sidat, khususnya struktur ukuran panjang dan berat.
c. Mengetahui faktor-faktor lingkungan (fisik-kimia perairan) yang
berpengaruh terhadap migrasi elver sidat ketika memasuki muara Sungai Poso.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi yang dibutuhkan bagi pengelolaan sumberdaya ikan sidat khususnya di daerah
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Ciri-ciri
Ikan sidat mempunyai bentuk morfologis yang relatif serupa dengan belut tetapi keduanya memiliki ordo yang berbeda. Menurut Deelder (1984),
ikan sidat mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Phylum : Vertebrata Sub phylum : Craniata
Superclass : Gnathostomata Series : Pisces
Class : Teleostei
Subclass : Actynopterigii Order : Anguilliforrnes
Suborder : Anguil!oidei Family : Anguillidae
Genus : Anguilla Shaw, 1803
Kottelat, eta/. '(1993) menyatakan bahwa famili Anguillidae yang ada di kawasan Indonesia terdiri dari beberapa spesies, yaitu :
1. Anguiila bicolor 2. AnguiNa borneensis
Ikan sidat di Indonesia mempunyai nama lokal yang berbeda-beda yaitu ikan moa, ikan menguling, ikan uling, ikan lubang, ikan lumbon, ikan larak, ikan lelus, ikan gateng, ikan embu, ikan denong, ikan laro, dan ikan luncah (Kottelat, e t a/., 1993 dan Sarwono, 1993). Khusus untuk daerah Sulawesi Tengah dan Selatan, ikan sidat dikenal dengan istilah "masapi".
Di daerah Poso ikan sidat jenis Angiulla marmorata panjangnya sampai 150 cm (Muchsin, 2001). Sedangkan di lepang, sidat jenis Anguilla japonica
memiliki ukuran panjang untuk jantan adalah 60 cm dan lebih dari 75 cm untuk betina. Ukuran komersial adalah 120 hingga 200 gram. Ikan sidat yang lebih dari 200 gram disebut ikan sidat boku, dan harga dipasaran di
Jepang lebih murah dibandingkan dengan ukuran komersial (Ikenoue dan Kafuku, 1992). Di Selandia baru didapatkan panjang untuk Anguilla
reinhardthantara 364 hingga 790 mm (Jellyman, 1996).
Ikan sidat mempunyai bentuk tubuh memanjang dan tidak mempunyai
sirip perut akan tetapi mempunyai sirip dada. Sirip tidak bertulang, slrip
punggung, ekor dan anal bergabung menjadi satu. Ikan sidat mempunyai sisik sangat kecil dan terletak di dalam kulit (Kafuku dar; lkenoue, 1983).
Organ pernaoasan utama ikan sidat adalah insang yang berfungsi seperti paru-paru pada hewan darat. Selain mengambil oksigen yang larut dalam air, ikan sidat juga mempunyai kemampuan mengambil oksigen
dan setiap filarnen terbentuk dari sejurnlah lamella. Pada lamella terdapat jaringan pembuluh darah kapiler yang dapat mengadakan kontak langsung dengan udara sehingga memungkinkan tejadinya pertukaran oksigen dari udara dengan COz yang berasal dari dalam darah. Itulah sebabnya ikan sidat dapat bertahan selama beberapa saat di udara terbuka yang memiliki kelembaban cukup tinggi. Keistimewaan lainnya adalah ikan sidat mempunyai kemampuan mengabsorbsi oksigen melalui seluruh permukaan
tubuhnya (Liviawaty dan Afrianto, 1998).
Siklus Hidup
Daur hidup ikan sidat memiliki tiga fase hidup di lingkungan yang
sangat besar perbedaannya, yaitu laut, estuarin dan sungai. Sebagian besar daur hidupnya berada di air tawar. Urnur ikan sidat di alam bisa mencapai 5
sampai 10 tahun, sedangkan apabila dibudidayakan bisa berkembang lebih cepat dan mencapai umur lebih panjang (Ganie, 1996). Di Jepang suhu untuk budidaya ikan sidat berkisar antara 13OC hingga 30°C, dan suhu
optimum untuk pertumbuhan antara 23OC hingga 30°C, sedangkan di Eropa suhu untuk budidaya ikan sidat berkisar antara 8OC hingga 23OC (Lovell, 1989). Ikan sidat memijdh di laut dalam pada kedalaman sekitar 400 - 500 meter di bawah permukaan air laut, suhu air 16OC - 17OC dan salinitas air
siap memijah mengandung tiga juta butir setiap satu kilogram bobot badannya.
Usui (1976) rnenyatakan bahwa telur ikan sidat yang telah dibuahi akan naik dan melayang mendekati permukaan air. Telur ini dilapisi oleh chorion yang tipis dan berdiameter sekitar 1,2 mm (Deelder, 1984). Setelah
24 jam, telur akan menetas menjadi pre-larva yang tipis dengan panjang kira-kira 5 mm dan bersifat planktonis, berwarna sangat bening, dan bentuknya rnenyerupai daun disebut leptocephale. Dalarn pertumbuhannya larva ini terbawa oleh arus ke berbagai tempat. Selama itu larva mengalami sedikitnya delapan kali perubahan bentuk tubuh hingga seperti ikan sidat
dewasa yang disebut elver, tubuh leptocephale memendek dan menebal hingga akhirliya berbentuk bulat dan mulai mengandung pigmen pada tubuh (Barnard, 1953).
Adanya rangsangan bau air tawar diduga rnenyebabkan larva ikan
sidat berenang menuj; pantai dan masuk ke sungai melalui muara. Elver pada saat memulai perjalanannya masuk ke muara sungai, berwarna bening.
Fase Leprocepl~ule (di laut)
a
Fase Elver /benil1 sidul (di lautlmuaralsungai)
a
Fase Yellow eel /sidat (lewusu (di clun(~u/sunguUl(~ut)
Gambar 2. Siklus Hidup Ikan Sidat dari Leptocephale hingga dewasa
Semakin dewasa ikan sidat akan mempunyai warna hitam pada bagian
samping punggung dan perak keputihan pada bagian perut. Sedangkan ikan
sidat dewasa yang akan memijah pada saat menuruni sungai i~ntuk menuju
ke laut, warna tubuhnya seperti logam mengkilap pada bagian samping dan
pada bagian perut berwarna sedikit keunguan. Ikan sidat jantan jenis
Anguilla japonica dikatakan testis berkembang sempurna setelah berumur 3
sampai 4 tahun, dan pada ikan jenis Anguilla mossambica umur 4,5 sampai
mernijah setelah berumur 4 sarnpai 6 tahun, dan jenis Anguilla rnossambca pada urnur 6,5 sarnpai 8,5 tahun. Setelah mernijah ikan sidat ini akan mati di laut (Harrison, 1953; Kafuku dan Ikenoue, 1983).
Migrasi dan Distribusi
Migrasi merupakan fenomena yang sangat penting dalarn kehidupan
ikan sidat. Kecuali pada stadium yellow eel, semua stadia dalam daur hidup
ikan sidat rnelakukan rnigrasi. Yellow eel lebih bersifat rnenetap (sedentaM karena pada stadium tersebut ikan melakukan aktifitas untuk menggernukkan badan (Deelder, 1984).
Di Eropa, ada dua tahap bermigrasi elver, yaitu (1) Elver yang berrnigrasi dari perairan estuarin ke perairan tawar (sungai); (2) Elver yang berada di sungai akan berrnigrasi ke perairan tawar di pedalaman rnenuju ke
daerah makanan (feeding ground) baru. Pada proses migrasi pertarna, elver berukuran panjang sekitar 7 crn dan pada migrasi tahap kedua ukuran elver sudah mencapai 15 crn
-
20 cm yang berbentuk seperti pensil. Dengan ukuran demikian, mereka dapat dilihat pada rnalam hari yang cerah. Didaerah beriklim tropis, tahapan rnigrasi elver tidak dikenal sebab di daerah
tropis hanya memiliki dua musirn (Liviawaty dan Afrianto, 1998).
tawar, pembusukan detritus, suhu air, cahaya, salinitas dan angin (Tongiorgi, etal., 1986; Facey dan Avyle, 1987; Liviawaty dan Afrianto, 1998).
Di Eropa, glass eel dan elver sampai di estuarin pada bulan Maret sampai luni, sedangkan di Filipina sepanjang tahun tetapi puncaknya pada bulan Mei hingga Agustus (Sorensen dan Bianchini, 1986; Tabeta, et al., 1986). Selanjutnya Moriaw (1986) lebih jauh menyatakan bahwa migrasi
elver menuju ke arah hulu berlangsung mulai bulan Mei hingga Oktober, dengan puncaknya akhir bulan Mei hingga akhir luni, besar kemungkinan dipengaruhi oleh musim, suhu, umur dan ukuran ikan. Migrasi menuju ke daerah pemijahan berlangsung pada musim gugur dengan puncaknya pada
pertengahan musim, dipengaruhi oleh suhu dan intensitas cahaya (Horaldstad dan Vollestad, 1985).
Tabeta, et al. (1976) menyatakan bahwa hasil tangkapan benih sidat (elver) di sungai Cagayan, Pilipina dipengaruhi oleh suhu, fase pasang surut,
dan ketinggian air sungai. Selanjutnya dikatakan bahwa fluktuasi tahunan hasil tangkapan di Jepang juga dipengaruhi oleh cuaca atau kondisi
oceanografi.
Distribusi (daerah penyebaran) ikan sidat di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3. Kottelat, et al. (1993) menyatakan bahwa leptocephale di Indonesia terdapat di sungai-sungai yang bermuara ke laut dalam yaitu di
Sulawesi dan Bali, tetapi hampir tidak pernah dijumpai di sungai-sungai yang bermuara ke laut dangkal dari paparan Sunda.
Pola penyebaran populasi perlu dipelajari untuk mengetahui tingkah laku populasi tersebut (Clark dan Evans, 1954). Krebs (1978) menyatakan bahwa distribusi organisme antara lain dipengaruhi oleh tingkah laku memilih habitat, hubungan organisme dengan organisme lain, dan makanan. Hanson
(1973) juga menyebutkan bahwa distribusi organisme dipengaruhi oleh faktor persaingan internal dan intrajenis, suplay makanan dan keragaman lingkungan.
Struktur Populasi
Populasi rnerupakan suatu kelompok individu dari spesies yang sama yang menempati suatu habitat. Sedangkan struktur populasi rnenggambarkan kelompok umur yang biasanya dicerminkan oleh kelas ukurannya. Di perairan tropis, penentuan umur sulit dilakukan, sehingga kelas ukuran ikan dapat digunakan untuk memprediksi umur, dengan
rnenggunakan ukuran panjang dan bobot. Selain itu, struktur populasi dapat digunakan untuk memprediksi kondisi populasi dan pola rnigrasi berdasarkan
kelompok umur yang mendorninasi suatu zona tertentu.
Faktor Lingkungan
Kekeruhan
Kekeruhan yang terjadi setelah tui-un hujan merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kelimpahan elver. Mengenai ha1 ini diperjelas oleh.Deelder (1984) bahwa elver mempunyai kemampuan
untuk "mencium" bau air tawar dan akan berenang rnengikuti sumber air tawar tersebut.
Arus dan Pasang surut
pasang. Dalam kaitan ini, arus dan pasang surut tersebut sangat mempengaruhi migrasi ikan sidat mulai larva hingga dewasa. Larva terbawa arus ke pantai rnenjadi glass eel dan elver, selanjutnya bermigrasi ke muara sungai dan seterusnya ke hulu sungai dipengaruhi oleh perubahan aliran air dan pasang surut air. Perubahan ketinggian air di perairan sungai ditentukan oleh tinggi rendahnya pasang surut di muara, juga oleh tinggi rendahnya
curah hujan yang jatuh di daerah hulunya.
Kondisi pasang surut air laut juga mempengaruhi tingkah laku elver. Deelder (1984) mengernukakan bahwa elver berenang pada lapisan perrnukaan air pada saat pasang dan bersembunyi di dasar pada saat surut.
Fase Bulan
Fase bulan juga rnernpengaruhi migrasi ikan sidat (Haraldstad, 1985),
ikan sidat tidak rnelakukan migrasi selama bulan purnama. Selanjutnya dikemukakan bahwa fase bulan ini ada hubungannya dengan intensitas
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di muara Sungai Poso, Kabupaten Poso,
Sulawesi Tengah (Larnpiran Gambar 1). Penelitian berlansung dari bulan
September sampai Oktober 2001.
Metode dan Penentuan Stasiun Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan harapan
dapat mengungkap migrasi elver sidat memasuki muara Sungai Poso yang
merupakan proses alamiah (kelimpahan, struktur ukuran dan pola
penyebaran dari elver sidat, serta sifat fisika kirnia perairan muara Sungai
Poso). Ada 4 tempat di muara Sungai Poso yang ditetapkan sebagai stasiun
penelitian. Penentuan stasiun ini diambil berdasarkan survei dan
mernpertimbangkan informasi Dinas Perikanan seternpat dan penduduk yang
berkaitan dengan lokasi penangkapan elver sidat. Posisi geografis stasiun
pada Larnpiran Tabel 1 dan Lokasi stasiun pada Gambar 4:
a. Stasiun I : di bagian sisi kiri pada rnuara Sungai Poso. b. Stasiun I 1 : di bagian sisi kanan pada rnuara Sungai Poso.
c.
Stasiun I11 : di anak Sungai Poso (sungai Kayamanya yang bermuara dibagian kanan pada muara Sungai Poso).Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh elver sidat dilakukan dengan menggunakan alat tangkap seser yang terbuat dari kain tipis, dengan lebar mulut seser 75 cm dan panjang jaring 100 cm. Alat ini dioperasikan 1 kali setiap jam selama 5 detik, sejak elver sidat terlihat memasuki muara Sungai Poso sampai elver
tidak terlihat lagi menjelang pagi pada setiap periode bulan gelap. Dari bulan September sampai Oktober 2001 dilakukan sebanyak empat periode pengambilan contoh elver. Periode I (malam tanggal 17 ke 18 September 2001); Periode 11 (malam tanggal 19 September 2001); Periode I11 (malam
tanggal 16 ke 17 Oktober 2001) dan Periode I V (malam tanggal 17 ke 18
Oktober 2001). Elver yang tertangkap di masing-masing stasiun kemudian diukur panjang, berat dan jumlah. Pengukuran panjang total dengan menggunakan jangka soronglmistar penggaris dengan ketelitian 1 mm
szdangkan berat dengan menggunakan timbangan analitik dengan tingkat ketelitian 0,01 gram.
Pengambilan contoh air untuk pengukuran fisika-kimia air muara
Suncjai Poso dilakukan pada pagi hari (jam 06.00 - 07.00) di masing-masing stasiun. Selanjutnya, cara dan alat pengukuran parameter fisika kimia air
Tabel 1 Parameter fisika- kimia air muara Sungai Poso
No.
Analisis Data
CaCO3 eq.
Fisika-Kimia Perairan
Untuk mengetahui sifat fisika-kimia perairan antar stasiun
pengamatan, digunakan Analisis Komponen Utama (Principal Compenents Analysis, PCA) (Legendre dan Legendre, 1983). Analisis Komponen Utama
(PCA) merupakan metoda statistik deskriptif yang bertujuan untuk Parameter
FISIKA
1
merepresentasikan informasi maksimum yang terdapat dalam suatu matriks data dalam bentuk grafik. Matriks data yang dimaksud terdiri dari stasiun
pengamatan sebagai individu statistik (baris), dan parameter fisik-kimia perairan sebagai peubah kuantitatif (kolom). Data parameter-paranieter
tersebut tidak mempunyai unit pengukuran yang sama, karena itu sebelum melakukan PCA perlu dinormalisasikan terlebih dahulu melalui pemusatan dan pereduksian. Dengan demikian hasil PCA tidak direalisasikan dari nilai-nilai parameter asal, tapi dari "indekssintetiK yang diperoleh dari kombinasi linier
nilai-nilai parameter asal.
Pemusatan diperoleh dari selisih antara nilai peubah asal dengan nilai rata-ratanya. Sedangkan pereduksian diperoleh dari hasil bagi nilai antara nilai peubah yang telah dipusatkan dengan nilai simpangan baku peubah tersebut.
Untuk menentukan hubungan antara dua peubah digunakan pendekatan matriks korelasi yang dihitung dari indeks sintetik (Ludwig dan Reynolds, 1988). Korelasi linier antara dua parameter yang dihitung dari "indeks sintetik" nya adalah peragam dari kedua parameter tersebut yang telah dinormalisasikan.
Diantara semua "indeks sintetik" yang mungkin, Analisis Komponen Utama mencari terlebih dahulu indeks yang menunjukkan ragam stasiunnya maksimum. Indeks ini disebut komponen utama pertama yang merupakan
kornponen utama pertama. Proses ini berlanjut terus hingga rnernperoleh kornponen utama ke-p, dirnana bagian inforrnasi yang dapat dijelaskannya sernakin kecil.
Pada prinsipnya Analisis Komponen Utama rnenggunakan pengukuran
jarak Ecludien (jurnlah kuadrat perbedaan antara individu dan variabel yang berkoresponden) pada data. Jarak Ecludien didasarkan pada hubungan (Legendre dan Legendre, 1983) :
dirnzna :
i,i' = 2 stasiun (pada baris)
j = parameter fisika-kirnia (pada kolorn, bervariasi dari 1 hingga p)
Semakin kecil jarak Euclidian antara dua stasiun (2 baris), maka sernakin rnirip karateristik fisik perairan antara kedua stasiun tersebut.
Dernikian pula sebaliknya sernakin besar jarak Euclidian antara dua stasiun (2 baris), rnaka semakin berbeda karakteristik fisik perairan antara kedua stasiun tersebut.
Pola penyebaran
memasuki muara Sungai Poso dengan melihat frekuensi dan kelimpahan elver sidat berdasarkan tempat dan waktu (misalnya waktu elver sidat mulai
memasuki perairan tawar, jumlah, ukuran).
Penentuan Kelompok Ukuran
Kelompok ukuran ditentukan dengan distribusi frekuensi panjang dan berat dengan cara membuat kelompok ukuran panjang dan berat (frekuensi
observasi). Distribusi frekuensi umumnya berbentuk simetris dan mengikuti
sebaran multinormal atau normal campuran. Untuk mengetahui normal tidaknya distribusi kelompok ukuran panjang dan berat maka set data tersebut dibandingkan dengan frekuensi terhitungnyalteoritis, berdasarkan Sparre (1999), yaitu:
sedangkan : Fc = frekuensi terhitunglteoritis n = jumiah observasi
-
x = rata-rata panjang elver dL = ukuran intervallkelas s = standar deviasi
n = 3.14159
Untuk mengetahui ada tidaknya keselarasan antara distribusi frekuensi observasi dengan distribusi frekuensi terhitung dari setiap periode sampling
tiap periode sampling untuk menguji rata contoh kelompok ukuran tersebut apakah diperoleh dari populasi yang sama dilakukan Analisis Varian.
Kelimpahan
Pendugaan kelimpahan populasi dilakukan dengan menggunakan Indeks kelirnpahan relatif (jumlah hasil tangkapan per satuan upaya) yang
dinyatakan dengan berat basah (gram) atau dengan jumlah (ekor) per alat tangkap yang digunakan per satu kali operasi. Perbedaan hasil tangkapan
HASIL PENELITIAN
Kondisi Lingkungan
Pasang surut
Pasang surut merupakan naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu. Pasang surut terjadi karena
interaksi antara gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi bumi dan sistem bulan. Pasang surut
di teluk Tomini secara langsung akan mempengaruhi juga tinggi muka air di muara sur~gai Poso.
Pengamatan tinggi muka air dilakukan bersamaan dengan waktu sampling elver sidat. Hasil pengukuran perubahan tinggi permukaan air di
muara Sungai Poso selama penelitian dicocokkan juga dengan daftar pasang
surut dari teluk Tomini yang disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran tabel 4.
Berdasarkan gambar 5 tersebut, dapat dilihat turun-naiknya permukaan air
laut (pasang surut harian) teluk Tomini saat periode bulan gelap di bulan September dan Oktober 2001 sebagai pola pasang surut semi-diurnal
(ganda) karena dalam satu harinya, ada dua pasang naik (HT1; H'T2) dan
Perubahan ketinggian air, 17-19 Sep' 01
2 5 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
? X R z % t ? S ? ? ? X ? ~ R z % t ? ? ? ~ ? X
O N ? Z 4 , W O N : - 4 ,
0
18/9/20011
19/9/2001 Jam (WITA)2 5 0 Perubahan ketinggian air, 16-18 Okt' 01
-
-
DP (cm)6
2 0 0 ... v.P.. ...-
dn ... o TMA(cm) - -L
.-
m .m,,
... ... ...
0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
'?R?X????S
, " k c
17/10/2001 18/10/2001 Jam (WITA)
Keteranaan :
DP : Daftar Pasang telukTornini (surnber Lernbaga Hidros TNI-AL) TMA : Tinggi Muka Air muara Sungai Poso (hasil pengukuran sendiri) H T : Pasang Tertinggi
LT : Pasang Terendah
0
: Bulan Gelaplbaru (September = 06.25 WITA, Oktober = 05.54 WITAFisika-kimia perairan muara sungai Poso
Hasil pengamatan parameter fisika-kimia perairan di muara sungai Poso yang meliputi : suhu, pH, DO, Alkalinitas, Kecerahan, Arus dan salinitas disajikan pada Tabel 2, Gambar 6 dan Lampiran Tabel 2.
Tabel 2. Kisaran dan rata-rata nilai parameter fisika-kimia air di masing- masing stasiun
Berdasarkan tabel tersebut nampak bahwa kisaran suhu perairan di muara sungai Poso tidak begitu berbeda antara satu stasiun dengan stasiun yang lain yang berkisar antara 27 - 29 OC, rata-rata suhu untuk stasiun 3 (28.50 OC) lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun-stasiun yang lain (27.63
Kondisi pH perairan di muara sungai Poso hampir sama antara stasiun yang satu dengan stasiun yang lainnya dengan kisaran antara 6
-
8.Kandungan DO pada masing-masing stasiun berkisar antara 4.8 - 7.5 mg/l. Nilai rata-rata DO terkecil pada stasiun 3 (6.45 mg/l), sedangkan rata-rata
DO yang terbesar pada stasiun 2 dan 4 masing-masing 7.08 mg/l.
Hasil pengukuran Alkalinitas pada masing-masing stasiun berkisar antara 72
-
96 mg/l CaCO3.
Nilai rata-rata Alkalinitas terkecil pada stasiunl(79 mg/l CaC03) dan rata-rata Alkalinitas yang terbesar pada stasiun 3 (86.75 mg/l CaC03.).
Kisaran Kecerahan antara satu stasiun dengan stasiun yang lain berkisar antara 80-139 cm dengan nilai rata-rata kecerahan tertinggi stasiun 2 (133.50 cm) dan rata-rata kecerahan terendah stasiun 3 (86.75 cm). Nilai kecerahan pada stasiun 4 walaupun dilakukan pengukuran tetapi karena
lokasi stasiun 4 dasar sungainya dangkal, alat secchi dish tidak bisa
diturunkan lebih dalam sudah mencapai dasar perairan sehingga nilai kecerahan tidak dilakukan pencatatan. Tetapi diduga nilai kecerahan untuk
stasiun 4 ini tidak jauh berbeda dengan stasiun 1 dan 2.
1
Nilai suhuI
18 Sep' 01 19 Sep' 01 17 Wf' 01 18OWO1
Pengamatan
*St.? U S t . 2 -A-St.3 +St.4
Nilai pH
I
18 Sep'01 1 9 s e p ' O l 170k1'01 18 Okt'01Pengamatan
Nllai DO
... ...
18 Sop' 01 19 Sep.01 17 Okt'01 48 0 1 ' 0 1
Pengamatan
1-3-st.? U S t . 2 t S t . 3 +St.4
Gambar 6. Grafik nilai parameter fisika-kimia berdasarkan waktu
Lanjutan Gambar 6
Nilai Alkalinitas
I
...
18Sep'Ol 19Sep'Ol 17Okt'ol 18 okt'ol
Pengamatan
*St.l 4 S t . 2 t S t . 3 J t S t . 4
1
Nilai kecerahanI
C
go .--... ... i
a L
70
18 Sep'Ol 19 Sep'01 17 Okt'01 I 8 Ok1 01
Pengamatan
Nilai kece~atan arus
....
18 Sep'01 19Sep'Ol 17 Okt' 01 I 8 0 1 ' 0 1
Pengamatan
Pada grafik tersebut tampak fluktuasi parameter fisika-kimia air pada masing-masing stasiun. Dari ketujuh parameter fisika-kimia yang diamati, tiga buah stasiun (stasiun 1, 2 dan 4) mempunyai fluktuasi yang tidak begitu
bervariasi atau hampir sama. Hanya pada stasiun 3 yang memperlihatkan pola fluktuasi yang berbeda. Hal ini wajar karena stasiun 3 memang agak terpisah dari stasiun-stasiun yang lain, stasiun 3 terletak di sungai
Kayamanya anak sungai dari sungai Poso.
Analisis Kornponen Utama Fisika-Kirnia Air
Analisis komponen utama karakteristik fisika-kimia perairan selama penelitian ditampilkan pada Gambar 7 dan Lampiran tabel 3a, b, c, dan d.
Hasil analisis komponen utama memperlihatkan bahwa sebagian besar informasi terpusat pada dua sumbu/komponen utama, masing-masing menjelaskan 76,9 % dan 20,9 % dari ragam total. Pada sumbu 1 terlihat
bshwa baik stasiun 4 yang berada di kanan dari badan sungai dan stasiun 2
serta 1 pada muara Sungai Poso dicirikan oleh kecepatan arus yang tinggi, sedang pada sumbu 1 terlihat untuk stasiun 3 berada di sungai Kayamanya (anak sungai Poso) agak terpisah dari stasiun yang lainnya dicirikan oleh
suhu yang tinggi. Sementara pada sumbu 2 terlihat bahwa stasiun 2 dan 1
Gambar 7. Grafik analisis komponen utama karakeristik Fisika-kimia perairan di muara sungai Poso pada sumbu 1 dan 2 ( F l x F2)
-.
A. Korelasi antar parameter Fisika-kimia
B. Sebaran stasiun berdasarkan parameter Fisika-kimia
Alk
Sh
Struktur Ukuran dan Distribusi Ikan
Selarna penelitian didapatkan total hasil tangkapan elver sidat sebanyak 3089 ekor. Rata-rata ukuran panjang elver sidat ditangk~p ketika memasuki muara Sungai Poso, berturut-turut adalah 5.02 k 0.17 cm, n =
699 untuk periode sampling I; 5.00 t 0.19 cm, n = 1069 pada periode
sampling 11; 5.20 ir 0.20 cm, n = 1061 pada periode sampling 111 dan 5.18 2
0.19 crn, n = 260 pada periode sampling I V (Lampiran Tabel 6).
Berdasarkan lokasi/stasiun, hasil tangkapan elver sidat berturut-turut adalah di stasiun I1 sebanyak 2077 ekor (67.24 %) adalah yang tertinggi; kemudian di stasiun
I
sebanyak 404 ekor (13.08 %); di stasiun I V sebanyak388 ekor (12.56 %); dan paling sedikit di stasiun III sebanyak 220 ekor (7.12 %). Sebaran frekuensi panjang elver sidat pada tiap periode sampling disajikan pada Lampiran Tabel 7a dan 7b dan sebaran frekuensi panjang teoritisnya pada Larnpiran Tabel 7c. Sedangkan grafik sebaran frekuensi
panjang berdasarkan periode pengambilan sampel elver sidat diperlihatkan pada Garnbar 8 dan untuk grafik sebaran frekuensi berat elver pada Gambar
Sampling I (tanggal 17. 18 Sep' 01), n = 699
Sampling 11 (tanggal 19 Sep' OI), n = 1069
I
25 Sampling I11 (tanggal 16, 1 Okt' Ol), n = 1061
I
Sampling IV (tanggal 17, 18 Okt'ol), n = 260
25 I I
Gambar 8 tersebut rnemperlihatkan adanya 3 pola modus kelompok ukuran elver sidat rnemasuki muara sungai Poso pada periode sampling yang dilaksanakan selama penelitian. Kelompok ukuran panjang yang dominan pada periode sampling I dan I1 (bulan September) sama, yaitu pada
kelompok ukuran 5.0 crn. Sernentara untuk kelompok ukuran panjang yang dorninan periode sampling 111 dan I V (bulan Oktober), yaitu berturut-turut (5.2 cm dan 5.1 cm). Tetapi kalau dilihat pada distribusi normal (frekuensi
teoritis) maka kelompok ukuran panjang yang dominan hanya ada 2, yaitu pada periode sampling I dan I1 = 5.0 cm dan periode sampling I11 dan I V = 5.2 cm. Jadi kelompok ukuran panjang yang dominan elver sidat antara
bulan September dengan Oktober adalah 5.0 cm dan 5.2 crn, yang disajikan
~ a d a Gambar 9.
Distribusi Kelompok ukuran panjang elver sidat, bulan Sep' dan Okt 2001
Panjang (cm)
O b s e r v a s i Sep O O b s e r v a s i Okt
-Teoritis Sep Teoritis Okt
Rata-rata ukuran berat elver sidat yang memasuki rnuara Sungai Poso pada periode sampling I dan I1 berturut-turut 0.19
+
0.03 gram; 0.20 it 0.03gram. Periode I11 dan IV rata-rata ukuran berat elver pada 0.23 +_ 0.03
gram. Distribusi frekuensi berat (Garnbar 10) mernperlihat 2 pola modus, yaitu periode sampling I sama dengan periode sampling I1 yaitu kelompok ukuran berat yang dominan 0.20 - 0.21 gram sedangkan periode sampling
I11 dan IV kelompok ukuran berat yang dorninan 0.24 - 0.25 gram.
Untuk memperoleh keselarasan antara distribusi frekuensi ukuran panjang elver sidat observasi dengan teoritisnya pada periode sampling I
sampai IV digunakan uji Chi-Kuadrat. Hasil pengujian rnenunjukkan tidak ada berbedaan yang nyata seluruh periode sampling (Lampiran Tabel 7d).
Atau dapat dikatakan, contoh yang diamati untuk elver sidat sudah sesuai dengan distribusi normal dari populasi elver sidat. Sparre (1992) mengtlngkapkan, urnumnya pada pengarnatan serangkaian data frekuensi
panjang dari suatu populasi dalam biologi perikanan hampir ter.sebar secara
normal.
Struktur ukuran panjang elver antar periode sampling (I; 11; 111; dan
IV) tidak berbeda nyata (p= 0.23). Sehingga dapat dikatakan, elver sidat
-
Sampling I (tanggal 17, 18 Sep' 011, n = 699 40.ji 30 C
20
I0
?!
LL 0
Berat (gram)
Sampling ll (tanggal 19 Sep' 011, n = 1069
-
40s
-
, 30
U)
20
3
x 10
E!
LL 0
Berat (gram)
Sampling Ill (tanggal 16, 1 Okt' OI), n = 1061
30
E
'Z 20
r
m
,.
l oP
" - 0
..'
,*\.
4 \ 2 ?? $*+
22 9, '1 I*we wO. $' 2. QF 2.?K $0. wO.
o? o? o?v 2 2 $7 ,."'
a? Berat (gram)
Sampling IV (tanggal 17, 18 Okv 01). n = 260
-
305
'ji 20
c
0
3 10 1
e
Y 0
\' ,* k" fi k*
oP' ,zP' ,bP ,.p'
? 0. 0. 0.
Berat (gram)
Kelimpahan
Kelimpahan elver sidat berdasarkan perubahan ketinggian air dan waktu
Kelimpahan relatif tiap stasiun. Kelimpahan elver sidat dihitung berdasarkan hasil tangkapan per periode pengambilan contoh yang dinyatakan dalam jumlah (ekor) per tarikan alat atau kelimpahan relatif (Catch per Unit EffortICPUE). Perbedaan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) atau kelimpahan relatif pada setiap periode penangkapan
berdasarkan perubahan ketinggian air. Dapat dilihat kelimpahan relati: pada setiap stasiun akibat perubahan ketinggian air di muara sungai Poso disajikan pada Gambar 11; Lampiran Tabel 9, karena pengaruh saat pasang naik
(HT1) dari laut Tomini pada setiap periode bulan gelap.
Kelimpahan relatif berdasarkan waktu. Kelimpahan relatif elver sidat secara keseluruhan seiarna penelitian untuk bulan September dan
Oktober disajikan pada Gambar 12;Lampiran Tabel 5. Dilihat dari periode bulan tersebut, kelimpahan elver untuk bulan September puncak kelimpahan elver memasuki muara Sungai Poso sekitar pukul 02.00 WITA tetapi untuk
Kelimpahan Elver, 17-18 Sep' 2001, n = 699
A 250 250
& 200
-
200C A
150
-
1505
E
-
a
7 100 100 a I
I-
50 50
0 0
22.00 23.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
I ~ S ~ P ' O I I P S ~ P ' O I Pukul (WITA)
t St. I -X- st. II t~ St. Ill
-+
St.lV 4 TMA(cm)I
Kelimpahan Elver, 19 Sep' 2001, n = 1069
-
600 250&
u 500
0 200
-
s 400 A
m
-
1505
E 300
-
3
7 100 a I
ZOO I-
100 50
0 0
22.00 23.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
1 8 Sep'oI 19 sep' O I Pukul P I T A )
+St. I -x - St. II t St. Ill
--o-- St.lV +- TMA (cm)
Gambarll. Grafik hasi! tangkapan elver berdasarkan perubahan ketinggian muka air di muara Sungai Poso
a. Periode sampling I
b. Periode sampling
I1
c. Periode sampling 111
Lanjutan Gambar 11
Kelimpahan Elver, 16-17 Okt' 2001, n = 1061
-
300 - 250z
r 250
0
-
c 200
1 6 o k t 0 1 I I O ~ I 0 1 Pukul (WITA)
- x - s t II t St Ill
--0-- TMA (cm)
I
I
Kelimpahan Elve?,17-18 Okt'2001, n = 2601 6 o k 1 ' 0 1 I ~ O ~ I ' O I Pukul (WITA)
t S t . 1 -x- St. II t St. Ill
Kelimpahan elver sidat, bulan Sap' dan Okt' . 2001
-* o 600
-
C
rn 500
300 200 100
0 -
22.00 23.00 00.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00
PukuI (WITA)
Keteranaan :
A = Hasil tangkapan elver bulan Sep' 01 (Periode sampling I dan 11)
B = Hasil tangkapan elver bulan Okt' 01 (Periode sampling 111 dan IV)
Garnbar 12. Hasil tangkapan elver pada bulan Sep'dan Okt' 2001
Ukuran elver sidat memasuki sungai berdasarkan perubahan waktu (subperiode sampling)
Ukuran elver sidat yang rnernasuki rnuara sungai Poso berdasarkan perubahan waktu untuk periode sampling, dilihat hanya pada stasiun 1 dan
2, karena kedua stasiun tersebut rnerupakan ternpatllokasi yang pertama- tarna dijangkau elver sidat dalarn rnelakukan migrasinya Garnbar 13; Larnpiran Tabel 10.
Secara berturut-turut kisaran panjang; jumlah kelompok ukuran; dan rata-rata ukuran panjang untuk akhir subperiode setiap periode sampling adalah periode I (4.7-5.4 cm; hanya 8 dari 12 jumlah kelompok ukuran; 5.1 cm/23.33%), periode I1 (4.9-5.1 cm; hanya 3 dari 12 jurnlah kelornpok ukuran; 5.1 crn/47.26%), periode I11 (5.0-5.5 crn hanya 8 dari 11 jurnlah
Periode Sam~linq I Periode Sam~linq 11
Keteranaan :
Periode Sampling I Periode Sampling I 1
Tanggal : 17/9/01 = 1 (23.00 WITA) Tanggal : 19/9/01 = 1 (00.00 WITA) 18/9/01 = 2 (00.00 WITA) 2 (01.00 WITA) 3 (01.00 WITA) 3 (02.00 WITA) 4 (02.00 WRA) 4 (03.00 WITA) 5 (03.00 WITA) 5 (04.00 WITA) 6 (04.00 WITA) 6 (05.00 WITA)
Lanjutan Gambar 13
Periode Sam~linq 111 Periode Sam~linq I V
.-
2
E
x
E 1
tA
0
5
'
- $ : % 9 ; $ 3 ; z fPanjang (cm)
Panjang (cm) Keteranaan :
Periode Sampling :I:
Tanggal : 16/10/01 = 1 (22.00 WITA)
2 (23.00 WITA)
17/10/01 = 3 (00.00 WITA)
4 (01.00 WITA)
5 (02.00 W r m )
6 (03.00 WITA)
7 (04.00 WITA)
8 (05.00 W r m )
Periode Sampling I V
Tanggal : 17/10/01 = 1 (23.00 WITA)
18/1olo1= 2 (00.00 wrr~j 3 (01.00 WITA)
4 (02.00 WITA)
5 (03.00 WITA)
PEMBAHASAN
Berdasarkan daftar pasang surut harian, teluk Tomini dikategorikan merniliki pola pasang surut semi-diurnal (ganda) karena dalam satu harinya,
ada dua pasang naik (HT1; HT2) dan dua pasang turun (LT1; LT2). Pasang surut di Teluk Tomini secara langsung akan mempengaruhi tinggi rnuka air di muara Sungai Poso. Masuknya elver sidat di muara Sungai Poso sangat
berkaitan erat dengan perubahan tinggi muka air (pasang surut). Elver sidat mulai mernasuki sungai bersarnaan dengan naiknya pasang dan terus
bertambah banyak dan mulai menurun sebelurn pasancj tertinggi. Dikaitkan dengan tingkah laku elver sidat mernasuki muara Sungai Poso, dimana elver
hanya memasuki muara sungai setiap periode bulan gelaplbaru antara 2 - 3
malarn pada saat pasang naik yang pertama (HT1).
Menurut Tabeta dan Ozawa (1979) pada saat pasang tinggi pada malam hari maka elver berada pada seluruh permukaan sedangkan pada saat
pasang rendah sedikit. Selain itu fase bulan erat kaitannya dengan intensitas
cahaya. Pada periode bulan gelap intensitas cahaya sangat rendah dan elver sidat rnuncul di permukaan sehingga kelirnpahan relatif lebih tinggi.
Tingginya kelimpahan elver sidat paia periode bulan gelap juga merupakan salah satu indikasi elver sidat untuk menghindari predator.
seluruh stasiun masih tergolong baik bagi kehidupan elver sidat. Sebagai perbandingan, menurut Liviawaty dan Afrianto (1998), elver sidat mampu
beradapatasi terhadap kisaran suhu air yang cukup besar yaitu antara 13 - 31 OC dan dengan suhu yang optimal antara 25 - 28 OC, tergantung pada
spesies. Pada kisaran pH 4 - 11 elver sidat rnampu hidup tetapi yang terbaik pada kisaran 6,6 - 8,5 dan pH di atas 9,5 dapat menurunkan nafsu makan
elver sidat. Khususnya untuk elver yang dipelihara di kolam, kandungan oksigen terlarut cukup tinggi, yaitu 3 - 15 pprn, paling tidak kandungan
oksigen terlarut di perairan tidak kurang dari 5 ppm. Menurut (Boyd, 1988) nilai alkalinitas di perairan yang baik berkisar 30 - 500 mg/l CaC03.
Nilai salinitas sernua stasiun yang berada di daerah muara sungai yang masih dipengaruhi pasang surut laut semua tjernilai 0 (nol). Hal ini disebabkan altitude dari stasiun-stasiun terletak pada 4 - 5 rn dari
permukaan laut (dpl) dan ti~gginya debit air dari Sungai Poso yaitu pada bagian hulunya terdapat Danau Poso debit rata-rata 316 m3/detik dan banjir 10 tahunan sebesar 980 rn3/detik.
Stssiun $ terletak paling hulu dan stasiun 2 seita 1 di muara. Ketiga
Menurut (Lecomte-Finiger dalam Affandi, 1995), pada kondisi arus yang kuat
(2 m/ detik) elver berenang bergerombol membentuk 'cardorc" dengan ketebalan 20
-
30 cm, bahkan dapat mencapai panjang 200 - 300 meter, tendensi tersebut hilang pada saat arusnya lemah.Suhu yang lebih tinggi dibandingkan stasiun-stasiun yang lain
merupakan ciri kondisi lingkungan pada stasiun 3. Lokasi stasiun 3 memang agak terpisah dari stasiun yang lain, letaknya tidak di sungai Poso/utama tetapi di sungai Kayamanya yang sempit (k 15 m) dan memiliki debit yang air
kecil. Sungai Kayamanya ini melewati daerah pemukiman penduduk yang
tepi sungainya sudah diturap dengan tembok sehingga tidak ada lagi tumbuhan semak dan batuan besar di pinggir sungai yang merupakan tempat berlindung dan mencari makan elver sidat. Kondisi-kondisi tersebut yang diperkirakan menjadi penyebab tidak dipilihnya sungai Kayamanya sebagai daerah pembesaran.
Struktur populasi atau ukuran populasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah migrasi elver yang memasuki muara sungai Poso terdiri dari sa:u kelompok atau tidak. Dilihat dari hasil tangkapan elver sidat tiap
periode sampling maka rata-rata ukuran panjang elver sidat ditangkap tersebut hampir sama 5.00 - 5.20 cm (Lampiran Tabel 6).
yaitu berturut-turut 5.02
+
0.17 cm dan 5.00 k 0.19 cm. Antara periode sampling I dan I1 selang waktunya tidak jauh berbeda, yaitu masih sama-sama pada periode bulan gelap di bulan September. Hal yang sama untuk hasil tangkapan elver sidat antara periode sampling I11 dengan IV tidak jauh berbeda ukuran rata-rata panjangnya karena periode ini merupakan periode bulan gelap berikutnya (bulan Oktober), yaitu berturut-turut rata-rata
panjang elver untuk periode sampling I11 dan IV adalah 5.20 k 0.20 cm dan
5.18
+
0.19 cm.Berdasarkan distribusi frekuensi panjang observasi elver sidat pada
Gambar 8 terlihat adanya 3 pola modus elver sidat berdasarkan periode sampling. Kelompok ukuran yang dominan pada periode sampling I dan I1
(bulan September) sama, yaitu pada kelompok ukuran 5.0 cm. Sementara
untuk kelompok ukuran yang dominan periode sampling 111 dan I V (bulan Oktober) berbeda, yaitu bertutur-turut (5.2 cm dan 5.1 cm). Sedangkan
kalau dilihat distribusi frekuensi panjang teoritislterhitung dari elver sidat maka hanya ada dua ukuran panjang yang dominan, yaitu berturut-turut
periode sampling I dan I1 (5.0 cm); periode sampling I11 dan IV (5.2 cm).
Distribusi frekuensi berat pada Gambar 10 memperlihat 2 pola modus, yaitu periode sampling I sama dengan periode sampling I1 yaitu kelompok Ukuran berat yang dominan (0.20
-
0.21 gram) sedangkan periode sampling III danSecara keseluruhan tampak batiwa populasi elver sidat yang melakukan migrasi memasuki muara sungai Poso diperoleh kisaran ukuran
panjang elver yang tidak besar yaitu dari 4.2 - 5.6 crn. Kisaran ukuran tersebut yang dominan untuk periode bulan September adalah ukuran panjang 5.0 cm dan periode bulan Oktober adalah ukuran panjang 5.2 cm.
Elver sidat melakukan migrasi memasuki sungai Poso setiap siklus akhir bulan dan awal bulan (bulan gelaplbulan baru) dan tempat dilakukannya sampling hanya merupakan satu tempat (kondisi muara) Sungai Poso dan sampling elver I sampai I V dilaksanakan dengan memperhatikan pola migrasi elver
sidat mernasuki muara Sungai Poso.
Hasil uji-F terhadap distribusi frekuensi ukuran panjang elver antar periode sampling (I; 11; 111: dan IV), menunjukkan tidak berbeda nyata. Dengan demikian secara statistik dapat dikatakan elver sidat yang melakukan
migrasi memasuki muara sungai Poso selarna penelitian (bulan September sampai Oktober 2001) adalah sebagai satu kelompok ukuran (kohort).
Namum untuk mengatakan apakah satu kelompok ukuran itu juga
dipijahkanlditetaskan pada waktu yang sama dapat dilakukan dengan pengamatan pada penambahan pertumbuhan harian dari mikrostruktur otolith elver, seperti yang dilakukan oleh Kawakami, dkk., 1998. Dari hasil
Agustus 1993 sarnpai Januari 1994, sedangkan rata-rata umur elver berbeda
tiap bulannya dari saat ditetaskan, untuk Agustus = 184 hari; September 166 hari; Oktober 169 hari; dan Nopember =I68 hari dari saat ditetaskan.
Menurut informasi masyarakat setempat (Poso), elver sidat memasuki
Sungai Poso harnpir sepanjang tahun setiap periode bulan gelap yang berbeda hanya jumlahnya/berfluktuatif. Migrasi elver sidat memasuki suatu kawasanlsungai berkaitan erat dengan kondisi lingkungan. Munurut Muchsin
(2001), elver sidat yang memasuki muara Sungai Poso setiap periode bulannya dengan kenampakkanlciri yang hampir sama yaitu berukuran panjang sekitar 5.20 cm dengan bentuk morfologi luar (stadia pigmentasi) pada elver yang masih transparan. Dengan demikian diduga elver sidat yang memasuki muara Sungai Poso untuk setiap periode bulannya merupakan
kelompok baru atau hasil penetasan pemijahan yang berbeda dari bulan sebelumnya.
Menurut ~atsui' (1970), elver sidat yang memasuki sungai-sungai di lepang umumnya pada ukuran panjang 52.0 -