• Tidak ada hasil yang ditemukan

Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp Memasuki Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp Memasuki Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)

MIGRASI ELVER SIDAT,

Anguilla

sp.

MEMASUKI MUARA

SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH

OLEH: HARYUNI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(96)

ABSTRAK

HARYUNI. Migrasi Elver Sidat, Anguilla

sp.

Memasuki Muara Sungai Poso,

Sulawesi Tengah. Dibawah bimbingan ISMUDI MUCHSIN,

SUTRISNO SUKIMIN dan MENNOFATRIA BOER.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Seotember s a m ~ a i Oktober 2001 di muara Sungai Poso, Kabupaten Poso, ~ulawesi Tengah. ~enelitian bertujuan: (1) Mensetahui pola uenyebaran dan kelimuahan elver sidat ketika memasuki

.

. muara cungai POSO; (2) Mengetahui aspek biologi elver ikan sidat; dan (3)

Mengetahui faktor lingkungan (fisik-kimia perairan) yang berpengaruh terhadap migrasi elver sidat ketika memasuki muara Sungai Poso. Penarikan contoh elver sidat dilakukan 2 (dua) kali per bulan, yaitu pada malam hari periode bulan gelap dengan menggunakan alat tangkap seser.

Pada penelitian ini berhasil ditangkap elver sidat sebanyak 3089 ekor. Rata-rata ukuran panjang dan berat elver sidat ketika memasuki muara Sungai Poso, berturut-turut adalah 5.02

+

0.17 cm dan 0.19 ? 0.03 gram, n = 699 pada periode sampling I; 5.00

+

0.19 crn dan 0.20

+

0.03 gram, n = 1069 pada periode sampling 11; 5.20

+

0.20 crn dan 0.23

+

0.03 gram, n = 1061 pada periode sampling 111; 5.18

+

0.19 cm dan 0.23

+

0.03 gram, n = 260 pada periode sampling IV. Distribusi frekuensi panjang memperlihatkan adanya 3 pola modus. Kelompok ukuran panjang yang dominan pada periode sampling I relatif sama dengan pada periode sampling I 1 (bulan September), yaitu 5.00 cm dan 5.00 cm. Sedangkan pada periode sampling I11 dan I V (bulan Oktober) kelompok ukuran panjang, bertutur-turut adalah 5.20 cm dan 5.18 cm. Distribusi frekuensi panjang teoritis elver sidat memperlihatkan 2 pola rnodus. Kelompok ukuran panjang yang dominan pada 5.00 cm berturut-turut untuk periode sampiing I dan 11; 5.20 cm berturut-turut untuk periode sampling 111 dan IV. Distribusi frekuensi berat juga memperlihatkan 2 pola modus, yaitu kelompok ukuran berat 0.20 - 0.21 gram pada periode sampling I dan 11, serta 0.24

-

0.25 gram pada periode sampling 111 dan IV. Hasil penyidikan ragam menunjukkan antar periode sampling tidak berbeda nyata atau dapat dikatakan elver sidat yang tertangkap periode sampling I; 11; 111 dan I V masih dalam satu kelompok ukuran.
(97)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul :

"MIGRASI ELVER SIDAT, Anguilla sp. MEMASUKI MUARA SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH"

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2002

(98)

MIGRASI ELVER SIDAT,

Anguilla

sp. MEMASUKI MUARA

SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH

OLEH :

HARYUNI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

.

Magister Sains pada Program Studi Perairan

PROGRAM PASCASARIANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(99)

Judul Tesis : Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp Memasuki Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah

Nama : Haryuni

NRP : 99453

Program Studi : Perairan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. I . ISMUDI MUCHSIN

/-I Ketua

Dr. 1 SUTRISNO SUKIMIN Dr. 1 MENNOFATRIA BOER

Anggota Anggota

Mengetahui,

(100)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 25 Agustus 1966 sebagai anak ke empat dari pasangan H. Imbuh (alrn) dan Hj. Hawila. Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Manajernen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat, lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1999, penulis diterima di program studi Ilmu Perairan pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

(101)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak September sarnpai Oktober 2001, dengan judul: "MIGRASI

EL VER SIDA7; Anguilla sp. MEMASUYI MUARA SUNGAZ POSO, SUM WESI TENGAH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Ismudi Muchsin, Bapak Dr. Ir. Sutrisno Sukimin, dan Bapak Dr. Ir. Mennofatria Boer selaku pembimbing serta Bapak Dr. Chairul Muluk, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Ilmu Perairan Program Pascasarjana IPB. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc sebagai dosen penguji luar kornisi yang telah banyak memberi saran, Bapak Ir. Tulus Trenggono Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Poso, Bapak Ir. Samliok Ndobe, M.Si Dekan Fak. Perikanan Al-Khaairat Palu, Bapak Moctar Pontoh, Yusran dan Rudi yang sangat membantu pengurnpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dorongannya. Sernoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2002.

(102)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL

...

.

.

.

... I

DAFTAR GAMBAR ...

.

.

... 1 1

DAFTAR LAMPIRAN TABEL ...

.

.

....

.

.

... iii

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR ... IV

PENDAHULUAN ...

.

.

.

.

... 1 Latar Belakang ...

.

.

...

Masalah dan Pendekatan Masalah ...

.

.

... ... Tujuan Penelitian dan Kegunaan ...

.

.

.

TINJAUAN PUSTAKA ...

Klasifikasi dan Ciri-ciri ...

.

.

...

.

.

... 7 Siklus Hidup ...

.

.

... 9

.

.

Migrasi dan Distr~bus~ ...

.

.

.

... 12 Struktur Populasi

...

.

.

....

.

.

... 15

Faktor Lingkungan ...

.

.

.

... 15 METODE PENELITIAN ... 17

Lokasi dan Waktu Penelitian ...

.

.

...

.

.

... 17

Metode dan Penentuan Stasiun Penelitian ...

...

17 Pengambilan Contoh ... 19 Analisis Data

...

.

.

.

... 20

HASIL PENELITIAN

...

25

Kondisi Lingkungan

...

.

.

...

25 Struktur Ukuran dan Distribusi Ikan

...

33
(103)

PEMBAHASAN ... 42

...

KESIMPULAN DAN SARAN 53

...

DAFTAR PUSTAKA ... ... 55

(104)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pdrarneter fisika-kimia air yang diamati di muara sungai

Poso ...

...

... 20 2. Kisaran dan rata-rata nilai parameter fisika-kimia air di muara
(105)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Skema pendekatan masalah

...

...

... 6 Siklus hidup ikan sidat dari Leptocephale hingga dewasa ... 11

Penyebaran ikan sidat di Indonesia 14

.

.

Lokasi stasiun penel~tlan

...

.

.

18

Grafik Tnggi Muka Air di muara Sungai Poso dan Daftar Pasang Teluk

Tomini 26

Grafik nilai parameter fisika-kimia berdasarkan waktu pengamatan 29

Grafik analisis komponen utama karakteristik fisika-kimia perairan

di muara Sungai Poso pada sumbu 1 dan 2 ( F l x F2) ... ... 32 Grafik sebaran frekuensi ukuran panjang berdasarkan periode

sampling ...

.

.

... 34 Grafik sebaran frekuensi panjang elver sidat antara bulan September dengan Oktcber ... ... ... . . . 35 Grafik sebaran frekuer~si ukuran berat berdasarkan periode

sampling 37

Grafik hasil tangkapan elver berdasarkan perubahan ketinggian

Muka air muara Sungai Poso

...

.

.

.

... ...

. . . 39 Grafik hasil tangkapan elver sidat bulan September dan

Gktober 2002

...

...

. . .

...

4 1 Ukuran elver sidat berdasarkan perubahan waktu,
(106)

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Halaman

...

Letak geografis stasiun penelitian di muara sungai Poso 58

...

Nilai parameter fisika-kimia di masing-masing stasiun 59

Hasil Analisis Komponen Utama (PCA) antara stasiun

...

pengamatan dengan karakteristik fisika-kimia air 60

Perubahan Tinggi Muka Air (TMA) muara sungai Poso dan

... Daftar Pasang surut (DP) laut teluk Tomini ...

.

.

61 Daftar pasang tertinggi dan terendah berdasarkan siklus harian

bulan dan matahari ... 62 Kisaran dan rata-rata panjang-berat elver sidat berdasarkan

periode sampling

...

.

.

.

.

... 63 ...

a. Distribusi frekuensi panjang elver sidat tiap sampling 64

...

b. Distribusi frekuensi berat elver sidat tiap sampling 64

c. Distribusi frekuensi panjang teoritis elver sidat tiap periode sampling sampling ... 65 d. Uji Chi-Kuadrat untuk distribusi observasi dan teoritis setiap

periode sampling ... 65

a. Analisis ragam struktur Ukuran elver sidat, bulan September dan Oktober 2001 ...

.

.

....

.

.

... 66 b. Analisis ragam struktur Ukuran elver sidat, periode sampling I

sampai I V ... 66 Kelimpahan relatif elver pada masing-masing stasiun (ekorlalat

...

tariskan) berdasarkar~ perubahaii ketinggian air 67

(107)

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR

Halaman

(108)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat (Anguilla sp.) terrnasuk salah satu ikan penting yang rnelakukan perpindahan (rnigrasi) dari laut ke lingkungan tawar (rnigrasi anadromous) untuk pendewasaan dirinya dan selanjutnya kernbali ke laut (migrasi katadromous), untuk melakukan pernijahan (spawning). Kedua migrasi tersebut merupakan keseluruhan daur hidup ikan sidat. Hampir di sernua rnuara sungai di Indonesia yang rnenghadap laut dalarn dapat

diternukan elver sidat. Di Indonesia sedikitnya terdapat lirna spesies ikan

sidat, yaitu Anguilla bicolor, A. borneensis, A. marmorata, A. celebesencis, dan A. nebulosa (Kottelat, et al. 1993).

Siklus hidup ikan sidat tergolong unik dibanding ikan lain, yaitu pada stadia akhir larva sarnpai dewasa hidup di air tawar dan pada waktu akan

mernijah hidup di laut. Proses pernatangan gonad terjadi di perairan tawar

selarna rnigrasi katadrornous yaitu saat bermigrasi rnenuju laut dalarn (deep

sea wated. Setelah memijah, induk sidat akan rnati. Telur yang sudah dibuahi terbawa arus laut dan rnenetas menjadi faselstadia

"Preleptocephalle", kernudian berkernbang rnenjadi fase "Leptocephalle", akhirnya menjadi elver sidat yang transparan sarnpai betwarna kuning ("glass ee/'). 'Glass eel" akan terbawa arus pasang menuju rnuara sungai dan akan

(109)

mencapai muara sungai di Eropa Barat memakan waktu 2 sampai 3 tahun (Lacomte

-

Finiger 1983, diacu dalam Muchsin, 2001).

Dalam siklus hidupnya ikan sidat menghadapi tiga masa kritis, yaitu: pertama, fase telur sampai fase glass eel yang planktonis; kedua, fase glass eel yang melakukan migrasi anadromous memasuki sungai sampai tempat perairan tawar yang cocok untuk proses pendewasaan; dan ketga, fase saat migrasi katadromous, dari perairan tawar rnenuju laut untuk memijah. Pada

fase pertama, rnasa hidup planktonis di laut, terjadi pemangsaan oleh ikan-

ikan pemangsa plankton. Pada fase kedua, masa migrasi anadromous anak sidat yang masih lemah dan lingkungan yang relatif sempit (sungai) mudah dimangsa biota karnivor dan juga ditangkap manusia. Demikian juga pada fase ketiga, sewaktu bermigrasi katadromous ikan yang sudah dewasa ini

ditangkap manusia.

Penelitian ikan sidat yang sudah dilakukan sebelumnya di Danau Poso

antara lain adalah suhei pendahuluan mengenai ikan sidat di Danau Poso oleh Sutardjo dan Machfudz (1974); mengenai morfologi, pola pertumbuhan kariotif dan pola protein ikan sidat (Angu:lla mauritiana Benn. dan A.

(110)

Masalah dan Pendekatan Masalah

Menurut Bertin (1956) diacu dalam Affandi, e t al. (1995) ikan sidat

merupakan ikan peruaya (migrator). Ketika dewasa ikan sidat beruaya dari perairan tawar ke laut untuk memijah (ruaya katadromus). Ikan sidat hanya bertelur sekali di dalam hidupnya (iteropariw setelah bertelur induk tersebut

kemudian mati (Lacomte

-

Finiger 1983, diacu dalam Muchsin, 2001)

Di pantai selatan Jawa Tengah dan lawa Barat, elver sidat yang

ditangkap sewaktu masih kecil, berbobot i

-

3 gram, untuk dibudidayakan (Affandi, et at. 1995). Sedangkan di Kabupaten Poso, elver sidat ditangkap dengan menggunakan seser, penangkapan elver sidat dan juvenil "ikan nike"

(Valenciennes muralis, CV) cukup intensif sebagai bahan pembuat ikan asin. Elver sidat ini memasuki muara Sungai Poso umumnya mlilai muncul pada

bulan April sampai Nopember. Keberadaan elver sidat bersamaan dengan juvenil ikan nike, larva udang dan kepiting (Muchsin, 2001).

Ikan sidat yang besar ditangkap di daerah Tentena (out let Danau

Poso) yang akan rnelakukan migrasi katadromous menuju ke laut untuk melakukan pemijahan dengan menggunakan alat tangkap yang dikenal dengan sebutan 'waya masap/'. Musim penangkapan dilakukan antara

bulan Januari sampai bulan Agustus atau pada saat kedalaman air Danau

Poso mulai meninggi. Ikan sidat hasil tangkapan yang beratnya lebih dari 3

(111)

ekspor yang cukup baik (Rp. 20.000

-

30.000 per kg), diduga dapat rnendorong penangkapan yang berlebihan baik elver rnaupun sidat calon

induk dirnasa datang. Jurnlah populasi sidat dewasa di Danau Poso sangat

tergantung pada seberapa besar jurnlah dari elver sidat yang berrnigrasi

rnernasuki rnuara Sungai Poso dan selanjutnya seberapa besar dari jurnlah

tersebut yang rnarnpu mencapai Danau Poso sebagai daerah rnakanan dan

pernbesarannya.

Dalarn penelitian perikanan, umurnnya untuk populasi yang

dieksploitasi rnaka hasil tangkapan per unit upaya dapat dipakai sebagai

indikator kelirnpahan relatif ikan di suatu perairan tersebut (King, 1997).

Oleh karena itu fluktuasi hasil tangkapan juga rnenunjukkan fluktuasi

kelimpahan. Hal ini erat kaitannya dengan beberapa faktor yang mernbatasi

kelirnpahan suatu populasi baik faktor luar rnaupun faktor dalarn. Faktor

dalarnnya (gen) adalah elver ikan sidat akhirnya rnenjangkau kernbali habitat

yang pernah dilarnpaui induknya yaitu ke daerah rnakanan dan pernbesaran

(danau). Sedangkan faktor luarnya adalah faktor lingkungan yang secara

langsung ataupun tiaak langsung mernegang peranan didalarn aktivitas eiver

dalarn rnelakukan rnigrasi anadrornou:nya. Penelitian ini hanya difokuskan

pada faktor luar (lingkungan) yang rnernpengaruhi rnigrasi elver ikan sidat

ketika rnernasuki rnuara Sungai Poso. Untuk lebih jelasnya pendekatan

(112)

I N P U T PROSES OUTPUT

I

(113)

Tujuan Penelitian dan Kegunaan

Dengan rnemperhatikan permasalah dan pendekatan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

a. Mengetahui pola penyebaran, dan kelimpahan elver sidat ketika memasuki muara Sungai Poso.

b. Mengetahui aspek biologi elver ikan sidat, khususnya struktur ukuran panjang dan berat.

c. Mengetahui faktor-faktor lingkungan (fisik-kimia perairan) yang

berpengaruh terhadap migrasi elver sidat ketika memasuki muara Sungai Poso.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi yang dibutuhkan bagi pengelolaan sumberdaya ikan sidat khususnya di daerah

(114)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Ciri-ciri

Ikan sidat mempunyai bentuk morfologis yang relatif serupa dengan belut tetapi keduanya memiliki ordo yang berbeda. Menurut Deelder (1984),

ikan sidat mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Phylum : Vertebrata Sub phylum : Craniata

Superclass : Gnathostomata Series : Pisces

Class : Teleostei

Subclass : Actynopterigii Order : Anguilliforrnes

Suborder : Anguil!oidei Family : Anguillidae

Genus : Anguilla Shaw, 1803

Kottelat, eta/. '(1993) menyatakan bahwa famili Anguillidae yang ada di kawasan Indonesia terdiri dari beberapa spesies, yaitu :

1. Anguiila bicolor 2. AnguiNa borneensis

(115)

Ikan sidat di Indonesia mempunyai nama lokal yang berbeda-beda yaitu ikan moa, ikan menguling, ikan uling, ikan lubang, ikan lumbon, ikan larak, ikan lelus, ikan gateng, ikan embu, ikan denong, ikan laro, dan ikan luncah (Kottelat, e t a/., 1993 dan Sarwono, 1993). Khusus untuk daerah Sulawesi Tengah dan Selatan, ikan sidat dikenal dengan istilah "masapi".

Di daerah Poso ikan sidat jenis Angiulla marmorata panjangnya sampai 150 cm (Muchsin, 2001). Sedangkan di lepang, sidat jenis Anguilla japonica

memiliki ukuran panjang untuk jantan adalah 60 cm dan lebih dari 75 cm untuk betina. Ukuran komersial adalah 120 hingga 200 gram. Ikan sidat yang lebih dari 200 gram disebut ikan sidat boku, dan harga dipasaran di

Jepang lebih murah dibandingkan dengan ukuran komersial (Ikenoue dan Kafuku, 1992). Di Selandia baru didapatkan panjang untuk Anguilla

reinhardthantara 364 hingga 790 mm (Jellyman, 1996).

Ikan sidat mempunyai bentuk tubuh memanjang dan tidak mempunyai

sirip perut akan tetapi mempunyai sirip dada. Sirip tidak bertulang, slrip

punggung, ekor dan anal bergabung menjadi satu. Ikan sidat mempunyai sisik sangat kecil dan terletak di dalam kulit (Kafuku dar; lkenoue, 1983).

Organ pernaoasan utama ikan sidat adalah insang yang berfungsi seperti paru-paru pada hewan darat. Selain mengambil oksigen yang larut dalam air, ikan sidat juga mempunyai kemampuan mengambil oksigen

(116)

dan setiap filarnen terbentuk dari sejurnlah lamella. Pada lamella terdapat jaringan pembuluh darah kapiler yang dapat mengadakan kontak langsung dengan udara sehingga memungkinkan tejadinya pertukaran oksigen dari udara dengan COz yang berasal dari dalam darah. Itulah sebabnya ikan sidat dapat bertahan selama beberapa saat di udara terbuka yang memiliki kelembaban cukup tinggi. Keistimewaan lainnya adalah ikan sidat mempunyai kemampuan mengabsorbsi oksigen melalui seluruh permukaan

tubuhnya (Liviawaty dan Afrianto, 1998).

Siklus Hidup

Daur hidup ikan sidat memiliki tiga fase hidup di lingkungan yang

sangat besar perbedaannya, yaitu laut, estuarin dan sungai. Sebagian besar daur hidupnya berada di air tawar. Urnur ikan sidat di alam bisa mencapai 5

sampai 10 tahun, sedangkan apabila dibudidayakan bisa berkembang lebih cepat dan mencapai umur lebih panjang (Ganie, 1996). Di Jepang suhu untuk budidaya ikan sidat berkisar antara 13OC hingga 30°C, dan suhu

optimum untuk pertumbuhan antara 23OC hingga 30°C, sedangkan di Eropa suhu untuk budidaya ikan sidat berkisar antara 8OC hingga 23OC (Lovell, 1989). Ikan sidat memijdh di laut dalam pada kedalaman sekitar 400 - 500 meter di bawah permukaan air laut, suhu air 16OC - 17OC dan salinitas air

(117)

siap memijah mengandung tiga juta butir setiap satu kilogram bobot badannya.

Usui (1976) rnenyatakan bahwa telur ikan sidat yang telah dibuahi akan naik dan melayang mendekati permukaan air. Telur ini dilapisi oleh chorion yang tipis dan berdiameter sekitar 1,2 mm (Deelder, 1984). Setelah

24 jam, telur akan menetas menjadi pre-larva yang tipis dengan panjang kira-kira 5 mm dan bersifat planktonis, berwarna sangat bening, dan bentuknya rnenyerupai daun disebut leptocephale. Dalarn pertumbuhannya larva ini terbawa oleh arus ke berbagai tempat. Selama itu larva mengalami sedikitnya delapan kali perubahan bentuk tubuh hingga seperti ikan sidat

dewasa yang disebut elver, tubuh leptocephale memendek dan menebal hingga akhirliya berbentuk bulat dan mulai mengandung pigmen pada tubuh (Barnard, 1953).

Adanya rangsangan bau air tawar diduga rnenyebabkan larva ikan

sidat berenang menuj; pantai dan masuk ke sungai melalui muara. Elver pada saat memulai perjalanannya masuk ke muara sungai, berwarna bening.

(118)

Fase Leprocepl~ule (di laut)

a

Fase Elver /benil1 sidul (di lautlmuaralsungai)

a

Fase Yellow eel /sidat (lewusu (di clun(~u/sunguUl(~ut)

Gambar 2. Siklus Hidup Ikan Sidat dari Leptocephale hingga dewasa

Semakin dewasa ikan sidat akan mempunyai warna hitam pada bagian

samping punggung dan perak keputihan pada bagian perut. Sedangkan ikan

sidat dewasa yang akan memijah pada saat menuruni sungai i~ntuk menuju

ke laut, warna tubuhnya seperti logam mengkilap pada bagian samping dan

pada bagian perut berwarna sedikit keunguan. Ikan sidat jantan jenis

Anguilla japonica dikatakan testis berkembang sempurna setelah berumur 3

sampai 4 tahun, dan pada ikan jenis Anguilla mossambica umur 4,5 sampai

(119)

mernijah setelah berumur 4 sarnpai 6 tahun, dan jenis Anguilla rnossambca pada urnur 6,5 sarnpai 8,5 tahun. Setelah mernijah ikan sidat ini akan mati di laut (Harrison, 1953; Kafuku dan Ikenoue, 1983).

Migrasi dan Distribusi

Migrasi merupakan fenomena yang sangat penting dalarn kehidupan

ikan sidat. Kecuali pada stadium yellow eel, semua stadia dalam daur hidup

ikan sidat rnelakukan rnigrasi. Yellow eel lebih bersifat rnenetap (sedentaM karena pada stadium tersebut ikan melakukan aktifitas untuk menggernukkan badan (Deelder, 1984).

Di Eropa, ada dua tahap bermigrasi elver, yaitu (1) Elver yang berrnigrasi dari perairan estuarin ke perairan tawar (sungai); (2) Elver yang berada di sungai akan berrnigrasi ke perairan tawar di pedalaman rnenuju ke

daerah makanan (feeding ground) baru. Pada proses migrasi pertarna, elver berukuran panjang sekitar 7 crn dan pada migrasi tahap kedua ukuran elver sudah mencapai 15 crn

-

20 cm yang berbentuk seperti pensil. Dengan ukuran demikian, mereka dapat dilihat pada rnalam hari yang cerah. Di

daerah beriklim tropis, tahapan rnigrasi elver tidak dikenal sebab di daerah

tropis hanya memiliki dua musirn (Liviawaty dan Afrianto, 1998).

(120)

tawar, pembusukan detritus, suhu air, cahaya, salinitas dan angin (Tongiorgi, etal., 1986; Facey dan Avyle, 1987; Liviawaty dan Afrianto, 1998).

Di Eropa, glass eel dan elver sampai di estuarin pada bulan Maret sampai luni, sedangkan di Filipina sepanjang tahun tetapi puncaknya pada bulan Mei hingga Agustus (Sorensen dan Bianchini, 1986; Tabeta, et al., 1986). Selanjutnya Moriaw (1986) lebih jauh menyatakan bahwa migrasi

elver menuju ke arah hulu berlangsung mulai bulan Mei hingga Oktober, dengan puncaknya akhir bulan Mei hingga akhir luni, besar kemungkinan dipengaruhi oleh musim, suhu, umur dan ukuran ikan. Migrasi menuju ke daerah pemijahan berlangsung pada musim gugur dengan puncaknya pada

pertengahan musim, dipengaruhi oleh suhu dan intensitas cahaya (Horaldstad dan Vollestad, 1985).

Tabeta, et al. (1976) menyatakan bahwa hasil tangkapan benih sidat (elver) di sungai Cagayan, Pilipina dipengaruhi oleh suhu, fase pasang surut,

dan ketinggian air sungai. Selanjutnya dikatakan bahwa fluktuasi tahunan hasil tangkapan di Jepang juga dipengaruhi oleh cuaca atau kondisi

oceanografi.

Distribusi (daerah penyebaran) ikan sidat di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3. Kottelat, et al. (1993) menyatakan bahwa leptocephale di Indonesia terdapat di sungai-sungai yang bermuara ke laut dalam yaitu di

(121)

Sulawesi dan Bali, tetapi hampir tidak pernah dijumpai di sungai-sungai yang bermuara ke laut dangkal dari paparan Sunda.

Pola penyebaran populasi perlu dipelajari untuk mengetahui tingkah laku populasi tersebut (Clark dan Evans, 1954). Krebs (1978) menyatakan bahwa distribusi organisme antara lain dipengaruhi oleh tingkah laku memilih habitat, hubungan organisme dengan organisme lain, dan makanan. Hanson

(1973) juga menyebutkan bahwa distribusi organisme dipengaruhi oleh faktor persaingan internal dan intrajenis, suplay makanan dan keragaman lingkungan.

(122)

Struktur Populasi

Populasi rnerupakan suatu kelompok individu dari spesies yang sama yang menempati suatu habitat. Sedangkan struktur populasi rnenggambarkan kelompok umur yang biasanya dicerminkan oleh kelas ukurannya. Di perairan tropis, penentuan umur sulit dilakukan, sehingga kelas ukuran ikan dapat digunakan untuk memprediksi umur, dengan

rnenggunakan ukuran panjang dan bobot. Selain itu, struktur populasi dapat digunakan untuk memprediksi kondisi populasi dan pola rnigrasi berdasarkan

kelompok umur yang mendorninasi suatu zona tertentu.

Faktor Lingkungan

Kekeruhan

Kekeruhan yang terjadi setelah tui-un hujan merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kelimpahan elver. Mengenai ha1 ini diperjelas oleh.Deelder (1984) bahwa elver mempunyai kemampuan

untuk "mencium" bau air tawar dan akan berenang rnengikuti sumber air tawar tersebut.

Arus dan Pasang surut

(123)

pasang. Dalam kaitan ini, arus dan pasang surut tersebut sangat mempengaruhi migrasi ikan sidat mulai larva hingga dewasa. Larva terbawa arus ke pantai rnenjadi glass eel dan elver, selanjutnya bermigrasi ke muara sungai dan seterusnya ke hulu sungai dipengaruhi oleh perubahan aliran air dan pasang surut air. Perubahan ketinggian air di perairan sungai ditentukan oleh tinggi rendahnya pasang surut di muara, juga oleh tinggi rendahnya

curah hujan yang jatuh di daerah hulunya.

Kondisi pasang surut air laut juga mempengaruhi tingkah laku elver. Deelder (1984) mengernukakan bahwa elver berenang pada lapisan perrnukaan air pada saat pasang dan bersembunyi di dasar pada saat surut.

Fase Bulan

Fase bulan juga rnernpengaruhi migrasi ikan sidat (Haraldstad, 1985),

ikan sidat tidak rnelakukan migrasi selama bulan purnama. Selanjutnya dikemukakan bahwa fase bulan ini ada hubungannya dengan intensitas

(124)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di muara Sungai Poso, Kabupaten Poso,

Sulawesi Tengah (Larnpiran Gambar 1). Penelitian berlansung dari bulan

September sampai Oktober 2001.

Metode dan Penentuan Stasiun Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan harapan

dapat mengungkap migrasi elver sidat memasuki muara Sungai Poso yang

merupakan proses alamiah (kelimpahan, struktur ukuran dan pola

penyebaran dari elver sidat, serta sifat fisika kirnia perairan muara Sungai

Poso). Ada 4 tempat di muara Sungai Poso yang ditetapkan sebagai stasiun

penelitian. Penentuan stasiun ini diambil berdasarkan survei dan

mernpertimbangkan informasi Dinas Perikanan seternpat dan penduduk yang

berkaitan dengan lokasi penangkapan elver sidat. Posisi geografis stasiun

pada Larnpiran Tabel 1 dan Lokasi stasiun pada Gambar 4:

a. Stasiun I : di bagian sisi kiri pada rnuara Sungai Poso. b. Stasiun I 1 : di bagian sisi kanan pada rnuara Sungai Poso.

c.

Stasiun I11 : di anak Sungai Poso (sungai Kayamanya yang bermuara dibagian kanan pada muara Sungai Poso).
(125)
(126)

Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh elver sidat dilakukan dengan menggunakan alat tangkap seser yang terbuat dari kain tipis, dengan lebar mulut seser 75 cm dan panjang jaring 100 cm. Alat ini dioperasikan 1 kali setiap jam selama 5 detik, sejak elver sidat terlihat memasuki muara Sungai Poso sampai elver

tidak terlihat lagi menjelang pagi pada setiap periode bulan gelap. Dari bulan September sampai Oktober 2001 dilakukan sebanyak empat periode pengambilan contoh elver. Periode I (malam tanggal 17 ke 18 September 2001); Periode 11 (malam tanggal 19 September 2001); Periode I11 (malam

tanggal 16 ke 17 Oktober 2001) dan Periode I V (malam tanggal 17 ke 18

Oktober 2001). Elver yang tertangkap di masing-masing stasiun kemudian diukur panjang, berat dan jumlah. Pengukuran panjang total dengan menggunakan jangka soronglmistar penggaris dengan ketelitian 1 mm

szdangkan berat dengan menggunakan timbangan analitik dengan tingkat ketelitian 0,01 gram.

Pengambilan contoh air untuk pengukuran fisika-kimia air muara

Suncjai Poso dilakukan pada pagi hari (jam 06.00 - 07.00) di masing-masing stasiun. Selanjutnya, cara dan alat pengukuran parameter fisika kimia air

(127)

Tabel 1 Parameter fisika- kimia air muara Sungai Poso

No.

Analisis Data

CaCO3 eq.

Fisika-Kimia Perairan

Untuk mengetahui sifat fisika-kimia perairan antar stasiun

pengamatan, digunakan Analisis Komponen Utama (Principal Compenents Analysis, PCA) (Legendre dan Legendre, 1983). Analisis Komponen Utama

(PCA) merupakan metoda statistik deskriptif yang bertujuan untuk Parameter

FISIKA

1

merepresentasikan informasi maksimum yang terdapat dalam suatu matriks data dalam bentuk grafik. Matriks data yang dimaksud terdiri dari stasiun

pengamatan sebagai individu statistik (baris), dan parameter fisik-kimia perairan sebagai peubah kuantitatif (kolom). Data parameter-paranieter

(128)

tersebut tidak mempunyai unit pengukuran yang sama, karena itu sebelum melakukan PCA perlu dinormalisasikan terlebih dahulu melalui pemusatan dan pereduksian. Dengan demikian hasil PCA tidak direalisasikan dari nilai-nilai parameter asal, tapi dari "indekssintetiK yang diperoleh dari kombinasi linier

nilai-nilai parameter asal.

Pemusatan diperoleh dari selisih antara nilai peubah asal dengan nilai rata-ratanya. Sedangkan pereduksian diperoleh dari hasil bagi nilai antara nilai peubah yang telah dipusatkan dengan nilai simpangan baku peubah tersebut.

Untuk menentukan hubungan antara dua peubah digunakan pendekatan matriks korelasi yang dihitung dari indeks sintetik (Ludwig dan Reynolds, 1988). Korelasi linier antara dua parameter yang dihitung dari "indeks sintetik" nya adalah peragam dari kedua parameter tersebut yang telah dinormalisasikan.

Diantara semua "indeks sintetik" yang mungkin, Analisis Komponen Utama mencari terlebih dahulu indeks yang menunjukkan ragam stasiunnya maksimum. Indeks ini disebut komponen utama pertama yang merupakan

(129)

kornponen utama pertama. Proses ini berlanjut terus hingga rnernperoleh kornponen utama ke-p, dirnana bagian inforrnasi yang dapat dijelaskannya sernakin kecil.

Pada prinsipnya Analisis Komponen Utama rnenggunakan pengukuran

jarak Ecludien (jurnlah kuadrat perbedaan antara individu dan variabel yang berkoresponden) pada data. Jarak Ecludien didasarkan pada hubungan (Legendre dan Legendre, 1983) :

dirnzna :

i,i' = 2 stasiun (pada baris)

j = parameter fisika-kirnia (pada kolorn, bervariasi dari 1 hingga p)

Semakin kecil jarak Euclidian antara dua stasiun (2 baris), maka sernakin rnirip karateristik fisik perairan antara kedua stasiun tersebut.

Dernikian pula sebaliknya sernakin besar jarak Euclidian antara dua stasiun (2 baris), rnaka semakin berbeda karakteristik fisik perairan antara kedua stasiun tersebut.

Pola penyebaran

(130)

memasuki muara Sungai Poso dengan melihat frekuensi dan kelimpahan elver sidat berdasarkan tempat dan waktu (misalnya waktu elver sidat mulai

memasuki perairan tawar, jumlah, ukuran).

Penentuan Kelompok Ukuran

Kelompok ukuran ditentukan dengan distribusi frekuensi panjang dan berat dengan cara membuat kelompok ukuran panjang dan berat (frekuensi

observasi). Distribusi frekuensi umumnya berbentuk simetris dan mengikuti

sebaran multinormal atau normal campuran. Untuk mengetahui normal tidaknya distribusi kelompok ukuran panjang dan berat maka set data tersebut dibandingkan dengan frekuensi terhitungnyalteoritis, berdasarkan Sparre (1999), yaitu:

sedangkan : Fc = frekuensi terhitunglteoritis n = jumiah observasi

-

x = rata-rata panjang elver dL = ukuran intervallkelas s = standar deviasi

n = 3.14159

Untuk mengetahui ada tidaknya keselarasan antara distribusi frekuensi observasi dengan distribusi frekuensi terhitung dari setiap periode sampling

(131)

tiap periode sampling untuk menguji rata contoh kelompok ukuran tersebut apakah diperoleh dari populasi yang sama dilakukan Analisis Varian.

Kelimpahan

Pendugaan kelimpahan populasi dilakukan dengan menggunakan Indeks kelirnpahan relatif (jumlah hasil tangkapan per satuan upaya) yang

dinyatakan dengan berat basah (gram) atau dengan jumlah (ekor) per alat tangkap yang digunakan per satu kali operasi. Perbedaan hasil tangkapan

(132)

HASIL PENELITIAN

Kondisi Lingkungan

Pasang surut

Pasang surut merupakan naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu. Pasang surut terjadi karena

interaksi antara gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi bumi dan sistem bulan. Pasang surut

di teluk Tomini secara langsung akan mempengaruhi juga tinggi muka air di muara sur~gai Poso.

Pengamatan tinggi muka air dilakukan bersamaan dengan waktu sampling elver sidat. Hasil pengukuran perubahan tinggi permukaan air di

muara Sungai Poso selama penelitian dicocokkan juga dengan daftar pasang

surut dari teluk Tomini yang disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran tabel 4.

Berdasarkan gambar 5 tersebut, dapat dilihat turun-naiknya permukaan air

laut (pasang surut harian) teluk Tomini saat periode bulan gelap di bulan September dan Oktober 2001 sebagai pola pasang surut semi-diurnal

(ganda) karena dalam satu harinya, ada dua pasang naik (HT1; H'T2) dan

(133)

Perubahan ketinggian air, 17-19 Sep' 01

2 5 0

0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

? X R z % t ? S ? ? ? X ? ~ R z % t ? ? ? ~ ? X

O N ? Z 4 , W O N : - 4 ,

0

18/9/2001

1

19/9/2001 Jam (WITA)

2 5 0 Perubahan ketinggian air, 16-18 Okt' 01

-

-

DP (cm)

6

2 0 0 ... v.P.. ...

-

dn ... o TMA(cm) - -

L

.-

m .m

,,

... ... ...

0

0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

'?R?X????S

, " k c

17/10/2001 18/10/2001 Jam (WITA)

Keteranaan :

DP : Daftar Pasang telukTornini (surnber Lernbaga Hidros TNI-AL) TMA : Tinggi Muka Air muara Sungai Poso (hasil pengukuran sendiri) H T : Pasang Tertinggi

LT : Pasang Terendah

0

: Bulan Gelaplbaru (September = 06.25 WITA, Oktober = 05.54 WITA
(134)

Fisika-kimia perairan muara sungai Poso

Hasil pengamatan parameter fisika-kimia perairan di muara sungai Poso yang meliputi : suhu, pH, DO, Alkalinitas, Kecerahan, Arus dan salinitas disajikan pada Tabel 2, Gambar 6 dan Lampiran Tabel 2.

Tabel 2. Kisaran dan rata-rata nilai parameter fisika-kimia air di masing- masing stasiun

Berdasarkan tabel tersebut nampak bahwa kisaran suhu perairan di muara sungai Poso tidak begitu berbeda antara satu stasiun dengan stasiun yang lain yang berkisar antara 27 - 29 OC, rata-rata suhu untuk stasiun 3 (28.50 OC) lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun-stasiun yang lain (27.63

(135)

Kondisi pH perairan di muara sungai Poso hampir sama antara stasiun yang satu dengan stasiun yang lainnya dengan kisaran antara 6

-

8.

Kandungan DO pada masing-masing stasiun berkisar antara 4.8 - 7.5 mg/l. Nilai rata-rata DO terkecil pada stasiun 3 (6.45 mg/l), sedangkan rata-rata

DO yang terbesar pada stasiun 2 dan 4 masing-masing 7.08 mg/l.

Hasil pengukuran Alkalinitas pada masing-masing stasiun berkisar antara 72

-

96 mg/l CaCO3

.

Nilai rata-rata Alkalinitas terkecil pada stasiun

l(79 mg/l CaC03) dan rata-rata Alkalinitas yang terbesar pada stasiun 3 (86.75 mg/l CaC03.).

Kisaran Kecerahan antara satu stasiun dengan stasiun yang lain berkisar antara 80-139 cm dengan nilai rata-rata kecerahan tertinggi stasiun 2 (133.50 cm) dan rata-rata kecerahan terendah stasiun 3 (86.75 cm). Nilai kecerahan pada stasiun 4 walaupun dilakukan pengukuran tetapi karena

lokasi stasiun 4 dasar sungainya dangkal, alat secchi dish tidak bisa

diturunkan lebih dalam sudah mencapai dasar perairan sehingga nilai kecerahan tidak dilakukan pencatatan. Tetapi diduga nilai kecerahan untuk

stasiun 4 ini tidak jauh berbeda dengan stasiun 1 dan 2.

(136)

1

Nilai suhu

I

18 Sep' 01 19 Sep' 01 17 Wf' 01 18OWO1

Pengamatan

*St.? U S t . 2 -A-St.3 +St.4

Nilai pH

I

18 Sep'01 1 9 s e p ' O l 170k1'01 18 Okt'01

Pengamatan

Nllai DO

... ...

18 Sop' 01 19 Sep.01 17 Okt'01 48 0 1 ' 0 1

Pengamatan

1-3-st.? U S t . 2 t S t . 3 +St.4

Gambar 6. Grafik nilai parameter fisika-kimia berdasarkan waktu

(137)

Lanjutan Gambar 6

Nilai Alkalinitas

I

...

18Sep'Ol 19Sep'Ol 17Okt'ol 18 okt'ol

Pengamatan

*St.l 4 S t . 2 t S t . 3 J t S t . 4

1

Nilai kecerahan

I

C

go .--... ... i

a L

70

18 Sep'Ol 19 Sep'01 17 Okt'01 I 8 Ok1 01

Pengamatan

Nilai kece~atan arus

....

18 Sep'01 19Sep'Ol 17 Okt' 01 I 8 0 1 ' 0 1

Pengamatan

(138)

Pada grafik tersebut tampak fluktuasi parameter fisika-kimia air pada masing-masing stasiun. Dari ketujuh parameter fisika-kimia yang diamati, tiga buah stasiun (stasiun 1, 2 dan 4) mempunyai fluktuasi yang tidak begitu

bervariasi atau hampir sama. Hanya pada stasiun 3 yang memperlihatkan pola fluktuasi yang berbeda. Hal ini wajar karena stasiun 3 memang agak terpisah dari stasiun-stasiun yang lain, stasiun 3 terletak di sungai

Kayamanya anak sungai dari sungai Poso.

Analisis Kornponen Utama Fisika-Kirnia Air

Analisis komponen utama karakteristik fisika-kimia perairan selama penelitian ditampilkan pada Gambar 7 dan Lampiran tabel 3a, b, c, dan d.

Hasil analisis komponen utama memperlihatkan bahwa sebagian besar informasi terpusat pada dua sumbu/komponen utama, masing-masing menjelaskan 76,9 % dan 20,9 % dari ragam total. Pada sumbu 1 terlihat

bshwa baik stasiun 4 yang berada di kanan dari badan sungai dan stasiun 2

serta 1 pada muara Sungai Poso dicirikan oleh kecepatan arus yang tinggi, sedang pada sumbu 1 terlihat untuk stasiun 3 berada di sungai Kayamanya (anak sungai Poso) agak terpisah dari stasiun yang lainnya dicirikan oleh

suhu yang tinggi. Sementara pada sumbu 2 terlihat bahwa stasiun 2 dan 1

(139)

Gambar 7. Grafik analisis komponen utama karakeristik Fisika-kimia perairan di muara sungai Poso pada sumbu 1 dan 2 ( F l x F2)

-.

A. Korelasi antar parameter Fisika-kimia

B. Sebaran stasiun berdasarkan parameter Fisika-kimia

Alk

Sh

(140)

Struktur Ukuran dan Distribusi Ikan

Selarna penelitian didapatkan total hasil tangkapan elver sidat sebanyak 3089 ekor. Rata-rata ukuran panjang elver sidat ditangk~p ketika memasuki muara Sungai Poso, berturut-turut adalah 5.02 k 0.17 cm, n =

699 untuk periode sampling I; 5.00 t 0.19 cm, n = 1069 pada periode

sampling 11; 5.20 ir 0.20 cm, n = 1061 pada periode sampling 111 dan 5.18 2

0.19 crn, n = 260 pada periode sampling I V (Lampiran Tabel 6).

Berdasarkan lokasi/stasiun, hasil tangkapan elver sidat berturut-turut adalah di stasiun I1 sebanyak 2077 ekor (67.24 %) adalah yang tertinggi; kemudian di stasiun

I

sebanyak 404 ekor (13.08 %); di stasiun I V sebanyak

388 ekor (12.56 %); dan paling sedikit di stasiun III sebanyak 220 ekor (7.12 %). Sebaran frekuensi panjang elver sidat pada tiap periode sampling disajikan pada Lampiran Tabel 7a dan 7b dan sebaran frekuensi panjang teoritisnya pada Larnpiran Tabel 7c. Sedangkan grafik sebaran frekuensi

panjang berdasarkan periode pengambilan sampel elver sidat diperlihatkan pada Garnbar 8 dan untuk grafik sebaran frekuensi berat elver pada Gambar

(141)

Sampling I (tanggal 17. 18 Sep' 01), n = 699

Sampling 11 (tanggal 19 Sep' OI), n = 1069

I

25 Sampling I11 (tanggal 16, 1 Okt' Ol), n = 1061

I

Sampling IV (tanggal 17, 18 Okt'ol), n = 260

25 I I

(142)

Gambar 8 tersebut rnemperlihatkan adanya 3 pola modus kelompok ukuran elver sidat rnemasuki muara sungai Poso pada periode sampling yang dilaksanakan selama penelitian. Kelompok ukuran panjang yang dominan pada periode sampling I dan I1 (bulan September) sama, yaitu pada

kelompok ukuran 5.0 crn. Sernentara untuk kelompok ukuran panjang yang dorninan periode sampling 111 dan I V (bulan Oktober), yaitu berturut-turut (5.2 cm dan 5.1 cm). Tetapi kalau dilihat pada distribusi normal (frekuensi

teoritis) maka kelompok ukuran panjang yang dominan hanya ada 2, yaitu pada periode sampling I dan I1 = 5.0 cm dan periode sampling I11 dan I V = 5.2 cm. Jadi kelompok ukuran panjang yang dominan elver sidat antara

bulan September dengan Oktober adalah 5.0 cm dan 5.2 crn, yang disajikan

~ a d a Gambar 9.

Distribusi Kelompok ukuran panjang elver sidat, bulan Sep' dan Okt 2001

Panjang (cm)

O b s e r v a s i Sep O O b s e r v a s i Okt

-Teoritis Sep Teoritis Okt

(143)

Rata-rata ukuran berat elver sidat yang memasuki rnuara Sungai Poso pada periode sampling I dan I1 berturut-turut 0.19

+

0.03 gram; 0.20 it 0.03

gram. Periode I11 dan IV rata-rata ukuran berat elver pada 0.23 +_ 0.03

gram. Distribusi frekuensi berat (Garnbar 10) mernperlihat 2 pola modus, yaitu periode sampling I sama dengan periode sampling I1 yaitu kelompok ukuran berat yang dominan 0.20 - 0.21 gram sedangkan periode sampling

I11 dan IV kelompok ukuran berat yang dorninan 0.24 - 0.25 gram.

Untuk memperoleh keselarasan antara distribusi frekuensi ukuran panjang elver sidat observasi dengan teoritisnya pada periode sampling I

sampai IV digunakan uji Chi-Kuadrat. Hasil pengujian rnenunjukkan tidak ada berbedaan yang nyata seluruh periode sampling (Lampiran Tabel 7d).

Atau dapat dikatakan, contoh yang diamati untuk elver sidat sudah sesuai dengan distribusi normal dari populasi elver sidat. Sparre (1992) mengtlngkapkan, urnumnya pada pengarnatan serangkaian data frekuensi

panjang dari suatu populasi dalam biologi perikanan hampir ter.sebar secara

normal.

Struktur ukuran panjang elver antar periode sampling (I; 11; 111; dan

IV) tidak berbeda nyata (p= 0.23). Sehingga dapat dikatakan, elver sidat

(144)

-

Sampling I (tanggal 17, 18 Sep' 011, n = 699 40

.ji 30 C

20

I0

?!

LL 0

Berat (gram)

Sampling ll (tanggal 19 Sep' 011, n = 1069

-

40

s

-

, 30

U)

20

3

x 10

E!

LL 0

Berat (gram)

Sampling Ill (tanggal 16, 1 Okt' OI), n = 1061

30

E

'Z 20

r

m

,.

l o

P

" - 0

..'

,*

\.

4 \ 2 ?? $

*+

22 9, '1 I*

we wO. $' 2. QF 2.?K $0. wO.

o? o? o?v 2 2 $7 ,."'

a? Berat (gram)

Sampling IV (tanggal 17, 18 Okv 01). n = 260

-

30

5

'ji 20

c

0

3 10 1

e

Y 0

\' ,* k" fi k*

oP' ,zP' ,bP ,.p'

? 0. 0. 0.

Berat (gram)

(145)

Kelimpahan

Kelimpahan elver sidat berdasarkan perubahan ketinggian air dan waktu

Kelimpahan relatif tiap stasiun. Kelimpahan elver sidat dihitung berdasarkan hasil tangkapan per periode pengambilan contoh yang dinyatakan dalam jumlah (ekor) per tarikan alat atau kelimpahan relatif (Catch per Unit EffortICPUE). Perbedaan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) atau kelimpahan relatif pada setiap periode penangkapan

berdasarkan perubahan ketinggian air. Dapat dilihat kelimpahan relati: pada setiap stasiun akibat perubahan ketinggian air di muara sungai Poso disajikan pada Gambar 11; Lampiran Tabel 9, karena pengaruh saat pasang naik

(HT1) dari laut Tomini pada setiap periode bulan gelap.

Kelimpahan relatif berdasarkan waktu. Kelimpahan relatif elver sidat secara keseluruhan seiarna penelitian untuk bulan September dan

Oktober disajikan pada Gambar 12;Lampiran Tabel 5. Dilihat dari periode bulan tersebut, kelimpahan elver untuk bulan September puncak kelimpahan elver memasuki muara Sungai Poso sekitar pukul 02.00 WITA tetapi untuk

(146)

Kelimpahan Elver, 17-18 Sep' 2001, n = 699

A 250 250

& 200

-

200

C A

150

-

150

5

E

-

a

7 100 100 a I

I-

50 50

0 0

22.00 23.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

I ~ S ~ P ' O I I P S ~ P ' O I Pukul (WITA)

t St. I -X- st. II t~ St. Ill

-+

St.lV 4 TMA(cm)

I

Kelimpahan Elver, 19 Sep' 2001, n = 1069

-

600 250

&

u 500

0 200

-

s 400 A

m

-

150

5

E 300

-

3

7 100 a I

ZOO I-

100 50

0 0

22.00 23.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

1 8 Sep'oI 19 sep' O I Pukul P I T A )

+St. I -x - St. II t St. Ill

--o-- St.lV +- TMA (cm)

Gambarll. Grafik hasi! tangkapan elver berdasarkan perubahan ketinggian muka air di muara Sungai Poso

a. Periode sampling I

b. Periode sampling

I1

c. Periode sampling 111

(147)

Lanjutan Gambar 11

Kelimpahan Elver, 16-17 Okt' 2001, n = 1061

-

300 - 250

z

r 250

0

-

c 200

1 6 o k t 0 1 I I O ~ I 0 1 Pukul (WITA)

- x - s t II t St Ill

--0-- TMA (cm)

I

I

Kelimpahan Elve?,17-18 Okt'2001, n = 260

1 6 o k 1 ' 0 1 I ~ O ~ I ' O I Pukul (WITA)

t S t . 1 -x- St. II t St. Ill

(148)

Kelimpahan elver sidat, bulan Sap' dan Okt' . 2001

-* o 600

-

C

rn 500

300 200 100

0 -

22.00 23.00 00.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00

PukuI (WITA)

Keteranaan :

A = Hasil tangkapan elver bulan Sep' 01 (Periode sampling I dan 11)

B = Hasil tangkapan elver bulan Okt' 01 (Periode sampling 111 dan IV)

Garnbar 12. Hasil tangkapan elver pada bulan Sep'dan Okt' 2001

Ukuran elver sidat memasuki sungai berdasarkan perubahan waktu (subperiode sampling)

Ukuran elver sidat yang rnernasuki rnuara sungai Poso berdasarkan perubahan waktu untuk periode sampling, dilihat hanya pada stasiun 1 dan

2, karena kedua stasiun tersebut rnerupakan ternpatllokasi yang pertama- tarna dijangkau elver sidat dalarn rnelakukan migrasinya Garnbar 13; Larnpiran Tabel 10.

Secara berturut-turut kisaran panjang; jumlah kelompok ukuran; dan rata-rata ukuran panjang untuk akhir subperiode setiap periode sampling adalah periode I (4.7-5.4 cm; hanya 8 dari 12 jumlah kelompok ukuran; 5.1 cm/23.33%), periode I1 (4.9-5.1 cm; hanya 3 dari 12 jurnlah kelornpok ukuran; 5.1 crn/47.26%), periode I11 (5.0-5.5 crn hanya 8 dari 11 jurnlah

(149)

Periode Sam~linq I Periode Sam~linq 11

Keteranaan :

Periode Sampling I Periode Sampling I 1

Tanggal : 17/9/01 = 1 (23.00 WITA) Tanggal : 19/9/01 = 1 (00.00 WITA) 18/9/01 = 2 (00.00 WITA) 2 (01.00 WITA) 3 (01.00 WITA) 3 (02.00 WITA) 4 (02.00 WRA) 4 (03.00 WITA) 5 (03.00 WITA) 5 (04.00 WITA) 6 (04.00 WITA) 6 (05.00 WITA)

(150)

Lanjutan Gambar 13

Periode Sam~linq 111 Periode Sam~linq I V

.-

2

E

x

E 1

tA

0

5

'

- $ : % 9 ; $ 3 ; z f

Panjang (cm)

Panjang (cm) Keteranaan :

Periode Sampling :I:

Tanggal : 16/10/01 = 1 (22.00 WITA)

2 (23.00 WITA)

17/10/01 = 3 (00.00 WITA)

4 (01.00 WITA)

5 (02.00 W r m )

6 (03.00 WITA)

7 (04.00 WITA)

8 (05.00 W r m )

Periode Sampling I V

Tanggal : 17/10/01 = 1 (23.00 WITA)

18/1olo1= 2 (00.00 wrr~j 3 (01.00 WITA)

4 (02.00 WITA)

5 (03.00 WITA)

(151)

PEMBAHASAN

Berdasarkan daftar pasang surut harian, teluk Tomini dikategorikan merniliki pola pasang surut semi-diurnal (ganda) karena dalam satu harinya,

ada dua pasang naik (HT1; HT2) dan dua pasang turun (LT1; LT2). Pasang surut di Teluk Tomini secara langsung akan mempengaruhi tinggi rnuka air di muara Sungai Poso. Masuknya elver sidat di muara Sungai Poso sangat

berkaitan erat dengan perubahan tinggi muka air (pasang surut). Elver sidat mulai mernasuki sungai bersarnaan dengan naiknya pasang dan terus

bertambah banyak dan mulai menurun sebelurn pasancj tertinggi. Dikaitkan dengan tingkah laku elver sidat mernasuki muara Sungai Poso, dimana elver

hanya memasuki muara sungai setiap periode bulan gelaplbaru antara 2 - 3

malarn pada saat pasang naik yang pertama (HT1).

Menurut Tabeta dan Ozawa (1979) pada saat pasang tinggi pada malam hari maka elver berada pada seluruh permukaan sedangkan pada saat

pasang rendah sedikit. Selain itu fase bulan erat kaitannya dengan intensitas

cahaya. Pada periode bulan gelap intensitas cahaya sangat rendah dan elver sidat rnuncul di permukaan sehingga kelirnpahan relatif lebih tinggi.

Tingginya kelimpahan elver sidat paia periode bulan gelap juga merupakan salah satu indikasi elver sidat untuk menghindari predator.

(152)

seluruh stasiun masih tergolong baik bagi kehidupan elver sidat. Sebagai perbandingan, menurut Liviawaty dan Afrianto (1998), elver sidat mampu

beradapatasi terhadap kisaran suhu air yang cukup besar yaitu antara 13 - 31 OC dan dengan suhu yang optimal antara 25 - 28 OC, tergantung pada

spesies. Pada kisaran pH 4 - 11 elver sidat rnampu hidup tetapi yang terbaik pada kisaran 6,6 - 8,5 dan pH di atas 9,5 dapat menurunkan nafsu makan

elver sidat. Khususnya untuk elver yang dipelihara di kolam, kandungan oksigen terlarut cukup tinggi, yaitu 3 - 15 pprn, paling tidak kandungan

oksigen terlarut di perairan tidak kurang dari 5 ppm. Menurut (Boyd, 1988) nilai alkalinitas di perairan yang baik berkisar 30 - 500 mg/l CaC03.

Nilai salinitas sernua stasiun yang berada di daerah muara sungai yang masih dipengaruhi pasang surut laut semua tjernilai 0 (nol). Hal ini disebabkan altitude dari stasiun-stasiun terletak pada 4 - 5 rn dari

permukaan laut (dpl) dan ti~gginya debit air dari Sungai Poso yaitu pada bagian hulunya terdapat Danau Poso debit rata-rata 316 m3/detik dan banjir 10 tahunan sebesar 980 rn3/detik.

Stssiun $ terletak paling hulu dan stasiun 2 seita 1 di muara. Ketiga

(153)

Menurut (Lecomte-Finiger dalam Affandi, 1995), pada kondisi arus yang kuat

(2 m/ detik) elver berenang bergerombol membentuk 'cardorc" dengan ketebalan 20

-

30 cm, bahkan dapat mencapai panjang 200 - 300 meter, tendensi tersebut hilang pada saat arusnya lemah.

Suhu yang lebih tinggi dibandingkan stasiun-stasiun yang lain

merupakan ciri kondisi lingkungan pada stasiun 3. Lokasi stasiun 3 memang agak terpisah dari stasiun yang lain, letaknya tidak di sungai Poso/utama tetapi di sungai Kayamanya yang sempit (k 15 m) dan memiliki debit yang air

kecil. Sungai Kayamanya ini melewati daerah pemukiman penduduk yang

tepi sungainya sudah diturap dengan tembok sehingga tidak ada lagi tumbuhan semak dan batuan besar di pinggir sungai yang merupakan tempat berlindung dan mencari makan elver sidat. Kondisi-kondisi tersebut yang diperkirakan menjadi penyebab tidak dipilihnya sungai Kayamanya sebagai daerah pembesaran.

Struktur populasi atau ukuran populasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah migrasi elver yang memasuki muara sungai Poso terdiri dari sa:u kelompok atau tidak. Dilihat dari hasil tangkapan elver sidat tiap

periode sampling maka rata-rata ukuran panjang elver sidat ditangkap tersebut hampir sama 5.00 - 5.20 cm (Lampiran Tabel 6).

(154)

yaitu berturut-turut 5.02

+

0.17 cm dan 5.00 k 0.19 cm. Antara periode sampling I dan I1 selang waktunya tidak jauh berbeda, yaitu masih sama-

sama pada periode bulan gelap di bulan September. Hal yang sama untuk hasil tangkapan elver sidat antara periode sampling I11 dengan IV tidak jauh berbeda ukuran rata-rata panjangnya karena periode ini merupakan periode bulan gelap berikutnya (bulan Oktober), yaitu berturut-turut rata-rata

panjang elver untuk periode sampling I11 dan IV adalah 5.20 k 0.20 cm dan

5.18

+

0.19 cm.

Berdasarkan distribusi frekuensi panjang observasi elver sidat pada

Gambar 8 terlihat adanya 3 pola modus elver sidat berdasarkan periode sampling. Kelompok ukuran yang dominan pada periode sampling I dan I1

(bulan September) sama, yaitu pada kelompok ukuran 5.0 cm. Sementara

untuk kelompok ukuran yang dominan periode sampling 111 dan I V (bulan Oktober) berbeda, yaitu bertutur-turut (5.2 cm dan 5.1 cm). Sedangkan

kalau dilihat distribusi frekuensi panjang teoritislterhitung dari elver sidat maka hanya ada dua ukuran panjang yang dominan, yaitu berturut-turut

periode sampling I dan I1 (5.0 cm); periode sampling I11 dan IV (5.2 cm).

Distribusi frekuensi berat pada Gambar 10 memperlihat 2 pola modus, yaitu periode sampling I sama dengan periode sampling I1 yaitu kelompok Ukuran berat yang dominan (0.20

-

0.21 gram) sedangkan periode sampling III dan
(155)

Secara keseluruhan tampak batiwa populasi elver sidat yang melakukan migrasi memasuki muara sungai Poso diperoleh kisaran ukuran

panjang elver yang tidak besar yaitu dari 4.2 - 5.6 crn. Kisaran ukuran tersebut yang dominan untuk periode bulan September adalah ukuran panjang 5.0 cm dan periode bulan Oktober adalah ukuran panjang 5.2 cm.

Elver sidat melakukan migrasi memasuki sungai Poso setiap siklus akhir bulan dan awal bulan (bulan gelaplbulan baru) dan tempat dilakukannya sampling hanya merupakan satu tempat (kondisi muara) Sungai Poso dan sampling elver I sampai I V dilaksanakan dengan memperhatikan pola migrasi elver

sidat mernasuki muara Sungai Poso.

Hasil uji-F terhadap distribusi frekuensi ukuran panjang elver antar periode sampling (I; 11; 111: dan IV), menunjukkan tidak berbeda nyata. Dengan demikian secara statistik dapat dikatakan elver sidat yang melakukan

migrasi memasuki muara sungai Poso selarna penelitian (bulan September sampai Oktober 2001) adalah sebagai satu kelompok ukuran (kohort).

Namum untuk mengatakan apakah satu kelompok ukuran itu juga

dipijahkanlditetaskan pada waktu yang sama dapat dilakukan dengan pengamatan pada penambahan pertumbuhan harian dari mikrostruktur otolith elver, seperti yang dilakukan oleh Kawakami, dkk., 1998. Dari hasil

(156)

Agustus 1993 sarnpai Januari 1994, sedangkan rata-rata umur elver berbeda

tiap bulannya dari saat ditetaskan, untuk Agustus = 184 hari; September 166 hari; Oktober 169 hari; dan Nopember =I68 hari dari saat ditetaskan.

Menurut informasi masyarakat setempat (Poso), elver sidat memasuki

Sungai Poso harnpir sepanjang tahun setiap periode bulan gelap yang berbeda hanya jumlahnya/berfluktuatif. Migrasi elver sidat memasuki suatu kawasanlsungai berkaitan erat dengan kondisi lingkungan. Munurut Muchsin

(2001), elver sidat yang memasuki muara Sungai Poso setiap periode bulannya dengan kenampakkanlciri yang hampir sama yaitu berukuran panjang sekitar 5.20 cm dengan bentuk morfologi luar (stadia pigmentasi) pada elver yang masih transparan. Dengan demikian diduga elver sidat yang memasuki muara Sungai Poso untuk setiap periode bulannya merupakan

kelompok baru atau hasil penetasan pemijahan yang berbeda dari bulan sebelumnya.

Menurut ~atsui' (1970), elver sidat yang memasuki sungai-sungai di lepang umumnya pada ukuran panjang 52.0 -

Gambar

Grafik nilai parameter fisika-kimia  berdasarkan waktu pengamatan  29  Grafik analisis komponen utama karakteristik fisika-kimia  perairan
Gambar 2.  Siklus Hidup Ikan Sidat dari Leptocephale hingga dewasa
Gambar 3.  Penyebaran ikan sidat di Indonesia
Gambar  4  .  Lokasi stasiun penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika active router dari masing – masing VLAN sudah dapat kembali bekerja secara normal, kondisi ( state ) dari active router tersebut akan berubah menjadi dari Init menjadi

Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing degan metode eksperimen memberikan pengaruh lebih baik

(2) apakah media pembelajaran GeoGebra berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dalam materi fungsi kuadrat? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe maligna, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retro aurikuler (belakang telinga),

Dari hasil estimasi berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa X-effisiensi yang menunjukkan efisiensi internal perusahaan dalam industri berpengaruh positif yang signifikan (a =

Simpulan penelitian ini berdasarkan analisis tersebut adalah: (1) ada perbedaan tingkat kemampuan menulis naskah drama yang signifikan antara pembelajaran siswa

Baraas (1993) mengemukakan bahwa kadar trigliserida dan kolesterol total dalam darah akan cenderung makin tinggi akibat diet yang tidak terkendali dan aktivitas

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar Vineland Social Maturity Scale (VSMS). Kesimpulannya adalah 1) Sebagian besar anak (48,7%) mempunyai