• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF MENGENAI PEMAKNAAN REMAJA PEREMPUAN TENTANG TINDAKAN PELECEHAN SEKSUAL DI KABUPATEN KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF MENGENAI PEMAKNAAN REMAJA PEREMPUAN TENTANG TINDAKAN PELECEHAN SEKSUAL DI KABUPATEN KLATEN"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF MENGENAI

PEMAKNAAN REMAJA PEREMPUAN TENTANG

TINDAKAN PELECEHAN SEKSUAL DI KABUPATEN

KLATEN

Di Susun Oleh : NURUDIN NIM D0304059

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PERSETUJUAN

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dosen Pembimbing

(3)

PENGESAHAN

Skripsi Ini Diterima dan Disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji

1. Drs. Bambang Wiratsasongko, M.Si

NIP. 19510727 198203 1 002 (_____________________) Ketua

2. Dra. Rahesli Humsona, M.Si

NIP.19641129 199203 2 002 (_____________________) Sekretaris

3. Drs. Argyo Demartoto, M.Si

NIP. 19650825 199203 1 003 (_____________________) Penguji

Disahkan Oleh:

Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

(4)

MOTTO

Sebaik-Baik Doa Yang Harus Engkau Panjatkan Kepada Allah, Adalah Apa-Apa Yang Allah Perintahkan Kepadamu” (Ibnu Athaillah)

“Orang Yang Mengatakan Tidak Punya Waktu Adalah Orang Yang Pemalas” (Lichterberg)

Pengetahuan Tidaklah Cukup; Kita Harus Mengamalkannya. Niat Tidaklah Cukup; Kita Harus Melakukannya.

(Johann Wolfgang Von Goethe)

(5)

PERSEMBAHAN

Karya Sederhana Ini Aku Persembahkan Teruntuk Yang Tercinta

Ayah, Ibu, Kakak Serta Adikku Nazwa Khaira Arrumi

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kenikmatan dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi

Deskritif Kualitatif Mengenai Tindakan Pelecehan Seksual Terhadap Remaja Perempuan Di Kabupaten Klaten”.

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini dapat selesai dengan baik tidak

lain dikarenakan bantuan dan dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak. Sehingga tidak berlebihan apabila penulis dalam lembaran ini menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-sebesarnya. Teruntuk Ayah dan Ibu atas

segenap doa serta dukungan yang tiada henti sebagai bentuk kasih sayang, keikhlasan dan kemurahan hati yang tidak mungkin dapat terbalas. Teruntuk

keluargaku tersayang yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk tetap melangkah.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Drs. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

3. Drs. Argyo Demartoto, M.Si selaku pembimbing dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Jefta Leibo, SU selaku pembimbing akademis yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melaksanakan kuliah.

5. Semua informan di Kabupaten Klaten yang dengan tulus telah

membantu dan memberikan informasi kepada penulis.

6. Kawan-kawan Kost Radhityo, kawan-kawan Sosiologi FISIP UNS

khususnya angkatan Tahun 2004 dan kawan-kawan Alumni SMU Muhammadiyah 1 Klaten Tahun 2003.

7. Segala pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang

telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca Penulis berharap skripsi ini dapat berguna untuk

pembelajaran yang lebih baik. Terima kasih. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Surakarta, Juli 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR MATRIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Landasan Teori... 12

2. Konsep-Konsep Yang Digunakan... 15

a. Pengertian Pelecehan Seksual ... 15

(9)

c. Pengertian Perempuan... 25

F. Definisi Konseptual... 26

G. Metode Penelitian... 27

1. Lokasi Penelitian... 27

2. Jenis Penelitian... 28

3. Sumber Data... 28

4. Tehnik Pengumpulan Data... 29

5. Tehnik Pengambilan Sampel... 31

6. Tehnik Analisis Data... 32

7. Validitas Data... 34

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 35

1. Letak Dan Data Geografi ... 35

2. Keadaan Alam... 37

3. Luas Wilayah ... 37

a. Kecamatan Klaten Utara ... 38

b. Kecamatan Klaten Tengah ... 38

c. Kecamatan Trucuk ... 39

d. Kecamatan Pedan ... 40

e. Kecamatan Ceper ... 40

4. Keadaan Penduduk... 41

a. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk ... 41

(10)

c. Dinamika Penduduk ... 43

5. Sarana Umum... 44

a. Sarana Pendidikan... 44

b. Sarana Ibadah ... 46

c. Sarana Kesehatan ... 46

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Karakteristik Informan Secara Umum ... 49

2. Profil Informan Secara Khusus ... 52

3. Pemaknaan Remaja Perempuan ... 55

4. Bentuk Pelecehan Seksual Yang Di Alami Atau Diketahui ... 64

5. Faktor-faktor Penyebab Pelecehan Seksual Yang Terjadi ... 67

a. Faktor Internal... 67

1. Faktor Psikologi Remaja ... 67

2. Pemaknaan Mengenai Pacaran... 69

3. Tingkat Religiusitas, Pendidikan Dan Kesejahteraan ... 74

b. Faktor Eksternal ... 99

1. Berita Kekerasan Dan Tindak Kriminal Di Media Massa ... 75

2. Budaya Patriarkhi... 77

(11)

6. Tindakan Atau Reaksi Setelah Adanya Pelecehan Seksual ... 85

7. Dampak Pelecehan Seksual... 89

B. Pembahasan... 100

1. Pemaknaan Remaja Perempuan Terhadap Tindakan Pelecehan Seksual ... 100

2. Bentuk-Bentuk Pelecehan Seksual... 102

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelecehan Seksual... 105

4. Reaksi Terhadap Tindakan Pelecehan Seksual ... 116

5. Dampak Pelecehan Seksual... 119

6. Upaya-Upaya Merespon Terjadinya Tindakan Pelecehan Seksual Terhadap Remaja Perempuan Di Kabupaten Klaten ... 120

a. Pemerintah Dan Aparat Penegak Hukum ... 120

b. Masyarakat ... 125

1. Upaya Masyarakat... 126

2. Kesadaran Yang Dibutuhkan Masyarakat... 128

a. Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Para Remaja ... 128

b. Pentingnya Pendidikan Budi Pekerti Dan Agama ... 130

c. Perlunya Membangun Keperdulian Masyarakat... 131

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 133

B. Implikasi ... 136

1. Implikasi Teoritis ... 136

(12)

3. Implikasi Empiris ... 142 C. Saran ... 144

(13)

DAFTAR BAGAN

Halaman

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Kasus Kekerasan Yang Menimpa Perempuan Dan Anak ... 9

Tabel 2.1 Luas Wilayah Penelitian ... 38

Tabel 2.2 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan... 42

Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 43

Tabel 2.4 Dinamika Penduduk Datang Dan Pergi Serta Angka Kelahiran dan kematian ... 44

Tabel 2.5 Jumlah Sarana Gedung Sekolah Menurut Kecamatan... 45

Tabel 2.6 Jumlah Sarana Ibadah Menurut Kecamatan... 46

Tabel 2.7 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan... 47

Tabel 3.1 Komposisi Informan Menurut Wilayah ... 50

Tabel 3.2 Komposisi Informan Menurut Umur ... 51

(15)

DAFTAR MATRIK

Halaman

Matrik 1. Profil Informan Remaja Perempuan... 54

Matrik 2. Pemaknaan Remaja Perempuan Mengenai Pelecehan Seksual... 62

Matrik 3. Bentuk-bentuk tindakan pelecehan seksual yang pernah Dialami atau di ketahui ... 66

Matrik 4. Faktor-Faktor Penyebab Pelecehan Seksual ... 82

Matrik 5. Tindakan Atau Reaksi Setelah Adanya Pelecehan Seksual ... 88

Matrik 6. Dampak Tindakan Pelecehan Seksual... 91

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Jurnal Internasional

(17)

BAB l

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, karena manusia diberi kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara psikis maupun fisik. Manusia dikatakan sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan.

Manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Pada hakikatnya bimbingan tersebut diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan sebagai potensi bawaannya, karena itu bimbingan yang tidak sejalan dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia. Perkembangan yang negatif itu akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah laku yang menyimpang. Bentuk tingkah laku yang menyimpang ini terlihat dalam kaitannya dengan kegagalan manusia untuk memenuhi kebutuhan baik yang bersifat fisik maupun psikis.

Berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi dewasa ini, berpengaruh terhadap perubahan sosial pada semua aspek. Perubahan dipermudah dengan adanya kontak dengan lain-lain kebudayaan yang akhirnya akan terjadi difusi (percampuran budaya). Di Indonesia perubahan sudah mulai terjadi setidak-tidaknya pada kelompok tertentu dalam masyarakat misalnya saja pada kelompok remaja. Perubahan itu kiranya dapat dikaitkan dengan perubahan sosial, ekonomi, pendidikan, kurangnya kontrol sosial di daerah perkotaan, bertambahnya kebebasan,

bertambahnya mobilitas muda-mudi, meningkatnya usia perkawinan, serta rangsangan-rangsangan seks melalui berbagai sarana hiburan dan media massa. Perubahan-perubahan sosial tersebut mempengaruhi pola kehidupan manusia terutama bagi para generasi muda (remaja). Misalnya cara pandang, cara berpikir, cara bergaul, bahkan pada perilaku seks mereka.

Masa remaja adalah transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam gambaran umum merupakan suatu periode yang dimulai dengan perkembangan masa pubertas dan menyelesaikan pendidikan untuk tingkat menengah. Perubahan biologis yang membawanya pada usia belasan (teenagers) seringkali mempengaruhi perilaku masa remaja. Masa remaja adalah masa yang membedakan antar jenjang anak-anak di satu sisi dan jenjang orang dewasa di sisi lain.

(18)

sah oleh masyarakat, tidak akan timbul permasalahan. Namun apabila tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kebutuhan seks dipenuhi tidak berdasarkan secara kesukarelaan (misal ada unsur pemaksaan dan atau kekerasaan) akan berdampak pada permasalahan/keresahan masyarakat. Tindakan-tindakan seksualitas tersebut dimulai dari tingkat yang paling ringan sampai pada terberat, seperti pemerkosaan, semuanya ini merupakan pelecehan seksual. Dikaitkan dengan struktur budaya masyarakat yang didominasi oleh patriarkhi, tindakan pelecehan seksual berhubungan dengan pandangan di masyarakat bahwa perempuan adalah obyek seksualitas, bahkan sebagai obyek kekuasaan laki -laki.

Walaupun sulit mengidentifikasi jenis-jenis perilaku yang secara tegas dapat diartikan “pelecehan seksual”, maka adalah mungkin menggambarkan jenis-jenis perilaku yang dapat dilihat sebagai pelecehan bagi sebagian perempuan. Jenis-jenis perilaku tersebut termasuk gerakan fisik misalnya rabaan, cubitan, tindakan intimidasi atau yang memalukan (kerlingan, siulan, tindakan tidak senonoh), rayuan seks badani dan serangan seks. Tingkah laku yang berupa ucapan seperti pernyataan-pernyataan yang dirasakan sebagai penghinaan, lelucon yang bersifat menghina, bahasa yang bersifat mengancam dan cabul, rayuan seks verbal, hal-hal yang menyinggung perasaan yang bersifat merendahkan (Husband, 1992:538).

Untuk memahami konsep pelecehan seksual (sexual harassment), terlebih dahulu harus diperhatikan tentang “apa dan siapa yang dilecehkan” secara seksual. Beauvais membaginya dalam 4 kelompok yakni: bus, pabrik, supermarket, bioskop, kantor, hotel, trotoar, kampus, sekolah baik siang maupun malam. Meskipun pada umumnya para korban pelecehan seksual adalah kaum perempuan, namun hal ini tidak berarti bahwa kaum pria kebal (tidak pernah mengalami) terhadap pelecehan seksual. Pelecehan seksual di tempat kerja

seringkali disertai dengan janji imbalan pekerjaan atau kenaikan jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara terang-terangan ataupun tidak. Apabila janji atau ajakan tersebut tidak diterima, akan berakibat pada korban yaitu kehilangan pekerjaan, tidak dipromosikan, atau dimutasi.

(19)

seksual terhadap wanita di tempat kerja dan masyarakat, antara lain, adalah sebagai berikut:

1. Lemahnya kontrol masyarakat terhadap pelecehan seksual di masyarakat maupun

tempat kerja sehingga memungkinkan laki-laki melakukannya dengan perasaan

aman-aman saja.

2. Ketidakberdayaan perempuan dalam menghadapi laki-laki karena wanita secara

sosial diposisikan sebagai makhluk yang lemah serta tidak dimilikinya daya

kontrol yang kuat untuk dapat melindungi diri dari gangguan laki-laki.

3. Perlindungan terhadap wanita dari kemungkinan mengalami pelecehan dan

kekerasan masih rendah dan belum mendapat perhatian khusus.

4. Hukum di Indonesia kurang memberikan jaminan keselamatan perempuan di

tempat kerja maupun di masyarakat dari kemungkinan mengalami pelecehan

seksual. Kelima, informasi mengenai hak-hak hukum dan fasilitas hukum yang

tersedia belum diketahui luas di kalangan perempuan.

(Muhadjir, 1994:4).

Selain itu, dalam praktek tidak tertutup kemungkinan munculnya peluang tindakan pelecehan seksual sebagai akibat atau rangkaian dari kondisi atau situasi sebagai berikut:

1. Se b a g ia n m a sya ra ka t, b a ik la ki-la ki m a up un p e re m p ua n,

b e rp e nd a p a t b a hw a uc a p a n, g e ra ka n, a ta u tind a ka n ya ng

b e rko no ta si se ksua l b uka n m e rup a ka n tind a ka n te rc e la , m e la inka n

m e rup a ka n ha l ya ng lum ra h se b a g a i c a ra untuk m e ning ka tka n

ke a kra b a n d i a nta r se sa m a ind ivid u.

2. Ta ta ria s p a ra p e re m p ua n ya ng b e rke sa n se nsua l d a n sa m a se ka li

(20)

m e nja d i b e ra ni untuk m e la kuka n tind a ka n p e le c e ha n se ksua l

Pelecehan seksual yang dialami hampir sebagaian besar remaja putri

menunjukkan bahwa remaja yang dalam proses menuju pendewasaan diri atau sedang mencari identitas diri dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan pada kenyataan

adanya diskriminasi seks, bukan hanya dalam soal pekerjaan tetapi juga hampir di seluruh aspek kehidupan, termasuk adanya pelecehan seksual ini. Persoalan pelecehan seksual masih dianggap oleh sebagaian besar masyarakat atau bahkan dalam tradisi-tradisi yang berwujud norma atau aturan sebagai hal yang sepele dan hanya merupakan persoalan individu yang bisa diselesaikan sendiri oleh individu tersebut. Padahal pelecehan seksual bisa menyebabkan terganggunya perkembangan kepribadian seseorang apabila remaja baik secara fisik maupun psikis.

Ketidakseriusan memahami dan memperkenalkan pelecehan seksual pada remaja terlihat dalam temuan data lapangan bahwa para remaja mendapatkan informasi dan pemahaman pelecehan seksual dari lingkungan terdekat yang

sebenarnya lebih paham dan perhatian pada pelecehan seksual, seperti orang tua dan sekolah. Tidak diperolehnya informasi dari lingkungan terdekat tersebut,

mengakibatkan muncul pengetahuan dan pemahaman pelecehan yang terlalu sempit dan banyak kasus pelecehan seks dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan tidak perlu dirisaukan.

(21)

Dominasi laki-laki itu bukan hanya dalam wujud fisik saja, tetapi juga dalam wujud yang lebih abstrak tapi lebih hebat, yaitu melalui hukum atau norma yang masih terkandung adanya diskriminasi seks dalam mengatur kehidupan bermasyarakat.

Secara geografis, Kabupaten Klaten berada diantara Yogyakarta dan Solo, yang dalam perkembangan akses informasi Klaten tidak terlalu ketinggalan dibanding kedua daerah tersebut. Kondisi yang demikian, di satu sisi bermanfaat bagi

Kabupaten Klaten dalam mengembangkan potensi daerahnya, tetapi di sisi lain juga memunculkan permasalahan ketika masyarakat tidak mampu mengimbangi

perkembangan pesat kedua kota yang mengapitnya.

Secara sosiologis, Kabupaten Klaten merupakan sebuah daerah yang telah akrab dengan produk-produk modern, baik dalam hal sumber informasi,

perkembangan fashion, makanan dan gaya hidup. Maka, sudah semestinya kenyataan demikian mendapatkan perhatian serius dari pemerintah untuk mengantisipasi

berbagai kemungkinan negatif yang timbul akibat pesatnya perkembangan informasi, teknologi dan gaya hidup modern.

Tahun 2008 terjadi kasus dimana Sumantri Irianto(43) seorang Kades mencabuli gadis (AL) yang masih berumur 15 tahun. Kasus ini terungkap setelah rekaman adegan mesum keduanya beredar di masyarakat. Sumantri mengakui sejak Februari 2007 hingga kasus itu terungkap telah tujuh kali melakukan hubungan badan dengan AL (detikNews 03 Maret 2008).

Pada tahun 2009, Joglosemar memberitakan kasus tindak percabulan Supriyanto kepada anak tirinya yang masih duduk di kelas 3 SMP selama sembilan kali dirumahnya. Hal ini didasari motif karena ia terpesona karena melihat

kemolekan tubuh anaknya. Setiap kali ada kesempatan Supriyanto selalu memaksa anak tirinya tersebut untuk melayani nafsu bejatnya. Tidak bisa berbuat apa-apa, Bng terpaksa menuruti kemauan Supriyanto ( Joglosemar 27 Maret 2009).

Kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak di Kabupaten Klaten cukup memprihatinkan. Ini terlihat dari jumlah kejadian yang dilaporkan ke unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Klaten, yang terus menunjukkan peningkatan selama dua tahun terakhir. Untuk tahun 2008 kejadian yang dilaporkan mencapai 74 kasus, sedangkan tahun 2009 periode Januari-April mencapai 39 kasus ( Jawa Pos, 21 April 2009). Seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

Data Kasus Kekerasan Yang Menimpa Anak Perempuan Dan Anak Di Kabupaten Klaten

No KASUS 2008 2009

(22)

Sumber : Unit Perlindungan Perempuan Dan Anak (PPA) POLRES Klaten April 2009 Menurut data-data kejahatan seksual dengan korban anak-anak yang ditangani di POLRES Klaten antara tahun 2008-2009, korban kebanyakan adalah perempuan yang berusia antara umur 14 -22 tahun. Modus operandinya beraneka ragam, ada yang membawa lari korban tanpa persetujuan orang tuanya kemudian disetubuhi, dengan sengaja membujuk/merayu anak untuk kemudian disetubuhi, memaksa anak untuk disetubuhi, melakukan kekerasan seksual dalam lingkup rumah tangga dan dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan perbuatan cabul terhadap anak.

Ketidakberdayaan remaja perempuan menghadapi pelecehan seksual lebih nampak jelas dalam tindakan yang dilakukan setelah mengalami sendiri pelecehan tersebut. Sebagian besar menempuh cara berdiam diri atau sekedar menceritakan (curhat) pada temannya. Sikap yang pasif ini bukan tanpa pertimbangan, tetapi telah terbangun dalam pola pikirannya bahwa melaporkan pada pihak yang berkompenten hanyalah membawa kasus ini menjadi besar dan berkepanjangan dan berarti akan muncul pelecehan-pelecehan baru selama proses itu berlangsung. Umumnya juga kasus pelecehan jarang sampai pada tingkat pengadilan.

Berangkat dari pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai permasalahan sosial tersebut diatas yakni mengenai: Pemaknaan Remaja Perempuan Tentang Tindakan Pelecehan Seksual di Kabupaten Klaten.

B. PERUMUSAN MASALAH

(23)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Pemaknaan Remaja Perempuan Mengenai Tindakan Pelecehan Seksual Di Kabupaten Klaten”?

C. TUJUAN PENELITIAN

Pada umumnya setiap kegiatan yang dilakukan selalu didasarkan pada seperangkat tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula dengan penelitian ini juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Peneliti ingin memperoleh gambaran yang lebih jelas dan lengkap tentang

pemaknaan remaja perempuan tentang pelecehan seksual.

2. Peneliti ingin memperoleh gambaran yang lebih jelas dan lengkap tentang bentuk

dan pola pelecehan seksual yang dialami remaja perempuan.

3. Peneliti ingin memperoleh gambaran yang lebih jelas dan lengkap tentang

tindakan-tindakan yang dilakukan apabila mengalami pelecehan seksual.

4. Peneliti ingin memperoleh gambaran yang lebih jelas dan lengkap tentang

faktor-faktor penyebab terjadinya pelecehan seksual pada remaja perempuan.

5. Peneliti ingin memperoleh gambaran yang lebih jelas dan lengkap tentang

dampak tindakan pelecehan seksual terhadap remaja perempuan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Didalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari adanya penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah referensi tentang pemaknaan, bentuk, faktor-faktor, penyebab

tindakan yang dilakukan apabila mengalami pelecehan seksual dan dampak

tindakan pelecehan seksual terhadap remaja perempuan.

2. Remaja perempuan dapat menyikapi keadaan yang benar-benar terjadi. Termasuk

(24)

3. Hasil akhir penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi

pihak yang terkait terutama penegak hukum dalam usaha memahami seluk-beluk

korban pelecehan seksual agar dalam perkara pelecehan lebih manusiawi

menangani korban dan lebih tegas dalam menindak pelaku.

4. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi penelitian sejenis yang lebih

mendalam.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. LANDASAN TEO RI

Da la m so sio lo g i a d a tig a p a ra d ig m a ya ng b ia sa d ig una ka n

untuk m e ne a la h m a sa la h-m a sa la h so sia l ya ng a d a . Pa ra d ig m a

ia la h p a nd a ng a n fund a m e nta l te nta ng a p a ya ng m e nja d i p o ko k

p e rso a la n d a la m ilm u p e ng e ta hua n. Pa ra d ig m a m e m b a ntu

m e rum uska n a p a ya ng ha rus d ip e la ja ri, p e rta nya a n-p e rta nya a n

a p a ya ng se m e stinya d ija w a b , b a g a im a na se m e stinya

p e rta nya a n-p e rta nya a n itu d ia juka n d a n a tura n-a tura n a p a ya ng

ha rus d ia kui d a la m m e na fsirka n ja w a b a n ya ng d ip e ro le h.

Pa ra d ig m a m e ng g o lo ng -g o lo ng ka n, m e nd e finisika n d a n

m e ng hub ung ka n a nta ra e xe m p la r, te o ri-te o ri, m e to d e -m e to d e

se rta instrum e n-instrum e n ya ng te rd a p a t d i d a la m nya (Ritze r,

2007:7).

Ke tig a p a ra d ig m a itu a d a la h p a ra d ig m a fa kta so sia l,

(25)

Pe m b a ha sa n d id a la m p e ne litia n ini a ka n m e ng g una ka n

p a ra d ig m a d e finisi so sia l.

Me nurut Ma x We b e r d a la m p a ra d ig m a d e finisi so sia l

te rd a p a t sa la h sa tu a sp e k khusus ya itu a na lisa te nta ng tind a ka n

so sia l (so c ia l a c tio n). We b e r tid a k m e m isa hka n d e ng a n te g a s

a nta ra struktur so sia l d a n p ra na ta so sia l. Ke d ua nya m e m b a ntu d a n

m e m b e ntuk tind a ka n m a nusia ya ng p e nuh a rti a ta u p e nuh m a kna .

Pa ra d ig m a d e finisi so sia l m e nje la ska n d ua ko nse p d a sa r ya itu

te nta ng pe na fsira n d a n pe m a ha m a n. Be rka ita n d e ng a n p e ne litia n ini ya itu tind a ka n p e le c e ha n se ksua l te rha d a p re m a ja p e re m p ua n

a d a la h sa la h sa tu tind a ka n so sia l. Ha l ini je la s m e rup a ka n b a g ia n

d a ri p a ra d ig m a d e finisi so sia l ya ng m a na p a ra d ig m a ini

m e nya ng kut “ tind a ka n” ya ng p e nuh a rti d a ri ind ivid u.

Ad a tig a te o ri ya ng te rm a suk ke d a la m p a ra d ig m a d e finisi

so sia l ini. Ma sing -m a sing : Te o ri Aksi (Ac tio n the o ry), Inte ra ksio nism e

Sim b o lik (simb o lic inte ra c tio nism) d a n Fe no m e no lo g i

(p he no m e no lo g y). Ke tig a -tig a nya je la s m e m p unya i b e b e ra p a

p e rb e d a a n, te ta p i jug a d e ng a n b e b e ra p a p e rsa m a a n d a la m

fa kto r-fa kto r ya ng m e ne ntuka n tujua n p e nye lid ika nnya se rta

g a m b a ra n te nta ng p o ko k p e rso a la n so sio lo g i m e nurut m a sing

-m a sing ya ng d a p a t -m e ng ura ng i p e rb e d a a nnya . Da la -m p e ne litia n

(26)

Da la m te o ri a ksi m e m a nd a ng b a hw a m a nusia a d a la h a kto r

ya ng kre a tif d a ri re a lita s so sia lnya . Dim a na p e nd e ka ta n ini

m e ne ka nka n p a d a tind a ka n ya ng d ia m b il se se o ra ng a ta u ind ivid u

untuk m e ng a ta si p e rso a la n hid up te rm a suk d a la m m a sa la h

p e rg a ula n m e re ka d e ng a n la w a n je nis d a n ko nd isi d im a na m e re ka

te ta p b e rsika p d i te ng a h-te ng a h m a ra knya la ju info rm a si d a n

g lo b a lisa si ja m a n se ka ra ng .

Istila h a ksi a ta u “a c tio n” m e nya ta ka n se c a ra tid a k la ng sung

sua tu a ktivita s, kre a tivita s d a n p ro se s p e ng ha ya ta n ind ivid u ya ng

d ite ntuka n o le h ke m a m p ua nnya . Ke m a m p ua n inila h ya ng d ise b ut

Pa rso ns se b a g a i vo lunta rism. Arti se sung g uhnya vo lunta rism a d a la h

ke m a m p ua n ind ivid u untuk m e la kuka n tind a ka n d a la m a rti

m e ne ta p ka n c a ra a ta u a la t d a ri se jum la h a lte rna tif ya ng te rse d ia

d a la m ra ng ka m e nc a p a i tujua nnya . Ma nusia d ip a ha m i se w a ktu

d ia m e m b ua t p iliha n a ta u ke p utusa n a nta r tujua n ya ng b e rb e d a

d a n a la t-a la t untuk m e nc a p a inya .

Akto r m e ng e ja r tujua n d a la m situa si d im a na no rm a -no rm a

m e ng a ra hka nnya d a la m m e m ilih a lte rna tif c a ra d a n a la t untuk

m e nc a p a i tujua n. Pe m iliha n te rha d a p c a ra d a n a la t ini d ite ntuka n

o le h a kto r untuk m e m ilih, ke m a m p ua n ini d ise b ut vo lunta rism. Disini

a kto r m e m p unya i ke m a m p ua n b e b a s d a la m m e nila i d a n m e m ilih

(27)

ya ng he nd a k d ic a p a i, ko nd isi d a n no rm a se rta situa si p e nting

la innya . (Ritze r, 2007:48-49).

Se d a ng ka n d a la m te o ri inte ra ksio nism e sim b o lik (simb o lic

inte ra c tio nism) m e nunjuk ke p a d a sifa t kha s d a ri inte ra ksi a nta r

m a nusia . Ke kha sa nnya a d a la h b a hw a m a nusia sa ling

m e ne rje m a hka n d a n sa ling m e nd e finisika n tind a ka nnya . Buka n

ha nya se ke d a r re a ksi b e la ka d a ri tind a ka n se se o ra ng te rha d a p

o ra ng la in. Ta ng g a p a n se se o ra ng tid a k d id a sa rka n a ta s ” m a kna ”

ya ng d ib e rika n te rha d a p tind a ka n o ra ng la in itu. Inte ra ksi a nta r

ind ivid u, d ia nta ra i o le h p e ng g una a n sim b o l-sim b o l, inte rp re ta si

a ta u d e ng a n sa ling b e rusa ha untuk sa ling m e m a ha m i m a ksud d a ri

tind a ka n m a sing -m a sing . Ja d i d a la m p ro se s inte ra ksi m a nusia itu

b uka n sua tu p ro se s d i m a na a d a nya stim ulus se c a ra o to m a tis d a n

la ng sung m e nim b ulka n ta ng g a p a n a ta u re sp o n. Te ta p i a nta ra

stim ulus ya ng d ite rim a d a n re sp o n ya ng te rja d i se sud a hnya ,

d ia nta ra i o le h p ro se s inte rp re ta si o le h si a kto r. Je la s p ro se s

inte rp re ta si ini a d a la h p ro se s b e rp ikir ya ng m e rup a ka n ke m a m p ua n

ya ng kha s d im iliki m a nusia .

2. Ko nse p- Ko nse p Ya ng Dig una ka n a . Pe ng e rtia n Pe le c e ha n Se ksua l

Pelecehan seksual adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu, menjengkelkan dan tidak diundang yang dilakukan seseorang atau

(28)

kelamin pihak yang diganggunya dan dirasakan menurunkan martabat dan harkat diri orang yang diganggunya (www.wikipedia.com).

Seorang ahli mengartikan pelecehan seksual atau sexual harassment sebagai berikut:

Is that of unwelcome sexual advances, request for sexual favours of

other verbal, non verbal or physical conduct of a sexual nature

which has the purpose or effect of unreasonably interfering with an

individual’s work performance of creating an intimidating, hostile,

abusive of offensive working environment.

(Pelecehan seksual adalah tindakan seksual yang tidak menyenangkan, baik itu secara verbal, non verbal maupun tindakan fisik yang bersifat seksual yang memiliki tujuan atau pengaruh mengganggu seseorang sehingga mengakibatkan intimidasi, permusuhan, perlakuan kasar pada lingkungan kerja yang ofensif.) (Husband, 1992:547).

Pelecehan seksual adalah suatu perbuatan yang biasanya dilakukan laki-laki dan ditujukan kepada perempuan dalam bidang seksual, yang tidak disukai oleh perempuan sebab ia merasa terhina, tetapi kalau perbuatan itu ditolak ada kemungkinan ia menerima akibat buruk lainnya. (Mboiek,1992:1).

Pelecehan seksual bisa terjadi tanpa ada janji atau ancaman, namun dapat membuat lingkungan menjadi tidak tenang, ada

(29)

3. Se ntuha n ya ng tid a k d iund a ng a ta u ke d e ka ta n fisik ya ng

tid a k d iund a ng , a ta u m e nyo ro ng ka n a la t ke la m in a ta u

d a d a p a d a ko rb a nnya .

4. Ag re si fisik se p e rti c ium a n a ta u m e ne p uk b a g ia n tub uh

te rte ntu.

5. Se ra ng a n se ksua l, g e ra k -g e rik ya ng b e rsifa t se ksua l, ka sa r

a ta u o fe nsif a ta u m e njijikka n.

6. Pe rha tia n se ksua l ya ng tid a k d iund a ng d a n tid a k d isuka i

se rta tid a k p a d a te m p a tnya .

7. Tuntuta n b e rhub ung a n se ks untuk d a p a t na ik ja b a ta n

a ta u ta np a a nc a m a n.

8. G e ra k-g e rik tub uh ya ng ‘ so k a kra b ’ se c a ra fisik d a n b e rsifa t

m e njurus ke a ra h hub ung a n se ks.

9. Me nunjukka n g a m b a r se ksua l.

10. Se la lu m e na ta p a ta u m e liha t b a g ia n tub uh te rte ntu.

11. Me m b ua t p e rnya ta a n, p e rta nya a n a ta u ko m e nta r ya ng

se c a ra se ksua l b e rsifa t e ksp lisit.

12. Me m b ua t p e rnya ta a n ya ng m e re nd a hka n g e nd e r a ta u

o rie nta si se ksua l o ra ng (m isa lnya , m e re nd a hka n se se o ra ng

ka re na ia ho m o se ksua l a ta u w a ria ).

(Be a uva is, 1986:133).

(30)

berjudul “research and advocacy digest (linking advocates and researches)” tahun 2006 memberikan definisi tentang pelecehan seksual

“...sexual harassment includes a wide range of behaviors including unwelcome sexual advances, requests for sexual favors, and other verbal or physical conduct of a sexual nature, when submission to or rejection of this conduct explicitly or implicitly affects an

individual’s employment, unreasonably interferes with an

individual’s work performance or creates an intimidating, hostile or offensive work environment”.

("Pelecehan seksual termasuk termasuk sejumlah besar perbuatan

meliputi cumbuan seksual yang tidak disukai, permintaan untuk

tindakan seksual, dan kelakuaan verbal atau fisik yang lain yang

bersifat seksual, saat membiarkan orang lain patuh atau menolak

perlakuan ini secara eksplisit maupun implisit mempengaruhi

pekerjaan individu dengansuatu hasil kerja individu atau

menciptakan suatu lingkungan kerja yang mengintimidasi,

permusushan atau kekerasan dengan penyerangan.").

Dalam jurnal lain yang dikemukakan John Lehman Journal of Business Case Studies – Third Quarter 2006 Volume 2, Number 3 Sexual Harassment In The Workplace: Europemenjelaskan tentang definisi pelecehan seksual:

Sexual harassment is defined as any unwanted physical, verbal or

visual sexual advances,requests for sexual favors, and other sexually

oriented conduct which is offensive or objectionable to the recipient,

including, but not limited to: epithets, derogatory or suggestive

comments, slurs or gestures and offensive posters, cartoons,

pictures, or drawings.

(Pelecehan seksual didefinisikan sebagai segala usaha seksual secara

(31)

berorientasi seksual lainnya yang menghina atau mengganggu

penerima, namun tidak terbatas: julukan, komentar yang

merendahkan/sugestif, gerak tubuh dan poster, kartun gambar yang

bersifat menghina)

b . Pe ng e rtia n Re m a ja

Pada tahun 1974, WHO (World Health Organization) memberikan batasan konsep yang bersifat konseptual. Dalam konsep tersebut dikemukakan 3 kriteria, yaitu : biologis, psikologis dan sosial-ekonomi.

Maka secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut: remaja adalah

1. Ind ivid u b e rke m b a ng d a ri sa a t-sa a t p e rta m a ka li m e nujukka n

ta nd a -ta nd a se ksua l se kund e rnya sa m p a i sa a t ia m e nc a p a i

ke m a ta ng a n se ksua lnya .

2. Ind ivid u m e ng a la m i p e rke m b a ng a n p siko lo g is d a n p o la

id e ntifika si d a ri a na k-a na k m e nja d i d e w a sa .

3. Te rja d i p e ra liha n d a ri ke te rg a ntung a n so sia l-e ko no m i ya ng

p e nuh ke ke a d a a n ya ng le b ih m a nd iri.

(Sa rw o no , 2002: 15).

Sebagai pedoman umum definisi remaja untuk masyarakat Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a . Usia 11 ta hun a d a la h usia ke tika p a d a um um nya ta nd a

-ta nd a se ksua l se kund e r m ula i -ta m p a k (krite ria fisik).

b . Di b a nya k m a sya ra ka t Ind o ne sia , usia 11 ta hun sud a h d i

a ng g a p a kil b a lig h, b a ik m e nurut a d a t m a up un a g a m a ,

(32)

se b a g a i a na k-a na k.

c . Pa d a usia te rse b ut m ula i a d a ta nd a -ta nd a p e nye m p urna a n

p e rke m b a ng a n jiw a , se p e rti te rc a p a inya id e ntita s d iri,

te rc a p a inya fa se g e nita l d a ri p e ng e m b a ng a n p siko se ksua l

d a n te rc a p a inya p unc a k p e rke m b a ng a n ko g nitif (p ia g e t)

m a up un m o ra l.

d . Ba ta s usia 24 ta hun m e rup a ka n b a ta s m a ksim a l, ya itu untuk

m e m b e ri p e lua ng b a g i m e re ka ya ng sa m p a i b a ta s usia

te rse b ut m a sih m e ng g a ntung ka n d iri p a d a o ra ng tua , b e lum

m e m p unya i ha k-ha k p e nuh se b a g a i o ra ng d e w a sa (se c a ra

a d a t/ tra d isi), b e lum d a p a t m e m b e rika n p e nd a p a t se nd iri

d sb .

e . Da la m d e finisi d ia ta s, sta tus p e rka w ina n sa ng a t m e ne ntuka n.

Ha l itu ka re na a rti p e rka w ina n m a sih sa ng a t p e nting d i

m a sya ra ka t kita se c a ra m e nye luruh. Se o ra ng ya ng sud a h

m e nika h, p a d a usia b e ra p a p un d ia ng g a p d a n d ip e rla kuka n

se b a g a i o ra ng d e w a sa p e nuh, b a ik se c a ra hukum m a up un

d a la m ke hid up a n m a sya ra ka t d a n ke lua rg a . Enam penyesuaian yang harus dilakukan remaja:

1. Me ne rim a d a n m e ng inte g ra sika n p e rtum b uha n b a d a nnya

d a n ke p rib a d ia nnya .

(33)

ke b ud a ya a n te m p a tnya b e ra d a .

3. Me nc a p a i ke d e w a sa a n d e ng a n ke m a nd iria n, ke p e rc a ya a n

d iri d a n ke m a m p ua n untuk m e ng ha d a p i ke hid up a n.

4. Me nc a p a i p o sisi ya ng d ite rim a o le h m a sya ra ka t.

5. Me ng e m b a ng ka n ha ti nura ni, ta ng g ung ja w a b , m o ra lita s

d a n nila i-nila i ya ng se sua i d e ng a n ling kung a n d a n

ke b ud a ya a n.

6. Me m e c a hka n p ro b le m -p ro b le m nya ta d a la m p e ng a la m a n

se nd iri d a la m ka ita nnya d e ng a n ling kung a nnya .

(C a rb a llo , 1978:250 d a la m Eka R, Da nik, De finisi Re ma ja

(http :/ / d ha nstsa q o f.b lo g sp o t.c o m / 2008/ 12/ re m a ja d i a kse s

ta ng g a l 19 Ja nua ri 2009 ).

Dalam proses pendewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja : 1. Re m a ja Aw a l (e a rly And o le sc e nc e)

Se o ra ng re m a ja p a d a ta ha p ini m a sih te rhe ra n-he ra n

a ka n p e rub a ha n-p e rub a ha n ya ng te rja d i p a d a tub uhnya

se nd iri d a n d o ro ng a n–d o ro ng a n ya ng m e nye rta i p e rub a ha

n-p e rub a ha n itu. Me re ka m e ng e m b a ng ka n n-p ikira n-n-p ikira n

b a ru, c e p a t te rta rik p a d a la w a n je nis d a n m ud a h te ra ng sa ng

se c a ra e ro tis. De ng a n d ip e g a ng b a hunya sa ja o le h la w a n

je nis, ia sud a h b e rfa nta si e ro tik. Ke p e ka a n ya ng b e rle b

(34)

te rha d a p “ e g o ” . Ha l ini m e nye b a b ka n p a ra re m a ja a w a l sulit

m e ng e rti d a n d im e ng e rti o ra ng d e w a sa .

2. Re m a ja Ma d ya (Mid d le And o le sc e nc e)

Pa d a ta ha p ini re m a ja sa ng a t m e m b utuhka n ka w a

n-ka w a n. Ia se na ng n-ka la u b a nya k te m a n ya ng m e nyun-ka inya .

Ad a ke c e nd e rung a n “na rc istic” , ya itu m e nc inta i d iri se nd iri,

d e ng a n m e nyuka i te m a n-te m a n ya ng m e m p unya i sifa t ya ng

sa m a d e ng a n d irinya . Se la in itu, ia b e ra d a d a la m ko nd isi

ke b ing ung a n ka re na ia tid a k ta hu ha rus m e m ilih ya ng m a na :

p e ka a ta u tid a k p e d uli, ra m a i-ra m a i a ta u se nd iri, o p tim is

a ta u p e sim is, id e a lis a ta u m a te ria lis, d a n se b a g a inya .

3. Re m a ja Akhir (La te And o le sc e nc e)

Pa d a ta ha p ini a d a la h m a sa ko nso lid a si m e nuju

p e rio d e d e w a sa d a n d ita nd a i d e ng a n p e nc a p a ia n lim a ha l

d ib a w a h ini :

a . Mina t ya ng m a kin m a nta p te rha d a p fung si-fung si

inte le k.

b . Eg o nya m e nc a ri ke se m p a ta n untuk b e rsa tu d e ng a n

o ra ng -o ra ng la in d a n d a la m p e ng a la m a n-p e ng a la m a n

b a ru.

c . Te rb e ntuk id e ntita s se ksua l ya ng tid a k a ka n b e rub a h

(35)

d . Eg o se ntrism e (te rla lu m e m usa tka n p e rha tia n p a d a d iri

se nd iri) d ig a nti d e ng a n ke se im b a ng a n a nta ra

ke p e nting a n d iri se nd iri d e ng a n o ra ng la in.

e . Tum b uh “ d ind ing ” ya ng m e m isa hka n d iri p rib a d inya

(p riva te Se lf) d a n m a sya ra ka t um um (the p ub lic).

(R, Da nik, De finisi Re m a ja

http :/ / d ha nstsa q o f.b lo g sp o t.c o m / 2008/ 12/ re m a ja d i

a kse s ta ng g a l 19 Ja nua ri 2009 ).

Tingkah laku yang selalu terdapat pada remaja adalah :

1. Pe m a lu d a n p e ra sa , te ta p i jug a se ka lig us c e p a t m a ra h d a n

a g re sif se hub ung a n b e lum je la snya b a ta s-b a ta s a nta ra

b e rb a g a i se kto r d ila p a ng a n p siko lo g is re m a ja .

2. Ke tid a kje la sa n b a ta s-b a ta s ini m e nye b a b ka n p ula re m a ja

te rus-m e ne rus m e ra sa ka n p e rte nta ng a n a nta rsika p , nila i,

id e o lo g i d a n g a ya hid up . Ko nflik ini d ip e rta ja m d e ng a n

ke a d a a n d iri re m a ja ya ng b e ra d a d i a m b a ng p e ra liha n

a nta ra m a sa ka na k-ka na k d a n d e w a sa , se hing g a ia d a p a t

d ise b ut m a nusia m a rg ina l (d a la m a rti a na k b uka n, d e w a sa

p un b uka n). Ia m e nja d i tid a k p unya te m p a t b e rp ija k ya ng

b isa m e m b e rinya ra sa a m a n, ke c ua li d a la m hub ung a nnya

d e ng a n te m a n-te m a n se b a ya nya .

(36)

d a la m b e ntuk ke te g a ng a n e m o si ya ng m e ning ka t.

4. Ad a ke c e nd e rung a n p a d a re m a ja untuk m e ng a m b il p o sisi

ya ng sa ng a t e kstrim d a n m e ng ub a h ke la kua nnya se c a ra

d ra stik. Akib a tnya , se ring m unc ul ting ka h la ku ra d ika l d a n

m e m b e ro nta k d i ka la ng a n re m a ja .

5. Be ntuk-b e ntuk khusus d a ri ting ka h la ku re m a ja p a d a

b e rb a g a i ind ivid u ya ng b e rb e d a a ka n sa ng a t d ite ntuka n

o le h sifa t d a n ke kua ta n d o ro ng a n-d o ro ng a n ya ng sa ling

b e rko nflik te rse b ut d ia ta s.

(Muss, 1986: 95 d a la m Eka R, Da nik, De finisi Re ma ja

(http :/ / d ha nstsa q o f.b lo g sp o t.c o m / 2008/ 12/ re m a ja d i a kse s

ta ng g a l 19 Ja nua ri 2009).

Kondisi kejiwaan remaja pada umumnya mempunyai sifat sebagai berikut:

a. Ingin diperhatikan.

b. Senang berfantasi.

c. Mengandalkan rasa “aku”nya.

d. Ingin mengetahui masalah seksual dan sebagainya

(http://www.bkkbn.go.id).

Ma sa re m a ja a d a la h m a sa ya ng d im a na se se o ra ng

se d a ng m e ng a la m i sa a t kritis se b a b ia m a u m e ng inja k ke m a sa

d e w a sa . Re m a ja b e ra d a d a la m m a sa p e ra liha n. Da la m m a sa

(37)

p ro se s p e rke m b a ng a n ya ng se rb a sulit d a n m a sa -m a sa seiring dengan laju perkembangan masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka mendefinisikan perempuan adalah “

orang(manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui”. Sedangkan menurut Hartini Retnaningsih perempuan adalah “ makhluk istimewa yang memilki kemampuan untuk menstruasi, melahirkan dan menyusui (Susiana, 2000:143).

Dari kedua pendapat mengenai definisi perempuan di atas merupakan kodrat perempuan dari Sang Pencipta bukan buatan budaya

manusia sehingga kodrat itu yang membedakan antar laki-laki dan perempuan. Menurut Siti Sundari kodrat perempuan adalah “menstruasi, hamil,

melahirkan, menyusui yang merupakan ciptaan Tuhan yang tidak dapat diubah. Sedangkan keadaan manusia yang bukan ciptaan Tuhan dapat diubah atau diperbaiki apabila cenderung menimbulkan ketidakadilan” (Santosa, dkk:2000:32).

Bahkan, pendapat Darban dengan mengutip data sejarah yang lebih kuno, mengatakan bahwa “perempuan dalam budaya Jawa tidak lebih hanya memiliki kedudukan dan peranan sebagai pemuas nafsu seksual dan

reproduksi (Muthali’in, 2001:47).

Dari kenyataan bahwa perempuan memiliki perbedaan secara kodrati yang membedakan dengan laki-laki karena itu telah melahirkan pandangan yang menganggap kodrat perempuan sebagai penentu nasib perempuan. Kaum perempuan pada umumnya dibebani dengan pekerjaan domestik sedangkan pekerjaan publik dikerjakan oleh kaum laki-laki. Dengan pandangan yang dikonstruksikan secara sosial itu melahirkan ketidakadilan gender yang pada kenyataannya bentuk dari ketidakadilan gender merugikan kaum perempuan.

F. DEFINISI KONSEPTUAL

De finisi ko nse p a d a la h d e finisi ya ng d ip a ka i d a la m p e ne litia n

(38)

Pe le c e ha n se ksua l a d a la h se m ua tind a ka n se ksua l a ta u

ke c e nd e rung a n b e rtind a k se ksua l ya ng b e rsifa t intim id a si no nfisik

(ka ta -ka ta , b a ha sa , g a m b a r) a ta u fisik (g e ra ka n ka sa t m a ta

d e ng a n m e m e g a ng , m e nye ntuh, m e ra b a , m e nc ium ) ya ng

d ila kuka n se o ra ng la ki-la ki a ta u ke lo m p o knya te rha d a p

p e re m p ua n a ta u ke lo m p o knya . (Da ld jo e ni,1994:4).

2. Re m a ja

Ma sa re m a ja a d a la h m a sa tra nsisi p e rke m b a ng a n a nta ra

m a sa ka na k-ka na k d a n m a sa d e w a sa ya ng p a d a um um nya

d im ula i p a d a usia 12 a ta u 13 ta hun d a n b e ra khir p a d a usia a khir

b e la sa n ta hun a ta u a w a l d ua p uluha n ta hun. (Sa ntro c k, 1996: 12).

3. Pe re m p ua n

Ka ta p e re m p ua n b e ra rti 'w a nita ', 'la w a n le la ki', d a n 'istri'

(Ka m us De w a n, 1970:853). Me nurut Ka m us De w a n, a d a ka ta ra ja

p e re m p ua n ya ng b e ra rti 'p e rm a isuri'. De ng a n c o nto h ini ka ta ini

tid a k b e ra rti re nd a h. Se m e nta ra itu, ka ta ke p e re m p ua na nb e ra rti

'p e riha l p e re m p ua n', m a ksud nya p a stila h m a sa la h ya ng b e rke na a n

d e ng a n ke istria n d a n rum a h ta ng g a . Da la m ha l ini, m e ski tid a k

te rla lu re nd a h, te ta p i je la s b a hw a ka ta ini m e nunjuk p e re m p ua n

(39)

Ka m us Be sa r Ba ha sa Ind o ne sia m e m b e rika n b a ta sa n ya ng

ha m p ir sa m a d e ng a n Ka m us Da sa r, ha nya a d a ta m b a ha n se d ikit,

te ta p i justru p e nting , untuk ka ta ke p e re m p ua na n. Me nurut KBBI,

ke p e re m p ua na njug a b e ra rti 'ke ho rm a ta n se b a g a i p e re m p ua n'

(Ka m us Be sa r Ba ha sa Ind o ne sia , 1988:670). Di sini sud a h m ula i

m unc ul ke sa d a ra n m e nja g a ha rka t d a n m a rta b a t se b a g a i m a nusia

b e rg e nd e r fe m inin. Te rsira t jug a d i sini m a kna 'ka m i ja ng a n

d ire m e hka n' a ta u 'ka m i p unya ha rg a d iri'.

G. METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Pe ne litia n ini d ila kuka n d i b e b e ra p a Ke c a m a ta n d i Ko ta

Kla te n, ya itu d i Ke c a m a ta n Truc uk, Ke c a m a ta n C e p e r, Ke c a m a ta n

Pe d a n,Ke c a m a ta n Kla te n Ko ta d a n Ke c a m a ta n Kla te n Uta ra ..

Se m ua Ke c a m a ta n ya ng d ite liti a d a la h Lim a Ke c a m a ta n,

Ke c a m a ta n-Ke c a m a ta n te rse b ut d ija d ika n o b ye k p e ne litia n

d ika re na ka n jum la h ke ja d ia n ka sus m e nurut d a ta d a ri PPA PO LRES

Kla te n te rb a nya k d ia nta ra Ke c a m a ta n la innya , d a n d e ng a n

p e rtim b a ng a n untuk m e m p e rm ud a h m e ng um p ulka n d a ta se rta

m e la kuka n p e ne litia n b a g i p e nulis, m e ng ing a t d o m isili p e nulis

b e ra d a d i Ko ta Kla te n.

(40)

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Bentuk penelitian ini mampu menuangkan berbagai informasi kualitatif dengan

nuansa dalam bentuk angka.

Adapun ciri-ciri pokok dari penelitian deskriptif, yang dirasa lebih menarik

daripada sekedar pernyataan, jumlah atau frekuensi dengan bentuk angka adalah:

a. Menggambarkan tentang fakta-fakta yang diselidiki sebagaimana adanya,

diiringi interpretasi rasional.

b. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian

dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah aktual. Dalam penelitian ini

peneliti berusaha menggambarkan tindakan pelecehan seksual dikalangan

remaja perempuan. Berdasarkan dengan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya.

3. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari:

a . Da ta p rim e r

Adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, dalam hal ini

yaitu diperoleh melalui observasi dan wawancara. Yaitu sumber data yang

diperoleh secara langsung dilapangan yang berkaitan dengan obyek penelitian.

Sumber data ini merupakan sumber data dari pihak yang pertama kali

memberikan data kepada peneliti, yang diperoleh dengan melakukan

observasi dan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan kepada para

remaja perempuan dan laki-laki, masyarakat dan beberapa tokoh-tokoh yang

(41)

Disamping itu, peneliti juga melakukan wawancara dan mencari data di Unit

Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) di POLRES Klaten, PEMDA

Kabupaten Klaten, PP dan KB Kabupaten Klaten, masyarakat, tokoh

masyarakat dan pegawai Kecamatan.

b . Da ta se kund e r

Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung berasal dari data

tertulis, yaitu:

1. Buku-buku hasil penelitian sebelumnya.

2. Surat kabar.

3. Arsip dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini dari

lembaga terkait.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan sumber data yang

digunakan, maka teknik pengumpulan data yang dipakai adalah:

a . O b se rva si

Dipakai untuk mengungkapkan atau mendapatkan data dengan jalan

mengamati gejala-gejala yang diselidiki, di mana gejala itu sedang

berlangsung. Teknik ini biasanya diartikan sebagai pengamatan dari sistem

fenomena yang diselidiki. Pengamatan yang dilakukan secara cermat dapat

dianggap suatu cara penelitian ilmiah yang paling sesuai dengan kondisi yang

serba terbatas baik dari segi pendanaan maupun dari segi sumber tertulisnya.

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung, adapun sistem yang

(42)

dimana kedudukan peneliti hanya sebagai pengamat bukan sebagai anggota

penuh dari subyek yang diteliti.

b . Wa w a nc a ra m e nd a la m

Wawancara ini bersifat open ended dan dilakukan secara informal

guna menanyakan pendapat informan tentang suatu peristiwa tertentu. Disini

peneliti dapat menanyakan hal-hal yang perlu mendapat kejelasan dari

informan, meskipun pertanyaan ini tidak dalam interview guide (Pedoman

Wawancara).

c . Do kum e nta si

Adalah teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan

pencatatan-pencatatan atau pengutipan dari dokumen yang ada di lokasi,

literatur-literatur, laporan-laporan dan sebagainya. Penelitian ini juga

berfungsi untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan dalam penelitian

ini, khususnya sebagai teknik pengumpulan data.

5. Teknik Pengambilan Sampel

Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling, yaitu peneliti memiliki kecenderungan untuk memilih

informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam

dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.Bahkan di dalam

pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan

kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Sutopo; 2002 : 56).

Informan dalam penelitian ini adalah para remaja perempuan yang

(43)

Pedan, Kecamatan Klaten Tengah dan Kecamatan Klaten Utara yang terdapat di

Kabupaten Klaten. Dan pengambilan keseluruhan sampel berjumlah 30. Umur

Informan berkisar antara 14 tahun sampai dengan 23 tahun. Informan sebagian

besar berpendidikan SMP yaitu 4 orang, SMU 16 orang dan Perguruan Tinggi

sebanyak 10 orang.

Sedangkan informan pendukung terdiri dari KANIT PPA POLRES

Klaten, 1 orang pegawai PP Dan KB Kabupaten Klaten, 1 orang pegawai

PEMDA Kabupaten Klaten, 1 orang Kepala Kecamatan, 1 tokoh masyarakat dan

2 orang masyarakat.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif,

dengan teknik ini setelah data terkumpul akan dilakukan analisis melalui tiga

komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Masing-masing komponen dapat melihat kembali komponen yang lain sehingga data yang

terkumpul akan benar-benar mewakili sesuai dengan permasalahan yang sedang

diteliti.

Untuk lebih jelasnya, proses analisis data model interaktif dapat

digambarkan sebagai berikut:

BAGAN 1 :

(44)

(Soetopo, 2002: 96)

Ketiga komponen tersebut di atas, yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan / verifikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat

sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk

membangun wawasan umum yang disebut “analisis”. Untuk jelasnya,

masing-masing tahap dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut:

a. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data sudah dimulai sejak peneliti

mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, tentang pemilihan

kasus, pertanyaan yang diajukan dan tentang cara pengumpulan data yang

dipakai. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data dapat berupa

singkatan, coding, memusatkan tema, membuat batasan permasalahan,

menulis memo. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proses

penelitian berlangsung.

b. Penyajian Data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pe ng um p ula n

Da ta

Re d uksi Da ta

Pe na rika n Ke sim p ula n/ ve rifika si

(45)

Dengan penyajian data peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan dapat

melakukan sesuatu pada analisis data ataupun langkah-langkah lain

berdasarkan pengertian tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi, yaitu mencari arti benda-benda, mencatat

keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur

sebab-akibat dan proposisi. Kesimpulan juga verifikasi selama penelitian

berlangsung. Singkatnya makna-makna yang muncul dari data harus diuji

kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya, yakni yang merupakan

validitasnya.

7. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, validitas data sering diragukan. Untuk dapat

meningkatkan validitas data yang diperoleh selama penelitian, maka peneliti

menggunakan teknik trianggulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding.

Dalam penelitian ini, cara yang dipilih peneliti untuk pengembangan

validitas data penelitian adalah dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber

dan metode. Trianggulasi sumber mengarahkan peneliti agar di dalam

mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang

tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya

bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Sedangkan trianggulasi

metode menekankan pada perbedaan teknik pengumpulan data.

(46)

data wawancara informan 2

informan 3

atau :

wawancara informan

data content analysis dokumen / arsip

observasi aktivitas

(47)

78-BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. G AMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambaran umum wilayah penelitian merupakan uraian tentang deskripsi kondisi

geografis serta demografis wilayah penelitian. Sebagaimana dikemukakan dimuka, wilayah

penelitian ini meliputi 5 (Lima) Kecamatan yaitu: Pedan, Ceper, Klaten Utara, Klaten

Tengah dan Trucuk.

Setiap wilayah tentunya memiliki karakteristik sendiri yang ditunjukkan dengan

adanya perbedaan dalam hal kondisi fisik, sosial, budaya dan kegiatan ekonomi. Dalam

gambaran umum ini antara lain dipaparkan tentang letak dan luas, keadaan penduduk dan

sarana umum. Adanya gambaran umum ini dapat digunakan sebagai dasar dalam

menganalisis tindakan pelecehan seksual terhadap remaja perempuan di Kabupaten Klaten.

1. Letak dan Data Geografi

Secara geografis Kabupaten Klaten terletak diantara 110o26' 14”-110o47' 51”

Bujur Timur dan 7o32' 19”-7o48' 33” Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Klaten

mencapai 65.556 ha, terbagi dalam 26 Kecamatan, 401 Desa/Kelurahan. Kabupaten

Klaten memiliki batas-batas administratif sebagai berikut

Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo.

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa

Yogyakarta).

Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta).

(48)

Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga daratan, yaitu; dataran lerengan

gunung Merapi di sebelah Utara, membujur dataran rendah di sebelah Timur dan dataran

gunung kapur di sebelah Selatan. Dataran Gunung Merapi membentang di sebelah Utara

meliputi sebagian kecil sebelah Utara Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan

Tulung. Dataran membujur di tengah meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten

Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan

Gunung Kapur. Dan dataran gunung Kapur yang membujur di sebelah Selatan meliputi

sebagian kecil sebelah Selatan Kecamatan Bayat dan Cawas.

Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar dataran rendah dan didukung

dengan banyaknya sumber air, maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah

pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu kali dan pasir yang berasal dari

Gunung Merapi.

Daerah Kabupaten Klaten terbentang diantara Daerah Istimewa Yogyakarta dan

Surakarta yang sangat penting dalam memperlancar segala kegiatan perekonomian.

Selain sebagai daerah mediterania antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota

Surakarta. Di Klaten terdapat pula beberapa obyek wisata, antara lain; (a) Candi, seperti,

Candi Sewu, Plaosan, dan Merak. (b) Makam, seperti, Makam Sunan Bayat (Kia Ageng

Pandanaran, Pujangga R. Ngabei Ronggowarsito, dan Ki Ageng Perwito. Wisata lainnya,

seperti, Rowo Jombor, Deles Indah, Museum Gula, Monumen Juang 1945, dan

pemancingan Janti.

2. Keadaan Alam

Menurut topografi Kabupaten Klaten terletak diantara gunung Merapi dan

(49)

terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian Utara areal miring, wilayah

datar dan wilayah berbukit di bagian Selatan.

Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan

pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak di

ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut. 77,52% terletak di ketinggian 100-500

meter dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari

permukaan air laut.

Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan

dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28-30o Celsius

dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan

tertinggi bulan Januari (350mm) dan curah hujan terendah bulan Juli (8mm).

3. Luas Wilayah

Sementara itu dilihat dari luas wilayah berdasarkan Kecamatan yang menjadi

wilayah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ta b e l 2.1 Lua s Wila ya h (km2)

No Nama Kecamatan Luas Wilayah

1 Trucuk 3.381

2 Pedan 1.917

3 Ceper 2.445

4 Klaten Tengah 892

5 Klaten Utara 1.038

(50)

Luas wilayah Klaten Utara adalah 10,38 2 dengan jumlah penduduk

40.221. Ada 8 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan ini, antara lain: Kelurahan

Sekarsuli, Kelurahan Bareng Lor, Kelurahan Karanganom, Kelurahan Ketandan,

Kelurahan Belang Wetan, Kelurahan Jonggrangan, Kelurahan Gergunung dan

Kelurahan Jebugan. Di Kecamatan Klaten Utara terdapat fasilitas pendidikan berupa

SMA Muhammadiyah 1 Klaten, SMK Muhammadiyah 2 Klaten, SMK PGRI dan

SMK Katholik.

2. Ke c a m a ta n Kla te n Te ng a h

Ada 9 (Sembilan) Kelurahan yang terdapat di Kecamatan ini, yaitu :

Kelurahan Bareng, Kelurahan Kabupaten, Kelurahan Klaten, Kelurahan Tonggalan,

Kelurahan Semangkak, Kelurahan Buntalan, Kelurahan Mojayan, Kelurahan

Mojayan, Kelurahan Jomboran dan Kelurahan Gumulan.

Sebagian besar masyarakatnya wiraswasta dan PNS. Banyak sekali

pusat-pusat pembelanjaan yang berada di Kecamatan ini.

Untuk fasilitas pendidikan terdapat SMA 1 Klaten, SMK 1 Klaten dan SMK

3 Klaten, SMP Panglu 1 dan 2, SMP 1,2,3,4 dan 6 di Klaten Tengah.

3. Ke c a m a ta n Truc uk

Kecamatan Trucuk terletak di sebelah Tenggara dari kota Klaten berjarak

sekitar 12 km. Kecamatan ini berbatasan dengan 5 Kecamatan di Kabupaten Klaten

sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ceper dan Pedan sebelah Timur

berbatasan dengan Kecamatan Cawas sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan

Bayat sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kalikotes. Topografi tanah yang

(51)

Ada 18 ( delapan belas) Kelurahan yang terdapat di Kecamatan ini, yaitu :

Kelurahan Karangpakel, Kelurahan Wanglu, Kelurahan Trucuk, Kelurahan Kalikebo,

Kelurahan Gaden, Kelurahan Planggu, Kelurahan pundungsari, Kelurahan Sajen,

Kelurahan Puluhan, Kelurahan Kradenan, Kelurahan Sabranglor, Kelurahan jatipuro,

Kelurahan Wonosari, Kelurahan Mireng, Kelurahan Bero, Kelurahan Mandong,

Kelurahan Sumber dan Kelurahan Palar.

Di Trucuk terdapat berbagai strata sekolah dari TK-SLTA. Salah satu

kebanggaan sekolah di Trucuk adalah SMK Pertanian Trucuk yang merupakan

satu-satunya SMKA Pertanian di Klaten. SMK yang beralamat di Jl. DPU Ngaran Mlese

Trucuk dan berdiri sejak tahun 1965. Sebagian besar masyarakatnya bertani,

wiraswasta dan PNS. Terdapat banyak sekali Usaha milik swasta atau kelompok.

Kecamatan Trucuk merupakan sentra industri kecil seperti permebelan kayu di desa

Mireng, Kradenan (dukuh Kemiri). Di desa Palar Kecamatan Trucuk terdapat makam

pujangga besar Sura ka rta yaitu Ra ng g a w a rsita.

4. Ke c a m a ta n Pe da n

Ada 14 ( Empat Belas) Kelurahan yang terdapat di Kecamatan ini, yaitu :

Kelurahan Temuwangi, Kelurahan Beji, Kelurahan Ngaren, Kelurahan Jatimulyo,

Kelurahan Jetiswetan, Kelurahan Keden, Kelurahan Bendo, Kelurahan Tambakboyo,

Kelurahan Kedungan, Kelurahan Sobayan, Kelurahan Kalangan, Kelurahan Troketon,

Kelurahan Kaligawe dan Kelurahan Lemahireng. Kecamatan Pedan berbatasan

dengan: Sebelah Tim ur dengan ke c a m a ta n C e p e r, sebelah Se la ta n dengan

ke c a m a ta n Juw iring, sebelah Ba ra t dengan ke c a m a ta n Ka ra ng d o w o dan

(52)

5. Ke c a m a ta n C e pe r

Terletak sekitar 10 km arah Utara Klaten sepanjang jalan raya Klaten - Solo.

Kecamatan Ceper terdiri dari 18 Kelurahan/Desa , antara lain: Kelurahan Srebegan,

Kelurahan Kajen, Kelurahan Jambu Kidul, Kelurahan Kujon, Kelurahan Pokak,

Kelurahan Pasungan, Kelurahan Mlese, Kelurahan jombor, Kelurahan Meger,

Kelurahan Dlimas, Kelurahan Jambukulon, Kelurahan Ceper, Kelurahan Kurung,

Kelurahan Cetan, Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Ngawonggo, Kelurahan Klepu dan

Kelurahan Kuncen.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ngawen, Kecamatan

Karanganom. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Trucuk dan Kecamatan

Klaten Utara. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pedan. Sebelah Utara

berbatasan dengan Kecamatan Delanggu. Pendapatan penduduk terutama dari

pertanian. Industri di Ceper termasuk kerajinan besi cor di Desa Batur Jaya, mainan

anak dari kayu di Desa Jombor, dan industri mebel yang tersebar di banyak desa. Ada

pula kerajinan karet dari ban-ban bekas yang terdapat di desa Karangwuni. Dahulu

memiliki pabrik gula yang disebut P.G. Ceper Baru, dan Infitex (Induk Finishing

Tekstil). Sekarang pabrik gula tersebut merupakan museum.

Untuk fasilitas pendidikan terdapat tiga SMP Negeri yaitu SMP 1 Ceper di

Ceper, SMP 2 Ceper di Kujon, dan SMP 3 Ceper di Meger. Terdapat satu SMA

Negeri, yaitu SMA N 1 Ceper di Kajen. Sekolah swasta antara lain ialah STM Batur

Jaya di Batur, SMP Pancasila di Kurung.

4. Keadaaan Penduduk

(53)

Penduduk merupakan salah satu modal dasar yang sangat penting dalam

melaksanakan pembangunan. Namun demikian pertumbuhan penduduk yang tidak

terkendali dapat mengakibatkan munculnya permasalahan yang sangat kompleks

dalam berbagai aspek kehidupan. Meningkatnya tingkat konsumsi yang diikuti pula

oleh meningkatnya kuantitas limbah buangan rumah tangga, merupakan salah satu

bagian dari dampak pertumbuhan penduduk di suatu wilayah tertentu, yang

selanjutnya akan diikuti oleh keterbatasan-keterbatasan penduduk dalam pemanfaatan

pelayanan publik oleh penduduk itu sendiri.

Jumlah penduduk Kabupaten Klaten tahun 2007 adalah 1.296.987 jiwa,

dengan kepadatan penduduk sekitar 1.978 jiwa/km persegi, atau dikepalai oleh sekitar

349.615 kepala keluarga.

Secara rinci, jumlah penduduk pada 5 Kecamatan, yang menjadi wilayah

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

No Nama

kecamatan

Jumlah penduduk Kepadatan penduduk ( )

1 Trucuk 81.869 2.421

2 Pedan 48.730 2.542

3 Ceper 63.811 2.610

4 Klaten Tengah 43.844 4.915

5 Klaten Utara 41.850 4.032

(54)

b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat menggambarkan struktur

penduduk di suatu wilayah. Sebagaimana yang tampak pada tabel berikut ini;

Tabel 2.3

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Nama kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Trucuk 40.544 41.325 81.869

2 Pedan 23.986 24.744 48.730

3 Ceper 31.377 32.434 63.811

4 Klaten Tengah 21.392 22.452 43.844

5 Klaten Utara 20.311 21.539 41.850

Sumber: Klaten dalam Angka, 2007

Berdasarkan data diatas, ternyata di semua wilayah cakupan penelitian ini,

penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibanding penduduk yang

berjenis kelamin laki-laki. Komposisi masyarakat yang demikian sedikit banyak

berpengaruh terhadap bangunan sistem sosial, politik, ekonomi dalam masyarakat.

Dimana, potensi-potensi terjadinya tindakan pelecehan seksual terhadap

perempuan, seharusnya dapat lebih dieliminir, karena secara kuantitas perempuan

jumlahnya lebih banyak.

c. Dinamika Penduduk

Jenis kejadian mutasi (datang dan pergi), di beberapa Kecamatan, seperti

Trucuk, Ceper, Pedan, Klaten Utara dan Klaten Tengah, selama tahun 2007 cukup

tinggi. Berdasarkan tabel 2.4, maka dilihat dari tingkat banyaknya mobilitas keluar,

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4Dinamika Penduduk Datang dan Pergi
+6

Referensi

Dokumen terkait

pelecehan seksual adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu, menjengkelkan, dan tidak diundang yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dalam bentuk

gambar dan tulisan yang mengarah pada seks ), dan pelecehan seksual secara fisik.. (tatapan, colekan, rabaan, sentuhan,

1. dapat diketahui jumlah aitem yang gugur atau tidak sahib pada skala sikap terhadap pelecehan seksual yaitu sebanyak 33 aitem dari 48 aitem yang disusun, sedangkan

Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh pendamping dengan korban pelecehan seksual untuk pembentukan konsep diri merupakan suatu penelitian yang memiliki tujuan

Hasil penelitian, korban pelecehan seksual secara verbal diwilayah hokum Kota Malang yang mengalami kerugian secara psikis belum mendapatkan haknya berupa

Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh pendamping dengan korban pelecehan seksual untuk pembentukan konsep diri merupakan suatu penelitian yang memiliki tujuan

Faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan pelecehan seksual pada remaja di negara maju dan berkembang meliputi adanya pengetahuan dan sikap,

Atas dasar pasal 72 UU tentang Perlindungan Anak jika terjadi tindakan kekerasan baik yang berupa kekerasan verbal, fisik, mental maupun pelecehan seksual terhadap anak