• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monitoring Keberadaan Pegawai Menggunakan Rfid Sebagai Masukan Untuk Mengukur Beban Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Monitoring Keberadaan Pegawai Menggunakan Rfid Sebagai Masukan Untuk Mengukur Beban Kerja"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Avoine, G. 2004. Security Issues in RFID Systems, Seminar on Security Protocols and Applications.

Barnes, R.M. 1996. Motion and Time Study: Design and Measurement of Work. Fifth Edition. New York and London. John Willey and Son.

Bose, A. & Foh, C.H., 2007. A practical path loss model for indoor WiFi positioning enhancement. In Information, Communications & Signal Processing, 2007 6th International Conference on (pp. 1-5). IEEE.

Cook, B., Buckberry, G., Scowcroft, I., Mitchell, J. & Allen, T., 2005, September. Indoor location using trilateration characteristics. In Proc. London Communications Symposium (pp. 147-150).

Cummings, G & Worley G. 2005. Organization Development and Change, 9th Edition. Soutth-Western: Cengange Learning.

Dempsey, M., 2003. Indoor Positioning Systems in Healthcare: a basic overview of technologies. Radianse Inc White Paper.

Ghose, A., Pal, A., Choudhury, A.D., Chandel, V., Bhaumik, C. & Chattopadhyay, T., Tata Consultancy Services Ltd, 2014. Indoor Positioning System. U.S. Patent Application 14/450,890.

Gopher, D. & Donchin, E., 1986. Workload: An examination of the concept.

Gu, Y., Lo, A. & Niemegeers, I., 2009. A survey of indoor positioning systems for wireless personal networks. IEEE Communications surveys & tutorials, 11(1), pp.13-32.

(2)

Menpan. 1997. Defenisi Beban Kerja. http://www.bkn.go.id , diakses 12 November 2016.

Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alpabeta.

Pathak, O., Palaskar, P., Palkar, R. and Tawari, M., 2014. Wi-Fi Indoor Positioning System Based on RSSI Measurements from Wi-Fi Access Points—A Trilateration Approach. International Journal of Scientific and Engineering Research, 5, pp.1234-1238.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Jakarta:Depdagri.

Purnomo, Hari. 2015. Penentuan Beban Kerja Pada Front Office dan Back Office Perusahaan Perbankan Menggunakan Uji Petik Pekerjaan. IENACO 2015. ISSN 2337-4349.

Pu, C. C. 2009. Development of a New Collaborative Ranging Algorithm for RSSI Indoor Location Tracking in WSN, PhD Thesis, Dongseo University, South Korea.

Pu, C. C., Pu, C. H. & Lee, H J. 2011. Indoor Location Tracking Using Received Signal Strength Indicator, Emerging Communications for Wireless Sensor Networks (Ed.) ESBN: 978-953-307-082-7.

Rappaport, T.S., 1996. Wireless communications: principles and practice(Vol. 2). New Jersey: Prentice Hall PTR.

Savvides, A., Han, C.C. and Strivastava, M.B., 2001, July. Dynamic fine-grained localization in ad-hoc networks of sensors. In Proceedings of the 7th annual international conference on Mobile computing and networking (pp. 166-179). ACM.

Siagian, Sondang P. 2001. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Rineka Cipta. Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi Kaidah Perilaku. Jakarta: Erlangga. Suarfi, Alfredo. 2016. Pengukuran Beban Kerja dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja

yang Optimal Pada Bagian Logistik Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT. Pos Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan. Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(3)

Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R. & Tjakraatmadja, J.H., 1979. Teknik tata cara kerja. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Weis, S.A., Sarma, S.E., Rivest, R.L. and Engels, D.W., 2004. Security and privacy aspects of low-cost radio frequency identification systems. In Security in pervasive computing (pp. 201-212). Springer Berlin Heidelberg.

Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Jakarta: Penerbit PT. Guna Widya.

Xu, J., Liu, W., Lang, F., Zhang, Y. & Wang, C., 2010. Distance measurement model based on RSSI in WSN. Wireless Sensor Network, 2(8), pp.606-611.

(4)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini, akan dibahas mengenai perancangan sistem yang akan dibangun serta penerapan Trilateration untuk mengetahui posisi objek pada sebuah gedung.

3.1. Arsitektur Umum

(5)

mengenai aktivitas pegawai sepanjang jam kerja dan menyimpan report tersebut kedalam database untuk dievaluasi lebih lanjut oleh user.

Adapun arsitektur umum yang menggambarkan metode pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Arsitektur Umum

3.2. Data yang Digunakan

(6)

3.3.Analisis Sistem

3.3.1. RSSI Ranging

Dalam mengukur jarak antara reader dan receiver menggunakan RSSI, model propagasi log-distance path loss digunakan. Sebagai contoh sebuah reader A beropersai pada frekuensi 900 MHz. Tag Iterbaca pada reader A dengan nilai kekuatan sinyal -77 dBm. Untuk mengukur jarak dari reader A ke tag I dengan menggunakan log-distance path loss dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung Pr(d0)dengan menggunakan persamaan Free-space Path Loss. Nilai panjang gelombang (l) adalah 0.333 meter dikarenakan reader bekerja pada frekuensi 900 MHz.

!"($0) = − 20× log10 4R$ S

= − 20× logTL 4(3.14)(1) 0.333 = −31./ $9/

2. Setelah nilai referensi (Pr(d0)) didapatkan, maka perlu dicari nilai path lossexponent (n) dengan menggunakan persamaan 2.8 atau dapat merujuk ke tabel 2.4. Dengan merujuk ke tabel 2.4 maka nilai n pada lingkungan dalam gedung dengan banyak halangan adalah 6. Nilai Xspada gedung perkantoran biasanya -10 dBm.

3. Setelah seluruh paramater telah didapatkan maka dapat dilakukan pengukuran jarak dengan menggunakan Log-distance path loss.

!` a = !` ab − 10 × 3 × logTL $ $L

+ Uc

−77 = −31./ − 60 × logTL $ + 10

$ = 10 [email protected] $ = 8.4 /

Maka jarak antara reader A dengan tag I didalam lingkungan tersebut adalah 3.9 meter.

3.3.2. Trilateration

(7)

C dengan posisi masing-masing dalam bentuk koordinat (x, y); reader A(4, 4), B(30, 10) dan C(15, 30). Jarak antara tag I dengan masing-masing reader adalah A(6), B(9) dan C(4.5). Adapun langkah dalam menentukan posisi tag menggunakan metode trilateration sebagai berikut:

1. Menggunakan rumus phytagoras untuk menyelesaikan posisi (x, y). Masing-masing data reader dimasukkan ke dalam sistem persamaan 2.11.

6@= 4 − W @+ 4 − X @ 9@= 30 − W @+ 10 − X @ 4./@= 1/ − W @+ 30 − X @

2. Lalu persamaan tersebut disusun ulang untuk mencari titik (x, y) seperti pada persamaan 2.12.

W = 4

@+ 4@− 6@ 30 − 10 + 30@+ 10@− 9@ 4 − 10 + 1/@+ 30@− 4./@ 10 − 4 2 4 30 − 10 + 30 4 − 10 + 1/ 10 − 4

X = 4

@+ 4@− 6@ 1/ − 30 + 30@+ 10@− 9@ 4 − 30 + 1/@+ 30@− 4./@ 30 − 4 2 4 1/ − 30 + 30 4 − 30 + 1/ 30 − 4

3. Setelah persamaan tersebut diselesaikan maka nilai (x, y) adalah (14.271, 15.306). Maka posisi tag I berada pada koordinat (14.271, 15.306).

3.3.3. Perhitungan Presentase Waktu Produktif dan Uji Keseragaman Data

Presentase waktu produktif dapat menggunakan persamaan 2.1. Misalkan jumlah pengamatan pegawai sebanyak 120 kali dan jumlah idle dari pegawai tersebut adalah 30 kali dalam satu hari. Maka presentase waktu produktif dapat dihitung sebagai berikut:

!"#$%&'()('*+ = .%/0*ℎ !234*/*'*3 − 6&'()('*+ 7$02 .%/0*ℎ 8234*/*'*3

!"#$%&'()('*+ = 120 − 30 120 !"#$%&'()('*+ = 0.7/

(8)

9:6 = 8 + 3 8 1 − 8 3

9:6 = 0,93 + 3 0,93 1 − 0,93 1470 9:6 = 0,949

9:9 = 8 − 3 8 1 − 8 3

9:9 = 0,93 − 3 0,93 1 − 0,93 1470

9:9 = 8 − 3 8 1 − 8 3 9:9 = 0,910

3.3.4. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.4. Misalkan jumlah pengamatan yang dilakukan dalam satu minggu adalah 1470 kali. Produktivitas rata-rata seorang pegawai dalam satu minggu adalah 93% atau 0.93 dan tingkat keyakinan yang digunakan adalah 95% dengan derajat ketelitian 5%. Maka uji kecukupan data dapat dihitung sebagai berikut:

>′ =&

@ 1 − 8 A@8

>′ =(2)

@ 1 − 0.93 (0.0/)@∗ 0.93 >m = 120.4 ≈ 120

Dikarenakan nilai N’ < N atau 120 < 1470 maka data telah mencukupi.

3.3.5. Work Load Analysis (WLA)

(9)

92B*3 :2"C* = ! × 1 + EF × 1 + 6GG × 0,01 92B*3 :2"C* = 0.93 × 1 + 0,2 × 1 + 0,1

92B*3 :2"C* = 1,2276

Beban kerja dari pegawai tersebut adalah 1,2276 atau 122,76%. Beban kerja tersebut berada diatas normal dan penyesuaian selanjutnya harus dilakukan oleh user dari sistem ini.

3.4.Perancangan Sistem

3.4.1. Perancangan Database

Database pada sistem ini digunakan untuk menyimpan dan mengelola seluruh data yang berhubungan pada sistem ini. Berikut rancangan database yang digunakan penulis untuk membangun sistem ini:

(10)

mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sebuah sistem informasi dan siapa saja yang dapat mengunakan fungsi-fungsi itu. Dalam sistem ini, aktor yang ada adalah user dan admin. Kegiatan user dan admin dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Use Case Diagram

3.4.3. Activity Diagram

(11)

Gambar 3.4 Activity Diagram

(12)

database. Apabila User memilih menu data pegawai, maka server akan mengirimkan data para pegawai beserta laporan jam kerja masing-masing pegawai dari database.

3.5. Perancangan Interface

Sistem yang dibangun memiliki dua buah aplikasi yang berbeda, yaitu aplikasi pada PC Hub dan aplikasi yang dapat digunakan oleh User.

3.5.1. Rancangan Tampilan pada PC Hub

Aplikasi yang terdapat pada PC Hub merupakan aplikasi yang berfungsi untuk berkomunikasi dengan Reader dan mengumpulkan data tag dari Reader. Setelah data terkumpul maka data tersebut akan diolah dengan metode trilateration untuk menentukan lokasi tag dan mengirimkan data tersebut ke Server. Adapun rancangan tampilan aplikasi PC Hub dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Rancangan Tampilan Aplikasi PC Hub

3.5.2. Rancangan Tampilan Login

(13)

Gambar 3.6 Rancangan Tampilan Login

3.5.3. Rancangan Tampilan Live Map

Tampilan ini merupakan tampilan Live Map yang juga berfungsi sebagai tampilan halaman utama pada sistem. Tampilan ini berisi tentang peta gedung yang memiliki informasi keberadaan pegawai dan juga tampilan ini berisi tentang aktivitas para pegawai. Rancangan tampilan Live Map dapat dilihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Rancangan Tampilan Live Map

3.5.4. Rancangan Tampilan Employee List

(14)

Gambar 3.8 Rancangan Tampilan Employee List

3.5.5. Rancangan Tampilan Employee Report

Tampilan ini berisi informasi tentang laporan kinerja pegawai berdasarkan jam kerja para pegawai beserta evaluasi dari jam kerja pegawai tersebut. Rancangan tampilan Employee Report dapat dilihat pada gambar 3.9.

(15)

BAB 4

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

4.1.Implementasi Sistem

Pada tahap ini akan dilakukan proses implementasi dari tahap perancangan sebelumnya. Proses implementasi ini menggunakan hardware dan software untuk menjalankan aplikasi. Aplikasi monitoring jam kerja efektif pegawai ini menggunakan bahasa pemrogaman Java dan PHP.

4.1.1. Spesifikasi Software

Adapun Software yang digunakan untuk menghasilkan aplikasi tersebut adalah: 1. macOS Sierra

2. NetBeans versi 8.0.2 3. XAMPP versi 1.8.3-4 4. MySQL versi 5.6.16

4.1.2. Spefisikasi Hardware

Adapun Hardware yang digunakan untuk menghasilkan aplikasi tersebut adalah: 1. Processor: 2.3 Ghz Intel Core i7

2. Memory (RAM): 8 GB 1600 MHz DDR3

(16)

perintah pembacaan tag melalui reader kemudian menghitung posisi tag tersebut lalu data posisi tersebut dikirim dan disimpan kedalam database yang terdapat di server. Adapun interfacePC Hub dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Interface PC Hub

4.3.Tampilan Interface User

4.3.1. Tampilan Interface Login

(17)

Gambar 4.2 Interface Login

4.3.2. Tampilan Live Map

(18)
(19)

4.3.3. Tampilan Employee List

Tampilan pada halaman ini berisi tentang informasi mengenai data para pegawai. Pada tampilan ini user dapat mengklik salah satu pegawai dan sistem akan menampilkan laporan jam kerja efektif dari pegawai tersebut. Adapun tampilan Employee List dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Tampilan Employee List

4.3.4. Tampilan Employee Report

(20)

user dalam menentukan tindakan selanjutnya yang dapat diberikan kepada pegawai tersebut. Adapun tampilan Employee Report dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Tampilan Employee Report

4.4.Pengujian

(21)

sistem akan membuat laporan tentang aktivitas para pegawai tersebut. Berikut adalah proses yang terjadi didalam sistem:

1. Sistem akan dimulai pada aplikasi PC Hub yaitu dengan mengambil data dari masing-masing reader pada jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya, dalam contoh ini jangka waktu pengambilan data berjarak tiga detik. Aplikasi PC Hub kemudian akan menampilkan data log dan kemudian akan menentukan posisi dari para pegawai melalui informasi yang diperoleh dari beberapa reader. Setelah itu, aplikasi PC Hub akan mengirimkan informasi posisi para pegawai ke server untuk disimpan didalam database.

Gambar 4.6 Tampilan Data Log aplikasi PC Hub

(22)

Tabel 4.1 Data Tag yang Diperoleh dari Reader

Date Stamp Time Stamp Tag ID Reader ID Signal

2017-04-26 04:08:07.338 1 10 -61

2017-04-26 04:08:07.338 1 11 -73

2017-04-26 04:08:07.338 1 12 -75

2017-04-26 04:08:07.381 2 10 -51

2017-04-26 04:08:07.381 2 11 -74

2017-04-26 04:08:07.381 2 12 -73

2017-04-26 04:08:07.396 3 10 -62

2017-04-26 04:08:07.396 3 11 -76

2017-04-26 04:08:07.396 3 12 -72

2017-04-26 04:08:07.412 4 10 -65

2017-04-26 04:08:07.412 4 11 -71

2017-04-26 04:08:07.412 4 12 -73

2017-04-26 04:08:07.428 5 10 -69

2017-04-26 04:08:07.428 5 11 -70

2017-04-26 04:08:07.428 5 12 -72

Tabel 4.2 menunjukkan jarak dari tag ke masing-masing reader yang dihasilkan oleh log-distance path loss.

Tabel 4.2 Posisi Tag yang Diperoleh oleh Log-Distance Path Loss

Date Stamp Time Stamp Tag ID Reader ID Distance

2017-04-26 04:08:07.338 1 10 90.112

2017-04-26 04:08:07.338 1 11 358.743

2017-04-26 04:08:07.338 1 12 451.630

2017-04-26 04:08:07.381 2 10 28.495

2017-04-26 04:08:07.381 2 11 402.516

2017-04-26 04:08:07.381 2 12 358.743

2017-04-26 04:08:07.396 3 10 101.107

2017-04-26 04:08:07.396 3 11 506.738

2017-04-26 04:08:07.396 3 12 319.730

2017-04-26 04:08:07.412 4 10 142.818

(23)

Tabel 4.2 Posisi Tag yang Diperoleh oleh Log-Distance Path Loss (lanjutan)

Date Stamp Time Stamp Tag ID Reader ID Distance

2017-04-26 04:08:07.412 4 12 358.743

2017-04-26 04:08:07.428 5 10 226.351

2017-04-26 04:08:07.428 5 11 253.970

2017-04-26 04:08:07.428 5 12 319.730

(24)
(25)

Tabel 4.3 menunjukkan lokasi dari para pegawai didalam peta tersebut. Lokasi dari pegawai didapatkan dengan menggunakan metode Trilateration.

Tabel 4.3 Lokasi Pegawai Pada Peta

Tag ID X_Coor Y_Coor

1 296.900 110.808

2 396.000 134.937

3 503.914 101.634

4 327.019 222.664

5 339.413 301.943

3. Adam kemudian dapat melihat daftar informasi dari para pegawai pada halaman Employee List. Pada halaman ini Adam dapat melihat informasi-informasi yang berkaitan dengan para pegawai.

(26)

4. Setelah melihat daftar para pegawai, Adam kemudian dapat memilih pegawai untuk ditampilkan informasi mengenai jam kerja yang telah dikumpulkan sistem. Didalam laporan tersebut Adam dapat melihat grafik data jam kerja pegawai per hari dan terdapat kesimpulan dari beban kerja pegawai tersebut.

Gambar 4.9 Tampilan Employee Report Adam

(27)

Tabel 4.4 Employee Performance

Date Work Idle Total Proportion BKA BKB

2017-02-20 189 23 212 0.892 0.948 0.815

2017-02-21 192 20 212 0.906 0.948 0.815

2017-02-22 190 22 212 0.896 0.948 0.815

2017-02-23 178 34 212 0.840 0.948 0.815

2017-02-24 180 32 212 0.849 0.948 0.815

2017-02-25 194 18 212 0.915 0.948 0.815

2017-02-26 195 17 212 0.920 0.948 0.815

(28)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian sistem monitoring keberadaan pegawai menggunakan RFID sebagai masukan untuk mengukur beban kerja dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Trilateration dapat menentukan posisi dari tag melalui beberapa reader. Namun akurasi dari posisi tersebut sangat bergantung kepada nilai kekuatan sinyal yang banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Untuk menambah akurasi dibutuhkan survey dan teknik untuk mendapatkan nilai sinyal yang akurat.

2. Penggunaan RFID sebagai media monitoring pegawai dapat diimplementasikan sebagai salah satu alternatif dalam mengawasi dan menganalisis aktivititas pegawai pada saat bekerja. Kesimpulan yang dihasilkan sistem bersifat sebagai saran untuk kemudian ditentukan tindakan yang lebih lanjut oleh user.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan untuk pengembangan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan alat RFID dapat disediakan sehingga dapat diketahui akurasi dari sistem yang diajukan skripsi ini.

(29)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.Beban kerja

Menurut Gopher & Doncin (1986) beban kerja adalah suatu konsep yang timbul akibat

adanya keterbatasan kapasistas dalam memproses informasi. Dalam menjalankan

sebuah tugas, individu diharapkan dapat menyelesaikan tugas tersebut dalam tingkatan

tertentu. Apabila keterbatasan yang dimiliki individu tersebut menghambat tercapainya

hasil kerja yang diharapkan, maka telah terjadi kesenjangan antara tingkat kemampuan

individu yang diharapkan dengan tingkat kapasitas yang dimiliki. Kesenjangan ini dapat

berakibat pada kegagalan dalam kinerja (performance failure). Untuk menghindari hal

tersebut, maka diperlukan pemahaman dan pengukuran yang lebih mengenai beban

kerja.

Menurut Suarfi (2016), pengukuran kerja yang dilakukan secara berkelanjutan

memberikan umpan balik, yang merupakan hal yang penting dalam upaya perbaikan

secara terus menerus. Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu

(time study). Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu standar

atau waktu baku. Pengertian umum pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk

menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang operator dalam melaksanakan

kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal.

Proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,

yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran waktu secara tidak langsung.

Disebut secara langsung karena pengamat berada di tempat di mana objek sedang

diamati. Pengamat secara langsung melakukan pengukuran atas waktu kerja yang

dibutuhkan oleh seorang operator (obyek pengamatan) dalam menyelesaikan

(30)

1. Memastikan tercapainya rencana kerja yang telah disepakati.

2. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kerja dan membandingkannya dengan

rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.

3. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka upaya

memperbaiki kinerja organisasi.

2.2.Perhitungan beban kerja dengan menggunakan Work Sampling

Work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan

terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator. Pengukuran kerja

dengan metode sampling kerja diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara

langsung karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung di tempat

kerja yang diteliti. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling

pekerjaan pengamat tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan

mengamati hanya pada waktu-waktu yang telah ditentukan secara acak

(Wignjosoebroto, 2006). Secara garis besar metode sampling kerja akan dapat

digunakan untuk:

1. Mengukur ratio delay dari tenaga kerja, operator, mesin atau fasilitas kerja

lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan persentase dari jam atau hari

dimana tenaga kerja benar-benar terlibat dalam aktifitas kerja dan persentase dimana

sama sekali tidak ada aktifitas kerja yang dilakukan (menganggur atau idle).

2. Menetapkan performance level dari tenaga kerja selama waktu kerjanya berdasarkan

waktu-waktu dimana orang ini bekerja atau tidak bekerja.

3. Menentukan persentase produktif tenaga kerja seperti halnya yang dapat

dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.

2.2.1. Pelaksanaan Sampling Kerja

Menurut Sutalaksana et al(1979) ebelum melakukan sampling kerja dilakukan

langkah-langkah persiapan awal yang terdiri atas pencatatan segala informasi dari semua

fasilitas yang ingin diamati serta merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan

prinsip randomisasi. Setelah itu barulah dilakukan sampling yang terdiri dari tiga

langkah yaitu melakukan sampling pendahuluan, uji keseragaman data dan menghitung

(31)

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan

secara statistik, langkah-langkah yang dijalankan sebelum sampling dilakukan, yaitu :

1. Penetapan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan. Hal ini akan

menentukan besarnya tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan.

2. Jika sampling dilakukan untuk mendapatkan waktu baku, dilakukan penelitian untuk

mengetahui ada tidaknya suatu sistem kerja yang baik, jika belum ada maka

dilakukan perbaikan atas kondisi dan cara kerja terlebih dahulu.

3. Dipilih operator yang dapat bekerja normal dan dapat diajak bekerja sama.

4. Dilakukan latihan bagi operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem

kerja yang dilakukan.

5. Dilakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan sekaligus

mendefinisikan kegiatan kerja yang dimaksud.

6. Persiapan peralatan yang diperlukan berupa papan atau lembaran-lembaran

pengamatan.

Cara melakukan sampling pengamatan dengan cara sampling pekerjaan terdiri

dari tiga langkah yaitu :

1. Dilakukan sampling pendahuluan.

2. Uji keseragaman data.

3. Dihitung jumlah kunjungan yang diperlukan.

2.2.2. Penentuan Jadwal Pengamatan

Menurut Sutalaksana et al(1979), dilakukan sejumlah pengamatan terhadap aktifitas

kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak. Untuk ini umumnya satu hari kerja

dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Pada

umumnya panjang satu satuan waktu tidak terlalu panjang. Berdasarkan satu satuan

waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan.

Misalnya satu satuan waktu panjangnya tiga menit, maka satu hari kerja (tujuh

jam) mempunyai 140 satuan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kunjungan

(32)

menganggur (idle). Tentu dalam hal ini ditentukan terlebih dahulu definisi work dan

idle tersebut.

2.2.3. Rating Factor

Menurut Sutalaksana et al(1979), setelah pengukuran berlangsung pengukur harus

mengamati kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya

bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena

menjumpai kesulitan-kesulitan tertentu. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi

kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu

penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu

yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar.

Misalnya ada ketidakwajaran, maka pengukur harus mengetahuinya dan menilai

seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah

penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus atau

elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka

agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan

melakukan penyesuaian.

Pada umumnya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus

rata-rata atau waktu elemen rata-rata-rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian.

Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh

mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat

bahwa operapor bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka harga p lebih besar dari satu

(p1), sebaliknya jika operator dipandang bekerja di bawah normal maka harga p akan

lebih kecil dari satu (p). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja

dengan wajar maka harga p nya sama dengan 1 (p=1).

Adapun salah satu cara untuk menentukan faktor penyesuaian yaitu dengan cara

Shumard. Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas

kinerja kerja dengan setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri seperti yang tertera

Tabel 2.1. Pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja operator menurut

(33)
[image:33.595.109.525.125.393.2]

Tabel 2.1 Penyesuaian Dengan Cara Shumard

Kelas Penyesuaian

Superfast 100

Fast + 95

Fast 90

Fast - 85

Excellent 80

Good + 75

Good 70

Good - 65

Normal 60

Fair + 55

Fair 50

Fair - 45

Poor 40

2.2.4. Allowance

Sutalaksana et al(1979) menyatakan bahwa Allowance atau kelonggaran diberikan

untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue dan hambatan

– hambatan yang tidak dapat dihindarkan.

1. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi (Personal Allowance)

Besarnya waktu untuk kelonggaran pribadi untuk pekerja pria berbeda dengan

pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan ringan pada kondisi kerja normal pria

memerlukan 2-2,5% dan wanita 5% (persentase ini dari waktu normal), atau 10

sampai 24 menit setiap hari akan dipergunakan untuk kebutuhan yang bersifat

personil apabila operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat resmi.

Meskipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil yang dipergunakan ini

akan bervariasi tergantung pada individu pekerjanya dibandingkan dengan jenis

(34)

sangat sulit dan kompleks. Waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat sangat

tergantung pada individu yang bersangkutan. Lama waktu periode istirahat dan

frekuensi pengadaanya akan tergantung pada jenis pekerjaannya.

3. Kelonggaran waktu karena keterlambatan-keterlambatan (Delay Allowance)

Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai

hambatan-hambatan. Keterlambatan atau delay, bisa disebabkan faktor-faktor yang sulit untuk

dihindari karena berada diluar kemampuan pekerja untuk mengendalikannya.

Namun juga bisa disebabkan beberapa faktor yang sebenarnya masih dapat dihindari,

misalnya mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja.

Kelonggaran (allowance) diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi

menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.

Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang

selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai

pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.

Langkah pertama menentukan kelonggaran dalam perhitungan waktu baku adalah

menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal tersebut berdasarkan faktor-faktor

[image:34.595.82.553.476.720.2]

yang mempengaruhi seperti tertera pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Besarnya Allowance

Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen

Beban Kelonggaran (%)

A. Tenaga yang dikeluarkan

Pria Wanita

1. Dapat diabaikan Bekerja di meja,

duduk Tanpa Beban 0,0 – 6,0 0,0 – 6,0 2. Sangat ringan Bekerja di meja,

berdiri 0,00 – 2,25 6,0 -7,5 6,0 -7,5 3. Ringan

Menyekop, ringan 2,25 – 9,00 7,5 – 12,0 7,5 – 16,0

4. Sedang

Mencangkul 9,00 – 18,00 12,0 -19,0 16,0 – 30,0

5. Berat Mengayun Palu yang

Berat 18,00 – 27,00 19,0 – 30,0 6. Sangat berat

Memanggul beban 27,00 – 50,00 30,0 – 50,0

7. Luar biasa berat Memanggul karung

(35)
[image:35.595.84.552.104.743.2]

Tabel 2.2 Besarnya Allowance (lanjutan)

Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen

Beban Kelonggaran (%)

B. Sikap Kerja

1. Duduk Bekerja duduk,

ringan 0,0 – 1,0

2. Berdiri diatas dua

kaki Badan tegak,

ditumpu dua kaki 1,0 – 2,5

3. Berdiri diatas satu kaki

Satu kaki

mengerjakan alat control

2,5 – 4,0

4. Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan

2,5 – 4,0

5. Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki

4,0 – 10,0

C. Gerakan kerja

1. Normal Ayunan bebas dari

palu 0

2. Agak terbatas Ayunan terbatas dari

palu 0 – 5

3. Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan

0 – 5

4. Pada anggota-anggota badan terbatas

Bekerja dengan

tangan diatas kepala 5 – 10

5. Seluruh anggota terbatas

Bekerja dilorong pertambangan yang sempit

10 – 15

D.Kelelahan mata * Pencahayaan

Baik

Pencahayaan Buruk 1. Pandangan yang

terputus-putus Membawa alat ukur 0,0 – 6,0 0,0 – 5,0

2. Pandangan yang hampir terus menerus

Pekerjaan-pekerjaan

(36)
[image:36.595.85.550.108.704.2]

Tabel 2.2 Besarnya Allowance (lanjutan)

Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen

Beban Kelonggaran (%)

4. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah

Memeriksa

cacat-cacat pada kain 12,0 – 19,0 16,0 – 30,0

5. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus tetap

19,0 – 30,0

6. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus

berubah-ubah

30,0 – 50,0

E. Keadaan suhu

tempat kerja ** Suhu (0C) Kelelahan

manual Berlebihan

1. Beku

Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12

2. Rendah

0 – 13 10 - 5 12 – 5

3. Normal

13 – 22 5 – 0 8 – 0

4. Sedang

22 – 28 0 – 5 0 – 8

5. Tinggi

28 – 36 5 – 40 8 – 100

6. Sangat tinggi

Diatas 36 Diatas 40 Diatas 100

F. Keadaan atmosfer ***

1. Baik Ruang yang berventilasi baik, udara

segar 0

2. Cukup

Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan 0 – 5

3. Kurang baik Adanya debu-debuan beracun atau

tidak beracun 5 – 10

4. Buruk Adanya bau-bauan yang berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat pernafasan

(37)

Tabel 2.2 Besarnya Allowance (lanjutan)

G. Keadaan lingkungan

1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah

0

2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 – 10 detik

0 – 1

3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 – 5 detik

1 – 3

4. Sangat bising

0 – 5

5. Jika faktor-faktor berpengaruh dapat menurunkan kualitas

0 – 5

6. Terasa adanya getaran lantai

5 – 10

7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll)

5 – 15

* Kontras antara warna hendaknya diperhatikan

** Tergantung juga pada keadaan ventilasi

*** Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan

iklim

Catatan pelengkap: Allowance untuk kebutuhan pribadi bagi pria adalah 0 – 2,5% dan

wanita adalah 2 – 5%.

2.2.5. Presentase waktu produktif dan uji keseragaman data

Menurut Sutalaksana et al(1979), perhitungan waktu produktif bertujuan untuk

mengetahui presentase waktu yang digunakan masing-masing karyawan untuk bekerja

selama jam kerja berlangsung. Presentase waktu produktif dapat diketahui dengan

menggunakan persamaan 2.1.

!"#$%&'()('*+ = .%/0*ℎ !234*/*'*3 − 6&'()('*+ 7$02

(38)

mengidentifikasikan data yang terlalu ekstrim. Data ekstrim adalah data yang terlalu

besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend rata-ratanya. Data ekstrim tidak

dimasukkan kedalam perhitungan selanjutnya.

Peta kontrol (control chart) adalah suatu alat yang tepat guna untuk menguji

keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan (Sutalaksana et al, 1979). Data

yang dikatakan seragam adalah data yang berasal dari sistem yang sama (berada

diantara batas kontrol) dan tidak seragam (diluar batas kontrol). Adapun perhitungan

batas untuk keseragaman data dapat dilihat pada persamaan 2.2 dan 2.3 (Montgomery,

1985).

9:6 = 8 + 3 8 1 − 8

3 (2.2)

9:9 = 8 − 3 8 1 − 8

3 (2.3)

Dimana:

BKA = Batas Kontrol Atas

BKB = Batas Kontrol Bawah

p = Presentase waktu produktif

n = Jumlah pengamatan

2.2.6. Uji Kecukupan Data

Menurut Wignjosoebroto (2006), untuk mengetahui jumlah pengamatan yang akan

dilakukan telah mencukupi atau tidak, maka dilakukan uji kecukupan data. Banyaknya

pengamatan yang harus dilakukan dalam work sampling akan dipengaruhi oleh dua

faktor utama yaitu:

1. Tingkat ketelitian dari hasil pengamatan.

2. Tingkat keyakinan dari hasil pengamatan.

Dengan asumsi bahwa terjadinya kegiatan seorang pegawai saat bekerja atau

menganggur mengikuti pola distribusi normal. Untuk menentukan kecukupan jumlah

(39)

>′ =&

@ 1 − 8

A@8 (2.4)

Dimana:

N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan

S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki, menggunakan 5%

p = Presentase waktu produktif

k = Tingkat kepercayaan

Tingkat kepercayaan 68% memiliki harga k = 1

Tingkat kepercayaan 95% memiliki harga k = 2

Tingkat kepercayaan 99% memiliki harga k = 3

Didalam aktifitas pengukuran kerja umumnya tingkat ketelitian menggunakan

nilai 5% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Hal ini menyatakan bahwa

sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari hasil pengamatan yang dicatat akan memiliki

penyimpangan tidak lebih dari 5%. Besar nilai N’ (jumlah pengamatan yang harus

dilakukan) harus lebih kecil dari nilai N (jumlah pengamatan yang sudah dilakukan).

Apabila kondisi yang diperoleh adalah nilai N’ lebih besar dari N, maka pengamatan

harus dilakukan kembali. Sebaliknya jika nilai N’ lebih kecil daripada N, maka

pengamatan yang dilakukan telah mencukupi sehingga data bisa memberikan tingkat

keyakinan dan ketelitian yang sesuai dengan yang diharapkan.

2.3. Workload Analysis (WLA)

Menurut Menpan (1997), pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk

mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektifitas kerja suatu unit organisasi, atau

pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik

analisis jabatan, teknik analisi beban kerja tau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen

untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang

(40)

Menurut Sutalaksana et al(1979), beban kerja dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 2.5.

92B*3 :2"C* = ! × 1 + EF × 1 + 6GG × 0,01 (2.5)

Dimana:

RF = Performance

ALL = Allowance

! = persentase produktivitas

Menurut Suarfi (2016) Beban kerja dikatakan normal dan tidak perlu adanya

penyesuaian jika nilai beban kerja berada pada rentang 70%-100%.

Adapun manfaat dari work load analysis adalah (Sutalaksana et al, 1979):

• Alat Manajermen dalam mengambil keputusan.

• Menganalisa beban kerja berdasarkan kegiatan, disiplin yang dibutuh pengalokasian

tenaga ahli, penempatan staf pada posisi yang mendesak.

• Menganalisa proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

• Menyediakan data pendukung dalam meningkatkan dana program-program sosial,

ekonomi dan penelitian.

• Memfasilitasi diskusi dan pengkajian ulang yang berhubungan dengan produk hasil.

• Proyek yang timbul dari program-program baru/tambahan serta tugas-tugas yang

berdasarkan pada beban kerja maupun kekuatan kerja (work force) saat ini dan

mendatang.

• Menyediakan data unutk mengkorelasikan beban kerja dengan kebutuhan personal

dengan tujuan pengalokasian sumber daya yang lebih komprehensif.

• Membantu manajer menentukan bagaimana mengurangi kelebihan atau ketidak

seimbangan beban kerja.

• Membantu dalam penyusunan kebutuhan pelatihan untuk karyawan

• Menyediakan data sumber daya manusia ketika organisasi mengalami perubahan.

• Merancang disiplin ilmu apa yang dibutuhkan oleh pekerja dimasa yang akan datang.

• Membantu pengembangan dan evalusasi dari pengukaran performa.

(41)

• Menghasilkan database dari proses kerja untuk referensi pada masa yang akan

datang.

2.4.Radio Frequency Identification (RFID)

Menurut Maryono (2005) RFID adalah teknologi untuk mengidentifikasi seseorang

atau objek tertentu dengan menggunakan transmisi frekuensi radio, khususnya 125kHz,

13.56Mhz atau 800-900Mhz. Definisi lain mengenai RFID yaitu sebuah teknologi

penangkapan data yang dapat digunakan secara elektronik untuk mengidentifikasi,

melacak dan menyimpan informasi yang tersimpan dalam tag RFID (Supriatna, 2007).

RFID menggunakan frekuensi radio untuk membaca informasi dari sebuah device kecil

yang disebut tag atau transponder (Transmitter + Responder). Tag RFID akan

mengenali diri sendiri ketika mendeteksi sinyal dari competible device, yaitu reader

RFID (RFID Reader). RFID ditempatkan pada objek atau orang sehingga dapat di

identifikasi, dilacak dan diatur secara otomatis.

Sistem RFID terdiri dari empat komponen, di antaranya adalah sebagai berikut:

Tag yaitu device yang menyimpan informasi untuk identifikasi objek. Tag RFID

sering juga disebut sebagai transponder.

• Antena untuk mentransmisikan sinyal frekuensi radio antara RFID reader dengan tag

RFID.

• RFID reader adalah device yang kompatibel dengan tag RFID yang akan

berkomunikasi secara wireless dengan tag.

Application software adalah aplikasi pada sebuah workstation atau PC yang dapat

membaca data dari tag melalui reader RFID. Baik tag dan reader RFID

diperlengkapi dengan antena sehingga dapat menerima dan memancarkan

gelombang elektromagnetik.

Dalam RFID terdapat bermacam-macam teknologi tentang posisi seperti,

Global Positioning System (GPS), cellular phone tracking system, Wi-Fi positioning

(42)

konstruksi dan sehingga membuatnya tidak berguna untuk penentuan posisi dalam

ruangan.

2.4.1. RFID Aktif dan Pasif

Tag RFID terbagi atas dua macam yaitu tag RFID aktif dan tag RFID pasif. Tag RFID

aktif memiliki sumber energi sendiri atau baterai internal. Keuntungannya adalah alat

pembaca (reader) mampu mengenali tag dalam jarak yang cukup jauh. Memory pada

tag ini cukup variatif bahkan ada yang sampai 1MB. Tag aktif bisa mengirim sejumlah

instruksi ke mesin dan mesin menangkap informasi ini dalam bentuk history tag.

Kendalanya adalah ukuran yang lebih besar, harga yang lebih mahal dan usia yang

terbatas (maks. 10 tahun).

Tag RFID pasif tidak memiliki sumber energi seperti baterai. Umumnya tag

pasif ini berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tag aktif dan berharga lebih murah

dan usia pakai yang tidak terbatas. Keterbatasannya adalah jarak dalam membaca

informasi ke reader. Tag pasif ini sudah diprogram sebelumnya dengan data-data yang

unik (32 s.d 128 bit) dan tidak dapat dimodifikasi. Tabel 2.3 merupakan perbedaan

[image:42.595.106.497.477.708.2]

teknik antara RFID aktif dan pasif.

Tabel 2.3 Perbedaan Teknik Antara RFID Aktif dan Pasif

RFID Aktif RFID Pasif

Sumber tenaga tag Di dalam tag Energi yang ditransmisikan oleh

reader dalam bentuk Radio

Frequency

Baterai tag Ada Tidak

Ketersediaan tenaga tag berkelanjutan Harus berada pada jarak yang

dicakup reader

Sinyal yang diperlukan

dari reader ke tag

Rendah Tinggi (harus mampu memberi

tenaga ke tag)

Ketersediaan kekuatan

sinyal dari tag ke reader

(43)

2.4.2. Kemampuan fungsional RFID aktif dan Pasif

Karena perbedaan teknis yang diuraikan di atas, kemampuan fungsional dari RFID

aktif dan pasif sangat berbeda dan harus dipertimbangkan ketika memilih teknologi

[image:43.595.125.513.214.571.2]

untuk aplikasi tertentu. Tabel 2.4 merangkum kemampuan RFID aktif dan pasif.

Tabel 2.4 Ringkasan dari Kemampuan RFID Aktif dan Pasif

RFID Aktif RFID Pasif

Jarak komunikasi Jarak jauh (100m atau

lebih)

Pendek dan sangat pendek

(3m atau kurang)

Multi-tag

Collection

Mengumpulkan 1000 tag

atas wilayah 7 acre dari

satu reader

Mengumpulkan 20 tag

bergerak di lebih dari 100

mph

Mengumpulkan ratusan tag

dalam dalam 3 meter dari

satu reader

Mengumpulkan 20 tags

bergerak di 3mph atau lebih

lambat

Kemampuan

Sensor

Kemampuan untuk terus

memantau dan masukkan

sensor record data untuk

sensor

Kemampuan membaca dan

memindahkan nilai-nilai

sensor hanya ketika tag ini

didukung oleh reader, tidak

ada data/waktu cap

Penyimpanan data Penyimpanan baca/tulis

data besar (contoh 128kb)

Penyimpanan data

membaca kecil/ tulis

(contoh 128 bytes)

Berikut berbagai macam aplikasi RFID:

1. Inventory Control

Sistem penanganan barang pada proses manufaktur dan distribusi yang efisien dan

hemat waktu, dapat disediakan dengan sistem identifikasi yang cepat dan aman. Hal

(44)

2. Transportasi

Kenyamanan dan efisiensi waktu menjadi tawaran yang menarik untuk pengunaan

RFID pada bidang transportasi, di mana penggunaan sistem identifikasi yang cepat

diperlukan. Contohnya adalah penggunaan tag RFID untuk menandai bawaan

penumpang, dan pengganti tiket sehingga dapat mencegah antrian yang panjang

(Avione, 2004).

3. Keamanan dan Akses Kontrol

Contoh aplikasi pada bidang ini adalah sistem keamanan pada mobil, atau fasilitas

tertentu, di mana untuk aplikasi ini diperlukan keamanan dengan level yang tinggi

dan tidak mudah ditiru. Untuk kebutuhan ini dapat direalisasikan dengan generasi

kedua tag RFID yaitu Digital Signature Transponder (Weis, 2004).

2.5.Indoor Positioning System

Indoor positioning system (IPS) adalah sebuah sistem penentuan posisi suatu objek

didalam sebuah bangunan fisik seperti kantor, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain secara

berkelanjutan dan real time (Dempsey, 2003). Indoor positioning system adalah suatu

sistem yang dapat menentukan posisi seseorang di dalam suatu ruangan tertutup

atau gedung. Sistem ini selain dapat menentukan posisi, juga dapat menentukan

orientasi dan arah pergerakan seseorang (Ghose, 2015).

Gu (2009) mengungkapkan bahwa indoor positioning system telah dikembangkan

selama beberapa tahun terakhir dengan mengandalkan berbagai macam teknologi

termasuk WLAN, inframerah, RFID, ultrasound dan lain lain tetapi masih saja ada

beberapa solusi komersial yang tersedia dan orang orang yang melakukan hal tersebut

sering kali mengarah ke harga yang cukup mahal dan sulit untuk dapat di install.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa indoor positioning system merupakan sistem untuk

menemukan benda benda atau pun orang di dalam gedung menggunakan peralatan

tambahan seperti sensor ultrasonik, inframerah, RFID serta informasi sensoris lainnya

(45)

2.6.RSSI Ranging

RSSI (Received Strength Signal Indicator) adalah pengukuran kekuatan sinyal yang

diterima receiver yang dikirimkan oleh transmitter. Kekuatan sinyal yang diterima

dapat digunakan untuk menentukan jarak dikarenakan semua gelombang

elektromagnetik memiliki hubungan inverse-square antara kekuatan sinyal dengan

jarak (Savvides, et al.,2001). Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan 2.6.

!" ∝ 1

$2 (2.6)

Dimana Pr adalah kekuatan sinyal yang diterima pada jarak d dari reader. Persamaan

menunjukkan bahwa jarak yang ditempuh oleh sinyal dapat dicari dengan

membandingkan perbedaan antara kekuatan transmisi dan kekuatan sinyal yang

diterima yang biasa disebut path loss.

Dalam pengukuran praktis, peningkatan path loss yang diakibatkan oleh

penambahan jarak dapat berbeda-beda dalam situasi atau lokasi yang berbeda. Untuk

itu diperlukan environmental characterization dengan menggunakan path loss exponent

n seperti yang ditunjukkan oleh persamaan 2.7 (Pu, 2009).

!" = !" $0

$ $L M

(2.7)

Dimana, Pr(d0)adalahkekuatan sinyal yang diterima pada jarak d0. Nilai Pr(d0)

biasanya dihitung secara empiris pada jarak 1 meter. Adapun cara alternatif untuk

menghitung Pr(d0) persamaan Free-space Path Loss (FSPL) seperti yang ditunjukkan

pada persamaan 2.8.

!" = 20× log10 4R$

S (2.8)

Path loss exponent n pada persamaan 2.7 adalah salah satu parameter paling

penting dalam environmental characterization. Jika tingkat penambahan path loss lebih

drastis ketika bertambahnya jarak, maka nilai n akan lebih besar. Adapun cara mencari

nilai path loss exponent dapat menggunakan persamaan 2.8.

3 = !" $0 − !" $

(46)

Tabel 2.5 Path Loss Exponent dalam berbagai lingkungan

Environment Path Loss Exponent

Free Space 2

Urban Area Cellular Radio 2.7 – 3.5

In building line-of-sight 1.6 – 1.8

Obstructed in building 4 - 6

Obstructed in factories 2 - 3

Dalam mengukur jarak antara reader dan tag menggunakan RSSI, persamaan

2.7 dapat diubah menjadi model propagasi log-distance path loss seperti pada

persamaan 2.5 (Pu, 2009).

!" $ = !" $0 − 10 × 3 × log10 $

$0 (2.9)

Persamaan 2.9 merupakan persamaan log-distance path loss untuk menghitung

pengurangan jumlah sinyal yang diterima pada daerah vakum (free-space). Saat

didalam ruangan, sinyal selalu dipengaruhi oleh refleksi, refraksi, dan atenuasi. Untuk

mengimbangi nilai atenuasi dalam ruangan, maka perlu ditambahkan fade margin pada

persamaan 2.9 seperti tertera pada persamaan 2.10 (Pathak, et al., 2014).

!" $ = !" $

0 − 10 × 3 × log10

$

$0 + UV (2.10)

Dimana Xs merupakan nilai fade margin. Nilai fade margin berbeda pada setiap

lingkungan dan harus dihitung secara empiris untuk masing-masing lingkungan. Pada

daerah perkantoran biasanya nilai fade margin berkisar 10 dBm (Pathak, et al., 2014).

2.7.Triliteration

Metode trilateration adalah metode yang menggunakan jarak antara beberapa lokasi

yang menjadi referensi (reader) dengan lokasi yang akan dicari (tag) sebagai jari-jari

lingkaran dimana titik pusat masing-masing lingkaran berada pada lokasi referensi

(reader) kemudian titik perpotongan lingkaran-lingkaran tersebut merupakan lokasi

(47)

untuk dapat menentukan titik yang akan dicari. Ilustrasi metode Trilateration dapat

[image:47.595.216.423.126.333.2]

dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Ilustrasi Metode Trilateration (Zhang, et al., 2009)

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa 3 buah lingkaran yaitu p1(x1, y1), p2(x2, y2),

p3(x3, y3) memiliki jari-jari yang berbeda. Jari-jari dari masing-masing lingkaran yang

terbentuk merupakan jarak dari masing-masing reader ke tag. Posisi tag yang akan

dicari yaitu p(x, y) merupakan titik potong antara ketiga lingkaran tersebut. Untuk

mencari titik p (x, y) dapat dilakukan dengan cara menggunakan teori pythagoras

seperti ditunjukkan pada persamaan 2.11 (Pu, 2011).

$T@ = WT− W @+ XT− X @

$@@= W@− W @+ X@− X @

$Y@= WY− W @+ X Y− X @

(2.11)

Jika disusun ulang persamaan 2.7 untuk mencari titik (x, y) maka akan didapatkan

persamaan 2.8 (Pu, 2011):

W = 6ZY@+ 9ZTY+ [Z@T 2 WTZY@+ W@ZTY+ WYZ@T

X = 6UY@+ 9UTY+ [U@T 2 XTUY@+ W@UTY+ WYU@T

(2.12)

(48)

Dan

UY@= WY− W@

UTY= WT− WY

U@T= W@− WT

ZY@= XY− X@

ZTY= XT− XY

Z@T= X@− XT

(2.14)

Jika persamaan 2.14 diselesaikan maka akan didapatkan titik p(x,y).

2.8.Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Indoor Positioning System telah digunakan dengan menggunakan

beberapa metode. Pu et al pada tahun 2011 melakukan penelitian tentang penggunan

RSSI dalam pengaplikasian teknik indoor localization. Metode yang digunakan pada

penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai macam Wireless Sensor Network.

Penelitian ini menyatakan bahwa untuk menambah akurasi dari sistem yang dibuat,

dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang environmental characterization dan

penggunaan RSSI harus diteliti lebih lanjut.

Pada tahun 2013, Mahiddin et al, menggunakan metode trilateration untuk

menentukan posisi seseorang di dalam ruangan. Penelitian ini menggunakan kekuatan

sinyal Wi-Fi dengan standarisasi IEEE 802.11g Networking. Penelitian ini dilakukan

dengan cara User menggunakan aplikasi Wi-Fi Analyzer pada smartphone untuk

mendapatkan presentase kekuatan sinyal kemudian merubah presentase kekuatan sinyal

tersebut untuk mendapatkan jarak antara User dengan masing-masing Access Point.

Posisi User dapat ditentukan dengan metode trilateration. Penelitian ini hanya bersifat

tahap awal untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan mempertimbangkan

transmission barrier seperti dinding.

Firaldi pada tahun 2014 menggunakan metode trilateration dan dibantu dengan

teknik fuzzy untuk menganalisa pola kehadiran mahasiswa pada jurusan teknik

informatika Universitas Maritim Raja Ali Haji. Penelitian ini menggunakan metode

(49)

penelitian ini menentukan pola kehadiran mahasiswa dengan menggunakan teknik fuzzy

untuk melihat apakah terdapat kecurangan absensi terhadap mahasiswa tersebut. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem dapat mengenali pola kehadiran

mahasiswa dalam perkuliahan didalam ruang kelas. Adapun rangkuman dari penelitian

[image:49.595.90.525.227.665.2]

terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Metode Keterangan 1 Indoor Location

Tracking using

Received Signal

Strength Indicator

Chuan-Chin Pu et

al. (2011) Various Indoor Localization Technique Penelitian ini

menggunakan RSSI

sebagai metode ranging

kemudian menerapkannya

ke beberapa metode

Localization seperti

Trilateration,

Triangulation dll.

2 User Position

Detection In An

Indoor Environment

Nor Aida

Mahiddin

(2013)

Trilateration Penelitian ini hanya

mengajukan metode

penentuan lokasi didalam

ruangan.

3 Analisa Pola

Kehadiran

Mahasiswa Dalam

Perkuliahan Dengan

Teknologi RFID

Studi Kasus: Jurusan

Teknik Informatika

Umrah

Yukiko

Firaldi

(2014)

Trilateration Penelitian ini menerapkan

teknologi RFID dengan

(50)

1. Pu et al (2011):

Pada penelitian ini sistem yang dihasilkan tidak diimplementasikan pada

permasalahan tertentu. Penelitian mengajukan metode dasar dalam mencari lokasi

dalam ruangan menggunakan RSSI sebagai variabel pengukur jarak. Perbedaan

penelitian ini ada pada penghitungan jarak dimana penelitian ini menambahkan

variabel fade margin. Perbedaan selanjutnya terletak pada pengimplementasian

sistem dimana penelitian ini tidak mengimplementasikan hasil sistem ke masalah

yang spesifik sedangkan penulis mengimplementasikan sistem yang dihasikan untuk

mengawasi beban kerja pegawai.

2. Mahiddin et al(2013):

Pada penelitian ini tidak diaplikasikan metode yang diajukan ke masalah tertentu.

Selain itu, penelitian ini menggunakan perangkat Wi-Fi. Adapun perbedaan pada

skema input pada sistem yaitu pada penelitian ini permintaan penentuan lokasi tidak

dilakukan secara otomatis, melainkan dengan cara User menggunakan aplikasi

Wi-FiAnalyzer untuk mendapatkan presentase kekuatan sinyal kemudian memasukkan

nilai tersebut kedalam sistem. Sedangkan penelitian yang diajukan oleh penulis,

proses input data dilakukan secara seamless. Sistem akan melakukan ping terhadap

tag yang telah terdaftar setiap beberapa waktu kemudian sistem akan menyajikan

data tersebut dalam bentuk peta 2 dimensi secara otomatis. Adapun perbedaan

lainnya yaitu penulis menggunakan teknik penentuan jarak yang berbeda dengan

penelitian ini. penulis menggunakan signal decay model untuk menentukan jarak

antara reader dengan tag.

3. Firaldi (2014)

Penelitian ini mengaplikasikan metode yang diajukan dalam penelitian Mahiddin et

al(2011) sebagai basis untuk melakukan penentuan posisi dan kemudian

menganalisis posisi tersebut untuk melihat apakah ada kecurangan dalam absensi

mahasiswa menggunakan teknik fuzzy. Perbedaan penulis dengan penelitian ini

seperti yang sudah disebutkan dalam poin sebelumnya adalah perbedaan metode

penentuan jarak dan juga pengaplikasian sistem. Penulis mengaplikasikan sistem

untuk melakukan monitoring terhadap pegawai untuk kemudian mendokumentasi

jam kerja dan beban kerja pegawai tersebut sebagai sarana pengawas untuk melihat

(51)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini dunia sangat disibukkan dengan perkembangan teknologi informasi yang

semakin pesat. Berbagai perangkat elektronik silih berganti bermunculan di tengah

tengah masyarakat guna memenuhi kebutuhan yang kian meningkat tiap tahunnya.

Perangkat elektronik yang ada juga selalu memperbaharui kualitas instrumennya

sehingga pengguna dapat menyesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing. Dengan

adanya kemajuan teknologi dan sistem informasi memungkinkan

perusahaan-perusahaan yang ada untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan proses bisnisnya

dengan memanfaatkan teknologi-teknologi tersebut. Penggunaan teknologi dan sistem

informasi telah dipandang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam

menjalankan suatu kegiatan. Keakuratan dan informasi yang real time menjadi salah

satu persyaratan utama bagi pengaplikasian teknologi informasi. Kesesuaian dengan

tujuan dari penggunaan teknologi sistem informasi juga menjadi alasan utama dalam

pemilihan penggunaan teknologi sistem informasi.

Setiap aktifitas atau pekerjaan yang dilakukan suatu pekerja pasti selalu

mempunyai suatu beban kerja. Beban kerja menurut Permendagri No. 12 Tahun 2008

adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan

merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Volume kerja adalah target

pelaksanaan tugas untuk memperoleh hasil kerja dan norma waktu adalah waktu yang

(52)

kerja efektif merupakan jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kerja

yang hilang karena tidak bekerja (allowance). Pada umumnya pengukuran beban kerja

dilakukan secara manual dan mengharuskan pengamat berada dilokasi pengamatan.

Metode penentuan posisi dan navigasi yang digunakan untuk dapat menentukan

posisi adalah dengan menggunakan prinsip Indoor Positioning System (IPS). Indoor

Positioning System (IPS) merupakan sebuah metode yang menggunakan frekuensi radio

atau sensor untuk menemukan objek atau manusia didalam sebuah gedung. Salah satu

metode didalam IPS adalah metode Trilateration. IPS menggunakan berbagai

antarmuka untuk menentukan posisi yang terbagi kedalam dua kategori yaitu Non-radio

technology dan Radio (wireless) technology.

RFID merupakan teknologi identifikasi yang fleksibel dan tepat untuk

pengoperasian otomatis. RFID memiliki beberapa keunggulan yang tidak terdapat pada

teknologi identifikasi lainnya. Salah satu keunggulan RFID dibandingkan dengan

teknologi identifikasi lainnya adalah dalam hal automasi dan terpantau secara real time

pada computer server. Dari segi keamanan data, RFID juga bisa diandalkan karena sulit

untuk dipalsukan.

Penggunaan RFID kini semakin merambah ke berbagai bidang terutama

memberikan kemudahan bagi suatu instansi untuk dapat meningkatkan produktivitas

dan kinerja pegawai. Hal ini akan dapat diwujudkan dengan cara pemantauan terhadap

pegawai salah satunya dengan mengamati keberadaan pegawai. Dengan adanya

pemantauan terhadap kegiatan pegawai di area kerjanya diharapkan membuat pegawai

semakin efektif dalam bekerja. Adapun pekerjaan yang membutuhkan pemantauan

lebih lanjut karena lokasi pekerjaannya terbatas seperti customer service, call center

serta kasir.

Penelitian Pu et al (2011) tentang penggunaan RSSI untuk pengaplikasian

teknik Indoor Localization. Penelitian ini menggunakan metode yang dapat digunakan

pada berbagai macam Wireless Sensor Network. Selanjutnya Mahiddin et al (2013)

melakukan sebuah studi menggunakan metode Trilateration untuk menentukan posisi

seseorang di dalam ruangan melalui sinyal Wi-Fi. User menggunakan aplikasi Wi-Fi

Analyzer pada smartphone untuk mendapatkan presentase kekuatan sinyal yang

(53)

Global Positioning System (GPS) yang juga merupakan alat bantu navigasi

namun tidak dapat menentukan lokasi seseorang didalam sebuah gedung karena

terhalangnya sinyal dari satelit seperti dibawah kanopi gedung. Lain halnya dengan

GPS, metode navigasi dengan prinsip Indoor Positioning System (IPS) mampu

mengetahui posisi pegawai dalam sebuah gedung khususnya pada posisi pegawai

tersebut bekerja. Sulitnya pemantauan secara manual dan berkelanjutan juga menjadi

salah satu alasan untuk membangun sebuah sistem untuk memantau keberadaan

pegawai pada saat ia sedang bekerja. Dengan adanya pengamatan terhadap keberadaan

pegawai saat berlangsungnya kegiatan bekerja, diharapkan akan dapat meningkatkan

kinerja suatu perusahaan.

1.2.Rumusan Masalah

Pengamatan terhadap keberadaan pegawai sangat penting dilakukan karena mempunyai

pengaruh terhadap kinerja dari perusahaan. Namun demikian, pada umumnya terdapat

penyalahgunaan jam kerja yang dilakukan oleh pegawai yang harusnya berada di lokasi

tempat ia melakukan aktivitas pekerjaannya. Oleh karena itu perlu dibangun sebuah

system sebagai alternatif untuk memonitor posisi pegawai di lokasi tempat ia bekerja

dengan menggunakan teknologi yang dapat mengukur beban kerja pegawai.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memonitor posisi pegawai di lokasi tertentu

sebagai informasi untuk mengukur beban kerja pegawai menggunakan teknologi RFID.

1.4.Batasan Masalah

Untuk menghindari perluasan yang tidak diperlukan, maka peneliti membuat batasan :

1. Dikarenakan keterbatasan alat, maka nilai environmental characterization dan fade

margin menggunakan nilai yang digunakan pada penelitian sebelumnya.

(54)

1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Membantu perusahaan mengawasi keberadaan pegawai di ruang kerja untuk

kemudian mengukur beban kerja pegawai tersebut.

2. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya khusunya mengenai RFID dan Indoor

Positioning System.

1.6.Metodologi Penelitian

Tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah:

a. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan referensi mengenai beban kerja,

RFID, dan Trilateration dari berbagai literatur, jurnal, buku, dan artikel lainnya.

b. Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap berbagai literatur yang didapatkan untuk

memahami metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah

penyalahgunaan jam kerja dan beban kerja.

c. Perancangan

Pada tahap ini dilakukan perancangan arsitektur, pengumpulan data, dan

perancangan interface.

d. Implementasi

Pada tahap ini dilakukan implementasi dari rancangan yang telah dibangun ke

dalam kode program.

e. Pengujian

Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibangun.

f. Dokumentasi dan Penyusunan Laporan

Pada tahap ini dilakukan dokumentasi dan penyusunan laporan terhadap sistem

(55)

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari lima bagian utama sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,

manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan dari penelitian

yang dilaksanakan.

Bab 2 : Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini. Teori-teori yang berhubungan dengan beban kerja, RFID, dan

Trilateration akan dibahas pada bab ini.

Bab 3 : Analisis dan Perancangan

Bab ini menjelaskan tentang arsitektur umum, rancangan interface yang digunakan, dan

alur kerja dari sistem yang dibangun.

Bab 4 : Implementasi dan Pengujian

Bab ini berisi pembahasan tentang implementasi dari perancangan yang telah

dijabarkan pada bab 3.

Bab 5 : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari rancangan yang dibahas pada bab 3 dan hasil

implementasi pada bab 4. Pada bab ini juga terdapat saran-saran yang diajukan untuk

(56)

ABSTRAK

Beban kerja merupakan suatu konsep yang timbul akibat adanya keterbatasan

kapasistas dalam memproses informasi. Dalam menjalankan sebuah tugas, setiap

pegawai diharapkan dapat menyelesaikan tugasnya dalam tingkatan tertentu. Namun

begitu, adakalanya terjadi penyalahgunaan jam kerja yang dilakukan sehingga tidak

sesuai dengan beban kerja yang seharusnya ia miliki. Hal ini membuat perlunya

dibangun sebuah sistem sebagai alternatif untuk memonitor keberadaan pegawai di

lingkungan bekerjanya. Adapun pekerjaan yang membutuhkan pemantauan lebih lanjut

karena lokasi pekerjaannya terbatas seperti customer service, call center serta kasir.

Pengamatan keberadaan pegawai dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti

RFID. RFID merupakan teknologi identifikasi yang fleksibel dan tepat untuk

pengoperasian otomatis. Penggunaan RFID dalam mengamati jam kerja pegawai yaitu

dengan cara pegawai memakai tag yang telah disediakan dan lokasi pegawai akan dapat

diketahui dengan menggunakan metode Trilateration. Metode Trilateration digunakan

untuk menentukan posisi objek dengan menggunakan nilai sinyal yang diterima objek

dari beberapa transmitter. Nilai sinyal tersebut kemudian dapat diubah menjadi nilai

jarak antara objek dengan transmitter dan dapat dibentuk tiga buah lingkaran dengan

jari-jari masing-masing lingkaran merupakan nilai jarak antara objek dengan

transmitter. Hasil yang diperoleh dari sistem ini merupakan lokasi pegawai pada peta

dalam ruangan. Sistem akan menentukan apakah lokasi pegawai tersebut berada

didalam lingkungan kerjanya dan sistem akan menghasilkan laporan harian tentang jam

kerja pegawai tersebut. Lalu sistem pada akhirnya menyimpulkan jumlah beban kerja

yang didapatkan dari hasil monitor keberadaan pegawainya.

(57)

Gambar

Gambar 3.1 Arsitektur Umum
Gambar 3.2 Rancangan Database
Gambar 3.3 Use Case Diagram
Gambar 3.4 Activity Diagram
+7

Referensi

Dokumen terkait