DAFTAR PUSTAKA
Avoine, G. 2004. Security Issues in RFID Systems, Seminar on Security Protocols and Applications.
Barnes, R.M. 1996. Motion and Time Study: Design and Measurement of Work. Fifth Edition. New York and London. John Willey and Son.
Bose, A. & Foh, C.H., 2007. A practical path loss model for indoor WiFi positioning enhancement. In Information, Communications & Signal Processing, 2007 6th International Conference on (pp. 1-5). IEEE.
Cook, B., Buckberry, G., Scowcroft, I., Mitchell, J. & Allen, T., 2005, September. Indoor location using trilateration characteristics. In Proc. London Communications Symposium (pp. 147-150).
Cummings, G & Worley G. 2005. Organization Development and Change, 9th Edition. Soutth-Western: Cengange Learning.
Dempsey, M., 2003. Indoor Positioning Systems in Healthcare: a basic overview of technologies. Radianse Inc White Paper.
Ghose, A., Pal, A., Choudhury, A.D., Chandel, V., Bhaumik, C. & Chattopadhyay, T., Tata Consultancy Services Ltd, 2014. Indoor Positioning System. U.S. Patent Application 14/450,890.
Gopher, D. & Donchin, E., 1986. Workload: An examination of the concept.
Gu, Y., Lo, A. & Niemegeers, I., 2009. A survey of indoor positioning systems for wireless personal networks. IEEE Communications surveys & tutorials, 11(1), pp.13-32.
Menpan. 1997. Defenisi Beban Kerja. http://www.bkn.go.id , diakses 12 November 2016.
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alpabeta.
Pathak, O., Palaskar, P., Palkar, R. and Tawari, M., 2014. Wi-Fi Indoor Positioning System Based on RSSI Measurements from Wi-Fi Access Points—A Trilateration Approach. International Journal of Scientific and Engineering Research, 5, pp.1234-1238.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Jakarta:Depdagri.
Purnomo, Hari. 2015. Penentuan Beban Kerja Pada Front Office dan Back Office Perusahaan Perbankan Menggunakan Uji Petik Pekerjaan. IENACO 2015. ISSN 2337-4349.
Pu, C. C. 2009. Development of a New Collaborative Ranging Algorithm for RSSI Indoor Location Tracking in WSN, PhD Thesis, Dongseo University, South Korea.
Pu, C. C., Pu, C. H. & Lee, H J. 2011. Indoor Location Tracking Using Received Signal Strength Indicator, Emerging Communications for Wireless Sensor Networks (Ed.) ESBN: 978-953-307-082-7.
Rappaport, T.S., 1996. Wireless communications: principles and practice(Vol. 2). New Jersey: Prentice Hall PTR.
Savvides, A., Han, C.C. and Strivastava, M.B., 2001, July. Dynamic fine-grained localization in ad-hoc networks of sensors. In Proceedings of the 7th annual international conference on Mobile computing and networking (pp. 166-179). ACM.
Siagian, Sondang P. 2001. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Rineka Cipta. Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi Kaidah Perilaku. Jakarta: Erlangga. Suarfi, Alfredo. 2016. Pengukuran Beban Kerja dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja
yang Optimal Pada Bagian Logistik Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT. Pos Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan. Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R. & Tjakraatmadja, J.H., 1979. Teknik tata cara kerja. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Weis, S.A., Sarma, S.E., Rivest, R.L. and Engels, D.W., 2004. Security and privacy aspects of low-cost radio frequency identification systems. In Security in pervasive computing (pp. 201-212). Springer Berlin Heidelberg.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Jakarta: Penerbit PT. Guna Widya.
Xu, J., Liu, W., Lang, F., Zhang, Y. & Wang, C., 2010. Distance measurement model based on RSSI in WSN. Wireless Sensor Network, 2(8), pp.606-611.
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini, akan dibahas mengenai perancangan sistem yang akan dibangun serta penerapan Trilateration untuk mengetahui posisi objek pada sebuah gedung.
3.1. Arsitektur Umum
mengenai aktivitas pegawai sepanjang jam kerja dan menyimpan report tersebut kedalam database untuk dievaluasi lebih lanjut oleh user.
Adapun arsitektur umum yang menggambarkan metode pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Arsitektur Umum
3.2. Data yang Digunakan
3.3.Analisis Sistem
3.3.1. RSSI Ranging
Dalam mengukur jarak antara reader dan receiver menggunakan RSSI, model propagasi log-distance path loss digunakan. Sebagai contoh sebuah reader A beropersai pada frekuensi 900 MHz. Tag Iterbaca pada reader A dengan nilai kekuatan sinyal -77 dBm. Untuk mengukur jarak dari reader A ke tag I dengan menggunakan log-distance path loss dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung Pr(d0)dengan menggunakan persamaan Free-space Path Loss. Nilai panjang gelombang (l) adalah 0.333 meter dikarenakan reader bekerja pada frekuensi 900 MHz.
!"($0) = − 20× log10 4R$ S
= − 20× logTL 4(3.14)(1) 0.333 = −31./ $9/
2. Setelah nilai referensi (Pr(d0)) didapatkan, maka perlu dicari nilai path lossexponent (n) dengan menggunakan persamaan 2.8 atau dapat merujuk ke tabel 2.4. Dengan merujuk ke tabel 2.4 maka nilai n pada lingkungan dalam gedung dengan banyak halangan adalah 6. Nilai Xspada gedung perkantoran biasanya -10 dBm.
3. Setelah seluruh paramater telah didapatkan maka dapat dilakukan pengukuran jarak dengan menggunakan Log-distance path loss.
!` a = !` ab − 10 × 3 × logTL $ $L
+ Uc
−77 = −31./ − 60 × logTL $ + 10
$ = 10 [email protected] $ = 8.4 /
Maka jarak antara reader A dengan tag I didalam lingkungan tersebut adalah 3.9 meter.
3.3.2. Trilateration
C dengan posisi masing-masing dalam bentuk koordinat (x, y); reader A(4, 4), B(30, 10) dan C(15, 30). Jarak antara tag I dengan masing-masing reader adalah A(6), B(9) dan C(4.5). Adapun langkah dalam menentukan posisi tag menggunakan metode trilateration sebagai berikut:
1. Menggunakan rumus phytagoras untuk menyelesaikan posisi (x, y). Masing-masing data reader dimasukkan ke dalam sistem persamaan 2.11.
6@= 4 − W @+ 4 − X @ 9@= 30 − W @+ 10 − X @ 4./@= 1/ − W @+ 30 − X @
2. Lalu persamaan tersebut disusun ulang untuk mencari titik (x, y) seperti pada persamaan 2.12.
W = 4
@+ 4@− 6@ 30 − 10 + 30@+ 10@− 9@ 4 − 10 + 1/@+ 30@− 4./@ 10 − 4 2 4 30 − 10 + 30 4 − 10 + 1/ 10 − 4
X = 4
@+ 4@− 6@ 1/ − 30 + 30@+ 10@− 9@ 4 − 30 + 1/@+ 30@− 4./@ 30 − 4 2 4 1/ − 30 + 30 4 − 30 + 1/ 30 − 4
3. Setelah persamaan tersebut diselesaikan maka nilai (x, y) adalah (14.271, 15.306). Maka posisi tag I berada pada koordinat (14.271, 15.306).
3.3.3. Perhitungan Presentase Waktu Produktif dan Uji Keseragaman Data
Presentase waktu produktif dapat menggunakan persamaan 2.1. Misalkan jumlah pengamatan pegawai sebanyak 120 kali dan jumlah idle dari pegawai tersebut adalah 30 kali dalam satu hari. Maka presentase waktu produktif dapat dihitung sebagai berikut:
!"#$%&'()('*+ = .%/0*ℎ !234*/*'*3 − 6&'()('*+ 7$02 .%/0*ℎ 8234*/*'*3
!"#$%&'()('*+ = 120 − 30 120 !"#$%&'()('*+ = 0.7/
9:6 = 8 + 3 8 1 − 8 3
9:6 = 0,93 + 3 0,93 1 − 0,93 1470 9:6 = 0,949
9:9 = 8 − 3 8 1 − 8 3
9:9 = 0,93 − 3 0,93 1 − 0,93 1470
9:9 = 8 − 3 8 1 − 8 3 9:9 = 0,910
3.3.4. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.4. Misalkan jumlah pengamatan yang dilakukan dalam satu minggu adalah 1470 kali. Produktivitas rata-rata seorang pegawai dalam satu minggu adalah 93% atau 0.93 dan tingkat keyakinan yang digunakan adalah 95% dengan derajat ketelitian 5%. Maka uji kecukupan data dapat dihitung sebagai berikut:
>′ =&
@ 1 − 8 A@8
>′ =(2)
@ 1 − 0.93 (0.0/)@∗ 0.93 >m = 120.4 ≈ 120
Dikarenakan nilai N’ < N atau 120 < 1470 maka data telah mencukupi.
3.3.5. Work Load Analysis (WLA)
92B*3 :2"C* = ! × 1 + EF × 1 + 6GG × 0,01 92B*3 :2"C* = 0.93 × 1 + 0,2 × 1 + 0,1
92B*3 :2"C* = 1,2276
Beban kerja dari pegawai tersebut adalah 1,2276 atau 122,76%. Beban kerja tersebut berada diatas normal dan penyesuaian selanjutnya harus dilakukan oleh user dari sistem ini.
3.4.Perancangan Sistem
3.4.1. Perancangan Database
Database pada sistem ini digunakan untuk menyimpan dan mengelola seluruh data yang berhubungan pada sistem ini. Berikut rancangan database yang digunakan penulis untuk membangun sistem ini:
mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sebuah sistem informasi dan siapa saja yang dapat mengunakan fungsi-fungsi itu. Dalam sistem ini, aktor yang ada adalah user dan admin. Kegiatan user dan admin dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Use Case Diagram
3.4.3. Activity Diagram
Gambar 3.4 Activity Diagram
database. Apabila User memilih menu data pegawai, maka server akan mengirimkan data para pegawai beserta laporan jam kerja masing-masing pegawai dari database.
3.5. Perancangan Interface
Sistem yang dibangun memiliki dua buah aplikasi yang berbeda, yaitu aplikasi pada PC Hub dan aplikasi yang dapat digunakan oleh User.
3.5.1. Rancangan Tampilan pada PC Hub
Aplikasi yang terdapat pada PC Hub merupakan aplikasi yang berfungsi untuk berkomunikasi dengan Reader dan mengumpulkan data tag dari Reader. Setelah data terkumpul maka data tersebut akan diolah dengan metode trilateration untuk menentukan lokasi tag dan mengirimkan data tersebut ke Server. Adapun rancangan tampilan aplikasi PC Hub dapat dilihat pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Rancangan Tampilan Aplikasi PC Hub
3.5.2. Rancangan Tampilan Login
Gambar 3.6 Rancangan Tampilan Login
3.5.3. Rancangan Tampilan Live Map
Tampilan ini merupakan tampilan Live Map yang juga berfungsi sebagai tampilan halaman utama pada sistem. Tampilan ini berisi tentang peta gedung yang memiliki informasi keberadaan pegawai dan juga tampilan ini berisi tentang aktivitas para pegawai. Rancangan tampilan Live Map dapat dilihat pada gambar 3.7.
Gambar 3.7 Rancangan Tampilan Live Map
3.5.4. Rancangan Tampilan Employee List
Gambar 3.8 Rancangan Tampilan Employee List
3.5.5. Rancangan Tampilan Employee Report
Tampilan ini berisi informasi tentang laporan kinerja pegawai berdasarkan jam kerja para pegawai beserta evaluasi dari jam kerja pegawai tersebut. Rancangan tampilan Employee Report dapat dilihat pada gambar 3.9.
BAB 4
IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
4.1.Implementasi Sistem
Pada tahap ini akan dilakukan proses implementasi dari tahap perancangan sebelumnya. Proses implementasi ini menggunakan hardware dan software untuk menjalankan aplikasi. Aplikasi monitoring jam kerja efektif pegawai ini menggunakan bahasa pemrogaman Java dan PHP.
4.1.1. Spesifikasi Software
Adapun Software yang digunakan untuk menghasilkan aplikasi tersebut adalah: 1. macOS Sierra
2. NetBeans versi 8.0.2 3. XAMPP versi 1.8.3-4 4. MySQL versi 5.6.16
4.1.2. Spefisikasi Hardware
Adapun Hardware yang digunakan untuk menghasilkan aplikasi tersebut adalah: 1. Processor: 2.3 Ghz Intel Core i7
2. Memory (RAM): 8 GB 1600 MHz DDR3
perintah pembacaan tag melalui reader kemudian menghitung posisi tag tersebut lalu data posisi tersebut dikirim dan disimpan kedalam database yang terdapat di server. Adapun interfacePC Hub dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Interface PC Hub
4.3.Tampilan Interface User
4.3.1. Tampilan Interface Login
Gambar 4.2 Interface Login
4.3.2. Tampilan Live Map
4.3.3. Tampilan Employee List
Tampilan pada halaman ini berisi tentang informasi mengenai data para pegawai. Pada tampilan ini user dapat mengklik salah satu pegawai dan sistem akan menampilkan laporan jam kerja efektif dari pegawai tersebut. Adapun tampilan Employee List dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Tampilan Employee List
4.3.4. Tampilan Employee Report
user dalam menentukan tindakan selanjutnya yang dapat diberikan kepada pegawai tersebut. Adapun tampilan Employee Report dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5 Tampilan Employee Report
4.4.Pengujian
sistem akan membuat laporan tentang aktivitas para pegawai tersebut. Berikut adalah proses yang terjadi didalam sistem:
1. Sistem akan dimulai pada aplikasi PC Hub yaitu dengan mengambil data dari masing-masing reader pada jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya, dalam contoh ini jangka waktu pengambilan data berjarak tiga detik. Aplikasi PC Hub kemudian akan menampilkan data log dan kemudian akan menentukan posisi dari para pegawai melalui informasi yang diperoleh dari beberapa reader. Setelah itu, aplikasi PC Hub akan mengirimkan informasi posisi para pegawai ke server untuk disimpan didalam database.
Gambar 4.6 Tampilan Data Log aplikasi PC Hub
Tabel 4.1 Data Tag yang Diperoleh dari Reader
Date Stamp Time Stamp Tag ID Reader ID Signal
2017-04-26 04:08:07.338 1 10 -61
2017-04-26 04:08:07.338 1 11 -73
2017-04-26 04:08:07.338 1 12 -75
2017-04-26 04:08:07.381 2 10 -51
2017-04-26 04:08:07.381 2 11 -74
2017-04-26 04:08:07.381 2 12 -73
2017-04-26 04:08:07.396 3 10 -62
2017-04-26 04:08:07.396 3 11 -76
2017-04-26 04:08:07.396 3 12 -72
2017-04-26 04:08:07.412 4 10 -65
2017-04-26 04:08:07.412 4 11 -71
2017-04-26 04:08:07.412 4 12 -73
2017-04-26 04:08:07.428 5 10 -69
2017-04-26 04:08:07.428 5 11 -70
2017-04-26 04:08:07.428 5 12 -72
Tabel 4.2 menunjukkan jarak dari tag ke masing-masing reader yang dihasilkan oleh log-distance path loss.
Tabel 4.2 Posisi Tag yang Diperoleh oleh Log-Distance Path Loss
Date Stamp Time Stamp Tag ID Reader ID Distance
2017-04-26 04:08:07.338 1 10 90.112
2017-04-26 04:08:07.338 1 11 358.743
2017-04-26 04:08:07.338 1 12 451.630
2017-04-26 04:08:07.381 2 10 28.495
2017-04-26 04:08:07.381 2 11 402.516
2017-04-26 04:08:07.381 2 12 358.743
2017-04-26 04:08:07.396 3 10 101.107
2017-04-26 04:08:07.396 3 11 506.738
2017-04-26 04:08:07.396 3 12 319.730
2017-04-26 04:08:07.412 4 10 142.818
Tabel 4.2 Posisi Tag yang Diperoleh oleh Log-Distance Path Loss (lanjutan)
Date Stamp Time Stamp Tag ID Reader ID Distance
2017-04-26 04:08:07.412 4 12 358.743
2017-04-26 04:08:07.428 5 10 226.351
2017-04-26 04:08:07.428 5 11 253.970
2017-04-26 04:08:07.428 5 12 319.730
Tabel 4.3 menunjukkan lokasi dari para pegawai didalam peta tersebut. Lokasi dari pegawai didapatkan dengan menggunakan metode Trilateration.
Tabel 4.3 Lokasi Pegawai Pada Peta
Tag ID X_Coor Y_Coor
1 296.900 110.808
2 396.000 134.937
3 503.914 101.634
4 327.019 222.664
5 339.413 301.943
3. Adam kemudian dapat melihat daftar informasi dari para pegawai pada halaman Employee List. Pada halaman ini Adam dapat melihat informasi-informasi yang berkaitan dengan para pegawai.
4. Setelah melihat daftar para pegawai, Adam kemudian dapat memilih pegawai untuk ditampilkan informasi mengenai jam kerja yang telah dikumpulkan sistem. Didalam laporan tersebut Adam dapat melihat grafik data jam kerja pegawai per hari dan terdapat kesimpulan dari beban kerja pegawai tersebut.
Gambar 4.9 Tampilan Employee Report Adam
Tabel 4.4 Employee Performance
Date Work Idle Total Proportion BKA BKB
2017-02-20 189 23 212 0.892 0.948 0.815
2017-02-21 192 20 212 0.906 0.948 0.815
2017-02-22 190 22 212 0.896 0.948 0.815
2017-02-23 178 34 212 0.840 0.948 0.815
2017-02-24 180 32 212 0.849 0.948 0.815
2017-02-25 194 18 212 0.915 0.948 0.815
2017-02-26 195 17 212 0.920 0.948 0.815
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian sistem monitoring keberadaan pegawai menggunakan RFID sebagai masukan untuk mengukur beban kerja dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Trilateration dapat menentukan posisi dari tag melalui beberapa reader. Namun akurasi dari posisi tersebut sangat bergantung kepada nilai kekuatan sinyal yang banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Untuk menambah akurasi dibutuhkan survey dan teknik untuk mendapatkan nilai sinyal yang akurat.
2. Penggunaan RFID sebagai media monitoring pegawai dapat diimplementasikan sebagai salah satu alternatif dalam mengawasi dan menganalisis aktivititas pegawai pada saat bekerja. Kesimpulan yang dihasilkan sistem bersifat sebagai saran untuk kemudian ditentukan tindakan yang lebih lanjut oleh user.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diajukan untuk pengembangan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan alat RFID dapat disediakan sehingga dapat diketahui akurasi dari sistem yang diajukan skripsi ini.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.Beban kerja
Menurut Gopher & Doncin (1986) beban kerja adalah suatu konsep yang timbul akibat
adanya keterbatasan kapasistas dalam memproses informasi. Dalam menjalankan
sebuah tugas, individu diharapkan dapat menyelesaikan tugas tersebut dalam tingkatan
tertentu. Apabila keterbatasan yang dimiliki individu tersebut menghambat tercapainya
hasil kerja yang diharapkan, maka telah terjadi kesenjangan antara tingkat kemampuan
individu yang diharapkan dengan tingkat kapasitas yang dimiliki. Kesenjangan ini dapat
berakibat pada kegagalan dalam kinerja (performance failure). Untuk menghindari hal
tersebut, maka diperlukan pemahaman dan pengukuran yang lebih mengenai beban
kerja.
Menurut Suarfi (2016), pengukuran kerja yang dilakukan secara berkelanjutan
memberikan umpan balik, yang merupakan hal yang penting dalam upaya perbaikan
secara terus menerus. Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu
(time study). Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu standar
atau waktu baku. Pengertian umum pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk
menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang operator dalam melaksanakan
kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal.
Proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran waktu secara tidak langsung.
Disebut secara langsung karena pengamat berada di tempat di mana objek sedang
diamati. Pengamat secara langsung melakukan pengukuran atas waktu kerja yang
dibutuhkan oleh seorang operator (obyek pengamatan) dalam menyelesaikan
1. Memastikan tercapainya rencana kerja yang telah disepakati.
2. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kerja dan membandingkannya dengan
rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
3. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka upaya
memperbaiki kinerja organisasi.
2.2.Perhitungan beban kerja dengan menggunakan Work Sampling
Work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan
terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator. Pengukuran kerja
dengan metode sampling kerja diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara
langsung karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung di tempat
kerja yang diteliti. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling
pekerjaan pengamat tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan
mengamati hanya pada waktu-waktu yang telah ditentukan secara acak
(Wignjosoebroto, 2006). Secara garis besar metode sampling kerja akan dapat
digunakan untuk:
1. Mengukur ratio delay dari tenaga kerja, operator, mesin atau fasilitas kerja
lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan persentase dari jam atau hari
dimana tenaga kerja benar-benar terlibat dalam aktifitas kerja dan persentase dimana
sama sekali tidak ada aktifitas kerja yang dilakukan (menganggur atau idle).
2. Menetapkan performance level dari tenaga kerja selama waktu kerjanya berdasarkan
waktu-waktu dimana orang ini bekerja atau tidak bekerja.
3. Menentukan persentase produktif tenaga kerja seperti halnya yang dapat
dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.
2.2.1. Pelaksanaan Sampling Kerja
Menurut Sutalaksana et al(1979) ebelum melakukan sampling kerja dilakukan
langkah-langkah persiapan awal yang terdiri atas pencatatan segala informasi dari semua
fasilitas yang ingin diamati serta merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan
prinsip randomisasi. Setelah itu barulah dilakukan sampling yang terdiri dari tiga
langkah yaitu melakukan sampling pendahuluan, uji keseragaman data dan menghitung
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan
secara statistik, langkah-langkah yang dijalankan sebelum sampling dilakukan, yaitu :
1. Penetapan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan. Hal ini akan
menentukan besarnya tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan.
2. Jika sampling dilakukan untuk mendapatkan waktu baku, dilakukan penelitian untuk
mengetahui ada tidaknya suatu sistem kerja yang baik, jika belum ada maka
dilakukan perbaikan atas kondisi dan cara kerja terlebih dahulu.
3. Dipilih operator yang dapat bekerja normal dan dapat diajak bekerja sama.
4. Dilakukan latihan bagi operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem
kerja yang dilakukan.
5. Dilakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan sekaligus
mendefinisikan kegiatan kerja yang dimaksud.
6. Persiapan peralatan yang diperlukan berupa papan atau lembaran-lembaran
pengamatan.
Cara melakukan sampling pengamatan dengan cara sampling pekerjaan terdiri
dari tiga langkah yaitu :
1. Dilakukan sampling pendahuluan.
2. Uji keseragaman data.
3. Dihitung jumlah kunjungan yang diperlukan.
2.2.2. Penentuan Jadwal Pengamatan
Menurut Sutalaksana et al(1979), dilakukan sejumlah pengamatan terhadap aktifitas
kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak. Untuk ini umumnya satu hari kerja
dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Pada
umumnya panjang satu satuan waktu tidak terlalu panjang. Berdasarkan satu satuan
waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan.
Misalnya satu satuan waktu panjangnya tiga menit, maka satu hari kerja (tujuh
jam) mempunyai 140 satuan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kunjungan
menganggur (idle). Tentu dalam hal ini ditentukan terlebih dahulu definisi work dan
idle tersebut.
2.2.3. Rating Factor
Menurut Sutalaksana et al(1979), setelah pengukuran berlangsung pengukur harus
mengamati kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya
bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
menjumpai kesulitan-kesulitan tertentu. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi
kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu
penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu
yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar.
Misalnya ada ketidakwajaran, maka pengukur harus mengetahuinya dan menilai
seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah
penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus atau
elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka
agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan
melakukan penyesuaian.
Pada umumnya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus
rata-rata atau waktu elemen rata-rata-rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian.
Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh
mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat
bahwa operapor bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka harga p lebih besar dari satu
(p1), sebaliknya jika operator dipandang bekerja di bawah normal maka harga p akan
lebih kecil dari satu (p). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja
dengan wajar maka harga p nya sama dengan 1 (p=1).
Adapun salah satu cara untuk menentukan faktor penyesuaian yaitu dengan cara
Shumard. Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas
kinerja kerja dengan setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri seperti yang tertera
Tabel 2.1. Pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja operator menurut
Tabel 2.1 Penyesuaian Dengan Cara Shumard
Kelas Penyesuaian
Superfast 100
Fast + 95
Fast 90
Fast - 85
Excellent 80
Good + 75
Good 70
Good - 65
Normal 60
Fair + 55
Fair 50
Fair - 45
Poor 40
2.2.4. Allowance
Sutalaksana et al(1979) menyatakan bahwa Allowance atau kelonggaran diberikan
untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue dan hambatan
– hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
1. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi (Personal Allowance)
Besarnya waktu untuk kelonggaran pribadi untuk pekerja pria berbeda dengan
pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan ringan pada kondisi kerja normal pria
memerlukan 2-2,5% dan wanita 5% (persentase ini dari waktu normal), atau 10
sampai 24 menit setiap hari akan dipergunakan untuk kebutuhan yang bersifat
personil apabila operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat resmi.
Meskipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil yang dipergunakan ini
akan bervariasi tergantung pada individu pekerjanya dibandingkan dengan jenis
sangat sulit dan kompleks. Waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat sangat
tergantung pada individu yang bersangkutan. Lama waktu periode istirahat dan
frekuensi pengadaanya akan tergantung pada jenis pekerjaannya.
3. Kelonggaran waktu karena keterlambatan-keterlambatan (Delay Allowance)
Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai
hambatan-hambatan. Keterlambatan atau delay, bisa disebabkan faktor-faktor yang sulit untuk
dihindari karena berada diluar kemampuan pekerja untuk mengendalikannya.
Namun juga bisa disebabkan beberapa faktor yang sebenarnya masih dapat dihindari,
misalnya mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja.
Kelonggaran (allowance) diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi
menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang
selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai
pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
Langkah pertama menentukan kelonggaran dalam perhitungan waktu baku adalah
menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal tersebut berdasarkan faktor-faktor
[image:34.595.82.553.476.720.2]yang mempengaruhi seperti tertera pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Besarnya Allowance
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen
Beban Kelonggaran (%)
A. Tenaga yang dikeluarkan
Pria Wanita
1. Dapat diabaikan Bekerja di meja,
duduk Tanpa Beban 0,0 – 6,0 0,0 – 6,0 2. Sangat ringan Bekerja di meja,
berdiri 0,00 – 2,25 6,0 -7,5 6,0 -7,5 3. Ringan
Menyekop, ringan 2,25 – 9,00 7,5 – 12,0 7,5 – 16,0
4. Sedang
Mencangkul 9,00 – 18,00 12,0 -19,0 16,0 – 30,0
5. Berat Mengayun Palu yang
Berat 18,00 – 27,00 19,0 – 30,0 6. Sangat berat
Memanggul beban 27,00 – 50,00 30,0 – 50,0
7. Luar biasa berat Memanggul karung
Tabel 2.2 Besarnya Allowance (lanjutan)
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen
Beban Kelonggaran (%)
B. Sikap Kerja
1. Duduk Bekerja duduk,
ringan 0,0 – 1,0
2. Berdiri diatas dua
kaki Badan tegak,
ditumpu dua kaki 1,0 – 2,5
3. Berdiri diatas satu kaki
Satu kaki
mengerjakan alat control
2,5 – 4,0
4. Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan
2,5 – 4,0
5. Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki
4,0 – 10,0
C. Gerakan kerja
1. Normal Ayunan bebas dari
palu 0
2. Agak terbatas Ayunan terbatas dari
palu 0 – 5
3. Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan
0 – 5
4. Pada anggota-anggota badan terbatas
Bekerja dengan
tangan diatas kepala 5 – 10
5. Seluruh anggota terbatas
Bekerja dilorong pertambangan yang sempit
10 – 15
D.Kelelahan mata * Pencahayaan
Baik
Pencahayaan Buruk 1. Pandangan yang
terputus-putus Membawa alat ukur 0,0 – 6,0 0,0 – 5,0
2. Pandangan yang hampir terus menerus
Pekerjaan-pekerjaan
Tabel 2.2 Besarnya Allowance (lanjutan)
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen
Beban Kelonggaran (%)
4. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah
Memeriksa
cacat-cacat pada kain 12,0 – 19,0 16,0 – 30,0
5. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus tetap
19,0 – 30,0
6. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus
berubah-ubah
30,0 – 50,0
E. Keadaan suhu
tempat kerja ** Suhu (0C) Kelelahan
manual Berlebihan
1. Beku
Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12
2. Rendah
0 – 13 10 - 5 12 – 5
3. Normal
13 – 22 5 – 0 8 – 0
4. Sedang
22 – 28 0 – 5 0 – 8
5. Tinggi
28 – 36 5 – 40 8 – 100
6. Sangat tinggi
Diatas 36 Diatas 40 Diatas 100
F. Keadaan atmosfer ***
1. Baik Ruang yang berventilasi baik, udara
segar 0
2. Cukup
Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan 0 – 5
3. Kurang baik Adanya debu-debuan beracun atau
tidak beracun 5 – 10
4. Buruk Adanya bau-bauan yang berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat pernafasan
Tabel 2.2 Besarnya Allowance (lanjutan)
G. Keadaan lingkungan
1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah
0
2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 – 10 detik
0 – 1
3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 – 5 detik
1 – 3
4. Sangat bising
0 – 5
5. Jika faktor-faktor berpengaruh dapat menurunkan kualitas
0 – 5
6. Terasa adanya getaran lantai
5 – 10
7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll)
5 – 15
* Kontras antara warna hendaknya diperhatikan
** Tergantung juga pada keadaan ventilasi
*** Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan
iklim
Catatan pelengkap: Allowance untuk kebutuhan pribadi bagi pria adalah 0 – 2,5% dan
wanita adalah 2 – 5%.
2.2.5. Presentase waktu produktif dan uji keseragaman data
Menurut Sutalaksana et al(1979), perhitungan waktu produktif bertujuan untuk
mengetahui presentase waktu yang digunakan masing-masing karyawan untuk bekerja
selama jam kerja berlangsung. Presentase waktu produktif dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan 2.1.
!"#$%&'()('*+ = .%/0*ℎ !234*/*'*3 − 6&'()('*+ 7$02
mengidentifikasikan data yang terlalu ekstrim. Data ekstrim adalah data yang terlalu
besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend rata-ratanya. Data ekstrim tidak
dimasukkan kedalam perhitungan selanjutnya.
Peta kontrol (control chart) adalah suatu alat yang tepat guna untuk menguji
keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan (Sutalaksana et al, 1979). Data
yang dikatakan seragam adalah data yang berasal dari sistem yang sama (berada
diantara batas kontrol) dan tidak seragam (diluar batas kontrol). Adapun perhitungan
batas untuk keseragaman data dapat dilihat pada persamaan 2.2 dan 2.3 (Montgomery,
1985).
9:6 = 8 + 3 8 1 − 8
3 (2.2)
9:9 = 8 − 3 8 1 − 8
3 (2.3)
Dimana:
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
p = Presentase waktu produktif
n = Jumlah pengamatan
2.2.6. Uji Kecukupan Data
Menurut Wignjosoebroto (2006), untuk mengetahui jumlah pengamatan yang akan
dilakukan telah mencukupi atau tidak, maka dilakukan uji kecukupan data. Banyaknya
pengamatan yang harus dilakukan dalam work sampling akan dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu:
1. Tingkat ketelitian dari hasil pengamatan.
2. Tingkat keyakinan dari hasil pengamatan.
Dengan asumsi bahwa terjadinya kegiatan seorang pegawai saat bekerja atau
menganggur mengikuti pola distribusi normal. Untuk menentukan kecukupan jumlah
>′ =&
@ 1 − 8
A@8 (2.4)
Dimana:
N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan
S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki, menggunakan 5%
p = Presentase waktu produktif
k = Tingkat kepercayaan
Tingkat kepercayaan 68% memiliki harga k = 1
Tingkat kepercayaan 95% memiliki harga k = 2
Tingkat kepercayaan 99% memiliki harga k = 3
Didalam aktifitas pengukuran kerja umumnya tingkat ketelitian menggunakan
nilai 5% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Hal ini menyatakan bahwa
sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari hasil pengamatan yang dicatat akan memiliki
penyimpangan tidak lebih dari 5%. Besar nilai N’ (jumlah pengamatan yang harus
dilakukan) harus lebih kecil dari nilai N (jumlah pengamatan yang sudah dilakukan).
Apabila kondisi yang diperoleh adalah nilai N’ lebih besar dari N, maka pengamatan
harus dilakukan kembali. Sebaliknya jika nilai N’ lebih kecil daripada N, maka
pengamatan yang dilakukan telah mencukupi sehingga data bisa memberikan tingkat
keyakinan dan ketelitian yang sesuai dengan yang diharapkan.
2.3. Workload Analysis (WLA)
Menurut Menpan (1997), pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk
mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektifitas kerja suatu unit organisasi, atau
pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik
analisis jabatan, teknik analisi beban kerja tau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen
untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang
Menurut Sutalaksana et al(1979), beban kerja dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5.
92B*3 :2"C* = ! × 1 + EF × 1 + 6GG × 0,01 (2.5)
Dimana:
RF = Performance
ALL = Allowance
! = persentase produktivitas
Menurut Suarfi (2016) Beban kerja dikatakan normal dan tidak perlu adanya
penyesuaian jika nilai beban kerja berada pada rentang 70%-100%.
Adapun manfaat dari work load analysis adalah (Sutalaksana et al, 1979):
• Alat Manajermen dalam mengambil keputusan.
• Menganalisa beban kerja berdasarkan kegiatan, disiplin yang dibutuh pengalokasian
tenaga ahli, penempatan staf pada posisi yang mendesak.
• Menganalisa proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
• Menyediakan data pendukung dalam meningkatkan dana program-program sosial,
ekonomi dan penelitian.
• Memfasilitasi diskusi dan pengkajian ulang yang berhubungan dengan produk hasil.
• Proyek yang timbul dari program-program baru/tambahan serta tugas-tugas yang
berdasarkan pada beban kerja maupun kekuatan kerja (work force) saat ini dan
mendatang.
• Menyediakan data unutk mengkorelasikan beban kerja dengan kebutuhan personal
dengan tujuan pengalokasian sumber daya yang lebih komprehensif.
• Membantu manajer menentukan bagaimana mengurangi kelebihan atau ketidak
seimbangan beban kerja.
• Membantu dalam penyusunan kebutuhan pelatihan untuk karyawan
• Menyediakan data sumber daya manusia ketika organisasi mengalami perubahan.
• Merancang disiplin ilmu apa yang dibutuhkan oleh pekerja dimasa yang akan datang.
• Membantu pengembangan dan evalusasi dari pengukaran performa.
• Menghasilkan database dari proses kerja untuk referensi pada masa yang akan
datang.
2.4.Radio Frequency Identification (RFID)
Menurut Maryono (2005) RFID adalah teknologi untuk mengidentifikasi seseorang
atau objek tertentu dengan menggunakan transmisi frekuensi radio, khususnya 125kHz,
13.56Mhz atau 800-900Mhz. Definisi lain mengenai RFID yaitu sebuah teknologi
penangkapan data yang dapat digunakan secara elektronik untuk mengidentifikasi,
melacak dan menyimpan informasi yang tersimpan dalam tag RFID (Supriatna, 2007).
RFID menggunakan frekuensi radio untuk membaca informasi dari sebuah device kecil
yang disebut tag atau transponder (Transmitter + Responder). Tag RFID akan
mengenali diri sendiri ketika mendeteksi sinyal dari competible device, yaitu reader
RFID (RFID Reader). RFID ditempatkan pada objek atau orang sehingga dapat di
identifikasi, dilacak dan diatur secara otomatis.
Sistem RFID terdiri dari empat komponen, di antaranya adalah sebagai berikut:
• Tag yaitu device yang menyimpan informasi untuk identifikasi objek. Tag RFID
sering juga disebut sebagai transponder.
• Antena untuk mentransmisikan sinyal frekuensi radio antara RFID reader dengan tag
RFID.
• RFID reader adalah device yang kompatibel dengan tag RFID yang akan
berkomunikasi secara wireless dengan tag.
• Application software adalah aplikasi pada sebuah workstation atau PC yang dapat
membaca data dari tag melalui reader RFID. Baik tag dan reader RFID
diperlengkapi dengan antena sehingga dapat menerima dan memancarkan
gelombang elektromagnetik.
Dalam RFID terdapat bermacam-macam teknologi tentang posisi seperti,
Global Positioning System (GPS), cellular phone tracking system, Wi-Fi positioning
konstruksi dan sehingga membuatnya tidak berguna untuk penentuan posisi dalam
ruangan.
2.4.1. RFID Aktif dan Pasif
Tag RFID terbagi atas dua macam yaitu tag RFID aktif dan tag RFID pasif. Tag RFID
aktif memiliki sumber energi sendiri atau baterai internal. Keuntungannya adalah alat
pembaca (reader) mampu mengenali tag dalam jarak yang cukup jauh. Memory pada
tag ini cukup variatif bahkan ada yang sampai 1MB. Tag aktif bisa mengirim sejumlah
instruksi ke mesin dan mesin menangkap informasi ini dalam bentuk history tag.
Kendalanya adalah ukuran yang lebih besar, harga yang lebih mahal dan usia yang
terbatas (maks. 10 tahun).
Tag RFID pasif tidak memiliki sumber energi seperti baterai. Umumnya tag
pasif ini berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tag aktif dan berharga lebih murah
dan usia pakai yang tidak terbatas. Keterbatasannya adalah jarak dalam membaca
informasi ke reader. Tag pasif ini sudah diprogram sebelumnya dengan data-data yang
unik (32 s.d 128 bit) dan tidak dapat dimodifikasi. Tabel 2.3 merupakan perbedaan
[image:42.595.106.497.477.708.2]teknik antara RFID aktif dan pasif.
Tabel 2.3 Perbedaan Teknik Antara RFID Aktif dan Pasif
RFID Aktif RFID Pasif
Sumber tenaga tag Di dalam tag Energi yang ditransmisikan oleh
reader dalam bentuk Radio
Frequency
Baterai tag Ada Tidak
Ketersediaan tenaga tag berkelanjutan Harus berada pada jarak yang
dicakup reader
Sinyal yang diperlukan
dari reader ke tag
Rendah Tinggi (harus mampu memberi
tenaga ke tag)
Ketersediaan kekuatan
sinyal dari tag ke reader
2.4.2. Kemampuan fungsional RFID aktif dan Pasif
Karena perbedaan teknis yang diuraikan di atas, kemampuan fungsional dari RFID
aktif dan pasif sangat berbeda dan harus dipertimbangkan ketika memilih teknologi
[image:43.595.125.513.214.571.2]untuk aplikasi tertentu. Tabel 2.4 merangkum kemampuan RFID aktif dan pasif.
Tabel 2.4 Ringkasan dari Kemampuan RFID Aktif dan Pasif
RFID Aktif RFID Pasif
Jarak komunikasi Jarak jauh (100m atau
lebih)
Pendek dan sangat pendek
(3m atau kurang)
Multi-tag
Collection
Mengumpulkan 1000 tag
atas wilayah 7 acre dari
satu reader
Mengumpulkan 20 tag
bergerak di lebih dari 100
mph
Mengumpulkan ratusan tag
dalam dalam 3 meter dari
satu reader
Mengumpulkan 20 tags
bergerak di 3mph atau lebih
lambat
Kemampuan
Sensor
Kemampuan untuk terus
memantau dan masukkan
sensor record data untuk
sensor
Kemampuan membaca dan
memindahkan nilai-nilai
sensor hanya ketika tag ini
didukung oleh reader, tidak
ada data/waktu cap
Penyimpanan data Penyimpanan baca/tulis
data besar (contoh 128kb)
Penyimpanan data
membaca kecil/ tulis
(contoh 128 bytes)
Berikut berbagai macam aplikasi RFID:
1. Inventory Control
Sistem penanganan barang pada proses manufaktur dan distribusi yang efisien dan
hemat waktu, dapat disediakan dengan sistem identifikasi yang cepat dan aman. Hal
2. Transportasi
Kenyamanan dan efisiensi waktu menjadi tawaran yang menarik untuk pengunaan
RFID pada bidang transportasi, di mana penggunaan sistem identifikasi yang cepat
diperlukan. Contohnya adalah penggunaan tag RFID untuk menandai bawaan
penumpang, dan pengganti tiket sehingga dapat mencegah antrian yang panjang
(Avione, 2004).
3. Keamanan dan Akses Kontrol
Contoh aplikasi pada bidang ini adalah sistem keamanan pada mobil, atau fasilitas
tertentu, di mana untuk aplikasi ini diperlukan keamanan dengan level yang tinggi
dan tidak mudah ditiru. Untuk kebutuhan ini dapat direalisasikan dengan generasi
kedua tag RFID yaitu Digital Signature Transponder (Weis, 2004).
2.5.Indoor Positioning System
Indoor positioning system (IPS) adalah sebuah sistem penentuan posisi suatu objek
didalam sebuah bangunan fisik seperti kantor, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain secara
berkelanjutan dan real time (Dempsey, 2003). Indoor positioning system adalah suatu
sistem yang dapat menentukan posisi seseorang di dalam suatu ruangan tertutup
atau gedung. Sistem ini selain dapat menentukan posisi, juga dapat menentukan
orientasi dan arah pergerakan seseorang (Ghose, 2015).
Gu (2009) mengungkapkan bahwa indoor positioning system telah dikembangkan
selama beberapa tahun terakhir dengan mengandalkan berbagai macam teknologi
termasuk WLAN, inframerah, RFID, ultrasound dan lain lain tetapi masih saja ada
beberapa solusi komersial yang tersedia dan orang orang yang melakukan hal tersebut
sering kali mengarah ke harga yang cukup mahal dan sulit untuk dapat di install.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa indoor positioning system merupakan sistem untuk
menemukan benda benda atau pun orang di dalam gedung menggunakan peralatan
tambahan seperti sensor ultrasonik, inframerah, RFID serta informasi sensoris lainnya
2.6.RSSI Ranging
RSSI (Received Strength Signal Indicator) adalah pengukuran kekuatan sinyal yang
diterima receiver yang dikirimkan oleh transmitter. Kekuatan sinyal yang diterima
dapat digunakan untuk menentukan jarak dikarenakan semua gelombang
elektromagnetik memiliki hubungan inverse-square antara kekuatan sinyal dengan
jarak (Savvides, et al.,2001). Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan 2.6.
!" ∝ 1
$2 (2.6)
Dimana Pr adalah kekuatan sinyal yang diterima pada jarak d dari reader. Persamaan
menunjukkan bahwa jarak yang ditempuh oleh sinyal dapat dicari dengan
membandingkan perbedaan antara kekuatan transmisi dan kekuatan sinyal yang
diterima yang biasa disebut path loss.
Dalam pengukuran praktis, peningkatan path loss yang diakibatkan oleh
penambahan jarak dapat berbeda-beda dalam situasi atau lokasi yang berbeda. Untuk
itu diperlukan environmental characterization dengan menggunakan path loss exponent
n seperti yang ditunjukkan oleh persamaan 2.7 (Pu, 2009).
!" = !" $0
$ $L M
(2.7)
Dimana, Pr(d0)adalahkekuatan sinyal yang diterima pada jarak d0. Nilai Pr(d0)
biasanya dihitung secara empiris pada jarak 1 meter. Adapun cara alternatif untuk
menghitung Pr(d0) persamaan Free-space Path Loss (FSPL) seperti yang ditunjukkan
pada persamaan 2.8.
!" = 20× log10 4R$
S (2.8)
Path loss exponent n pada persamaan 2.7 adalah salah satu parameter paling
penting dalam environmental characterization. Jika tingkat penambahan path loss lebih
drastis ketika bertambahnya jarak, maka nilai n akan lebih besar. Adapun cara mencari
nilai path loss exponent dapat menggunakan persamaan 2.8.
3 = !" $0 − !" $
Tabel 2.5 Path Loss Exponent dalam berbagai lingkungan
Environment Path Loss Exponent
Free Space 2
Urban Area Cellular Radio 2.7 – 3.5
In building line-of-sight 1.6 – 1.8
Obstructed in building 4 - 6
Obstructed in factories 2 - 3
Dalam mengukur jarak antara reader dan tag menggunakan RSSI, persamaan
2.7 dapat diubah menjadi model propagasi log-distance path loss seperti pada
persamaan 2.5 (Pu, 2009).
!" $ = !" $0 − 10 × 3 × log10 $
$0 (2.9)
Persamaan 2.9 merupakan persamaan log-distance path loss untuk menghitung
pengurangan jumlah sinyal yang diterima pada daerah vakum (free-space). Saat
didalam ruangan, sinyal selalu dipengaruhi oleh refleksi, refraksi, dan atenuasi. Untuk
mengimbangi nilai atenuasi dalam ruangan, maka perlu ditambahkan fade margin pada
persamaan 2.9 seperti tertera pada persamaan 2.10 (Pathak, et al., 2014).
!" $ = !" $
0 − 10 × 3 × log10
$
$0 + UV (2.10)
Dimana Xs merupakan nilai fade margin. Nilai fade margin berbeda pada setiap
lingkungan dan harus dihitung secara empiris untuk masing-masing lingkungan. Pada
daerah perkantoran biasanya nilai fade margin berkisar 10 dBm (Pathak, et al., 2014).
2.7.Triliteration
Metode trilateration adalah metode yang menggunakan jarak antara beberapa lokasi
yang menjadi referensi (reader) dengan lokasi yang akan dicari (tag) sebagai jari-jari
lingkaran dimana titik pusat masing-masing lingkaran berada pada lokasi referensi
(reader) kemudian titik perpotongan lingkaran-lingkaran tersebut merupakan lokasi
untuk dapat menentukan titik yang akan dicari. Ilustrasi metode Trilateration dapat
[image:47.595.216.423.126.333.2]dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Ilustrasi Metode Trilateration (Zhang, et al., 2009)
Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa 3 buah lingkaran yaitu p1(x1, y1), p2(x2, y2),
p3(x3, y3) memiliki jari-jari yang berbeda. Jari-jari dari masing-masing lingkaran yang
terbentuk merupakan jarak dari masing-masing reader ke tag. Posisi tag yang akan
dicari yaitu p(x, y) merupakan titik potong antara ketiga lingkaran tersebut. Untuk
mencari titik p (x, y) dapat dilakukan dengan cara menggunakan teori pythagoras
seperti ditunjukkan pada persamaan 2.11 (Pu, 2011).
$T@ = WT− W @+ XT− X @
$@@= W@− W @+ X@− X @
$Y@= WY− W @+ X Y− X @
(2.11)
Jika disusun ulang persamaan 2.7 untuk mencari titik (x, y) maka akan didapatkan
persamaan 2.8 (Pu, 2011):
W = 6ZY@+ 9ZTY+ [Z@T 2 WTZY@+ W@ZTY+ WYZ@T
X = 6UY@+ 9UTY+ [U@T 2 XTUY@+ W@UTY+ WYU@T
(2.12)
Dan
UY@= WY− W@
UTY= WT− WY
U@T= W@− WT
ZY@= XY− X@
ZTY= XT− XY
Z@T= X@− XT
(2.14)
Jika persamaan 2.14 diselesaikan maka akan didapatkan titik p(x,y).
2.8.Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Indoor Positioning System telah digunakan dengan menggunakan
beberapa metode. Pu et al pada tahun 2011 melakukan penelitian tentang penggunan
RSSI dalam pengaplikasian teknik indoor localization. Metode yang digunakan pada
penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai macam Wireless Sensor Network.
Penelitian ini menyatakan bahwa untuk menambah akurasi dari sistem yang dibuat,
dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang environmental characterization dan
penggunaan RSSI harus diteliti lebih lanjut.
Pada tahun 2013, Mahiddin et al, menggunakan metode trilateration untuk
menentukan posisi seseorang di dalam ruangan. Penelitian ini menggunakan kekuatan
sinyal Wi-Fi dengan standarisasi IEEE 802.11g Networking. Penelitian ini dilakukan
dengan cara User menggunakan aplikasi Wi-Fi Analyzer pada smartphone untuk
mendapatkan presentase kekuatan sinyal kemudian merubah presentase kekuatan sinyal
tersebut untuk mendapatkan jarak antara User dengan masing-masing Access Point.
Posisi User dapat ditentukan dengan metode trilateration. Penelitian ini hanya bersifat
tahap awal untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan mempertimbangkan
transmission barrier seperti dinding.
Firaldi pada tahun 2014 menggunakan metode trilateration dan dibantu dengan
teknik fuzzy untuk menganalisa pola kehadiran mahasiswa pada jurusan teknik
informatika Universitas Maritim Raja Ali Haji. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian ini menentukan pola kehadiran mahasiswa dengan menggunakan teknik fuzzy
untuk melihat apakah terdapat kecurangan absensi terhadap mahasiswa tersebut. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem dapat mengenali pola kehadiran
mahasiswa dalam perkuliahan didalam ruang kelas. Adapun rangkuman dari penelitian
[image:49.595.90.525.227.665.2]terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian Metode Keterangan 1 Indoor Location
Tracking using
Received Signal
Strength Indicator
Chuan-Chin Pu et
al. (2011) Various Indoor Localization Technique Penelitian ini
menggunakan RSSI
sebagai metode ranging
kemudian menerapkannya
ke beberapa metode
Localization seperti
Trilateration,
Triangulation dll.
2 User Position
Detection In An
Indoor Environment
Nor Aida
Mahiddin
(2013)
Trilateration Penelitian ini hanya
mengajukan metode
penentuan lokasi didalam
ruangan.
3 Analisa Pola
Kehadiran
Mahasiswa Dalam
Perkuliahan Dengan
Teknologi RFID
Studi Kasus: Jurusan
Teknik Informatika
Umrah
Yukiko
Firaldi
(2014)
Trilateration Penelitian ini menerapkan
teknologi RFID dengan
1. Pu et al (2011):
Pada penelitian ini sistem yang dihasilkan tidak diimplementasikan pada
permasalahan tertentu. Penelitian mengajukan metode dasar dalam mencari lokasi
dalam ruangan menggunakan RSSI sebagai variabel pengukur jarak. Perbedaan
penelitian ini ada pada penghitungan jarak dimana penelitian ini menambahkan
variabel fade margin. Perbedaan selanjutnya terletak pada pengimplementasian
sistem dimana penelitian ini tidak mengimplementasikan hasil sistem ke masalah
yang spesifik sedangkan penulis mengimplementasikan sistem yang dihasikan untuk
mengawasi beban kerja pegawai.
2. Mahiddin et al(2013):
Pada penelitian ini tidak diaplikasikan metode yang diajukan ke masalah tertentu.
Selain itu, penelitian ini menggunakan perangkat Wi-Fi. Adapun perbedaan pada
skema input pada sistem yaitu pada penelitian ini permintaan penentuan lokasi tidak
dilakukan secara otomatis, melainkan dengan cara User menggunakan aplikasi
Wi-FiAnalyzer untuk mendapatkan presentase kekuatan sinyal kemudian memasukkan
nilai tersebut kedalam sistem. Sedangkan penelitian yang diajukan oleh penulis,
proses input data dilakukan secara seamless. Sistem akan melakukan ping terhadap
tag yang telah terdaftar setiap beberapa waktu kemudian sistem akan menyajikan
data tersebut dalam bentuk peta 2 dimensi secara otomatis. Adapun perbedaan
lainnya yaitu penulis menggunakan teknik penentuan jarak yang berbeda dengan
penelitian ini. penulis menggunakan signal decay model untuk menentukan jarak
antara reader dengan tag.
3. Firaldi (2014)
Penelitian ini mengaplikasikan metode yang diajukan dalam penelitian Mahiddin et
al(2011) sebagai basis untuk melakukan penentuan posisi dan kemudian
menganalisis posisi tersebut untuk melihat apakah ada kecurangan dalam absensi
mahasiswa menggunakan teknik fuzzy. Perbedaan penulis dengan penelitian ini
seperti yang sudah disebutkan dalam poin sebelumnya adalah perbedaan metode
penentuan jarak dan juga pengaplikasian sistem. Penulis mengaplikasikan sistem
untuk melakukan monitoring terhadap pegawai untuk kemudian mendokumentasi
jam kerja dan beban kerja pegawai tersebut sebagai sarana pengawas untuk melihat
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini dunia sangat disibukkan dengan perkembangan teknologi informasi yang
semakin pesat. Berbagai perangkat elektronik silih berganti bermunculan di tengah
tengah masyarakat guna memenuhi kebutuhan yang kian meningkat tiap tahunnya.
Perangkat elektronik yang ada juga selalu memperbaharui kualitas instrumennya
sehingga pengguna dapat menyesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing. Dengan
adanya kemajuan teknologi dan sistem informasi memungkinkan
perusahaan-perusahaan yang ada untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan proses bisnisnya
dengan memanfaatkan teknologi-teknologi tersebut. Penggunaan teknologi dan sistem
informasi telah dipandang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam
menjalankan suatu kegiatan. Keakuratan dan informasi yang real time menjadi salah
satu persyaratan utama bagi pengaplikasian teknologi informasi. Kesesuaian dengan
tujuan dari penggunaan teknologi sistem informasi juga menjadi alasan utama dalam
pemilihan penggunaan teknologi sistem informasi.
Setiap aktifitas atau pekerjaan yang dilakukan suatu pekerja pasti selalu
mempunyai suatu beban kerja. Beban kerja menurut Permendagri No. 12 Tahun 2008
adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Volume kerja adalah target
pelaksanaan tugas untuk memperoleh hasil kerja dan norma waktu adalah waktu yang
kerja efektif merupakan jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kerja
yang hilang karena tidak bekerja (allowance). Pada umumnya pengukuran beban kerja
dilakukan secara manual dan mengharuskan pengamat berada dilokasi pengamatan.
Metode penentuan posisi dan navigasi yang digunakan untuk dapat menentukan
posisi adalah dengan menggunakan prinsip Indoor Positioning System (IPS). Indoor
Positioning System (IPS) merupakan sebuah metode yang menggunakan frekuensi radio
atau sensor untuk menemukan objek atau manusia didalam sebuah gedung. Salah satu
metode didalam IPS adalah metode Trilateration. IPS menggunakan berbagai
antarmuka untuk menentukan posisi yang terbagi kedalam dua kategori yaitu Non-radio
technology dan Radio (wireless) technology.
RFID merupakan teknologi identifikasi yang fleksibel dan tepat untuk
pengoperasian otomatis. RFID memiliki beberapa keunggulan yang tidak terdapat pada
teknologi identifikasi lainnya. Salah satu keunggulan RFID dibandingkan dengan
teknologi identifikasi lainnya adalah dalam hal automasi dan terpantau secara real time
pada computer server. Dari segi keamanan data, RFID juga bisa diandalkan karena sulit
untuk dipalsukan.
Penggunaan RFID kini semakin merambah ke berbagai bidang terutama
memberikan kemudahan bagi suatu instansi untuk dapat meningkatkan produktivitas
dan kinerja pegawai. Hal ini akan dapat diwujudkan dengan cara pemantauan terhadap
pegawai salah satunya dengan mengamati keberadaan pegawai. Dengan adanya
pemantauan terhadap kegiatan pegawai di area kerjanya diharapkan membuat pegawai
semakin efektif dalam bekerja. Adapun pekerjaan yang membutuhkan pemantauan
lebih lanjut karena lokasi pekerjaannya terbatas seperti customer service, call center
serta kasir.
Penelitian Pu et al (2011) tentang penggunaan RSSI untuk pengaplikasian
teknik Indoor Localization. Penelitian ini menggunakan metode yang dapat digunakan
pada berbagai macam Wireless Sensor Network. Selanjutnya Mahiddin et al (2013)
melakukan sebuah studi menggunakan metode Trilateration untuk menentukan posisi
seseorang di dalam ruangan melalui sinyal Wi-Fi. User menggunakan aplikasi Wi-Fi
Analyzer pada smartphone untuk mendapatkan presentase kekuatan sinyal yang
Global Positioning System (GPS) yang juga merupakan alat bantu navigasi
namun tidak dapat menentukan lokasi seseorang didalam sebuah gedung karena
terhalangnya sinyal dari satelit seperti dibawah kanopi gedung. Lain halnya dengan
GPS, metode navigasi dengan prinsip Indoor Positioning System (IPS) mampu
mengetahui posisi pegawai dalam sebuah gedung khususnya pada posisi pegawai
tersebut bekerja. Sulitnya pemantauan secara manual dan berkelanjutan juga menjadi
salah satu alasan untuk membangun sebuah sistem untuk memantau keberadaan
pegawai pada saat ia sedang bekerja. Dengan adanya pengamatan terhadap keberadaan
pegawai saat berlangsungnya kegiatan bekerja, diharapkan akan dapat meningkatkan
kinerja suatu perusahaan.
1.2.Rumusan Masalah
Pengamatan terhadap keberadaan pegawai sangat penting dilakukan karena mempunyai
pengaruh terhadap kinerja dari perusahaan. Namun demikian, pada umumnya terdapat
penyalahgunaan jam kerja yang dilakukan oleh pegawai yang harusnya berada di lokasi
tempat ia melakukan aktivitas pekerjaannya. Oleh karena itu perlu dibangun sebuah
system sebagai alternatif untuk memonitor posisi pegawai di lokasi tempat ia bekerja
dengan menggunakan teknologi yang dapat mengukur beban kerja pegawai.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memonitor posisi pegawai di lokasi tertentu
sebagai informasi untuk mengukur beban kerja pegawai menggunakan teknologi RFID.
1.4.Batasan Masalah
Untuk menghindari perluasan yang tidak diperlukan, maka peneliti membuat batasan :
1. Dikarenakan keterbatasan alat, maka nilai environmental characterization dan fade
margin menggunakan nilai yang digunakan pada penelitian sebelumnya.
1.5.Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Membantu perusahaan mengawasi keberadaan pegawai di ruang kerja untuk
kemudian mengukur beban kerja pegawai tersebut.
2. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya khusunya mengenai RFID dan Indoor
Positioning System.
1.6.Metodologi Penelitian
Tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan referensi mengenai beban kerja,
RFID, dan Trilateration dari berbagai literatur, jurnal, buku, dan artikel lainnya.
b. Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap berbagai literatur yang didapatkan untuk
memahami metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah
penyalahgunaan jam kerja dan beban kerja.
c. Perancangan
Pada tahap ini dilakukan perancangan arsitektur, pengumpulan data, dan
perancangan interface.
d. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan implementasi dari rancangan yang telah dibangun ke
dalam kode program.
e. Pengujian
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibangun.
f. Dokumentasi dan Penyusunan Laporan
Pada tahap ini dilakukan dokumentasi dan penyusunan laporan terhadap sistem
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari lima bagian utama sebagai berikut:
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan dari penelitian
yang dilaksanakan.
Bab 2 : Landasan Teori
Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini. Teori-teori yang berhubungan dengan beban kerja, RFID, dan
Trilateration akan dibahas pada bab ini.
Bab 3 : Analisis dan Perancangan
Bab ini menjelaskan tentang arsitektur umum, rancangan interface yang digunakan, dan
alur kerja dari sistem yang dibangun.
Bab 4 : Implementasi dan Pengujian
Bab ini berisi pembahasan tentang implementasi dari perancangan yang telah
dijabarkan pada bab 3.
Bab 5 : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dari rancangan yang dibahas pada bab 3 dan hasil
implementasi pada bab 4. Pada bab ini juga terdapat saran-saran yang diajukan untuk
ABSTRAK
Beban kerja merupakan suatu konsep yang timbul akibat adanya keterbatasan
kapasistas dalam memproses informasi. Dalam menjalankan sebuah tugas, setiap
pegawai diharapkan dapat menyelesaikan tugasnya dalam tingkatan tertentu. Namun
begitu, adakalanya terjadi penyalahgunaan jam kerja yang dilakukan sehingga tidak
sesuai dengan beban kerja yang seharusnya ia miliki. Hal ini membuat perlunya
dibangun sebuah sistem sebagai alternatif untuk memonitor keberadaan pegawai di
lingkungan bekerjanya. Adapun pekerjaan yang membutuhkan pemantauan lebih lanjut
karena lokasi pekerjaannya terbatas seperti customer service, call center serta kasir.
Pengamatan keberadaan pegawai dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti
RFID. RFID merupakan teknologi identifikasi yang fleksibel dan tepat untuk
pengoperasian otomatis. Penggunaan RFID dalam mengamati jam kerja pegawai yaitu
dengan cara pegawai memakai tag yang telah disediakan dan lokasi pegawai akan dapat
diketahui dengan menggunakan metode Trilateration. Metode Trilateration digunakan
untuk menentukan posisi objek dengan menggunakan nilai sinyal yang diterima objek
dari beberapa transmitter. Nilai sinyal tersebut kemudian dapat diubah menjadi nilai
jarak antara objek dengan transmitter dan dapat dibentuk tiga buah lingkaran dengan
jari-jari masing-masing lingkaran merupakan nilai jarak antara objek dengan
transmitter. Hasil yang diperoleh dari sistem ini merupakan lokasi pegawai pada peta
dalam ruangan. Sistem akan menentukan apakah lokasi pegawai tersebut berada
didalam lingkungan kerjanya dan sistem akan menghasilkan laporan harian tentang jam
kerja pegawai tersebut. Lalu sistem pada akhirnya menyimpulkan jumlah beban kerja
yang didapatkan dari hasil monitor keberadaan pegawainya.