• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi Tanaman Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi Tanaman Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN

DAN POTENSI TANAMAN BAMBU

(Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)

SKRIPSI

OLEH

NATALINA BR SIHOTANG 061203005

Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN

DAN POTENSI TANAMAN BAMBU

(Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)

SKRIPSI

OLEH

NATALINA BR SIHOTANG 061203005

Teknologi Hasil Hutan

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi

Tanaman Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam,

Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)

Nama : Natalina Br Sihotang

NIM : 061203005

Program Studi : Kehutanan

Disetujui oleh:

Komisi Pembimbing

Yunus Afifuddin S.Hut, M.Si Ridwanti BatuBara, S.Hut, MP Ketua Anggota

Mengetahui:

(4)

ABSTRAK

NATALINA BR SIHOTANG: Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi Tanaman Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai). Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.

Tanaman bambu merupakan tanaman yang mudah untuk dibudidayakan dan memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Akan tetapi sayangnya potensi yang tinggi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan potensi, manfaat ekonomi dan tingkat pemasaran tanaman bambu di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 dengan metode survei, identifikasi dan wawancara terhadap petani. Kemudian dihitung pendapatan petani dari sektor bambu, margin pemasaran dan margin keuntungan dari data yang telah diperoleh. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.

Berdasarkan hasil wawancara, jenis bambu yang ditemukan di Kelurahan Berngam ada 7 jenis. Jenis bambu yang dominan digunakan adalah bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.). Pemasaran produk hutan bambu terdiri dari 6 (enam) pola distribusi.

(5)

ABSTRACT

NATALINA BR SIHOTANG: The Analysis of economy social of Utilization and Potential of bamboo ( study case: Berngam Village, Binjai Kota District, Binjai Regency). Under the supervision of YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA.

Bamboo are an easycrop tobe cultivated and have a high potential economy. But, unfortunately the high potential is not utilized optimally. This research are purpose to determine the types and potency, the utilized economy and the marketing of bamboo in Berngam Village, Binjai Kota District, Binjai Regency. The research was performed in March-May 2011 with survey methods, identifying and bamboo farmers interviewed. Then the income of farmers from the bamboo sector, marketing margin and the margin profit from the result of the data were calculated. The data were analyzed descriptively and tabulation.

Based on the interview, the species of bamboo that were found in Berngam Village there are 7 species. The species of dominant used is bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.). The marketing product of bamboo forest is consist of 6 (eight) distribution pattern.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 20 Desember 1987 dari ayah

yang bernama Edison Sihotang dan Ibu Rosita Br Sitanggang. Penulis merupakan

anak keempat dari lima bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Katolik Kabanjahe dan pada tahun

yang sama penulis masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknologi

Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti kuliah, penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan

dan Pengolahan Hutan (P3H) pada tahun 2008 di Tangkahan dan Pulau Sembilan,

Kabupaten Langkat. Pada bulan Juni-Juli 2010 penulis melaksanakan Praktik

Kerja Lapang (PKL) di PT. Andalas Merapi Timber (AMT) Kec. Sangir, Kab.

Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan

penelitian dengan judul Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi

Tanaman Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota,

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi Tanaman

Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya

Binjai).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

kedua orang tua Bapak Edison Sihotang dan Ibu Rosita Br Sitanggang serta

seluruh keluarga atas dukungan moril maupun materil. Dosen pembimbing Bapak

Yunus Affifuddin, S.Hut, M.Si dan Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut, MP selaku

Dosen Pembimbing atas masukan dan saran dalam mencapai penyempurnaan

skripsi ini serta teman-teman atas partisipasinya dalam penyelesaian penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juli 2011

(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR...iv

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Bambu ... 4

Klasifikasi Bambu ... 7

Jenis-jenis Bambu ... 9

Dunia ... 9 Tempat dan Waktu Penelitian... 21

Alat dan Bahan ... 21

Metode Penelitian ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 21

Teknik Pengambilan Data ... 22

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 23

Kondisi Umum Kelurahan Berngam ... 24

Analisa Data ... 26

Karakteristik Responden ... 26

Pendapatan Masyarakat Petani Tanaman Bambu ... 26

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi dan Sistem Pengelolaan Hutan Bambu ... 28

Produk Olahan Bambu ... 33

Produk Olahan Bambu Di Tingkat Petani ... 33

Produk Olahan Bambu Di Tingkat Pengrajin ... 35

Teknologi Pengolahan Bambu ... 36

Teknologi Di Tingkat Petani ... 36

Teknologi Di Tingkat Pengrajin ... 37

Analisis Alur Pemasaran Produk Hasil Olahan Bambu ... 38

Kontribusi Bambu Terhadap Pendapatan Petani dari Hutan Bambu ... 38

Lembaga Tataniaga pada Distribusi Hutan Bambu ... 40

Pola Distribusi Bambu Gelondongan ... 43

Pola Distribusi Bambu Olahan ... 47

Dekripsi Tanaman Bambu yang Terdapat Di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 57

Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Jenis-jenis Bambu di Dunia ... 9

2. Jenis-jenis Bambu di Indonesia ... 10

3. Jenis-jenis Bambu di Sumatera ... 11

4. Persentase Pengetahuan Petani Bambu Kelurahan Berngam dalam Teknik Pengolahan Bambu ... 37

5. Rata-rata Nilai Pendapatan Bersih Petani Bambu per tahun ... 39

6. Perbandingan Harga Bambu Diolah dan Sebelum Diolah ... 39

7. Pendapatan Total Petani Bambu Per tahun ... 39

8. Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) pada Pola Pasar A... 44

9. Analisis Margin Pemasaran (Market Margin) pada Pola Pasar A... 44

10. Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) pada Pola Pasar B ... 46

11. Analisis Margin Pemasaran (Market Margin) pada Pola Pasar B ... 46

12. Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) pada Pengrajin Bambu ... 47

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Tingkat Pendidikan di Kelurahan Berngam ... 25

2. Rumpun Bambu Hitam ... 30

3. Keadaan Hutan Bambu di Kelurahan Berngam ... 31

4. Bekas Tebangan Bambu ... 32

5. Bambu Gelondongan yang Baru Dipanen dan Siap untuk Dijual ... 32

6. Bambu di Tempat Penampungan ... 34

7. Kerajinan yang Terbuat dari Bambu ... 35

8. Gergaji dan Parang yang Digunakan untuk Memotong Bambu ... 38

9. Bagan Alur Pemasaran Produk Hutan Bambu ... 43

10. Pola Pasar A ... 44

11. Pola Pasar B ... 45

12. Pola Distribusi Bambu Gelondongan ... 47

13. Produk Jadi Olahan Bambu Gelondongan ... 48

14. Bambu Hitam ( Gigantochloa atroviolacea Widj.) ... 50

15. Bambu Apus (Gigantochloa achmadii Widjaja.) ... 51

16. Bambu Kuning (Bambusa vulgaris Schrad.) ... 52

17. Bambu Petung (Dendrocalamus asper) ... 53

18. Bambu Rengen (Gigantochloa pruriens) ... 54

19. Bambu Pagar ( Bambusa glaucescens (Wild) Sieb.ex Munro.) ... 55

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Karakteristik Responden (Petani Bambu) Di Kelurahan Berngam, Kecamatan

Binjai Kota, Kotamadya Binjai ... 61

2. Karakteristik Responden (Pengrajin Bambu) Di Kelurahan Berngam,

Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai ... 62

3. Data Potensi Tanaman Bambu Hitam di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai

Kota, Kotamadya Binjai ... 63

4. Data Potensi Jenis Bambu di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai

Kota, Kotamadya Binjai ... 65

5. Harga Bambu di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya

Binjai ... 65

(13)

ABSTRAK

NATALINA BR SIHOTANG: Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi Tanaman Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai). Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.

Tanaman bambu merupakan tanaman yang mudah untuk dibudidayakan dan memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Akan tetapi sayangnya potensi yang tinggi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan potensi, manfaat ekonomi dan tingkat pemasaran tanaman bambu di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 dengan metode survei, identifikasi dan wawancara terhadap petani. Kemudian dihitung pendapatan petani dari sektor bambu, margin pemasaran dan margin keuntungan dari data yang telah diperoleh. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.

Berdasarkan hasil wawancara, jenis bambu yang ditemukan di Kelurahan Berngam ada 7 jenis. Jenis bambu yang dominan digunakan adalah bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.). Pemasaran produk hutan bambu terdiri dari 6 (enam) pola distribusi.

(14)

ABSTRACT

NATALINA BR SIHOTANG: The Analysis of economy social of Utilization and Potential of bamboo ( study case: Berngam Village, Binjai Kota District, Binjai Regency). Under the supervision of YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA.

Bamboo are an easycrop tobe cultivated and have a high potential economy. But, unfortunately the high potential is not utilized optimally. This research are purpose to determine the types and potency, the utilized economy and the marketing of bamboo in Berngam Village, Binjai Kota District, Binjai Regency. The research was performed in March-May 2011 with survey methods, identifying and bamboo farmers interviewed. Then the income of farmers from the bamboo sector, marketing margin and the margin profit from the result of the data were calculated. The data were analyzed descriptively and tabulation.

Based on the interview, the species of bamboo that were found in Berngam Village there are 7 species. The species of dominant used is bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.). The marketing product of bamboo forest is consist of 6 (eight) distribution pattern.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bambu sebagai hasil hutan bukan kayu telah lama dimanfaatkan oleh

masyarakat. Pada awalnya pemanfaatan bambu masih tradisional dan terbatas

seperti untuk rumah tangga, kerajinan, penunjang kegiatan pertanian, perumahan

dan lain-lain yang kebutuhannya masih dapat diperoleh dari lingkungan sekitar.

Tetapi dengan perkembangan penduduk dan kemajuan pembangunan,

pemanfaatan sudah memerlukan teknologi yang menghasilkan beberapa produk.

Masyarakat di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya

Binjai memperoleh tambahan pendapatan dari kerajinan bambu. Mereka

memanfaatkan tanaman bambu tersebut untuk membuat beraneka ragam bentuk

kerajinan seperti meja, tempat televisi, tempat tidur, lemari, kursi dan lain

sebagainya. Bambu yang sering digunakan oleh masyarakat untuk kerajinan

adalah bambu hitam, bambu petung, bambu kuning, bambu wuluh dan lain

sebagainya. Selain bahan baku tanaman bambu yang mudah di dapat, cara

pengerjaannya juga mudah bagi mereka. Masyarakat melakukan pekerjaan

sebagai pengrajin bambu karena mereka menganggap bahwa bambu tersebut

memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dijadikan bentuk kerajinan yang

memiliki nilai jual yang tinggi.

Penjualan kerajinan tersebut dengan harga tinggi tentunya akan mampu

mengangkat perekonomian masyarakat sebagai penghasilan yang utama atau

tambahan. Ini tampak dari kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

utama (primer) maupun sekunder serta dapat menambah pendapatan bagi

(16)

pemanfaatan dan potensi tanaman bambu di Kelurahan Berngam, Kecamatan

Binjai Kota, Kotamadya Binjai.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota,

Kotamadya Binjai dengan alasan bahwa di lokasi ini terdapat beberapa bambu

yang layak dijadikan kerajinan yang bahannya alami dan mempunyai nilai jual

yang tinggi serta memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, pembuatan kerajinan

bambu ini mempunyai keuntungan yang menjanjikan serta mampu menyerap

banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

Perumusan masalah :

Pengembangan usaha bambu mempunyai arti yang sangat penting bagi

peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitar hutan dan

di dalam hutan, di samping itu upaya tersebut berkaitan erat dalam menjaga

kelestarian lingkungan seperti pencegahan bahaya banjir dan erosi, serta

pemanfaatan lahan kering. Selain itu, dapat pula dihasilkan hasil kayu maupun

hasil non kayu yang saat ini telah berkembang menjadi suatu komoditas yang

mempunyai nilai ekonomis yang cukup baik dan dirasakan oleh masyarakat

bahwa usaha ini dapat memberikan tambahan pendapatan.

Pengembangan usaha bambu sekarang ini masih belum banyak

dikembangkan dan sistem pengolahannya masih sederhana. Pada dasarnya

pengembangan usaha ini dapat membantu pendapatan masyarakat sekitar. Dengan

demikian penelitian analisis sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Berngam,

Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai terhadap pemanfaatan dan potensi

bambu sangat diperlukan untuk mengetahui besarnya peranan tanaman bambu

(17)

Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jenis dan potensi tanaman bambu yang terdapat di Kelurahan

Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai.

2. Mengetahui manfaat ekonomi tanaman bambu bagi masyarakat Kelurahan

Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai.

3. Mengetahui tingkat pemasaran tanaman bambu di Kelurahan Berngam,

Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai.

Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi

pemerintah daerah untuk mendukung pengembangan tanaman bambu dan bagi

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Bambu

Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat

Indonesia. Tanaman ini sudah menyebar di seluruh kawasan nusantara. Bambu

dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai kering, dari dataran rendah hingga ke

daerah pegunungan. Di pedesaan sering kali dijumpai tanaman bambu rakyat yang

ditanam di lahan- lahan tertentu seperti di pekarangan, tepi sungai, tepi jurang,

atau pada batas-batas pemilikan lahan. Pemanfaatan bambu di Indonesia sudah

berlangsung sangat lama dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat

desa. Hal ini dapat dilihat dari bangunan rumah yang hampir semuanya

menggunakan bahan dari bambu (Berlian dan Estu Rahayu, 1995).

Memang kegunaan tanaman bambu amatlah banyak. Batangnya

mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan yaitu kuat, keras, ringan, ukurannya

beragam, dan mudah untuk dikerjakan. Dengan sifat-sifat tersebut batang bambu

memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan rumah, pagar,

jembatan, alat angkutan (rakit), pipa saluran air, alat musik, dan berbagai

peralatan rumah tangga. Pemanfaatan batang bambu ini terus berkembang sesuai

dengan perkembangan zaman. Sekarang bambu juga digunakan untuk bahan

pembuatan kertas, sumpit (chopstick), plywood dari bambu atau plybamboo,

furniture, juga untuk barang-barang kerajinan tangan untuk cenderamata. Hasil

kerajinan tangan dari bambu ini bahkan sudah menjadi komoditi ekspor

(Berlian dan Estu Rahayu, 1995).

Bambu dikenal dengan sebutan kayunya orang desa dan emas hijau.

(19)

rumah dan konstruksi yang lain terutama di pedesaan. Selain itu, bambu juga

digunakan untuk mebel, kerajinan tangan, bahan dalam industri kertas, alat musik,

senjata, obat-obatan, landscaping taman, bahan makanan, dan batangnya dapat

dijadikan arang (Swara, 1997).

Saat ini perkembangan produksi kerajinan anyaman bambu mengalami

kemajuan yang pesat. Hal ini sejalan dengan perkembangan di dalam penciptaan

desain-desain baru yang banyak laku di pasaran dalam maupun luar negeri.

Industri kerajinan anyaman bambu yang telah berakar di pedesaan merupakan

potensi yang besar sekali dalam usaha pengembangan industri kerajinan bambu

secara nasional, karena dari sinilah awal tumbuhnya pelbagai corak kreativitas

baru dalam mengolah bambu sebagai karya seni yang tinggi

(Berlian dan Estu Rahayu, 1995).

Seiring dengan meningkatnya pemakaian bambu, penebangan bambu juga

meningkat sehingga pemanenan yang dilakukan secara tidak beraturan

dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan rumpunnya di masa depan. Untuk

mengantisipasi usaha ini diperlukan suatu panduan cara memanen bambu. Selain

itu juga diperlukan adanya usaha konservasi bambu, baik di lokasi tumbuh

alaminya (in-situ) maupun di luar lokasi pertumbuhannya (ex-situ)

(Widjaja, 2001).

Bambu merupakan produk hasil hutan non kayu yang telah dikenal bahkan

sangat dekat dengan kehidupan masyarakat karena pertumbuhannya ada di

sekeliling kehidupan masyarakat. Bambu termasuk tanaman Bamboidae, anggota

sub familia rumput, memiliki keanekaragam jenis bambu di dunia sekitar

(20)

Bambu banyak digunakan masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari

meliputi kebutuhan pangan, rumah tangga, kerajinan, konstruksi dan adat istiadat.

Bambu memiliki multi fungsi pemanfaatan sebagai bahan makanan untuk

manusia (rebung), binatang (pucuk daun muda), kebutuhan rumah tangga dan

aneka kerajinan dengan berbagai tujuan penggunaan mulai dari cenderamata,

mebel, tas, topi, kotak serba guna hingga alat musik serta konstruksi untuk

pembuatan jembatan, aneka sekat, konstruksi rumah meliputi tiang, dinding, atap

(Tan, 2005).

Mencari dan menemukan barang kerajinan berbahan baku bambu bukan

sesuatu yang sulit. Sebab sangat banyak peralatan dan perlengkapan manusia yang

terbuat dari bambu. Konsumen barang-barang kerajinan tangan tidak hanya di

dalam negeri. Masyarakat mancanegara juga meminatinya karena kenaturalan dan

keantikannya. Di dalam negeri kerajinan bambu tidak lagi inferior karena hanya

dijual di kaki lima atau pinggir jalan. Di pasar swalayan pun, kerajinan bambu

dapat ditemukan (Duryatmo, 2000).

Bambu sangat potensial sebagai bahan substitusi kayu, karena rumpun

bambu dapat terus berproduksi selama pemanenannya terkendali dan terencana.

Jenis bambu tropis, termasuk di Indonesia, umumnya merupakan jenis dengan tipe

perimpangan simpodial yang akan membentuk perumpunan buluh yang rapat.

Tipe perimpangan yang lain adalah monopodial yang menghasilkan buluh-buluh

yang seolah soliter, walaupun sebenarnya buluh-buluh yang tersebar tersebut

merupakan satu rumpun yang dihubungkan dengan perimpangan di dalam tanah.

Bambu tipe ini, relatif lebih mudah dalam pemanenan dan tidak menggangu

(21)

bermasalah secara ekologi dan dapat menjamin kelangsungan suplai bahan baku.

Dalam hal ini, bambu sebagai substitusi kayu sepertinya dapat menjadi solusi bagi

ancaman kerusakan hutan yang semakin parah (Departemen Kehutanan, 2005).

Bambu termasuk jenis tanaman rumput-rumputan dari suku Gramineae.

Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

Tanaman bambu memiliki cabang-cabang (ranting) dan daun buluh yang

menonjol (Gerbono dan Abbas, 2009).

Penggunaan bambu untuk industri atau kerajinan dewasa ini semakin

meningkat. Dengan demikian kebutuhan akan bambu juga semakin meningkat.

Pemenuhan kebutuhan tersebut tidak dapat sepenuhnya tergantung pada

persediaan di alam. Untuk itu tanaman bambu perlu dibudidayakan secara intensif

dengan cara mengebunkannya, agar dapat terjamin tersedianya bahan baku dan

kontinuitas produksi (Berlian dan Estu Rahayu, 1995).

Klasifikasi bambu

Bambu merupakan tanaman tahunan yang sering diberi julukan rumput

raksasa. Penghasil rebung ini memang termasuk dalam famili rumput-rumputan

(gramineae) dan masih berkerabat dekat dengan padi dan tebu. Tanaman bambu

dimasukkan ke dalam subfamily bambusoideae. Dalam klasifikasi selanjutnya

bambu terdiri dari beberapa marga atau genus dan setiap marga mempunyai

beberapa jenis atau spesies (Berlian dan Estu Rahayu, 1995).

Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1500 spesies bambu. Di Indonesia

sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain Arundinaria, Bambusa,

Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys,

(22)

dikenal misalnya bambu tali atau bambu apus. Bambu ini termasuk dalam genus

Gigantochloa. Berikut adalah urutan klasifikasi bambu tersebut.

Divisio : Spermatophyta

Subdiviso : Angiospermae

Kelas : Monokotiledoneae

Ordo : Graminales

Famili : Gramineae

Subfamili : Bambusoideae

Genus : Gigantochloa

Spesies : Gigantochloa apus (Bl. Ex Schult.f.) Kurz.

(Berlian dan Rahayu, 1995).

Bambu memiliki beberapa karakteristik yang menurut Swara (1997) ada

terbagi atas lima karakteristik dari bambu yaitu:

1. Memiliki batang berbentuk pipa,

2. Mempunyai lapisan khusus pada bagian luar dan dalam pipa, bagian luar

memiliki kekuatan hamper dua kali lipat bagian dalam,

3. Memiliki buku-buku,

4. Kuat dalam arah axial, dan

5. Tidak ada ray cells, sehingga mudah bergerak.

Tanaman bambu di tanam berderet membentuk teras pada sebuah lereng

jadi sabuk gunung maka kekuatannya luar biasa. Akar bambu akan saling terkait

dan mengikat antar rumpun. Rumpun berikut serasah dibawahnya juga akan

menahan top soil (lapisan tanah permukaan yang subur) hingga tidak hanyut di

(23)

Jenis-jenis Bambu

1. Dunia

Ada beberapa jenis tanaman bambu yang terdapat di dunia, dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis- jenis Bambu yang tumbuh di Dunia

No Nama Botanis Deskripsi

1 Bambusa multiplex 'Alphonse Karr' Sebuah genus tropis dan subtropis bambu menggumpal, biasanya ukurannya raksasa, dengan banyak cabang di node, satu atau dua jauh lebih besar. Tunas baru muncul akhir musim panas atau musim gugur. Bambusa tidak cukup kuat untuk bertahan hidup di luar musim dingin, dan tanaman ini terdapat di Kanada. Bambusa dapat tumbuh dengan baik dalam ruangan dengan situasi cahaya tinggi dengan sedikitnya 6 jam sinar matahari langsung per hari.

2 Borinda angustissima Borinda merupakan bambu yang berasal dari

Bhutan, Tibet, Yunnan dan Sichuan. Borinda angustissima sama tampilannya dengan Fargesia, tetapi memiliki bunga yang berbeda dan rimpang pendek. Batang mudanya memiliki bubuk putih dan ungu, selubung gigih dan daunnya sempit serta tumbuh besar di bawah pepohonan.

3 Chusquea gigantea Bambu ini berasal dari Amerika yang

memiliki sekitar 150 spesies. Batangnya padat menanggung cabang dominan dan banyak cabang di batang node pertengahan.

4 Chimonobambusa marmorea Bambu ini memiliki ukuran sedang yang

memulai tunas baru pada musim gugur atau musim dingin. Tumbuh pada kondisi lembab, teduh sedikit dan tingkat kelembaban yang baik dan ditemukan di pantai barat.

5 Fargesia denudata Denudata adalah bambu yang indah dari

propinsi Sichuan, Cina dengan selubung batang merah-orange yang menambah cahaya untuk penampilan secara keseluruhan dan merupakan bambu yang sangat kuat serta dapat menangani matahari langsung tanpa keriting daun.

6 Hibanobambusa tranquillans shiroshima Bambu shiroshima merupakan bambu yang lebih tinggi dan paling indah dari beberapa bambu di Jepang dan biasanya dibuat untuk aplikasi interior. Bisa dikatakan bahwa jenis bambu ini benar-benar menonjol.

7 Phyllostachys angusta Jenis bambu ini sering disebut sebagai bambu

batu karena tekstur batangnya yang keras dan di Cina digunakan untuk membuat mebel bambu halus dan biasanya jatuh pada musim dingin tapi tumbuh kembali di musim semi

(24)

2. Indonesia

Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis

tanaman yang disebut juga sebagai buluh, aur, dan eru ini. Diperkirakan terdapat

sedikitnya

tumbuh di Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis-jenis Bambu di Indonesia

No Nama Botani Nama Lokal Daerah

ditemukan

1 Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend Bambu Jepang Jawa

2 Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. Pring Ori Jawa, Sulawesi

3 Bambusa atra Lindl. Loleba Maluku

4 Bambusa balcooa Roxb. - Jawa

5 Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. Bambu duri Jawa, Sulawesi,

Nusa Tenggara 6 Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro. Bambu pagar Jawa

7 Bambusa horsfieldii Munro. Bambu embong Jawa

8 Bambusa maculate Bambu Tutul Bali

9 Bambusa multiplex Bambu Cendani,

Mrengenani

Jawa

10 Bambusa polymorpha Munro. - Jawa

11 Bambusa tulda Munro. - Jawa

12 Bambusa tuldoides Haur hejo Jawa

13 Bambusa vulgaris Schard. Pring kuning, Awi

ampel

Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku

14 Dendrocalamus asper Bambu petung Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, Bali

15 Dendrocalamus giganteus Munro. Bambu SembilanG Jawa

16 Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. Bambu batu Jawa

17 Dinochloa scandens Kadalan Jawa

18 Gigantochloa apus Kurz. Bambu apus, tali Jawa

19 Gigantochloa atroviolacea Bambu hitam Jawa

20 Gigantochloa atter Bambu ater Jawa

21 Gigantochloa achmadii Widjaja. Buluh apus Sumatera

22 Gigantochloa hasskarliana Buluh lengka tali Sumatera, Jawa,

Bali

23 Gigantochloa kuring Awi belang Jawa

24 Gigantochloa levis (Blanco) Merr. Bambu suluk Kalimantan

25 Gigantochloa manggong Widjaja. Bambu manggong Jawa

26 Gigantochloa nigrocillata Kurz Bambu terung Jawa

27 Gigantochloa pruriens Buluh rengen Sumatera

28 Gigantochloa psedoarundinaceae Bambu andong Jawa

29 Gigantochloa ridleyi Holtum. Tiyang kaas Bali

30 Gigantochloa robusta Kurz. Bambu mayan Sumatera, Jawa

31 Gigantochloa waryi Gamble Buluh dabo Sumatera

(25)

Tabel 2. (Lanjutan)

33 Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. - Jawa

34 Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. Bambu eul-eul Jawa

35 Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera Bambu uncea Jawa

36 Schizotachyum blunei Ness. Bambu wuluh,

Bambu tamiang

37 Schizotachyum brachycladum Kurz. Bambu buluh besar,

Bambu nehe, Tomula

Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku

38 Schizotachyum candatum Backer ex Heyne Buluh mangkok Sumatera

39 Schizotachyum lima (Blanco) Merr. Bambu toi Jawa, Sulawesi,

Maluku, Irian

40 Schizotachyum longispiculata Kurz. Bambu jalur Sumatera, Jawa,

Kalimantan,

41 Schizotachyum zollingeri Stend. Bambu jala, Bambu

lampar

Sumatera, Jawa

42 Thryrsostachys siamensis Gamble. Bambu Jepang Jawa

(Alamendah, 2011).

3. Sumatera

Adapun jenis tanaman bambu yang terdapat di Sumatera dapat lihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-jenis Bambu di Sumatera

No Nama Botani Nama Lokal

1 Bambusa vulgaris Schard. Pring kuning,

2 Dendrocalamus asper Bambu petung

3 Gigantochloa achmadii Widjaja. Buluh apus

4 Gigantochloa hasskarliana Buluh lengka tali

5 Gigantochloa pruriens Buluh rengen

6 Gigantochloa robusta Kurz. Bambu mayan

7 Gigantochloa waryi Gamble Buluh dabo

8 Schizotachyum blunei Ness. Bambu tamiang

9 Schizotachyum brachycladum Bambu buluh

10 Schizotachyum candatum Backer ex

Heyne

Buluh mangkok

11 Schizotachyum longispiculata Kurz. Bambu jalur

12 Schizotachyum zollingeri Stend. Bambu jala

(26)

Syarat Tumbuh Bambu

Pertumbuhan bambu tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungannya.

Dengan demikian perlu diketahui faktor-faktor yang berkaitan dengan syarat

tumbuh tanaman bambu. Tanaman ini akan tumbuh dengan baik di tempat yang

sesuai untuk pertumbuhannya. Menurut Berlian dan Estu Rahayu (1995) faktor

lingkungan tersebut meliputi kondisi iklim dan jenis tanah.

1. Iklim

Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah yang bersuhu

sekitar 8,8-360C. Suhu lingkungan ini juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat.

Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhunya. Tanaman bambu bisa

dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 0

sampai 2.000 m dpl. Walaupun demikian tidak semua jenis bambu dapat tumbuh

dengan baik pada semua ketinggian tempat. Curah hujan yang dibutuhkan untuk

tanaman bambu minimum 1.020 mm per tahun. Kelembaban udara yang

dikehendaki minimum 80%.

2. Tanah

Bambu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat

sampai ringan, tanah kering sampai becek, dan dari tanah subur sampai kurang

subur. Juga dari tanah pegunungan yang berbukit terjal sampai tanah yang landai.

Perbedaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap kemampuan perebungan

bambu. Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam pada

pH 3,5 dan umumnya menghendaki tanah yang pH-nya 5,0 sampai 6,5. Pada

tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh baik karena kebutuhan makanan

(27)

Kelebihan Bambu

Menurut Wahyudin (2008) setidaknya ada tiga kelebihan bambu jika

dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan antara lain:

1. Tumbuh dengan Cepat

Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu yang singkat

dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari bambu dapat

bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk

mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu

memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi.

2. Tebang Pilih

Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk

digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam pemanenan dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu dengan metode tebang habis dan tebang pilih.

Metode tebang pilih merupakan metode penebangan berdasarkan umur

bambu. Metode ini sangat efektif karena akan didapatkan mutu bambu

sesuai dengan yang diinginkan dan kelangsungan pertumbuhan bambu

akan tetap berjalan.

3. Meningkatkan Volume Air Bawah Tanah

Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar

ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik.

Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40 %

(28)

Kelemahan Bambu

Kelemahan bambu terdapat pada sifat dari keawetannya/ketahanannya.

Ketahanan bambu adalah daya tahan bambu terhadap berbagai faktor perusak

bambu terhadap serangan rayap, bubuk kayu kering dan jamur perusak bambu.

Ketahanan alami bambu lebih rendah dibandingkan dengan kayu. Ketahanan

bambu tergantung pada kondisi iklim dan lingkungan (Swara, 1997).

Manfaat Bambu

Bambu sampai saat ini sudah dimanfaatkan sangat luas di masyarakat mulai

dari penggunaan teknologi yang paling sederhana sampai pemanfaatan teknologi

tinggi pada skala industri. Pemanfaatan di masyarakat umumnya untuk kebutuhan

rumah tangga dan dengan teknologi sederhana, sedangkan untuk industri biasanya

ditujukan untuk orientasi eksport. Menurut Batubara (2002), pemanfaatan bambu

terbagi atas:

1. Bambu Lapis

Seperti halnya kayu diolah menjadi kayu lapis maka bambu juga

digunakan sebagai bahan baku kayu lapis. Berbagai macam produk bambu lapis

dibuat baik dari sayatan bambu maupun pelepah bambunya. Jenis yang umum

dipakai untuk bambu lapis adalah bambu tali (Gigantocloa apus). Kadang-kadang

bambu lapis ini dicampur dengan veneer kayu meranti untuk lapisan dalamnya,

atau sebaliknya lapisan luarnya berupa veneer kayu.

2. Bambu Lamina

Bambu lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan

potongan-potongan dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis yang

(29)

Banyaknya lapisan tergantung ketebalan yang diinginkan dan penggunaannya.

Kualitas bambu lamina ini sangat ditentukan oleh bahan perekatnya. Dengan

bahan perekat yang baik maka kekuatan bambu lamina dapat disejajarkan dengan

kekuatan kayu kelas III.

3. Papan Semen

Papan semen bambu terbuat dari bambu, semen dan air kapur. Bambu

terlebih dahulu diserut, kemudian direndamkan dalam air selama dua hari.

Selanjutnya dicampur ketiga bahan tersebut dan kemudian dibentuk papan pada

suhu 56 0

C dengan waktu selama 9 jam.

4. Arang Bambu

Pembuatan arang dari bambu dilakukan dengan cara destilasi kering dan

cara timbun skala semi pilot. Bambu yang sudah dicobakan adalah bambu tali,

bambu ater, bambu andong dan bambu betung. Nilai kalor arangnya rata-rata

6602 kal/gr, dan yang paling baik dijadikan arang adalah bambu ater dimana sifat

arang yang dihasilkan relatif sama dengan sifat arang dari kayu bakau.

5. Pulp

Pabrik kertas sangat potensial dalam memanfaatkan bambu sebagai bahan

kertas. Cara pembuatan bahan kertas dari bambu mula-mula bambu dipotong dan

diserpih dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 1 mm. Dengan tekanan dan suhu

tertentu serpihan bambu tersebut dimasak selama 1,5 jam. Kemudian pulp dicuci

dan disaring. Kemudian pulp diurai dengan pengaduk 3-4 jam. Hasil uraian

disaring, dicuci dan diputihkan. Setelah dicuci pulp dibuat lembaran sebagai

(30)

Bambu memiliki kandungan selulosa yang sangat cocok untuk dijadikan

bahan kertas dan rayon. Pemanfaatan bambu sebagai bahan kertas di Indonesia

telah diterapkan pada industri di Gowa dan Banyuwangi. Namun industri ini

memiliki kendala dari segi bahan baku sehingga dibuat modifikasi yaitu campuran

pulp bambu dengan perbandingan 70 % : 30 %.

6. Kerajinan dan Handycraft

Berbagai kerajinan dan handycraft dibuat dari bambu antara lain : tempat

pulpen, gantungan kunci, cup lampu, keranjang, tas, topi dan lain-lain. Dalam hal

ini yang dibutuhkan adalah keterampilan dan kreativitas dalam memanfaatkan

bambu.

7. Sumpit

Pengembangan bahan bambu sebagai bahan industri telah pula mencakup

kebutuhan peralatan makan berupa sumpit, tusuk sate dan tusuk gigi.

Perkembangannnya sangat cepat karena mudah dalam pengerjaan apalagi bila

dikerjakan dengan mesin secara otomatis. Bambu yang bagus untuk dijadikan

sumpit adalah bambu mayan dan bambu andong. Bambu yang bagus untuk sumpit

bambu yang berumur 3 tahun dimana untuk meningkatkan kualitasnya setelah

ditebang sebaiknya jangan langsung diproses tetapi dikeringkan terlebih dahulu

selama kurang lebih 4 hari.

8. Furniture dan Perkakas Rumah Tangga

Bambu yang dipergunakan untuk mebel harus memenuhi beberapa syarat.

Selain warna yang menarik juga dapat dibentuk secara istimewa dengan nilai seni

yang tinggi tetap memenuhi kekokohannya. Olesan pengawet dan penghias,

(31)

alami. Perkakas rumah tangga dan hiasan dari bambu digemari karena di samping

tidak berkarat juga mencerminkan kesederhanaan tapi anggun.

Bambu hitam dan bambu betung banyak digunakan untuk furniture antara

lain : meja, kursi, tempat tidur, meja makan lemari pakaian dan lemari hias.

Disamping itu bambu juga banyak dipakai menjadi peralatan rumah tangga dan

assesoris penghias rumah.

9. Komponen Bangunan dan Rumah

Bambu yang dipergunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya diawetkan

lebih dahulu dengan cara perendaman dalam air selama beberapa minggu

kemudian dikeringkan. Kadang-kadang juga dilakukan pengasapan belerang agar

hama yang ada mati dan tidak dikunjungi oleh hama perusak. Sebagai bahan

kontruksi yang tidak mementingkan keindahan, juga sering dipergunakan untuk

menutup pori-pori buluh.

Bambu bersama dengan kayu dan bahan organik lainnya banyak

digunakan pada pembangunan rumah rakyat di pedesaan. Dengan perkembangan

harga bahan dasar dan kebutuhan perumahan rakyat yang sederhana, maka

pengembangan rumah berbahan kayu dan bambu sesuai untuk membantu rakyat

yang berpenghasilan rendah, terutama di daerah yang mempunyai ketersediaan

bambu. Penggunaan bambu oleh masyarakat sebagai bahan bangunan perumahan

selain mudah didapat, bahan bambu dipercaya oleh masyarakat sebagai bahan

yang kuat dan awet dengan catatan penggunaan terhindar untuk berhubungan

(32)

10.Rebung

Bambu dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam bentuk rebung.

Jenis-jenis tertentu rebungnya dapat dimakan karena kadar HCN kecil atau sama sekali

tidak ada, rasanya memenuhi selera, lunak dan warnanya menarik. Kandungan

gijinya cukup memadai sebagai sumber mineral dan vitamin.

11.Bahan Alat Musik Tradisional

Sesuai dengan ketebalan dinding, diameter dan panjang buluh, bambu

dapat dibuat alat musik tradisional yang menghasilkan nada dan alunan suara

yang khas. Faktor ketepatan memilih jenis dan tingkat pengeringan diperlukan

guna memperoleh kualitas yang memadai. Bambu dapat dibuat alat musik tiup,

alat musik gesek maupun alat musik pukul. Contoh yang terkenal adalah seruling,

angklung, gambang, calung, kentongan, dll. Pembuatan alat musik dari bambu

dituntut pengetahuan nada dan ketelatenan penanganan pekerjaan. Misalnya pada

pembuatan angklung, bambu dipilih dari jenis bambu tertentu. Bambu temen,

bambu hitam, bambu lengka dan bambu tali cocok dipergunakan untuk membuat

kerangkanya.

Tinjauan Pemasaran

Pemasaran adalah semua kegiatan untuk memperlancar arus barang dan

jasa dari produsen kepada konsumen secara efisien dengan maksud untuk

menciptakan permintaan efektif. Biaya pemasaran adalah keseluruhan biaya yang

dikeluarkan dalam proses transfer barang (produk) dari tangan produsen samapi

ketangan konsumen akhir. Pembiayaan pemasaran adalah pembiayaan kegiatan

dan investasi modal terhadap barang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam

(33)

volume (besar kecilnya) lembaga-lembaga tataniaga melakukan kegiatan

fungsi-fungsi tataniaga, dan jumlah fasilitas yang diperlukan dalam proses transfer

barang (Kamaluddin, 2008).

Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan

pemasaran. Pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan

pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan,

membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli

sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangakan manajemen adalah proses

perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing) penggerakan (Actuating)

dan pengawasan. Jadi dapat diartikan bahwa Manajemen Pemasaran adalah

sebagai analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang

dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran

yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai

tujuan-tujuan organisasi (Kottler, 1997).

Saluran pemasaran merupakan serangkaian kegiatan yang

menyelenggarakan kegiatan tata niaga, menyalurkan barang dari produsen kepada

konsumen. Saluran ini mempunyai hubungan organisasi satu sama lain.

Timbulnya saluran tata niaga ini karena keinginan konsumen untuk mendapatkan

barang yang dikehendaki dan penyesuaian produksi terhadap keinginan konsumen

(Sihombing, 2010).

Efisiensi pemasaran adalah kemampuan jasa-jasa pemasaran untuk dapat

menyampaikan suatu produk dari produsen ke konsumen secara adil dengan

memberikan kepuasan pada semua pihak yang terlibat untuk suatu produk yang

(34)

pemasaran, share petani (produsen), distribusi keuntungan, dan volume penjualan

(Rahayu dkk, 2004).

Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari

dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga adalah perubahan antara harga

petani dan harga eceran. Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan

harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak

menunjukkan jumlah kuantitas produk yang dipasarkan. Margin tataniaga

merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga dan margin keuntungan.

Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistem

pemasaran dikalikan dengan kuantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan

ini sama dengan konsep nilai tambah (value added). Pengertian ekonomi nilai

margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga yang

merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk–produk

(35)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai

Kota, Kotamadya Binjai, Propinsi Sumatera Utara dan pelaksanaannya dimulai

pada bulan Maret 2011 sampai dengan Mei 2011.

Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk

dokumentasi penelitian, alat-alat tulis untuk menulis data, kalkulator untuk

menghitung data dan perangkat computer.

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah lembar

kuisioner/wawancara sebagai bahan wawancara kepada petani bambu dan

pengrajin tanaman bambu, Buku identifikasi Jenis-jenis bambu dan peta lokasi

Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai untuk

mengetahui lokasi penelitian.

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, digunakan data primer dan data sekunder. Data

primer yang dikumpulkan antara lain adalah data sosial ekonomi, bentuk

pengelolaan dan hasil pemasaran. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain

adalah kondisi umum lokasi penelitian atau data umum yang ada pada instansi

pemerintahan kelurahan.

Dalam pengambilan sampel akan digunakan metode purposive sampling

(36)

yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Dalam metode ini,

sampel yang diambil adalah petani pengrajin tanaman bambu di Kelurahan

Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai. Cara pengambilan sampel

adalah apabila subjeknya lebih dari 100 orang maka diambil antara 10-15 %,

20-25 % dan seterusnya. Namun apabila subjek atau populasinya dibawah 100 orang

lebih baik diambil seluruhnya.

Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian,

sebagai berikut:

1. Observasi lapangan diperlukan untuk mengetahui gambaran umum lokasi

penelitian dan kehidupan sosial ekonomi petani bambu dan pengrajin bambu di

tempat penelitian

2. Populasi dan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat

Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai yang bekerja

sebagai petani bambu dan pengrajin tanaman bambu.

3. Kuisioner/wawancara dengan masyarakat yang bekerja sebagai petani bambu,

pengrajin bambu berupa penjelasan tentang jenis tanaman bambu yang

digunakan, pendapatan masyarakat petani dan pengrajin bambu, pemanfaatan

tanaman bambu, serta cara pemasarannya.

4. Dokumentasi berupa foto-foto yang dapat digunakan untuk membantu

mengidentifikasi tanaman bambu yang ada di lokasi penelitian dan data lain

yang dibutuhkan.

5. Studi Pustaka digunakan untuk memperoleh data sekunder seperti data

(37)

6. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder yang selanjutnya ditabulasikan

sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data

primer selanjutnya dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian

serta dilakukan analisis para pihak yang terkait dalam pengelolaan bambu

sedangkan data yang bersifat kauntitatif diolah secara tabulasi.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Sesuai dengan keputusan pemerintah kota Binjai telah ditetapkan bahwa

Kota Binjai memiliki luas area 90,23 km² (9.023,62 Ha) dengan jumlah penduduk

232.236 jiwa. Kota Binjai secara administrasi terbagi atas lima kecamatan yaitu

Kecamatan

Binjai, Kartini, Pekan Binjai, Satria, Setia dan Tangsi. Kota Binjai, secara

geografis terletak antara 03°03'40" sampai 03°40'02" Lintang Utara dan 98°27'03"

sampai 98°39'32" Bujur Timur. Posisi Kota Binjai ada di bagian Utara Propinsi

Sumatera Utara pada ketinggian tempat 25-35 m di atas permukaan laut dan

secara umum kondisi wilayah relatif datar. Suhu rata-rata di Kota binjai 30 sampai

35°C dan curah hujan berkisar antara 1.917 mm—3.884 mm/tahun

(BPS SUMUT, 2007).

Kelurahan pada penelitian yang diambil sebagai sampel adalah Kelurahan

Berngam. Desa ini diambil sebagai kelurahan yang mewakili sekitar wilayah

(38)

Kondisi Umum Kelurahan Berngam

Letak dan luas

Kelurahan Berngam terletak pada Kecamatan Binjai Kota dengan luas

179,50 Ha. Jumlah penduduk Kelurahan Berngam adalah 9.261 jiwa

(Pemerintahan Kelurahan Berngam, 2011).

Adapun batas administrasi Kelurahan Berngam adalah

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Satria

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanah Merah

- Sebelah Timur berbatasan dengan Binjai Estate

- Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Bingai

Topografi dan Ketinggian tempat

Kelurahan Berngam memiliki ketinggian 20 m diatas permukaan laut

dengan curah hujan tahunan 2.900 mm. Suhu rata-rata 20,4—32,7° C. Kondisi

permukaan tanah rata dan datar (Pemerintahan Kelurahan Berngam, 2011).

Kependudukan

Penduduk Kelurahan Berngam terdiri dari suku Melayu, Batak, Jawa dan

Mandailing. Agama yang dianut masyarakat adalah Islam dan Kristen. Terdapat

tempat ibadah dengan kondisi baik. Mata pencaharian penduduk Kelurahan

Berngam ada yang bertani, ada yang berdagang dan membuat kerajinan serta

beberapa penduduk juga ada yang pegawai negeri sipil (Pemerintahan Kelurahan

(39)

Pendidikan

Secara umum masyarakat sudah mempunyai pendidikan yang maju.

Masyarakat kebanyakan lulusan Sekolah Menengah Atas ± 40 %, Sekolah

Menengah Pertama ± 25 %, Sarjana ± 20 % dan Sekolah Dasar ± 15 %. Sarana

bangunan sekolah ada di kelurahan ini.

Berikut adalah persentase tingkat pendidikan di Kelurahan Berngam

15%

25%

40% 20%

SD

SMP

SMA

SARJANA

Gambar 1. Tingkat Pendidikan Kelurahan Berngam

Kesehatan dan Sarana Umum Lainnya

Fasilitas kesehatan yang ada ialah Rumah Sakit dan melaksanakan

kegiatan posyandu. Fasilitas umum yang ada yaitu sebuah tempat untuk

mengadakan suatu pertemuan (Pemerintahan Kelurahan Berngam, 2011).

Aksesibilitas

Jarak antara Kelurahan Berngam ke Kota Binjai dapat ditempuh dengan

mudah. Ketersediaan alat angkutan umum setiap saat ada dari kelurahan menuju

ke kelurahan lainnya. Sarana transportasi di dalam Kelurahan Berngam terutama

adalah becak mesin roda tiga yang unik dan mobil angkutan umum yang disebut

(40)

Sosial Budaya

Masyarakat Kelurahan Berngam memiliki solidaritas yang tinggi terhadap

suku penduduk asli (Melayu, Jawa) dengan suku pendatang lainnya dan antar

pemeluk agama. Hal ini dapat terlihat dari kegiatan yang dilaksanakan di

Kelurahan misalnya mengadakan kegiatan gotong royong 2 kali sebulan,

mengikuti arisan bulan di kecamatan dan kelurahan serta kegiatan lainnya

(Pemerintahan Kelurahan Berngam, 2011).

Analisa Data

Karakteristik Responden

Data dan informasi yang akan dikumpulkan adalah data karakteristik

petani dan pengrajin tanaman bambu yang meliputi usia, jenis kelamin, suku,

pendidikan, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan dan jumlah anggota keluarga.

Pendapatan Masyarakat Petani Tanaman Bambu

Untuk menghitung besarnya pendapatan masyarakat pada saat penelitian,

hasil pengelolaan tanaman bambu dihitung dengan menggunakan rumus menurut

Rahayu dkk (2004) sebagai berikut:

I = TR – TC

Keterangan:

I = Pendapatan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

Selanjutnya dihitung pendapatan total petani bambu dengan menggunakan rumus:

I Total = IBambu + INon

Kemudian dihitung persentase besarnya pendapatan masyarakat dengan

(41)

Ibambu

% I = x 100 % Ibambu + Inon

Pengolahan bambu dan Nilai Tambah Pengolahan

Untuk mengetahui sistem pengolahan bambu dilakukan dengan

wawancara mengenai produk yang dihasilkan masyarakat yang kemudian

dikaitkan dengan harga jual tiap produknya, sehingga diketahui besarnya nilai

tambah yang diperoleh oleh masyarakat. Kemudian data wawancara dihitung

dengan menggunakan margin pemasaran dan margin keuntungan. Menurut

Kamaluddin (2008) secara sistematis margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai

berikut: Mji = Pr – Pf

Keterangan:

Mji = Margin pemasaran

Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen Pf = Harga pembelian pemasaran di tingkat produsen

Secara sismatematis parameter pengukur distribusi keuntungan dirumuskan

sebagai berikut: Ki

Ski = x 100 %

Pr

Keterangan:

Ski = Analisis distribusi keuntungan Ki = Margin keuntungan

Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen

Pf

Sp = x 100 %

Pr

Keterangan:

Sp = Harga yang diterima produsen

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi dan Sistem Pengelolaan Hutan Bambu

Kelurahan Berngam Kecamatan Binjai Kota Kotamadya Binjai memiliki

luas 179,50 Ha dan memiliki lahan bambu sebesar 50,5 Ha. Mulanya masih

ditemukan beberapa jenis bambu yang tumbuh di kelurahan ini, seperti bambu

petung, dan bambu hitam. Karena bambu hitam adalah bambu yang digunakan

untuk membuat kerajinan dan masih banyaknya permintaan pasar maupun

konsumen, maka petani memprioritaskan bambu ini untuk dikembangkan dan

dibudidayakan. Menurut Berlian dan Estu Rahayu (1995), sifat bambu hitam

dalam keadaan basah kulitnya tidak begitu keras tetapi setelah kering sangat

keras. Bambu hitam sangat cocok digunakan untuk furniture dan bahan kerajinan

tangan.

Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa ada beberapa jenis

tanaman bambu yang terdapat di Kelurahan Berngam diantaranya bambu hitam,

bambu kuning, bambu apus, bambu rengen ,bambu pagar, bambu tamiang dan

bambu petung. Akan tetapi bambu yang kebanyakan di jual adalah bambu hitam

karena bambu tersebut sangat cocok untuk membuat kerajinan tangan dan harga

jualnya juga cukup tinggi. Dari hasil pengamatan ini, maka di peroleh data potensi

hutan bambu hitam di Kelurahan Berngam Kecamatan Binjai Kota Kotamadya

Binjai yaitu 32 Ha (Lampiran 3).

Petani bambu di Kelurahan Berngam ini kebanyakan merupakan petani

yang sudah mendapatkan warisan, dimana bambu tersebut sudah ada sejak mereka

(43)

dapat dijumpai yaitu jenis bambu hitam, berkut adalah klasifikasi bambu hitam

menurut Berlian dan Estu Rahayu (1995) :

Nama Daerah : Bambu wulung, pring wulung, pring ireng

Indonesia : Bambu Hitam

Genus : Gigantochloa

Spesies : Gigantochloa atroviolacea Widj.

Deskripsi : Rumpun bambu hitam agak jarang. Pertumbuhannya pun

agak lambat, buluhnya tegak dengan tinggi 20 m. Panjang

ruas-ruasnya 40-50 cm, tebal dinding buluhnya 8 mm,

dan garis tengah buluhnya 6-8 cm.

Dalam kegiatan silvikulturnya, sistem pengelolaan hutan tanaman bambu

di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai mencakup

beberapa kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Persiapan lahan

Sesuai dengan pengamatan di lapangan, responden petani tanaman bambu

di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai tidak

melakukan kegiatan persiapan lahan untuk menanam bambu. Akan tetapi lahan

tersebut dibersihkan dengan cara dibabat terlebih dahulu kemudian dibersihkan

rerumputannya dan setelah itu langsung dibuat lubang tanam dan bambu segera

ditanam. Alat yang digunakan dalam pembabatan adalah sejenis mesin babat,

cangkul dan parang.

2. Penanaman

Kelurahan Berngam memiliki lahan bambu yang cukup luas. Jenis bambu

(44)

Bambu jenis ini sudah sejak lama tumbuh di daerah ini, bambu ini juga cukup

menambah penghasilan petani dan para pengrajin bambu. Tanaman bambu hitam

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rumpun Bambu Hitam

Berdasarkan hasil wawancara, penanaman bambu hitam dilakukan dengan

tunas dengan jarak tanam 7 x 7 meter. Penanaman bambu dilakukan dengan pola

monokultur (penanaman dengan satu jenis tanaman). Jarak tanam pada saat

menanam bambu akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman bambu tersebut dan

rumpunnya akan semakin cepat juga berkembang. Hal ini sesuai dengan literatur

yang dikemukakan oleh Swara (1997) yang menyatakan bahwa tanaman bambu di

tanam berderet membentuk teras pada sebuah lereng jadi sabuk gunung maka

kekuatannya luar biasa. Akar bambu akan saling terkait dan mengikat antar

rumpun. Sejak pertama kali dan sampai pada saat ini petani bambu tidak

melakukan penanaman, akan tetapi mereka hanya memanen hasilnya saja.

3. Pemeliharaan

Para petani bambu di Kelurahan Berngam sejak awal penanaman tanaman

bambu tidak melakukan pemeliharaan secara intensif. Hal ini karena bambu cepat

(45)

dilakukan pembersihan saja pada saat pemanenan tiba. Pembersihan yang

dilakukan adalah pembersihan terhadap rumput, serasah dan tumbuhan yang

melilit pada tanaman bambu. Pembersihan dilakukan agar anakan tanaman bambu

cepat tumbuh sebagai substitusi bambu yang telah ditebang. Hal ini sesuai dengan

literatur yang dikemukakan oleh Wahyudin (2008) yang menyatakan bahwa salah

satu kelebihan bambu jika dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan antara

lain: tumbuh dengan cepat. Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam

waktu yang singkat dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari

bambu dapat bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk

mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu

memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi.

Gambar 3. Keadaan Hutan Bambu di Kelurahan Berngam

4. Pemanenan

Sistem pemanenan yang dilakukan oleh para petani bambu di Kelurahan

Berngam kebanyakan menggunakan sistem tebang pilih. Bambu yang akan di

panen dipilih sesuai dengan umurnya. Biasanya bambu yang sudah bisa di panen

yaitu bambu yang sudah berumur 3-6 tahun. Jika umurnya kurang dari 3-6 tahun

(46)

dengan literatur yang dikemukakan oleh Wahyudin (2008) yang menyatakan

bahwa Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk

digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam pemanenan dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu dengan metode tebang habis dan tebang pilih. Metode tebang pilih

merupakan metode penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini sangat

efektif karena akan didapatkan mutu bambu sesuai dengan yang diinginkan dan

kelangsungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan.

Gambar 4. Bekas Tebangan Bambu

Waktu pemanenan yang tepat adalah pada saat atau awal musim kemarau,

karena bila panen dilaksanakan pada musim penghujan mutu dari bambu akan

menurun. Hal ini akan menyebabkan kadar air pada bambu akan meningkat dan

(47)

5. Pemasaran

Pemasaran bambu di Kelurahan Berngam ditingkat petani cukup baik, hal

ini dipengaruhi oleh akses transportasi yang baik untuk mencapai kelurahan ini,

pengrajin bambu di Kelurahan Berngam juga cukup banyak, dari hasil

pengamatan didapatkan data bahwa petani bambu di Kelurahan Berngam menjual

bambu dalam bentuk bambu bulat. Bambu dijual kepada agen setempat yang

kemudian akan dijual lagi ke tingkat pengrajin di lokasi tersebut. Menurut data

dari Pemerintahan Kelurahan Berngam (2011) bahwa adanya ketersediaan alat

angkutan umum dari kelurahan menuju daerah lain.

Para pengrajin di Kelurahan Berngam juga memperoleh penghasilan yang

mampu memenuhi kebutuhan mereka dengan membuat kerajinan dari bambu dan

menjualnya di daerah setempat bahkan ke luar kota. Pemasaran juga tidak sulit

karena menjual kerajinan tersebut cukup dengan menyewa mobil sejenis pick-up.

Khusus untuk penjualan ke luar kota biaya transportasi ditanggung oleh pembeli

tapi kalau masih di sekitar Kelurahan Berngam ditanggung oleh penjual.

Pemasaran bambu dan kerajinan bambu ini sampai ke Rantau Parapat, Dumai,

Tebing Tinggi.

Produk Olahan Bambu

a. Produk Olahan Bambu Ditingkat Petani

Produk olahan bambu dari Kelurahan Berngam tidak ada, hal ini

dikarenakan minat masyarakat yang sangat rendah dalam mengolah hutan bambu.

Masyarakat hanya menjual bambu gelondongan ke agen dan ada juga yang

(48)

Gambar 6. Bambu di Tempat Penampungan

Bambu merupakan sumberdaya alam yang luas penggunaannya, tersedia

dimana-mana, cepat tumbuh, mudah penanganannya dan memiliki sifat-sifat yang

cocok untuk berbagai keperluan dan saat ini yang paling menggembirakan bahwa

produk dari bambu telah memasuki pasar dunia seperti mebel, bahan kertas

(pulp), papan bambu lapis dan rebung kaleng. Hal ini sesuai dengan literatur yang

dikemukakan oleh Tan (2005) yang menyatakan bahwa bambu banyak digunakan

masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari meliputi kebutuhan pangan,

rumah tangga, kerajinan, konstruksi dan adat istiadat. Bambu memiliki multi

fungsi pemanfaatan sebagai bahan makanan untuk manusia (rebung), binatang

(pucuk daun muda), kebutuhan rumah tangga dan aneka kerajinan dengan

berbagai tujuan penggunaan mulai dari cenderamata, mebel, tas dan lain

sebagainya.

Dalam mengembangkan kemajuan perekonomian masyarakat di suatu

kelurahan peranan yang sangat diperlukan adalah peranan pemerintah. Suatu

kelurahan tidak akan dapat mensejahterakan masyarakatnya tanpa adanya

(49)

satu peranan pemerintah dalam mendukung kemajuan perekonomian masyarakat

yaitu dengan mengadakan penyuluhan dan pelatihan tentang hutan bambu.

b. Produk Olahan Bambu Ditingkat Pengrajin

Produk olahan bambu ditingkat pengerajin sangat banyak jenisnya dan

bervariasi misalnya variasi kursi, lemari, meja dan masih banyak jenis dari produk

bambu ini. Berlian dan Estu Rahayu (1995) menjelaskan bahwa Saat ini

perkembangan produksi kerajinan anyaman bambu mengalami kemajuan yang

pesat. Hal ini sejalan dengan perkembangan di dalam penciptaan desain-desain

baru yang banyak laku di pasaran dalam maupun luar negeri. Industri kerajinan

anyaman bambu merupakan potensi yang besar sekali dalam usaha

pengembangan industri kerajinan bambu secara nasional.

Berdasarkan hasil wawancara dari pengrajin bambu di Kelurahan Berngam

belum ada pengrajin yang langsung menjual hasil kerajinannya ke pasar

international tetapi masih sebatas lokal, adapun produk tersebut di pasarkan ke

daerah seperti Rantau Parapat, Pekan Baru, Dumai, Tebing Tinggi dan daerah

lainnya

Gambar 7. Kerajinan yang Terbuat dari Bambu

Harga jual dari kerajinan bambu ini selalu relatif stabil, jarang mengalami

(50)

mengetahui kerajinan bambu berawal dari mengikuti teman dan bekerja sebagai

harian lepas pembuat kerajinan bambu. Menurut Berlian dan Estu Rahayu (1995)

penggunaan bambu untuk industri atau kerajinan dewasa ini semakin meningkat.

Dengan demikian kebutuhan akan bambu juga semakin meningkat. Pemenuhan

kebutuhan tersebut tidak dapat sepenuhnya tergantung pada persediaan di alam.

Teknologi Pengolahan Bambu

a. Teknologi di Tingkat Petani

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa petani

bambu di Kelurahan Berngam memang mempunyai pengetahuan yang minim

mengenai teknologi bambu, bahkan mereka tidak tau bagaimana cara mengolah

bambu bahkan petani tidak membuat perlakuan yang khusus untuk bambu yang

akan di panen dan alat yang digunakan petani hanya parang dan gergaji. Namun

para petani mampu menjual bambu hitam dengan harga yang cukup tinggi karena

bambu yang mereka panen dan kemudian dijual tersebut memiliki kualitas yang

cukup tinggi dan berukuran besar serta ketebalannya juga cukup besar sehingga

mampu digunakan untuk keperluan bahan bangunan dan bahan baku kerajinan

bambu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Batubara (2002), pengolahan bambu

pada penggunaan dan pemanfaatannya, saat ini ada beberapa produk olahan

bambu seperti bambu lapis, bambu lamina, papan semen, dan arang bambu.

Dari hasil wawancara dengan para petani, banyak petani menjual hasil

bambu untuk para pengrajin bambu untuk dijadikan berbagai bentuk kerajinan

dari bambu seperti kursi, lemari, meja, dan lain sebagainya. Petani menjual harga

(51)

ukuran dan banyaknya penjualan. Biasanya pembeli membelinya ada yang

membeli langsung per mobil dan ada juga yang per batang.

Secara garis besar pemanfaatan batang bambu dapat digolongkan ke dalam

dua hal. Pertama, berdasarkan bentuk bahan baku, yaitu bambu yang masih dalam

keadaan bulat, bambu yang sudah dibelah, serta serat bambu. Kedua, berdasarkan

penggunaan akhir yaitu konstruksi dan non konstruksi. Batang bambu baik yang

masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam

keperluan (Berlian dan Estu Rahayu 1995).

Pada Tabel 4 ditunjukkan persentase persepsi responden menurut

karakteristik petani bambu dalam hal pengelolaan bambu di Kelurahan Berngam.

Tabel 4. Persentase Pengetahuan Petani Bambu Kelurahan Berngam dalam Teknik Pengolahan Bambu

Karakteristik Tanggapan Responden Persentase (%)

Pengetahuan Teknologi

Pemasaran Bambu Mengetahui 50

Tidak Tahu 50

Tabel 4 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai teknologi

pengolahan bambu sangat rendah, bernilai sebesar 80 %, nilai ini diperoleh dari

hasil wawancara dengan Petani di Kelurahan Berngam, minimnya informasi yang

diperoleh masyarakat merupakan salah satu alasan mengapa masyarakat tidak

mengetahui jenis dan teknologi yang dipergunakan untuk mengolah bambu agar

menghasilkan bambu yang lebih bermutu dan bernilai jual tinggi.

b. Teknologi di Tingkat Pengrajin

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, diketahui

(52)

sederhana seperti gergaji, pisau, dan parang saja. Usaha kerajinan bambu ini

tergolong usaha kecil sehingga bentuk usaha kerajinan tangan usaha ini di anggap

tidak memerlukan teknologi mekanik maupun mesin.

Gambar 8. Gergaji dan Parang yang Digunakan untuk Memotong Bambu

Para pengrajin di Kelurahan Berngam tidak memiliki teknik khusus untuk

mengawetkan bambu agar tahan lama dan berkualitas tinggi. Perlakuan yang

dilakukan pengrajin bambu hanya sebatas penjemuran saja, caranya bambu

disusun ke arah terik matahari agar cepat kering, tidak ada perlakuan khusus

lainnya. Hal ini mereka lakukan untuk mengurangi kadar air yang terkandung di

dalam bambu agar tidak mudah busuk dan tidak mudah terserang rayap dan bubuk

kering yang mempengaruhi ketahanan bambu. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Swara (1997), ketahanan bambu adalah daya tahan bambu terhadap berbagai

faktor perusak bambu terhadap serangan rayap, bubuk kayu kering dan jamur

perusak bambu.Ketahanan bambu tergantung pada kondisi iklim dan lingkungan.

Analisis Alur Pemasaran Produk Hasil Olahan Bambu

Kontribusi Bambu Terhadap Pendapatan Petani dari Hutan Bambu

Para petani bambu di Kelurahan Berngam memiliki pekerjaan sampingan

(53)

menambah penghasilan, para petani bambu menanam tanaman pertanian, ada

yang berdagang dan ada juga sebagai petani perkebunan.

Tabel 5. Rata-rata Nilai Pendapatan Bersih Petani Bambu Per Tahun

No Sumber Pendapatan Nilai Pendapatan

1 Bambu Bulat 7,168,000

2 Bambu Yang Di Borongkan Ke Pengumpul I 6,000,000

3 Pertanian /Perkebunan 21,288,000

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai bambu yang diperoleh

rendah, hal ini disebabkan karena petani bambu tidak melakukan perawatan

intensif terhadap bambu tersebut, para petani bahkan lebih sering menjual bambu

tersebut kepada pengumpul I dengan sistem pemborongan. Rendahnya

pendapatan petani bambu ini menyebabkan petani bambu tidak peduli akan

sumber daya bambu yang melimpah dan demi memperoleh penghasilan yang

berlebih, mereka menanam tanaman pertanian. Pada tabel 6 dapat kita lihat

perbandingan harga bambu yang diolah tinggi setelah mengalami perlakuan untuk

menghasilkan bambu yang bernilai tinggi.

Tabel 6. Perbandingan harga bambu diolah dan sebelum diolah

No Jenis bahan olahan Banyak bahan baku Harga

1 Bambu Bulat 1 Batang Bambu 2800

2 Bambu Kulit 1 Batang 5000

Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa pendapatan petani bambu akan

meningkat jika petani mau dan mengerti bagaimana cara mengolah bambu

menjadi sebuah produk, hanya saja petani sudah tidak mau dan tidak peduli akan

keberadaan bambu tersebut.

Tabel 7. Pendapatan (I) Total Petani Bambu Per Tahun

Gambar

Tabel 1. Jenis- jenis Bambu yang tumbuh di Dunia
Tabel 2. Jenis-jenis Bambu di Indonesia
Tabel 3. Jenis-jenis Bambu di Sumatera
Gambar 7. Kerajinan yang Terbuat dari Bambu
+7

Referensi

Dokumen terkait