ANALISIS SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN
DAN POTENSI TANAMAN BAMBU
(Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)
SKRIPSI
OLEH
NATALINA BR SIHOTANG 061203005
Teknologi Hasil Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN
DAN POTENSI TANAMAN BAMBU
(Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)
SKRIPSI
OLEH
NATALINA BR SIHOTANG 061203005
Teknologi Hasil Hutan
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi
Tanaman Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam,
Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)
Nama : Natalina Br Sihotang
NIM : 061203005
Program Studi : Kehutanan
Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing
Yunus Afifuddin S.Hut, M.Si Ridwanti BatuBara, S.Hut, MP Ketua Anggota
Mengetahui:
ABSTRAK
NATALINA BR SIHOTANG: Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi Tanaman Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai). Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.
Tanaman bambu merupakan tanaman yang mudah untuk dibudidayakan dan memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Akan tetapi sayangnya potensi yang tinggi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan potensi, manfaat ekonomi dan tingkat pemasaran tanaman bambu di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 dengan metode survei, identifikasi dan wawancara terhadap petani. Kemudian dihitung pendapatan petani dari sektor bambu, margin pemasaran dan margin keuntungan dari data yang telah diperoleh. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.
Berdasarkan hasil wawancara, jenis bambu yang ditemukan di Kelurahan Berngam ada 7 jenis. Jenis bambu yang dominan digunakan adalah bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.). Pemasaran produk hutan bambu terdiri dari 6 (enam) pola distribusi.
ABSTRACT
NATALINA BR SIHOTANG: The Analysis of economy social of Utilization and Potential of bamboo ( study case: Berngam Village, Binjai Kota District, Binjai Regency). Under the supervision of YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA.
Bamboo are an easycrop tobe cultivated and have a high potential economy. But, unfortunately the high potential is not utilized optimally. This research are purpose to determine the types and potency, the utilized economy and the marketing of bamboo in Berngam Village, Binjai Kota District, Binjai Regency. The research was performed in March-May 2011 with survey methods, identifying and bamboo farmers interviewed. Then the income of farmers from the bamboo sector, marketing margin and the margin profit from the result of the data were calculated. The data were analyzed descriptively and tabulation.
Based on the interview, the species of bamboo that were found in Berngam Village there are 7 species. The species of dominant used is bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.). The marketing product of bamboo forest is consist of 6 (eight) distribution pattern.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 20 Desember 1987 dari ayah
yang bernama Edison Sihotang dan Ibu Rosita Br Sitanggang. Penulis merupakan
anak keempat dari lima bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Katolik Kabanjahe dan pada tahun
yang sama penulis masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknologi
Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti kuliah, penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan
dan Pengolahan Hutan (P3H) pada tahun 2008 di Tangkahan dan Pulau Sembilan,
Kabupaten Langkat. Pada bulan Juni-Juli 2010 penulis melaksanakan Praktik
Kerja Lapang (PKL) di PT. Andalas Merapi Timber (AMT) Kec. Sangir, Kab.
Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan
penelitian dengan judul Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi
Tanaman Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi Tanaman
Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya
Binjai).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
kedua orang tua Bapak Edison Sihotang dan Ibu Rosita Br Sitanggang serta
seluruh keluarga atas dukungan moril maupun materil. Dosen pembimbing Bapak
Yunus Affifuddin, S.Hut, M.Si dan Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut, MP selaku
Dosen Pembimbing atas masukan dan saran dalam mencapai penyempurnaan
skripsi ini serta teman-teman atas partisipasinya dalam penyelesaian penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Juli 2011
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... i
ABSRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR...iv
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Bambu ... 4
Klasifikasi Bambu ... 7
Jenis-jenis Bambu ... 9
Dunia ... 9 Tempat dan Waktu Penelitian... 21
Alat dan Bahan ... 21
Metode Penelitian ... 21
Metode Pengumpulan Data ... 21
Teknik Pengambilan Data ... 22
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 23
Kondisi Umum Kelurahan Berngam ... 24
Analisa Data ... 26
Karakteristik Responden ... 26
Pendapatan Masyarakat Petani Tanaman Bambu ... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi dan Sistem Pengelolaan Hutan Bambu ... 28
Produk Olahan Bambu ... 33
Produk Olahan Bambu Di Tingkat Petani ... 33
Produk Olahan Bambu Di Tingkat Pengrajin ... 35
Teknologi Pengolahan Bambu ... 36
Teknologi Di Tingkat Petani ... 36
Teknologi Di Tingkat Pengrajin ... 37
Analisis Alur Pemasaran Produk Hasil Olahan Bambu ... 38
Kontribusi Bambu Terhadap Pendapatan Petani dari Hutan Bambu ... 38
Lembaga Tataniaga pada Distribusi Hutan Bambu ... 40
Pola Distribusi Bambu Gelondongan ... 43
Pola Distribusi Bambu Olahan ... 47
Dekripsi Tanaman Bambu yang Terdapat Di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai ... 50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 57
Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Jenis-jenis Bambu di Dunia ... 9
2. Jenis-jenis Bambu di Indonesia ... 10
3. Jenis-jenis Bambu di Sumatera ... 11
4. Persentase Pengetahuan Petani Bambu Kelurahan Berngam dalam Teknik Pengolahan Bambu ... 37
5. Rata-rata Nilai Pendapatan Bersih Petani Bambu per tahun ... 39
6. Perbandingan Harga Bambu Diolah dan Sebelum Diolah ... 39
7. Pendapatan Total Petani Bambu Per tahun ... 39
8. Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) pada Pola Pasar A... 44
9. Analisis Margin Pemasaran (Market Margin) pada Pola Pasar A... 44
10. Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) pada Pola Pasar B ... 46
11. Analisis Margin Pemasaran (Market Margin) pada Pola Pasar B ... 46
12. Analisis Margin Keuntungan (Profit Margin) pada Pengrajin Bambu ... 47
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Tingkat Pendidikan di Kelurahan Berngam ... 25
2. Rumpun Bambu Hitam ... 30
3. Keadaan Hutan Bambu di Kelurahan Berngam ... 31
4. Bekas Tebangan Bambu ... 32
5. Bambu Gelondongan yang Baru Dipanen dan Siap untuk Dijual ... 32
6. Bambu di Tempat Penampungan ... 34
7. Kerajinan yang Terbuat dari Bambu ... 35
8. Gergaji dan Parang yang Digunakan untuk Memotong Bambu ... 38
9. Bagan Alur Pemasaran Produk Hutan Bambu ... 43
10. Pola Pasar A ... 44
11. Pola Pasar B ... 45
12. Pola Distribusi Bambu Gelondongan ... 47
13. Produk Jadi Olahan Bambu Gelondongan ... 48
14. Bambu Hitam ( Gigantochloa atroviolacea Widj.) ... 50
15. Bambu Apus (Gigantochloa achmadii Widjaja.) ... 51
16. Bambu Kuning (Bambusa vulgaris Schrad.) ... 52
17. Bambu Petung (Dendrocalamus asper) ... 53
18. Bambu Rengen (Gigantochloa pruriens) ... 54
19. Bambu Pagar ( Bambusa glaucescens (Wild) Sieb.ex Munro.) ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Karakteristik Responden (Petani Bambu) Di Kelurahan Berngam, Kecamatan
Binjai Kota, Kotamadya Binjai ... 61
2. Karakteristik Responden (Pengrajin Bambu) Di Kelurahan Berngam,
Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai ... 62
3. Data Potensi Tanaman Bambu Hitam di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai
Kota, Kotamadya Binjai ... 63
4. Data Potensi Jenis Bambu di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai
Kota, Kotamadya Binjai ... 65
5. Harga Bambu di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya
Binjai ... 65
ABSTRAK
NATALINA BR SIHOTANG: Analisis Sosial Ekonomi Pemanfaatan dan Potensi Tanaman Bambu (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai). Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.
Tanaman bambu merupakan tanaman yang mudah untuk dibudidayakan dan memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Akan tetapi sayangnya potensi yang tinggi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan potensi, manfaat ekonomi dan tingkat pemasaran tanaman bambu di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 dengan metode survei, identifikasi dan wawancara terhadap petani. Kemudian dihitung pendapatan petani dari sektor bambu, margin pemasaran dan margin keuntungan dari data yang telah diperoleh. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.
Berdasarkan hasil wawancara, jenis bambu yang ditemukan di Kelurahan Berngam ada 7 jenis. Jenis bambu yang dominan digunakan adalah bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.). Pemasaran produk hutan bambu terdiri dari 6 (enam) pola distribusi.
ABSTRACT
NATALINA BR SIHOTANG: The Analysis of economy social of Utilization and Potential of bamboo ( study case: Berngam Village, Binjai Kota District, Binjai Regency). Under the supervision of YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA.
Bamboo are an easycrop tobe cultivated and have a high potential economy. But, unfortunately the high potential is not utilized optimally. This research are purpose to determine the types and potency, the utilized economy and the marketing of bamboo in Berngam Village, Binjai Kota District, Binjai Regency. The research was performed in March-May 2011 with survey methods, identifying and bamboo farmers interviewed. Then the income of farmers from the bamboo sector, marketing margin and the margin profit from the result of the data were calculated. The data were analyzed descriptively and tabulation.
Based on the interview, the species of bamboo that were found in Berngam Village there are 7 species. The species of dominant used is bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.). The marketing product of bamboo forest is consist of 6 (eight) distribution pattern.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bambu sebagai hasil hutan bukan kayu telah lama dimanfaatkan oleh
masyarakat. Pada awalnya pemanfaatan bambu masih tradisional dan terbatas
seperti untuk rumah tangga, kerajinan, penunjang kegiatan pertanian, perumahan
dan lain-lain yang kebutuhannya masih dapat diperoleh dari lingkungan sekitar.
Tetapi dengan perkembangan penduduk dan kemajuan pembangunan,
pemanfaatan sudah memerlukan teknologi yang menghasilkan beberapa produk.
Masyarakat di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya
Binjai memperoleh tambahan pendapatan dari kerajinan bambu. Mereka
memanfaatkan tanaman bambu tersebut untuk membuat beraneka ragam bentuk
kerajinan seperti meja, tempat televisi, tempat tidur, lemari, kursi dan lain
sebagainya. Bambu yang sering digunakan oleh masyarakat untuk kerajinan
adalah bambu hitam, bambu petung, bambu kuning, bambu wuluh dan lain
sebagainya. Selain bahan baku tanaman bambu yang mudah di dapat, cara
pengerjaannya juga mudah bagi mereka. Masyarakat melakukan pekerjaan
sebagai pengrajin bambu karena mereka menganggap bahwa bambu tersebut
memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dijadikan bentuk kerajinan yang
memiliki nilai jual yang tinggi.
Penjualan kerajinan tersebut dengan harga tinggi tentunya akan mampu
mengangkat perekonomian masyarakat sebagai penghasilan yang utama atau
tambahan. Ini tampak dari kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
utama (primer) maupun sekunder serta dapat menambah pendapatan bagi
pemanfaatan dan potensi tanaman bambu di Kelurahan Berngam, Kecamatan
Binjai Kota, Kotamadya Binjai.
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota,
Kotamadya Binjai dengan alasan bahwa di lokasi ini terdapat beberapa bambu
yang layak dijadikan kerajinan yang bahannya alami dan mempunyai nilai jual
yang tinggi serta memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, pembuatan kerajinan
bambu ini mempunyai keuntungan yang menjanjikan serta mampu menyerap
banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.
Perumusan masalah :
Pengembangan usaha bambu mempunyai arti yang sangat penting bagi
peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitar hutan dan
di dalam hutan, di samping itu upaya tersebut berkaitan erat dalam menjaga
kelestarian lingkungan seperti pencegahan bahaya banjir dan erosi, serta
pemanfaatan lahan kering. Selain itu, dapat pula dihasilkan hasil kayu maupun
hasil non kayu yang saat ini telah berkembang menjadi suatu komoditas yang
mempunyai nilai ekonomis yang cukup baik dan dirasakan oleh masyarakat
bahwa usaha ini dapat memberikan tambahan pendapatan.
Pengembangan usaha bambu sekarang ini masih belum banyak
dikembangkan dan sistem pengolahannya masih sederhana. Pada dasarnya
pengembangan usaha ini dapat membantu pendapatan masyarakat sekitar. Dengan
demikian penelitian analisis sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Berngam,
Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai terhadap pemanfaatan dan potensi
bambu sangat diperlukan untuk mengetahui besarnya peranan tanaman bambu
Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis dan potensi tanaman bambu yang terdapat di Kelurahan
Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai.
2. Mengetahui manfaat ekonomi tanaman bambu bagi masyarakat Kelurahan
Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai.
3. Mengetahui tingkat pemasaran tanaman bambu di Kelurahan Berngam,
Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai.
Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi
pemerintah daerah untuk mendukung pengembangan tanaman bambu dan bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Bambu
Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia. Tanaman ini sudah menyebar di seluruh kawasan nusantara. Bambu
dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai kering, dari dataran rendah hingga ke
daerah pegunungan. Di pedesaan sering kali dijumpai tanaman bambu rakyat yang
ditanam di lahan- lahan tertentu seperti di pekarangan, tepi sungai, tepi jurang,
atau pada batas-batas pemilikan lahan. Pemanfaatan bambu di Indonesia sudah
berlangsung sangat lama dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
desa. Hal ini dapat dilihat dari bangunan rumah yang hampir semuanya
menggunakan bahan dari bambu (Berlian dan Estu Rahayu, 1995).
Memang kegunaan tanaman bambu amatlah banyak. Batangnya
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan yaitu kuat, keras, ringan, ukurannya
beragam, dan mudah untuk dikerjakan. Dengan sifat-sifat tersebut batang bambu
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan rumah, pagar,
jembatan, alat angkutan (rakit), pipa saluran air, alat musik, dan berbagai
peralatan rumah tangga. Pemanfaatan batang bambu ini terus berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman. Sekarang bambu juga digunakan untuk bahan
pembuatan kertas, sumpit (chopstick), plywood dari bambu atau plybamboo,
furniture, juga untuk barang-barang kerajinan tangan untuk cenderamata. Hasil
kerajinan tangan dari bambu ini bahkan sudah menjadi komoditi ekspor
(Berlian dan Estu Rahayu, 1995).
Bambu dikenal dengan sebutan kayunya orang desa dan emas hijau.
rumah dan konstruksi yang lain terutama di pedesaan. Selain itu, bambu juga
digunakan untuk mebel, kerajinan tangan, bahan dalam industri kertas, alat musik,
senjata, obat-obatan, landscaping taman, bahan makanan, dan batangnya dapat
dijadikan arang (Swara, 1997).
Saat ini perkembangan produksi kerajinan anyaman bambu mengalami
kemajuan yang pesat. Hal ini sejalan dengan perkembangan di dalam penciptaan
desain-desain baru yang banyak laku di pasaran dalam maupun luar negeri.
Industri kerajinan anyaman bambu yang telah berakar di pedesaan merupakan
potensi yang besar sekali dalam usaha pengembangan industri kerajinan bambu
secara nasional, karena dari sinilah awal tumbuhnya pelbagai corak kreativitas
baru dalam mengolah bambu sebagai karya seni yang tinggi
(Berlian dan Estu Rahayu, 1995).
Seiring dengan meningkatnya pemakaian bambu, penebangan bambu juga
meningkat sehingga pemanenan yang dilakukan secara tidak beraturan
dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan rumpunnya di masa depan. Untuk
mengantisipasi usaha ini diperlukan suatu panduan cara memanen bambu. Selain
itu juga diperlukan adanya usaha konservasi bambu, baik di lokasi tumbuh
alaminya (in-situ) maupun di luar lokasi pertumbuhannya (ex-situ)
(Widjaja, 2001).
Bambu merupakan produk hasil hutan non kayu yang telah dikenal bahkan
sangat dekat dengan kehidupan masyarakat karena pertumbuhannya ada di
sekeliling kehidupan masyarakat. Bambu termasuk tanaman Bamboidae, anggota
sub familia rumput, memiliki keanekaragam jenis bambu di dunia sekitar
Bambu banyak digunakan masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari
meliputi kebutuhan pangan, rumah tangga, kerajinan, konstruksi dan adat istiadat.
Bambu memiliki multi fungsi pemanfaatan sebagai bahan makanan untuk
manusia (rebung), binatang (pucuk daun muda), kebutuhan rumah tangga dan
aneka kerajinan dengan berbagai tujuan penggunaan mulai dari cenderamata,
mebel, tas, topi, kotak serba guna hingga alat musik serta konstruksi untuk
pembuatan jembatan, aneka sekat, konstruksi rumah meliputi tiang, dinding, atap
(Tan, 2005).
Mencari dan menemukan barang kerajinan berbahan baku bambu bukan
sesuatu yang sulit. Sebab sangat banyak peralatan dan perlengkapan manusia yang
terbuat dari bambu. Konsumen barang-barang kerajinan tangan tidak hanya di
dalam negeri. Masyarakat mancanegara juga meminatinya karena kenaturalan dan
keantikannya. Di dalam negeri kerajinan bambu tidak lagi inferior karena hanya
dijual di kaki lima atau pinggir jalan. Di pasar swalayan pun, kerajinan bambu
dapat ditemukan (Duryatmo, 2000).
Bambu sangat potensial sebagai bahan substitusi kayu, karena rumpun
bambu dapat terus berproduksi selama pemanenannya terkendali dan terencana.
Jenis bambu tropis, termasuk di Indonesia, umumnya merupakan jenis dengan tipe
perimpangan simpodial yang akan membentuk perumpunan buluh yang rapat.
Tipe perimpangan yang lain adalah monopodial yang menghasilkan buluh-buluh
yang seolah soliter, walaupun sebenarnya buluh-buluh yang tersebar tersebut
merupakan satu rumpun yang dihubungkan dengan perimpangan di dalam tanah.
Bambu tipe ini, relatif lebih mudah dalam pemanenan dan tidak menggangu
bermasalah secara ekologi dan dapat menjamin kelangsungan suplai bahan baku.
Dalam hal ini, bambu sebagai substitusi kayu sepertinya dapat menjadi solusi bagi
ancaman kerusakan hutan yang semakin parah (Departemen Kehutanan, 2005).
Bambu termasuk jenis tanaman rumput-rumputan dari suku Gramineae.
Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.
Tanaman bambu memiliki cabang-cabang (ranting) dan daun buluh yang
menonjol (Gerbono dan Abbas, 2009).
Penggunaan bambu untuk industri atau kerajinan dewasa ini semakin
meningkat. Dengan demikian kebutuhan akan bambu juga semakin meningkat.
Pemenuhan kebutuhan tersebut tidak dapat sepenuhnya tergantung pada
persediaan di alam. Untuk itu tanaman bambu perlu dibudidayakan secara intensif
dengan cara mengebunkannya, agar dapat terjamin tersedianya bahan baku dan
kontinuitas produksi (Berlian dan Estu Rahayu, 1995).
Klasifikasi bambu
Bambu merupakan tanaman tahunan yang sering diberi julukan rumput
raksasa. Penghasil rebung ini memang termasuk dalam famili rumput-rumputan
(gramineae) dan masih berkerabat dekat dengan padi dan tebu. Tanaman bambu
dimasukkan ke dalam subfamily bambusoideae. Dalam klasifikasi selanjutnya
bambu terdiri dari beberapa marga atau genus dan setiap marga mempunyai
beberapa jenis atau spesies (Berlian dan Estu Rahayu, 1995).
Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1500 spesies bambu. Di Indonesia
sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain Arundinaria, Bambusa,
Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys,
dikenal misalnya bambu tali atau bambu apus. Bambu ini termasuk dalam genus
Gigantochloa. Berikut adalah urutan klasifikasi bambu tersebut.
Divisio : Spermatophyta
Subdiviso : Angiospermae
Kelas : Monokotiledoneae
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Subfamili : Bambusoideae
Genus : Gigantochloa
Spesies : Gigantochloa apus (Bl. Ex Schult.f.) Kurz.
(Berlian dan Rahayu, 1995).
Bambu memiliki beberapa karakteristik yang menurut Swara (1997) ada
terbagi atas lima karakteristik dari bambu yaitu:
1. Memiliki batang berbentuk pipa,
2. Mempunyai lapisan khusus pada bagian luar dan dalam pipa, bagian luar
memiliki kekuatan hamper dua kali lipat bagian dalam,
3. Memiliki buku-buku,
4. Kuat dalam arah axial, dan
5. Tidak ada ray cells, sehingga mudah bergerak.
Tanaman bambu di tanam berderet membentuk teras pada sebuah lereng
jadi sabuk gunung maka kekuatannya luar biasa. Akar bambu akan saling terkait
dan mengikat antar rumpun. Rumpun berikut serasah dibawahnya juga akan
menahan top soil (lapisan tanah permukaan yang subur) hingga tidak hanyut di
Jenis-jenis Bambu
1. Dunia
Ada beberapa jenis tanaman bambu yang terdapat di dunia, dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis- jenis Bambu yang tumbuh di Dunia
No Nama Botanis Deskripsi
1 Bambusa multiplex 'Alphonse Karr' Sebuah genus tropis dan subtropis bambu menggumpal, biasanya ukurannya raksasa, dengan banyak cabang di node, satu atau dua jauh lebih besar. Tunas baru muncul akhir musim panas atau musim gugur. Bambusa tidak cukup kuat untuk bertahan hidup di luar musim dingin, dan tanaman ini terdapat di Kanada. Bambusa dapat tumbuh dengan baik dalam ruangan dengan situasi cahaya tinggi dengan sedikitnya 6 jam sinar matahari langsung per hari.
2 Borinda angustissima Borinda merupakan bambu yang berasal dari
Bhutan, Tibet, Yunnan dan Sichuan. Borinda angustissima sama tampilannya dengan Fargesia, tetapi memiliki bunga yang berbeda dan rimpang pendek. Batang mudanya memiliki bubuk putih dan ungu, selubung gigih dan daunnya sempit serta tumbuh besar di bawah pepohonan.
3 Chusquea gigantea Bambu ini berasal dari Amerika yang
memiliki sekitar 150 spesies. Batangnya padat menanggung cabang dominan dan banyak cabang di batang node pertengahan.
4 Chimonobambusa marmorea Bambu ini memiliki ukuran sedang yang
memulai tunas baru pada musim gugur atau musim dingin. Tumbuh pada kondisi lembab, teduh sedikit dan tingkat kelembaban yang baik dan ditemukan di pantai barat.
5 Fargesia denudata Denudata adalah bambu yang indah dari
propinsi Sichuan, Cina dengan selubung batang merah-orange yang menambah cahaya untuk penampilan secara keseluruhan dan merupakan bambu yang sangat kuat serta dapat menangani matahari langsung tanpa keriting daun.
6 Hibanobambusa tranquillans shiroshima Bambu shiroshima merupakan bambu yang lebih tinggi dan paling indah dari beberapa bambu di Jepang dan biasanya dibuat untuk aplikasi interior. Bisa dikatakan bahwa jenis bambu ini benar-benar menonjol.
7 Phyllostachys angusta Jenis bambu ini sering disebut sebagai bambu
batu karena tekstur batangnya yang keras dan di Cina digunakan untuk membuat mebel bambu halus dan biasanya jatuh pada musim dingin tapi tumbuh kembali di musim semi
2. Indonesia
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis
tanaman yang disebut juga sebagai buluh, aur, dan eru ini. Diperkirakan terdapat
sedikitnya
tumbuh di Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis-jenis Bambu di Indonesia
No Nama Botani Nama Lokal Daerah
ditemukan
1 Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend Bambu Jepang Jawa
2 Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. Pring Ori Jawa, Sulawesi
3 Bambusa atra Lindl. Loleba Maluku
4 Bambusa balcooa Roxb. - Jawa
5 Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. Bambu duri Jawa, Sulawesi,
Nusa Tenggara 6 Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro. Bambu pagar Jawa
7 Bambusa horsfieldii Munro. Bambu embong Jawa
8 Bambusa maculate Bambu Tutul Bali
9 Bambusa multiplex Bambu Cendani,
Mrengenani
Jawa
10 Bambusa polymorpha Munro. - Jawa
11 Bambusa tulda Munro. - Jawa
12 Bambusa tuldoides Haur hejo Jawa
13 Bambusa vulgaris Schard. Pring kuning, Awi
ampel
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku
14 Dendrocalamus asper Bambu petung Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Bali
15 Dendrocalamus giganteus Munro. Bambu SembilanG Jawa
16 Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. Bambu batu Jawa
17 Dinochloa scandens Kadalan Jawa
18 Gigantochloa apus Kurz. Bambu apus, tali Jawa
19 Gigantochloa atroviolacea Bambu hitam Jawa
20 Gigantochloa atter Bambu ater Jawa
21 Gigantochloa achmadii Widjaja. Buluh apus Sumatera
22 Gigantochloa hasskarliana Buluh lengka tali Sumatera, Jawa,
Bali
23 Gigantochloa kuring Awi belang Jawa
24 Gigantochloa levis (Blanco) Merr. Bambu suluk Kalimantan
25 Gigantochloa manggong Widjaja. Bambu manggong Jawa
26 Gigantochloa nigrocillata Kurz Bambu terung Jawa
27 Gigantochloa pruriens Buluh rengen Sumatera
28 Gigantochloa psedoarundinaceae Bambu andong Jawa
29 Gigantochloa ridleyi Holtum. Tiyang kaas Bali
30 Gigantochloa robusta Kurz. Bambu mayan Sumatera, Jawa
31 Gigantochloa waryi Gamble Buluh dabo Sumatera
Tabel 2. (Lanjutan)
33 Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. - Jawa
34 Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. Bambu eul-eul Jawa
35 Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera Bambu uncea Jawa
36 Schizotachyum blunei Ness. Bambu wuluh,
Bambu tamiang
37 Schizotachyum brachycladum Kurz. Bambu buluh besar,
Bambu nehe, Tomula
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku
38 Schizotachyum candatum Backer ex Heyne Buluh mangkok Sumatera
39 Schizotachyum lima (Blanco) Merr. Bambu toi Jawa, Sulawesi,
Maluku, Irian
40 Schizotachyum longispiculata Kurz. Bambu jalur Sumatera, Jawa,
Kalimantan,
41 Schizotachyum zollingeri Stend. Bambu jala, Bambu
lampar
Sumatera, Jawa
42 Thryrsostachys siamensis Gamble. Bambu Jepang Jawa
(Alamendah, 2011).
3. Sumatera
Adapun jenis tanaman bambu yang terdapat di Sumatera dapat lihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Jenis-jenis Bambu di Sumatera
No Nama Botani Nama Lokal
1 Bambusa vulgaris Schard. Pring kuning,
2 Dendrocalamus asper Bambu petung
3 Gigantochloa achmadii Widjaja. Buluh apus
4 Gigantochloa hasskarliana Buluh lengka tali
5 Gigantochloa pruriens Buluh rengen
6 Gigantochloa robusta Kurz. Bambu mayan
7 Gigantochloa waryi Gamble Buluh dabo
8 Schizotachyum blunei Ness. Bambu tamiang
9 Schizotachyum brachycladum Bambu buluh
10 Schizotachyum candatum Backer ex
Heyne
Buluh mangkok
11 Schizotachyum longispiculata Kurz. Bambu jalur
12 Schizotachyum zollingeri Stend. Bambu jala
Syarat Tumbuh Bambu
Pertumbuhan bambu tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungannya.
Dengan demikian perlu diketahui faktor-faktor yang berkaitan dengan syarat
tumbuh tanaman bambu. Tanaman ini akan tumbuh dengan baik di tempat yang
sesuai untuk pertumbuhannya. Menurut Berlian dan Estu Rahayu (1995) faktor
lingkungan tersebut meliputi kondisi iklim dan jenis tanah.
1. Iklim
Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah yang bersuhu
sekitar 8,8-360C. Suhu lingkungan ini juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhunya. Tanaman bambu bisa
dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 0
sampai 2.000 m dpl. Walaupun demikian tidak semua jenis bambu dapat tumbuh
dengan baik pada semua ketinggian tempat. Curah hujan yang dibutuhkan untuk
tanaman bambu minimum 1.020 mm per tahun. Kelembaban udara yang
dikehendaki minimum 80%.
2. Tanah
Bambu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat
sampai ringan, tanah kering sampai becek, dan dari tanah subur sampai kurang
subur. Juga dari tanah pegunungan yang berbukit terjal sampai tanah yang landai.
Perbedaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap kemampuan perebungan
bambu. Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam pada
pH 3,5 dan umumnya menghendaki tanah yang pH-nya 5,0 sampai 6,5. Pada
tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh baik karena kebutuhan makanan
Kelebihan Bambu
Menurut Wahyudin (2008) setidaknya ada tiga kelebihan bambu jika
dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan antara lain:
1. Tumbuh dengan Cepat
Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu yang singkat
dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari bambu dapat
bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk
mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu
memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi.
2. Tebang Pilih
Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk
digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam pemanenan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan metode tebang habis dan tebang pilih.
Metode tebang pilih merupakan metode penebangan berdasarkan umur
bambu. Metode ini sangat efektif karena akan didapatkan mutu bambu
sesuai dengan yang diinginkan dan kelangsungan pertumbuhan bambu
akan tetap berjalan.
3. Meningkatkan Volume Air Bawah Tanah
Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar
ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik.
Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40 %
Kelemahan Bambu
Kelemahan bambu terdapat pada sifat dari keawetannya/ketahanannya.
Ketahanan bambu adalah daya tahan bambu terhadap berbagai faktor perusak
bambu terhadap serangan rayap, bubuk kayu kering dan jamur perusak bambu.
Ketahanan alami bambu lebih rendah dibandingkan dengan kayu. Ketahanan
bambu tergantung pada kondisi iklim dan lingkungan (Swara, 1997).
Manfaat Bambu
Bambu sampai saat ini sudah dimanfaatkan sangat luas di masyarakat mulai
dari penggunaan teknologi yang paling sederhana sampai pemanfaatan teknologi
tinggi pada skala industri. Pemanfaatan di masyarakat umumnya untuk kebutuhan
rumah tangga dan dengan teknologi sederhana, sedangkan untuk industri biasanya
ditujukan untuk orientasi eksport. Menurut Batubara (2002), pemanfaatan bambu
terbagi atas:
1. Bambu Lapis
Seperti halnya kayu diolah menjadi kayu lapis maka bambu juga
digunakan sebagai bahan baku kayu lapis. Berbagai macam produk bambu lapis
dibuat baik dari sayatan bambu maupun pelepah bambunya. Jenis yang umum
dipakai untuk bambu lapis adalah bambu tali (Gigantocloa apus). Kadang-kadang
bambu lapis ini dicampur dengan veneer kayu meranti untuk lapisan dalamnya,
atau sebaliknya lapisan luarnya berupa veneer kayu.
2. Bambu Lamina
Bambu lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan
potongan-potongan dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis yang
Banyaknya lapisan tergantung ketebalan yang diinginkan dan penggunaannya.
Kualitas bambu lamina ini sangat ditentukan oleh bahan perekatnya. Dengan
bahan perekat yang baik maka kekuatan bambu lamina dapat disejajarkan dengan
kekuatan kayu kelas III.
3. Papan Semen
Papan semen bambu terbuat dari bambu, semen dan air kapur. Bambu
terlebih dahulu diserut, kemudian direndamkan dalam air selama dua hari.
Selanjutnya dicampur ketiga bahan tersebut dan kemudian dibentuk papan pada
suhu 56 0
C dengan waktu selama 9 jam.
4. Arang Bambu
Pembuatan arang dari bambu dilakukan dengan cara destilasi kering dan
cara timbun skala semi pilot. Bambu yang sudah dicobakan adalah bambu tali,
bambu ater, bambu andong dan bambu betung. Nilai kalor arangnya rata-rata
6602 kal/gr, dan yang paling baik dijadikan arang adalah bambu ater dimana sifat
arang yang dihasilkan relatif sama dengan sifat arang dari kayu bakau.
5. Pulp
Pabrik kertas sangat potensial dalam memanfaatkan bambu sebagai bahan
kertas. Cara pembuatan bahan kertas dari bambu mula-mula bambu dipotong dan
diserpih dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 1 mm. Dengan tekanan dan suhu
tertentu serpihan bambu tersebut dimasak selama 1,5 jam. Kemudian pulp dicuci
dan disaring. Kemudian pulp diurai dengan pengaduk 3-4 jam. Hasil uraian
disaring, dicuci dan diputihkan. Setelah dicuci pulp dibuat lembaran sebagai
Bambu memiliki kandungan selulosa yang sangat cocok untuk dijadikan
bahan kertas dan rayon. Pemanfaatan bambu sebagai bahan kertas di Indonesia
telah diterapkan pada industri di Gowa dan Banyuwangi. Namun industri ini
memiliki kendala dari segi bahan baku sehingga dibuat modifikasi yaitu campuran
pulp bambu dengan perbandingan 70 % : 30 %.
6. Kerajinan dan Handycraft
Berbagai kerajinan dan handycraft dibuat dari bambu antara lain : tempat
pulpen, gantungan kunci, cup lampu, keranjang, tas, topi dan lain-lain. Dalam hal
ini yang dibutuhkan adalah keterampilan dan kreativitas dalam memanfaatkan
bambu.
7. Sumpit
Pengembangan bahan bambu sebagai bahan industri telah pula mencakup
kebutuhan peralatan makan berupa sumpit, tusuk sate dan tusuk gigi.
Perkembangannnya sangat cepat karena mudah dalam pengerjaan apalagi bila
dikerjakan dengan mesin secara otomatis. Bambu yang bagus untuk dijadikan
sumpit adalah bambu mayan dan bambu andong. Bambu yang bagus untuk sumpit
bambu yang berumur 3 tahun dimana untuk meningkatkan kualitasnya setelah
ditebang sebaiknya jangan langsung diproses tetapi dikeringkan terlebih dahulu
selama kurang lebih 4 hari.
8. Furniture dan Perkakas Rumah Tangga
Bambu yang dipergunakan untuk mebel harus memenuhi beberapa syarat.
Selain warna yang menarik juga dapat dibentuk secara istimewa dengan nilai seni
yang tinggi tetap memenuhi kekokohannya. Olesan pengawet dan penghias,
alami. Perkakas rumah tangga dan hiasan dari bambu digemari karena di samping
tidak berkarat juga mencerminkan kesederhanaan tapi anggun.
Bambu hitam dan bambu betung banyak digunakan untuk furniture antara
lain : meja, kursi, tempat tidur, meja makan lemari pakaian dan lemari hias.
Disamping itu bambu juga banyak dipakai menjadi peralatan rumah tangga dan
assesoris penghias rumah.
9. Komponen Bangunan dan Rumah
Bambu yang dipergunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya diawetkan
lebih dahulu dengan cara perendaman dalam air selama beberapa minggu
kemudian dikeringkan. Kadang-kadang juga dilakukan pengasapan belerang agar
hama yang ada mati dan tidak dikunjungi oleh hama perusak. Sebagai bahan
kontruksi yang tidak mementingkan keindahan, juga sering dipergunakan untuk
menutup pori-pori buluh.
Bambu bersama dengan kayu dan bahan organik lainnya banyak
digunakan pada pembangunan rumah rakyat di pedesaan. Dengan perkembangan
harga bahan dasar dan kebutuhan perumahan rakyat yang sederhana, maka
pengembangan rumah berbahan kayu dan bambu sesuai untuk membantu rakyat
yang berpenghasilan rendah, terutama di daerah yang mempunyai ketersediaan
bambu. Penggunaan bambu oleh masyarakat sebagai bahan bangunan perumahan
selain mudah didapat, bahan bambu dipercaya oleh masyarakat sebagai bahan
yang kuat dan awet dengan catatan penggunaan terhindar untuk berhubungan
10.Rebung
Bambu dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam bentuk rebung.
Jenis-jenis tertentu rebungnya dapat dimakan karena kadar HCN kecil atau sama sekali
tidak ada, rasanya memenuhi selera, lunak dan warnanya menarik. Kandungan
gijinya cukup memadai sebagai sumber mineral dan vitamin.
11.Bahan Alat Musik Tradisional
Sesuai dengan ketebalan dinding, diameter dan panjang buluh, bambu
dapat dibuat alat musik tradisional yang menghasilkan nada dan alunan suara
yang khas. Faktor ketepatan memilih jenis dan tingkat pengeringan diperlukan
guna memperoleh kualitas yang memadai. Bambu dapat dibuat alat musik tiup,
alat musik gesek maupun alat musik pukul. Contoh yang terkenal adalah seruling,
angklung, gambang, calung, kentongan, dll. Pembuatan alat musik dari bambu
dituntut pengetahuan nada dan ketelatenan penanganan pekerjaan. Misalnya pada
pembuatan angklung, bambu dipilih dari jenis bambu tertentu. Bambu temen,
bambu hitam, bambu lengka dan bambu tali cocok dipergunakan untuk membuat
kerangkanya.
Tinjauan Pemasaran
Pemasaran adalah semua kegiatan untuk memperlancar arus barang dan
jasa dari produsen kepada konsumen secara efisien dengan maksud untuk
menciptakan permintaan efektif. Biaya pemasaran adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan dalam proses transfer barang (produk) dari tangan produsen samapi
ketangan konsumen akhir. Pembiayaan pemasaran adalah pembiayaan kegiatan
dan investasi modal terhadap barang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam
volume (besar kecilnya) lembaga-lembaga tataniaga melakukan kegiatan
fungsi-fungsi tataniaga, dan jumlah fasilitas yang diperlukan dalam proses transfer
barang (Kamaluddin, 2008).
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. Pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan
pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan,
membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli
sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangakan manajemen adalah proses
perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing) penggerakan (Actuating)
dan pengawasan. Jadi dapat diartikan bahwa Manajemen Pemasaran adalah
sebagai analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran
yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi (Kottler, 1997).
Saluran pemasaran merupakan serangkaian kegiatan yang
menyelenggarakan kegiatan tata niaga, menyalurkan barang dari produsen kepada
konsumen. Saluran ini mempunyai hubungan organisasi satu sama lain.
Timbulnya saluran tata niaga ini karena keinginan konsumen untuk mendapatkan
barang yang dikehendaki dan penyesuaian produksi terhadap keinginan konsumen
(Sihombing, 2010).
Efisiensi pemasaran adalah kemampuan jasa-jasa pemasaran untuk dapat
menyampaikan suatu produk dari produsen ke konsumen secara adil dengan
memberikan kepuasan pada semua pihak yang terlibat untuk suatu produk yang
pemasaran, share petani (produsen), distribusi keuntungan, dan volume penjualan
(Rahayu dkk, 2004).
Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari
dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga adalah perubahan antara harga
petani dan harga eceran. Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan
harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak
menunjukkan jumlah kuantitas produk yang dipasarkan. Margin tataniaga
merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga dan margin keuntungan.
Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistem
pemasaran dikalikan dengan kuantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan
ini sama dengan konsep nilai tambah (value added). Pengertian ekonomi nilai
margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga yang
merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk–produk
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai
Kota, Kotamadya Binjai, Propinsi Sumatera Utara dan pelaksanaannya dimulai
pada bulan Maret 2011 sampai dengan Mei 2011.
Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk
dokumentasi penelitian, alat-alat tulis untuk menulis data, kalkulator untuk
menghitung data dan perangkat computer.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah lembar
kuisioner/wawancara sebagai bahan wawancara kepada petani bambu dan
pengrajin tanaman bambu, Buku identifikasi Jenis-jenis bambu dan peta lokasi
Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai untuk
mengetahui lokasi penelitian.
Metode Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, digunakan data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan antara lain adalah data sosial ekonomi, bentuk
pengelolaan dan hasil pemasaran. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain
adalah kondisi umum lokasi penelitian atau data umum yang ada pada instansi
pemerintahan kelurahan.
Dalam pengambilan sampel akan digunakan metode purposive sampling
yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Dalam metode ini,
sampel yang diambil adalah petani pengrajin tanaman bambu di Kelurahan
Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai. Cara pengambilan sampel
adalah apabila subjeknya lebih dari 100 orang maka diambil antara 10-15 %,
20-25 % dan seterusnya. Namun apabila subjek atau populasinya dibawah 100 orang
lebih baik diambil seluruhnya.
Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian,
sebagai berikut:
1. Observasi lapangan diperlukan untuk mengetahui gambaran umum lokasi
penelitian dan kehidupan sosial ekonomi petani bambu dan pengrajin bambu di
tempat penelitian
2. Populasi dan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai yang bekerja
sebagai petani bambu dan pengrajin tanaman bambu.
3. Kuisioner/wawancara dengan masyarakat yang bekerja sebagai petani bambu,
pengrajin bambu berupa penjelasan tentang jenis tanaman bambu yang
digunakan, pendapatan masyarakat petani dan pengrajin bambu, pemanfaatan
tanaman bambu, serta cara pemasarannya.
4. Dokumentasi berupa foto-foto yang dapat digunakan untuk membantu
mengidentifikasi tanaman bambu yang ada di lokasi penelitian dan data lain
yang dibutuhkan.
5. Studi Pustaka digunakan untuk memperoleh data sekunder seperti data
6. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder yang selanjutnya ditabulasikan
sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data
primer selanjutnya dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian
serta dilakukan analisis para pihak yang terkait dalam pengelolaan bambu
sedangkan data yang bersifat kauntitatif diolah secara tabulasi.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Sesuai dengan keputusan pemerintah kota Binjai telah ditetapkan bahwa
Kota Binjai memiliki luas area 90,23 km² (9.023,62 Ha) dengan jumlah penduduk
232.236 jiwa. Kota Binjai secara administrasi terbagi atas lima kecamatan yaitu
Kecamatan
Binjai, Kartini, Pekan Binjai, Satria, Setia dan Tangsi. Kota Binjai, secara
geografis terletak antara 03°03'40" sampai 03°40'02" Lintang Utara dan 98°27'03"
sampai 98°39'32" Bujur Timur. Posisi Kota Binjai ada di bagian Utara Propinsi
Sumatera Utara pada ketinggian tempat 25-35 m di atas permukaan laut dan
secara umum kondisi wilayah relatif datar. Suhu rata-rata di Kota binjai 30 sampai
35°C dan curah hujan berkisar antara 1.917 mm—3.884 mm/tahun
(BPS SUMUT, 2007).
Kelurahan pada penelitian yang diambil sebagai sampel adalah Kelurahan
Berngam. Desa ini diambil sebagai kelurahan yang mewakili sekitar wilayah
Kondisi Umum Kelurahan Berngam
Letak dan luas
Kelurahan Berngam terletak pada Kecamatan Binjai Kota dengan luas
179,50 Ha. Jumlah penduduk Kelurahan Berngam adalah 9.261 jiwa
(Pemerintahan Kelurahan Berngam, 2011).
Adapun batas administrasi Kelurahan Berngam adalah
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Satria
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanah Merah
- Sebelah Timur berbatasan dengan Binjai Estate
- Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Bingai
Topografi dan Ketinggian tempat
Kelurahan Berngam memiliki ketinggian 20 m diatas permukaan laut
dengan curah hujan tahunan 2.900 mm. Suhu rata-rata 20,4—32,7° C. Kondisi
permukaan tanah rata dan datar (Pemerintahan Kelurahan Berngam, 2011).
Kependudukan
Penduduk Kelurahan Berngam terdiri dari suku Melayu, Batak, Jawa dan
Mandailing. Agama yang dianut masyarakat adalah Islam dan Kristen. Terdapat
tempat ibadah dengan kondisi baik. Mata pencaharian penduduk Kelurahan
Berngam ada yang bertani, ada yang berdagang dan membuat kerajinan serta
beberapa penduduk juga ada yang pegawai negeri sipil (Pemerintahan Kelurahan
Pendidikan
Secara umum masyarakat sudah mempunyai pendidikan yang maju.
Masyarakat kebanyakan lulusan Sekolah Menengah Atas ± 40 %, Sekolah
Menengah Pertama ± 25 %, Sarjana ± 20 % dan Sekolah Dasar ± 15 %. Sarana
bangunan sekolah ada di kelurahan ini.
Berikut adalah persentase tingkat pendidikan di Kelurahan Berngam
15%
25%
40% 20%
SD
SMP
SMA
SARJANA
Gambar 1. Tingkat Pendidikan Kelurahan Berngam
Kesehatan dan Sarana Umum Lainnya
Fasilitas kesehatan yang ada ialah Rumah Sakit dan melaksanakan
kegiatan posyandu. Fasilitas umum yang ada yaitu sebuah tempat untuk
mengadakan suatu pertemuan (Pemerintahan Kelurahan Berngam, 2011).
Aksesibilitas
Jarak antara Kelurahan Berngam ke Kota Binjai dapat ditempuh dengan
mudah. Ketersediaan alat angkutan umum setiap saat ada dari kelurahan menuju
ke kelurahan lainnya. Sarana transportasi di dalam Kelurahan Berngam terutama
adalah becak mesin roda tiga yang unik dan mobil angkutan umum yang disebut
Sosial Budaya
Masyarakat Kelurahan Berngam memiliki solidaritas yang tinggi terhadap
suku penduduk asli (Melayu, Jawa) dengan suku pendatang lainnya dan antar
pemeluk agama. Hal ini dapat terlihat dari kegiatan yang dilaksanakan di
Kelurahan misalnya mengadakan kegiatan gotong royong 2 kali sebulan,
mengikuti arisan bulan di kecamatan dan kelurahan serta kegiatan lainnya
(Pemerintahan Kelurahan Berngam, 2011).
Analisa Data
Karakteristik Responden
Data dan informasi yang akan dikumpulkan adalah data karakteristik
petani dan pengrajin tanaman bambu yang meliputi usia, jenis kelamin, suku,
pendidikan, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan dan jumlah anggota keluarga.
Pendapatan Masyarakat Petani Tanaman Bambu
Untuk menghitung besarnya pendapatan masyarakat pada saat penelitian,
hasil pengelolaan tanaman bambu dihitung dengan menggunakan rumus menurut
Rahayu dkk (2004) sebagai berikut:
I = TR – TC
Keterangan:
I = Pendapatan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya
Selanjutnya dihitung pendapatan total petani bambu dengan menggunakan rumus:
I Total = IBambu + INon
Kemudian dihitung persentase besarnya pendapatan masyarakat dengan
Ibambu
% I = x 100 % Ibambu + Inon
Pengolahan bambu dan Nilai Tambah Pengolahan
Untuk mengetahui sistem pengolahan bambu dilakukan dengan
wawancara mengenai produk yang dihasilkan masyarakat yang kemudian
dikaitkan dengan harga jual tiap produknya, sehingga diketahui besarnya nilai
tambah yang diperoleh oleh masyarakat. Kemudian data wawancara dihitung
dengan menggunakan margin pemasaran dan margin keuntungan. Menurut
Kamaluddin (2008) secara sistematis margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai
berikut: Mji = Pr – Pf
Keterangan:
Mji = Margin pemasaran
Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen Pf = Harga pembelian pemasaran di tingkat produsen
Secara sismatematis parameter pengukur distribusi keuntungan dirumuskan
sebagai berikut: Ki
Ski = x 100 %
Pr
Keterangan:
Ski = Analisis distribusi keuntungan Ki = Margin keuntungan
Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen
Pf
Sp = x 100 %
Pr
Keterangan:
Sp = Harga yang diterima produsen
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi dan Sistem Pengelolaan Hutan Bambu
Kelurahan Berngam Kecamatan Binjai Kota Kotamadya Binjai memiliki
luas 179,50 Ha dan memiliki lahan bambu sebesar 50,5 Ha. Mulanya masih
ditemukan beberapa jenis bambu yang tumbuh di kelurahan ini, seperti bambu
petung, dan bambu hitam. Karena bambu hitam adalah bambu yang digunakan
untuk membuat kerajinan dan masih banyaknya permintaan pasar maupun
konsumen, maka petani memprioritaskan bambu ini untuk dikembangkan dan
dibudidayakan. Menurut Berlian dan Estu Rahayu (1995), sifat bambu hitam
dalam keadaan basah kulitnya tidak begitu keras tetapi setelah kering sangat
keras. Bambu hitam sangat cocok digunakan untuk furniture dan bahan kerajinan
tangan.
Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa ada beberapa jenis
tanaman bambu yang terdapat di Kelurahan Berngam diantaranya bambu hitam,
bambu kuning, bambu apus, bambu rengen ,bambu pagar, bambu tamiang dan
bambu petung. Akan tetapi bambu yang kebanyakan di jual adalah bambu hitam
karena bambu tersebut sangat cocok untuk membuat kerajinan tangan dan harga
jualnya juga cukup tinggi. Dari hasil pengamatan ini, maka di peroleh data potensi
hutan bambu hitam di Kelurahan Berngam Kecamatan Binjai Kota Kotamadya
Binjai yaitu 32 Ha (Lampiran 3).
Petani bambu di Kelurahan Berngam ini kebanyakan merupakan petani
yang sudah mendapatkan warisan, dimana bambu tersebut sudah ada sejak mereka
dapat dijumpai yaitu jenis bambu hitam, berkut adalah klasifikasi bambu hitam
menurut Berlian dan Estu Rahayu (1995) :
Nama Daerah : Bambu wulung, pring wulung, pring ireng
Indonesia : Bambu Hitam
Genus : Gigantochloa
Spesies : Gigantochloa atroviolacea Widj.
Deskripsi : Rumpun bambu hitam agak jarang. Pertumbuhannya pun
agak lambat, buluhnya tegak dengan tinggi 20 m. Panjang
ruas-ruasnya 40-50 cm, tebal dinding buluhnya 8 mm,
dan garis tengah buluhnya 6-8 cm.
Dalam kegiatan silvikulturnya, sistem pengelolaan hutan tanaman bambu
di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai mencakup
beberapa kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan lahan
Sesuai dengan pengamatan di lapangan, responden petani tanaman bambu
di Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai tidak
melakukan kegiatan persiapan lahan untuk menanam bambu. Akan tetapi lahan
tersebut dibersihkan dengan cara dibabat terlebih dahulu kemudian dibersihkan
rerumputannya dan setelah itu langsung dibuat lubang tanam dan bambu segera
ditanam. Alat yang digunakan dalam pembabatan adalah sejenis mesin babat,
cangkul dan parang.
2. Penanaman
Kelurahan Berngam memiliki lahan bambu yang cukup luas. Jenis bambu
Bambu jenis ini sudah sejak lama tumbuh di daerah ini, bambu ini juga cukup
menambah penghasilan petani dan para pengrajin bambu. Tanaman bambu hitam
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Rumpun Bambu Hitam
Berdasarkan hasil wawancara, penanaman bambu hitam dilakukan dengan
tunas dengan jarak tanam 7 x 7 meter. Penanaman bambu dilakukan dengan pola
monokultur (penanaman dengan satu jenis tanaman). Jarak tanam pada saat
menanam bambu akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman bambu tersebut dan
rumpunnya akan semakin cepat juga berkembang. Hal ini sesuai dengan literatur
yang dikemukakan oleh Swara (1997) yang menyatakan bahwa tanaman bambu di
tanam berderet membentuk teras pada sebuah lereng jadi sabuk gunung maka
kekuatannya luar biasa. Akar bambu akan saling terkait dan mengikat antar
rumpun. Sejak pertama kali dan sampai pada saat ini petani bambu tidak
melakukan penanaman, akan tetapi mereka hanya memanen hasilnya saja.
3. Pemeliharaan
Para petani bambu di Kelurahan Berngam sejak awal penanaman tanaman
bambu tidak melakukan pemeliharaan secara intensif. Hal ini karena bambu cepat
dilakukan pembersihan saja pada saat pemanenan tiba. Pembersihan yang
dilakukan adalah pembersihan terhadap rumput, serasah dan tumbuhan yang
melilit pada tanaman bambu. Pembersihan dilakukan agar anakan tanaman bambu
cepat tumbuh sebagai substitusi bambu yang telah ditebang. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikemukakan oleh Wahyudin (2008) yang menyatakan bahwa salah
satu kelebihan bambu jika dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan antara
lain: tumbuh dengan cepat. Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam
waktu yang singkat dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari
bambu dapat bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk
mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu
memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi.
Gambar 3. Keadaan Hutan Bambu di Kelurahan Berngam
4. Pemanenan
Sistem pemanenan yang dilakukan oleh para petani bambu di Kelurahan
Berngam kebanyakan menggunakan sistem tebang pilih. Bambu yang akan di
panen dipilih sesuai dengan umurnya. Biasanya bambu yang sudah bisa di panen
yaitu bambu yang sudah berumur 3-6 tahun. Jika umurnya kurang dari 3-6 tahun
dengan literatur yang dikemukakan oleh Wahyudin (2008) yang menyatakan
bahwa Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk
digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam pemanenan dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan metode tebang habis dan tebang pilih. Metode tebang pilih
merupakan metode penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini sangat
efektif karena akan didapatkan mutu bambu sesuai dengan yang diinginkan dan
kelangsungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan.
Gambar 4. Bekas Tebangan Bambu
Waktu pemanenan yang tepat adalah pada saat atau awal musim kemarau,
karena bila panen dilaksanakan pada musim penghujan mutu dari bambu akan
menurun. Hal ini akan menyebabkan kadar air pada bambu akan meningkat dan
5. Pemasaran
Pemasaran bambu di Kelurahan Berngam ditingkat petani cukup baik, hal
ini dipengaruhi oleh akses transportasi yang baik untuk mencapai kelurahan ini,
pengrajin bambu di Kelurahan Berngam juga cukup banyak, dari hasil
pengamatan didapatkan data bahwa petani bambu di Kelurahan Berngam menjual
bambu dalam bentuk bambu bulat. Bambu dijual kepada agen setempat yang
kemudian akan dijual lagi ke tingkat pengrajin di lokasi tersebut. Menurut data
dari Pemerintahan Kelurahan Berngam (2011) bahwa adanya ketersediaan alat
angkutan umum dari kelurahan menuju daerah lain.
Para pengrajin di Kelurahan Berngam juga memperoleh penghasilan yang
mampu memenuhi kebutuhan mereka dengan membuat kerajinan dari bambu dan
menjualnya di daerah setempat bahkan ke luar kota. Pemasaran juga tidak sulit
karena menjual kerajinan tersebut cukup dengan menyewa mobil sejenis pick-up.
Khusus untuk penjualan ke luar kota biaya transportasi ditanggung oleh pembeli
tapi kalau masih di sekitar Kelurahan Berngam ditanggung oleh penjual.
Pemasaran bambu dan kerajinan bambu ini sampai ke Rantau Parapat, Dumai,
Tebing Tinggi.
Produk Olahan Bambu
a. Produk Olahan Bambu Ditingkat Petani
Produk olahan bambu dari Kelurahan Berngam tidak ada, hal ini
dikarenakan minat masyarakat yang sangat rendah dalam mengolah hutan bambu.
Masyarakat hanya menjual bambu gelondongan ke agen dan ada juga yang
Gambar 6. Bambu di Tempat Penampungan
Bambu merupakan sumberdaya alam yang luas penggunaannya, tersedia
dimana-mana, cepat tumbuh, mudah penanganannya dan memiliki sifat-sifat yang
cocok untuk berbagai keperluan dan saat ini yang paling menggembirakan bahwa
produk dari bambu telah memasuki pasar dunia seperti mebel, bahan kertas
(pulp), papan bambu lapis dan rebung kaleng. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dikemukakan oleh Tan (2005) yang menyatakan bahwa bambu banyak digunakan
masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari meliputi kebutuhan pangan,
rumah tangga, kerajinan, konstruksi dan adat istiadat. Bambu memiliki multi
fungsi pemanfaatan sebagai bahan makanan untuk manusia (rebung), binatang
(pucuk daun muda), kebutuhan rumah tangga dan aneka kerajinan dengan
berbagai tujuan penggunaan mulai dari cenderamata, mebel, tas dan lain
sebagainya.
Dalam mengembangkan kemajuan perekonomian masyarakat di suatu
kelurahan peranan yang sangat diperlukan adalah peranan pemerintah. Suatu
kelurahan tidak akan dapat mensejahterakan masyarakatnya tanpa adanya
satu peranan pemerintah dalam mendukung kemajuan perekonomian masyarakat
yaitu dengan mengadakan penyuluhan dan pelatihan tentang hutan bambu.
b. Produk Olahan Bambu Ditingkat Pengrajin
Produk olahan bambu ditingkat pengerajin sangat banyak jenisnya dan
bervariasi misalnya variasi kursi, lemari, meja dan masih banyak jenis dari produk
bambu ini. Berlian dan Estu Rahayu (1995) menjelaskan bahwa Saat ini
perkembangan produksi kerajinan anyaman bambu mengalami kemajuan yang
pesat. Hal ini sejalan dengan perkembangan di dalam penciptaan desain-desain
baru yang banyak laku di pasaran dalam maupun luar negeri. Industri kerajinan
anyaman bambu merupakan potensi yang besar sekali dalam usaha
pengembangan industri kerajinan bambu secara nasional.
Berdasarkan hasil wawancara dari pengrajin bambu di Kelurahan Berngam
belum ada pengrajin yang langsung menjual hasil kerajinannya ke pasar
international tetapi masih sebatas lokal, adapun produk tersebut di pasarkan ke
daerah seperti Rantau Parapat, Pekan Baru, Dumai, Tebing Tinggi dan daerah
lainnya
Gambar 7. Kerajinan yang Terbuat dari Bambu
Harga jual dari kerajinan bambu ini selalu relatif stabil, jarang mengalami
mengetahui kerajinan bambu berawal dari mengikuti teman dan bekerja sebagai
harian lepas pembuat kerajinan bambu. Menurut Berlian dan Estu Rahayu (1995)
penggunaan bambu untuk industri atau kerajinan dewasa ini semakin meningkat.
Dengan demikian kebutuhan akan bambu juga semakin meningkat. Pemenuhan
kebutuhan tersebut tidak dapat sepenuhnya tergantung pada persediaan di alam.
Teknologi Pengolahan Bambu
a. Teknologi di Tingkat Petani
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa petani
bambu di Kelurahan Berngam memang mempunyai pengetahuan yang minim
mengenai teknologi bambu, bahkan mereka tidak tau bagaimana cara mengolah
bambu bahkan petani tidak membuat perlakuan yang khusus untuk bambu yang
akan di panen dan alat yang digunakan petani hanya parang dan gergaji. Namun
para petani mampu menjual bambu hitam dengan harga yang cukup tinggi karena
bambu yang mereka panen dan kemudian dijual tersebut memiliki kualitas yang
cukup tinggi dan berukuran besar serta ketebalannya juga cukup besar sehingga
mampu digunakan untuk keperluan bahan bangunan dan bahan baku kerajinan
bambu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Batubara (2002), pengolahan bambu
pada penggunaan dan pemanfaatannya, saat ini ada beberapa produk olahan
bambu seperti bambu lapis, bambu lamina, papan semen, dan arang bambu.
Dari hasil wawancara dengan para petani, banyak petani menjual hasil
bambu untuk para pengrajin bambu untuk dijadikan berbagai bentuk kerajinan
dari bambu seperti kursi, lemari, meja, dan lain sebagainya. Petani menjual harga
ukuran dan banyaknya penjualan. Biasanya pembeli membelinya ada yang
membeli langsung per mobil dan ada juga yang per batang.
Secara garis besar pemanfaatan batang bambu dapat digolongkan ke dalam
dua hal. Pertama, berdasarkan bentuk bahan baku, yaitu bambu yang masih dalam
keadaan bulat, bambu yang sudah dibelah, serta serat bambu. Kedua, berdasarkan
penggunaan akhir yaitu konstruksi dan non konstruksi. Batang bambu baik yang
masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam
keperluan (Berlian dan Estu Rahayu 1995).
Pada Tabel 4 ditunjukkan persentase persepsi responden menurut
karakteristik petani bambu dalam hal pengelolaan bambu di Kelurahan Berngam.
Tabel 4. Persentase Pengetahuan Petani Bambu Kelurahan Berngam dalam Teknik Pengolahan Bambu
Karakteristik Tanggapan Responden Persentase (%)
Pengetahuan Teknologi
Pemasaran Bambu Mengetahui 50
Tidak Tahu 50
Tabel 4 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai teknologi
pengolahan bambu sangat rendah, bernilai sebesar 80 %, nilai ini diperoleh dari
hasil wawancara dengan Petani di Kelurahan Berngam, minimnya informasi yang
diperoleh masyarakat merupakan salah satu alasan mengapa masyarakat tidak
mengetahui jenis dan teknologi yang dipergunakan untuk mengolah bambu agar
menghasilkan bambu yang lebih bermutu dan bernilai jual tinggi.
b. Teknologi di Tingkat Pengrajin
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, diketahui
sederhana seperti gergaji, pisau, dan parang saja. Usaha kerajinan bambu ini
tergolong usaha kecil sehingga bentuk usaha kerajinan tangan usaha ini di anggap
tidak memerlukan teknologi mekanik maupun mesin.
Gambar 8. Gergaji dan Parang yang Digunakan untuk Memotong Bambu
Para pengrajin di Kelurahan Berngam tidak memiliki teknik khusus untuk
mengawetkan bambu agar tahan lama dan berkualitas tinggi. Perlakuan yang
dilakukan pengrajin bambu hanya sebatas penjemuran saja, caranya bambu
disusun ke arah terik matahari agar cepat kering, tidak ada perlakuan khusus
lainnya. Hal ini mereka lakukan untuk mengurangi kadar air yang terkandung di
dalam bambu agar tidak mudah busuk dan tidak mudah terserang rayap dan bubuk
kering yang mempengaruhi ketahanan bambu. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Swara (1997), ketahanan bambu adalah daya tahan bambu terhadap berbagai
faktor perusak bambu terhadap serangan rayap, bubuk kayu kering dan jamur
perusak bambu.Ketahanan bambu tergantung pada kondisi iklim dan lingkungan.
Analisis Alur Pemasaran Produk Hasil Olahan Bambu
Kontribusi Bambu Terhadap Pendapatan Petani dari Hutan Bambu
Para petani bambu di Kelurahan Berngam memiliki pekerjaan sampingan
menambah penghasilan, para petani bambu menanam tanaman pertanian, ada
yang berdagang dan ada juga sebagai petani perkebunan.
Tabel 5. Rata-rata Nilai Pendapatan Bersih Petani Bambu Per Tahun
No Sumber Pendapatan Nilai Pendapatan
1 Bambu Bulat 7,168,000
2 Bambu Yang Di Borongkan Ke Pengumpul I 6,000,000
3 Pertanian /Perkebunan 21,288,000
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai bambu yang diperoleh
rendah, hal ini disebabkan karena petani bambu tidak melakukan perawatan
intensif terhadap bambu tersebut, para petani bahkan lebih sering menjual bambu
tersebut kepada pengumpul I dengan sistem pemborongan. Rendahnya
pendapatan petani bambu ini menyebabkan petani bambu tidak peduli akan
sumber daya bambu yang melimpah dan demi memperoleh penghasilan yang
berlebih, mereka menanam tanaman pertanian. Pada tabel 6 dapat kita lihat
perbandingan harga bambu yang diolah tinggi setelah mengalami perlakuan untuk
menghasilkan bambu yang bernilai tinggi.
Tabel 6. Perbandingan harga bambu diolah dan sebelum diolah
No Jenis bahan olahan Banyak bahan baku Harga
1 Bambu Bulat 1 Batang Bambu 2800
2 Bambu Kulit 1 Batang 5000
Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa pendapatan petani bambu akan
meningkat jika petani mau dan mengerti bagaimana cara mengolah bambu
menjadi sebuah produk, hanya saja petani sudah tidak mau dan tidak peduli akan
keberadaan bambu tersebut.
Tabel 7. Pendapatan (I) Total Petani Bambu Per Tahun