• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Rendemen Dan Kualitas Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Rendemen Dan Kualitas Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis L.)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN

DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI KULIT JERUK MANIS

(

Citrus sinensis L.

)

SKRIPSI

NATALIA BR SEMBIRING

060802007

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

(Citrus sinensis L)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

NATALIA BR SEMBIRING

060802007

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH LAMA PENYIMPANAN

TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis L )

Kategori : SKRIPSI

Nama : NATALIA BR SEMBIRING

Nomor Induk Mahasiswa : 060802007

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2011

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Prof. Dr. Pina Barus, MS Dr.Tini Sembiring, MS NIP: 19450601980031001 NIP: 194805131971072001

Diketahui/Disetujui oleh : Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan Nasution, MS NIP. 195408301985032001

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN

KUALITASMINYAK ATSIRI KULIT JERUK MANIS

(Citrus sinensis L)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2011

NATALIA BR SEMIRING

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji serta syukur penulis panjatkankan kehadirat Tuhan Yang Maha atas kasih

dan rahmatNya penulis dapat melaksanakan penelitian menyelesaikan penulisan

skripsi ini dengan baik.

Penulis juga mengucapkan penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih

yang tidak terhingga kepada orangtua yang sangat saya sayangi G. Sembiring dan

M. Br Bukit atas segala doa, serta kerja kerasnya yang telah mengorbankan banyak

hal untuk mendidik saya dengan penuh cinta kasih. Terima kasih juga saya ucapkan

kepada kakakku terkasih K’Erna, K’Selly, K’Kusmi serta Adikku tersayang Jimmy

Sembiring yang banyak mendukung penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih yang

tulus dan ikhlas kepada :

1. Ibu Dr. Tini Sembiring MS selaku pembimbing 1 dan Bapak Prof. Dr. Pina

Barus MS, selaku pembimbing 2 yang telah banyak memberikan waktu,

pengarahan serta bimbingan dalam melakukan penelitian sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution,MS dan Dr. Albert Pasaribu MSc Selaku

ketua dan sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU.

3. Seluruh dosen Departemen Kimia FMIPA USU yang telah memberikan

banyak ilmu dan bimbingan, terkhusus Ibu Dra. Tirena Bahnur M.Eng selaku

dosen wali saya yang banyak memberikan arahan dan dorongan kepada saya

selama mengikuti perkuliahan.

4. Bapak Prof. Harlem Marpaung selaku Kepala Laboratorium Kimia Analitik

dan Seluruh Dosen staff ahli di Laboratorium Kimia Analitik serta Kak Sri

Pratiwi Aritonang, Msi selaku Laboran Kimia Analitik yang telah memberikan

fasilitas selama melaksanakan penelitian. Kepada seluruh Asisten

Laboratorium Kimia Analitik K’Tresna S.si, K’Eviana S.si, Ferry, Grand,

Vascalya, Sari dan Sahabat Terbaikku Renita, Sevia terima kasih buat kerja

sama kita selama ini.

(6)

5. Seluruh teman-teman stambuk 2006 tanpa terkecuali serta Sahabat-sahabatku

Elisa, Debora, Merry, Mima, Ony, Ina, Roby, Marcell, Aspriadi, Fely,

K’Ferna, Predy, Siswanti seta teman teman dari CMSI, terima kasih atas

semua doa dan dukungannya.

6. Kepada seluruh kakak dan abang senior stambuk 2003-2005 serta adik-adik

stambuk 2007-2010 yang telah memberikan dorongan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum

sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi kontribusi yang

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2011

Penulis

(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan tentang pengaruh lama penyimpanan kulit Jeruk Manis terhadap rendemen dan kualitas minyak atsiri yang dikandung. Variasi lama penyimpanan yaitu 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 hari. Minyak atsiri diperoleh dengan cara destilasi selama 6 jam, minyak dan air dipisahkan dengan penambahan Na2SO4 anhidrat selanjutnya ditimbang dan dihitung rendemennya. Minyak dari kulit yang disimpan pada 1, 2 dan 3 hari dicampurkan menjadi satu (penyimpanan pendek) demikian halnya pada minyak yang disimpan pada 4, 5 dan 6 hari (penyimpanan panjang). Kemudian ditentukan kualitas minyak atsiri yang meliputi berat jenis, indeks bias, bilangan asam serta kelarutannya dalam alkohol 96% dan komponen utama minyak atsiri ditentukan dengan GCMS.

Hasil penelitian menunjukkan rendemen penyimpanan panjang lebih tinggi dari pada penyimpanan pendek. Rerata berat jenis, indeks bias, bilangan asam dan kelarutan dalam alkohol 96% pada minyak penyimpanan pendek yaitu masing-masing 0,8251; 1,3843; 0,2304 dan 1:1 s.d. 1:10 Jernih, sedangkan pada minyak penyimpanan panjang yaitu masing-masing 0,8391; 1,4623; 1,0140; 1:1 s.d. 1:10 Jernih. Komponen utama minyak kulit jeruk manis adalah D-Limonene, dimana penyimpanan pendek cenderung menghasilkan persentase D-limonene yang lebih besar.

(8)

THE EFFECT OF STORAGE TIME TO YIELD AND QUALITY OF ESSENTIAL OIL FROM SWEET ORANGE PEEL

ABSTRACT

Determination the influence of storage time on Sweet orange peel essential oil quality is conceived. The variation of storage time was 1, 2, 3, 4, 5 and 6 days. Essential oil obtained by distillation for 6 hours, oil and water separated by the addition of anhydrous Na2SO4 then weighed and calculated rendement. Oil from peel stored at 1, 2 and 3 days blended into one (short storage) as well as in the oil stored at 4, 5 and 6 days (long storage). Then determined the quality of essential oils which include density, refractive index, acid number and solubility in alcohol 96% and the main components of essential oils is determined by GCMS.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar isi viii

Daftar tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Pembatasan masalah 3

1.4. Tujuan penelitian 3

1.5. Manfaat penelitian 3

1.6. Lokasi Penelitian 3

1.7. Metodologi Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Jeruk 5

2.2. Jeruk Manis 6

2.2.1. Sistematika Tumbuhan Jeruk Manis 7

2.2.2. Kandungan dan Kegunaan Jeruk Manis 7

2.2.3. Komposisi Minyak atsiri Kulit Jeruk Manis 8

2.2.4. Limonene 9

2.3. Minyak Atsiri

2.3.1. Komposisis Kimia Minyak atsiri 10

2.3.2. Sumber Minyak atsiri 11

(10)

2.3.3. Kegunaan Minyak atsiri 11

2.4. Cara Memproduksi Minyak Atsiri 12

2.4.1. Penyulingan 12

2.4.2. Ekstraksi dengan Pelarut Menguap 14

2.4.3. Ekstraksi dengan Lemak Dingin 14

2.4.4. Pengepresan 15

2.5. Analisis Komponen Minyak Atsiri 15

2.5.1. Kromatografi 16

2.5.2. Kromatografi Gas 16

2.6. Penyimpanan Minyak atsiri 20

2.7. Uji Kualitas Minyak Atsiri 21

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan 24

3.2. Alat-Alat 24

3.3. Prosedur Penelitian 25

3.3.1. Pembuatan Pereaksi 25

3.3.2. Perlakuan Terhadap Sampel 26

3.3.3. Destilasi minyak kulit jeruk 26

3.3.4. Penentuan kualitas minyak atsiri Kulit Jeruk 27

3.3.5. Penentuan Rendemen Minyak 28

3.4. Bagan Penelitian 29

3.4.1. Destilasi minyak Kulit Jeruk 29

3.4.2. Analisa Minyak 30

3.4.3. Pengujian Kualitas Minyak Atsiri 31

3.4.4. Penentuan Rendemen Minyak 32

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penentuan Rendemen dan Kadar Air 33

4.2.Pengujian Kualitas Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis 34

(11)

4.2.4. Kelarutan dalam Alkohol 96% 36

4.3. Hasil Analisa Komponen Minyak Atsiri Kulit Jeruk

Manis dengan GC-MS 37

4.4. Analisis Spektrum Massa Kandungan Utama Minyak

Atsiri Kulit Jeruk Manis 40

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 44

5.2. Saran 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4. 1. Rendemen dan Kadar Air Kulit Jeruk Manis 33

Tabel 4. 2. Berat Jenis Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis 34

Tabel 4. 3. Indeks Bias Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis 34

Tabel 4. 4. Bilangan Asam Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis 35

Tabel 4. 5. Kelarutan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis dalam alkohol 96% 36

Tabel 4. 6. Komponen Senyawa Atsiri pada Kulit Jeruk Penyimpanan Pendek 38

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Penampang Buah Jeruk Manis 6

Gambar 2.2. Gambar Tanaman Jeruk Manis 7

Gambar 4.1. Kromatogram komponen senyawa atsiri dalam

kulit jeruk manis penyimpanan pendek. 37

Gambar 4.2. Kromatogram komponen senyawa atsiri dalam

kulit jeruk manis penyimpanan panjang 38

Gambar 4.3. Spektrum massa minyak atsiri kulit jeruk manis dengan RT 8,942 40

Gambar 4.4. Pola fragmentasi senyawa D-Limonene 40

Gambar 4.5. Spektrum massa minyak atsiri kulit jeruk manis dengan RT 7,325 41

Gambar 4.6. Pola fragmentasi senyawa Beta Pinene 41

Gambar 4.7. Spektrum massa minyak atsiri kulit jeruk manis dengan RT 7,683 42

Gambar 4.8. Pola fragmentasi senyawa Beta Myrcene 42

Gambar 4.9. Spektrum massa minyak atsiri kulit jeruk manis 43

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kondisi Alat GCMS 50

Lampiran 2. Kromatogram dari Minyak Atsiri Penyimpanan Pendek 51

(15)

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan tentang pengaruh lama penyimpanan kulit Jeruk Manis terhadap rendemen dan kualitas minyak atsiri yang dikandung. Variasi lama penyimpanan yaitu 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 hari. Minyak atsiri diperoleh dengan cara destilasi selama 6 jam, minyak dan air dipisahkan dengan penambahan Na2SO4 anhidrat selanjutnya ditimbang dan dihitung rendemennya. Minyak dari kulit yang disimpan pada 1, 2 dan 3 hari dicampurkan menjadi satu (penyimpanan pendek) demikian halnya pada minyak yang disimpan pada 4, 5 dan 6 hari (penyimpanan panjang). Kemudian ditentukan kualitas minyak atsiri yang meliputi berat jenis, indeks bias, bilangan asam serta kelarutannya dalam alkohol 96% dan komponen utama minyak atsiri ditentukan dengan GCMS.

Hasil penelitian menunjukkan rendemen penyimpanan panjang lebih tinggi dari pada penyimpanan pendek. Rerata berat jenis, indeks bias, bilangan asam dan kelarutan dalam alkohol 96% pada minyak penyimpanan pendek yaitu masing-masing 0,8251; 1,3843; 0,2304 dan 1:1 s.d. 1:10 Jernih, sedangkan pada minyak penyimpanan panjang yaitu masing-masing 0,8391; 1,4623; 1,0140; 1:1 s.d. 1:10 Jernih. Komponen utama minyak kulit jeruk manis adalah D-Limonene, dimana penyimpanan pendek cenderung menghasilkan persentase D-limonene yang lebih besar.

(16)

THE EFFECT OF STORAGE TIME TO YIELD AND QUALITY OF ESSENTIAL OIL FROM SWEET ORANGE PEEL

ABSTRACT

Determination the influence of storage time on Sweet orange peel essential oil quality is conceived. The variation of storage time was 1, 2, 3, 4, 5 and 6 days. Essential oil obtained by distillation for 6 hours, oil and water separated by the addition of anhydrous Na2SO4 then weighed and calculated rendement. Oil from peel stored at 1, 2 and 3 days blended into one (short storage) as well as in the oil stored at 4, 5 and 6 days (long storage). Then determined the quality of essential oils which include density, refractive index, acid number and solubility in alcohol 96% and the main components of essential oils is determined by GCMS.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang subur dan kaya akan beraneka ragam sumber

daya alam. Bahan alam yang begitu melimpah yang sebenarnya sangat berpotensial

belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga perlu mendapat perhatian khusus agar

dapat digunakan sebagaimana mestinya. Salah satu diantaranya adalah minyak atsiri

yang nilai ekonominya sangat tinggi.

Secara umum minyak atsiri banyak digunakan dalam industri kosmetik (sabun,

pasta gigi, shampo, losion), industri makanan (bahan penyedap atau penambah cita

rasa ), industri parfum (bahan dasar pewangi), industri farmasi dan kesehatan (anti

nyeri dan anti infeksi, pembunuh bakteri), bahkan sebagai insektisida (Lutony ,1994).

Keanekaragaman tanaman aromatika dunia yang menghasilkan minyak atsiri

diperkirakan meliputi 160-200 jenis tanaman. Dalam dunia perdagangan telah beredar

sekitar 80 jenis minyak atsiri dan diperkirakan terdapat 12 jenis minyak atsiri

Indonesia yang telah memasuki pasaran internasional di antaranya minyak nilam, serai

wangi ,akar wangi, kenanga, jahe dan pala ( Rochim, 2009).

Indonesia mempunyai keragaman dan kekayaan berbagai jenis buah-buahan

yang dapat dikembangkan pada berbagai skala usaha, salah satunya yang mempunyai

prospek yang baik untuk dikembangkan adalah komoditas jeruk ( Soelarso, 1996 ).

Jeruk manis (Citrus sinensis L.) banyak ditanam di daerah subtropis dan

temperatur optimal pertumbuhannya antara 20-25oC ( Pracaya, 2000 ). Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi buah jeruk manis di Sumatera Utara.

(18)

jeruk manis yang dijual untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun nasional dan

Tanah Karo merupakan daerah pemasok terbesar buah jeruk manis ke pulau Jawa.

Mengingat lamanya perjalanan serta biaya transportasi yang besar maka jeruk

yang dikirim harus barang yang kualitasnya bagus. Jeruk yang berukuran kecil dan

rusak yang merupakan hasil sisa sortiran banyak dibuang begitu saja tanpa

dimanfaatkan terlebih dahulu.

Kulit buah segar mengandung sekitar 0,8% minyak atsiri dengan komponen utama yaitu: Limonena (82,06%), α-pinena (1,59%), β-pinena (7,29%), β-mirsena 4,59%), β-Linalool (1,61%), dan komponen lainnya (Agusta, 2000).

Minyak atsiri kulit jeruk manis dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif

yaitu sebagai campuran dengan minyak goreng yang dapat mengeluarkan aroma jeruk

saat pembakaran sehingga dapat menghilangkan bau amis saat penggorengan dan

sebagai aroma terapi jeruk untuk lampu dinding yang dapat digunakan di restoran dan

rumah makan atau hotel.

Melihat kondisi tersebut Penulis tertarik memperoleh minyak atsiri kulit jeruk

manis dengan menggunakan destilasi stahl dengan membuat variasi waktu

penyimpanan pendek dan penyimpanan panjang. Hal ini dilakukan untuk

membandingkan bagaimana rendemen serta kualitas dari minyak atsiri yang

dihasilkan.

I.2. Permasalahan

Apakah ada pengaruh nyata dari pengaruh lama penyimpanan terhadap rendemen dan

(19)

1.1.Batasan masalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada :

1. Metode yang digunakan untuk pemisahan minyak atsiri dari kulit jeruk manis

adalah dengan destilasi stahl dengan variasi waktu penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

hari.

2. Kualitas minyak atsiri kulit jeruk manis diuji dengan penentuan indeks bias, berat

jenis, bilangan asam, serta kelarutannya dalam alkohol 96%.

3. Analisis kandungan utamanya dilakukan dengan menggunakan GC-MS.

1.4. Tujuan Penelitian

Dari penelitian ini dapat diketahui pengaruh penyimpanan terhadap rendemen dan

kualitas minyak atsiri serta sifat-sifat minyak atsiri kulit jeruk manis yang dihasilkan.

1.5.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber informasi mengenai pengaruh waktu

penyimpanan terhadap rendemen serta kualitas minyak atsiri jeruk manis, sehingga

dapat diketahui lama penyimpanan yang baik untuk memaksimalkan produksi minyak

atsiri.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU serta

Laboratorium Kimia Fisika FMIPA USU dan Analisis Kandungan utama GC-MS

(20)

1.7.Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium.

2. Sampel limbah buah Jeruk manis diambil dari Desa Sampun Kec. Dolat Rakyat

Kab. Karo.

3. Minyak atsiri kulit jeruk diperoleh dengan menggunakan destilasi stahl .

4. Campuran Minyak dan air dipisahkan dengan penambahan Na2SO4 anhidrat, selanjutnya ditimbang minyak yang diperoleh serta ditentukan rendemennya.

5. Minyak atsiri kulit jeruk manis yang dihasilkan pada destilasi hari ke 1, 2, dan 3

dicampur menjadi satu dan disebut minyak dengan waktu penyimpanan pendek

dan minyak hasil destilasi hari ke 4, 5, dan 6 dicampur menjadi satu dan disebut

minyak dengan waktu penyimpanan panjang.

6. Minyak yang diperoleh dilakukan pengujian kualitas terhadap masing-masing

campuran yang meliputi : penentuan indeks bias, bobot jenis, bilangan asam, dan

kelarutan dalam alkohol 96% dengan menggunakan metode standar

(Paquot,1987).

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Jeruk

Tanaman jeruk pada umumnya berupa pohon atau perdu dan jarang berbentuk

semak. Ciri-cirinya antara lain:

• posisi daun berhadap-hadapan atau berseling, bentuk daun bisa tunggal atau

majemuk.

• Bunga beraturan, berbentuk anak payung, tandan atau malai, kebanyakan

berkelamin dua, kelopak bunga berjumlah 4-5 dan berdaun lepas.

• Buah jeruk termasuk buah sejati tunggal berdaging (hesperidium) yang

memiliki tiga lapis kulit buah yaitu:

1. Lapisan luar yang kuat dan mengandung banyak minyak atsiri

(flavedo)

2. Lapisan kedua berupa jaringan bunga karang (albedo)

3. Lapisan lebih dalam bentuknya bersekat-sekat, sehingga terdapat

beberapa ruangan terdiri atas gelembung-gelembung yang berisi

cairan.

Tumbuhan jeruk termasuk genus Citrus, yang terdiri dari dua subgenus,yaitu:

1. Eucitrus merupakan jenis tumbuhan jeruk yang paling luas dibudidayakan

orang, karena buahnya enak dimakan.

2. Papeda merupakan jenis tumbuhan jeruk dimana buahnya tidak enak dimakan

karena daging buahnya terlalu banyak mengandung asam atau berbau wangi

(22)

2.2. Jeruk Manis

Disebut jeruk manis karena memang rasanya manis, tetapi ada juga yang rasanya

manis disertai rasa asam sedikit, sehingga bisa menambah rasa segar bila dimakan

atau diminum sebagai sari buah. Jeruk manis banyak ditanam di daerah 20-40oLU dan 20-40oLS. Di daerah subtropis, ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 650 dpl, sedangkan di daerah katulistiwa dapat ditanam sampai ketinggian 2000 m dpl.

Temperatur optimal pertumbuhannnya antara 25-30oC .

Penampang melintang penampang membujur

Gambar 2.1. Penampang Jeruk Manis

Keterangan:

1. Sekat segmen

2. Endocarp (segmen), mengndung gula dan asam

3. Biji

4. Columella

5. Gelembung kecil berisi cairan manis

6. Exocarp (flavedo/ kulit jeruk), bintik-bintik di dalamnya mengandung

cairan minyak berbau khas jeruk.

7. Kelopak

8. Tangkai

9. Navel (pusat), berasal dari daun buah

10.Mesocarp (albedo), bagian kulit bewarna putih, mengandung gula, pectin,

(23)

2.2.1. Sistematika Tumbuhan Jeruk Manis

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili :

Genus :

Spesies : Citrus sinensis L.

Gambar 2.1. Tanaman Jeruk Manis

2.2.2.Kandungan dan Kegunaan Jeruk Manis

Jeruk manis mengandung betakarotendan bioflavanoid yang dapat memperkuat

dinding pembuluh darah kapiler. Pektinnya juga banyak terdapat dalam buah dan kulit

jeruk, manfaatnya membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan

meningkatkan kolesterol baik (HDL). Jeruk juga berlimpah kandungan flavanoidnya

(24)

menghalangi reaksi oksidasi LDL yang menyebabkan darah mengental dan mencegah

pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah. Jeruk juga kaya akan kandungan

gula buah yang dapat memulihkan energi secara cepat. Jeruk juga

kaya akan serat yang dapat mengikat zat karsinogen di dalam saluran pencernaan.

Manfaatnya sembelit, wasir dan kanker kolon bisa dihindari. Jeruk juga kaya

akan serat yang dapat memperlancar proses pencernaan.Selain kaya gizi, zat kimia

terkandung seperti bioflanid, minyak atsiri limonen, asam sitrat, linalin asetat dan

fellandren dipercaya dapat menyembuhkan penyakit batuk, menurunkan demam, dan

membuat suara merdu (Prahasta, 2010).

2.2.3. Komposisi Minyak atsiri Kulit Jeruk Manis

Kulit buah segar mengandung sekitar 0,8% minyak atsiri dengan komponen utama

sebagai berikut (Agusta, 2000) :

1. α-pinena (1,59%), 2. β-pinena (7,29%), 3. β-mirsena (4,59%), 4. Oktanal (0,70%),

5. Limonena (82,06%), 6. Osimene (0,14%), 7. 4-Thujanol (0,06%), 8.

1-Oktanol(0,13%), 9. β-Linalool (1,61%), 10. α-limonena diepoksida (0,04%), 11.

1,3,5-Tris (Metilena) sikloheptana (0,04), 12. trans-p-2,8-Mentadien-1-ol (0,05), 13.

Sitronellal (0,13), 14. 4-Metil-1-(1-Metiletil)-3-sikloheksen-1-ol (0,17), 15. α

-Terpineol (0,30), 16. trans-Piperitol (0,04), 17. n-Dekanal (o,18), 18. Β-Sitronello

l(0,13), 19. Karvona (0,05), 20. Perillal (0,06), 21. Nonanal (0,03), 22. Elemena

(0,14), 23. α-Kariofilena (0,06), 24. 1 aR-(1aα,7α,7aα, 7bα)

-1a,2,3,5,6,7,7a,7b-Oktahidro-1,1,7,7a-tetrametil-1H-siklopropana naftalena (0,09),25.α-Farnesena(0,06),

(25)

2.2.4. Limonene

1-metil-4-(1-methylethenyl)-sikloheksena, C 10 H 16, dan densitas 0,8411 g/cm³, C= 88,16% dan H=11,84%, dan dengan massa molekul relatif 136,24 g/mol.

Struktur molekul dari limonen (The merck index, 1976).

Limonene merupakan cairan bening

terpen siklik yang memiliki bau yang kuat dari jeruk, digunakan dalam sintesis kimia

sebagai prekursor untuk sebagai pelarut dan pembersih.

Limonene adalah terpen yang relatif stabil dan dapat disuling tanpa

dekomposisi, meskipun pada suhu yang tinggi itu terurai membentuk isoprene .

mudah teroksidasi di udara lembab untuk menghasilkan

2.3. Minyak Atsiri

Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang,

kulit, daun, bunga, buah atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah

menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma

tanaman yang menghasilkannya dan umumnya larut dalam pelarut polar. Banyak

istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri. Misalnya dalam bahasa inggris

disebut essential oils, etherial oils dan volatile oils. Dalam bahasa Indonesia disebut

minyak terbang atau minyak kabur karena minyak atsiri mudah menguap apabila

dibiarkan begitu saja dalam keadaan terbuka.

Minyak atsiri mengandung campuran pelik dari bahan-bahan hayati, termasuk

(26)

kemungkinan merupakan sisa metabolisme tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk

menjalankan peran ganda, seperti menarik serangga perusak.

Minyak atsiri dari beraneka ragam tanaman menghasilkan aroma yang

berbeda, bahkan satu jenis tumbuhan yang sama bila ditanam di tempat yang

berlainan mampu menghasilkan aroma yang berbeda. Iklim, keberadaan tanah, sinar

matahari, cara pengolahan tidak hanya mempengaruhi rendemen minyak atsiri tetapi

berpengaruh pula pada aromanya (Ruslan, 1987).

2.3.1. Komposisis Kimia Minyak atsiri

Pada umunya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanaman

penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode ekstraksi yang

digunakan dan cara penyimpanan minyak.

Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia

yang terbentuk dari unsur karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya

komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen

2. Hidrokarbon teroksigenasi

A. Golongan Hidrokarbon

Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur karbon (C),

dan Hidrogen (H). Jenis Hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian

besar terdiri dari monoterpen (unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen

(4 unit isopren) dan politerpen.

B. Golongan Hidrikarbon Teroksigenasi

(27)

molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap

tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua. Senyawa terpen

memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol encer dan jika disimpan

dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi

merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang

lebih wangi. Fraksi terpen perlu dipisahkan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk

pembuatan parfum, sehingga didapatkan minyak atsiri yang bebas terpen

(Ketaren, 1985).

2.3.2. Sumber Minyak atsiri

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder dalam

tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain termasuk famili Pinaceae,

Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, rutaceae, Piperaceae, Zingiberaceae,

Umbelliferae dan Gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian tumbuhan

yaitu di daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar dan rhizoma (Ketaren, 1985).

2.3.3. Kegunaan Minyak atsiri

Kegunaan Minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai bidang

industri seperti ( Rochim, 2009) :

1. Di Farmasi dan kesehatan

Bidang kesehatan minyak atsiri digunakan sebagai aroma terapi. Aroma yang

muncul dari minyak atsiri dapat menimbulkan efek menenangkan yang pada akhirnya

dapat digunakan sebagai terapi psikis. Dengan memanfaatkan aroma terapi, psikis

dibuat lebih tenang dan rileks. Selain menenangkan, zat aktif dalam minyak atsiri juga

sangat membantu proses penyembuhan karena memiliki sifat anti radang, antifungi,

antiserangga, afrodisiak, anti-inflamasi, antiflogistik dan dekongestan.

(28)

2. Kosmetik

Dalam hal perawatan kecantikan, minyak atsiri juga digunakan sebagai

campuran bahan kosmetik. Kehadiran minyak atsiri dapat memberikan aroma khas

pada produk. Beberapa produk kosmetik yang membutuhkan peran atsiri untuk

memperkuat efeknya yaitu: parfum, sabun, pasta gigi, sampo, lotion, dan deodoran.

3. Makanan

Pada makanan, minyak atsiri ditambahkan sebagai penambah aroma dan

penambah rasa. Dalam pembuatan makanan olahan, tak jarang bahan yang digunakan

hanya sedikit menggunakan bahan utama. Oleh sebab itu, kehadiran minyak atsiri

dapat memperkuat aroma dan rasa sehingga produk makanan serasa memiliki cita rasa

yang tak kalah dengan produk aslinya.

2.4. Cara Memproduksi Minyak Atsiri

Minyak atsiri dapat diproduksi melalui beberapa metode, namun sebagian besar

minyak atsiri diperoleh melalui penyulingan, ekstraksi dengan pelarut menguap

(solvent extraction), ekstraksi dengan lemak dingin (enfleurasi), ekstraksi dengan

lemak panas (maserasi), dan pengepresan (pressing).

2.4.1. Penyulingan

Dalam tanaman minyak atsiri terdapat dalam kelenjar minyak atau pada

bulu-bulu kelenjar. Minyak atsiri hanya akan keluar setelah uap menerobos

jaringan-jaringan tanaman yang terdapat dalam permukaan. Biasanya proses difusi berlangsung

sangat lambat, maka untuk mempercepat proses difusi sebelum melakukan

penyulingan terlebih dahulu bahan tanaman harus diperkecil dengan cara

dipotong-potong atau digerus. Pemotongan atau penggerusan merupakan upaya mengurangi

(29)

atsiri dan air panas melalui membran bahan yang disuling, terjadinya hidrolisa

terhadap beberapa komponen minyak atsiri dan terjadinya dekomposisi yang

disebabkan oleh panas.

Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam penyulingan yaitu:

a. Penyulingan dengan air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak

langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam

secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Oleh

sebab itu sering disebut penyulingan langsung.

b. Penyulingan dengan Uap

Pada prinsipnya, penyulingan ini sama dengan penyulingan langsung hanya

saja air pengisi uap tidak diisikan secara bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap

yang digunakan berupa uap jenuh atau uap yang kelewat panas dengan tekanan lebih

dari 1 atmosfer.

c. Penyulingan dengan Air dan Uap

Bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau saringan

berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaanya tidak

jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan

basah, jenuh dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya

berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony, 2000).

Dalam tanaman minyak atsiri terdapat dalam kelenjar minyak dan akan keluar

setelah hidrodifusi dimana uap menerebos jaringan tanaman. Proses difusi

berlangsung sangat lambat sehingga untuk mempercepat sebelum penyulingan

dilakukan bahan harus diperkecil dengan dipotong atau digerus.

Penyimpanan bahan tanaman sebelum dipotong sering menyebabkan lepasnya

(30)

sering disebabkan oleh oksidasi dan resinifikasi. Minyak atsiri pada jaringan tanaman

sering hilang karena pemanasan setelah bahan dipanen. Bagian tanaman dengan

kandungan air yang tinggi dapat kehilangan kandungan minyak atsiri dalam jumlah

besar pada saat dikeringkan pada keadaan terbuka, tetapi memang ada sejumlah

tanaman yang kehilangan minyak atsiri yang sedikit. Pada hakekatnya penguapan

melalui dinding jaringan tanaman tidak langsung terjadi karena melepaskan minyak

atsiri ini pertama-tama minya atsiri harus dibawa ke permukaan tamnaman melalui

hidrodifusi.

Minyak atsiri yang dihasilkan dari bagian tanaman yang basah maupun yang

kering menunjukkan perbedaan yang cukup besar baik sifat fisika kimia maupun

komposisi kimia yang terkandung. Selama pelayuan dan pengeringan, membran sel

berangsur-angsur akan pecah dan cairan bebas melakukan penetrasi dari satu sel ke sel

yang lain hingga membentuk senyawa yang mudah menguap. Daun nilam yang

dipanen dalam keadaan segar hampir tidak berbau, namun bau akan timbul bila daun

dikeringkan (Lutony, 2000).

2.4.2. Ekstraksi dengan Pelarut Menguap

Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut

organik yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan

untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air.

Adapun pelarut menguap yang digunakan diantaranya heksana, alkohol dan aseton.

Pelarut menguap akan berpenetrasi ke dalam jaringan bahan baku dan melarutkan

minyak bahan lainnya.

2.4.3. Ekstraksi dengan Lemak Dingin

(31)

sampai beberapa hari atau minggu. Caranya dengan menaburkan bunga di hamparan

lapisan lilin dalam sebuah baki besar dan ditumpuk-tumpuk menjadi satu tumpukan

yang saling menutup rapat sehingga dihasilkan lilin yang berbau harum yang dikenal

sebagai pomade, selanjutnya pomade dikerok dan diekstraksi menggunakan etanol

seperti ekstraksi biasa.

2.4.4. Pengepresan

Metode pengepresan merupakan metode penarikan minyak atsiri dari kulit buah jeruk

yaitu dengan pemberian tekanan untuk mengepres kulit jeruk sehingga minyak yang

terkandung di dalamnya keluar, Cara ini sangat sederhana dan dalam hal tertentu

memberikan hasil yang memuaskan seperti aroma yang alami.

Isolasi dengan pengepresan mempunyai beberapa kesulitan karena dinding

yang didalamnya terdapat kantung minyak atsiri sebagian besar terdiri dari sesulosa

dan pektin berupa koloid sehingga dengan metode ini maka minyak bergabung dengan

koloid. Masalah ini adalah salah satu hambatan dalam memproduksi minyak bermutu

baik dengan menggunakan mesin tekan (Guenther, 1987).

2.5. Analisis Komponen Minyak Atsiri

Analisis dan karakterisasi komponen minyak atsiri merupakan masalah yang rumit

karena kebanyakan mengandung campuran senyawa dengan berbagai tipe, ditambah

dengan sifatnya yang mudah menguap pada suhu kamar. Kendala yang dihadapi pada

saat menganalisis komponen penyusun minyak atsiri adalah hilangnya sebagian

komponen selama proses preparatif dan berlangsungnya proses analisis sejak

ditemukannya kromatografi gas, kendala dalam analisis komponen minyak atsiri ini

mulai dapat diatasi, efek penguapan dapat dihindari bahkan dihilangkan sama sekali.

Perkembangan teknologi instrumentasi yang sangat pesat akhirnya dapat melahirkan

gabungan dari dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda dan saling melengkapi

yaitu gabungan dari kromatografi gas dan spektrometri massa (GC-MS).

(32)

Pada GC-MS, kedua alat dihubungkan dengan suatu interfase. Kromatografi gas

disini berfungsi sebagai alat pemisah berbagai komponen campuran dalam sampel,

sedangkan spektometer massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing molekul

komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas. Analisis dengan

GC-MS merupakan metode yang cepat dan akurat untuk memisahkan campuran yang

rumit (Agusta, 2000).

2.5.1. Kromatografi

Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen

campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua fase. Fasa gerak yang

membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan cuplikan secara selektif.

Kromatografi memiliki keuntungan yakni merupakan metode pemisahan yang cepat

dan mudah serta menggunakan peralatan yang murah dan sederhana sehingga

campuran yang kompleks dapat dipisahkan dengan mudah dan membutuhkan

campuran cuplikan yang sangat sedikit (Sastrohamidjojo, 1985).

Pemisahan secara kromatografi ditentukan oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh

cuplikan yang akan dianalisis yaitu ( Willet, 1987) :

- Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan).

- Kecenderungan molekul untuk melarut pada permukaan serbuk halus (adsorpsi).

- Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian)

2.5.2. Kromatografi Gas

Kromatografi gas adalah suatu proses dengan mana suatu campuran menjadi

komponen-komponennya oleh fase gas yang bergerak melewati suatu lapisan serapan

(33)

Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom

disebut waktu tambat, yang diukur mulai saat penyuntikan sampai terjadi elusi

( Gritter, 1991).

A. Gas Pembawa

Tangki gas bertekanan tinggi berlaku sebagai sumber gas pembawa. Pada

Kromatografi gas suhu tetap selama analisis. Suatu pengatur tekanan digunakan untuk

menjamin tekanan yang seragam pada pemasuk kolom sehingga diperoleh laju aliran

gas yang tetap. Gas yang biasa dipakai ialah hidrogen, helium, dan nitrogen. Gas

pembawa haruslah mempunyai sifat (McNair and Bonelli, 1988) :

1. Lembam untuk mencegah intaraksi dengan cuplikan atau pelarut (fase diam)

2. Dapat meminimumkan difusi gas

3. Mudah didapat

4. Murni

5. Cocok untuk detektor yang digunakan

A.Sistem Injeksi

Cuplikan dimasukkan ke dalam ruang suntik melalui gerbang suntik, biasanya

berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang suntik harus

dipanaskan sendiri, terpisah dari kolom, dan biasanya pada suhu 10-15oC lebih tinggi dari suhu maksimum. Jadi seluruh cuplikan diuapkan segera setelah disuntikkan dan

dibawa ke kolom (Gritter, 1999).

Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas

dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik

berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang berbentuk

cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan

sebelum masuk dalam kolom (Madbardo, 2010)

(34)

B.Kolom

Kolom bagi sebuah kromatografi gas sangat penting, dapat diibaratkan sebagai

jantung kromatografi gas karena pemisahan komponen-komponen sampel terjadi di

dalam kolom. (Mulja, 1995).

Kolom dapat dibuat dari tembaga, baja tahan karat, aluminium atau gelas.

Kolom dapat berbentuk lurus, melengkung ataupun gulungan spiral sehingga lebih

menghemat ruang. Ada dua macam kolom yaitu kolom kemas dan kolom kapiler.

Kolom kapiler banyak digunakan untuk menganalisis komponen minyak atsiri. Hal

ini disebabkan oleh kelebihan kolom tersebut yang memberikan hasil analisis dengan

daya pisah tinggi dan sekaligus memiliki sensitivitas yang tinggi ( Agusta, 2000).

C.Penyangga padat

Penyangga padat menyediakan permukaan lembam yang luas dan seragam

tempat penyebaran fase cair. Beberapa sifat penyangga yang diperlukan adalah:

1. Lembam (mencegah penjerapan)

2. daya tahan remuknya tinggi

3. permukaannya luas

4. Bentuknya teratur dan ukurannya seragam.

Dalam perdagangan ada dua jenis Chromosorb dasar yang digunakan yaitu

Chromosorb P (pink,merah jambu) dan Chromosorb W (white, putih)

(McNair and Bonelli, 1988).

D.Fase Diam

Fase diam disaputkan pada permukaan dalam medium, seperti tanah diatome

dalam kolom atau dilapiskan pada dinding kapiler. Berdasarkan sifatnya fase diam

dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu nonpolar, sedikit polar, semipolar dan

(35)

Berdasarkan sifat miyak atsiri yang nonpolar sampai sedikit polar, untuk

keperluan analisis sebaiknya digunakan kolom dengan fase diam yang bersifat sedikit

polar. Jika dalam analisis minyak atsiri digunakan kolom yang lebih polar, sejumlah

puncak yang dihasilkan menjadi lebar ( tidak tajam) dan sebagian puncak tersebut

juga membentuk ekor. Begitu juga dengan garis dasarnya tidak rata dan terlihat

bergelombang. Bahkan kemungkinan besar komponen yang bersifat nonpolar tidak

akan terdeteksi sama sekali ( Agusta, 2000).

E.Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan hasil analisis .

Umumnya yang sangat menentukan adalah pengaturan suhu injektor dan kolom.

Kondisi analisis minyak atsiri tertentu tidak selalu dapat memberikan hasil yang

memuaskan jika diterapkan pada minyak atsiri lainnya.

F. Detektor

Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah

dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada

suhu yang lebih tinggi. Detektor harus dapat dipercaya dan mudah digunakan. Fungsi

umumnya mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik

kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan

kromatogram.

Detektor yang umum digunakan:

a. Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)

b. Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)

c. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)

d. Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)

e. Detektor nyala alkali

f. Detektor spektroskopi massa

(36)

Detektor yang peka terhadap senyawa organik yang mengandung fosfor adalah

FID, ECD, dan FPD. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector

ECD). Pada penetapan ini, digunakan detektor penangkap elektron. Detektor ini

merupakan modifikasi dari FID yaitu pada bagian tabung ionisasi. Dasar dari ECD

ialah terjadinya absorbsi oleh senyawa yang mempunyai afinitas terhadap elektron

bebas (senyawa-senyawa elektronegatif). Dalam detektor gas terionisasi oleh partikel

yang dihasilkan dari 3H atau 63Ni. Detektor ini mengukur kehilangan sinyal ketika analit terelusi dari kolom kromatografi. Detektor ini peka terhadap senyawa halogen,

karbonil terkoyugasi, nitril, nitro, dan organo logam, namun tidak peka terhadap

hidrokarbon, ketone, dan alkohol.

Analisis kuantitatif didasarkan pada luas puncak atau tinggi puncak. Jumlah

puncak ang terdapat pada kromatogram menunjukkan jumlah komponen yang terdapat

dalam cuplikan sedangkan luas peak menunjukkan konsentrasi komponn. Penentuan

luas puncak dapat dilakukan dengan mengalikan tinggi puncak dengan lebarnya pada

setengah tinggi (Hendayana, 1994)

2.6. Penyimpanan Minyak Atsiri

Pada proses penyimpanan minyak atsiri dapat mengalami kerusakan oleh berbagai

proses, baik secara kimia maupun fisika. Biasanya kerusakan disebabkan oleh

reaksi-reaksi yang umum seperti oksidasi, resinifikasi, polimerisasi, hidrolisis ester dan

interaksi gugus fungsional. Proses tersebut diaktivasi oleh panas serta adanya oksigen,

kelembaban, serta dikatalisis oleh cahaya dan beberapa kasus kemungkinan dikatalisis

oleh logam.

Sebelum penyimpanan minyak atsiri harus dibebaskan dari air, karena air

merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kerusakan minyak

atsiri. Penghilangan air dapat dilakukan dengan menambahkan natrium sulfat

(37)

dilakukan memakai botol atau gelas berwarna gelap, sedangkan dalam jumlah yang

besar disimpan dalam drum yang dilapisi dengan timah atau bahan yang tidak bereaksi

dengan minyak atsiri. Penyemprotan gas karbondioksida atau nitrogen ke dalam drum

sebelum ditutup akan menghilangkan gas oksigen dari permukaan minyak, sehingga

minyak terlindungi dari kerusakan akibat oksidasi (Guenther, 1987).

2.7. Uji Kualitas Minyak Atsiri

Untuk mengetahui karakteristik minyak atsiri yang dihasilkan terdapat beberapa uji

yang dilakukan, uji inilah yang menentukan tingkat kelayakan minyak disebut murni

atau sebaliknya. Uji yang dilakukan seperti:

1. Berat Jenis

Nilai berat jenis (densitas) minyak atsiri merupakan perbandingan antara berat

minyak dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak. Berat

jenis sering dihubungkan dengan berat komponen yang terkandung didalamnya.

Semakin besar fraksi berat yang terkandung didalam minyak, semakin besar pula nilai

densitasnya. Biasanya, berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar

dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi (Rochim, 2009).

2. Indeks bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam zat

tersebut pada suatu suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan

komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan

berat jenis dimana semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen

atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling maka kerapatan medium minyak atsiri

akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal

ini menyebabkan indeks bias mnyak lebih besar. Menurut Guenther nilai indeks bias

juga dipengaruhi oleh air dimana semakin banyak kandungan airnya, semakin kecil

(38)

datang. Jadi, minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang lebih besar lebih bagus

dibandingkan dengan nilai indeks bias yang kecil (Rochim, 2009).

3. Putaran Optik

Sifat optik minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat polarimeter.

Nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri memiliki sifat

memutar bidang polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary)

jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan. Pengukuran parameter ini sangat

menentukan kemurnian suatu minyak (Rochim, 2009).

.

4. Bilangan Asam

Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Bilangan

asam yang semakin besar dapat mempengaruhi kualitas, diantaranya mengubah bau

khas minyak atsiri. Adanya sebagian komposisi minyak atsiri yang kontak dengan

udara atau berada pada kondisi lembab mengakibatkan munculnya reaksi oksidasi

dengan udara (oksigen) yang dikatalisasi oleh cahaya. Akibatnya terbentuklah asam.

Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri terutama golongan aldehid, dapat

membentuk golongan aldehid, dapat membentuk gugus asam karboksilat sehingga

menambah nilai bilangan asam minyak atsiri. Selain kontak langsung dengan udara,

proses oksidasi juga dapat disebabkan oleh tekanan dan temperatur yang tinggi pada

proses menghasilkan minyak (Rochim, 2009).

5. Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang

diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak (Ketaren, 1986).

Bilangan Penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak

atau lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C kasar.

(39)

6. Kelarutan dalam Alkohol

Telah diketahui bahwa alkohol mempunyai gugus OH-. Karena alkohol dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan

tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Guenther yang menyatakan bahwa kelarutan minyak dalam alkohol

ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Pada umumnya

minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut

dibandingkan minyak atsiri yang mengandung terpen, semakin rendah pula daya

larutnya atau semakin sukar larut. Hal tersebut disebabkan senyawa terpen

takteroksigenasi merupakan senyawa non polar yang tidak mempunyai gugus

fungsional. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak

atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin

bagus (Rochim, 2009).

(40)

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan

- Limbah buah jeruk manis

- Natrium Sulfat anhidrat p.a.(E.Merck)

- Indikator Fenolftalein p.a.(E.Merck)

- KOH p.a.(E.Merck)

- H2C2O4.2H2O p.a.(E.Merck)

- Etanol p.a.(E.Merck)

- Akuades

3.2. Alat-alat

- Labu alas Pyrex

- Alat sthal

- Hot plate

- Refraktometer Abbe

- Piknometer 5 ml

- Neraca Analitis Metler P.M.400

- Statif dan klem

- Gelas ukur Pyrex

- Buret 25 ml Pyrex

- Erlenmeyer 250 ml Pyrex

- Pipet tetes

(41)

- Erlenmeyer Pyrex

- Botol Vial

- Botol aquadest

- Termometer Fisher 200oC

- Seperangkat alat GC-MS Shimadzu QP 2010S

 Kolom : Rastek Rxi-5 MS  Panjang : 30 meter

 ID : 0,25 mm

 Gas Pembawa : Helium  Pengion : EI

3.3.Prosedur Penelitian

3.3.1. Pembuatan Pereaksi

a. Larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N

Sebanyak 3,159 gram Kristal H2C2O4.2H2O ditimbang secara kuantitatif, dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya.

Kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis tanda pada labu takar.

b. Larutan KOH 0,1N

Sebanyak 2,800 gram Kristal KOH ditimbang secara kuantitatif, dimasukkan

ke dalam labu takar 500 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya. Kemudian

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda pada labu takar.

Pembakuan Larutan KOH

- Dipipet dengan tepat 5 mL larutan KOH ke dalam Erlenmeyer 100 mL

- Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan

larutan baku primer H2C2O4.2H2O 0,1 N sampai larutan tidak berwarna. - Dicatat volume larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N yang digunakan.

- Diulangi perlakuan yang sama sebanyak 3 kali.

(42)

Perhitungan Normalitas KOH sesungguhnya :

Volume H2C2O4. 2H2O I = 4,95 mL Volume H2C2O4. 2H2O II = 4,95 mL Volume H2C2O4. 2H2O III = 4,90 mL Volume rata-rata H2C2O4. 2H2O = 

     + + 3 3 2

1 V V

V

= 4,9333 mL

N KOH = 

     KOH Volume 2 2 . 4 2 2 2 2 . 2

2C O H O x NormalitasH C O H O

H rata rata Volume =       mL N x 5 1000 , 0 9333 , 4

= 0,0986 N

c. Larutan Fenolftalein 1%

Sebanyak 1,000 gram Fenolftalein ditimbang secara kuantitatif, dimasukkan

ke dalam labu takar 100 mL. Dilarutkan dengan 60,00 mL alkohol. Kemudian

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda pada labu takar.

d. Pembuatan Alkohol Netral

Sebanyak 200 mL alkohol 96% ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein dan

ditetesi dengan larutan KOH 0,1N hingga menjadi merah muda.

3.3.2. Perlakuan Terhadap Sampel

3.3.2.1. Destilasi minyak kulit jeruk

- Sampel limbah buah jeruk manis dibersihkan, dikupas dan dibuang albedonya.

- Dirajang sampai ukuran ± 0,5 cm

(43)

- Ditimbang kulit jeruk manis sebanyak 300 gram dan dimasukkan ke dalam

labu alas

- Dirangkai peralatan destilasi sthall sedemikian rupa

- Proses destilasi dilakukan dengan variasi waktu penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6

hari, dilakukan selama 6 jam dengan suhu yang telah diatur sekitar 110oC. - Ditampung minyak atsiri yang diperoleh .

- Lapisan atas yang berupa minyak atsiri ditambahkan dengan Na2SO4 anhidrat - Didekantasi

- Ditimbang minyak atsiri yang diperoleh

- Minyak atsiri hasil destilasi hari 1, 2 dan 3 dicampur, dan disebut penyimpanan

pendek selanjutnya minyak hasil destilasi hari 4, 5 dan 6 dicampur dan disebut

lama penyimpanan panjang

- Diuji kualitas minyak atsiri yang dihasilkan

- Dianalisa kandungan utama minyak atsiri dengan GC-MS.

3.3.2.2.Penentuan kualitas minyak atsiri Kulit Jeruk

1. Penentuan Indeks Bias

- Disiapkan peralatan refraktometer

- Diteteskan 3 tetes minyak atsiri kulit jeruk pada prisma refraktometer,

kemudian dibiarkan selama 1-2 menit.

- Dibaca skalanya

- Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak 3 kali

2. Penentuan Bobot Jenis

A. Penentuan Bobot Jenis air

- Dibersihkan dan dikeringkan piknometer

- Ditimbang piknometer kosong

- Piknometer diisi dengan aquadest sampai tidak terbentuk gelembung udara

- Direndam dan dibiarkan pada suhu konstan selama 30 menit

- Piknometer diangkat dan dikeringkan dengan tisue

- Piknometer dan isinya ditimbang

(44)

B. Penentuan Bobot Jenis Minyak Atsiri Kulit Jeruk

- Dibersihkan dan dikeringkan piknometer

- Ditimbang piknometer kosong

- Piknometer diisi dengan Minyak kulit jeruk sampai tidak terbentuk gelembung

udara

- Direndam dan dibiarkan pada suhu konstan selama 30 menit

- Piknometer diangkat dan dikeringkan dengan tisue

- Piknometer dan isinya ditimbang

3. Penentuan Bilangan Asam

- Ditimbang sebanyak 2 gram minyak Atsiri Kulit Jeruk

- Ditambahkan 10 ml etanol netral 96%, etanol dipanaskan kemudian ke

dalamnya ditambahkan indikator fenolftalein dan netralkan dengan Larutan

KOH 0,0986 N

- Dipanaskan sampai mendidih kemudian didinginkan

- Dititrasi dengan larutan KOH 0,0986 N dengan menggunakan indikator

Fenolftalein

- Dicatat volume KOH 0,0986 N yang digunakan untuk titrasi

- Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak 3 kali

3.3.5.Penentuan Rendemen Minyak

- Minyak atsiri kulit jeruk manis yang diperoleh ditimbang dengan neraca

analitis

- Ditentukan rendemen miyak yang merupakan perbandingan berat minyak

(45)

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Destilasi minyak Kulit Jeruk

Limbah Kulit jeruk manis

Dirajang sampai ukuran ± 0,5 cm Ditimbang sebanyak 300 gram Disimpan selama 1 hari

Dimasukkan ke dalam labu destilasi Didestilasi selama 6 jam

Dimasukkan ke dalam botol vial Didiamkan dan dipisahkan

Lapisan atas

Minyak kulit jeruk Lapisan bawahAir

Ditambahkan Na2SO4 anhidrat Didekantasi

Ditimbang minyak atsiri yang diperoleh Minyak kulit jeruk dan air

Hasil

Dibersihkan,dikupas dan dibuang albedonya

(46)

3.4.2. Analisa Minyak

A. Penyimpanan Pendek

Minyak destilat hari 1 Minyak destilat hari 2 Minyak destilat hari 3

Diuji kualitas minyak atsiri yang dihasilkan Digabungkan menjadi satu dan disebut dengan

minyak Penyimpanan Pendek

Dianalisis dengan GC-MS

Indeks bias Berat jenis Bilangan Asam Kelarutan dalam

alkohol

B.Penyimpanan Panjang

Minyak destilat hari 4 Minyak destilat hari 5 Minyak destilat hari 6

Diuji kualitas minyak atsiri yang dihasilkan Digabungkan menjadi satu dan disebut dengan

minyak Penyimpanan Panjang Dianalisis dengan GC-MS

(47)

3.4.3. Pengujian Kualitas Minyak Atsiri

1. Penentuan Indeks bias minyak atsiri kulit jeruk

2. Penentuan Bobot jenis

A. Penentuan Bobot Jenis Air

B. Penentuan Bobot jenis Minyak

Diteteskan minyak atsiri kulit jeruk pada prisma refaktometer Minyak kulit jeruk

Dibiarkan 1-2 menit Dibaca skalanya Hasil

Dibersihkan dan dikeringkan Ditimbang

Direndam dan dibiarkan pada suhu konstan selama 30 menit Diangkat dan dikeringkan dengan tissue

Ditimbang

Hasil Piknometer kosong

Diisi dengan aquadest sampai tidak terbentuk gelembung udara

Dibersihkan dan dikeringkan Ditimbang

Direndam dan dibiarkan pada suhu konstan selama 30 menit Diangkat dan dikeringkan dengan tissue

Ditimbang

Hasil Piknometer kosong

Diisi dengan minyak atsiri kulit jeruk sampai tidak terbentuk gelembung udara

(48)

3. Penentuan Bilangan Asam

3.4.4. Penentuan Rendemen Minyak

Ditimbang Minyak kulit jeruk

Ditentukan rendemen minyak yang merupakan perbandingan berat minyak dengan berat sampel

Hasil

Ditimbang sebanyak 2 gram

Ditambahkan sebanyak 10 ml etanol netral 95%

Didinginkan

Ditambahkan indikator PP

Dititrasi dengan larutan KOH 0,0986 N sampai terjadi perubahan warna sampai merah rose

Hasil Minyak kulit jeruk

(49)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penentuan Rendemen dan Kadar Air

Rendemen merupakan perbandingan antara hasil minyak atsiri yang diperoleh (out

put) dengan bahan baku yang diolah (in put) dan dinyatakan dalam persen. Kulit jeruk

manis disuling dengan menggunakan alat destilasi stahl selama 6 jam pada suhu

110oC, suhu ini dibuat karena pelarut yang digunakan adalah akuades jadi setelah akuades mendidih ini yang nanti akan mendorong minyak atsiri keluar dari kulit

sehingga terjadi hidrodifusi, selain itu jika suhu yang digunakan terlalu tinggi akan

menyebabkan terjadinya degradasi minyak atsiri. Bahan baku yang digunakan

dilakukan penyimpanan selama 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 hari. Dari hasil destilasi diperoleh

minyak atsiri yang berwarna bening. Hasil penentuan rendemen dan kadar air kulit

[image:49.595.115.517.454.651.2]

jeruk manis disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1. Rendemen dan Kadar Air Kulit Jeruk Manis

Waktu Penyimpanan (Hari) Rendemen (%) Kadar Air (%)

1

2

3

0,93

1,04

1,39

81,18

79,17

72,65

Rerata Penyimpanan Pendek 1,12 77,66

4

5

6

1,54

1,58

2,30

53,77

19,73

13,05

Rerata penyimpanan Panjang 1,80 28,85

Dari tabel 4,1 dapat dilihat bahwa rata-rata rendemen minyak pada waktu

penyimpanan panjang lebih tinggi daripada rata-rata rendemen minyak pada

penyimpanan pendek. Sebenarnya sewaktu dilakukan perajangan dan penyimpanan

minyak atsiri sudah banyak yang menguap, hal ini disebabkan kelenjar minyak pada

(50)

tinggi dalam kulit jeruk manis pada penyimpanan pendek menyebabkan jumlah bahan

baku yang lebih sedikit pada berat yang sama jika dibandingkan dengan kulit jeruk

yang mengalami waktu penyimpanan yang lebih panjang. Pada saat penyimpanan

terjadi penguapan air yang menyebabkan menurunnya berat kulit jeruk pada jumlah

yang sama. Selain itu dibutuhkan energi yang lebih banyak juga untuk mendestilasi

bahan baku dengan penyimpanan pendek karena masih mengandung kadar air tinggi.

4.2.Pengujian Kualitas Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis

4.2.1. Berat Jenis

Berat Jenis dapat didefenisikan perbandingan relative antara massa jenis

sesuatu zat dengan massa jenis air murni. Hasil penentuan rata-rata berat jenis minyak

[image:50.595.108.517.438.566.2]

atsiri kulit Jeruk manis disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4. 2. Berat Jenis Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis

Ulangan

Waktu Penyimpanan

1-3 Hari 4-6 Hari

1

2

3

0,8390

0,8409

0,8374

0,8238

0,8260

0,8257

Rerata 0,8391 0,8251

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa Berat jenis minyak atsiri kulit jeruk manis

dengan waktu penyimpanan panjang lebih tinggi dibandingkan dengan waktu

penyimpanan pendek. Perbedaan berat jenis yang diperoleh disebabkan komponen

kimia yang terkandung dalam minyak, dimana umumnya minyak atsiri yang

mengandung molekul berantai panjang dan banyak ikatan rangkap menyebabkan

(51)

4.2.2. Indeks Bias

Indeks bias dari suatu zat merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam

zat tersebut pada suhu tertentu. Alat yang digunakan adalah refraktometer Abbe. Hasil

penentuan rata-rata nilai indeks bias minyak kulit Jeruk Manis disajikan dalam tabel

[image:51.595.112.532.228.358.2]

4.3

Tabel 4. 3. Indeks Bias Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis

Ulangan

Waktu Penyimpanan

1-3 Hari 4-6 Hari

1

2

3

1,462

1,463

1,462

1,383

1,384

1,386

Rerata 1,4623 1,3843

Dari tabel 4.3 dapat dilihat nilai indeks bias pada penyimpanan pendek lebih

tinggi daripada nilai indeks bias dibandingkan dengan waktu penyimpanan panjang.

Ketaren (1986) menyatakan semakin tinggi panjang rantai karbon, kerapatan akan

semakin tinggi dan semakin banyak ikatan rangkap akan mempengaruhi indeks bias.

Pembiasan terjadi karena cahaya yang melewati media yang kurang rapat ke media

yang lebih rapat sehingga sinar akan membias. Pembiasan ini disebabkan adanya

interaksi antara gaya elektromagnetik, dan gaya elektromagnetik dari atom-atom di

dalam molekul cairan. Pengujian indeks bias ini dapat digunakan untuk menentukan

kemurnian minyak.

4.2.3. Bilangan Asam

Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Menurut Rochim

(2009) Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi kualitas, diantaranya

mengubah bau khas minyak atsiri. Hasil penentuan bilangan asam ditunjukkan pada

tabel berikut ini :

(52)
[image:52.595.106.519.101.242.2]

Tabel 4. 4. Bilangan Asam Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis

Ulangan

Waktu Penyimpanan

1-3 Hari 4-6 Hari

1 2 3 0,2765 0,2765 0,1382 0,8297 1,1062 1,1062

Rerata 0,2304 1,0140

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada penyimpanan panjang kulit jeruk

menghasilkan bilangan asam yang lebih tinggi, hal ini mungkin disebabkan karena

minyak atsiri yang kontak dengan udara atau berada pada kondisi lembab

mengakibatkan munculnya reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) yang dikatalisasi

oleh cahaya. Akibatnya terbentuklah asam. Oksidasi komponen-komponen minyak

atsiri terutama golongan aldehid, dapat membentuk golongan aldehid, dapat

membentuk gugus asam karboksilat sehingga menambah nilai bilangan asam minyak

atsiri. Hasil ini juga didukung oleh kromatogram dimana pada penyimpanan panjang

muncul empat peak yang menunjukkan terbentuknya senyawa asam.

4.2.4. Kelarutan dalam Alkohol 96%

Gunther (1987) menyatakan minyak atsiri pada umumnya larut dalam alkohol

dan jarang larut dalam air, maka kelarutannya dapat mudah diketahui dengan

menggunakan alkohol pada berbagai tingkat konsentrasi.

Hasil Penentuan rata-rata kelarutan minyak kulit jeruk manis dalam alkohol

[image:52.595.105.543.629.761.2]

disajikan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Kelarutan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis dalam alkohol 96%

Ulangan

Waktu Penyimpanan

1-3 Hari 4-6 Hari

1

2

3

1:1 s/d 1:10 Jernih

1:1 s/d 1:10 Jernih

1:1 s/d 1:10 Jernih

1:1 s/d 1:10 Jernih

1:1 s/d 1:10 Jernih

(53)

Kelarutan dalam alkohol dapat dihitung sebagai banyaknya alkohol yang

ditambahkan pada minyak atsiri kulit Jeruk Manis sehingga terlarut secara sempurna

yang ditandai larutan tercampur merata tidak bergumpal dan bila semakin

ditambahkan alkohol larutan semakin terlihat jernih.

Minyak atsiri kulit jeruk manis larut dengan perbandingan 1:1 yaitu 1 ml

minyak atsiri kulit jeruk manis diperlukan 1 ml alkohol pada perbandingan 1:10 yaitu

1 ml minyak dan 10 ml alkohol larutan semakin jernih. Semakin mudah minyak atsiri

larut dalam alkohol maka semakin mempermudah minyak untuk diencerkan.

Biasanya minyak yang kaya dengan komponen teroksigenasi lebih mudah larut dalam

alkohol dari pada senyawa yang kaya akan terpen. Kelarutan minyak juga dapat

berubah karena pengaruh kondisi penyimpanan yang kurang baik. Faktor-faktor

seperti cahaya, udara dan adanya air biasanya menimbulkan pengaruh yang tidak baik.

4.3. Hasil Analisa Komponen Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis dengan GC-MS

[image:53.595.108.518.458.675.2]

A. Penyimpanan Pendek

Gambar 4.1. Kromatogram komponen senyawa atsiri dalam kulit Jeruk manis

penyimpanan pendek.

(54)

Interpretasi pada spektrum massa GC-MS disesuaikan dengan

komponen-komponen senyawa yang ada pada library Wiley 299. Komponen senyawa yang

terkandung pada minyak atsiri penyimpanan pendek seperti yang terdapat dalam tabel

[image:54.595.108.524.208.420.2]

4.6.

Tabel 4.6. Komponen senyawa Atsiri pada kulit jeruk penyimpanan pendek

Peak Waktu

Retensi

Kandungan(%) Rumus molekul Senyawa Kimia yang

mungkin 1 2 3 4 5 6 7 8 6.186 7.329 7.683 8.943 10.294 11.840 12.106 15.371 0.88 8.27 2.01 83.69 3.20 0.36 0.41 1.18

C10H16 C10H16 C10H16 C10H16 C10H18O C10H18O C13H22O2 C15H24

Alpha Pinene Beta Pinene Beta Mirsene D-Limonene Linalool Terpineol-4 Alpha Terpineol Beta-Elemene

[image:54.595.109.521.474.691.2]

B. Penyimpanan Panjang

(55)

Interpretasi pada spektrum massa GC-MS disesuaikan dengan

komponen-komponen senyawa yang ada pada library Wiley 299. Komponen senyawa-senyawa

yang terkandung pada minyak atsiri penyimpanan pendek seperti yang terdapat dalam

[image:55.595.107.530.205.499.2]

tabel 4.6.

Tabel 4.6. Komponen senyawa Atsiri pada kulit jeruk penyimpanan panjang

Peak Waktu

Retensi

Kandungan

(%)

Rumus

molekul

Senyawa Kimia yang mungkin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 6.175 7.329 7.672 8.972 10.282 11.836 12.111 15.368 19.592 21.808 23.601 23.828 0.99 8.97 2.18 78.74 1.98 0.66 0.89 1.04 0.52 1.96 1.53 0.54

C10H16 C10H16 C10H16 C10H16 C10H18O C10H18O C13H22O2 C15H24 C15H30O2 C17H34O2 C19H36O2 C19H38O2

Alpha Pinene Beta Pinene Beta Mirsene D-Limonene Linalool Terpineol-4 Alpha Terpineol Beta-Elemene

Asam Tetradekanoat (Metil miristat)

Asam Heksadekanoat (Metil palmitat)

Asam Oktadekanoat (Metil elaidate)

Asam Oktadekanoat (Metil Stearat)

Dari kromatogram data GC-MS yang diperoleh dapat dilihat adanya perbedaan

jumlah komponen penyusun minyak atsiri, dimana pada kromatogram minyak atsiri

penyimpanan pendek ada 8 senyawa sedangkan pada minyak dengan penyimpanan

panjang diperoleh 12 senyawa, hal ini mungkin terjadi karena pada kulit dengan

penyimpanan pendek senyawa asam ini masih terdapat dalam bentuk trigliserida,

tetapi karena analisa dilakukan dengan GC-MS maka senyawa trigliserida ini tidak

terdeteksi oleh alat sehingga tidak muncul pada kromatogram, sedangkan setelah

proses penyimpanan kulit jeruk kemungkinan terjadi reaksi enzimatis, esterifikasi

ataupun reaksi hidrolisis yang memecah senyawa trigliserida menjadi senyawa yang

lebih sederhana yaitu senyawa asam.

(56)

4.4. Analisis Spektrum Massa Kandungan Utama Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis

1. Puncak dengan RT 8.942 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C10H16. Data spektrum menunjukkan ion molekul 136. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library, yang lebih mendekati adalah

[image:56.595.110.522.221.440.2]

senyawa D-Limonene.

Gambar 4.3. Spektrum massa minyak atsiri kulit jeruk manis dengan RT 8,942

+

.

H3C CH3

C CH2

-CH3

CH3

C CH2

+

-C2H4

CH3

-C5H8

+

+

(C10H16)+ (C9H13)+

(C7H9)+

-CH3

+

m/z 136

-CH2

+

m/z 93

(C5H8)+

(C4H5)+ (C3H3)+

m/z 68 m/z 55 m/z 39

[image:56.595.116.495.484.715.2]
(57)

2. Puncak dengan RT 7.325 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C10H16. Data spektrum menunjukkan ion moleul 136. Dengan membandingkan data spektrum

yang diperoleh dengan data spectrum library, yang lebih mendekati adalah Beta

[image:57.595.107.522.161.395.2]

Pinene.

[image:57.595.110.508.457.699.2]

Gambar. Spetrum massa minyak atsiri kulit jeruk manis dengan RT 7,

Gambar 4.5. Spektrum massa minyak atsiri kulit jeruk manis dengan RT 7,325

Gambar 4.6. Pola fragmentasi senyawa Beta Pinene CH2

+

H3C H3C

. CH2

-CH3

+

H3C

. CH2

-CH2

+.

CH2

-CH2=C-CH2

+.

CH CH

(C10H16)+ m/z 136

(C9H13)+ m/z 121

(C8H11)+ m/z 107

(C5H7)+ m/z 67

(C3H5)+ m/z 41 -C3H4

(C7H9)+ m/z 93

(C4H5)+ m/z 53 -C3H7

+.

+

.

+.

(58)

3. Puncak dengan RT 7,683 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C10H16. Data spektrum menunjukkan ion molekul 136. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library, yang lebih mendekati adalah

[image:58.595.110.522.161.637.2]

Beta-Myrcena.

Gambar 4.7. Spektrum massa minyak atsiri kulit jeruk manis dengan RT 7,683

Gambar 4.8. Pola fragmentasi senyawa Myrcene (C5H9)+

m/z 69 -C5H7

+.

(C10H16)+ m/z 136

-C2H4

(C3H5)+ m/z 41

+ +

-C3H7

(C7H9)+ m/z 93

-C3H4

(C4H5)+ m/z53

(59)

4. Puncak dengan RT 10,292 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C10H16. Data spektrum menunjukkan ion molekul 136. Dengan membandingkan data spektrum yang

Gambar

Gambar 2.1. Tanaman Jeruk Manis
Tabel  4.1. Rendemen dan Kadar Air Kulit Jeruk Manis
Tabel  4. 2. Berat Jenis Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis
Tabel 4. 3. Indeks Bias  Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang serius jangka panjang (Roger, et al. 2011), sedangkan di Inggris stroke merupakan penyebab terbanyak

Dan dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang dirawat di rumah sakit yang meliputi (Supartini, 2009). 1) Kecemasan, ini

Jadi, tuturan BH (3) sesuai dengan maksim kedermawanan, yakni, meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri dan memaksimalkan kerugian bagi diri... BH lebih

12) Penyelesaian perselisihan; dan 13) Pengakhiran kerjasama. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama, apabila membebani daerah dan masyarakat sebelum ditandatangani para pihak

Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen leverage (LEV), profitabilitas (PROF), umur perusahaan (AGE), komisaris independen (IND), dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi jumlah mikrospora pada berbagai tahapan dan konsentrasi hormon 2,4 D yang digunakan jumlah mikrospora uninukleat 73±3

Karena daya serap rata-rata kelas dengan pembelajaran fisika melalui pendekatan open-ended dalam kategori efektif dan memiliki nilai persentase lebih besar daripada daya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) volume penjualan jasa Hotel yang harus diperoleh agar memperoleh target laba yang diinginkan pada tahun 2013, (2)