• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOAKTIVITAS MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes sp.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIOAKTIVITAS MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes sp.)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

44

BIOAKTIVITAS MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)

TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes sp.)

Wibaldus1*, Afghani Jayuska1, Puji Ardiningsih1

1

Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,

*email: wibaldusbadut@gmail.com

ABSTRAK

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan tanaman dari famili Rutaceae yang memiliki potensi penghasil minyak atsiri, salah satunya pada bagian kulit buahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen utama minyak atsiri dalam kulit buah jeruk nipis dan bioaktivitasnya terhadap rayap tanah (Coptotermes sp.). Minyak atsiri dari kulit buah jeruk nipis diekstraksi menggunakan metode destilasi uap air pada suhu 98 selama 4 jam. Rendemen minyak atsiri

yang diperoleh sebesar 0,23% (b/b). Hasil identifikasi GC-MS menunjukkan bahwa minyak atsiri jeruk nipis mengandung 5 senyawa mayor yaitu limonen (26,04%), -citral (10,40%), -pinen

(18,84%), Citral (13,09%), dan -phellandren (6,29%). Hasil uji bioaktivitas minyak atsiri jeruk

nipis terhadap rayap menunjukkan bahwa, pada konsentrasi 5% didapat kematian rayap sebesar 54,67%, sedangkan pada konsentrasi 25% kematian rayap sebesar 96,67% pada hari ke-7. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri yang diberikan terhadap rayap maka semakin besar mortalitas rayap seiring dengan penurunan persentase berat kertas uji. Minyak atsiri dari kulit buah jeruk nipis menunjukkan aktivitas antirayap terhadap rayap Coptotermes sp. dengan nilai LC50 5,142%. Hal ini menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit buah jeruk nipis bersifat toksik

terhadap Coptotermes sp. sehingga dapat dimanfaatkan sebagai termitisida.

Kata kunci: Citrus aurantifolia, minyak atsiri, bioaktivitas antirayap, Coptotermes sp.

PENDAHULUAN

Rayap merupakan salah satu jenis serangga yang berperan penting dalam kelangsungan siklus beberapa unsur penting seperti karbon dan nitrogen dalam keseimbangan ekosistem. Makanan utama rayap yaitu kayu atau bahan-bahan lain yang mengandung selulosa sehingga oleh masyarakat rayap dianggap sebagai ancaman terhadap kerusakan bangunan dan juga dianggap sebagai hama tanaman. Beberapa dari jenis rayap yang ada di Indonesia salah satunya Coptotermes sp., secara ekonomi sangat merugikan karena rayap ini merupakan hama bagi tanaman karet dan kelapa sawit yang merupakan produk unggulan provinsi Kalimantan Barat. Tiap tahun kerugian yang diakibat oleh serangan rayap di Indonesia tercatat sekitar Rp. 224-238 miliar (Wiji dan Yusuf, 2004) dalam (Zulyusri et al., 2013). Dengan demikian pengendalian rayap sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Dewasa ini pengendalian rayap di bidang perkebunan dilakukan secara kimiawi yaitu menggunakan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Penggunaan pestisida ini memiliki banyak keuntungan, seperti efektif dan cepat menurunkan populasi hama tanaman, serta mudah dalam penggunannya dan relatif murah biayanya. Akan tetapi, jika penggunaannya tidak dilakukan secara bijaksana, maka akan berdampak negatif baik terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan. Oleh sebab itu, maka sangat diperlukan suatu biotermisida yang ramah lingkungan seperti minyak atsiri. Minyak atsiri atau yang dikenal dengan volatile oils merupakan minyak yang diperoleh dari tumbuhan. Menurut Hartati (2012) kandungan kimia dari berbagai minyak atsiri memiliki aktivitas biologi yaitu sebagai sebagai antiserangga sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengendali rayap. Minyak atsiri efektif terhadap organisme sasaran, bersifat aman dan tidak toksik terhadap organisme bukan sasaran serta lingkungan dan kesehatan manusia. Beberapa famili tumbuhan yang berpotensi

(2)

45 sebagai penghasil minyak atsiri yaitu Lauraceae, Myrtaceae, Rutaceae, Myristicaceae, Astereaceae, Apocynaceae, Umbeliferae, Pinaceae, Rosaceae, dan Labiateae (Istianto, 2009).

Jeruk nipis (C. aurantifolia) merupakan salah satu tumbuhan yang berasal dari keluarga Rutaceae yang tumbuh pada daerah sub tropis dan tropis. tanaman ini banyak ditemukan di Cina, India, Malaysia dan kepulauan Pasifik. Jeruk nipis banyak dimanfaatkan untuk obat dan kosmetik. Sedangkan di kalangan masyarakat kita jeruk nipis hanya dimanfaatkan buahnya sebagai bumbu masakan dan bahan minuman.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu menurut Astarini et al., (2010) minyak atsiri yang terdapat pada kulit buah jeruk nipis dalam sediaan lotion dapat dimanfaatkan untuk antibakteri dan insektisida. Beberapa penelitian mengenai genus yang sama yaitu pada penelitian Lestari el al.,(2014) mengatakan bahwa minyak atsiri dari kulit buah jeruk pontianak (C. nobilis Lour) memiliki bioaktivitas terhadap rayap C. curvignathus sp. yang efektif sebagai biotermitisida adalah pada konsentrasi 10%, dengan mortalitas 100% dengan nilai LC50 6,141%. Selain itu pada penelitian Noverita et al. (2014) mengatakan bahwa bahwa minyak atsiri dari kulit buah jeruk purut memiliki aktivitas antirayap paling tinggi pada konsentrasi 20 dan 25% dengan tingkat mortalitas masing-masing sebesar 100% dan persen kehilangan berat kertas uji sebesar 0,2 dan 0,1%. Beberapa penelitian diatas mengindikasi bahwa minyak atsiri dari genus ini memiliki sifat sebagai anti rayap. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian terkait dengan bioaktivitas anti rayap dari minyak atsiri kulit buah C.aurantifolia

terhadap rayap tanah (Coptotermes sp). Minyak atsiri dari kulit buah jeruk nipis yang diperoleh diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai biotermitisida sehingga dapat diaplikasikan oleh masyarakat.

METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan yaitu botol vial, corong kaca, corong pisah, erlenmeyer, gelas plastik, gunting, pinset, piknometer, pipet ukur, labu ukur, seperangkat alat destilasi uap (kondensor, selang, ketel,

pompa air, corong pisah dan ember), desikator, seperangkat alat GC-MS, neraca analitik, oven, autoklaf, thermometer dan seperangkat alat uji antirayap.

Bahan-bahan yang digunakan yaitu adalah kertas Whattman No.41, natrium sulfat anhidrat, akuades, pelarut dietil eter, pasir steril, insektisida bermerek Regent yang mengandung fipronil, kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dari daerah kecamatan Rasau Jaya Kab. Kubu Raya dan rayap tanah (Coptotermes sp).

Prosedur Penelitian Isolasi Minyak Atsiri

Sebanyak 2,66 kg kulit buah jeruk nipis segar yang telah dipotong-potong. Kemudian didestilasi selama 4 jam pada suhu 98 . Cairan yang keluar dari kondesor didiamkan selama 24 jam untuk memisahkan minyak dan air. Setelah itu, lapisan air dibuang dan lapisan minyak atsiri diambil lalu ditambahkan dengan Na2SO4 anhidrat untuk menyerap akuades yang masih terdapat dalam minyak atsiri. Persen rendemen dan massa jenis minyak ditentukan serta minyak atsiri dianalisis menggunakan metode GC-MS.

Uji Bioaktivitas Minyak Atsiri Terhadap Rayap Tanah

Uji bioaktivitas minyak atsiri Citrus

aurantifolia terhadap rayap tanah

Coptotermes sp mengacu pada penelitian

Ohmura et al (1997) dalam Indrayani et al (2012) yaitu menggunakan metode

anti-feedant bio-assay test yang telah dimodifikasi. Sebelum penelitian dimulai rayap tanah Coptotermes sp sebagai organisme uji dikumpulkan dari kayu-kayu yang terserang rayap, kemudian dipelihara dalam suatu wadah plastik yang berisi kayu-kayu sebagai makanannya dan ditutup dengan kain hitam. Pemeliharaan sebelum penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa hanya rayap yang sehat dan aktif yang digunakan dalam penelitian. Persiapan Gelas Uji

Gelas uji terbuat dari bahan plastik berbentuk silinder (tinggi 5 cm, diameter atas

Rendemen = berat minyak (g)

berat kulit jeruk (g)× 100 % Massa Jenis = massa minyak (g)

(3)

46 Mortalitas (%) =A

B× 100%

8 cm, diameter bawah 6,5 cm) di bagian bawah dialaskan petri disk yang berisi air guna untuk menjaga kelembaban dan menghindari predator yang mengganggu. Sebanyak 10 gram pasir berukuran 30-50 mesh dimasukkan kedalam gelas uji. kemudian diberi akuades 2,5 ml untuk memberi kelembaban serta ditutup dengan kain hitam seperti Gambar 1.

Pembuatan kertas uji (umpan)

Kertas (Whattman No.41) digunting membentuk lingkaran dengan diameter 2,3 cm, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 60 °C selama 24 jam lalu disimpan dalam desikator selama 1 hari. Kertas umpan kemudian direndam dalam minyak atsiri dengan dengan konsentrasi (v/v) berturut-turut 0% (kontrol negatif), 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, dan fipronil 0,25% sebagai kontrol positif. Selanjutnya dikering-anginkan kertas umpan lalu dimasukkan kedalam desikator selama 1 hari lalu ditimbang berat kertas umpan.

Pengujian minyak atsiri terhadap rayap Pengujian terhadap rayap awalnya kertas umpan diletakkan diatas alas plastik dan dimasukkan ke dalam gelas uji seperti gambar 1 yang telah diisi dengan rayap. Masing-masing gelas uji terdapat 45 ekor rayap kasta pekerja dan 5 ekor rayap kasta prajurit. Gelas-gelas uji kemudian ditutup menggunakan kain hitam, lalu dimasukkan kedalam bak/wadah plastik dan disimpan dalam ruangan gelap selama 7 hari. Jumlah rayap yang mati dihitung setiap hari. Setelah 1 minggu, kertas umpan di angkat, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C selama 24 jam dan disimpan dalam desikator selama 1 hari kemudian ditimbang untuk mengetahui berat akhir kertas. Selanjutnya dihitung kehilangan berat masing-masing kertas umpan.

Perhitungan Tingkat Kematian Rayap (Mortalitas)

Pengamatan mortalitas rayap dilakukan setiap hari sekali. Mortalitas rayap dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

A = Jumlah individu rayap yang mati B = Total individu rayap mula-mula

Perhitungan Pengurangan berat (Weight

Loss) Kertas Uji

Pada akhir pengamatan dilakukan penimbangan masing-masing kertas umpan untuk mengetahui persentase kehilangan berat kertas akibat serangan rayap. Persentase pengurangan berat kertas umpan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

PB : Pengurangan berat

W0: berat kertas uji sebelum pengumpanan (g)

W1: berat kertas uji setelah pengumpanan (g)

Analisis Data

Data mortalitas rayap ditentukan dengan persamaan garis regresi antara log konsentrasi dan analisis probit untuk mengetahui nilai LC50 (Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50% dari rayap uji menggunakan program IMB SPSS statistik

20.

Gambar 1. Tabung pengujian rayap HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi Minyak Atsiri

Isolasi minyak atsiri dari kulit buah jeruk nipis yang dilakukan menggunakan alat destilasi uap air menghasilkan minyak atsiri sebanyak 7 mL dengan rendemen sebesar 0,23 % (%b/b). Minyak atsiri yang diperoleh berwarna hijau bening dengan aroma khas jeruk yang tajam serta memiliki massa jenis 0,86 gr/ml.

Hasil analisis Kromatografi Gas Spektroskopi Massa terhadap minyak atsiri kulit buah jeruk nipis menunjukkan bahwa terdapat 45 senyawa penyusun minyak atsiri jeruk nipis, dimana terdiri dari 5 senyawa mayor dan 40 senyawa minor dapat dilihat pada kromatogram pada Gambar 2.

Kain hitam PB(%) =W0− W1 W0 × 100% Gelas uji Kertas uji Pasir steril Alas plastik Petri dish

(4)

47

Gambar 2. Kromatogram minyak atsiri kulit buah Citrus aurantifolia.

Gambar 3. Spektra massa senyawa dengan waktu retensi 5,290

Gambar 4. Spektra massa standar limonen library WILEY7.LIB

CH3 C H2 CH3 C+ C H CH3 CH3 C H2 e C+ CH3 C H2 C+ CH3 CH2 C+ CH3 C H2 C+ C C H2 C+ C H CH3 C H2 CH3 CH2 CH3 C H CH2+

+

CH2 CH3 C H2 m/z=68 m/z=80 .CH3 m/z=93 m/z=107 :CH2 :CH2 .CH3 Limonen m/z=136 m/z=121 m/z=136 retro-Diels Alder

(5)

48

Tabel 1. Komponen Utama Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk

Puncak

Waktu Retensi

(menit)

Luas

Area (%)

SI

(%)

Rumus

Molekul

Berat

Molekul

Perkiraan

Senyawa

5

4,424

6,29

96

C

10

H

16

136

-phellandren

6

4,515

18,84

96

C

10

H

16

136

-pinen

26

8,829

10,40

96

C

10

H

16

O

152

-citral (Neral)

14

5,290

26,04

96

C

10

H

16

136

limonen

27

9,335

13,09

97

C

10

H

16

O

152

citral (Geranial)

Tabel 2. Hubungan Mortalitas Rayap dengan Pengurangan Berat Kertas Uji

Sampel Konsentrasi (%) Mortalitas Rayap (%) Pengurangan Berat Kertas Uji (%) Dietil Eter (-) 0 2,67 40,2 Minyak Atsiri 5 54,67 13,6 10 62.67 11 15 77,33 5,4 20 80 1,8 25 96,67 0,6 Fipronil (+) 0,25 100 2,8

Menurut Montemayor et al., (2012) bahwa golongan senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri kulit buah jeruk nipis terdiri dari beberapa senyawa seperti monoterpen (16,00%), seskuiterpen (6,55%), kumarin (27,7%), Fatty acids (9,78%), dan dan beberapa aromatik teroksigenasi dan senyawa non-aromatik (40,30%). Komponen utama penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk nipis dapat dilihat pada Tabel 1. Beberapa senyawa yang termasuk dalam golongan hidrokarbon monoterpen yaitu limonen, β-pinen, dan -phellandren sedangkan kelompok dari golongan monoterpen teroksigenasi yaitu citral dan Neral (Dongmo dkk.,2009).

Limonen merupakan senyawa terbanyak yang terkandung dalam minyak atsiri jeruk nipis ditunjukkan pada puncak 14 dengan waktu retensi 5,290 menit, luas area 26,04% dan memiliki berat molekul 136. Spektra massa senyawa target memiliki kemiripan 96% dengan spektra massa standar limonen pada library WILEY7.LIB dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

Berdasarkan spektra massa pada Gambar 3, pola fragmentasi pada senyawa limonen membentuk ion molekul [C10H16]+ dengan m/z 136 akibat hilanngnya satu elektron. Kemudian melepaskan radikal CH3

(15) sehingga membentuk ion molekul [C9H13]+ dengan m/z 121. Selanjutnya melepaskan molekul CH2 (14) membentuk ion molekul [C8H11]+ dengan m/z 107. Selanjutkan melepaskan molekul CH2 (14) membentuk ion molekul [C7H9]+ dengan m/z 93. Ion molekul [C7H9]+ melepaskan molekul CH2 (14) sehingga membentuk [C6H7]+ dengan m/z 79. Selanjutnya lepas molekul C2H2 (26) sehingga membentuk [C4H5]+ dengan m/z 53. Ion Molekul [C4H5]+ melepaskan molekul CH2 sehingga membentuk [C3H3]+ dengan m/z 39. Menurut Siburian (2008) puncak pada m/z = 68 ini menunjukkan puncak khas dari Limonen yakni terjadinya pemecahan sejenis reaksi homolitik retro Diels-Alder. Adapun mekanisme fragmentasi limonen menurut Irawan (2010) dapat dilihat pada Gambar 5. Uji Bioaktivitas Minyak Atsiri Terhadap Rayap Tanah

Pengujian bioaktivitas antirayap dilakukan menggunakan metode anti-feedant bio-assay test Ohmura et al. (1997)

dalam Indrayani et al. (2012) yang telah dimodifikasi. Parameter yang digunakan untuk mengetahui toksisitas minyak atsiri yaitu mortalitas rayap Coptotermes sp dan kehilangan berat kertas uji. Pengujian

(6)

49 dilakukan selama 7 hari dengan 3 kali pengulangan untuk mengetahui potensi minyak atsiri jeruk nipis sebagai anti rayap.

Berdasarkan hasil dari pengamatan mortalitas rayap selama 7 hari dan pengamatan pengurangan berat kertas uji dari minyak atsiri kulit buah jeruk dan insektisida kimia berbahan aktif fipronil, maka hubungan mortalitas rayap dengan pengurangan berat kertas uji dapat dilihat pada Tabel 2. Hubungan mortalitas rayap

Coptotermes sp. dengan pengurangan berat

kertas uji berbanding terbalik, namun kedua parameter tersebut memiliki fenomena yang sama, dimana semakin besar mortalitas rayap maka semakin kecil kehilangan berat kertas uji yang dimakan rayap, dan sebaliknya.

Berdasarkan klasifikasi tingkat aktivitas antirayap menurut Sholehah (2011) konsentrasi 5% tergolong dalam aktivitas antirayap sedang dengan kisaran mortalitas 40-60%, konsentrasi 10% tergolong dalam aktivitas cukup kuat dengan kisaran mortalitas 60-75%, konsentrasi 15 dan 20 % tergolong dalam aktivitas kuat dengan kisaran mortalitas 75-95%, dan pada konsentrasi 25% tergolong dalam aktivitas sangat kuat dengan kisaran mortalitas 95%.

Toksisitas dari minyak atsiri lebih kecil jika dibandingkan dengan fipronil pada kontrol positif. Fipronil dapat menyebabkan mortalitas rayap sebanyak 100% hanya dengan konsentrasi 0,25%, sedangkan minyak atsiri membutuhkan konsentrasi yang besar untuk menyebabkan mortalitas rayap 100%. Menurut Nandika, et al., (2003) dalam Lestari (2014), fipronil dapat merusak sistem syaraf pusat khususnya gangguan pada pertukaran ion-ion klorida melalui Gamma Amino Butyric Acid (GABA) pada serangga lebih tinggi. Sedangkan menurut Tobing (2007) fipronil lebih efektif mempengaruhi susunan saraf serangga dan berdaya racun kontak dibandingkan dengan penggunaan bahan biopestisida.

Hubungan mortalitas rayap Coptotermes sp terhadap konsentrasi minyak atsiri jeruk dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan analisis pada Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri yang diberikan kepada rayap, maka semakin banyak rayap yang mati dan semakin kecil konsentrasi minyak yang diberikan kepada rayap maka semakin

sedikit jumlah rayap yang mati. Kematian rayap terjadi karena adanya pencampuran minyak atsiri pada kertas umpan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada minyak atsiri jeruk nipis terdapat senyawa bioaktif yang dapat membunuh rayap Coptotermes sp. Berdasarkan penelitian Yanti (2008) senyawa bioaktif seperti kelompok dari terpenoid, alkaloid, dan tannin dapat mematikan protozoa simbion yang bersimbiosis didalam usus belakang rayap

Coptotermes sp, dimana protozoa simbion

berperan dalam merombak polimer selulosa. Karena banyaknya protozoa simbion yang mati akibat kandungan minyak atsiri jeruk nipis mempengaruhi selulosa yang dimakan rayap tidak dapat dicerna dengan baik dalam tubuh rayap sehingga nutrisi yang dibutuhkan rayap kurang tercukupi mengakibatkan kematian rayap secara perlahan. Berdasarkan pernyataan Yanti (2008) yang menyebabkan mortalitas pada rayap yaitu senyawa golongan terpenoid. Hal ini menguatkan bahwa senyawa-senyawa yang menyebabkan mortalitas rayap dari minyak atsiri jeruk nipis adalah limonen, β-pinen, -Phellandrene, citral dan Neral. selain itu, senyawa sisquiterpen dapat merusak sistem syaraf pada rayap (Hadi, 2008). Menurut Harto (1998) dalam Hadi (2008), senyawa sisquiterpen diketahui dapat menghambat bekerjanya enzim asetilkolinesterase sehingga menyebabkan mortalitas pada rayap.

Indikator lain yang menunjukkan tingkat toksisitas minyak atsiri jeruk nipis adalah pengurangan berat dari kertas uji (umpan). Grafik hubungan pengurangan berat kertas uji terhadap konsentrasi minyak atsiri dapat dilihat pada Gambar 5. Pengurangan berat kertas uji menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi minyak atsiri yang diberikan pada rayap. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas makan rayap menurun seiring dengan meningkatnya daya racun (toksisitas) dari minyak atsiri jeruk, dimana Minyak atsiri jeruk bersifat menghambat aktivitas makan pada rayap (antifeedant). Rayap memiliki kecenderungan untuk menolak makanan seiring dengan meningkatnya konsentrasi minyak atsiri yang diberikan. Hal ini terjadi karena adanya aroma khas dari minyak atsiri yang mengandung senyawa bioaktif yang bersifat racun pada rayap (Noverita, 2014). Selain itu, menurut Hadi (2008) kematian rayap

(7)

50 disebabkan karena adanya prilaku menolak makanan yang memiliki aroma pada kertas uji yang semakin menyengat, sehingga dengan adanya pengaruh aroma tersebut menyebabkan terjadinya sifat anti makan pada rayap terhadap kertas uji.

Gambar 4. Grafik hubungan mortalitas dengan konsentrasi minyak atsiri

Gambar 5. Grafik hubungan kehilangan berat dengan konsentrasi minyak atsiri

Tingkat toksisitas dari minyak atsiri yang menyebabkan mortalitas rayap dapat ditentukan dengan nilai LC50. Nilai LC50 yang yang diperoleh dengan analisis probit menggunakan program IMB SPSS statistik

20 sebesar 5,142%. Nilai ini merupakan

konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis yang dapat menyebabkan mortalitas rayap sebanyak 50% dari jumlah rayap uji. Apabila dibandingkan toksisitasnya dengan minyak atsiri jeruk Pontianak dalam penelitian Lestari (2014), minyak atsiri jeruk nipis lebih toksik terhadap rayap dibanding minyak atsiri jeruk Pontianak dimana nilai LC50 lebih besar yaitu 6,141%.

SIMPULAN

1. Rendemen minyak atsiri kulit buah jeruk nipis yang diperoleh sebesar 0,23%

(b/b). Berdasarkan hasil analisis GC-MS minyak atsiri kulit buah jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) memiliki 5 senyawa utama

yaitu limonen (26,04%), -citral (Neral) (10,40%), -pinen (18,84%), Citral (Geranial) (13,09%), dan -phellandren (6,29%).

2. Minyak atsiri dari kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki bioaktivitas terhadap rayap Coptotermes sp. dengan nilai LC50 5,142%.

DAFTAR PUSTAKA

Astarini, N. P. F., Burhan R.Y. P., Zetra, Y, 2010, Minyak Atsiri Dari Kulit Buah

Citrus grandis, Citrus aurantium (L.)

dan Citrus aurantifolia (Rutaceae) Sebagai Senyawa Antibakteri dan Insektisida, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Kimia, Institut Teknologl 10 Nopember, Surabaya.

Dongmo, P.M.Z., Tatsadjieu, L.N., Sonwa, E.T, Kuate, J., Zollo, P.H.A., Menut, C., 2009, Essential oils of Citrus aurantifolia from Cameroon and their

antifungal activity against

Phaeoramularia angolensis, African

Journal of Agricultural Research Vol. 4 (4), 354-358, 2009.

Hadi, M., 2008, Pembuatan Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan Memanfaatkan Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum), Laboratorium Ekologi dan Biosistematik, Jurusan Biologi FMIPA Undip, Vol. 6(2), Hal. 12-18.

Hartati, S.Y., 2012, Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Vol. 11(1), Bogor, Hlm 45 – 58. Indrayani, Y., Oramahi, H.A., Nurhaida,

2012, Evaluasi Asap Cair Sebagai Bio-termitisida Untuk Pengendalian Rayap Tanah Coptotermes sp., J. Tengkawang, Vol.1(2): 87–96.

Irawan, C., 2010, Studi Komponen Bioaktif Daun Sirih Merah, Tesis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok. Istianto, M., 2009, Pemanfaatan Minyak

Atsiri (Alternatif Teknologi Pengendalian Orgnisme Penggangu Tanaman Buah yang Ramah 2,67 54,67 62,67 77,33 80 96,67 0 20 40 60 80 100 120 0 10 20 30 M o rtali tas ray ap ( % )

Konsentrasi Minyak Atsiri (%)

40,2 13,6 11 5,4 1,8 0,6 0 10 20 30 40 50 0 5 10 15 20 25 P eng u rang an b er at ke rt as u ji (% )

(8)

51 Lingkungan), Badan Penelitian Tanaman

Buah Tropika, Sumatra Barat.

Lestari, A., Arreneuz, 2014, Uji Bioaktivitas Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Pontianak (Citrus nobilis Lour) Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes

curvignathus sp), JKK, Program Studi

Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Volume 3(2), hal. 94-99. Montemayor, N.E.S, García, A, Treviño, E.E,

González, E.G, Alvarez, L dan Corona, M.R, 2012, Chemical Composition of Hexane Extract of Citrus aurantifolia and Anti-Mycobacterium tuberculosis Activity of Some of Its Constituents, Molecules Journal, No.17, hal. 11173-11184, mexcio.

Noverita, Jayuska, A., Alimuddin, A.H., 2014, Uji Aktivitas Antirayap Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut (Cytrus hystric D.C) Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes

sp), JKK, Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Sholehah, D. N., 2011, Uji Aktivitas Antirayap Tembakau dan Salak Madura, Fakultas Pertanian,

Universitas Trunojoyo Madura, Vol. 4, hal. 38-41.

Siburian, R., 2008, Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Minyak Atsiri dari Kulit Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis L.) Asal Timor, Nusa Tenggara Timur, Jurnal Natur Indonesia, hal. 8-13, Laboratorium Kimia, FST Universitas Nusa Cendana, Kupang

Tobing, D.R.L., 2007, Penggunaan Berbagai Konsentrasi Khitosan dan Fipronil Terhadap Pengendalian Hama Rayap Tanah Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera : Termitidae) di Laboratorium, Universitas Sumatra Utara, Medan. Yanti, H., 2008, Sifat Anti Rayap Zat

Ekstraktif Kulit Kayu (Acacia

auriculiformis) A.Cunn.ex Benth., Tesis, Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan , IPB, Bogor. Zulyusri, Desyanti, Mardia, U., 2013,

Keefektifan Daun Sangitan (Sambucus

javanica Reinw) Sebagai Insektisida

Nabati dalam Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes sp.), FMIPA, Universitas Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

Dan dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang dirawat di rumah sakit yang meliputi (Supartini, 2009). 1) Kecemasan, ini

Pengaruh Biblioterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi di Rumah Sakit Islam Jakarta.. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan

Pemahaman dan ketertarikan mitra dengan program ini dievaluasi dengan memberikan pertanyaan dalam bentuk quisioner (tabel 3). Quisiner terdiri dari 9 pertanyaan yang

Tingkat penerapan teknologi PHT yang meliputi komponen teknologi budidaya tanaman sehat dan pelestarian atau pembudidayaan fungsi musuh alami pada usahatani padi sawah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) volume penjualan jasa Hotel yang harus diperoleh agar memperoleh target laba yang diinginkan pada tahun 2013, (2)

wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD 1945. Pasca Amandemen UUD 1945 terdapat berbagai perubahan terkait dengan sistem ketatanegaraan. Perubahan tersebut

Dalam hal ini, sebagaimana klasifikasi pada aspek ritual seremonial yang dibagi 2 (yakni yang bersumber dari Islam dan yang bersumber dari budaya lokal), aspek-aspek fisik

Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang serius jangka panjang (Roger, et al. 2011), sedangkan di Inggris stroke merupakan penyebab terbanyak