• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan

Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)

D I S U S U N Oleh :

NAMA : STELLA YOVEBI HUTABARAT

NIM : 060906038

DOSEN PEMBIMBING : Drs. P. ANTHONIUS SITEPU, M.Si

DOSEN PEMBACA : INDRA FAUZAN, SHI, M. Soc.Sc

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu tiada henti mencurahkan berkat-Nya pada peneliti, sehingga karena rahmat dan karunia-Nya peneliti akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008), yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik.

Dalam proses pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini, peneliti menyadari banyak sekali bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihakbaik dari segi moril maupun dari segi materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Anthonius Sitepu, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sangat sabar meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada saya ditengah-tengah kesibukan beliau. Dan juga kepada Bapak Indra Fauzan ,S.H.I, M.soc, Sc selaku dosen pembaca yang juga meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan di tengah-tengah kesibukannya.

Selanjutnya peneliti mengucapkan rasa terima kasihnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

(3)

dukungan dan doa yang tiada henti mama dan papa ucapkan buat Vebi. Sindiran dan amarah yang membangun yang selalu mama dan papa ucapkan adalah hal yang paling mendorong semangat Vebi ma. Buat kakakku Melly Hutabarat, SE dan adikku Anastasia Hutabarat, terima kasih buat dukungan dan doanya. Bantu Vebi terus cari ilmu selamat yah woi. Hahahhahaha… Selalu doakan yang terbaik buat Vebi yah..

4. Buat Bapak Drs. Zakaria Thaher , M.SP selaku dosen pembimbing akademik saya.

5. Bapak/ Ibu Dosen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang mengajar selama saya kuliah, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang lebih dan hal-hal yang baru kepada saya selama ini.

6. Bang Rusdi dan Bang Didi yang telah banyak membantu selama ini terutama dalam urusan administrasi di kampus.

7. Kepada pimpinan dan staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

8. Buat Opung, “Tulang dan Nantulang Yura” , “Tulang dan Nantulang Jeremia” , serta “Tulang dan Nantulang Isaura” yang telah banyak membantu dan mendoakan Vebi dalam segala hal, terutama ketika Vebi mengalami kesulitan. Semoga kiranya diberkati dan diberikan kesehatan dan kelimpahan oleh Tuhan Yesus Kristus.

(4)

sahabat SMP-ku Chelsea Situmorang duluanlah aku ya yank. Segeralah menyusulku jangan diperlambat lagi dan semangat. Jangan mau di tanya-tanya pertanyaan yang itu-itu aja selalu yank. Bosen kita! Ingat lah para sahabatku bahwa segala sesuatu Indah Pada Waktunya.

10.Buat Senior dan Junior di Ilmu Politik terima kasih buat dukungannya.

11.Buat abang-abangku sayang yang selalu ada buatku setiap saat,yang selalu marah-marah dan dan nyindir aku karena skripsi yang mentok dan karena keluyuran terus. Bang Sapri, bang Agus, bang Leo, bang Joant, bang Hendrik, bang Happy, bang Ronald, bang F.x dan buat abang-abangku lainnya yang ga bisa disebutkan satu per satu terima kasih sekali lagi buat cinta dan sayangnya kalian sama adek kalian yang nakal ini. Kalian adalah abang-abangku yang terbaik yang selalu ada buatku kapan dan dimana pun. Bantu adikmu ini menjadi lebih baik dari yang sebelumnya yah.

12.Buat teman-teman aku yang selalu marah karena aku ga fokus. Buat Dinan yang paling cerewet setiap waktu, Bram ci Uuk yang duluan pensiun dari dunia kampus, Frans, Ardi si parbada dengan nasehat dan amanahnya yang membuatku tenang, Joshian, Idaman, Jefri, Othniel, Taufan, Brando yang sering nyindir akhir-akhir ini, si papa Jhon yang mulai sombong dan sibuk dengan dunianya, dan semua teman-teman lainnya yang sibuk ngurusin aku setiap waktu dengan komentar dan celotehan yang memanaskan kuping. Terima kasih dukungannya yah. Sukses dan sehat selalu buat kita.

13.Kepada pimpinan dan staf Balitbang di Kota Medan sehingga surat dan berkas penelitian cepat selesai. Terutama Bang Faisal dan Bang Jhon.

(5)

kantor lurah Kelurahan Mangga yang mempermudah segala proses dan data yang saya perlukan.

15.Bapak Camat Kecamatan Medan Tuntungan dan semua staf yang sudah banyak membantu sehingga semuanya menjadi lebih mudah.

16.Buat teman-teman dekatku di dunia maya yang ga mungkin disebutkan satu per satu. Kalian yang terbaik di bidangnya lah. Hahahahhaha… Agak ngelantur sedikit.

Akhirnya peneliti hanya bisa memanjatkan doa kepada Tuhan Yesus semoga segala kebaikan dan kemurahan hati serta dukungan yang diberikan dibalas yang berlipat-lipat lagi dari Tuhan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, September 2010 Peneliti,

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah ... 1

I. 2. Perumusan Masalah ... 7

I. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I. 3.1. Tujuan Penelitian ... 7

I. 3.2. Manfaat Penelitian ... 8

I. 4. Kerangka Teori... 8

I. 4.1. Perilaku Pemilih ... 9

I. 4.1.1. Pendekatan Sosiologis ... 11

I.4.1.2 Pendekatan Psikologis ... 12

I.4.1.3 Pendekatan Rasional ... 13

I. 4.2. Pemilihan Kepala Daerah ... 16

I. 5. Metodologi Penelitian ... 22

I. 5.1. Jenis Penelitian ... 22

I. 5.2. Lokasi Penelitian ... 23

(7)

I. 5.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

I. 5.5. Teknik Analisis Data ... 25

I. 6. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Keadaan Geografi Kelurahan... 26

II. 2 Demografi Kelurahan Mangga ... 27

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA III. 1 Identitas Responden... 39

III. 2 Evaluasi Tentang Perilaku Pemilih ... 43

III. 3 Evaluasi Tentang Kampanye ... 49

III. 4 Evaluasi Tentang Pemungutan Suara ... 54

III. 5 Evaluasi Tentang Partai Politik ... 58

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN IV. 1 Kesimpulan... 63

IV. 2 Saran... ... 65

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ...27

Tabel 2 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikannya ...29

Tabel 3 Prasarana Pendidikan Formal ...30

Tabel 4 Wadah Pendidikan Keagamaan...31

Tabel 5 Prasarana Pendidikan Keterampilan ...31

Tabel 6 Pekerjaan Sektor Pertanian Tanaman Pangan ...32

Tabel 7 Sektor Jasa/ Perdagangan ...33

Tabel 8 Agama yang Dianut di Kelurahan Mangga ...35

Tabel 9 Prasarana Kesehatan Kelurahan Mangga ...36

Tabel 10 Rekapitulasi Penghitungan Suara PILGUBSU 2008 ...37

Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...40

Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...40

Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasakan Agama ...41

Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...42

Tabel 15 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Utama ...43

Tabel 16 Jawaban Responden Terhadap Apakah Terdaftar dalam DPT ...44

Tabel 17 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Menggunakan Hak Pilih ...44

Tabel 18 Jawaban Responden Menggunakan Hak Pilih Berdasar Pendidikan ...45

Tabel 19 Jawaban Responden Alasan Menggunakan Hak Pilih ...46

Tabel 20 Jawaban Responden Alasan Memilih Berdasar Tingkat Pendidikan ...47

(9)

Tabel 22 Jawaban Responden Anggota Keluarga Mempengaruhi Pilihan ...48

Tabel 23 Jawaban Responden Pernah atau Tidak Melihat Kampanye ...50

Tabel 24 Jawaban Responden Terlibat Langsung dalam Kampanye atau Tidak ...50

Tabel 25 Jawaban Responden Terhadap Jenis Kampanye yang Dihadiri ...51

Tabel 26 Jawaban Responden Terhadap Perlukah Ada Kampanye ...52

Tabel 27 Jawaban Responden Terhadap Motivasi Mengikuti Kampanye ...53

Tabel 28 Jawaban Responden Bentuk Kampanye yang Paling Menarik ...53

Tabel 29 Jawaban Responden Kampanye Mempengaruhi Keputusan ...54

Tabel 30 Jawaban Responden Memakai Hak Pilih atau Tidak ...55

Tabel 31 Jawaban Responden Pilihan dalam Pilgubsu 2008 ...55

Tabel 32 Jawaban Responden Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pilihan ...56

Tabel 33 Jawaban Responden Figur Pasangan Calon ...57

Tabel 34 Jawaban Responden Memilih Karena Partai Pengusungnya ...58

Tabel 35 Jawaban Responden Tentang Keanggotaan dalam Parpol ...59

Tabel 36 Jawaban Responden Alasan Menjadi Anggota Partai ...60

Tabel 37 Ketertarikan Pemilih pada Partai Tertentu Jelang Pilgubsu 2008 ...61

Tabel 38 Partai Politik Pengusung Pasangan Calon Mempengaruhi atau Tidak ...61

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

NAMA : STELLA YOVEBI HUTABARAT

NIM : 0 6 0 9 0 6 0 3 8

PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)

ABSTRAK

Pemilihan kepala daerah secara langsung terkait dengan peran masyarakatnya dalam memberikan dukungan suara kepada partai politik atau pasangan calon yang ada. Dalam pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan untuk pertama kali, akan berkaitan dengan perilaku pemilih masyarakatnya. Dan tentunya banyak hal yang dapat dilihat dari perilaku pemilih ini, antara lain kampanye, partai politik dan juga pemungutan suara.

Bahwa kampanye, partai politik dan pemungutan suara adalah inti dari sebuah perilaku pemilih masyarakat tadi. Dan skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum perilaku pemilih yang seperti apa yang terjadi di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan ini dalam Pemilihan Kepala Daerah di Sumatera Utara tahun 2008, sekaligus mengetahui seberapa besar partisipasi masyarakatnya. Dan populasi dari penelitian ini adalah pemilih yang terdaftar dalam PilGubsu 2008 di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian dilakukan terhadap masyarakat yang telah berhak memilih yaitu mereka yang telah beusia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah.

Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebagai responden sebanyak 100 orang .

Dan dalam Pilkada yang dilaksanakan secara langsung di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan, berlangsung dengan baik, lancar, aman dan tentram. Masyarakat Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan tidak terpengaruh akan adanya isu tentang Suku, Agama dan Ras.

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

NAMA : STELLA YOVEBI HUTABARAT

NIM : 0 6 0 9 0 6 0 3 8

PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)

ABSTRAK

Pemilihan kepala daerah secara langsung terkait dengan peran masyarakatnya dalam memberikan dukungan suara kepada partai politik atau pasangan calon yang ada. Dalam pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan untuk pertama kali, akan berkaitan dengan perilaku pemilih masyarakatnya. Dan tentunya banyak hal yang dapat dilihat dari perilaku pemilih ini, antara lain kampanye, partai politik dan juga pemungutan suara.

Bahwa kampanye, partai politik dan pemungutan suara adalah inti dari sebuah perilaku pemilih masyarakat tadi. Dan skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum perilaku pemilih yang seperti apa yang terjadi di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan ini dalam Pemilihan Kepala Daerah di Sumatera Utara tahun 2008, sekaligus mengetahui seberapa besar partisipasi masyarakatnya. Dan populasi dari penelitian ini adalah pemilih yang terdaftar dalam PilGubsu 2008 di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian dilakukan terhadap masyarakat yang telah berhak memilih yaitu mereka yang telah beusia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah.

Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebagai responden sebanyak 100 orang .

Dan dalam Pilkada yang dilaksanakan secara langsung di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan, berlangsung dengan baik, lancar, aman dan tentram. Masyarakat Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan tidak terpengaruh akan adanya isu tentang Suku, Agama dan Ras.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pemerintah berusaha merevisi UU No. 5/1974 di bawah pimpinan Presiden Habibie dikala itu, dengan menerbitkan UU No. 22/1999 sebagai landasan hukum pemerintahan daerah. UU ini berawal dari ketidakadilan dan ketimpangan hubungan yang terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dan diharapkan UU No. 22/1999 dapat mengakomodasikan perubahan paradigma pemerintahan dan dapat mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataaan dan keadilan, memperhatikan perbedaan potensi dan keanekaragaman, serta dapat mencegah terjadinya disintegrasi bangsa.1

Lahirnya undang-undang ini merupakan respons atas tuntutan masyarakat di era reformasi yang mengkehendaki pelaksanaan otonomi luas dengan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peningkatan peran serta masyarakat, diakuinya potensi dan keanekaragaman daerah, serta terciptanya kemandirian daerah.2

Undang-undang pemerintah daerah lahir sebagai antisipasi pembaharuan dan penyempurnaan dari beberapa aturan yang melandasi pelaksanaan pemerintah didaerah yang sudah tidak antisifatif dalam perkembangan. Di sisi lain, undang-undang ini merupakan implementasi dari beberapa aturan mendasar, dengan tegas dan jelas memberikan batasan-batasan beberapa pengertian sebagai dasar pelaksanaan pemerintahan di daerah, antara lain memisahkan secara tegas fungsi dan peran pemerintah daerah dan DPRD, yang di satu sisi

1

Dr. Agussalim Andi Gadjong, S.H, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum. Bogor : Ghalia Indonesia, 2007, Hal. 161

2

(13)

menempatkan kepala daerah beserta perangkat daerah otonom sebagai badan eksekutif daerah dan di sisi lainnya, DPRD sebagai badan legislatif daerah.3

Selanjutnya, di bawah pemerintahan Presiden Megawati yang telah melakukan evaluasi yang mendasar, maka diterbitkanlah UU No. 32/2004 sebagai landasan hukum pemerintah daerah yang menggantikan UU No. 22/1999 karena dianggap tidak lagi sesuai setelah amandemen UUD 1945.4

Tahun 2005, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dipilih secara langsung oleh rakyat. Peristiwa ini menandai babakan baru dalam sejarah politik daerah di Indonesia. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung diatur dalam UU No.32 / 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 56.5

Pemilihan kepala daerah ini dinilai sebagai perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen pimpinan daerah mendinamisir kehidupan demokrasi di tingkat lokal.

Dalam Pasal 56 ayat (1) dikatakan :

“Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.”

6

3

Lihat dalam UU No. 22/1999 Pasal 14

4

Dr. Agussalim Andi Gadjong, S.H., Op. Cit., Hal. 167

5

UU No.32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan hasil revisi UU No.22/1992, yang secara final diputuskan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 September 2004.

6

Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005, Hal. 3

(14)

lainnya. Keberhasilan pilkada untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada sikap kritisisme dan rasionalitas rakyat sendiri.7

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari kategori pemilu. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu langkah maju dalam proses demokrasi di Indonesia. Melalui pemilihan kepala daerah langsung berarti mengembalikan hak-hak masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokrasi.

Bahwa rakyat benar-benar dapat menunjukkan kedaulatannya dengan memilih pemimpinnya sendiri. Dalam sejarah demokrasi di Indonesia, kedaulatan itu hanya terwujud dalam pemilihan kepala desa.

8

Adapun pilkada terkait dengan kedaulatan rakyat yang mencakup hal-hal sebagai berikut :

Sehingga hal ini semakin memajukan demokrasi di tingkat lokal karena masyarakat lokal akan memilih sendiri siapakah calon pemimpinnya atau yang mewakilinya di daerah.

9

• Rakyat secara langsung dapat menggunakan hak-haknya secara utuh. Menjadi kewajiban negara memberikan perlindungan terhadap hak pilih rakyat. Salah satu hak politik rakyat tersebut adalah hak memilih calon pemimpin. Penundaan atau peniadaan hak pilih tidah hanya mengurangi secara signifikansi nilai-nilai demokrasi dalam pilkada langsung namun bahkan setiap saat mengancam legitimasi pemimpin pemerintahan daerah.

• Wujud nyata asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Hal ini merupakan landasan amat penting guna menjaga kelangsungan sebuah kepemimpinan politik. Melalui pilkada 7

Ibid., Hal. 3

8

Ibid., Hal. 21

9

(15)

langsung, maka seorang kepala daerah harus dapat mempertanggungjawabkan kepemimpinan kepada rakyat yang memilih. Tingkat penerimaan rakyat kepada kepala daerah merupakan jaminan bagi peningkatan partisipasi politik rakyat yang akan menjaga kelanggengan sebuah kepemimpinan. Kepala daerah yang tidak dapat memenuhi pertanggungjawaban dan akuntabilitasnya akan ditinggalkan rakyat, bahkan rakyat akan menghukumnya dengan jalan tidak akan memilihnya lagi. Karena itu dalam beberapa sistem pemilihan, calon kepala daerah harus memiliki trade merk, yaitu ciri khas dan prioritas program kerja, yang harus dipertanggungjawabkan.

• Menciptakan suasana kondusif bagi terciptanya hubungan sinergis antara pemerintahan dan rakyat. Pemerintahan akan melaksanakan kehendaknya sesuai dengan kehendak rakyat. Keserasian dan keseimbangan hubungan antara keduanya akan membawa pengaruh yang sangat menentukan bagi tegaknya suatu pemerintahan yang demokratis. Oleh sebab itu, bilamana sebuah pemerintahan telah “ditinggalkan” rakyatnya, maka ambruknya pemerintahan tersebut tinggal menunggu waktu dalam hitungan yang tak lama.

Perilaku pemilih masyarakat adalah aspek penting yang menunjang keberhasilan suatu pelaksanaan pilkada. Dan perilaku pemilih yang dimaksud disini adalah antara lain yaitu dalam pelaksanan kampanye, kepartaian dan juga proses voting atau pemberian suara. Di sini kampanye telah mengalami pergeseran paradigma. Paradigma lama bahwa kampanye merupakan bagian dari kegiatan pemilihan untuk meyakinkan pemilih telah pudar dan diganti dengan paradigma baru bahwa kampanye merupakan komunikasi politik dan pendidikan politik.10

10

(16)

Bergabung dengan partai politik juga merupakan bagian atau bentuk dari perilaku pemilih. Karena partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara.11

Sampai saat ini belum terlalu banyak kalangan pemerhati politik Indonesia yang melakukan kajian intensif terhadap perilaku pemilih. Kebanyakan, dalam mempelajari partai politik dan pemilu lebih banyak yang memfokuskan pada proses pelaksanaan pemilunya, karakteristik pendukung parpolnya serta kemungkinan perolehan suara dari masing-masing parpol. Padahal kajian tentang perilaku pemilih juga tidak kalah pentingnya terutama di dalam pilkada.

Selain itu, ada indikator terpenting pemilihan yang berkualitas yaitu dilaksanakannya pemungutan suara oleh rakyat sebab benar-benar mencerminkan implementasi asas-asas pilkada langsung, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemungutan suara adalah proses pencurahan pikiran dan pertimbangan warga untuk memilih calon berdasarkan informasi dan data yang diperoleh pada masa kampanye. Bagi pemilih, pemberian suara atau vote ini merupakan seleksi akhir dalam pemilihan, yang dikenal dengan seleksi politis.

Perilaku pemilih dalam pilkada itu sangat penting. Karena di dalam menentukan apakah pilkada itu berhasil, maka perilaku pemilih masyrakatnya akan menjadi faktor penentu yang penting pula. Bila di dalam pelaksanaan pilkada ternyata dapat dilihat bahwa masyarakat tidak terlalu ikut ambil bagian di dalamnya, misalnya dapat dilihat dengan tingginya angka golput, berarti pilkada tersebut kurang berhasil dilaksanakan. Terbukti dengan masyarakatnya yang kurang memberi perhatian pada pesta demokrasi lokal itu. Karena pentingnya perilaku pemilih di dalam pilkada, maka memang perlu diadakan kajian intensif terhadap perilaku pemilih itu sendiri.

11

(17)

Pilkada yang termasuk sebagai bagian dari pemilihan umum adalah merupakan satu hal yang baru bagi masyarakat kita. Mengapa saya mengkaji perilaku pemilih dalam pilkada dan bukannya pemilu, adalah karena ingin dilihat juga apakah memang masyarakat cukup antusias dalam menyambut pesta demokrasi daerah ini. Karena dalam pilkada kita akan memilih orang no 1 di daerah kita nantinya.

Oleh sebab itu, menyadari akan kurangnya penelitian tentang perilaku pemilih, maka di dalam proposal penelitian ini saya akan menjelaskan dan meneliti tentang perilaku pemilih masyarakat yang terdapat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan Mangga merupakan salah satu daerah yang melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah. Kelurahan Mangga merupakan sebuah pemukiman padat penduduk. Dan tentu saja terdapat variasi dalam jenis atau bentuk perilaku pemilih yang terdapat di wilayah ini.

Keterlibatan masyarakat Kelurahan Mangga dalam Pemilihan Kepala Daerah dapat dikatakan sebagai sebuah partisipasi politik. Dan dalam partisipasinya itu maka akan kita lihat pula perilaku pemilih yang seperti apa yang terdapat di dalam Kelurahan Mangga ini. Baik itu kampanye yang berlangsung ataupun pada saat pemberian suaranya. Maka berdasarkan hal-hal diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan.

I.2 Perumusan Masalah

(18)

perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.12

I.3.1 Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah perilaku pemilih di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan

Tuntungan dalam Pilgubsu 2008?

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

Untuk mendeskripsikan perilaku pemilih seperti apa yang terdapat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Baik dari segi keikutsertaan mereka dalam masa kampanye menjelang pemilu, ataukah dengan ikut menjadi anggota partai politik, maupun ketika pemungutan suara.

I.3.2 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :

• Bagi di penulis yaitu, semakin menambah pengetahuan penulis tentang perilaku pemilih dan semakin melatih penulis dalam mengembangkan pemikirannya. Selain itu, juga melatih penulis dalam membuat atau menuliskan suatu karya ilmiah.

• Juga diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang ada, terutama bagi mahasiswa ilmu politik dan juga bagi mahasiswa lainnya yang mungkin tertarik dengan bidang politik.

12

(19)

Bagi instansi yang terkait dalam penelitian ini yaitu KPU, maka manfaat yang di dapat

adalah bahwa KPU dapat melihat seperti apakah antusiasme masyarakat di Kelurahan Mangga dalam menyambut pilkada sehingga dapat lebih meningkatkan sosialisasi pilkada dan pada akhirnya lebih menyukseskan terlaksananya pilkada

.

I.4 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah unsur yang paling penting di dalam penelitian, karena pada bagian ini peneliti akan mencoba menjelaskan fenomena sosial yang sedang diamati dengan menggunakan teori-teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep.13

I.4.1 Perilaku Pemilih

Oleh karena itu, dalam kerangka teori ini penulis akan memaparkan teori-teori yang merupakan landasan berpikir dalam menggambarkan masalah penelitian yang sedang disoroti. Teori-teori yang relevan dengan masalah ini antara lain :

Apakah yang dimaksud dengan pemilih itu sendiri? Pemilih adalah semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan bersangkutan. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasikan dalam

13

(20)

institusi politik seperti partai politik. Selain itu, pemilih juga bisa saja bagian dari masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu.

Adapun perilaku pemilih menurut Surbakti adalah : “aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) di dalam suatu pemilihan umum (pilkada secara langsung). Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu”.14

• Sebagai komunikasi politik, kampanye diarahkan pada penciptaan kondisi yang memungkinkan terbangunnya kepercayaan dan pertanggungjawaban terhadap program-program yang ditawarkan calon. Sebagai pendidikan politik, kampanye mengandung penguatan rasionalitas dan kritisisme pemilih. Dan melalui kampanye kita dapat melihat, apakah memang masyarakat ikut andil dalam pelaksanaan kampanye tersebut karena dengan ikut di dalam pelaksanaan kampanye merupakan salah satu bentuk dari peilaku pemilih.

Adapun bentuk-bentuk perilaku pemilih yang dimaksud disini adalah antara lain keikutsertaan masyarakat dalam kampanye, keikutsertaan masyarakat dalam partai politik dan juga puncaknya keikutsertaan masyarakat dalam pemungutan suara (vote).

• Kegiatan seseorang dalam parpol adalah merupakan sebuah partisipasi politik. Sehingga adapun peran dan fungsi partai politik di dalam pilkada adalah : (1)sebagai komunikasi politik yaitu contohnya melaksanakan kampanye; (2)sebagai pendidikan politik yaitu memberikan pengarahan untuk ikut serta memberika suara (vote); (3)sosialisasi pilkada

14

(21)

yang menjelaskan untuk apa dan mengapa diadakan pilkada; (4)fungsi rekrutmen politik.15

• Yang terakhir adalah puncaknya pada saat pemungutan suara atau vote. Disini akan dilihat seberapa besar masyarakat yang benar ikut ambil bagian dalam pemilihan tadi. Yaitu ketika mereka memberikan suara mereka di TPS lingkungan mereka masing-masing.

Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada calon pemimpin jagoannya. Begitu juga sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya kalau mereka menganggap bahwa sebuah partai atau calon pemimpin tidak loyal serta tidak konsisten dengan janji dan harapan yang telah mereka berikan.

Perilaku pemilih juga sarat dengan ideology antara pemilih dengan partai politik atau konsestan pemilu. Masing-masing kontestan membawa ideology yang saling berinteraksi. Selama periode kampanye pemilu, muncul kristalisasi dan pengelompokkan antara ideologi yang dibawa kontestan. Masyarakat akan mengelompokkan dirinya kepada kontestan yang memiliki ideologi sama dengan yang mereka anut sekaligus juga menjauhkan diri dari ideologi yang berseberangan dengan mereka.16

Di dalam mengambil keputusannya, maka masyarakat diperkirakan mempunyai tolok ukur yang tradisional yang meliputi 3 aspek penting, yakni : 17

• Identifikasi terhadap partai

• Isu yang diusung partai atau calon, dan

• Penampilan, gaya dan kepribadian calon.

15

Irtanto, Dinamika Politik Lokal Era otonomi Daerah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008, hal 178-182

16

Muhammad Asfar, Pemilu dan Perilaku Pemilih 1955-2004. Jakarta : Pustaka Eureka, 2006, Hal 137

17

(22)

Perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu : 18

Bila pendekatan sosiologis berkembang di Amerika Serikat dan berasal daro Eropa Barat, maka pendekatan psikologis merupakan fenomena Amerika Serikat karena dikembangkan sepenuhnya oleh Amerika Serikat melalui Survey Research Centre di Universitas Michigan.

I.4.1.1 Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa, kemudian di Amerika dan pendidikan Eropa. Karena itu, dia disebut sebagai model sosiologi politik Eropa. David Denver, ketika menggunakan pendekatan ini untuk menjelaskan perilaku pemilih masyarakat Inggris, menyebutkan model ini sebagai social determinism approach.

Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokkan-pengelompokkan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Karakteristik sosial (seperti pekerjaan, pendidikan, dsb) dan karakteristik atau latar belakang sosiologis (seperti agama, wilayah, jenis kelamin, umur, dsb) merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan politik. Pendek kata, pengelompokkan sosial seperti umur (tua-muda), jenis kelamin (lelaki-perempuan), agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk pengelompokkan sosial baik secara formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi-organisasi keagamaan, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya, yang merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik seseorang, karena kelompok-kelompok imilah yang mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang.

I.4.1.2 Pendekatan Psikologis

18

(23)

Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut Mazhab Michigan. Pelopor utama pendekatan ini adalah Angust Campbell.

Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku memilih kalau ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini, sosialisasilah sebenarnya yang menentukan perilaku memilih (politik) seseorang. Oleh karena itu, pilihan seorang anak yang telah melalui tahap sosialisasi politik ini tidak jarang memilih partai yang sama dengan pilihan orang tuanya.

Penganut pendekatan ini menjelaskan sikap seseorang sabagai refleksi dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang cukup menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang. Oleh karena itu, pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi terhadap kandidat.

I.4.1.3 Pendekatan Rasional

(24)

Dalam konteks pilihan rasional, ketika pemilih merasa tidak mendapatkan faedah dengan memilih partai atau calon presiden yang tengah berkompetisi, ia tidak akan melakukan pilihan pada pemilu. Hal ini dilandaskan pada kalkulasi ekonomi, di mana perhitungan biaya yang dikeluarkan lebih besar dengan apa yang akan didapatnya kelak. Maka jalan terbaik bagi pemilih adalah melakukan kegiatan atau aktivitas kesehariannya.

Pendekatan ini juga mengandaikan bahwa calon presiden atau partai yang bertanding akan berupaya dan berusaha untuk mengemukakan pelbagai program untuk menarik simpati dan keinginan pemilih memilih. Namun, apabila partai ataupun calon presiden itu gagal mempromosikan programnya pada pemilih, maka pilihan untuk tidak memilih adalah rasional bagi pemilih. Oleh karena itu, pada Pemilu 2008 sistem pemilihan diubah, dan mempersilahkan rakyat untuk ikut andil memilih pasangan presiden yang mereka anggap dapat memberikan harapan. Layaknya seorang pembeli di pasar, pemilih melakukan pilihan dengan cermat bukan hanya dalam memilih presiden tetapi juga anggota DPR, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Jenis-Jenis Pemilih antara lain sebagai berikut :19

Pemilih Rasional

Pemilih dalam hal ini mengutamakan kemampuan partai politi atau calon peserta pemilu dengan program kerjanya, mereka melihat program kerja tersebut melalui kinerja partai atau kontestan dimasa lampau, dan tawaran program yang diberikan sang calon atau partai politik dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang terjadi.

19

(25)

Pemilih jenis ini memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideologi kepada suatu partai politik atau seorang kontestan. Hal yang terpenting bagi pemilih jenis ini adalah apa yang bisa dan yang telah dilakukan oleh sebuah partai atau seorang kontestan pemilu.

Pemilih Kritis

Proses untuk menjadi pemilih ini bisa terjadi melalui 2 hal yaitu pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai atau kontestan pemilu mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya dimana pemilih tertarik dahulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai atau kontestan pemilu baru kemudian mencoba memahami nila-nilai dan faham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih jenis ini adalah pemilih yang kritis, artinya mereka akan selalu menganalisis kaitan antara ideologi partai dengan kebijakan yang akan dibuat.

Pemilih Tradisional

(26)

apa saja yang dikatakan oleh seorang kontestan pemilu atau partai politik yang merupakan kebenaran yang tidak bisa ditawar lagi.

Pemilih Skepsis

Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau kontestan pemilu, pemilih ini juga tidak menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatu hal yang penting. Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu, biasanya mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun yang menjadi pemenang dalam pemilu, hasilnya sama saja, tidak ada perubahan yang berarti yang dapat terjadi bagi kondisi daerah atau negara ini.

Setelah melihat beberapa jenis pemilih, para kontestan pemilu nanti harus bisa memahami segala jenis pemilih dan berusaha merebut suara pemilih tersebut, yaitu tentunya melalui kampanye. Karena dengan memahami jenis pemilih yang ada, kemungkinan untuk memenangkan pemilu menjadi semakin kuat. Mereka harus mampu meraih suara dari setiap jenis pemilih yang ada. Untuk itu mereka pada umumnya dukungan dari tokoh-tokoh ataupun hal-hal yang membuat setiap jenis pemilih di atas mau mendukung mereka dalam pemilu ataupun pilkada nanti.

I.4.2 Pemilihan Kepala Daerah

(27)

langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah:20

• Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi

• Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten

• Walikota dan wakil walikota untuk kota

Aktor-aktor utama yang berperan sentral dalam proses pilkada adalah rakyat, partai politik dan kandidat itu sendiri. Di samping itu, komisi pemilihan umum daerah (KPUD) sebagai lembaga penyelenggaraan pilkada yang sifatnya independen, sedangkan pemerintah daerah, merupakan pilar lainnya yang turut memberikan kontribusi bagi penyelenggaraan pilkada.21

Dipilihnya sistem pilkada langsung mendatangkan optimisme dan pesimisme tersendiri. Pemilihan kepala daerah langsung dinilai sebagai perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” masyarakat di daerah dengan memberikan wewenang yang utuh dalam rangka rekrutmen pimpinan daerah sehingga meningkatkan kehidupan demokrasi di tingkat lokal. Apabila pilkada

Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

20

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan _umum_kepala_daerah_dan_wakil_kepala_daerah

21

(28)

langsung itu berhasil, maka akan menghasilkan dan melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, yang sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada kritisisme dan rasionalisme rakyat sendiri.22

Pilkada langsung menjadi solusi elegan sekaligus terobosan untuk mengatasi kemacetan demokrasi lokal. Dengan demikian guliran perubahan akan terus berlangsung dari tingkat nasional ke tingkat lokal, khususnya dalam memilih pejabat publik yang dipilih langsung oleh rakyat sesuai keinginannya.23

Istilah jabatan publik mengisyaratkan bahwa kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan yang terkait langsung dengan kepentingan rakyat (publik), yang dampaknya dirasakan oleh rakyat. Sedangkan jabatan politik mengisyaratkan bahwa mekanisme rekrutmen kepala daerah dilakukan dengan mekanisme politik, yaitu melalui pemilihan yang melibatkan elemen-elemen politik seperti rakyat dan partai-partai politik. Dengan demikian, pilkada merupakan bagian dari proses rekrutmen politik, yaitu penyeleksian oleh rakyat sebagai pemilih (voters) terhadap figur-figur yang mencalonkan diri/dicalonkan sebagai kepala daerah (baik Gubernur/Wakil Gubernur, maupun Bupati/Walikota atau Wakil Bupati/Wakil Walikota).24

Pemilihan kepala daerah langsung merupakan keputusan hukum yang harus dilaksanakan. Dengan pemilihan langsung, yang menggunakan azas-azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, maka pilkada langsung layak disebut sebagai sistem rekrutmen pejabat publik yang hampir memenuhi parameter demokratis.25

Mekanisme pemilihan kepala daerah disebut demokratis apabila memenuhi beberapa parameter. Mengutip pendapat Robert Dahl, Samuel Huntington (1993) dan Bingham Powel

22

(29)

(1978), Afan Gaffar dan kawan-kawan mengatakan, parameter untuk mengamati terwujudnya demokrasi antara lain:26

• Menggunakan mekanisme pemilihan umum yang teratur

• Memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan

• Mekanisme rekrutmen dilakukan secara terbuka

• Akuntabilitas publik

Dibawah ini adalah penjelasan masing-masing parameter tersebut27

• Pemilihan Umum

,

Rekrutmen jabatan politik atau publik harus dilakukan dengan pemilihan umum yang diselenggarakan secara teratur dengan tenggang waktu yang jelas, kompetitif, jujur dan adil. Pemilu merupakan gerbang pertama yang harus dilewati karena dengan pemilu lembaga demokrasi dapat dibentuk. Kemudian setelah pemilihan biasanya orang akan melihat dan menilai seberapa besar pejabat publik terpilih memenuhi janji-janjinya. Penilaian terhadap kinerja pejabat politik itu akan digunakan sebagai bekal untuk memberikan ganjaran atau hukuman (reward and punishment) dalam pemilihan mendatang. Pejabat yang tidak dapat memenuhi janji-janjinya dan tidak menjaga moralitasnya akan dihukum dengan cara tidak dipilih, sebaliknya pejabat yang berkenaan di hati masyarakat akan dipilih kembali.

26

Lihat Drs. H. Syaukani, HR, Prof. Dr. Afan Gaffar, MA, dan Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid, MA, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta: Kerjasama Pustaka Pelajar dan Pusat Kajian Etika Politik dan Pemerintah, Maret 2002), hlm. 12-13

27

(30)

• Rotasi Kekuasaan

Rotasi kekuasaan juga merupakan parameter demokratis tidaknya suatu rekrutmen pejabat politik. Rotasi kekuasaan mengandaikan bahwa kekuasaan atau jabatan politik tidak boleh dan tidak bisa dipegang terus menerus oleh seseorang, seperti dalam sistem monarkhi. Artinya, kalau seseorang yang berkuasa terus menerus atau satu partai politik yang mengendalikan roda pemerintahan secara dominan dari waktu ke waktu sistem itu kurang layak disebut demokratis. Dengan kata lain, demokrasi memberi peluang rotasi kekuasaan atau rotasi pejabat politik secara teratur dan damai dari seorang Kepala Daerah satu ke Kepala Daerah lain, dari satu partai politik ke partai politik lainnya.

• Rekrutmen Terbuka

Demokrasi membuka peluang untuk mengadakan kompetisi karena semua orang atau sekelompok mempunyai han dan peluang yang sama. Oleh karena itu, dalam mengisi jabatan politik, seperti Kepala Daerah , sudah seharusnya peluang terbuka untuk semua orang yang memenuhi syarat, dengan kompetisi yang wajar sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Di negara-negara totaliter dan otoriter, rekrutmen politik hanyalah merupakan domain dari seseorang atau sekelompok kecil orang.

• Akuntabilitas Publik

(31)

KKN. Apa yang mereka lakukan terbuka untuk dipertanyakan kepada publik. Demikian pula yang dilakukan keluarga terdekatnya, sanak saudaranya, dan bahkan teman dekatnya seringkali dikaitkan dengan kedudukan atau posisi pejabat tersebut. Hal itu karena pejabat publik merupakan amanah dari masyarakat, maka ia harus dapat menjaga, memelihara dan bertanggungjawab dengan amanah tersebut.

Selain itu pilkada langsung dapat disebut praktik politik demokratis apabila memenuhi beberapa prinsipal, yakni menggunakan azas-azas yang berlaku dalam recruitment politik yang terbuka, seperti pemilu legislatif (DPR, DPD, DPRD) dan pemilihan presiden dan wakil presiden, yakni azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber dan Jurdil) :28

1. Langsung

Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

2. Umum

Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundangan berhak mengikuti pilkada. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna yang menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.

3. Bebas

Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihan tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai kehendak hati nurani dan kepentingannya.

28

(32)

4. Rahasia

Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin dan pilihannya tidak akan diketahui oleh pukah mana pun dengan jalan apa pun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.

5. Jujur

Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap penyelenggara pilkada, aparat pemerintah, calon/ peserta pilkada, pengawas pilkada, pemantau pilkada, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Adil

Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap pemilih dan calon/ peserta pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecenderungan pihak manapun.

I.5 Metodelogi Penelitian

1.5.1 Jenis Penelitian

(33)

I.5.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah karena lokasi penelitian merupakan daerah tempat peneliti bertempat tinggal, sehingga akan lebih mudah bagi peneliti mendapatkan data baik dari masyarakat maupun dari instansi yang terkait dengan penelitian nantinya. Selain itu akan lebih mudah pula berinteraksi dengan masyarakat sehingga akan mempermudah dalam hal memperoleh data dari responden.

I.5.3 Populasi dan Sampel

Populasi

Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua warga Kelurahan Mangga yang terdaftar dan tercatat sebagai warga Kelurahan Mangga yaitu sebanyak 34.926 jiwa.

Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi yang menggunkan cara tertentu. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah masyarakat yang terdaftar sebagai Pemilih Tetap di Kelurahan Mangga. Dalam menentukan jumlah sampel untuk kuesioner, penulis menggunakan rumus Taro Yamane29

1 N : Jumlah populasi

29

(34)

D : Presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%

Dari rumus diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1

Maka jumlah sampelnya adalah 100 orang.

I.5.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Data sekunder, yaitu dengan mencari sumber data dan informasi melalui buku-buku, jurnal, internet, dan lain-lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Atau dengan kata lain disebut dengan library research.

(35)

I.5.5 Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian disusun, dianalisa dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis tentang kondisi dan situasi yang ada dan juga yang sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Data-data tersebut diolah dan dieksplorasi secara mendalam yang selanjutnya akan menghasilkan kesimpulan yang menjelaskan masalah yang diteliti.

I.6 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini akan memuat latar belakang, masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dasar-dasar teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Deskripsi Lokasi Penelitian

Pada bab ini akan diuraiakn gambaran umu dari lokasi penelitian di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan.

BAB III : Pembahasan

Pada bab ini data dan informasi disajikan dan dianalisis secara sistematis berdasarkan penelitian yang dilakukan.

(36)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

II. 1 Keadaan Geografi Kelurahan

II. 1. 1 Situasi Kelurahan Mangga

Kelurahan Mangga terletak atau termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan ini adalah pemukiman padat penduduk yang dimana pada saat ini sangat sulit untuk mencari lahan kosong.

Tanahnya subur dan juga sangat dijaga kehijauannya. Maksudnya adalah bahwa di Kelurahan Mangga terdapat banyak sekali tanaman hijau yang selalu diusahakan agar tetap terjaga kesegarannya. Hal ini dimaksudkan agar pemukiman yang padat penduduk ini tidak terlihat gersang, tetapi juga tetap terlihat segar walaupun daerahnya sangat padat akan perumahan dan jumlah penduduknya besar.

II. 1.2 Luas Wilayah Kelurahan

(37)

II. 1. 3 Batas Wilayah

Kelurahan Mangga termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan Mangga ini berbatasan dengan :

− Sebelah utara berbatasan dengan Sempakata

− Sebelah selatan berbatasan dengan Simalingkar A

− Sebelah barat berbatasan dengan Simpang Selayang

− Dan yang di sebelah timur berbatasan dengan Kuala Bekala dan Simalingkar B

II. 2 Demografi Kelurahan Mangga

II. 2. 1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga

Jumlah penduduk Kelurahan Mangga adalah sebanyak 27.273 jiwa. Yang diantaranya bila diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin maka terdiri dari 13.377 jiwa laki-laki dan sisanya sebanyak 13.896 jiwa perempuan. Dan dengan jumlah 5.442 Kepala Keluarga.

Adapun klasifikasi penduduk Kelurahan Mangga berdasarkan golongan usia dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1

Klasifikasi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin

No Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. Batita 928 954 1882

2. Balita 427 548 975

(38)

5. 16 – 18 tahun 1311 1393 2704 6. 19 – 25 tahun 1321 1112 2433 7. 26 – 35 tahun 2127 2416 4543 8. 36 – 45 tahun 1923 2097 4020 9. 46 – 50 tahun 1611 1563 3174 10. 51 – 60 tahun 1169 1076 2245 11. 61 – 75 tahun 627 663 1290 12. Lebih dari 76 tahun 148 181 329

Jumlah 13377 13896 27273

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Dari data yang terlihat pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa Kelurahan Mangga mempunyai jumlah penduduk sebanyak 27.273 jiwa. Dengan jumlah perempuan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah laki. Perempuan sebanyak 13.896 jiwa, dan laki-laki sebanyak 13.377 jiwa.

(39)

II. 2. 2 Tingkat Pendidikan Penduduk

Klasifikasi tingkat pendidikan penduduk dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut

Tabel 2

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikannya

Jenis kelamin Tidak/ belum

bersekolah TK

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Tabel di atas memperlihatkan bahwa penduduk Kelurahan Mangga termasuk golongan penduduk

yang berpendidikan menengah ke atas. Bahwa lebih dari 50% jumlah penduduk Kelurahan Mangga

menjalankan wajib belajar 9 tahun yang dijalankan pemerintah. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan warga masyarakat relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin tinggi pendidikan maka

akan semakin tinggi atau semakin banyak pula pengetahuan atau informasi yang di dapatkan. Demikian

juga dengan keikutsertaan masyarakat dalam aktivitas politik seperti proses pemberian suara secara

langsung memerlukan pendidikan yang cukup. Dan dengan pengetahuan atau informasi yang didapat

maka akan membantu seseorang dalam menentukan pilihannya dalam pemilihan Gubernur. Yang

kemudian ditandai dengan kemampuannya dalam menilai pasangan calon ataupun dalam menilai

program atau visi dan misi yang diajukan pasangan calon.

Hal ini membuat pasangan calon yang ada dalam Pilgubsu haruslah lebih cerdas dalam merebut

suara di Kelurahan Mangga, dikarenakan penduduk yang berpendidikan tinggi cenderung menjadi tipe

pemilih rasional dan juga pemilih kritis. Dan untuk itu pasangan calon juga harus melakukan pendekatan

(40)

II. 2. 3 Lembaga Pendidikan

Adapun lembaga pendidikan penduduk di Kekurahan Mangga adalah sampai Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) dan ada juga lembaga pendidikan keagamaan sebagai prasarana pendidikan formal,

dan juga terdapat prasarana pendidikan ketrampilan. Untuk memperjelas lembaga pendidikan yang ada di

Kelurahan Mangga bisa dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3

Prasarana Pendidikan Formal

No Prasarana Keterangan (ada/ tidak)

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Tabel 4

2. Pendidikan agama Kristen Protestan 3 buah 769 orang

3. Pendidikan agama Katholik 1 buah 348 orang

(41)

Tabel 5

Prasarana Pendidikan Keterampilan

No Prasarana Keterangan

(ada,tidak)

Jumlah

(buah)

1. Kursus menjahit Ada 1 buah

2. Kursus bahasa Ada 6 buah

3. Kursus computer Ada 4 buah

4. Kursus keterampilan tata arias Ada 3 buah

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Tabel-tabel di atas menunjukkan bahwa di Kelurahan Mangga tersedia banyak sekali fasilitas

yang menunjang pendidikan, baik dari segi pendidikan formal, ataupun yang berupa kursus-kursus

keterampilan, dan juga terdapat pendidikan keagamaan. Walaupun prasarana pendidikan formal yang ada

tidak mencapai jenjang perguruan tinggi, namun bukan berarti jumlah masyarakat yang berhasil

mentamatkan pendidikannya di perguruan tinggi hanya sedikit saja. Masyarakat Kelurahan Mangga juga

banyak yang berhasil tamat hingga perguruan tinggi bahkan pasca sarjana.

II. 2. 4 Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian masyarakat Kelurahan Mangga pada umumnya adalah sebagai pegawai baik

pegawai negeri ataupun pegawai swasta. Tetapi ada juga yang bekerja dalam bidang pertanian tanaman

pangan, ataupun dalam bidang jasa perdagangan.

(42)

Tabel 6

Pekerjaan Sektor Pertanian Tanaman Pangan

No Status Jumlah (orang)

1. Pemilik tanah sawah 9 orang

2. Pemilik tanah atau ladang 158 orang

3. Penyewa 61 orang

4. Buruh tani 368 orang

Jumlah 596 orang

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Seperti dapat dilihat dalam Tabel 6 di atas bahwa masyarakat Kelurahan Mangga banyak yang

menjadi emilik tanah untuk lading yaitu sebanyak 158 orang. Walaupun tanah atau lading mereka tidak

berlokasi di daerah Kelurahan Mangga. Dan dapat di lihat pula masyarakat Kelurahan Mangga ini banyak

juga yang bekerja sebagai buruh tani. Yaitu sekitar 368 orang. Tetapi pekerjaan sebagai buruh tani ini

adalah bukan merepakan pekerjaan utama mereka. Karena mereka mempunyai pekerjaan utama yang lain.

Tabel 7

Sektor Jasa/ Perdagangan

No Status/ Jenis Jasa/ Perdagangan Jumlah (orang)

1. Jasa Pemerintahan/ Nonpemerintahan

a. Pegawai Negeri Sipil

- Pegawai Kelurahan 9 orang

(43)

b. Pensiunan ABRI/ Sipil 381 orang

c. Pegawai Swasta 4120 orang

d. Pegawai BUMN/ BUMD 95 orang

2. Jasa Lembaga Keuangan

Perbankan 17 orang

3. Jasa Perdagangan

- Warung 114 orang

- Kios 71 orang

- Toko 174 orang

4. Jasa Penginapan

- Wisma/ mess 3 orang

5. Jasa Komunikasi dan Angkutan

- Angkutan sepeda motor 336 orang

- Mobil kendaraan umum 528 orang

6. Jasa Pelayanan Hukum dan Nasihat

- Notaris 21 orang

- Pengacara 37 orang

- Konsultan 12 orang

7. Jasa Keterampilan

- Tukang cukur 12 orang

- Tukang jahit 26 orang

Jumlah 8873

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Dari data dalam Tabel 7 di atas maka dapat kita lihat jenis-jenis pekerjaan utama yang dimiliki

(44)

paling dominan dari masyarakat Kelurahan Mangga adalah pegawai negeri sipil, lalu kemudian dan

diikuti dengan jenis pekerjaan yang bergerak dalam jasa komunikasi dan angkutan.

II. 2. 5 Agama Penduduk

Masyarakat Kelurahan Mangga terdiri dari berbagai macam agama yang akan dipaparkan dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 8

Agama yang Dianut di Kelurahan Mangga

No Agama Jumlah

1. Islam 13722 orang

2. Kristen Protestan 8348 orang

3. Kristen Katholik 5081 orang

4. Buddha 49 orang

5. Hindu 73 orang

Jumlah 27273 orang

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Penduduk di Kelurahan Mangga mayoritas menganut agama Islam yaitu sekitar 50,3% yaitu

sebanyak 13722 orang. Kemudian diikuti agama Kristen Protestan sebanyak 8348 orang, lalu diikuti

agama Katolik sebanyak 5081 orang. Penduduk yang beragama Hindu sebanyak 73 orang dan yang

beragama Buddha sebanyak 49 orang.

II. 2. 6 Fasilitas Kesehatan Penduduk

Kelurahan Mangga ini mempunyai beberapa fasilitas kesehatan seperti apotik, rumah sakit

(45)

Tabel 9

Prasarana Kesehatan

No Uraian Ada/ Tidak Jumlah

1. Apotek Ada 6

2. Rumah Sakit Umum Tidak -

3. Rumah Sakit Bersalin Ada 2

4. Poliklinik Ada 1

5. Posyandu Ada 25

6. Rumah Sakit Khusus Ada 1

7. Puskesmas Ada 1

8. Puskesmas Pembantu Ada 1

9. Dokter Praktek Ada 12

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Dapat di lihat dalam Tabel 9 di atas bahwa terdapat banyak sekali fasilitas kesehatan yang

terdapat di Kelurahan Mangga. Dengan demikian masyarakat ini tidak akan kesulitan dalam

menanggulangi masalah kesehatn karena memang fasilitas yang diberikan pun sudah cukup baik.

II. 2. 7 Perolehan Hasil Suara

Dari hasil penghitungan suara tersebut diketahui, pemilih yang menggunakan hak suaranya hanya

812.454 jiwa dari 1.725.321 jiwa yang terdaftar dalam DPT (tak sampai 50 persen). Dari 812.454 orang

yang memilih, sebanyak 13.783 suara batal sehingga suara yang sah sebanyak 798.671 suara. Berikut

(46)

Tabel 10

Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA

PEMILIHAN GUBERNUR SUMATERA UTARA TAHUN 2008

(47)

18. Medan Deli 7019 8973 4611 6843 22841

19. Medan

Labuhan 6118 6391 5302 4481 16807

20. Medan

Marelan 5164 4760 1790 3963 18913

21. Medan

Belawan 6593 5225 4753 2570 16242 Sumber : data KPU Medan tahun 2008

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa hasil dari perolehan suara pasangan H Syamsul Arifin dan pasangannya Ir Gatot Pudjo Nugroho unggul di beberapa kecamatan. Tetapi di tempat saya melakukan penelitian memang yang unggul adalah pasangan Mayjen TNI (Purn) Tritamtomoo dan pasangannya Benny Pasaribu. Yaitu di Kecamatan Medan Tuntungan yang termasuklah di dalamnya Kelurahan Mangga.

(48)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Pada Bab ini akan dianalisis data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan, dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Setelah dilakukan penelitian di lapangan dengan cara penyebaran kuesioner, maka diperoleh berbagai data mengenai keadaan responden serta jawaban-jawaban dari beberapa pertanyaan yang diajukan di dalam kuesioner yang kemudian disajikan dan dianalisis pada BAB III ini. Di sini dijelaskan pula tentang karakteristik umum responden dan bagaimana perilaku pemilih masyarakat di Kelurahan Mangga pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008. Perilaku pemilih ini sendiri dapat dilihat dalam 3 bentuk. Yakni :

• pada saat masa kampanye,

• pada saat masa pemungutan suara dan juga

• apakah mereka menjadi anggota partai politik.

III.1 Identitas Responden

Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, pendidikan dan juga jenis pekerjaan.

Tabel 11

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Persentase

1. 17-26 9 9%

2. 27-36 13 13%

(49)

4. 47-56 42 42%

5. 57-66 4 4%

6. 67-76 2 2%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Pada Tabel 11 tentang karakteristik responden berdasarkan umur, menunjukkan bahwa usia terbanyak yang menjadi responden dari penelitian ini adalah mereka yang berumur di bawah 57 tahun. Bahkan responden terbanyak berumur antara 47-56 tahun yaitu sebanyak 42 responden atau 42%. Setelah itu disusul pula dengan responden yang berusia antara 37 -46 tahun adalah sebanyak 30 responden atau sekitar 30%. Dan sebanyak 13 responden atau 13% berusia antara 27 -36 tahun. Disusul dengan usia antara 17-26 tahun sebanyak 9 responden atau 9% dan kemudian yang terakhir adalah sebanyak 2 responden atau 2% yang berusia antara 67 -76 tahun.

Tabel 12

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Persentase

1. Laki-laki 38 38%

2. Perempuan 62 62%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

(50)

tidak terlalu jauh. Oleh karena itu, komposisi berdasarkan jenis kelamin masih dianggap berimbang.

Pada Tabel 12 tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak bila dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Yaitu responden perempuan sebanyak 62 responden atau 62% dan responden laki-laki sebanyak 38 responden atau 38%.

Tabel 13

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase

1. Islam 42 42%

2. Kristen Protestan 48 48%

3. Kristen Katolik 9 9%

4. Buddha 1 1%

5. Hindu 0 0%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

(51)

Tabel 14

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan terakhir Jumlah Persentase

1. SD 0 0%

2. SLTP 1 1%

3. SLTA 36 36%

4. Diploma (D1, D2, D3) 23 23%

5. Sarjana 38 38%

6. Tidak Sekolah 0 0%

7. Pasca Sarjana 2 2%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

(52)

Tabel 15

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Utama

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1. PNS 42 42%

2. Pegawai Swasta 15 15%

3. Petani 9 9%

4. Wiraswasta 9 95

5. Lain-lain 25 25%

TOTAL 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

(53)

III. 2 Evaluasi Tentang Perilaku Pemilih

Berikut ini disajikan data dari jawaban responden terhadap keseluruhan pertanyaan melalui kuesioner yang telah disebarkan yaitu menyangkut evaluasi responden tentang perilaku pemilih pada pemilihan Gubernur tahun 2008.

Tabel 16

Jawaban Responden Terhadap Apakah Terdaftar dalam DPT

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Ya 98 98%

2. Tidak 2 2%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa sebanyak 98 responden atau 98% telah terdaftar dalam DPT atau Daftar Pemilih Tetap di Kelurahan Mangga dan sisanya sebanyak 2 responden atau 2% tidak terdaftar dalam DPT. Sedangkan sisanya sebanyak 2 responden atau 2% tidak terdaftar dalam DPT Kelurahan Mangga dikarenakan alasan-alasan lain seperti misalnya baru pindah ke Kelurahan Mangga sementara belum sempat mengurus KTP di sana ataupun karena merupakan penduduk pendatang.

Tabel 17

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Menggunakan Hak Pilih

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Ya 91 91%

2. Tidak 9 9%

Total 100 100%

(54)

Pada Tabel 17 menunjukkan hasil bahwa sebanyak 91 responden atau 91% telah menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008 dan sisanya sebanyak 9 responden atau 9% tidak ikut menggunakan hak pilihnya. Dan ketika dilakukan pendekatan lebih lagi terhadap 9 responden yang tidak menggunakan hak pilihnya maka mereka menjelaskan bahwa ada alasan tertentu mereka tidak ikut memilih. Yakni selain ada yang tidak terdaftar dalam DPT, ada juga yang tidak memilih karena bentrok terhadap jadwal pekerjaan, ataupun ada yang menganggap bahwa mereka memilih atau tidak tetap saja akan ada menang.

Tabel 18

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Menggunakan Hak Pilih

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jawaban Responden Jumlah Persentase

1. SLTP Ya 1 1%

Tidak 0 0%

2. SLTA Ya 30 30%

Tidak 6 6%

3. Diploma Ya 21 21%

Tidak 2 2%

4. Sarjana Ya 37 37%

Tidak 1 1%

5. Pasca Sarjana Ya 2 2%

Tidak 0 0%

(55)

Tabel 19

Jawaban Responden Terhadap Alasan Menggunakan Hak Pilih

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Sadar akan hak sebagai warga Negara 90 90% 2. Karena memperoleh imbalan uang, sembako, jabatan. 2 2% 3. Ajakan keluarga, teman, tokoh masyarakat 2 2%

4. Lain-lain 6 6%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

(56)

Tabel 20

Jawaban Responden Terhadap Alasan Menggunakan Hak Pilih Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jawaban Responden Jumlah Persenatase

1. SLTP

Sadar akan hak sebagai warga Negara

Sadar akan hak sebagai warga Negara

Sadar akan hak sebagai warga Negara

Sadar akan hak sebagai warga Negara

Sadar akan hak sebagai warga Negara

Sumber : kuesioner penelitian 2010

(57)

pendidikanyang lebih baik mempunyai cenderung sadar akan hak mereka sebagai warga Negara. Sedangkan sebaliknya, masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung memilih karena mempunyai alasan tertenu seperti mendapatkan imbalan.

Tabel 21

Jawaban Responden Terhadap Apakah Keluarga Anda Memilih

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Ya 94 94%

2. Tidak 6 6%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa keluarga dari masyarakat Kelurahan Mangga juga mengikuti pemilihan Gubernur yaitu sebanyak 94 responden atau 94%, dan kemudian sisanya sebanyak 6 responden atau 6% keluarga mereka tidak ikut memilih.

Tabel 22

Jawaban Responden Terhadap Apakah Anggota Keluarganya Mempengaruhi Pilihannya

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Ya 28 28%

2. Tidak 72 72%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

(58)

perkembangan yang lainya. Dapat dilihat dari table diatas bahwa pihak keluarga tidak memberikan pengaruh. Bahwa jawaban responden pihak keluarga itu bukan suatu penentu pilihan.

Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa sebanyak 72 responden atau 72% mengakui bahwa pilihan angota keluarga mereka tidak mempengaruhi pilihan mereka sendiri. Tetapi melalui wawancara lebih lanjut lagi dijelaskan pula bahwa dari 72 responden yang mengatakan ‘tidak’, maka 69 diantaranya mengatakan bahwa ternyata pilihan mereka memang sama dengan anggota keluarga lainnya. Dan sebanyak 28 responden atau 28% menjawab bahwa pilihan mereka memang dipengaruhi juga oleh pilihan dari keluarga mereka. Karena memang keluarga mereka biasanya mendiskusikan terlebih dahulu pasangan atau partai apa yang akan mereka pilih nantinya. Dan hal ini adalah merupakan suatu kebiasaan di dalam keluarga mereka.

III. 3 Evaluasi Tentang Kampanye

Berikut ini akan disajikan keseluruhan dari jawaban responden yang berkaitan dengan kampanye

di Kelurahan Mangga pada pemilihan Gubernur tahun 2009. Tentang seberapa seringkah mereka ikut

kampanye dan juga apakah kampanye itu nantinya akan mempengaruhi keputusan dia ketika proses

pemungutan suara tadi.

Tabel 23

Jawaban Responden Terhadap Pernah atau Tidak Melihat Kampanye

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Pernah 62 62%

2. Tidak 38 38%

Total 100 100%

(59)

Pada Tabel 23 dapat kita lihat bahwa sebanyak 62 responden atau 62% mengaku bahwa mereka pernah melihat kampanye yang berlangsung ketika pemilihan Gubernur tahun 2008, dan sisanya sebanyak 38 responden atau 38% mengatakan bahwa mereka tidak pernah melihat kampanye ketika pemilhan Gubernur tahun 2008. Bahkan sebenarnya mereka kurang tertarik untuk mengikuti kampanye itu sendiri.

Tabel 24

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan

Terlibat Langsung dalam Kampanye atau Tidak

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Ya 10 10%

2. Tidak 90 90%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Kampanye adalah salah satu usaha dari kandidat/para calon untuk meyakinkan para calon pemilih untuk mendapat dukungan yang sebesar-besarnya dengan menawarkan banyak program dan menawarkan pembangunan dan penawaran yang lain. Melalui kampanye yang dilakukan para kandidat pada saat inilah mereka menyampaikan segala banyak hal yang dapat memikat perhatian masyarakat untuk dapat memilih mereka. Bagi publik/ masyarakat atau calon pemilih kampanye merupakan sarana untuk melihat, mengamati, menentukan calon mana yang akan menjadi pilihanya. Begitu juga dengan sebaliknya kampanye bukanlah hanya sekedar penyampaian visi dan misi dan menyampaikan janji saja bagi masyarakat supaya dipih melainkan janji adalah suatu hal yang akan di tepati.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 4
Tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Butir soal tersebut mungkin mengukur aspek lain di luar bahan yang diajarkan (soal tidak sesuai dengan tujuan pengajaran), maka sebaiknya direvisis atau

The Two Spains in Los usurpadores and La cabeza del cordero As stated, the short stories in Los usurpadores and La cabeza del cordero were already issued or written almost at the

hasil dan risiko reksadana syariah memberikan hasil bahwa kinerja imbal-hasil semua jenis reksa- dana syariah (saham, pendapat an tet ap, cam- puran dan terproteksi)

Sedangkan menurut istilah, term amanah mempunyai makna yang luas, karena mencakup hal-hal yang berkaitan tentang hubungan interpersonal antara manusia dan sang Maha

Kriteria ketertarikan siswa yang terdiri dari dua kriteria, yaitu ketertarikan siswa terhadap LKS dengan pendekatan strategi penemuan konsep untuk mempelajari pokok

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3) tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB

M embudayakan gaya hidup yang sihat dan menerapkan amalan menjaga kebersihan kampus dalam diri siswa-siswi adalah objektif utama program Sejahtera Walk yang diadakan