PROFIL LIPID PADA PEMAKAIAN KB DEPO
MEDROKSI PROGESTERON ASETAT SELAMA
1 TAHUN
TESIS
OLEH :
EDWARD MULJADI
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H.ADAM MALIK - RSUD Dr.PIRNGADI
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM – 5
Pembimbing : Dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG (K)
Dr. Yostoto B.Kaban, Sp.OG (K)
Penyanggah : Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG (K)
Dr. Indra G Munthe, Sp.OG (K)
Dr. Deri Edianto, Sp.OG (K)
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai keahlian dalam bidang Obstetri
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian ini telah disetujui oleh TIM – 5:
PEMBIMBING:
Dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG (K)
……….
Pembimbing I Tgl: September
2010
Dr. Yostoto B. Kaban, Sp. OG (K) ……….
Pembimbing II Tgl: September
2010
PENYANGGAH
Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG
……….
Tgl: September 2010
Dr. Deri Edianto, Sp.OG (K)
……….
Tgl: September 2010
Dr. Indra G. Munthe, Sp.OG (K)
………..
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Berkat dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
” PROFIL LIPID PADA PEMAKAIAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT SELAMA 1 TAHUN ”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H (CTM&H), Sp.A(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar Siregar, Sp.PD, KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran dan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi USU Medan.
2. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. M.Fidel Ganis Siregar, SpOG , Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Dr. Deri Edianto, SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. Yusuf Hanafiah, SpOG (K), Prof. Dr. T.M. Hanafiah, SpOG (K), Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K), Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K), Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K), dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K), yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
4. Dr Ichwanul Adenin, SpOG.(K) dan Dr.Yostoto B. Kaban, SpOG.(K) dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing , memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
5. Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG, Dr. Indra G Munthe, SpOG.(K) dan Dr. Deri Edianto, SpOG.(K) selaku tim penyanggah dan nara sumber dalam penulisan tesis ini, yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam perbaikan tesis ini.
6. Prof. Dr. Djafar Siddik, Sp.OG.(K) beserta keluarga besar yang telah memberikan saya kesempatan, motivasi sekaligus semangat bagi saya untuk dapat mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSHAM/RSPM.
7. Prof. Dr.M Fauzie Sahil ,SpOG.(K), selaku Bapak Angkat saya selama menjalani masa pendidikan ini, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan nasehat-nasehat bermanfaat kepada saya dalam menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.
8. Dr. Surya Dharma, MPH yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.
9. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP H. Adam Malik- RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan.
10.Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi di departemen Obstetri dan Ginekologi.
11.Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
13.Direktur RSU Sipirok, beserta staf, atas kesempatan kerja dan bantuan moril selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.
14.Kepala Bagian Anastesiologi dan Reanimasi FK USU Medan beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di bagian tersebut
15.Kepala Departemen Patologi Anatomi FK USU Medan beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberiakn selama saya bertugas di Departemen tersebut
16.Kepada Senior-senior saya Dr. Hayu Lestari, SpOG, Dr. M. Oky Prabudi, SpOG,Dr. Johny Marpaung, SpOG, Dr. Melvin G Barus, SpOG, Dr. Milvan Hadi , SpOG, Dr. Muara P Lubis, SpOG , Dr. Juni Hardy Tarigan, SpOG, Dr. Dudy Aldiansyah, SpOG, Dr. Dwi Faradina, SpOG, Dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG, Dr. Adrian, SpOG, Dr. Andrian SpOG, Dr. Rony Pumala Bangun, SpOG,Dr. David Lubis, SpOG, Dr. Silvy Syahrini, SpOG dan Dr. Gorga IVW Udjung, SpOG terima kasih banyak atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.serta Junior-junior saya Dr Yasnil, Dr Made Surya Kumara, Dr Jepri, Dr. Andri P Aswar, Dr Alfian Siregar, Dr Errol H, Dr. Glugno Joshimin, Dr Ismail Usman, Dr Irwan,Dr Meity, Dr Hendri Ginting, Dr Yudha Sudewo, Dr Hendri Gunawan,Dr Julita, Dr Wahyu Wibowo, Dr Nurneliani Amni dan Dr Rahmanita Siregar terima kasih atas dukungan, motivasi dan kebersamaan kita selama ini.
17.Kepada teman – teman seangkatan saya, Dr. M. Ikhwan, Sp.OG, Dr. Zilliyadein Rangkuti, Dr. Ari Abdurahman Lubis, Dr. Riza Hendrawan Nasution dan Dr. Lili Kuswani terima kasih atas dorongan dan semangat yang diberikan kepada saya.
18.Teman Sejawat Asisten Ahli, Dokter Muda, Bidan, Paramedis, karyawan/karyawati, dan pasien-pasien yang telah ikut membantu dan bekerjasama dengan saya dalam menjalani pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik, RSUD Pirngadi Medan, RS Sundari, RUMKIT ANGKATAN DARAT, RS Haji Mina Medan, RS PTPN II TEMBAKAU DELI.
Veronica Lianawati Ramali, yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari masa kanak-kanak hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta motivasi selama mengikuti pendidikan ini.
Terima Kasih saya ucapkan kepada Aminuddhin,drg , Mery Soengjadi, Fridolin Widia,drg , Andy William, beserta seluruh Keluarga Besar serta Keluarga Besar Drs H Hasrul Azwar MM dan ibu yang telah banyak memberikan dukungan kepada saya, khususnya selama menjalani pendidikan dan masa-masa yang sulit serta memberikan motivasi kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.
Khususnya kepada Orang tua saya , saya ucapkan terima kasih yang tidak terhingga dan saya sampaikan serta diiringi permohonan maaf saya yang sebesar-besarnya karena kesibukan menyelesaikan tugas-tugas di pendidikan ini, tugas saya sebagai Anak sedikit terabaikan. Tanpa pengorbanan, doa dan dukungan dari kalian, tidak mungkin tugas-tugas ini dapat saya selesaikan.
Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua.
Medan, September 2010
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak………..……...6
2.2.1 Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner………16
2.2.2 Klasifikasi Kadar Lipid Plasma menurut NCEP-ATP III……….16
2.2.3 Proses aterosklerosis………...17
2.3 Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)………...19
2.3.1 Penggunaan DMPA………20
2.3.2 Farmakokinetik DMPA………22
2.3.3 Farmakodinamik………..24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian………28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………..28
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian……….28
3.3.2 Sampel Penelitian………...28
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi untuk Kelompok Subjek………...29
3.4.2 Kriteria Inklusi untuk Kelompok Kontrol………..29
3.4.3 Kriteria Eksklusi untuk Kelompok Subjek dan Kontrol………29
3.5 Besar Sampel………...31
3.6 Cara Kerja………31
3.7 Kerangka Operasional………...32
3.8 Rencana Manajemen dan Analisis Data………33
3.9 Definisi Operasional………...33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden………...35
4.2 Kadar Profil Lipid Responden………..36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………...40
5.2 Saran………40
DAFTAR PUSTAKA……….41
LAMPIRAN I………..46
LAMPIRAN II……….47
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Lipid ………...8
Tabel 2.2 Klasifikasi Kadar Lipid Plasma (mg/dl) ……….17
Tabel 2.3 Gambaran Umum Progestin...22
Tabel 4.1 Karakteristik akseptor KB DMPA dan AKDR………35
Tabel 4.2 Rerata kadar kolesterol total pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun………...36
Tabel 4.3 Rerata kadar LDL pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun………..37
Tabel 4.4 Rerata kadar HDL total pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun……...………..38
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
ABCA1 : ATP-binding cassette transporter1
Apo : Apolipoprotein
ASI : Air susu ibu
DMPA : DepoMedroxy Progesteron Acetate
E2 : Estradiol
FSH : Folicle Stimulating Hormone HDL : High Density Lipoprotein
IM : intra muskuler
IMT : Indeks Massa Tubuh
IL-1β : interleukin 1β
IRT : ibu rumah tangga
LCAT : Lecithine cholesterol acyl transferase. Lp (a) : Lipoprotein (a)
LDL : Low density Lipoprotein LH : Luteinizing Hormone
MDA : Malondialdehid
NCEP-ATP III : National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III
NO : Nitrit oxide
PJK : penyakit jantung koroner ROS : reaktivitas oksigenasi spesies SHBG : Sex hormone-binding globulin SR-A : Scavenger receptor-A TNF α : Tumor necrosis factor
TGT : Trigliserida
PROFIL LIPID PADA PEMAKAIAN KB DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT SELAMA 1 TAHUN MEDAN
Edward Muljadi, Adenin I, Kaban YB, Pasaribu HP, Edianto D, Munthe IG
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H. Adam Malik Medan ABSTRAK
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui profil lipid pada pemakaian DMPA selama 1 tahun
Rancangan Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian comparative study dengan desain cross sectional, dengan melakukan pengamatan sesaat pada akseptor KB suntikan DMPA. Data yang
diperoleh dianalisa dan dilakukan uji statistika dengan uji-t dan sajian data diolah dengan bantuan program statistika secara komputerisasi
Hasil Penelitian : Dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa dari kedua kelompok yang memperoleh DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk
kadar kolesterol total (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian DMPA selama 1 tahun dapat dikatakan relatif aman terhadap kadar kolesterol total. Hal yang sama seperti pada kadar kolesterol total, ternyata kadar LDL pada kelompok akseptor DMPA memiliki nilai yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kelompok akseptor AKDR, meskipun kadar tersebut masih dalam batas rentang normal (<155 mg/dl). Dari tabel rerata kadar LDL, melalui uji-t, didapatkan bahwa kelompok
responden yang mendapatkan DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Kadar HDL pada akseptor DMPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok akseptor
AKDR, meski demikian kadar tersebut masih dalam batas rentang normal (> 35 mg/dl).Namun dari uji analisis dengan uji-t, kadar rerata HDL pada kelompok DMPA dan AKDR, tidak dijumpai perbedaan
yang signifikan (p>0,05).
Pada kelompok akseptor AKDR, nilai Trigliserida dapat dilihat lebih tinggi dari DMPA, namun masih
Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida.
PROFIL LIPID PADA PEMAKAIAN KB DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT SELAMA 1 TAHUN MEDAN
Edward Muljadi, Adenin I, Kaban YB, Pasaribu HP, Edianto D, Munthe IG
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H. Adam Malik Medan ABSTRAK
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui profil lipid pada pemakaian DMPA selama 1 tahun
Rancangan Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian comparative study dengan desain cross sectional, dengan melakukan pengamatan sesaat pada akseptor KB suntikan DMPA. Data yang
diperoleh dianalisa dan dilakukan uji statistika dengan uji-t dan sajian data diolah dengan bantuan program statistika secara komputerisasi
Hasil Penelitian : Dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa dari kedua kelompok yang memperoleh DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk
kadar kolesterol total (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian DMPA selama 1 tahun dapat dikatakan relatif aman terhadap kadar kolesterol total. Hal yang sama seperti pada kadar kolesterol total, ternyata kadar LDL pada kelompok akseptor DMPA memiliki nilai yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kelompok akseptor AKDR, meskipun kadar tersebut masih dalam batas rentang normal (<155 mg/dl). Dari tabel rerata kadar LDL, melalui uji-t, didapatkan bahwa kelompok
responden yang mendapatkan DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Kadar HDL pada akseptor DMPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok akseptor
AKDR, meski demikian kadar tersebut masih dalam batas rentang normal (> 35 mg/dl).Namun dari uji analisis dengan uji-t, kadar rerata HDL pada kelompok DMPA dan AKDR, tidak dijumpai perbedaan
yang signifikan (p>0,05).
Pada kelompok akseptor AKDR, nilai Trigliserida dapat dilihat lebih tinggi dari DMPA, namun masih
Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida.
B A B I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dewasa ini tersedia beragam jenis kontrasepsi hormonal sehingga dapat
membingungkan para dokter dan masyarakat akan pilihan kontrasepsi mana yang
terbaik. Yang terutama adalah mengetahui jenis hormon, dosis, cara kerja, efek
samping dan cara pemberiannya. (1)
Penggunaan kontrasepsi hormonal sebagai salah satu alat kontrasepsi meningkat
tajam. Menurut WHO, dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga
berencana dan 65 – 75 juta diantaranya, terutama di negara berkembang,
menggunakan kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang digunakan dapat
memiliki dampak positif ataupun negatif terhadap berbagai organ wanita, baik organ
genitalia maupun nongenitalia.(2)
Depo Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) adalah kontrasepsi yang sering dipakai luas. Adapun cara kerja utama DMPA sebagai kontrasepsi adalah menekan ovulasi.
DMPA menghambat sekresi hipofisis, terutama pelepasan siklik dari Luteinizing Hormon (LH) dan Folicle Stimulating Hormon (FSH), dengan menekan sintesis
estradiol (E2) dan progesteron dari ovarium. (1)
Progesteron adalah hormon progestasional endogen yang pertama sekali diketahui
masih perlu terus diamati sepanjang masa kehidupan. (3)
Lipoprotein adalah kompleks lipid dan protein yang penting untuk transpor kolesterol,
trigliserida dan vitamin larut lemak. Hingga kini kelainan pada lipoprotein lebih
diperdalam oleh ahli lipid (lipidologis), namun komplikasi klinis dari penyakit
aterosklerosis kardio-vaskular telah membawa masalah ini menjadi terapi dan
diagnostik bagi pada ahli penyakit dalam. (4)
Patogenesa kolesterol sebagai penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah,
hingga kini masih dalam perdebatan. Penilitian oleh Anitschow pada hewan yang
mendapat makanan tinggi kolesterol menunjukkan adanya hubungan erat kolesterol
terhadap kejadian penyakit kardio-vaskular. Pada penelitian di abad-20, setelah
ditemukannya alat ultrasentrifugasi, diperoleh data bahwa adanya hubungan erat
antara Low density Lipoprotein (LDL) dan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK); dan High Density Lipoprotein
(HDL) diketahui ternyata merupakan fraksi protektor. (5)
Banyak ahli berpendapat bahwa penggunaan DMPA tidak menyebabkan perubahan
pada metabolisme lipid, tetapi justru banyak penelitian menemukan adanya
perubahan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL dan Trigliserida) serum pada
penggunaan DMPA jangka panjang. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada
endotel dinding pembuluh darah yang merupakan faktor risiko terjadinya
aterosklerosa.(2,5)
Limacher M.C (2002), pada penelitiannya mendapatkan bahwa penggunaan DMPA
penggunaan DMPA jangka panjang mempunyai efek terhadap kardio-vaskular. (6)
Kaunitz A.M (1994), mengatakan bahwa penggunaan jangka panjang DMPA tiap 3
bulan secara intra-muskular, dapat menginduksi perubahan metabolisme lipid
sehingga dapat memicu resiko terjadinya penyakit arterosklerosis. (7)
Shirling dkk (1981), pada penelitiannya terhadap hewan uji coba, mendapatkan
bahwa terjadi peningkatan serum kolesterol, fospolipid dan asam lemak non
esterifikasi pada hewan uji coba yang diberikan progesteron.Namun kadar
trigliserida dalam batas normal, begitu pula dengan produksi trigliseridanya juga
dalam batas normal. (8)
DMPA dapat menyebabkan retensi air dan menyebabkan edema. Pada sistim
kardiovaskuler dapat menurunkan kadar HDL plasma (penurunan HDL dikaitkan
dengan peningkatan insidensi infark miokardium) dengan mengurangi efek protektif
kardiovaskuler oleh estrogen. Pada penelitian uji klinik yang melibatkan multi-sentral
oleh WHO, didapati adanya peningkatan metabolisme lipid dalam periode beberapa
minggu setelah penyuntikan. Hasil temuan ini bila ditemui, hingga kini masih belum
ada yang melaporkan, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan profil lipid tahunan
untuk melihat efek penggunaan DMPA jangka panjang. Akibat perubahan pada profil
lipid ini yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, maka menjadi suatu
pertimbangan dalam pemilihan kontrasepsi DMPA.(9-19)
Faddah L.M dkk (2005), pada penelitiannya mengenai pengaruh pemakaian DMPA
terhadap stres oksidatif, profil lipid dan fungsi hati, didapatkan bahwa DMPA aman
badan, pola hidup, aktivitas dan kontrol diet.(20)
Mengingat di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara belum pernah melakukan penelitian ini, maka peneliti berminat
untuk melakukan penelitian ini, dengan harapan hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai data dasar.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian, bahwa belum diketahui hubungan penggunaan DMPA
terhadap profil lipid.
1.3. HIPOTESA
Ada hubungan penggunaan DMPA terhadap profil lipid.
1.4. TUJUAN PENELITIAN
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui profil lipid pada pemakaian DMPA selama 1 tahun
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar
kolesterol total.
2. Untuk mengetahui hubungan pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar
LDL
3. Untuk mengetahui hubungan pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar
HDL
Trigliserida (TGT)
1.5. MANFAAT PENELITIAN
1 Melalui penelitian ini dapat diketahui apakah penyuntikan DMPA terbukti dapat
mengganggu metabolisme lipid.
2 Bila didapati penyuntikan DMPA mengganggu metabolisme lipid, maka perlu
pengawasan profil lipid berkala terhadap penggunaan DMPA jangka panjang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lemak
Lipid sering diterjemahkan dengan lemak. Menggunakan istilah lemak untuk lipid
sebenarnya tidak begitu tepat, karena pengertian lemak sesungguhnya lebih dekat
dengan pengertian neutral fat atau trigliserid. Istilah lipid, tampaknya lebih umum dan tidak struktural. Oleh karena itu, istilah lipid kiranya lebih tepat digunakan untuk menggambarkan suatu kelompok besar biomolekul dengan gugus fungsional
karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat larut dalam air, tapi
larut dalam larutan non polar, seperti eter, aseton, bensin, karbon tetraklorida, dan
sebagainya.(21)
Lemak dikenal sebagai sumber energi yang lain, di samping berfungsi sebagai
unsur utama membran sel, hormon-hormon, anti bodi, dan sebagainya. Lemak (fat,
trigliserid) dibentuk dari esterisasi asam lemak dengan gliserol (molekul alkohol),
berbentuk kental atau padat dan umumnya berasal dari asam lemak jenuh. Minyak
merupakan hasil dari esterisasi asam lemak tidak jenuh, dan berbentuk cair dalam
suhu kamar.(21,22)
2.1.1 Klasifikasi Lipid
Lipid dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu: (1) lipid sederhana (simple lipids), (2) lipid kompleks (complex lipids) dan (3) turunan lipid (derived lipids). Lipid sederhana merupakan ester gugus asam lemak (sering disebut juga sebagai gugus asil) dengan molekul alkohol gliserol. Lipid sederhana bisa berbentuk monogliserid,
triasilgliserol, fat, atau oil – merupakan lipid yang disimpan dalam sitoplasma sel-sel jaringan lemak (adiposa). Pada lipid kompleks, tidak hanya merupakan ester gugus
asam lemak dengan molekul alkohol, tapi juga berikatan dengan molekul yang lain,
yaitu asam fosfat dan senyawa nitrogen tertentu. (21,22,23)
Asam lemak tidak hanya mengalami proses esterisasi menjadi molekul lipid yang
lebih kompleks, tapi juga dapat mengalami poses transformasi metabolik menjadi
senyawa-senyawa baru yang disebut sebagai turunan lipid. Turunan lipid dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar, seperti eikosanoid, isoprenoid,
badan keton (keton bodies), dan sebagainya. (21)
2.1.2 Metabolisme Lipid
Dalam proses pencernaan, lemak yang berasal dari makanan mengalami emulsi
oleh asam empedu lebih dahulu, sebelum dihidrolisis dengan katalisator dengan
enzim-ezim lipase menjadi digliserid, monogliserid, asam lemak bebas, dan gliserol.
Melalui vili-vili usus halus, sebagian asam lemak bebas dan gliserol mengalami
resintesis kembali menjadi trigliserid dan selanjutnya diangkut dalam molekul
kilomikron yang diproduksi oleh sel-sel mukosa usus halus, lalu beredar dalam
saluran limfe. Kilomikron kemudian beredar dalam sirkulasi darah melalui duktus
limfe toraks menuju hati. Sebagian lagi asam lemak bebas berikatan dengan
Tabel 2.1. Klasifikasi Lipid (21)
Di dalam hati, sebagian trigliserid diubah menjadi fosfolipid, dan berikatan dengan
protein tertentu membentuk molekul lipoprotein, agar bisa larut dan beredar dalam
sirkulasi darah menuju sel-sel jaringan. Jika trigliserid, fosfolipid dan kolesterol harus
diangkut oleh molekul lipoprotein, asam lemak bebas harus berikatan dengan
albumin lebih dahulu, agar beredar dalam sirkulasi darah. Kelebihan lemak atau
trigliserid akan disimpan terutama dalam jaringan adiposa dan otot-otot. Kelebihan
glukosa dalam darah akan dikonversi menjadi trigliserid dan proses sintesis
triasilgliserol ini dikenal sebagai lipogenesis. Makanan yang kaya karbohidrat dapat
menyebabkan proses lipogenesis di dalam hati dan jaringan adiposa meningkat.
Tetapi resistensi insulin justru menghambat proses lipogenesis itu, sehingga kadar
gula darah dan asam lemak bebas dalam plasma pun meningkat. Di dalam hati,
Apabila diperlukan, trigliserid di jaringan adiposa dan otot-otot dapat mengalami
hidrolisis kembali menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Selanjutnya gliserol bisa
mengalami metabolisme lebih lanjut untuk dikonversi menjadi glikogen, atau masuk
ke dalam siklus krebs untuk pembentukan energi. Demikian pula halnya dengan
asam lemak bebas, akan mengalami proses oksidasi lebih lanjut, yang dikenal
sebagai oksidasi beta . (21)
2.1.3 Lipoprotein
Lipoprotein merupakan molekul asam lemak (asam lemak ataupun gugus prenil)
yang berikatan dengan protein secara kovalen, agar bisa larut dalam air dan beredar
dalam plasma darah. Lipoprotein terdiri dari trigliserid dan ester kolesterol yang
dikelilingi dan distabilisir oleh membran fosfolipid, kolesterol bebas dan protein.
Lipoprotein juga mengandung beberapa molekul antioksidan yang larut dalam lipid
seperti α-tokoferol, karotenoid, dan sebagainya. Komponen-komponen yang
dikandungnya itu menentukan ukuran dan densitas molekul lipoprotein (21)
Gambar 2.1 Struktur lipoprotein (21)
Kilomikron diproduksi di dalam sel-sel mukosa usus halus, berfungsi untuk
transportasi gliserid dan kolesterol dari makanan melalui duktus limfe toraks masuk
subendotel kapiler, kilomikron mengalami hidrolisis dengan katalisator enzim
lipoprotein lipase (suatu enzim ekstrasel) dan kofaktor apoC-II, dimana komponen
trigliseridnya dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, kemudian diserap ke dalam
sel-sel jaringan di sekitarnya. Sisa kilomikron (chylomicron remnant) beredar kembali dalam sirkulasi darah menuju hati dan masuk ke dalam sel-sel hati melalui remnant receptor.(21,24)
2.1.3.1 Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)
Kolesterol LDL mengandung kolesterol ester yang dominan dalam intinya, tetapi
kadar trigliserida hanya kurang dari 10 %. Dalam situasi hipertrigliseridemia,
kolesterol LDL akan mampu menyerap trigliserida lebih banyak lagi. Hal tersebut
akan menghasilkan kolesterol LDL kecil – padat yang bersifat aterogenik. Waktu
paruh kolesterol LDL sekitar 2 – 3 hari. Kurang lebih separuh konsentrasi kolesterol
LDL akan diserap oleh jaringan selain hati. Sebenarnya secara fisiologis, fungsi
utama kolesterol LDL adalah memasok kolesterol ester untuk kebutuhan metabolik,
seperti pembentukan hormon dan membran sel. Sel-sel perifer juga
mengekspresikan reseptor LDL yang akan mengenali apoE serta apoB-100. (23,25)
Jika jumlah reseptor LDL di jaringan hati ini sedikit, atau tak mempunyai afinitas
yang baik dengan apoB-100 (kelainan genetik, hiperkolesterolemia familial), atau jika
diet amat banyak mengandung lemak/kolesterol (terjadi down-regulation reseptor ini) maka konsentrasi kolesterol LDL plasma sangat meningkat. Hiperkolesterolemia ini,
yaitu tingginya kadar kolesterol LDL plasma akan diambil alih oleh makrofag dan
merangsang respons inflamasi dan menghambat oksida nitrit (NO) suatu vasodilator
yang amat kuat. (23,25)
Selain hal-hal diatas, lipoprotein (a) atau Lp(a) juga mengangkut kolesterol dan
seringkali ditemukan pada plak aterosklerosis. Lipoprotein ini juga bersifat
aterogenik. Lp(a) merupakan lipoprotein varian dari kolesterol LDL dan ditandai oleh
adanya ikatan kovalen suatu glikoprotein, apo(a) dengan apo(b)-100.Apo(a) ini yang
diduga bersifat aterogenik, dia mengandung kringle (protein dengan struktur melingkar) dengan susunan asam amino mirip plasminogen. Proses aterogenik
terjadi melalui, 1) karena tingkat homologinya dengan plasminogen sangat tinggi,
maka Lp(a) akan menghambat fibrinolisis melalui ikatan dengan fibrin. 2) Lp(a)
mempercepat penyembuhan luka dengan mengangkut lipid ke tunika intima
pembuluh darah dan mengintegrasikannya dengan matriks ekstraseluler. 3)
Reseptor kolesterol LDL tidak bisa mengeluarkan Lp(a) dari plasma, sehingga
lipoprotein ini akan diambil oleh SR-A. Lp(a) ini secara struktural, bersifat kecil dan
padat sehingga aterogenik (23)
LDL Teroksidasi. Di jaringan ikat longgar subendotel kaliper, LDL ternyata mudah
mengalami oksidasi. Stres oksidatif – meningkatnya radikal bebas oksigen – dapat
menyebabkan terjadinya peroksidasi asam lemak tidak jenuh majemuk pada
“membran” LDL, sehingga LDL berubah menjadi LDL teroksidasi (oxidized LDL). Peroksidasi LDL yang ringan (minimally modified LDL) dapat menyebabkan timbulnya disfungsi endotel, tetapi belum cukup adekuat untuk ditangkap oleh sel-sel
makrofag. Peroksidasi LDL lebih lanjut barulah menyebabkan LDL teroksidasi
secara optimal dan dapat ditangkap oleh scavenger receptor makrofag di jaringan ikat longgar subendotel, kemudian menjadi sel-sel busa – awal dari proses
2.1.3.2 Kolesterol High densitiy lipoprotein (HDL)
Kolesterol HDL dapat berfungsi protektif terhadap aterosklerosis, melalui mekanisme
“transport kolesterol terbalik”. Kolesterol HDL akan mengambil kolesterol dari plak
aterosklerosis (atau jaringan lainnya) dan mengangkut ke jaringan hati. Kolesterol
tersebut akan dikatabolisme dan disekresi sebagai asam empedu. (23,26,27)
Pembentukan kolesterol HDL tergantung pada pelepasan apoA-1 dari jaringan hati
dan usus halus. Struktur apoA-1 berbentuk discoid (cakram) merupakan bentukan
struktur protein primer kolesterol HDL. ApoA-1 mungkin baru saja disintesis atau
diperoleh dari katabolisme kilomikron, kolesterol VLDL dan kolesterol
HDL.(23,25,26,27,28)
Gambar 2.2 Mekanisme transport kolesterol terbalik (23)
Pre-β1 HDL (dan molekul apoA-I) akan menembus endotel dan menuju tunika intima
serta berinteraksi dengan berbagai sel perifer dan komponen plak aterosklerosis.
ApoA-I kemudian berinteraksi dengan ATP-binding cassette transporter1 (ABCA1), suatu protein membran sel makrofag, yang akan membantu pelepasan fosfolipid dan
kolesterol bebas dari sel perifer. Interaksi yang kompleks dan penting antara ApoA-1
Melalui mekanisme yang belum sepenuhnya dipahami ini, ABCA1 menyalurkan
kolesterol dan fosfolipid dari intraseluler menuju ekstraseluler via ApoA-I. Kolesterol
dan fosfolipid ini akan dikemas dalam kolesterol HDL. Berbagai apolipoprotein yang
terdapat pada kolesterol HDL (seperti A-1,A-II,A-IV,C dan E) akan berpartisipasi
dalam proses pengeluaran kolesterol dan fosfolipid ini. Suatu keadaan yang disebut
penyakit Tangier di mana penderita tak dapat mensitesis ABCA1,akan mempunyai
konsentrasi kolesterol HDL plasma yang amat rendah. Penyakit ini mempunyai
resiko PJK yang amat tinggi. (23).
Pre-β1 HDL akan bertransformasi menjadi Pre-β2 HDL setelah kolesterol dan
fosfolipid terkemas kedalamnya. Bentuk Pre-β2 HDL ini discoid, dengan ApoA-I dan
fosfolipid membungkus kolesterol HDL, sebaliknya kolesterol berada dalam inti
lipoprotein ini. ApoA-I akan bertransformasi dan berfungsi sebagai ko-faktor enzim
LCAT (lecithine cholesterol acyl transferase).Demikian pula ApoC-I akan mengaktifkan enzim LCAT ini. Enzim ini mentransfer asam lemak bebas dari
fosfolipid ke kolesterol bebas, sehingga terbentuk kolesterol ester. Oleh karena
kolesterol ester bersifat ‘hidrofobik’ maka aktifitas enzim LCAT akan lebih banyak
membentuk kolesterol ester dalam ini kolesterol HDL, sehingga lipoprotein ini
berbentuk bulat tidak lagi discoid. (23)
Selain peran kolesterol HDL dalam transport kolesterol terbalik, lipoprotein ini juga
mencegah aterosklerosis melalui mekanisme lainnya. Suatu enzim yang terdapat
dalam kolesterol HDL, pataoksonase mampu menghambat oksidasi kolesterol HDL
dan berbagai membran sel. Kolesterol HDL juga mampu menghambat ekspresi
molekul adhesi di dinding arteri, dia juga meningkatkan sintesis prostasiklin (suatu
2.2 Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, serta penurunan
kadar kolesterol HDL. Semua fraksi lipid mempunyai peran penting dalam proses
terjadinya aterosklerosis dan erat kaitannya satu dengan yang lain. (23)
Secara etiologi,ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kadar lipid
(dislipidemia) dalam tubuh, ada yang bersifat primer dan sekunder. Berikut ini adalah
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar lipid dalam tubuh:
Faktor primer:
dislipidemia kombinasi familial
hiperkolesterolemia familial
hipertrigliseridemia familial
hiperkolesterolemia remnant
Faktor sekunder:
Obesitas
Inaktifitas fisik
Merokok
Peminum alkohol,
Obat-obatan ( kortikosteroid, penyekat beta, golongan progestasional)
Sedang masa laktasi
Hamil
Mengkonsumsi makanan, minuman atau obat-obat penurun berat badan.
Diet karbohidrat yang sangat berlebihan (> 60% energi total)
Diet lemak yang sangat berlebihan (> 30% energi total )
Lingkar perut wanita > 88 cm
Diabetes mellitus tipe 2
Hipertensi ( ≥ 140/90 mmHg)
Sering mengeluh rasa tidak nyaman di dada dan sesak napas
Gangguan metabolik atau endokrin
Gagal ginjal terminal
Sindroma nefrotik
Penyakit hati obstruksi
2.2.1 Dislipidemia sebagai faktor resiko Penyakit jantung koroner
Kolesterol LDL secara epidemiologi telah terbukti bersifat aterogenik. Terdapat
hubungan langsung antara kadar kolesterol LDL dengan kejadian PJK dini dan
serangan jantung berulang. Saat ini kolesterol LDL tetap dianggap sebagai target
primer dari terapi dislipidemia.Studi meta-analisis menunjukkan bahwa penurunan
1 % kolesterol LDL dapat menurunkan resiko PJK sebesar 1% (23)
Terdapat pula bukti keterkaitan antara kadar kolesterol HDL (<40 mg/dl) dengan
peningkatan resiko PJK. Berdasarkan studi epidemiologis penurunan kolesterol HDL
sebesar 1% sebanding dengan peningkatan resiko PJK sebesar 2-3%. Namun
demikian, data uji klinis yang membuktikan manfaat peningkatan kadar kolesterol
HDL dalam menurunkan resiko PJK masih belum mencukupi. (23)
Data epidemiologi menunjukkan juga bahwa kadar trigliserida merupakan faktor
resiko independen PJK. Hal ini menunjukan bahwa lipoprotein kaya trigliserida
merupakan sesuatu yang aterogenik. Penurunan berat badan dan terapi obat (fibrat,
asam nikotinik atau statin) dapat menurunkan lipoprotein remnant sehingga mungkin dapat menurunkan resiko PJK. (23)
2.2.2 Klasifikasi kadar lipid plasma menurut NCEP-ATP III
National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) pada tahun 2001 membuat klasifikasi kadar lipid yang digunakan saat ini. Berbeda
dengan klasifikasi sebelumnya pada klasifikasi yang baru tertera kadar lipid yang
diinginkan (optimal) (23)
Klasifikasi Kadar Lipid Plasma menurut NCEP-ATP III
<200 Yang diinginkan
200 – 239 Batas tinggi
≥ 240 Tinggi
Kolesterol LDL
< 100 Optimal
100 – 129 Mendekati optimal
130 – 159 Batas tinggi
Tabel 2.2 Klasifikasi Kadar Lipid Plasma (mg/dl)(23)
2.2.3 Proses aterosklerosis
Sel endotel pembuluh darah sesungguhnya mempunyai peranan paling penting
dalam merespon setiap invasi molekul antigen. Barangkali sel endotel – lah yang
bersifat paling dinamik dalam menjaga dan memelihara keseimbangan tubuh kita.
Setiap faktor yang menyebabkan perubahan pada permukaan membran sel endotel
– fenomena ini dikenal sebagai stres oksidatif, dan menyebabkan terjadinya lesi
endotel atau disfungsi endotel – dan secara otomatis akan direspons oleh sel
endotel dalam upaya untuk mengembalikan atau mempertahankan keseimbangan
Lesi endotel tidak hanya disebabkan oleh perubahan tekanan gaya gesek pulsatil
pada permukaan sel endotel, tapi bisa pula disebabkan oleh faktor-faktor lainnya,
seperti iritasi bahan kimiawi, trauma fisik , infeksi, polusi asap rokok, hipoksia,
fenomena iskemia-reperfusi, dan fenomena dismetabolik (obesitas, diabetes,
dislipidemia, hipertensi dan bahkan makan berlebihan). Respon imunologik
sesungguhnya senantiasa bersifat akut, setiap kali terdapat invasi antigen dalam
bentuk apapun yang mengganggu fungsi endotel. Yang dominan dan paling dini
dalam respon imunologik akut adalah fenomena trombosis akut untuk menutupi lesi,
yang bisa terjadi sewaktu-waktu. (21)
Apabila respon imunologik akut terjadi secara berulang dan berkelanjutan, dapat
menyebabkan terjadinya proses aterosklerosis yang kronik pada dinding sebelah
dalam pembuluh darah. Tampaknya dalam tubuh manusia, senantiasa terjadi
respons imunologik akut yang berulang, dalam upaya mempertahankan
keseimbangan internal. Karena perubahan dinamik gaya gesek pulsatil atau karena
berbagai proses stres oksidatif lainnya, permukaan sel endotel senantiasa akan
mengalami mikrolesi yang berulang atau mungkin pula pada suatu saat terjadi
makrolesi. Dan sel endotel pun akan meresponsnya berupa respons imunologik,
untuk mengatasinya secara dinamik dan berkesinambungan pula.(21)
2.3 Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)
Gestagen alamiah yang terpenting adalah progesteron yang dihasilkan oleh
ovarium, testis, dan kelenjar adrenal dari kolesterol sirkulasi. Progesteron juga
berperan dalam pengaturan pengeluaran hormon gonadotropin, dan dapat
mempengaruhi psikis seorang wanita. (2, 12)
Sebagai hormon seks, progesteron termasuk steroid seks bersama estrogen dan
androgen. Progesteron termasuk steroid 21 atom C. Kolesterol merupakan bahan
terpenting untuk memproduksi hormon seks tersebut. Untuk dapat menjalankan
fungsinya pada sel sasaran masing-masing hormon seks mempunyai reseptor
sendiri-sendiri. Dengan reseptor tersebut setiap hormon seks akan mudah sekali
mencapai inti sel untuk melakukan tugasnya masing-masing. Dalam inti sel terjadi
pengikatan dengan protein yang spesifik. Protein yang dihasilkan tersebut memiliki
berbagai kegunaan, seperti berfungsi sebagai enzim untuk mensintesa dan
menyediakan reseptor.(12)
Progesteron secara primer diproduksi oleh korpus luteum ovarium. Progestin
(progesteron dan derivatnya) akan mengubah epitel uterus dari fase proliferasi
menjadi fase sekresi. Progesteron sangat penting dalam proses implantasi ovum
yang telah dibuahi dan dalam kehamilan mengurangi kontraksi miometrium yang
penting bagi uterus untuk mempersiapkan dan mempertahankan kehamilan. Pada
akhir kehamilan akan dihasilkan dalam jumlah besar oleh plasenta.(2, 12)
Progestin dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori umum berdasarkan
strukturnya, yaitu : derivat progesteron, derivat 17α-ethinyl testosteron dan derivat
19-nortestosteron. Perbedaan penting di antara ketiganya adalah perubahan
farmakologi dalam bentuk aktifnya. Secara umum derivat progesteron memiliki 21
gugus C yang akan memberikan kerja farmakologis mirip dengan progesteron
19-nortestosteron yang bervariasi dalam efek androgenik , antiestrogenik dan efek
progestasional. (12)
Medroxy progesteron asetat adalah long-acting progestational steroid (progestagen) alamiah yang bersumber dari kacang kedelai (soybeans). Medroxy progesteron asetat mempunyai aktifitas biologik progestin yang tinggi, antiestrogenik dan tidak
memiliki aktifitas estrogenik. Progesteron memiliki efek yang besar terhadap
metabolisme lipid. Progesteron tunggal, estrogen tunggal ataupun kombinasi
estrogen-progesteron memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap metabolisme
lipid (12, 33)
Sediaan DMPA merupakan suspensi mikrokristal dalam kemasan vial 3 cc, 150 mg
yang membentuk depo pada tempat penyuntikan intraamuskuler (I.M.). Tiap mL
mengandung: medroxyprogesterone acetate 150 mg. Bahan pembawa seperti:
methylparaben, polyethylene glycol 3350, polysorbate 80, propylparaben, sodium
chloride dan aquadest.Penyimpanannya dalam suhu ruang 15 - 30°C. (34)
2.3.1 Penggunaan DMPA
Setelah injeksi DMPA, kadarnya langsung cukup kuat menekan ovulasi. DMPA
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intragluteal atau intradeltoid.
Penyuntikan di tangan menimbulkan kesan seolah-olah wanita tersebut
mendapatkan suntikan vaksinasi, sehingga penyuntikan cara ini tidak begitu disukai
dan menimbulkan rasa sakit. Injeksi pertama diberikan sampai pada haid ke 5 siklus
haid dengan tujuan untuk menyingkirkan bahwa wanita tersebut sedang tidak hamil.
Suntikan berikutnya diberikan setiap 90 hari, tidak peduli apakah wanita tersebut
sedang haid atau tidak. Jadwal pemberian perlu ditaati dengan serius, karena kalau
yang ditentukan lebih baik datang lebih awal lagi. DMPA dapat segera diberikan
segera setelah melahirkan (dalam 5 hari paska persalinan) tanpa takut
mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI) dan tanpa mengganggu involusi uteri.(2,12)
Selain penggunaannya mudah, DMPA tidak mempunyai efek samping yang
disebabkan oleh estrogen. Akseptor juga tidak perlu mengingat-ingat, kecuali waktu
kembali untuk mendapatkan suntikan berikutnya. DMPA dapat digunakan oleh
wanita > 35 tahun, dan tidak mempengaruhi pemberian ASI. Meskipun banyak
keuntungannya tapi seringnya terjadi gangguan haid terutama perdarahan
menyebabkan wanita enggan menggunakan kontrasepsi suntik dan dipandang
sebagai metoda kontrasepsi alternatif. Padahal efektivitas kontrasepsinya tinggi
(99,7%), jadi bila tidak ingin membebani wanita dengan estrogen dan wanita
tersebut mau menerima perdarahan yang terjadi, maka kontrasepsi DMPA
merupakan suatu alternatif terbaik.(2, 12)
Kerugian lain yang kerap ditemui adalah penambahan berat badan, mual,
berkunang-kunang, sakit kepala, nervositas, akne, turunnya libido, vagina kering dan
perasaan tertekan. Karena depo gestagen tidak mengandung unsur estrogen, efek
samping yang terjadi jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan pil
yang mengandung estrogen.(2)
2.3.2 Farmakokinetik DMPA
Zat metabolit utama dari DMPA ialah 6a-methyl- 6, 17a, 21-trihydroxy-4-pregnene-3,
- 95% terikat protein, melewati sawar darah dan otak, dan disekresi melalui air susu.
Efek dari penyakit hepar dan ginjal terhadap farmakokinetik medroxyprogesteron
tidak diketahui. MPA secara esensial memiliki bioavailabilitas 100% dan merupakan
bentuk yang sudah aktif. MPA mempunyai afinitas yang kuat dengan sex hormon-binding globulin (SHBG), reseptor progesteron uterus, albumin dan alphaglikoprotein.(35)
PROGESTIN ESTROGEN ANTIESTROGEN ANDROGEN
Progresteron dan derivatnya
Progesterone ++++ 0 + 0
Medroxyprogesterone +++ 0 + 0
Megestrol acetate +++ 0 0 +
Derivat 17a-Ethinyl testosterone
Dimethisterone + 0 + 0
Derivat 19-Nor-testosterone
L-Norgestrel +++ 0 ++ +++
Tabel 2.3 Gambaran Umum Progestin(35)
Progesteron secara cepat diabsorbsi setelah masuk ke dalam tubuh baik secara oral
maupun parenteral. Waktu paruh progesteron dalam plasma sekitar lima menit, dan
sebagian disimpan sementara dalam lemak tubuh sehingga bila diberikan dalam
dosis tinggi akan berupa depot. Dalam darah gestagen turunan progesteron diikat
oleh albumin. Metabolisme dalam tubuh hampir lengkap dalam satu jalur ke hepar.
mengalami konjugasi dengan asam glukoronat dan sulfat yang nantinya akan
disekresi melalui urin.(35)
Setelah satu suntikan 150 mg i.m. DMPA, 17 acetoxyl -6 methyl progestin dapat
terdeteksi di serum dalam 30 menit. Konsentrasi yang diukur menggunakan
radioimunoassay, meningkat selama 3 minggu dan mencapai puncak plasma
konsentrasi 1 - 7 ng/mL. Konsentrasi dalam serum bervariasi antara individu dengan
rata-rata 1.0 ng/ml selama kurang lebih 3 bulan. Kadarnya akan turun bertahap
sampai tidak terdeteksi (<100 pg/mL) dalam 120 - 200 hari setelah injeksi. Pada
beberapa wanita kadarnya dalam serum dapat terdeteksi sampai 9 bulan dengan 1
kali penyuntikan. DMPA di sirkulasi akan menghambat lonjakan LH pada
pertengahan siklus, namun LH dan FSH tetap dalam kadar yang sama dengan
pretreatment control cycle (Fase Luteal). Dalam waktu 24 jam kadarnya dalam serum mencapai 2-5 ng/ml (contraceptive plasma level) dan kadarnya bertahan cukup lama kemudian turun pelan-pelan. DMPA menekan sekresi LH preovulatorik
sehingga ovulasi paling sedikit akan tertekan untuk 14 minggu. Karena ovulasi
dihambat, kadar progesteron dalam serum tetap rendah (<0,4 ng/ml) selama
beberapa bulan setelah penyuntikan. Bila kadarnya turun < 0,1 ng/ml, maka ovulasi
dapat terjadi. Waktu paruh DMPA setelah disuntikan i.m adalah 50 hari. Kadar
serum MPA tidak begitu berfluktuasi karena memiliki sifat lipofit yang rendah dan
pada penyuntikan tidak terbentuk depo-sekunder.(33,36)
Estradiol rata-rata 50 pg/nL pada fase mid folikuler dini setelah penyuntikan DMPA,
kadar estradiol serum mulai meningkat 4 bulan setelah 1 kali suntikan DMPA, ketika
selama beberapa tahun, kadar serum estradiol bisa mencapai level terendah hingga
10 pg/ml. (36)
2.3.3 Farmakodinamik
Efek progestin berkaitan dengan interaksinya terhadap beberapa reseptor, yaitu:
reseptor androgen (akne, efek terhadap lipid), reseptor glukokortikoid (retensi garam
dan air), reseptor mineralokortikoid (penurunan retensi air dan berat badan).(1,10,12)
Pada tingkat selular, progestin akan berdifusi secara bebas ke sel target dan
berikatan dengan reseptor progesteron. Sel target termasuk di antaranya adalah
glandula mamae, hipotalamus dan hiposisis. Setelah berikatan dengan reseptor,
progestin akan memperlambat frekuensi pelepasan GnRH dari hipotalamus dan
akan mensupresi luteinizing hormon (LH) surge pre-ovulatori, sehingga mencegah maturasi folikel dan secara umum menghambat terjadinya ovulasi akibat tidak terjadi
LH surge. Pengaruhnya terhadap pengentalan lendir serviks yang akan mempersulit penetrasi sperma. DMPA parenteral pada wanita dengan adekuat estrogen endogen
akan merubah stadium proliferasi menjadi sekresi. Penipisan lapisan endometrium
yang lambat laun akan menjadi atrofi akibat transformasi epitel endometrium tidak
memungkinkan terjadinya implantasi. Selain itu DMPA menghambat transportasi
gamet oleh tuba (motilitas lambat) serta mempengaruhi kapasitasi sperma.
Kontrasepsi hormonal progesteron only akan mencegah ovulasi pada 70 - 80% siklus dengan efektifltas klinis berkisar 96 - 98%.(12,35,36)
2.3.4 Pengaruh DMPA terhadap penyakit jantung koroner.
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya akibat stres oksidatif dan
proses peroksidasi lipid. DMPA dalam hal ini berperan sebagai bahan kimiawi yang
dalam pemakaian jangka panjang mampu menekan kadar estrogen di dalam
tubuh.DMPA dalam darah mampu menginhibisi umpan balik positif dari estradiol
pada aksis hipotalamus-hipofisis, sehingga kadar estradiol tetap berada pada fase
folikuler dini.(12,21)
Kadar estradiol relatif tinggi di dalam tubuh wanita sebelum menopause. Estrogen
diperkirakan mampu memberikan perlindungan terhadap kejadian penyakit jantung.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa estrogen mampu memperlambat proses
artherosklerosis dan mengurangi resiko kejadian penyakit jantung koroner. Ada tiga
mekanisme dimana estrogen mampu memberikan efek proteksi. Estradiol secara
genetik terlibat dalam proses metabolisme lipid. Estradiol memiliki efek anti
aterogenik melalui proses sintesis nitrit oksida (NO), dimana ia mampu
meningkatkan kadar NO didalam darah yang berperan sebagai antioksidan.
Estrogen juga mampu mensintesa protein kemotaktik monosit -1 ( MCP1) dimana ia
berperan dalam merekrut monosit ke dalam pembuluh darah. Mekanisme ketiga
yakni dimana estrogen berperan sebagai antioksidan. Estrogen khususnya estriol
dan 17 β-estradiol dimana mengandung grup phenolik hidroksil, yang berperan
sangat efektif sebagi antioksidan dan menginhibisi proses peroksidasi lipid pada
pembuluh darah. Antioksidan pada estrogen telah menunjukkan kemampuannya
sebagai inhibitor terhadap LDL. Konsentrasi estradiol didalam plasma sangat
bergantung kepada usia wanita. Wanita muda cenderung memiliki kadar estradiol
yang lebih tinggi (50-500 pg/ml) dibandingkan dengan wanita pasca menopause
(10-20 pg/ml). (36,37)
Pada pemakaian DMPA jangka panjang menyebabkan menurunnya kadar estrogen
setelah penyuntikan DMPA 2 bulan pertama menunjukkan kadar yang sama seperti
pada fase folikuler. Hal ini menunjukkan adanya penekanan inkomplit terhadap
aktivitas folikuler selama dua siklus setelah penyuntikan pertama DMPA. Penelitian
cross sectional pada 121 wanita yang mendapat suntikan DMPA setiap 3 bulan selama lebih dari 1 tahun menunjukkan kadar estradiol mencapai titik terendahnya
15 pg/ml. Akibat penyuntikan DMPA ini yang menurunkan kadar estradiol
menyebabkan gangguan keseimbangan pro oksidan / oksidan pada sel-sel normal.
Pergeseran keseimbangan ini mengakibatkan suatu keadaan yang disebut dengan
stres oksidatif yang dimanifestasikan oleh peningkatan radikal-radikal bebas. Radikal
bebas ini menyebabkan partikel-partikel elektron menjadi tidak stabil sehingga
bertendensi untuk bereaksi terhadap molekul lain agar dapat berpasangan dengan
elektron ini. Hal yang sama juga terjadi pada biomolekuler lemak tak jenuh. GSH
(Gamma-Glutamil Sisteinil Glisine) adalah tripeptida thiol non protein yang paling
banyak dijumpai di dalam sitoplasma. GSH mengambil peran penting sebagai anti
oksidan hidrofilik dengan cara mencegah akumulasi toksik dari hidro peroksidase
dan kemampuannya sebagai radikal scavenger. Oleh karena perannya dalam metabolisme radikal oksigen bebas dan zat-zat metabolit toksik lainnya, maka
penurunan GSH menjadi nilai indikator adanya proses stres oksidatif. Faddah dkk
pada penelitiannya terhadap pemakaian DMPA jangka panjang menunjukkan
adanya penurunan yang signifikan terhadap kadar GSH setelah pemberian DMPA
diiringi dengan peningkatan yang signifikan terhadap malondialdehid (MDA) yang
merupakan produk dari peroksidasi lipid. Hal yang sama juga dinyatakan pada
penelitian Yu, dimana ia melaporkan adanya kejadian stres oksidatif dan penurunan
anti oksidan setelah penyuntikan DMPA. Penurunan kadar estradiol secara spontan
necrosis factor (TNF) α dan interleukin (IL)-1β. Proses ini secara tidak langsung berperan dalam inisiasi proses imun tubuh, sehingga ROS dibentuk. Akibat
meningkatnya stres oksidatif dan meningkatnya ROS dalam darah, terjadi
peroksidasi lipid pada membran sel endotel mengakibatkan perlukaan pada lapisan
endotel.Pada keadaan ini didapati LDL teroksidasi mengakibatkan disfungsi endotel
yang pada akhirnya dapat bermanifestasi menjadi penyakit jantung koroner.
(20,21,36,38)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi komparasi dengan desain sekat lintang, dengan melakukan pengamatan sesaat pada akseptor KB suntikan DMPA.
3.2 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di RS H. Adam Malik, RS Dr. Pirngadi, RS Sundari, praktek
dokter,bidan dan puskesmas di wilayah Medan mulai bulan November 2009 sampai
jumlah sampel terpenuhi.
3.3 Populasi dan sampel penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Wanita usia reproduksi yang telah menikah, yang telah menggunakan kontrasepsi
suntikan DMPA dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) non hormonal selama 1
tahun, dengan tujuan menunda atau menjarangkan kehamilan.
3.3.2 Sampel penelitian
Sampel dibagi menjadi 2 kelompok:
2. Kelompok kontrol, yakni akseptor KB AKDR non hormonal selama 1 tahun.
3.4 Kriteria inklusi dan eksklusi
3.4.1 Kriteria inklusi untuk kelompok subjek:
Wanita usia subur (20-35 tahun)
Wanita yang telah resmi menikah yang sedang dan sudah mendapatkan
suntikan DMPA selama 1 tahun untuk tujuan kontrasepsi atau menunda
kehamilan
IMT 18,5 - 30 kg/m2
Bersedia mengikuti penelitian dan telah menandatangani formulir penelitian
(Informed consent)
3.4.2 Kriteria inklusi untuk kelompok kontrol
Wanita usia subur (20-35 tahun)
Wanita yang telah resmi menikah yang sedang dan sudah mendapatkan
kontrasepsi AKDR non hormonal selama 1 tahun untuk tujuan kontrasepsi
atau menunda kehamilan.
IMT 18,5 - 30 kg/m2
Dalam 3 bulan terakhir tidak menggunakan kontrasepsi oral atau obat-obat
steroid dalam 2 bulan terakhir.
Bersedia mengikuti penelitian dan telah menandatangani formulir penelitian
3.4.3 Kriteria eksklusi untuk kelompok subjek dan kontrol
Diketahui riwayat penyakit keluarga pernah menderita penyakit jantung-
pembuluh darah, stroke, darah tinggi serta obesitas.
Obesitas (IMT > 30 kg/m2)
Inaktifitas fisik
Perokok
Menderita penyakit jantung dan pembuluh darah
Pernah Stroke
Peminum alkohol
Mengkonsumsi obat-obatan
Sedang masa laktasi
Hamil
Mengkonsumsi makanan, minuman atau obat-obat penurun berat badan.
Diet karbohidrat yang berlebihan
Diet lemak yang berlebihan
Mengkonsumsi kudapan (cemilan) setiap malam.
Lingkar perut wanita > 88 cm
Hipertensi ( ≥ 140/90 mmHg)
Sering mengeluh rasa tidak nyaman di dada dan sesak napas
Gangguan metabolik atau endokrin
Gagal ginjal terminal
Sindroma nefrotik
Penyakit hati obstruksi
Sirosis bilier primer
3.5 Besar sampel
n=
Zα = deviat baku normal α Zβ = deviat baku normal β
Sd = standart deviasi d = delta, perbedaan hasil yang diamati
n=
Jadi besar sampel minimal untuk masing – masing kelompok adalah 26 orang.
3.6 Cara kerja
1. Dilakukan pengambilan data lengkap seluruh akseptor yang telah
menggunakan DMPA selama 1 tahun dan akseptor AKDR non hormonal
selama 1 tahun yang datang ke RS H. Adam Malik, RS Dr. Pirngadi, RS
Sundari, praktek dokter, klinik bidan atau puskesmas.
3. Pasien yang memenuhi kriteria penelitian diberikan penjelasan, dan
menandatangani surat persetujuan penelitian setelah setuju untuk mengikuti
penelitian.
4. Kemudian dilakukan wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik dasar
mencakup pemeriksaan tinggi badan dan berat badan untuk kemudian
diseleksi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi untuk menjadi sampel penelitian.
5. Pengambilan sampel darah:
Terhadap subjek, pengambilan darah dilakukan pada jadwal penyuntikan KB
DMPA berikutnya (sebelum disuntik) dimana subjek telah berpuasa minimal
12 jam.
Terhadap kontrol, pengambilan darah dilakukan setelah berpuasa minimal 12
jam.
Melalui pembuluh darah vena mediana cubiti, diambil darah sebanyak 3-5 cc
Sampel darah dikirim ke laboratorium untuk kemudian dinilai profil lipid
(Kolesterol total, LDL, HDL dan Trigliserida) dan KGD puasa.
3.7 Kerangka Operasional
Akseptor KB DMPA dan AKDR non hormonal
Kriteria inklusi
Subyek Penelitian : KB DMPA
Kriteria Eksklusi
3.8 Rencana manajemen dan analisis data
Analisa dan uji statistika dilakukan dengan uji-t dan sajian data diolah dengan
bantuan program statistika secara komputerisasi.
3.9 Defenisi operasional
Usia subur adalah usia wanita yang masih mampu untuk hamil (dalam penelitian ini
dibatasi 20-35 tahun)
Akseptor DMPA adalah wanita yang menggunakan suntikan KB yang mengandung
DMPA tiap 3 bulan dengan tujuan untuk menunda kehamilan .
Akseptor AKDR adalah wanita yang menggunakan AKDR yang tidak mengandung
hormon dengan tujuan menunda kehamilan.
Kategori waktu selama 1 tahun adalah rentang waktu penggunaan dari 1 tahun
sampai 1 tahun 4 bulan (1,4 tahun ≈ 1 tahun)
Perokok adalah ibu-ibu dalam 1 tahun terakhir ini ada merokok.
Peminum alkohol adalah ibu-ibu dalam 1 tahun terakhir ini ada minum minuman
beralkohol.
Inaktivitas fisik adalah tidak pernah melakukan kegiatan rutin fisik setiap harinya
(seperti pekerjaan rumah tangga dan atau olah raga) yang sifatnya dapat membuat
pernafasan semakin cepat, berkeringat dan membuat degup jantung (nadi) terasa
semakin cepat.
Mengkonsumsi obatan adalah dalam 6 bulan terakhir ada mengkonsumsi
obat-obat oral seperti golongan kortikosteroid, penyekat beta, pregestagen, hormonal dan
Diet makanan karbohidrat berlebih adalah diet asupan karbohidrat lebih dari 1 piring
nasi per kali makan setiap harinya.
Diet makanan lemak berlebih adalah diet asupan berupa makanan/sayuran
bergulai/bersantan atau daging berlemak atau jeroan setiap harinya.
Konsumsi kudapan (cemilan) adalah mengkonsumsi makanan seperti makanan
ringan atau gorengan yang dikonsumsi setiap selesai makan malam dan atau sessat
sebelum tidur malam.
Lingkar perut adalah ukuran lingkaran perut yang diukur dalam sentimeter (dalam
penelitian ini < 88 cm).
Paritas adalah jumlah bayi viabel yang pernah dilahirkan
Berat badan adalah berat badan dalam kilogram dengan menggunakan timbangan
berat badan yang telah dikalibrasi.
Tinggi badan adalah tinggi badan dalam sentimeter dengan pengukur plat.
Tekanan darah diperiksa dengan manometer air raksa dengan ukuran cuff dewasa
yang telah dikalibrasi.
Tekanan darah darah dikatakan hipertensi bila ≥ 140/90 mmHg
Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan rumus Metric Formula dengan ukuran berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan kuadrat dalam meter (dalam
penelitian ini IMT 18,5 – 29,9 kg/m2).
Profil lipid yang diperiksa adalah kadar kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida
yang dilakukan di laboratorium, dimana pasien telah berpuasa minimal 12 jam
Skrining diabetes dengan pemeriksaan KGD puasa dengan nilai rujukan 70 – 110
mg/dl
Nilai rujukan laboratorium untuk kolesterol total ≤ 200 mg/dl, Trigliserida < 200
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik responden
Dari hasil penelitian, gambaran karakteristik responden yang menggunakan DMPA
sebagai kelompok yang diteliti dan AKDR sebagai kelompok kontrol dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Karakteristik akseptor KB DMPA dan AKDR
AKDR
Pada tabel 4.1 menunjukkan kelompok usia yang terbanyak yang menggunakan
DMPA pada penelitian ini adalah berusia 30-34 tahun, yakni sebanyak 15 responden
(57,7%). Dari tingkat pendidikan yang terbanyak adalah berpendidikan sedang
tangga (IRT) merupakan golongan pekerjaan terbanyak dari responden akseptor KB
DMPA, yakni sebanyak 15 responden (57,7%). Jumlah paritas yang terbanyak
adalah 2 orang anak yakni sebanyak 15 responden (57,7%).
Pada karakteristik akseptor AKDR menunjukkan kelompok usia terbanyak yang
menggunakan AKDR adalah golongan usia 30 – 34 tahun, yakni sebanyak 19
responden (73,1%). Pendidikan tinggi (D3 dan Sarjana) merupakan latar belakang
pendidikan terbanyak dalam kelompok kontrol akseptor KB AKDR sebanyak 19
responden (73,1%). Paramedis (perawat dan bidan) merupakan kelompok pekerjaan
terbanyak yang menggunakan AKDR sebagai pilihan KB, yakni sebanyak 11
responden (42,3%). Sedangkan jumlah paritas terbanyak adalah 2 orang anak yakni
sebanyak 10 responden (38,5%).
4.2 Kadar profil lipid responden
Dari hasil pemeriksaan profil lipid pada kedua kelompok responden akan dijelaskan
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Rerata kadar kolesterol total pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan
akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun
DMPA AKDR Profil lipid
Mean ± SD Mean ± SD
P
Kolesterol total 181,46 ± 30,32 168,69 ± 16,77 0,06
Bila diamati diketahui bahwa nilai kolesterol total pada kelompok akseptor DMPA
sedikit lebih tinggi dari pada kelompok yang akseptor AKDR, meski kadar tersebut
menggunakan uji-t menunjukkan bahwa dari kedua kelompok yang memperoleh
DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk kadar kolesterol
total (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian DMPA selama 1 tahun dapat
dikatakan relatif aman terhadap kadar kolesterol total.
Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian di Manado oleh Sanger dkk, dari
Universitas Sam Ratulangi secara metode kohort, membandingkan profil lipid
sebelum dan sesudah pemakaian DMPA selama 1, 3, 6, 9, 12 bulan, diambil
kesimpulan bahwa tidak terdapat peningkatan secara bermakna sebelum dan
sesudah pemakaian DMPA.Demikian juga pada penelitian Westhoff ,mengulas 11
penelitian yang mengevaluasi kadar lipid pada wanita akseptor KB DMPA ,
dibandingkan dengan wanita yang memakai KB non-hormonal, dari
penelitian-penelitian tersebut tidak dijumpai adanya peningkatan kolesterol total dalam darah.
Hal yang sama pada penelitian multisenter oleh WHO dengan membandingkan
akseptor AKDR dengan akseptor DMPA selama 3 sampai 9 tahun menunjukkan
adanya peningkatan total kolesterol, namun peningkatan tersebut tidak berbeda
bermakna.(13,33,36)
Tabel 4.3 Rerata kadar LDL pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan akseptor KB
AKDR non hormonal 1 tahun
DMPA AKDR Profil lipid
Mean ± SD Mean ± SD
P
Hal yang sama seperti pada kadar kolesterol total, ternyata kadar LDL pada
kelompok akseptor DMPA memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
kelompok akseptor AKDR, meskipun kadar tersebut masih dalam batas rentang
normal (<155 mg/dl). Dari tabel rerata kadar LDL, melalui uji-t, didapatkan bahwa
kelompok responden yang mendapatkan DMPA dan AKDR tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan (p>0,05).
Hasil yang sama juga ditemui oleh Sanger dkk, dilaporkan tidak dijumpai perubahan
yang bermakna pada akseptor DMPA selama 1 tahun. Demikian pula oleh Faddah
dkk, melaporkan dalam penelitiannya yang membandingkan profil lipid pada
pemakaian DMPA 1, 2, 3 dan 4 tahun dengan kelompok kontrol yang tidak memakai
KB, didapatkan bahwa tidak dijumpai peningkatan LDL yang signifikan pada
kelompok 1 tahun, namun pada kelompok 3 dan 4 tahun dijumpai peningkatan LDL
secara signifikan (p<0,05) (20 , 33)
Tabel 4.4 Rerata kadar HDL total pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan
akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun
DMPA AKDR Profil lipid
Mean ± SD Mean ± SD
P
HDL 40,08 ± 7,35 37,23 ± 1,88 0,06
Kadar HDL pada akseptor DMPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
akseptor AKDR, meski demikian kadar tersebut masih dalam batas rentang normal
(> 35 mg/dl).Namun dari uji analisis dengan uji-t, kadar rerata HDL pada kelompok
Kesimpulan yang sama juga didapatkan oleh Garza dkk, dilaporkan dalam
penelitiannya, bahwa pemakaian DMPA jangka panjang tidak memberikan efek yang
signifikan terhadap penurunan kadar HDL dalam darah. Demikian pula oleh Faddah
dkk, dalam penelitiannya di Mesir, yang melibatkan 12 akseptor DMPA, melaporkan
bahwa pemakaian DMPA selama 1 tahun tidak menyebabkan perubahan kadar
HDL, namun apabila dipergunakan selama 2 tahun atau lebih, ternyata didapatkan
adanya penurunan kadar HDL yang signifikan di dalam darah(11, 20)
Tabel 4.5 Rerata kadar Trigliserida pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan
akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun
DMPA AKDR Profil lipid
Mean ± SD Mean ± SD
P
Trigliserida 98 ± 36,42 100,65 ± 34,68 0,78
Pada kelompok akseptor AKDR, nilai Trigliserida dapat dilihat lebih tinggi dari
DMPA, namun masih dalam batas rentang normal (< 200 mg/dl). Kadar Trigliserida
pada kelompok DMPA dan AKDR, melalui uji-t, juga tidak dijumpai perbedaan yang
signifikan (p>0,05).
Hal yang sama juga dilaporkan oleh Sanger dkk, dimana tidak terjadi perubahan
kadar Trigliserida secara bermakna bila diukur dari baseline. Begitu pula menurut
Westhoff, dari 11 penelitian yang mengevaluasi kadar lipid pada wanita akseptor
DMPA dibandingkan dengan wanita yang memakai KB non-hormonal, ternyata tidak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1
tahun terhadap kadar kolesterol total.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1
tahun terhadap kadar HDL.
3. Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1
tahun terhadap kadar LDL.
4. Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1
tahun terhadap kadar Trigliserida.
5.2. Saran
1. Berdasarkan penelitian ini, pemakaian DMPA bagi wanita sehat usia subur
selama 1 tahun masih dikatakan relatif aman dan tidak mengganggu
metabolisme lipid dalam tubuh sehingga dapat menjadi alternatif kontrasepsi
bagi wanita.
2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang pemakaian DMPA dengan