• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Ukuran Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil Dengan Berat Badan Bayi Lahir Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Ukuran Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil Dengan Berat Badan Bayi Lahir Di Medan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA UKURAN

LINGKAR LENGAN ATAS IBU HAMIL

DENGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR

DI MEDAN

OLEH :

HEIKA N. SILITONGA

PEMBIMBING :

1. Prof. Dr. DAULAT H. SIBUEA SpOG (K)

2.Dr. SARMA N. L. RAJA SpOG (K)

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP H ADAM MALIK – RS DR PIRNGADI

MEDAN

(2)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ……….. 1

1.2. RUMUSAN MASALAH ………. 4

1.3. TUJUAN PENELITIAN ……….. 5 1.4. MANFAAT PENELITIAN ………..

1.5. HIPOTESA PENELITIAN...

5 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil……… 6 2.2. Gizi Kurang pada Ibu Hamil……… 8 2.3. Penilaian Status Gizi Ibu………... 9 2.4. Berat Bayi Lahir...………...

2.5. Lingkar Lengan Atas ……… 2.6 . Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir...

11 12 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN………. 3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN...

21

BAB IV HASIL PENELITIAN

(3)

4.5. Gambaran Karakteristik ibu menurut Berat Badan Bayi Lahir... 4.6. Hubungan LILA ibu hamil dengan Berat Bayi Lahir... 4.7. Pembahasan……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN ...

29 30 31

33

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Karakteristik Ibu Menurut Umur………

27 Gambar 4.2 Karakteristik Ibu menurut latar belakang pendidikan…

28 Gambar 4.3 Karakteristik Ibu menurut Graviditas……… 28 Gambar 4.4 Karakteristik ibu menurut Lingkar Lengan Atas

(LILA)………..

29

Gambar 4.5 Karakteristik ibu menurut Berat Badan Bayi Lahir Gambar 4.6 Distribusi LILA dan BBL………

29 31

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hubungan LILA Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir……

(5)

DAFTAR ISTILAH

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

KEK : Kurang Energi Kronis

WUS : Wanita Usia Subur

LILA : Lingkar Lengan Atas

WHO : World Health Organization

SDM : Sumber Daya Manusia

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Hb : Haemoglobin

SGA : Small for Gestational Age

KMK : Kecil Masa Kehamilan

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, masalah gizi masih merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang utama dan merupakan penyebab kematian ibu

dan anak secara tidak langsung. Angka kematian ibu dan bayi terutama bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh

status gizi ibu hamil.1 Ibu hamil dengan status gizi buruk atau yang mengalami kurang

energi kronis (KEK) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada resiko

kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan

berat lahir yang normal.1,2,3

Seorang ibu hamil umumnya akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat

kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Ibu sehat umumnya akan

melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan

ibu adalah gizi ibu (DepkesRI,2000). Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil

yaitu KEK dan anemia gizi. Data menunjukkan bahwa sepertiga (35,65 %) Wanita

Usia Subur (WUS) menderita KEK, masalah ini mengakibatkan pada saat hamil akan

menghambat pertumbuhan janin sehingga menimbulkan resiko pada bayi berupa

BBLR (Depkes RI, 2002).

6,7,8

Berat badan bayi lahir dapat diduga berdasarkan penilaian status gizi ibu

selama hamil. Oleh karena itu perlu adanya metode deteksi dini secara sederhana yang

dapat mencerminkan pertumbuhan janin intrauterin dengan demikian dapat dilakukan

perbaikan gizi ibu dalam kehamilan.

(7)

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai status gizi ibu

hamil antara lain memantau pertambahan berat badan ibu selama hamil, mengukur

Lingkar Lengan Atas (LILA) dalam kehamilan, dan pemeriksaan spesimen berupa

urine, tinja, darah, hati dan otot yang diuji secara laboratoris. Pertambahan berat

badan selama hamil sekitar 11,5 – 16 kg untuk wanita yang mempunyai indeks massa

tubuh prahamil normal. Proses-proses fisiologis kumulatif menghasilkan penambahan

9 kg yang berupa janin, plasenta, air ketuban, hipertrofi uterus, payudara, peningkatan

volume darah, serta retensi cairan ekstrasel dan intrasel. Sisa 3,5 kg tampaknya

sebagian besar berupa lemak simpanan tubuh ibu.Pertambahan berat badan ini juga

menggambarkan pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk

mengetahui apakah seseorang menderita KEK. Pada pemeriksaan laboratorium yang

dinilai adalah kadar Hb, cholesterol, dan albumin,yang juga dapat menggambarkan

status gizi ibu.

Masa kehamilan adalah masa dimana seorang wanita memerlukan berbagai

unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan biasa.

9,10

11

Disamping untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya sendiri berbagai zat gizi itu juga

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada didalam

kandungannya, sebab defisiensi gizi selama kehamilan dapat memberikan efek yang

merugikan bagi ibu maupun bayinya.

Gizi yang baik mempunyai peranan yang cukup besar pada pembentukan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena kekurangan gizi berdampak negatif

pada kesehatan dan dapat menghambat kualitas SDM. Bila kekurangan gizi terjadi

pada ibu hamil maka akan berakibat buruk baik bagi ibu itu sendiri maupun anak yang

dilahirkannya.Salah satu parameter untuk menilai status gizi ibu hamil adalah LILA.

Parameter ini sudah digunakan secara umum di Indonesia untuk menjaring ibu hamil

(8)

yang berpotensi melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Dibandingkan dengan

indikator antropometri lainnya, LILA paling praktis penggunaanya di lapangan, dan

oleh sebab itu beberapa penelitian merekomendasikan LILA sebagai salah satu

metode untuk dapat memprediksikan hasil kehamilan.11,12,13,14,15

Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi. Dari penelitian kejadian BBLR

pada tahun 1984 sebesar 14,6% di daerah pedesaan dan 17,5% di rumah sakit. Hasil

penelitian multisenter di 7 daerah diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1% -

17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 1991 angka BBLR sekitar 7,5%.

Budijanto dan Didik (2000) dikutip dari Mutalazimah menunjukkan status

gizi ibu hamil dapat diukur secara antropometri/pengukuran bagian-bagian tubuh

seperti LILA (Lingkar Lengan Atas). Dinyatakan KEK bila LILA kurang dari 23,5

cm. LILA yang rendah merupakan faktor yang dominan terhadap risiko terjadinya

BBLR dengan Odd Ratio sebesar 8,24.

15

Mutalazimah(2005) menunjukkan ada hubungan antara LILA ibu hamil

dengan berat bayi lahir. Implikasi ukuran LILA terhadap berat bayi lahir adalah

bahwa LILA menggambarkan keadaan konsumsi makan terutama konsumsi energi

dan protein dalam jangka panjang.

16

J uminten (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara berat badan lahir dengan status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran lingkar

lengan atas, dimana ibu dengan LILA < 23,5 cm melahirkan bayi dengan berat badan

lahir lebih rendah dibanding ibu dengan LILA ≥ 23,5 cm .

16

1.2Rumusan Masalah

17

Di negara-negara berkembang dimana sumber daya sangat terbatas,

(9)

mengukur status gizi dan kesehatan masyarakat. Dibandingkan dengan indikator

antropometri yang lain, pengukuran LILA merupakan salah satu instrumen yang dapat

disiapkan secara mudah dengan dana yang tidak mahal serta tidak membutuhkan

pelatihan intensif dalam ketrampilan menggunakannya.

Pengukuran LILA telah digunakan sebagai alat mendeteksi keadaan gizi balita,

dan juga digunakan sebagai alat untuk menjaring ibu hamil dalam hal status

gizi.Penelitian mengenai LILA telah dilakukan di beberapa pusat pendidikan

khususnya diluar Medan, dimana selain untuk melihat hubungan LILA dengan berat

badan lahir bayi, dapat juga menentukan gambaran kondisi status kesehatan ibu hamil

dalam wilayah tersebut.

Di RSUP H.Adam Malik dan RS Jejaring belum ada instrumen penyaringan

status gizi ibu hamil yang mudah dijalankan. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian tentang pengukuran LILA untuk keperluan validitas dan reliabilitasnya.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh informasi tentang hubungan LILA ibu hamil dengan

berat bayi lahir di RSU H. Adam Malik dan RS JEJARING Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Metode deteksi dini hubungan status gizi ibu hamil dengan keadaan janin intra

uterin yang mudah dilakukan, dengan dana yang tidak mahal yaitu pengukuran

(10)

Hasil penelitian ini merupakan masukan pada pihak Rumah Sakit dan Dinas

Kesehatan dalam rangka menurunkan insiden ( angka kejadian) berat badan lahir

rendah dan melalui program perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil.

1.5 Hipotesa Penelitian

(11)

BAB II

TINJ UAN PUSTAKA

2.1 KEBUTUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

energi dan zat gizi lainnya meningkat. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya

organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga

kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin

tumbuh tidak sempurna.

Dalam kehamilan, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan,

namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa

mineral seperti zat besi dan kalsium.

9,16

Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira

80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan

sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil.

1,9

Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan

lemak 36.337 Kkal. Agar energi ini bisa disimpan masih dibutuhkan tambahan

energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat

dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah

total energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan

menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil

penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 280 (perkiraaan lamanya

(12)

Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian

sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir

kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran

jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara,

serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk

pertumbuhan janin dan plasenta.

Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO

menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal

sehari pada trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar

100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia

berdasarkan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998

ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak

termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan

pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik

selama hamil.

9

Sama halnya dengan energi, kebutuhan ibu hamil akan protein juga

meningkat, bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus

tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun

dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Di Indonesia berdasarkan rekomendasi

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan penambahan

protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan

protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau

sekitar 1,3 g/kgBB/hari pada gravida mature, 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun),

dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun).

(13)

Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau

zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang

diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah

500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000

mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri.

Berdasarkan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998,

seorang ibu hamil perlu tambahan besi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan

kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20

– 45 tahun). Seorang ibu hamil yang menderita kekurangan gizi, secara umum asupan

makro dan mikro nutriennya juga berkurang. Dalam proses hematopoesis, selain zat

besi, juga diperlukan sejumlah makro nutrien seperti protein dan sejumlah mikro

nutrien lainnya, sehingga seorang yang menderita gizi kurang dapat dipastikan

menderita anemia gizi. Anemia gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb)

dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk

pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena

kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia

Gizi Besi.

2.2 Gizi Kurang pada Ibu Hamil

9,13,15

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan

masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.

11,13,15

1. Terhadap Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi

pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah

secara normal, dan terkena penyakit infeksi.

(14)

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan

persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature),

pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung

meningkat.

3. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses

pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran (abortus), bayi

lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia

intra partum , dan berat badan lahir rendah (BBLR).

2.3 Penilaian Status Gizi Ibu

Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil dengan status gizi yang baik

mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi yang sehat. Seperti pada

pengertian status gizi secara umum, maka status gizi ibu hamil pun adalah suatu

keadaan fisik yang merupakan hasil dari konsumsi, absorpsi dan penggunaan berbagai

macam zat gizi baik makro maupun mikro. Oleh karena proses kehamilan

menyebabkan perubahan fisiologi termasuk perubahan hormon dan bertambahnya

volume darah untuk perkembangan janin, maka masukan zat gizi ibu hamil juga harus

ditambah guna mencukupi kebutuhan tersebut. (Depkes RI, 1996).

1,2,3,13,15,18

Penilaian status gizi ibu dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu

antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Antropometri gizi berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh, antara lain umur,

berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

(15)

perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi,

dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau

pada organ-organ yang dekat pada permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penentuan

gizi secara biokimia merupakan pemeriksaan spesimen (urine, tinja, darah, hati dan

otot) yang diuji secara laboratoris. Sedangkan penentuan status gizi secara biofisik

adalah suatu metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi,

khususnya jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survei

konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi

15

18

2.4 Berat Bayi Lahir

. Survei konsumsi makanan

dilakukan dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Statistik vital

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan

umur, angka kesakitan akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan

dengan gizi.Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi faktor fisik,

biologis dan lingkungan.

Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu

dalam rahim ibu. Secara umum berat bayi lahir yang normal adalah antara 2500 gr

sampai 4000 gr, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gram dikatakan Berat Badan

Lahir Rendah. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby

dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah =BBLR). Hal ini

dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu

lahir dikatakan bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh :1) masa kehamilan

kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai ( masa kehamilan dihitung mulai hari

(16)

bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil

untuk masa kehamilan = KMK ) ; 3) Kedua-duanya19,20,27

Dari pengertian diatas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2

golongan yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.

.

2.4.1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu

dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan,

atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

22,26

2.4.2. Disamaturitas atau Kecil Masa Kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan

kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena

janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan

bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK)

2.5 Lingkar Lengan Atas (LILA)

Lingkar lengan atas adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran secara

praktis yang digunakan untuk memeriksa ukuran lingkar lengan atas.

Menurut I Dewa Nyoman S (2002) pengukuran LILA adalah salah satu deteksi

dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam untuk mengetahui

kelompok beresiko KEK.

Depkes RI (2000) menetapkan nilai ambang batas LILA Wanita Usia Subur

(WUS) dan ibu hamil dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.

22

6

2.5.1 Tujuan pengukuran LILA

Tujuan pengukuran LILA adalah :

6

- Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, dan untuk

menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah

(17)

- Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam

pencegahan dan penanggulangan KEK.

- Mengembangkan gagasan-gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

- Meningkatkan peran petugas lintas sektor dalam upaya perbaikan gizi WUS yang

menderita KEK.

- Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita

KEK.

2.5.2 Cara pengukuran LILA

1. Pengukuran dilakukan pada lengan kiri dengan pita LILA dan ditandai dengan

sentimeter, dengan batas 23,5 cm (batas antara merah dan putih)

2. Tetapkan posisi bahu dan siku. Lengan harus dalam posisi bebas lengan baju

dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang.

3. Letakkan pita antara bahu dan siku. Alat pengukur harus dalam keadaan baik

dalam arti tidak kusut atau berlipat-lipat sehingga permukaan tidak rata.

4. Tentukan titik tengah lengan.

5. Lingkarkan pita LILA.Jangan terlalu ketat atau longgar.

6. Baca skala pengukuran.

2.5.3 Hubungan LILA Ibu hamil dengan Berat Bayi Lahir

Salah satu cara untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita atau tidak

menderita KEK adalah dari ukuran LILA, jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm

maka ibu hamil tersebut dikatakan KEK atau gizi kurang dan beresiko melahirkan

(18)

Dari hasil penelitian Ngare dan Neuman pada 148 wanita hamil di Kenya

tahun 1998 menyimpulkan bahwa faktor-faktor prediktor BBLR antara lain, ukuran

BMI, LILA, kadar Hb dan masukan gizi. Bila masukan zat gizi kurang memadai maka

akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR.

Sebagai respon terhadap pertumbuhan janin dan plasenta yang cepat serta

kebutuhan – kebutuhan yang semakin meningkat, ibu hamil mengalami perubahan

metabolik. Sebagian besar pertambahan berat badan selama hamil dihubungkan

dengan uterus dan isinya, payudara, berubahnya volume darah serta cairan ekstrasel

dan ekstravaskuler. Penambahan berat badan adalah akibat perubahan metabolik yang

menyebabkan bertambahnya air dalam sel dan penumpukan lemak dan protein.

Adanya asumsi bahwa pada trimester I dan II terjadi penimbunan cadangan lemak

antara lain lemak bawah kulit sedang pada trimester III terjadi pemakaian cadangan

lemak yang maksimal maka dengan demikian ada perubahan ukuran lingkar lengan

atas sesuai dengan perubahan lemak bawah kulit dan ada hubungannya dengan berat

badan lahir.

7,8,10

Bhargava dkk (2000)11 dalam penelitiannya di Kenya menyimpulkan bahwa

status gizi ibu mempunyai hubungan yang positif dengan berat bayi lahir. Temuan

tersebut didukung oleh hasil penelitian Humphrey dan Holzheimer (2000)12 yang

menyatakan bahwa status gizi yang rendah mempunyai korelasi dengan BBLR.

Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Rodrigues dan Barros (1998)13

menemukan bahwa aktifitas ibu hamil dan status gizinya sangat penting terhadap

risiko bayi prematur atau BBLR. Penelitian serupa juga diungkapkan oleh Ogunyemi

dkk (1998)14 menemukan bahwa ada hubungan antara status gizi dan kenaikan berat

badan ibu hamil dengan keadaan bayi perinatal dan berat lahirnya. Jadi status gizi

(19)

penurunan komplikasi bayi perinatal dan optimalisasi berat badan lahir. Demikian

juga menurut Merchant dkk (1999)25 dalam penelitiannya menemukan bahwa status

gizi ibu adalah salah satu faktor yang menjadi pertimbangan penting sebagai indikator

terhadap hasil kelahiran (birth outcome). Hasil penelitian di Indonesia seperti

dilakukan Budijanto dkk (2000)15 di Madiun, Jawa Timur menemukan bahwa risiko

terhadap kejadian berat bayi lahir rendah ada kaitan ukuran lingkar lengan atas dan

pekerjaan berat. Temuan ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Purdyastuti di

RS Fatmawati Jakarta (1994)dikutip dari 16 yang menyimpulkan adanya hubungan antara

(20)

skema Tindak Lanjut pengukuran LILA7

PENGUKURAN LILA WUS (Wanita Usa Subur)

≥ 23,5 cm

RESIKO KEK

BUKAN RESIKO

KEK

Anjuran : - Makan cukup dengan

pedoman Umum Gizi

Seimbang

- Hidup sehat

- Tunda kehamilan - Bila hamil segera rujuk

sedini mungkin

- Diberi penyuluhan

Anjuran : - Pertahankan kondisi

kesehatan

- Bila hamil , periksa

kehamilan kepada petugas

(21)

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu

proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :

2.6.1. Faktor Lingkungan Internal

26,29,

Yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas , kadar hemoglobin, status

gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan dan penyakit pada saat kehamilan.

2.6.2. Faktor Lingkungan Eksternal

Yaitu meliputi kondisi lingkungan , asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi

ibu hamil.

2.6.3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan dengan frekuensi

pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC)

Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir

antara lain sebagai berikut :

2.6.1.1. Usia Ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16

tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan

dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda,

perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain

itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu

tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi

komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka akan terjadi bahaya bayi

lahir kurang bulan, perdarahan dan bayi BBLR26,27

Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia

(22)

sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, organ kandungan

sudah menua dan jalan lahir telah kaku. Kesulitan dan bahaya yang akan terjadi pada

kehamilan diatas usia 35 tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah dini,

perdarahan, persalinan tidak lancar dan berat bayi lahir.

2.6.1.2. Jarak Kehamilan/Kelahiran

21

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana

(BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran

yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi

tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab

kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi

dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.

2.6.1.3. Paritas

20

Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlah

kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau

banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita

melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga

anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering

mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi

sungsang ataupun melintang.24

2.6.1.4. Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang

dilahirkan. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya

dibawah 12 gr/dl.33 Data Depkes RI diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita

(23)

rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat

menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia

berat. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada

plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

2.6.1.5. Status Gizi Ibu Hamil

7

Status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian diatas status gizi ibu

hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi

sewaktu hamil. Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu gizi ibu hamil

menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah

penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai

status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan

adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama

kehamilan).

Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di

lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai

penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko

paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus

mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan

sebelum hamil.

1,3,8,18

Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah antropometri yang dapat menggambarkan

keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori

(KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) di

bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR. Pengukuran LILA lebih praktis

(24)

untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah

dibawa kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang

ekstrim.

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak

langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :

16,17,18

1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta

ketinggian tempat tinggal.

2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

analitik dengan desain potong lintang yang meneliti data dari variabel bebas

(independen) dan variabel tergantung (dependen) pada waktu yang bersamaan.

3.2 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Kamar Bersalin RSUP. H. Adam Malik,dan RS

Jejaring : RS SUNDARI, RS Tembakau Deli, RS Haji Medan. Penelitian dimulai

pada 1 Januari sampai dengan 1 April 2010.

3.3 Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah ibu hamil yang akan melahirkan di RSU H. ADAM

MALIK dan RS Jejaring, dengan cara pengambilan sampel melalui purposive

sampling dengan penetapan kriteria inklusi dan eksklusi sampai jumlah sampel

terpenuhi.

3.4 Kr iter ia Inklusi dan eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

- Pasien yang akan melahirkan pada usia kehamilan ≥ 37 minggu

- Kehamilan fisiologis/tidak ada komplikasi obstetrik dan kecuali

ketuban pecah dini

(26)

- Kehamilan tunggal

- Janin Hidup

- Cara persalinan: pervaginam atau Seksiosesarea

3.4.2 Kriteria Eksklusi

- Bayi lahir cacat

3.5 Besar Sampel

Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus

N=

dimana :

n = besar sampel

z฀ = deviat baku alfa = 1,96

zβ = deviat baku beta= 0,842

P1 = Proporsi efek standar = 35,65 % =0,35 ( dari kepustakaan)

P2 = Proporsi yang diteliti, beda klinis yang dianggap penting 0,10 = 0,26

7

P = ½ (P1+P2) Q = 1-P

N =

N = 221,5 Dibulatkan menjadi 223 sampel.

(27)

3.6Metode Penelitian

3.6.1 Pengumpulan data Primer

a. Data primer diperoleh dari anamnese untuk mengetahui data identitas ibu yaitu nama, umur, pendidikan dan pekerjaan, kemudian pengukuran berupa ukuran lingkar lengan atas kanan ibu (LILA) dan berat bayi lahir, sebanyak 223 orang yang memenuhi kriteria inklusi.

b. Alat penelitian yang digunakan adalah

1. Pita pengukur lingkar lengan atas, yaitu pita ukuran LILA khusus dengan ketelitian 0,1 cm yang sudah distandarisasi oleh Depkes.

2. Timbangan khusus bayi dengan merk MIYAKI dengan kapasitas 20 kg dengan ketelitian 0,1 kg

3. Alat tulis dan buku kerja

c. Pengukuran LILA dan Berat Badan Lahir Bayi:

1. Data ukuran LILA diambil dengan melingkarkan pita LILA pada tengah

lengan atas kiri. Posisi tangan ibu harus rileks tidak boleh kaku atau

mengenggam. Lokasi pengukuran tepat ditengah-tengah antara tulang

acromion dan olecranon, tidak boleh terlalu kebawah atau keatas.

Ditentukan titik tengah dengan menggunakan pita LILA, kemudian beri

tanda dengan pulpen / spidol. Lingkarkan pita LILA sekeliling lengan ibu

sesuai tanda. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LILA. Pita

ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar. Baca angka

yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA ( pilih angka yang

lebih besar). Tuliskan angka pembacaan pada lembar formulir yang

(28)

2. Data berat bayi lahir, diambil segera setelah bayi lahir menggunakan

timbangan bayi merk MIYAKI

3.6.2 Pengolahan Data

Data diolah secara komputerisasi. Analisis data meliputi statistik deskriptif

dan statistik analitik. Statistik deskriptif digunakan untuk menampilkan data

demografi ibu, ukuran LILA dan berat bayi lahir. Dalam hal ini data

ditampilkan dalam bentuk frekuensi. Statistik analisis yang digunakan adalah

analisis bivariat dengan analitik komparatif kategorik menggunakan uji chi

square.

3.7 Defenisi Oper asional

1. Hamil normal adalah kehamilan tanpa komplikasi obstetrik dan atau medik.

2. Hamil dengan pemberat adalah kehamilan dengan komplikasi obstetrik dan

medik.

3. Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah ukuran lengan atas kiri ibu hamil dimana

diukur pada lengan yang jarang digunakan sehingga bila ibu hamil tersebut

kidal maka yang diukur adalah lengan kanan ibu. Pengukuran pada

pertengahan antara tulang acromion dan olecranon, tidak boleh terlalu

(29)

4. LILA < 23,5 cm adalah ibu dengan status gizi kurang yang beresiko

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

5. LILA ≥ 23,5 cm adalah ibu dengan status gizi baik yang kurang beresiko

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

6. Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang diukur dalam 30 menit pertama

sesudah lahir dalam gram.

7. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan lahir bayi ≤ 2500 gram.

3.8 Ker angka Ker ja

Ibu Inpartu hamil tunggal usia

kehamilan ≥ 37 minggu

Dilakukan pengukuran Lingkar Lengan

Atas Ibu Hamil

(30)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Karakteristik ibu menurut umur

Gambar 4.1 Karakteristik Ibu Menurut Umur

(31)

Gambar 4.2 Karakteristik Ibu menurut latar belakang pendidikan

4.3 Gambaran Karakteristik ibu menurut

Graviditas

Gambar 4.3 Karakteristik ibu menurut graviditas

4.4 Gambaran Karakteristik ibu menurut Lingkar Lengan Atas (LILA)

Gambar 4.4 Karakteristik ibu menurut Lingkar Lengan Atas (LILA)

(32)

Gambar 4.5 Karakteristik ibu menurut Berat Badan Bayi Lahir

4.6 Hubungan LILA Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir

Berdasarkan tabel berikut, terlihat bahwa ibu yang berisiko KEK melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak berisiko KEK. Hal ini dapat diartikan bahwa ukuran lingkar lengan atas (LLA) ibu hamil berhubungan atau mempengaruhi berat bayi lahir.

Tabel 4.1 Hubungan LILA Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir

LLA

BBL

p-value

BBLN BBLR

N % N %

Non

KEK 184 82.51 0 0.00 KEK 17 7.62 22 9.87 Jumah 201 90.13 22 9.87

Untuk memastikan adanya hubungan antara lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat bayi lahir adalah dengan melakukan uji Chi-Square dengan bantuan software SPSS 16.0. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai = 115,2 . sedangkan nilai dengan df=1 adalah 3,481. Karena hitung > tabel maka dapat

(33)

disimpulkan bahwa memang terdapat hubungan antara lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat bayi lahir. Pengambilan keputusan ini dapat juga didasarkan pada nilai p-value sebesar 0,000 yang lebih kecil dari nilai α=5 persen.

Sedangkan tingkat keeratan atau kekuatan hubungan dari variabel lingkar lengan atas dengan berat bayi lahir, berdasarkan hasil perhitungan dengan uji statistik koefisien kontingensi diperoleh nilai C 0,584, dengan demikian hubungan antara variabel lingkar lengan atas dengan berat bayi lahir menunjukkan hubungan yang cukup kuat (58,4%).

Ibu hamil yang mengalami KEK atau ukuran LLA kurang dari 23,5 cm akan mempengaruhi kesempurnaan perkembangan janin selama dalam kandungannya, tetapi belum tentu semua Ibu hamil yang mengalami KEK selalu melahirkan BBLR,karena banyak faktor yang mempengaruhi kelahiran BBLR.

4.7. Pembahasan

Dari gambaran karakteristik umur ibu didapatkan kelompok umur 26 – 35 tahun merupakan persentase terbanyak yaitu sebesar 67,7 %.( Gambar 4.1)

Penelitian yang dilakukan oleh Zuldefni (2005) dilaporkan bahwa rata-rata umur ibu hamil adalah 27 tahun, umur ibu hamil terendah adalah 20 tahun dan umur ibu hamil tertinggi adalah 35 tahun.

Dari gambaran karakteristik pendidikan ibu didapatkan tingkat pendidikan SMA merupakan persentase terbanyak yaitu 36,3 %.(Gambar 4.2)

21

(34)

Dari hasil penelitian Juminten 17, didapatkan rata-rata pendidikan ibu hamil adalah SMA, demikian juga yang didapatkan dari penelitian Mutalazimah dimana tingkat pendidikan SMA merupakan persentase terbanyak yaitu sebesar 54,2 %.

Dari gambaran karakteristik graviditas ibu didapatkan ibu dengan paritas primigravida merupakan persentase terbanyak yaitu 22,870%. (Gambar 4.3)

16

Pada penelitian yang dilakukan Simarmata (1987) di RSUD Dr. Pirngadi Medan didapati persentase BBLR lebih tinggi pada paritas 6 atau lebih (15,70%) dibandingkan dengan paritas 1 (13,47%) dan akan menurun pada paritas 2-5.

Pada umumnya berat badan lahir meningkat dengan semakin tingginya paritas. Bayi yang lahir dari kehamilan kedua (paritas pertama) kira- kira 100 gram lebih berat apabila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari kehamilan pertama (paritas nol).

20

Pada penelitian ini gambaran LILA rata-ratanya adalah 25,70 cm, minimal didapati 21,0 cm dan maksimal 37,0 cm. Dari gambaran karakteristik LILA ibu didapatkan bahwa dari 223 ibu hamil yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar 17,4 % dan yang tidak KEK sebesar 82,5%.(Gambar 4.4) Angka KEK ini lebih rendah dibandingkan dengan target penurunan yang ditentukan Depkes sebesar 20% (Depkes RI,2000)

21,22

6

Pada penelitian ini didapati gambaran berat bayi ini rata-rata 3114,7 gram dengan nilai minimal 2200 gram dan nilai maksimalnya 4000 gram. Dari gambaran karakteristik berat badan lahir bayi didapatkan angka BBLR sebanyak 22 bayi (9,8%) dan tidak BBLR sebesar 201 bayi (90,1%). (Gambar 4.5). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa angka BBLR ini masih lebih tinggi dari target penurunan BBLR yang ditetapkan Depkes yakni sebesar 7% (Depkes RI,2000).

.

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Dari penelitian ini didapatkan ibu hamil dengan KEK sebesar 17,4 %

dimana hasil tersebut sudah memenuhi target Depkes yakni penurunan

sebesar 20%.

5.1.2 Dari penelitian ini didapatkan bayi dengan BBLR sebesar 9.8 %

dimana hasil tersebut msih melebihi target penurunan BBLR yang

ditetapkan Depkes yakni sebesar 7%.

5.1.3 Dari penelitian ini dijumpai ada hubungan yang signifikan antara LILA ibu

hamil dengan berat bayi lahir dengan tingkat keeratan yang cukup kuat.

5.2 Saran

Setiap WUS dianjurkan untuk melakukan prenatal counseling sehingga

mendapatkan pemahaman tentang asupan nutrisi yang penting untuk mempersiapkan

kehamilan dan selama kehamilan.

Terhadap ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm dengan atau tanpa komplikasi

obstetrik dan medik yang datang kontrol ke Poli Ibu Hamil RSU H Adam Malik dan

RS jejaring harus diberikan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan maupun

(36)

DAFTAR PUSTAKA

1. Saptono MA, Joewono HT, Abadi A. Hubungan berat badan lahir dengan kenaikan berat badan ibu hamil yang memiliki indeks masa tubuh normal. In kongres XI POGI; 2000; Denpasar.

2. Sebire NJ, Jolly M, Harris J, Regan L, Robinson S. Is maternal underweight really is risk factor for adverse pregnancy outcome? BJOG. 2001; 108: p. 61-6.

3. Astutu N. Dampak program PMT ibu hamil KEK terhadap status gizi bayi di sulawesi selatan dan sulawesi tenggara. 2001.

4. Husaini JK, Husaini MA, Musa MS. Keterbatasan penggunaan lingkar lengan atas dalam memonitor status gizi wanita hamil beresiko tinggi melahirkan bayi berat lahir rendah. 2003.

5. J, Mulyani S, Nurina S. Asuhan keperawatan Perinatal jakarta: penerbit buku kedokteran EGC; 1995.

6. RI Departemen Kesehatan. pedoman gizi umum seimbang (panduan untuk petugas). 2000.

7. RI D. Gizi seimbang menuju hidup sehat bagi bayi, ibu hamil dan ibu menyusuin. 2001.

8. RI Departemen Kesehatan. Survei kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. 1997.

9. Cunningham F. prenatal care. In Williams obstetric.: prentice hall international inc; 2001. p. 252-253.

10. Mawah , Pius M, Hartono HD, Hadi I. BBLR angka kejadian dan beberapa faktor resiko. In Kumpulan abstrak kongres obstetri ginekologi Indonesia ke-9, Hotel Horison; 1993; Jakarta.

11. Bhargava A. Modelling the effects of maternal nutritional status and

socioeconomic variables on the antropolometric and psycologic indikators of kenyan infant from age 0-6 month. Physiologi anthropologi. 2000;: p. 89-104.

12. Humphrey M, Holzheimer D. A prospective study of gestation and birth weight in aborigin pregnancies in far north Queensland. Australia NZJ obstetri Gynecologi. 2000;: p. 326-330.

13. Rodrigues T, Barros H. Risk factor of preterm labor. Acta medicana porto. 1998;: p. 901-905.

(37)

med jersey. 1998; 7(4): p. 190-3.

15. Didik B, Dwi A, Hadi I. Risiko terjadinya BBLR di puskesmas Balerejo kabupaten madiun. 2000: p. 566-569.

16. Mutalazimah. Hubungan lingkar lengan atas (LILA) dan kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil dengan berat bayi lahir di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. jurnal penelitian dan sains. 2005; 6(2): p. 114-126.

17. Juminten. Hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi ibu berdasarkan ukuran lingkar lengan atas. 2006.

18. Akhmadi. jenis parameter status gizi. [Online]. Available from:

19. Wiknjosastro H. Bayi berat lahir rendah. In prawiroharjo S, editor. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka; 1991. p. 721-84.

20. Widjajanto , Hakimi S, Darsono S. Hubungan jarak kelahiran pendek dengan berat badan lahir rendah (BBLR). In Kumpulan naskah KOGI VII; 1987; Semarang. p. 14-24.

21. Zuldefni. Hubungan karakteristik ibu dengan kejadian BBLR di RSU Dr. Pirngadi medan. Skripsi. Medan: Universitas sumatera utara, Ilmu kesehatan Masyarakat; 2006.

22. Supriasa Nyoman ID. Penilaian status gizi Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2002.

23. Srimastuti K. Hubungan beberapa ukuran antropometrik ibu dan tinggi fundus uteri dengan berat lahir. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia, Obstetri dan Ginekologi; 1987.

24. Ramulia. Beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan bayi berat badan lahir rendah di RSUD Dr. Pirngadi medan. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, Obstetri dan ginekologi; 1997.

25. Merchant SS, Momin IA, Sewani AA, Zuberi NF. Effect of prepregnancy body mass index and gestational weight gain on birth wieght. Pak Med Assoc Khan. 1999; 49(1): p. 23-5.

(38)

27. Karsono B, Winknyosastro GH, Hardjopratoso W. Persalinan berat badan lahir rendah di rumah sakit Dr. Ciptomangunkusumo. In Kumpulan naskah PIT II; 1983; batu malang. p. 459-467.

28. Johnson JM, Narahnu H. Smoking and preterm labor: effect of cigarette smoke extract on the secretation of platelet activating factor, acethylhydrase by human decidual macrophage. American journal obstet gynecol. 1993;: p. 321-6.

29. Crosse MD, Hall MH, White DR. The etiology of preterm labor. british jounal obstet gynecol. 1984;: p. 733-738.

30. Bin JA, Pedler SJ. Bacteriuria in pregnancy. Pediatric Journal Obstet gynecol. 1984;: p. 15-21.

31. Tobing S. Tinjauan kasus penderita pre eklampsi dan eklampsi tahun 1989-1993. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, obstetri dan gynekologi; 1995.

32. Quenann JT. Polyhydramnion and Olygohydramnion. In Quenann Manajement of Risk- High risk pregnancy. 3rd ed. Boston: Scientific Publications; 1997. p. 439-441.

(39)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN Saya yang namanya tersebut dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap tentang penelitian “HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DI MEDAN” maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Bila ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut saya akan bisa mendapatkannya dari dokter peneliti.

Medan, / / 2010 Peserta Penelitian

Dokter Peneliti Dr. Heika N. Silitonga

Dept. Obstetri & Ginekologi FK USU-RSHAM Telp. 081360797625

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Ibu-ibu Yth,

Nama saya dr. Heika N. Silitonga, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan Magister Kedokteran Klinik dan pendidikan spesialis kebidanan dan kandungan (OBGIN) FK-USU.

(40)

Adapun tujuan penelitian ini, Untuk memperoleh informasi tentang hubungan LILA ibu hamil dengan berat bayi lahir di RSU H. Adam Malik, RSU Sundari, RS Haji, Rumkit DAM Tk II Medan.

Adapun manfaat penelitian ini Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan khususnya menurunkan insiden ( angka kejadian) berat badan lahir rendah, melalui peningkatan kerjasama dan koordinasi lintas program dan lintas sektoral dalam merencanakan program perbaikan gizi dan kesehatan ibu dan anak, sehingga kejadian BBLR dapat dicegah dan diantisipasi sedini mungkin.

Pada penelitian ini, saya akan melakukan pengukuran pada lingkar lengan atas ibu. Kerahasiaan pribadi ibu ibu tetap saya pelihara.

Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan kepada ibu-ibu. Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan, maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya ibu-ibu menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan ibu-ibu yang terpilih sebagai sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Terimakasih saya ucapkan kepada ibu-ibu yang telah berpartisipasi di dalam penelitian ini. Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu-ibu dapat menghubungi dr. Heika N. Silitonga, Departemen Obgin FK-USU telp : 08192041982. Terima kasih.

Medan, / /2010 Hormat saya

(41)

Lampiran 3

STATUS PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DI RSU H. ADAM MALIK , RSUP

(42)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

LLA * BBB 223 100.0% 0 .0% 223 100.0%

LLA * BBB Crosstabulation BBB

Pearson Chi-Square 115.156a 1 .000

Continuity Correctionb 108.899 1 .000

Likelihood Ratio 90.241 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 114.639 1 .000

N of Valid Cases 223

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.85. b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .584 .000

(43)

Risk Estimate

Value

(44)
(45)
(46)

77 Lisda 30 8201511 SG SMA Guru

8292810 PG Sarjana Pegawai Swasta

92 Rospita 36

8300310 PG Sarjana Pegawai Swasta

93 Ratna 26 8463110 PG SMA Karyawan

8237510 SG Sarjana Pegawai Swasta

98 Enrika 27 8338411 SG SMEA Pedagang

7223573 SG Sarjana Wiraswasta

104 Junita 31

7721498 SG Sarjana Pegawai Swasta

109 Juli Pangaribuan 27

7387954 SG Sarjana Karyawan

113 Herawati 28 167130 PG SMK Karyawan

114 Nurlina 35 157815 MG SMA Wiraswasta

115 Karlina 39

(47)

116 Renita 30 145279 PG Sarjana Wiraswasta

117 Jojor 40 149360 MG Sarjana Wiraswasta

118 Rotua 34

149763 SG Sarjana Pegawai Swasta

119 Linda Panjaitan 35

8931007 SG Sarjana Pegawai Swasta

136 Reni 30

8900806 PG Sarjana Pegawai Swasta

137 Susianti 28 8950815 SG DIII Guru

138 Lisbeth 21

8941819 PG SMA Karyawan

139 Lasma 30

8942618 SG SMA Pedagang

140 Marlinawati 34 8501517 MG Sarjana Wiraswasta

141 Nurmawati 28 8562015 MG SD Buruh

(48)

155 Friska 26 8400314 PG DIII Pegawai Swasta

7238874 PG Sarjana Wiraswasta

170 Natalia 27

7309835 SG Sarjana Wiraswasta

175 Rona Tambunan 30

7467956 SG Sarjana Wiraswasta

(49)

194 Setia Nababan 36 3936709 MG SD Buruh Bangunan

195 Betty Sirait 30 3938805 MG SMA Karyawan

196 Magda 32

3932014 MG Sarjana Karyawan

197 Rosmaida 37

3930905 MG Sarjana Wiraswasta

198 Bulan Sinaga 28 3931023 SG SMA Karyawan

199 Risma 29 3945806 PG Sarjana Wiraswasta

200 Dewi Nadeak 26 3967815 PG DIII Karyawan

201 Ruslizam 32

3944819 PG Sarjana Karyawan

202 Sherly 34

3942634 MG Sarjana Wiraswasta

Gambar

Gambar 4.1  Karakteristik Ibu Menurut Umur
Gambar 4.3 Karakteristik ibu menurut graviditas
Gambar 4.5 Karakteristik ibu menurut Berat Badan Bayi Lahir
Gambar 4.6  Distribusi LILA dan BBL

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi lahir dengan Nilai spearman’s rho sebesar 0.228 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.045

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA), KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DAN FREKUENSI ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN BERAT BAYI LAHIR (BBL) DI.. RS PKU

Hubungan kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dengan berat bayi lahir di Kota Pariaman.. Hubungan Antara kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas, dan

Berat badan ibu hamil, tinggi ibu hamil dan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan mampu memprediksi berat lahir secara signifikan.. Namun, terdapat

Penelitian ini mencoba menganalisa pengaruh kadar hb dan lingkar lengan atas (lila) pada ibu hamil trimester tiga terhadap berat badan lahir bayi.. Analisa

Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil yang telah melahirkan bayi dengan BBLR dan bayi baru lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) pasca persalinan di RSU PKU

Terdapat hubungan yang signifikan kenaikan berat badan ibu selama hamil dengan berat badan bayi lahir (p&lt;0,05), Semakin tinggi kenaikan berat badan ibu selama hamil maka berat

Dari hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai p 0,076 yang menunjukkan bahwa korelasi antara pertambahan berat badan ibu hamil dan berat badan lahir bayi adalah