commit to user
i
HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN, LINGKAR LENGAN ATAS
DAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL TRIMESTER III
DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI KOTA SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
MIFTAHANI LEO CHOIRUNNISA
G0007213
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan
Atas dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Kejadian
Berat Badan Lahir Rendah di Kota Surakarta
Miftahani Leo Choirunnisa, NIM: G.0007213, Tahun: 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Senin, Tanggal 27 Desember 2010
Pembimbing Utama
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes.
NIP: 19660702 198802 2 001
Prof. Dr. A A. Subijanto, dr., M.S.
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Desember 2010
Miftahani Leo Choirunnisa
commit to user
iv
ABSTRAK
Hubungan Kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di Kota Surakarta
Miftahani Leo Choirunnisa1, Zaenal Abidin2, Diffah Hanim2, Santoso2, dan
Yulia Lanti3
Tujuan: mengetahui hubungan antara kenaikan berat badan, lingkar lengan atas,
dan kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dengan kejadian BBLR di Kota Surakarta.
Metode: Penelitian ini berjenis observasional analitik dengan pendekatan case
control study yang dilakukan di Puskesmas Gajahan, Puskesmas Purwodiningratan, dan Puskesmas Ngoresan di Kota Surakarta pada bulan Mei – Juli 2010. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling. Subjek yang diteliti adalah 30 ibu hamil trimester III yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengukuran kenaikan berat badan, LLA, dan kadar Hb ibu hamil trimester III hingga melahirkan bayinya kemudian melakukan pengukuran berat badan lahir bayi. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis Chi Square dan ANOVA.
Hasil: Hasil analisis statistic dengan uji Chi Square didapatkan hubungan yang
bermakna antara kenaikan berat badan ibu hamil trimester III dengan kejadian BBLR (OR=10; p<0.007), hubungan LLA ibu hamil trimester III dengan kejadian BBLR (OR=13.5; p<0.004), dan hubungan kadar Hb ibu hamil trimester III dengan kejadian BBLR (OR=7.5; p<0.019). Hasil analisis statistic dengan uji ANOVA didaptkan nilai F hitung sebesar 16.403 dengan p-value =0.000.
Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara kenaikan berat badan, LLA
dan kadar Hb ibu hamil trimester III dengan kejadian BBLR.
commit to user
v
ABSTRACT
Relations of Weight Gain, Upper Arm Circumference, and Hemoglobin Concentration of Trimester III Pregnant Woman with Genesis Figures Low
Birth Weight in Surakarta
Miftahani Leo Choirunnisa1, Zaenal Abidin2, Diffah Hanim2, Santoso2, dan
Yulia Lanti3
Objective: This research aim to know the relations of escalation weight gain,
upper arm circumference, and hemoglobin concentration of trimester III-pregnant women with the incidence of LBW in Surakarta.
Methods: This study was an observational analytic manifold by using the
approach of case control study conducted at the Gajahan PHC, Purwodiningratan PHC, and Ngoresan PHC, Surakarta in May-July 2010. The sampling technique used was purposive random sampling. The number of samples used by 30 third trimester III-pregnant women who meet inclusion and exclusion criteria. Data collection was performed by measuring the size of weight gain, upper arm circumference, and the levels of third III-pregnant women till giving birth and then measure the weight of born-infants. The data obtained were analyzed using Chi Square and ANOVA analysis.
Results: The results of Chi Square statistical analysis found that there is a
significant relationship between the escalation of maternal weight gain on trimester III with LBW (OR=10; p<0.007), relationship between maternal upper arm circumference third trimester with LBW (OR=13.5; p<0.004), and relationship between maternal hemoglobin concentration third trimester with LBW (OR=7.5; p<0.019). The results of ANOVA statistical analysis by F value of 16.403 with a p-value=0.000.
Conclusion: Data found relationship between the escalation of weight gain, upper
arm circumference and Hb concentration of trimester III-pregnant women with the incidence of LBW.
Key word: weight gain, upper arm circumference (LLA), hemoglobin
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan nikmat, rahmat serta anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan skripsi dengan judul “Hubungan Kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III
dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kota Surakarta”.
Laporan skripsi merupakan salah satu tugas untuk memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan untuk memenuhi syarat-syarat kesarjanaan pendidikan kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulisan skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. A A. Subijanto, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengizinkan pelaksanaan penelitian ini dalam rangka penyusunan skripsi.
2. H. Zainal Abidin, dr., M.Kes selaku Pembimbing Utama yang memberikan, banyak waktu, pengarahan, bimbingan, saran dan motivasi.
3. DR. Diffah Hanim, Dra., M.Si selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan banyak waktu, pengarahan, bimbingan, saran dan motivasi. 4. Prof. Santoso, dr., M.S., Sp.OK selaku Penguji Utama yang telah berkenan
menguji sekaligus memberikan kritik serta saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Yulia Lanti Retno Dewi, dr., M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah berkenaan menguji sekaligus memberikan kritik serta saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi.
7. Ayahanda Atong Leowidagda dan Ibunda Sriyati, serta adik-adikku Fatkhurrohmah Leo, Ghazi Leo, Haidar Leo atas cinta, doa, dukungan, dan semangatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-temanku yang tidak bisa dituliskan satu persatu, terima kasih atas doa, dukungan dan semangatnya.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna maka dengan segenap hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran.
Surakarta, Desember 2010
commit to user
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ...4
BAB II LANDASAN TEORI... 6
A. Tinjauan Pustaka ...6
1. Berat Badan Lahir Rendah ... 6
2. Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir Rendah...8
3. Status Gizi Ibu Hamil Trimester III ... 16
B. Kerangka Pemikiran ... 20
C. Hipotesis ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
A. Desain Penelitian ... 21
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
C. Subjek Penelitian ... 21
D. Teknik Sampling ... 22
commit to user
viii
F. Variabel... 24
G. Definisi Operasional Variabel... 25
H. Instrumen Penelitian ... 27
I. Cara Kerja... 27
J. Pengolahan dan Analisis Data... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30
BAB V PEMBAHASAN ... 36
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 41
A. Simpulan... 41
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA... 43
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Data Sampel
Lampiran 3. Hasil Uji Statistik
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komponen-Komponen Pertambahan Berat Badan Kehamilan
Normal…...……….…... 17
Tabel 2.2 Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan Indek
Masa Tubuh Sebelum Kehamilan ………..………... 18
Tabel 4.3 Sebaran Status Gizi dan Berat
Bayi………..…………... 31
Tabel 4.4 Perbedaan Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
dengan Kenaikan berat badan
ibu………...……...… 33
Tabel 4.5 Perbedaan Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
dengan Lingkar Lengan Atas Ibu ...………....………… 34
Tabel 4.6 Perbedaan Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ……….………... 20
Gambar 3.2 Desain Penelitian Hubungan Kenaikan Berat Badan, Lingkar
Lengan Atas dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil trimester III
dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Puskesmas
Gajahan, Purwodiningratan, dan Ngoresan di Kota Surakarta
...……….. 24
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil .. 30
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa itu ibu
harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut kelahiran
bayinya. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim ibu (Proverawati dan Siti, 2009). Ibu sehat
akan melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan ibu adalah gizi ibu (Depkes, 2000).
Menurut Pudjiadi (2003) status gizi ibu pada waktu pembuahan dan
selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang
dikandung. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan, apabila status gizi ibu kurang sebelum dan selama
kehamilan akan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah di bawah
2500 gram (Nyoman, 2003). Menurut Samsudin dan Tjokronegoro (1992),
kenaikan berat badan dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan status
gizi ibu hamil. Penambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan
disebabkan oleh peningkatan ukuran berbagai jaringan reproduksi, adanya
pertumbuhan janin, dan terbentuknya cadangan lemak dalam tubuh ibu.
Pudjiadi (2003) telah menemukan asosiasi yang positif antara berat badan
lahir bayi dengan berat badan ibu. Jadi ukuran antropometri ibu hamil sangat
commit to user
dapat juga dilakukan dengan pengukuran antropometri. Ukuran antropometri
ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil
dan ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) selama kehamilan (Proverawati dan
Siti, 2009).
Risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
meningkat pada kenaikan berat badan yang kurang selama kehamilan (Marie,
2002). Untuk menghindari terjadinya kelahiran bayi BBLR atau di bawah
2500 gram, seorang ibu harus menjaga kondisi fisiknya dengan mencukupi
kebutuhan gizinya. Di samping itu harus berusaha menaikkan berat badannya
sedikitnya 11 Kg (bertahap sesuai dengan usia kehamilan) (Widjaya, 2003).
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan salah satu
faktor yang berperan terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal
(Mochtar, 1998). Penyebab terjadinya BBLR dapat dikarenakan ibu hamil
dengan anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir
kurang bulan (Husnaini, 2004).
Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu beradaptasi
dengan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan
hidupnya. Selain itu juga akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian
bayi karena rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah,
commit to user
Frekuensi BBLR di negara maju berkisar antara 3,6-10,8%, di negara
berkembang berkisar antara 10-43%. Rasio antara Negara maju dan negara
berkembang adalah 1:4 (Mochtar, 1998). Perkiraan WHO pada tahun 1990,
Indonesia yang merupakan negara berkembang frekuensi BBLR berkisar 14 %
dari seluruh koheren hidup Indonesia. Angka BBLR di Indonesia nampak
bervariasi. Dari beberapa studi kejadian BBLR pada tahun 1984 di daerah
pedesaan sebesar 14.6% dan di rumah sakit sebesar 17.5%. Hasil studi di 7
daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17.2%,
secara nasional berdasarkan analisis lanjut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 1991.
Persentase bayi dengan BBLR di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005
sebesar 1.74% naik sedikit dibandingkan dengan persentase tahun 2004 yang
sebesar 1.54%. Sedangkan di Surakarta pada tahun 2003 jumlah bayi dengan
BBLR sebesar 1.2% (Dinkes Jateng, 2005). Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, pada skala nasional juga masih
terjadi kesenjangan kematian bayi antar provinsi dengan variasi sangat besar
yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 103 per 1.000 kelahiran hidup
(tertinggi) dan provinsi D.I. Yogyakarta mencapai 23 per 1.000 kelahiran
hidup (terendah). Sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi pada bayi umur
dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi
BBLR. Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan
commit to user
Berdasarkan latar belakang tersebut dan dari hasil pengamatan sementara
masih ditemukan adanya status gizi kurang pada ibu hamil dan bayi yang
memiliki BBLR, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang
hubungan antara status gizi ibu hamil trimester III yang diukur dengan
pengukuran kenaikan berat badan, Lingkar Lengan Atas (LLA) dan kadar
Hemoglobi (Hb) dengan berat badan lahir rendah pada bayi dengan judul
penelitian ”Hubungan Kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas dan Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat disusun rumusan masalah :
”Apakah ada hubungan antara kenaikan berat badan, LLA dan kadar Hb ibu
hamil trimester III dengan kejadian BBLR ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
kenaikan berat badan, LLA dan kadar Hemoglobin ibu hamil trimester III
dengan kejadian BBLR di Kota Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan antara kenaikan berat badan, LLA dan kadar
commit to user
Puskesmas Gajahan, Puskesmas Purwodiningratan dan Puskesmas
Ngoresan Kota Surakarta.
b. Mengetahui kejadian BBLR selama tiga bulan terakhir di Puskesmas
Gajahan, Puskesmas Purwodiningratan, dan Puskesmas Ngoresan
Kota Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan sehingga mampu menambah wawasan pustaka kehamilan
khususnya faktor penyebab kejadian BBLR di Kota Surakarta.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
segenap penentu kebijakan pada instansi yang berhubungan dengan
program peningkatan kesehatan ibu hamil. Di samping itu diharapkan
dapat untuk memberikan informasi dan data tentang status gizi dan
kesehatan ibu hamil selanjutnya digunakan sebagai evidence based
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Berat Badan Lahir Rendah
Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40
minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan
sekitar 3 kg dan panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Secara umum
berat bayi lahir yang normal adalah antara 3000 gr sampai 4000 gr, dan
bila di bawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan BBLR. Menurut Mochtar
(1998), BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini di
katakan premature kemudian disepakati disebut low birth weight infant
atau BBLR. Karena bayi tersebut tidak selamanya prematur atau kurang
bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan.
Menurut Mochtar (1998) klasifikasi bayi menurut umur kehamilan
dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan
masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan
adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42
minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa
commit to user
Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Prematur murni
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat
badan untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai
faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan.
b. Dismaturitas
Dismaturitas atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa
kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan pertumbuhan
dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilan (KMK).
Bayi BBLR merupakan masalah serius dalam pengelolaannya
karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya
infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk
menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan BBLR mudah terserang
komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat
menyebabkan kematian. Kelompok bayi dengan berat badan lahir
rendah yang dapat diistilahkan dengan kelompok risiko tinggi, karena
pada bayi berat badan lahir rendah menunjukan angka kematian dan
commit to user
WHO (1990) memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di
negara maju sebesar 3.6-10.8%, di negara berkembang berkisar antara
10-43%. Untuk Indonesia belum ada angka pasti secara keseluruhan,
hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah sebesar 14 % dari
seluruh koheren hidup (Moehji, 2003).
2. Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir Rendah
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor
melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat badan bayi lahir adalah
sebagai berikut :
a. Faktor lingkungan internal meliputi:
1) Genetik
Menurut Proverawati dan Siti (2009) seorang anak yang
memiliki ibu dengan struktur genetik tebal lemak lebih besar maka
anak juga akan memiliki genetik yang sama sehingga apabila ada
orang tua yang gemuk maka keturunannya juga gemuk. Hal ini
tentunya berbeda dengan anak yang memiliki orang tua dengan
berat badan kurus atau normal, anak dengan orang tua kurus maka
akan memiliki berat badan kurus pula. Hal inilah akan memberikan
pemikiran bahwa kebutuhan gizi janin pada masing-masing janin
commit to user 2) Umur ibu
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan
di bawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4
kali lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang
cukup umur (Sitorus, 1999). Pada umur yang masih muda,
perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya
belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup
matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat
menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi
komplikasi. Semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang
dilahirkan akan semakin ringan (Sitorus, 1999).
Meskipun kehamilan di bawah umur sangat berisiko tetapi
kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan karena sangat
berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit
seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif
pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain
kehamilan di atas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata
mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan
membawa kelainan (Sitorus, 1999). Dalam proses persalinan
sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan
akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada
commit to user
Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting
terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi,
maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30
tahun (Sitorus, 1999).
3) Jarak kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi
Keluarga Berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2
tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan
menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi
tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu
faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang
dilahirkan. Menurut Sitorus (1999) bahwa risiko proses reproduksi
dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.
4) Paritas
Paritas secara luas mencakup gravid (jumlah kehamilan),
premature (jumlah kelahiran), dan abortus (jumlah keguguran).
Paritas dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang
dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu melahirkan
anak ke empat atau lebih. Seorang ibu yang sudah mempunyai tiga
anak dan terjadi kehamilan lagi maka keadaan kesehatannya akan
mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi
perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun
commit to user 5) Kadar hemoglobin
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi
berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus, (1999) seorang ibu
hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di
bawah 11 gr/dl. Data Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50%
ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan
menambah risiko mendapatkan bayi dengan BBLR, risiko
perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut
menderita anemia berat (Depkes, 2002). Hal ini disebabkan karena
kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang
akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.
6) Status gizi ibu hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama
kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang
dikandung (Pudjiadi, 2003). Selain itu gizi ibu hamil menentukan
berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil
sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan
salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran
antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah
kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran LLA selama
commit to user
Ukuran LLA sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi
ibu hamil bisa dilihat dari kenaikan berat badannya (Sitorus, 1999).
Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat
badan yang kurang atau turun sampai 10 kg, mempunyai risiko
paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR sehingga ibu
hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 10-12 kg
atau 20% dari berat badan sebelum hamil. LLA adalah
antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu
hamil dan untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran LLA di bawah
23.5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR (Depkes, 1996).
Pengukuran LLA lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu
hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana
saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan
yang ekstrim.
7) Penyakit pada saat kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi
berat bayi lahir di antaranya adalah Diabetes Melitus (DM), cacar
air, dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu
penyakit di mana badan tidak sanggup menggunakan gula
sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup
memproduksi insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
commit to user
komplikasi maternal meliputi infeksi saluran kemih, hidramnion
dan hipertensi sedangkan komplikasi fetal intra uterin adalah risiko
abortus spontan, kelainan kongenital (terutama pertumbuhan sistem
saraf pusat), insufisiensi plasenta (mengakibatkan hipoksemia
kronik), kematian intra uterin, makrosomia, organomegali dan
giant babby. Komplikasi neonatus pasca persalinan meliputi
prematuritas, kematian perinatal, kematian neonatal, trauma lahir,
gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia dan hiperbilirubinemia), sindrom gawat napas
neonatus, polisitemia, trombosis vena renalis (Suparman, 2003).
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit
infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.
Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu
dapat menganggu janin yang dikandungnya (Sitorus, 1999).
Toksoplasmosis pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus dan
lahir mati, bayi dengan kelainan kongenital seperti hidrosefalus,
ensefalitis, khorioretinitis, miokarditis, miositis, limfadenopati dan
gangguan saraf (Benerson, 1995). Selain penyakit di atas infeksi
TORCH dapat juga mengakibatkan berat bayi tidak normal,
keterbelakangan mental, hepatitis, dan beberapa jenis penyakit
commit to user b. Faktor lingkungan eksternal meliputi:
1) Kondisi lingkungan
Lingkungan di luar ibu dengan keanekaragaman bahan
makanan yang berbeda akan mempengaruhi kebutuhan gizi
janinnya juga. Kebutuhan janin yang tidak tercukupi akan
menghambat perkembangan janin (Proverawati dan Siti, 2009)
2) Asupan zat gizi
Asupan zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil sangat
mempengaruhi pertumbuhan janin. Pertumbuhan sel dalam
menyusun berbagai organ janin sangat tergantung pada
ketersediaan zat nutrisi pembangun yang dikonsumsi ibu hamil.
Apabila terjadi gangguan dalam asupan zat gizi maka peluang
timbulnya kelainan organ sangat mungkin terjadi (Proverawati dan
Siti, 2009).
3) Tingkat sosial ekonomi ibu hamil
Menurut Proverawati dan Siti (2009) Status ekonomi ibu
hamil mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan
dikonsumsi sehari-harinya. Seorang dengan status sosial ekonomi
yang baik kemungkinan besar gizi yang dibutuhkan tercukupi
commit to user
4) Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan dengan
frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC)
Ibu hamil yang rajin memeriksakan kehamilannya sesuai
jadwal akan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janinnya,
sehingga kesehatan ibu dan janin akan terpantau dengan baik
(Kardjati, 1999).
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan
mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga
kesehatan ibu selama hamil dapat terpelihara dan yang terpenting
ibu serta bayinya dalam kandungan akan baik dan sehat sampai
saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar segera
dapat mengetahui apabila terjadi gangguan atau kelainan pada ibu
hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong
tenaga kesehatan (Depkes, 2000). Menurut Sitorus (1999)
pemeriksaan kehamilan harus dilakukan secara berkala, yaitu :
a) Setiap 4 minggu sekali selama usia kehamilan 28 minggu
b) Setiap 2 minggu sekali selama usia kehamilan 28–36 minggu
c) Setiap minggu atau satu kali seminggu selama usia kehamilan
36 minggu sampai masa melahirkan.
Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu harus
memeriksakan diri apabila terdapat keluhan lain yang merupakan
commit to user
3. Status Gizi Ibu Hamil Trimester III
Ibu hamil trimester III adalah ibu yang usia kehamilannya dimulai
dari bulan ke 7 sampai 9 bulan, atau usia kehamilan 28 minggu sampai 40
minggu (Bari, 2000). Menurut Almatseir (2001) status gizi ibu hamil dapat
diartikan sebagai keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi selama kehamilan. Status gizi ibu pada waktu
pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
yang sedang dikandung (Pudjiadi, 2003). Pada tahap trimester III terjadi
petumbuhan janin yang sangat cepat dibanding trimester sebelumnya maka
kekurangan makanan dalam periode ini dapat menghambat
pertumbuhannya hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang
kurang daripada seharusnya (Pudjiadi, 2003).
Menurut Moehji (2003) kenaikan berat badan ibu semasa
kehamilan menggambarkan laju pertumbuhan janin dalam kandungan.
Pada usia kehamilan trimester III laju pertumbuhan janin pesat dan
penambahan berat badan ibu juga pesat. Diperkirakan 90% daripada
kenaikan itu merupakan kenaikan komponen janin, seperti pertumbuhan
janin, plasenta, dan bertambahnya cairan amnion.
Pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan karena gizi
ibu hamil akan menentukan berat badan bayi yang dilahirkan. Pengukuran
antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu
commit to user
adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran LLA selama kehamilan
(Proverawati dan Siti, 2009).
Ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil dapat
dilihat dari kenaikan berat badannya (Sitorus, 1999). Ibu yang kurus dan
selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun
sampai 10 kg, mempunyai risiko paling tinggi untuk melahirkan bayi
dengan BBLR. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10-12 kg,
dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar
3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg (Sayogo, 2007). Kenaikan berat badan
tersebut menurut Sayogo (2007) dikarenakan adanya kenaikan beberapa
komponen pada kehamilan normal Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komponen-Komponen Pertambahan Berat Badan Kehamilan
Normal
Komponen Pertambahan berat (gram) pada minggu ke-
10 20 30 40
commit to user
Berdasarkan Tabel 2.1 maka ibu hamil harus mengalami kenaikan
berat badan berkisar 10–12.5 kg, namun pada tahun 1990 IOM
merekomendasikan kenaikan berat badan yang disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Rekomendasi Kenaikan BB Ibu Hamil Berdasarkan IMT
Sebelum Kehamilan
Keadaan gizi berdasarkan IMT Kenaikan BB (kg)
Gizi Kurang/underweight(<19.8)* 12.5-18
Normal (19.8-26) 11.5-16
Gizi Lebih/overweight (>26-29) 7-11.5
Obese (>29) 6
*Angka dalam kurung memperlihatkan nilai IMT (kg/m2)
Berdasarkan rekomendasi penambahan berat badan yang
beda pada Tabel 2.2 mempunyai implikasi kebutuhan gizi yang berbeda-
berbeda-beda pula secara individu, maka pengaturan status gizi ibu hamil sangat
penting diperhatikan untuk mengurangi risiko BBLR terutama pada ibu
yang status gizinya kurang dan memiliki IMT kurang, sedangkan ibu
dengan status gizi lebih berisiko melahirkan bayi besar.
Kenaikan berat badan yang melonjak tinggi dan dalam waktu
singkat yaitu kenaikan berat badan mencapai 1 kg perminggu atau 3 kg
perbulan maka harus diwaspadai kemungkinan timbulnya hipertensi dalam
kehamilan (HDK). Ciri khas kenaikan berat badan penderita hipertensi
dalam kehamilan ialah kenaikan yang berlebihan dalam waktu singkat,
commit to user
berat badan yang berlebihan tersebut merupakan refleksi dari pada edema
(Rhambulangi, 2003).
LLA adalah antropometri yang dapat menggambarkan keadaan
status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi
Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran LLA di bawah
23.5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR (Depkes, 1996). Pengukuran
LLA lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat
ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana saja, dan dapat dipakai
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan : * yang diteliti
C. Hipotesis
Terdapat hubungan antara kenaikan berat badan, LLA dan kadar
Hb ibu hamil trimester III dengan kejadian berat badan lahir rendah.
commit to user
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini berjenis observasional analitik dengan menggunakan
pendekatan desain case control study.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tiga puskesmas, yaitu Pusekesmas
Gajahan, Puskesmas Purwodiningratan, Puskesmas Ngoresan di Kota
Surakarta pada bulan Mei-Agustus 2010.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah seluruh ibu hamil trimester III yang
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Gajahan, Puskesmas
Purwodiningratan dan Puskesmas Ngoresan Kota Surakarta yang memenuhi
ktiteria inklusi dan kriteria eksklusi.
1. Krtiteria inklusi :
a. Ibu hamil dengan usia 20-40 tahun.
b. Tinggi badan > 145 cm
c. Memiliki KMS Ibu hamil
d. Jarak kehamilan terakhir ≥ 24 bulan
commit to user f. Abortus kurang dari 2 kali
g. Bukan mengandung anak kembar
h. Tidak memiliki penyakit kronis (jantung, asma, hipertensi, diabetes,
tuberculosis dan infeksi TORCH)
i. Ibu tidak sedang menderita eklamsi
j. ANC/K4 murni lebih dari 4 kali
2. Kriteria eksklusi :
a. Umur ibu < 20 tahun atau > 40 tahun
b. Tinggi badan < 145 cm
c. Ibu tidak memiliki KMS ibu hamil
d. Jarak kehamilan terakhir < 24 bulan
e. Paritas lebih dari 4 kali
f. Abortus lebih dari 2 kali
g. Ibu mengandung anak kembar
h. Memiliki penyakit kronis
i. Ibu menderita eklamsi
j. ANC/K4 murni < 4 kali
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random
commit to user
(Taufiqurrahman, 2008). Dalam hal ini dengan pertimbangan umur kehamilan
trimester III.
Besar sampel data nominal pada sampel tunggal untuk estimasi
proporsi suatu populasi dihitung dengan rumus (Madiyono dkk, 2002) :
n= (Zα)2 pq
d2
Keterangan rumus:
n = jumlah/besar sampel
α = tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti.Dalam penelitian ini,
peneliti menetapkan α = 0.05 sehingga Z α yaitu kesalahan
tipe I penelitian ini sebesar 1.96 (Dahlan, 2006)
p = proporsi keadaan yang akan dicari (berasal dari kepustakaan).
Berdasarkan data dari Depkes Jateng, persentase bayi BBLR di
Surakarta tahun 2005 sebesar 1.2%.
q = 1-p = 1-0.012 = 0.988
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki peneliti. Dalam
penelitian ini, peneliti menetapkan d= 0.1.
Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung dan
didapatkan sebesar 10 orang. Dengan demikian dalam penelitian ini
diperlukan sampel sebanyak 15 orang kasus dan 15 orang kontrol. Jadi
commit to user
E. Protokol Penelitian
Gambar 3.2 Desain Penelitian Hubungan Kenaikan Berat Badan, LLA dan
Kadar Hb Ibu Hamil trimester III dengan Kejadian BBLR di Puskesmas Gajahan, Purwodiningratan, dan Ngoresan di Kota Surakarta Seluruh ibu hamil trimester III
30 sampel ibu hamil trimester III di Puskesmas Gajahan,
Puskesmas Purwodiningratan dan Puskesmas Ngoresan di
commit to user
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas,
kadar Hemoglobin ibu hamil trimester III
2. Variabel Terikat : Berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Variabel Perancu : Keadaan lingkungan, sosial ekonomi, asupan gizi
ibu hamil trimester III, pemeriksaan kehamilan
(ANC) dan status perkawinan
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Status Gizi Ibu Hamil Trimester III
Status gizi ibu hamil trimester III adalah status gizi ibu yang usia
kehamilannya dimulai dari bulan ke 7 sampai 9 atau usia kehamilan 28
minggu sampai 40 minggu atau lebih. Status gizi yang dinilai meliputi:
a. Kenaikan Berat Badan
Kenaikan berat badan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kenaikan berat badan ibu hamil pada trimester III. Adapun
kategori kenaikan BB (kg) dikatakan lebih bila kenaikan > 6 kg
sedangkan dikatakan termasuk BB (kg) kurang bila kenaikan < 6 kg.
Skala : Kategorikal
commit to user b. Lingkar Lengan Atas (LLA)
LLA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkar lengan
atas ibu hamil trimester III. Besar LLA < 23.5 cm dikategorikan gizi
buruk dan LLA > 23.5 cm dikategorikan gizi baik.
Skala : Kategorikal
Alat ukur : Pita LLA
c. Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin dalam penelitian ini adalah kadar
hemoglobin ibu hamil pada Trimester III. Kategori Anemia < 11 gr/dl
sedangkan Tidak Anemia > 11 gr/dl.
Skala : Kategorikal
Alat ukur : Pengukuran kadar Hb menggunakan metode Cyanmethe-
moglobin
2. Berat Badan Lahir Rendah
Berat bayi lahir adalah angka yang ditunjukkan dari hasil
penimbangan bayi segera setelah lahir dengan menggunakan alat
penimbang bayi. Kategori BBLR bila saat bayi lahir dengan berat badan
< 2500 gram dan BBLN ≥ 2500 gram.
Skala : Kategorikal
commit to user
H. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
2. Pita LLA
3. Pengukuran kadar Hb mnggunakan metode Cyanmethemoglobin
4. Timbangan injak
5. Timbangan bayi
6. Kartu kelahiran bayi
I. Cara Kerja
1. Mengajukan surat ijin untuk melakukan penelitian di Puskesmas Gajahan,
Puskesmas Purwodiningratan dan Puskesmas Ngoresan di Kota Surakarta
2. Menentukan subjek penelitian yang memenuhi krtiteria restriksi mealui
pengisian kuesioner
3. Menentukan jumlah sampel sebanyak 30 orang secara acak
4. Sampel yang memenuhi kriteria restriksi dipilih dan dilakukan pengukuran
status gizi setiap seminggu sekali.
5. Melakukan pencatatan status gizi ibu hingga ibu hamil yang menjadi
commit to user
J. Cara Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Tahap-tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah :
a. Editing
Kegiatan untuk mengoreksi data yang tidak jelas agar bila
terjadi kekurangan atau kesalahan data dapat dengan mudah terlihat
dan segera dilakukan perbaikan.
b. Tabulasi
Semua data hasil penelitian di tabulasi dalam bentuk tabel
sesuai kriteria variabel yang diteliti.
2. Analisis Data
Semua data dianalisis dengan menggunakan Statistic Product
and Service Solution (SPSS) 16.00 for Windows. Untuk mengetahui
hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil trimester III dengan
kejadian barat badan lahir (BBL) (normal dan rendah) menggunakan uji
Chi Square. Hubungan LLA pada ibu hamil trimester III dengan kejadian
BBL (normal dan rendah) menggunakan uji Chi Square. Hubungan kadar
Hb ibu hamil trimester III dengan kejadian BBL (normal dan rendah)
menggunakan uji Chi Square. Jika ditemukan hubungan yang signifikan
maka analisis dilanjutkan dengan ANOVA. Selanjutnya untuk mengetahui
commit to user
Puskesmas Purwodiningratan, dan Puskesmas Ngoresan di Kota Surakarta
commit to user
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Ibu Hamil
1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden, rata-rata
umur ibu hamil adalah 27 tahun, umur ibu hamil terendah adalah 20
tahun dan umur ibu hamil tertinggi adalah 40 tahun sebagaimana
terlihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu
Hamil
2. Umur Kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden, rata-rata
umur kehamilan ibu adalah 38 minggu, umur kehamilan ibu terendah
adalah 33 minggu dan umur kehamilan ibu tertinggi adalah 40 minggu
commit to user
Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Kehamilan
3. Sebaran Status Gizi dan Berat Bayi
Tabel 4.3 Sebaran Status Gizi dan Berat Bayi
N Mean Std. Deviation
Tabel 4.3 menunjukkan nilai mean berat bayi lahir sebesar 2.64
kg dengan SD 0.46, artinya berat bayi lahir paling besar 3.1 kg yang
ditemukan di Puskesmas Gajahan. Sementara berat bayi lahir paling
rendah 2.18 kg ditemukan di Puskesmas Purwodiningratan. Bayi
BBLR di tiga puskesmas ada 8 bayi. Kenaikan berat badan ibu
memiliki nilai mean sebesar 6.37 dengan SD 1.847, artinya ada
kenaikan berat badan ibu hamil selama trimester III sebesar 8.22 kg.
Sementara kenaikan berat badan ibu hamil trimester III yang kurang
commit to user
memiliki nilai mean 23.87 dengan SD 1.795 artinya bahwa ada
pertambahan ukuran LLA sebesar 25.68-23cm= 2.68cm. Dalam
penelitian ini juga ditemukan ibu hamil trimester III yang menderita
KEK yang diukur dengan LLA sebesar 22.08cm ada sebanyak 10
orang (33.33%). Status anemia ibu yang diukur dengan kadar Hb
menunjukkan nilai mean 11.23 dengan SD 1.104 artinya ada ibu hamil
yang menderita anemia dengan kadar Hb 10.13 g/dl sebanyak 9orang
(30%).
Hasil pengamatan terhadap Berat Bayi Lahir (BBL) dari 30 ibu
hamil yang ditemui menunjukkan bahwa BBL memiliki nilai mean
2.643 dengan SD 0.461 artinya berat bayi yang dilahirkan oleh ibu
hamil di tiga puskesmas ternyata paling rendah berat badan saat lahir
adalah 2.18 kg dan yang paling besar adalah 3.1 kg (Table 4.3).
B. Hubungan Kenaikan Berat Badan, LLA dan Kadar Hb Ibu Hamil
Trimester III dengan Kejadian BBLR
Untuk mengetahui adanya hubungan kenaikan berat badan, LLA dan
kadar Hb ibu hamil Trimester III dengan kejadian BBLR di Puskesmas
Gajahan, Purwodiningratan, dan Ngoresan di Kota Surakarta digunakan uji
commit to user
1. Kenaikan berat badan ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir
bayi
Tabel 4.4 Perbedaan Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah dengan Kenaikan Berat Badan Ibu Kenaikan
tinggi pada ibu dengan kenaikan berat bedan yang kurang daripada ibu
dengan kenaikan berat badan yang lebih dari 6 kg selama trimester III.
Ibu dengan kenaikan berat badan yang kurang dari 6 kg selama
trimester III memiliki risiko untuk melahirkan bayi BBLR 10 kali lebih
besar daripada ibu dengan kenaikan berat badan lebih, dan peningkatan
commit to user
2. LLA ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi
Tabel 4.5 Perbedaan Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir
13.5 kali lebih besar daripada ibu dengan gizi baik, dan peningkatan rasiko
tersebut secara statistik signifikan (OR=13.5; p<0.004).
3. Hb ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi
Tabel 4.6 Perbedaan Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
tinggi pada ibu dengan anemia (kadar Hb <11gr/dl) daripada ibu yang
commit to user
melahirkan bayi BBLR 7.5 kali lebih besar daripada ibu dengan kadar
Hb nomal yaitu ≥11gr/dl, dan peningkatan risiko tersebut secara
statistik signifikan (OR=7.5; p<0.019).
4. Uji Multivariat.
Dari hasil perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 16.403
dengan p-value =0.000 yang berarti ada pengaruh sangat nyata (sangat
bermakna) antara kenaikan berat badan ibu, lingkar lengan atas ibu dan
kadar hemoglobin ibu selama trimester III terhadap berat badan lahir
commit to user
36
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kenaikan berat badan ibu dengan berat badan lahir bayi yang dilahirkan (p<0.05).
Sebagian besar kenaikan berat badan ibu yang lebih dari 6 kg selama trimester III
mempunyai bayi dengan berat badan lahir normal sebesar 86.4%. Sementara ibu
hamil yang memiliki kenaikan berat badan kurang dari 6 kg melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah sebesar 62.5%. Rush (2001) mengemukakan
bahwa kemungkinan hidup seorang bayi secara sederhana dapat dihubungkan
dengan status gizi makro ibunya, dengan asumsi bahwa peningkatan asupan zat
gizi makro akan meningkatkan berat badan ibu. Pada akhirnya BB ibu hamil akan
meningkatkan pertumbuhan janin, sehingga bayi mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk lahir hidup dengan berat badan cukup. Ogunyemi dkk (1998)
menyatakan bahwa ada hubungan antara status gizi dan kenaikan berat badan ibu
hamil dengan keadaan bayi perinatal dan berat lahirnya. Jadi status gizi normal
dan kenaikan berat badan pada ibu hamil berhubungan dengan penurunan
komplikasi bayi perinatal dan mengoptimalkan berat badan bayi. Demikian juga
menurut Merchant dkk (1999) yang menyatakan bahwa status gizi ibu adalah
salah satu hal yang menjadi pertimbangan penting sebagai indikator terhadap hasil
kelahiran (birth outcome).
Ibu yang kurus dan selama kehamilannya disertai penambahan berat badan
commit to user
melahirkan bayi dengan BBLR sehingga ibu hamil harus mempunyai kenaikan
berat badan berkisar 10-12 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil (Depkes
RI, 1996). Menurut Proverawati dan Siti (2009) seorang anak yang memiliki ibu
dengan struktur genetik tebal lemak lebih besar maka anak juga akan memiliki
genetik yang sama sehingga apabila ada orang tua yang gemuk maka
keturunannya juga gemuk. Hal ini tentunya berbeda dengan anak yang memiliki
orang tua dengan berat badan kurus atau normal, anak dengan orang tua kurus
maka akan memiliki berat badan kurus pula. Hal inilah akan memberikan
pemikiran bahwa kebutuhan gizi janin pada masing-masing janin berbeda.
Pengaturan status gizi ibu hamil sangat penting diperhatikan unutuk mengurangi
risiko BBLR terutama pada ibu yang status gizinya buruk, sedangkan ibu dengan
status gizi lebih berisiko melahirkan bayi yang besar. Kenaikan berat badan yang
melonjak tinggi dan dalam waktu singkat yaitu kenaikan berat badan ibu hamil
yang mencapai 1 kg per minggu atau 3 kg per bulan maka harus diwaspadai
kemungkinan timbulnya Hipertensi dalam Kehamilan (HDK). Ciri khas kenaikan
berat badan penderita HDK ialah kenaikan yang berlebihan dalam waktu singkat,
bukan kenaikan berat badan yang merata sepanjang kehamilan, karena berat badan
yang berlebihan tersebut merupakan refleksi dari pada edema (Rhambulangi,
2003).
Hasil pengukuran LLA ibu mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
berat badan lahir bayi yang dilahirkan (p<0.05). Sebagian besar ibu yang
mempunyai LLA ≥ 23.5 melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (90%),
commit to user
rendah (60%). Oleh karena status gizi ibu hamil menentukan berat badan bayi
yang dilahirkan, maka pemantauan status gizi ibu hamil sangatlah penting
dilakukan. Salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil adalah dengan
melakukan pengukuran antropometri. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling
sering digunakan adalah dengan melakukan pengukuran LLA selama kehamilan.
LLA adalah antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi
ibu hamil dan untuk mengetahui risiko KEK atau gizi kurang. Implikasi ukuran
LLA terhadap berat bayi lahir adalah bahwa LLA menggambarkan keadaan
konsumsi makan terutama konsumsi energi dan protein dalam jangka panjang.
Kekurangan energi secara kronis ini menyebabkan ibu hamil tidak mempunyai
cadangan zat gizi yang adekuat untuk menyediakan kebutuhan fisiologi kehamilan
yakni perubahan hormon dan meningkatnya volume darah untuk pertumbuhan
janin, sehingga suplai zat gizi pada janin pun berkurang. Akibatnya pertumbuhan
dan perkembangan janin terhambat dan bayi lahir dengan berat yang rendah
(Depkes RI, 1996).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar hemoglobin dengan berat
bayi lahir memiliki hubungan yang signifikan (p<0.05). Ibu yang mempunyai
kadar hemoglobin ≥ 11 gr/dl cenderung mempunyai bayi dengan berat badan lahir
normal (85.7%). Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil trimester III sangat
mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus, (1999) seorang ibu
hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di bawah 11 gr/dl.
Hubungan kadar Hb atau status anemia ibu hamil dengan berat bayi lahir menurut
commit to user
akan menyebabkan gangguan status gizi dan oksigenasi utero plasenta yang
menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi. Akibatnya pertumbuhan dan
perkembangan janin terhambat dan janin lahir dengan berat badan yang rendah.
Hasil uji Anova menunjukkan bahwa kenaikan berat badan ibu, LLA dan
kadar hemoglobin ibu selama trimester III terhadap berat badan bayi yang
dilahirkan secara statistik bermakna (p<0.05). Menurut Pudjiadi (2003) status gizi
ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin yang sedang dikandung. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk sebelum dan
selama kehamilan akan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
di bawah 2500 gram (Proverawati dan Siti, 2009). Menurut Kardjati (1995) bahwa
kenaikan berat badan dapat dipakai sebagai indekss untuk menentukan status gizi
ibu hamil. Penambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan disebabkan
oleh peningkatan ukuran berbagai jaringan reproduksi, adanya pertumbuhan janin,
dan terbentuknya cadangan lemak dalam tubuh ibu. Pudjiadi (2002) telah
menemukan hubungan yang positif antara berat badan lahir bayi dengan berat
badan ibu selama kehamilan. Jadi ukuran antropometri ibu hamil sangat
mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan.
Risiko melahirkan BBLR meningkat pada kenaikan berat badan ibu hamil
yang kurang selama kehamilan (Marie, 2002). Untuk menghindari terjadinya
kelahiran bayi BBLR atau di bawah 2500 gram, seorang ibu hamil harus menjaga
commit to user
berusaha menaikkan berat badannya sedikitnya 11 Kg (bertahap sesuai dengan
usia kehamilan) (Widjaya, 2003).
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap kematian bayi khususnya
pada masa perinatal (Mochtar, 1998). Penyebab terjadinya BBLR dapat
dikarenakan ibu hamil dengan anemia, kurang asupan gizi waktu dalam
kandungan, ataupun lahir kurang bulan (Husnaina, 2004). Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang
baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu
juga akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan
terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan anak akan mengalami gangguan belajar, masalah perilaku dan lain
sebagainya (Depkes, 1998).
Dari hasil uji Anova dalam peneitian ini dapat diketahui ada pengaruh
yang sangat nyata (sangat bermakna) antara kenaikan berat badan ibu, lingkar
lengan atas ibu dan kadar hemoglobin ibu selama trimester III terhadap berat
badan lahir bayi (p<0.01). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
sementara bahwa status gizi ibu hamil di masa lampau juga sangat berpengaruh
commit to user
41
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil
pada trimestr III dengan berat badan lahir (p<0.05). Terdapat hubungan
yang signifikan antara LLA ibu hamil dengan berat badan lahir (p<0.05).
Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin ibu hamil
trimester III dengan berat badan lahir (p<0.05).
2. Persentasi bayi dengan BBLR lebih tinggi pada ibu hamil trimester III
dengan kenaikan berat badan yang kurang dari 6 kg daripada ibu yang
mengalami kenaikan berat bedan lebih dari 6 kg. Ibu hamil dengan
kenaikan berat badan kurang dari 6 kg memiliki risiko melahirkan bayi
BBLR 10 kali lebih besar daripada ibu hamil dengan kenaikan berat badan
lebih dari 6 kg dan peningkatan risiko tersebut secara statistik signifikan
(OR=10; p<0.05).
3. Persentase bayi dengan BBLR lebih tinggi pada ibu dengan ukuran LLA
<23.5cm daripada ibu dengan ukuran LLA ≥23.5cm. Ibu hamil dengan
ukuran LLA <23.5cm memiliki risiko untuk melahirkan bayi BBLR 13.5
kali lebih besar daripada ibu hamil dengan ukuran LLA ≥23.5cm dan
peningkatan risiko tersebut secara statistik signifikan (OR=13.5; p<0.05).
4. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) lebih tinggi pada
commit to user
daripada ibu yang tidak mengalami anemia. Ibu hamil dengan anemia
memiliki risiko untuk melahirkan bayi BBLR 7.5 kali lebih besar daripada
ibu hamil tanpa anemia dan peningkatan risiko tersebut secara statistik
signifikan (OR=7.5; p<0.05).
B. Saran
1. Bagi ibu hamil trimestr III disarankan untuk rajin memeriksakan
kehamilannya, dan berkonsultasi kepada petugas kesehatan, sehingga
diharapkan dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara
kenaikan berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan kadar hemoglobin
dengan kejadian BBLR yang dimulai pada trimester I dengan jumlah