• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Fungsi, Teks, Dan Melodi Tiga Lagu Pastor James Bharataputra Dalam Ibadah Novena Di Graha Maria Annai Velangkanni Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Fungsi, Teks, Dan Melodi Tiga Lagu Pastor James Bharataputra Dalam Ibadah Novena Di Graha Maria Annai Velangkanni Medan."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN FUNGSI, TEKS, DAN MELODI TIGA LAGU CIPTAAN PASTOR JAMES BHARATAPUTRA DALAM IBADAH NOVENA DI

GRAHA MARIA ANNAI VELANGKANNI MEDAN

SKRIPSI DISUSUN

O L E H

NAMA : NANCYLIA WULANDARI TOBING NIM : 040707016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Muhammad Takari, M.Hum. Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. NIP 196512211991031001 NIP 196308141990031001

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana seni dalam bidang

Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Pertama – tama penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan, kemampuan, dan berkat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudu l KAJIAN FUNGSI, TEKS, DAN MELODI TIGA LAGU PASTOR JAMES BHARATAPUTRA DALAM IBADAH NOVENA DI GRAHA MARIA ANNAI VELANGKANNI MEDAN yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (SSn) pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak memdapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulus yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat yang tidak habis-habisnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

(3)

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada pembaca apabila terdapat kesalahan dalam tulisan yang diluar kesenjangan penulis.

Medan, Desember 2010 Penulis

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Pokok Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9

1.4 Konsep dan Teori ... 9

1.4.1 Konsep ... 9

1.4.2 Teori………..14

1.4.2.1. Teori Fungsionalisme ………...14

1.4.2.2. Teori weighted Scale dan semioti………..21

1.5 Metode Penelitian ... 24

1.5.1 Studi Kepustakaan ... 24

1.5.2 Kerja Lapangan ... 25

(5)

BAB II Gambaran Umum Sejarah dan Tata Ibadah Agama Katolik di

Indonesia dan Masyarakat Tamil Katolik di Medan .………..26

2.1 Sejarah Agama Katolik di Indonesia.………26

2.1.1. Asal Mula ……… 27

2.1.2. Era VOC ……….28

2.1.3. Era Hindia Belanda ………29

2.1.4.Era Perjuangan Kemerdekaan.……….31

2.1.5. Era Kemerdekaan ………...31

2.2 Ibadah Katolik... 32

2.2.1. Iman dan Agama ……….32

2.2.2. Pengertian Ibadah ………...34

2.2.3 Bentuk Ibadah Dalam Katolik... 35

2.2.3.1. Doa ………... .... 35

2.2.3.2. Perayaan Sakramen………..36

2.2.3.3. Perayaan Saktamentali ………37

2.2.3.4. Devosi ……….37

2.2.3.5. Ibadah Sosial ………..38

2.3. Simbol-simbol Dalam Ibadah Katolik ………39

2.3.1. Tanda Salib ………39

2.3.2. Perarakan ………...39

2.3.3 Berjalan ………...39

2.3.4 Berdiri ……….40

2.3.5. Duduk ………..………..40

(6)

2.3.7. Berlutut ………...40

2.3.8. Mengangkat Tangan ………...40

2.3.9. Mengatupkan Tangan ……….41

2.3.10. Tiarap/Menelungkup ………41

2.3.11. Memerciki ………41

2.3.12. Mendupai ……….…....41

2.3.13. Bersalaman ……….….42

2.3.14. Memberkati ………..…42

2.4. Etnik Tamil Katolik di Kota Medan ………42

2.4.1. Sejarah Kedatangan Etnik Tamil di Medan ………42

2.4.2. Perkembangan Sosial Budaya Tamil di Medan ………..45

BAB III DESKRIPSI ANNAI MARIA VELANGKANI DI MEDAN TUNTUNGAN………...………..48

3.1 Sejarah Berdirinya Annai Maria Velangkani ………48

3.2 Deskripsi Annai Maria Velangkani ………..50

3.3 Gambaran Umum Medan Tuntungan………61

BAB IV PENGGUNAAN LAGU DALAM IBADAH NOVENA ... 64

4.1 Ibadah Novena ... 64

4.2 Jalannya Ibadah Novena ... 65

4.3 Pengertian Penggunaan dan Fungsi ... 75

(7)

4.5 Fungsi……….78

4.5.1 Fungsi Pengungkapan Emosional ...79

4.5.2 Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Keagamaan ...79

4.5.3 Fungsi Pengintegrasian ...80

4.5.4 Fungsi Komunikasi ...81

4.5.5 Fungsi Pengayatan Eksistensi Bunda Maria ...82

BAB V ANALISIS TEKS DAN MELODI LAGU-LAGU CIPTAAN PASTOR BHARATAPUTRA DALAM IBADAH NOVENA……….84

5.1 Gambaran Umum Teks Lagu-lagu……….85

5.1.1 Analisis Semiotik Lagu Mari Memuji Bunda ………...…….…86

5.1.2 Analisis Semiotik Lagu Ave Maria………….………....…88

5.1.3 Analisis Semiotik Lagu Terbenam Surya………....…91

5.2 Analisis Analisis Melodi melalui Teori Weighted Scale…………...………94

5.2.1 Hasil Transkripsi…….………...……….95

5.2.2 Tangga Nada………….………...………...99

5.2.3 Nada Pusat atau Nada Dasar……….….100

5.2.4 Wilayah Nada………....…106

5.2.5 Jumlah Nada………..…107

5.2.6 Penggunaan Interval………..108

5.2.7 Pola-pola Kadensa……….……109

5.2.8 Formula Melodi……….……110

(8)

BAB VI PENUTUP………...113

6.1 Kesimpulan………...113

6.2 Saran……….115

DAFTAR PUSTAKA……….116

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti yang luas. Di dalam agama, iman mendapat bentuk yang khas, yang memberdayakan orang beriman mengkomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang beriman maupun yang belum. Ditinjau dari asal-usul katanya, agama terdiri dari dua suku kata, yaitu a yang berarti tidak, dan gamma artinya kacau. Jadi agama berarti tidak kacau. Dengan adanya agama, diharapkan dapat membuat suatu keadaan yang damai. Dalam agama orang memperlihatkan sikap hati dan batinnya di hadapan Tuhan. Sikap manusia di hadapan Tuhan antara lain tampak jelas dalam sikap dan tanggung jawabnya terhadap sesama dan alam sekitarnya.

Di dunia ini, sesuai dengan realitas yang ada, Tuhan menurunkan berbagai macam agama, dan manusia bebas untuk memilih agama-agama yang ada itu. Semua agama ini bermuara untuk menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa. Namun demikian, ada juga di antara manusia itu yang menyatakan dirinya tidak percaya akan adanya Tuhan. Mereka ini lazim disebut atheis. Ada juga yang beragama percaya kepada Tuhan, tetapi tidak masuk ke dalam salah satu ajaran agama. Ini menjadi fenomena tersendiri dalam melihat manusia seluruh dunia.

(10)

(Katolik, Protestan), Yahudi, dan Islam secara historis memiliki akar teologis yang sama, yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim (Abraham). Ketiga agama ini memiliki berbagai persamaan dan perbedaan teologis dan kultur yang mendukungnya. Agama Kristen dan Islam dikembangkan ke seluruh penjuru dunia. Sementara agama Yahudi memang khusus dianut oleh mereka-mereka yang berketurunan Yahudi saja.

Salah satu penyebaran agama Kristen Katolik itu adalah ke India. Seperti diketahui bahwa masyarakat India sebagian besar beragama Hindu, sebagian Islam, Budha, Kristen, dan aliran kepercayaan. Agama Katolik seperti diketahui dibawa ke India oleh orang-orang Portugis ketika singgah di Goa. Kemudian mereka ini ada pula yang berpindah ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dalam tulisan ini adalah di Medan. Agama biasanya selain didasari oleh firman Tuhan juga diwarnai oleh kebudayaan.

Agama terjalin erat dengan kebudayaan. Untuk mengenal dan menyembah Allah, manusia perlu mengembangkan pikiran dan kemampuan mengungkapkan imannya. Sikap orang beriman terhadap Allah, khususnya iman, pengharapan dan kasih diungkapkan dalam bahasa dan kebudayaan yang ada.

(11)

Menurut sejarahnya, Annai Maria Velangkanni terletak di Chennai Pantai Teluk Benggala, bagian tenggara India, di sebelah selatan dari kota Madras. Annai Maria Velangkanni adalah tempat ziarah untuk mengingat Bunda Maria yang sangat dihormati. Tempat ziarah itu telah berkembang karena beberapa peristiwa yang terjadi secara terpisah satu sama lain sekitar akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17 di Velangkanni.

Seperti diketahui bahwa dalam teologi Katolik Bunda Maria merupakan perawan suci yang mengandung dan melahirkan putera Allah, yaitu Yesus Kristus, Sang Juru Selamat Manusia. Bunda Maria rela melakukan semuanya itu demi keselamatan umat manusia dan sebagai bagian dari pembimbingan keimanan umat manusia di seluruh dunia. Dalam teologi Kristen, Tuhan itu adalah tunggal, yang terdiri dari Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Bunda Maria sendiri memiliki sifat-sifat dan nilai-nilai yang berkaitan dengan Tuhan. Oleh karenanya Bunda Maria ini wajar untuk dihormati, dihargai, dan diimani ajaran-ajaran darinya.

Masyarakat India yang beragama Katolik ini, sebagian menetap di Velangkani. Namun di antara mereka ada pula yang migrasi ke berbagai tempat di dunia ini, termasuk Medan Indonesia. Mereka migrasi dengan berbagai alasan. Di antaranya adalah untuk kepetingan ekonomi, yaitu menaikkan taraf hidupnya. Ada pula alasan untuk mengembangkan agama.

(12)

gelar yang sama yaitu Bunda Penyembuh, atau dalam bahasa Inggris Our Lady of Good Health. Terbangunnya tempat peribadatan Katolik ini, selain dari dukungan

umat, juga tidak dapat dilepaskan dari usaha Pastor James Bharataputra, SJ seorang Yesuit asli India yang sudah lebih dari 30 tahun berkarya di Keuskupan Agung Medan. (Sumber : Facebook Maria Annai Velangkanni Medan)

Graha Annai Maria Velangkanni Tanjung Selamat bukan sebuah duplikat Basilika Velankanni itu, karena bentuk bangunan Graha Annai Velangkani yang ada di Tanjung Selamat Medan sama sekali original dengan penuh makna melalui bentuk arsitektur, simbol-simbol yang menceritakan sejarah kejadian dunia dan keselamatan umat manusia seperti yang tercantum dalam Kitab Suci dan ajaran Gereja Katolik.

Graha Annai Maria Velangkanni merupakan bangunan dengan penuh makna religi, melalui simbol-simbol yang menceritakan kejadian sejarah kejadian dunia dan keselamatan bangsa manusia seperti yang tercantum dalam Kitab Suci dan ajaran Gereja Katolik. Makna-makna religius yang dipancarkan melalui simbol-simbol ini menjadi ciri khas umat Katolik di Graha Annai Maria Velangkanni.

(13)

Tata cara ibadah di Graha Annai Maria Velangkanni Tanjung Selamat, sama seperti ibadah pada gereja Katolik pada umumnya yang berpedoman pada tata cara ibadah gereja Katolik di Roma. Kebaktian diiringi dengan menggunakan organ. Nyanyian dalam setiap ibadah dengan menggunakan buku Madah Bakti, sama seperti gereja Katolik pada umumnya. Menurut pengamatan penulis, ada perbedaan yang khas antara Graha Annai Maria Velangkanni dengan berbagai gereja Katolik yang ada di Indonesia, yaitu dalam melakukan ibadah Novena.

Dalam ibadah Novena umat Katolik gereja ini menyanyikan lagu pembukaan yang berjudul Mari Memuji Bunda, yang khusus diciptakan oleh Pastor James Bharataputra, SJ. Lagu ini untuk mendoakan Annai Maria Velangkanni, kemudian dilakukan upacara salam untuk memohon kasih karunia Tuhan. Setelah itu dilakukan Doa Pembukaan yang dilanjutkan dengan Doa Rosario seperti yang dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II. Doa Rosario berisi

tentang peristiwa Rosario seperti peristiwa gembira, peristiwa-peristiwa terang, peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa sedih dan mulia, dan peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa cahaya. Dalam doa Rosario dinyanyikan lagu Ave Maria Setelah itu dilakukan Doa Penutup kepada Bunda Maria Annai Maria Velangkanni. Yang diakhiri

(14)

dimana latar belakang ketiga liriknya diciptakan untuk rasa syukur kepada bunda Maria. (Wawancara dengan Pastor James Bharataputra, SJ, September 2010).

Hal-hal tersebut di atas menarik perhatian penulis untuk diteliti. Teks lagu-lagu yang dibawakan dalam ibadah Novena merupakan lagu yang khusus dibuat oleh Pastor James Bharataputra, SJ, dan sudah diakui oleh Keuskupan Agung Medan yang menjadi lagu resmi dalam setiap ibadah Novena yang ada di Graha Annai Velangkani. Hal ini sesuai dengan Konsili Vatikan II.

Musik gereja menurut konsili vatikan II mengatakan bahwa musik gereja mendapatkan tempat yang sangat penting dalam liturgi. Musik sebagai bagian dari liturgi tampak jelas dalam bagian nyanyian, seperti kyrie, gloria, mazmur tanggapan , kudus yang termasuk bagian liturgi sabda dan ekaristi.

Peranan musik dalam liturgi sangat penting dan dapat dirumuskan secara sistematis kedalam tiga poin dimensi yaitu :

1. Dimensi liturgis yaitu musik sebagai bagian liturgi itu sendiri

2. Dimensi eklesiologis yaitu musik mengungkapkan partisipasi aktif umat

3. Dimensi kristologis yaitu musik memperjelas misteri Kristus (Hotma Uli : Fungsi dan Peranan Gondang Dalam Penerimaan Sakramen Krisma di Gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah

Medan;Sebuah Kajian Deskriptif. Skripsi Sarjana)

Penulis juga akan melihat dan mendeskripsikan bagaimana cara ibadah di Graha Annai Maria Velangkanni serta penggunaan dan fungsi teks lagu yang diciptakan oleh Pastor James Bharataputra, SJ.

(15)

Utara, Medan. Dalam kaitan ini penulis membuat judul: Kajian Fungsi, Teks, Dan Melodi Tiga Lagu Ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ Dalam Ibadah

Novena Di Graha Maria Annai Velangkanni Medan.

1.2. Pokok Permasalahan

Seperti sudah diuraikan pada bahagian latar belakang di atas, banyak aspek keilmuan yang bisa dikaji dari keberadaan umat Katolik di Graha Anai Velangkanni, seperti interaksi sosial, dogma, dan teologi Katolik, praktek ibadah (unsur budaya India, Indonesia, bahasa-bahasa yang digunakan), inkulturasi, pembelajaran, arsitektur graha, dan lain-lain. Semua hal ini bisa dikaji dari berbagai disiplin ilmu seperti: agama, filsafat, antropologi, linguistiik, arsitektur. estetika, sosiologi, psikologi, manajemen, dan lain-lain.

Dalam studi ini penulis tetap berdasar kepada pendekatan-pendekatan etnomusikologi, yang juga adalah sangat menjunjung pendekatan multidisiplin ilmu. Untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi terfokus dan menjaga agar pembahasan nantinya tidak melebar ke mana-mana maka disini penulis membuat pembatasan masalah dalam bentuk pokok permasalahan.

Berdasarkan fokus kajian yang ingin penulis capai dalam tulisan ini, maka penulis menentukan dua pokok permasalahan atau pertanyaan kajian. Kedua pokok permasalahan kajian itu adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana Penggunaan dan Fungsi Lagu-lagu ciptaan Pastor James

Barathaputra,SJ dalam konteks ibadah Novena di Graha Annai Maria

(16)

2. Bagaimana makna teks lagu-lagu yang diciptakan oleh Pastor James

Barathaputra,SJ dalam konteks ibadah Novena di Graha Annai Maria

Velangkanni Medan.

Untuk melihat kajian secara lebih multidisiplin, maka berbagai permasalahan lanjutan penulisi gunakan yaitu: (a) deskripsi ibadah Novena di Gereja Katolik Graha Annai Maria Velangkanni Medan, (b) bagaimana gambaran arsitektur Graha Annai Maria Velangkanni Medan. (c) struktur melodi lagu-lagu yang teksnya diciptakan oleh Pastur James Barathaputra, SJ Menurut penjelasan para informan, melodi lagu ini berusia ratusan tahun, berasal dari India, dan tidak diketahui siapa penciptanya (anonim). Itulah pokok permasalahan dan beberapa permasalahan lanjutan yang penulis tetapkan agar tulisan ini memenuhi pendekatan multidisiplin ilmu seperti yang lazim digunakan di bidang etnomusikologi.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan tentang ibadah dan penggunaan musik di Gereja Annai Maria Velangkanni Medan adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan dan fungsi Lagu Pastor James Bharataputra, SJ di Graha Annai Maria Velangkanni Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana makna teks lagu-lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ di Graha Annai Maria Velangkanni Medan.

(17)

4. Untuk mengetahui aspek arsitektural dan tata ruang Graha Annai Maria Velangkanni Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendalami dan memperluas wawasan enomusikolgi bagaimana guna dan fungsi lagu yang diciptakan seorang pastor untuk kepentingan keberlanjutan dan syair agamanya.

2. Untuk mengetahui apa-apa saja makna yang tesurat dan tersirat di balik lirik lagu yang diciptakan seorang pastor yang memimpin umatnya di sebuah pusat peribadatan, yakni Graha Annai Maria Velangkanni Medan. 3. Sebagai salah satu bahan informasi awal untuk melihat ibadah Novena

Katolik yang ada di Graha Annai Maria Velangkanni Medan.

4. Sebagai dokumentasi sehingga menambah referensi bagi dunia pengetahuan Etnomusikologi

1.4 Konsep dan Teori

(18)

tulisan yang padu. Berikut uraian tentang berbagai konsep dan teori yang digunakan.

1.4.1 Konsep

Skripsi ini adalah salah satu karya ilmiah di Deparetemn Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, Medan, yang bertajuk: Kajian Fungsi, Teks, Dan Melodi Tiga Lagu Ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ

Dalam Ibadah Novena Di Graha Maria Annai Velangkanni Medan. Untuk lebih

mengarahkan konsep-konsep yang terdapat dalam judul di atas, maka penulis menjabarkan konsep tentang: (1) kajian, (2) fungsi, (3) teks, (4) lagu, (5) Pastor James Bharataputra, SJ, (6) novena, dan (7) Graha Annai Maria Velangkanni Medan.

Yang penulis maksudkan dengan konsep adalah pengertian abstrak dari

jumlah konsepsi-konsepsi atau pengertian, pendapat (paham) yang telah ada dalam

pikiran (Bachtiar 1997:10). Jadi konsep itu wujudnya adalah dalam bentuk abstrak.

Konsep itu dapat berkaitan dengan makna-makna yang dilatarbelakangi oleh agama

dan budaya, dalam hal ini adalah agama Katolik dan budaya campuran India dengan

Indonesia sebagai latar belakang munculnya Graha Annai Maria Velangkanni Medan.

(1) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata studi atau kajian, adalah

telaah, penelitian, dan penyelidikan ilmiah (1990:860). Dengan demikian, kata kajian

dalam skripsi ini bermaksud melakukan studi, penelaahan, penelitian mendalam,

penyelidikan ilmiah, dan makna-makna sejenis seperti observsi, pengamatan terlibat,

pengungkapan makna, dan seterusnya, yang sejalan dengan cara kerja di bidang

etnomusikologi.

(19)

masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus, sedangkan individu-individu dapat berganti setiap masa. Dengan demikian, Radcliffe-Brown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan bahawa fungsi adalah sumbangan satu bagian aktivitas kepada keseluruhan aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya. Tujuan fungsi adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal, seperti yang diuraikannya berikut ini.

By the definition here offered ‘function’ is the contribution which a partial activity makes of the total activity of which it is a part. The function of a perticular social usage is the contribution of it makes to the total social life as the functioning of the total social system. Such a view implies that a social system ... has a certain kind of unity, which we may speak of as a functional unity. We may define it as a condition in which all parts of the social system work together with a sufficient degree of harmony or internal consistency, i.e., without producing persistent conflicts can neither be resolved not regulated (1952:181).

Selaras dengan pandangan Radcliffe-Brown, lagu-lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ bisa dianggap sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat Katolik Medan, yang merupakan salah satu bagian aktivitas yang bisa menyumbang kepada keseluruhan aktivitas, yang pada masanya akan berfungsi bagi kelangsungan kehidupan budaya masyarakat Katolik Medan. Fungsinya lebih jauh adalah untuk mencapai tingkat harmoni dan konsistensi internal. Pencapaian kondisi itu, dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi sosial dan budaya dalam masyarakat Katolik Medan, misalnya lingkungan yang heterogen secara etnik, bahasa, sosial, namun diintegrasikan ke dalam ajaran yang sama yaitu Katolik.

(3) Teks dimaksud dalam tulisan ini adalah lirik atau kata-kata yang

(20)

bagian dari komunikasi verbal antara yang menyanyi dengan yang mendengarkannya.

Teks yang digunakan dalam lagu-lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ

sebahagian besar adalah berbahasa Indonesia. Ini merupakan sebuah strategi

kebudayaan untuk beradaptasi dengan lingkungan Medan yang heterogen, dan umat

Katolik Medan menjadi bagian dari umat Katolik Indonesia dan Dunia.Dalam tingkat

nasional mereka tergabung ke dalam organisasi Komisi Wali Gereja Indonesia.

(4) Yang dimasud dengan lagu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1990:987) adalah nyanyian, musik yang disertai dengan vokal dan menggunakan

teks. Lagu ini adalah salah satu bentuk musik yang lazim disebut dengan musik

vokal. Dalam hal ini lagu-lagu yang dimaksud adalah musik vokal yang teksnya

diciptakan oleh Pastor James Bharataputra, SJ. Teks yang diciptakan merupakan

rangkaian fonem, morfem, kata-kata dengan diksi tertentu, dan memiliki nilai estetik

dan religius tertentu pula

(5) Pastor James Bharataputra, SJ adalah seorang Pastor Serikat Jesuit

(SJ) yang mendirikan Graha Annai Maria Velangkanni Medan. Dalam Katolik

banyak terdapat perkumpulan/serikat. Salah satunya adalah Serikat Jesuit. Dimana

serikat ini pada mulanya dibentuk oleh St.Ignatius Loyola sebagai senjata Katolik

roma untuk memperkuat kedudukan Katolik Roma dan menentang Protestanisme

yang sedang berkembang pada masa itu. Dalam ajaran Katolik Roma, organisasi

Gereja amatlah penting untuk diterapkan, baik secara vertikal maupun horizontal.

Paling atas adalah Paus, kemudian disusul oleh Kardinal, Uskup, Pastor, dan

sejenisnya. Organisasi keagamaan ini penting untuk menjalankan manajemen

organisasi gereja Katolik yang begitu besar, dan jemaatnya mencapai hampir 1,5

milyar jiwa diseluruh dunia ini. Mengapa memilih Pastor James Bharataputra,SJ

(21)

Velangkanni juga menciptakan tiga buah syair lagu bagi umat Katolik. Yang mana

ketiga lagu ini diakui oleh Keuskupan sebagai lagu yang dapat dinyanyikan di acara

Novena di Graha Annai Velangkanni Medan.

(6) Kata novena adalah bentuk feminim dari kata bahas

Pertengahan, novenus (kesembilan), yang merupakan angka ordinal dari novem (sembilan). Dalam kebaktian khusus kepada berbagai misteri iman yang dikaitkan dengan pribadi tertentu yang terdiri atas doa-doa yang diucapkan (biasanya) selama sembilan hari berturut-turut, memohon terkabulnya rahmat khusus. Doa-doa ini bisa terdiri atas doa-doa dari buku doa, beberapa waktu sepanjang hari. Praktek doa novena itu sendiri berasal dari Setelah bersama dalam ruangan dan mendevosikan diri mereka seluruhnya pada doa yang dilaksanakan secara teratur (Kisah Para Rasul 1:14). Para murid, dan para pengikut turut, berakhir pada saat (Wawancara dengan Pastor James Bharataputra, SJ, November 2010)

(7) Graha Annai Maria Velangkanni adalah tempat/bangunan yang didirikan

untuk menghormati Bunda Maria. Juga sebagai tempat ibadah bagi umat Katolik

khususnya ada di sekitarnya dan juga terbuka bagi masyarakat Katolik umumnya.

Graha Annai

Velangkani juga menjadi tempat wisata bagi masyarakat umum yang ingin melihat.

(22)

Demikian kira-kira konsep-konsep yang penulis gunakan dalam tajuk skripsi ini. Semoga uraian di atas akan memperjelas apa yang penulis maksudkan dalam penelitian ini. Selanjutnya diuraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.

1.4.2 Teori

Poerdawarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa teori diartikan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (keja- dian) dan asas-asas, hukum-hukum umum yang dijadikan dasar dan pendapat, cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.

Untuk mengkaji dua pokok permasalah, yaitu masalah fungsi dan teks lagu-lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ, digunakan dua teori utama. Untuk mengkaji fungsi dan guna lagu tersebut digunakan teori fungsionalisme didalam disiplin ilmu social budaya termasuk etnmusikologi. Untuk mengkaji bagaimana teks lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ, baik struktur maupun maknanya digunaan teori semiotik. Kajian terhadap struktur musik menggunakan teori weighted scale. Teori-teori ini akan penulis uraikan secara terperinci sebagai berikut.

1.4.2.1 Teori Fungsionalisme

(23)

selama kajiannya ia gemar membaca buku mengenai folklor dan dongeng-dongeng rakyat, sehingga ia menjadi tertarik kepada ilmu psikologi. Dia kemudian belajar psikologi kepada Profesor W. Wundt, di Leipzig, Jerman.

Perhatiannya terhadap folklor menyebabkan dia membaca buku J.G. Frazer, yang berjudul The Golden Bough, mengenai ilmu gaib, yang menyebabkannya tertarik kepada ilmu etnologi. Dia melanjutkan pelajarannya ke London School of Economics. Namun karena di Perguruan Tinggi itu tidak ada ilmu folklor atau etnologi, maka dia memilih ilmu yang paling dekat kepada keduanya, yaitu ilmu sosiologi empiris. Gurunya dalam ilmu etnologi, ialah C.G. Seligman. Tahun 1916 dia mendapat gelar doktor dalam ilmu itu, dengan menyerahkan dua buah karangan sebagai ganti disertasi, iaitu The Family among the Australian Aborigines (1913) dan The Native of Mailu (1913). Kemudian

pada tahun 1914 dia berangkat ke Pulau Trobiand di utara Kepulaun Massim, sebelah tenggara Papua Nugini, untuk melakukan penelitian. Setelah Perang Dunia Pertama pada tahun 1918, dia pergi ke Inggris karena mendapat pekerjaan sebagai pembantu ahli di London School of Economics.

(24)

Pemikiran Malinowski mengenai syarat-syarat metode etnografi berinteraksi secara fungsional yang dikembangkannya dalam berbagai kuliahnya. Isinya adalah tentang metode-metode penelitian lapangan. Dalam masa penulisan ketiga buku etnografi mengenai kebudayaan Trobiand selanjutnya, menyebabkan konsepnya mengenai fungsi sosial adat, perilaku manusia, dan institusi-institusi sosial menjadi lebih mantap. Ia membedakan fungsi sosial dalam tiga tingkat abstraksi (Kaberry, 1957:82), yaitu:

(1) Fungsi sosial dari suatu adat, institusi sosial, atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau kesannya terhadap adat, perilaku manusia dan institusi sosial yang lain dalam masyarakat;

(2) Fungsi sosial dari suatu adat, institusi sosial, atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh atau kesannya terhadap keperluan suatu adat atau institusi lain untuk mencapai maksudnya, seperti yang dikonsepsikan oleh warga masyarakat yang terlibat;

(3) Fungsi sosial dari suatu adat atau institusi sosial pada tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh atau kesannya terhadap keperluan mutlak untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial tertentu.

(25)

dari ulangan-ulangan kepada reaksi-reaksi suatu organisme terhadap gejala-gejala dari luar dirinya, yang terjadi sedemikian rupa sehingga salah satu keperluan naluri daripada organisme tadi dapat dipuaskan. Teori belajar, atau learning theory, ini sangat menarik perhatian Malinowski, sehingga dipakainya untuk

memberi dasar pasti bagi pemikirannya terhadap hubungan-hubungan berfungsi dari unsur-unsur sebuah kebudayaan.

Seperti yang telah diuraikan di atas, ketika Malinowski awal kali menulis karangan-karangannya tentang berbagai aspek masyarakat Trobiand sebagai kebulatan, dia tidak sengaja mengenalkan pandangan yang baru dalam ilmu antropologi. Namun reaksi dari kalangan ilmu itu memberinya dorongan untuk mengembangkan satu teori tentang fungsi dari unsur-unsur kebudayaan manusia. Dengan demikian, dengan menggunakan learning theory sebagai dasar, Malinowski mengembangkan teori fungsionalismenya, yang baru terbit selepas ia meninggal dunia. Bukunya bertajuk A Scientific Theory of Culture and Other Essays (1944). Dalam buku ini Malinowski mengembangkan teori tentang fungsi

unsur-unsur kebudayaan yang sangat kompleks. Namun inti dari teori itu adalah pendirian bahawa segala kegiatan kebudayaan itu sebenarnya bermaksud

memuaskan satu rangkaian kebutuhan naluri makhluk manusia yang

berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh daripada

(26)

Malinowski, seseorang peneliti bisa mengkaji dan menerangkan banyak masalah dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan manusia.

(27)

Sehingga menurut pandangan Malinowski mengenai kebudayaan, semua unsur kebudayaan akhirnya dapat dipandang sebagai hal yang memenuhi keinginan dasar para warga masyarakat.

Malinowski percaya bahawa pendekatan fungsional mempunyai sebuah nilai praktis yang penting. Pengertian nilai praktis ini dapat dimanfaatkan oleh mereka yang bergaul dengan masyarakat primitif. Dia menjelaskan bahwa nilai yang praktis dari teori fungsionalisme adalah bahwa teori ini mengajar kita tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang beraneka ragam, bagaimana kebiasaan-kebiasaan itu tergantung satu dengan yang lainnya, bagaimana harus dihadapi oleh para penyiar agama, oleh penguasa kolonial, dan oleh mereka yang secara ekonomi mengeksploitasi perdagangan dan tenaga orang-orang masyarakat primitif (Malinowski, 1927:40-41).1

Dalam kaitannya dengan tulisan skripsi ini, penulis menggunakan teori fungsionalisme dalam ilmu sosial tersebut, yang dikemukakan Malinowski, untuk melihat sejauh mana guna dan fungsi lagu-lagu yang diciptakan oleh Pastor James Bharataputra, SJ dalam lingkungan masyarakat atau umat Katolik yang menjadi warganya. Fungsi ini tentu saja berkaitan dengan aspek-aspek sosioreligius

1

Keberatan utama terhadap teori fungsionalismenya Malinowski adalah bahwa teori ini tidak dapat memberi penjelasan mengenai adanya aneka ragam kebudayaan manusia. Keinginan-keinginan yang didefinisikannya, sedikit banyak bersifat universal, seperti keinginan akan makanan yang semua masyarakat harus memikirkannya kalau ingin hidup terus. Jadi teori fungsionalisme memang dapat menerangkan bahwa semua masyarakat menginginkan manajemen soal mendapatkan makanan, namun teori ini tidak dapat menjelaskan kepada kita mengapa setiap masyarakat berbeda manajemennya mengenai pengadaan makanan mereka. Dengan kata lain, teori fungsionalisme tidak menerangkan mengapa pola-pola kebudayaan tertentu timbul untuk memenuhi suatu keinginan manusia,

(28)

masyarakat yang mengamalkan dan menggunakannya. Selain itu sistem estetika yang digunakan juga pastilah berkaitan engan kebudayaan dan agama Katolik yang mendasarinya.

Teori fungsionalisme dalam etnomusikologi juga penulis gunakan terutama seperti yang ditawarkan oleh Alan P. Meriam (1964). Ia menganjurkan untuk membuat pengertian yang berbeda antara kata guna dan fungsi terutama untuk musik dalam masyarakat. Merriam menjelaskan pengertian penggunaan dan fungsi itu sebagai berikut.

Dengan tetap bertolak dari teori fungsi, yang kemudian mencoba menerapkannya dalam etnomusikologi, lebih lanjut secara tegas Merriam membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya, membedakan pengertian penggunaan dan fungsi adalah sangat penting. Para ahli etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap perbedaan ini. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk kepada kebiasaan (the ways) musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bagian dari pelaksanaan adat istiadat, baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain (1964:210). Lebih jauh Merriam menjelaskan perbedaan pengertian antara penggunaan dan fungsi sebagai berikut.

(29)

situation in which music is employed in human action; “function” concerns the reason for its employment and perticularly the broader purpose which it serves. (1964:210).

Dari kutipan di atas terlihat bahawa Merriam membedakan pengertian penggunaan dan fungsi musik berdasarkan kepada tahap dan pengaruhnya dalam sebuah masyarakat. Musik dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bagiannya. Penggunaan bisa atau tidak bisa menjadi fungsi yang lebih dalam. Dia memberikan contoh, jika seeorang menggunakan nyanyian yang ditujukan untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu bisa dianalisis sebagai perwujudan dari kontinuitas dan kesinambungan keturunan manusia—[yaitu untuk memenuhi kehendak biologis bercinta, kawin dan berumah tangga dan pada akhirnya menjaga kesinambungan keturunan manusia]. Jika seseorang menggunakan musik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka mekanisme tersebut behubungan dengan mekanisme lain, seperti menari, berdoa, mengorganisasikan ritual, dan kegiatan-kegiatan upacara. “Penggunaan” menunjukkan situasi musik yang dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi” berkaitan dengan alasan mengapa si pemakai melakukan, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari sekedar apa yang dapat dilayaninya. Dengan demikian, selaras dengan Merriam, menurut penulis penggunaan lebih berkaitan dengan sisi praktis, sedangkan fungsi lebih berkaitan dengan sisi integrasi dan konsistensi internal budaya.

1.4.2.2 Teori Weighted Scale dan Semiotik

(30)

(1977:15), adalah: (1) tangga nada; (2) nada pusat atau nada dasae; (3) wilayah nada; (4) jumlah nada; (5) penggunaan interval; (6) pola cadensa; (7) formula melodi; dan (8)

kontur. Teori ini dipergunakan untuk menganalisis melodi lagu-lagu ciptaan Pastor Jamer

Bharataputra, SJ.

Dalam rangka mengkaji makna yang terkandung di dalam lagu-lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ, penulis menggunakan teori semiotik. Selanjutnya teori ini digunakan dalam usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Dua tokoh perintis semiotika adalah Ferdinand de Saussure seorang ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders Pierce, seorang filosof dari Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier yang berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri.

Peirce juga menginterpretasikan bahasa sebagai sistem lambang, tetapi terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: (1) representatum, (2) pengamat (interpretant), dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus

(31)

Dua tokoh perintis semiotik adalah Ferdinand de Saussure seorang pakar bahasa dari Swiss--dan Charles Sanders Peirce, seorang filosof dari Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier, yang berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri.

Semiotika atau semiologi adalah kajian teradap tanda-tanda (sign) serta tanda-tanda yang digunakan dalam perilaku manusia. Definisi yang sama pula dikemukakan oleh salah seorang pendiri teori semiotika, yaitu pakar linguistik dari Swiss Ferdinand de Sausurre. Menurutnya semiotika adalah kajian mengenai “kehidupan tanda-tanda dengan masyarakat yang menggunakan tanda-tanda itu.” Meskipun kata-kata ini telah dipergunakan oleh filosof Inggris abad ke-17 yaitu John Locke, gagasan semiotika sebagai sebuah modus interdisiplin ilmu, dengan berbagai contoh fenomena yang berbeda dalam berbagai lapangan studi, baru muncul ke permukaan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika munculnya karya-karya Sausurre dan karya-karya seorang filosof Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce.

Dalam karya awal Peirce di lapangan semiotik ini, ia menumpukan perhatian kepada pragmatisme dan logika. Ia mendefinisikan tanda sebagai “sesuatu yang mendukung seseorang untuk sesuatu yang lain.” Salah satu sumbangannya yang besar bagi semiotika adalah pengkategoriannya mengenai tanda-tanda ke dalam tiga tipe, yaitu: (a) ikon, yang disejajarkan dengan referennya (misalnya jalan raya adalah tanda untuk jatuhnya bebatuan); (b) indeks, yang disamakan dengan referennya (asap adalah tanda adanya api) dan (c)

(32)

kata-kata atau signal trafik). Ketiga aspek tanda ini penulis pergunakan untuk mengkaji lirik lagu-lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ.

1.5 Metode Penelitian

Dalam hal metode penelitian, penulis memakai metode penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Netll (1964:62-64) ada dua (2) hal yang esensial untuk melakukan aktifitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi: pemilihan informan, pendekatan , dan pengambilan data, pengumpulan dan perekaman data. Sedangkan kerja laboratorium meliputi : pengolahan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data yang diperoleh.

Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

1.5.1 Studi Kepustakaan

(33)

1.5.2 Kerja Lapangan

Dalam penelitian di lapangan penulis melakukan pengamatan, wawancara dan perekaman/pencatatan data. Tehnik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahan. Selain itu juga melakukan wawancara bebas (free interview) yaitu pertanyaan tidak selalu berpusat pada pokok permasalahan tetapi

pertanyaan juga dapat berkembang pada pokok permasalahan yang lainnya dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam namun tidak menyimpang dari pokok permasalahan.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Semua data yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan dan studi kepustakaan ankan dianalisis agar sesuai dengan pembahasan sehingga menghasilkan suatu tulisan yang baik dalam melakukan penelitian. Kerja laboratorium ini didukung oleh kegiatan-kegiatan keilmuan yang penulis lakukan seperti mentranskripsi lagu-lagu ciptaan Pastor James Barataputra, SJ. Mentranskripsi hasil wawancara penulsi dengan beliu. Kemudian mengkajinya dengan bantuan teori-teori dalam ilmu sosial dan humaniora yang terkait dengan penelitian ini. Selanjutnya juga membuat uraian-uraian tentang masalah yang diteliti dan keadaan sesungguhnya di lapangan penelitian.

(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM SEJARAH DAN TATA IBADAH AGAMA KATOLIK DI INDONESIA DAN MASYARAKAT

TAMIL KATOLIK DI MEDAN

2.1 Sejarah Agama Katolik di Indonesia

Agama Katolik adalah sebuah agama yang pengikutnya termasuk yang paling banyak di dunia ini. Agama Katolik yang awalnya dibawa oleh Yesus Kristus menyebar ke seluruh dunia, seperti Eropa, Amerika, Asia, dan Afrika. Agama ini juga menyebar ke Indonesia, yang dapat dikaji melalui aspek sejarah.

Menurut Garraghan (1957), yang dimaksud sejarah itu memiliki tiga makna yaitu: (1) peristiwa-peristiwa mengenai manusia pada masa lampau; aktualitas masa lalu; (2) rekaman mengenai manusia di masa lampau atau rekaman tentang aktualitas masa lampau; dan (3) proses atau teknik membuat rekaman sejarah. Kegiatan sejarah tersebut berkaitan erat dengan disiplin ilmu pengetahuan. Lengkapnya adalah sebagai berikut.

The term history stands for three related but sharply differentiated concepts: (a) past human events; past actuality; (b) the record of the same; (c) the process or technique of making the record.

(35)

Sesuai dengan kutipan di atas, maka sejarah sebagai sebuah ilmu itu tampaknya terfokus kepada rekaman dalam dimensi waktu dan ruang terhadap manusia. Jadi sejarah berkait erat dengan masalah-masalah dari satu waktu ke waktu berikutnya yang dikaji oleh para ahlinya.

2.1.1 Asal Mula

Sejarah Gereja Katolik di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke kepulauan Maluku, yang dipimpin oleh Fransiscus Xaverius. Pada masa itu, orang pertama yang menjadi penganut agama Katolik adalah seorang Kolano atau Kepala kampung Mamuya (sekarang di Maluku Utara). Kolano ini

kemudian dibaptis bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima pemberitaan Injil dari Gonzalo Veloso, seorang saudagar Portugis.

(36)

2.1.2 Era VOC

Sejak kedatangan dan kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Indonesia tahun 1619-1799, VOC akhirnya mengambil alih kekuasaan politik di seluruh Indonesia. Seiring bergantinya penguasa di Nusantara, maka Gereja Katolik dilarang mengadakan kegiatan secara secara mutlak di seluruh wilayah VOC. Namun di beberapa wilayah kegiatan Katolik masih berjalan, dan hanya bertahan di beberapa wilayah yang tidak termasuk VOC yaitu Flores dan Timor.

Situasi keagamaan berubah. Para penguasa VOC sebahagian besar beragama Protestan, sehingga para pemimpin VOC mengambil tindakan. Pemimpin VOC yang ada segera mengusir imam-imam Katolik yang berkebangsaan Portugis dan menggantikan seluruh Imam imam Katolik dengan pendeta-pendeta Protestan dari Belanda. Akibatnya banyak umat Katolik yang kemudian diprotestankan saat itu, salah satu contohnya seperti yang terjadi dengan komunitas-komunitas Katolik di Amboina.

(37)

pencuri baru saja digantung,contoh lainnya adalah ketika Pastor A. de Rhodes diusir tahun 1646 karena terlibat dalam penyebaran agama Katolik.

Yoanes Kaspas Kratx, penganut Katolik yang berkebangsaan Austria, terpaksa meninggalkan Batavia karena usahanya dipersulit oleh pejabat-pejabat VOC, dengan alasan akibat bantuan yang ia berikan kepada beberapa imam Katolik yang singgah di pelabuhan Batavia. Kemudian Yoanes Kaspas Kratx pindah ke Makau, lalu bergabung dengan Serikat Jesuit dan meninggal sebagai seorang martir di Vietnam pada tahun 1737.

Pada akhir abad ke-18 Eropa Barat diliputi perang dahsyat antara Perancis dan Britania Raya bersama sekutunya masing-masing. Simpati masyarakat Belanda terbagi, ada yang memihak Perancis dan sebagian lagi memihak Britania, Hal ini mengakibatkan negeri Belanda kehilangan kedaulatannya karena ikut terlibat dalam perang. P3rancis memenangkan pertempuran tersebut yang terjadi di Eropa Barat. Pada tahun 1806, pemimpin Perancis Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Lodewijk atau Louis Napoleon yang menganut, agama Katolik, menjadi raja Belanda. Sehingga pada Pada tahun 1799 VOC dinyatakan bangkrut dan dibubarkan.

2.1.3 Era Hindia Belanda

(38)

Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Kemudian oleh gereja Katolik yang diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen,Pr.

Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) berkuasa setelah VOC diganti dengan kekuasaan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada saat ini Kebebasan beragama kemudian diberlakukan, walaupun agama Katolik saat itu agak dipersukar. Hal ini dapatt dilihat dengan Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang, dengan luas wilayah dan tempat tinggal yang hidup berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889, kondisi ini membaik, di mana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi penyebaran agama dan kegiatan Katolik dilarang oleh pemerintahan Hindia Belanda sampai tahun 1891.

Misi Katolik di daerah ini diawali oleh Pastor F. van Lith, S.J. yang datang ke Muntilan pada tahun 1896. Pada awalnya usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan, akan tetapi pada tahun 1904 tiba-tiba 4 orang kepala desa dari daerah Kalibawang datang ke rumah Romo dan mereka minta untuk diberi pelajaran agama. Sehingga pada tanggal 15 Desember 1904, rombongan pertama orang Jawa berjumlah 178 orang dibaptis di sebuah mata air Semagung yang terletak di antara dua batang pohon Sono. Tempat bersejarah ini sekarang menjadi tempat ziarah Sendangsono.

(39)

yayasan, yaitu Yayasan Kanisius. Para imam dan Uskup pertama di Indonesia adalah bekas siswa Muntilan. Pada permulaan abad ke-20 gereja Katolik berkembang pesat.

Pada 1911 Van Lith mendirikan Seminari Menengah. Tiga dari enam calon generasi pertama dari tahun 1911-1914 ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1926 dan 1928, yaitu Romo F.X.Satiman, S.J., A. Djajasepoetra, S.J., dan Alb. Soegijapranata, S.J.

2.1.4 Era Perjuangan Kemerdekaan

Albertus Soegijapranata menjadi Uskup berkebangsaan Indonesia yang pertama ditahbiskan pada tahun 1940. Tanggal 20 Desember 1948 Romo Sandjaja terbunuh bersama Frater Hermanus Bouwens, S.J. di dusun Kembaran dekat Muntilan, ketika penyerangan pasukan Belanda ke Semarang yang berlanjut ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda II. Romo Sandjaja dikenal sebagai martir pribumi dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia.

Mgr. Soegijapranata bersama Uskup Willekens, S..J. menghadapi penguasa pendudukan pemerintah Jepang dan berhasil mengusahakan agar Rumah Sakit St. Carolus dapat berjalan terus. Banyak di antara pahlawan-pahlawan nasional yang beragama Katolik, seperti Adisucipto, Agustinus (1947), Ignatius Slamet Riyadi (1945), dan Yos Sudarso (1961).

2.1.5 Era Kemerdekaan

(40)

berperan aktif dan terlibat dalam kegiatan yang diadakan Gereja Katolik dunia. Contohnya ketika Uskup Indonesia mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II (1962-1965).

Katolik di Indonesia semakin di kenal di dunia ketika pimpinan tertinggi umat Katolik sedunia yaitu Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia pada 1970. Kemudian tahun 1989 Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya adalah Jakarta, Medan (Sumatra Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta), Maumere (Flores), dan Dili (Timor Timur).(Wikipedia : Sejarah Katolik di Indonesia )

2.2 Ibadah Katolik 2.2.1 Iman dan Agama

(41)

Agama adalah ungkapan hubungan antara manusia dengan Yang Ilahi, yaitu kekuasaan yang kudus yang dianggap lebih tinggi dari keberadaan manusia itu sendiri. Terhadap Yang Ilahi tersebut manusia mengalami daya tarik, rasa takut dan ketergantungan, manusia menyebut kepada Yang Ilahi tersebut dengan berbagai nama : Allah, Tuhan, Dewa, Gusti, dan lainnya sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

Jelas sekali bahwa yang pokok dalam agama adalah sikap batin. Agama yang bersifat lahiriah melulu dengan sendirinya menjadi formalisme dan sering kosong, tanpa isi. Namun tanpa bentuk yang nyata komunikasi iman tidak akan mungkin terjadi. Biarpun sikap batin paling penting, namun tanpa pengejawantahan yang jelas iman tidak sungguh manusiawi. Penghayatan iman memerlukan agama. Perbedaan pokok berhubungan dengan sikap batin sendiri dan gambaran Allah. Perbedaan pengalaman, pemahaman dan perumusan menyebabkan perbedaan antara agama, dimana Allah dipahami secara berbeda-beda, tidak hanya menurut perbedaan agama, tetapi juga dalam satu agama itu sendiri. Perjumpaan dengan saudara-saudari yang beragama lain akan memperkaya kehidupan beriman dan beragama. Inilah pluralisme pandangan mengenai Allah dalam hidup beragama.

(42)

untuk pertumbuhan dan pendewasaan individu dalam perkembangan kepribadian manusia. Dan lewat upacara dan ibadah, agama memberi dasar bagi rasa aman dan identitas yang lebih mengena dan utuh ditengah-tengah perubahan jaman yang tidak pasti ini.

2.2.2 Pengertian Ibadah

Walaupun ibadah ada di dalam setiap agama, namun dalam ibadahlah nampak perbedaan antara agama. Dalam perspektif agama Katolik, ibadah dipandang sebagai pertemuan antara Allah dan manusia, sebagai ungkapan ketakwaan dan saling mengukuhkan dalam iman. Biasanya dalam ibadah Katolik dipakai simbol-simbol atau tanda yang khusus, karena baik untuk pengungkapan iman maupun untuk tanda kehadiran Allah, pemakaian bahasa atau ekspresi yang biasa dianggap kurang memadahi. Karena misteri Allah dan penyelamata-nNya hanya dapat ditunjuk dengan tanda-tanda, tidak pernah dapat dirumuskan atau diungkapkan secara penuh oleh manusia.

Ibadah adalah kegiatan manusia yang beragama, lalu pertanyaanya mengapa perlu ibadah dalam hidup beragama? Yang pokok dalam agama adalah sikap batin, namun untuk mewujudnyatakan iman perlu pengungkapan yang nyata lewat tata cara ibadah. Gereja Katolik mengungkapkan imannya melalui perayaan-perayaan liturgi.Untuk membentuk hidup yang saleh bagi umat, diperlukan berbagai bentuk ibadah. Tidak akan ada agama tanpa iman dan tidak ada ibadah tanpa agama.

(43)

b. Mengungkapkan karya Tuhan yang menyelamatkan hidup manusia. c. Meningkatkan dan menjamin mutu hidup sebagai orang beriman. d. Menggairahkan iman dan kasih kepada Allah.

e. Mengantar umat pada penghayatan iman yang benar. f. Untuk memperoleh buah-buah rohani.

Setiap bentuk kegiatan manusia baik yang rohani maupun jasmani adalah ibadah, sehingga manusia perlu menata hidupnya dengan mempersembahkan diri sebagai kurban yang hidup, suci dan berkenan kepada Tuhan.

2.2.3 Bentuk Ibadah dalam Katolik

Secara garis besar dalam agama katolik ibadah digolongkan dalam 2 bagian besar. Dimana terpisah menjadi ibadah Rohani dan Ibadah Sosial. Yang dimaksudkan dengan ibadah rohani adalah setiap ibadah yang dilakukan dalam Roh oleh setiap orang Katolik. Dalam urapan Roh, seluruh hidup umat Katolik dapat dijadikan satu ibadah rohani. Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya, oleh karena itu Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah, dan mempersembahkan diri sebagai kurban yang hidup, suci dan berkenan kepada Allah. Itulah ibadah rohani yang sejati.

2.2.3.1 Doa a) Arti Doa

• Berbicara dengan Tuhan secara pribadi.

• Ungkapan iman secara pribadi dan bersama-sama.

(44)

• Mengkomunikasikan dan mempersatukan diri dengan Tuhan.

• Mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita dengan Tuhan.

c) Macam-macam doa • Doa permohonan • Doa syukur • Doa pujian

d) Syarat doa yang baik • Berdoa dengan hati

• Doa yang berakar dan bertolak dari pengalaman hidup • Diucapkan dengan rendah hati

• Dengan sederhana dan jujur

2.2.3.2 Perayaan Sakramen a) Arti Sakramen

• Kata sakramen berasal dari bahasa Latin Sacramentum, yaitu hal-hal yang

berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi.

• Sakramen juga berarti tanda, lambang atau simbol keselamatan Allah yang

diberikan kepada Manusia

• Sakramen biasanya diungkapkan dengan kata-kata dan tindakan. Maka

sakramen dalam Gereja Katolik mengandung 2 (dua) unsur hakiki yaitu : - Forma artinya kata-kata yang menjelaskan peristiwa ilahi

- Materia artinya barang atau tindakan tertentu yang kelihatan. b) Fungsi/makna Sakramen

(45)

• Meningkatkan dan menjamin mutu hidup sebagai orang Kristiani

c) Jenis-jenis Sakramen, yaitu : • Sakramen Baptis/permandian • Sakramen Ekaristi

• Sakramen Tobat • Sakramen Krisma • Sakramen Perkawinan • Sakramen Perminyakan suci • Sakramen Imamat

2.2.3.3 Perayaan Sakramentali a) Arti Sakramentali

Tindakan liturgi dengan mengadakan tanda-tanda suci yang diperoleh melalui doa-doa permohonan.

b) Jenis perayaan sakramentali

Pemberkatan orang, benda/barang rohani, tempat, makanan dsb.

2.2.3.4 Devosi a) Arti Devosi

(46)

b) Jenis devosi

• Devosi kepada sengsara Yesus, • Devosi kepada Hati Yesus,

• Devosi kepada Sakramen Mahakudus, • Devosi kepada Maria,

• Ziarah

c) Tujuan Devosi

• menggairahkan iman dan kasih kepada Allah;

• mengantar umat pada penghayatan iman yang benar akan misteri karya

keselamatan Allah dalam Yesus Kristus;

• mengungkapkan dan meneguhkan iman terhadap salah satu kebenaran

misteri iman;

• memperoleh buah-buah rohani.

2.2.3.5 Ibadah Sosial

(47)

2.3 Simbol simbol dalam Ibadah Katolik 2.3.1 Tanda Salib

Tanda Salib, dibuat ketika :

1) Memasuki gereja sambil menandai diri dengan air suci tanda peringatan pembaptisan yang telah kita terima.

2) Mengawali dan Mengakhiri Perayaan ibadah

3) Memulai bacaan injil dengan membuat tanda salib pada dahi, mulut dan dada.

4) Menerima berkat mengutusan pada bagian penutup.

2.3.2 Perarakan

Perarakan dilakukan oleh Pemimpin ibadah beserta pembantunya berjalan bersama menuju altar, juga dilakukan oleh beberapa wakil umat untuk mengantarkan persembahan berupa: roti, anggur, lilin, bunga dan kolekte ke altar.

2.3.3 Berjalan

(48)

2.3.4 Berdiri

Berdiri sebagai ungkapan rasa hormat dan syukur, dilakukan waktu menyambut imam, pembacaan Injil, mengucapkan janji, menyampaikan doa Umat, memulai Doa Syukur Agung dan menyanyikan lagu Bapa Kami.

2.3.5 Duduk

Duduk dilakukan ketika Kitab Suci dibacakan (selain Injil) sebagai suatu ungkapan kesediaan mendengar dan merenungkan sabda Tuhan. Persiapan persembahan sebagai ungkapan kesediaan memberi diri kepada Tuhan dengan penuh penyerahan. Petugas membacakan pengumuman sebagai tanda ungkapan kesediaan mendengarkan dan melaksakan tugas kewajiban.

2.3.6 Membungkuk

Membungkukkan badan dan kepala merupakan tanda penghormatan terhadap Pemimpin ibadah, altar Tuhan, salib dan sakramen Maha Kudus.

2.3.7 Berlutut

Berlutut merupakan sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang yang ingin memohon kepada Tuhan atau bersembah sujud kepada-Nya.

2.3.8 Mengangkat Tangan

(49)

mengangkat sibori atau patena dan piala yang berisi Tubuh dan Darah Kristus untuk diperlihatkan kepada umat.

2.3.9 Mengatupkan Tangan

Mengatupkan tangan dibuat ketika sebelum dan setelah menerima komuni (mengatupkan tangan didada waktu berjalan) sebagai ungkapan kesetiaan pada Tuhan, juga dilakukan oleh umat ketika berdoa pribadi.

2.3.10 Tiarap/Menelungkup

Tiarap atau menelungkup merupakan ungkapan tidak pantas, merasa berdosa dihadapan Allah, dilakukan oleh para calon Imam dan Uskup ketika ditahbiskan, serta oleh Umat sebagai sikap Doa, merasa diri berdosa besar dan tidak layak dihadapan Tuhan.

2.3.11 Memerciki

Sebagai tanda penyucian dan peringatan akan pembatisan, memerciki dilakukan pada permulaan Ekaristi dan juga dilakukan setelah pembaharuan janji baptis pada malam Paskah, saat menerima daun Palma pada perarakan Minggu Palma. Memerciki juga dilakukan untuk kepentingan pernikahan, pemakaman, pemberkatan tempat/gedung, pemberkatan benda-benda devosi lainnya.

2.3.12 Mendupai

(50)

2.3.13 Bersalaman

Berjabat tangan atau bersalaman mengungkapkan wujud dari Kasih dan Persaudaraan. Bersalaman dilakukan oleh umat ketika saling memberikan Salam Damai.

2.3.14 Memberkati

Memberkati adalah bentuk menguduskan umat yang dilakukan oleh seorang pemimpin ibadah, memberkati adalah Doa, ungkapan permohonan pada Tuhan, semoga yang diminta umat-Nya terkabulkan, terjadi, terlaksana. Memberkati disertai dengan gerakan tangan yang “bertanda salib” dengan mengucapkan “Atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus”. Tiada berkat imam yang tidak diberikan dalam tanda salib.

2.4 Etnik Tamil Katolik di Kota Medan

2.4.1 Sejarah Kedatangan Etnik Tamil di Medan

(51)

Karena banyak perkebunan yang dibuka, maka banyak pula dibutuhkan buruh perkebunan.Buruh Cina yang didatangkan dari Malaya dan tiongkok terhambat karena berbagai peraturan yang memberatkan yang diterapkan pembesar-pembesar diwilayah tersebut. Disamping itu kuli Cina tidak mau menandatangani perpanjangan kontrak,tetapi minta kepada Deli Makapai agar bisa meminjam tanah konsesi mereka yang tidak ditanami supaya mereka bisa membuka kebun sayur dan memelihara ternak.

Sejak 1875 maskapai perkebunan belanda mendatangkan kuli dari Jawa yang biayanya murah karena diperlakukan sebagai setengan budak. Pada tahun 1877 banyak migrasi dari wilayah India Selatan ke Deli dengan alasan bahaya kelaparan yang selalui menghantui. Mereka bekerja sebagai kuli di perkebunan.

Pada tahun 1886 sudah ada 2000 orang kuli Tamil. Sejak 1875 dengan datangnya ribuan kuli kontrak dari Jawa, maka tidak dipakai lagi kuli asing. Orang India yang datang ke Sumatera Timur kemudian datang secara bebas.

(52)

dalam usaha dagang); kaum Sikh dan orang-orang Uttar Pradesh. Selain itu juga terdapat orang-orang Sindi, Telegu, Bamen, Gujarati, Maratti (Maharasthra), dll. Tetapi orang-orang Indonesia pada umumnya tak mengenali perbedaan mereka dan secara sederhana menyebutnya sebagai orang Keling dan orang Benggali saja.

Pada masa pendudukan tentara Jepang, masyarakat Tamil dipersenjatai dengan membentuk pemerintah boneka India Merdeka dikepalai oleh Subhas Chandra Bose. Dia lalu membentuk tentara Indian National Srmy direkrut dari kalangan orang India bekas tentara Inggris yang ditawan Jepang. Dari Medan beberapa orang Tamil juga masuk Indian National Army dan dikirim ke front Burma Assam dan tidak pernah pulang kembali.

Pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia, pada tanggal 10 oktober-5 november 1945 berbagai unit tentara Inggris/Sekutu dari Divisi 26 yang didatangkan dari front Burma mendarat di Belawan. Divisi ini sepenuhnya terdiri dari bangsa India. Pada masa pertempuran dengan pejuang Indonesia, mereka para prajurit India ini banyak yang membelot dan menyeberang ke pihak Indonesia. Oleh para pemimpin tentara Indonesia, para prajurit India ini digabung didalam laskar unit bangsa India yang dipimpin oleh seorang bekas petinju, Young Sattar.

(53)

2.4.2. Perkembangan Sosial Budaya Tamil di Medan

Pada masa kolonial, orang-orang Tamil bermukim di sekitar lokasi-lokasi perkebunan yang ada di sekitar kota Medan dan Sumatera Timur. Setelah masa kemerdekaan, mereka pada umumnya berdiam di sekitar kota, yang terbanyak di kota Medan, juga di Binjai, Lubuk Pakam, dan Tebing Tinggi. Pemukiman mereka yang tertua di kota Medan terdapat di suatu tempat yang dulu dikenal dengan nama Kampung Madras, yaitu di kawasan bisnis Jl. Zainul Arifin (dulu bernama Jalan Calcutta). Kawasan ini lazim juga dikenal dengan sebutan Kampung Keling. Lokasi perkampungan mereka terletak di pinggiran Sungai Babura, sebuah sungai yang membelah kota Medan dan menjadi jalur utama transportasi di masa lampau. Di kawasan ini hingga sekarang masih mudah ditemuka n situs-situs yang menandakan keberadaan orang Tamil, misalnya tempat ibadah umat Hindu Shri Mariamman Kuil (sebagai kuil terbesar) yang dibangun tahun 1884 dan sejumlah kuil lainnya; juga pemukiman dan mesjid yang dibangun oleh orang Tamil Muslim sejak tahun 1887. Pada masa sekarang ini permukiman orang Tamil sudah menyebar di sejumlah tempat di seluruh Medan dan sekitarnya.

Pada perkembangan terakhir penduduk Tamil terbagi atas 66 % yang menganut

agama Hindu, 28 % agama Budha, 4,5 % beragama Katolik dan Kristen, dan 1,5 % yang

beragama Islam. Pastor James Bharataputra,SJ pimpinan Graha Annai Maria Velankanni

di Medan, menyebutkan bahwa jumlah umat Tamil Katolik di kota Medan saat ini ribuan

orang.

Di masa lalu pekerjaan orang-orang Tamil banyak diasosiasikan dengan pekerjaan

kasar, seperti kuli perkebunan, kuli pembuat jalan, penarik kereta lembu, dan

(54)

orang Tamil yang datang ke Medan, yaitu mereka yang berasal dari golongan rendah di

India, yang tentu saja memiliki tingkat pendidikan yang amat rendah pula. Mereka inilah

yang dipekerjakan di zaman kolonial sebagai kuli di perkebunan-perkebunan milik orang

Eropa. Di masa sekarang keturunan mereka banyak yang bekerja sebagai karyawan

swasta, buruh, dan juga sebagai sopir. Kalau di masa kolonial sebagian dari mereka

menjadi penarik kereta lembu dan pembuat jalan, di masa kini keturunan mereka banyak

yang sudah mengusahakan jasa transportasi angkutan barang (truk pick up) dan juga

menjadi pemborong pembangunan jalan. Keahlian mereka dalam kedua bidang pekerjaan

ini banyak diakui orang. Ada juga yang menjadi pedagang, di antaranya menjadi

pedagang tekstil dan pedagang rempah-rempah di pusat-pusat pasar di Medan. Selain itu

mereka juga banyak yang bekerja sebagai supir angkutan barang, bekerja di toko-toko

Cina, dan menyewakan alat-alat pesta. Selain itu banyak juga yang melakoni usaha

sebagai penjual makanan, misalnya martabak keling.

Warga Tamil yang ada di kota Medan terdiri dari berbagai agama, ada yang

Hindu,Islam, Protestan dan Katolik. Warga Tamil Katolik juga memiliki sebuah gereja

Katolik yang dibangun pada tahun 1912, yang sebagian besar anggotanya juga tergolong

Tamil Adi-Dravida, bahwa sejak tahun 1912 telah ada missionaris Katolik khusus untuk

orang-orang India Tamil di Medan. Sebuah gereja lain dibangun pada tahun 1935 oleh

pastor Reverend Father James. Warga Tamil Kristen dan Katolik bermukim di sebuah

lokasi yang disebut Kampung Kristen. (Zulkifli B.Lubis : Kajian Awal Tentang

Komunitas Tamil dan Punjabi di Medan. Jurnal Antropologi Sosial Budaya. USU 2005)

Pastor James Bharataputra,SJ yang datang ke Indonesia tahun 1967 dan bertugas di

Medan sejak 1972, pernah mendirikan sekolah khusus untuk orang-orang India Tamil

yang miskin, bernama Lembaga Sosial dan Pendidikan Karya Dharma. Sekarang sekolah

itu diambil alih oleh Yayasan Don Bosco, dan menjadi SD St. Thomas 56. Kemudian

(55)

orang Tamil Katolik yang menumpang di sekitar Jl. Hayam Wuruk. Pada tahun 2001

beliau membangun sebuah Kapel untuk umat Tamil Katolik di atas tanah tersebut, yang

diresmikan oleh Uskup Agung Medan (Mgr A.G.P. Datubara, OFM,Cap); dan di sebelah

bangunan kapel berukuran kecil itu sekarang berdiri sebuah gedung yang bernama Graha

(56)

BAB III

DESKRIPSI ANNAI MARIA VELANGKANI DI MEDAN TUNTUNGAN

3.1 Sejarah Berdirinya Annai Maria Velangkani

Munculnya Graha Annai Velangkanni ini diprakarsai oleh Pastor James Bharataputra, S.J., yang sejak 35 tahun yang lalu sudah bercita-cita membangun sebuah tempat ziarah Annai Velangkanni di Indonesia. Pastor James ingin ada tempat beribadah bagi umat Hindu yang kemudian memeluk agama Katolik di kota Medan. Selain itu Annai Maria Velangkani dapat menjadi tempat kunjungan wisata rohani bagi umat Katolik.

Asal usul dari devosi Annai Velangkanni dimulai pada abad ke-17 dimana Bunda Maria,Yesus dan wanita samaria pernah menampakkan diri di Vailankanni, sebuah dusun pesisir Tanjung Benggala di bagian India Selatan di Provinsi Tamilnadu dan telah melakukan berbagai mukjizat penyembuhan baik jasmani maupun rohani. Maria Annai sendiri berarti bunda Maria dalam bahasa Tamil. Puluhan ribu orang datang setiap harinya untuk berziarah ke tempat suci ini penuh dengan iman dan pengharapan untuk mengalami kuasa Tuhan dalam doa dan permohonannya. Sri Paus Yohannes ke-23 telah menjuluki tempat ziarah itu sebagai “Lourdes dari Timur” dan mengangkat statusnya sebagai Basilika.

(57)

dalam Kitab Suci. (di kutip dari buku panduan Annai Maria Velangkani karya Pastor James Bharataputra, S.J.)

Dari sini dapat di lihat bahwa Pastor James menginginkan sebuah tempat ibadah buat umat Katolik secara keseluruhan tapi tetap dengan ada perpaduan unsur budaya India dengan budaya lokal. Hal ini jelas terlihat di keseluruhan bentuk dan ornament yang ada di Annai Maria Velangkani.

(58)

3.2. Deskripsi Annai Maria Velangkani

Graha Maria Annai Velangkani terletak di Taman Sakura Indah, Jl. Sakura III No. 10, Tanjung Selamat, Medan yang dibangun tahun 2001–2005. Proses pembangunan melibatkan warga Katolik dalam pengerjaannya. Tidak melibatkan ahli-ahli dari luar kota Medan. Menurut wawancara yang dilakukan dengan ibu Fatma Florensia sebagai ketua Perhimpunan Tamil di Medan, bahwa ukiran dan ornamen yang ada dilakukan oleh pemuda yang berumur 20 tahun pada saat pembangunan di mulai. Sehingga setiap pengunjung yang datang takjub melihat hasil karya dalam membuat ukiran di dalam gedung annai Maria Velangkani.

Annai Maria Velangkani berdiri di atas lahan seluas 6000 meter persegi dan menghabiskan dana sebanyak 4 milyar. Dan pada tanggal 1 Oktober di tahun 2005 bangunan beserta taman telah ditahbiskan, dan resmi dibuka oleh Gubernur Sumatera Utara Drs Rudolf M. Pardede beserta Uskup Agung Medan Mgr A G Pius Datubara OFMCap. ( November 2010: Wawancara dengan Pastor James Bharataputra)

(59)
(60)

Gambar 3.2b: Pintu Gerbang Masuk

(61)
(62)

Gambar 3.4: Malam hari

Jalan melingkar ini menuju lantai dua dari bangunan dimana terdapat gerejanya dan dijalan melingkar ini juga penuh simbol. Ada 40 lampu penerang, terbagi menjadi 20 dijalan kiri dan kanan, menggambarkan 40 tahun umat Allah berjuang di padang gurun sebelum memperoleh negeri yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka.

(63)

kubah paling atas sebagai simbol Allah Bapa dan dikiri-kanannya merupakan simbol Allah Putra dan Roh Kudus.

Pada lantai dua di bagian depan ada patung Annai Velangkanni, berbeda dengan gambaran penampakan Bunda Maria yang biasa kita kenal, Bunda Maria yang satu ini bermahkota dan memakai pakaian keemasan sambil menggendong seorang anak kecil, yang merupakan putranya yaitu Yesus. Ini sesuai dengan gambaran dalam peristiwa mukjizat yang menyertai penampakan Bunda Maria di Velangkanni. Jadi kalau simbol ini disatukan bisa berarti Bunda Maria menerima umat yang datang merebahkan diri melewati jalan yang sulit untuk bertemu dengan Allah yang merupakan pencipta langit dan bumi. Dikiri-kanan bangunan pada jendelanya, ada deretan peristiwa jalan salib yang dioramanya terbuat dari besi yang dirangkai.

(64)

tentang burung Annam yang banyak terdapat pada kuil Hindu yang merupakan simbol tentang ajaran kebenaran.

Lantai dasar merupakan ruang terbuka yag diberi nama aula Santa Anna, pada pintu masuk ada prasasti peringatan pembangunan graha ini. Tertulis nama keluarga dari Singapura yang mendanai 30% tempat itu, juga tertulis Johanes Tarigan sebagai konsultan konstruksi dan seniman amatir G.R Andreas, seorang Tamil lokal yang membuat ornamen dan gambar.

(65)

Gambar 3.5: Kolam Air Mancur dan Taman Berbentuk Tangan

(66)

samping terdapat cuplikan dari Alkitab dalam 4 bahasa: Indonesia, Inggris, India, dan China, yaitu tentang 8 sabda bahagia yang merupakan inti dari ajaran Kristen. Atap bangunan dihiasi oleh lukisan 7 sakramen utama dalam agama Katolik. Bagian belakang altar dihiasi oleh lukisan perjamuan terakhir dan di atasnya ada diorama penyaliban Yesus. Di samping kiri altar ada patung Annai Velangkanni yang lebih kecil. Ada kubah diatas altar yang dipenuhi lukisan indah tentang penciptaan Adam (meniru mahakarya Michael Angelo di Kapel Sistine). Lukisan tentang kedatangan Yesus pada akhir zaman dan lukisan pengangkatan Maria ke surga. Jika kita perhatikan dari atas balkon maka lantai gereja ini akan membentuk salib yang sangat besar. Maka jika makna simbol dari luar dan dalam disatukan, bisa berarti ini adalah gambaran sejarah keselamatan manusia mulai dari awal penciptaan sampai kedatangan Yesus untuk menebus dosa manusia dan akhirnya sampai pada akhir zaman.

Di luar gedung pada samping kanan ada taman mini, ini istilahnya saja taman tetapi sesungguhnya adalah semacam bangunan kecil sebagai peringatan untuk mengenang Giovanni Paolo 2 (seperti tertulis pada gerbang masuknya) itu adalah bahasa Italia untuk Johanes Paulus II, Paus yang wafat tahun 2005 yang lalu. Ada lukisan kenangan tentang kunjungan Paus Johanes Paulus 2 di Sumatera Utara waktu dulu.

(67)

Gambar 3.6: ruang Doa Utama

(68)

Gambar 3.7: Taman Mini

(69)

3.3 Gambaran Umum Medan Tuntungan

Annai Maria Velangkani berada di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara. Untuk itu penulis juga akan menuliskan sekilas tentang gambaran wilayah Medan Tuntungan sebagai identifikasi wilayah penelitian yang dilakukan.

Kecamatan Medan Tuntungan terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut:

(a) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, (b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor, (c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, dan (d) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang

(70)

Kelurahan-kelurahan yang ada di Medan Tuntungan adalah sebanyak Sembilan kelurahan, yang diperinci seperti pada Tabel 3.1.

Kecamatan Medan Tuntungan adalah daerah pintu gerbang Kota Medan di sebelah Selatan yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Karo dan daerah lainnya di Sumatera Utara maupun Propinsi Nangro Aceh Darussalam melalui transportasi darat dengan penduduknya berjumlah: 68.983 jiwa (2006).

Gambar

Gambar 3.1:  Annai Maria Velangkani
Gambar 3.2a: Pintu Gerbang Masuk yan Mengambil Bentuk
Gambar 3.2b: Pintu Gerbang Masuk
Gambar 3.3: Tampak depan
+7

Referensi

Dokumen terkait