PENGARUH INKULTURASI BUDAYA INDIA TERHADAP TIPOLOGI ARSITEKTUR GRAHA MARIA ANNAI VELANGKANNI
SKRIPSI
OLEH:
GREGORIUS H. S. DACHI
150406078
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara | i PENGARUH INKULTURASI BUDAYA INDIA TERHADAP
TIPOLOGI ARSITEKTUR GRAHA MARIA ANNAI VELANGKANNI
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
GREGORIUS H. S. DACHI 150406078
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara | iv Tanggal Lulus: 16 Februari 2021
Telah diuji pada
Tanggal: 16 Februari 2021
Universitas Sumatera Utara | vi ABSTRACT
Each tribe has its own characteristics. India is a country known for its Indus River Valley civilization and human history. Apart from the famous Indus and Ganges Rivers, the country changed its name to Hinduism’s rituals and practices.
Therefore, many of its buildings were built based on and the symbols and beliefs of Hinduism. Architecture is a cultural product that develops through a long process of time, in accordance with the local context, with local values adopted by the local community. The Catholic Church is required to not only contribute to local culture, but learn from the local culture as stated in the documents of the Second Vatican Council. Inculturation is what is needed to overcome some of the social problems that arise, such as isolation.
Keywords : Catholic Church, Culture, Inculturation. Indian Architecture.
Universitas Sumatera Utara | vii ABSTRAK
Setiap suku memiliki ciri khas masing-masing. India adalah negara yang terkenal dengan peradaban Lembah Sungai Indus dan sejarah manusia. Terlepas dari Sungai Indus dan Gangga yang terkenal, negara ini berganti nama menjadi ritual dan praktik Hinduisme. Oleh karena itu, banyak bangunannya dibangun berdasarkan pada dan simbol dan kepercayaan agama Hindu. Arsitektur merupakan produk budaya yang berkembang melalui proses dalam waktu yang panjang, sesuai dengan konteks setempat, dengan nilai-nilai lokal yang dianut masyarakat setempat.
Gereja Katolik dituntut untuk tidak hanya berkontribusi pada kebudayaan setempat, melainkan belajar dari kebudayaan setempat seperti tercantum dalam dokumen- dokumen Konsili Vatikan II. Inkulturasi merupakan hal yang dibutuhkan untuk mengatasi beberapa masalah sosial yang timbul, seperti keterasingan. Budaya sangat berpengaruh terhadap tipologi bangunan, tipologi terbentuk karena adanya budaya.
Kata kunci : Arsitektur India, Budaya, Gereja Katolik, Inkulturasi.
Universitas Sumatera Utara | viii KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat- Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun penelitian ini dengan judul “PENGARUH INKULTURASI BUDAYA INDIA TERHADAP TIPOLOGI ARSITEKTUR GRAHA MARIA ANNAI VELANGKANNI” sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjan (S1) pada Program Studi Arsitektur Fakultas Tenknik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian skirpsi ini terutama kepada :
1. Kedua Orangtua penulis yang tersayang, Ibu dan Bapak, Abang serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan doa, kesabaran, dan segala pengorbanan yang tiada habisnya..
2. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. IPM selaku Ketua Jurusan Arsitektur
3. Bapak Ir. N Vinky Rahman, MT Selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan masukan dalam pembuatan skripsi ini
4. Bapak Ir. Novrial, M. Eng. selaku Dosen Penguji atas bimbingan dan masukan dalam pembuatan skripsi ini
5. Bapak Wahyu Abdillah, ST, MT selaku Dosen Penguji atas bimbingan dan masukan dalam pembuatan skripsi ini
6. Ibu Amy Marisa,ST., M.Sc., PhD. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama masa perkuliahan penulis.
7. Ibu Dr. Ir. Dwira N.Aulia, MSC. IPM., selaku Ketua Jurusan Arsitektur USU.
8. Ibu Beny.O.Y Marpaung, ST, MT, PhD., selaku Sekretaris Jurusan Arsitektur USU.
9. Ibu dan Bapak dosen serta staff Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
10. Bapak dan Ibu dosen, serta staf Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | ix 11. Teman-teman sepermainan yang telah menjadi sahabat yang penulis butuhkan, serta memberikan motivasi dalam melewati masa-masa sulit yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu.
12. Teman-teman angkatan 2015 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang yang telah berjuang bersama dari awal hingga akhir perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Medan, 18 Agustus 2020 Hormat saya,
Gregorius H. S. Dachi NIM : 150406078
Universitas Sumatera Utara x DAFTAR ISI
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Batasan Penelitian ... 3
1.6 Kerangka Berpikir ... 4
1.7 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
2.1 Budaya Masyarakat India ... 7
2.2 Arsitektur India ... 8
2.3 Ciri-ciri Arsitektur India... 12
2.4 Pengertian Tipologi ... 20
2.5 Gereja Katolik... 22
2.6 Inkulturasi dalam Gereja Katolik ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
Universitas Sumatera Utara xi
3.1 Jenis Penelitian ... 27
3.2 Variabel Penelitian ... 27
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 28
3.4 Kawasan Penelitian ... 29
3.5 Metode Analisa Data ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 31
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 31
4.2 Sistem Spasial ... 32
4.3 Sistem Fisik ... 40
4.4 Sistem Stilistik ... 42
4.5 Inkulturasi pada Graha Maria Annai Velangkanni yang Dipengaruhi oleh Kegiatan ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
Universitas Sumatera Utara xii DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Variabel Penelitian 27
Tabel 4.1 Tabel unsur Inkulturasi pada Graha Maria Annai Velangkanni yang dipengaruhi oleh aktivitas kegiatan
52
Universitas Sumatera Utara xiii DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kuil Dravida di India Selatan 8
Gambar 2.2 Kuil Nagara di India utara 9
Gambar 2.3 Kuil Nagara di India utara 10
Gambar 2.4 Garbha Griha 13
Gambar 2.5 Pelataran depan atau Mandapa 14
Gambar 2.6 Gerbang Piramid (Gopura) 15
Gambar 2.7 Hall berpilar (Choultri) 16
Gambar 2.8 Stupa 17
Gambar 2.9 Denah Stupa 18
Gambar 2.10 Berbagai macam Chaitya Griha 19
Gambar 2.11 Berbagai macam bentuk Vihara 20
Gambar 2.12 Hirarki Ruang Sakral Arsitektur Gereja Katolik 23
Gambar 3.1 Kawasan Penelitian 29
Gambar 4.1 Denah Graha Maria Annai Velangkanni 32
Gambar 4.2 Gerbang Graha Maria Annai Velangkanni 34
Gambar 4.3 Relief orang dengan baju adat India 34
Gambar 4.4 Dinding gerbang Graha Maria Annai Velangkanni 35 Gambar 4.5 Pelataran Depan Graha Maria Annai Velangkanni 36
Gambar 4.6 Graha Maria Annai Velangkanni 37
Gambar 4.7 Kapel Maria Annai Velangkanni 38
Gambar 4.8 Kapel Santo Yohanes Paulus II 38
Gambar 4.9 Asrama pada kompleks Graha Maria Annai Velangkanni 39
Gambar 4.10 Graha Maria Annai Velangkanni 40
Universitas Sumatera Utara xiv Gambar 4.11 Tangga menuju lantai 2 Graha Maria Annai Velangkanni 41 Gambar 4.12 Interior Lantai 2 Graha Maria Annai Velangkanni 42 Gambar 4.13 Pintu pada Lantai 2 Graha Maria Annai Velangkanni 43 Gambar 4.14 Jendela pada Graha Maria Annai Velangkanni 43
Gambar 4.15 Lantai pada Graha Maria Annai Velangkanni 44
Gambar 4.16 Atap Graha Maria Annai Velangkanni 45
Gambar 4.17 Kolom yang berornamen bunga lotus 46
Gambar 4.18 Kolom yang berornamen bunga melati 46
Gambar 4.19 Ornamen burung annam 47
Gambar 4.20 Ornamen burung annam 47
Gambar 4.21 Ayat-ayat Alkitab pada sekeliling dinding di lantai 2 48 Gambar 4.22 Ayat-ayat Alkitab pada sekeliling dinding di lantai 2 49 Gambar 4.23 Ayat-ayat Alkitab pada sekeliling dinding di lantai 2 49 Gambar 4.24 Patung Bunda Maria bergaya inkulturasi India 50
Gambar 4.25 Graha Maria Annai Velangkanni 51
Universitas Sumatera Utara 1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sari (2013), Setiap suku memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan suku yang lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk indentitas suatu suku bangsa.
Identitas tersebut tampak dari budaya yang dimiliki baik yang dapat dilihat secara nyata maupun yang tidak nyata. Pada hakikatnya semua suku bangsa berupaya untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaannya.
Orang-orang Tamil, juga dikenal sebagai Tamilaratau atau bisa juga hanya disebut dengan orang Tamil, adalah Kelompok Dravida yang berbicara bahasa Tamil. Tamil terdiri dari 5,9% dari populasi di India (terkonsentrasi terutama di Tamil Nadu), 15% di Sri Lanka, 6% di Mauritius, 7% di Malaysia dan 5% di Singapura. Orang-orang Tamil, dengan populasi sekitar 76 juta dan dengan sejarah yang tercatat selama 2.000 tahun, adalah salah satu kelompok etnolinguistik terbesar dan tertua yang masih ada di dunia modern.
Sebuah laporan menyebutkan bahwa penduduk Tamil yang berjumlah kira-kira 30.000 jiwa di Medan dan sekitarnya, terbagi atas 66 % yang menganut agama Hindu, 28 % agama Buddha, 4,5 % beragama Katolik dan Kristen; dan 1,5 % yang beragama Islam (Napitupulu, 1992). Dalam sebuah wawancara dengan Pastor James Bharataputra (Juli 2003), pimpinan Graha Maria Annai Velangkanni di Medan, disebutkan bahwa jumlah umat Tamil Katolik di kota Medan saat ini kirakira 800 orang.
India adalah negara yang terkenal dengan peradaban Lembah Sungai Indus dan sejarah manusia. Terlepas dari Sungai Indus dan Gangga yang terkenal, negara ini berganti nama
Universitas Sumatera Utara 2 menjadi ritual dan praktik Hinduisme. Oleh karena itu, banyak bangunannya dibangun berdasarkan pada dan simbol dan kepercayaan agama Hindu.
Arsitektur merupakan produk budaya yang berkembang melalui proses dalam waktu yang panjang, sesuai dengan konteks setempat, dengan nilai-nilai lokal yang dianut masyarakat setempat. Gereja Katolik dituntut untuk tidak hanya berkontribusi pada kebudayaan setempat, melainkan belajar dari kebudayaan setempat seperti tercantum dalam dokumen-dokumen Konsili Vatikan II. Inkulturasi merupakan hal yang dibutuhkan untuk mengatasi beberapa masalah sosial yang timbul, seperti keterasingan. Gereja yang tumbuh tanpa inkulturasi dan kontekstualisasi melahirkan alienasi bentuk dan ragam gereja yang tidak berakar pada lingkungannya (Martana, 2010).
Budaya sangat berpengaruh terhadap tipologi bangunan, tipologi terbentuk karena adanya budaya. Di dalam penelitian ini akan melihat dan mencari pengaruh budaya India Tamil terhadap tipologi bangunan Graha Maria Annai Velangkanni.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam peneltian ini adalah:
Apakah ada pengaruh budaya India pada Arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni ?
Apa saja pengaruh budaya India yang terdapat pada Arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni?
Universitas Sumatera Utara 3 1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitkian ini bertujuan untuk:
Untuk mengetahui adanya pengaruh budaya India pada Arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni
Untuk mencari pengaruh budaya India pada Arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
Sebagai sumber dan bahan masukan bagi peneliti lain untuk menggali dan melakukan penelitian tentang pengaruh inkulturasi budaya terhadap bentukan Arsitektur.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji bangunan Graha Maria Annai Velangkanni yang beradaptasi dari kebudayaan India dan mengkaji bagaimana bentuk dan tipologi dari bangunan Graha terhadap kebudayaan India tersebut. Kebudayaan India yang dimaksud di sini adalah bangunan-bangunan masyarakat India pada umumnya, yang berupa atap, ornamen, yang penerapannya sama terhadap bangunan Graha Maria Annai Velangkanni.
Universitas Sumatera Utara 4 1.6. Kerangka Berpikir
Pengaruh Inkulturasi Budaya India terhadap Tipologi Arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni
RUMUSAN MASALAH
Apa saja pengaruh budaya India yang terdapat pada Arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni?
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mencari pengaruh budaya India pada Arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni.
Mengelompokkan variabel bangunan
OBSERVASI LAPANGAN Pengambilan gambar pada
- Sistem Spasial - Sistem Fisik - Sistem Stilistik
STUDI LITERATUR
Dilakukan dengan mencari data-data mengenai - BUDAYA INDIA
- ARSITEKTUR INDIA - TEORI TIPOLOGI
- INKULTURASI - GEREJA KATOLIK
MENGANALISA DATA
Melakukan analisa deskriptif dengan melakukan penggambaran ulang kemudian menjelaskan dengan kata-kata mana bentukan yang mengalami perubahan
PENARIKAN KESIMPULAN LATAR BELAKANG
Budaya sangat berpengaruh terhadap tipologi bangunan, tipologi terbentuk karena adanya budaya. Di dalam penelitian ini akan melihat dan mencari pengaruh budaya
India terhadap tipologi bangunan Graha Maria Annai Velangkanni
Universitas Sumatera Utara 5 1.7. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I
Pendahuluan
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan, dan manfaat penelitian, batasan penelitian, kerangka berpikir dan sistematika. Penulisan latar belakang penelitian berisi uraian mengenai alasan pemilihan topik. Permasalahan, tujuan, dan manfaat penelitian berisi mengenai hal yang menjadi permasalahan yang ingin dipecahkan saat melakukan penelitian. Kerangka berpikir berisi penjelasan mengenai metode yang dilakukan mulai dari pengumpulan data sampai pada kesimpulan penelitian. Sedangkan sistematika berisi mengenai tahapan penulisan dari bab I sampai bab V
BAB II
Kajian Pustaka
Bab ini berisi studi literatur tentang budaya India, Arsitektur India, Tipologi, Inkulturasi, dan Gereja Katolik.
BAB III
Metode Penelitian
Bab ini adalah membahas langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan dari permasalahan penelitian. Metode penelitian memuat hal-hal sebagai berikut: metode pengumpulan data dan alat pengambil data yang akan digunakan, bahan-bahan yang akan dipakai dan teknik atau model analisis yang akan dipakai.
Universitas Sumatera Utara 6 BAB IV
Hasil dan Pembahasan
Bab ini merupakan hasil dan pembahasan penelitian.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
Bab ini adalah bagian akhir dari penulisan yang berisi simpulan dan saran.
Kesimpulan didapat dengan cara menggabungkan hasil analisis, untuk menjawab permasalahan dari penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara 7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Budaya Masyarakat India
Sejarah budaya India berlangsung lebih dari 4.500 tahun. Agama-agama asli India yaitu agama Hindu, agama Jainisme, agama Budha, dan agama Sikhisme, semuanya didasarkan pada konsep-konsep dharma dan karma. Selama periode Veda (sekitar 1700 - 500 SM), fondasi filsafat, mitologi, teologi, dan sastra Hindu diletakkan, dan banyak kepercayaan dan praktik yang masih ada sampai sekarang, seperti dhárma, kárma, kárma, yóga, dan mokṣa, didirikan.
India terkenal karena keragaman agamanya, dengan Hindu, Budha, Sikh, Islam, Kristen, dan Jainisme di antara agama-agama utama bangsa. Agama yang dominan, Hinduisme, telah dibentuk oleh berbagai aliran pemikiran sejarah, termasuk aliran Upanishad, Yoga Sutra, gerakan Bhakti, dan oleh filsafat Buddha.
Masyarakat India menganggap bahwa alam semesta merupakan benua berbentuk lingkaran, yang dikelilingi oleh beberapa samudera dengan pulau pulau besar di empat penjuru yang merupakan tempat tinggal keempat penjaganya yang keramat. Di pusat terletak Gunung Mahameru yakni gunung para Dewa (Mangunwijaya, 1995).
Alam semesta yang bermacam-macam itu pada hakikatnya hanyalah semu atau tipuan belaka. Mereka memandang segala yang ia lihat dan yang mereka alami sebagai sesuatu yang kosmos atau yang agung. Dengan kata lain manusia menurut pandangan orang India harus melakukan perjalanan penuh perjuangan dan pengekangan diri untuk pergi dari keadaan maya yang semu ini dan semakin membersihkan diri, semakin menghening, sehingga bersih bebas tanpa rupa tanpa nafsu ataupun hasrat, meniadakan diri. Jalan peniadaan diri (dari yang maya)
Universitas Sumatera Utara 8 kedalam keheningan mumi mutlak (nirvana) itulah hakikat pandangan India beserta ungkapan- ungkapan kebudayaannya (Mangunwijaya, 1995).
Banyak festival India yang berasal dari agama. Yang paling terkenal meliputi: Diwali, Ganesh Chaturthi, Thai Pongal, Holi, Durga Puja, Idul Fitri, Bakr-Id, Natal, dan Vaisakhi
2.2. Arsitektur India
Arsitektur India dikenal lewat rancangan kuil-kuil sampai ke Asia Tenggara mulai abad ke-5 hingga ke-13. Langgam Utara atau Hindu Arya, ditemukan hanya di wilayah Himalaya yang berbatasan dengan ras Arya yang berbahasa Sancrit atau dikenal dengan The Bengal Presidency. Langgam Kasmir atau Punjab, berbeda dari kedua diatas, akan tetapi lebih mirip kepada langgam yang diselatan. (Santoso, 2008).
Gambar 2.1 Kuil Dravida di India Selatan
(Sumber : https://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2017/11/kuil-di-chennai-by-blessingthenet.jpg)
Universitas Sumatera Utara 9 Gambar 2.2 Kuil Nagara di India utara
(Sumber: www.gayatravel.com)
Universitas Sumatera Utara 10 Gambar 2.3 Kuil Nagara di India Utara
(Sumber : www.katalogwisata.com/wisatakhasmir)
Bentuk lingkaran di dalam kebudayaan India di jadikan Lambang kefanaan jaman yang tanpa awal tanpa akhir atau lebih tepat berasal Esa mutlak, tetapi terbentuk oleh maya menjadi sesuatu yang konkret, namun tipuan. Simbol dari prinsip yang telah lebih sejati adalah bentuk bujursangkar, bentuk yang mengingatkannya pada bentuk kiblat angina atau yang lebih abstrak. Karena lebih tidak tampak juga, dan mengendap dalam bentuk Mandala (Wahid, 2013).
Negara India, telah sepanjang periode sejarah berturut-turut, tempat pertemuan banyak motif artistik, desain dan begitu banyak norma sehingga dalam kontribusi patung dan arsitekturnya perpaduan harmonis berbagai idiom regional yang beragam terbukti nyata.
India adalah negara yang terkenal dengan peradaban Lembah Sungai Indus dan sejarah manusia. Banyak bangunan di India dibangun berdasarkan pada dan simbol dan kepercayaan agama Hindu. Selain agama Hindu, kelahiran agama Buddha di India juga sangat berkontribusi terhadap pengaruh dalam desain arsitektur dalam struktur regional dan lainnya. Secara historis, agama Buddha awal sebenarnya lebih maju dari agama Hindu. Ini
Universitas Sumatera Utara 11 karena peran yang dimainkan oleh penguasa telah mengubah keadaan di mana Raja Hindu Asoka memeluk agama Buddha.
Di India, ada kuil yang masih utuh meski usianya sudah ratusan tahun. Kuil-kuil berfungsi sebagai tempat ibadah dan juga sebagai penghormatan bagi leluhur melalui ritual kematian. Sesuai dengan fungsinya kuil-kuil juga dihiasi dengan patung-patung dewa yang menunjukkan keunikan dan simbol sebagai bangunan agama. Ada beberapa tujuan dalam arsitektur Hindu seperti memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk yang bersosialisasi dan berinteraksi. Karena itu, ada banyak bangunan ibadah keagamaan yang dibangun di India sebagai simbol interaksi budaya dan komunitas India. Arsitektur India adalah kebanggaan dan simbol orang India. Hal ini mirip dengan bangsa lain yang menjunjung tinggi unsur arsitektur keagamaan sebagai keunggulan dan keagungan keunikan wajah peradaban.
Hindu adalah agama yang paling disembah dibandingkan dengan agama lain di India.
Agama ini mengandung nilai-nilai spiritual, moral dan legislasi serta prinsip dan adat istiadat yang mengatur masyarakat Hindu secara keseluruhan. Menurut agama Hindu, ada cukup banyak Dewa dengan masing-masing memiliki kekuatan alami sendiri yang memberikan manfaat dan juga bahaya bagi manusia termasuk air, api, sungai dan gunung. Objek diperlakukan sebagai Dewa yang dapat memberikan bantuan. Bentuk-bentuk ini dianggap memiliki jiwa dan roh dengan kekuatan. Karena itu, para penyembah memiliki alasan untuk membuat patung di kuil untuk menyembah mereka seolah-olah patung itu hidup dan sadar.
Para pemuja Hindu menggosok patung-patung itu dengan minyak dan menghisapnya dengan harum. Secara filosofis, kuil-kuil menerima perhatian dari orang-orang dan diberikan sebagai hadiah dari orang kaya kepada orang-orang biasa. Agama Hindu tumbuh dan membangun berbagai aliran pemikiran dalam perkembangannya hingga dinyatakan dalam puisi Sangam yang menceritakan tema-tema yang berkaitan dengan lingkungan. Pembangunan candi juga sangat erat kaitannya dengan tema karena banyak candi dibangun di daerah pantai dan
Universitas Sumatera Utara 12 pegunungan. Banyak peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan pada jaman Hindu antara lain berupa satu kota dimana terdapat Istana Kerajaan, mempunyai beberapa kompleks candi yang didirikan untuk berbagai aspek kehidupan. Candi merupakan salah satu peninggalan Hindu yang bersifat arsitektural yang masih dapat kita lihat sampai saat ini (Ayudhia, 2015).
Candi berfungsi sebagai tempat tinggal dewa-dewa yang terbuat dari batu. Bangunan batu yang tinggi itu melambangkan kekuasaan dan sifat abadi dari dewa yang bersangkutan.
Untuk Candi Hindu dan Candi Budha mempunyai persamaan dan perbedaan dalam pemakaian bentuk, pola dan orientasinya tetapi pada dasarnya adalah sama dengan memandang alam semesta (Ayudhia, 2015).
2.3. Ciri-ciri Candi Arsitektur India
Ciri-ciri candi Arsitektur India adalah sebagai berikut:
2.3.1. Garbha Griha (ruang suci berisi dewa utama)
Merupakan bagian utama dan terpenting dari kuil dan merupakan inti/induk bangunan yang disebut vimana (di India Selatan) atau mulaprasada (di India Utara). Denahnya berbentuk bujursangkar atau persegi, untuk kuil yang kecil biasanya perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan 1:1 atau berbentuk kubus, dan kuil yang besar biasanya tingginya jauh lebih besar daripada lebarnya. Terdapat bagian yang tegak lurus terbuat dari batu dan granit yang didekorasi dengan pilaster dan ornamen. Vimana beratap tingkat seperti pyramid umumnya terbuat dari bata yang diplester dengan semen kemudian diakhiri dengan ‘dome’ kecil
Universitas Sumatera Utara 13 (umumnya di india selatan). Vimana yang terbesar di Tanjore yang terdiri dari 14 tingkat dengan tinggi hampir 200 kaki.
Gambar 2.4 Garbha Griha
(Sumber : raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id)
2.3.2. Pelataran depan atau Mandapa
Pelataran depan atau Mantapa, ruang bagian luar yang sebagian dilingkupi dinding yang memiliki pintu. Satu pintu sebagai penghubung ke vimana sedangkan pintu lain sebagai akses jalan dan masuknya cahaya ke ruang dalam. Ruang mandapa berbentuk bujursangkar atau persegi, biasanya sama bentuknya dengan bangunan kuil inti (vimana). Beberapa kuil memilki
‘mandapa luar atau Maha Mandapa’ dan ‘mandapa dalam atau Ardha Mandapas’. Ada juga kuil yang memiliki gabungan dari kedua mandapa, biasanya yang mandapa luar bersifat terbuka dan mandapa dalam bersifat tertutup. Atapnya berbentuk piramid, tapi jauh lebih rendah dari atap vimana, sering juga berbentuk flat yang tidak berornamen. Atap ditopang oleh
Universitas Sumatera Utara 14 pilar, akan tetapi sebisa mungkin dikurangi jumlah pilar dengan membuat kotak-kotak pembalokan pada ceiling (bracketing).
Gambar 2.5 Pelataran depan atau Mandapa (Sumber : raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id)
2.3.3. Gerbang Piramid (Gopura)
Gerbang atau Gopura adalah jalan masuk kompleks halaman kuil yang berbentuk persegi yang biasanya mengitari vimana. Jumlah gerbang mengikuti jumlah dinding pagar, kadang-kadang juga melebihi jumlah dinding pagar. Bentuk gapura indentik dengan vimana, meskipun demikian terdapat satu sisi yang lebih besar dan lebih panjang. Pada sisi yang panjang terdapat bukaan yang biasanya 1/4-1/7 dari lebarnya. Gerbang piramid yang paling
Universitas Sumatera Utara 15 besar dimiliki oleh kuil di Combaconum, ibukota Kerajaan Chola setelah penolakan Tanjore.
Terdiri dari 12 tingkat termasuk basemen yang terbuat dari granit dan datar, sementara keseluruhan piramid terbuat dari batu bata diplester dengan sculpture dan ornamen.
Gambar 2.6 Gerbang Piramid (Gopura) (Sumber : raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id)
2.3.4. Hall berpilar (Choultri)
Choultri merupakan bangunan extra di sekitar kompleks kuil. Biasanya digunakan untuk berbagai kegiatan upacara: tarian, nyanyian dan upacara perkawinan. Pada awalnya sebagai beranda (porches), kemudian berkembang menjadi ruang untuk berbagai kegiatan terutama untuk upacara yang berhubungan dengan perkawinan. Hall berpilar yang besar yaitu ada di Tinnevelly yang terdiri dari 100 kolom pada sisi yang panjang dan 10 pada sisi yang lebarnya. Kemudian hall berpilar di Chillumbrum terdiri dari 24 kolom pada sisi lebar dan 41 kolom pada sisi panjangnya. Arsitektur batu (stone architecture) juga telah tumbuh di India terbukti pada Tinggalan sejarah istana Pataliputra dan juga Ashoka Stambha (prasasti tugu monolitik) yang bertuliskan maklumat dari raja Ashoka. Pada ujung atas prasasti terdapat
Universitas Sumatera Utara 16 ukiran batu berkepala empat singa yang menjadi simbol dari kerajaan Ashoka. Pada masa Ashoka telah diperkenalkan arsitektur batu pahat yang mentradisi hingga lebih dari 100 tahun lamanya hingga masa arsitektur Budha, Jaina dan Hindu, terdapat banyak ruang pemujaan yang dipahat di dinding tebing atau gunung. Konon, tradisi ini berasal dari Mesir kuna dan Persia.
Pada saat yang sama, Viharas (Buddhist monasteries), mulai dibangun setelah kematian Budha terutama pada masa Kerajaan Mauryan dengan karakteristik monumen stupa, chaitya; ruang meditasi yang terdapat stupa didalamnya. Arsitektur Budha berkembang pada masa Pemerintahan Ashoka, terdapat tiga bangunan yang penting dalam arsitektur Budha yaitu chaitya (ruang meditasi para biksu), vihara (asrama) dan stupa (monumen budha). Dalam satu lahan paling sedikit terdapat satu chaitya dan beberapa vihara.
Gambar 2.7 Hall berpilar (Choultri) (Sumber : raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id)
Universitas Sumatera Utara 17 2.3.5. Stupa
Stupa adalah monumen untuk memperingati Budha dan para pengikutnya. Berbentuk setengah bulatan yang secara filosofis melambangkan “kubah syurga” (Dome of Heaven) atau melambangkan struktur kosmik yang menetap terbuat dari batu atau tanah atau material lainnya. Bangunan stupa terdiri dari beberapa bagian atau elemen yang membentuk satu konsep arsitektur sebagai berikut:
1. Harmika yaitu pagar empat segi stupa memberi peringatan “syurga 33 tahun lambang dari peti suci Budha dan menjadi sentral dari meditasi
2. Yashti berbentuk tiga Lapis payung yang melambangkan paksi dunia.
3. Stambha, tiang yang bertuliskan ukiran ayat-ayat suci dari kitab Pali berfungsi sebagai alat sebaran agama Budha
4. Vedik, pagar yang mengelilingi stupa pada mulanya dibuat dari bahan kayu, pada zaman syuga digantikan dengan bahan batu.
5. Torana, gerbang (jalan/pintu masuk) ke dalam stupa yang berasal dari bahasa Sansekerta.
Gambar 2.8 Stupa
(Sumber : raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id)
Universitas Sumatera Utara 18 Gambar 2.9 Denah Stupa
(Sumber : raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id)
2.3.6. Chaitya Griha
Chaitya griha adalah tempat meditasi para sami Budha dalam mempelajari ajaran Budha, kata ini berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tempat suci. Chaitya terdiri dari barisan tiang yang beratap, di ujungnya yang membentuk membentuk garis keliling melingkari stupa yang ada didalamnya. Pada beberapa site dari tipikal chaitya ada yang berbentuk sekuen dari bentuk persegi diakhiri dengan ruang suci tempat stupa. Contoh Chaitya yang paling bagus terdapat Ajanta and Ellora. Berbagai macam bentuk dan konsep chaitya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Universitas Sumatera Utara 19 Gambar 2.10 Berbagai macam bentuk Chaitya Griha
(Sumber : raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id)
2.3.7. Vihara (Monasteries)
Monasteries (Vihara) merupakan asrama atau tempat tinggal para sami Buddha selama mereka bermeditasi. Vihara terdiri dari ruang-ruang sel kecil yang terisolasi dan ruang bersama berupa hall yang dikelilingi oleh tiang-tiang ( portico) yang merefleksikan ruang komunal dari asrama, sehingga vihara dikenal sebagai hall dengan serambi. Orientasi dari vihara bervariasi tidak ada arah tertentu sebagai patokan. Berbagai macam tipikal dari vihara terdapat pada gambar berikut ini.
Universitas Sumatera Utara 20 Gambar 2.11 Berbagai macam bentuk Vihara
(Sumber : raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id)
2.4. Pengertian Tipologi
Tipologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tipe dan juga mempelajari tentang pengelompokkan suatu benda, untuk mengungkapkan struktur fisik dan kerfuangan pada bangunan. Sehingga tipologi juga sering disebut tindakan berpikir dalam rangka pengelompokkan bangunan. Menurut Iswati (2003) (dalam Santoso dan Wulandanu), 2011) tipologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatfu tentang tipe. Secara sederhan tipologi dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memberikan (describe) sebuah kelompok objek atas dasar kesamaan sifatg-sifat dasar. Bahkan bisa juga dikatakan bahwa tipologi berarti tindakan berpikir dalam rangka pengelompokan. Tipologi merupakan studi tentang pengelompokkan objek sebagai model, melalui kesamaan Bentuk dan Struktur. Tipologi adalah
Universitas Sumatera Utara 21 studi tentang tipe dengan kegiatan kategorisasi dan klasifikasi untuk menghasilkan tipe.
Kegiatan kategori dan tipe tersebut sekaligus dapat dilihat keragaman dan keseragamannya.
2.4.1. Tipologi Arsitektur
Tipologi arsitektur adalah kegiatan yang berhubungan dengan klasifikasi atau pengelompokkan karya arsitektural dengan kesamaan ciri-ciri atau totalitas kekhususan yang diciptakan oleh suatu masyarakat atau kelas sosial yang terikat dengan ke-permanen-an dari karakteristik yang tetap atau konstan. Kesamaan ciri-ciri tersebut antara lain kesamaan bentuk dasar, sifat dasar obkjek kesamaan fungsi, objek kesamaan asal-usul sejarah/tema tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat oleh ke-permanen-an dari karakteristik yang tetap/konstan.
2.4.2. Tipologi Bangunan
Pengertian Tipologi Bangunan menurut Anthony Vidler, Tipologi bangunan adalah sebuah studi/penyelidikan tentang penggabungan elemen-elemen yang memungkinkan untuk mencapai/mendapatkan klasifikasi organisme arsitektur melalui tipe-tipe. Klasifikasi mengindikasikan suatu perbutan meringkas/mengikhtiarkan, yaitu mengatur penamaan yang berbeda, yang masing-masing dapat diidentifikasikan, dan menyusun dalam kelas-kelas untuk mengidentifikasikan data umumnya dan memungkinkan membuat perbandingan-perbandingan pada kasus-kasus khusus. Klasifikasi tidak memperhatikan suatu tema pada saat tertentu (rumah, kuil, dsb.) melainkan berurusan dengan contoh-contoh konkrit dari suatu tema tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat oleh kepermanenan dari karakteristik yang tetap/konstan.
Universitas Sumatera Utara 22 2.4.3. Bangunan
Bangunan adalah suatu bentukan yang mempunyai massa, volume dan di dalamnya terdapat ruang-ruang yang sesuai dengan kegiatan serta fungsi di dalamnya.
2.4.4. Analisa Tipologi
Tipologi dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam mendefinisikan atau mengklasifikasikan objek arsitektural. Tipologi dapat mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu objek dan analisa perubahan tersebut menyangkut bentuk dasar objek atau elemen dasar, sifat dasar, fungsi objek serta proses transformasi berikutnya.
Menurut Rafael Moneo, analisa tipologi dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Menganalisa tipologi dengan cara menggali dari sejarah untuk mengetahui ide awal dari suatu komposisi; atau dengan kata lain mengetahui asal-usul atau kejadian suatu objek arsitektural.
b. Menganalisa tipologi dengan cara mengetahui fungsi suatu objek.
c. Menganalisa tipologi dengan cara mencarei bentuk sederhana suatu bangunan melalui pencarian bangun dasar serta sifat dasarnya.
2.5. Gereja Katolik
Gereja Katolik secara mendasar bersifat liturgis dalam peribadatannya. Liturgi berasal dari kata Yunani yang artinya “pekerjaan masyarakat”. Konsili Vatikan II menyatakan “karena liturgi, yang melaluinya karya penebusan kita terselesaikan, terutama dalam kurban ilahi Ekaristi, merupakan sarana-sarana terbaik bagi umat beriman untuk dapat mengekspresikan dalam kehidupannya, dan memanifestasikan bagi sesama, misteri Kristus dan hakikat sejati dari Gereja yang benar”. (Thomas, 1994 dalam Laurens, 2013) mendefinisikan teori arsitektur religius, - dalam hal ruang dan tempat-, sebagai pemikiran teologis terstruktur mengenai
Universitas Sumatera Utara 23 realitas alam semesta. Teori ini berkaitan dengan konsep mengenai alam dan Tuhan, dogma mengenai hubungannya dengan manusia; yang membawa dampak pada cara orang berpikir
tentang ruang dan tempat di dunia ini.
Gambar 2.12 Hirarki Ruang Sakral Arsitektur Gereja Katolik (Sumber : Laurens, 2013)
Simbol keagamaan pada arsitektur Gereja Katolik tergantung pada tuntutan liturgi gereja. Titik pusat orientasi dalam bangunan gereja adalah perayaan Ekaristi Kudus. Di sisi lain, hakekat agama Katolik untuk menciptakan komunitas dan rasa kebersamaan, kesatuan dan kerukunan membuat bangunan gereja harus mampu membentuk keterbukaan untuk menampung setiap orang.
2.6. Inkulturasi dalam Gereja Katolik
Dalam antropologi kebudayaan terdapat dua istilah teknis yang mempunyai akar kata sama yaitu “akulturasi” dan “enkulturasi” (atau inkulturasi). Kata “akulturasi” berarti “kontak budaya”, yaitu perpaduan kebudayaan; yang terjadi apabila sekelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing yang berbeda sehingga unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri, tanpa menghilangkan karakter kebudayaan asalnya, atau tidak terjadi dominasi atas salah satu kebudayaan (Koentjaraningrat 1990), melainkan terjadi proses penggabungan yang
Universitas Sumatera Utara 24 memunculkan kebudayaan baru. Kata “enkulturasi” atau “inkulturasi” (“en” atau “in” dalam bahasa Yunani, berarti ke dalam) menunjuk pada proses inisiasi seseorang ke dalam kebudayaan sezaman dan setempat. Proses “inkulturasi” bukanlah suatu bentuk “kontak”
melainkan suatu bentuk penyisipan mendalam, yang menjadikan Gereja sebagai bagian dari masyarakat tertentu. Inkulturasi adalah proses yang didalamnya komunitas Gerejani menghayati iman dan pengalamannya dalam konteks budaya sedemikian rupa, sehingga hal- hal itu tidak hanya terungkap dalam unsur-unsur budaya lokal, tetapi malahan menjadi kekuatan yang menyemangati, membentuk dan dengan jelas memperbarui kebudayaan itu seolah-olah menjadi satu ciptaan baru (Hans J Daeng, 1989:23).
Dalam inkulturasi terjadi suatu kebaruan secara kreatif, dan mengikuti kaidah-kaidah etis. Lebih lanjut van Peursen (terj. Drost, 1989, 103-105) secara ringkas mengemukakan adanya 4 kaidah penggunaan metode heuristika sebagai berikut: Pertama, kebebasan untuk menduga-duga suatu strategi. Kedua melacak latar belakang kerangka berfikir histories.
Ketiga, kaidah dari penggunaan heuristik sebagai model guna mempersiapkan pembentukan sebuah sistem yang lebih baru, sebab model deskripsi maupun model studi lapangan seperti telah disebutkan tidak akan berhenti akibat pembatasan rasional belaka, maka model heuristik ini dimaksudkan untuk merangkum dua model di depan. Keempat, kaidah heuristik yaitu meramalkan, menerangkan, dan memerikan gejala-gejala masyarakat dan sekitarnya, baik itu religius, estetis, teknis, dan etis. Melalui refleksi metodis kefilsafatan ini diharapkan dapat memberikan visi baru tentang konsep inkulturasi Gereja, sehingga kebijakkan yang diambil tidak mengurangi esensi religiositas umat.
Menurut Hubertus Muda, konsep inkulturasi Gereja adalah integrasi pengalaman kristiani sebuah Gereja lokal ke dalam kebudayaan bangsa tertentu pengalaman itu menjadi kekuatan atau daya yang menjiwai, mengarahkan dan membaharui kebudayaan sehingga menciptakan satu persekutuan baru bukan saja dalam kebudayaan tertentu itu melainkan juga
Universitas Sumatera Utara 25 sebagai sumbangan untuk Gereja universal (1992:34). Menurut Koendjono (1985:11) inkulturasi hanyalah sarana dan bukan tujuan. Jadi apakah suatu unsur kebudayaan kita dapat dimasukan dalam penghayatan agama, tergantung apakah membantu penghayatan agama atau tidak, suatu unsur kebudayaan bagaimanapun tinggi nilainya kalau tidak membantu tidak baik dimasukan sebagai sarana penghayatan agama. “Proses ini menempatkan Gereja dan masyarakat setempat pada posisi untuk mentaati kebudayaan dengan berbagai nilai moral yang sejalan dengan kehidupan gerejani” (Sinaga 1984; Sukatmi, 2011).
Menurut Pastor Dr. Petrus Maria Handoko, CM, inkulturasi dalam Gereja Katolik adalah sebagai berikut: Pertama, inkulturasi berarti masuk dalam budaya. Dalam Gereja Katolik, inkulturasi berarti usaha-usaha Gereja untuk menghayati iman Katolik yang diungkapkan dalam kekhasan dan kekayaan setiap budaya. Budaya-budaya itu tidak hanya digunakan sebagai “pakaian luar” atau “bedak”, tetapi masuk dan menyentuh nilai-nilai khasnya yang diangkat dan disempurnakan dalam penghayatan iman. Tujuan inkulturasi ialah terjadinya persenyawaan di antara iman Katolik dengan nilai-nilai luhur budaya, sehingga penghayatan isi iman Katolik menyatu dalam ungkapan-ungkapan budaya (bdk HIDUP, No 32, 5 Agustus 2012). Kedua, tidak ada teks Kitab Suci yang berbicara secara eksplisit tentang inkulturasi. Tetapi, usaha-usaha inkulturasi ini sangat sesuai dengan perintah Yesus agar kita menjadi garam dan terang (Mat 5:13-16). Ketiga, inkulturasi menyangkut iman dan budaya.
Oleh karena itu, kurang tepat bila kita disibukkan hanya dengan pengolahan budaya, tetapi mengabaikan iman. Pengolahan dan refleksi atas budaya bukan tujuan akhir, namun bagian dari proses yang harus diarahkan kepada penghayatan iman. Harus jelas dalam keseluruhan proses bahwa tujuan inkulturasi ialah memberdayakan penghayatan iman dalam nilai-nilai khas setiap budaya (GS 53). Maka, perlu menemukan nilai-nilai khas budaya yang kemudian disenyawakan dengan iman Katolik. Inkulturasi belum terjadi, jika kesibukannya diarahkan kepada penggunaan budaya sebagai “pakaian luar” atau “bedak,” misalnya sebagai hiasan altar,
Universitas Sumatera Utara 26 lagu-lagu, tari-tarian, bahan persembahan, pakaian petugas liturgi, dan penggunaan bahasa lokal. Inkulturasi belum terlaksana jika budaya tidak sungguh dipertemukan atau hanya bersentuhan secara superficial dengan iman. Proses inkulturasi yang benar justru membutuhkan pengolahan iman yang serius agar terjadi persenyawaan yang indah dan dinamis antara nilai-nilai khas budaya dan butir-butir iman Katolik. Dengan demikian, iman Katolik meresapi inti kepercayaan (the core belief ) para murid Kristus yang kemudian mengalir dalam berbagai ungkapan. Keempat, perlu disadari bahwa tidak semua unsur dalam tradisi atau budaya lokal sesuai dengan iman kita. Beberapa unsur itu seringkali bertentangan dengan butir- butir ajaran iman dan menindas manusia masuk ke dalam dosa, sehingga manusia tidak bisa berkembang menjadi sempurna.
Universitas Sumatera Utara 27 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metoda penelitian ini menggunakan metoda deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yang digunakan akan menghasilkan data-data arsitektur India. Data-data tersebut didapat dari literatur yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pengaruh budaya terhadap tipologi Graha Maria Annai Velangkanni.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang mempunyai variasi atau keragaman.
Sedangkan konsep sendiri adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena atau gejala tertentu. Konsep tentang apapun jika memiliki ciri-ciri yang bervariasi atau beragam dapat disebut sebagai variabel (Arikunto, 2006).
Habraken (1988) dalam Rusdi (1993) mengidentifikasikan tipologi arsitektur dalam sebuah parameter pola analisis yang berkaitan dengan Tipologi Galgeon, yang bertolak dari dasar perancangan arsitektur yang dipelopori oleh Vitruvius, parameter tersebut adalah: 1.
Sistem Spasial, sistem ini berhubungan dengan pola ruang, orientasi, dan hierarkinya; 2.
Sistem Fisik, sistem fisik dan kualitas figural berhubungan dengan wujud, pembatas ruang, dan karakter bahannya; dan 3. Sistem Stilistik, berhubungan dengan elemen atap, kolom, bukaan, dan ragam hias bangunan.
Berdasarkan teori Habraken tersebut, maka variabel penelitian ini yaitu sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara 28 Tabel 3.1 Variabel Penelitian
(Sumber : Penulis, 2020)
Teori Habraken Variabel Sub Variabel Metoda Pengumpulan Data
Sistem Spasial Denah Bentuk Denah Observasi
Organisasi Ruang Observasi Hierarki Ruang Observasi Sistem Fisik Elemen penyusun Wujud Bangunan Observasi Pembatas Ruang Observasi Sistem Stilistik Tampak/fasad Pintu Observasi
Jendela dan Lantai Observasi
Atap Observasi
Ornamen Observasi
Simbol Observasi
Warna Observasi
3.3. Metode Pengumpulan Data
a. Mengelompokkan tipe bangunan Gereja sebagai objek penelitian. Bangunan dikelompokkan berdasarkan variable penelitian, yaitu:
i. Sistem Spasial ii. Sistem Fisik
iii. Sistem Model/Tampilan
b. Menganalisa konsep tradisi yang mempengaruhi tipe bentuk Graha Maria Annai Velangkanni.
Universitas Sumatera Utara 29 c. Observasi lapangan atau survey visual
Observasi lapangan atau survey visual adalah dilakukan dengan melakukan pemotretan terhadap bangunan Graha Maria Annai Velangkanni. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tampilan bangunan meliputi, atap, dinding, lantai, kolom, pintu, jendela, ventilasi. Foto-foto hasil pemotretan sebagai acuan dalam menganalisa pengaruh budaya terhadap tipologi Graha Maria Annai Velangkanni.
d. Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data sekunder dengan pengumpulan data tidak langsung dengan mengambil data-data studi literatur dan mencari data-data mengenai teori yang berkaitan langsung dengan objek penelitian sehingga dapat memecahkan masalah dalam penelitian.
3.4. Kawasan Penelitian
Kawasan penelitian terletak di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, Sumatera utara.
Gambar 3.1 Kawasan Penelitian Sumber : Google Map
Universitas Sumatera Utara 30 3.5. Metode Analisa Data
Metoda yang digunakan merupakan analisa data yang berupa deskriptif mengenai data yang didapat. Adapaun analisa untuk menemukan elemen-elemen penerapan budaya India pada Gereja, yaitu:
a. Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari studi kepustakaan dan studi lapangan.
b. Tahap analisis data dilakukan setelah data kepustakaan dan data lapangan terkumpul.
c. Data yang didapat dianalis menggunakan metoda deskriptif. Data fisik objek penelitian digambarkan kembali sesuai dengan hasil observasi kemudian dijelaskan bagian-bagian gereja yang telah beradapatasi dengan budaya India.
Universitas Sumatera Utara 31 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Menurut sejarahnya, Graha Maria Annai Velangkanni ini meniru aslinya di India, yang mengingatkan akan penampakan Bunda Maria pada abad ke-16, ketika seorang ibu (Annai) yang disembuhkan penyakitnya oleh Bunda Maria di desa Velangkanni yang terletak di pesisir selatan India. Oleh karena itu, Gua Maria di India tersebut dinamakan Lourdes Timur. Annai Maria Velangkanni adalah tempat ziarah untuk mengingat Bunda Maria yang sangat dihormati.
Tempat ziarah tersebut terletak di Chennai Pantai Teluk Benggala, bagian tenggara India, di sebelah selatan dari kota Madras. Penampakan Bunda Maria yang terjadi di sini sudah mendapat pengakuan dari Gereja Katolik. (https://.wordpress.com)
Masyarakat India yang beragama Katolik ini, sebagian menetap di Velangkani. Namun di antara mereka ada pula yang migrasi ke berbagai tempat di dunia ini, termasuk Medan Indonesia. Mereka migrasi dengan berbagai alasan. Di antaranya adalah untuk kepetingan ekonomi, yaitu menaikkan taraf hidupnya. Ada pula alasan untuk mengembangkan agama.
(https://.wordpress.com)
Sebagian dari masyarakat India yang beragama Katolik dan bermigrasi ke Indonesia khususnya medan tersebut melatarbelakangi di bangunnya Graha Maria Annai Velangkanni ini. Di Tanjung Selamat Medan, sejak tahun 2001, yang disebut juga tahun Yubileum Agung, telah mulai dibangun suatu tempat suci untuk menghormati Ibu Maria Bunda Penyembuh yang lazimnya disebut Annai Maria Velangkanni.
Universitas Sumatera Utara 32 4.2. Sistem Spasial
Dalam sistem ini mencakup beberapa elemen spasial yaitu bentuk denah, organisasi ruang dan hierararki ruang.
4.2.1. Bentuk Denah
Graha Maria Annai Velangkanni tidak memiliki bentuk denah yang menyerupai Arsitektur India. Karena pada salah satu ciri arsitektur india yaitu Garbha Griha/Ruang Utama bentuknya adalah kubus atau untuk bangunan yang lebih besar, tingginya dapat lebih besar daripada lebarnya.
Gambar 4.1 Denah Graha Maria Annai Velangkanni
Sumber : Gambar Kerja Pembangunan Renovasi Rumah Doa Graha Maria Annai Velangkanni
4.2.2. Organisasi Ruang
Organisasi ruang pada Graha Maria Annai Velangkanni dipengaruhi oleh arsitektur india dan walaupun dipengaruhi oleh arsitektur India, namun tetap mengikuti kaidah organisasi ruang Gereja Katolik. Menurut Pastor Dr. Petrus Maria Handoko, CM, inkulturasi dalam Gereja Katolik adalah sebagai berikut: Pertama, inkulturasi berarti masuk dalam budaya.
Dalam Gereja Katolik, inkulturasi berarti usaha-usaha Gereja untuk menghayati iman Katolik
Universitas Sumatera Utara 33 yang diungkapkan dalam kekhasan dan kekayaan setiap budaya. Budaya-budaya itu tidak hanya digunakan sebagai “pakaian luar” atau “bedak”, tetapi masuk dan menyentuh nilai-nilai khasnya yang diangkat dan disempurnakan dalam penghayatan iman. Tujuan inkulturasi ialah terjadinya persenyawaan di antara iman Katolik dengan nilai-nilai luhur budaya, sehingga penghayatan isi iman Katolik menyatu dalam ungkapan-ungkapan budaya (bdk HIDUP, No 32, 5 Agustus 2012). Organisasi ruang Graha ini yang dipengaruhi oleh arsitektur India, dapat dilihat pada:
4.2.2.1. Gerbang masuk
Ketika memasuki kompleks Graha Maria Annai Velangkanni, maka akan melewati gerbang masuk terlebih dahulu kemudian di dalamnya terdapat pelataran depan, bangunan utama, kapel untuk berdoa dan asrama. Gerbang masuk Graha ini seperti “gopura” pada arsitektur India namun karna Graha ini menggunakan konsep inkulturasi maka tidak semua unsur Arsitektur India “diambil secara keseluruhan”. Hal ini dapat dilihat jika pada “gopura”
Arsitektur India, pintu masuknya berbentuk piramid, maka pada Graha ini, pintu masuknya dihiasi dengan miniatur rumah adat Batak Toba dan Batak Karo dan dinding gerbang masuknya
Universitas Sumatera Utara 34 terdapat relief orang yang memakai pakaian adat India dan pakaian adat beberapa suku lainnya yang melambangkan bahwa siapa saja boleh memasuki Graha ini.
Gambar 4.2 Gerbang Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : velangkanni.com
Gambar 4.3 Relief orang dengan baju adat India Sumber : velangkanni.com
Universitas Sumatera Utara 35 Gambar 4.4 Dinding gerbang Graha Maria Annai Velangkanni
Sumber : velangkanni.com
4.2.2.2. Pelataran Depan
Pada bagian depan lantai 1 graha ini yang dinamakan aula Santa Anna, terdapat air mancur mini yang merupakan bagian dari pelataran depan graha ini. Kemudian sebelum memasuki bagian dalam aula Santa Anna tersebut, terdapat bagian yang hanya ditutupi atap dan hanya terdiri dari kolom saja. Di pintu masuk aula terdapat 2 pohon pisang. Dalam acara dan perayaan di India terutama untuk pernikahan, orang suku India Tamil menggunakan pohon pisang hidup untuk mewakili kesuburan dan keturunan yang tak henti-hentinya. Sehingga pohon pisang ini mewakili “hidup tanpa akhir” yaitu kehidupan yang kekal.
Universitas Sumatera Utara 36 Gambar 4.5 Pelataran Depan Graha Maria Annai Velangkanni
Sumber : velangkanni.com
4.2.2.3. Bagian utama bangunan
Bagian utama bangunan ini terdiri dari 2 lantai dan menara 7 tingkat yang pada ujung menara terdapat dome kecil. Pada lantai 1 dinamakan aula Santa Anna. Aula ini terbuka dan tanpa dinding yang menutupinya. Pada lantai 2 merupakan ruang ibadah untuk menyelenggarakan perayaan ekaristi.
Universitas Sumatera Utara 37 Gambar 4.6 Graha Maria Annai Velangkanni
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.2.2.4. Tempat berdoa
Di area kompleks graha Maria ini, terdapat 2 kapel untuk berdoa yang dinamakan kapel Maria Annai Velangkanni dan kapel Santo Yohanes Paulus II. Konsep seperti ini juga sesuai dengan candi di India yang memiliki suatu tempat meditasi di sekelilingnya yang disebut dengan “Chaitya Griha”.
Universitas Sumatera Utara 38 Gambar 4.7 Kapel Maria Annai Velangkanni
Sumber : velangkanni.com
Gambar 4.8 Kapel Santo Yohanes Paulus II Sumber : velangkanni.com
4.2.2.5. Asrama
Pada area belakang kompleks ini, terdapat asrama sebagai penginapan. Pada candi asrama ini dinamakan dengan “Vihara”. Dimana vihara pada candi, digunakan sebagai tempat tinggal selama bermeditasi.
Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 4.9 Asrama pada kompleks Graha Maria Annai Velangkanni
Sumber : velangkanni.com
4.2.3. Hierarki Ruang
Hierarki ruang pada bangunan ini Graha ini yaitu area kurang sakral berada pada lantai 1 yang difungsikan sebagai aula. Lantai dasar adalah simbol bumi dimana orang-orang dari semua iman berkumpul dalam persaudaraan. Kemudian area yang sakralnya berada pada lantai 2 yang difungsikan sebagai tempat ibadah. Lantai 2 adalah tempat yang layak untuk berdoa dan tempat penghormatan kepada Tuhan. Lantai 2 ini kemudian memiliki sub hierarki juga.
Area kurang sakral yaitu berada pada teras depan lantai 2, area sakralnya berada pada ruangan dalam. Dan area tersakralnya berada pada ruangan dalam juga, namun letaknya paling depan dan memiliki elevasi yang lebih tinggi dari area umat.
Universitas Sumatera Utara 40 4.3. Sistem Fisik
Sistem fisik ini meliputi wujud bangunan dan pembatas ruang.
4.3.1. Wujud bangunan
Wujud bangunan pada Graha Maria Annai Velangkanni ini memiliki bentuk seperti candi. Salah satu tipologi candi pada arsitektur India adalah memiliki 3 bagian utama, kaki, badan dan kepala. Lantai dasar yang digunakan sebagai aula adalah “kaki”, kemudian lantai 2 yang digunakan sebagai ruang ibadah merupakan “badan”. Sesuai dengan tipologi candi pada arsitektur India, Badan/Bhuvarloka menggambarkan keadaan manusia saat ini dan dimana manusia sudah mulai sadar untuk meninggalkan nafsu duniawi. Sehingga pada lantai 2 velangkanni ini merupakan area tersakral. Pada bagian yang paling atas yang berebentuk piramid adalah “kepala”.
Gambar 4.10 Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dua lantai tempat suci dihubungkan oleh lerengan yang naik dan secara simbolis menghubungkan bumi (lantai dasar) dan langit (lantai 1 dan di atasnya). Menara memiliki balkon yang ditutupi dengan lukisan tujuh hari penciptaan manusia seperti yang diceritakan dalam Kitab Kejadian, dari yang pertama hingga tanggal terakhir penciptaan. Di atas lerengan
Universitas Sumatera Utara 41 juga terdapat lukisan kelahiran Yesus dan masa mudanya, dan juga salib yang memimpin jalan menuju ke penyalibannya.
Seluruh jalan diterangi oleh empat puluh lampu untuk menunjukkan bahwa mereka yang mencari Tuhan tidak akan berjalan dalam kegelapan, iman mereka akan mencerahkan jalannya. Empat puluh lampu juga mengingatkan kita akan perjalanan orang-orang Israel ke Tanah Perjanjian, empat puluh tahun mengembara melalui padang pasir. Lampu-lampu itu juga mengingatkan kita pada empat puluh hari puasa Yesus di padang gurun.
. Gambar 4.11 Tangga menuju lantai 2 Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : velangkanni.com
Universitas Sumatera Utara 42 4.3.2. Pembatas ruang
Material dinding/pembatas ruang pada Graha Maria Annai Velangkanni adalah bata.
Dinding graha ini berwarna kuning dan juga sebagian berwarna putih. Di dalam liturgi Gereja Katolik, warna kuning melambangkan kemuliaan, kemenangan dan kegembiraan. Biasanya pada Gereja Katolik, warna kuning dipadukan dengan warna putih.
Gambar 4.12 Interior Lantai 2 Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : youtube.com
4.4. Sistem Stilistik
Pada sistem stilistik terdapat beberapa elemen arsitektur, diantaranya: Pintu, jendela dan lantai, atap, ornament, simbol serta warna.
4.4.1. Pintu
Pintu lantai 2 Graha Maria Annai Velangkanni berbentuk persegi dan tinggi pintu tersebut yaitu 3 m. Di sisi kiri dan kanan pintu tersebut dihiasi dengan berbagai ornamen.
Universitas Sumatera Utara 43 Terdapat tangga yang menjadi pemisah antara ruang sakral (nave) dan area kurang sakral/teras (narthex). Untuk memberikan kenyamanan pada umat, pintu ini dihiasi oleh tanaman hidup.
Gambar 4.13 Pintu pada Lantai 2 Graha Maria Annai Velangkanni
Sumber : youtube.com
4.4.2. Jendela dan Lantai
Hampir setiap jendela di bangunan utama Graha ini bentuknya persegi dan melengkung.
Pada jendela-jendela tersebut yang berbentuk melengkung dibuat ukiran yang menceritakan terjadi nya peristiwa salib atau yang disebut jalan salib. Sedangkan jendela yang berbentuk persegi terdapat ukiran Orang Kudus.
Gambar 4.14 Jendela pada Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : velangkanni.com
Universitas Sumatera Utara 44 Lantai Graha ini hanyalah lantai keramik pada umumnya saja.
Gambar 4.15 Lantai pada Graha Maria Annai Velangkanni
Sumber : youtube.com
4.4.3. Atap
Graha Maria Annai Velangkanni ini terdapat unsur inkulturatif didalamnya. Bangunan ini dari lantai dasar sampai menara mempunyai 7 tingkat. Angka 7 merupakan simbol kesempurnaan. Banyak peristiwa-peristiwa dalam kisah keKristenan dan Yahudi, kesempurnaan dilambangkan dengan angka 7, seperti Langit ketujuh adalah gambaran surga, makanya bangunan ini dibangun dengan 7 tingkat. Kemudian pada bagian atas, terdapat dome’
kecil. Hal ini menunjukkan bahwa rumah ibadah ini mengadaptasi bentuk atap dari arsitektur India. Dimana bangunan inti, beratap tingkat seperti pyramid umumnya terbuat dari bata yang diplester dengan semen kemudian diakhiri dengan ‘dome’ kecil
Universitas Sumatera Utara 45 Gambar 4.16 Atap Graha Maria Annai Velangkanni
Sumber : velangkanni.com
4.4.4. Ornamen
Pada tiang penyangga bangunan Graha Maria Annai Velangkanni, terdapat bentuk- bentuk ornamen hias. Bentuk-bentuk ornamen tersebut melambangkan arti sebagai berikut :
1. Lambang bunga lotus, bunga ini adalah bunga Nasional India. Bunga lotus dan bunga teratai tumbuh di dasar rawa, danau atau sungai yang berlumpur dan memiliki air yang tenang. Bunga ini merupakan bunga suci dan mendapatkan posisi yang unik dalam seni dan mitologi dari India kuno. Motif-motif lotus ini selalu hadir di berbagai kuil, candi, perhiasan dan ornamen-ornamen yang disakralkan. Bunga lotus melambangkan kesuburan, kekayaan, spiritualitas, pengetahuan dan pencahayaan. Bunga lotus juga dapat melambangkan kesucian hati dan pikiran, kesehatan, keberuntungan, kehormatan dan umur yang panjang.
Sehingga maknanya pada Graha ini yaitu dengan manusia yang tadinya bergelimangan dosa, seandainya suatu hari disentuh olehNya, maka iapun akan disucikan ibarat teratai ini. Ornamen Bunga lotus ini terdapat pada 2 kolom utama
Universitas Sumatera Utara 46 Gereja, dan juga terdapat pada patung yang terletak di taman Graha Maria Annai Velangkanni.
Gambar 4.17 Kolom yang berornamen bunga lotus Sumber : velangkanni.com
2. Ornamen bunga melati, Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Bunga melati melambangkan kesucian dan juga keindahan. Ornamen melati ini dapat dilihat di setiap kolom utama pada lantai 1 Graha Maria Annai Velangkanni.
Gambar 4.18 Kolom yang berornamen bunga melati Sumber : velangkanni.com
Universitas Sumatera Utara 47 Pada eksterior lantai 2 graha ini, terdapat ornamen dengan gambar burung Anam.
Burung Anam merupakan burung legendaris dari India yang suka minum air susu, tetapi biasanya dia tidak menelan semua susu tersebut, tetapi menyaring saripatinya dan meninggalkan airnya. Maknanya adalah supaya manusia harus teliti menyaring kebenaran- kebenaran Ilahi dari kepalsuan-kepalsuan yang ditawarkan dunia.
Gambar 4.19 Ornamen burung annam Sumber : velangkanni.com
Gambar 4.20 Ornamen burung annam Sumber : velangkanni.com
Universitas Sumatera Utara 48 4.4.5. Simbol
Banyak simbol yang ada pada Graha ini seperti, patung-patung, ayat-ayat kitab suci yang mengelilingi ruang utama Graha ini. Hal ini membuktikan bahwa Graha ini dipengaruhi oleh karakteristik Arsitektur India. Menurut agama Hindu, yang mempengaruhi arsitektur India, ada cukup banyak Dewa dengan masing-masing memiliki kekuatan alami sendiri yang memberikan manfaat dan juga bahaya bagi manusia termasuk air, api, sungai dan gunung.
Objek diperlakukan sebagai Dewa yang dapat memberikan bantuan. Bentuk-bentuk ini dianggap memiliki jiwa dan roh dengan kekuatan. Karena itu, para penyembah memiliki alasan untuk membuat patung di kuil untuk menyembah mereka seolah-olah patung itu hidup dan sadar. Pada kuil India banyak terdapat ukiran ayat-ayat suci dari kitab Pali yang berfungsi sebagai alat sebaran agama Budha. Di Graha ini juga di sekeliling ruang pada bangunan utama dihiasi dengan ukurian ayat-ayat suci dari Alkitab yang tujuannya sebagai alat sebaran agama Kristen.
Gambar 4.21 Ayat-ayat Alkitab pada sekeliling dinding di lantai 2 Sumber : velangkanni.com
Universitas Sumatera Utara 49 Gambar 4.22 Ayat-ayat Alkitab pada sekeliling dinding di lantai 2
Sumber : velangkanni.com
Gambar 4.23 Ayat-ayat Alkitab pada sekeliling dinding di lantai 2 Sumber : velangkanni.com
Universitas Sumatera Utara 50 Jika, pada kuil India patung pada kuil tersebut untuk disembah, namun pada Graha ini hanyalah sebagai sarana dan simbol untuk membantu memahami tentang ajaran Kristen.
Patung-patung yang ada pada Graha ini kebanyakan bergaya India.
Gambar 4.24 Patung Bunda Maria bergaya inkulturasi India Sumber : velangkanni.com
4.4.6. Warna
Graha ini berwarnakan pelangi. Warna-warna yang terdapat pada graha ini adalah hitam, putih, abu-abu, merah, hiju, biru dan kuning. Warna hitam terdapat pada jalan aspal di pintu masuk; warna putih dan abu-abu hampir terdapat di semua bagian bangunan; Pada eksterior bangunan inti memadukan warna abu-abu, merah dan biru; Pada dinding bangunan diberi warna kuning yang dipadukan dengan putih. Dan terdapat sedikit warna hijau pada bangunan ini.
Universitas Sumatera Utara 51 Gambar 4.25 Graha Maria Annai Velangkanni
Sumber : velangkanni.com
4.5. Inkulturasi pada Graha Maria Annai Velangkanni yang Dipengaruhi oleh Kegiatan Pada Graha Maria Annai Velangkanni ini aktivitas utamanya yaitu untuk beribadah kepada Tuhan dan juga terdapat sarana untuk berdoa secara khusyuk. Namun untuk
memenuhi kegiatan tersebut, ada unsur yang beradaptasi dari arsitektur India dan ada juga yang tidak.
Universitas Sumatera Utara 52 Tabel 3.1 Tabel unsur Inkulturasi pada Graha Maria Annai Velangkanni yang dipengaruhi oleh
aktivitas kegiatan
(Sumber : Hasil olahan data 2020)
Kegiatan Pada Arsitektur India Pada Arsitektur Graha
Inkulturasi
Masuk/Keluar kompleks
Dalam Arsitektur India, sebelum memasuki kuil maka akan melewati gopura terlebih dahulu
Pada Graha Maria Annai
Velangkanni, sebelum memasuki Graha tersebut maka akan
melewati gerbang masuk terlebih dahulu
Gopura pada kuil biasanya mengitari
vimana/bangunan inti dan bentuk gopura tersebut berbentuk seperti piramid.
Pada Graha Maria Annai Velangkanni, bentuknya seperti gerbang namun pada atap gerbang tersebut terdapat miniatur rumah adat batak toba dan batak karo
Beribadah Garbha Griha
merupakan bangunan utama pada kuil
Pada Graha Maria Annai
Velangkanni, bangunan utamanya yaitu Graha yang terletak di tengah tengah kompleks yang terdiri dari 2 lantai.
Graha Maria Annai Velangkanni terdapat unsur inkulturatif India dimana bangunan utama Graha ini bentuknya menyerupai Garbha Griha namun bentuk denahnya menjadi persegi panjang untuk memenuhi
kebutuhan umat yang melaksanakan misa.
Meditasi Ruang pada Arsitektur India untuk
bermeditasi dinamakan Chaitya Griha
Pada Graha Maria Annai Velangkanni terdapat kapel yang berfungsi sebagai
Di dalam kompleks kuil terdapat bangunan ekstra yang dinamakan Chaitya Griha sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara 53 sarana untuk
berdoa
Arsitektur India yang dibahas pada penelitian ini, kemudian konsep tersebut diadaptasi oleh bangunan Graha Maria Annai Velangkanni dengan meletakkan 2 kapel sebagai bangunan ekstra.
Universitas Sumatera Utara 54 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa maka dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni dipengaruhi oleh budaya India. Arsitektur India yang terdapat pada Graha Maria Annai Velangkanni yaitu, ketika memasuki kompleks Graha Maria Annai Velangkanni, maka akan melewati gerbang masuk terlebih dahulu kemudian di dalamnya terdapat pelataran depan, bangunan utama, kapel untuk berdoa dan asrama. Gerbang masuk Graha ini seperti
“gopura” pada arsitektur India. Kapel yang terdapat pada kompleks Graha ini seperti “Chaitya Griha” pada candi. Asrama pada Graha ini sesuai dengan konsep candi yang memiliki
“Vihara”. Dimana vihara pada candi, digunakan sebagai tempat tinggal selama bermeditasi.
Hierarki ruang pada bangunan ini Graha ini yaitu area kurang sakral berada pada lantai 1 yang difungsikan sebagai aula. Lantai dasar adalah simbol bumi dimana orang-orang dari semua iman berkumpul dalam persaudaraan. Kemudian area yang sakralnya berada pada lantai 2 yang difungsikan sebagai tempat ibadah. Lantai 2 adalah tempat yang layak untuk berdoa dan tempat penghormatan kepada Tuhan. Lantai 2 ini kemudian memiliki sub hierarki juga.
Area kurang sakral yaitu berada pada teras depan lantai 2, area sakralnya berada pada ruangan dalam. Dan area tersakralnya berada pada ruangan dalam juga, namun letaknya paling depan dan memiliki elevasi yang lebih tinggi dari area umat.
Elemen Stilistik pada Graha ini banyak ditemukan unsur-unsur India, yaitu ornamen- ornamen dan simbol yang berkaitan dengan India seperti bunga lotus yang merupakan bunga Nasional India, burung Annam yang merupakan burung legendaris dari India, tulisan ayat-ayat