• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sumber Nilai Makna Hidup Dengan Faktor Kepribadian Big Five Pada Dewasa Madya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Sumber Nilai Makna Hidup Dengan Faktor Kepribadian Big Five Pada Dewasa Madya"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SUMBER NILAI MAKNA HIDUP DENGAN FAKTOR

KEPRIBADIAN BIG FIVE PADA DEWASA MADYA

Proposal Skripsi Guna Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Seminar Psikologi Klinis

Oleh:

Vitria

041301051

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas selesainya proposal seminar ini. Tanpa anugerah-Nya proposal ini tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya. Proposal ini merupakan proposal penelitian yang bertujuan untuk meneliti hubungan antara sumber makna hidup dengan faktor kepribadian Big Five. Diharapkan hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi kemanusiaan.

Proposal ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan semua pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada mereka yang telah membantu dalam proses pembuatan proposal ini:

1. Ibu Rodiatul Hasanah Siregar, M.Si selaku dosen pembimbing seminar yang dengan sabar, telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan memberikan petunjuk, saran serta semangat untuk dapat menyelesaikan seminar ini dengan baik.

2. Ibu Raras Sutatminingsih, M.Si selaku dosen penguji II atas waktu, petunjuk dan sarannya yang membangun.

3. Ibu Hasnida, M.Si selaku dosen penguji III atas saran dan masukannya.

4. Ibu Sukaesih Marianti, M.Si dan Ibu Etty Rachmawaty, M.Si selaku staf pengajar psikometri atas masukan dan saran-sarannya mengenai alat ukur dan prosedur pelaksanaan penelitian.

(3)

6. Teman-teman seperjuangan yang sedang mengambil seminar klinis (Meirose Grace, Nurmayani, Sumitro, Johan Chandra, Renny Vidia W., Yolanda, Imee, Dwita Priyanti, Kak Reniaty Regina) atas saran, masukan, dan bahan-bahannya.

7. Teman-teman angkatan 2004 yang sedang mengambil mata kuliah seminar atas masukan-masukannya.

8. Dan semua pihak lainnya yang mungkin tidak disebutkan namanya di sini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam seminar ini, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan seminar ini. Semoga, seminar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2007

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah ... 1

I.B. Identifikasi Masalah ... 7

I.C. Tujuan Penelitian ... 7

I.D. Manfaat Penelitian ... 7

I.D.1. Manfaat teoritis ... 8

I.D.2. Manfaat praktis ... 8

I.E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI II.A. Makna hidup II.A.1. Definisi makna hidup... 9

II.A.2. Karakteristik makna hidup... 9

II.A.3. Sumber-sumber makna hidup ... 10

II.A.4. Makna hidup dan hidup bahagia ... 11

II.A.5. Makna hidup dan kedewasaan ... 12

II.B. Kepribadian II.B.1. Definisi kepribadian dan trait ... 13

II.B.2. The big five personality trait ... 13

(5)

II.B.4. Aplikasi dari big five personality trait ... 17

II.C. Hubungan sumber makna hidup dan faktor kepribadian big five ... 18

II.D. Paradigma... 20

II.E. Hipotesa Penelitian... 21

BAB III METODE PENELITIAN III.A. Identifikasi variabel penelitian ... 22

III.B. Definisi variabel penelitian III.B.1. Sumber nilai makna hidup ... 22

III.B.2. Faktor kepribadian big five ... 23

III.C. Populasi, sampel, dan metode pengambilan sampel III.C.1 Populasi dan sampel penelitian ... 24

III.C.2. Jumlah sampel penelitian... 25

III.C.3. Teknik pengambilan sampel... 25

III.D. Lokasi Penelitian... 26

III.E. Alat ukur penelitian ... 26

III.E.1. Skala sumber makna hidup... 27

III.E.2. Skala faktor kepribadian big five... 27

III.F.Uji coba alat ukur III.F.1. Validitas alat ukur... 28

III.F.2. Reliabilitas alat ukur... 29

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut menjalani hidupnya tanpa suatu tujuan yang jelas. Manusia modern yang hidup dalam kurun teknologi canggih ini memerlukan tujuan hidup yaang jelas dan mantap untuk merespon berbagai perubahan serba cepat, penuh tantangan, dan peluang.

Tujuan hidup adalah hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan. Hidup tanpa tujuan akan menimbulkan ketidakpastian, kebingungan, dan kehampaan yang pada gilirannya akan mengembangkan hidup tanpa makna. Tujuan hidup yang baik adalah sesuatu yang benar-benar didambakan, sangat bermakna, penting, dan berharga (Bastaman, 2007).

(7)

Banyak orang awam berpendapat bahwa makna hidup hanya dapat dicapai pada orang yang memiliki tingkat sosial ekonomi menengah ke atas. Sebenarnya makna hidup ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan (Bastaman, 2007). Karena hidup itu sendiri sudah mempunyai maknanya, maka manusia harus mencari dan bukan menciptakannya.

Dalam mencari makna hidup, ada sumber-sumber makna hidup dimana seseorang dapat menemukan makna di dalamnya. Sumber-sumber makna hidup terbagi 3 yaitu nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan, dan nilai-nilai bersikap (Bastaman, 2007).

Nilai-nilai kreatif adalah kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Bekerja itu dapat menimbulkan makna dalam hidup, secara nyata dapat kita alami sendiri apabila kita adalah seorang yang telah lama tidak berhasil mendapat pekerjaan, kemudian seorang teman menawari suatu pekerjaan. Kalaupun gajinya ternyata tidak terlalu besar, besar kemungkinan kita akan menerima tawaran itu, karena akan merasa berarti dengan memiliki pekerjaan daripada tidak memiliki sama sekali (Bastaman,2007).

(8)

untuk menekuni suatu cabang seni tertentu (Bastaman, 2007). Hal ini bisa kita lihat dari kutipan makna hidup Dalai Lama, pemimpin spiritual Buddhis Tibet:

“While we exist as human beings, we are like tourists on holiday. If we

play havoc and cause disturbance, our visit is meaningless. If during our short stay-100 years at most- we live peacefully, help other and at the very least, refrain from harming or upsetting them, our visit is worthwhile.” (“Selama

kita hidup sebagai manusia, kita seperti turis yang sedang berlibur. Jika kita membuat kekacauan dan menyebabkan gangguan, kunjungan kita tidak bermakna. Jika selama kunjungan kita yang singkat – maksimal 100 tahun – kita hidup dengan damai, membantu yang lain dan setidaknya tidak melukai atau membuat mereka kesal, kunjungan kita akan bermakna.”) (Friend dalam Corey,2006).

Nilai-nilai bersikap yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tak dapat disembuhkan, kematian, dan menjelang kematian, setelah upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal. Penderitaan memang dapat memberikan makna dan guna apabila kita dapat mengubah sikap terhadap penderitaan itu menjadi lebih baik lagi (Bastaman, 2007).

(9)

Richardson, Kreutz, dan Andersen (2003) dalam penelitian mereka mengenai makna hidup pada penderita kanker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial dan faktor neuroticism mempunyai korelasi dengan makna hidup. Korelasi positif yang lebih kuat ditemukan pada hubungan antara makna hidup dengan perceived social support daripada social network support. Hubungan antara makna hidup dan neuroticism adalah berkorelasi negatif (Jim, dkk, 2003). Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan antara sumber makna hidup dengan kepribadian.

Istilah kepribadian mengacu pada karakteristik-karakteristik dari orang tersebut yang bertanggung jawab atas pola yang konsisten dari merasa, berpikir, dan berperilaku. Salah satu pendekatan dalam mempelajari kepribadian adalah melalui pendekatan trait. Trait adalah karakteristik psikologis yang stabil sepanjang waktu dan situasi. Trait mengacu pada pola yang konsisten dari cara individu merasa, berpikir, dan berperilaku (Pervin, 2005).

Selama bertahun-tahun, peneliti-peneliti trait termasuk Eysenck, Cattell, dan yang lainnya berdebat mengenai jumlah dan sifat dari dimensi alami dari trait. Banyak peneliti sekarang setuju bahwa perbedaan individual bisa disusun dalam 5 dimensi yang luas dan bipolar. Ini dikenal dengan dimensi trait “Big Five” atau

Five Factor Model (Pervin, 2005).

Five Factor Model ini dikemukakan oleh Costa dan McCrae. Adapun kelima

(10)

Neuroticism berbeda dari kestabilan emosional dengan adanya perasaan-perasaan negatif, mencakup kecemasan, kesedihan, mudah tersinggung, dan gelisah. Karakteristik orang dengan neuroticism tinggi adalah khawatir, gelisah, emosional, merasa tidak aman , tidak cakap, dan hypochodriacal (Pervin, 2005).

Keterbukaan terhadap pengalaman (Openness to Experience) menjelaskan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas dari kehidupan mental dan pengalaman individu. Karakteristik orang dengan openness yang tinggi adalah selalu ingin tahu, punya ketertarikan yang beragam, kreatif, orisinil, penuh daya khayal, tidak tradisional (Pervin, 2005).

Extraversion menjelaskan hubungan interpersonal individu. Karakteristik orang dengan extraversion tinggi adalah mudah berhubungan dengan orang lain, aktif, cerewet, person-oriented, optimis, suka bersenang-senang, dan penuh kasih sayang (Pervin, 2005).

Agreeableness sama seperti extraversion juga menjelaskan hubungan dengan orang lain. Karakteristik orang dengan Agreeableness tinggi adalah berhati lembut, bersifat baik, mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, mudah tertipu, dan jujur (Pervin, 2005).

Conscientiousness menjelaskan perilaku yang berorientasi pada tugas dan tujuan dan kontrol impuls. Karakteristik orang dengan conscientiousness tinggi adalah terorganisir, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, dan tekun (Pervin, 2005).

(11)

“Hubungan antara makna hidup dan The Big Five Personality Trait pada dewasa muda dan lansia” menghubungkan antara skor yang didapat dari kuesioner NEO-FFI dengan dua pengukuran makna hidup yang berbeda yaitu Reker’s Personal

Meaning Index (PMI) dan Halama’s Life Meaningfulness Scale (LMS). Hasilnya

ia menemukan bahwa koefisien korelasi antara extraversion dan makna hidup bervariasi antara 0,29 sampai 0,42 dan untuk neuroticism dan makna hidup antara -0,39 sampai -0,60. Hubungan juga ditemukan antara makna hidup dan

conscientiouness (korelasi antara 0,31 sampai 0,57) (Halama, 2005).

Penelitian tentang hubungan antara makna hidup dengan kepribadian juga dilakukan oleh Steger, Kashdan, Sullivan, dan Lorentz (2006). Berbeda dari Halama yang meneliti tentang hubungan adanya makna hidup dengan kepribadian, Steger justru meneliti pencarian makna hidup dengan kepribadian. Hasilnya, orang yang sedang mencari makna hidup tinggi dalam skor neuroticism,

openness, dan agreeableness (Steger,dkk, 2006).

Penelitian yang dilakukan Diener, Oishi, dan Lucas (2002) meneliti tentang hubungan antara kepribadian, kebudayaan dan subjective well being (SWB).

Subjective well being adalah evaluasi emosional dan kognitif individu tentang

hidup mereka, mencakup kebahagiaan, kedamaian, pemenuhan, dan kepuasan hidup. Disposisi kepribadian seperti extraversion, neuroticism, dan harga diri mempunyai pengaruh yang berarti terhadap tingkat SWB seseorang (Diener, dkk, 2002).

(12)

serius pada orang muda” menunjukkan bahwa individu yang melakukan percobaan bunuh diri mempunyai perasaan putus asa, neuroticism, introversion, harga diri yang rendah, impulsif, dan locus of control eksternal (Beautrais, dkk, 1999). Percobaan bunuh diri merupakan salah satu akibat yang timbul dari keadaan tidak bermakna.

Dari penjelasan di atas, peneliti ingin mengkaji hubungan antara sumber nilai makna hidup dengan kelima faktor dalam teori kepribadian Big Five. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa menemukan makna hidupnya, yang berbeda hanya pada kecenderungan mereka untuk bisa menemukan makna dalam peristiwa-peristiwa tertentu. Kepribadian sebagai salah satu faktor yang mendasari perilaku, perasaan, dan pikiran manusia mungkin mempengaruhi dalam hal ini.

B. Identifikasi Permasalahan

Dari penjelasan di atas maka peneliti ingin mengkaji hubungan sumber nilai makna hidup dengan faktor dalam teori kepribadian Big Five. Apakah ada hubungan antara sumber nilai makna hidup dengan kelima faktor dalam teori kepribadian Big Five?

C. Tujuan Penelitian

(13)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ada 2 yaitu :

1. Manfaat praktis yaitu untuk membantu individu dalam menemukan sumber makna hidup mereka sesuai dengan kepribadian.

2. Manfaat teoritis yaitu untuk menambah khasanah pengetahuan di bidang psikologi klinis khususnya mengenai makna hidup dan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan: yang berisikan uraian singkat mengenai latar belakang masalah, identifikasi permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik manfaat praktis maupun manfaat teoritis dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori: yang berisikan mengenai teori makna hidup dan sumber makna hidup, teori kepribadian Big Five, hubungan antara sumber makna hidup dan faktor kepribadian dalam teori kepribadian Big Five, dan hipotesa penelitian.

(14)

Bab IV Analisa dan Interpretasi Data yang berisikan gambaran umum subjek penelitian, uji asumsi penelitian, hasil utama penelitian, deskripsi data penelitian, hasil penelitian tambahan.

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sumber Nilai Makna Hidup

1. Definisi Sumber Nilai Makna Hidup

Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang neuropsikiater keturunan Yahudi dari kota Wina, Austria. “Logos” dalam bahasa Yunani selain berarti makna, juga meliputi rohani. Seperti halnya aliran-aliran psikologi lainnya, Logoterapi pun memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainnya berhubungan erat dan saling menunjang, yakni kebebasan berkehendak, kehendak hidup bermakna, dan makna hidup (Bastaman, 1996).

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (Bastaman, 2007). Sumber nilai makna hidup adalah area-area yang berbeda atau tema-tema pribadi dimana orang bisa menemukan makna hidup di dalamnya (Reker dalam Edwards,2007).

2. Karakteristik Makna Hidup

(16)

a. Makna hidup sifatnya unik, pribadi dan temporer, artinya apa yang dianggap berarti oleh seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain. Mungkin pula apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat ini bagi seseorang, belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada saat lain.

b. Sifat lain dari makna hidup adalah spesifik dan nyata, dalam artian makna hidup benar-benar ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari, serta tidak perlu selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstrak-filosofis, tujuan-tujuan idealistis, dan prestasi-prestasi akademis yang serba menakjubkan. Mengingat keunikan dan kekhususannya itu, makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus dicari, dijajagi, dan ditemukan sendiri.

c. Sifat lainnya dari makna hidup adalah memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan kita, sehingga makna hidup seakan-akan menantang kita untuk memenuhinya (Bastaman, 2007).

3. Sumber-sumber Nilai Makna Hidup

Menurut Frankl (), makna hidup bisa berasal dari 3 sumber utama yaitu apa yang seseorang berikan pada dunia (nilai kreatif), apa yang seseorang ambil dari dunia ini (nilai penghayatan) , dan sikap seseorang terhadap penderitaan di dunia ini (nilai bersikap). Bastaman (2007) memaparkan mengenai ketiga sumber nilai makna hidup Frankl secara lebih terperinci yaitu :

(17)

tanggung jawab. Menekuni suatu pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya merupakan salah satu contoh dari kegiatan berkarya.

b. Nilai-nilai penghayatan yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. Tidak sedikit orang-orang merasa menemukan arti hidup dari agama yang diyakininya, atau ada orang-orang yang menghabiskan sebagian besar usianya untuk menekuni suatu cabang seni tertentu. Cinta kasih dapat menjadikan pula seseorang menghayati perasaan berarti dalam hidupnya. Dengan mencintai dan merasa dicintai, seseorang akan merasakan hidupnya penuh dengan pengalaman hidup yang membahagiakan.

(18)

4. Makna Hidup dan Hidup Bahagia

Membicarakan masalah kehendak untuk hidup bermakna dan makna hidup sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah makna hidup sama dengan kebahagiaan? Apakah hidup secara bermakna identik dengan hidup bahagia? Bagaimana kebahagiaan dapat dicapai?”. Terhadap pertanyaan-pertanyaan serupa ini logoterapi mengajukan pandangan bahwa makna hidup tidak identik dengan kebahagiaan ataupun kekayaan dan kekuasaan, walaupun semuanya ada hubungannya (Bastaman, 2007).

Dalam hal ini kebahagiaan adalah ganjaran dari usaha menjalankan kegiatan-kegiatan yang bermakna, sedangkan kekayaan dan kekuasaan merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan bermakna dan mungkin pula dapat menjadikan hidup ini lebih berarti. Yang pasti kekayaan dan kekuasaan dapat membantu menimbulkan kemudahan-kemudahan dalam hidup, asal pemilik kekayaan dan kekuasaan itu mampu menggunakannya dengan baik dan benar dalam niat, tujuan, dan cara-cara pelaksanaannya. Dengan demikian, hidup yang bermakna adalah corak kehidupan yang sarat dengan kegiatan, penghayatan, dan pengalaman-pengalaman bermakna, yang apabila hal itu terpenuhi akan menimbulkan perasaan-perasaan bahagia dalam kehidupan seseorang (Bastaman, 2007).

5. Makna Hidup dan Kedewasaan

(19)

pembelajaran dan pertumbuhan ini adalah kedewasaan yang dicirikan dengan peningkatan pengalaman dan pemahaman (Lukas,1985).

Dalam prakteknya, Lukas sering menemukan korelasi antara orientasi nilai dan tingkat kedewasaan. Alasan utama untuk pencarian makna hidup yang nekat pada masa sekarang ini adalah penundaan kedewasaan dari generasi kita, khususnya jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecerdasan dan keterampilan teknis kita yang cepat. Setiap orang melalui 3 fase : pencarian umum atas makna hidup, menemukan makna tunggal yang penting, dan akhirnya menyadari bahwa masih banyak tugas bermakna yang menunggu (Lukas, 1985).

6. Metode Menemukan Makna Hidup

Kelima metode dalam menemukan makna hidup yaitu (Bastaman,1996): a. Pemahaman pribadi

Metode ini pada dasarnya membantu memperluas dan mendalami beberapa aspek kepribadian dan corak kehidupan seseorang.

b. Bertindak positif

Metode bertindak positif didasari oleh pemikiran bahwa dengan cara membiasakan diri melakukan tindakan-tindakan positif, akan memberi dampak positif terhadap perkembangan pribadi dan kehidupan sosial seseorang.

c. Pengakraban hubungan

(20)

anggota keluarga, teman, dan rekan sekerja) sebab dalam hubungan pribadia yang akrab dengan seseorang benar-benar merasa diperlukan dan memerlukan orang lain, dicintai dan mencintai orang lain tanpa mementingkan diri sendiri.

d. Pendalaman tri nilai

Yang dimaksud dengan pendalaman tri nilai adalah usaha-usaha untuk memahami benar-benar nilai kreatif, nilai penghayatan, dan nilai bersikap.

e. Ibadah

Ibadah adalah segala kegiatan melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan dan mencegah diri dari hal-hal yang dilarang-Nya menurut ketentuan agama. Ibadah yang dilakukan secara khidmat sering menimbulkan perasaan tentram, mantap, dan tabah seakan-akan mendapat bimbingan dalam melakukan tindakan-tindakan penting.

B. Faktor Kepribadian Big Five

1. Definisi Kepribadian

(21)

dalam suatu cara tertentu, contoh : kecenderungan untuk berperilaku ramah, atau merasa cemas dan gelisah (Pervin, 2005).

2. Model Kepribadian Lima Faktor

Seperti yang kita ketahui, psikolog membangun teori kepribadian dari tipe-tipe variabel yang berbeda-beda. The Big Five Personality trait atau Five factor

model ini dibangun dengan pendekatan yang lebih sederhana. Di sini, peneliti

mencoba untuk menemukan unit dasar dari kepribadian dengan menganalisa kata-kata yang digunakan bukan hanya oleh psikolog tetapi orang awam untuk menjelaskan kepribadian. Prosedur dasar dalam penelitian ini adalah menyuruh individu merating diri mereka sendiri atau orang lain dalam trait yang beragam yang diambil secara hati-hati dari kamus. Rating itu kemudian dianalisis faktor untuk melihat trait-trait mana saja yang muncul bersamaan (Pervin, 2005).

Banyak psikolog trait yang melihat faktor-faktor kepribadian Big Five sebagai deskriptif, atau percaya bahwa masing-masing faktor berhubungan dengan sistem psikologis kompleks yang mendasarinya. Dalam beberapa tahun belakangan, pandangan teoritis yang lebih sederhana dikembangkan oleh McCrae dan Costa. Mereka menyebut ide mereka teori five factor. The five factor model adalah taksonomi tipe kepribadian yang komprehensif, yang bertujuan untuk menunjukkan pola pikiran, perasaan, dan tindakan yang konsisten. Teori five

factor mengklaim bahwa kelima trait utama itu bukan hanya deskripsi tentang

(22)

semua orang dalam jumlah yang bervariasi. Trait itu dikatakan mempengaruhi perkembangan psikologis setiap individu (Pervin, 2005).

3. Faktor-faktor dalam five factor model

Faktor-faktor dalam teori kepribadian five factor model yaitu Neuroticism,

Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness. Definisi serta

karakteristik orang dengan skor yang tinggi dan skor yang rendah dari faktor-faktor tersebut bisa dilihat dari tabel di bawah yang merupakan hasil penelitian dari Costa dan McCrae (Pervin, 2005).

Tabel 1. Indikator dan Karakteristik Faktor Kepribadian

Karakteristik Orang dengan Skor

Tinggi

Skala Trait Karakteristik Orang denga Skor Rendah

khawatir, gelisah, emosional, merasa tidak aman, tidak cakap,

hypochodriacal

Neuroticism

Menilai penyesuaian versus

ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi individu yang

rentan terhadap distress, ide-ide yang tidak realistis, keinginan yang berlebih, dan respon coping yang maladaptif.

Tenang, santai, tidak emosional, tegar, merasa aman, dan puas atau bangga terhadap diri sendiri.

mudah

berhubungan dengan orang lain, aktif, cerewet, person-oriented, optimis, suka bersenang-senang, dan penuh kasih sayang

Extraversion Menilai kuantitas dan intensitas dari interaksi

interpersonal, tingkat keaktifan, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk

kesenangan.

Lambat dalam menunjukkan

perasaan, serius dan bertanggungjawab,

tidak semangat, tidak ramah, berorientasi tugas, pendiam

selalu ingin tahu, punya ketertarikan yang beragam,

Openness

Menilai pencarian yang proaktif dan menghargai pengalaman, toleransi dan

(23)

kreatif, orisinil, penuh daya khayal, tidak tradisional

mengeksplorasi hal-hal yang tidak familiar. mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, mudah tertipu, dan jujur

Agreeableness

Menilai kualitas dari orientasi interpersonal seseorang yang bervariasi menurut suatu kontinum dari merasa kasihan sampai antagonis dalam pikiran, perasaan, dan perbuatan

Sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, keras, disiplin diri, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, dan tekun

Conscientiousness

Menilai tingkat keteraturan, ketahanan,dan motivasi individu dalam perilaku yang

berorientasi pada tujuan.

Tidak punya tujuan, malas, ceroboh, cuek, tidak punya keinginan yang kuat, hedonis.

4. Aplikasi dari Big Five Personality Trait a. Pilihan Karir

Psikolog yang tertarik dalam area perilaku vocational atau karir mengemukakan bahwa kepribadian berhubungan dengan jenis karir yang akan dipilih oleh seseorang dan bagaimana mereka berfungsi dalam pekerjaannya. Pendapat ini menyatakan bahwa orang dengan karakteristik tertentu akan memilih pekerjaan tertentu dan berfungsi lebih baik dalam beberapa pekerjaan daripada yang lainnya. Sebagai contoh, menurut five

factor model, individu yang tinggi pada skor extraversion akan memilih

(24)

skor openness to experience akan memilih dan lebih baik pada pekerjaan seni dan investigatif.

b. Kesehatan dan panjang umur

Pendapat tentang kepribadian berhubungan dengan kesehatan bisa dilihat pada masa Yunani kuno, yang percaya bahwa ada hubungan antara penyakit dan temperamen. Suatu studi jangka panjang menemukan pentingnya sikap teliti (conscientiousness) dalam memprediksi orang yang hidup lebih lama. Orang dewasa yang pada masa kanak-kanaknya lebih teliti (menurut rating dari orang tua dan guru pada usia 11 tahun) secara signifikan hidup lebih lama.

c. Diagnosis dan treatment gangguan psikologis

Sejumlah peneliti Big Five berpendapat bahwa banyak jenis perilaku abnormal merupakan versi ekstrim dari trait kepribadian normal. Contohnya, kepribadian kompulsi bisa dilihat sebagai seseorang yang sangat tinggi pada skor conscientiousness dan neuroticism dan kepribadian antisosial sebagai seseorang yang sangat rendah pada skor agreeableness dan conscientiousness (Pervin, 2005).

5. Perbedaan Usia dan Jenis Kelamin dalam Kepribadian

(25)

ditemukan pada budaya lain. Hal ini berarti perubahan usia adalah proses pematangan intrinsic (McCrae, 2002).

Costa, Terracciano, dan McCrae (2001) meneliti tentang perbedaan jenis kelamin pada 26 budaya. Di Amerika Serikat, wanita khususnya mempunyai skor lebih tinggi dibandingkan lelaki dalam faktor N dan A, begitu juga beberapa facet tertentu dari E dan O (contohnya, kehangatan dan keterbukaan terhadap keindahan) Lelaki biasanya lebih tinggi dalam facet tertentu pada E dan O, yaitu Asertivitas dan keterbukaan terhadap ide. Sedikit perbedaan jenis kelamin ditemukan pada faktor C (dalam McCrae, 2002)

C. Hubungan antara Sumber Makna Hidup dan Faktor Kepribadian Big

Five

Sumber-sumber makna hidup tentunya akan berbeda dari satu individu dengan individu lainnya. Hal ini sesuai dengan karakteristik makna hidup yang sifatnya unik dan personal. Sumber makna hidup dibentuk oleh budaya, etnis, faktor sosiodemografis, dan tahap perkembangan (Reker dalam Edwards, 2007). Makna hidup sendiri dipengaruhi oleh faktor usia, dukungan sosial, dan kepribadian. Lukas (1985) menyatakan dalam prakteknya ia menemukan korelasi yang kuat antara orientasi makna hidup dan tingkat kedewasaan. Hubungan antara makna hidup dengan dukungan dan kepribadian diteliti oleh Heather, dkk dalam penelitian mereka mengenai makna hidup pada penderita kanker (Heather, 2003).

(26)

berperilaku. Kepribadian menentukan bagaimana individu melihat dan bereaksi terhadap kejadian-kejadian dalam hidupnya. Bermakna atau tidaknya suatu kejadian dalam hidupnya dipengaruhi oleh cara individu memandang kejadian itu.

Dari beberapa pendekatan kepribadian, atau Five Factor model yang dikembangkan oleh Costa & McCrae merupakan salah satu pendekatan yang sederhana dan deskriptif dalam menggambarkan kepribadian manusia. Menurut pendekatan ini, ada 5 faktor kepribadian yaitu Neuroticism, Extraversion,

Openness to Experience, Agreeableness, dan Conscientiousness.

Penelitian tentang hubungan antara makna hidup dengan kepribadian telah banyak diteliti oleh para ahli. Halama dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara makna hidup dan The Big Five Personality Trait pada dewasa muda dan lansia” menghubungkan antara skor yang didapat dari kuesioner NEO-FFI dengan dua pengukuran makna hidup yang berbeda yaitu Reker’s Personal

Meaning Index (PMI) dan Halama’s Life Meaningfulness Scale (LMS). Penelitian

tentang hubungan antara makna hidup dengan kepribadian juga dilakukan oleh Steger, dkk. Berbeda dari Halama yang meneliti tentang hubungan adanya makna hidup (presence of meaning) dengan kepribadian, Steger justru meneliti pencarian makna hidup (search for meaning) dengan kepribadian. Hasilnya, orang yang sedang mencari makna hidup tinggi dalam skor Neuroticism, Openness, dan

Agreeableness (Steger, 2006).

(27)

sumber makna hidup dengan faktor-faktor yang terdapat dalam teori kepribadian

Big Five.

D. PARADIGMA

?

Keterangan gambar :

maksudnya memiliki atau di dalamnya terdapat maksudnya dipengaruhi oleh

maksudnya salah satu teorinya

maksudnya terdiri dari

maksudnya hubungan

Manusia Makna Hidup

Sumber-sumber makna hidup

Nilai kreatif

Nilai penghayatan

Nilai bersikap kepribadian

neuroticism

usia Dukungan sosial

Big Five Personality

extraversion

conscientiousnes openness

(28)

E. Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesa yaitu: ada hubungan yang signifikan antara sumber-sumber nilai makna hidup dan faktor-faktor dalam

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yaitu metode penelitian yang bertujuan melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini variabel yang terlibat adalah:

Variabel Bebas : Faktor kepribadian Big Five Variabel Tergantung : Sumber nilai makna hidup

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber Nilai Makna Hidup

Sumber nilai makna hidup adalah nilai-nilai yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan.

(30)

a. Nilai-nilai kreatif yaitu kegiatan berkarya, bekerja, mencipta dan melaksanakan tugas sebaik-baiknya serta penuh tanggung jawab.

b. Nilai-nilai penghayatan yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta kasih. c. Nilai-nilai bersikap yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan

keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tidak dapat disembuhkan, kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal.

Skor tinggi pada salah satu nilai menunjukkan kecenderungan individu untuk menemukan makna hidup pada nilai tersebut dan begitu juga sebaliknya.

2. Faktor Kepribadian Big Five

Faktor Kepribadian Big Five adalah kelima faktor yang terdapat dalam teori kepribadian Big Five yang menentukan bagaimana individu berpikir, merasa dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor Kepribadian Big Five diungkap melalui skala faktor kepribadian Big

Five yang disusun oleh peneliti berdasarkan defenisi yang dibuat oleh Costa dan

McCrae (dalam Pervin, 2005). Adapun kelima faktor kepribadian Big Five adalah: a. Neuroticism

Tipe kepribadian ini mengindikasikan kecenderungan untuk memiliki pemikiran dan perasaan negatif.

b. Extraversion

(31)

c. Openness

Tipe kepribadian ini mengindikasikan keterbukaan dan ketertarikan pada budaya.

d. Agreeableness

Tipe ini menggambarkan bagaimana kita cenderung berinterkasi dengan orang lain.

e. Conscientiousness

Tipe kepribaian ini menggambarkan bagaimana terorganisir dan persistennya kita dalam mencapai tujuan kita.

Skor tinggi pada salah satu faktor menunjukkan bahwa individu mempunyai kepribadian yang lebih dominan pada faktor tersebut dan begitu pula sebaliknya.

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu hendak digeneralisasikan (Hadi, 2000).

Karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(32)

banyak peristiwa dan pengalaman dalam hidupnya. Pengalaman hidup yang beragam akan semakin memperkaya makna hidup seseorang.

b. Bertempat tinggal di kota Medan. 2. Sampel Penelitian

Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat digeneralisasikan kepada populasinya.

Sebagaimana menurut Hadi (2000) syarat utama agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan maka sebaiknya sampel penelitian harus benar–benar mencerminkan keadaan populasinya atau dengan kata lain harus benar-benar representatif. Jumlah sampel yang direncanakan dalam penelitian ini adalah 100 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun upaya untuk memperoleh sampel penelitian dalam penelitian ini, digunakan teknik incidental sampling dimana hanya grup-grup yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai yang diselidiki (Hadi, 2000).

D. Lokasi Penelitian

(33)

E. Alat Ukur Penelitian

Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penskalaan model Likert. Penskalaan ini merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2005).

Prosedur penskalaan model Likert ini didasari oleh dua asumsi:

1. Setiap pernyataan yang ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorabel atau pernyataan yang unfavorabel.

2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.

Hadi (2000) mengemukakan bahwa skala psikologis mendasarkan diri pada laporan–laporan pribadi. Selain itu skala psikologis memiliki kelebihan dengan asumsi sebagai berikut:

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan oleh subjek tentang kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan–pernyataan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Selain itu metode skala psikologis digunakan dalam penelitian atas dasar pertimbangan:

1. Metode skala psikologis merupakan metode yang praktis.

(34)

3. Metode skala psikologis merupakan metode yang dapat menghemat tenaga dan ekonomis.

Skala ini menggunakan skala model Likert. Skala ini terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu: Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S) dan Sangat Sesuai (SS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable (mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk pernyataan

favourable yaitu STS = 1, TS = 2, S = 3 dan SS = 4. Sedangkan bobot untuk

pernyataan unfavourable yaitu STS = 4, TS = 3, S = 2 dan SS = 1. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Gambaran Penilaian Skala Likert Pada Penelitian

BENTUK PERNYATAAN SKOR

1 2 3 4

Favourable STS TS S SS

Unfavourable SS S TS STS

1. Skala Sumber Nilai Makna Hidup

Skala sumber nilai makna hidup digunakan untuk mengetahui pada sumber-sumber apakah subjek dapat menemukan makna hidupnya. Skala ini disusun berdasarkan tri-nilai sumber makna hidup (dalam Bastaman, 2007) yaitu:

a. Nilai-nilai kreatif yaitu kegiatan berkarya, bekerja, mencipta dan melaksanakan tugas sebaik-baiknya serta penuh tanggung jawab.

(35)

c. Nilai-nilai bersikap yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tidak dapat disembuhkan, kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal.

Tabel 3

Distribusi Aitem Skala Sumber Nilai Makna Hidup Sebelum Uji Coba.

Sumber Makna

Hidup

Aspek Sumber Makna Hidup F UF Total

Nilai kreatif

1. kegiatan berkarya dan mencipta

1,8,20, 27,35,45

10,37 8

2. kegiatan bekerja dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya

1. keyakinan dan penghayatan akan nilai kebenaran

3,12 16 3

2. keyakinan dan penghayatan akan nilai kebajikan dan cinta kasih

4,13,23, 29, 42

17,30 7

3. keyakinan dan penghayatan akan nilai keindahan.

5,14,24, 31 38 5

4. keyakinan dan penghayatan akan nilai keimanan dan keagamaan

6,15,25, 46 43 5

Nilai bersikap

(36)

2. Skala Faktor Kepribadian Big Five

Skala faktor kepribadian Big Five digunakan untuk mengetahui profil kepribadian dari subjek. Skala ini disusun berdasarkan defenisi yang dibuat oleh Costa dan McCrae (dalam Pervin, 2005), yaitu:

a. Neuroticism

Menilai penyesuaian versus ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi individu yang rentan terhadap distress, ide-ide yang tidak realistis, keinginan yang berlebih, dan respon coping yang maladaptif.

b. Extraversion

Menilai kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal, tingkat keaktifan, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk kesenangan.

c. Openness

Menilai pencarian yang proaktif dan menghargai pengalaman, toleransi dan mengeksplorasi hal-hal yang tidak familiar.

d. Agreeableness

Menilai kualitas dari orientasi interpersonal seseorang yang bervariasi menurut suatu continuum dari merasa kasihan samapai antagonis dalam pikiran, perasaan, dan perbuatan.

e. Conscientiousness

(37)

Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Faktor Kepribadian Big Five

Sebelum Uji Coba.

Faktor

1. mengidentifikasi individu yang rentan terhadap distress

1,40,54, 70

21 5

2. ide-ide yang tidak realistis 2,41,75 22,60 5

3. keinginan yang berlebihan 3,42,85 23,61 5

4. respon coping yang maladaptif

4,43,55, 87

24 5

Extraversion

1. kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal

5,44 62,79,90 5

2. tingkat keaktifan 6,45,76 25,95 5 3. kebutuhan akan stimulasi 7,46,88 26,98 5 4. kapasitas untuk

bersenang-senang

8,47 27,63, 101

5

Openness

1. pencarian pengalaman yang proaktif dan menghargai pengalaman

2. toleransi dan mengeksplorasi hal-hal yang

tidak familiar

1. mudah terharu dan merasa simpati terhadap penderitaan orang lain

13,78 32 3

2. Mudah percaya pada orang lain

1. keteraturan dalam bekerja

18,74, 93 37,68,99 6

2. ketahanan dalam bekerja 19,86, 100

38,82,96 6

3. motivasi dalam bekerja 20,51,59, 71,84,94

(38)

54 47 101

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Hal-hal yang dilakukan saat melakukan uji coba alat ukur ini adalah: 1. Validitas

Azwar (2005) mendefinisikan validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Skala sumber makna hidup dan skala faktor kepribadian Big Five dalam penelitian ini menggunakan validitas isi.

Cara menguji validitas isi ialah dengan analisis rasional melalui konsultasi dengan dosen konsentrasi bidang psikologi umum dan eksperimen, sehingga diperoleh aitem-aitem mana yang layak dan tidak layak untuk diuji coba sebagai alat ukur. Adapun cara-cara untuk menguji validitas isi yaitu dengan membuat

blueprint berdasarkan teori.

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu untuk membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih item yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000).

(39)

kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien item total yang dikenal dengan indeks daya beda butir pernyataan (Azwar, 2000). Uji daya beda butir pernyataan ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini, yaitu skala sikap. Setiap butir pernyataan pada skala ini akan dikorelasikan dengan skor total skala.

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dari suatu alat ukur dapat dipercaya. Uji reliabilitas untuk kedua skala dalam penelitian menggunakan pendekatan konsistensi internal hanya diperlukan satu kali pengukuran pada sekelompok subjek. Formula reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien reliabilitas apha dari Cronbach.

Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 13.0 for windows.

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur

1. Skala sumber nilai makna hidup

Berdasarkan analisis dari 50 aitem yang diujicobakan, sebanyak 18 aitem dinyatakan gugur karena memiliki indeks daya beda aitem yang rendah, sehingga jumlah aitem yang digunakan untuk pengambilan data sebenarnya adalah sebanyak 32 aitem.

(40)

Tabel 5. Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas

Skala Sumber Nilai Makna Hidup

Sumber nilai makna hidup

Indeks daya beda aitem

(rix)

Reliabilitas

Nilai kreatif 0,362 – 0,658 0,848 Nilai Penghayatan 0,295 – 0,679 0,800 Nilai Bersikap 0,313 – 0,592 0,725

Distribusi aitem-aitem skala sumber nilai makna hidup setelah uji coba disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Distribusi Aitem-aitem Skala Sumber Nilai Makna Hidup

Setelah Uji Coba

Aspek Sumber Makna Hidup F UF

Nilai kreatif

1. kegiatan berkarya dan mencipta 20,27,35, 45

10

2. kegiatan bekerja dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya

2,21,28,36, 41,49

11,22

Nilai penghayatan

1. keyakinan dan penghayatan akan nilai kebenaran

16

2. keyakinan dan penghayatan akan nilai kebajikan dan cinta kasih

4,29,42

3. keyakinan dan penghayatan akan nilai keindahan.

24

4. keyakinan dan penghayatan akan nilai keimanan dan keagamaan

6,15,25,46 43

Nilai bersikap

Menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan.

7,26,32,34, 44,48

19,33,50

(41)

Sebelum digunakan untuk pengambilan data terlebih dahulu aitem-aitem tersebut disusun kembali. Distribusi aitem yang baru dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7

Distribusi Aitem-aitem Skala Sumber Nilai Makna Hidup Penelitian

Sumber Makna

Hidup

Aspek Sumber Makna Hidup F UF Total

Nilai kreatif

1. kegiatan berkarya dan mencipta 10,16, 22,28

5 5

2. kegiatan bekerja dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya

1,11,17,

1. keyakinan dan penghayatan akan nilai kebenaran

8 1

2. keyakinan dan penghayatan akan nilai kebajikan dan cinta kasih

2,18,25 3

3. keyakinan dan penghayatan akan nilai keindahan.

13 1

4. keyakinan dan penghayatan akan nilai keimanan dan keagamaan

3,7,14, 29

26 5

Nilai bersikap

Menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan.

2. Skala faktor kepribadian Big Five

(42)

Nilai indeks daya beda aitem dan reliabilitas untuk masing-masing nilai pada skala sumber nilai makna hidup dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas

Skala Faktor Kepribadian Big Five

Sumber nilai makna hidup

Indeks daya beda aitem

(rix)

Reliabilitas

Neuroticism 0,293 – 0,556 0,712

Extraversion 0,312 – 0,589 0,760

Openness 0,316 – 0,643 0,804

Agreeableness 0,306 – 0,555 0,750

Conscientiousness 0,403 – 0,558 0,813

Distribusi aitem-aitem skala sumber nilai makna hidup setelah uji coba disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Distribusi Aitem-aitem Skala Faktor Kepribadian Big Five

Setelah Uji Coba

Faktor

1. mengidentifikasi individu yang rentan terhadap distress

1,40,54,70

2. ide-ide yang tidak realistis 2,41,75 60 3. keinginan yang berlebihan

4. respon coping yang maladaptif

55 24

Extraversion

1. kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal

5 79

2. tingkat keaktifan 25

3. kebutuhan akan stimulasi 46 26,98

4. kapasitas untuk bersenang-senang

47 27,101

Openness

1. pencarian pengalaman yang proaktif dan menghargai pengalaman

(43)

2. toleransi dan mengeksplorasi hal-hal yang tidak familiar

49 29,52,58,65,91

3. Kreatif dan original 11

4. imaginatif 12 31

Agreeableness 1. mudah terharu dan merasa simpati terhadap penderitaan orang lain

78

2. Mudah percaya pada orang lain

1. keteraturan dalam bekerja 18,74 68

2. ketahanan dalam bekerja 38,82

3. motivasi dalam bekerja 51,59,71,84,94 39

26 25

Sebelum digunakan untuk pengambilan data terlebih dahulu aitem-aitem tersebut disusun kembali. Distribusi aitem yang baru dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Distribusi Aitem-aitem Skala Faktor Kepribadian

Big Five Penelitian

Faktor

1. mengidentifikasi individu yang rentan terhadap distress

1,21,29,37

2. ide-ide yang tidak realistis 2,22,40 33 3. keinginan yang berlebihan

4. respon coping yang maladaptif

30 11

Extraversion

1. kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal

3 41

2. tingkat keaktifan 12

3. kebutuhan akan stimulasi 23 13,50

4. kapasitas untuk bersenang-senang

24 14,51

Openness

1. pencarian pengalaman yang proaktif dan menghargai pengalaman

(44)

2. toleransi dan mengeksplorasi hal-hal yang tidak familiar

25 16,27,31,34,46

3. Kreatif dan original 5

4. imaginatif 6 17

Agreeableness 1. mudah terharu dan merasa simpati terhadap penderitaan orang lain

49

2. Mudah percaya pada orang lain

1. keteraturan dalam bekerja 10,39 36

2. ketahanan dalam bekerja 19,43

3. motivasi dalam bekerja 26,32,38,45,48 20

26 25

H. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Hal-hal yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi penyusunan alat ukur, dan mengujicobakan alat ukur penelitian.

a. Penyusunan Alat Ukur Penelitian

(45)

b. Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Sebelum dijadikan alat ukur yang sebenarnya, maka skala tersebut diuji coba telebih dahulu kepada sejumlah responden. Uji coba alat ukur dilakukan untuk memperoleh alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas memadai. Uji coba skala sumber nilai makna hidup dan skala tipe kepribadian big five dilakukan pada orang yang berbeda. Uji coba skala sumber nilai makna hidup dilakukan pada sampel yang berusia 40- 50 tahun. Dari 70 skala yang disebar, sebanyak 57 skala yang dianalisis. Sisanya 13 skala tidak digunakan untuk uji coba karena ada aitem yang tidak dijawab. Uji coba skala tipe kepribadian big five dilakukan pada sampel yang berusia 20-60 tahun, dengan alasan pada usia tersebut trait relatif stabil. Dari 75 skala yang disebar, sebanyak 67 skala digunakan untuk uji coba. Sisanya 8 skala tidak digunakan karena ada aitem yang tidak dijawab. Uji coba kedua skala ini dilakukan dari tanggal 11-19 April 2008.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian untuk memperoleh data sebenarnya dilakukan setelah diperoleh alat ukur yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengambilan data penelitian dilakukan secara incidental dengan mencari orang yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Pengambilan data dilakukan di beberapa tempat-tempat umum. Skala sumber nilai makna hidup dan skala tipe kepribadian big five diberikan kepada 114 orang yang berusia 40-60 tahun. Tahap pengambilan data penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 April – 10 Mei 2008.

(46)

Setelah data diisi oleh setiap responden dan telah terkumpul seluruhnya, data tersebut diolah dengan menggunakan program SPSS versi 13.0. Pengolahan data penelitian dimulai dengan melakukan uji normalitas, uji linearitas, dan selanjutnya analisa dan interpretasi data.

I. Metode Analisa Data

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, maka teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah korelasi Pearson Product-Moment. Alasan peneliti menggunakan analisa ini adalah karena metode ini cocok digunakan untuk menghubungkan dua variabel (Azwar, 2000). Keseluruhan analisa diolah dengan menggunakan fasilitas program komputer SPSS versi 13.0.

Menurut Hadi (2000), besar kecilnya korelasi selalu dinyatakan dengan angka. Angka korelasi ini disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi selalu bergerak di antara 0.000 dan ± 1.000. Koefisien korelasi dari 0.000 sampai + 1.000 menunjukkan korelasi yang positif, sedang dari 0.000 sampai – 1.000 menunjukkan korelasi yang negatif, dan sebelum data-data yang terkumpul dianalisa secara statistik, maka terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data penelitian telah terdistribusi secara normal dan tidak cenderung pada suatu titik tertentu. Uji normalitas sebaran data digunakan dengan menggunakan uji one-sample

(47)

memperhatikan tingkat kesesuaian antara distribusi sernagkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoretis tertentu. Distribusi teoritis itu merupakan representasi dari apa yang diharapkan di bawah Ho. Tes ini menetapkan suatu titik dimana kedua distribusi itu yakni yang teoritis dan yang terobservasi memiliki perbedaan terbesar. Dengan melihat distribusi samplingnya dapat kita ketahui apakah perbedaan yang besar itu mungkin terjadi hanya karena kebetulan saja. Artinya distribusi sampling itu menunjukkan apakah perbedaan besar yang diamati itu mungkin terjadi apabila observasi-observasi itu benar-benar suatu sampel random (acak) dari distribusi frekuensi itu. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p>0.05. (Siegel, 1992).

2. Uji Linearitas

(48)

BAB IV

ANALISA dan INTERPRETASI DATA

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan analisa sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan gambaran umum subjek dan hasil utama penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan berusia 40-60 tahun yang berada di kota Medan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 114 orang dan diperoleh gambaran serta ciri-ciri subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan status pernikahan. 1. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Secara terperinci, penyebaran subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

40 – 49 tahun 65 57 %

50 – 60 tahun 49 43 %

Total 114 100 %

(49)

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Secara terperinci, penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 12. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 64 56 %

Perempuan 50 44 %

Total 114 100 %

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa subjek penelitian terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 64 orang (56 %) dan sisanya berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 orang (44 %).

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku

Secara terperinci, penyebaran subjek penelitian berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 13. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa subjek penelitian umumnya suku Batak yaitu sebanyak 31 orang (27,2%), sebanyak 29 orang (25,4%) suku Tionghoa, sebanyak 28 orang (24,5%) suku Jawa, sebanyak 11 orang (9,7%) suku

Suku Jumlah Persentase

Aceh 4 orang 3,5 %

Batak 31 orang 27,2 %

Jawa 28 orang 24,5 %

Melayu 11 orang 9,7 %

Padang 6 orang 5,3 %

Tionghoa 29 orang 25,4 %

Lain-lain 4 orang 3,5 %

Tidak diketahui 1 orang 0,9%

(50)

Melayu, sebanyak 6 orang (5,3%) suku Padang, sebanyak 4 orang (3,5%) suku Aceh, sebanyak 4 orang (3,5%) berasal dari suku di luar yang disebutkan di atas, dan 1 orang (0,9%) lagi tidak diketahui.

4. Gambaran Subjek Berdasarkan Agama

Secara terperinci, penyebaran subjek penelitian berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 14. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Agama

Agama Jumlah Persentase

Buddha 23 20,1 %

Islam 61 53,5 %

Kristen Katolik 21 18,4 %

Kristen Protestan 9 8 %

Total 114 100 %

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa subjek penelitian terbanyak beragama Islam yaitu sebanyak 61 orang (53,5 %), sebanyak 23 orang (20,1%) beragama Buddha, sebanyak 21 orang (18,4%) beragama Kristen Katolik dan sisanya beragama Kristen Protestan sebanyak 9 orang (8 %).

5. Gambaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan

Secara terperinci, penyebaran subjek penelitian berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 15. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

Ibu rumah tangga 21 orang 18,4 %

Pegawai negeri 22 orang 19,2 %

Pegawai swasta 9 orang 8 %

Wiraswasta 31orang 27,2 %

Lain-lain 30 orang 26,3 %

Tidak diketahui 1 orang 0,9 %

(51)

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa subjek penelitian bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 31 orang (27,2 %), sebanyak 22 orang (19,2 %) bekerja sebagai pegawai negeri, sebanyak 21 orang (18,4 %) ibu rumah tangga, sebanyak 9 orang (8%) bekerja sebagai pegawai swasta, 1 orang (0,9%) tidak diketahui dan sisanya 30 orang (26,3%) mempunyai pekerjaan di luar yang disebutkan di atas.

6. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Secara terperinci, penyebaran subjek penelitian berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 16. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan

Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase

SD 6 orang 5,3 %

SMP atau sederajat 14 orang 12,3 %

SMA atau sederajat 52 orang 45,6 %

D3, S1, S2, dan S3 41 orang 35,9 %

Tidak diketahui 1 orang 0,9 %

Total 114 100 %

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir subjek terbanyak pada jenjang SMA atau sederajat yaitu 52 orang (45,6 %), jenjang D3, S1, S2, S3 sebanyak 41 orang (35,9%), jenjang SMP atau sederajat sebanyak 14 orang (12,3%), jenjang SD sebanyak 6 orang (5,3%) dan 1 orang (0,9%) tidak diketahui. 7. Gambaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahan

(52)

Tabel 17. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan

Status Pernikahan

Status Pernikahan Jumlah Persentase

Menikah 111 orang 97,7 %

Tidak Menikah 3 orang 2,6 %

Total 114 100 %

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 111 orang (97,7%) sudah menikah, dan sisanya 3 orang (2,6%) tidak menikah.

B. Uji Asumsi Penelitian

Sebelum dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi pada data penelitian yang diperoleh meliputi uji normalitas sebaran, uji linearitas, dan kemudian dilakukan uji hipotesis.

1. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik one-sample

Kolmogorov-Smirnov. Tes Kolmogorov-Smirnov adalah suatu tes yang

(53)

besar yang diamati itu mungkin terjadi apabila observasi-observasi itu benar-benar suatu sampel acak dari distribusi frekuensi itu. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p>0.05 (Siegel, 1992).

Berdasarkan hasil analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa sebaran data kedua variabel tersebut adalah normal. Untuk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 18. Uji Normalitas Sebaran

Variabel Dimensi p Z Keterangan

Sumber Nilai Makna Hidup

Nilai kreatif 0,152 1,136 normal

Nilai penghayatan 0,058 1,332 normal

Nilai bersikap 0,068 1,301 normal

Tipe Kepribadian

Big Five

Neuroticism 0,063 1,136 normal

Extraversion 0,273 0,997 normal

Openness 0,216 1,054 normal

Agreeableness 0,056 1,338 normal

Conscientiousness 0,073 1,288 normal

2. Uji Linearitas Hubungan

(54)

Tabel 19. Uji Linearitas Hubungan

Variabel df F Sig. Keterangan

Hubungan antara nilai kreatif dengan neuroticism

1 21,897 0,000 Linear

Hubungan antara nilai kreatif dengan extraversion

1 7,420 0,008 Linear

Hubungan antara nilai kreatif dengan openness

1 0,603 0,439 Tidak linear

Hubungan antara nilai kreatif dengan agreeableness

1 11,915 0,001 Linear

Hubungan antara nilai kreatif dengan conscientiousness

1 20,048 0,000 Linear

Hubungan antara nilai penghayatan dengan neuroticism

1 5,971 0,016 Linear

Hubungan antara nilai penghayatan dengan extraversion

1 16,449 0,000 Linear

Hubungan antara nilai penghayatan dengan openness

1 1,595 0,210 Tidak linear

Hubungan antara nilai penghayatan dengan agreeableness

1 25,746 0,000 Linear

Hubungan antara nilai penghayatan dengan conscientiousness

1 8,741 0,004 Linear

Hubungan antara nilai bersikap dengan neuroticism

1 9,672 0,002 Linear

Hubungan antara nilai bersikap dengan extraversion

1 5,124 0,026 Linear

Hubungan antara nilai bersikap dengan openness

1 0,012 0,915 Tidak linear

Hubungan antara nilai bersikap dengan agreeableness

1 14,279 0,000 Linear

Hubungan antara nilai bersikap dengan conscientiousness

1 5,109 0,026 Linear

C. Hasil Utama Penelitian

Setelah dilakukan analisis statistik dengan menggunakan korelasi Pearson

Product-Moment maka kita dapat menyimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha

(55)

Tabel 20. Korelasi Sumber Nilai Makna Hidup dengan

Tipe Kepribadian Big Five

Variabel R P Keterangan

Nilai kreatif dengan neuroticism -0,400 0,000 Korelasi negatif

Nilai kreatif dengan extraversion 0,247 0,008 Korelasi positif

Nilai kreatif dengan openness -.0,070 0,457 Tidak

berkorelasi Nilai kreatif dengan agreeableness 0,293 0,002 Korelasi positif Nilai kreatif dengan conscientiousness 0,368 0,000 Korelasi positif Nilai penghayatan dengan neuroticism -0,224 0,016 Korelasi negatif Nilai penghayatan dengan

extraversion

0,363 0,000 Korelasi positif

Nilai penghayatan dengan openness 0,114 0,226 Tidak

berkorelasi Nilai penghayatan dengan

agreeableness

0,433 0,000 Korelasi positif

Nilai penghayatan dengan conscientiousness

0,277 0,003 Korelasi positif

Nilai bersikap dengan neuroticism -0,273 0,003 Korelasi negatif Nilai bersikap dengan extraversion 0,202 0,031 Korelasi positif

Nilai bersikap dengan openness 0,010 0,915 Tidak

berkorelasi Nilai bersikap dengan agreeableness 0,328 0,000 Korelasi positif Nilai bersikap dengan

conscientiousness

0,199 0,034 Korelasi positif

D. Deskripsi Data Penelitian

1. Kategorisasi Sumber Nilai Makna Hidup

Deskripsi data sumber nilai makna hidup dapat dilihat dari perbandingan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik pada tabel berikut.

Tabel 21. Deskripsi Data Sumber Nilai Makna Hidup

Variabel Dimensi Empirik Hipotetik

(56)

Rata-Skala sumber nilai makna hidup terdiri dari 32 aitem dengan 4 pilihan jawaban yang bergerak dari skor 1 sampai 4. Berdasarkan tabel diatas diperoleh, skor rata-rata empirik nilai kreatif lebih besar dari skor rata-rata hipotetik nilai kreatif (E = 41,80 > H = 32,50). Skor rata-rata empirik nilai penghayatan lebih besar dari skor rata-rata hipotetik nilai penghayatan (E = 32,98 > H = 25), dan skor rata-rata empirik nilai bersikap juga lebih besar dari skor rata-rata hipotetik nilai bersikap (E = 27,02 > H = 22,50). Arti dari skor ini ialah bahwa nilai kreatif, nilai penghayatan dan nilai bersikap pada subjek penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan populasi pada umumnya.

Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Berdasarkan skor empirik yang diperoleh dari skala sumber nilai makna hidup, dapat dikategorisasikan menjadi tiga kategori. Untuk mengelompokkan subjek penelitian ke dalam masing-masing kelompok digunakan kategorisasi standar eror pengukuran dengan rumusan sebagai berikut:

Besarnya nilai Se akan memperlihatkan kisaran estimasi skor sebenarnya pada taraf kepercayaan tertentu. Selanjutnya nilai Se akan digunakan untuk melihat nilai Z pada tabel deviasi normal.

(57)

Sx = deviasi standar skor

Se = eror standar dalam pengukuran

 = taraf kepercayaan pengukuran

Kriteria kategori untuk variabel sumber nilai makna hidup dengan jumlah frekuensi dan persentase individu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Kategorisasi Data Empirik Nilai Kreatif

Dimensi Rentang

Nilai

Kategori Frekuensi Persentase

Nilai Kreatif

X ≤ 39 Rendah 33 orang 29 %

39 < X < 45 Sedang 54 orang 47,4 %

X ≥ 45 Tinggi 27 orang 23,6 %

114 orang 100 %

Tabel 23. Kategorisasi Data Empirik Nilai Penghayatan

Dimensi Rentang

Nilai

Kategori Frekuensi Persentase

Nilai

Tabel 24. Kategorisasi Data Empirik Nilai Bersikap

Dimensi Rentang

Nilai

Kategori Frekuensi Persentase

(58)

2. Kategorisasi Faktor Kepribadian Big Five

Deskripsi data faktor kepribadian big five dapat dilihat dari perbandingan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik pada tabel berikut.

Tabel 25. Deskripsi Data Faktor Kepribadian Big Five

Variabel Dimensi Empirik Hipotetik

Min Maks

Gambar

Tabel 2. Gambaran Penilaian Skala Likert Pada Penelitian
Tabel 3
Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Faktor Kepribadian Big Five
Tabel 5. Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas nama Bilwalidayni

nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah. (Mahadewa &amp;

“Malahan kekacauan fikiran yang tidak lagi berpedoman kepada Al-Qur’an itu yang menyebabkan kaum laki-laki berlaku dzalim kepada perempuan, menyebabkan propagandis agama lain

It allows forest management enterprises to provide evidence that the wood they supply has been controlled to avoid wood that is illegally harvested, harvested in

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Distribusi industri tapioka, (2) Karakteristik sosial-ekonomi pengusaha dan tenaga kerja industri tapioka, (3)

Teknik observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang manajemen produk dan pengembangan produk usaha pakaian wanita dewasa pada Nazila collection dalam

Ide-ide yang berpotensi dalam peningkatan performansi dievaluasi melalui Analisa Hirarki Proses dan ide-ide yang tidak memenuhi persyaratan

“Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkanhukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang