TAYANGAN ALA CHEF DAN PENINGKATAN PENGETAHUAN (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Ala Chef di TRANS TV Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Manajemen Tata Boga Akademi
Pariwisata Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Diajukan Oleh :
Edward F Sibuea 060904027
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :
NAMA : EDWARD F SIBUEA
NIM : 060904027
DEPARTEMEN : ILMU KOMUNIKASI
JUDUL : Tayangan Ala Chef dan Peningkatan Pengetahuan
(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Ala Chef di TRANS TV
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Manajemen
Tata Boga Akademi Pariwisata Medan)
Medan, 08 September 2011
Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,
Emilia Ramadhani, S.Sos Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A
Nip.197310212006042001 Nip.196208281987012001
Dekan FISIP USU,
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Tayangan Ala Chef dan Peningkatan Pengetahuan (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Ala Chef di TRANS TV Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Manajemen Tata Boga Akademi Pariwisata Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh tayangan Ala Chef terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa Manajemen Tata Boga Akademi Pariwisata Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya. Teori yang digunakan adalah teori komunikasi, teori komunikasi massa, televisi, efek media massa, teori terpaan media, dan kuliner.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa D3 Manajemen Tata Boga Akademi Pariwisata Negeri Medan stambuk 2008 sampai 2010 yaitu sebanyak 279 orang. Melalui rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka besar sampel yang diambil adalah sebanyak 74 orang responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel stratifikasi proporsional dan sampel acak sederhana. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui dua cara antara lain melalui data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil angket. Dan melalui data sekunder yaitu mengumpulkan data dari literatur dan sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Melalui data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil kuesioner dan wawancara.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien korelasi Rank Order oleh Spearman. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variabel digunakan skala Guildford.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih
karunia-Nya yang senantiasa memberikan kesehatan dan semangat kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada kedua orang
tua penulis, R. Sibuea dan R. Simanjuntak yang senantiasa mendoakan, memberikan
dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Saudariku Riska Tresia Sibuea dan Heppy Christina Sibuea yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis.
Skripsi ini berjudul Tayangan Ala Chef dan Peningkatan Pengetahuan, dibuat sebagai
salah satu persyaratan kelulusan dan perolehan gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian dan
penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai
pihak.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, MA dan Dra. Dayana M.Si selaku Ketua dan Sekretaris
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.
3. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos selaku dosen pembimbing penulis, yang sangat banyak
membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Mulai dari meluangkan waktu,
memberikan saran dan kritik berharga dan berkenan berdiskusi dengan penulis
4. Bapak Drs. Humaizi, MA. selaku dosen wali yang telah membimbing penulis selama
5. Seluruh Staf Dosen dan Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, yang
telah memberikan pendidikan pelajaran, bimbingan serta bantuan lainnya pada penulis
dari semester awal hingga menamatkan perkuliahan.
6. Bapak Drs. Bahagia Tondang, SH, MAP selaku Direktur Akademi Pariwisata Medan
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Akademi
Pariwisata Medan.
7. Seluruh Staf dosen dan Administrasi Akademi Pariwisata Negeri Medan yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis melakukan penelitian di Akademi
Pariwisata Negeri Medan.
8. Teman – teman penulis di Akademi Pariwisata Negeri Medan.
9. Keluarga Penulis Opung, Bapatua, Maktua, Uda, Inanguda, Tante, Tulang yang telah
memberikan berbagai dukungan.
10. Teman-teman dan sahabat penulis di “LANTAI 3 CREATIVE” Kris A Lubis,
Pangeran F Hutapea, Ikram H Angkat dan Johanes Ginting
11. Teman-teman penulis di Departemen Ilmu Komunikasi, terkhusus kepada Nelvita,
Mey, Esther, Andi, Bayu, Yahdi, Hendra.
12. Sahabat-Sahabat penulis di berbagai daerah Anto, David, Toto, Astrada, Frans.
13. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, masih terdapat kekurangan Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kedepannya bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi seluruh
pihak yang membacanya.
Medan, Agustus 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1
BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi ... 17
II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 17
II.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi ... 18
II.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi ... 20
II.1.4. Ruang Lingkup Komunikasi ... 20
II.2. Komunikasi Massa ... 23
II.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 23
II.2.1. Karakteristik Media Massa... 26
II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa ... 26
II.3. Peningkatan Pengetahuan ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Penelitian ... 40
III.2. Lokasi Penelitian ... 40
III.3. Populasi ... 40
III.4. Sampel ... 41
III.6. Teknik Pengumpulan Data ... 43
III.7. Teknik Analisis Data ... 43
III.8. Proses Pengolahan Data ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 47
IV.1.1. Sejarah Singkat Akademi Pariwisata Negeri Medan ... 47
IV.1.2. Visi Akademi Pariwisata Negeri Medan ... 47
IV.1.3. Misi Akademi Pariwisata Negeri Medan ... 47
IV.2. Analisis Tabel Tunggal ... 49
IV.2.1. Karakteristik Responden... 49
IV.2.2. Tayangan Ala Chef di MetroTV ... 51
IV.2.3. Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa ... 66
IV.3. Analisis Tabel Silang ... 78
IV.4. Uji Hipotesis ... 88
IV.5. Pembahasan ... 90
BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan ... 93
V.2. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
DAFTAR TABEL
No. Tabel hal
Tabel 1 : Variabel Operasional ... 14
Tabel 2 : Populasi ... 40
Tabel 3 : Sampel ... 42
Tabel 4 : Jenis Kelamin Responden ... 49
Tabel 5 : Stambuk/angkatan Responden ... 50
Tabel 6 : Penampilan Pembawa Acara/Host Ala Chef di TRANS TV dalam berpakaian ... 51
Tabel 7 : Kemampuan pembawa acara Ala Chef di TRANS TV dalam Menguasai topik Kuliner ... 52
Tabel 8 : Sikap ramah yang dimiliki pembawa acara Ala Chef di TRANS TV dalam menyapa penonton ... 53
Tabel 9 : Kejelasan suara dan artikulasi pembawa acara Ala Chef di TRANS TV ... 54
Tabel 10 : Kemampuan pembawa acara Ala Chef di TRANS TV menggunakan bahasa formal dan informal yang mudah dipahami ... 55
Tabel 11 : Pengalaman yang dimiliki narasumber dalam tayangan Ala Chef di TRANS TV dalam bidang akademis ... 56
Tabel 12 : Kualitas yang dapat dipercaya yang dimiliki Narasumber Ala Chef di TRANS TV ... 57
Tabel 13 : Kesesuaian latar belakang narasumber dalam tayangan Ala Chef di TRANS TV dengan topik yang disajikan ... 58
di TRANS TV ... 59
Tabel 15 : Kerjasama tim antara pelaku yang terlibat dalam tayangan Ala Chef di TRANS TV ... 60
Tabel 16 : Kekompakan antara pelaku dalam penyampaian topik kuliner dalam tayangan Ala Chef di TRANS TV ... 61
Tabel 17 : Topik yang disajikan dalam tayangan Ala Chef di TRANS TV ... 62
Tabel 18 : Keaktualan topik yang disajikan dalam tayangan Ala Chef di TRANS TV ... 63
Tabel 19 : Frekuensi penayangan Ala Chef di TRANS TV dalam satu minggu ... 64
Tabel 20 : Durasi penayangan Ala Chef di TRANS TV... 65
Tabel 21 : Frekuensi mahasiswa menonton Ala Chef di TRANS TV ... 66
Tabel 22 : Pengetahuan kuliner nusantara mahasiswa setelah menonton Ala Chef di TRANS TV ... 67
Tabel 23 : Pengetahuan kuliner internasional mahasiswa setelah menonton tayangan Ala Chef di TRANS TV ... 68
Tabel 24 : Keaktifan dalam kepengurusan organisasi mahasiswa setelah menonton Ala Chef di TRANS TV ... 69
Tabel 25 : Pengetahuan tentang perangkat memasak mahasiswa setelah menonton Ala Chef di TRANS TV ... 70
Tabel 26 : Pengaruh Ala Chef di TRANS TV terhadap Teknik memasak mahasiswa ... 71
Tabel 27 : Pengaruh Ala Chef di TRANS TV terhadap keaktifan belajar mahasiswa ... 72
Tabel 28 : Pengaruh Ala Chef di TRANS TV terhadap proses belajar mahasiswa .... 73
Tabel 30 : Pengaruh tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap keaktifan
Mahasiswa dalam memberikan saran dan suara dalam perkuliahan ... 75
Tabel 31 : Pengaruh tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap sikap mahasiswa
untuk menjadi juru masak yang baik ... 76
Tabel 32 : Hubungan antara kualitas narasumber dalam tayangan Ala Chef
di TRANS TV yang dapat dipercaya dengan sikap mahasiswa untuk
menjadi juru masak yang baik ... 78
Tabel 33 : Hubungan antara topik kuliner yang disajikan dalam tayangan
Ala Chef di TRANS TV dengan keaktifan dalam kepengurusan
organisasi mahasiswa ... 80
Tabel 34 : Hubungan antara topik yang disajikan dalam tayangan Ala Chef
di TRANS TV dengan pengetahuan kuliner nusantara ... 81
Tabel 35 : Hubungan antara topik yang disajikan dalam tayangan Ala Chef
di TRANS TV dengan pengetahuan kuliner internasional ... 83
Tabel 36 : Hubungan antara jenis kelamin dengan teknik memasak mahasiswa
di TRANS TV ... 84
Tabel 37 : Hubungan jenis kelamin dengan kepengurusan organisasi mahasiswa
setelah menonton tayangan Ala Chef di TRANS TV ... 85
Tabel 38 : Hubungan stambuk/angkatan dengan kepengurusan organisasi mahasiswa
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Tayangan Ala Chef dan Peningkatan Pengetahuan (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Ala Chef di TRANS TV Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Manajemen Tata Boga Akademi Pariwisata Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh tayangan Ala Chef terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa Manajemen Tata Boga Akademi Pariwisata Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya. Teori yang digunakan adalah teori komunikasi, teori komunikasi massa, televisi, efek media massa, teori terpaan media, dan kuliner.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa D3 Manajemen Tata Boga Akademi Pariwisata Negeri Medan stambuk 2008 sampai 2010 yaitu sebanyak 279 orang. Melalui rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka besar sampel yang diambil adalah sebanyak 74 orang responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel stratifikasi proporsional dan sampel acak sederhana. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui dua cara antara lain melalui data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil angket. Dan melalui data sekunder yaitu mengumpulkan data dari literatur dan sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Melalui data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil kuesioner dan wawancara.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien korelasi Rank Order oleh Spearman. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variabel digunakan skala Guildford.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Media massa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi massa. Pada
hakikatnya, media massa adalah perpanjangan tangan dan lidah manusia yang sangat berjasa
dalam meningkatkan pengembangan stuktur sosialnya.
Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu
peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa.
Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial
yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.
Menurut R.Mar’at (dalam Effendy,2002:122) acara televisi pada umumnya
mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton, ini adalah hal yang
wajar. Jadi, bila ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona atau latah,
bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi
seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka seolah terhanyut dalam keterlibatan pada
kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi.
Pesan dalam komunikasi massa dikirim dari sumber yang melembaga, bersifat massal
dan melalui alat – alat mekanis. Jika di masa tradisional komunikasi massa tersampaikan
melalui media seperti asap api, kentongan, drama dan bedug, maka di masa sekarang ini
komunikasi tampil dalam rupa media seperti surat kabar, radio, televisi, dan film. Saat ini
televisi telah menjadi media yang penting dikarenakan kemampuannya merasuk ke dalam
pribadi manusia. Tidak sulit menemukan orang yang betah duduk berjam – jam di depan
televisi, sekalipun harus melihat sekian banyak iklan yang menyelinginya.
Televisi dengan kemampuannya mengatasi keterbatasan ruang, jarak dan waktu dapat
mengirimkan sekian banyak informasi pada massa yang tak sedikit jumlahnya. Disamping
itu, informasi yang disampaikan juga dipertegas dengan dukungan gambar , warna yang jelas
dan suara sehingga pencapaian tujuan komunikasi semakin besar. Masing – masing stasiun
televisi senantiasa menyuguhkan tayangan terbaik mereka, mulai yang dikemas khusus sesuai
kelompok untuk anak, remaja, dewasa, bimbingan orangtua, maupun semua umur. Sesuai
jelas bahwa jasa penyiaran diselenggarakan oleh empat lembaga yakni lembaga penyiaran
publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas dan lembaga penyiaran
berlangganan. Dari pengelompokan itu maka di Indonesia sendiri perkembangan industri kini
telah ada 12 stasiun televisi swasta yang berskala nasional, yakni TVRI, RCTI, GLOBAL
TV, MNC TV,INDOSIAR, ANTEVE, SCTV, TRANS TV, TVONE, TRANS7, dan DAAI
TV Indonesia.
Mulai saat itu media massa terus mengalami perkembangan mulai dari media cetak ke
media elektronik, hingga sekarang kehadiran internet yang juga diakui sebagai media massa.
Dari sejarah perkembangan media massa, televisi merupakan jenis media massa yang paling
popular. Televisi merupakan media audio visual yang mampu memberikan informasi secara
cepat, lebih murah, dan lebih menarik. Penyatuan gambar dan suara membuat televisi
menjadi media massa yang mampu menarik perhatian masyarakat luas. Televisi juga
merupakan sumber informasi utama bagi seseorang untuk belajar tentang masyarakat,
nilai-nilai budaya dan adat istiadat serta kebiasaan (Purba, 2006:58).
Sejalan dengan perkembangan media massa, televisi di Indonesia juga mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya stasiun televisi
yang meramaikan industri televisi. Selain itu perkembangan televisi juga terlihat dari
tayangannya yang semakin beragam. Kebutuhan masyarakat yang beragam terhadap
informasi yang didapatnya memicu setiap stasiun televisi berusaha untuk bisa memberikan
tayangan terbaik yang dapat memebuhi kebutuhan masyarakat. Mengingat keterbatasan setiap
stasiun televisi untuk mencakup seluruh kebutuhan dari setiap lapisan masyarakat, maka
TRANS TV sebagai salah stasiun televisi di Indonesia mengkhususkan sasaran khalayaknya
pada golongan menengah, dan kaum akademisi. Sejak 15 Desember 2001 mengudara di
Indonesia, TRANS TV lebih memfokuskan pada acara hiburan yang juga terdapat edukasi di
dalamnya Salah satu contoh Tayangannya adalah Ala Chef yang membahas informasi tentang
Kuliner.
Tahun terus berganti Acara kuliner tetap bertahan di layar kaca, penggemar acara
kuliner tergolong penggemar yang loyal.. Kepala Departemen PR Marketing Trans TV
Hadiansyah, mengatakan, acara kuliner memiliki segmen pasar yang cukup luas dan mampu
menarik iklan. ”Dari sisi rating, acara kuliner saat ini tidak besar, paling mentok 2. Tapi,
acara ini punya penonton loyal, terutama ibu-ibu,” Salah satu contoh tayangan kuliner adalah
Tayangan Ala Chef telah ada sejak Februari 2005. Acara Ala Chef setiap hari Sabtu
dan Minggu Pukul 10.00 WIB WIB. Dalam setiap tayangannya, tema yang diangkat selalu
berbeda. Tayangan ini dikonsep secara menarik, dan selalu membahas tentang Kuliner
terbaru. Acara ini juga dipandu seorang koki yaitu Farah Quinn dan selalu mendatangkan
bintang tamu.
Program tersebut tidak hanya menghibur para penontonnya tetapi juga mendidik khala
yak terutama tentang Kuliner . Dalam tayangan tersebut juga menghadirkan bintang tamu
dari berbagai latar belakang yang sesuai dengan tema tayangannya.
Tayangan Ala Chef memberikan informasi dan edukasi cukup baik mengenai dunia
kuliner. Tayangan Ala Chef tidak hanya menyajikan tentang cara masak memasak namun
juga berusaha memberikan konteks sosial-budaya atas kegiatan kuliner. Farah Queen
biasanya mengajak pemirsanya untuk mengunjungi pasar tradisional. Sambil menjelaskan
bagaimana memilih bahan-bahan masakan yang baik juga menceritakan keunikan
masing-masing pasar yang dia kunjungi. Kelihatannya, ini seperti jalan-jalan biasa. Namun,
sebenarnya kita sedang diajak menyelami akar tradisi kuliner di daerah tertentu. Dari sudut
pasar tradisional yang semrawut, dia berusaha menemukan makanan khas di sana. Lalu,
berbincang-bincang seputar makanan itu dengan pedagangnya. Farah Queen juga mampu
menjelaskan pengaruh budaya tertentu yang terkandung dalam sejumlah masakan yang dia
cicipi dan kadangkala juga menghitung nilai gizi dan kalorinya.
Meskipun dalam tayangan Ala Chef mengangkat masalah Kuliner, namun konsep
acara yang disajikan tidak membuat jenuh penontonnya, seperti yang sering dipikirkan orang
awam. Konsep acara yang disajikan tidak seperti konsep berita yang terkesan kaku dan
membosankan. Namun dikemas secara ringan sehingga dapat dinikmati penontonnya.
Kelebihan lain yang membuat acara ini cukup diminati, juga karena cerita yang mereka
angkat dalam setiap tayangannya adalah dari isu-isu yang sedang hangat di kalangan
masyarakat.
Bukan hanya kalangan pengamat Kuliner saja yang tertarik dengan tayangan ini,
kalangan mahasiswa juga memiliki perhatian khusus terhadap tayangan ini. Terutama
mahasiswa yang ingin menambah pengetahuan di bidang Kuliner.
Jurusan Tata Boga Akademi Pariwisata Medan merupakan Akademi yang erat
hubungannya dengan dunia kuliner. Informasi Kuliner merupakan hal penting yang dapat
ruang lingkupnya masih terbatas yaitu kegiatan yang ada di sekitar kampus. Kegiatan
eksternal kampus seperti organisasi menjadi satu wadah pembelajaran bagi mahasiswa
tersebut untuk menghadapi tingkatan organisasi selanjutnya seperti dunia kerja. Kehadiran
organisasi mahasiswa adalah sebagai sarana mengapresiasikan dunia kerja yang nyata bagi
mahasiswa yang ruang lingkupnya masih terbatas. Mahasiswa Akademi Pariwisata juga
memiliki perhatian khusus kepada setiap tayangan yang membahas Informasi seputar dunia
kuliner yang dapat meningkatkan pengetahuannya di bidang kuliner, yang juga bisa dibawa
kedalam dunia kerja yang nyata nantinya. Tidak menutup kemungkinan Mahasiswa Jurusan
Tata Boga juga tertarik pada tayangan Ala Chef yang memang disajikan untuk membahas
Informasi tentang dunia masak memasak.
Tayangan tersebut bisa menambah pengetahuan mahasiwa Jurusan Tata Boga tentang
dunia kuliner di Indonesia khusunya, dan di dunia global pada umumnya. Konsep acaranya
yang dikonsep secara ringan membuat acara ini tidak kaku dan membosankan. Berdasarkan
uraian-uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
tayangan Ala Chef terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Jurusan Tata Boga
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
Sejauh mana Pengaruh Tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap Peningkatan
Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan ?
I.3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa
perlu membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas, yaitu :
a. Tayangan Ala Chef yang dimaksud adalah dibatasi pada pembawa acara/host,
narasumber, perangkat acara, materi acara, dan waktu tayang.
b. Penelitian ini dilakukan pada tayangan Ala Chef di TRANS TV yang dibawakan oleh
Farah Queen dan disiarkan setiap hari Sabtu dan Minggu.
c. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret 2011
d. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa stambuk 2008-2010 program Diploma
-3 Akademi Pariwisata Medan yang pernah menonton tayangan Ala Chef di TRANS TV.
e. Tayangan yang diambil adalah setelah tahun 2011
I.4. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana keaktifan mahasiswa mengikuti perkembangan
tayangan Ala Chef di TRANS TV.
2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap
Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan.
I.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan peneliti mengenai media massa, khususnya dalam pengaruhnya
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah penelitian
dalam ilmu komunikasi dan dapat menambah wawasan pembacanya.
I.5. KERANGKA TEORI
Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan preposisi yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara
variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6). Teori
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan memberikan pandangan terhadap sebuah
permasalahan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
I.5.1. Komunikasi
Secara epistemologis istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication
berasal dari bahasa latin yakni communication, dan bersumber dari kata communis yang
berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa dikatakan dengan pemaknaan yang sama. Jadi
secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk
mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan komunikasi
tersebut. Komunikasi bukan hanya hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi
juga paling rumit (Purba dkk,2006:29). Komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk interaksi
manusia yang saling memperngaruhi antara yang satu dengan yang lain sengaja atau tidak
sengaja, dan tidak terbatas pada komunikasi verbal saja (Cangara,2003:20).
Dalam perkembangannya, banyak ahli komunikasi mendefenisikan komunikasi secara
berbeda-beda. Sejak awal abad 20 tepatnya 1930-1960, defenisi-defenisi mengenai
komunikasi telah banyak diungkap, ketika itu para ahli di Amerika Serikat mulai merasakan
kebutuhan akan “Science Of Communication”, dan diantaranya adalah Carl I. Hovland.
Menurutnya, Ilmu Komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara
tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk
pendapat dan sikap (a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed) (Purba dkk, 2006:29). Jika Carl I. Hovland mendefenisikan komunikasi sebagai usaha yang sistematis,
maka Harold Laswell menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah
I.5.2. Komunikasi Massa
Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi
kepada orang lain dengan menggunaka sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah
perilaku penerima pesan.
Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media massa, atau komunikasi kepada
banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan
dari media atau sarana komunikasi massa.
(http://id.shvoong.com/social-sciences/1877099-definisi-komunikasi-massa/)
Dari defenisi komunikasi massa di atas kita dapat mengetahui bahwa komunikassi
massa harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada
khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri puluhan ribu orang,
jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi
yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi yang dikenal sebagai media
elektronik, surat kabar dan majalah yang disebut disebut dengan media cetak.
Komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi.
Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam
jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, mingguan atau bulanan. Proses
memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga,
dan membutuhkan suatu teknologi tertentu.
I.5.3. Televisi
Televisi (TV) berasal dari katatele yang artinya jauh danvision,artinya tampak. Jadi televisi adalah suatu alat komunikasi yang tampak atau dapat dilihat dari jarak jauh. Televisi
juga bisa dikatakan sebagai perangkat elektronik yang dapat disaksikan atau dinikmati.
Televisi juga merupakan alat yang dapat menampilkan gambar pada layarnya yang berasal
dari gelombang frekuensi tinggi tanpa perantara fisik.
Di Indonesia, Pada tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian Nasional Indonesia
dengan berdiri dan beroperasinya TVRI. Pada perkembangannya TVRI menjadi alat strategis
pemerintah dalam banyak kegiatan, mulai dari kegiatan sosial hingga kegiatan-kegiatan
politik. Selanjutnya televisi terus berkembang ditandai dengan banyaknya stasiun televisi
televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya.
(http://duniatv.blogspot.com/2008/02/sejarah-televisi.html)
Menurut Askurifai Baksin, terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas
televisi, yaitu (Baksin, 2006-63-68) :
1. Penampilan Penyaji
Penyaji atau yang lebih dikenal dengan sebutan presenter atau pemandu acara adalah
istilah Inggris untuk orang yang membawakan acara atau program televisi. Seorang presenter
televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan lainnya, tapi umumnya terkenal karena
menjadi presenter program tertentu. Kecuali presenter untuk program iptek yang merupakan
profesional di bidangnya, atau selebriti yang berhasil di satu bidang tapi punya minat di
bidang tertentu lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Presenter_televisi)
RM Hartoko dalam Baksin 2006 menyebutkan beberapa prasayarat untuk menjadi
presenter televisi yang baik, yaitu (Baksin, 2006:157) :
a. Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman.
b. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya
penyesuaian dan daya ingatan yang kuat.
c. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar.
d. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar dan memiliki
wibawa yang cukup mantap.
2. Narasumber
Narasumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui
informasi tertentu. Menurut R. Fadli yang digolongkan kepada narasumber yang tidak
sembarangan atau special adalah (Fadli, 2001:131) :
Kapabilitas adalah kemampuan yang meliputi kemmapuan dalam bidang akademis
maupun pengalaman.
b. Memiliki kredibilitas
Kredibilitas merupakan kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan
kepercayaan.
c. Memiliki akseptabilitas yang baik
Akseptabilitas meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber.
3. Bahasa
Bahasa merupakan sistem ungkapan melalui suara yang dihasilkan oleh pita suara
manusia yang bermakna, dengan satuan-satuan utamanya berupa kata-kata dan kalimat, yang
masing-masing memiliki kaidah-kaidah pembentuknya (Baksin, 2006: 67). Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter,
yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi, dan
mengindetifikasi diri Baksin, 2006 : 67).
Menurut Askurifai Baksin, pada prinsipnya penyelenggaraan siaran di stasiun televisi
terbagi menjadi dua, yakni siaran karya artistik dan karya jurnalistik (Baksin 2006:79). Siaran
karya jurnalistik merupakan produksi acara televisi yang mengutamakan kecepatan
penyampaian informasi, realitas atau peristiwa yang terjadi, misalnya berita aktual, berita
nonaktual, dan penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya yang tertuang
dalam acara monolog, dialog, laporan ataupun siaran langsung. Sedangkan karya artistik
merupakan produksi acara televisi yang menekankan aspek artistik dan estetika, sehingga
unsur keindahan menjadi unggulan dan daya tarik acara seperti ini.
I.5.4. Model Teori S – O – R
Model teori S-O-R singkatan dari Stimulus organism Respon suatu model klasik
komunikasi yang lahir pada tahun 1930-an. Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa
menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Model teori ini
merupakan model teori paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh displin psikologi, khususnya
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
unsur-unsur dalam model ini adalah :
1. Pesan (stimulus, S) adalah tayangan Ala Chef di TRANS TV.
2. Komunikan (organism, O) adalah kalangan mahasiswa yang menonton acara tersebut.
3. Efek (Response, R) adalah pengaruh yang diimbulkan acara tersebut yang terlihat dalam peningkatan pengetahuan mahasiswa.
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok
atau masyarakat.
Dalam prinsip S-O-R secara gamblang dijelaskan tentang sebuah proses belajar
dimana efek adalah suatu reaksi khusus yang timbul akibat stimulus tertentu. Artinya bahwa
orang-orang dapat memprediksi keterkaitan yang erat antara pesan-pesan yang disampaikan
melalui media massa terhadap reaksi yang akan muncul dalam diri penerima akibat pesan
tersebut.
I.5.5. Efek Media Massa
Berbagai penelitian tentang efek media massa telah menjadi pusat perhatian berbagai
pihak, baik para praktisi maupun para teoritisi. Merka berusaha mencari dan menemukan
media yang paling efektif untuk mempengaruhi khalayak. Adapun efek media massa menuru
(Ardianto, 2004 :51), antara lain:
1. Efek Kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif
bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini media massa dapat membantu khalayak
mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan
kognitifnya. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang
atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.
2. Efek Afektif, dimana kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Tujuannya dari
dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih,
gembira, marah dan sebagainya. Gambaran berupa suasana atau perasaan yang kita
rasakan setelah membaca, mendengar ataupun melihat sesuatu.
I.5.6. Terpaan Media (Media Exposure)
Menurut Prastyono (dalam Rahkmat 2005, p.23) media exposure dapat diartikan
sebagai terpaan media. Sedangkan, Shore mengatakan “Exposure is hearing, seeing, reading,
or most genneraly, experiencing, with at leasr minimal amount of interest the mass media, the
exposure might occure an individual or group level” (Rahkmat 2005, p.23), jadi dapat
dikatakan bahwa terpaan adalah mendengar, melihat, membaca pesan pesan media ataupun
mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada
individual maupun kelompok.
Rosengen mengemukakan bahwa penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang
digunakan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan berbagai
hubungan antara individu konsumen media dengan isimedia yang dikonsumsi atau dengan
media secara keseluruhan (Rahkmat 2005, p.23)
Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis
media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longevity (dalam Ardianto
Erdianaya, 2004). Sedangkan, pengaruh antara khalayak dengan isi media meliputi attention
atau perhatian. Kenneth E Andersen mendefinisikan perhatian sebagai proses mental ketika
stimui atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya
melemah (dalam Rahkmat 2005, p.23).
1.5.7. Kuliner
Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan
sehari-hari. Kuliner merupakan sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Karena setiap orang memerlukan makanan yang sangat dibutuhkan
sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana hingga makanan yang berkelas tinggi dan
I.6. KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam
memperkirakan kemugkinan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi, 1993: 40).
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang akan digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak suatu fenomena yang hendak diuji (Singarimbun, 1995 : 32).
Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas atauIndependent variabel(X)
Variabel bebas adalaha sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain (Nawawi,
1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan Ala Chef di TRANS TV.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul
dipengaruhiatau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa Akademi Pariwisata
Medan.
3. Karakteristik Responden.
Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang yang
membedakannya dengan orang lain, seperti : jenis kelamin, stambuk, lingkungan tempat
I.7. MODEL TEORITIS
Variabel – variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk
dalam suatu model teoritis sebagai berikut :
Tayangan Ala Chef di TRANS TV
Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa
I.8. VARIABEL OPERASIONAL
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dibuat variabel
operasional yang berfungsi untuk kesesuaian dalam penelitian, yaitu :
Tabel 1. Variabel Operasional
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel bebas (X)
b. Komunikasi antara perangkat acara
I.9. DEFENISI OPERASIONAL
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya
untuk mengukur suatu variabel (Singarimbun:46). Dengan kata lain, defenisi operasional
adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan
variabel yang sama.
Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas (Ala Chef di TRANS TV)
1. Host/Pemandu acara : Seseorang yang membawakan acara dalam program acara Ala
Chef di TRANS TV.
a. Penampilan merupakan cermin atau gambaran kepribadian seorang pemandu acara
yang telihat dari berpenampilan yang rapi dalam berpakaian.
b. Suara dan Artikulasi, yaitu kejelasan suara dan artikulasi host/pemandu acara Ala
Chef di TRANS TV.
c. Penguasaan materi, yaitu kemampuan host/pemandu acara mengusai topik
pembahasan dalam acara Ala Chef di TRANS TV.
2. Narasumber, yaitu pakar atau ahli yang hadir dalam setiap tayangan Ala Chef.
a. Latar belakang narasumber, meliputi latar belakang pendidikan atau keahlian yang
dimiliki narasumber.
b. Pengusaan topik, meliputi kemampuan narasumber menguasai topik yang dibahas.
3. Perangkat acara, yaitu seluruh komponen yang terlibat dalam tayangan Ala Chef di
TRANS TV.
a. Kerja sama tim, yaitu keselarasan komunikasi semua pelaku yang terlibat dalam
penayangan Ala Chef di TRANS TV.
b. Komunikasi antara perangkat acara yaitu kekompakan antara semua pelaku terutama
dalam penggunaan humor.
4. Materi acara, yaitu materi-materi acara yang dibawakan dalam setiap penayangan Ala
Chef di TRANS TV.
a. Topik pembahasan, yaitu hal yang menjadi pokok masalah yang akan dibahas dalam
tayangan Ala Chef di TRANS TV.
b. Akuratisasi topik, yaitu keakuratan topik yang dibahas.
5. Waktu tayang, yaitu waktu penayangan Ala Chef di TRANS TV.
a. Frekuensi penayangan, yaitu seringnya penayangan Ala Chef dalam satu minggu.
b. Durasi penayangan, yaitu lamanya waktu penayanangan acara Ala Chef di TRANS
2. Variabel Terikat (Peningkatan Pengetahuan)
a. Frekuensi
Sering atau tidaknya Mahasiswa Menyaksikan Tayangan Ala Chef di TRANS TV
b. Tanggapan
Opini, Pendapat atau Reaksi Responden terhadap suatu masalah.
c. Kesukaan
Adanya Minat atu Kegemaran Responden Menyaksikan tayangan tentang Kuliner
d. Peningkatan Pengetahuan :
Menginformasikan kepada Responden tentang suatu hal, yang pada awalnya tidak tau
menjadi tau, dan yang tau menjadi lebih tau.
e. Dukungan
Memberikan nilai positif dan berusaha memberikan motivasi agar yang diharapkan
terlaksana.
f. Peneguhan
Meyakinkan kembali suatu perkara yang masih diragukan.
3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)
a. Jenis kelamin : Dilihat dari jenis kelamin pria atau wanita.
b. Stambuk/Angkatan : tahun masuk atau aktif kuliah sebagai mahasiswa jurusan Tata
Boga Akademi Pariwisata yaitu stambuk 2008 sampai 2010.
I.10. HIPOTESIS
Hipotesis secara sederhana merupakan dugaan sementara yang diharapkan terjadi
dalam penelitian. Hipotesis memfokuskan kita untuk berpikir lebih dalam tentang
kemungkinan sebagai pengganti hipotesis membimbing peneliti ke arah pemahaman yang
lebih luas tentang implikasi pertanyaan dan variabel yang terlibat. Dengan menentukan
hipotesis, peneliti harus berpikir lebih hati-hati.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah diteliti
(Suyanto dan Sutinah, 2005: 43).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap
Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan.
Ha : Terdapat pengaruh antara tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap Peningkatan
I.11. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode yang
digunakan untuk meneliti sejauh mana pengaruh Penayangan Tayangan Ala Chef di televisi
terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner. Penelitian ini bertujuan menemukan hubungan
antara variabel tersebut.
Metode korelasional meneliti hubungan antara variabel-variabel . Metode korelasional
digunakan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat. Keuntungan metode ini
adalah kemampuannya memberikan bukti nyata mengenai hubungan sebab akibat yang
langsung bisa dilihat ( Kriyantono, 2006:62).
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Akademi Pariwisata Negeri Medan Jl. Rumah Sakit Haji
No. 12 Medan 20371 Sumatera Utara Telp. (061) 77152218 | Fax. 061 - 6629441
3. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, benda,
tumbuh-tumbuhan, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang lebih memiliki
karakteristik tertentu dalam suatu persitiwa (Nawawi, 1991:141). Dalam penelitian ini
populasinya adalah Mahasiswa program D -III stambuk 2008 sampai 2010 Akademi
Pariwisata Medan yang pernah menonton tayangan Ala Chef minimal 3 kali.
4. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara
tertentu (Nawawi, 1991:144).
I.12. TEKNIK PENARIKAN SAMPEL
Teknik penarikan sampel adalah teknik penarikan sampel yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
Adapun teknik penarikan sampel yang dilakukan peneliti adalah :
1. Purposive sampling
Yaitu teknik penarikan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana
sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan
1. Mahasiswa Program D - 3 stambuk 2008 sampai 2010 yang ada di Akademi Pariwisata
Medan.
2. Responden yang pernah menonton tayangan Ala Chef di TRANS TV minimal
tiga kali.
I.13. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah :
1. Data Premier
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara
individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau
kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data
primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
I.14. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995 : 263). Pada penelitian ini teknik analisis data
yang dilakukan adalah :
1. Analisis Tabel tunggal
Analisis table tunggal merupakan analisa yang dilakukan dengan membagi
variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan presentase (Singarimbun, 1995 : 266).
2. Analisis Tabel Silang
Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis
dan mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai hubungan dengan variabel yang
3. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis ialah salah satu fungsi statistic untuk menyederhanakan data sehingga
mudah dibaca dan dipresentasikan, juga dipakai untuk menguji hipotesis.
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diukur terdapat dalam skala ordinal.
Sesuai dengan pedoman penggunaan test statistic yang berlaku, pengujian hipotesa yanag
berskala ordinal dapat dilakukan dengan test statistic “Korelasi Rank Spearmen” (Kriyantono,2006:174) :
Keterangan :
Rho = koefisien korelasi rank-order
d = perbedaan antara pasangan jenjang
N = jumlah invidu dalam sampel
∑ = sigma atau jumlah
1 = bilangan konstan
6 = bilangan konstan
Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat
hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.
Jikarho <0, maka hipotesis ditolak
Jikarho > 0, maka hipotesis diterima
Untuk meguji tingkat signifikansi korelasi, maka digunakan rumus pada tingkat
signifikan 0,05 sebagai berikut :
Keterangan :
r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Jika > , maka hubungan signifikan
Jika > , maka hubungan tidak signifikan
Selanjutnya, untuk mengatur kekuatan derajat hubungan, digunakan nilai koefisien korelasi
sebagai berikut (Kriyantono, 2006: 168-169).
< 0,20 = hubungan rendah sekali ; lemah sekali
0,20-0,39 = hubungan rendah tapi pasti
0,40-0,70 = hubungan yang cukup berarti
0,71-0,90 = hubungan yang tinggi; kuat
BAB II
URAIAN TEORITIS II.1. KOMUNIKASI
II.1.1 Pengertian Komunikasi
Manusia merupakan mahluk sosial, yang harus berinteraksi antar satu dan yang
lainnya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam interaksi tersebut terjadilah proses komunikasi
sebagai konsekuensi dari hubungan sosial antara satu dengan yang lainnya. Dimana hakikat
komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan dalam bentuk pikiran
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat
penyalurnya (Effendy, 2003: 27-28).
Secara etimologi (bahasa), kata ‘komunikasi’ berasal dari Bahasa Inggris
“communication” yang mempunyai akar kata dari Bahasa Latin “communicare”. Kata “communicare” sendiri memiliki 3 (tiga) kemungkinan arti:
1. “to make a common” atau membuat sesuatu menjadi umum. 2. “cum+munus” berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah. 3. “cum+munire” yaitu membangun pertahanan bersama.
Sedangkan secara epistemologis (istilah), terdapat ratusan uraian eksplisit (nyata) dan
implisit (tersembunyi). Diantara ratusan defenisi tersebut, salah satu defenisi komunikasi
adalah proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima (the receiver), melalui suatu medium (channel) yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam defenisi ini, komunikasi haruslah bersifat intentional (disengaja) serta membawa perubahan (Mufid, 2005: 1-2).
Menurut Harold D. Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari
defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur yakni Who (siapa), Says What (berkata apa), in Which Channel (melalui saluran apa), to Whom (kepada siapa) dan
With What Effect(dengan efek apa) (Effendy, 2003: 253).
1. Who (siapa): Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan dalam proses
2. Says What (apa yang dikatakan): pernyataan umum adalh dapat berupa suatu ide,
informasi, opini, pesan dan sikap yang sanagt erat kaitannya dengan pesan yang
disampaikan.
3. In Which Channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi.
4. To Whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi adalah kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan si
penerima pesan/khalayak.
5. With What Effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian
pernyataan umum itu pada sasaran/khalayak yang dituju.
Sedangkan defenisi lain menyebutkan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi,
proses simbolik yang menghendaki orang-orang yang mengatur lingkungannya dengan (1)
membnagun hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah
laku itu (Cangara, 2006: 18).
II.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi sebagimana diuraikan diatas, tampak adanya sejumlah
komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam
bahasa komunikasi komponen atu unsur adalh sebagai berikuit (Widjaja, 2002: 11-20):
1. Sumber (Source)
Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan
dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan
sejenisnya. Dalam hal ini yang perlu kita perhatikan kredibilitasnya terhadap sumber
(kepercayaan) baru, lama, sementara dan lain sebagainya. Apabila kita salah mengambil
sumber maka kemungkinan komunikasi yang kita lancarkan akan berakibat lain dari yang
kita harapkan.
2. Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang,
komunikator menyampaikan pesan komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya
komunikan menjadi komunikator. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang
komunikator adalah memiliki kredibiloitas yang tinggi bagi komunikasinya, ketrampilan
berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas danmemiliki daya tarik dalam arti ia
memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap/penambahan pengetahuan bagi
/pada diri komunikan.
3. Pesan
Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan
seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalm usaha mencoba
mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar,
namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasinya.
4. Saluran (Channel)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca
indera atau menggunakna media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat
berlangsung menurut 2 saluran yaitu saluran formal atau yang bersifat resmi yang mengikuti
garis wewenang dari suatu organisasi dna saluran informal atau yang bersifat tidak resmi
berupa desas-desus, kabar angin dan kabar burung.
5. Komunikan
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan kedalam 3 jenis yaitu personal
(komunikais yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal), kelompok (komunikasi yang
ditujukan kepada kelompok yang tertentu), massa (komunikasi yang ditujukan kepada massa
atau komunikasi yang menggunakan media. Massa di sini adalah kumpulan orang-orang yang
hbungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu). Komunikais akan
berhasil baik jika pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup
pengalaman komunikan.
6. Effect(Hasil)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang,
sesuai atau tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain
II.1.3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Tujuan Komunikasi (Effendy, 2003: 55) yaitu:
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behaviour)
d. Mengubah masyarakat ( to change the society)
Sedangkan fungsi komunikasi (Effendy, 2003:55) yaitu:
a. Menginformasikan (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertaint)
d. Mempengaruhi (to influence)
II.1.4. Ruang Lingkup Komunikasi
Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah, dan meneliti
kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup dan banyak dimensinya.
Berikut ini jenis-jenis komunikasi menurut konteksnya (Efendi, 1993:52-54) :
1. Berdasarkan bidang komunikasi
Yang dimaksud dengan bidang disini adalah bidang kehidupan manusia, dimana di
antara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan lainnya terdapat perbedaan yang
khas dan kekhasan ini menyangkut proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya komunikasi
meliputi :
a. Komunikasi sosial (sosial communication)
b. Komunikasi organisasional/manajemen (organization.management communication)
c. Komunikasi bisnis (business communication)
e. Komunikasi internasional (international communication)
f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication)
g. Komunikasi pembangunan (development communication)
h. Komunikasi tradisional (traditional communication)
2. Berdasarkan sifat komunikasi
Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Komunikasi verbal (verbal communication)
1) Komunikasi lisan (oral communication)
2) Komunikasi tulisan (written communication)
b. Komunikasi nirverbal (nonverbal communication)
1) Komunikasi kial (gestural/body communication)
2) Komunikasi gambar (pictorial communication)
3) Lain-lain
c. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication)
d. Komunikasi bermedia (mediated communication)
3. Berdasarkan tatanan komunikasi
Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari
jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang
bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka
diklasifikasikan mejadi bentuk sebagai berikut:
a. Komunikasi pribadi (personal communication)
1) Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)
2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
a) Ceramah
b) Forum
c) Symposium
d) Diskusi panel
e) Seminar
f) Lain-lain
2) Komunikasi kelompok besar (large group communication)
c. Komunikasi Massa (mass communication)
1) Komunikasi media massa cetak
a) surat kabar
b) majalah
2) Komunikasi media massa elektronik
a) radio
b) televisi
c) film
d) lain-lain
d. Komunikasi media
a) surat
b) telepon
c) pamflet
d) poster
e) spanduk
II.2. KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris “mass communication”,singkatan dari mass media communication. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau“mass mediated”. Komunikasi Massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu menggandakan pesan-pesan komunikasi
(Wiryanto, 2000:1).
Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yaitu
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan mellaui media massa pada sejumlah
besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people)(Ardianto, 2004:3).
Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam
masyarakat industri. Dari defenisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi (Ardianto,2004:4) .
Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus
menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses
memproduksi pesan tidak dapat dilakukan perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan
membutuhkan suatu teknologi tertentu sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan
oleh masyarakat industri.
II.2.1. Ciri-ciri Komunikasi massa
Ciri-ciri komunikasi massa (Nurudin,2007:19), yaitu :
Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang-orang. Artinya, gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam
sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana
kita ketahui, sistem adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu
kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan
dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu
sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Komunikator dalam
komunikasi massa itu lembaga disebabkan elemen utama komunikasi massa adalah media
massa.
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, penonton
televisi itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, ekonomi, punya jabatan
yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.
Herbert Blumer pernah memberikan ciri tentang karakteristik audience/komunikan, yaitu :
1. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari
berbagai kaelompok dalam masyarakat.
2. Bersisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Disamping
itu, antara individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
3. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.
3. Pesannya bersifat umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu
kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesan yang dikemukakannya pun
tertentu. Meskipun dalam televisi ada program acara yang dikhususkan pada kalangan
tertentu tetapi televisi perlu menyediakan acara lain yang sifatnya lebih umum. Ini penting
agar televisi tidak kehilangan ciri khasnya sebagai saluran komunikasi massa.
4. Komunikasinya berlangsung satu arah
Komunikasi dalam komunikasi massa berlangsung satu arah. Artinya, komunikasi
berlangsung dari media massa ke khalayak, namun tidak terjadi sebaliknya. Respon yang
diberikan oleh khalayak tidak terjadi langsung pada saat komunikasi tersebut berlangsung.
Meskipun terkadang terjadi dua arah, namun tidak kepada semua khalayak. Misalnya, telepon
interaktif yang dilakukan pembawa acara dan khalayak.
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Salah satu ciri komunikasi selanjutnya adalah bahwa dalam komunikasi massa itu ada
keserempakan. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut secara
bersamaan.
6. Komunikasi mengandalkan peralatan teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya
sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya
pemancar untuk media elektronik.
7. Komunikasi massa dikontrol olehGatekeeper
Gatekeeper atau yang sering disebut pentapis informasi/ palang pintu/ penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media
massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi,
II.2.2. Karakteristik Media Massa
1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua
peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan
pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam
per hari.
4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara
atau jadwal terbit.
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips
baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada
publik.
II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Karnilah fungsi komunikasi massa secara khusus (Ardianto,2004:19-23) terdiri dari
a. Fungsi informasi
b. Fungsi pendidikan
c. Fungsi mempengaruhi
d. Fungsi proses pengembangan mental
e. Fungsi adaptasi lingkungan
f. Fungsi memanipulasi lingkungan
II.3. Televisi
Televisi (TV) adalah paduan antara radio (broadcast) dan film (moving picture. Para penonton televisi tidak akan mungkin menangkap siaran televisi jika tidak ada unsur-unsur
radio dan tidak akan dapat melihat gambar yang bergerak pada layar pesawat TV jika tidak
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, danvisi (videre, bahasa Latin) yang berarti penglihatan Dengan demikian televisi diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh maksudnya gambar dan suara yang diproduksi di
suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima.
Televisi memiliki daya tarik yang kuat bila dibandingkan dengan media lainnya.
Selain memiliki unsur kata-kata, music dan sound effect, televisi juga memiliki memiliki unsur visual berupa gambar bergerak. Gambar yang terdapat dalam televisi merupakan
gambar yang hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton.
Menurut Askurifai Baksin, terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas televisi,
yaitu (Baksin, 2006-63-68) :
4. Penampilan Penyaji
Penyaji atau yang lebih dikenal dengan sebutan presenter atau pemandu acara adalah
istilah Inggris untuk orang yang membawakan acara atau program televisi. Seorang presenter
televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan lainnya, tapi umumnya terkenal karena
menjadi presenter program tertentu. Kecuali presenter untuk program iptek yang merupakan
profesional di bidangnya, atau selebriti yang berhasil di satu bidang tapi punya minat di
bidang tertentu lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Presenter_televisi)
RM Hartoko dalam Baksin 2006 menyebutkan beberapa prasayarat untuk menjadi
presenter televisi yang baik, yaitu (Baksin, 2006:157) :
e. Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman.
f. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya
penyesuaian dan daya ingatan yang kuat.
g. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar.
h. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar dan memiliki
5. Narasumber
Narasumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui
informasi tertentu. Menurut R. Fadli yang digolongkan kepada narasumber yang tidak
sembarangan atau special adalah (Fadli, 2001:131) :
d. Memiliki kapabilitas
Kapabilitas adalah kemampuan yang meliputi kemmapuan dalam bidang akademis
maupun pengalaman.
e. Memiliki kredibilitas
Kredibilitas merupakan kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan
kepercayaan.
f. Memiliki akseptabilitas yang baik
Akseptabilitas meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber.
6. Bahasa
Bahasa merupakan sistem ungkapan melalui suara yang dihasilkan oleh pita suara
manusia yang bermakna, dengan satuan-satuan utamanya berupa kata-kata dan kalimat, yang
masing-masing memiliki kaidah-kaidah pembentuknya (Baksin, 2006: 67). Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter,
yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi, dan
mengindetifikasi diri Baksin, 2006 : 67).
Menurut Askurifai Baksin, pada prinsipnya penyelenggaraan siaran di stasiun televisi
terbagi menjadi dua, yakni siaran karya artistik dan karya jurnalistik (Baksin 2006:79). Siaran
karya jurnalistik merupakan produksi acara televisi yang mengutamakan kecepatan
penyampaian informasi, realitas atau peristiwa yang terjadi, misalnya berita aktual, berita
nonaktual, dan penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya yang tertuang
dalam acara monolog, dialog, laporan ataupun siaran langsung. Sedangkan karya artistik
merupakan produksi acara televisi yang menekankan aspek artistik dan estetika, sehingga
Televisi sebagai media massa, secara umum memiliki lima fungsi utama (Wahyudi,
1986:215), yaitu :
1. Pendidikan
2. Hiburan
3. Penerangan/informasi
4. Iklan
5. Seleksi
II.3.1. Klasifikasi Siaran Televisi
Pada prinsipnya penyelenggaraan siaran di stasiun televisi umum dibagi menjadi dua
(Baksin, 2006:79-81), yaitu:
1. Karya Artistik
Yang tergolong ke dalam karya artistik adalah :
a. Film
b. Sinetron (sinema elektronik)
c. Pergelaran musik, tari, pantomin, lawak, sirkus, sulap, dan teater
d. Acara keagamaan
e. Variety show
f. Kuis
g. Ilmu pengetahuan dan teknologi
h. Penerangan umum
2. Karya Jurnalistik
3. Berbeda dengan karya artistic yang menekankan pada aspek keindahan dan
menggunakan imajinasi senimannya, karya jurnalistik justru sebaliknya. Yang
tergolong dalam karya jurnalistik adalah :
1. Berita aktual yang bersifat timeconcern.
2. Berita nonaktual yang bersifat timeless
3. Penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya yang tertuang dalam
acara :
a. Monolog (seprti pengumuman harga BBM, pidato kepala Negara)
b. Dialog (bis aberupa wawancara atau diskusi)
c. Laporan
d. Siaran langsung (komentar, reportase)
JB Wahyudi berpendapat memasuki abad ke-21 ada kecenderungan terjadi
penggabungan antara artistik dan jurnalistik. Penggabungan ini sangat terasa pada media
televisi karena siaran televisi lebih berperan sebagai media hiburan. Acara talkshow
merupakan hasil penggabungan antara karya artistic dan jurnalistik (Baksin, 2006:82).
Karya jurnalistik eletronik (televisi) memiliki unsur dominan yang menjadi ciri khas
dari karya jurnalistik media cetak, yakni adanya penampilananchor, narasumber, dan bahasa yang digunakan.
Karakteristik suatu peristiwa yang meliputi Fakta dan opini yang layak menjadi berita
adalah fakta dan opini yang harus mengandung unsur penting dan menarik. Begitu pula pesan
lainnya yang bertujuan menghibur. Tetapi, pesan yang disampaikan melalui televisi juga
memerlukan pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran
a. Pemirsa
Pemirsa adalah khalayak yang menonton tayangan tersebut. Sasaran khalayak
perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan pesan yang disampaikan agar
maksud pesan tersebut sampai kepada khalayak sasaran.
b. Waktu
Setelah mengetahui minat dan kebiasaan setiap kategori pemirsa, langkah
selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan kebiasaan pemirsa.
Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara ditayangkan secara
proporsional dan dapat diterima oleh khalayak yang dituju.
c. Durasi
Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan
acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan
naskah. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat
atau terlalu lama.
d. Metode Penyajian
Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur
dan informasi. Tetapi, tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat
diabaikan. Hal yang perlu diperhatikan untuk memadukan fungsi televisi adalah
cara mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan metode penyajian
tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengundang unsur hiburan.
II.4. Model Teori S – O – R
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak
mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari
Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia
yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan