• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Dan Buat Dapur Pelebur Crucible Untuk Melebur Aluminium/Paduannya Dan Tembaga/Paduannya Berkapasitas 50 Kg Menggunakan Bahan Bakar Padat Untuk Kebutuhan Laboratorium Foundry

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Dan Buat Dapur Pelebur Crucible Untuk Melebur Aluminium/Paduannya Dan Tembaga/Paduannya Berkapasitas 50 Kg Menggunakan Bahan Bakar Padat Untuk Kebutuhan Laboratorium Foundry"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN

DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM

BERKAPASITAS 50KG DENGAN

BAHAN BAKAR PADAT

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

M. ROLAN B. HUTAPEA NIM. 050401003

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini. Tugas sarjana ini berjudul “RANCANG DAN BUAT DAPUR PELEBUR CRUCIBLE UNTUK MELEBUR ALUMINIUM/PADUANNYA DAN TEMBAGA/PADUANNYA BERKAPASITAS 50 KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR PADAT UNTUK KEBUTUHAN LABORATORIUM FOUNDRY”. Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan pendidikan untuk meraih gelar Sarjana Teknik.

Dalam menyelesaikan tugas sarjana ini, penulis banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda B.Hutapea dan Ibunda M.Siahaan yang membesarkan serta mendidik penulis, dan dengan doa-doanya yang selalu menyertai penulis setiap saat.

2. Ibu Ir.Raskita S Meliala selaku dosen pembimbing tugas sarjana yang telah memberi arahan, bimbingan dan pelajaran berharga dari awal hingga selesainya tugas sarjana ini.

3. Bapak Dr.Ir.Ing.Ikhwansyah Isranuri, M.Eng dan bapak Ir.Tulus Burhanuddin Sitorus,MT Selaku Ketua jurusan dan Sekretaris Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai administrasi Jurusan Teknik Mesin di Universitas sumatera Utara, Yang telah banyak membantu penulis dan memberikan bimbingan selama perkuliahan.

5. Asisten Lab. Foundry, Ir Marlon atas bimbingannya dan bantuannya selama proses perancangan bangun.

6. Saudara-saudaraku dan teman-temanku, yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual, serta kesabarannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(3)

Akhir kata semoga Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan penulis menyadari bahwasanya tugas sarjana ini jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan dan referensi maka penulis berharap saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan tugas sarjana ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas waktu dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

Medan , 14 juni 2010

M. Rolan B. Hutapea

(4)

DAFTAR ISI

2.5 Alumunium dan Paduannya ... 8

2.5.1 Sejarah Penemuan Alumunium ... 8

2.5.2 Sifat-sifat Alumunium ... 8

2.5.3 Sistem Penomoran Alumunium ... 9

2.5.4 Paduan-paduan Alumunium Yang Utama ... 11

(5)

3.1 Konstruksi Dapur Pelebur ... 29

3.8 Pemilihan alat bantu pembakaran ... 37

(6)
(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.10 Penampang tanur udara 21

Gambar 2.11 Tanur induksi 22

Gambar 2.12 Penampang Pipa satu Lapis 27

Gambar 2.13 Penampang Pipa dua Lapis 28

Gambar 3.1 Konstruksi dapur pelebur 29

Gambar 3.2 Dapur Pelebur 30

Gambar 4.4 Perpindahan panas secara konduksi dan konveksi 56

Gambar 4.5 Dinding dapur

56

Gambar 4.6 Cawan Lebur

62

(8)

Gambar 4.8 dinding plat luar yang telah dilubangi 67 Gambar 4.9 dinding plat luar yang telah dirol 65 Gambar 4.10 dinding plat luar yang telah berbentuk silider 66

Gambar 4.10 Proses Pengecetan 68

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Berat jenis beberapa jenis logam 4 Tabel 2.2 Alumunium Assosiasi Index System 10 Tabel 2.3 Sifat-sifat paduan Al-Cu-Mg 13

Tabel 2.4 Sifat-sifat paduan Al-Si 14

Tabel 2.5 Sifat-sifat paduan Al-Mg-Si 16 Tabel 2.6 Sifat-sifat paduan Al-Mg-Zn 17 Tabel 4.7 Perbandingan Heating Value Bahan Bakar 49

Tabel 4.1 Berat total dapur 65

Tabel 4.2 Total kalor yang terserap bahan dapur 65

(9)

DAFTAR SIMBOL

SIMBOL KETERANGAN SATUAN

Cp1 Panas jenis alumunium padat KJ/kg.0K

Cp2 Panas jenis alumunium cair KJ/kg.

0

K

Cp3 Panas jenis batu tahan api KJ/kg.

0

K Cp4 Panas jenis dinding plat luar KJ/kg.

0

K

Cp5 Panas jenis cawan lebur KJ/kg.

0

K

Ddb Diameter dalam Batu bata m

Dlb Diameter luar batu bata m

Dp Diameter plat luar m

ho Koefisien perpindahan panas konveksi W/m. o

C HHV Nilai pembakaran atas minyak tanah KJ/kg kb Konduktivitas thermal batu bata W/m.oC

kp Konduktivitas thermal dinding plat W/m. o

mal Massa alumunium yang akan dilebur kg

Nu Bilangan Nusselt -

Pr Bilangan Prandal -

q1 Kalor yang terbuang dari dinding dapur KJ/jam

q2 Kalor yang terbuang dari lubang cawan lebur KJ/jam

Q1 Kalor yang diserap untuk melebur alumunium KJ

Q2 Kalor yang diserap batu tahan api KJ

Q3 Kalor yang diserap dinding plat luar KJ

Q4 Kalor yang diserap cwan lebur KJ

Qt1 Kalor total yang diserap KJ

Qt2 Kalor yang terbuang selama proses KJ

r3 Jari-jari dalam bata m

(10)

r5 Jari-jari luar dinding m

Re Bilangan Reynold -

tb Tinggi bata yang menerima panas m

tp Tinggi plat yang mengalami prubahan suhu m

tf Suhu film

o

K Ta Temperatur ruang bakar

o

K T1 Temperatur suhu lingkungan

o

K Uo Koefisien perpindahan panas total W/m.

o

C

V Viskositas Kinematika Cst

Xp Ketebalan plat dinding m

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengecoran Logam merupakan salah satu ilmu keteknikan yang

perkembangannya cukup pesat saat ini. Untuk itu, perlu didukung dengan

pengembangan fasilitas Pengecoran Logam di Laboratorium Foundry agar

setidaknya menyamai industri-industri di luar Laboratorium Foundry. Oleh

sebab itu, semua ahli di bidang Ilmu Pengecoran Logam harus mampu

mengembangkan industri pengecoran di Indonesia yang salah satu caranya

adalah dengan memberikan dasar-dasar kepada mahasiswa Perguruan

Tinggi program studi Teknik Produksi.

Dengan mempertimbangkan hal di atas maka diperlukan adanya

sarana praktek yang memadai, yang mana salah satu alat utama dalam

pengecoran adalah Dapur Crucible.

Dapur crucible adalah dapur yang digunakan untuk melebur logam

secara tidak langsung berhubungan dengan bahan pembakaran, dan setelah

logam mencair, crucible di angkat dari dapur atau mengambil langsung

logam cair dari tungku.

Dengan adanya Dapur Crucible maka diharapkan mahasiswa agar

dapat mempraktekkan ilmu yang diperolehnya selama di bangku

perkuliahan dan membandingkannya dengan ilmu praktek untuk lebih

memantapkan pemahaman mahasiswa dalam bidang ilmu Teknik

Pengecoran.

Dalam pertimbangan hal tersebut maka direncanakan sebuah

Crucible dengan kapasitas 50 kg untuk kebutuhan Laboratorium Foundry.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari rancangan ini adalah membantu memantapkan

mahasiswa dalam penguasaan teori-teori dalam bidang pengecoran

mengenai efisiensi bahan bakar dapur, bahan dapur serta ketahanan bahan

(12)

peleburan yang nantinya akan dicetak sendiri dalam praktikum Pengecoran

Logam, sehingga mahasiswa benar-benar mengerti bagaimana pengecoran

sebenarnya.

Tujuan dari rancangan ini adalah :

1. Rancangan konstruksi dapur crucible.

2. Pemilihan bahan dapur.

3. Pemilihan bahan bakar .

4. Efisiensi dapur dan pemakaian bahan bakar.

1.3 Batasan Masalah

Berhubung dengan sangat luasnya persoalan dalam masalah

pengecoran, maka akan dibatasi ruang lingkup tugas sarjana ini yaitu

tentang pemilihan bahan sebuah Dapur Crucible yang akan melebur

alumunium/paduannya dengan kapasitas kecil sehingga cocok untuk sarana

praktikum di Laboratorium Teknik Pengecoran.

Agar Dapur Crucible nantinya dapat bekerja dengan baik, maka

perancangan dari dapur ini meliputi perencanaan konstruksi dapur,pemilihan

bahan dapur, besar kalor yang dibutuhkan dapur, dan pemakaian bahan

bakar.

1.4 Metode Penulisan

Dalam menyelesaikan perancangan dapur Crucible ini dipakai tiga

dasar metode dasar penyelesaian yaitu:

1. Survey Lapangan

Disini dilakukan peninjauan pada Laboratorium Foundry yang

menggunakan dapur pelebur untuk memperoleh data-data serta

membandingkan dengan dapur Crucible yang telah beroperasi yang

(13)

2. Studi Literatur

Berupa kajian literature dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang

berhubungan dengan hal yang dibahas.yang meliputi: perumusan,

analisa hasil perhitungan dan pembahasan.

3. Diskusi

Berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing dengan mahasiswa

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Logam Bukan Besi (Nonferrous Metal)

Indonesia merupakan negara penghasil bukan besi yaitu penghasil

timah, putih, tembaga, nikel, alumunium dan sebagainya. Dalam keadaan

murni logam bukan besi ini memiliki sifat yang sangat baik namun untuk

meningkatkan kekuatan umumnya dicampur dengan logam lain sehingga

membentuk paduan. Ciri dari logam non besi adalah mempunyai daya tahan

terhadap korosi yang tinggi, daya hantar listrik yang baik dan dapat berubah

bentuk secara mudah. Pemilihan dari paduan logam non besi ini tergantung

pada banyak hal antara lain kekuatan, kemudahan dalam pemberian bentuk,

berat jenis, harga bahan baku, upah pembuatan dan penampilannya.

Logam bukan besi ini di bagi dalam dua golongan menurut berat

jenisnya, yaitu logam berat dan logam ringan. Logam berat adalah logam

yang mempunyai berat jenis diatas 5 kg/m3.

Berat jenis dari masing-masing non besi ini dapat dilihat pada tabel

2.1. Secara umum dapat dinyatakan bahwa makin berat suatu logam bukan

besi maka makin banyak daya tahan korosinya. Bahan logam bukan besi

yang sering dipakai adalah paduan tembaga, paduan alumunium, paduan

magnesium, dan paduan timah. Tabel 2.1 ini memperlihatkan perbandingan

berat jenis serta berbagai logam bukan besi.

Tabel 2.1 Berat jenis beberapa jenis logam

(15)

2.2 Tembaga dan Paduannya

Tembaga diperoleh dari bijih tembaga yang disebut Chalcoporit.

Chalcoporit ini merupakan campuran Cu2S dan Cu Fe S2 dan terdapat dalam tambang-tambang dibawah permukaan tanah.

Secara industri sebagian besar penggunaan tembaga dipakai untuk

kawat atau bahan penukar panas karena sifat tembaga yang mempunyai sifat

hantaran listrik dan panas yang baik. Tembaga ini jika dipadukan dengan

logam lain akan menghasilkan paduan yang banyak dibutuhkan oleh

manusia. Dan yang paling sering dipakai adalah campuran antara tembaga

dan timah, mangan yang biasa disebut perunggu digunakan untuk

bagian-bagian mesin khusus dimana diperlukan sifat-sifat yang luar biasa

Paduan antara tembaga dengan unsur-unsur lain dapat membentuk

paduan lain seperti:

1. Brons

Brons adalah paduan antara tembaga dengan timah dimana kandungan

dari timah kurang dari 15% karena mempunyai titik cair yang kurang

baik maka brons biasanya ditambah seng, fosfor, timbal dan

sebagainya.

2. Kuningan

Kuningan adalah paduan antara tembaga dan seng, dimana kandungan

seng sampai kira-kira 40%. Dalam ketahanan terhadap korosi dan aus

kurang baik dibanding brons tetapi kuningan mampu cornya lebih baik

dan harganya lebih murah.

3. Brons Alumunium

Brons alumunium ini adalah paduan dari tembaga dan alumunium

dengan tambahan nikel dan mangan. Kandungan alumunium 8-15,5%,

nikel kurang dari 6,5% mangan kurang dari 3,5% dan sisanya adalah

tembaga.

Untuk diagram fasa dan paduannya dapat dilihat pada gambar 2.1

kesetimbangan fasa tembaga dimana pada diagram ini dapat dilihat

(16)

serta mengetahui temperatur cair dari kadar komposisi tembaga dengan

kadar 100% Cu atau tembaga murni adalah 1084°C.

Gambar 2.1 Diagram fasa tembaga (Cu-Al)

2.3 Seng dan Paduannya

Seng adalah logam bukan besi kedua setelah tembaga yang

diproduksi secara besar yang mana lebih dari 75% produk cetak tekan terdiri

dari paduan seng. Logam ini mempunyai kekuatan yang rendah dengan titik

cair yang juga rendah dan hampir tidak rusak di udara biasa. Dan dapat

digunakan untuk pelapisan pada besi, bahan baterai kering dan untuk

keperluan percetakan.

Selain itu seng juga mudah dicetak dengan permukaan yang bersih

dan rata, daya tahan korosi yang tinggi serta biaya yang murah. Dikenal

seng komersial dengan 99,995 seng disebut special high grade. Untuk cetak

tekan diperlukan logam murni karena unsur-unsur seperti timah, cadmium

dan tin dapat menyebabkan kerusakan pada cetakan cacat sepuh.

Paduan seng banya digunakan dalam industri otomotif, mesin cuci,

pembakar minyak, lemari es, radio, gramafon, televisi, mesin kantor dan

(17)

2.4 Magnesium dan Paduannya

Paduan magnesium (Mg) merupakan logam yang paling ringan

dalam hal berat jenisnya. Magnesium mempunyai sifat yang cukup baik

seperti alumunium, hanya saja tidak tahan terhadap korosi. Magnesium

tidak dapat dipakai pada suhu diatas 150°C karena kekuatannya akan

berkurang dengan naiknya suhu. Sedangkan pada suhu rendah kekuatan

magnesium tetap tinggi.

Magnesium dan paduannya lebih mahal daripada alumunium atau

baja dan hanya digunakan untuk industri pesawat terbang, alat potret,

teropong, suku cadang mesin dan untuk peralatan mesin yang berputar

dengan cepat dimana diperlukan nilai inersia yang rendah. Logam

magnesium ini mempunyai temperatur 650°C yang perubahan fasanya dapat

dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Diagram fasa magnesium (Al-Mg)

Karena ketahanan korosi yang rendah ini maka magnesium

memerlukan perlakuan kimia atau pengecekan khusus segera setelah benda

dicetak tekan. Paduan magnesium memiliki sifat tuang yang baik dan sifat

mekanik yang baik dengan komposisi 9% Al, 0,5% Zn, 0,13% Mn, 0,5% Si,

0,3% Cu, 0,03% Ni dan sisanya Mg. kadar Cu dan Ni harus rendah untuk

(18)

2.5 Alumunium dan Paduannya

2.5.1 Sejarah Penemuan Alumunium

Bauksit merupakan salah satu sumber alumunium yang terdapat di

alam. Bauksit ini banyak terdapat di daerah Indonesia terutama di daerah

Bintan dan pulau Kalimantan. Alumunium ini pertama kali ditemukan oleh

Sir Humprey Davy pada tahun 1809 sebagai suatu unsur dan kemudian di

reduksi pertama kali oleh H.C. Oersted pada tahun 1825.

C.M. Hall seorang berkebangsaan Amerika dan Paul Heroult

berkebangsaan Prancis, pada tahun 1886 mengolah alumunium dari alumina

dengan cara elektrolisa dari garam yang terfusi. Selain itu Karl Josep Bayer

seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman mengembangkan proses yang

dikenal dengan nama proses Bayer untuk mendapat alumunium murni.

Proses Bayer ini mendapat alumunium dengan memasukkan bauksit

halus yang sudah dikeringkan kedalam pencampur lalu diolah dengan soda

api (NaOH) dibawah pengaruh tekanan dan suhu diatas titik didih. NaOH

akan bereaksi dengan bauksit menghasilkan aluminat natrium yang larut.

Selanjutnya tekanan dikurangi dengan ampas yang terdiri dari oksida besi,

silicon, titanium dan kotoran-kotoran lainnya dipisahkan. Lalu alumina

natrium tersebut dipompa ke tangki pengendapan dan dibubuhkan Kristal

hidroksida alumina sehingga Kristal itu menjadi inti Kristal. Inti dipanaskan

diatas suhu 980°C dan menghasilkan alumina dan dielektrosida sehingga

terpisah menjadi oksigen dan aluminium murni.Pada setiap 1 kilogram

alumunium memerlukan 2 kilogram alumina dan 4 kilogram bauksit, 0,6

kilogram karbon, criolit dan bahan-bahan lainnya. Penggunaan alumunium

ini menduduki urutan kedua setelah besi dan baja dan tertinggi pada logam

bukan besi untuk kehidupan industri

2.5.2 Sifat-sifat Alumunium

Dalam pengertian kimia alumunium merupakan logam yang reaktif.

Apabila di udara terbuka ia akan bereaksi dengan oksigen, jika reaksi

(19)

Permukaan alumunium sebenarnya bereaksi bahkan lebih cepat daripada

besi. Namun lapisan luar alumunium oksida yang terbentuk pada permukaan

logam itu merekat kuat sekali pada logam dibawahnya, dan membentuk

lapisan yang kedap. Oleh karena itu dapat dipergunakan untuk keperluan

kontruksi tanpa takut pada sifat kimia yang sangat reaktif. Tapi jika logam

bertemu dengan alkali lapisan oksidanya akan mudah larut. Lapisan

oksidanya akan bereaksi secara aktif dan akhirnya akan mudah larut pada

cairan sekali. Sebaliknya berbagai asam termasuk asam nitrat pekat pekat

tidak berpengaruh terhadap alumunium karena lapisan alumunium kedap

terhadap asam.

Alumunium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahan

korosi yang sangat baik karena pada permukaannya terhadap suatu lapisan

oksida yang melindungi logam dari korosi dan hantaran listriknya cukup

baik sekitar 3,2 kali daya hantar listrik besi. Berat jenis alumunium 2,643

kg/m3 cukup ringan dibandingkan logam lain

Kekuatan alumunium yang berkisar 83-310 MPa dapat dilipatkan

melalui pengerjaan dingin atau penerjaan panas. Dengan menambah unsur

pangerjaan panas maka dapat diperoleh paduannya dengan kekuatan

melebihi 700 MPa paduannya.

Alumunium dapat ditempa, diekstruksi, dilengkungkan,

direnggangkan, diputar, dispons, dirol dan ditarik untuk menghasilkan

kawat. Dengan proses pemanasan dapat diperoleh alumunium dengan

bentuk kawat foil, lembaran pelat dan profil. Semua paduan alumunium ini

dapat di mampu bentuk (wrought alloys) dapat di mesin, di las dan di patri

2.5.3 Sistem Penomoran Alumunium

Alumunium dapat diklasifikasikan kepada tiga bagian besar yaitu:

alumunium komersial murni paduan alumunium mampu tempa, dan

alumunium cor. Asosiasi alumunium membuat sistem 4 angka

mengidentifikasikan alumunium. Di bawah ini ada tabel 2.2. yang dibuat

(20)

Tabel 2.2 Alumunium Assosiasi Index System

Sistem ini menunjukkan nomor indeks dari paduan alumunium

termasuk seperti paduan 99% alumunium murni, coper, mangan, silicon

magnesium. Sistem ini tidak menunjukkan paduan terbesar dari elemen

alumunium. Angka kedua mempunyai batas 0 sampai dengan 9. Angka nol

menunjukkan tidak ada kontrol khusus pada pembuatan alumunium. Angka

setelah angka kedua menunjukkan kuantitas minimum dari unsur lain yang

tidak dalam kontrol.

Sebagai contoh alumunium dengan nomor seri 1075. Ini berarti

alumunium mempunyai 99,75% yang terkontrol atau alumunium murni.

Sedangkan 0,25% paduan tanpa kontrol. Nomor 1180 diidentifikasikan

sebagai paduan dimana 99,80% alumunium murni dengan 0,20% berbagai

macam campuran tambahan. ………

Pada seri 2010 sampai 7079 setelah angka kedua tidak mempunyai

arti khusus hanya menunjukkan pabrikasi. Angka ketiga dan terakhir

memperlihatkan berapa paduan yang terkandung pada saat proses

pembuatan. Sebagai contoh alumunium seri 3003 adalah alumunium

mangan alloy yang mengandung sekitar 1,2% mangan dan minimum 90%

alumunium. Contoh lain misalkan 6151 alumunium, adalah paduan

alumunium dengan silicon-magnesium-chromium. Disini angka 6

menunjukkan bahwa paduan adalah magnesium silicon, dan angka 151

sebagai identitas paduan khusus dan persentase dari paduan. Jika angka 1

Paduan Alumunium Nomor

Alumunium 99,5% murni

Alumunium 99,5% murni

Al-Cu merupakan unsur paduan utama

Al-Mn merupakan unsur paduan utama

Al-Si merupakan unsur paduan utama

Al-Mg merupakan unsur paduan utama

Al-Mg dan Si merupakan unsur paduan utama

Al-Zn merupakan unsur paduan utama

(21)

pada digit kedua menunjukkan bahwa paduan itu adalah chromium dan

kandungannya adalah 0,49%. Berarti paduan itu adalah 99,51% terdiri dari

alumunium magnesium dan silicon.

Alumunium juga dapat digolongkan apakah bisa di heat-treatment

atau tidak. Alumunium yang tidak dapat dilakukan perlakuan panas

termasuk alumunium murni atau seri 1000, mangan atau seri 3000 dan

magnesium seri 5000. Alumunium dapat di heat-treatment jika mengandung

satu dari copper, magnesium, silicon ataupun zinc. Seri 4000 adalah seri

silicon dari paduan alumunium yang sebagian besar dapat dilas dan untuk

bahan pengisi pada proses pangelasan.

2.5.4 Paduan-paduan Aluminium yang utama

Alumunium lebih banyak dipakai sebagai paduan daripada logam

murni sebab tidak kehilangan sifat ringan dan sifat-sifat mekanisnya serta

mampu cornya diperbaiki dengan menambah unsur –unsur lain.

Unsur-unsur paduan yang tidak ditambahkan pada alumunium murni selain dapat

menambah kekuatan mekaniknya juga dapat memberikan sifat-sifat baik

lainnya seperti ketahanan korosi dan ketahanan aus.

Adapun paduan-paduan alumunium yang sering dipakai yaitu:

1. Al-Cu dan Al-Cu-Mg

Mempunyai kandungan 4% Cu dan 0,5% Mg untuk menambah

kekuatan paduan mampu mesin yang baik serta dipakai pada bahan

pesawat terbang.

2. Al-Mn

Mn adalah unsur yang memperkuat Al tanpa mengurangi ketahanan

korosi dan dipakai untuk membuat paduan yang tahan korosi.

3. Paduan Al-Si

Sangat baik kecairannya dam mempunyai permukaan yang bagus

sekali, mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik sangat ringan,

koefisien pemuai yang kecil, dan penghantar yang baik untuk listrik

dan panas. Karena kelebihan yang menyolok maka paduan ini sangat

(22)

4. Paduan Al-Mg

Paduan ini mempunyai kandungan magnesium sekitar 4% sampai

10% mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik, dapat ditempa,

di rol dan di ekstruksi. Karena sangat kuat dan mudah di las maka

banyak dipakai sebagai bahan untuk kapal laut, kapal terbang serta

peralatan-peralatan kimia.

2.5.5 Paduan Al-Cu dan Al-Cu-Mg

Seperti telah dikemukakan pada uraian sebelumnya, paduan coran

alumunium ini mengandung 4-5% Cu. Ternyata dari fasa paduan ini

mempunyai daerah luas dari pembekuannya, penyusutan yang besar, resiko

besar pada kegetasan panas dan mudah terjadi retakan pada coran. Adanya

Si sangat berguna untuk mengurangi keadaan itu dan penambahan Si

sefektif untuk memperhalus butir. Dengan perlakuan panas pada paduan ini

dapat dibuat bahan yang mempunyai kekuatan tarik kira-kira 25kgf/mm2 Sebagai paduan, Al-Cu-Mg ini mengandung 4% Cu, dan

0,5%ditemukan oleh A.Wilm dalam usahanya mengembangkan paduan Al

yang kuat, dinamakannya yaitu duralumin. Duralumin adalah paduan praktis

yang sangat terkenal disebut paduan alumunium dengan nomor 2017,

komposisi standarnya adalah 4% Cu, 1,5% Mn dinamakan paduan dengan

nomor 2044 nama lamanya yaitu duralumin super. Paduan yang

mengandung Cu mempunyai ketahanan korosi yang buruk, jadi apabila

diingini ketahanan korosi yang tinggi maka permukaanya dilapisi dengan Al

murni atau paduan alumunium yang tahan korosi yang disebut pelat alklad.

Paduan dalam sistem ini terutama dipakai sebagai bahan pesawat terbang.

(23)

Tabel 2.3. Sifat-sifat paduan Al-Cu-Mg

Paduan Al-Cu-Mg ini dihasilkan melalui proses pencampuran

paduan ini pada temperatur 550°C seperti terlihat pada gambar 2.3. dimana

pada gambar ini paduan harus diupanaskan sampai temperatur A sehingga

komponen-komponen larutan membentuk larutan padat.

(24)

2.5.6 Paduan Al-Si (4030-4039)

Paduan Al-Si ini sangat baik kecairannya, yang mempunyai

permukaan bagus sekali, pada ketegasan panas dan sangat baik untuk

paduan cor. Sebagai tambahan paduan ini mempunyai ketahanan korosi

yang baik dan sangat ringan, koefisien pemuaian yang kecil dan penghantar

listrik dan panas yang baik. Karena mempunyai kelebihan yang mencolok

ini maka paduan ini sangat banyak dipergunakan. Paduan Al-Si ini

ditemukan pertama kali oleh A. Pacz pada tahun 1921 dan paduan yang

telah diadakan perlakuan tersebut dinamakan silumin.

Paduan Al-Si dengan kandungan 12% sangat banyak dipakai untuk

paduan cor cetak. Tetapi dalam hal modifikasi tidak perlu dilakukan.

Sifat-sifat paduan ini dapat diperbaiki dengan perlakuan panas dan sedikit

diperbaiki dengan tambahan unsur paduan lainnya yang umum dipakai yaitu

0,15 – 0,4% Mn dan 0,5% Mg. paduan yang diberi perlakuan peraturan dan ditempa dinamakan silumin β. Paduan yang memerlukan paduan panas ditambah juga dengan unsur Mg, Cu dan Ni untuk memberikan kekerasan

pada saat proses pemanasan. Bahan ini biasa dipakai untuk torak motor.

Tabel 2.4 ini menunjukkan kekuatan dan sifat mekanis Al-Si.

Tabel 2.4 Sifat-sifat kimia paduan Al-Si

Paduan Perlakuan Temperatur Uji (°C) 174°C, 6-10 jam penuaan

(25)

Pada gambar 2.4 juga dapat dilihat terjadinya diagram fasa dari

paduan ini dimana dari gambar ini dapat diketahui titik eutektik yaitu pada

suhu 577°C serta fasa paduan mencair serta terjadinya fasa lainnya.

Gambar 2.4 Diagram Fasa Al-Si

Koefisien pemuaian termal dari Si sangat rendah, oleh karena itu

paduannya mempunyai koefisien yang rendah juaga apabila ditambah Si

lebih banyak. Berbagai cara dicoba untuk memperhalus butir primer Si,

seperti yang telah dikembangkan pada paduan Hypereotektik Al-Si sampai

dengan 29%Si. Paduan Al-Si juga banyak dipakai untuk elektroda

pengerasan terutama yang mengandung 5% Si.

2.5.7 Paduan Al-Mg-Si (6001 – 6069)

Kalau sedikit Mg ditambahkan pada Al pengerasan penuaan sangat

jarang terjadi. Paduan alam sistem ini mempunyai kekuatan yang kurang

(26)

tetapi sangat liat dan sangat baik mampu bentuknya yang tinggi pada

temperatur biasa. Mempunyai kemampuan bentuk yang lebih baik pada

ekstruksi dan tahan korosi dan sebagai tambahan banyak digunakan untuk

angka-angka konstruksi.

Karena paduan ini mempunyai kekuatan yang sangat baik tanpa

mengurangi sifat kehantaran listriknya maka dapat digunakan untuk kabel

tenaga listrik. Dalam hal ini pencampuran dengan Cu, Fe dan Mn perlu

dihindari karena unsur-unsur itu menyebabkan tahanan listrik menjadi

tinggi. Kelebihan dari paduan Al-Mg-Si dapat dilihat pada tabel 2.5,

sedangkan untuk perubahan fasa dari paduan ini dapat dilihat dari gambar

2.5.

Tabel 2.5 Sifat-sifat paduan Al-Mg-Si (lit 8 hal 139)

Paduan Keadaan

(27)

2.5.8 Paduan Al-Mg-Zn (7075)

Alumunium menyebabkan keseimbangan biner semu dengan

senyawa antar logam MgZn2 dan kelarutannya menurun apabila temperatur turun. Telah Diketahui sejak lama bahwa paduan sistem ini dapat dibuat

keras sekali dengan penuaan setelah perlakuan pelarutan. Tetapi sejak lama

tidak dipakai sebab mempunyai sifat patah getas oleh retakan korosi

tegangan

Di Jepang pada permulaan tahun 1940 Igarasi dan kawan-kawan

mengadakan studi dan berhasil mengembangkan suatu paduan logam

dengan penambahan kira-kira 3% Mn atau Cr dimana butir kristal dapat

diperhalus dan mengubah bentuk resivitasi serta retakan korosi tegangan

hampir tidak terjadi. Pada saat itu paduan tersebut dinamakan Duralumin

super ekstra.

Paduan yang terdiri dari 5,5% Zn, 2,5-1,5% Mn, 1,5% Cu, 0,3%

Cr, 0,2% Mn dan sisanya Al sekarang dinamakan paduan 7075 mempunyai

kekuatan tertinggi diantara paduan-paduan lainnya. Sifat-sifat mekaniknya

dapat dilihat pada tabel 2.6. Penggunaan paduan ini yang paling besar

adalah untuk bahan konstruksi untuk pesawat terbang. Disamping itu

penggunaannya juga penting untuk bahan konstruksi. Perubahan fasa dari

paduan ini dapat dilihat pada gambar 2.6. dimana pada gambar ini dapat

dilihat fasa-fasa untuk mendapatkan paduan ini.

Tabel 2.6 Sifat-sifat paduan Al-Mg-Zn (lit 8 hal 141)

(28)

Gambar 2.6 Diagram Fasa paduan Al-Mg-Zn

2.6 Dapur Crucible

Dapur Crucible adalah jenis dapur yang paling tua digunakan.

Dapur ini mempunyai konstruksi paling sederhana. Dapur ini ada yang

menggunakan kedudukan tetap dimana pengambilan logam cair dengan

memakai gayung. Dapur ini sangat Fleksibel dan serba guna untuk

peleburan yang skala kecil dan sedang. Bahan bakar Dapur Crucible ini bisa

berupa gas, padat, dan cair. Karena bantuknya yang sederhana maka dapur

ini mudah dalam mengawasi operasinya. Ada pula dapur yang dapat

dimiringkan sehingga pengambilan logam dengan menampung dibawahnya.

Dapur ini biasanya dipakai untuk skala sedang dan skala besar. Dapur

Crucible jenis ini ada yang dioperasikan dengan tenaga listrik sebagai alat

pemanasnya yaitu dengan induksi listrik frekuensi rendah dan juga dapat

dengan bahan bakar gas atau minyak, sedangkan dapur Crucible yang

memakai burner sebagai alat pemanas dengan kedudukan tetap dapat dilihat

(29)

Gambar 2.7 Dapur kedudukan tetap

(30)

Tanur udara terbuka adalah tanur yang bentuknya seperti tungku

yang agak rendah dan logam cair akan akan melebur dan dangkal. Pada

bagian bawah tanur dipasang 4 buah ruang pemanas (regenerator ). Tanur

juga disangga oleh dua buah rol yang memungkinkan untuk dimiringkan

pada saat pengeluaran terak atau logam cair. Burner diletakkan pada kedua

sisi tanur dan dioperasikan secara periodik untuk mendapatkan panas yang

merata. Bahan bakar yang digunakan adalah gas atau minyak. Udara

pembakaran dan bahan bakar biasanya dipanaskan mula dengan melewatkan

pada ruang pemanas dibawah tanur. Pemanasan ini bertujuan untuk

mempercepat terjadinya pembakaran dan menjaga agar tidak terjadi

perubahan suhu yang mencolok didalam tanur. Pintu pengisian terletak di

sisi depannya. Tanur udara terbuka biasanya digunakan untuk peleburan

baja. Tanur udara terbuka dapat dilihat pada gambar 2.9 dibawah ini

Gambar 2.9. Tanur udara terbuka (a) tanur udara terbuka (b) penampang

melintang

Tanur udara adalah bentuk yang dimodifikasi dari tanur udara

terbuka. Bentuknya hampir sama dengan tanur udara terbuka, penampang

tempat logam cair berbentuk lebar dan dangkal. Tanur dipanaskan dengan

alat pemanas dengan bahan bakar minyak . Burner dan udara pembakaran

(31)

keluar dari ujung yang lain. Komposisi kimia dapat dikontrol lebih baik

pada dapur ini dibanding dengan dapur Kupola. Bila ingin melakukan

penambahan dilakukan dengan membuka tutup tanur dan menuangkannya

dari atas.

Tanur ini biasanya digunakan untuk melebur besi cor putih dan besi

cor mampu tempa, dan kadang juga digunakan untuk peleburan logam non

besi. Biaya operasi tanur ini lebih tinggi dibandingkan dengan kupola.

Sering juga tanur ini dikombinasikan dengan kupola dalam operasinya.

Mula-mula peleburan dilakukan dengan kupola kemudian cairan

dipindahkan ke tanur udara untuk diatur komposisinya. Skema tanur udara

dapat dilihat pada gambar 2.10

Gambar 2.10. Penampang tanur udara

Tanur induksi listrik adalah tanur yang melebur logam dengan

medan elektromagnet yang dihasilkan oleh induksi listrik, baik yang

berfrekuensi rendah maupun yang berfrekuensi tinggi. Tanur induksi

biasanya berbentuk Crucible yang dapat dimiringkan. Tanur ini dipakai

untuk melebur baja paduan tinggi, baja perkakas, baja untuk cetakan, baja

tahan karat,dan baja tahan panas yang tinggi. Tanur ini bekerja berdasarkan

arus induksi yang timbul dalam muatan yang menimbulkan panas sehingga

memanasi Crucible dan mencairkan logam di dalam Crucible. Bentuk dari

(32)

Gambar 2.11. Tanur Induksi (a) Penampang (b) Kumparan yang bisa

(33)

2.7 Batu Tahan Api

Pemilihan bahan batu yang akan digunakan untuk dapur pelebur tipe

Crucible dengan bahan bakar padat ini, ditentukan dengan memperhatikan

sifat-sifat dapur tersebut seperti dapur yang bekerja sampai temperatur

13000C serta perhitungan biaya dari banyaknya batu bata yang digunakan. Diharapkan pada suhu yang direncanakan tersebut bahan dari dapur

tidak akan berubah sifatnya akibat pembebanan panas sehingga terjadi

perubahan struktur dari bahan. Koefisien dari daya hantar panas juga

tergantung dari suhu karena koefisien ini akan berkurang nilainya bila suhu

dinaikkan. Oleh karena itu dalam pemilihan batu bata untuk lapisan dinding

dapur dan alas dapur bahannya haruslah ditentukan dan dipilih sebaik

mungkin agar dapat bertahan lama dan dapat meningkatkan efisiensi dapur.

2.7.1 Pemilihan Batu Tahan Api

Batu bata yang umum digunakan unuk dapur pelebur tipe Crucible

adalah Batu bata yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a) Tidak melebur pada suhu yang relatif tinggi

b) Sanggup menahan lanjutan panas yang terjadi tiba-tiba ketika

pembebanan suhu

c) Tidak hancur di bawah pengaruh tekanan yang tinggi ketika

digunakan pada suhu yang tinggi.

d) Mempunyai koefisien thermal yang rendah sehingga dapat

memperkecil suhu yang keluar

e) Memiliki tekanan listrik yang tinggi jika digunakan untuk dapur

listrik.

Bahan batu bata ini diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu

golongan Asam, Basa dan Netral. Pemilihan ini sesuai dengan dapur apa

yang akan dipergunakan. Adapun bahan-bahan dari bahan batu bata ini

(34)

1. Bahan Batu Bata Jenis Asam

Biasanya terdiri dari pasir silika dan tanah liat tahan api. Silika

dalam bentuk murni melebur pada suhu 1710 oC bahan ini terdiri dari hidrat alumina silica (Al2O3, 2SiO2, 2H2O ).

2. Bahan Batu Bata Jenis Basa

Biasanya terdiri dari magnesia, clionic magnesia, dan dolomite

magnesia mempunyai titik lebur tinggi dan baik untuk melawan

korosi, bahan-bahan ini terdiri dari 20 -30 % MgO dan 70 -80 %

cliromite dolomite terdiri dari kalsium karbinat dan magnesia

(CaCO3, MgCO3). Dolomite stabil yang terdiri dari CaCO3, SiO3,, MgO adalah bahan yang lebih baik daripada dolomite biasa sehingga

lebih tidak mudah retak.

3. Bahan Batu Bata Jenis Netral

Terdiri dari karbon, grafit, cliromite, dan silimanite. Bahan ini tidak

membentuk fasa cair pada pemanasan penyimpan kekuatan pada

suhu tinggi jenis cliromite terbuat dari biji cliromite yang

komposisinya terdiri dari 32 % FeO dan 68 % CrO3 dan mempunyai

titik cair sekitar 2180 0C silimate terdiri dari 63 % Al2O3, dan 37 % SiO2 dan mempunyai titik cair sekitar 1900 0C)

2.7.2 Bahan Batu Tahan Api

Bahan dasar untuk pembuatan batu bata yang dibakar adalah tanah

liat. Tanah liat itu terjadi dari tanah napal ( tanah tawas asam kersik) yang

dicampur dengan bahan yang lain seperti pasir. Bahan dasar tanah liat

didapat di alam dalam berbagai susunan yang dapat dipakai begitu saja

untuk industri batu bata. Dua sifat menyebabkan tanah liat cukup dipakai

untuk industri bakar:

1. Keadaan liat atau dapat diremas yang perlu untuk tetap berada

dalam bentuk yang sekali diberikan

2. Struktur seperti batu bata yang baru terjadi setelah hasil pembakaran.

Jika panas terlampau tinggi dalam pembakaran maka bahan bakar

(35)

Dasar dan susunan bahan-bahan menentukan besarnya derajat panas yang

dibutuhkan . Untuk menggantikan struktur asli dalam struktur batu bata

atau untuk melebur batu bata. Kualitas hasil yang didapat bertalian rapat

dengan susunan. Tanah liat ,zat bakar ,panas yang terjadi jika membakar

dan lamanya membakar... (lit 11 hal 136)

Bahan tahan panas yang dipakai untuk apur ini adalah batu bata deli

clay dan biasa juga disebut dengan batu bata pakam yang termasuk

golongan bahan batu bata jenis asam dimana konduktivitas dari batu bata ini

adalah 0,69 W/m 0C. Pemilihan batu bata ini berdasarkan penelitian yaitu batu bata dipanasi sampai suhu kurang lebih 1000 0C di dalam oven pemanas dilakukan berulang kali dan diteliti keadaannya. Ternyata batu bata

ini tidak mengalami perubahan bentuk struktur mekanis dan fisiknya secara

besar atau batu bata ini mampu dan sesuai untuk digunakan pada dapur

peleburan ini... (lit 11 hal 136)

Dengan tahannya batu bata ini dipanasi sampai suhu diatas 1200 0C, sedangkan suhu dapur yang direncanakan hanya lebih kurang 1000 0C sehingga batu bata deli clay ini dapat digunakan untuk dapur pelebur, selain

itu harga dari tiap batu bata deli clay relative murah dari batu bata jenis lain

serta mempunyai kekuatan yang baik sehingga dapat menahan beban yang

akan ditumpu oleh batu bata ini , keuntungan yang lain adalah konduktivitas

dari batu bata ini juga kecil sehingga dapat mengurangi panas yang keluar

dari ruang bakar sehingga efisiensi panas dapat lebih

ditingkatkan... (lit 11 hal 136)

2.8 Semen Tahan Api

Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat batu tahan api yang satu

dengan batu tahan api yang lain. Bahan pengikat juga dapat digunakan

untuk menutup celah yang terjadi dari penyusunan batu tahan api sehingga

mengurangi terbuangnya panas di dalam ruang bakar. Bahan pengikat yang

dipakai ini adalah semen tahan api.

Untuk dapur peleburan ini dipakai bahan pengikat yaitu semen tahan

(36)

a) SiO2 dengan kadar 96,33 %

Sebagai bahan pengikat, semen ini dicampur dengan air dan pasir silica

dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Campuran semen dan pasir silica ini

kemudian diaduk selama kurang lebih 2 menit dan kemudian ditambahkan

air dan diaduk kurang lebih 3 menit. Kadar air harus dijaga sebaik mungkin

karena bila kadar air berlebihan akan menyebabkan gelembung gas dan

lubang-lubang kecil sedangkan bila air terlalu sedikit semen akan

kehilangan sifat lekatnya sehingga tidak dapat mengikat batu bata dengan

baik dan akibatnya batu bata dapat ambruk atau berlepasan. Selain kadar air

yang berlebihan menyebabkan air berusaha melepaskan diri sehingga

akibatnya permeabilitas permukaan yang besar.

Pemakaian bahan pengikat juga memerlukan teknik yang baik.

Kadar semen dan pasir silica juga menjadi faktor yang penting karena bila

kadar semen yang terlalu sedikit selain menyebabkan kehilangan sifat

lekatnya juga dapat membentuk gumpalan-gumpalan pasir serta

menyebabkan konstruksi batu bata mudah dibongkar.

2.9Perpindahan Panas

Penerapa prinsip-prinsip perpindahan kalor untuk merancang

(design) alat-alat guna mencapai sesuatu tujuan teknik sangatlah penting,

karena dalam menerapkan prinsip ke dalam rancanganlah orang bekerja

ke arah pencapaian tujuan untuk mengembangkan barang hasil yang

memberikan manfaat ekonomi. Akhirnya ekonomi pulalah yang memegang

peranan penting dalam perancangan dan dan pemilihan material penukar

(37)

Setiap penerapan tertentu akan menentukan kaidah yang harus

dipatuhi untuk mendapatkan rancangan yang terbaik yang sesuai dengan

kebutuhan dan pertimbangan ekonomi.

Dalam perancangan dinding dapur menggunakan batu tahan api dan

plat berbentuk tabung. Perpindahan panas dari tabung ini menggunakan

rumus :

T1 Tf = T2

R1 = R2 =

q

=

=

…..…….………..(lit 5 hal.65)

dimana :

q = perpindahan kalor

T1 = suhu dalam

T2 = suhu luar

K = konduktifitas termal

h = koefisien perpindahan kalor

L = panjang selinder

(38)

Pada perancangan ini dingunakan 2 jenis material yaitu batu tahan api dan

plat baja, maka bentuk dari dinding ini seperti selinder 2 lapis. Untuk

selinder 2 lapis ini digunakan persamaan :

R2 =

T1 T2

R1 = R3 =

Maka digunakan persamaan:

q =

(39)

BAB III

PERENCANAAN DAPUR

3.1 Konstruksi Dapur Pelebur

Crucible ini dirancang untuk melebur logam, dalam

perancangan ini adalah paduan aluminium. Selanjutnya setelah

logam mencair, logam cair tersebut dituang ke dalam cetakan

kemudian dilakukan proses pendinginan dan selanjutnya dilakukan

proses permesinan.

Pada gambar 3.1 dapat dilihat bentuk konstruksi dari Dapur

Crucible yaitu sebuah cawan pelebur (Crucible Grafit) yang terletak

ditengah-tengah sebuah yang tumpu oleh batu tahan api dan dilapisi

dengan penyekat panas kemudian terdapat ruang bakar diantara

cawan pelebur dan dinding penyekat panas.

(40)

Gambar 3.2. Dapur Pelebur

Alasan pemilihan dapur Crucible yang akan digunakan di

banding dengan memakai dapur pelebur jenis lainnya karena:

a. Dapur pelebur ini tidak memerlukan teknik

pengoperasian yang terlalu rumit dibanding dapur

pelebur jenis lainnya, sehingga cocok digunakan untuk

penelitian dan praktikum bagi Laboratorium Foundry.

b. Dapur Crucible ini dapat menggunakan bahan bakar

yang ekonomis sesuai dengan kemampuan mahasiswa,

seperti batubara.

c. Cocok digunakan untuk melebur logam bukan besi yang

mempunyai temperatur cair yang cukup tinggi seperti

alumunium dan Tembaga.

d. Mudah dalam pengoperasiannya terutama untuk

(41)

Crucible ini memakai bahan bakar batubara yang memanasi

sebuah cawan lebur yang terletak ditengah-tengah sebuah silinder

baja yang dilapisi dengan batu tahan api, dimana antara cawan

lebur dan batu bata tersebut terdapat ruang bakar.

3.2 Cawan Lebur

Fungsi cawan lebur adalah tempat untuk menahan logam

cair dalam tungku peleburan selama proses peleburan berlangsung.

Cawan tersebut harus mempunyai titik cair yang jauh lebih tinggi

dari titik cair logam yang akan dilebur.

Banyak jenis bahan cawan lebur yang mempunyai bahan

dan ketahanan panas yang berbeda. Pemilihan cawan harus sesuai

dengan kapasitas dan logam apa yang akan dilebur. Adapun

jenis-jenis cawan lebur yang sering dipakai adalah:

1. Crucible Baja cor

Crucible Baja cor dapat dijadikan crucible

karena baja ini adalah logam yang memiliki titik lebur

yang tinggi. Baja ini mempunyai titik lebur hingga

1425°C. Namun logam ini hanya dapat digunakan

untuk melebur logam-logam yang mempunyai titik

cair rendah seperti aluminium.

Biasanya crucible jenis ini dipakai di home

industri untuk peleburan aluminium, karena rucible

baja cor ini mempunyai kelemahan, crucible ini tidak

mampu melebur logam dengan kapasitas besar secara

terus menerus. Jika digunakan secara terus menerus

dapat mengakibatkan penipisan pada dinding luar

sehingga kurang baik jika dipakai oleh industri

(42)

2. Crucible Grafit

Crucible Grafit adalah crucible yang paling

sering digunakan pada industri peleburan. Crusible jenis

ini sangat baik digunakan untuk peleburan logam. Grafit

adalah bahan yang ideal digunakan dalam proses

peleburan karena grafit mempunyai titik lebur yang

tinggi. Grafit mempunyai titik lebur hingga 3623°C.

Komposisi dari crucible grafit ini adalah karbon dan

karbida silikon.

Crucible grafit ini dibuat dengan proses

sintering. Sintering adalah proses pemanasan dibawah

suhu leleh dan dalam bentuk padat untuk membentuk

fase tertentu dan mengompakkan komposisi fase yang

diinginkan. Sintering menggunakan energi panas untuk

proses penyatuan antar partikel.

3. Crucible Keramik

Keramik juga mempunyai sifat keras, kuat dan

stabil dalam temperature tinggi. Sifat keramik yang baik

inilah yang membuat keramik sering digunakan dalam

bahan untuk pembuatan alat mesin yang bekerja dalam

temperature tinggi seperti turbin dan kendaraan.

Keramik yang mempunyai senyawa oksida dan

sulfida yang mempunyai sifat konduktor yang baik.

Crucible ini baik digunakan pada dapur induksi. Tetapi

crucible jenis ini jarang digunakan dalam industri

peleburan karena mengingat harganya yang mahal.

Pada perencanaan ini cawan lebur yang dipakai adalah

Crucible Grafit yang dapat menampung 50 kg logam cair

aluminium dan mempunyai titik lebur yang tinggi sehingga sifatnya

tidak berubah pada saat proses peleburan. Pemilihan cawan lebur

(43)

yang akan dilebur yaitu alumunium dengan temperatur cair 659°C

dan temperatur tuang 750°C, sedangkan cawan lebur grafit

mempunyai titik lebur 3623°C. Cawan lebur yang akan

direncanakan ini juga harus mempunyai ruang volume cawan yang

mampu menampung logam cair alumunium sesuai dengan

spesifikasi tugas yaitu kurang lebih 50 kg metal cair.

Dapat diketahui temperatur cair dari cawan lebur yaitu

Crucible Grafit berkisar 3623°C. sedangkan dapur ini hanya bekerja

pada temperatur maksimum 1300°C dan masih berada dibawah batas

temperatur kerja dari cawan berbahan grafit ini.

Maka dapat dibuat sifat-sifat Crucible yang digunakan yaitu:

Bahan : Grafit

Titik Cair : 3623° K

Koefisien Pemuaian Panas : 10 × 10-6/°C

Kekuatan tarik : 70 kg/mm2

Bentuk ukuran dari cawan lebur dapat dilihat pada gambar 3.2

(44)

3.3 Batu Tahan Api

Batu adalah bahan yang dapat menahan temperatur tinggi

dari panas yang terjadi di dalam dapur selama beroperasi. Terdiri

dari pasir silika dan tanah liat tahan api.

Pada batu bata tahan api terdapat dua jenis bata yang di

pergunakan yaitu:

1 . Bata tahan api empat persegi panjang .

Dimana ukuranya sebagai berikut:

Panjang = 200 mm

Lebar = 100 mm

Tinggi = 50 mm

2 . Bata tahan api segitiga lancip

Dimana ukuranya sebagai berikut:

Panjang = 140 mm

Lebar = 70 mm

Tinggi = 50mm

Dimensi batu bata dapat dilihat pada gambar 3.3

(45)

Untuk dinding dan alas dapur diperlukan kombinasi tipe

empat persegi panjang dan tipe segitiga lancip sedangkan untuk

pendukung cawan pelebur digunakan tipe lurus. Batu bata disusun

dan sebagai bahan pengikat dipakai semen tahan api dengan

karakteristik sebagai berikut :

Titik lebur : 1715°C

Konduktivitas : 1,16 W/m°C

3.4 Penumpu Cawan Lebur

Penumpu cawan lebur berfungsi untuk menumpu cawan

lebur pada ruang bakar. Penumpu ini terbuat dari batu bata tahan api

yang mampu menahan temperatur 1715°C sedangkan temperatur

ruang bakar hanya sampai sekitar 800°C. Penumpu juga harus

mempunyai kekuatan untuk menahan beban dari crucible dan

aluminium yang akan di cairkan. Dengan pertimbangan ini maka

penumpu menggunakan batu tahan api jenis SK-32 yang mempunyai

karakteristik:

Tinggi : 100 mm

Lebar : 50 mm

Panjang : 200 mm

Penumpu ini akan menahan berat dari logam yang akan dilebur dan

berat dari cawan lebur.

(46)

3.5 Semen Tahan Api

Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat batu tahan api

yang satu dengan batu tahan api yang lain. Bahan pengikat juga

dapat digunakan untuk menutup celah yang terjadi dari penyusunan

batu tahan api sehingga mengurangi terbuangnya panas di dalam

ruang bakar. Bahan pengikat yang dipakai ini adalah semen tahan

api.

Untuk dapur peleburan ini dipakai bahan pengikat yaitu

semen tahan api yang dijual dipasaran dengan komposisi kimia :

a. SiO2 dengan kadar 96,33 %

Ketahanan temperatur dari semen tahan api ini adalah

1400oC. Sebagai bahan pengikat, semen ini dicampur dengan air dan pasir silica dengan perbandingan Air : Pasir : Semen Tahan Api = 1 :

2 : 3.

3.6. Dinding Luar

Dinding luar yang dipakai pada dapur terbuat dari baja

karbon dengan pengerjaan tempa. Penempaan plat baja

menggunakan system rol sehingga membentuk selinder. Plat ini

digunakan untuk mempermudah penyusunan batu tahan api pada

saat proses pembuatan dapur, juga dapat mencegah robohnya

(47)

Pada dapur ini digunakan plat yang mempunyai ketebalan 2,5

mm, sehingga memudahkan pada saat pengerolan.

Karakteristik dari dinding luar ini adalah:

Bahan : Baja karbon rendah AISI 1019

Titik cair : 1170°C

Konduktivitas thermal : 54 W/m°C

Kekuatan tarik : 47 kg/mm2

Gambar 3.6 Dinding luar

3.8 Pemilihan Alat Bantu Pembakaran

Bahan bakar yang digunakan pada crucible ini adalah

batubara. Dalam hal ini pembakaran batubara tidak dapat dibakar

begitu saja untuk memanaskan paduan aluminium, tetapi arus

menggunakan alat bantu pembakaran yang dapat menyuplai

oksigen ke dalam ruang bakar. Untuk itu digunakan blower.

(48)

agar pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar lebih

maksimal. Penggunaanya memang sudah banyak di kalangan

industri-industri, terutama yang memakai bahan bakar padat.

Pemilihan blower dalam hal ini menyusuaikan dengan

rancangan lubang yang ada pada dapur. Dalam perancangan ini,

digunakan blower tipe sentrifugal. Salah satu jennisnya adalah

blower keong.

Adapun spesifikasi dari blower ini adalah:

Merk : Katsu ( Made In China )

Tipe : sentrifugal

Ukuran ; 2”

Putaran : 6000 rpm

Kapasitas Blower : 109,281 /kg

Penggunaan blower pada dapur tidak terlalu rumit,

hanya dengan meletakkan blower di muka lubang tempat masuk

bahan bakar, lalu dihidupkan sampai paduan alumunium mencair.

Gambar blower dapat kita lihat pada gambar 3.7 di bawah ini :

(49)

BAB IV

PEMILIHAN BAHAN

4.1 CAWAN LEBUR

Fungsi cawan lebur adalah tempat untuk logam cair selama proses

peleburan berlangsung. Cawan tersebut harus mempunyai titik cair yang

jauh lebih tinggi dari titik cair logam yang akan dilebur. Pada perencanaan

ini cawan lebur yang dipakai adalah Crucible Grafit yang dapat menampung

50 kg logam cair. Crucible Grafit ini bagian atasnya mempunyai lubang

tempat masuknya logam yang akan di cairkan.

Dari kapasitas cawan lebur yang mempunyai kapasitas sebesar 50 kg

maka bias didapat volume dari cawan lebur.

Volume dari cawan lebur adalah:

V =

=

= 0,0188 m

3

= 18,8 liter

Maka volume dari cawan lebur adalah 18,8 liter.

Agar cairan tidak tumpah maka ditambahkan 10% dari dimensi cawan

(50)

Untuk mendapatkan tinggi yang sesuai pada cawan lebur ini, maka

untuk diameter luar dan tebal dari cawan lebur ini ditentukan dengan besar

yaitu:

Diameter luar : 300 mm

• Tebal : 2,8mm

Maka dari volume cawan lebur yang mempunyai volume sebesar

20,6 liter dapat ditentukan ukuran dari tinggi cawan lebur yaitu:

Volume 20,6 liter = 0,020 m3

Volume = volume bola + Volume selinder

= π + (Luas alas × Tinggi)

20600000 mm3 = (3,14)(122 mm)3 + (3,14 × (122 mm)2 × T )

20600000 mm3 = 3801175,2 mm3 + 46735,76mm2 T

T =

= 359,44 mm

Dari hasil perhitungan maka didapat tinggi dari dimensi cawan lebur

sebagai berikut:

• Tinggi : 482 mm

Dari data diatas maka dapat dihitung masa cawan lebur:

- -

= 25,43 + 1,3468

(51)

Pemilihan silinder grafit ini sebagai cawan lebur didasarkan pada

logam yang akan dilebur yaitu alumunium dengan temperature cair

659°C dan tembaga dengan temperature cair 1083 °C, sedangkan

silinder grafit mempunyai titik lebur 3623°C. Cawan lebur yang

akan direncanakan ini juga harus mempunyai ruang volume cawan

yang mampu menampung logam cair alumunium sesuai dengan

spesifikasi tugas yaitu kurang lebih 50 kg metal cair.

Maka dapat dibuat sifat-sifat Crucible yang digunakan yaitu:

Bahan : Grafit

Titik Cair : 3623° K

Koefisien Pemuaian Panas : 10 × 10-6/°C

Kekuatan tarik : 70 kg/mm2

Bentuk ukuran dari cawan lebur dapat dilihat pada gambar 4.1

(52)

4.2 Batu Tahan Api

Pemilihan bahan batu bata yang akan digunakan untuk dapur pelebur

tipe Crucible dengan bahan bakar batu bara ini, ditentukan dengan

memperhatikan sifat-sifat dapur tersebut seperti dapur yang bekerja sampai

temperatur 13000C .

Diharapkan pada suhu yang direncanakan tersebut bahan dari dapur

tidak akan berubah sifatnya akibat pembebanan panas sehingga terjadi

perubahan struktur dari bahan. Koefisien dari daya hantar panas juga

tergantung dari suhu karena koefisien ini akan berkurang nilainya bila suhu

dinaikkan.

Oleh karena itu dalam pemilihan batu bata untuk lapisan dinding dapur

dan alas dapur bahannya haruslah ditentukan dan dipilih sebaik mungkin

agar dapat bertahan lama, tidak mudah pisah dan dapat meningkatkan

efisiensi dapur. Batu yang digunakan adalah jenis SK-32,yang mempunyai

karakteristik:

Titik lebur : 1715°C

Konduktivitas : 1,16 W/m°C

Dimensi batu tahan api dapat dilihat pada gambar 4.2

(53)

4. 2.1 Pemilihan Batu Tahan Api

Batu bata yang umum digunakan unuk dapur pelebur tipe Crucible

adalah Batu bata yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a) Tidak melebur pada suhu yang relatif tinggi

b) Sanggup menahan lanjutan panas yang terjadi tiba-tiba ketika

pembebanan suhu

c) Tidak hancur di bawah pengaruh tekanan yang tinggi ketika

digunakan pada suhu yang tinggi.

d) Mempunyai koefisien thermal yang rendah sehingga dapat

memperkecil suhu yang keluar

e) Memiliki tekanan listrik yang tinggi jika digunakan untuk dapur

listrik.

Bahan batu bata ini diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu

golongan Asam, Basa dan Netral. Pemilihan ini sesuai dengan dapur apa

yang akan dipergunakan . Adapun bahan-bahan dari bahan batu bata ini

adalah:

1. Bahan Batu Bata Jenis Asam

Biasanya terdiri dari pasir silika dan tanah liat tahan api. Silika

dalam bentuk murni melebur pada suhu 1710 oC bahan ini terdiri dari hidrat alumina silica (Al2O3, 2SiO2, 2H2O ).

2. Bahan Batu Bata Jenis Basa

Biasanya terdiri dari magnesia, clionic magnesia, dan dolomite

magnesia mempunyai titik lebur tinggi dan baik untuk melawan

korosi, bahan-bahan ini terdiri dari 20 -30 % MgO dan 70 -80 %

cliromite dolomite terdiri dari kalsium karbinat dan magnesia

(CaCO3, MgCO3). Dolomite stabil yang terdiri dari CaCO3, SiO3,, MgO adalah bahan yang lebih baik daripada dolomite biasa sehingga

lebih tidak mudah retak.

3. Bahan Batu Bata Jenis Netral

Terdiri dari karbon, grafit, cliromite, dan silimanite. Bahan ini tidak

(54)

suhu tinggi jenis cliromite terbuat dari biji cliromite yang

komposisinya terdiri dari 32 % FeO dan 68 % CrO3 dan mempunyai

titik cair sekitar 2180 0C silimate terdiri dari 63 % Al2O3, dan 37 % SiO2 dan mempunyai titik cair sekitar 1900 0C .

4.2.2 Bahan Batu Tahan Api

Bahan dasar untuk pembuatan batu bata yang dibakar adalah tanah

liat. Tanah liat itu terjadi dari tanah napal ( tanah tawas asam kersik) yang

dicampur dengan bahan yang lain seperti pasir. Bahan dasar tanah liat

didapat di alam dalam berbagai susunan yang dapat dipakai begitu saja

untuk industri batu bata. Dua sifat menyebabkan tanah liat cukup dipakai

untuk inustri bakar:

1. Keadaan liat atau dapat diremas yang perlu untuk tetap berada

dalam bentuk yang sekali diberikan

2. Struktur seperti batu bata yang baru terjadi setelah hasil pembakaran.

Jika panas terlampau tinggi dalam pembakaran maka bahan bakar

dapat melebur. Tidak semua jenis tanah liat melebur pada saat yang sama.

Dasar dan susunan bahan-bahan menentukan besarnya derajat panas yang

dibutuhkan . Untuk menggantikan struktur asli dalam struktur batu bata

atau untuk melebur batu bata. Kualitas hasil yang didapat bertalian rapat

dengan susunan. Tanah liat ,zat bakar ,panas yang terjadi jika membakar

dan lamanya membakar.

Bahan tahan panas yang dipakai untuk dapur ini adalah batu bata

pakam yang termasuk golongan bahan batu bata jenis asam dimana

konduktivitas dari batu bata ini adalah 0,69 W/m 0C. Pemilihan batu bata ini berdasarkan penelitian yaitu batu bata dipanasi sampai suhu kurang lebih

1700 0C di dalam oven pemanas dilakukan berulang kali dan diteliti keadaannya. Ternyata batu bata ini tidak mengalami perubahan bentuk

struktur mekanis dan fisiknya secara besar atau batu bata ini mampu dan

(55)

Dengan tahannya batu bata ini dipanasi sampai suhu sekitar 1715 0C, sedangkan suhu dapur yang direncanakan hanya lebih kurang 1300 0C sehingga batu bata tahan api jenis ini dapat digunakan untuk dapur pelebur,

selain itu harga dari tiap batu bata tahan api jenis ini relative murah dari batu

bata jenis lain serta mempunyai kekuatan yang baik sehingga dapat

menahan beban yang akan ditumpu oleh batu bata ini , keuntungan yang lain

adalah konduktivitas dari batu bata ini juga kecil sehingga dapat mengurangi

panas yang keluar dari ruang bakar sehingga efisiensi panas dapat lebih

ditingkatkan.

4.3 Semen Tahan Api

Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat batu serta untuk menutup

celah yang terjadi dari penyusunan batu tahan api. Bahan pengikat yang

dipakai ini adalah semen tahan api yang juga dapat menambah ketahanan

batu terhadap suhu tinggi.

Untuk dapur peleburan ini dipakai bahan pengikat semen tahan api

dengan komposisi kimia :

a. SiO2 dengan kadar 96,33% b. Al2O3 dengan kadar 0,28%

c. CaO dengan kadar 2,74%

d. Fe2O3 dengan kadar 0,56%

e. Na2O dengan kadar 0,04%

f. K2O dengan kadar 0,04%

g. TiO2 dengan kadar 0,03%

(56)

4.4 Dinding Luar

Dinding luar yang dipakai terbuat dari baja karbon dengan pengerjaan

tempa. Ketebalan dinding adalah 2,5 mm. Plat baja karbon dirol untuk

membentuknya menjadi silinder berdiameter 900 mm. untuk dinding

penahan bagian bawah dipasang baja karbon dengan ketebalan 3 mm

Dimana:

L = π.D

L = Panjang plat sebelum dirol

D = Diameter drum (mm)

L = π . 900 = 2826 mm

Gambar 4.3. Bentangan Plat

Massa dinding luar adalah :

m3 = berat dinding samping

(57)

dimana :

Dd = diameter dinding luar

= 0,9025

t = tinggi dinding

= 0,8 m

d = tebal dinding samping

= 0,0025 m

= berat jenis dinding

= 7833 kg/m3 ………...…(lit.5 hal 581)

Maka :

m3 = π . 0,9025 . 0,8 . 0,0025 .7833

= 44,39 kg

Karakteristik dari dinding luar ini adalah:

Bahan : Baja karbon rendah AISI 1109

Titik cair : 1170°C

Konduktivitas thermal : 54 W/m°C

Kekuatan tarik : 47 kg/mm

4.5 Perhitungan Kebutuhan Kalor Aluminium

Bahan bakar yang dipakai untuk dapur pelebur ini adalah bahan

bakar jenis padat, yaitu batubara. selain bahan bakar padat, dapur crucible

dapat juga menggunakan bahan bakar cair dan gas. Sifat-sifat yang penting

dari bahan bakar ini adalah nilai pembakaran., berat atom, berat jenisnya

(58)

Untuk mendapatkan jumlah bahan bakar yang akan digunakan maka

harus diketahui jumlah panas yang terpakai dan terbuang.

4.5.1. Kalor Untuk Melebur Alumunium (Q1)

Kalor yang dibutuhkan untuk meleburkan alumunium meliputi:

a) QA yaitu kalor yang menaikkan temperature Alumunium padat

dari 27°C suhu kamar hingga mancapai titik peleburan

Alumunium (660°C)

b) QB yaitu kalor yang berubah fasa Alumunium padat menjadi cair

(kalor latent) pada suhu 660°C.

c) QC yaitu kalor untuk menaikkan temperature alumunium cair dari

660°C ke temperature penuang 750°C.

Maka kalor yang dibutuhkan adalah:

Q1 = QA + QB + QC

Δt1 = parbedaan suhu dari titik cair alumunium dengan suhu kamar

= (660-27)°C

h = panas latent alumunium .….(lit 6 hal 680)

= 95 kkal/kg

CP2 = panas jenis alumunium cair ….(lit 5 hal 581)

(59)

Δt2 = perubahan suhu dari temperature penuangan titik cair

= (750-660)°C

= 90°C

Maka kalor untuk melebur alumunium sebesar :

Q1 = (50 × 0,125 × 663) + (30 x 95) + (50 × 0,26 × 90)

= 6163,75 kkal

= 25887,75 Kj

Dan dalam hal ini bahan bakar yang digunakan adalah batu bara

(coal),sedangkan batu bara ini mempunyai nilai kalor kotor 29.600 .

Tabel 4.7 Perbandingan Heating Value Bahan Bakar

Bahan Bakar

(60)
(61)

1 kJ/kg = 0.4299 Btu/ lb m = 0.23884 kcal/kg1 kJ / kg = 0,4299 Btu / lb = 0,23884 m kkal / kg

1 Btu/lb m = 2.326 kJ/kg = 1.8 kcal/kg1 Btu / lb m = 2,326 kJ / kg = 1,8 kkal / kg

( W Rose Cooper dan JR (eds) (1977) Data Teknis Bahan Bakar, edisi 7, Inggris Komite Nasional, Konferensi Energi Dunia, London.)

Jadi kesimpulannya dalam proses peleburan logam Aluminium ini,batu bara

dapat digunakan sebagai bahan bakar pada bapur crucible ini.

4.5.2 Kalor Yang Diserap Batu Tahan Api (Q2)

Untuk mengetahuin berapa banyak kalor yang diterima bata selama proses

peleburan dapat dihitung dengan rumus :

Q2 = mb . CP3 . dt

Dimana :

mb = massa batu bata yang menerima panas

CP3 = panas jenis batu bata ….….(lit 5 hal 585)

= 0,84 kkal/kg°C

dt = perubahan suhu di batu bata

= suhu rata-rata batu tahan api bagian luar adalah :

=

(62)

Suhu rata-rata batu tahan api bagian dalam adalah:

= (620 + 36) / 2

= 328°C

Dengan demikian maka perubahan suhu (dt) yang terjadi adalah :

= 328 – 27

= 301°C

Massa batu tahan api menerima panas adalah :

m = . . (Dlb2 – ddb2) . tb . ρ

dimana :

Dlb = diameter luar bata = 0.9 m

Ddb = diameter dalam bata

= 0,5 m

tb = tinggi dapur 0.8 m = berat jenis bata

= 1600 kg/m3 Maka :

m = . . (0,92 – 0,52) . 0,8 . 1600

= 562,668 kg

Sehingga banyaknya panas yang diserap batu bata adalah :

Q2 = 562,668. 301 . 0,84

= 71135,016 kkal

(63)

4.5.3 Panas Yang Diserap Dinding Plat Luar (Q3)

Bidang yang mengalami perubahan suhu pada bidang dinding luar

ini sama dengan yang dialami batu tahan api.

Maka besarnya kalor yang diserap oleh dinding plat luar adalah:

Q3 = mpl. CP4 . dt

Dimana :

mpl = massa plat luar

Cp4 = panas jenis plat luar

= 0,46 kkal/kg°C

dt = perubahan suhu plat

massa plat yang mengalami perubahan suhu adalah :

m = π . Dp. tp . dp .

dimana :

Dp = diameter luar

= 0,9025 m

dp = ketebalan dinding plat

= 0,0025 m

tp = tinggi dapur 0.8

= berat jenis dinding plat …….….(lit 5 hal 581)

= 7833 kg/m3 Maka :

m = π x 0,90250 x 0,8 x 0,0025 x 7833

(64)

Suhu pada plat yang tertinggi adalah 45°C,

Maka suhu rata-rata yang dialami dinding plat adalah :

= 36°C

Maka perubahan suhu (dt) yang terjadi adalah :

36 – 27 = 9°C

Maka :

Q3 = 443950 kg . 0,46 kkal / kg°C . 9°C

= 91,895 kkal

= 768626 kJ

4.5.4 Panas yang Diserap Cawan Lebur (Q4)

Cawan lebur adalah bagian yang paling besar mengalami perubahan

suhu. Besarnya kalor yang diserap cawan lebur ini adalah :

Q4 = mcl . CP5 . dt

Dimana :

Mcl = massa cawan lebur

= 26,798 kg

CP5 = panas jenis cawan lebur ……...….(lit 5 hal 585)

= 0,46 kkal/kg°C

dt = perubahan suhu

= 755 - 27

(65)

Maka :

Q4 = 26,798kg. 0,84 kkal/kg°C . 728°C

= 16387,51 kkal

= 68827,55 kJ

Q4 (kalor pembakaran) 68827,55 > Q1 (kalor yang dibutuhkan untuk

melebur alumunium) 25887,75. Dapat disimpulkan bahwa kalor yang

dihasilkan dapur crucible telah memenuhi untuk melebur 50 kg paduan

alumunium.

4.5.5 Kalor Total Yang Terserap (Qtot)

Banyaknya kalor total adalah jumlah dari keseluruhan kalor yang

terserap oleh bahan dapur yaitu :

Qtot = Q1 + Q2 + Q3 + Q4

= (25887,75+ 597534.142 + 768626 + 68827,55) kJ

= 1460875,304 kJ

4.5.6 Laju Aliran Panas ke Dinding Samping (q1)

Laju aliran panas ke dinding samping harus diperkecil semaksimal

mungkin, agar tidak banyak panas yang terbuang. Cara memperkecil laju

aliran yang besar adalah dengan memakai alat penyekat yang baik. Alat

penyekat yang baik tergantung pada jenis penyekat dan ketebalannya.

Semakin kecil konduktivitas dan semakin besar ketebalan panas yang akan

diisolasi akan semakin baik. Proses perpindahan panas adalah secara

(66)

Batu tahan api

Cawan lebur

Konveksi

Konduksi

Radiasi

Konduksi

Gambar 4.6. Perpindahan panas secara konduksi dan konveksi

Perpindahan panas meliputi :

a) perpindahan panas secara konduksi dari sumber panas ke

dinding bata.

b) Perpindahan panas secara konduksi dari dinding bata ke plat

baja.

c) Perpindahan panas secara radiasi dari dinding plat ke udara

bebas.

(67)

Maka besar perpindahan kalor yang terjadi pada dinding dapur adalah:

q =

Dimana :

T1 = temperature ruang bakar

= 755°C

T2 = temperature luar ruang bakar = 27°C

r1 = jari-jari dalam batu = 0,25 m

r2 = jari-jari luar batu

= 0,45 m

r3 = jari-jari luar dinding = 0,45 m + 0,0025 m

= 0,4525 m

L = 0,8 m

kb = konduktivitas thermal ………..…(lit 5 hal 584)

= 0,69 W/m°C

kp = konduktivitas thermal dinding plat baja ..(lit 5 hal 581)

= 54 W/m°C

h0 = koefisien perpindahan panas konveksi

koefisien perpindahan panas konveksi dapat dicari dengan rumus:

h0 = Nu. k/d ………….…….….(lit 5 hal 261)

Dimana : Nu = bilangan nusselt

(68)

= 0,9 m + 0,05 m

= 0,905 m

k = konduktivitas thermal udara

konduktivitas thermal udara bergantung pada suhu,

suhu film (tf) = (tp + tI) / 2

= (45 + 27) / 2

= 36°C

Maka sifat-sifat udara pada 36°C adalah:

a) Koefisien suhu konduktivitas thermal (β)

= 1/tf

= 1/36°C

= 1/305°K

= 3,2 × 10-3/°C

b) Viskositas kinematika (v)

= 1666 . 10-5 (m2/s)

c) Konduktivitas thermal (k)

= 0,02692 (w/m°C)

d) Bilangan prandal (pr)

=0,70602 ………….….(lit 5 hal 589)

Bilangan nusselt dapat dicari dengan rumus :

Nu1/2 = 0,825 + …….….(lit 5 hal 303)

(69)

Gr . Pr = . Pr …….….(lit 5 hal 229)

=

= 0,1073.1010

Maka :

Nu1/2 = 0,825 +

= 11,204

Maka bilangan nusselt : Nu = 125,536

Maka :

h0 = 125,536 × 0,02692/0,905

= 3,734 W/m°C

maka :

q =

` =

=

q =2388,45 W

Gambar

Tabel 2.1 Berat jenis beberapa jenis logam
Gambar 2.1 Diagram fasa tembaga (Cu-Al)
Gambar 2.2 Diagram fasa magnesium (Al-Mg)
Tabel 2.2 Alumunium Assosiasi Index System
+7

Referensi

Dokumen terkait